Globalisasi - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN - 14
Pendidikan
Kewarganegaraan
Globalisasi
Fakultas
Program Studi
Minggu ke
14
Kode MK
Disusun Oleh
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Setelah mempelajari pokok bahasan ini
mahasiswa diharapkan memahami dan
mampu menjelaskan:
 Pengertian dan latar belakang
Globalisasi
 Tantangan dan ancaman
Globalisasi
 Indonesia menghadapi Globalisasi
 Memperkuat daya tahan dan daya
saing bangsa
Dapat
memberikan
dasar
bagi
pengembangan kemampuan intelektual
mahasiswa
agar
dapat
menjadi
warganegara
yang
baik
dan
bertanggungjawab bagi kemampuan
daya bangsa.
Globalisasi
A.
Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi
Globalisasi pada saat ini sudah melanda dunia, termasuk Indonesia. Pengertian
globalisasi adalah masuknya atau meluasnya pengaruh dari suatu wilayah/negara ke
wilayah/negara lain dan atau proses masuknya suatu negara dalam pergaulan dunia.
Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktifitas yang sebelumnya terbatas
jangkauannya secara nasional, secara bertahap berkembang menjadi tidak terbatas pada
suatu negara (borderless). Globalisasi dalam budaya, misalnya melalui
media TV dan
internet, budaya barat dalam bentuk cara berpakaian dan pergaulan telah diikuti trennya di
Indonesia, globalisasi dalam bidang ekonomi juga sudah berkembang lama, modal asing
sudah ada di Indonesia, seperti Freeport di Papua, Tamasek di Telkom dan Indosat,
Citibank, dan banyak usaha lainnya. Globalisasi dalam politik juga memberikan pengaruh
kepada Indonesia dalam rangka demokrasi dan pelaksanaan good governance.
Globalisasi melalui berbagai media informatika yang semakin canggih (TV, satelit,
telepon seluler, dan internet), menyebabkan berbagai pesan, kreasi, peristiwa, tontonan,
dan pikiran merebak dengan cepat, melalui proses digitalisasi. Sayang, proses globalisasi
yang berjalan sepihak ini melanda masyarakat Indonesia dan masyarakat negara
berkembang pada umumnya. Kita tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa
masyarakat di pedesaan Indonesia pun sebagian telah megalami proses internasionalisasi.
Oleh sebab itu, untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan
berkembang dengan cepat serta tidak terbayangkan sebelumnya, diperlukan ide-ide segar
yang dikembangkan dalam konteks kultural Indonesia.
Dalam era globalisasi dewasa ini, tidaklah mungkin suatu negara hidup dan
membangun kemajuan dalam posisi mengisolasi diri. Pengaruh antarnegara lewat teknologi
informasi, teknologi industri, perdagangan uang, dan perdagangan komoditas antarbangsa
merupakan kenyataan. Suka tidak suka kita harus hidup dengan kondisi seperti itu sekarang
ini.
Dalam rangka memperkuat daya saing bangsa dalam globalisasi, Jusu Kalla (2005)
menyatakan bahwa globalisasi dijelaskan sebagai kemauan bekerja keras, kemauan dan
kemampuan mengolah sumber daya alam, serta kemampuan dan kompetensi yang
dihasilkan oleh pendidikan dan belajar secara tekun dan ulet. Ini tantangan bagi seluruh
bangsa. Rangkaian sikap dan nilai budaya progresif agar ditambah lagi dengan sikap dan
orientasi akan masa depan, menghargai waktu dan disiplin, serta hidup hemat. Membangun
‘13
2
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan memperkuat kepercayaan sosial merupakan modal untuk mau dan sanggup bekerja
sama.
Menurut Jusuf Kalla, globalisasi yang menunjukkan kerja keras, disiplin, dan
mengembangkan teknologi yang berorientasi ke depan akan membuat negara maju.
Globalisasi juga menunjukkan bahwa bekerja keras, disiplin, dan mengembangkan teknologi
yang berorientasi ke depan akan membuat sebuah negara maju. Jusuf Kalla memberikan
contoh antara Korea Selatan dan Ghana. Pada tahun 1960-an, kedua negara tersebut
mempunyai taraf ekonomi yang hampir sama. Mereka sama-sama masuk dalam kelompok
negara berkembang. Namun, 40 tahun kemudian, perbedaan di antaranya ibarat langit dan
bumi. Korea Selatan berubah menjadi negara ekonomi maju, sementara Ghana tetap
terpaku sebagai sebuah negara dengan perekonomian yang masih berkembang.
Penyebabnya tidak lain adalah masalah budaya. Bangsa Korea mampu membangun
bangsanya menjadi bangsa yang disiplin, mau bekerja keras, dan tidak mau ketinggalan dari
negara lain. Keterbatasan sumber daya alam tidak membuat mereka menyerah, tetapi
berusaha keras untuk maju. Kita sekarang tinggal memilih, mau mengikuti jejak bangsa
Korea atau Ghana?
B.
Tantangan dan Ancaman Globalisasi
1. Nasionalisme dan Internasionalisme
Sejak pertengahan kedua abad ke-20 ini, tidak ada idelogi yang lebih populer di Asia,
Afrika, dan Amerika latin dibandingkan dengan nasionalisme. Dengan modal nasionalisme
ini, berbagai negara di kawasan tersebut merebut kembali kemerdekaannya. Karena
imperialisme disejajarkan dengan kapitalisme, maka sebaga antitesa negara-negara yang
baru merdeka itu, pada umumnya berusaha menerapkan sistem ekonomi yang sosialistis,
meskipun disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing. Walau sistem ekonomi
kapitalistis tidak diterapkan, namun sistem politiknya, yaitu sistem demokrasi (yang diilhami
dari Barat) dipraktikkan, meskipun tetap disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.
Berlainan dengan fenomena yang terjadi pada sekitar pertengahan abad ke-20
diatas, dalam dekade 1970-an negara-negara yang baru merdeka (termasuk Indonesia)
semakin menggunakan sistem ekonomi yang berdasarkan mekanisme ekonomi pasar yang
terkendali. Perubahan ke sistem ekonomi pasar ini ternyata telah membuahkan hasil berupa
kebangkitan ekonomi, antara lain di Asia Timur dan Asia Tenggara. Dari sudut pandang
ekonomi, saat ini kekuatan ekonomi Eropa Barat dan Amerika cenderung menurun dan
semakin tertandingi oleh negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara, tetapi bidang militer
dan sistem tata nilai supremasi tetap berada di tangan mereka. Sistem tata nilai Eropa Barat
‘13
3
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan Amerika pada dasarnya berakar dari sumber yang sama, yang dikenal sebagai Western
Civilization.
Globalisasi telah mengubah wajah negara berkembang dan Indonesia pada
khususnya. Sistem perekonomian yang dulunya sosialis menjadi pasar terbuka. Perubahan
sistem pasar ini disebabkan oleh adanya interaksi Indonesia dengan negara-negara barat.
Perubahan lain adalah nilai dan sikap nasionalisme. Globalisasi telah membuat semangat
nasionlisme menurun, sebab setiap orang berusaha memaksimalkan kepuasannya dan
dapat hidup di negara mana saja berdasarkan kompetensi dan komitmennya.
2. Budaya Barat dan Budaya Indonesia
Pertanyaan kritis yang sangat relevan adalah nilai-nilai apakah yang dapat disebut
sebagai khas Indonesia. Dari berbagai literatur dan pengalaman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yaitu musyawarah, mufakat, dan gotong royong.
Jika demikian halnya, persoalannya adalah bagaimana kita menyublimasikan nilai-nilai khas
Indonesia tersebut ke dalam tatanan nilai universal. Di sisi lain, budaya barat adalah
demokratis dan individualistis. Perkembangan globalisasi juga telah memengaruhi budaya
Indonesia, di mana sikap individualistis telah masuk, sehingga mengurangi semangat
gotong royong.
3. Industri dan Pertanian
Indonesia dikenal dengan budaya agraris, di mana hampir sebanyak 48 persen
penduduknya hidup dari sektor pertanian. Produk utama Indonesia adalah produk pangan
untuk kebutuhan dalam negeri, produk perkebunan dan hasil hutan, serta perikanan yang
diekspor. Produk perkebunan yang banyak diekspor, seperti kelapa sawit, karet, the, coklat,
dan kayu, sedangkan negara barat berkembang dalam hal industri dan jasa, seperti industri
elektronika, danjasa keuangan. Globalisasi juga telah memengaruhi perekonomian
Indonesia, negara-negara barat telah merelokasi industrinya ke negara berkembang seperti
Indonesia untuk industri elektronika dan tekstil. Globalisasi telah mengubah secara bertahap
wajah Indonesia dari pertania menjadi industri.
C.
Indonesia Menghadapi Globalisasi
Globalisasi memang memunculkan kekhawatiran yang luas bahwa kedaulatan suatu
negara akan digerogoti. Oleh sebab itu, pemerintah harus mengakui dan bekerja di suatu
‘13
4
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lingkungan, dimana sebagian besar penyelesaian masalah harus dirumuskan dengna
memerhatikan dunia global. Agar mampu bersaing dalam era globalisasi, maka efisiensi
dalam skala global harus menjadi acuan utama. Efisiensi yang dimaksudkan di sini adalah
baik secara nasional (efisiensi alokatif), sektoral, maupun pada tingkat perusahaan (mikro).
Efisiensi yang tinggi, baik nasional, sektoral, dan perusahaan, akan memperkuat daya saing,
karena produk dan jasa Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif.
1. Menghadapi Globalisasi Ekonomi
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia
dalam globalisasi ekonomi adalah:
a. Menjaga kestabilan politik dalam jangka panjang, sehingga menjamin kepastian
hukum untuk investasi
b. Menjaga kestabilan ekonomi makro (economic fundamental), dengan menstabilkan
nilai tukar rupiah dan suku bunga), mengoptimalkan fungsi Bank Indonesia, dan
melakukan koordinasi dengan otoritas fiskal.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu kompetensi dan komitmen
melalui demokratisasi pendidikan
d. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengaplikasikannya pada
kehidupan bermasyarakat
e. Memperbaiki prasaran ekonomi
f.
Meningkatkan kemampuan kewirausahaan
g. Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi yang modern (seperti perbankan, pasar
modal, dan lain-lain)
h. Membiasakan masyarakat terhadap terjadinya perubahan
i.
Memastikan penegakan hukum (law enforcement)
j.
Mengeksploitasi sumber daya alam secara proporsional
2. Menghadapi Globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Untuk menghadapi globalisasi IPTEK, maka pokok pikiran program teknologi dalam
Matriks Nasional Riset dan Teknologi meliputi lima bidang, yaitu:
a. Kebutuhan Dasar Manusia; sebagai unsur mempertahankan dan mempertinggi nilai
manusia sebagai potensi pembangunan nasional
b. Sumber Daya Alam dan Energi; karena manusia membutuhkan sumber daya ini
sebagai bahan dan sarana produksi
‘13
5
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Industrialisasi; karena manusia membutuhkan industri untuk menghasilkan berbagai
barang dan jasa, di samping kebutuhan dasarnya, guna meningkatkan kualitas
hidupnya
d. Pertahanan/Keamanan; karena manusia perlu mempertahankan dirinya, sesamanya,
dan miliknya terhadap ancaman-ancaman dan mengingat bahwa berbagai hasil
teknologi pertahanan/keamanan dapat digunakan juga untuk segi-segi selain
pertahanan/keamanan.
e. Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Falsafah; sebagai segi-segia kehidupan yang
mendasari dan mendukung keempat bidang sebelumnya, manusia dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, memanfaatkan sumber daya alam dan energi, menjalankan
industrialisasi, dan pertahanan keamanan akan selalu diarahkan oleh pengetahuan
ekonomi, analisis sosial, budaya, dan falsafahnya.
3. Menghadapi Globalisasi dalam Etika dan Efisiensi
Terkait dengan upaya peningkatan etika, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Menyusun kode etik profesi yang sesuai dengan karakter dan budaya bangsa
b. Meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Tuhan YME sebagai landasan dalam
berpikir dan bertindak
c. Mengembangkan kepribadian bangsa, yaitu jujur, ramah, sopan, dan terbuka.
D.
Memperkuat Daya Tahan dan Daya Saing Bangsa
Berikut ini adalah upaya meningkatkan daya tahan dan daya saing, baik secara
individual sebagai manusia Indonesia maupun secara nasional sebagai suatu bangsa.
1. Meningkatkan Daya Saing Individu Manusia Indonesia dalam Globalisasi.
Karena manusia merupakan satu kesatuan yang terpisahkan antara aspek jasmani
dan rohani, maka perkembangan berbagai aspek dalam diri individu agar menjadi
kompeten/berkepribadian tangguh meliputi aspek-aspek:
a. Aspek Intelektual
b. Aspek Kreativitas
c. Aspek Moral dan Sikap
d. Aspek Bahasa
e. Motivasi
‘13
6
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1) Sikap mental kemauan untuk bekerja lebih dari yang diminta
2) Disiplin diri
3) Memiliki target yang jelas
2. Meningkatkan Daya Saing Nasional Indonesia dalam Globalisasi
Peluang dan tantangan bangsa Indonesia dalam era globalisasi dapat dijumpai
dalam beberapa
a. Daya Tahan dan Daya Saing dalam Bidang Politik
Peluang dan tantangan dalam bidang politik (negara) yang memberi nilai tambah
bagi kemajuan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia adalah:
1) Demokrasi
2) Politik luar negeri
3) Good Governance
b. Daya saing dalam Bidang sosial budaya
1) Teknologi Informasi dan Komunikasi
2) Masuknya Lembaga Pendidikan Asing
3) Budaya Hedonisme
4) Peluang dan Ancaman Bidang Hankam dalam Era Globalisasi
5) Peluang dan Ancaman Bidang Hukum
c. Meningkatkan Daya Saing dalam Bidang Ekonomi
1) Globalisasi dalam ekonomi telah berkembang pesat dengan berdirinya
organisasi perdagangan dunia. Organisasi ini seperti: (a) AFTA (Asean Free
Trade Area), yaitu organisasi ekonomi tingkat Asean dengan anggota
Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei, Filipina, Kamboja,
Vietnam, Laos dan Myanmar. Organisasi AFTA menyepakati adanya
perdagangan bebas, baik barang maupun jasa antarsesama negara yang
berlaku. Apabila AFTA berjalan, maka tenaga kerja bebas berpindah
antarnegara, serta arus barang dan jasa tidak mengalami hambatan seperti
tarif dan nontarif, (b) APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) organisasi
ini merupakan kerja sama ekonomi Asia Pasifik, negara-negara Asia selain
ASEAN, yaitu China, Jepang dan Korea, sedangkan Pasifik terdiri atas
Amerika Serikat dan Negara Amerika Latin, (c) WTO (World trade
‘13
7
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Organization) yaitu organisasi perdagangan seluruh dunia. Organisasi ini
bersama anggotanya menetapkan rencana perdagangan bebas, seperti
penurunan dan penghapusan tarif untuk perdagangan barang dan jasa,
peningkatan kualitas barang dan jasa, serta penyediaan sarana transportasi,
komunikasi, dan administrasi perdagangan barang dan jasa.
2) Data perdagangan Indonesia dilihat dari neraca perdagangan, yaitu jumlah
ekspor dan dikurang impor, selama ini menunjukkan angka yang positif. Ini
berarti bahwa nilai ekspor Indonesia lebih besar dari nilai impor, dan ini suatu
keuntungan bagi Indonesia. Indonesia mengekspor produk pertanian, tekstil,
dan hasil hutan,sedangkan Indonesia mengimpor mesin, teknologi, dan
barang jadi.
3) Data perdagangan bersih Indonesia apabila dilihat dari neraca keuangan
yang meliputi transaksi ekspor dan impor serta jasa termasuk di dalamnya,
arus modal masuk dan biaya utang ternyata negatif. Ini menunjukkan bahwa
Indonesia banyak mengeluarkan uang dari sektor jasa, dan nilai ini lebih
besar dari surplus perdagangan, impor jasa seperti industri pelayaran,
komunikasi, hiburan, dan bunga pinjaman atas utang Indonesia.
4) Upaya peningkatan kinerja ekonomi dari kondisi di atas adalah: (1) dalam
bidang perdagangan, Indonesia harus memperbaiki kinerjanya dengan
mengekspor baran jadi, tidak hanya barang mentah. Ekspor barang jadi ini
akan menimbulkan kesempatan kerja baru, masuknya investasi, dan nilai
tambah proses barang. Untuk mengubah ekspor dari barang mentah menjadi
barang jadi, maka diperlukan teknologi baik menyangkut peranti keras seperti
mesin maupun SDM yang menjalankan mesin. Oleh sebab itu, pendidikan
yang menghasilkan penelitian dan kompetensi SDM di Indonesia sangatlah
penting; (2) dalam bidang nercara pembayaran, Indonesia harus menekan
defisit dari impor jasa dan keuangan. Hasil dari ekspor perdagangan ternyata
habis untuk membiayai impor jasa dan keuangan. Termasuk dalam impor
jasa ini adalah impor industri keuangan, asuransi, transportasi, komunikasi,
pendidikan
dan
hiburan,
serta
bunga dan pokok
pinjaman.
Untuk
meningkatkan peran industri jasa, maka pemerintah harus memberikan
peluang industri jasa dalam negeri, serta mendorong dunia pendidikan untuk
menghasilkan tenaga kerja dalam bidang jasa yang kompeten sehingga
mengurangi tenaga asing dalam industri ini. (selesai)
‘13
8
Kewarganegaraan
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download