- Lumbung Pustaka UNY

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang
memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran sesungguhnya
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar siswa belajar. Oleh karena
itu, harus
dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Seorang guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran
yang tepat bagi siswanya, jika ia dapat memahami proses pemerolehan
pengetahuan.
Perbedaan
antara
belajar
dan
pembelajaran
terletak
pada
penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada
bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan
tingkah lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih
menekankan pada guru dalam upaya untuk membuat siswa dapat belajar.
a. Konsep Dasar Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sugihartono dkk,2007:76). Menurut Arif S.
Sadiman (2006:2) belajar adalah suatu proses yang komplek yang
7
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia
masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Wina Sanjaya (2008:112)
mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan. Oemar Hamalik (2003:27)
mendefinisikan
belajar sebagai modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (lerarning is defined as the modification
or strengrhening of behavior through experiencing). Menurut
berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya.
Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas
belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku
belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Perubahan tingkah laku secara sadar
2) Perubahan sifat kontinu dan fungsional
3) Perubahan sifat positif dan aktif
4) Perubahan sifat permanen
5) Perubahn dalam belajar bertujuan dan terarah
6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi dalam belajar yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
8
ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada di lur individu. Faktor internal meliputi faktor
jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor
kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat
meliputi orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan. Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar
antara lain metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung , metode belajar dan tugas rumah.
Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media masa.
b. Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sugihartono (2007:80) merupakan suatu
upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan
hasil yang optimal. Pembelajaran menurut Toto Ruhimat (2011:128)
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidk
9
untuk membelajarkan siswa yang belajar. Gulo (dalam Sugihartono
dkk, 2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan
belajar. Lingkungan dalam hal ini tidak hanya meliputi ruang belajar,
tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan
sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Dari berbagai
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik secara efektif dan efisien agar
diperoleh hasil yang optimal.
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks.
Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya, akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai
peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya
secara optimal. Djamarah (dalam Sugihartono, 2007:85) merumuskan
peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut; (1) sebagai korektor,
(2) inspirator, (3) informator, (4) organisator, (5) motivator, (6)
inisiator, (7) fasilitator, (8) pembimbing, (9) demonstrator, (10)
pengelola kelas, (11) mediator, (12) supervisor, dan (13) evaluator.
2. Pengembangan Sumber dan Bahan Ajar
Agar menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan utuh
diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kompetensi secara
10
sistematis dan terpadu, agar siswa dapat menguasai setiap kompetensi
secara tuntas (mastery learning).
a. Sumber Belajar
Sumber belajar menurut Abdul Majid (2011:170) diartikan
sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang
mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta
didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Wina Sanjaya
(2008:174) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan
dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Bentuk media tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan,
video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format
yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sumber belajar juga
diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda dan
orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana
bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik
maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu
rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya
sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam
sekitar, benda, alam atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang
atau buku yang tidak berarti tidak apa-apa.
11
Sumber belajar harus dipergunakan secara efektif sehingga
melakukan kontak pada pelajar secara tepat. Personalia yang terlibat di
dalamnya harus melakukan fungsinya, untuk memperoleh kegiatan
seperti itu. Fungsi tidak sama dengan pekerjaan (job), tetapi lebih
cendrung mengandung arti pengelompokkan tugas-tugas atau kegiatan.
Beberapa pekerjaan mungkin terdiri dari tugas-tugas, dan tugas-tugas
ini berada dalam lingkungan fungsi.
b. Bahan Ajar
Bahan
ajar
menurut
Abdul
Majid
(2011:174)
adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Menurut
Wina Sanjaya (2008:175) bahan ajar adalah segala sesuatu yang
mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:1) adalah
seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip,
generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum
dan dapat menunjang tercapainyatujuan pembelajaran. Adanya bahan
ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau
kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu.
12
Pengelompokan bahan ajar menurut faculté de Psychologie et
des Sciences de l’Education Université de Genéve dalam website-nya
adalah media tulis, audio visual, elektronik dan interaktif terintegrasi
yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang
berarti media terintegrasi) atau mediamix.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:
1. Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
2. Kompetensi yang akan dicapai
3. Informasi pendukung
4. Latihan-latihan
5. Petunjuk kerja, dapat berupa lebar kerja (LK)
6. Evaluasi
Menurut beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar adalah seperangkat materi pembelajaran yang disusun
secara sistematis dan menarik sehingga membantu guru menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bentuk bahan ajar
paling tidak dapat dikelompokkan mejadi empat yaitu:
1) Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk
misalnya handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.Salah satu bahan ajar
cetak yang disebutkan tadi adalah modul.Modul merupakan sebuah
buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
13
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul
berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang
telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau
peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran
dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki
kecepatan
yang
tinggi
dalam
belajar
akan
lebih
cepat
menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibanding dengan
peserta didik lainnya. Melihat hal tersebut, maka modul harus
menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta
didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,
dan dilengkapi dengan ilustrasi.
Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar
akan
mendatangkan
beberapa
keuntungan
seperti
yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballsteadt (dalam Abdul
Majid,2011:175 ) yaitu:
1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik
bagian mana yang sedang dipelajari.
2. Biaya untuk penggandaannya relative sedikit.
3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah
dipindah-pindah.
4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu.
14
5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.
6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat
sketsa.
7. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang
bernilai besar.
8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
2) Bahan Ajar Dengar (Audio)
Bahan ajar dengar (audio) bisa berupa kaset/piringan hitam
maupun radio.Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat
secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang
menggunakannnya sebagai bahan ajar.Sedangkan radio adalah
media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan
radio peserta didik bisa belajar sesuatu.Program radio dapat
dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam-jam tertentu guru
merencanakan
sebuah
program
pembelajaran
melalui
radio.Misalnya mendengarkan siaran langsung suatu kejadian/fakta
yang sedang berlangsung.
3) Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual)
Video/film merupakan salah satu bahan ajar pandang
dengar (audio visual).Umumnya program video telah dibuat dalam
rancangan lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan radio
siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik
15
tidaknya video tergantung dari desain awalnya mulai dari analisis
kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi
(dikenal dengan sekenario) dari sebuah program video, skrip,
pengambilan gambar dan proses editingnya.
Selain video/film, orang atau nara sumber juga bisa disebut
sebagai bahan ajar pandang dengar. Seseorang dapat belajar
dengan nara sumber, misalnya orang tersebut (nara sumber)
memiliki suatu bakat atau keterampilan tertentu sehingga orang
lain belajar kepadanya. Melalui bakat dan keterampilan, seseorang
dapat dijadikan sebagai sunber belajar.
4) Bahan Ajar Interaktif (interactive teaching material)
Bahan ajar interaktif menurut Guidelines forBibliographic
Description of Interactive Multimedia, p. 1 dijelaskan sebagai
berikut:
Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih
media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh
penggunannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan
atau perilaku alami dari suatu presentasi.Biasanya bahan ajar
multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk
penggunaannya sampai penilaiannya.
16
3. Media Pendidikan
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang
berarti perantara pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan
atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar
magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga
dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi
media pendidikan atau media pembelajaran.
Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media
pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman (2006:7) media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi. Menurut Dwi Siswoyo (2008:137) media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang secara langsung mebantu terwujudnya pencapaian
tujuan pendidikan.
Gerlach dan Ely (dalam Wina Sanjaya 2008:163) menyatakan: “A
medium, conceived is any person, material or event that establish
condition which enable the leaner to ecquire knowledge, skill and
attitude.” Menurut Gerlach secara umum media ini meliputi orang, bahan,
peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam
pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti radio, TV, slide,
bahan cetakan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar
17
atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata,
simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah
keterampilan.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a.
Dilahat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
1) Mediaauditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
hanya memiliki unsur suara seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak
mengandung suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan lain-lain.
3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,
misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide, suara dan
lain sebagainya.
b.
Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dapat dibagi
ke dalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti
radio dan televisi.
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu seperti film slide, film, video dan lain sebagainya.
18
c.
Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke
dalam:
1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,
transparansi dan lain sebagainya.
2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan,
buku, radio dan lain sebagainya.
Agar
media
pembelajaran
benar-benar
digunakan
untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah:
a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi
siswa.
d. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.
Dalam hubungannnya dengan penggunaan media pada waktu
berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi
sebagai berikut.
a. Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat
kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan
19
secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering
membosankan apalagi bila cara guru menjelaskan tidak menarik.
b. Bahan pengajaran yang diajarkan guru kurang dipahami oleh siswa.
Dalam situasi ini sangat bijak apabila guru menampilakan media untuk
memperjelas pemahaman siswa tentang bahan pengajaran.
c. Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai
buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku
sumber.
d. Guru tidak bergairah dalam menjelaskan bahan pengajaran melalui
penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah
mengajar terlalu lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilakan
media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai:
a. Alat
untuk
memperjelas
bahan
pengajaran
pada
saat
guru
menyampaiakan pengajaran. Dalam hal ini media digunakan guru
sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.
b. Alat untuk mengangkat persoalan untuk dikaji lebih lanjut
dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru
dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi
belajar siswa.
20
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahanbahan yang harus dipelajari para siswa baik individu maupun
kelompok.
4. Modul
a. Pengertian dan Karakteristik Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar
peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru (Abdul Majid, 2011:176). Modul merupakan bahan
ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh
peserta pembelajaran (Surya Dharma, 2008:3). Sedangkan menurut
Joko Sutrisno (2008:4) modul adalah salah satu bentuk bahan ajar
yang dikemas secara utuh
dan sistematis, di dalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk
membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Dari
beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa modul adalah sebuah
bahan ajar cetak yang didesain secara sistematis dan utuh dengan
tujuan untuk membantu peserta didik belajar secara mandiri.
Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di
dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya,
pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar
secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang
terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan
21
”bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan
pengajaran kepada murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup
dengan
modul-modul
ini.
Modul
minimal
memuat
tujuan
pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan dan cara
mengevaluasi yang
dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah
modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik
sebagai berikut:
1) Self instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau
peserta belajar mampu membelajarkan diri
sendiri,
tidak
tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self
instructional, maka di dalam modul harus;
a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit
kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas.
c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajran.
d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur
tingkat penguasaannya.
22
e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunaannya.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h) Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan
penggunaan diklat melakukan ”self assessment”.
i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya
mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi.
j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunannya
mengetahui tingkat penguasaan materi, dan
k) Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran dimaksud.
2) Self contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan
peserta
didik/pebelajar
mempelajari
materi
pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu
kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembegian atau
pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan
hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus
dikuasai.
3) Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan
tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan
23
bersama-sama dengan media pembelajaran yang lain. Pembelajar
tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut jiks
mempergunakan modul ini, jika masih menggunakan dan
tergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka
media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri
sendiri.
4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika
modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan
percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan
modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai
dengan kurun waktu tertentu.
5) User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu
dan
bersahabat
dengan
pemakainya,
termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan
keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti
serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah
satu bentuk user friendly.
24
b. Prosedur Penulisan Modul
Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi
pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari
oleh pembelajaruntuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi.
Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat
didalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Analisis Kebutuhan Modul
Analisi kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi/tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut.
Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat
pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis
kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi, menetapkan
jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis
kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya.
b) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi
tersebut.
c) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dipersyaratkan.
d) Tentukan judul modul yang akan ditulis
25
e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode
awal pengembangan modul.
2) Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau
sub
kompetensi
menjadi
satu
kesatuan
yang
sistematis.
Penyususnan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu
modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah
ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan judul modul.
b) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai
oleh peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul.
c) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir.
d) Tetapkan gari-garis besar atau outline modul
e) Kembangkan materi-materi pada garis besar.
f) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknyamenghasilkan
draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan
didalam modul.
26
b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesaikan mempelajari modul.
c) Tujuan terdiri dari tujuan akhir dan tujuan antara yang akan
dicapai peserta didik setelah mempelajari modul.
d) Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
e) Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta
didik untuk mempelajari modul.
f) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaiakan oleh peserta didik.
g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul.
h) Kunci jawaban dari soal, latihan dan taua pengujian.
3) Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul
pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan
manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut
digunakan secara umum. Untuk melakukan uji coba draft modul
dapat diikuti langkah-langkahsebagai berikut
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan
sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
b) Susun instrumen pendukung uji coba.
27
c) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta.
d) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba
dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang
dijaring melalui intrumen uji coba.
Diharapkan dari hasil uji coba diperoleh masukan sebagai
bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat
dua macam uji coba yaitu, uji coba dalam kelompok kecil dan uji
coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang
dilakukan hanya kepada 2-4 peserta didik, sedangkan uji coba
lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan
jumlah 20-30 peserta didik.
4) Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau
pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk
mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu
dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai
dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul
bertujuan
untuk
memperoleh
pengakuan
atau
pengesahan
kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut
28
layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul
dinilai dari segi isi materi dan dari segi medianya (tampilan).
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai
dengan keahliannya masing-masing untuk menghasilkan modul
pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannyadalam
pembelajaran yang efektif, maka modul yang dirancang harus
memperhatikan beberapa aspek yang mensyaratkan. Menurut Joko
Sutrisno (2008:12) elemen mutu modul tersebut yaitu;
a) Format
(1) Gunakan format kolom (tunggal
atau multi) yang
proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus
sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas.
(2) Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat.
Penggunaan format kertas vertikal atau horisontal harus
memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
(3) Gunakan tanda-tanda ikon yang mudah ditangkap dan
bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap
penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak
tebal, cetak miring atau lainnya.
b) Organisasi
(1) Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan
materi yang akan dibahas dalam modul.
29
(2) Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan
susunan yang sistematis, sehingga memudahkan peserta
didik memahami materi pembelajaran.
(3) Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi
sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti oleh
peserta didik.
(4) Organisasikan antar bab, antar unit, dan antar paragrap
dengan susunan dan alur yang memudahkan peserta didik
memahaminya.
(5) Organisasikan antar judul, sub judul
dan uraian yang
mudah diikuti oleh peserta didik.
c) Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian
seperti;
(1) Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan
warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang
serasi.
(2) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsanganrangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf
tebal, miring, garis bawah atau warna.
(3) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga
menarik.
30
d) Bentuk dan ukuran huruf
(1) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca
sesuai dengan karakteristik umum peserta didik.
(2) Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul,
sub judul dan isi naskah.
(3) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks,
karena dapat membuat membaca menjadi sulit.
e) Ruang (spasi kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau
gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi
kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting
dan memberikan kesempatan jedah kepada peserta didik.
Penempatan ruang spasi kosong dapat dilakukan di beberapa
tempat seperti;
(1) Ruang sekitar judul bab dan sub judul
(2) Batas tepi (margin)
(3) Spasi antar kolom
(4) Pergantian antar paragraf dan dimulai dengan huruf kapital
(5) Pergantian antar bab atau bagian
f) Konsistensi
(1) Gunakan bentuk-bentuk huruf secara konsisten dari halamke halaman.
31
(2) Gunakan jarak spasi yang konsisten. Jarak antar judul
dengan baris pertama, antar judul dengan teks utama. Jarak
baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk.
(3) Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola
pengetikan maupun batas pengetikan.
5) Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan
modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan
validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan
finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komperenshif terhadap
modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan
yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul
harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul di
antaranya yaitu :
a. Pengorganisasian materi pembalajaran;
b. Penggunaan metode intruksional;
c. Penggunaan bahasa; dan
d. Pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu kesinambungan,
secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.
32
5. Materi Las TIG
Materi las TIG merupakan salah satu pelajaran yang diberikan di
kelas XI pada semester ganjil di SMK N 1 Purworejo pada jurusan Teknik
Las. Berikut adalah isi singkat dari materi modul las gas tungsten yang
dikembangkan.
Gas tungsten arc welding atau las TIG adalah jenis las listrik yang
menggunakan bahan elektroda tungsten sebagai elektroda tidak terumpan
(Sri Widarto, 2008:195). Elektroda ini digunkan untuk menghasilkan busur
nyala listrik saja. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas
tidak aktif) agar tidak terkontaminasi dengan udara luar.
Menurut Sri Widarto (2008:196) prinsip kerja dari las gas tungsten
ialah busur listrik dihasilkan dari arus listrik melalui konduktor dan
mengionisasi gas pelindung. Busur terjadi diantara ujung elektroda
tungsten dengan logam induk (benda kerja).Panas yang dihasilkan busur
listrik langsung mencairkan logam induk dan juga bahan tambah atau
logam pengisi (filler metal).
Bahan elektroda adalah tungsten murni atau paduan tungsten.Bahan
ini tidak terumpan dalam pengelasan apabila dilakukan dengan hatihati.Titik
lebur
dari
elektroda
tungsten
adalah
6.170oF
(3.410
o
C).persyaratan terkini tentang elektroda tungsten tertera dalam standar
ANSI-AWS A%.12 (Specification for Tungsten and Alloy Electrodes for
Arc Welding & Cutting). Arti kode klasifikasi adalah:
E
: elektroda
33
W
: wolframe atau tungsten
P
: tungsten murni (pure tungsten)
G
: umum (general) dimana komposisi tambahan bisa tidak disebut.
Bentuk ujung elektroda merupakan variabel proses yang penting
dalam las TIG. Elektroda tungsten dapat digunakan dalam berbagai bentuk
ujung (TIP). Ujung berbentuk bola digunakan pada elektroda tungsten
murni dan zirconiated tungsten untuk pengelasan dengan arus AC.
Elektroda dengan bentuk serong dengan sudut tertentu dan kadang-kadang
sedikit terpangkas
(truncated) merupakan konfigurasi ujung elektroda
thoriated, ceriated dan lanthanated yang digunakan dalam pengelasan
dengan arus DC.
Gas lindung (inert gas) adalah gas yang tidak bereaksi dengan
logam maupun dengan gas yang lain. Gas ini dipakai sebagai pelindung
busur dan logam panas ketika dilakukan proses pengelasan. Gas pelindung
yang biasa dipakai di dalam las gas tungsten dapat berupa gas argon,
helium atau campuran antara argon dan helium.
B. KerangkaPikir
Modul Mengelas dengan Proses Las Gas Tungsten merupakan salah
satu bentuk bahan ajar yang dirancang secara utuh dan sistematis, didalamnya
memuat seperangkat pengalaman belajar tentang proses pengelasanGas
Tungsten Arc Welding (GTAW)dengan standar kompetensi mengelas dengan
proses las gas tungsten. Modul ini dirancang untuk membantu proses
34
pembelajaran yang di dalamnya memuat teori-teori tentang pesawat las TIG,
jenis-jenis arus listrik yang digunakan, jenis-jenis elektroda, sambungan las,
pengujian dan pemeriksaan hasil las dan lain-lain. Untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang optimal dan efektif maka diperlukan adanya sumber
belajar berupa modul las TIG pada standar kompetensi mengelas dengan
proses las gas tungsten.
Dengan menggunakan modul yang dikembangkan ini, maka siswa
dapat belajar secara aktif dan mandiri baik di sekolah maupun di rumah, dapat
mengukur atau mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Diharapkan dengan
pengembangan modul las TIG ini siswa lebih mudah memahami materi
tentang proses pengelasan dengan las gas tungsten sehingga siswa motivasi
belajar siswa meningkat dan juga hasil belajarnya.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah ditulis oleh penelitian ini dapat
dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembuatan modulmata pelajaran mengelas dengan
proses las gas tungsten di SMK N 1Purworejo ?
2. Bagaimanakah kelayakan modul untuk mendukung dalam proses
pembelajaran teori las gas tungsten di SMK N 1 Purworejo ?
35
Download