Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan

advertisement
ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL
YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN
Yugo Dwi Prasetyo, Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Lampung. Email: [email protected]., Firagnefi, Eko
Raharjo, Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan
Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung 35145
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap PNS
yang melakukan tindak pidana penipuan (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum terhadap PNS yang melakukan tindak pidana
penipuan. Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan bahwa: (1) Penegakan
hukum terhadap PNS sebagai pelaku tindak pidana penipuan meliputi penyidikan
yang dilakukan Kepolisian yang disusun dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP),
dakwaan terhadap PNS sebagai pelaku tindak pidana penipuan oleh Kejaksaan yang
dituangkan dalam surat dakwaan dan persidangan terhadap PNS sebagai pelaku
tindak pidana penipuan oleh hakim Pengadilan yang dituangkan dalam putusan
pengadilan. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap PNS
sebagai pelaku tindak pidana penipuan adalah: (a) Faktor substansi hukum, yaitu
adanya landasan hukum bagi aparat penegak hukum dalam melaksanakan penegakan
hukum yaitu meliputi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dan
KUHP (b)Faktor penegak hukum, yaitu profesionalisme aparat penegak hukum mulai
dari kepolisian sampai pengadilan. (c) Faktor masyarakat, yaitu rendahnya kesadaran
masyarakat dalam mencegah potensi tindak pidana dan kesediaan masyarakat
menjadi saksi dalam pengadilan. (d) Faktor kebudayaan, yaitu adanya nilai dan norma
bahwa tindak pidana penipuan merupakan pelanggaran terhadap hak milik orang lain
yang harus diberi hukuman setimpal sesuai dengan hukum yang berlaku.
Kata Kunci: Penegakan Hukum, PNS, Penipuan
ANALYSIS OF LAW ENFORCEMENT TOWARD CIVIL SERVANTS
THAT COMMIT CRIMINAL ACTS OF FRAUD
ABSTRACT
This study aim to describe: (1) Law enforcement against civil servants who commit
criminal acts of fraud (2) Some factors that affect the law enforcement against civil
servants who commit criminal acts of fraud. Results and discussion of research shows
that : (1) law enforcement against civil servants as fraud perpetrators include
investigations conducted after police received reports of casualties and investigation
actions arranged in a dossier, the charges against the perpetrators of civil servants
criminal fraud, Attorney and carried forth in the indictment with lawsuits in
accordance with Article 372 of the Criminal Code. Civil proceedings against the
perpetrators of the crime of fraud, committed by Court judge, to administer justice
based on the evidence was legally and convincingly. (2) Factors that affect the law
enforcement against civil servants as perpetrators of fraud are : (a) Factors legal
substance, that is the legal basis for law enforcement officers in carrying out
enforcement against the perpetrators of civil servants criminal fraud, including law
No. 2 of 2002 and Criminal Code (b) law enforcement factors, namely the
professionalism of law enforcement officers from the police to the courts in carrying
out enforcement against civil as criminal fraud. (c) community factors, namely the
lack of public awareness in preventing potential criminal fraud and people's
willingness to be a witness in court. (d) cultural factors, namely the values and norms
that criminal fraud is a violation of property rights of others who should be punished
in accordance with applicable law.
Keywords : Law Enforcement, Civil Servants, Fraud
I. PENDAHULUAN
Secara ideal seharusnya PNS menjadi
panutan dan contoh bagi masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari, namun
pada kenyataannya terdapat PNS yang
melakukan tindak pidana penipuan,
sebagaimana tertuang dalam Putusan
Pengadilan Tinggi Tanjung Karang
Nomor: 126/Pid. B/2011/PT.TK dengan
terdakwa bernama Elzuhin Nunyai Bin
Hi. Darmawi yang berstatus sebagai
PNS, melakukan tindak pidana penipuan
dengan modus menjadi perantara dalam
penerimaan CPNSD. Pelaku menerima
uang sebesar Rp.125.000.000,- dari
korban bernama Zaikadir Bin M. Saan
sebagai syarat agar anak korban yang
bernama Novaria Ayu Pratiwi dapat
diterima sebagai CPNSD di Kabupaten
Pringsewu.
Setelah
pengumuman
CPNSD dipublikasikan, ternyata anak
korban tidak diterima sebagai CPNSD,
sedangkan uang yang diberikan korban
kepada terdakwa hanya dikembalikan
sebesar Rp.25.000.000,-. Akibatnya
korban mengalami kerugian sebesar
Rp.100.000.0001
Sesuai dengan perkara di atas maka
terdapat kesenjangan penerapan sanksi
pidana
tindak
pidana
penipuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yaitu barangsiapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu, dengan tipumuslihat,
ataupun
rangkaian
1
Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang
Nomor: 126/Pid. B/2011/PT.TK..
kebohongan, membujuk orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi utang atau
menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun. Pada kenyataannya
terdakwa hanya dijatuhi pidana selama
10 bulan penjara oleh Pengadilan Tinggi
Tanjung Karang dan pidana selama 1
tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan
Tinggi Tanjung Karang.
PNS yang melakukan tindak pidana
penipuan dihadapkan pada dua proses
penyelesaian perkara, baik secara hukum
pidana maupun hukum administrasi
Negara. Perbuatan seorang PNS dalam
suatu lingkup tugasnya dapat dibedakan
atas tindakan perseorangan atau tindakan
badan
hukum
(Institusi
kepegawaiannya),
dalam
lingkup
tugasnya tersebut seorang Pegawai
negeri Sipil tidak dibenarkan untuk
berbuat yang tidak wajar atau sewenangwenang dan ini dipandang sebagai
tindakan perseorangan secara pribadi
yang harus dipertanggungjawabkan
secara hukum administratif maupun
hukum pidana.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 6
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil menyebutkan bahwa dengan tidak
mengesampingkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan pidana,
PNS yang melakukan pelangggaran
disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
Hukuman disiplin tersebut mencakup
disiplin ringan, disiplin sedang dan
disiplin berat.
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah penegakan hukum
terhadap Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan tindak pidana penipuan ?
2. Apakah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penegakan hukum
terhadap Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan tindak pidana penipuan?
hukum, dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu, dengan tipumuslihat,
ataupun
rangkaian
kebohongan, membujuk orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi utang atau
menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
A. Penegakan Hukum Terhadap
Pegawai Negeri Sipil Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Penipuan
Penegakan hukum terhadap PNS yang
melakukan tindak pidana penipuan ini
dilaksanakan oleh aparat penegak
hukum. Penegakan hukum terhadap PNS
sebagai pelaku tindak pidana penipuan
dilaksanakan sesuai dengan sistem
hukum yang berlaku, yaitu melalui
pemidanaan yang bertujuan untuk
mencegah dilakukannya tindak pidana
dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat; menyelesaikan
konflik yang ditimbulkan tindak pidana;
memulihkan
keseimbangan;
mendatangkan
rasa
damai
pada
masyarakat; memasyarakatkan dengan
mengadakan
pembinaan
sehingga
menjadi orang baik dan membebaskan
rasa bersalah pada terpidana. Analisis
mengenai penegakan hukum terhadap
PNS sebagai pelaku tindak pidana
penipuan dalam penelitian ini meliputi
proses penyidikan oleh Kepolisian,
penuntutan
oleh
kejaksaaan
dan
penjatuhan hukuman/putusan hakim oleh
Pengadilan Tinggi Kelas IA Tanjung
Karang.
Setiap PNS yang melakukan tindak
pidana penipuan akan diproses secara
hukum
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tindak pidana penipuan menurut Pasal
378 KUHP adalah setiap orang yang
bermaksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan
Uraian di atas sesuai dengan konsep
penegakan hukum yang bersifat total
(total enforcement concept) yang
menuntut agar semua nilai yang ada
dibelakang norma hukum tersebut
ditegakkan tanpa terkecuali. Maknanya
adalah PNS yang melakukan tindak
pidana penipuan tidak hanya dihadapkan
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui penegakan hukum
terhadap Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan tindak pidana penipuan
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum
terhadap Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan tindak pidana penipuan
Pendekatan masalah yang digunakan
adalah yuridis normatif dan pendekatan
yuridis empiris. Pengumpulan data
dilakukan dengan studi pustaka dan studi
lapangan.
Data
dianalisis
secara
kualitatif. Prosedur pengumpulan data
dilakukan dengan teknik studi pustaka
dan studi lapangan. Analisis data
dilakukan secara kualitatif.
II. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
pada hukum pidana, tetapi dihadapkan
pula pada nilai atau norma hukum lain
yang mengatur tentang kepegawaian.
Secara lebih khusus pegawai Negeri
Sipil yang melakukan tindak pidana pada
dasarnya telah terlibat dalam tindak
pidana, sehingga sanksi yang diberikan
terhadap PNS tersebut dapat bersifat
pidana maupun administratif. Upaya
untuk menjamin tata tertib dan
kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan
telah dibuat suatu ketentuan tentang
disiplin PNS ketentuan tersebut didalam
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun
1980 dan kemudian dirubah dengan
ketentuan Peraturan pemerintah Nomor
53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
negeri
Sipil,
dan
ketentuan
pelaksanaannya ditetapkan dalam surat
Edaran Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara No. 23/SE/1980
tahun 1980 dan PERKA No. 21 tahun
2010 tentang ketentuan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, ketentuan ini membahas tentang
kewajiban yang harus dilakukan PNS,
dan larangan serta jenis-jenis hukuman.
Undang-undang Nomor 43 tahun 1999
tentang
Kepegawaian
memberikan
pengaturan secara rinci mengenai Jenis,
kedudukan, kewajiban dan hak seorang
Pegawai Negeri Sipil yang didalam
ketentuan ini juga mengatur bahwa
Pegawai
Negeri
Sipil
dapat
diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau tidak dengan
hormat karena: dihukum penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang ancaman hukumannya 4
(empat) tahun atau lebih; (Pasal 23 ayat
4 huruf a UU No 43 Tahun 1999).
Tingkat dan jenis hukuman disiplin
diatur dalam Pasal 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
yaitu sebagai berikut:
(1)Tingkat hukuman disiplin terdiri
dari:
a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara
tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri dari:
a. penundaan
kenaikan
gaji
berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat
selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat
lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat
lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
b. pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan setingkat
lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS.
Sanksi pidana terhadap PNS yang
melakukan tindak pidana penipuan dapat
dikategorikan sebagai penegakan hukum
yang bersifat penal, yaitu berdasarkan
hukum pidana. Sarana penal adalah
penanggulangan
kejahatan
dengan
menggunakan hukum pidana yang
didalamnya terdapat dua masalah sentral,
yaitu perbuatan apa yang seharusnya
dijadikan tindak pidana dan sanksi apa
yang
sebaiknya
digunakan
atau
dikenakan pada pelanggar. Sanksi
administrasi terhadap PNS yang
melakukan tindak pidana penipuan dapat
dikategorikan sebagai penegakan hukum
yang
bersifat
nonpenal,
yaitu
berdasarkan ketentuan atau peraturan
khusus di bidang kepegawaian. Sarana
non penal meliputi penggunaan sarana di
luar hukum pidana untuk memperbaiki
kondisi-kondisi sosial tertentu, namun
secara tidak langsung mempengaruhi
upaya pencegahan terjadinya kejahatan
Tentang Kepolisian, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 Ayat (13),
yang menyatakan bahwa penyidikan
adalah
serangkaian
tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
B. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penegakan
Hukum Terhadap Pegawai Negeri
Sipil Sebagai Pelaku Tindak
Pidana Penipuan
Bagian-bagian penyidikan yang
berkaitan dengan acara pidana
meliputi ketentuan-ketentuan tentang
data-data penyidikan, ketentuanketentuan
tentang
diketahuinya
terjadinya delik, pemeriksaan di
tempat
kejadian,
pemanggilan
tersangka atau terdakwa, penahanan
sementara,
penggeledahan,
pemeriksaan atau investegasi, berita
acara (penggeledahan, interogasi,
dan pemeriksaan di tempat),
penyitaan dan pelimpahan perkara.
1. Faktor perundang-undangan
(substansi hukum)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Atik Rusmiaty Ambarsari pada hari
Rabu 17 Desember 2013, maka
diketahui bahwa faktor substansi
hukum
yang
mempengaruhi
penegakan hukum terhadap PNS
sebagai pelaku tindak pidana
penipuan adalah pihak kepolisian
memiliki landasan hukum dalam
melaksanakan penyidikan. Landasan
yang dimaksud adalah UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002
Menurut penjelasan Diah Gustiniati
Diah Gustiniati pada hari Jumat 22
November 2013 diketahui bahwa
penyidikan
dilakukan
untuk
mengungkapkan suatu kasus tindak
pidana, yaitu mengungkap secara
jelas dan terperinci mengenai
bagaimana peristiwa dilakukan,
siapa-siapa saja yang terlibat, benda
atau alat-alat yang digunakan serta
waktu terjadinya tindak pidana.
2. Faktor penegak hukum
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Atik Rusmiaty Ambarsari pada hari
Rabu 17 Desember 2013, maka
diketahui bahwa faktor penegak
hukum
yang
mempengaruhi
penegakan hukum terhadap PNS
sebagai pelaku tindak pidana
penipuan adalah profesionalisme
petugas
penyidik
dalam
melaksanakan penyidikan. Petugas
yang telah terlatih dan terbiasa
melaksanakan tugas penyidikan
sesuai
kapasitasnya
akan
memperlancar proses penyidikan.
Profesionalisme
tersebut
dilaksanakan dalam melakukan
pemeriksaan tempat kejadian perkara
setelah menerima laporan dari
masyarakat tentang adanya tindak
pidana
penipuan
oleh
PNS,
pemanggilan atau penangkapan
tersangka, penahanan sementara,
penyitaan barang bukti, pemeriksaan
di muka pejabat penyidik, pembuatan
Berita
Acara,
sampai
pada
pelimpahan perkara kepada penuntut
umum untuk dilakukan tindakan
hukum lebih lanjut sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Profesionalisme
petugas
dalam
proses penyidikan ini selaras dengan
tujuan pokok penyidikan, yaitu utuk
menemukan
kebenaran
dan
menegakkan
keadilan,
bukan
mencari-cari kesalahan seseorang.
Dengan
demikian,
seseorang
penyidik dituntut untuk bekerja
secara obyektif, tidak sewenangwenang.
Menurut penjelasan Diah Gustiniati
pada hari Jumat 22 November 2013
diketahui bahwa pofesionalisme
petugas
dalam
melaksanakan
penyidikan
dilaksanakan
untuk
mencapai tujuan yaitu mewujudkan
keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia.
Sementara itu menurut Guntur
Purwanto pada hari Rabu 20
November 2013, maka diketahui
bahwa hakim sebagai aparat penegak
hukum
juga
memiliki
profesionalisme dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam memutuskan suatu
perkara hakim harus cermat, teliti,
hakim juga dapat menggunakan teori
pembuktian didasarkan keyakinan
dengan
alasan
logis,
yaitu
memutuskan
suatu
perkara
berdasarkan kepada keyakinan hakim
sampai batas tertentu, maksudnya
keyakinan itu harus disertai dengan
suatu kesimpulan yang bersarkan
kepada
peraturan-peraturan
pembuktian tertentu. Jadi putusan
hakim didasarkan pada suatu
motivasi yang disebut sistem
pembuktian bebas, karena hakim
bebas untuk menyebutkan alasanalasan keyakinannya.
Berdasarkan penjelasan responden di
atas maka dapat dinyatakan bahwa
faktor
penegak
hukum
yang
mempengaruhi penegakan hukum
terhadap PNS sebagai pelaku tindak
pidana penipuan adalah adanya
profesionalisme aparat penegak
hukum mulai dari kepolisian sampai
pengadilan, sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing
dalam sistem peradilan pidana.
3. Faktor masyarakat
Adanya
kesadaran
hukum
masyarakat yang memungkinkan
dilaksanakannya penegakan hukum.
Seseorang baru dapat dikatakan
mempunyai
kesadaran
hukum,
apabila memenuhi hukum karena
keikhlasannya, karena merasakan
bahwa hukum itu berguna dan
mengayominya. Dengan kata lain,
hukum dipatuhi karena merasakan
bahwa hukum itu berasal dari hati
nurani
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Atik Rusmiaty Ambarsari pada hari
Rabu 17 Desember 2013, maka
diketahui bahwa faktor masyarakat
yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap PNS sebagai pelaku
tindak pidana penipuan adalah
adanya kesadaran masyarakat dalam
melakukan pencegahan terhadap
potensi tindak pidana penipuan yaitu
dengan tidak mudah percaya pada
iming-iming menjadi PNS dalam
perekrutan PNS.
Menurut penjelasan Diah Gustiniati
pada hari Jumat 22 November 2013
diketahui bahwa adanya saksi dalam
persidangan merupakan salah satu
alat bukti yang dapat membantu
hakim dalam menjatuhkan pidana
kepada terdakwa sesuai dengan
kesalahan yang dilakukannya.
4. Faktor kebudayaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Atik Rusmiaty Ambarsari pada hari
Rabu 17 Desember 2013, maka
diketahui bahwa faktor kebudayaan
yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap PNS sebagai pelaku
tindak pidana penipuan adalah nilainilai dan norma budaya yang diakui
secara umum oleh masyarakat di
Indonesia bahwa tindakan tindak
pidana
penipuan
merupakan
pelanggaran terhadap norma dan
nilai-nilai kebudayaan, sehingga
pelakunya harus diberi hukuman
yang setimpal karena mengambil hak
milik orang lain.
Menurut penjelasan Diah Gustiniati
pada hari Jumat 22 November 2013
diketahui bahwa tindak pidana
penipuan dalam tatanan kebudayaan
masyarakat di Indonesia adalah hal
yang tidak dibenarkan, sehingga
penegakan hukum terhadap PNS
sebagai pelaku tindak pidana
penipuan dengan sendirinya akan
mendapatkan
dukungan
dari
kebudayaan yang ada dan diakui oleh
masyarakat. Kebudayaan Indonesia
dapat mempengaruhi penegakan
hukum terhadap PNS sebagai pelaku
tindak pidana penipuan, yaitu adanya
nilai dan norma bahwa tindak pidana
penipuan merupakan pelanggaran
terhadap hak milik orang lain,
sehingga pelakunya harus diberi
hukuman yang setimpal dengan
kesalahan atau tindak pidana yang
dilakukannya.
III. SIMPULAN
1. Penegakan hukum terhadap Pegawai
Negeri Sipil sebagai pelaku tindak
pidana penipuan meliputi penyidikan
yang dilakukan Kepolisian setelah
menerima laporan dari korban dan
tindakan penyidikan disusun dalam
Berita Acara Pemeriksaan (BAP),
dakwaan terhadap PNS sebagai
pelaku tindak pidana penipuan,
dilakukan Kejaksaan dan dituangkan
dalam surat dakwaan dengan
tuntutan hukum sesuai dengan Pasal
372 KUHP. Persidangan terhadap
PNS sebagai pelaku tindak pidana
penipuan, dilakukan oleh hakim
Pengadilan, untuk menegakkan
keadilan berdasarkan bukti-bukti
secara sah dan meyakinkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum terhadap Pegawai
Negeri Sipil sebagai pelaku tindak
pidana penipuan adalah sebagai
berikut:
a. Faktor
perundang-undangan
(substansi hukum), yaitu adanya
landasan hukum bagi aparat
penegak
hukum
dalam
melaksanakan penegakan hukum
terhadap PNS sebagai pelaku
tindak pidana penipuan, meliputi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian dan
Pasal 372 KUHP
b. Faktor penegak hukum, yaitu
adanya profesionalisme aparat
penegak hukum mulai dari
kepolisian sampai pengadilan
dalam melaksanakan penegakan
hukum terhadap PNS sebagai
pelaku tindak pidana penipuan.
c. Faktor
masyarakat,
yaitu
rendahnya masyarakat dalam
melakukan pencegahan terhadap
potensi tindak pidana penipuan
dan
kesediaan
masyarakat
menjadi saksi dalam pengadilan.
d. Faktor kebudayaan, yaitu adanya
nilai dan norma bahwa tindak
pidana penipuan merupakan
pelanggaran terhadap hak milik
orang lain yang harus diberi
hukuman setimpal sesuai dengan
hukum yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi. 2001. Bunga
Rampai Kebijakan Hukum
Pidana. PT Citra . Aditya Bakti.
Bandung.
Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem
Peradilan Pidana. Binacipta.
Bandung.
Hamzah, Andi. 2001. Asas-Asas Hukum
Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.
Lamintang, P.A.F. 1996. Dasar-Dasar
Hukum Pidana Indonesia, PT.
Citra Adityta Bakti, Bandung.
Marpaung, Leden. 1992. Proses
Penanganan Perkara Pidana.
Sinar Grafika.Jakarta.
______________ . 2000. Tindak Pidana
Terhadap Nyawa dan Tubuh.
Sinar Grafika. Jakarta.
Mardiasmo.
Kebijaksanaan
Desentralisasi Dalam Rangka
Menunjang Pembangunan Daerah
dalam Pembangunan Administrasi
Indonesia. LP3ES. Jakarta. 2006.
Moeljatno, 1993. Asas-Asas Hukum
Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia,
Politik dan Sistem Peradilan
Pidana. Badan Penerbit UNDIP.
Semarang.
Mulyadi, Lilik. 2007. Kekuasaan
Kehakiman, Bina Ilmu,
Surabaya.
Prodjohamidjojo, Martiman, 1997.
Pertanggungjawaban
Pidana,
Rineka Cipta, Jakarta.
Rahardjo, Satjipto. 1996. Hukum dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Perubahan
Sosial
dalam
Pembangunan Hukum dalam
Perspektif
Politik
Hukum
Nasional. Rajawali. Jakarta.
Setiadi, Edi. 1997. Permasalahan dan
Asas-Asas
Pertanggung
Jawaban
Pidana.
Alumni.Bandung.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pengantar
Penelitian Hukum. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Jo. Undang-Undang Nomor 73
Tahun
1958
Tentang
Pemberlakuan Kitab UndangUndang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana
Download