analisis pengaruh likuiditas saham dengan menggunakan zero

advertisement
ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS SAHAM DENGAN
MENGGUNAKAN ZERO DAILY RETURN TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA SAHAM-SAHAM LQ-45 YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 - 2011)
Mei Nurtika Hamidah
Bernardus Yuliarto Nugroho
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
This study examines the relationship between stock liquidity using daily zero returns as its
proxy and firm performance (Tobin's Q) with book value of assets, firm age, idiosyncratic
risk, and volatility of operating income as control variables. Moreover, this study uses
balanced panel data methods by number of observations as much as 75 firm-years
observations. In order to control the endogenous liquidity, this study uses Two Stage Least
Square (2SLS) and alternative measures of liquidity. Results of this study indicate that firms
with liquid stocks have better performance although liquidity does not improve firm
performance significantly around the decimalization. In addition, this study found that a
positive influence between liquidity and firm performance is not due to liquidity premium,
investor sentimen, and the feedback effect.
Keywords: feedback effect; firm performance; liquidity.
1.
Pendahuluan
Investasi di pasar modal semakin banyak diminati oleh masyarakat Indonesia seiring
dengan meningkatnya pendapatan. Investasi jenis ini tentu sangat menarik karena
menawarkan return yang tinggi jika dibanding investasi emas atau properti. Ditambah lagi
dengan adanya rencana BEI untuk menurunkan satuan lot saham dari 500 saham menjadi 100
saham per lotnya mempermudah investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Semakin banyak investor yang bertransaksi terhadap suatu saham maka akan
menaikan tingkat likuiditas saham tersebut (Wahyudi, 2002). Namun dengan adanya hal
tersebut investor harus lebih cermat dan cerdas dalam memilih investasi di pasar modal jika
tidak ingin rugi besar. Likuiditas saham merupakan salah satu faktor penting yang perlu
dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi saham. Bagi investor jangka pendek,
likuiditas saham sangat penting, karena besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sangat
ditentukan oleh likuiditas saham yang dimilikinya sebab likuiditas akan menentukan apakah
investasi pada suatu saham dapat dengan mudah dicairkan menjadi uang atau ke dalam
bentuk lainnya (Madura, 2003). Salah satu proksi untuk mengukur likuiditas saham adalah
zero daily return. Zero daily return merupakan proksi terbaik untuk perusahaan di Negara
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
berkembang dan dapat secara signifikan memprediksi keuntungan masa mendatang (Bekaert
et al., 2007)
Likuiditas saham bermanfaat sebagai cerminan perkembangan kinerja perusahaan.
Menurut Kaplan dan Zingales (1997) di pasar modal, para investor menilai tingkat kinerja
saham perusahaan menggunakan proksi Tobin’s Q. Investor berminat melakukan pembelian
saham pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang berarti memiliki nilai Tobin’s
Q yang tinggi. Oleh karena itu perusahaan berusaha untuk menjaga kinerjanya agar tetap
baik. Kinerja perusahaan yang baik menunjukkan nilai perusahaan yang tinggi, sehingga
investor akan tertarik untuk melakukan transaksi. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Vivian W. Fang et al. (2009) di Amerika Serikat yang menemukan adanya
hubungan yang positif antara likuiditas saham dan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
akan tercermin dalam harga saham. Artinya jika investor merespon harga saham dengan baik,
maka mengindikasikan kinerja yang baik bagi perusahaan.
Hubungan antara likuiditas dan kinerja perusahaan telah menerima banyak perhatian
di bidang ekonomi keuangan dari berbagai perspektif. Teori yang menjelaskan mengenai
hubungan likuiditas dengan kinerja perusahaan salah satunya adalah teori feedback based
causative (Subrahmanyam dan Titman, 2001). Teori feedback based causative berbasis
kinerja operasi, yang menyatakan bahwa likuiditas mempengaruhi kinerja operasi, atau basis
harga. Dengan adanya likuiditas, investor yang memiliki informasi menjadikan harga lebih
informatif bagi stakeholder. Feedback ini meningkatkan kinerja operasi dan kendala
keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel likuiditas saham dan kemudian
dianalisis guna mengetahui besarnya pengaruh variabel tersebut terhadap kinerja perusahaan
pada perusahaan-perusahaan yang termasuk Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode
2007 - 2011. Penggunaan Indeks LQ-45 dikarenakan terdiri dari 45 perusahaan dengan
likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ-45 sangat cocok sekali
untuk penelitian ini sebab apabila perusahaan dalam indeks lain yang dijadikan sampel maka
belum tentu saham dari perusahaan tersebut likuid sehingga tidak dapat diketahui
pengaruhnya terhadap kinerja keuangan. Untuk menghilangkan variabel endogen yang
berkorelasi dengan error term, penelitian ini menggunakan model regresi Two Stage Least
Square sehingga dapat menghasilkan hasil yang terobservasi seluruhnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat
di dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat pengaruh likuiditas saham dengan
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
menggunakani zero daily return terhadap kinerja perusahaan pada saham-saham LQ-45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011?
Berdasarkan pokok permasalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka penelitian
ini memiliki tujuan yaitu, untuk menganalisis pengaruh likuiditas dengan menggunakan zero
daily return terhadap kinerja perusahaan pada saham-saham LQ-45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia untuk periode 2007 – 2011.
2.
Tinjauan Teoritis
Likuiditas adalah kemampuan untuk merealisasikan investasi ke dalam bentuk uang
tunai sebagai aktiva yang paling lancar secara cepat dan dengan sedikit atau tanpa kehilangan
nilainya (Gitman dan Joehnk, 1996). Likuiditas suatu saham sangat dipengaruhi oleh jumlah
saham yang beredar. Semakin banyak jumlah saham yang beredar maka secara teoritis
likuiditas saham tersebut juga semakn tinggi. Beberapa literatur menyatakan bahwa zero
daily return merupakan proksi yang baik untuk mengukur likuiditas sebab zero daily return
lebih sensitif digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan ukuran sampel
yang kecil dibandingkan relative effective spread (Vivian W. Fang et al., 2009) dan zero
daily return juga dapat secara signifikan memprediksi keuntungan di masa depan pada pasar
Negara berkembang (Bekaert et al., 2007).
Kinerja perusahaan adalah ukuran tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola
sumber daya keuangan perusahaan, terutama pada pengelolaan investasi sebagai upaya untuk
menciptakan nilai bagi pemegang saham (Elizabeth, 2000 : 76-85). Kinerja perusahaan yang
baik berhasilan dalam menghasilkan laba. Di dalam mengukur nilai perusahaan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Tobin’s Q. Tobin’s Q dinilai bisa memberikan
informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal
saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang
dimasukkan namun seluruh aset perusahaan (Sukamulja, 2004).
Amihud dan Mendelson (2008) telah mencatat bahwa likuiditas perusahaan itu sendiri
mempengaruhi kinerja perusahaan secara luar biasa. Oleh karena itu hubungan antara
likuiditas dan kinerja perusahaan telah menerima banyak perhatian di bidang ekonomi
keuangan dari berbagai perspektif. Baker dan Stein (2004) mengatakan bahwa likuiditas yang
lebih tinggi hanya untuk investor yang sentimennya lebih tinggi. Dalam model mereka,
saham yang likuiditasnya tinggi memiliki kelebihan penilaian (overvalued). Semenjak
mereka berdagang pada tingkat premium, mereka memiliki expected return yang lebih rendah
di masa depan.
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Coffee (1991) dan Bhide (1993) mencatat bahwa meskipun likuiditas adalah
pendukung untuk pembelian saham oleh para investor, tetapi juga memfasilitasi keluarnya
blockholders jika mereka tidak senang dengan kinerja perusahaan. Goldstein dan Guembel
(2008) menunjukkan bahwa negatif feedback trading juga mungkin terjadi ketika spekulan
memanfaatkan likuiditas dengan strategi short-selling yang membahayakan kinerja
perusahaan.
Seperti yang dikatakan oleh Vivian W. Fang (2009) para peneliti mengembangkan
berbagai teori penyebab untuk menjelaskan bagaimana likuiditas mempengaruhi kinerja,
yaitu feedback based causative theories dan lain-lain. Teori feedback based causative
menunjukkan bahwa likuiditas positif dapat mempengaruhi kinerja perusahaan bahkan ketika
konflik keagenan tidak ada. Subrahmanyam dan Titman (2001) dan Khanna dan Sonti (2004)
berpendapat bahwa likuiditas yang tinggi meningkatkan masuknya informed investor
sehingga membuat harga lebih informatif bagi para stakeholders sehingga mempengaruhi
perdagangan dan perilaku manajerial stakeholders ke dalam strategi perdagangan yang
menjadikan perdagangan menjadi lebih agresif dan membuat harga menjadi lebih informatif.
Feedback ini meningkatkan kinerja operasi dan mengurangi kendala keuangan. Sehingga
kedua efek ini nantinya akan meningkatkan kinerja perusahaan.
3.
Metode Penelitian
3.1
Jenis Data
Data terdiri dari 14 perusahaan yang secara berturut-turut termasuk Indeks LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011. Berdasarkan tujuan, penelitian ini
tergolong sebagai penelitian eksplanatif. Penelitian ini mencoba menjelaskan pola hubungan
antara variabel independen, yaitu likuiditas saham dengan variabel dependen, yaitu kinerja
perusahaan. Pengujian hubungan tersebut dengan menggunakan batasan yang terdiri dari
beberapa variabel, yaitu total aset, umur perusahaan (firm age), volatilitas operating income
dan risiko idiosinkratik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam data
cross sectional untuk tahun pengamatan delta tahun 2004 dan 2006 serta pooled data—data
observasi time series dan cross-sectional untuk tahun pengamatan 2007-2011.
3.2
Pengukuran Variabel
Variabel independen pada penelitian ini adalah variabel likuiditas saham. Dalam
mengukur likuiditas pada penelitian ini menggunakan model Lesmond (2005), yaitu:
………..……………….…….………(3.1)
Sumber : Lesmond (2005)
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
di mana
merupakan Zero daily return, sedangkan
adalah persentase jumlah
hari perdagangan yang memiliki return nol dibagi dengan total hari perdagangan.Variabel
dependen pada penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Penelitian terdahulu menggunkan
rasio Tobin’s Q yang dinilai bisa memberikan informasi paling baik untuk mengukur kinerja
perusahaan. Untuk mengukur nilai Tobin’s Q, yaitu:
………(3.2)
Sumber : Klapper dan Love (2002) dalam Darmawati dan Khomsiyah (2005)
Kemudian sesuai dengan Vivian W. Fang et al. (2009) membagi market to book ratio
menjadi tiga komponen untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam mengenai
kinerja perusahaan yang tinggi terhadap saham yang memiliki likuiditas yang tinggi.
Komponen-komponennya yaitu, operating income to price, financial leverage, dan operating
profitability/operating income on asset (Vivian W. Fang et al., 2009). Untuk lebih jelas maka
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
…………………………….....(3.3)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
di mana:
OIP = Operating income to price Ratio =
LEVERAGE = Financial leverage ratio =
OIOA = Operating income on assets =
Total aset perusahaan sebagai variabel kontrol digunakan mengikuti Gompers, Ishii, dan
Metrick (2003). Total aset juga dapat dikatakan sebagai variabel ukuran perusahaan. Semakin
besar jumlah total aset, maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut dan sebaliknya.
……………….(3.4)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
Menurut Finkelstein dan Hambrick (1996) umur perusahaan merupakan faktor yang
dapat membatasi keleluasaan manajerial dalam mengelola perusahaan sehingga nantinya
akan berdampak pada kinerja perusahaan. Oleh karena itu variabel ini dimasukkan ke dalam
penelitian sebagai variabel kontrol.
………….…………..(3.5)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Spiegel dan Wang (2005) menjelaskan mengenai dua penemuan empiris sebelumnya,
yaitu likuiditas berkorelasi negatif dengan return sementara risiko idiosinkratik secara positif
berkorelasi dengan return. Mereka memeriksa apakah ini adalah salah satu efek yang
menemukan bahwa risiko idiosinkratik adalah prediktor return yang lebih kuat dibandingkan
dengan likuiditas. Menurut Vivian W. Fang et al. (2009) risiko idiosinkratik didefinisikan
sebagai standar deviasi dari residual OLS dari tiga faktor Fama dan French.
/
……………………..(3.6)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
di mana:
=
= suku bungan Bank Indonesia
=
SMB = return dari portofolio yang dibuat berdasarkan size perusahaan yang kecil dikurangi
dengan size perusahaan yang besar
HML = return dari portofolio yang dibuat berdasarkan book to market equity yang tinggi
dikurangi dengan book to market equity yang rendah
Untuk membedakan antara teori-teori yang menjelaskan mengapa likuiditas
mempengaruhi kinerja perusahaan, peneliti menggunakan variabel kontrol volatilitas
operating income. Volatilitas operating income merupakan proksi untuk risiko bisnis.
…(3.7)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
3.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis 1
Saham yang likuid memiliki Q perusahaan yang lebih tinggi. Hipotesis ini dapat dilihat
berdasarkan model (3.8), (3.9), (3.10), dan (3.11) dengan melihat Q dan ZRINDEX. Apabila
ZRINDEX tinggi dan memiliki Q yang tinggi pula maka hipotesis ini diterima.
H1A : Liquiditas Premium : Baker dan Stein (2004) mengatakan bahwa saham yang
likuiditasnya tinggi adalah overvalued yang menyebabkan saham tersebut diperdagangkan
pada level premium dan memiliki expected required return lebih rendah di masa depan. Jika
kinerja perusahaan lebih tinggi untuk perusahaan dengan saham yang lebih likuid didasarkan
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
pada likuiditas premium, maka ZRINDEX yang tinggi harus memiliki OIP yang lebih tinggi
(Vivian W. Fang, 2009).
H0 : Tidak terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan likuiditas premium.
H1 : Terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan likuiditas premium.
H1B : Sentimen : Investor terlalu percaya diri sehingga membuat mereka bertindak gegabah
ketika ada informasi mengenai penurunkan harga perdagangan. Dengan penjualan singkat,
kehadiran investor irrasional menunjukkan bahwa saham likuid akan diperdagangkan pada
tingkatan premium (Baker dan Stein, 2004). Likuiditas yang tinggi adalah tanda bahwa
terdapat sintimen dari investor yang irasional dan expected return secara abnormal rendah.
Sama seperti likuiditas premium, sintimen invetor juga dilihat berdasarkan kinerja
perusahaan lebih tinggi untuk perusahaan dengan saham yang lebih likuid didasarkan pada
likuiditas premium, maka ZRINDEX yang tinggi harus memiliki OIP yang lebih tinggi
(Vivian W. Fang, 2009).
H0 : Tidak terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan sentimen investor.
H1 : Terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan sentimen investor.
H1C : Tanggapan Positif (Positive Feedback) : Perusahaan dengan likuiditas tinggi memiliki
rasio Q yang lebih tinggi karena stimulus likuiditas masuknya investor yang memiliki
informasi yang membuat harga lebih informatif bagi para stakeholder. Hal ini meningkatkan
kinerja operasi dan merenggangkan kendala keuangan (Khanna dan Sonti, 2004,
Subrahmanyam dan Titman, 2001). Hal ini merupakan feedback untuk meningkatkan kinerja
operasi. Hipotesis ini dapat dilihat berdasarkan model (3.12) dengan melihat Q dan
DUM_INCVOL.
H0 : Tidak terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan feedback effect.
H1 : Terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan feedback effect.
Hipotesis 2
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Saham yang likuid memiliki Q perusahaan yang lebih rendah. Hipotesis ini dapat dilihat
berdasarkan model (3.8), (3.9), (3.10), dan (3.11) dengan melihat Q dan ZRINDEX. Apabila
ZRINDEX tinggi memiliki Q yang rendah maka hipotesis ini diterima.
H2A : Tanggapan Negatif (Negative Feedback) : Perusahaan dengan likuiditas tinggi
memiliki rasio Q perusahaan yang lebih rendah karena spekulan memanfaatkan likuiditas
dengan strategi short-selling yang menyebabkan investasi tidak efisien (Goldstein dan
Guembel, 2008). Sedangkan Coffee (1991) dan Bhide (1993) mencatat bahwa meskipun
likuiditas adalah pendorong untuk pembelian saham oleh para aktivis luar, tetapi hal itu juga
memfasilitasi keluarnya dari blockholders yaitu aktivis potensial jika mereka tidak senang
dengan kinerja perusahaan. Hipotesis ini dapat dilihat berdasarkan model (3.12) dengan
melihat Q dan DUM_INCVOL.
H0 : Tidak terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan negative feedback.
H1 : Terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap kinerja perusahaan yang
dikarenakan negative feedback.
3.4
Model Analisis
Baseline Specification
Model ini digunakan untuk mengetahui apakah likuiditas saham mempengaruhi
kinerja perusahaan secara signifikan. Estimasi model yang digunakan adalah:
……………………………………………………………………………………..(3.8)
Sumber: Vivian W. Fang et al. (2009)
Model (3.8) pertama kali diestimasi dengan menggunakan Pooled OLS untuk
mengetahui ketika masih terdapat variabel edogen yang berkorelasi dengan error term
apakah likuiditas mempengaruhi kinerja perusahaan juga atau tidak dan apakah hasilnya
sama apabila menggunakan regresi 2SLS.
Reverse Causality
Bursa Efek Jakarta mengeluarkan peraturan pada tanggal 3 Januari 2005
diberlakukannya fraksi tunggal yaitu 1 poin Rp 5 menjadi sistem multi fraksi (Rp 5, Rp10,
Rp25 dan Rp50). Penurunan tick size di BEJ dimaksudkan untuk menarik investor untuk
membeli saham. Tujuan ini tentunya berkaitan erat dengan peningkatan likuiditas. Perubahan
likuiditas tersebut menurut Vivian W. Fang (2009) disebabkan oleh exogenous stock of
decimalization yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi efek penyebab terjadinya
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
hubungan likuiditas dan kinerja perusahaan. Spesifikasi ditunjukkan di mana t adalah tahun
fiskal selama decimalization terjadi untuk perusahaan i. Berikut adalah model dari
decimalization:
………………………………………………..(3.9)
Sumber: Vivian W. Fang et al. (2009)
Endogenity : Two Stage Least Square
Pada model ini menggunakan model persamaan simultan untuk mengkontrol
endogenitas. Mengikuti penelitian dari Vivian W. Fang et al. (2009), penulis menggunakan
satu lag perhitungan likuiditas (
dan mean ZRINDEX dari dua
perusahaan dalam industri perusahaan i tersebut yang memiliki ukuran yang paling dekat
(market value of equity) dengan perusahaan i (Z1) sebagai varibel eksogenius yang akan
berkorelasi dengan likuiditas tetapi tidak berkorelasi dengan error term.
……………………………………………….….(3.10)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
……………....(3.11)
Sumber : Vivian W. Fang et al. (2009)
Feedback Effect
Untuk mengetahui apakah likuiditas saham mempengaruhi kinerja perusahaan
dikarenakan adanya feedback effect atau tidak. Variabel INCVOL diganti dengan variabel
dummy, DUM_INCVOL, di mana DUM_INCVOL sama dengan satu jika saham berada
yang di atas median INCVOL dan sama dengan nol jika saham berada di bawah median
INCVOL. Estimasi model yang digunakan adalah:
…...................................................................(3.12)
Sumber: Vivian W. Fang et al. (2009)
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
3.5 Teknik Analisis Panel Data
Penelitian ini menggunakan model penelitian dengan menggunakan data cross
sectional dan panel data. Karena data cross sectional merupakan jenis data yang masih
sederhana maka tidak diperlukan estimasi seperti data panel. Untuk melakukan estimasi pada
data panel adalah dengan Pooled Least Squares (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan
Random Effect Model (REM) (Gujarati, 2004). Selain uji informal dapat juga menggunakan
uji statistik formal yaitu Uji Chow, Uji The Breusch-Pagan LM, dan Uji Hausman (Nachrowi
dan Usman, 2006; Wasef, 2010)
4.
Hasil dan Pembahasan
Setelah melakukan uji asumsi klasik dan uji statistik model yang meliputi uji
signifikansi variabel bebas (Uji T), uji signifikansi model atau uji simultan (Uji F) dan uji
), maka hasil analisis pengaruh likuiditas saham dengan
relevansi model (Uji
menggunakan zero daily return terhadap kinerja perusahaan dirangkum dalam Tabel 4.1
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Regresi Model (3.8)
Variabel Dependen
Q
OIP
LEVERAGE
OIOA
ZRINDEX
3.115453
-0.4107312
0.0933259
0.079224
2.26**
-3.58*
0.49
0.55
-0.6429782
-0.0403605
0.1576254
-0.0758175
-3.45*
-3.23*
12.66*
-4.03*
0.129911
-0.1518883
0.3746613
-0.2155065
0.04
-0.69
1.45
-0.71
-0.0918243
-0.0170347
-0.0181159
-0.0237265
-0.89
-2.05**
-1.51
-2.21**
0.6709564
-0.0015927
-0.0155867
0.0670796
2.85*
-0.08
-0.51
2.72*
70
70
70
70
0.4703
0.2822
0.2092
0.1662
0.419852381
0.213838095
0.133885714
0.086790476
LOG_BVTA
LOG_AGE
INCVOL
IDIO
Observation
Adj.
Ket:
Tabel 4.1 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 14 perusahaan dengan 70 data tahun perusahaan
selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah Tobin’s Q (Q), operating income to price ratio (OIP),
financial leverage ratio (LEVERAGE), dan operating return on asset ratio (OIOA). Variabel independen meliputi
zero daily return (ZRINDEX), book value of assets (LOG_BVTA), umur perusahaan (LOG_AGE), risiko
idiosinkratik (IDIORISK), serta volatilitas operating income (INCVOL). Nilai yang bercetak tebal merupakan nilai
koefisien, sedangkan nilai yang berada di bawahnya merupakan nilai statistik t; * menunjukkan tingkat signifikansi
pada level 1%, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 5%, *** menunjukkan tingkat signifikansi pada level
10%.
Sumber: Olahan penulis menggunakan Stata 11.0 (2013)
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Sementara itu, Tabel 4.2 menyajikan hasil regresi model (3.9) di mana nilai dari
masing-masing variabel yang terdapat pada model (3.9) merupakan delta atau hasil perbedaan
antara nilai variabel tahun 2004 dengan nilai varaibel tahun 2006. Hal ini dikarenakan
peneliti ingin mengatahui adakah pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang dikarenakan
terjadinya perubahan peraturan fraksi harga di Bursa Efek Jakarta dari fraksi tunggal ke multi
fraksi.
Tabel 4.2 Hasil Regresi Model (3.9)
Variabel Dependen
ZRINDEX
LOG_BVTA
INCVOL
IDIO
Observation
Adj.
Q
OIP
LEVERAGE
OIOA
-2.212578
-1.004638
-0.0381919
0.0765784
-1.09
-2.22***
-0.68
0.73
2.310245
-0.5733916
-0.0422833
-0.2053822
2.92**
-3.26**
-1.93***
-5.02*
-0.7992355
-1.00823*
0.0233651
0.1201157
-1.15
-6.51
1.21
3.34*
0.3442075
-0.473655
-0.0893396
0.0596028
1.07
-6.61*
-10.04*
3.58*
14
14
14
14
0.9056
0.9894
0.9935
0.9905
0.824685714
0.980314286
0.987928571
0.982357143
Ket:
Tabel 4.2 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 14 perusahaan dengan 14 data tahun perusahaan
selama periode delta tahun 2004 dengan 2006. Variabel dependennya adalah delta Tobin’s Q ( Q), delta financial
leverage ratio ( LEVERAGE), dan delta operating return on asset ratio ( OIOA). Variabel independen meliputi
delta zero daily return ( ZRINDEX), delta book value of assets ( LOG_BVTA), delta risiko idiosinkratik
). Nilai yang bercetak tebal merupakan nilai
( IDIORISK), serata delta volatilitas operating income (
koefisien, sedangkan nilai yang berada di bawahnya merupakan nilai statistik t; * menunjukkan tingkat signifikansi
pada level 1%, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 5%, *** menunjukkan tingkat signifikansi pada level
10%.
Sumber: Olahan penulis menggunakan Stata 11.0 (2013)
Tabel 4.3 menyajikan hasil regresi model 2SLS dari (3.10) dan (3.11) di mana pada
kolom kedua merupakan hasil regresi stage pertama. Sedangkan hasil regresi 2SLS terdapat
pada kolom ketiga hingga kelima.
Tabel 4.3 Hasil Regresi Model (3.10) dan (3.11)
First Stage
Variabel Dependen
ZRINDEX
FIT_ZRINDEX
LOG_ZRINDEX (t-1)
Two Stage Least Square
Q
OIP
LEVERAGE
OIOA
5.003119
-0.9063926
0.3389754
-0.2679952
1.71***
-3.89*
0.85
-0.9
-0.0475614
-0.4
Z1
0.5938212
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
4.13*
LOG_BVTA
LOG_AGE
INCVOL
IDIO
Observation
Adj.
-0.0102021
-0.6210957
-0.0465084
0.159907
-0.0802208
-1.32
-3.29*
-3.46*
12.46*
-4.18*
0.0304752
0.6610848
-0.155055
0.3702022
-0.1991645
0.2
0.22
-0.69
1.44
-0.66
-0.0056375
-0.0780386
-0.0196374
-0.0177971
-0.0238034
-0.77
-0.75
-2.4**
-1.49
-2.23**
0.0430359
0.6434417
0.0094341
-0.0230324
0.0772375
2.39**
2.59**
0.48
-0.72
3.04*
70
70
70
70
70
0.0898
0.469
0.3061
0.2093
0.4769
-0.012964516
0.418428571
0.240014286
0.133995238
0.427080952
Ket:
untuk
stage
pertama
dan
untuk 2SLS. Tabel 4.3 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 14 perusahaan dengan 70 data tahun
perusahaan selama periode 2007-2011. Untuk stage pertama variabel dependennya adalah zero daily return
(ZRINDEX). Variabel independen meliputi zero daily return satu tahun sebelum tahun pengamatan (LOG_ZRINDEX
(t-1)), rata-rata zero daily return dari dua perusahaan yang memiliki market value of quity yang paling dekat dengan
perusahaan yang diamati (Z1), book value of assets (LOG_BVTA), umur perusahaan (LOG_AGE), risiko
idiosinkratik (IDIORISK), serata volatilitas operating income (INCVOL). Sedangkan pada 2SLS, variabel
dependennya adalah Tobin’s Q (Q), operating income to price ratio (OIP), financial leverage ratio (LEVERAGE),
dan operating return on asset ratio (OIOA). Variabel independen meliputi fitted value dari zero daily return model
tahap satu (FIT_ZRINDEX), book value of assets (LOG_BVTA), umur perusahaan (LOG_AGE), risiko idiosinkratik
(IDIORISK), serata volatilitas operating income (INCVOL). Nilai yang bercetak tebal merupakan nilai koefisien,
sedangkan nilai yang berada di bawahnya merupakan nilai statistik t; * menunjukkan tingkat signifikansi pada level
1%, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 5%, *** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 10%.
Sumber: Olahan penulis menggunakan Stata 11.0 (2013)
Pada Tabel 4.4 menyajikan hasil regresi model (3.12) di mana model ini digunakan
untuk mengetahui apakah likuiditas mempengaruhi kinerja perusahaan yang dikarenakan
adanya feedback effect.
Tabel 4.4 Hasil Regresi Model (3.12)
Variabel Dependen
Q
OIP
LEVERAGE
OIOA
ZRINDEX
3.178688
-0.2661368
-0.0465584
0.1624684
1.65***
-1.66***
-0.18
0.79
-0.0731164
-0.111898
0.1061344
-0.0630134
-0.07
-1.37
0.78
-0.6
-0.1449145
-0.2066
0.2114624
-0.1523063
-0.09
-1.52
0.94
-0.88
-0.6201546
-0.0346888
0.158543
-0.0691815
-3.19*
-2.6*
12.5*
-3.48*
0.2463299
-0.0541717
0.4466052
-0.0978636
0.08
-0.24
1.73***
-0.31
0.682247
-0.0035503
-0.0046463
0.0600875
2.7*
-0.17
-0.15
2.24**
DUM_INCVOL
ZRINDEX*DUM_INCVOL
LOG_BVTA
LOG_AGE
IDIO
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Observation
Adj.
70
70
70
70
0.4632
0.2881
0.2408
0.502
0.402593548
0.207724194
0.155083871
0.445774194
Ket:
Tabel 4.4 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 14 perusahaan dengan 70 data tahun perusahaan
selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah Tobin’s Q (Q), operating income to price (OIP), financial
leverage ratio (LEVERAGE), dan operating return on asset ratio (OIOA). Variabel independen meliputi zero daily
return (ZRINDEX), dummy variabel dari volatilitas operating income (DUM_INCVOL), hasil perkalian antara zero
daily return dengan dummy variabel dari volatilitas operating income (ZRINDEX*DUM_INCVOL), book value of
assets (LOG_BVTA), umur perusahaan (LOG_AGE), serta risiko idiosinkratik (IDIORISK). Nilai yang bercetak
tebal merupakan nilai koefisien, sedangkan nilai yang berada di bawahnya merupakan nilai statistik t; * menunjukkan
tingkat signifikansi pada level 1%, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 5%, *** menunjukkan tingkat
signifikansi pada level 10%.
Sumber: Olahan penulis menggunakan Stata 11.0 (2013)
Pada hasil model (3.8) dan hasil model 2SLS dari (3.10) dan (3.11), likuiditas
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan (Q). Hal tersebut menandakan
bahwa tidak ada perbedaan hasil ketika di dalam model terdapat endogenity mau pun tidak
terdapat endogenity. Hasil tersebut sesuai dengan temuan Vivian W. Fang et al., (2009) dan
peneliti-peneliti lainnya yang mengatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Seperti yang dikatan oleh Vivian W. Fang et al. (2009) bahwa likuiditas saham dapat
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dikarenakan setidaknya dua alasan. Sebuah pasar
saham yang likuid mempromosikan informasi perdagangan, dengan demikian meningkatkan
harga saham yang informatif (Dow dan Gorton 1997; Subrahmanyam dan Titman 2001).
Pada gilirannya, manajer dapat belajar informasi yang berguna dari harga saham yang
informatif dan meningkatkan nilai investasi (Chen, Goldstein, dan Jiang 2007). Hal itu
disebut feedback effect. Selain itu, pasar saham yang likuid dapat memainkan peran
pemerintah untuk manajer perusahaan sehingga blockholders dapat memaksakan ancaman
keluar saat intervensi bisnis (Vivian W. Fang et al., 2009). Hal tersebut disebut governance
effect. Selain itu juga terdapat pay for performance sencitivity dan shareholder right yang
dapat menyebabkan terjadinya hubungan atanra likuiditas dan kinerja perusahaan. Para
peneliti berpendapat bahwa likuiditas dan risiko likuiditas dari utang perusahaan dan modal
saham merupakan tiga faktor yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Para peneliti
meninjau beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa saham yang kurang likuid, akan
meningkatkan keuntungan yang diharapkan atau menurunkan harga saham itu sendiri.
Likuiditas saham dan risiko likuiditas saham tersebut akan menambah risiko sistematis yang
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
berada di atas risiko beta biasa. Menurunkan tingkat likuiditas berarti meningkatkan tingkat
required rates of return investor.
Semakin besar nilai ZRINDEX maka semakin sedikit persentase zero daily return
atau semakin kecil jumlah hari yang memiliki return nol. Oleh karena itu investor banyak
yang membeli saham tersebut karena memiliki return yang diinginkan, selain itu investor
juga dapat dengan mudah menjual saham tersebut karena banyak investor lain yang
menginginkannya. Adanya kemudahan bagi investor untuk membeli dan menjual saham
tersebut maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut saham yang likuid. Dengan likuidnya
suatu saham maka akan mempermudah perusahaan memperoleh dana untuk mengembangkan
dan mengekspansi usahanya. Dengan adanya kemudahan tersebut maka nilai Q perusahaan
akan menjadi meningkat. Dengan semakin besarnya Q perusahaan menunjukan bahwa
perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini terjadi karena semakin besar
nilai pasar aset perusahaan dari pada nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan
investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut
karena perusahaan tersebut dapat menjanjikan investor pertumbuhan yang baik (Sukamulja,
2004). Menurut Vivian W. Fang et al. (2009) likuiditas dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dengan mengizinkan non blockholders melakukan intervensi dan menjadi
blockholders, memfasilitasi pembentukan saham tumpuan, mempromosikan kontrak yang
lebih efektif terhadap harga saham mengenai kompensasi manajerial, atau membuat harga
lebih informatif untuk stakeholders (feedback effect), sentimen investor, likuiditas premium,
dan terdapatnya agency conflict (agency based causative). Adanya pengaruh yang signifikan
tersebut maka hasil tersebut mendukung hipotesis H1 dikarenakan meningkatnya likuiditas
saham (meningkatnya zero daily return) berkorelasi dengan kinerja perusahaan yang dihitung
dengan menggunakan Q.
Berbeda lagi dengan hasil pada model (3.9) yang menunjukan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan memiliki hubungan yang negatif antara
likuiditas dan kinerja perusahaan. Hasil ini berbeda dengan penemuan dari Vivian W. Fang
(2009) yang signifikan dan positif. Hasil penelitian ini menandakan bahwa ketika terjadinya
perubahan peraturan dari fraksi tunggal ke multi fraksi yang terjadi di BEJ tahun 2005,
likuiditas tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan adanya hubungan yang negatif
maka, ketika suatu saham likuid akan menurunkan kinerja perusahaan. Mungkin pada
awalnya seperti yang dikatakan oleh Coffee (1991) dan Bhide (1993) meskipun likuiditas
adalah pendukung untuk pembelian saham oleh para investor, tetapi juga memfasilitasi
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
keluarnya blockholders yang merupakan aktivis potensial jika mereka tidak puas dengan
kinerja perusahaan. Goldstein dan Guembel (2008) menunjukkan bahwa negatif feedback
trading juga mungkin ketika spekulan memanfaatkan likuiditas dengan strategi short-selling
yang membahayakan kinerja perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun 2005,
investor banyak yang melakukan strategi short selling namun tidak mempengaruhi kinerja
perusahaan. Ketidaksignifikanan ini sama hasilnya hasil temuan Su dan Vo (2010). Su dan
Vo (2010) melakukan penelitiannya di Vietnam sehingga dapat dikatakan memiliki
karakteristik pasar yang sama. Sebab perusahaan pada saat itu lebih banyak memperoleh
keuntungan dari operating income dibandingkan dengan penjualan saham yang terlihat dari
nilai leverage yang berhubungan negatif terhadap likuiditas sehingga menandakan
perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri dari pada modal pinjaman. Adanya
pengaruh yang tidak signifikan tersebut maka hasil tersebut mendukung hipotesis H0 : H2
dikarenakan tidak terdapata pengaruh likuiditas terhadap kinerja perusahaan ketika
hubungannya negatif di sekitar tahun decimalizaion.
Pada variabel dependen OIP, likuiditas perusahaan signifikan dan memiliki hubungan
yang negatif baik pada hasil model (3.8), (3.9) dan hasil model 2SLS dari (3.10) dan (3.11).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil temuan Vivian W. Fang et al. (2009) yang tidak
signifikan dan memiliki hubungan yang positif. Likuiditas premium dan sentimen investor
dihitung berdasarkan OIP. Jika saham yang likuid memiliki OIP yang tinggi maka saham
tersebut dijual pada level premium dan terdapat sentimen investor (Vivian W. Fang, 2009).
Likuiditas premium terjadi jika saham yang likuid memiliki expected required return yang
lebih rendah maka saham tersebut akan diperdagangkan di level premium secara konstan
sedangkan saham yang tidak likuid diperdagangan dengan menggunakan tingkat diskon yang
lebih rendah. Sedangkan sentimen investor terjadi ketika saham yang likuid memiliki nilai
yang terlalu tinggi atau (overvalued) yang menyebabkan Q perusahaan menjadi tinggi dan
memiliki operating income to price yang tinggi juga. Overconfident investor meremehkan
informasi yang ada dimana harga saham yang lebih rendah mempengaruhi perdagangan dan
mendorong likuiditas. Dengan memaksakan menjual saham secara cepat, kehadiran investor
irasional memberi kesan bahwa saham yang likuid dijual pada level premium. Hasil
penelitian ini memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, maka menurut Baker dan Stein
(2004), pemaksaan penjual saham secara cepat membuat investor keluar dari pasar secara
bersama-sama. Menurut Deuskar (2006) adanya setimen negatif dari investor menandakan
bahwa investor sangat berhati-hati mengenai asset yang beresiko. Investor tersebut bersedia
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
untuk memegang saham yang lebih sedikit dan menekan harga. Hal ini dikarenakan terdapat
varians informasi yang besar di pasar saham sehingga investor lebih berhati-hati untuk
bertransaksi. Sedangkan dengan adanya likuiditas premium yang negatif menandakan bahwa
investor berkeinginan untuk memegang aset berjangka panjang walaupun memiliki return
yang relatif rendah (Vivian F., 2005). Menurut Vivian F. (2005), fakta ini mungkin akibat
dari indexation, yang mengurangi risiko saham jangka panjang sebagai return mereka yang
terkait dengan inflasi masa lalu. Oleh karena saham yang likuid memiliki rasio operating
income to price yang rendah tapi memiliki leverage keuangan dan kinerja perusahaan yang
berbeda, likuiditas premium dan teori sentimen tidak muncul dalam penjelasan untuk kinerja
perusahaan yang lebih baik dan memiliki lebih banyak saham yang likuid baik itu untuk
tahun pengamatan 2007-2011 dan tahun pengamatan ketika terjadi decimalization (tolak H0 :
H1A dan H1B).
Lain halnya dengan variabel dependen leverage, likuiditas perusahaan memiliki
hubungan yang positif pada hasil model (3.8) dan hasil model 2SLS dari (3.10) dan (3.11)..
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil temuan Vivian W. Fang et al. (2009) namun tidak
signifikan. Menurut Radhakrishnan Gopalan, et al. (2009) perusahaan dengan proporsi
hutang yang lebih besar kemungkinan menghadapi likuiditas yang lebih besar jika mereka
mengalami penurunan tingkat operating income dari tahun ke tahun. Sehingga bagi
perusahaan yang memiliki saham yang likuid namun dana dari invetor belum cukup untuk
meningkatkan operating income maka harus meminjam dana lebih banyak untuk
meningkatkan operating income dan memberikan return yang maksimal kepada investor.
Konsisten dengan ini, ditemukan bahwa hubungan positif antara hutang dan likuiditas lebih
kuat untuk perusahaan di industri yang mengalami penurunan laba operasi, dan selama
periode resesi ekonomi. Sama halnya dengan gagasan bahwa likuiditas cenderung lebih parah
ketika kondisi pasar kredit yang ketat, Radhakrishnan Gopalan, et al. (2009) mengatakan
bahwa hubungan positif antara hutang dan likuiditas lebih kuat ketika spread antara tingkat
bunga bank dibebankan oleh bank dan tingkat dana federal yang lebih tinggi.
Berbeda lagi hasil pada hasil model (3.9) di sekitar decimalization. Likuiditas yang
tinggi akan menurunkan leverage perusahaan. Likuiditas yang tinggi berarti memiliki kinerja
keuangan perusahaan yang baik. Hal ini akan menunjukan bahwa perusahaan di sekitar
decimalization akan lebih menggunakan modal sendiri dari pada modal pinjaman. Karena
modal perusahaan sudah cukup besar dan kuat oleh karenanya perusahaan tidak
membutuhkan pinjaman lagi dari institusi lain. Hasil ini juga mendukung terjadinya
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
hubungan yang tidak signifikan antara likuiditas dan kinerja perusahaan. Dengan hasil
demikian maka likuiditas perusahaan semakin meningkat maka rasio leverage perusahaan
akan semakin mengecil. Pernyataan ini didukung oleh temuan dari Laura Frieder et al.,
(2006) yang konsisten dengan gagasan bahwa manajer mengandalkan pembiayaan utang
ketika pembiayaan ekuitas menjadi relatif mahal sehingga membuat likuiditas menjadi
menurun. Hutang memaksa manajer untuk lebih disiplin dan dengan demikian mengurangi
asimetri informasi antara peminjam dan pemberi pinjaman.
Sedangkan pada variabel dependen OIOA, likuiditas perusahaan memiliki hubungan
yang positif pada hasil model (3.8) dan (3.9). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil temuan
Vivian W. Fang et al. (2009) namun tidak signifikan. Hirigoyen (1985) mengatakan bahwa
likuiditas rendah akan menghasilkan operating income yang lebih rendah karena kebutuhan
perusahaan yang lebih besar, dan operating income yang rendah tidak akan menghasilkan
arus kas yang cukup. Pada jangka menengah dan panjang likuiditas tergantung dengan
operating income, dan sebaliknya. Keuntungan akan menjamin sumber daya untuk stabilitas
likuiditas, dan margin yang aman bagi modal kerja akan menghindari peningkatan biaya
keuangan, mengarah pada kinerja yang stabil dan menguntungkan. Berbeda lagi hasil pada
hasil model 2SLS dari (3.10) dan (3.11) setelah endogenitas sudah dikontrol. Likuiditas yang
tinggi akan menurunkan operating income perusahaan. Menurut Eljelly (2004) terjadinya
hubungan negatif antara likuiditas dan operating income lebih jelas pada perusahaan dengan
menggunakan current ratio dan cash conversion cycles yang lebih panjang.
Subrahmanyam dan Titman (2001) menunjukkan likuiditas meningkatkan masuknya
investor yang memiliki informasi yang membuat harga lebih informatif kepada para
pemangku kepentingan. Penyataan Subrahmanyam dan Titman (2001) diuji pada model
(3.12) yang digunakan untuk melihat apakah likuiditas menstimulir masuknya investor yang
memiliki informasi membuat harga lebih informatif kepada para pemangku kepentingan.
Hasil pada regresi ini ditemukan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan dan DUM_INVCOL berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini berbeda dengan temuan dari Vivian W. Fang et al.
(2009) sehingga hasil ini tidak konsisten dengan hipotesis feedback effect (menerima H0 :
H1C). Oleh karena itu terlihat bahwa pengaruh positif likuiditas terhadap kinerja perusahaan
tidak dipengaruhi oleh volatilitas pendapatan operasional yang tinggi. Poterba and Summers
(1986) berpendapat bahwa volatilitas operating income tidak cukup kuat untuk menghasilkan
fluktuasi ekonomi yang signifikan. Mereka berpendapat bahwa ukuran dari harga saham
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
berhenti mengikuti meningkatnya volatilitas yang sangat bergantung pada kekuatan
volatilitas. Selain itu diperkirakan bahwa volatilitas yang menggunakan volatilitas bulanan
kekuatannya agak rendah. Vivian W. Fang (2009) juga menganjurkan untuk melakukan
observasi lebih dari 20 kuartal sebelum tahun fiskal t berakhir dengan minimum 8 kuartal
obeservasi untuk mengukur volatilitas operating income.
Pengaruh positif likuiditas terhadap kinerja perusahaan tidak dipengaruhi oleh
volatilitas pendapatan operasional tinggi. Sehingga mungkin pada awalnya likuiditas
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena banyaknya investor yang memiliki informasi
yang masuk ke pasar sehingga perdagangan menjadi lebih agresif. Namun seiring
bertambahnya umur perusahaan, investor yang dulu memiliki banyak informasi untuk
perusahaan sudah menjadi invetor yang pasif dan tidak memberikan informasi yang
signifikan kepada perusahaan. Selain itu bisa dikatakan bahawa dengan hasil ini maka operasi
perusahaan tidak sensitif lagi terhadap harga saham. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
ada faktor lain yang lebih signifikan dalam mempengaruhi operasi perusahaan.
Terakhir, variabel dependen Q diganti dengan komponen Q yaitu OIP, leverage, dan
OIOA sebagai variabel dependen. Hasil ini ditunjukkan dalam kolom 3-5 pada Tabel 4.4.
Sekali lagi hasil yang konsisten dengan menolak hipotesis feedback sebagai efek positif
likuiditas terhadap profitabilitas operasi perusahaan. Karena feedback effect, harga saham
manajer tidak menjadi yang paling berharga dalam situasi di mana ketidakpastian adalah
yang terbesar, penulis menyimpulkan bahwa likuiditas saham meningkatkan kinerja operasi
perusahaan bukan melalui feedback effect.
5.
Simpulan dan Saran
5.1
Simpulan
Penelitian ini secara positif berhasil menemukan adanya hubungan positif antara
likuiditas dengan kinerja perusahaan dan hasilnya konsisten ketika menggunakan model
baseline specification maupun dengan menggunakan model endogenity. Hasil ini
menandakan bahwa semakin tingginya likuiditas akan berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Selain kinerja perusahaan, likuiditas juga mempengaruhi operating income to
price namun memiliki hubungan yang negatif. Jadi semakin tinggi likuiditas yang dimiliki
olah perusahaan maka akan menurunkan operating income to price. Adanya pengaruh yang
positif antara likuiditas dan kinerja perusahaan bukan dikarenakan likuiditas premium,
sentimen investor, maupun feedback effect.
5.2
Saran
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
1.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel dengan
memasukkan perusahaan-perusahaan di Indeks lain yang sama-sama likuid atau jika
dapat dilakukan menggunkan kriteria sampel Vivian W. Fang et al. (2009)
berdasarkan proksi yang digunakan.
2.
Penelitian selanjutnya lebih baik dilakukan kajian yang mendalam, terutama dalam
hal pemecahan faktor apa yang menyebabkan terjadinya pengaruh likuiditas terhadap
kinerja perusahaan. Kajian ini dapat dilakukan dengan menambah variabel dan model.
Daftar Pustaka
Amihud, Yalov., dan Mendelson, H. (2008). Liquidity, the value of the firm, and corporate
finance. Journal of Financial Applied Corporate Finance, 20(2), 32-45.
Baker, M., Stein, J. (2004). Market liquidity as a sentiment indicator. Journal of Financial
Markets 7, pp. 271–299.
Bekaert, Geert, Campbell R. Harvey dan Christian Lundblad. (2007). Liquidity and Expected
Returns: Lessons from Emerging Markets. Review of Financial Studies, Society for
Financial Studies, vol. 20(6), pages 1783-1831, November.
Bhide, A. (1993). The hidden costs of stock market liquidity. Journal of Financial Economics
34, 31–51.
Chen, Q., I. Goldstein, dan W. Jiang. (2007). Price Informativeness and Investment
Sensitivity to Stock Price. Review of Financial Studies 20, 115-147.
Coffee, J. C. (1991). Liquidity Versus Control - the Institutional Investor as Corporate
Monitor. Columbia Law Review 91, no. 6: 1277-368.
Damodar N, Gujarati. (2004). Basic Econometrics (Fourth ed). New York: McGraw-Hill.
Darmawati, Deni.; Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2005). Hubungan Corporate
governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8, No. 1,
Januari.
Deuskar, P. (2006). Extrapolative Expectations: Implications for Volatility and Liquidity.
Working Paper. University of Illinois at Urbana-Champaign.
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Dow, James dan Gorton Gary. 1997. Stock Market Efficiency and Economic Efficiency: Is
There a Connection?. Journal of Finance, vol. 52(3), pages 1087-1129, July.
Elizabeth. (2000). Hubungan laba akuntansi dan arus kas terhadap kinerja perusahaan.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6, No.2: 76-85.
Eljelly, Abuzar M.A. (2004). Liquidity - profitability tradeoff: An empirical investigation in
an emerging market. International Journal of Commerce and Management, Vol. 14 Iss:
2, pp.48 – 61.
Fang, V., Noe, T., dan S. Tice. (2009). Stock market liquidity and firm value. Journal of
Financial Economics 94, 150-169.
Fernández, Viviana. (2005), Negative Liquidity Premia And The Shape Of The Term
Structure Of Interest Rates: Evidence From Chile. International Finance Review,
Volume 5. Emerald Group Publishing Limited, pp.385-414.
Finkelstein, S. dan Hambrick, D. (1996). Strategic Leadership — Top Executives and Their
Effects on Organisations. St Paul, MN, USA: West Publishing Company.
Frieder, Laura , Jonathan Zittrain. (2007). Spam Works: Evidence from Stock Touts and
Corresponding Market Activity. Oxford Legal Studies Research Paper No. 43/2006.
Gitman, Lawrence J. dan Michael D. Joehnk Ft. (1996). Personal financial planning, 7th
edition. The Dryden Press.
Goldstein, I., Guembel, A. (2008). Manipulation and the allocational role of prices. Review
of Economic Studies 75, 133–164.
Gopalany, Radhakrishnan, Meghana Ayyagari, dan Vijay Yerramilliz. (2009). How do
business groups evolve? Evidence from new project announcements. Working paper.
School
of
Business
and
Elliott
School
of
International
A
airs, George Washington University.
Hirigoyen, G. (1985). Rentabilité et solvabilité. Direction et Gestion, 3, 13-26.
Holmstrom, B., Tirole, J. (1993). Market liquidity and performance monitoring. Journal of
Political Economy 101, 678–709.
Kaplan, S., Zingales, L. (1997). Do investment-cash flow sensitivities provide useful
measures of financing constraints? Quarterly Journal of Economics 112, 169–216.
Khanna, N., Sonti, R. (2004). Value creating stock manipulation: feedback effect of stock
prices on firm value. Journal of Financial Markets 7, 237–270.
Lesmond, D. (2005). Liquidity of emerging markets. Journal of Financial Economics 77,
411–452.
Madura, Jeff. (2003). International Financial management 7th edition. Thomson SouthWestern, Florida Atlantic University, Australia.
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Spiegel, M., Wang, X. (2005). Cross-sectional variation in stock returns: liquidity and
idiosyncratic risk. Unpublished working paper, Yale University and Penn State
University.
Su, G. S. dan Vo, H. T. (2010). The Relationship Between Corporate Strategy, Capital
Structure and Firm Performance: An Empirical Study of the Listed Companies in
Vietnam. International Research Journal of Finance and Economics, 50, 62-71.
Subrahmanyam, A., Titman, S. (2001). Feedback from stock prices to cash flows. Journal of
Finance 56, 2389–2413.
Sukamulja, Sukmawati. (2004). Good Corporate Governance di Sektor Keuangan : Dampak
GCG Terhadap Kinerja Perusahaan. Benefit. Vol. 8, No.1
Wahyudi, Untung dan Hartini PP. (2000). Analisis Korelasi Antara Kandidat Portofolio Dan
Tingkat Keuntungan Saham: Studi Pada PT. Bursa Efek Jakarta. Ventura Vol.5, No. 2.
Analisis pengaruh..., Mei Nurtika Hamidah, FISIP UI, 2013.
Download