Uploaded by User83451

POSTUR KERJA

advertisement
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
NOTE
Note materi teknik industri, industrial engineering: peta kerja, ergonomi, jit, forecasting, psikologi industri, dll.. Note materi teknik
sipil, ilmu ukur tanah, cpm, mekanika teknik, analisa struktur, dll. Note tips n trik travelling, dll.
Home
▼
Home
▼
Friday, September 20, 2019
Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Deskripsi Materi
Definisi Postur Kerja
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa efektivitas dari suatu pekerjaan Apabila postur kerja yang dilakukan oleh
operator sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan baik. Akan tetapi, bila postur kerja
operator tersebut salah atau tidak ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan dan terjadinya kelainan pada bentuk tulang operator
tersebut. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator terebut juga akan mengalami penurunan
dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Baca juga : ANALISA PASAR | Menciptakan NIlai Pelanggan
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula Pada
saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera muscoluskeletal. Kenyamanan tercipta
bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan anan. Menurut (Nugraha, 2013) yang dikutip dari Tayyari (1997), postur kerja yang baik
sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja yang meliputi:
1. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan
2. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
3. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.
4. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the mediun plane).
5. Rotution adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan
6. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh.
7. Supinution adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh
Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Grieve dan Pheasant (1982), postur adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Pustur tubuh
ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja perlu diperhatikan
postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan lahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengeruhi oleh luas
dasar penyangga atau lantai dan tinggi dari titik gaya berat. Untuk mempertahankan postur tubuh tertentu, seseorang harus melakukan usaha
melawan gaya yang berasal dari luar tubuh yaitu dengan mengkontraksikan otot. Gaya tersebut berupa gaya gravitasi bumi dan gaya dari obyek
yang diangkat Untuk mencapai keadaan yang seimbang, dalam hal ini akan terjadi interaksi antara gaya beban dan gaya yang berasal dari otot.
Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stres pada bagian tubuh tertentu, yang
disebut dengan postural stress.
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
1/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Foam Sanitizer Dispenser
Rakinda TF88 Thermal Temperature Strips Multifunctional Facility Stand Temperature Scanner
Iklan
RAKINDA IOT Co.Ltd
Learn More
Baca juga: KONSEP SUPPLY CHAIN
Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak teriadi
pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon dan tulang sehingga keadaan inenjadi reluks dan tidak
menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders serta sistem tubuh yang lain. Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Baird dan Bridger
(1995), postur normal pada saat bekerja, yaitu:
1. Pada Tangan dan Pergelangan Tangan
Sikap atau postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah,
tidak miring ataupun mengalami fleksi ekstensi.
2. Pada Leher
Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kin atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20°
sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical.
3. Pada Bahu
Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri
dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.
4. Pada Punggung
Sikap aiau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toruks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak
miring ke kiri atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.
Baca juga :
PERKEMBANGAN DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI || Materi Teknik Industri
Sedangkan, menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Humantech (1995), sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah deviasi atau
pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara
berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan
cidera pada sistem muskuloskeletal Berikut ini adalah postur janggal pada saat bekerja yaitu:
1. Pada Tangan atau Pergelangan Tangan
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
2/11
27/9/2020
a.
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Jari menjepit, adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban >0.9 kg.
b. Jari menggenggam, adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan beban > 45 kg.
c.
Deviasi radiul, adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan
dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
d. Jari menekan, adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam
waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
e.
Fleksi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang
dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar > 45°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan
secara berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit.
f.
Ekstensi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah punggung tangan, diukur dan sudut yang
dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesar > 45°. Postus janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 deuk, dan dilakukan
secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
g. Deviasi ulnur, adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking Postur janggal ini diperhatikan dalam waktu 10 detik, dan
dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 230 kali per menit.
2. Pada Siku
a.
Rotasi lengan, adalah gerakan yang terjadi pada persendian lengan dan siku. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada standanya.
b. Ekstensi penuh, adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan alas dan sumbu lengan bawah > 135o. Durasi untuk posisi
janggal pada siku belum ada standarnya. Frekuensi postur janggal tersebut dilakukan secara berulang >= 2 kali per menit.
3. Pada Bahu
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan
tangan juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu
ditandai dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam
waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >=2 kali per menit.
4. Pada leher
a.
Menunduk, yaitu ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertical dengan sumbu ruas tulang leher > 20°. Postur janggal
ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >=2 kali per menit.
b. Rotasi, yaitu setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan.
Postur janggal ini dipertanankan dalam waktı >= 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit.
c.
Miring, yaitu setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh
garis vertikal dengan sumbu dan quas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >=10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit.
d. Menengadah, yaitu setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh gans vertikal
dengan sumbu dari ruas tulang lahat Posiur jareal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan scara berulang-ulang
sebanyak >= 2 kali per menit.
5. Pada Punggung
a.
Membungkuk, adalah posisi badan ke arah depan sehinga antara sumbu bukti bagian atas akan membentuk sudut >= 20° dengan garis
venuhal Postur janggal ini dapat dipertahankan dalam waktu 10 detik dan dilakukan selama >= 2 kali per menit.
b. Miring adalah penyimpangan tubuh dan garis vertikal, tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu >= 2 kali per menit.
c.
Rotasi badan, adalah setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kini, tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang
dilakukan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >= 2 kali per menit
Pengukuran Aktivitas Manual Handling
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang
dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting (Henry, et al, 1993). Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada
punyoung manusia. Salah satu metode NIOSH adalah Recommended Weight Linnil (RWL). Metode RWL ditetapkan oleh NIOSH pada tahun
1991 di Ainerika Serikat. Metode RWL adalah mociode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan
cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalain jangka waktu yang lama. Input metode RWL adalah jarak beban
terhadap manusia, jarak perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk). Menurut (Waters, et al, 1994) menyatakan bahwa persamaan
NIOSH berlaku pada keadaan sebayai berikut, yaitu:
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
3/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
3. Penyangkatan atau penurunan benda dilakukan daiam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.
Baca juga:
MENGELOLA INFORMASI PEMASARAN | Analisa Pasar
Menurut (Waters, et al, 1993) bahwa persamaan untuk menentukan beban vang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam kondisi
tertentu menurut NIOSH adalah sebayai berikut, yakni:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
IC
:(Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM
: (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
VM
:(Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 - 0,003 V - 753
VM untuk orang Indonesia = 1 - 0,00326 V - 690
DM
:(Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM
:(Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 -0,0032 (º)
FM
:(Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi.
CM
:(Coupling Multiplier) faktor pengali kupling (handle).
Catatan:
H
=Jarak horizontal posisi langan yang memegang beban dengan titik pusat
tubuh.
V
=Jarak vertikal parsisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D
=Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
A
=Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
tujuan
Berikut ini merupakan tabel faktor pengali frekuensi, yaitu:
Berikut ini merupakan tabel faktor pengali kopling, yaitu:
Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu kondisi awal
pengangkatan (origin) dan kondisi akhir pengangkatan (destination). Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL
yang paling kecil. Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak
mengandung resiko cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut, yaitu:
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
4/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
LI= ---------------Adapun kriteria yang digunakan dalam metode RWL, yakni jika LI >l, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
Sebaliknya, jika LI< 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
Pengukuran Postur Kerja
(Nina, 2013) menyatakan bahwa Metode Rupid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode yang memaparkan analisis
postur kerja bagian tubuh atas pekerja.
Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari
Universitas di Nottingham (University of Nollinghann's Institute Of Occuptional Ergonomic). Metode ini digunakan untuk mengambil nilai postur
kerja dengan cara mangambil sampel postur dari satu siklus kerja yang dianggap mempunyai resiko berbahaya bagi kesehatan pekerja. Lalu,
diadakan penilaian/scoring. Setelah didapat hasil dari penilaian tersebut, kita dapat mengetahui postur pekerja tersebut telah sesuai dengan prinsip
ergonomi atau belum. Jika belum, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan. Metode ini menggunakan diagrum body postures dan tiga
tabel penilaian (tabel A, B, dan C) yang disediakan untuk mengevaluasi postur kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut. Melalui
metode ini akan didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai postur pekerja, nilai batasan tersebut berkisar antara nilai 1-7. Adapun tujuan
dari metode RULA, yakni:
1. Menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan.
2. Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan posiur tubuh saat kerja.
3. Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomi yang luas.
4. Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Tubuh dibagi menjadi dua grup yaitu A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan) dan B (leher, tulang belakang, dan kaki).
b. Jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomor.
c.
Scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh, kanan dan kiri.
Sedangkan, Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam analisa postur kerja.
Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari
universitas di Nottingham (University of Nottingham's Institute of Occuptuional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah
sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,
punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu, metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang
ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja Salah satu hal yang membedakan metode REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode
ini yang menjadi fokus analisis adalah seluruh bagian tubuh pekerja
Melalui fokus terhadap keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya musculoskeletal disorders pada tubuh
perkerja. Dalam metode REBA ini, analisis terhadap keseluruhan postur tubuh pekerja dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama aiau
group A terdiri dari bagian neck, trunk, dan legs. Sedangkan, bagian kedua atau group B terdiri dari upper arms, lower arms, dan wrist. Penilaian
postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari
leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja.
Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa
didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
2. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini
dimulai dengan menganalisis posisi nech, trunk, dan legs dengan memberikan score pada masing-masing komponen.
3. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score
A dan ditambah dengan score untuk force atau loud. Selanjutnya, dilakukan scoring pada bagian upper urin, lower arm. dan wrist. Kemudian,
ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling
score. Setelah diperoleh grund score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi
akhir ini kemudian ditaınbahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan inenggambarkan hasil analisis postur kerja.
4. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang
dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.
Menurut (Nur, 2009) yang dikutip dari Mc Atamney (2000), penilaian menggunakan REBA tidak inembutuhkan waktu yang lama dalam
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan oleh
postur kerja operator. Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktifitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat
aktifitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini, dengan cara memberikan skor resiko antar satu sampai lima belas dimana
skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berati bahwa skor
terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic huzurd REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko
dan melakukan segera mungkin. (Thyadia, 2012) menyatakan bahwa ergonomic huzard adalah gangguan kesehatan pada pekerja akibat
ketidaksesusaian pekerjaan dengan pekerja.
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
5/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Latihan soal
ALAT DAN BAHAN
Dalam melakukan praktikum tentang postur kerja, digunakan alat dan bahan sebagai berikut ini, yaiiu:
1. Foto Manusia Yang Melakukan Aktivitas Kerja..
2. Alat Perekam / Kamera.
3. Perlengkapan Alat Tulis.
4. Lembar Data.
5. Lembar Kerja.
PROSEDUR PRAKTIKUM
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan penilaian postur tubuh pada manusia yang melakukan aktivitas kerja, yaitu:
1. Lakukan observasi pada aktivtas kerja yang terkait dengan ilmu analisa perancangan kerja atau ergonomi yang terdapat pada bidang Teknik
Industri.
2. Lakukan dua kali pengambilan gambar manusia yang sedang melakukan aktivitas kerja
3. dengan gerakan yang berbeda menggunakan bantuan video atau foto dari penggunaan alal perekam atau kamera.
4. Amati bentuk postur tubuh tersebut dan masukkan skor penilaian pada lembar data pengamatan dengan menggunakan perlengkapan alat
tulis.
5. Berikan analisa dari penggunaan postur kerja tersebut apakah sudah memenuhi pnnsip ergonomi atau belum pada lembar kerja. Jika belum
ergonomi, maka bagaimana perbaikan yang harus dilakukan berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan.
DATA DAN ANALISA
Metode RWL
a. Posisi Pengangkatan 1
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
6/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan sedang membungkuk untuk memegang 2
buah barang dengan 2 tangan. Setelah itu praktikan akan mengangkat kedua barang tersebut dan dibawa ke samping kiri dan kanan.
Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 1
Berat
Benda
(kg)
L
Hand Location (cm)
Awal
H
5
48
V
42
Akhir
H
V
74
0
Vertical
Distance
(cm)
D
32
Asymmetric Angle
(º)
Awal
Akhir
A
A
0
0
Frequency
Rate
Lifts/min
F
3
Duration
Object
Coupling
C
<1
span="">
Good
Foam Sanitizer Dispenser
Rakinda TF88 Thermal Temperature Strips Multifunctional Facility Stand Temperature Scanner
Iklan
RAKINDA IOT Co.Ltd
Learn More
RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0.52 x0.906 x 0.967 x 1 x0.88 x 1
= 9.22
RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 1 x 0.99 x 0.967 x 1 x 0.88 x 1
LI awal
LI akhir
= 19.376
= 5 / 9.22
= 5 / 19.376
= 0.54
= 0.25
Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung
resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar masing-masing 5 kg dengan tangan
kanan dan kiri.
b. Posisi Pengangkatan 2
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
7/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Postur tubuh bagian kaki (legs)
Kaki berada pada posisi normal/seimbang dengan skor = 1
Trunk
Neck
1
2
3
4
5
6
Legs
Legs
Legs
Legs
Legs
Legs
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Skor postur tubuh grup B berdasarkan tabel di atas adalah 3
Skor aktivitas.
Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1
Skor beban.
Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span="">
Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4
Skor akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Skor Grup B
Skor
Grup A
1
2
3
4
5
6
7+
1
1
2
3
3
4
5
5
2
2
2
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
4
5
6
4
3
3
3
4
5
6
6
5
4
4
4
5
6
7
7
6
4
4
5
6
6
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
8
5
5
6
7
7
7
7
Kesimpulan:
Skor akhir untuk kegaitan praktikan dengan postur berdiri berdasarkan tabel total skor diatas adalah 4. Berdasarkan skor tersebut maka
level resiko dari kegiatan praktikan tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam
beberapa waktu kedepan.
Metode REBA
Berdasarkan gambar di atas, bahwa praktikan pada saat mengangkat barang dengan berat 9 kg.
a.
Posisi dari leher. Skor: 1 (Keterangan: Jika leher membentuk sudut 0° sampai 20°. Saat mengangkat beban posisi leher lurus).
b. Posisi kaki. Skor: 1 (Keterangan: Paha dan kaki disangga dengan baik pada saat duduk dan tuduh selalu dalam keadaan seimbang).
c.
Posisi badan. Skor: 1 (Keterangan : Pekerja dalam keadaan di sangga dengan baik oleh pinggul punggung yang membentuk sudut 90° atau
lebih. Tidak ada nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan aktivitas berulang < kali 4 per menit).
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
10/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan mendekatkan tubuhnya dengan barang
yang diangkat. Kemudian pengangkatan dilakukan dengan dua tangan.
Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 2
Berat
Benda
(kg)
L
5
Hand Location (cm)
Awal
H
20
V
42
Akhir
H
V
74
24
Vertical
Distance
(cm)
D
32
Asymmetric Angle
(º)
Awal
Akhir
A
A
0
0
Frequency
Rate
Lifts/min
F
3
Duration
Object
Coupling
C
<1
span="">
Fair
RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 1 x 0.906 x 0.967 x 1 x0.88 x 0.95
= 16.85
RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 1 x 0.99 x 0.967 x 1 x 0.88 x 0.95
= 18.4
LI awal = 5 / 16,85
= 0.296
LI akhir = 5 / 18.4
= 0.271
Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung
resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar 5 kg dan diangkat menggunakan
kedua tangan.
Metode RULA
Berdasarkan gambar di atas, bahwa bagian kanan dan kiri tubuh praktikan pada saat melakukan aktivitas dengan postur
berdiri berada pada posisi yang sama, sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh cukup dilakukan satu kali saja.
a.
Postur tubuh grup A
Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
8/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
Lengan atas membentuk sudut 45º- 90º dengan skor = 3
Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)
Lengan bawah membentuk sudut > 100º dengan skor = 2
Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)
Pergelangan tangan membentuk sudut 0 - 15º dengan skor = 2
Putaran pergelangan tangan (wrist twist)
Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah dengan skor = 1
Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada tabel berikut:
Wrist
Upper Arm
1
2
3
4
Lower Arm
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
1
2
3
4
5
6
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
4
4
1
2
2
2
3
3
3
4
4
2
2
2
2
3
3
3
4
4
3
2
3
3
3
3
4
4
5
1
2
3
3
3
4
4
5
5
2
2
2
3
3
4
4
5
5
3
2
3
3
4
4
4
5
5
1
3
4
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
3
3
4
4
5
5
5
6
6
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
7
8
8
8
8
9
9
9
3
9
9
9
9
9
9
9
9
Skor postur tubuh grup A berdasarkan tabel di atas adalah 3
Skor aktivitas.
Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1
Skor beban.
Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span="">
Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4
b. Postur tubuh grup B
Postur tubuh bagian leher (neck)
Leher membentuk sudut > 200 dengan skor = 3
Postur tubuh bagian batang tubuh (trunk)
Batang tubuh membentuk sudut 0 - 200 dengan skor = 2
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
9/11
27/9/2020
NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
d. Penilaian beban. Skor: 2 (Keterangan : Barang berupa air mineral dengan berat 10 Kg (intermittent)) .
e.
Pergelangan tangan. Skor : 1 (Keterangan : Lengan atas membentuk sudut 5°. Hal ini disebabkan Pengangkatan beban yang tidak terlalu
besar ukurannya).
f.
Posisi lengan bawah. Skor: 1 (Keterangan : Lengan bawah membentuk sudut 70°).
g. Posisi lengan atas. Skor : 2 (Keterangan Lengan atas membentuk sudut 35°). Skor: -1 (Keterangan: Lengan atas bergeser ke depan sehingga
memudahkan pengangkutan barang). Skor total: 1
h. Penilaian genggaman. Skor: 3 (Keterangan: Dus air mineral tidak dapat di genggam).
Kesimpulan:
Hasil akhir yaitu berada pada kategori level 2, yang berarti pengangkatan barang di atas masuk dalam resiko sedang skor akhir menunjukkan
nilai 4 yang berarti bahwa postur tubuh tersebut memerlukan tindakan perbaikan untuk jangka waku yang lama.
- September 20, 2019
Share
No comments:
Post a Comment
‹
Home
›
View web version
About Me
Note
View my complete profile
Powered by Blogger.
https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1
11/11
METHODOLOGI PENELITIAN RULA DAN REBA
Bab 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Yamaha comporation adalah sebuah perusahaan jepang dengan jumlah produk yang
banyak, salah satunya sepeda motor (Yamaha Motor Company) Perusahaan ini
didirikan oleh torakusu yamaha sebagai nippon gakki Co.Ltd. perusahaan yamaha
motor company merupakan produsen otomotif yang mendistribusikan berbagai jenis
kendaraan ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
PT.Bandung Raya Motor merupakan dealer industri yamaha yang bergerak di bidang
jasa shop center dan service center. dalam setiap pekerjaan memiliki beban kerja dan
resiko tersendiri khususnya bagian service center aktivitas tersebut dilakukan secara
manual menurut SOP dan membutuhkan waktu sesuai kemampuan pekerjanya.
Posisi kerja duduk yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf dan otot
pada kaki dan tangan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Apabila
posisi statis ini di pertahankan menimbulkan keluhan pada system pada otot seperti
sakit pinggang, sakit leher, sakit bahu, pungung, lengan dan pergelangan tangan.
Berdasarkan penelitian, keluhan pada sistem otot diakibatkan oleh postur kerja yang
tidak baik. Oleh karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja
untuk meminimalkan cedera pada otot tulang belakang pekerja dilakukan dengan
mengunakan metode REBA. Yang dimana metode ini digunakan untuk menilai dan
mengevaluasi posisi kerja yang di lakukan oleh anggota tubuh.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang terjadi pada para pekerja service center PT.Bandung Raya
Motor maka akan timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi postur kerja yang aman bagi pekerja dengan metode REBA ?
2. Bagaimana rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan metode REBA ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Menganlisis dan mengevaluasi posisi postur tubuh yang baik saat bekerja.
2. Mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap dan postur pekerjaan dengan
tempat kerja.
1.4. Pemusatan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi postur pekerjaan
dengan metode REBA.
1.5. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Berisikan tentang penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, pemusatan masalah dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori dari beberapa literature dan referensi yang dapat
menunjang penelitian dan digunakan sebagai bahan pendekatan dalam pemecahan
masalah yang akan dibahas.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Menguraikan langkah-langkah dalam penelitian ini, dan tinjauan masalah serta teknik
pemecahan masalah dengan metode REBA.
Bab 2
Landasan Teori
Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Penilaian ergonomi menggunakan sebuah proses yang sistematis untuk mengevaluasi
seluruh tubuh postural MSD dan risiko yang terkait dengan tugas-tugas pekerjaan.
Lembar kerja satu halaman yang digunakan untuk mengevaluasi postur tubuh yang
diperlukan atau dipilih, kuat pengerahan tenaga, jenis gerakan atau tindakan,
pengulangan dan kopling.
Gambar 2.1. Worksheet REBA.
REBA dirancang untuk mudah digunakan tanpa perlu untuk tingkat lanjutan
ergonomi atau peralatan mahal. Anda hanya perlu worksheet dan pena. Dipikir-pikir,
Anda mungkin harus selesai membaca dan mempelajari panduan ini, dan saya kira
clipboard akan membantu juga. Menggunakan REBA worksheet, evaluator akan
menetapkan Skor untuk masing-masing daerah tubuh berikut: pergelangan tangan,
lengan, siku, bahu, leher, batang, punggung, kaki dan lutut. Setelah data untuk setiap
daerah dikumpulkan dan mencetak, tabel pada formulir kemudian digunakan untuk
mengkompilasi variabel faktor risiko, menghasilkan Skor tunggal yang mewakili
tingkat risiko MSD:
Tabel 2.1. Tingkat Risiko MSD.
score
1
Level of MSD Risk
Negligible risk, no action required
2-3
Low risk, change may be needed
4-7
Medium risk, investige and implement change
8-10
High risk, investigate and implement change
11+
Very high risk, implemenr change
Bersiap-siap
Peneliti harus bersedia untuk penilaian dengan cara mewawancarai para pekerja yang
sedang dievaluasi untuk mendapatkan pemahaman tentang tugas pekerjaan dan
tuntutan, dan mengamati pergerakan pekerja dan postur selama beberapa siklus kerja.
Pilihan postur untuk dievaluasi harus didasarkan pada: 1) yang paling sulit postur dan
tugas pekerjaan (berdasarkan wawancara pekerja dan pengamatan awal), 2) postur
dipertahankan untuk periode terpanjang waktu atau sikap 3) yang mana beban
kekuatan tertinggi terjadi. REBA dapat dilakukan dengan cepat, sehingga beberapa
posisi dan tugas-tugas dalam siklus kerja dapat biasanya dievaluasi tanpa biaya
waktu/upaya signifikan. Bila menggunakan REBA, hanya sisi kanan atau kiri dinilai
pada suatu waktu. Setelah wawancara dan mengamati pekerja penilai dapat
menentukan jika hanya satu lengan harus dievaluasi, atau jika penilaian yang
dibutuhkan untuk kedua belah pihak.
Menggunakan contoh REBA
REBA worksheet terbagi menjadi dua bagian segmen tubuh pada berlabel A dan B.
bagian (kiri) mencakup leher, batang, dan kaki. Bagian B (sebelah kanan) mencakup
lengan dan pergelangan tangan. Ini segmentasi worksheet memastikan bahwa postur
apapun canggung atau dibatasi pada leher, batang atau kaki yang mungkin
mempengaruhi postur lengan dan pergelangan tangan termasuk dalam penilaian.
Skor grup A postur (batang, leher dan kaki) pertama, kemudian Skor Grup B (lengan
atas, bawah lengan dan pergelangan tangan) postur untuk kiri dan kanan. Untuk
setiap daerah, ada sikap mencetak skala dan penyesuaian tambahan yang perlu
dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam Skor.
Langkah 1-3: leher, batang, dan kaki analisis
Gambar 2.2. Postur lengan atas, bawah lengan dan pergelangan tangan.
Gambar 2.3. Worksheet REBA Skor postur grup A.
Catatan: Pada langkah 2, Skor 2 digunakan untuk batang posisi (0-20 derajat) dan + 1
ditambahkan untuk sisi membungkuk penyesuaian (bila dilihat dari belakang, pekerja
adalah pada sisi kiri membungkuk sekitar 10 derajat) untuk nilai total 3.
Langkah 4-6: menghitung Skor untuk grup A seperti yang diuraikan di bawah ini:
Gambar 2.4. Worksheet REBA Menambahkan nilai untuk mendapatkan Skor A.
Langkah 4: Menggunakan nilai-nilai dari langkah 1-3, mencari untuk langkah ini
dalam tabel A.
Langkah 5: Menambah nilai kekuatan kotak ini. Dalam kasus ini, berat bagian
komponen yang dimasukkan oleh pekerja adalah lbs yang 11,5. Oleh karena itu,
untuk langkah ini adalah + 1.
Langkah 6: Menambahkan nilai pada langkah 4 dan 5 untuk mendapatkan Skor A.
menemukan baris untuk Skor di Tabel C dan nilai lingkaran.
Langkah 7-9: lengan kanan dan pergelangan tangan analisis
Gambar 2.5. Postur tubuh lengan kanan dan pergerakan tangan.
Gambar 2.6. Worksheet REBA Skor postur grup B.
Catatan: Dalam langkah 7 lengan kanan atas adalah mengangkat lebih dari 90 derajat
untuk Skor
+ 4, penyesuaian total + 2 menambahkan karena mengangkat (+ 1) adalah bahu dan
lengan atas menculik (1) untuk nilai total 6. Pada langkah 8, Skor 2 digunakan karena
posisi lengan di luar jangkauan netral. Pada langkah 9, penyesuaian yang memutar +
1 telah ditambahkan ke nilai posisi 2 untuk Skor pergelangan tangan total 3.
Langkah 10-13: menghitung Skor untuk grup B seperti diuraikan di bawah ini:
Gambar 2.7. Worksheet REBA menambahkan nilai untuk mendapatkan Skor B.
Langkah 10: Menggunakan nilai dari langkah-langkah 7-9, menemukan Skor postur
untuk langkah ini dalam table B.
Langkah 11: Menambahkan nilai kopling. Dalam kasus ini, kopling dianggap adil (+
1).
Langkah 12: Pertama, tambahkan nilai-nilai di langkah 10 dan 11 untuk mendapatkan
Skor B. Selanjutnya, menemukan kolom dalam tabel C dan cocok dengan Skor
berturut-turut dari langkah 6 untuk mendapatkan Skor C meja.
Langkah 13: Nilai aktivitas adalah +-1 karena pekerjaan yang memerlukan tindakan
rentang kecil (lebih dari
4 x per menit). Skor akhir REBA = Skor tabel C + aktivitas Skor
Skor akhir REBA = 9
Dalam kasus ini, REBA Skor akhir 9 menunjukkan risiko tinggi dan panggilan untuk
penyelidikan dan teknik,
dan/atau kerja metode perubahan selanjutnya untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko MSD (Lihat tabel di Halaman 1).
Setelah penyelidikan lebih lanjut, ditentukan oleh pekerja dan pemimpin kelompok
Departemen yang metode yang berbeda dapat digunakan untuk melakukan tugas ini.
Lihat sebelum dan sesudah gambar dan baru REBA hasil di bawah ini:
Gambar 2.8. Perbandingan postur yang benar.
.
Analisis lanjutan menggunakan REBA worksheet dilakukan. Menggunakan metode
kerja baru, REBA Skor akhir diturunkan dari 9 sampai 4.
Bab 3
Kerangka Pemecahan Masalah
1.1. Flow Chart Pemecahan Masalah
Mulai
Studi literatur
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data:
Video dan Foto posisi seorang operator
Pengolahan Data:
Pengisian tools worksheet REBA dengan perhitungan
score
Analisis
Index Score dari Worksheet REBA
Evaluasi dan saran
Selesai
Gambar 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah
1.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah PT. Bandung Raya Motor adalah sebagai berikut:
1. Mulai
2. Melakukan penelitian langsung pada dealer Yamaha.
3. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada service center Yamaha.
4. Mengetahui
tujuan
penelitian
agar
dapat
dengan
mudah
mengidentifikasi
masalah dan menentukan metode yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan.
5. Pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung dengan mengunakan kamera
untuk dilakukan identifikasi potur pekerja.
6. Pengolahan
data
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
REBA
untuk
mengetahui apakah perlu ada perbaikan atau tidak pada sistem kerja pada service
center Yamaha.
7. Analisis terhadap data dan pengolahan data yang telah dilakukan.
8. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan hasil analisis yang telah
diperoleh memecahkan masalah dan memperoleh rekomendasi yang aman pada
pekerja.
9. Selesai.
Daftar Pustaka
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
ANALISA POSTUR KERJA DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB
ASSESSMENT (RULA) PADA OPARATOR MESIN EXTRUDER DI STASIUN
KERJA EXTRUDING PADA PT XYZ
Irfan Syah Aji Wijaya, Ahmad Muhsin
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta, 55281
Telp. (0274) 485363 Fax.: (0274) 486256
Abstrak
PADA PT XYZ merupakan produsen makanan ringan terkemuka yang ada di Indonesia. Divisi snack
Garing adalah salah satu divisi produksi yang ada di PADA PT XYZ memiliki masalah pada bagian Extrude ,
dimana operator mesin yang tidak bisa memasukan adoan secara teratur kedalam mesin yang membuat hasil
pilus menjadi jelek, tidak bulat sempurna dan cenderung gampang menggumpal saat digoreng. Salah satu faktor
yang menyebabkan hal tersebut adalah postur operator yang berpengaruh terhadap kenyamanan dan mudah
lelahnya operator
Metode dalam analisis posteur kerja yang digunakan adalah Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
untuk mengetahui tingkat bahaya pada postur kerja operator serta membandingkan posisi operator saat
mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder baik itu dalam posisi duduk dan dalam posisi
berdiri. Metode RULA menganalisis postur, gaya, dan gerakan suatu aktifitas yang dapat menyelidiki tingkat
resiko yang dihasilkan oleh aktifitas tersebut.
Hasil dari analisis posturkerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) diketahui
bahwa posisi duduk operator yaitu posisi 1A, dan 1B serta posisi berdiri operator yaitu posisi 2A dab 2B pada
saat mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder, semuanya memiliki nilai final 7 dan action
level 4 yang menunjukan menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.
Berdasarkan analisis metode RULA dapat disimpulkan bahwa penyebab mudah pegal dan lelahnya operator
yang mengoprasikan mesin Extruder adalah karena postur kerja yang kurang ergonomis sehingga menurunkan
tingkat keteraturan operator dalam memasukan adonan kemesin yang dapat menurunkan kualitas produksi.
Kata kunci: Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Postur Kerja, Ergonomis
1. PENDAHULUAN
PADA PT XYZ merupakan produsen
makanan ringan terkemuka yang ada di
Indonesia. PADA PT XYZ beralamat di Jalan
Pati-Kudus KM. 6,3 Kabupaten Pati Jawa
Tengah Indonesia. PADA PT XYZ selalu
menjaga mutuproduksinya dengan mengatur
standar-standar dalam proses produksinya apalagi
dengan selogan PADA PT XYZ tahun 2018 yaitu
“SIAP MUTU” yang berarti PT XYZ peduli
mutu. Standar mutu yang diterapkan di PT XYZ
diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku dan
di setiap tahap proses produksi, serta dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati
oleh seluruh karyawan dan para pekerja.
Divisi snack Garing adalah salah satu
divisi produksi yang ada di PT XYZ. Divisi
snack Garing mengurusi bagian produksi snack
pilus dengan dua merek dagang yaitu Garing dan
Pilus. Mesin Extrude berperan penting dalam
pembentukan adonan menjadi butiran-butiran
pilus yang kecil-kecil dan bulat sempurna.
Masalah yang biasa terjadi pada pengoprasian
mesin Extrude diantaranya adalah adonan yang
tidak sesuai standar dan pememasukan adonan
kedalam mesin yang tidak teratur. Adonan yang
tidak sesuai standar membuatnya suasah untuk
dibentuk serta operator yang tidak bisa
memasukan adoan secara teratur akan
mengakibatkan adanya celah adonan dalam
mesin sehingga membuat hasil pilus menjadi
jelek, tidak bulat sempurna dan cenderung
gampang menggumpal saat digoreng.
Posisi pekerja dalam memasukan
adonanlah yang biasa menjadi faktor yang
membuat pekerja tidak bisa teratur memasukan
adonan. Posisi pekerja yang bermacam macam
baik dengan duduk atau berdiri tidak diketahui
apakah posisi mereka sudah tepat, nyaman, dan
sehat atau tidak, yang mana apabila tidak akan
membuat pekerja cepat lelah dan pegal sehingga
membuat mereka tidak teratur dalam memasukan
adonan kedalam mesin.
Penelitian ini menganalisis permasalahan
diatas menggunakan pengukuran kerja yang
didasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika, dan
salah satu metode yang bisa digunakan yaitu
metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
49
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
untuk mengetahui tingkat bahaya pada
posturkerja operator serta membandingkan posisi
operator saat mengambil dan memasukan adonan
kedalam mesin Extruder baik itu dalam posisi
duduk dan dalam posisi berdiri. Metode RULA
menganalisis postur, gaya, dan gerakan suatu
aktifitas yang dapat menyelidiki tingkat resiko
yang dihasilkan oleh aktifitas tersebut.
2. LANDASAN TEORI
Biomekanika
Dalam dunia industri performansi kerja
para karyawan merupak hal yang sangat penting
diperhatikan, hal ini dikarenakan performansi
kerja merupakan faktor penting dalam proses
produksi (Shelfian dkk, 2016). Biomekanika
merupakan cabang hasil penelitian ergonomi.
Biomekanika menggambarkan beban yang
dibawa pekerja dan meminimumkannya sehingga
dapat mengurani kecelakaan dan kesehatan kerja.
Biomekanika mengukur kekuatan fisik yang
dimiliki tenaga kerja seperti kekuatan daya fisik
dan kemampuan tubuh manisia secara mekanis
pada saat melakukan aktivitas dan cara kerja serta
fasilitas dan peralatan dirancang agar sesuai
dengan kemampuan tubuh manusia ketika
melakukan pekerjaan. (Afriansyah, 2015) .
Postur Kerja
Postur kerja adalah sikap tubuh saat
bekerja. Sikap kerja yang berlainan akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda. Pada saat
bekerja postur dilakukan dirancang agar terjadi
alamiyah sehingga dapat mengurangi timbulnya
cedera
muscoluskeletal
(Masitoh,
2016).
Kenyamanan
terwujud
apabila
pekerja
melakukan postur kerja yang sesuai dan nyaman.
Dalam tubuh manusia terdapat jenis gaya, yaitu
(Masitoh, 2016) :
1. Gaya gravitasi, yaitu gaya yang melalui
pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah kebawah (F=m.g).
2. Gaya Reaksi, yaitu gaya yang terjadi
akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada
bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat
pada sendi.
Gaya ini menggambarkan besarnya gaya
momen otot.
4. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada
bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat
ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya gaya momen otot.
Tubuh manusia terdiri dari 6 link yaitu
(Masitoh, 2016):
1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak
tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan
bahu.
3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan
pinggul.
4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.
5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata
kaki.
6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan
telapak kaki.
Pengukuran waktu adalah pekerjaan
mengamati dan mencatat waktu-waktu
kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus
dengan menggunakan alat-alat yang telah
disiapkan (M. Ade Rafian dan Ahmad Muhsin,
2017).
Postur kerja yang baik sangat ditentukan
oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.
Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi:
flexion, extension, abduction, adduction, rotation,
pronation dan supination. Flexion adalah gerakan
dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan.,
extension
adalah
gerakan
merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang. abduction adalah gerakan
menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu
tengah tubuh. Rotation adalah perputaran bagian
atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah
perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari
anggota tubuh. Supination adalah perputaran kea
rah samping (menuju luar) dari anggota tubuh
(Rinawati dan Romadona, 2016).
Comulative Trauma Disordersadlah
Comulative Trauma Disordersadlah
cidera pada system kerangka otot yang semakin
bertambah secara bertahap sebagai akibat dari
trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan
oleh disain yang buruk yaitu disain alat/system
kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam
posisi yang tidak normal serta penggunaan
perkakas atau alat lainnya terlalu sering
(Anjasmoro, 2017), penyebabnya adalah:
1. Penggunaan gaya yang sangat berlebihan
selama gerakan normal.
2. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak pada
posisi normal
3. Perulangan gerkan yang sama secara terus
menerus
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
50
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
4. Kurangnya istirahat yang cukup untuk
memulihkan trauma sendi.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Rapid Upper Limb Assissment (RULA)
dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc Atamney dan
Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonomi dari
universitas di Nottingham (University of
Nottingham’s
Institute
of
Osecupational
Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam
bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993.
RULA adalah metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestigasi dan
menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh
bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan
ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
piranti khusus dalam memberikan penilaian
dalam postur leher, punggung dan tubuh bagian
atas (Meliana, 2009).
Sejalan dengan fungsi otot dan beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh. Teknologi
ergonomic tersebut mengevaluasi postur,
kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan
cedera
akibat
aktivitas
berulang.RULA
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja
yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera
mungkin (Mc Atamney dan Corlett, 2004).
Penilaian menggunakan metode ini adalah
metode yang telah dilakukan oleh McAtamey dan
Corlett (1993).
Gambar 2.1 Lembar analisis RULA (sumber : McAtamey dan Corlett ,1993)
c. Data waktu postur kerja
d. Ukuran fasilitas
3. METODOLOGI PENELITIAN
2.
Data Sekunder
Metode Pengumpulan Data
Data yang diguakan dalam
Data sekunder adalah data yang
penelitian ini terdiri dari:
didapat dari referensi ataupun literatur1.
Data Primer
literatur yang berhubungan dengan
Data primer yaitu data yang masalah yang diteliti, dan juga data yang
berasal dari pengamatan dan penelitian didapat dari perusahaan, yaitu gambaran
yang diperoleh dari objek penelitian di umum dan sejarah perusahaan, jumlah
lapangan yaitu kondisi aktual atau nyata pegawai, organisasi dan manajemen
dari lantai pabrik, meliputi pengamatan perusahaan.
langsung postur kerja operator. Data yang
Langkahh-langkah
dalam
digunakan adalah:
melakukan
analisis
postur
kerja
a. Data metode kerja
menggunakan metode Rapid upper limb
b. Data postur kerja, berupa foto assessment
(RULA) adalah sebagai
operator
melakukan
aktivitas berikut :
dengan postur kerja tertentu
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
51
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
1.
a.
b.
c.
d.
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
Langkah-langkah
dalam
melakukan analisis postur kerja
menggunakan metode RULA
Membagi
pengamatan postur
tubuh menjadi dua grup, grup A
memperlihatkan postur tubuh
bagian lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan grup B
terdiri dari Leher, punggung dan
kaki. Selain itu juga ada
pengukuran beban dan skor
aktivitas.
Menilai setiap postur kerja
operstor
menggunakan
form
RULA ke dalam skor A dan B.
Menentukan skor akhir RULA dari
hasil kombinasi perhitungan skor
A dan skor B.
Menentukan action level dari
postur kerja operator.
Gambar 4.8 Garis posisi 2A
4. PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Sketsa Gambar
Posisi Operator Mesin Extruder.
Gambar 4.9 Garis posisi 2B
Gambar 4.6 Garis posisi 1A
Gambar 4.7 Garis posisi 1B
Pengolahan Data
Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi
1A
Tabel 4.1 Sudut posisi 1A
Sudut
Postur
Nilai
kerja
Leher
22,21˚
3
Punggung
46,61˚
4
Lengan atas
55,42˚
3
Lengan
7,58˚
3
bawah
Pergelangan
4,50˚
2
Postur tubuh grup A
a. Wrist Twist : Pergelangan tangan
berada dalam kisaran putaran, maka
diberi nilai 1
Tabel 4.2 RULA skor grup A posisi 1A
Lenga
n atas
Lenga
n
bawah
Pergelangan tangan
1
2
3
4
Wri Wri Wri Wri
st
st
st
st
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
52
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
2
3
4
5
6
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Twi
st
1 2
2 2
2 2
3 3
3 3
3 3
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 5
5 5
6 6
6 7
7 7
8 8
9 9
Twi
st
1 2
2 3
3 3
3 3
3 4
3 4
4 4
4 4
4 4
4 5
4 5
4 5
5 5
5 6
6 7
7 7
7 8
8 9
9 9
Twi
st
1 2
3 3
3 3
4 4
4 4
4 4
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
6 6
6 7
7 7
7 8
8 9
9 9
9 9
b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, sesuai dengan penilaian
otot diberi nilai 1
c. Beban : Pembebanan statis 2-10 kg
atau berulang, diberi nilai 2
d. Total Skor postur tubuh A adalah : 4 +
1+2=7
Postur tubuh grup B
a. Kaki : pekerja dalam keadaan duduk
dan kaki tertopang dengan baik, maka
diberi nilai 1
Tabel 4.3 RULA skor grup B posisi 1A
Leh
er
1
2
3
4
5
6
b.
c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis
2-10 kg atau berulang, maka diberi
nilai 2
d. Total Skor postur tubuh B adalah
5+1+2= 8
Final score
Tabel 4.4 RULA final score posisi 1A
Nilai B
1
Twi
st
1 2
1 2
2 2
2 3
2 3
3 3
3 4
3 3
3 4
4 4
4 4
4 4
4 4
5 5
5 6
6 6
7 7
8 8
9 9
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
1
2
3
4
5
6
7
8+
1
1
2
3
3
4
4
5
5
2
2
2
3
3
4
4
5
5
Nilai A
3 4
3 3
3 4
3 4
3 4
4 5
5 6
6 6
6 7
5
4
4
4
5
6
6
7
7
6
5
5
5
6
7
7
7
7
7+
5
5
6
6
7
7
7
7
Berdasarkan tabel diatas maka Skor
akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor
7 masuk kedalam Action Level 4, yang
menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.
Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi
1B Menggunakan RULA
Tabel 4.5 Sudut garis imajiner posisi 1B
Sudut
Postur kerja
Nilai
Leher
19,29˚
2
Punggung
21,07˚
3
Lengan atas
95,43˚
4
Lengan
15,64˚
2
bawah
Pergelangan
31,68˚
3
Postur tubuh grup A
a. Wrist Twist : Putaran pergelangan
tangan
berada
didekat
akhir
jangkauan, maka diberi nilai 1
Tabel 4.6 RULA skor grup A posisi 1B
1
2
3
4
5
6
Kak Kak Kak Kak Kak Kak
i
i
i
i
i
i
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Lengan Lengan
atas
bawah
1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
1
1
5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
2
7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
3
8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
2
1
2
Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
3
kali/menit, maka sesuai dengan
3
1
penilaian otot diberi nilai 1
2
1
Wrist
Twist
1 2
1 2
2 2
2 3
2 3
3 3
3 4
3 3
3 4
Wrist
2
3
Wrist Wrist
Twist Twist
1 2 1 2
2 2 2 3
2 2 3 3
3 3 3 3
3 3 3 4
3 3 3 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
4
Wrist
Twist
1 2
3 3
3 3
4 4
4 4
4 4
5 5
5 5
5 5
53
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
3
1
2
3
1
2
3
4
5
6
4
4
4
4
5
5
6
1
7
8
9
1
2
3
4
4
4
4
5
6
6
2
7
8
9
4
4
4
4
5
6
6
1
7
8
9
4
4
4
5
5
6
7
2
7
8
9
4
4
4
5
5
6
7
1
7
8
9
5
5
5
5
6
7
7
2
8
9
9
5
5
5
6
6
7
7
1
8
9
9
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
5
5
5
6
7
7
8
2
9
9
9
b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis <
2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1
d. Total Skor postur tubuh A adalah
4+1+1= 6
Postur tubuh grup B
a. Kaki : Posisi kaki pekerja dalam
keadaan duduk dengan kaki tertopang
dengan baik, maka diberi nilai 1
Tabel 4.7 RULA skor grup B posisi 1B
Pung
gun
g
Le
Her
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Kak Kak Kak Kak Kak Kak
i
i
i
i
i
i
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1
2
3
5
7
8
3
3
3
5
7
8
2
2
3
5
7
8
3
3
4
6
7
8
3
4
4
6
7
8
4
5
5
7
8
8
5
5
5
7
8
8
5
5
6
7
8
9
6
6
6
7
8
9
6
7
7
7
8
9
7
7
7
8
8
9
7
7
7
8
8
9
a. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
b. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis <
2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1
c. Total Skor postur tubuh B adalah
4+1+1= 6
1
B
N
i
l
a
i
Final score
Tabel 4.8 RULA final score posisi 1B
2
Nilai A
3 4
5
6
7+
1
2
3
4
5
6
7
8+
1
2
3
3
4
4
5
5
2
2
3
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
5
6
6
3
4
4
4
5
6
6
7
4
4
4
5
6
6
7
7
5
5
5
6
7
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
7
Berdasarkan tabel diatas maka Skor
akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor
7 masuk kedalam Action Level 4, yang
menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.
Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi
2A Menggunakan RULA
Tabel 4.9 Sudut garis imajiner posisi 2A
Sudut
Postur kerja
Leher
20,71˚
3
Punggung
56,16˚
4
Lengan atas
46,53˚
3
Lengan
43,83˚
2
bawah
Pergelangan
14,66˚
2
Postur tubuh grup A
a. Wrist Twist : Putaran pergelangan
tangan
berada
didekat
akhir
jangkauan, maka diberi nilai 1
Tabel 4.10 RULA skor grup A posisi 2A
Len Leng
Pergelangan tangan
gan an
1
2
3
4
atas baw Wris Wrist Wrist Wrist
ah
t
Twist Twist Twist
Twis
t
1 2 1 2 1 2 1 2
1
1
1 2 2 2 2 3 3 3
2
2 2 2 2 3 3 3 3
3
2 3 3 3 3 3 4 4
2
1
2 3 3 3 3 4 4 4
2
3 3 3 3 3 4 4 4
3
3 4 4 4 4 4 5 5
3
1
3 3 4 4 4 4 5 5
2
3 4 4 4 4 4 5 5
3
4 4 4 4 4 5 5 5
4
1
4 4 4 4 4 5 5 5
2
4 4 4 4 4 5 5 5
3
4 4 4 5 5 5 6 6
5
1
5 5 5 5 5 6 6 7
2
5
6 6
6
6
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
7
7
7
54
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
3
1
2
3
6
6
7
8
9
6
7
8
9
6
7
8
9
7
7
8
9
7
7
8
9
7
8
9
9
7
8
9
9
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
8
9
9
9
4
5
6
7
8+
3
4
4
5
5
3
4
4
5
5
3
4
5
6
6
4
5
6
6
7
5
6
6
7
7
6
7
7
7
7
6
7
7
7
7
b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
c. Beban : Statis 2-10 kg atau berulang,
maka diberi nilai 2
d. Total Skor postur tubuh A adalah
4+1+2= 7
Berdasarkan tabel diatas maka Skor
akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor
7 masuk kedalam Action Level 4, yang
menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.
Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi
1A Menggunakan RULA
Postur tubuh grup B
a. Kaki : Posisi pekerja dalam keadaan
berdiri
dengan
berat
badan
terdistribusi dengan rata oleh kedua
kaki, terdapat ruang gerak yang cukup
untuk merubah posisi, maka diberi
nilai 1
Tabel 4.11 RULA skor grup B posisi 2A
Tabel 4.13 Sudut garis imajiner posisi 2B
Sudut
Postur
Nilai
kerja
Leher
24, 95˚
3
Punggung
45,20˚
4
Lengan atas
52,94˚
3
Lengan bawah
42,31˚
2
Pergelangan
15,76˚
3
1
2
3
4
5
6
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Leher 1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Postur tubuh grup A
a. Wrist Twist : Putaran pergelangan
tangan
berada
didekat
akhir
jangkauan, maka diberi nilai 1
Tabel 4.14 RULA skor grup A posisi 2B
Lengan Lengan
atas
bawah
1
b. Berdasarkan langkah 9 - 11, maka
didapatkan nilai 5
c. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
d. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis 210 kg atau berulang, maka diberi nilai
2
e. Total Skor postur tubuh B adalah
5+1+2= 8
Nilai B
Final score
Tabel 4.12 RULA final score posisi 2A
1
2
3
1
1
2
3
2
2
2
3
Nilai A
3 4
3 3
3 4
3 4
5
4
4
4
6
5
5
5
7+
5
5
6
2
3
4
5
6
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Pergelangan tangan
1
2
3
4
Wrist Wrist Wrist Wrist
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 4 4
2 3 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 3 4 4 4
3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5
4 4 4 4 4 5 5 5
4 4 4 4 4 5 5 5
4 4 4 4 4 5 5 5
4 4 4 5 5 5 6 6
5 5 5 5 5 6 6 7
5 6 6 6 6 7 7 7
6 6 6 7 7 7 7 8
7 7 7 7 7 8 8 9
8 8 8 8 8 9 9 9
9 9 9 9 9 9 9 9
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
55
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
b. Otot :Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis <
2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1
d. Total Skor postur tubuh A adalah
4+1+1= 6
Postur tubuh grup B
a. Kaki : Posisi pekerja dalam keadaan
berdiri
dengan
berat
badan
terdistribusi dengan rata oleh kedua
kaki, terdapat ruang gerak yang cukup
untuk merubah posisi, maka diberi
nilai 1
Tabel 4.15 RULA skor grup B posisi 2B
1
Kak
i
Lehe 1 2
r
1
1 3
2
2 3
3
3 3
4
5 5
5
7 7
6
8 8
2
Kak
i
1 2
3
Kak
i
1 2
4
Kak
i
1 2
5
6
Kak Kak
i
i
1 2 1 2
2
2
3
5
7
8
3
4
4
6
7
8
5
5
5
7
8
8
6
6
6
7
8
9
3
3
4
6
7
8
4
5
5
7
8
8
5
5
6
7
8
9
6
7
7
7
8
9
7
7
7
8
8
9
7
7
7
8
8
9
Nilai B
b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4
kali/menit, maka sesuai dengan
penilaian otot diberi nilai 1
c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis <
2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1
d. Total Skor postur tubuh B adalah
5+1+1= 7
Final score
Tabel 4.16 RULA final score posisi 2B
1
2
3
4
5
6
7
8+
1
1
2
3
3
4
4
5
5
2
2
2
3
3
4
4
5
5
Nilai A
3
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
5
5
6
6
6
6
7
5
4
4
4
5
6
6
7
7
6
5
5
5
6
7
7
7
7
7+
5
5
6
6
7
7
7
7
Berdasarkan tabel diatas maka Skor
akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor
7 masuk kedalam Action Level 4, yang
menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
pengolahan,
analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis posturkerja
menggunakan metode Rapid Upper
Limb Assessment (RULA) diketahui
bahwa posisi duduk operator yaitu
posisi 1A, dan 1B serta posisi berdiri
operator yaitu posisi 2A dab 2B pada
saat mengambil dan memasukan
adonan kedalam mesin Extruder,
semuanya memiliki nilai final 7 dan
action level 4 yang menunjukan
menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan
dibutuhkan
sesegera
mungkin.
2. Berdasarkan analisis metode RULA
dapat disimpulkan bahwa penyebab
mudah pegal dan lelahnya operator
yang mengoprasikan mesin Extruder
adalah karena postur kerja yang
kurang baik, sehingga menurunkan
tingkat keteraturan operator dalam
memasukan adonan kemesin yang
dapat menurunkan kualitas produksi.
3.
Berdasarkan
perhitungan
menggunakan metode RULA terhadap
posisi duduk dan berdiri operator ( 1A, 1B,
2A, 2B) dapat disimpulkan bahwa rata-rata
resiko yang ditimbulkan dari posisi duduk
dan posisi berdiri operator adalah sama.
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, A. 2015. Analisis Postur
Tubuh Mitra Kerja PT. Sankyu
Indonesia Internasional Pada Area
PVC Ware House Menggunakan
Metode Rapid Limb Assessment di
PT. Asahimas Chemical Cilegon
Banten. Laporan Tugas Akhir.
Surakarta : Program Diploma 3
Hiperkes dan Keselamtan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
56
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018
ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
Anjasmoro, T. 2017.
Implementasi
Program
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja dalam Upaya
Mempertahankan Zero Accident di
PADA PT Dua Kelinci. Lapotran
Kereja Praktik Universitas Katolik
Soegijarpranata.
Masitoh, D. (2016). Analisis Postur Tubuh
dengan Metode Rula Pada Pekerja
Welding di Area Sub Assy PT. Fuji
Technica Indonesia Karawang.
Tugas Akhir Universitas Sebelas
Maret.
Meliana, D. P. (2009). Aanlisis Postur
Kerja dengan Metode RULA pada
Bagian Pelayanan Perpustekaan
USU
Medan.
Tugas
Akhir
Universitas Sumatra Utara.
McAtamney, L. and Corlett, E. N., 2004.
RULA: A Survey Based Method for
The Investigation of Work Related
Upper Limb Disorders. Applied
Ergonomics. 24 (2), 91-92.
Rafian M.A., dan Ahmad Muhsin, 2017,
Analisis Beban Kerja Mekanik pada
Departemen Plant dengan Metode
Work Sampling, Jurnal OPSI, Vol
10, No.1, Juni 2017, available at
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/o
psi/article/view/2165
Rinawati, S., & Romadona. (2016).
Analisis Risiko Postur Kerja pada
Pekerja di Bagian Pemilahan dan
Penimbangan Linen Kotor RS. X.
Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health , 39-51.
Primadi, D. P., Dyah Rachmawati L,
Ahmad Muhsin, 2016, Usulan
perbaikan tingkat pencahayaan
pada
ruang
produksi
guna
peningkatan output produk pekerja
dengan pendekatan tekcnik tata cara
kerja, Jurnal OPSI, Vol. 9, No.1,
Juni
2016,
available
at
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/o
psi/article/view/2192
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
57
ANALISIS POSTUR TUBUH PEKERJA MENGGUNAKAN
METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS)
Diah Pramestari
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Persada Indonesia YAI
Jl. Salemba Raya 7-9, Jakarta Pusat
Telp.(021)3914075; (021)3914081
Email : [email protected]
ABSTRAK
Postur kerja seorang pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan hasil kerja. Postur kerja yang kurang baik dan dilaksanakan secara repetitif (berulang-ulang) pada
sistem kerja ataupun fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan mengakibatkan lebih cepatnya timbul kelelahan
pada pekerja tersebut. Kelelahan yang seringkali timbul pada pekerja pada akhirnya akan mengakibatkan
penurunan hasil kerja.
PT.X merupakan perusahaan konveksi dengan berbagai jenis produk yang dihasilkan. Proses produksi dimulai
dari inspeksi kain, desain dan pembuatan pola, granding dan marking, sampling dan cutting, pengepresan,
penjahitan dengan berbagai variasi proses penjahitan, finishing dan diakhiri dengan proses packaging. Dari
penelitian pendahuluan, dihasilkan bahwa terdapat banyak keluhan yang dialami pekerja bagian packaging
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Keluhan yang dialami pekerja tersebut adalah keluhan pada daerah
pinggang, punggung dan pergelangan kaki. Pada bagian packaging tersebut keseluruhan aktivitas kerja dilakukan
dengan manual material handling dengan beban kerja yang berat. Pada penelitian ini, peneliti mengevaluasi
postur kerja pekerja khususnya pekerja bagian packaging yang dianggap dapat mengakibatkan musculoskeletal
disorders atau kelainan otot dengan menerapkan metode OWAS. Bagian tubuh pekerja yang dievaluasi adalah
sikap punggung, sikap lengan, sikap kaki dan berat beban.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa postur kerja kegiatan pertama dan kedua pada bagian packaging
termasuk dalam kategori 2 yang berarti harus dilakukan perbaikan di masa yang akan datang. Sedangkan
kegiatan ketiga dan keempat termasuk dalam kategori 3 yang berarti harus segera dilakukan perbaikan.
Kata kunci : ergonomi, postur kerja, keluhan kerja
ABSTRACT
Work posture of a worker in carrying out their work activities is one factor that can determine the outcome of
its work. Poor working posture and repetitive on a working system or facility that is not ergonomic will lead to
more rapid fatigue of the workers. Fatigue that often suffered on the workers will eventually lead to decreased
output work.
PT.X is a garment company with various types of products. The production process starts from fabric
inspection, design and pattern making, Granding and marking, sampling and cutting, pressing, sewing with
different variations of the process of sewing, finishing and ending with the packaging process. From preliminary
research, resulting that there are many complaints of the workers part of packaging in implementing their
activities. The complaints of the workers was a complaint at the waist, back and ankle. On the packaging of the
overall activity of the work done by manual material handling with the heavy workload. In this study, researcher
evaluated the work posture of workers, especially packaging workers who are can be lead to musculoskeletal
disorders or muscle disorders by applying OWAS. The body of the workers that are evaluated are back posture,
arms posture, legs posture workload.
The research result showed that the activities of the working posture first and second on the packaging are
included in category 2, which means should be improved in the future. While the third and fourth activities included
in the third category which means it must immediately be repaired.
Keywords : ergonomic, working posture, musculoskeletal disorders
22
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
1. PENDAHULUAN
Dalam
suatu
perusahaan,
pekerja
merupakan sumber daya yang terpenting untuk
menjalankan proses bisnisnya. Pekerja pada
perusahaan industri manufaktur juga memegang
peranan yang sangat penting yang dapat mendukung
kualitas dari suatu produk jadi, terutama apabila
perusahaan masih menerapkan manual material
handling. Pekerja dengan manual material handling
yang bekerja secara repetitif seringkali mengalami
gangguan kesehatan, seperti rasa fatique yang cepat
datang sampai dengan gangguan kesehatan ototnya.
Bagian tubuh pekerja yang sering kali merasakan
kelelahan akibat aktivitas kerja manual adalah tangan,
bahu, punggung, pinggang dan kaki. Selain pekerjaan
manual, Beban kerja fisik yang berlebihan juga dapat
menimbulkan resiko terjadinya gangguan kesehatan
ataupun bahkan terjadinya kecelakaan kerja.
PT. X merupakan perusahaan konveksi yang
menghasilkan beberapa produk, antara lain : kebaya,
jas, seragam batik, kaos olahraga, dll. Produk yang
memiliki tingkat permintaan tertinggi adalah produk
Jas. Produk Jas yang dihasilkan PT. X dipercaya oleh
konsumen memiliki kualitas yang baik. Setelah
dilakukan studi pendahuluan diketahui bahwa
karakteristik pekerjaan di PT.X umumnya adalah
manual material handling , posisi kerja duduk dan
berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi, tingkat
pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot,
berinteraksi dengan benda tajam seperti jarum,
gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas pada
beberapa unit kerja, terjadi kebisingan, getaran
berlebih, dan terdapat kontaminan-kontaminan udara.
Dari studi pendahuluan juga diketahui bahwa terjadi
keluhan-keluhan pada beberapa bagian tubuh yang
dirasakan oleh pekerja, dan pekerja pada unit kerja
packaging memiliki persentase keluhan yang paling
tinggi.
Analisa biomekanika perlu dilakukan pada unit
kerja packaging untuk mengetahui apakah postur
kerja dari pekerja sudah benar sehingga pekerja dapat
merasakan kenyamanan dalam bekerja yang pada
akhirnya tidak akan menimbulkan kecelakaan kerja.
Postur kerja yang salah dapat juga dilakukan oleh
pekerja dikarenakan karena pemakaian fasilitas kerja
yang tidak ergonomis dari dimensi nya yang tidak
disesuaikan dengan antropometri dari pemakainya.
Selain itu analisa lingkungan kerja juga perlu
dilakukan, karena lingkungan kerja yang tidak
ergonomis juga dapat menimbulkan ketidaknyaman
dalam melaksanakan aktivitas kerja.
Terdapat beberapa metode biomekanika untuk
menganalisis postur kerja, salah satunya adalah
Ovako Work Posture Analysis System (OWAS).
Dari analisis metode ini akan terlihat postur pada
kegiatan kerja yang mana yang perlu diperbaiki yang
mengidentifikasikan adanya potensi kecelakaan
kerja. Perbaikan sikap kerja perlu dilakukan pada
beberapa kegiatan untuk mengurangi atau
menghilangkan cidera musculoskeletal dan tercapai
sistem kerja yang terbaik.
2. METODOLOGI
Penelitian pendahuluan dilakukan di PT.X,
dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
Penelitian Kepustakaan (Lybrary Research)
Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk
mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan
penelitian
Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan berupa peninjauan secara
langsung ke PT.X pada beberapa unit kerja produksi
untuk mendapatkan data primer yang diperlukan
terkait dengan masalah yang diteliti. Adapun cara
yang digunakan yaitu :
a. Observasi
Peneliti mengamati bagian atau unit kerja
yang pekerjanya memiliki resiko cidera yang
lebih dibandingkan pekerja pada unit kerja
yang lain
b. Interview (wawancara)
Pada tahapan ini, peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa pekerja pada
bagian packaging untuk mengali lebih lanjut
apakah terdapat keluhan tubuh yang sering
terjadi
setelah
melakukan
aktivitas
pekerjaannya.
c. Pengumpulan data yang terkait dengan
keluhan yang terjadi pada pekerja bagian
Packaging dengan menggunakan Kuesioner
Nordic Body Map , dari kuesioner ini peneliti
mendapatkan data bagian tubuh yang
mengalami keluhan ketidaknyamanan akibat
dari aktivitas kerja pekerja.
Setelah data-data keluhan pekerja tersebut
terkumpul, dilakukan pengamatan langsung pada
postur kerja pekerja bagian Packaging. Pengamatan
dilakukan terhadap sikap bagian tubuh punggung,
lengan serta kaki, dan berat beban yang dibawa
(back, arms, leg, load) pada saat melaksanakan
aktivitas kerjanya. Pengamatan ini dimaksudkan
untuk mengkategorikan apakah postur kerja yang
dilakukan oleh pekerja tersebut masuk dalam
kategori berbahaya yang akan mengakibatkan
keluhan permanen dari pekerja dan pada akhirnya
akan mengakibatkan terganggunya kesehatan dari
pekerja.
Metode untuk menganalisis postur kerja
tersebut menggunakan metode OWAS. Dari
pengolahan data yang dilakukan menggunakan
metode OWAS akan terlihat kategori dari setiap
pekerjaan mulai dari level pekerjaan tidak
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
23
berbahaya sampai dengan level sangat berbahaya
yang membutuhkan perbaikan sistem kerja sesegera
mungkin.
3. LANDASAN TEORI
Sistem kerja adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari manusia, mesin/peralatan, bahan dan
lingkungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Perbaikan
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan
perlu
dilakukan
untuk
mendapatkan suatu sistem kerja yang terbaik dari
sistem kerja yang telah ada. Perancangan sistem kerja
dilakukan untuk mencapai tingkat efektivitas dan
efisiensi yang tinggi bagi perusahaan, serta tercipta
lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat bagi
para pekerja. Perancangan sistem kerja yang baik
tidak terlepas dari ilmu ergonomi.
Ergonomi
Terdapat beberapa pengertian ergonomi,
diantaranya : ergonomi merupakan suatu cabang ilmu
yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,
aman dan nyaman (Sutalaksana, 2005). Atau menurut
Nurmianto (1998) ergonomi merupakan studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/perancangan.
Dari beberapa pengertian tersebut kita bisa tarik
kesimpulan bahwa fokus ergonomi adalah Human
Centered Design. Perbaikan suatu sistem kerja harus
memperhatikan keterbatasan, kemampuan dan
kelemahan dari setiap individu. Apabila diterapkan
pada dunia kerja berarti perbaikan suatu sistem kerja
harus memperhatikan pekerja sebagai bagian utama
dari sistem kerja tersebut.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi
adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasaan
kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui
peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan
mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara
berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis,
antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja
yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja
dan kualitas hidup yang tinggi
24
Dari tujuan penerapan ergonomi yang
pertama,
maka
suatu
perusahaan
perlu
memperhatikan beban kerja pekerja, memperhatikan
fasilitas kerja yang mendukung pekerja dalam
menjalankan aktivitas kerja, memperhatikan
lingkungan kerja sehingga mencapai sistem kerja
yang terbaik.
Beban Kerja
Secara umum hubungan antara beban kerja
dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal
dari luar tubuh pekerja, meliputi:
1. Tugas (task)
Tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata
ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja,
sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat.
Sedangkan tugas yang bersifat mental
meliputi : tanggung jawab, kompleksitas
pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja meliputi:lamanya waku
kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja,
dll.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban
tambahan yang meliputi: lingkungan kerja
fisik,lingkungan kerja kimiawi, lingkungan
kerja biologis dan lingkungan kerja
psikologis.
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari
beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai
stressor, meliputi:
1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran
tubuh, status gizi,kondisi kesehatan, dan
sebagainya).
2. Faktor
psikis
(motivasi,
persepsi,
kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan
sebagainya).
Menurut Suma’mur (1989) untuk mencegah
timbulnya kecelakaan kerja disarankan agar beban
yang diangkat dan selanjutnya diangkut menurut
keadaan mereka yang melakukan pekerjaan. Tenaga
kerja laki-laki dewasa dapat mengangkat beban kerja
40 kg dengan frekuensi sesekali dan 15-18 kg dengan
frekuensi yang terus menerus. Sedangkan tenaga
kerja perempuan dapat mengangkat beban kerja 15 kg
dengan frekuensi sesekali dan 10 kg dengan frekuensi
yang terus menerus.
Postur Kerja
Postur atau sikap kerja merupakan suatu
tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan
pekerjaan (Nurmianto, 2004).
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja, yaitu :
Sikap Kerja Duduk
Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja
duduk menimbulkan masalah muskuloskeletal
terutama masalah punggung karena terdapat
tekanan pada tulang belakang. Menurut
Nurmianto (2004), keuntungan bekerja dengan
sikap kerja duduk adalah mengurangi beban
statis pada kaki dan berkurangnya pemakaian
energi.
2. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik
sikap fisik maupun mental, sehingga aktivitas
kerja dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti
namun berbagai masalah bekerja dengan sikap
kerja berdiri dapat menyebabkan kelelahan,
nyeri dan terjadi fraktur pada otot tulang
belakang.
3. Sikap Kerja Duduk Berdiri
Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi
kedua sikap kerja untuk mengurangi kelelahan
otot karena sikap dalam satu posisi kerja. Posisi
duduk berdiri merupakan posisi yang lebih baik
dibandingkan posisi duduk atau posisi berdiri
saja. Penerapan sikap kerja duduk berdiri
memberikan keuntungan di sektor industri
dimana tekanan pada tulang belakang dan
pinggang 30 % lebih rendah dibandingkan
dengan posisi duduk maupun berdiri saja secara
terusmenerus.
1.
Postur kerja seorang pekerja melibatkan
beberapa gaya otot, sehingga penerapan postur kerja
yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan
kesehatan pada otot yang pada jangka pendek
mengakibatkan kelelahan fisik namun pada jangka
panjang akan mengakibatkan kerusakan otot, sendi,
ligamen dan tendon.
Manual Material Handling
Manual Material Handling berhubungan
dengan pemindahan beban kerja dimana pekerja
menggunakan gaya otot untuk mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, membawa dan
menggenggam objek. Pengertian pemindahan
beban secara manual, menurut American
Material Handling Society (AHMS) bahwa
material handling dinyatakan sebagai seni dan
ilmu yang meliputi penanganan (handling),
pemindahan (moving), pengepakan (packaging),
penyimpanan (storing) dan pengawasan.
Pemindahan objek secara manual apabila tidak
dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan dalam industri salah satunya adalah
timbulnya nyeri punggung (back injury). Beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan untuk
mengurangi timbulnya nyeri punggung
(Nurmianto,1996) antara lain:
1. Beban yang harus diangkat
2. Perbandingan antara berat beban dan pekerja
3. Jarak horisontal dari beban terhadap pekerja
4. Ukuran beban yang akan yang lebih jauh dari
tubuh, dan bisa menggangu jarak pandangnya.
Penanganan material secara manual memiliki
beberapa keuntungan sebagai berikut:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan
kemudahan
pemindahan beban pada ruang
terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah
biladibandingkan dengan menggunakan mesin
Kegiatan Manual Material Handling
(MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali
tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang
belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin
dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan
kerja. Faktor
yang dapat menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan kerja MMH dibagi menjadi dua
faktor yaitu:
1. Faktor Fisik (Physical Factor)
Faktor ini terdiri dari suhu, kebisingan, bahan
kimia, radiasi, gangguan penglihatan, postur
kerja, gangguan sendi (gerakan dan perpindahan
berulang), getaran mesin dan alat, permukaan
lantai.
2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja
seperti shift kerja,peraturan kerja, gaji yang
tidak
adil,
rangkap
kerja,
stress
kerja,konsekuensi kesalahan kerja, istirahat
yang pendek dan terganggu saat kerja.
Musculoskeletal Disorders
Muskuloskeletal disorders (MSDs) atau
keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit
pada otot, tendon, dan saraf. Aktivitas dengan tingkat
pengulangan tinggi dapat menyebabkan kelelahan
pada otot, merusak jaringan hingga kesakitan dan
ketidaknyamanan (OHSCO, 2007). Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama juga akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
tendon.
Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan
otot yang terjadi pada saat otot menerima beban
statis, namun demikian keluhan tersebut akan
segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot
yang bersifat menetap.Walaupun pembebanan
kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut. Berikut ini adalah jenis
MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur yang
janggal atau tidak alami, yaitu:
a. Low back pain, yaitu rasa sakit akut dan kronis
dari tulang belakang pada daerah lumbosacral
(tulang punggung bagian bawah), pantat, dan
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
25
b.
c.
d.
e.
f.
g.
kaki bagian atas. Biasanya terjadi pada pekerja
yang suka mengangkat
Carpal Tunnel Syndrome, adalah kondisi yang
mempengaruhi tangan dan jari hingga
mengalami sensasi rasa kesemutan, mati rasa,
atau nyeri. Bagian yang paling sering
terpengaruh adalah jempol, jari tengah, dan
telunjuk. Biasanya terjadi pada typist / juru
ketik
Buristis, adalah penekanan kecil berulang dan
berlebihan
yang
menyebabkan
bursa
membengkak dan teriritasi. Bursa adalah suatu
kantung berisi cairan di dekat sendi. Ketika
bursa ini menjadi iritasi atau meradang, hal itu
menyebabkan rasa sakit pada bagian-bagian
tubuh yang bersendi. Bagian tubuh tempat
terjadinya bursitis ini adalah bahu, siku,
pergelangan tangan, pinggul, lutut, atau
pergelangan kaki
Epicondylitis, yaitu gangguan pada siku yang
dapat diderita oleh masyarakat pada usia
produktif. Biasanya terjadi pada pekerja yang
banyak melakukan gerakan berulang pada
lengan bawah dan pergelangan tangan asanya
Sprain dan strains, terjadi saat ligamen atau
otot terlalu tertekan karena adanya postur yang
memberi beban terhadap tubuh
Tendinitis, yaitu peradangan pada tendon yang
biasanya terjadi pada tangan dan pergelangan
tangan karena pekerjaan menggunakan postur
yang tidak biasa secara terus menerus
Tenosynovitis, yaitu pembengkakan pada
pergelangan tangan akibat aktivitas yang
berlebihan pada tendon yang disebabkan oleh
beban dan pergerakan yang berulang.
Metode Ovako Working Anaysis System (OWAS)
OWAS merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk mengevaluasi postural stress pada
pekerja yang dapat mengakibatkan musculoskeletal
disorders atau kelainan otot. Metode ini dimulai pada
tahun 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia.
Dikembangkan oleh Karhu dan kelompoknya di
Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang
mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap
gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung,
leher, bahu, kaki, dan lain-lain. Penelitian tersebut
memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan
berat beban. Seiring berjalannya waktu, metode ini
disempurnakan oleh Stofert pada tahun 1985.
Berikut ini adalah sikap bagian tubuh yang
diamati untuk dianalisa dan dievaluasi:
a. Sikap punggung , terdiri dari :
1. Lurus
2. Membungkuk
3. Memutar atau miring kesamping
4. Membungkuk
dan
memutar
atau
membungkuk ke depan dan ke samping
b. Sikap lengan, terdiri dari :
1. Kedua lengan berada dibawah bahu
26
2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu
3. Kedua lengan pada atau diatas bahu
c. Sikap kaki
1. Duduk
2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan
lutut ditekuk
5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan
lutut ditekuk
6. Berlutut pada satu atau kedua lutut
7. Berjalan
d. Berat Beban
1. 1.Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W
= 10 Kg)
2. 2.Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg
< W = 20 Kg)
3. 3.Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg
(W > 20 Kg)
Hasil dari analisis postur kerja OWAS terdiri dari
empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi
para pekerja. Setelah didapat kode berdasarkan
penilaian klasifikasi sikap tubuh yang diamati
selanjutnya kode tersebut dimasukan ke dalam tabel
analisis sikap kerja OWAS agar didapat kategori dari
tiap postur kerja
Kategori sikap pekerja dibagi menjadi 4 yaitu :
1. KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah
pada sistem muskuloskeletal (tidak berbahaya).
Tidak perlu ada perbaikan.
2. KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada
sistem
muskoloskeletal
(postur
kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang
signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan
datang.
3. KATEGORI 3: Pada sikap ini berbahaya pada
sistem
muskoloskeletal
(postur
kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat
signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin.
4. KATEGORI 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya
pada sistem muskuloskeletal (postur kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu
perbaikan secara langsung / saat ini juga.
Kuesioner Nordic Body Map
Kuesioener Nordic Body Map (NBM)
merupakan metode yang dilakukan dengan
menganalisis peta tubuh yang ditunjukkan pada
tiap bagian tubuh. Terdapat 27 titik area tubuh yang
dapat dianalisis. Responden yang mengisi kuesioner
diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya
gangguan pada bagian area tubuh yang ditunjukan
pada gambar Nordic Body Map. Melalui NBM dapat
diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa
tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit
(Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004 ).
Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh
(NBM) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
25
26
27
keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian
subjektif pada pekerja.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sakit pada pergelangan kaki
kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
33%
33%
Dari tabel 1 terlihat bahwa persentase keluhan
sakit terbesar terdapat pada bagian tubuh punggung,
kemudian bagian tubuh siku, betis dan kaki baik
sebelah kanan maupun sebelah kiri.
Pekerja PT.X pada bagian packaging mayoritas
berusia diatas 40 th, sehingga keluhan akibat aktivitas
sering dirasakan oleh pekerja tersebut. Keluhan yang
dirasakan oleh pekerja biasanya mencapai puncaknya
pada usia 35 tahun dan terus meningkat sejalan
dengan pertambahan usia, faktor lain yang
mempengaruhinya juga disebabkan karena ketahanan
dan kekuatan otot yang semakin menurun.
Penelitian dilaksanakan pada bagian packaging
untuk produk Jas. Proses produksi pembuatan Jas
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : proses
pengecekan kain, proses pembuatan desain dan pola,
proses pemotongan, proses penjahitan, proses
finishing dan terakhir proses pengepakan
(packaging). Pada proses terakhir ini yaitu proses
packaging, pekerja masih menggunakan manual
material handling, dari awal produk jas tersebut
dimasukkan ke dalam plastik pembungkus,
pemindahan produk jas ke keranjang penyimpanan
sampai dengan pemindahan keranjang penyimpanan
ke warehouse.
Peneliti mengamati pada tahap observasi awal
bahwa pada proses packaging inilah resiko cidera
yang akan dialami oleh pekerja lebih tinggi
dibandingkan dengan proses produksi lain. Kemudian
setelah tahapan observasi ini peneliti melakukan
wawancara terhadap beberapa pekerja pada bagian
packaging dan mendapatkan data bahwa pekerja
sering mengalami keluhan rasa pegal pada bagian
tubuh daerah tengkuk, pergelangan tangan, punggung
dan kaki. Untuk mendukung hasil wawancara dan
mendapatkan data yang lebih detail mengenai bagian
tubuh yang mana saja yang mengalami keluhan, maka
peneliti menyebarkan kuesioner Nordic Body Map.
Data-data awal persentase keluhan yang
dirasakan oleh pekerja tersebut yang menjadi dasar
penelitian ini untuk meneliti postur tubuh pekerja
yang dapat menimbulkan resiko cidera. Penilaian
metode OWAS dilakukan untuk 4 kegiatan yang
dilakukan di bagian packaging .
1. Kegiatan Pertama : membungkus produk jadi ke
dalam kemasan
Kategori sikap kerja yang dihasilkan dari
pengamatan untuk kegiatan pertama adalah
seperti pada tabel 2
Tabel 2 Hasil Pengamatan Kegiatan Pertama
Tabel 1 Persentase Keluhan Pekerja
No
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Jenis Keluhan pada bagian tubuh
Sakit kaku di leher bagian atas
Sakit kaku dileher bagian bawah
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Sakit di lengan atas kiri
Sakit di punggung
Sakit lengan atas kanan
Sakit pada pinggang
Sakit pada bawah pinggang
Sakit pada pantat
Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada pergelangan tangan
kiri
Sakit pada pergelangan tangan
kanan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sakit pada paha kanan
Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit pergelangan kaki kiri
Sikap
Kode
Berputar dan bergerak /
membungkuk
ke
samping dan ke depan
4
Lengan
Kedua tangan berada di
bawah level ketinggian
bahu
1
Kaki
Berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
2
Berat
beban
Kurang dari 10 kg
1
Persentase keluhan
Tidak
Agak
Sangat
Sakit
Punggung
sakit
sakit
sakit
16%
33%
67%
84%
33%
67%
67%
33%
16%
100%
100%
100%
16%
16%
16%
16%
16%
16%
100%
100%
100%
100%
50%
50%
16%
16%
33%
33%
16%
16%
67%
67%
84%
84%
84%
50%
50%
67%
67%
16%
16%
16%
50%
50%
16%
16%
100
%
100
%
Dari
16%tabel 2 terlihat bahwa kode untuk kegiatan
pertama adalah 4121. Kode tersebut kemudian
dimasukan ke tabel analisis sikap kerja OWAS.
67%
67%
Tabel 3 Tabel Analisis OWAS pada kegiatan
pertama
67%
67%
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
27
Tabel 5 Tabel Analisis OWAS pada kegiatan
kedua
Dari gambar tabel 3 terlihat bahwa kategori sikap
untuk kegiatan pertama termasuk ke dalam kategori
2.
Kategori 2 merupakan sikap berbahaya pada sistem
muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan
pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu
perbaikan di masa yang akan datang.
2. Kegiatan Kedua : meletakkan kemasan produk
jadi ke keranjang penyimpanan
Kategori sikap kerja yang dihasilkan dari
pengamatan untuk kegiatan kedua adalah seperti
pada tabel 4
Tabel 4 Hasil Pengamatan Kegiatan Kedua
Sikap
3. Kegiatan Ketiga : mengangkat keranjang
penyimpanan menuju gudang penyimpanan
Untuk kegiatan ketiga dilakukan pengamatan
yang sama dengan kegiatan pertama dan kedua.
Dari analisis sikap kerja OWAS untuk kegiatan
ketiga termasuk ke dalam kategori 3. Kategori 3
merupakan sikap berbahaya pada sistem
muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan
pengaruh ketegangan yang sangat signifikan) dan
perlu perbaikan segera mungkin.
Kode
Punggung
Membungkuk
2
Lengan
Kedua tangan berada di
bawah level ketinggian
bahu
1
Kaki
Berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
2
Berat
beban
Kurang dari 10 kg
1
Dari tabel 4 terlihat bahwa kode untuk kegiatan kedua
adalah 2121. Kode tersebut kemudian dimasukan ke
tabel analisis sikap kerja OWAS.
28
Dari gambar tabel 5 terlihat bahwa kategori sikap
untuk kegiatan kedua termasuk ke dalam kategori 2.
Kategori 2 merupakan sikap berbahaya pada sistem
muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan
pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu
perbaikan di masa yang akan datang
4. Kegiatan Keempat : mengangkat keranjang
penyimpanan ke rak penyimpanan di dalam
gudang
Untuk
kegiatan
keempat
dilakukan
pengamatan yang sama dengan kegiatan yang
lainnya. Dari analisis sikap kerja OWAS untuk
kegiatan keempat termasuk ke dalam kategori 3.
Kategori 3 merupakan sikap berbahaya pada
sistem
muskoloskeletal
(postur
kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat
signifikan) dan perlu perbaikan segera mungkin
Pada kegiatan kerja ketiga dan keempat ini,
pekerja diharuskan mengangkat keranjang berisi
produk jadi dengan berat 15 kg secara manual tanpa
alat bantu pengangkatan menggunakan kekuatan otot
pekerja saja. Kegiatan transportasi pemindahan
keranjang penyimpanan menuju ke gudang
penyimpanan dilakukan pekerja sebanyak 3-4 kali per
hari nya. Kegiatan pertama sampai kegiatan keempat
dilakukan oleh pekerja dengan postur tubuh berdiri.
Menurut Suma’mur (1989) batasan beban kerja yang
dapat diangkat dengan frekuensi pengangkatan yang
terus menerus untuk pekerja dewasa laki-laki berkisar
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
antara 15-18 kg, yang artinya beban kerja yang
diangkat oleh pekerja packaging tersebut masih
dalam batasan yang mampu diangkat oleh pekerja.
Namun usia pekerja, frekuensi pengangkatan, posisi/
postur kerja sewaktu melakukan aktivitas
pengangkatan juga sangat berpengaruh terhadap
timbulnya kelelahan dan keluhan ketidaknyaman
pada bagian tubuh pekerja setelah melakukan
aktivitas kerjanya.
Pada unit kerja packaging ini juga terdapat
fasilitas kerja yang tidak ergonomis, baik dari ukuran
atau dimensi fasilitas kerja maupun dari tata letak
fasilitas kerja tersebut. Fasilitas yang tidak ergonomis
tersebut adalah meja dan kursi kerja yang dimensinya
tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu
tidak terdapatnya beberapa fasilitas kerja yang
diperlukan untuk mendukung aktivitas kerja, yaitu
tempat untuk meletakkan plastik kemasan dan tempat
untuk meletakkan sisa kain, sisa benang, ataupun
produk sisa lainnya selama proses pengemasan
berlangsung dan tempat untuk meletakkan alat-alat
pengemasan.
Kemudian dari hasil pengamatan juga diketahui
bahwa lingkungan kerja yang terdapat pada unit kerja
packaging tidak ergonomis. Lingkungan kerja yang
dimaksud adalah tingkat pencahayaan yang kurang,
suhu ruangan yang tinggi serta sirkulasi udara yang
tidak baik. Lingkungan kerja yang tidak ergonomis
ini juga dapat menyebabkan tingkat kelelahan
menjadi tinggi dan mengurangi kenyamanan pekerja
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian di PT.X ini
adalah anggota tubuh pekerja bagian packaging yang
paling banyak mengalami keluhan atau merasakan
sakit adalah bagian punggung, siku kiri, siku kanan,
betis kiri, betis kanan, kaki kiri dan kaki
kanan.
Hasil evaluasi postur kerja menyatakan bahwa dari
postur kerja pekerja bagian packaging, pekerja akan
beresiko mengalami musculoskeletal disorders. Hal
tersebut terlihat dari hasil kategori OWAS untuk
kegiatan membungkus produk jadi ke dalam kemasan
dan kegiatan meletakkan kemasan produk jadi ke
keranjang penyimpanan masuk ke dalam kategori 2
yang berarti bahwa harus dilakukan perbaikan di
masa yang akan datang, kegiatan mengangkat
keranjang penyimpanan menuju ke gudang
penyimpanan dan kegiatan mengangkat keranjang
penyimpanan ke rak penyimpanan di dalam gudang
penyimpanan masuk ke dalam kategori 3 yang berarti
harus dilakukan perbaikan segera mungkin.
Perbaikan sistem kerja perlu dilakukan pada
bagian packaging yaitu perbaikan lingkungan kerja,
penambahan fasilitas kerja, penyesuaian tata letak
fasilitas kerja dan penyesuaian dimensi atau ukuran
fasilitas kerja sehingga tercapai sistem kerja yang
ergonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhamid, T.S., Everett, J.E. 2002. Physiological
Demands during Construction Work.
EBSCO. 427-437
Ayoub,M.M. and Dampsey, P.G. 1999. The
Psychophysical Approach to Material
Handling Task Design. Journal of
Ergonomic Vol. 42, No.1. 7–31
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New
York: McGraw-Hill Inc.
Chang, F.L., Sun, Y.M., Chuang, K.H., & Hsu, D.J.
2009. Work Fatigue and Physiological
Symptoms in Different Occupations of
High Elevation Construction Workers.
Elsevier. 591- 596
Iridiastadi, Hardianto.Yassierli. 2014. Ergonomi
Suatu Pengantar. Rosda Jaya Putra, 2014.
Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. KroemerElbert. 2001. Ergonomics How To Design
For Ease And Efficiency. New Jersey:
Prentice Hall
Nurmianto. E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: Guna
Widya.
Pulat, Babur Mustafa Dan David C. Alexander. 1992.
Fundamental Of Industrial Ergonomics.
USA: Hall International, Englewood Clift
Santoso, Gempur. 2004.Ergonomi. Jakarta : Prestasi
Pustaka
Sukapto, P. 2006. Peran Participatory Ergonomics
Dalam
Transfer
Teknologi
dan
Implikasinya Terhadap Kecelakaan Kerja.
Bandung:
Program
Pascasarjana
Universitas Katolik Parahyangan.
Suma’mur. P. K.1989. Higene Perusahaan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta : Haji
Masagung
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja.
J.H. 1999. Teknik Tata Cara Kerja.
Bandung: Jurusan Teknik Industri Institut
Teknologi Bandung.
Tarwaka., B., S. HA., Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi
untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan
Waktu. Surabaya: Guna Widya
IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017
29
Biomekanika
POSTUR KERJA
▣Amalia
METODE ANALISIS POSTUR KERJA
▣
▣
▣
▣
▣
▣
▣
OWAS
NIOSH
REBA
RULA
PEI
QEC
PLIBEL
Metode OWAS
Start
(Owako Work Posture Analysis)
▣ Analisis postur seluruh bagian
tubuh dengan posisi duduk
dan berdiri
Ktg
1
Rekam postur punggung, lengan,
kaki, dan hitung beban
Analisis rekaman dengan
mengkodekan tiap postur input
Action
Bisa diterima jika tidak
berulang dan periode lama
2
Perlu pemeriksaan lanjutan
dan perubahan-perubahan
3
Pemeriksaan dan perubahan
perlu dilakukan segera
4
Pemeriksaan dan perubahan
perlu dilakukan sangat segera
Hitung kode tiap postur input
Pengelompokkan kategori OWAS
Selesai
Metode NIOSH
▣ Identifikasi problem back injuries
▣ Mengetahui gaya di punggung (L5S1)
▣ Metode: MPL dan RWL
STANDAR MPL
Fc<AL
Aman
AL<Fc<MPL
Perlu hati-hati
Fc>MPL
berbahaya
Standar:
Besar gaya tekan < 6500N
Batasan gaya angkat 3500
Metode NIOSH
▣ Metode RWL (Recommended
Weighted Limit)
STANDAR RWL
LI < 1
Aktivitas tidak
mengandung resiko
LI > 1
Aktivitas mengandung
resiko cidera tulang
belakang
Metode REBA
Start
(Rapid Entire Body Assessment)
▣ Analisis postur kerja tubuh
dengan cepat
Rekam postur dengan handicam
Tentukan sudut pada pstur pekerja
Tentukan berat beban, coupling, &
aktivitas
Pengelompokkan action level
metode REBA
Selesai
Metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment)
Metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment)
Lv
REBA
score
Risk Level
Action
0
1
Negligible
Non
necessary
1
2-3
Low
Maybe
necessary
2
4-7
Medium
necessary
3
8-10
High
Necessary
soon
4
11-15
Very High
Necessary
now
Metode RULA
Start
(Rapid Upper Limb Assessment)
Rekam postur tubuh pekerja
▣ Metode cepat penilaian postur tubuh
bagian atas
▣ Grup A (lengan atas dan bawah, dan
pergelangan tangan
▣ Grup B (leher, tulang belakang, dan
kaki)
▣ Tujuan metode RULA:
□ Menyediakan perlindungan yg cepat
dalam pekerjaan
□ Identifikasi usaha yang dibutuhkan otot
yang berhubungan dengan postur
tubuh saat kerja
□ Memberikan hasil untuk penilaian
ergonomi
□ Dokumentasi postur tubuh saat kerja
Penilaian postur berdasarkan
RULA Scoring sheet
Tentukan nilai otot, kekuatan
beban
Hitung skor berdasarkan tabel
RULA
Kelompooka ke action level
metode RULA
Selesai
Metode RULA
(Rapid Upper Limb Assessment)
Metode RULA
(Rapid Upper Limb Assessment)
Score
Tingkat Resiko
1-2
Resiko diabaikan, tidak perlu penanganan
3-4
Resiko rendah, perubahan dibutuhkan
5-6
Resiko sedang, penanganan lebih lanjut, butuh
perubahan segera
6+
Sangat beresiko, lakukan perubahan sekarang
Download