Edric Wilbert Anggara - XI IPA Bahaya HIV / AIDS Penyakit HIVIAIDS sudah hampir menyerang seluruh dunia. Bahkan, penderita HIV/AIDS di Indonesia cenderung meningkat. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Penyakit AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus simian immunodeficiency viruses (SIV) dari simpanse dan gorila kepada manusia. Tahapan-Tahapan Virus HIV menjadi AIDS : 1. Tahap awal infeksi HIV 2. Tahap tanpa gejala 3. Tahap ARC (AIDS Related Complex) 4. Tahap AIDS 5. Tahap gangguan otak (susunan saraf pusat) HIV/AIDS dalam tubuh manusia menyerang sel darah merah, yaitu limposit T4 yang sangat berperan penting dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Masa inkubasi adalah jangka waktu setelah terjadinya penularan sampai dengan timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi HIV bisa berlangsung antara 5-15 tahun, tergantung pada cepat lambatnya kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Diagnosis HIV/AIDS : 1. Tes Antibodi Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan 2. Tes Antigen Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. 1. Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah. 2. Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi. 3. Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui cara-cara : Hubungan kelamin Transfusi darah Donor organ (transplantasi) Alat-alat Medis Cairan tubuh Ibu hamil Ketika HIV dalam masa inkubasi, perlahan-lahan kekebalan tubuh mulai mengalami penurunan. Gejala-gejala fisik mulai terlihat, seperti demam, badan cepat lesu, nafsu makan menurun, dan lain sebagainya. Kelompok Berisiko Tinggi Terkena HIV/AIDS : Homoseksual, sekelompok orang yang menyu kai hubungan seksual sesama jenis. Hiperseksual, kebiasaan berganti-ganti pasangan. Biseksual Pecandu narkoba Cara Mencegah Penularan HIV/AIDS : Selalu menggunakan jarum suntik steril dan baru ketika melakukan penyuntikan. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (hanya berhubungan seks dengan pasangan yang sah sebagai suami/istri). Jika ibu hamil positif HIV, sebaiknya diberitahu tentang semua risiko dan kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya/bayinya. Obat-Obat HIV/AIDS : 1. AZT (Azidothymidine), obat yang diperkirakan mampu menahan perkembangan virus dan mengandung efek samping. 2. DDI (Diseoxycitidine), obat yang mampu menahan reproduksi virus AIDS dalam darah. 3. DDC (Zalcitabine), obat yang dapat menahan perkembangan virus AIDS.