Uploaded by User58455

Info Risiko Fiskal Edisi 2 2017

advertisement
EDISI 2 / TAHUN 2017
KPBU:
PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
DALAM MENJAGA APBN YANG SEHAT
Daftar Isi
Sumber Gambar: cdn.metrotvnews.com
PENANGGUNG JAWAB:
Freddy R. Saragih
Brahmantio Isdijoso
Riko Amir
DEWAN REDAKSI:
Heri Setiawan, Fajar Hasri
Ramadhana, Tony Prianto
PENYUNTING:
Syahrir Ika, Farid Arif Wibowo,
Novijan Janis, Riza Azmi, Hendro
Ratnanto Joni, Eko Nur Surachman,
Hadi Setiawan
DESAIN GRAFIS DAN LAYOUT:
Tim Grafis Kreasitama
SEKRETARIAT:
Hani Widyastuti, Merta Liana Hafita,
Rahmat Mulyono, Moh. Kharis
Syukron, Ana Arsiyani
PENERBIT:
Direktorat Pengelolaan Risiko
Keuangan Negara – Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
dan Risiko
ALAMAT:
Gedung Frans Seda lantai 1,
Jl. Dr. Wahidin No. 1
Jakarta Pusat 10710.
Telp. 021-3505052 ext. 2112
Fax. 021-3846786
Email: [email protected]
PERCETAKAN:
PT Kreasitama Unggul Mandiri
Redaksi menerima kontribusi tulisan
dan artikel yang sesuai dengan misi
penerbitan. Tulisan dan artikel ditulis
dalam huruf arial 11, spasi 1,5,
maksimal 10 halaman A4. Redaksi
berhak mengubah isi tulisan tanpa
mengubah maksud dan substansi.
Pandangan, gagasan, atau ide yang
termuat dalam buku ini bukanlah
representasi dari pikiran atau
kebijakan yang keluar dari Dit. PRKN,
DJPPR, Kementerian Keuangan,
melainkan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.
IRF versi digital dapat diakses pada
website DJPPR:
www.djppr.kemenkeu.go.id
UTAMA
l Meningkatkan Kualitas APBN dengan Skema KPBU ........................................4-9
Oleh : Farid Arif Wibowo
MITIGASI RISIKO
l Pentingnya Peran PDF dalam Skema KPBU .................................................... 10-14
Oleh : Hasrul
l Penilaian VfM (Value for Money) dalam Penentuan Pemilihan Skema
Penyediaan Infrastruktur di Indonesia ............................................................15-20
Oleh : Eko Nur Surachman
l Mencermati Peran Penting BUMN dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dan
Swasta serta Analisis Risikonya.........................................................................21-26
Oleh : Epafras Nehemia Br. Aritonang & Puspa Kusuma Pertiwi
l Langkah Maju Mitigasi Risiko Bencana Alam di Indonesia ...........................27-33
Oleh : Sutarso & Muhammad Ferdiansyah
OPINI
l Lesson Learned Pemberian Dukungan Kelayakan pada Proyek KPBU (Sektor
Air) di Indonesia ............................................................................................... 34-38
Oleh : Danny Ardianto
l Prospek KPBU Pembayaran Ketersediaan Layanan (“Availability Payment”)
dalam Menjaga Kesehatan APBN ................................................................... 39-45
Oleh : Lukman Z.H. Harahap & Merta Liana Hafita
l Efisiensi KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur ............................................46-49
Oleh : Rahmat Mulyono & Sevi Wening Perwitasari
l Mewaspadai Risiko Fiskal dari Perjanjian KPBU............................................. 50-52
Oleh : Rahmat Mulyono
WAWANCARA
l Wawancara Redaksi Buletin Info Risiko Fiskal (IRF) ...................................... 53-56
Ir. Wismana Adi Suryabrata, MIA (Deputi Bidang Sarana & Prasarana Bappenas)
Oleh : Riko Amir, Farid Arif Wibowo, Hani Widyastuti
& Hendro Ratnanto Joni
EDUKASI FISKAL
l Project Finance - Konsep, Aplikasi, dan Evaluasi ........................................... 57-63
Oleh : Bely Utarja
l Hubungan antar Komponen dalam Studi Penyiapan Proyek KPBU ...........64-68
Oleh : Dodi Miharjana & Khrisna Wiryananda
l Pembangunan Daerah Melalui Skema Kerja Sama Pemerintah dan
Badan Usaha ..................................................................................................... 69-72
Oleh : Agung Teguh Nugroho
l Fasilitas Fiskal Pembiayaan Eksplorasi Panas Bumi ........................................73-79
Oleh : Ilham Nugroho
SEKILAS INFO RISIKO ............................................................................................. 80-81
EXPOSURE ............................................................................................................... 82-83
2
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Editorial
JURUS MENGGERAKAN
PROYEK INFRASTRUKTUR
I
ndonesia sedang giat-giatnya membangun banyak
proyek infrastruktur. Hampir seperlima dari anggaran
belanja negara Indonesia dialokasikan untuk
membangun infrastruktur baru dan memperbaiki
infrastruktur lama. Pada tahun 2017, dana pembiayaan
Infrastruktur dialokasikan sebesar Rp387,7 triliun atau
18,6% dari total belanja APBN. Pada tahun 2018, Pemerintah
memperbesar lagi dana pembiayaan infrastruktur sebesar
Rp410,7 triliun atau 18,6% dari total belanja APBN. Hal
ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki
komitmen kuat mempercepat pergerakan ekonomi untuk
mencapai negara yang maju, adil dan makmur.
Pembangunan infrastruktur dititikberatkan pada
perluasan konektivitas antardaerah dan sumber-sumber
ekonomi guna mengurangi kesenjangan dan meningkatkan
keadilan ekonomi. Sebagai negara yang memiliki jumlah
pulau dan penduduk yang cukup banyak, Indonesia harus
membangun banyak pelabuhan, baik laut maupun udara.
Indonesia juga harus memperbanyak dan memperpanjang
jalan raya, jalan tol, dan jembatan yang menghubungkan
antar kota dan desa hingga daerah-daerah di perbatasan
NKRI. Sebagai negara agraris, Indonesia harus membangun
bendungan atau waduk berukuran jumbo untuk mengairi
sawah-sawah bagi pemenuhan pangan penduduk Indonesia.
Proyek-proyek Infrastruktur juga harus menggunakan
teknologi modern sehingga lebih produktif, efisien dan
menjadi kabanggaan rakyat Indonesia. Infrastruktur
modern bisa memancing masuknya wisatawan dan investasi
asing yang memperkuat tatanan ekonomi Indonesia dan
menciptakan lapangan kerja.
Anggaran infrastruktur yang cukup besar tersebut
sebagian dibiayai melalui utang luar negeri. Untuk tidak
membenani ekonomi, Pemerintah memiliki banyak jurus
dalam memperoleh pinjaman dan mengelola utang
negara. Tidak ada negara yang ingin melompat jauh tanpa
berkorban. Kita hanya punya satu pilihan untuk cepat maju
dan cepat makmur yaitu “lakukan investasi dari sekarang”.
Bila tidak, risikonya bagi negeri ini di masa depan akan
lebih besar. Indonesia akan tetap tertinggal, kesenjangan
semakin lebar, semakin sulit mengatasi kemiskinan dan
pengangguran, pertumbuhan ekonomi akan stagnan
bahkan bisa menurun, dan daya saing bisnis akan melorot
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Sebenarnya ide mempercepat pembangunan
infrastruktur modern sudah ada sejak Pemerintahan
sebelumnya. Banyak yang berhasil dibangun, tetapi tidak
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
sedikit yang mangkrak dan masih tetap dalam status ide atau
desain. Hal ini yang menjadi tantangan pada Pemerintahan
saat ini dalam membangun infrastruktur strategis nasional.
Pemerintah harus punya jurus untuk membuat proyekproyek yang mangkrak menjadi bisa bergerak. Ada dua
bentuk jurus yang bisa diterapkan Pemerintah. Pertama,
jurus anggaran atau politik fiskal, dan Kedua, jurus
kepemimpinan atau leadership. Dari sisi politik fiskal,
Pemerintah membuat desain perencanaan dan di tuangkan
dalam RAPBN untuk meminta persetujuan Parlemen (DPR
RI). Dari sisi politik anggaran, Presiden Jokowi mengatakan
“tidak mau melanjutkan politik anggaran dengan
memperbesar subsidi” (Tempo, 6-12 November 2017). Bila
jurus pertama mendapat dukungan politik, maka proyek
ini bisa bergerak dengan adanya kepemimpinan yang
kuat. Justru daya gerak leadership lebih kuat dibandingkan
dengan daya gerak anggaran. Permasalahan berikutnya
adalah bagaimana pembiayaannya? sumbernya banyak. Bisa
dari APBN, bisa dari swasta, dan bisa juga kerja sama antara
Pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Bila suatu proyek
infrastruktur dapat dikerjakan swasta, karena memiliki
internal rate of return (IRR) yang tinggi, tawarkan ke swasta
biar swasta yang menggarap.
Proyek yang masih memerlukan dukungan Pemerintah
telah disiapkan skema kerja sama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU). Namun, untuk proyek yang tidak
memerlukan intervensi Pemerintah sama sekali, Pemerintah
menawarkan skema pembiayaan investasi nonanggaran
Pemerintah (PINA). Pemerintah membantu sektor swasta
untuk lebih mengenal proyek yang disiapkan, baik
untuk KPBU maupun PINA (Kompas, 7 November 2017).
Presiden Jokowi mengingatkan pimpinan BUMN bahwa
“mencari keuntungan ya, tetapi harus juga menjadi
agen pembangunan. Jangan pakai pola-pola lama untuk
memperoleh pendanaan. BUMN harus gemar mencari
sumber-sumber pendanaan baru dan meninggalkan
kebiasaan bergantung pada APBN. Gunakan sekuritisasi
aset dan terbitkan surat utang”.
Jurus Pemerintah untuk menggerakkan proyek
infrastruktur baik melalui APBN maupun KPBU dan swasta
sudah terbuka, serta didukung daya gerak leadership
yang kuat maka masyarakat tinggal menunggu hasil
pembangunan infratruktur 2 atau 3 tahun kedepan. Jannie
M. Xus menyatakan “kagumi mereka yang pintar berkonsep,
namun juga cerdas bekerja dengan menyingsikan lengan
baju”. Demikian editorial. n Syahrir Ika/Penyunting IRF
3
Meningkatkan Kualitas
APBN dengan Skema KPBU
Oleh: Farid Arif Wibowo
Kepala Subdirektorat Persetujuan Dukungan Pemerintah, Dit. PDPPI, DJPPR, email: [email protected]
S
U
T
A
M
A
ebagai sebuah perekonomian
populasi berada pada usia produktif
jadi salah satu faktor pengendala
yang sedang berkembang de-
(15-64 tahun), kualitas sumber daya
utama untuk melaksanakan bisnis di
ngan laju yang cukup tinggi,
manusia Indonesia, sebagaimana di-
Indonesia.
Indonesia semakin kuat men-
tunjukkan oleh Indeks Pembangunan
Untuk menjawab tantangan-
dapatkan pengakuan mengenai
Manusia Indonesia yang dilaporkan
tantangan tersebut di atas, Pemerintah
potensi yang dimilikinya di masa
dalam Human Development Report
telah mengambil langkah-langkah
mendatang. Salah satu laporan dari
2016, masih rendah di peringkat 113
secara progresif melaksanakan
PricewaterhouseCoopers baru-baru
dari 188 negara dan tertinggal dari
program-program terutama di
ini menyebutkan bahwa Indonesia
negara-negara yang setingkat seperti
bidang pendidikan, kesehatan, dan
akan menjadi negara dengan GDP
Thailand (peringkat 87), Mexico (77)
infrastruktur. Progresivitas Pemerintah
terbesar nomor 6 di dunia di tahun
atau Malaysia (59).
tersebut antara lain tampak dari
2030 dan bahkan masuk dalam nomor
Tantangan lain adalah terkait
belanja yang dianggarkan dan
4 di dunia di tahun 2050 berdasarkan
penyediaan infrastruktur yang masih
direalisasikan untuk mendukung
PDB di tahun-tahun tersebut (Price-
rendah, terutama bila dibandingkan
program-program tersebut. Di bidang
waterhouseCoopers, 2017). Optimisme
dengan negara-negara lain yang
kesehatan, belanja Pemerintah selalu
tersebut memperkuat pandangan
setara. Penyediaan infrastruktur pu-
meningkat dari tahun ke tahun.
tentang prospek ekonomi Indonesia
blik di Indonesia dianggap sangat
Di tahun 2014, belanja kesehatan
yang sudah terbangun sebelumnya
rendah, salah satunya akibat krisis
masih berada pada angka Rp67.5
termasuk salah satunya dengan
ekonomi di akhir tahun 1990-an.
triliun tetapi di tahun 2017 angka
pengakuan dari keterlibatan Indonesia
Saat itu banyak proyek infrastruktur
tersebut meningkat secara signifikan
di G20 dan juga pengakuan dari
yang terpaksa dihentikan termasuk
menjadi Rp104 triliun. Untuk belanja
lembaga pemeringkat yang saat
penurunan anggaran Pemerintah
infrastruktur, peningkatan tersebut
ini semuanya telah menempatkan
untuk pembangunan infrastruktur dan
terjadi secara lebih signifikan di mana
Indonesia sebagai negara dengan
juga pembatalan proyek-proyek yang
di tahun 2014 masih berada di angkat
peringkat layak investasi (investment
dikerja samakan dengan pihak swasta.
Rp178 triliun sementara di tahun 2017
grade).
Menurut Global Competitiveness
angka tersebut sudah berada pada
Akan tetapi di balik pandangan-
Report tahun 2016-2017 yang diterbit-
tingkat Rp387 triliun. Begitu juga
pandangan positif tersebut, Indonesia
kan oleh World Economic Forum, dari
dalam bidang pendidikan, di tahun
juga menghadapi banyak tantangan
138 negara, untuk indeks penyediaan
2014 masih berada di angka Rp376
yang perlu diselesaikan. Dalam hal
infrastrukturnya Indonesia berada
triliun dan pada tahun 2017 sudah
pengembangan kualitas manusia
pada peringkat 60, jauh lebih rendah
mencapai Rp416 triliun.
misalnya, Indonesia menghadapi
(tertinggal) dibandingkan dengan
tantangan yang tidak ringan. Di tengah-
Malaysia (24), Turki (48), Thailand
tengah optimisme bahwa Indonesia
(49) atau Meksiko (57). Laporan
Peningkatan belanja kesehatan,
diproyeksikan akan menikmati masa
tersebut juga menyebutkan bahwa
belanja infrastruktur dan belanja
awal bonus demografi dengan 73%
kekurangcukupan infrastruktur men-
pendidikan yang signifikan seperti
4
KUALITAS APBN DAN APBD
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Gambar 1. Belanja negara untuk Pendidikan, infrastruktur dan kesehatan
inovasi untuk memperbaiki layanan
kepada masyarakat. Dengan sistem
penganggaran yang sekarang,
sangat sedikit insentif dan ruang
yang memberikan dorongan kepada
pengguna dan pengelola anggaran
untuk secara lebih kreatif membangun
inovasi guna memberikan alternatif
penyediaan yang lebih baik.
Dengan melihat tantangantantangan anggaran sebagaimana
disebutkan di atas, Pemerintah baik
di pusat maupun di daerah dituntut
untuk mencari dan mengeksplorasi
skema-skema pendanaan alternatif
diluar apa yang selama ini sudah
dijalankan secara tradisional dan
konvensional dengan skema APBN
dan APBD. Dalam hal ini, penggunaan
Sumber: BKF dan DJA Kemenkeu
skema Kerjasama Pemerintah dan
ditunjukkan di atas merefleksikan
kemampuan Pemerintah daerah dalam
Badan Usaha (KPBU) bisa dilihat
gambaran ekspansi APBN dari ta-
meningkatan pendapatan daerah
sebagai salah satu peluang untuk
hun ke tahun di mana sisi belanja
tidak juga beranjak secara signifikan.
meningkatkan kualitas belanja baik
meningkat dengan sangat pesat.
Rendahnya Pendapatan Asli Daerah
di Pemerintah pusat dan daerah
Di sisi lain, peningkatan belanja
terhadap total penerimaan tersebut
termasuk dalam hal mengurangi
tersebut tidak dibarengi dengan
juga merefleksikan ketergantungan
tekanan pada APBN dan APBD,
peningkatan pendapatan di sektor
anggaran Pemerintah daerah terhadap
menciptakan kaitan yang erat antara
pajak dengan tingkat yang kurang
anggaran Pemerintah pusat.
penganggaran dan indikator kinerja
lebih sama sehingga hal tersebut
Tantangan lain sehubungan
serta mendorong inovasi-inovasi baru
memberikan dampak tekanan pada
dengan kualitas anggaran pusat dan
untuk meningkatkan kualitas layanan
defisit yang semakin membesar.
daerah juga menyangkut efektifitas
publik bagi masyarakat.
Selain memberikan dampak pada
dari pengeluaran Pemerintah termasuk
defisit, kondisi APBN tersebut juga
bagaimana alokasi anggaran yang
berdampak pada meningkatnya
dikeluarkan dikaitkan dengan kinerja
besaran keseimbangan primer negatif
atau performa dari kegiatan yang
(negative primary balance). Primary
dilaksanakan. Kenyataannya pada
KPBU, atau secara umum lebih
balance yang selalu negatif tersebut
saat ini masih banyak alokasi anggaran
sering dikenal sebagai skema Public-
menunjukkan bahwa neraca anggaran
yang dibangun dan dievaluasi ber-
Private Partnerships (PPP) adalah
di APBN dalam keadaan tidak sehat
dasarkan pada indikator-indikator
sebuah skema penyediaan dan
sehingga perlu diambil langkah-
lain yang tidak terkait dengan
pembiayaan infrastruktur yang ber-
langkah untuk memulihkan kualitas
kinerja tetapi lebih berdasarkan pada
dasarkan pada kerja sama antara
APBN.
faktor-faktor input sehingga tidak
Pemerintah
Dalam konteks APBD, permasa-
mendorong pada pencapaian outcome
(swasta). Skema penyediaan layanan
lahan mengenai kualitas anggar-
yang diharapkan. Hal ini menjadi salah
infrastruktur untuk kepentingan
an tersebut juga tidak jauh ber-
satu hal yang membuat anggaran
umum ini didasarkan pada suatu
beda, di mana kebutuhan untuk
kurang efektif sebagai instrumen fiskal
perjanjian (kontrak) antara Pemerintah
mendorong pembangunan terma-
untuk mencapai tujuan pembangunan
yang diwakili oleh Menteri/Kepala
suk meningkatkan kualitas hidup
yang diharapkan.
Lembaga/Pemerintah Daerah, yang
masyarakat
dan
SKEMA KERJA SAMA
PEMERINTAH DAN BADAN
USAHA (KPBU)
dan
badan
usaha
membangun
Satu hal lagi yang masih perlu
disebut sebagai Penanggung Jawab
infastruktur di tingkat regional
ditingkatkan kualitasnya dari APBN
Proyek Kerja sama (PJPK) dan pihak
yang semakin besar memberikan
dan
bagaimana
swasta, dengan memperhatikan prinsip
tekanan di sisi belanja sementara
anggaran bisa mendorong inovasi-
pembagian risiko diantara para pihak.
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
APBD
adalah
5
U
T
A
M
A
U
T
A
M
A
Skema KPBU secara potensial
pihak swasta apakah meliputi
lebih mudah dan jelas menghasilkan
dapat mendukung peningkatan
perancangan (design), pembangunan
pendapatan (revenue) termasuk ka-
kualitas APBN dalam hal bisa
(build), pembiayaan (finance), operasi
rena perkiraan pemakai yang tinggi
mengurangi tekanan APBN dan APBD
(operate), pemeliharaan (maintain)
sehingga risiko permintaan bisa
untuk mengalokasikan belanja modal
atau cakupan yang lain. Perbedaan
dikelola oleh pihak badan usaha
untuk konstruksi di awal proyek
modalitas tersebut tergantung dari
swasta.
sehingga bisa diharapkan mengurangi
karakteristik layanan infrastruktur
Skema availability payment (atau
keseimbangan primer negatif. Akan
yang akan dikerja samakan dan
sering disingkat sebagai skema AP)
tetapi, sebetulnya skema KPBU juga
perencanaan dari PJPK sektor terkait.
merupakan skema dalam proyek KPBU
memiliki banyak keunggulan lain
Perbedaan tipe skema KPBU juga
dimana pengembalian investasi badan
yang dalam beberapa hal juga bisa
bisa terjadi karena perbedaan sumber
usaha berasa dari pembayaran yang
meningkatkan kualitas APBN secara
pendanaan atau pengembalian
dilakukan oleh Pemerintah (dalam hal
langsung maupun tidak langsung.
investasi dari proyek yang dikerja
ini PJPK atau menteri/kepala lembaga/
Yang pertama, skema KPBU ini dapat
sama-kan. Dalam hal ini proyek KPBU
kepala daerah) secara periodik kepada
menciptakan penganggaran yang
bisa berdasarkan pada pembayaran
badan usaha berdasarkan pada keter-
lebih baik, karena dapat menurunkan
dari pengguna berdasarkan pada
sediaan layanan infrastruktur sesuai
biaya tidak terduga termasuk
pungutan atas pemakaian layanan
dengan kualitas atau kriteria berupa
beberapa cost overrun maupun
(user charge) atau pembayaran oleh
spesifikasi keluaran dan indikator
time overrun. Penganggaran yang
Pemerintah berdasarkan ketersediaan
kinerja layanan sebagaimana telah
lebih baik juga dapat diciptakan dari
layanan (availability payment).
ditentukan dalam perjanjian KPBU. AP
linkage yang kuat antara budget dan
Skema user charge atau user fees
ini diberikan mencakup biaya modal
performance karena dalam skema
payment adalah skema dalam proyek
(capital expenditure), biaya operasional
KPBU, pembayaran untuk layanan
KPBU di mana proyek mendapatkan
(operational expenditure) dan tingkat
infrastruktur bisa dihubungkan dengan
pendanaan dan pengembalian inves-
pengembalian investasi. Pengadaan
kualitas tersedianya layanan. Kedua,
tasi yang berasal dari pungutan atas
infrastruktur dengan skema AP ini
skema KPBU juga bisa diharapkan
pemakaian oleh pengguna terhadap
diharapkan lebih menarik bagi swasta,
untuk meningkatkan kualitas layanan
layanan yang disediakan oleh badan
karena tingkat pengembalian investasi
publik karena keterlibatan swasta
usaha. Proyek infrastruktur yang biasa-
pihak swasta menjadi lebih pasti karena
dalam desain proyek serta dinamika
nya dilaksanakan memakai skema user
tidak menghadapi risiko permintaan
yang diciptakan dalam skema
charge adalah proyek yang bisa secara
(demand risk).
KPBU dalam proses pelelangan bisa
mendorong inovasi dan efisiensi yang
Gambar 2. Struktur/skema umum KPBU di Indonesia
lebih baik. Ketiga, manfaat yang lain
adalah adanya akuntabilitas yang
lebih tinggi dari proyek KPBU karena
dalam pelaksanaannya, proyek KPBU
melibatkan lebih banyak stakeholders
yang memonitor proyek secara lebih
detail, tidak hanya pemilik proyek
(PJPK) saja tetapi juga pihak badan
usaha dan juga penyedia dana
(lenders).
BEBERAPA BENTUK DAN
RAGAM SKEMA KPBU
Dalam penyediaan infrastruktur
melalui KPBU, kerja sama yang dilakukan antara pihak PJPK dengan
pihak badan usaha dapat dilakukan
dalam beberapa struktur model,
tergantung dari cakupan layanan
yang akan dikerja samakan dengan
6
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Dalam konteks regulasi pemerin-
atau melalui daftar-daftar yang lain.
yang lalu belum banyak proyek KPBU
tah, skema KPBU AP ini dimungkinkan
Pada periode ini, belum banyak proyek
yang bisa dilaksanakan dengan sukses
dari sisi kerangka hukum sebagaimana
KPBU yang disusun berdasarkan
sesuai yang diatur dan dikembangkan
diatur dalam Peraturan Presiden No-
kerangka kebijakan yang ada. Setelah
dalam kerangka kebijakan KPBU.
mor 38 Tahun 2015 tentang Kerja sama
tahun 2010, beberapa kebijakan baru
Sebagaimana disebutkan di atas,
Pemerintah dan Badan Usaha dalam
diperkenalkan untuk mendukung
beberapa permasalahan menjadi
Penyediaan Infrastruktur. Secara
kebijakan mendorong KPBU termasuk
kendala pelaksanaan proyek KPBU
spesifik skema AP ini diatur dalam
beberapa instrumen yang dikelola
termasuk isu penyiapan proyek yang
Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
oleh Kementerian Keuangan seperti
tidak cukup kredibel, risiko politik yang
nomor PMK No. 260/PMK.08/2016
Penjaminan Pemerintah untuk
terlalu tinggi atau tingkat kelayakan
tentang Tata Cara Pembayaran Keter-
Proyek KPBU, Fasilitas penyiapan
finansial proyek yang marginal.
sediaan Layanan pada Proyek KPBU
proyek (atau dikenal dengan nama
Seiring dengan respon kebijakan
dalam Penyediaan Infrastruktur.
Project Development Facility atau
Pemerintah untuk mengatasi masalah-
Untuk proyek KPBU AP daerah juga
PDF), Dana Dukungan Kelayakan
masalah tersebut, termasuk dengan
telah diatur dalam Permendagri No.
Proyek (atau Viability Gap Fund
mengembangkan fasilitas pendukung
96 Tahun 2016 tentang Pembayaran
yang sering disingkat sebagai VGF).
berupa dana penyiapan proyek,
Ketersediaan Layanan dalam rangka
Instrumen-instrumen
tersebut
dana dukungan kelayakan maupun
KPBU di Daerah.
dikembangkan untuk mendukung
penjaminan Pemerintah, maka satu
pelaksanaan skema KPBU terutama
demi satu proyek-proyek KPBU mulai
dari sisi-sisi yang diidentifikasi menjadi
bisa dijalankan.
PENGALAMAN INDONESIA
DALAM MENJALANKAN PROYEK DENGAN SKEMA KPBU
permasalahan yang menjadi kendala
Di bulan Juni 2016, satu proyek PPP
pada pengalaman tahun-tahun
di bidang kelistrikan yaitu PLTU Batang
KPBU sendiri sebagai sebuah
sebelumnya. Selain itu, Pemerintah
Jawa Tengah (atau sempat banyak
kebijakan bukanlah hal yang baru bagi
melalui Kementerian Keuangan
dikenal sebagai Central Java Power
Indonesia. Secara historis, pengadaan
juga membangun fasilitas dukungan
Plant atau CJPP) yang ber-nilai sekitar
infrastruktur publik oleh swasta
program KPBU melalui pendirian
Rp40 triliun mencapai financial close.
bahkan sudah menjadi bagian dari
institusi-institusi pendukung termasuk
Proyek PLTU Batang ini merupakan
khazanah pembangunan infrastruktur
yang dibentuk sebagai BUMN seperti
pembangkit listrik tenaga uap dengan
di zaman kolonial seperti ditunjukkan
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia
kapasitas 2 x 1000 MW berbahan
pada praktek pembangunan kereta
(PT PII), PT Sarana Multi Infrastruktur
bakar batubara yang menggunakan
api dan juga listrik serta pelabuhan di
(PT SMI) maupun yang berbentuk unit
teknologi ultra critical sehingga
Jawa dan pulau-pulau besar lainnya
dalam Pemerintahan seperti Direktorat
memberikan dampak lingkungan yang
Secara formal, kebijakan lintas
Pengelolaan Dukungan Pemerintah
lebih aman. Penanggung jawab (atau
sektor terkait dengan KPBU telah
dan
Infrastruktur
PJPK) proyek ini adalah PT PLN. Proyek
diinisiasi sejak tahun 1998 melalui
(Direktorat PDPPI) maupun Lembaga
ini mendapatkan fasilitas dukungan
diperkenalkannya Keppres Nomor 7
Manajemen Aset Negara (LMAN).
Pemerintah dalam bentuk Penjaminan
Pembiayaan
Tahun 1998 yang mengatur tentang
Di luar Kementerian Keuangan,
Pemerintah yang disediakan bersama
Kerja sama Pemerintah dan Swasta
keberadaan beberapa institusi seperti
antara Kementerian Keuangan dan PT
dalam Penyediaan Infrastruktur.
Komite Percepatan Pembangunan
PII.
Setelah dikeluarkannya kerangka
Infrastruktur Prioritas (KPPIP) juga
Beberapa bulan kemudian,
kebijakan KPBU yang pertama ter-
mendukung terlaksananya skema
tepatnya pada bulan Desember 2016,
sebut, implementasi kebijakan KPBU
KPBU. Antusiasme tersebut juga
satu lagi proyek KPBU yaitu proyek
di Indonesia mengalami banyak
muncul di institusi Pemerintahan lain
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
dinamika. Setelah lama berhenti
seperti Bappenas, Badan Koordinasi
Umbulan mencapai financial close.
karena krisis ekonomi di akhir tahun
Penanaman Modal (BKPM), Lembaga
Proyek SPAM Umbulan ini bertujuan
1990-an, kebijakan penggunaan
Kebijakan
Barang/
mengalirkan air curah dengan
KPBU muncul lagi di tahun 2005 di-
Jasa Pemerintah (LKPP) dan juga di
kapasitas produksi sebesar 4.000 liter
tandai dengan munculnya kerangka
kementerian lain dalam Pemerintahan.
air per detik dengan jaringan sistem
kebijakan KPBU baru di bawah
Meskipun kebijakan untuk
transmisi dari mata air Umbulan ke
Perpres 67 tahun 2005 beserta daftar
memanfaatkan skema KPBU dalam
lima Perusahaan Daerah Air Minum
beberapa proyek yang ditawarkan
pembiayaan infrastruktur telah lama
(PDAM) di Provinsi Jawa Timur, yaitu
oleh Pemerintah melalui PPP Book
diinisiasi, tetapi hingga beberapa tahun
tiap-tiap PDAM Surabaya (1.000
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Pengadaan
7
U
T
A
M
A
Gambar 3. Beberapa Proyek KPBU yang Telah Mencapai Financial Close
U
T
A
M
A
liter per detik), PDAM Kabupaten
AP sedangkan penjaminan diberikan
samakan dengan swasta melalui skema
Pasuruan (410 liter per detik), PDAM
oleh PT PII. Proyek-proyek tersebut
KPBU AP ini.
Kota Pasuruan (110 liter per detik),
telah sukses mencapai financial
PDAM Kota Sidoarjo (1.200 liter per
close pada tahun 2016 dan 2017 dan
detik), dan PDAM Kota Gresik (1.000
diharapkan dapat dioperasikan
per detik). Hal ini membuat SPAM
di tahun 2018. Hal tersebut paling
Dengan segala atribut positif
Umbulan akan mengoperasikan
tidak telah membuktikan bahwa
dari skema KPBU seperti disebutkan
jaringan pipa transmisi sepanjang
proyek dengan skema KPBU AP ini
di atas, optimisme terhadap skema ini
92.3 km melewati 16 titik pasokan.
bisa diimplementasikan dan bahkan
untuk bisa mendukung penyehatan
Dengan karakteristik yang kompleks
mendapatkan pembiayaan dan
APBN sangat tinggi. Akan tetapi,
seperti itu, setelah dicoba dengan
memulai konstruksi dalam waktu
belajar dari pengalaman implementasi
beberapa skema pengadaan biasa
yang relatif singkat (2 tahun) sejak
skema KPBU selama ini, penerapan
proyek SPAM ini harus menunggu
dimulai pada tahap penyiapan proyek
KPBU di Indonesia juga menghadapi
lebih dari 40 tahun untuk akhirnya bisa
KPBU.
banyak tantangan yang perlu di-
dilaksanakan dengan skema KPBU.
Analisis pada proyek Palapa
TANTANGAN PELAKSANAAN
SKEMA KPBU DI INDONESIA
selesaikan.
Proyek yang bernilai lebih dari Rp 2
Ring
dengan
Tantangan yang pertama ada-
triliun ini didukung dengan fasilitas
membandingkan antara pengadaan
lah mengembangkan kerangka
PDF, VGF dan juga penjaminan yang
melalui skema tradisional APBN
seleksi dan prioritisasi proyek yang
dikeluarkan oleh PT PII.
dan skema KPBU AP menunjukkan
kuat dan komprehensif sehingga
Skema KPBU dengan meng-
bahwa dengan skema KPBU AP bisa
didapatkan proyek-proyek yang
gunakan model availability payment
menghemat sekitar 20% dari yang
memang betul layak dilakukan secara
secara aktual telah dicoba dan di-
seharusnya dikeluarkan melalui skema
KPBU, sustainable dalam pelaksanaan
terapkan pada proyek KPBU Palapa
APBN biasa.
nantinya serta memberikan manfaat
yang
dilakukan
Ring, paket barat (dengan nilai Rp 1.28
Untuk APBN 2018, diharapkan
kepada publik secara nyata. Saat
T), paket tengah (Rp 1.38 T) maupun
proyek-proyek infrastruktur yang di-
ini Pemerintah masih berada dalam
paket timur (Rp 5.13 T). Proyek Palapa
biayai melalui Rupiah Murni sebagian
tekanan untuk mendapatkan proyek
Ring merupakan proyek pembangunan
dapat dialihkan pembiayaannya
KPBU terutama dalam hal jumlah
jaringan backbone informasi dengan
melalui skema AP dalam rangka
proyek yang bisa di-KPBU-kan.
menggunakan serat fiber optic dengan
menurunkan besaran negative primary
Diharapkan hal itu bukan berarti
Kementerian Kominfo sebagai PJPK.
balance. Kementerian Keuangan
semua proyek yang diajukan oleh
Dalam proyek ini, pada tahun 2015
bersama dengan beberapa PJPK
pemilik atau penanggung jawab pro-
Pemerintah memberikan dukungan
potensial, sedang mengidentifikasi
yek bisa dilaksanakan dengan skema
berupa fasilitas penyiapan proyek
beberapa proyek yang bisa dikerja-
KPBU. Keputusan untuk melaksanakan
8
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
proyek dengan skema KPBU harus
perlu dilakukan terutama dalam hal
penjaminan Pemerintah. Menjadi
didasarkan pada penilaian yang
pendalaman prinsip-prinsip dasar
tantangan bagi Pemerintah untuk
teliti apakah proyek tersebut lebih
KPBU dan bagaimana menerapkannya
selalu mengevaluasi efektifitas dari
baik dilaksanakan dengan skema
dalam konteks regulasi di Indonesia.
kerangka kebijakan dan instrumen
tradisional atau skema KPBU, dengan
Tantangan yang ketiga terkait
ini secara terus menerus, apakah
memperbandingkan value for money
dengan koordinasi antara pihak-
sudah memberikan manfaat yang
yang didapatkan apabila proyek
pihak yang terkait dengan proyek
nyata bagi pengembangan kebijakan
tersebut dilakukan dengan skema
KPBU, terutama pihak yang berada
KPBU di satu sisi dan menjamin
KPBU. Penilaian juga perlu dilakukan
di sisi Pemerintah. Sebagaimana
efisiensi pengelolaan keuangan
dengan cara melakukan kajian
pada proyek yang diadakan dengan
negara di sisi lain. Karena skema KPBU
yang detil terhadap komitmen dan
skema tradisional, proyek KPBU juga
sendiri sering digolongkan sebagai
kapasitas PJPK dalam melaksanakan
melibatkan jaringan (network) yang
skema alternatif dan inovatif, maka
proyek dengan skema KPBU. Pelajaran
kompleks karena melalui proses
selayaknya juga sisi inovasi dan kreasi
yang didapatkan dari pengalaman
yang panjang dari mulai pengusulan,
juga perlu ditonjolkan termasuk
penerapan skema KPBU di masa lalu
perencanaan, penyiapan, pelelangan,
dalam hal mengkombinasi skema
di mana seleksi proyek tidak dilakukan
pelaksanaan dan pemantauan. Proses
KPBU dengan instrumen yang sudah
secara komprehensif menunjukkan
ini melibatkan banyak lembaga
ada seperti pinjaman, dana daerah,
bahwa proyek yang telah diinisiasi dan
Pemerintahan termasuk PJPK sendiri,
obligasi Pemerintah dan lain-lain.
diseleksi sebagai proyek KPBU ternyata
Bappenas, LKPP, Kementerian Keuang-
tidak berlanjut (sustain) karena
an dan lain-lain, di mana tiap-tiap
ditemukan masalah termasuk dalam
pihak mempunyai ukuran keberhasilan
Menghadapi tantangan pembi-
hal komitmen dan kapasitas PJPK.
yang berbeda-beda. Dalam skema
ayaan pembangunan Indonesia
Tantangan yang kedua adalah
KPBU ini, lembaga-lembaga tersebut
yang tidak ringan, APBN dan APBD
meningkatkan pemahaman para
juga akan dilibatkan, tetapi dalam
perlu untuk selalu dijaga kualitas,
pengelola dan pemangku kepentingan
intensitas yang lebih tinggi, terutama
ketahanan dan keberlanjutannya.
(stakeholders) KPBU terutama di sisi
karena dua hal. Pertama, karena
Dari beberapa alternatif yang bisa
PJPK maupun di sisi regulator dan
skema KPBU adalah hal yang relatif
dieksplorasi, skema KPBU bisa
penyedia fasilitas seperti di Bappenas,
baru sehingga belum tercipta
dimanfaatkan sebagai cara untuk
LKPP dan Kementerian Keuangan.
mekanisme yang mapan, sehingga
menjaga kualitas anggaran peme-
Skema KPBU dapat dipahami sebagai
sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan
rintah pusat ataupun daerah melalui
sebuah sophisticated transaction
yang dilakukan secara kontinyu sangat
beberapa cara termasuk dengan
sekaligus unfinished contract yang
diperlukan. Kedua, dalam skema KPBU,
mengurangi tekanan pada APBN dan
melibatkan kompleksitas struktur
ketidakberhasilan dalam melakukan
APBD, menciptakan kaitan yang erat
transaksi antara pihak Pemerintah
koordinasi antar unit Pemerintah akan
antara penganggaran dan indikator
sebagai pemilik proyek maupun
berhadapan dengan konsekuensi yang
kinerja serta mendorong inovasi-
penyedia fasilitas, pihak pelaksana
lebih riil yaitu “market punishment”
inovasi baru untuk meningkatkan
proyek (SPV), pihak penyedia dana
berupa kegagalan lelang atau harga
kualitas layanan publik bagi masya-
(lenders). Dalam hal tersebut diperlu-
yang excessive di atas harga wajar.
rakat. Secara praktis, telah dibuktikan
KESIMPULAN
kan pemahaman yang cukup, paling
Tantangan selanjutnya adalah
bahwa skema KPBU juga telah
tidak bagaimana mengenai sebuah
melakukan evaluasi dan pengembang-
secara sukses diimplementasikan
proyek dikelola dan dibiayai (project
an kerangka kebijakan KPBU termasuk
untuk proyek-proyek infrastruktur
management dan project financing).
keberadaan regulasi dan instrumen
di Indonesia, baik untuk proyek
Di sisi PJPK, peningkatan pemahaman
fasilitas pendukung dalam rangka
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
perlu dilakukan terutama karena
mendorong terlaksananya skema
maupun oleh Pemerintah Daerah.
sebagian besar unit pengelola layanan
KPBU. Sebagaimana telah disebutkan
Akan tetapi untuk meningkatkan
masih terbiasa dan nyaman dengan
di atas, saat ini Pemerintah telah
peran skema KPBU dalam pembiayaan
cara-cara penyediaan infrastruktur
menyediakan beberapa kerangka
infrastruktur pusat maupun daerah,
melalui skema tradisional dengan
kebijakan dalam bentuk regulasi
masih banyak tantangan yang per-
menggunakan APBN sehingga masih
dan
pendukung
lu dijawab dan diselesaikan oleh
sulit memahami karakteristik skema
termasuk beberapa fasilitas fiskal
pemangku kepentingan dalam pe-
KPBU. Di sisi regulator dan penyedia
seperti fasilitas penyiapan proyek,
nyediaan infrastruktur publik di
fasilitas, peningkatan pemahaman
dana dukungan kelayakan dan
Indonesia. n
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
instrument
9
U
T
A
M
A
Pentingnya Peran PDF
dalam Skema KPBU
Oleh: Hasrul
Kasi Pengelolaan Dana Penyiapan Proyek, Dit. PDPPI, DJPPR, Email: [email protected]
PENDAHULUAN
M
I
T
I
G
A
S
I
mampu mendanai sebesar 40%
yang pada hakikatnya merupakan
Pembangunan infrastruktur telah
dan sisanya akan didanai antara
kewajiban Pemerintah.
menjadi salah satu program prioritas
lain melalui BUMN dan Kerja
Untuk mendorong partisipasi
Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
sama Pemerintah dengan Badan
swasta dalam penyediaan infra-
Berdasarkan Rencana Pembangunan
Usaha (KPBU). Hal ini menunjukkan
struktur, Pemerintah telah mengeluar-
Jangka Menegah Nasional (RPJMN)
bahwa APBN saat ini belum mampu
kan beberapa kebijakan dan regulasi
Tahun 2015-2019, pembangunan
mendanai seluruh kebutuhan investasi
yang diharapkan dapat memberikan
infrastruktur tersebut diperkirakan
infrastruktur sehingga perlu membuka
insentif kepada swasta dan pemilik
membutuhkan pendanaan sebesar
pintu untuk partisipasi swasta dalam
proyek/Penanggung Jawab Proyek
Rp5.519,4 triliun. Dari total kebutuhan
penyediaan infrastruktur guna
Kerja sama (PJPK). Kebijakan tesebut
pendanaan tersebut, APBN hanya
menyediakan layanan masyarakat
antara lain penyediaan Fasilitas
Tabel 1. Perkiraan Kebutuhan Pendanaan RPJMN 2015-2019 (dalam trilliun Rupiah)
R
I
S
I
K
O
Dukungan pendanaan APBN yang diharapkan.
Dukungan pendanaan BUMN yang diharapkan.
3)
Kemampuan maksimal swasta melalui percepatan kerja sama Pemerintah dan swasta termasuk bussines to bussines.
4)
Kenaikan karena pertambahan komponen tol laut serta biaya rutin.
5)
Alokasi tersebut terdiri untuk kegiatan Angkutan Perkotaan Berbasis Rel dan Jalan.
6)
Kemampuan PT PLN hanya sekitar 250 T, selebihnya membutuhkan PMN.
1)
2)
Sumber: Paparan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas
10
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Penyiapan Proyek dan Pendamping-
Layanan (Availability Payment). Proyek
Pelaksanaan Fasilitas PDF diatur
an Transaksi (Fasilitas PDF), Dana
tersebut meliputi pembangunan
dalam Peraturan Menteri Keuangan
Dukungan
Kelayakan/Viability
dan pemeliharaan infrastruktur
Nomor 265/PMK.08/2015 tentang
Gap Fund (VGF), Penjaminan,
telekomunikasi broadband dengan
Fasilitas Penyiapan Proyek dan
dukungan pendanaan lahan untuk
menggunakan fiber optic di Indo-
Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerja
proyek strategis melalui Lembaga
nesia bagian Barat, Tengah dan
sama Peme-rintah dengan Badan
Manajemen Aset Negara (LMAN),
Timur. Ketiga paket proyek tersebut
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
dan pembentukan Komite Percepatan
mempunyai perkiraan capex secara
(PMK 265/2015). Berdasarkan PMK
Pembangunan Infrastruktur Prioritas.
berturut-turut sebesar Rp1,28 trilliun,
265/2015, Pelaksanaan Fasilitas PDF
Regulasi yang telah ditetapkan antara
Rp1,38 trilliun dan Rp5,13 trilliun dan
dibiayai sepenuhnya dari APBN dan
lain Peraturan Presiden (Perpres)
dikerja samakan dengan masa konsesi
pembiayaan tersebut bersifat belanja.
Nomor 38 Tahun 20015 tentang Kerja
selama 15 (lima belas) tahun3. Dalam
Fasilitas PDF dilaksanakan oleh
sama Pemerintah dengan Badan Usaha
proses penyiapan dan transaksi,
Direktorat Pengelolaan Dukungan
(KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur
Menteri Komunikasi dan Informatika
Pemerintah dan Pembiayaan Infra-
(Perpres 38/2015) dan Perpres Nomor
selaku PJPK juga mendapatkan Fasilitas
struktur (Direktorat PDPPI) yang
75 Tahun 2014 tentang Percepatan
PDF dari Kementerian Keuangan.
berada dibawah Direktorat Jenderal
Penyediaan Infrastruktur Prioritas.
Dengan
adanya
beberapa
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
FASILTAS PDF
kebijakan dan regulasi tersebut,
(DJPPR). Apabila dipandang lebih
Fasilitas PDF yang diberikan
kepada
SPAM
Fasilitas PDF dapat ditugaskan
telah berhasil mentransaksikan
Umbulan dan Proyek KPBU Palapa
kepada BUMN. Fasilitas PDF melalui
14 (empat belas) proyek KPBU
Ring merupakan contoh wujud
penugasan BUMN ini merupakan
berdasarkan Perpres 38/2015 . Proyek-
nyata komitmen Pemerintah Pusat
bentuk pelaksanaan fasilitas yang
proyek tersebut antara lain Proyek
melalui Kementerian Keuangan
dilakukan pada Proyek KPBU SPAM
KPBU SPAM Umbulan dan Proyek
dalam
kebijakan
Umbulan dan Proyek KPBU Palapa
KPBU Palapa Ring yang terdiri dari
penyediaan infrastruktur melalui
Ring. Hubungan kontraktual dalam
tiga paket yaitu Paket Barat, Paket
skema KPBU. Fasilitas PDF merupakan
skema Fasilitas PDF dengan penugasan
Tengah dan Paket Timur. Proyek
implementasi dari mandat Perpres
BUMN dapat dilihat pada gambar
KPBU
75/2014 kepada Menteri Keuangan.
berikut.
1
SPAM
Umbulan
adalah
Proyek
KPBU
efektif dan efisien, maka pelaksanaan
hingga saat ini Pemerintah Indonesia
mendukung
proyek pembangunan infrastrutur
pelayanan air minum yang meliputi
Gambar 1. Skema Fasilitas PDF Melalui Penugasan BUMN
R
I
S
I
K
O
pembangunan infrastruktur sistem
produksi, sistem transmisi dan sistem
offtake. Proyek tersebut mempunyai
perkiraan capex sebesar Rp2,05 trilliun
dan dikerja samakan dengan masa
konsesi selama 25 tahun2. Proyek
KPBU SPAM Umbulan memperoleh
Dana Dukungan Kelayakan sebesar
Rp818 miliar. Selain itu, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur selaku PJPK juga
mendapatkan Fasilitas PDF dalam
proses penyiapan dan transaksi proyek
tersebut. Berbeda dengan Proyek
KPBU SPAM Umbulan yang merupakan
proyek Pemerintah Daerah dengan
skema Pengguna Membayar (User
Payment), Proyek KPBU Palapa Ring
merupakan proyek yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat dhi. Kementerian
Komunikasi dan Informatika dengan
skema Pembayaran Ketersediaan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
M
I
T
I
G
A
S
I
11
Dalam pelaksanaannya, Fasilitas
PDF mempunyai dua lingkup yaitu
M
I
T
I
G
A
S
I
FASILITAS PDF SEBAGAI
INSTRUMEN MITIGASI RISIKO
Dalam perjanjian KPBU, beberapa
risiko yang dapat ditransfer oleh
Penyiapan Proyek dan Pendampingan
Peran penting Fasilitas PDF
Pemerintah kepada swasta antara
Transaksi. Lingkup Penyiapan Proyek
sebagai instrumen mitigasi risiko
lain risiko keterlambatan jadwal
utamanya menghasilkan output
terkait erat dengan salah satu
konstruksi (construction risk), risiko
berupa kajian prastudi kelayakan
value skema KPBU yaitu transfer
meningkatnya biaya konstruksi
beserta semua dokumen pendukung
risiko. Skema KPBU adalah kontrak
(overrun cost risk), risiko kesalahan
lain termasuk perizinan, dokumen
jangka panjang antara Pemerintah
desain (design risk), risiko uji operasi,
legal dan peraturan yang diperlukan
dan swasta dalam penyediaan aset
dan risiko teknologi 5 . Namun
sementara lingkup Pendampingan
publik atau layanan dimana swasta
demikian, tidak semua risiko dapat
Transaksi mempunyai kegiatan yang
menanggung risiko yang signifikan
ditransfer kepada swasta. Adapun
utamanya mendampingi dalam
dan tanggung jawab pengelolaan
risiko yang tetap menjadi tanggung
proses transaksi hingga tercapainya
dengan memperoleh kompensasi
jawab Pemerintah antara lain risiko
perolehan pembiayaan dengan output
berdasarkan kinerjanya 4 . Dalam
kegagalan penetapan awal tarif, risiko
berupa beberapa dokumen legal yang
skema KPBU, Pemerintah dapat
berkurangnya kuantitas dan kualitas
telah ditandatangani. Kedua lingkup
mentransfer risiko tertentu kepada
input, dan risiko gagal atau terlambat
tersebut merupakan bagian dari proses
pihak swasta dimana pembagian/
memperoleh persetujuan6. Dalam hal
proyek KPBU yang terdiri dari tahap
alokasi risiko tersebut akan tertuang
risiko yang ditanggung Pemerintah
perencanaan, penyiapan dan transaksi
dalam perjanjian KPBU. Transfer risiko
tersebut terjadi, maka Pemerintah
sebagaimana dijelaskan pada gambar
dilakukan berdasarkan prinsip bahwa
akan
dibawah ini.
risiko harus dikelola oleh pihak yang
keuangan kepada swasta atas
memberikan
kompensasi
kerugian yang diderita swasta sebagai
Gambar 2. Tahapan Proses Proyek KPBU
dampak keuangan (financial impact)
dari terjadinya risiko tersebut. Untuk
mengantisipasi hal ini, Fasilitas PDF
mempunyai peranan penting dalam
memastikan faktor-faktor risiko yang
menjadi tanggung jawab Pemerintah
teridentifikasi dan teralokasi dengan
benar sehingga Pemerintah dapat
terhindar dari kewajiban keuangan
R
I
S
I
K
O
yang mungkin terjadi atas risiko yang
menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Bagaimana
Fasilitas
PDF
memastikan faktor-faktor risiko
teridentifikasi dan teralokasi dengan
benar tercermin pada lingkup
fasilitas dan output-ouput yang akan
dihasilkan oleh Fasilitas PDF. Proses
identifikasi risiko dilakukan pada
kegiatan penyusunan kajian prastudi
Besarnya komitmen Kementerian
mempunyai kemampuan terbaik
kelayakan dan disajikan dalam satu
Keuangan dalam menyediakan
untuk mengelola risiko tersebut.
bab tersendiri yang menjelaskan risiko-
dan membiayai Fasilitas PDF yang
Atas risiko yang ditransfer, swasta
risiko yang ada pada suatu proyek
terstruktur dan tertata menunjukkan
memperoleh kompensasi dalam
yang meliputi indentifikasi risiko
bahwa Fasilitas PDF mempunyai
bentuk premium yang tercermin dalam
dan penilaian risiko. Setelah risiko
peranan penting bagi PJPK dan
tingkat pengembalian investasi yang
teridentifikasi dalam tahap penyiapan
juga bagi Kementerian Keuangan
diharapkan oleh swasta (expected
proyek, Fasilitas PDF juga berperan
selaku pengelola fiskal, yaitu
rate of return). Semakin tinggi risiko
dalam membantu PJPK memastikan
sebagai instrumen mitigasi risiko
suatu proyek, maka semakin tinggi
risiko yang telah teridentifikasi
dan standarisasi proses optimalisasi
pula tingkat pengembalian investasi
dialokasikan dengan tepat dalam
Dukungan Pemerintah.
yang diharapkan oleh swasta.
perjanjian KPBU yang dilakukan
12
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
melalui pendampingan PJPK pada
membuat desain dasar teknis (basic
Dalam
penyusunan
kajian teknis,
Fasilitas PDF akan
menyediakan
konsultan teknis
yang akan
membantu PJPK
dalam membuat
desain dasar teknis
(basic design)
proses lelang pada lingkup transaksi.
Sebagai contoh, salah satu
kegiatan dalam penyusunan output
Fasilitas PDF yang memitigasi risiko
tarif pada proyek KPBU sektor air
adalah identifikasi atau penentuan
tarif. Besaran tarif merupakan
salah satu faktor risiko atas risiko
gagalnya penetapan awal tarif.
Dalam sektor air seperti proyek Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM),
penentuan tarif melibatkan beberapa
kegiatan yaitu pelaksanaan Real
Demand Survey (RDS), perhitungan
capital expenditures (capex) dan
design). Berdasarkan kajian basic
design, konsultan teknis Fasilitas
PDF akan menyusun perkiraan capex
dan opex. Dengan menggunakan
informasi capex dan opex serta
dengan mempertimbangkan tingkat
pengembalian (IRR) yang berlaku
pada industri sektor air, Fasilitas PDF
melalui konsultan keuangan akan
membantu PJPK untuk menentukan
perkiraan tarif dari sisi penawaran
(supply). Tarif ini merupakan harga
jual atas layanan air dimana dengan
harga tersebut PJPK dapat memastikan
pengembalian investasi kepada badan
operational expenditures (opex), serta
usaha termasuk marjin (keuntungan)
pendampingan pengajuan Dukungan
informasi yang terkait dengan
Pemerintah (bila diperlukan). Ketiga
preferensi masyarakat terhadap
Dalam hal perkiraan tarif dari
kegiatan
merupakan
layanan dari sarana infrastruktur
kegiatan RDS lebih rendah dari
kegiatan yang masuk dalam lingkup
yang akan disediakan, khususnya
perkiraan tarif dari perhitungan capex
Fasilitas PDF pada Proyek KPBU SPAM
infomasi mengenai kebutuhan
dan opex yang berarti bahwa tarif
Umbulan dan Proyek KPBU SPAM
masyarakat. Beberapa informasi yang
yang dapat dijangkau masyarakat
Bandar Lampung7. Masing-masing
digali dalam kegiatan ini antara lain
lebih
kegiatan tersebut memberikan
kualitas layanan yang diharapkan,
merupakan harga jual, maka Fasilitas
input dari perspektif yang berbeda
kemampuan membayar masyarakat
PDF akan mendampingi PJPK untuk
dalam penentuan tarif. Kegiatan
(ability to pay), kemauan membayar
memperoleh Dukungan Pemerintah.
RDS memberikan informasi perkiraan
masyarakat (willingness to pay),
Dalam pelaksanaannya, Fasilitas PDF
tarif dari sisi permintaan (demand)
dan kemauan untuk menggunakan
melalui konsultan teknis, keuangan
sementara kegiatan perhitungan
layanan air (willingness to connect).
dan legal akan membantu PJPK dalam
capex dan opex memberikan informasi
Dalam pelaksanaan kegiatan RDS,
menyiapkan kajian dan persyaratan
perkiraan tarif dari sisi penawaran
Fasilitas PDF akan menyediakan
yang diperlukan dalam memperoleh
(supply). Dalam hal terdapat gap
konsultan teknis yang akan membantu
Dukungan Pemerintah tersebut.
antara kedua informasi tersebut yang
PJPK dalam menyusun metode
Dalam hal diperlukan, Fasilitas PDF
mengindikasikan adanya kebutuhan
pelaksanaan RDS, pelaksanaan survey,
dapat memfasilitasi rapat koordinasi
Dukungan Pemerintah, maka kegiatan
dan pengolahan data hasil survey.
dalam rangka memperoleh komitmen
pendampingan pengajuan Dukungan
Informasi WTP dan ATP yang dihasilkan
kementerian/lembaga terkait untuk
Pemerintah akan memastikan adanya
kegiatan RDS menjadi dasar dalam
memberikan Dukungan Pemerintah
komitmen dukungan Pemerintah dari
penentuan perkiraan tarif dari sisi
yang diharapkan dapat mengurangi
instansi terkait sehingga tarif dari sisi
masyarakat atau dari sisi permintaan
biaya investasi badan usaha (capex)
permintaan (demand) dan penawaran
(demand). Selain itu, informasi yang
sehingga perkiraan tarif yang dapat
(supply) dapat bertemu dan menjadi
terkait dengan preferensi kebutuhan
dijangkau masyarakat dapat bertemu
tarif yang akan ditetapkan dalam
masyarakat akan menjadi input dalam
dengan perkiraan perkiraan tarif yang
proses transaksi. Pelaksanaan ketiga
penyusunan kajian teknis dalam
merupakan harga jual.
kegiatan tersebut melibatkan banyak
rangka perhitungan capex dan opex.
tersebut
Pelaksanaan
yang wajar.
rendah
dari
tarif
yang
Dengan menggunakan hasil
perhitungan
kegiatan RDS, perhitungan capex dan
konsultan/tenaga ahli di bidang
capex dan opex dilakukan melalui
opex serta pendampingan perolehan
hukum, teknis, dan keuangan.
penyusunan kajian teknis dan kajian
Dukungan Pemerintah, penetapan
keuangan.
proses dan membutuhkan bantuan
penyusunan
tariff yang merupakan salah satu
kegiatan yang termasuk dalam
kajian teknis, Fasilitas PDF akan
faktor risiko tarif oleh PJPK melalui
lingkup Fasilitas PDF yang bertujuan
menyediakan konsultan teknis
Fasilitas PDF dapat dilakukan dengan
untuk mendapatkan beberapa
yang akan membantu PJPK dalam
benar dan prudent. Sehingga, dengan
Real Demand Survey (RDS) adalah
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Dalam
13
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
adanya Fasilitas PDF, diharapkan PJPK
sebagai bagian dari Pemerintah dapat
semaksimal mungkin terhindar dari
kewajiban finansial yang diakibatkan
oleh terjadinya risiko yang terkait
dengan tarif seperti risiko kegagalan
penetapan awal tarif.
FASILITAS PDF SEBAGAI
STANDARISASI PROSES
OPTIMALISASI DUKUNGAN
PEMERINTAH
Peraturan Menteri Keuangan
kontribusi dukungan Pemerintah
Dengan
banyaknya minat
calon investor,
diharapkan proses
transaksi proyek
KPBU melalui
Fasilitas PDF dapat
menjadi lebih
kompetitif
menjadi lebih optimal.
Dengan adanya metode dan
proses yang terstandar dalam
perhitungan kebutuhan dukungan
Pemerintah serta proses transaksi yang
kompetitif, Fasilitas PDF diharapkan
dapat mengoptimalkan dukungan
Pemerintah yang diberikan pada suatu
proyek KPBU.
PENUTUP
Demikian peran penting Fasilitas
Nomor 265 Tahun 2015 menegaskan
PDF dalam penyediaan infrastruktur
bahwa tujuan Fasilitas PDF adalah
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
melalui skema KPBU. Bagi PJPK, Fasilitas
untuk menyelaraskan/mengintegrasi-
diberikan pada proyek KPBU antara
PDF mempunyai peranan penting dalam
kan proses penyediaan dukungan
lain Dana Dukungan Kelayakan,
pelaksanaan indentifikasi dan alokasi
Kementerian Keuangan dalam satu
penjaminan, dukungan teknis dari
risiko yang benar dan prudent sehingga
proses yang efektif serta efisien
kementerian sektor terkait, dan
PJPK dapat seminimal mungkin
dan menyusun standar kajian atau
penyediaan lahan. Sebagaimana
terhindar dari kewajiban keuangan
dokumen penyiapan dan transaksi
dijelaskan pada contoh indentifikasi
yang timbul karena terjadinya risiko
proyek KPBU yang mampu menarik
risiko tarif pada sektor air sebelumnya,
yang menjadi tanggung jawab PJPK.
minat investor. Tujuan tersebut dicapai
Fasilitas PDF akan mendampingi
Sementara itu, bagi Kementerian
melalui standarisasi proses penyiapan
PJPK untuk memperoleh dukungan
Keuangan selaku pengelola fiskal,
dan transaksi proyek KPBU baik dari
Pemerintah dalam hal tarif yang dapat
Fasilitas PDF mempunyai peranan
sisi dokumen, metode, dan prosesnya.
dijangkau masyarakat lebih rendah
penting dalam mengoptimalkan
Dokumen yang terstandar antara lain
dari tarif harga jual yang diperoleh
dukungan Pemerintah yang bersumber
meliputi dokumen kajian prastudi
dari perhitungan capex dan opex.
dari APBN. n
kelayakan, dokumen peraturan
Dalam mendampingi PJPK, Fasilitas
(Surat Keputusan Penugasan BUMN/
PDF akan menyediakan konsultan
BUMD, Peraturan Daerah), dan
keuangan yang akan menghitung
dokumen legal (perjanjian). Metode
semua potensi dukungan Pemerintah
yang terstandar seperti metode
yang dapat diberikan dalam suatu
pelaksanaan RDS, metode penentuan
kombinasi yang optimal melalui
tarif dan metode penentuan besaran
metode dan proses yang terstandar.
Dukungan Pemerintah. Proses yang
Selain itu, standardisasi dokumen,
terstandar seperti proses pengajuan
metode dan proses dalam penyiapan
dukungan Pemerintah, proses evaluasi
dan transaksi proyek KPBU diharapkan
permohonan dukungan Pemerintah,
dapat menarik minat calon investor
proses penjajakan minat pasar (market
karena standarisasi tersebut memberi-
sounding dan market consultation),
kan kepastian proses dan waktu
dan proses lelang/transaksi.
kepada calon investor. Dengan
Dari sisi penyediaan fasilitas
banyaknya minat calon investor,
Kementerian Keuangan, standarisasi
diharapkan proses transaksi proyek
dokumen, metode dan proses dalam
KPBU melalui Fasilitas PDF dapat
penyiapan dan transaksi proyek
menjadi lebih kompetitif. Dalam
KPBU diharapkan dapat memastikan
hal suatu proyek KPBU memperoleh
dukungan Pemerintah diberikan pada
dukungan Pemerintah khususnya
besaran dan kombinasi yang optimal
Dana Dukungan Kelayakan dimana
dengan mempertimbangkan opsi
dukungan tersebut menjadi parameter
dukungan Pemerintah yang tersedia.
lelang, maka proses transaksi proyek
Dukungan Pemerintah yang dapat
KPBU yang kompetitif membuat
14
CATATAN KAKI
1.
Data project pipeline pada
Direktorat Pengelolaan
Dukungan Pemerintah dan
Pembiayaan Infrastruktur.
2.
Kajian Prastudi Kelayakan
Proyek KPBU SPAM Umbulan.
3.
Kajian Prastudi Kelayakan
Proyek KPBU Palapa Ring
Paket Barat, Tengah dan
Timur
4.
http://ppp.worldbank.org/
public-private-partnership/
overview/what-are-publicprivate-partnerships
5.
Acuan Alokasi Risiko PT
Penjaminan Infrastruktur
Indonesia Tahun 2014
6.
Acuan Alokasi Risiko PT
Penjaminan Infrastruktur
Indonesia Tahun 2014.
7.
Rencana kerja Fasilitas PDF
pada Proyek KPBU SPAM
Umbulan dan Proyek KPBU
SPAM Bandar Lampung
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Penilaian VfM (Value for Money)
dalam Penentuan Pemilihan
Skema Penyediaan Infrastruktur
di Indonesia
Oleh: Eko Nur Surachman
Widyaiswara PKN STAN, BPPK, e-mail: [email protected]
P
rogram pembangunan
infrastruktur selalu menjadi topik dan prioritas
utama bagi Pemerintah
pada semua rezim Pemerintahan,
mulai dari rezim orde baru sampai
dengan orde reformasi sekarang ini.
Terakhir, Pemerintahan Joko WidodoJusuf Kalla membuat program
pembangunan infrastruktur yang
menjadi salah satu prioritas utama
dari 9 agenda utama yang tertuang
dalam program Nawa Cita1.
Program pembangunan infrastruktur ini juga menjadi program
Pemerintah sebelumnya, dimana pada
saat itu Pemerintahan SBY-Boediono
membuat program MP3EI (Master
Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)2. Jika
ditarik lebih jauh lagi, pada masa
orde baru, Pemerintahan pada masa
itu membuat program pembangunan
infrastrukturnya di dalam Repelita
(Rancana Pembangunan Lima Tahun)
yang rinci memuat perencanaan
pembangunan dalam kurun waktu
lima tahunan3.
Tentu tiap dokumen perencanaan tersebut mempunyai ciri khas
masing-masing sesuai dengan proINFO RISIKO FISKAL
gram dan jargon Pemerintahan yang
studi pada masa sekarang ini
menyusunnya serta tidak terlepas
yang berpendapat bahwa sektor
juga dari tantangan yang dihadapi
swasta mempunyai keunggulan
pada masa Pemerintahan tersebut.
kompetitif dibandingkan dengan
Namun demikian, ada juga benang
sektor publik dalam membangun dan
merah yang bisa ditarik dari dokumen-
mengoperasionalkan infrastruktur,
dokumen perencanaan tersebut yang
oleh karena itu keterlibatan mereka
pada intinya adalah berupa daftar
dalam pembangunan infrastruktur
panjang (long list) proyek infrastruktur
publik patut untuk dipertimbangkan.
yang dibutuhkan dan perlu untuk
Secara umum, guna menjawab
dibangun untuk menopang pertum-
kebutuhan pengadaan infrastruktur
buhan ekonomi dan melayani ma-
publik tersebut, Pemerintah bisa
syarakat. Namun pada umumnya
menggunakan berbagai opsi skema
dalam daftar tersebut, tidak disertai
pendanaan, antara lain anggaran
dengan bagaimana cara Pemerintah
publik (APBN/D), anggaran modal
untuk mengadakan dan mendanai
BUMN, dan partisipasi sektor swasta.
infrastruktur-infrastruktur tersebut.
Dalam hal ini, metodologi yang tepat
Penggunaan APBN/D sebagai opsi
harus digunakan untuk memilih
pendanaan yang berada dalam
skema pendanaan mana yang pa-
kontrol Pemerintah jelas bukan
ling sesuai untuk membiayai satu
jawaban mutlak, karena kapasitas
proyek infrastruktur. Hal ini krusial,
anggaran publik sendiri yang sifatnya
bukan semata karena keterbatasan
terbatas, jauh jika dibandingkan
anggaran, tapi juga karena efektivitas
dengan kebutuhan pendanaan
dan efisiensi dalam pembangunan
pembangunan infrastruktur. Selain
infrastruktur sangat bergantung
itu, isu lain yang juga hangat
kepada pemilihan skema pendanaan.
menjadi
adalah
Di dalam praktek di negara-negara
menyoal tingkat efisiensi sektor
lain, metodologi yang dipakai da-
publik dan sektor swasta dalam
lam memilih skema pendanaan
membangun dan mengoperasikan
infrastruktur ini adalah VfM (Value
infrastruktur. Banyak ahli dan
for Money).
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
topik
diskusi
15
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
METODOLOGI VALUE FOR
MONEY
Di dalam teorinya, VfM merupakan ukuran ekonomis, efisiensi dan
efektivitas pembangunan infrastruktur
yang dilakukan melalui satu skema
pembiayaan dibandingkan dengan
skema pembiayaan yang lain.
Penerapan penilaian VfM dilakukan
dengan beberapa metode, baik
kuantitatif, kualitatif, maupun
gabungan keduanya.
menggunakan skema pelibatan swasta
Studi sekarang
belum banyak
menyentuh isuisu VfM, atau
setidaknya efisiensi
atau penghematan
keseluruhan biaya
siklus hidup proyek
(Private Finance Initiative-PFI), pada
kenyataannya 69% dari proyek-proyek
tersebut diselesaikan tepat waktu dan
65% diantaranya tepat biaya. Studi
yang lain (Raisbeck, Duffield, dan
Xu, 2010) juga menegaskan konklusi
yang sama untuk Australia: proyekproyek KPS rerata 3,4% lebih cepat
dari rencana sementara non KPS 23,5%
lebih lambat dari rencana.12
Dilihat dari
Di Indonesia, konsep VfM masih
sudut pandang kuantitatif, metode
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
merupakan konsep baru dalam konteks
penilaian VfM menggunakan konsep
National Audit Office (2009)9, yang
studi mengenai pembangunan dan
Public Sector Comparator (PSC) 5.
menyimpulkan bahwa VfM merupakan
penyelenggaraan infrastruktur publik.
PSC merupakan ukuran kuantitatif
tingkat pencapaian maksimal dari
VfM belum menjadi basis dasar untuk
yang menghitung keuntungan
sebuah outcome proyek dari setiap
membangun justifikasi dan rasionalitas
(benefit) yang diperoleh dikurangi
biaya input yang dikeluarkan. VfM ini
terhadap pemilihan skema penyediaan
biaya yang dikeluarkan (cost) oleh
berguna sebagi sumber informasi yang
infrastruktur. Praktek yang selama ini
sektor publik (cost benefit analysis),
akan digunakan Pemerintah sebagai
terjadi, kebijakan stakeholder untuk
apabila pembangunan dan atau
bahan dalam pengambilan keputusan
memutuskan penggunaan suatu skema
pelayanan infrastruktur dibiayai,
mengenai skema pembiayaan mana
pembangunan, lebih didorong karena
dilakukan, dan dioperasikan oleh
yang akan diambil guna menyediakan
stigma yang melekat kepada masing-
Pemerintah. Dari sudut pandang
infrastruktur tertentu10.
masing skema tersebut. Sebagai
kualitatif, VfM mengukur dari
sudut pandang kelayakan proyek
(viability), tingkat kebutuhan/
urgensi proyek (desirability), dan
tingkat kemungkinan ketercapaian/
contoh, proyek yang diajukan dengan
PELAKSANAAN VFM DI INDONESIA DAN PERBANDINGAN
DI BEBERAPA NEGARA
skema kerja sama Pemerintah dan
swasta, akan dilatarbelakangi semata
karena keterbatasan pendanaan
Di beberapa negara maju,
Pemerintah (APBN/D), sehingga
khu-susnya di eropa yang dikenal
swasta diminta untuk terlibat. Studi
Di dalam realisasinya, infrastruktur
sebagai pencetus proyek kerja sama
sekarang belum banyak menyentuh
yang terbangun dan kemudian
Pemerintah dan swasta (Inggris,
isu-isu VfM, atau setidaknya efisiensi
melayani kepentingan publik harus
Belanda, Jerman), uji VfM dilakukan
atau penghematan keseluruhan biaya
sesuai dengan output spesifikasi/
sebelum penentuan skema pengadaan
siklus hidup proyek. Kelemahan basis
pelayanan
direncanakan
proyek. Di uji VfM dimaksud, akan
dasar ini akan membuat pembahasan
dengan cara yang paling ekonomis,
dianalisa apakah proyek tertentu
proyek pada tahap-tahap berikutnya
efektif dan efisien, terlepas dari
memang menawarkan VfM, dan
akan cukup menghadapi tantangan
skema pembiayaan yang dipilih untuk
kemudian sesuai untuk dikerja
dan mengancam tujuan penyediaan
membangunnya. Konsep pencapaian
samakan dengan pihak swasta dengan
infrastruktur yang efektif dan efisien.
inilah yang disebut sebagai VfM 7.
kondisi bahwa VfM yang ditawarkan
Indikator ekonomis sebagai pen-
memberikan VfM lebih tinggi
capaian costs of inputs yang paling
dibandingkan pengadaan tradisional
Skema pembangunan infra-
minimal, sedangkan efisiensi di-
yang risiko dan pembiayaannya
struktur yang dipilih Pemerintah,
gambarkan sebagai pengaturan
ditanggung
oleh
secara sederhana harus memberikan
inputs yang paling minimal untuk
Pemerintah. Penghitungan riil dari VfM
keuntungan dalam dua hal yaitu
mencapai outputs yang telah di-
kemudian dilakukan setelah proyek
biaya pembangunan (project cost)
tentukan, dan efektifitas mengacu
selesai konstruksi dan mulai melayani
dan waktu penyelesaian proyek 13.
kepada tingkat keberhasilan output
masyarakat. Data historis yang ada
Hal ini berarti apabila biaya proyek
dalam mencapai outcome dari sebuah
menyebutkan bahwa di Inggris, hasil
lebih dinilai lebih kecil dan waktu
program/proyek. Secara ringkas,
survei National Audit Office (2009)11
penyelesaian proyek lebih cepat jika
pemahaman ini menjadi dasar bagi
menyebutkan bahwa dari proyek
proyek diserahkan kepada sektor
Burger dan Hawkesworth (2011)8 dan
yang berdasarkan uji VfM diputuskan
swasta, Pemerintah akan memilih
keberhasilan proyek (achievability)6.
16
yang
sepenuhnya
METODE VFM KUANTITATIF
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
skema kerja sama Pemerintah dan
swasta sebagai skema pengadaan
infrastruktur. Efisiensi biaya dan
waktu pengerjaan ini sangat mungkin
dipenuhi oleh sektor swasta karena
inovasi dan teknologi yang diperoleh
dari hasil proses research and
development yang menjadi kunci
going concern business.
Untuk mengukur parameter
ini akan digunakan metode VfM
kuantitatif dengan menggunakan PSC
(Public Sector Comparator), yang pada
substansinya akan memperbandingkan
antara biaya siklus hidup proyek
(project life cycle) satu proyek apabila
dibangun dengan dana publik
dan apabila menggunakan skema
pelibatan swasta. Biaya siklus hidup ini
termasuk biaya pembangunan proyek
(construction cost) sampai dengan
biaya operasional dan perawatan
selama suatu waktu konsesi tertentu.
Studi PSC dilakukan oleh sektor publik
pada awal siklus pembangunan
infrastruktur yaitu pada tahap project
development, dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
b.
Functional brief development,
yang menentukan cakupan
layanan infrastruktur yang
diberikan kepada masyarakat,
fisik bangunan infrastruktur
yang diperlukan untuk delivery
layanan, dan keterkaitan antar
fungsi di dalam infrastruktur
secara terintegrasi. Hasil dari
studi ini menjadi dasar penentuan
desain teknis dan spesifikasi
keluaran layanan yang harus
dipenuhi oleh sektor swasta
dalam kontrak kerja sama.
User group input, hasil studi dari
functional brief development
dikomunikasikan dengan para
stakeholders terkait melalui
seminar maupun lokakarya
untuk mendapat masukan,
kritik dan saran, terutama
untuk menangkap ide-ide dan
gagasan pengembangan layanan
infrastruktur ke depannya.
INFO RISIKO FISKAL
c.
Concept design, merupakan
penyempurnaan dari studi
functional brief development
yang telah mendapatkan
masukan pada kegiatan User
Group Input
d. Market sounding, concept design
yang dihasilkan sektor publik
kemudian diperkenalkan kepada
sektor swasta guna menangkap
tanggapan dari pasar.
Berdasarkan hasil dari proses
tersebut, sektor publik kemudian
menyusun spesifikasi keluaran
layanan (output specification)
dan rencana matrik alokasi dan
pembagian risiko proyek, dimana
didalamnya terdapat unsur-unsur
sebagai berikut,
a. Risiko yang bisa ditransfer ke
swasta (transferable risk); berupa
risiko proyek yang ditransfer ke
sektor swasta.
b. Risiko yang tetap ditanggung
Pemerintah (retained risk);
berupa risiko proyek yang
diambil oleh sektor publik.
c. Faktor kompetitif yang harus
di netralkan (competitive neutrality; penyesuaian keunggulan
kompetitif (competitive advantage) maupun kelemahan
komparatif (competitive disadvantage) yang dimiliki
oleh sektor publik dalam
pembangunan infrastruktur.
Keunggulan kompetitif pemerintah dapat berupa kebebasan
pajak, sedangkan kelemahan
sektor publik terkait dengan
mekanisme pelaporan kepada
masyarakat dan parlemen.
d. Biaya Konstruksi (Raw PSCbase costing); berupa biaya
pembangunan proyek dengan
skema pendanaan Pemerintah,
yang terdiri dari biaya modal dan
biaya operasional, baik langsung
maupun tidak langsung yang
terkait dengan pembangunan,
pemilikan, pemeliharaan, dan
pelayanan kepada masyarakat
dalam jangka waktu tertentu
sesuai acuan waktu konsesi,
dan sesuai dengan persyaratan
kinerja (performance standard)
yang telah diatur di dalam
spesifikasi keluaran layanan
(output specification).
Untuk lebih jelas dalam memahami konsep PSC dan VfM,
Department of Treasury and Finance14
memberikan gambaran sebagaimana
terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan PSC guna menentukan Value for Money
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
17
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
Tabel 1 memberikan informasi
bahwa Pemerintah mempunyai
Net Present Cost (NPC) PSC sebesar
152 yang menjadi parameter acuan
(benchmark) guna menentukan skema
pembangunan infrastruktur. Apabila
dalam project brief didapat indikasi
minat investor untuk membangun
proyek bersangkutan dengan biaya
lebih dari 152 atau lebih kecil dari 152
namun meminta alokasi risiko yang
berlebihan kepada Pemerintah (nonconforming bids), maka keputusan
untuk melelang proyek dengan skema
kerja sama Pemerintah dan swasta
aspek tingkat kebutuhan/urgensi
Di dalam analisis
VfM, harga bukan
satu-satunya
parameter yang
dilihat, namun
juga diperhatikan
pembagian alokasi
proyek yang
ideal dan standar
pelayanan yang
dijanjikan
proyek (desirability) dibangun dengan
ruang lingkup untuk mengetahui
seberapa besar keinginan seluruh
stakeholders terhadap suatu modalitas
penyediaan infrastruktur dalam suatu
proyek tertentu dan tingkat kebutuhan
dan urgensi ketersediaan layanan
infrastruktur. Aspek kemungkinan
ketercapaian atau keberhasilan proyek
(achievability), melihat seberapa
besar tujuan proyek dapat dicapai
dengan suatu modalitas penyediaan
infrastruktur guna mencapai?16
STUDI VFM DI INDONESIA
patut dipertimbangkan.
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
Selanjutnya, tabel tersebut juga
VfM dilihat dari tolok ukur harga
Di Indonesia, framework pe-
memberikan informasi bahwa investor
(monetary value). Namun demikian,
ngujian VfM dalam pemilihan
D, E dan F, meskipun mempunyai
penerapan VfM ini menurut beberapa
modalitas sudah dikembangkan oleh
NPC proyek lebih kecil dari 152.
studi juga sebaiknya memperhatikan
Komite Percepatan Pembangunan
Namun demikian, para investor ini
kepada dimensi tolok ukur kuantitatif
Infrastruktur
meminta agar alokasi risiko dari design
berupa pembagian alokasi risiko
untuk proyek-proyek prioritas.
and conctruction, operations dan
proyek yang sesuai dan penyusunan
Metode Uji VfM dilakukan dengan
maintenance tetap berada dan menjadi
standar pelayanan infrastruktur
menitikberatkan pada risiko yang
tanggung jawab Pemerintah (retained
(output specification) yang tepat.
ditransfer kepada swasta, dimana
risks). Hal tersebut meng-indikasikan
Jadi, di dalam analisis VfM, harga
proyek yang punya VfM tinggi
bahwa dari sudut pandang Pemerintah,
bukan satu-satunya parameter yang
adalah proyek yang bisa optimal
penawaran yang diajukan investor D,
dilihat, namun juga diperhatikan
mentransfer risiko kepada badan
E dan F akan membuat proyek tidak
pembagian alokasi proyek yang
usaha. Dimensi pengukuran yang
mempunyai VfM. Karena sifat natural
ideal
pelayanan
dipakai antara lain, persyaratan
dari swasta yang lebih efisien dalam
yang dijanjikan. Berangkat dari
teknologi proyek, persyaratan efisiensi
desain dan konstruksi proyek, tidak
kebutuhan ini, maka dikembangkan
operasional, persyaratan tingkat
berani mereka ambil risikonya.
dan
standar
Prioritas
(KPPIP)
studi kualitatif VfM yang meliputi
layanan pelanggan dan persyaratan
Lebih lanjut, Tabel 1 memberikan
asesmen aspek kelayakan proyek
inovasi komersial. Sebuah daftar
data bahwa terdapat investor A, B,
(viability), tingkat kebutuhan/urgensi
periksa kualitatif telah disusun oleh
dan C yang mempunyai NPC sebesar
proyek (desirability), dan tingkat
KPPIP untuk mengindikasikan adanya
125, 145, dan 135 secara berurutan dan
kemungkinan ketercapaian atau
nilai tambah apabila menggunakan
dapat menerima alokasi risiko dari
keberhasilan proyek (achievability)15.
modalitas penyediaan infrastruktur
design and conctruction, operations
Studi dilakukan dengan pe-
dan maintenance. VfM proyek ini bagi
nekanan aspek kualitatif, dimana
Konsep ini dilanjutkan untuk
Pemerintah masing-masing sebesar,
dibangun dengan wawancara dan
disempurnakan oleh IIGF Institute,
investor A = 27 (152-125), investor B = 7
pendalaman melalui focus group
dimana di dalam risetnya, VfM di
(152-145) dan investor C = 17 (152-135).
discussion, serta metode kualitatif
definisikan sebagai nilai kemanfaatan
Dari perbandingan ini, penawaran dari
lainnya. Dimensi aspek kelayakan
maksimum dan berkelanjutan yang
Investor A memberikan nilai VfM yang
proyek (viability) yang dirumuskan
dapat dihasilkan oleh biaya-siklus
paling maksimal, diikuti oleh Investor
adalah seberapa besar kelayakan
hidup proyek tertentu atau nilai
C dan Investor B.
proyek ini dilaksanakan dengan suatu
kemanfaatan tertentu yang dihasilkan
modalitas penyediaan infrastruktur.
dari biaya-siklus-hidup proyek
METODE VFM KUALITATIF
yang melibatkan badan usaha.
Apakah ada perbedaan tingkat
terendah. Sedangkan Uji VfM adalah
Sebagaimana telah diuraikan,
kelayakan apabila proyek dibangun
suatu metode analisis untuk menilai
metode kuantitatif memberikan
dengan skema public atau dengan
apakah biaya siklus hidup proyek yang
ukuran yang cukup jelas dalam
skema pelibatan swasta. Sedangkan
telah ditetapkan dapat memberikan
18
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
kemanfaatan yang maksimum dan
dengan bobot 42,15 % diikuti dengan
tingan terendah. Sedangkan dilihat dari
berkelanjutan atau apakah suatu
achievability dengan bobot 34,67 %
faktor pendorong kunci secara individu,
kemanfaatan yang telah ditetapkan
dan viability dengan bobot 23,18 %.
dapat dilihat pada tabel 3, bahwa
dapat dihasilkan dari biaya siklus hidup
Hal ini memberikan gambaran bahwa
dukungan politis yang kuat menjadi
proyek yang terendah . Studi tersebut
Aspek Tingkat Kebutuhan (desirability)
faktor terpenting guna menentukan
berhasil memetakan faktor pendorong
suatu modalitas penyediaan infra-
VfM kuantitatif, diikuti dengan alokasi
kunci konsep VfM di Indonesia yang
struktur dalam suatu proyek me-
risiko, dan kerangka peraturan.
dapat dilihat pada Tabel 2.
rupakan faktor terpenting dalam
Faktor individu-individu tersebut
17
Kesimpulan yang didapat dari
memilih modalitas. Sedangkan Aspek
dapat menjadi parameter kuantitatif
studi tersebut menyebutkan bahwa
Kelayakan (viability) suatu modalitas
untuk mengukur dan menentukan
aspek desirability adalah kriteria yang
penyediaan infrastruktur merupakan
skema pendanaan yang paling
memiliki tingkat kepentingan tertinggi
kriteria yang memiliki bobot kepen-
tepat untuk membangun suatu
Tabel 2. Faktor Pendorong VfM Kuantitatif di Indonesia
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
19
Tabel 3. Faktor Pendorong VfM Kuantitatif - Individual
KESIMPULAN
Penentuan
skema
yang
paling tepat untuk pembangunan
infrastruktur menjadi hal krusial
yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah. Hal ini dikarenakan,
keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan infrastruktur tersebut
terpengaruh dari skema yang dipilih.
Salah satu metode untuk memilih
skema tersebut adalah dengan
menggunakan metodologi VfM,
baik kuantitatif maupun kualitatif.
Konsep VfM ini dapat diadopsi
oleh Indonesia di dalam proses
pengambilan keputusan penetapan
skema pembangunan infrastruktur.
Metode ini akan membantu para
pengambil
keputusan
untuk
mempertimbangkan dan memilih
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
skema yang tepat untuk membangun
infrastruktur yang sesuai dengan
konteks di Indonesia. Dengan
demikian, diharapkan kebijakan
yang diambil akan berkualitas, dan
proyek infrastruktur dengan cara
pemangku kepentingan terkait untuk
berimplikasi positif pada pelaksanaan
mengatribusikan faktor-faktor ter-
kemudian selanjutnya dapat diolah
pembangunan dan operasionalisasi
sebut pada masing-masing skema
datanya untuk melihat preferensi para
proyek infrastruktur, sehingga dapat
pendanaan, baik APBN/D, BUMN,
pemangku kepentingan tersebut dalam
mencapai tujuannya yaitu melayani
atau Swasta. Isian atribusi faktor
melihat skema pendanaan yang paling
masyarakat dengan manfaat yang
tersebut kemudian disebarkan kepada
tepat untuk satu proyek infrastruktur.
sebesar-besarnya. n
CATATAN KAKI
1.
2.
3.
4.
5.
20
http://nasional.kompas.com/
read/2014/05/21/0754454/.Nawa.
Cita.9.Agenda.Prioritas.JokowiJK
http://news.liputan6.com/
read/336442/presiden-sbyluncurkan-masterplan-mp3ei
http://soeharto.co/
jejak-presiden-soehartodalam-peresmian-proyekpembangunan
http://www.politik.lipi.
go.id/kolom/kolom-1/politiklokal/1107-hubungan-kerja
sama-Pemerintah-denganpihak-swasta-dalampembangunan-infrastruktur-diindonesia
http://www.dtf.vic.gov.au/
Publications/InfrastructureDelivery-publications/
Partnerships-Victoria/PartnershipsVictoria-public-sector-
comparator-Technical-note
http://www.pppi.ru/sites/all/themes/pppi/img/Value%20For%20
Money%20assessment%20guide.
pdf
7. Diamond, J. (2005). Establishing
a performance management
framework for government,
Presupuesto y Gasto Público, 40:
159–183
8. Burger, P. and Hawkesworth,
I. (2011). “How to attain value
for money: Comparing PPP and
raditional infrastructure public
procurement.” OECD Journal of
Budgeting, Vol.2011/1, 1-56.
9. https://www.nao.org.uk/report/
examining-the-value-for-moneyof-deals-under-the-privatefinance-initiative/
10. Raisbeck, P., Duffield, C., and
Xu, M. (2010). “Comparative
performance of PPPs and traditional procurement in Australia.”
6.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Construction Management and
Economics, Vol.28, No. 4, 345-359.
Idem
Idem
Jagger, Norm. (2012). PPP : The
best option for Queensland
social infrastructure?. Public
Infrastructure Bulletin. Vol.1
Issue 8. Article
http://www.dtf.vic.gov.au/
Publications/InfrastructureDelivery-publications/
Partnerships-Victoria/
Partnerships-Victoria-publicsector-comparator-Technicalnote
http://www.pppi.ru/sites/
all/themes/pppi/img/
Value%20For%20Money%20
assessment%20guide.pdf
Laporan Riset VfM Kuantitatif,
IIGF Institute, 2015
Idem
Idem
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Mencermati Peran Penting
BUMN dalam Proyek Kerja
Sama Pemerintah dan Swasta
serta Analisis Risikonya
Oleh: Puspa Kusuma Pertiwi1 dan Epafras Nehemia Br. Aritonang2
1. Pelaksana pada Seksi Risiko Pelaksanaan PSO Pada BUMN II, Subdit MR-BUMN, Dit. PRKN, e-mail: [email protected]
2. Pelaksana pada Seksi Risiko Pelaksanaan PSO Pada BUMN I, Subdit MR-BUMN, Dit. PRKN, e-mail: [email protected]
1. PENDAHULUAN
(KPBU). Melalui skema ini, Pemerintah
dikerjasamakan. Pemberian penjamin-
yang
merangkul pihak swasta untuk
an atas proyek KPBU dilakukan karena
diusung dalam Nawacita oleh
ambil bagian dalam pembangunan
adanya pembagian risiko antara
Pemerintahan saat ini adalah
infrastruktur dengan melakukan
Pemerintah dan pihak swasta sehingga
mewujudkan kemandirian ekonomi
kontrak kerja sama yang membagi
dapat memberikan keyakinan bagi
dengan menggerakkan sektor-sektor
tanggung jawab dan risiko antara
pihak swasta untuk terlibat dalam
strategis ekonomi domestik. Untuk
Pemerintah dan swasta.
KPBU. Selain itu, Pemerintah juga
Salah
satu
program
mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan
Berdasarkan Peraturan Presiden
menyediakan studi kelayakan awal
ketersediaan infrastruktur yang
(Perpres) Nomor 38 Tahun 2015 tentang
agar pihak swasta dapat masuk ke
memadai agar dapat mendukung
KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur,
dalam tahap pelaksanaan tanpa harus
kegiatan perekonomian. Pemerintah
Pemerintah sebagai project owner
dipusingkan dengan tahap persiapan.
menyadari
penyediaan
(dikenal sebagai Penanggung Jawab
Kedua peran ini diberikan kepada
infrastruktur merupakan tanggung
Proyek Kerja-sama/PJPK) dapat
BUMN mengingat sektor tersebut
jawab Pemerintah. Disisi lain,
diwakilkan oleh Menteri, Kepala
belum dapat dihandle oleh pihak
Pemerintah memiliki keterbatasan
Lembaga/Daerah atau Badan Usaha
swasta.
fiskal untuk memenuhi kebutuhan
Milik Negara (BUMN). Keterlibatan
Dengan begitu dominan dan
pembangunan yang membutuhkan
BUMN sebagai PJPK dalam skema
pentingnya peran BUMN dalam
pendanaan dalam jumlah besar.
KPBU dipandang tepat mengingat
pelaksanaan skema KPBU, maka dalam
Oleh karena itu, Pemerintah harus
BUMN merupakan pihak yang ahli dan
kesempatan ini Penulis mencoba
menemukan sumber pendanaan
memiliki kapasitas memadai dalam
memberikan gambaran komprehensif
lain, baik yang berasal dari pinjaman
pembangunan infrastruktur. Selain
atas masing-masing peran BUMN
maupun alternatif pendanaan lainnya.
itu, untuk mempercepat proses KPBU,
dalam pelakanaan KPBU, risiko yang
Salah satu alternatif pendanaan
Pemerintah juga menugaskan BUMN
timbul atas pelaksanaan peran BUMN
infrastruktur yang tengah menjadi
dalam pelaksanaan fasilitas penyiapan
tersebut, dan pelaksanaan skema
sorotan di Indonesia diperoleh
proyek dan/atau pendampingan
KPBU di negara lain, serta lessons
Pemerintah melalui skema Kerja sama
transaksi serta pelaksanaan penja-
learned untuk perbaikan skema KPBU
Pemerintah dengan Badan Usaha
minan proyek infrastruktur yang
di Indonesia.
bahwa
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
21
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
2. PERAN BUMN DALAM
SKEMA KPBU
a.
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
adalah PT PLN bukan Kementerian
kewajiban PT PLN kepada PT BPI
ESDM sebagai unit pelaksana
sebagai syarat utama pengadaan
Pemerintah di sektor kelistrikan.
penyediaan listrik. Dengan PPA,
Peran BUMN sebagai PJPK
Dipilihnya PT PLN sebagai PJPK bukan
akan ada pembagian tanggung
PJPK adalah pihak yang ber-
tanpa sebab. Satu diantaranya adalah
jawab dan risiko antara PT PLN dan
tanggung jawab atas penyediaan
BUMN tersebut boleh dibilang satu-
PT BPI sehingga Pemerintah dapat
layanan publik sebagai kunci utama
satunya operator kelistrikan nasional
mengurangi biaya konstruksi dan
yang
kesuksesan
sehingga memiliki pengalaman yang
tetap dapat melayani kebutuhan listrik
suatu proyek. Selain itu, PJPK juga
panjang di bidang infrastruktur
nasional.
memegang peranan sentral dalam
kelistrikan termasuk melakukan kerja
tiap tahapan proses KPBU yaitu
sama dengan pembangkit listrik swasta
mulai dari perencanaan, penyiapan
dalam membangun pembangkit
Fasilitas Penyiapan Proyek dan/
proyek, hingga transaksi. Pada tahap
listrik. Selain itu, PLN lebih memiliki
atau Pendampingan Transaksi
perencanaan, dilakukan penyusunan
kemampuan teknis dalam adalah
Pada tahun 2011 PT Sarana
anggaran dan pengambilan keputus-
melaksanakan tahapan KPBU mulai
Multi Infrastruktur (Persero) mulai
an serta penyusunan daftar rencana
penyiapan prastudi, penjajakan pasar,
mendapatkan penugasan dari Peme-
KPBU yang diberikan oleh PJPK kepada
penetapan lokasi hingga perjanjian
rintah dalam pemberian dukungan
Bappenas. Selanjutnya dalam tahap
pemenuhan biaya. PT PLN juga
Project Development Fund (PDF)
penyiapan proyek, PJPK menyediakan
terlibat dalam pembebasan lahan
pada 2 proyek yang akan didanai
prastudi kelayakan yang disusun
PLTU Batang yang memakan waktu
melalui KPBU, yaitu Proyek Kereta Api
bersama badan penyiapan. Tahap
cukup panjang.
Bandara Soekarno Hatta-Manggarai,
menentukan
b.
Peran BUMN dalam Pelaksanaan
terakhir adalah melakukan penjajakan
Bentuk perjanjian KPBU antara
dan Proyek Sistem Penyediaan Air
pasar, penetapan lokasi hingga
PT PLN dan Badan Usaha Pelaksana
Minum Umbulan. Sebagaimana
pengadaan Badan Usaha Pelaksana,
(yang diperankan oleh PT BPI) adalah
diketahui, PT SMI merupakan BUMN
dan penandatanganan perjanjian
Power Purchase Agreement (PPA)
dengan 100% kepemilikan saham
pemenuhan biaya.
yaitu perjanjian jual beli tenaga listrik
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia
Dalam rangka menyelesaikan
antara swasta dan PT PLN. Perjanjian
melalui Kementerian Keuangan dan
tugasnya, PJPK harus memperhatikan
ini berlaku sampai dengan 25 tahun
memiliki visi menjadi katalisator
keahlian
untuk
dan proyek yang dikerja samakan
yang mempercepat pembangunan
melakukan negosiasi, mediasi dan
yang
dimiliki
akan menjadi milik PT PLN setelah
infrastruktur nasional. Selain men-
arbitrasi, hukum kontrak, manajemen
masa konsesi berakhir. PPA mengikat
jalankan bisnis utamanya sebagai
proyek, audit kinerja dan quality
control, prosedur dan peraturan dalam
Gambar 1. PLTU Batang
sektor pelayanan publik, keuangan
perusahaan dan proyek, serta
manajemen risiko. Komitmen yang
kuat dari PJPK menjadi hal penting
yang mendukung terlaksananya suatu
proyek.
PT PLN adalah BUMN pertama
yang berperan sebagai PJPK dalam
proyek KPBU Central Java Power Plant
(CJPP) PLTU Batang, Jawa Tengah
dengan kapasitas 2 x 1.000 MW. Hal
ini sesuai dengan ketentuan yang
ada bahwa BUMN dapat bertindak
sebagai PJPK apabila diatur dalam
peraturan perundang-undangan
sektor bahwa penyediaan infrastruktur
oleh Pemerintah diselenggarakan
oleh BUMN. Sehingga dalam proyek
tersebut, yang bertindak sebagai PJPK
22
Sumber: DJPPR Kemenkeu
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
lembaga pembiayaan infrastruktur,
pengadaan proyek sebagaimana
PT SMI dapat bertindak sebagai
Dalam
pelaksanaan KPBU,
PT SMI berperan
pada tahap awal
pelaksanaan KPBU
untuk membantu
PJPK melalui
fasilitas penyiapan
proyek dengan
melaksanakan
pra-studi dan
studi kelayakan
serta pada tahap
impelementasi
dengan
mendampingi PJPK
dalam melakukan
transaksi sampai
financial close
pelaksana pemberian fasilitas dalam
hal mendapatkan penugasan khusus
dari Pemerintah berdasarkan UU
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara pasal 66 ayat (1).
Dalam implementasinya, pemberian fasilitas oleh PT SMI dapat
dibantu oleh konsultan yang memiliki
keahlian teknis dalam bidang tertentu
sesuai dengan kebutuhan penyiapan
proyek yang akan ditawarkan oleh
PJPK selaku pemilik proyek kepada
badan usaha. Bentuk fasilitas
semacam ini sangat membantu PJPK
yang belum memiliki pengalaman
dan kemampuan teknis dalam ruang
lingkup kegiatan pemberian fasilitas
tersebut meliputi:
•
Pemberian fasilitas penyiapan
proyek yang terdiri dari penyiapan
prastudi kelayakan dan studi
kelayakan
akhir.
Prastudi
kelayakan merupakan tahap
awal dari pengerjaan proyek yang
diungkapkan dalam informasi web
perusahaan meliputi:
•
Prakualifikasi penawar yang
bertujuan untuk memberikan
kesempatan hanya kepada Badan
Usaha yang kompeten secara
teknis, manajerial dan finansial
untuk berpartisipasi dalam proses
penawaran. Peserta lelang yang
memenuhi kriteria kualifikasi
dipilih sebagai penawar yang
lolos tahap pra-kualifikasi dan
diperbolehkan
mengajukan
penawaran di tahap penawaran.
•
Request for Proposal (RfP), dimana
dokumen ini hanya diberikan
kepada penawar yang memenuhi
syarat prakualifikasi. Permintaan
proposal meliputi ketentuan
umum, spesifikasi teknis, studi
kelayakan dan semua dokumen
lainnya yang disiapkan untuk
proses penawaran.
•
Evaluasi penawaran yang harus
dilakukan secara transparan dan
bertujuan untuk mengidentifikasi
netral berdasarkan prinsip umum
dan menentukan apakah suatu
tata kelola yang baik. Kriteria
proyek dapat dilaksanakan
ketentuan penggunaan aset dan
yang digunakan untuk evaluasi
dengan skema KPBU. Studi ini juga
probabilitas, penjelasan atas
tawaran biasanya dikaitkan
memfasilitasi penilaian kelayakan
risiko-risiko terkait, serta jumlah
dengan proposal bisnis yang
awal dan struktur pembiayaan
investasi dan pendanaan yang
mendasarinya.
proyek. Kajian ini mencakup
akan dilakukan. Secara singkat,
berbagai pilihan penilaian aspek
studi kelayakan harus dapat
Dari penjelasan di atas, dapat
sosial dan lingkungan serta
menggambarkan bisnis dengan
disimpulkan kembali bahwa dalam
langkah-langkah yang dibutuhkan
rinci dan memadai agar evaluasi
pelaksanaan KPBU, PT SMI berperan
untuk melakukan perbaikan dan
dapat dilakukan dengan baik
pada tahap awal pelaksanaan
perlindungan yang diperlukan,
oleh pihak Pemerintah maupun
KPBU untuk membantu PJPK me-
menganalisis pro-kontra dan
Badan Usaha (terkait imbal hasil,
lalui fasilitas penyiapan proyek
biaya untuk tiap-tiap pilihan,
risiko, dan tingkat investasi).
dengan melaksanakan prastudi dan
Pembe ria n
serta memberikan pilihan yang
Penentuan pemenang penawaran.
pe nda m pinga n
studi kelayakan serta pada tahap
paling direkomendasikan. Studi ini
transaksi proyek terdiri atas
impelementasi dengan mendampingi
dilaksanakan secara terpisah dari
pelaksanaan
pengadaan
PJPK dalam melakukan transaksi
pilihan pengadaan yang akhirnya
Badan Usaha dan pelaksanaan
sampai financial close. Mengingat
akan digunakan.
penandatanganan perjanjian
keberhasilan proyek KPBU sangat
Hasil dari prastudi kelayakan
KPBU hingga financial close.
tergantung dari kesiapan proyek itu
dibawa kepada tahap berikutnya
Kegiatannya
dari
sendiri serta pelaksanaan transaksi
untuk menghasilkan studi ke-
penawaran dokumen (tender
yang membutuhkan kemampuan
layakan akhir. Studi kelayakan
documents) dan procurement
dan pengalaman teknis, maka peran
mencakup semua informasi terkait
project.
PT SMI sebagai BUMN pembiayaan
pra-studi kelayakan, evaluasi yang
Beberapa langkah utama yang
infrastruktur memiliki peran kunci
lebih rinci, akurat, dan tepat atas
dilakukan PT SMI dalam tahap
INFO RISIKO FISKAL
•
•
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
terdiri
keberhasilan proyek KPBU.
23
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
c.
Peran BUMN dalam Penjaminan
akan menerbitkan Keterangan
Alternatif
pendanaan
infrastruktur yang
ditempuh melalui
skema KPBU pada
dasarnya bertujuan
untuk membagi
risiko dan tanggung
jawab antara
Pemerintah dan
pihak swasta
Infrastruktur
Pada tahun 2009, Pemerintah
membentuk
BUMN
di
bidang
penjaminan infastruktur yaitu PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia
(PII). Tujuan BUMN ini didirikan adalah
memberikan penyediaan penjaminan
yang berperan penting dalam
menarik partisipasi swasta untuk
pembangunan infrastruktur dalam
rangka mempercepat pertumbuhan
ekonomi Indonesia dengan meningkatkan kelayakan kredit dan kualitas
proyek infrastruktur KPBU. PT PII
Kelanjutan Proses (KKP/CTP) jika
proyek memenuhi ketentuan.
3). Evaluasi (Appraisal) yaitu melakukan evaluasi kelayakan proyek
secara rinci dari aspek legal,
teknik, ekonomi, dan keuangan
serta lingkungan dan sosial yang
bertujuan untuk memastikan
risiko proyek teridentifikasi dan
proses pengadaan memadai.
4). Penstrukturan
dengan menetapkan struktur
penjaminan serta menyusun
ketentuan dan kondisi penjamin-
diharapkan mampu mewujudkan
an. Sebagai salah satu bentuk
kepastian pembangunan infrastruktur
pertanggungjawaban, PT PII
yang berkualitas dan efisien dengan
meminimalkan kewajiban kontijensi
•
terhadap APBN.
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
Berdasarkan Peraturan Menteri
(structuring)
independen.
membentuk perjanjian dengan
Memenuhi ketentuan perundang-
PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
undangan. dan
Perjanjian antara PT PII dan
Terdapat ketentuan arbitrase
PJPK dituangkan dalam bentuk
Keuangan Nomor 260 Tahun 2010,
sebagai mekanisme penyelesaian
perjanjian Regres (Recourse
Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
sengketa yang diatur dalam
Agreement)
memberikan jaminan terhadap risiko
Perjanjian Kerja sama.
hak PT PII untuk mengajukan
infrastruktur yaitu peristiwa yang
PT PII dapat melakukan pen-
klaim pembayaran bila di masa
mungkin terjadi pada proyek KPBU
jaminan bersama entitas lain seperti
mendatang terdapat klaim
selama berlakunya perjanjian kerja
lembaga multilateral, institusi
penggantian dari Badan Usaha
sama yang dapat mempengaruhi
keuangan, atau Pemerintah bila
Pelaksana dan kewajiban PJPK
investasi Badan Usaha yang meliputi
nilai proyek melebihi kemampuan
untuk membayar jumlah klaim
ekuitas dan pinjaman dari pihak
modalnya. Dalam memberikan pen-
yang telah disepakati.
ketiga. Risiko infrastruktur tersebut
jaminan, beberapa langkah yang
terdiri atas risiko politik yang
dilakukan PT PII adalah sebagai
diakibatkan oleh tindakan, kebijakan
berikut:
atau keputusan sepihak dari PJPK
1). Konsultasi yang dilakukan di
atau Pemerintah selain PJPK dan risiko
tahap awal dengan memberikan
finansial akibat ketidakmampuan PJPK
informasi rinci tentang pen-
Alternatif pendanaan infrastruktur
dalam melaksanakan suatu kewajiban
jaminan oleh PT PII. Informasi
yang ditempuh melalui skema KPBU
yang telah ditentukan oleh Badan
ini terdiri dari kriteria dan proses
pada dasarnya bertujuan untuk
Usaha berdasarkan Perjanjian Kerja
penyediaan jaminan, termasuk
membagi risiko dan tanggung jawab
sama.
kaitannya dengan proses imple-
antara Pemerintah dan pihak swasta.
•
yang
memuat
3. RISIKO YANG TIMBUL
ATAS PELAKSANAAN
PERAN BUMN DALAM
KPBU
Sementara itu, kriteria yang
mentasi proyek KPBU. Tujuannya
Pemerintah terbantu dengan adanya
harus dipenuhi untuk mendapatkan
adalah untuk meninjau apakah
skema KPBU karena Pemerintah
penjaminan PT PII sebagai berikut:
penjaminan
untuk
bertanggung jawab menyediakan
•
menambah nilai proyek yang
infrastruktur yang dibutuhkan bagi
diusulkan PJPK.
kehidupan masyarakat sedangkan
Penyediaan proyek KPBU dilakukan sesuai dengan Peraturan
Presiden No.38/2015.
•
relevan
2). Penyaringan (Screening) de-
kondisi APBN mengalami keter-
Melalui proses lelang untuk
ngan mengevaluasi Formulir
batasan. Di sisi lain, pihak swasta
memilih Badan Usaha dan me-
Penyaringan yang disampaikan
diuntungkan dengan skema KPBU
menuhi
kelayakan
PJPK kepada PT PII untuk
karena proyek yang dikerjakan akan
sebagaimana tercakup dalam
menentukan kesesuaian ber-
menghasilkan revenue, sehingga
dokumen studi kelayakan yang
dasarkan regulasi. Setelah meng-
dapat mengganti biaya pembangunan
dilakukan oleh tenaga ahli yang
kaji formulir penyaringan, PII
yang disediakan oleh pihak swasta
24
kriteria
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
agar pihak swasta memperoleh
apakah suatu proyek layak untuk
berbagai peran untuk mendukung
keyakinan untuk terlibat dalam proyek
dikerjakan, PT SMI menyusun pra-
kesuksesan PPP. Pada bagian ini akan
kerja sama dengan Pemerintah, maka
studi dan studi kelayakan yang
disajikan contoh kasus yang diambil
Pemerintah menyediakan penjaminan
membutuhkan pendanaan dalam
dari buku Public-Private Partnerships
infrastruktur melalui PT PII. Penjaminan
pelaksanaannya. Apabila pra-studi dan
Principles of Policy and Finance
ini bertujuan meng-cover risiko yang
studi kelayakan telah dilaksanakan,
karangan E.R. Yescombe terkait center
timbul sebagai dampak beberapa
maka Pemerintah wajib memberikan
of expertise di beberapa Negara dalam
kondisi dalam pelaksanaan KPBU yang
kompensasi ditambah margin atas
pelaksanaan PPP.
menyebabkan risiko tersebut terpapar.
penyelesaian tugas tersebut kepada PT
•
Dari sisi PJPK, risiko yang dapat
SMI sekalipun nantinya ketika proyek
Amerika Serikat
Pada tahun 1997, Kementerian
timbul adalah risiko
Keuangan Inggris meng-
ketidakmampuan
ambil alih kendali atas
PJPK untuk meme-
program Private Finance
nuhi kewajiban pem-
Initiative
bayaran kepada BUP.
membentuk Treasury
Apabila PJPK tidak
Taskforce yang terdiri dari
mampu memenuhi
pihak publik dan swatsa.
kewajibannya,
Satuan tugas ini pada
maka PT PII selaku
awalnya dimaksudkan
penjamin
wajib
untuk berdiri selama 2
memberikan dana
tahun. Namun, meng-
talangan yang di-
ingat manfaat center
bayarkan kepada
of expertise yang me-
BUP.
lain
nyediakan dukungan
dapat
kepada sektor publik
Risiko
kemudian
(PFI)
terpapar ketika klaim
pada
pembayaran yang
kegiatan satuan tugas
diajukan oleh BUP
melebihi kapasitas
tahun
dan
2002,
ini dipisahkan menjadi
Sumber Gambar: ANTARANEWS
entitas yang berbeda
finansial PT PII. Klaim pembayaran
ditawarkan, tidak ada penawaran
dan diberi nama Partnership UK plc
yang melebihi kapasitas finansial PT
yang masuk. Atas risiko ini, Pemerintah
(PUK) yang dimiliki swasta sebesar
PII akan berdampak secara langsung
perlu memastikan adanya penawaran
51% dan publik sebesar 49%. PUK
kepada APBN karena mengharuskan
atas proyek-proyek yang akan dikaji
didirikan secara terpisah dari Treasury
Pemerintah turun tangan untuk
oleh PT SMI.
agar perekrutan staf yang berasal dari
melakukan pembayaran sebesar
sektor swasta lebih mudah dilakukan
mitigasi atas risiko tersebut secara
4. PERAN CENTER OF
EXPERTISE DALAM SKEMA
KPBU DI BEBERAPA
NEGARA DAN LESSON
LEARNED
tepat sehingga kondisi APBN dapat
a.
klaim atas jaminan yang tidak mampu
ditanggung PT PII. Oleh sebab itu,
untuk menghindari terjadinya risiko
ini, Pemerintah harus melakukan
mengingat pengalaman mereka
dibutuhkan dalam melaksanakan PFI.
•
Australia
Proyek PPP paling banyak terpusat
di negara bagian Victoria dan New
Center of Expertise dalam
South Wales. Pada tahun 2000,
tetap terjaga. Salah satu mitigasi
Pelaksanaan KPBU di Beberapa
Department of Treasury and Finance
risiko yang dapat dilakukan adalah
Negara
Negara Bagian Victoria membentuk
dengan melaksanakan monitoring
Dalam rangka penyediaan infra-
Partnerships Victoria sebagai center
sustainability dari masing-masing
struktur, beberapa negara telah
of expertise yang merupakan bagian
pihak baik PJPK maupun PT PII.
menerapkan skema Public Private
dari departemen ini. Partnerships
Dari sisi peran PT SMI dalam
Partnership (PPP)/Public Participation
Victoria telah menghasilkan serangkai-
melaksanakan pra-studi dan studi
in Infrastructure (PPI) atau dikenal
an dokumen panduan PPP yang
kelayakan, serta memberikan pen-
sebagai KPBU di Indonesia. Salah satu
komprehensif untuk pelaksanaan
dampingan transaksi proyek, risiko
yang cukup menarik dari penerapan
proyek PPP di Victoria, yang kemudian
timbul apabila ada proyek yang kurang
PPP di negara lain adalah adanya
diadopsi sebagai standar bagi negara
diminati. Dalam rangka menentukan
center of expertise yang memiliki
bagian lainnya.
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
25
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
•
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
Korea Selatan
umum ditemukan. Tujuan center of
fasilitas penyiapan proyek dan/
Private Infrastructure Investment
expertise tersebut untuk memudahkan
atau pendampingan transaksi yang
Center of Korea (PICKO) didirikan pada
perekrutan pihak-pihak yang ahli di
dilaksanakan oleh PT SMI, dan
tahun 1999 sebagai salah satu langkah
bidang pembangunan infrastruktur.
melaksanakan pemberian penjaminan
konkret dari Private Participation
Di Indonesia sendiri, peran center
infrastruktur yang dilaksanakan
Infrastructure Act. PICKO merupakan
of expertise ini berada pada BUMN
oleh PT PII. Keterlibatan BUMN
one-stop centre of expertise yang
seperti PT SMI dan PT PII. Peran ini
dalam skema KPBU dimaksudkan
menyediakan dukungan berupa
diberikan kepada BUMN mengingat
untuk mempercepat proses KPBU
pembuatan kebijakan, penilaian, dan
badan usaha Pemerintah tersebut
karena BUMN dapat lebih fleksibel
pengembangan proyek, mendukung
lebih fleksibel dalam pengambilan
dalam pengambilan keputusan dan
dalam evaluasi penawaran dan
keputusan dan dapat memangkas
memangkas waktu yang dibutuhkan
negosiasi kesepakatan konsesi,
waktu yang dibutuhkan dalam
dalam pelaksanaan KPBU, serta dapat
serta menyediakan pendidikan dan
pelaksanaan KPBU. Selain itu, BUMN
melakukan perekrutan staf yang
pelatihan terkait PPI. PICKO pada
dapat melakukan perekrutan tenaga
ahli di bidangnya sesuai kebutuhan
awalnya merupakan agen dari Ministry
ahli di bidangnya sesuai kebutuhan
pengerjaan proyek infrastruktur
of Communication & Transport, ke-
masing-masing proyek dengan model
tersebut.
mudian Ministry of Planning & Budget.
perekrutan yang lebih fleksibel bila
Atas pelaksanaan peran ter-
Namun, saat ini PICKO telah menjadi
dibandingkan Pemerintah. Untuk saat
sebut, timbul beberapa risiko yang
bagian dari The Korea Development
ini, melembagakan center of expertise
berdampak baik pada BUMN maupun
Institute yang merupakan institusi
terkait pelaksanaan KPBU di Indonesia
APBN. Dari sisi BUMN sebagai
penelitian yang melaporkan langsung
secara independen memerlukan kajian
PJPK, risiko yang timbul adalah
kepada Presiden Korea Selatan dan
mendalam dan waktu yang cukup
risiko ketidakmampuan PJPK untuk
berubah nama menjadi Public and
panjang, sehingga keberadaan para
memenuhi kewajiban pembayaran
Private Infrastructure Investment
ahli di BUMN yang terlibat dalam
kepada BUP. Dari sisi peran yang
Management Center (PIMAC). Peru-
skema KPBU di Indonesia dipandang
diemban PT PII, risiko timbul ketika
bahan ini bertujuan agar PIMAC
sudah cukup baik.
klaim pembayaran yang diajukan
bebas dari pengaruh politik dan
dapat memilih pendekatan yang lebih
oleh BUP melebihi kapasitas finansial
5. KESIMPULAN
objektif.
PT PII. Dari sisi peran PT SMI, risiko
Keterlibatan BUMN dalam skema
timbul apabila ada proyek yang
Lembaga lain yang terlibat dalam
KPBU dibagi ke dalam tiga peran
kurang diminati yang mengakibatkan
PPI adalah Korean Infrastructure Credit
yaitu sebagai wakil Pemerintah selaku
ketika proyek ditawarkan, tidak ada
Guarantee Fund (KICGF) yang berfungsi
project owner/PJPK, melaksanakan
penawaran yang masuk. n
sebagai lembaga penjaminan pinjaman
kepada pemegang izin proyek yang
mendapatkan pinjaman dari bank
atau pemegang izin yang menerbitkan
obligasi infrastruktur dalam proyek
1.
PPP. Selain itu, pendanaan atas proyek
PPI sebagian juga diperoleh dari bankbank milik negara.
b.
Lesson Learned
2.
Meskipun kita tidak melihat
peran BUMN yang cukup signifikan
dalam pelaksanaan PPP di luar
negeri, namun keberadaan center
of expertise yang memiliki beberapa
3.
peran seperti menyusun dokumen
panduan PPP, pembuatan kebijakan,
pengembangan proyek, penyediaan
pelatihan/pendidikan terkait PPP,
serta peran lainnya dalam penerapan
Private Partnerships Principles
of Policy and Finance”. Elsevier
Ltd: Great Britain.
REFERENSI:
4.
Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerja sama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Peraturan Presiden Nomor 78
Tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerja
Sama Pemerintah dengan Badan
Usaha yang Dilakukan Melalui
Badan Usaha Penjaminan
Infrastruktur.
PMK Nomor 265 Tahun 2015
tentang Fasilitas Dalam Rangka
Penyiapan dan Pelaksanaan
Transaksi Proyek Kerja sama
Pemerintah dan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur.
Yescombe, E. R. 2007. “Public-
5.
https://www.academia.
edu/9460931/Public_Private_
Partnership_di_Korea_Selatan
6.
http://www.djppr.kemenkeu.
go.id/kpbu
7.
https://www.ptsmi.co.id/
wp-content/uploads/2015/10/
Panduan_KPS_PJPK.pdf
8.
https://www.ptsmi.co.id/
our-business/products-andservices/three-business-pillars/
project-development/projectpreparation/
9.
http://www.iigf.co.id/media/
kcfinder/docs/publikasi/
guarantee-provisionguideline-2012-ind.pdf
KPBU di beberapa negara sangat
26
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Langkah Maju Mitigasi
Risiko Bencana Alam
di Indonesia
Oleh: Sutarso1 dan Muhammad Ferdiansyah2
1. Kepala Seksi Instrumen Mitigasi Risiko; e-mail : [email protected]
2. Pelaksana pada Seksi Instrumen Mitigasi Risiko, e-mail : [email protected]
RISIKO BENCANA ALAM DI
INDONESIA
yang menimbulkan kerusakan parah
Berdasarkan data Badan Nasional
dan luas seperti gempa bumi, tsunami,
Penanggulangan Bencana (BNPB),
Negara Indonesia, sebuah negara
letusan gunung api, dan banjir.
sejak tahun 2003 sampai dengan tahun
kepulauan beriklim tropis yang
Indonesia merupakan negara dengan
2016, frekuensi kejadian bencana
memiliki 17.504 pulau dan terletak
jumlah penduduk nomor 4 terbesar
alam di Indonesia tergolong banyak,
melintang di garis khatulistiwa, secara
di dunia yaitu 261 juta (2016), dimana
dengan kejadian yang paling sering
geografis memiliki risiko bencana
sekitar 40% penduduk maupun pusat
terjadi adalah banjir, tanah longsor,
alam yang tinggi. Berada di antara
perekonomian masyarakat tinggal/
dan puting beliung serta mempunyai
dua benua dan dua samudra dan di
berada di daerah rawan bencana,
potensi kejadian yang meningkat
jalur gunung berapi aktif (ring of
sehingga potensi bencana pada tahun-
pada tahun-tahun mendatang. Karak-
fire), serta di atas puluhan patahan
tahun mendatang akan berdampak
teristik waktu kejadian bencana
aktif menyebabkan negara Indonesia
besar bagi kehidupan sosial dan
yang sulit diprediksi menyebabkan
menjadi langganan bencana alam
ekonomi masyarakat.
masyarakat tidak siap dan seringkali
Grafik 1. Kejadian Bencana Alam di Indonesia
Sumber: BNPB
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
27
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
M
I
T
I
G
A
S
I
mengakibatkan kerusakan yang ber-
dan kerugian yang diakibatkan oleh
Pembiayaan bencana khususnya pada
sifat parah dan luas. Konsekuensi
gempa bumi di Yogyakarta pada
tahap pasca-bencana (rehabilitasi atau
dari sering terjadinya bencana adalah
tahun 2006 jauh lebih tinggi daripada
pemulihan infrastruktur publik, rumah
banyaknya sarana dan prasarana
yang diakibatkan oleh gempa bumi
tangga, dan lainnya), dimana sebagian
publik, perumahan masyarakat, atau-
dan tsunami di Sri Lanka (2004,
besar dari infrastruktur tersebut tidak
pun bangunan lainnya yang rusak
USD1,45 milyar), India (2001, USD2,6
memiliki perlindungan keuangan
dan mengakibatkan kerugian materiil
milyar), dan Thailand (2004, USD2,2
seperti asuransi, dapat memberikan
ataupun ekonomi yang cukup besar.
milyar) meskipun dengan kekuatan
tekanan yang besar pada pengeluaran
Sejak tahun 2004 sampai dengan
gempa yang relatif sama. Pemerintah
Pemerintah (APBN). Struktur anggaran
saat ini, Indonesia telah mengalami
mengeluarkan anggaran untuk mem-
belanja Pemerintah yang terbatas
beberapa kali bencana alam dengan
biayai kegiatan rekonstruksi lebih dari
untuk dapat melakukan percepatan
total nilai kerusakan dan kerugian
Rp37,0 triliun untuk gempa bumi dan
pemulihan daerah terdampak bencana
yang cukup besar. Sebagai contoh,
tsunami di Aceh dan Nias, serta sekitar
mengharuskan adanya pengelolaan
bencana tsunami Aceh dan Nias pada
Rp1,6 triliun untuk gempa bumi di
risiko bencana di Indonesia. Hal ini
tahun 2004 menimbulkan kerusakan
Yogyakarta.
yang menjadi perhatian penting bagi
dan kerugian lebih dari Rp40,0 triliun,
Pembiayaan bencana alam, baik
Pemerintah untuk dapat merencanakan
sedangkan gempa bumi Yogyakarta
pada tahap pra-bencana, tanggap
dan mengalokasikan dana bagi kepen-
tahun 2006 dengan kerugian lebih
darurat maupun pasca-bencana
tingan penanggulangan bencana
dari Rp29,0 triliun (USD3,1 milyar).
(rehabilitasi dan rekonstruksi),
guna membiayai kegiatan pada tahap
Sebagai gambaran, total kerusakan
membutuhkan dana yang besar.
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Tabel 1. Kerusakan/Kerugian Ekonomi atas Kejadian Bencana
R
I
S
I
K
O
Sumber: BNPB
28
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
PERUBAHAN PARADIGMA
PENANGGULANGAN
BENCANA
sosial, anggaran subsidi pangan,
alokasi cadangan beras dan belanja
lainnya yang bersifat mendesak.
pergeseran paradigma tersebut.
Pergeseran paradigma penanggulangan bencana yang tercermin
Penanganan dampak bencana
Didorong pengalaman yang
dalam Undang-Undang Nomor 24
alam telah menjadi beban fiskal
pahit pasca bencana gempa bumi dan
Tahun 2007 yang dipengaruhi Hyogo
dan dapat menghambat target
tsunami Aceh dan Nias pada tahun
Framework of Action 2005-2015,
pertumbuhan ekonomi nasional
2004 dan gempa bumi Yogyakarta,
yang telah mengamanatkan 3 tujuan
Tabel 2. Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana
Sumber: Pujiono, diolah
apabila tidak dimitigasi dengan baik.
Jawa Tengah pada tahun 2006,
strategis, yaitu; 1) pengintegrasian
Pemerintah telah mempersiapkan
Pemerintah menggeser paradigma
pengurangan risiko bencana pada
langkah-langkah penanganan krisis
kebijakan dalam penanggulangan
kebijakan, perencanaan dan program
dari sisi pengelolaan fiskal, misalnya
bencana dari yang semula bersifat
pembangunan yang berkelanjutan
dengan penyediaan dana cadangan
responsif (reaktif) menjadi preventif
yang memprioritaskan pencegahan,
risiko fiskal, alokasi anggaran bantuan
(pencegahan). Berikut disajikan
mitigasi, kesiapsiagaan dan penurunan
R
I
S
I
K
O
Gambar 1. Layering Pembiayaan Risiko Bencana
Sumber: (Sumber: World Bank, diolah)
Keterangan :
* : Sudah diterapkan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
M
I
T
I
G
A
S
I
29
tingkat kerentanan; 2) Pengembangan
ringan dengan probabilitas kejadian
melalui anggaran belanja APBN, dana
dan penguatan kapasitas kelembagaan
tinggi (low risk layer), seperti banjir
cadangan, dana siap pakai, dan skema
untuk membangun ketangguhan
lokal atau tanah longsor, strategi
risk transfer melalui asuransi pertanian
menghadapi risiko bencana; dan 3)
pembiayaan yang digunakan adalah
(asuransi usaha tani padi) dan asuransi
Penyertaan pendekatan pengurangan
dengan
alokasi
BMN. Dengan berbagai kombinasi
risiko bencana pada perencanaan dan
belanja yang terdapat dalam APBN/D
instrumen tersebut akan membuat
pelaksanaan kesiapsiagaan, tanggap
ataupun dengan menggunakan dana
pembiayaan risiko bencana, khususnya
darurat dan pemulihan pascabencana.
kontinjensi sesuai kebutuhan. Lapisan
pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi
kedua untuk risiko bencana dengan
bencana menjadi lebih ringan.
INSTRUMEN MITIGASI RISIKO
BENCANA ALAM
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
menggunakan
tingkat kerusakan dan kerugian
sedang yang menjadi perhatian
•
Alokasi/Realokasi Anggaran
Saat ini instrumen pembiayaan
nasional dengan probabilitas kejadi-
Upaya aktif Pemerintah dalam
risiko bencana lebih bervariasi,
an sedang (medium risk layer), se-
mengelola risiko bencana antara lain
berbeda dengan sebelum tahun
perti erupsi gunung berapi atau
dengan mempersiapkan kebutuhan
2015, dimana pada saat itu masih
banjir bandang. Strategi yang dapat
pembiayaan dalam berbagai ting-
bergantung pada APBN atau lebih
dipergunakan untuk lapisan kedua ini
katan yaitu prabencana, saat tanggap
bersifat menyerap risiko (risk retain).
antara lain pooling fund dan pinjaman
darurat, dan pascabencana. Berda-
Mulai tahun 2015, Pemerintah telah
siaga. Lapisan ketiga (high risk layer)
sarkan Peraturan Pemerintah nomor
mulai mengimplementasikan skema
yaitu kondisi saat kerusakan dan
22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
pengalihan risiko (risk transfer) kepada
kerugian yang diakibatkan sangat
dan Pengelolaan Bantuan Bencana,
pihak lain melalui asuransi pertanian
besar (katastropik) sehingga strategi
alokasi anggaran pembiayaan tersebut
dan pada tahun 2016, Pemerintah
pembiayaan yang ada tidak dapat
tersebar di beberapa Kementerian/
telah mempunyai legal basis untuk
secara efektif dan efisien memberikan
Lembaga antara lain BNPB, Kemen-
implementasi asuransi Barang Milik
dukungan, khususnya pada tahap
terian Sosial, Kementerian Pekerjaan
Negara (BMN).
tanggap darurat dan pasca-bencana.
Umum dan Perumahan Rakyat, Kemen-
Secara umum strategi pembiayaan
Strategi yang dapat dilakukan pada
terian Kehutanan, dan kementerian
risiko bencana terbagi dalam tiga
lapisan ini adalah dengan melakukan
lainnya dengan nama kegiatan dan
lapisan dengan mempertimbangan
asuransi atas objek-objek rawan rusak
pos anggaran yang berbeda-beda
dampak kerusakan dan kerugian
akibat bencana.
(tidak seragam dalam pencantuman
atas terjadinya bencana. Lapisan
Saat ini, instrumen pembiayaan
pertama yaitu untuk risiko bencana
atas risiko bencana yang telah diguna-
yang mengakibatkan kerusakan
kan antara lain yaitu skema risk retain
di APBN/RKA-KL).
Dalam implementasinya, masingmasing
Kementerian/Lembaga
Grafik 2. Perkembangan Dana Cadangan Penanggulangan Bencana
Perkembangan Dana Cadangan Penanggulangan Bencana Alam
Tahun 2006 - 2007
Sumber: Kementerian Keuangan & BNPB
30
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Grafik 3. Ketidakcukupan Dana Cadangan Bencana untuk Membiayai Bencana yang Bersifat Catastrophic
melakukan kegiatan-kegiatan pra-
penanggulangan bencana (dana
Alokasi dana cadangan yang
bencana untuk mengedukasi dan
kontijensi) yang terdapat pada
relatif kecil tidak cukup memenuhi
mempersiapkan daerah-daerah ra-
Kementerian Keuangan. Mengingat
kebutuhan pembiayaan pascabencana
wan bencana agar siap terhadap risiko
keterbatasan anggaran, alokasi dana
bersifat catastrophic seperti tsunami,
yang ada dan kegiatan pascabencana
kontijensi bencana tersebut berkisar
gempa bumi berskala besar, ataupun
untuk melakukan rekonstruksi atau
antara Rp2,0 triliun sampai dengan
kejadian bencana lainnya yang
rehabilitasi daerah terdampak bencana.
Rp5,0 triliun setiap tahunnya dengan
memiliki tingkat kerusakan tinggi.
Ketika kondisi tanggap darurat terjadi
rata-rata penyerapan anggaran selama
Sebagai contoh, saat terjadinya gempa
atau untuk pembiayaan pada tahap
10 tahun terakhir (2007-2016) mencapai
bumi dan tsunami di Aceh pada tahun
rehabilitasi dan rekonstruksi, alokasi
73,4%. Besaran alokasi dana cadangan
2004, alokasi dana cadangan yang
anggaran tersebut dapat segera
tersebut didasarkan pada pengalaman
tersedia hanya sebesar Rp3 triliun
direalokasi melalui revisi anggaran
historis kebutuhan Pemerintah untuk
dari total kerusakan dan kerugian
sesuai ketentuan yang berlaku.
membantu daerah-daerah yang
yang mencapai sebesar Rp41,4 triliun,
•
mengalami bencana tetapi dengan
sehingga dukungan kepada daerah
Dana Cadangan
skala yang relatif kecil (seperti banjir,
terdampak bencana menjadi terbatas
Pemerintah pusat secara berkala
gempa bumi berkekuatan relatif kecil,
dan proses pemulihan memerlukan
atau tanah longsor).
waktu yang cukup lama. Berdasarkan
mengalokasikan dana cadangan
Tabel 3. Objek dan Kriteria Asuransi BMN
Sumber: Kementerian Keuangan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
31
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
hal tersebut, dengan berubahnya
paradigma penanggulangan bencana
nasional yang mendukung kesiapan
daerah dalam menghadapi bencana,
Pemerintah tidak dapat hanya
mengandalkan sumber pembiayaan
dari APBN.
•
Asuransi Barang Milik Negara
Salah satu bentuk instrumen
mitigasi risiko dalam pembiayaan
pasca bencana (Post Ante) adalah
dengan melakukan asuransi terhadap
melewati 10 hari setelah tanam atau
30 hari jika menggunakan teknologi
Saat ini (2016)
kondisi pasar
asuransi domestik
masih terbilang
kecil, dimana
tingkat densitas
premi asuransi
sebesar USD18,2 per
kapita
tabela. Harga pertanggungan sebesar
Rp6 juta per hektar per musim tanam (/
ha/MT), dengan premi asuransi sebesar
Rp180.000,00/ha/MT (sekitar 3% dari
nilai pertanggungan). Apabila luas
lahan kurang dari 1 ha, maka besaran
premi dan ganti rugi dihitung secara
proposional. Adapun bantuan premi
dari Pemerintah sebesar 80% atau
Rp144.000,00, sedangkan sisanya, 20%
atau Rp36.000,00 harus dibayar oleh
objek-objek yang rawan mengalami
petani.
kerusakan seperti gedung/bangunan.
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
CHALLENGE AND
OPPORTUNITY
Dalam implementasinya, Pemerintah
dapat terjamin ketersediaan modal
menetapkan kebijakan asuransi atas
kerja untuk keberlangsungan usaha
Barang Milik Negara (BMN), yang
taninya. Asuransi pertanian dilaksa-
Sebagaimana disebutkan sebe-
diatur dalam Peraturan Menteri
nakan berdasarkan Peraturan Men-
lumnya bahwa anggaran untuk
Keuangan Nomor 247/KMK.6/2016
teri Pertanian nomor 40/Permentan/
penanggulangan bencana tersebar
tentang Pengasuransian BMN, de-
SR.230/7/2015 tentang Fasilitas Asu-
di beberapa Kementerian/Lembaga
ngan ruang lingkup barang yang
ransi Pertanian. Asuransi pertanian
dengan nama/akun yang berbeda-
diasuransikan berupa gedung dan
dilakukan
melindungi
beda pada dokumen anggaran.
bangunan, jembatan, alat angkut
petani dari kerugian gagal panen,
Oleh karena itu, perlu adanya pem-
darat/apung/udara bermotor, dan
memperoleh modal kerja usaha tani
berian tanda khusus (tagging) pada
BMN yang ditetapkan oleh Menteri
untuk musim tanam berikutnya, yang
nama/akun kegiatan yang terkait
Keuangan selaku Pengelola Barang
pada akhirnya menjaga persediaan
penanggulangan bencana, sehingga
untuk diasuransikan.
padi di masyarakat.
BNPB selaku focal point dalam
untuk
Adapun kriteria BMN yang dapat
Adapun risiko yang dipertang-
diasuransikan antara lain berada
gungkan adalah kerusakan tanaman
bencana dapat mengetahui secara
di daerah rawan bencana alam,
yang
banjir,
komprehensif jumlah anggaran yang
mempunyai dampak yang besar
kekeringan, serta serangan hama dan
tersedia, meskipun dalam melakukan
terhadap pelayanan umum apabila
penyakit tumbuhan atau organisme
alokasi/realokasi masih menjadi tang-
rusak, dan menunjang kelancaran
pengganggu tumbuhan (OPT).
gung jawab kementerian/lembaga
tugas dan fungsi Pemerintahan.
Terdapat dua jenis OPT, yaitu hama
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pelaksanaan asuransi dilaksanakan
tanaman (penggerek batang, wereng
Selain terkait anggaran, Peme-
oleh salah satu atau beberapa satuan
batang coklat, walang sangit, tikus, dll)
rintah mulai menerapkan skema risk
kerja pada Kementerian/Lembaga
dan penyakit tanaman (blast, bercak
transfer melalui asuransi sebagai
nonkementerian yang ditunjuk oleh
coklat, tungro, busuk batang, dll).
upaya memitigasi pembiayaan risiko
Pengguna Barang untuk melaksanakan
Jika dilihat dari jenisnya, maka banjir
bencana. Saat ini (2016) kondisi pasar
asuransi BMN bekerja sama dengan
dan kekeringan merupakan jenis
asuransi domestik masih terbilang
Perusahaan Asuransi yang dituangkan
bencana alam sebagaimana dimaksud
kecil, dimana tingkat densitas premi
dalam sebuah perjanjian. Implementasi
dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang
asuransi sebesar USD18,2 per kapita,
dari asuransi BMN diharapkan dapat
penanggulangan bencana.
masih tertinggal jauh dibanding
disebabkan
oleh
penangangan
penanggulangan
Kerusakan yang dijamin pada
dengan kondisi di Malaysia (USD153,9
setiap sawah garapan per petani
per kapita), Thailand (USD101,4 per
Asuransi Pertanian
adalah kerusakan dengan intensitas
kapita). Dilihat dari sisi penetrasi pasar,
Asuransi pertanian merupakan
mencapai sama dengan atau lebih
Indonesia justru masih dangkal yang
asuransi untuk petani yang dapat
besar dari 75% dan/atau luas kerusakan
hanya sekitar 0,51%, dibandingkan
memberikan ganti rugi akibat keru-
mencapai sama dengan atau lebih
dengan Thailand (1,7%), Malaysia
gian usaha tani. Dengan adanya
besar dari 75% pada setiap luas petak
(1,62%), India (0,77%) dan Philipina
pembayaran ganti rugi, petani
alami. Selain itu umur padi sudah
(0,55%).
mulai dilaksanakan pada tahun 2018.
•
32
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Grafik 4. Kondisi Asuransi Umum di Indonesia Tahun 2016
Sumber: Swiss Re Institute
Masih rendahnya tingkat densitas
maupun barang publik (BMN). Yang
diterapkan maka akan membuat
dan penetrasi pasar tersebut dapat
perlu menjadi perhatian juga adalah
masyarakat lebih tangguh dalam
disebabkan beberapa hal, antara lain
bagaimana perluasan objek asuransi,
menghadapi bencana alam, yang
tingkat pemahaman dan kesadaran
khususnya properti (rumah) yang
tentunya membutuhkan kesadaran
masyarakat yang masih rendah akan
dimiliki masyarakat dengan kapasitas
masyarakat yang tinggi dan menuntut
kebutuhan asuransi, terbatasnya
yang rendah untuk membangun
peran Pemerintah yang lebih besar
produk asuransi yang ditawarkan
kembali rumahnya pascakejadian
ditengah keterbatasan dan prioritas
perusahaan asuransi, maraknya berita
bencana. Jika hal tersebut mungkin
anggaran yang ada. n
negatif atas perusahaan asuransi yang
gagal bayar, serta sebab-sebab lainnya.
Oleh karena itu, berbagai inovasi
produk asuransi serta pelayanan
perlu ditingkatkan oleh perusahan
REFERENSI:
1.
asuransi. Saat ini, kejadian bencana
sudah menjadi salah satu risiko yang
ditanggung dalam asuransi umum,
khususnya asuransi harta benda
yang umumnya berbasis ganti rugi
2.
(indemnity-based). Perlu adanya
inovasi produk asuransi yang berbasis
parametrik (index-based) dalam
rangka mempercepat proses pencairan
3.
klaim, sehingga proses rehabilitasi
dan rekonstruksi akan berjalan lebih
cepat.
Dari sisi objek asuransi, paling
tidak Pemerintah sudah memulai
mengimplementasikan instrumen
mitigasi risiko bencana alam melalui
skema asuransi untuk barang-barang
4.
Bappenas. Buku Pegangan
Perencanaan Pembangunan
Daerah 2015 : Membangun
Ketangguhan Bangsa Melalui
Upaya Pengurangan Risiko
Bencana.
Bappenas. Kajian Kelembagaan
dan Regulasi untuk mendukung
kebijakan penanggulangan bencana dalam RPJMN 2015-2019.
Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian,
Kementerian Pertanian.
Pedoman Bantuan Premi
Asuransi Usahatani Padi Tahun
Anggaran 2017.
Peraturan Pemerintah nomo 22
Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan
Bencana
5.
Peraturan Menteri Pertanian
nomor 40/Permentan/SR.230/7/
2015 tentang Fasilitas Asuransi
Pertanian.
6.
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 247 tahun 2016 tentang
Pengasuransian Barang Milik
Negara
7.
Pujiono. Evolusi Pandangan
Terhadap Bencana.
8.
Swiss Re Institute. World
Insurance in 2016 : The China
Growth Engine Steams Ahead.
9.
Undang-undang nomor
24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
10. World Bank. Indonesia :
Advancing A National Disaster
Risk Financing Strategy –
Options for Consideration.
privat (asuransi usaha tani/pertanian)
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
33
M
I
T
I
G
A
S
I
R
I
S
I
K
O
Lesson Learned Pemberian
Dukungan Kelayakan
pada Proyek KPBU (Sektor
Air) di Indonesia
Oleh: Danny Ardianto
Kasi Dukungan Pemerintah Proyek Sektor I, Dit. PDPPI, DJPPR, e-mail : [email protected]
O
P
I
N
I
PENDAHULUAN
khususnya yang diselenggarakan
4.
Minimum revenue guarantee
Lima tahun telah berlalu sejak
dengan cara KPBU. Sebagai alat
Pemerintah menjamin jumlah
berlakunya skema dukungan peme-
fiskal, DK berfungsi memberikan
minimum pendapatan tertentu
rintah terhadap proyek KPBU yang
kontribusi finansial ketika penyediaan
yang diperoleh Badan Usaha
dituangkan dalam Peraturan Menteri
infrastruktur tidak dapat dibiayai
sebagai upaya mengambil alih
Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012
sepenuhnya secara komersial. Setia-
risiko permintaan atas penyediaan
(PMK 223/2012) tentang Pemberian
wan, Damayanty & Ircham (2014)
infrastruktur dimaksud.
Dukungan Kelayakan atas Sebagian
menjelaskan empat bentuk alternatif
Sebagaimana diatur dalam PMK
Biaya Konstruksi pada Proyek Kerja
pemberian DK yang dikenal dalam
223/2012, Indonesia mengadopsi
sama Pemerintah dengan Badan
praktik internasional sebagai berikut:
kebijakan DK dalam bentuk kontribusi
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
1.
Contribution to construction cost
atas sebagian biaya konstruksi. Selain
Saatnya para pemangku kepentingan
DK diberikan dalam bentuk tunai
itu, terdapat rincian ketentuan yang
membuka kembali catatan selama lima
sebesar porsi tertentu atas biaya
mengatur syarat-syarat pemberian DK
tahun terakhir dan merefleksikan diri
konstruksi.
sebagai berikut:
Contribution to operational cost
1.
apakah Dukungan Kelayakan (Viability
2.
DK diberikan dengan memper-
Gap Fund) yang diatur dalam PMK
DK diberikan dalam bentuk tunai
timbangkan kemampuan keuang-
223/2012 telah berhasil dilaksanakan
sebesar porsi tertentu atas biaya
an negara, kesinambungan fiskal,
dengan baik. Selanjutnya, perlu
operasional yang dibayarkan
dan pengelolaan risiko fiskal
dipertimbangkan langkah-langkah
apa saja yang perlu dilakukan untuk
(Pasal 3 PMK 223/2012);
secara periodik.
3.
2.
Annuity/unitary payment
DK diberikan kepada proyek KPBU
meningkatkan efektivitas pelaksanaan
Pemerintah membayarkan se-
setelah diketahui tidak terdapat
kebijakan tersebut. Dalam artikel ini,
jumlah kompensasi kepada Badan
lagi alternatif lain untuk membuat
penulis menelaah kembali pelaksanaan
Usaha selama masa operasi proyek
proyek tersebut layak secara
pemberian Dukungan Kelayakan
yang terdiri dari komponen
(DK) berdasarkan proses bisnis yang
penggantian atas pengeluaran
selama ini berlangsung di Kementerian
modal, pengeluaran operasional,
dari biaya konstruksi proyek
Keuangan.
finansial (Pasal 4 PMK 223/2012);
3.
DK diberikan atas porsi tertentu
biaya pembiayaan (financing
termasuk biaya pemasangan dan
DK adalah salah satu alat fiskal
costs) dan tingkat pengembalian
biaya bunga atas pinjaman yang
yang dimiliki oleh Pemerintah untuk
yang wajar dari penyediaan
berlaku selama masa konstruksi
mendukung penyediaan infrastruktur
infrastruktur.
namun tidak meliputi biaya
34
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
4.
5.
pengadaan lahan dan insentif
pemberian DK dapat dibagi menjadi
memperoleh DK. Proyek KPBU SPAM
perpajakan (Pasal 5(1) dan 5(2)
empat tahapan utama sebagai berikut.
Umbulan adalah proyek penyediaan
PMK 223/2012);
1.
Persetujuan Prinsip DK
infrastruktur air minum untuk
DK tidak boleh mendominasi biaya
Persetujuan awal yang diberikan
wilayah Kota Pasuruan, Kabupaten
konstruksi dalam proyek KPBU
oleh Menteri Keuangan kepada
Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota
(diterjemahkan sebagai maksimal
PJPK setelah dilakukannya
Surabaya, dan Kabupaten Gresik yang
49% dari biaya konstruksi) (Pasal
evaluasi oleh Komite DK atas
diharapkan dapat melayani sekitar 1,3
5(3) PMK 223/2012);
terpenuhinya kriteria proyek dan
juta jiwa melalui 260 ribu sambungan
porsi besaran DK.
air. Proyek ini dilaksanakan oleh PT
Persetujuan Besaran DK
Meta Adhya Tirta Umbulan selaku
223/2012):
Persetujuan Menteri Keuangan
Badan Usaha dan diperkirakan
a.
Proyek telah memenuhi ke-
atas batas maksimum besaran
membutuhkan biaya investasi sebesar
layakan ekonomi namun
DK
digunakan
Rp 2,05 triliun hal mana 49% dari
belum memenuhi kelayakan
sebagai satu-satunya parameter
total biaya konstruksi ditanggung
finansial;
dalam penetapan Badan Usaha
oleh Pemerintah, melalui Menteri
Proyek menerapkan prinsip
pemenang lelang.
Keuangan, senilai Rp 818 miliar.
Kriteria proyek KPBU yang dapat
diberikan DK adalah (Pasal 8 PMK
b.
pengguna membayar;
c.
d.
3.
yang
akan
Persetujuan Final DK
Selain proyek SPAM Umbulan,
Proyek memiliki total biaya
Persetujuan Menteri Keuangan
Kementerian Keuangan juga sedang
investasi paling kurang senilai
atas besaran, waktu dan syarat
memproses permohonan DK atas
Rp 100 miliar.
pencairan
berdasarkan
proyek SPAM Semarang Barat dan
Proyek dilaksanakan oleh
hasil penetapan Badan Usaha
SPAM Bandar Lampung. Berdasarkan
Badan Usaha yang ditetapkan
pemenang lelang.
evaluasi atas ketiga pengalaman
Penerbitan Surat Dukungan
terdahulu dalam pemberian DK,
lelang yang terbuka dan
Kelayakan
terdapat hal-hal yang dapat dicatat
kompetitif;
Konfirmasi Menteri Keuangan
sebagai berikut:
Terdapat skema pengalihan
kepada Badan Usaha pelaksana
aset dan/atau pengelolaannya
proyek mengenai berlakunya
dari Badan Usaha kepada
pemberian DK.
oleh PJPK melalui proses
e.
2.
4.
PJPK pada akhir periode kerja
sama.
Kebijakan
pemberian
DK
A.
Penetapan besaran DK maksimal
sebesar 49%
Selanjutnya, Tabel 1 menunjukkan
Tujuan dari PMK 223/2012
daftar proyek KPBU yang sudah atau
mengatur maksimal besaran DK
DK
sedang diusulkan untuk memperoleh
sebesar 49% adalah untuk memberikan
disusun dalam rangka meningkatkan
DK. Data pada Tabel 1 menyatakan
kepastian atas jumlah kontribusi fiskal
minat dan partisipasi Badan Usaha,
bahwa pemberian DK dalam proyek
yang disediakan Pemerintah. Selain
meningkatkan kepastian penyediaan
KPBU di Indonesia baru ada pada
itu, besaran DK yang lebih kecil dari
infrastruktur melalui pengadaan
sektor air minum khususnya proyek
porsi Badan Usaha juga dimaksudkan
Badan Usaha, dan mewujudkan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
untuk mengisyaratkan kepada publik
layanan publik melalui infrastruktur
Dari ketiga proyek dimaksud, baru
bahwa biaya proyek secara dominan
dengan tarif yang terjangkau oleh
Proyek SPAM Umbulan yang telah
tetap ditanggung oleh Badan Usaha.
masyarakat.
Tabel 1. Daftar Proyek KPBU yang Diusulkan untuk Memperoleh DK
PEMBERIAN DUKUNGAN
KELAYAKAN PADA PROYEK
KPBU DI INDONESIA
Meskipun kebijakan pemberian
DK telah berlaku sejak tahun 2012,
sampai dengan saat ini baru ada satu
proyek KPBU yang telah mendapatkan
Surat Dukungan Kelayakan dari
Menteri Keuangan dan terdapat
beberapa proyek KPBU yang sedang
diusulkan untuk memperoleh DK.
Berdasarkan PMK 223/2012,
INFO RISIKO FISKAL
Sumber: Kementerian Keuangan RI
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
35
O
P
I
N
I
Hal ini diperlukan untuk menunjukkan
bahwa proyek KPBU ini bukanlah
proyek APBN yang dibiayai sebagian
besar atau seluruhnya oleh anggaran
Pemerintah.
Secara konseptual, DK hanya
dapat dimohonkan ketika sudah
tidak ada alternatif lain untuk
membuat proyek menjadi layak secara
finansial. Namun, pada praktiknya
seringkali besaran DK yang diusulkan
sudah dipatok sebesar 49% sejak
awal penyiapan proyek. Praktik ini
menyebabkan evaluasi atas kelayakan
finansial proyek menjadi bias. Alih-alih
keseluruhan biaya proyek dihitung
terlebih dahulu dan disandingkan
dengan tarif pengguna untuk mencari
tingkat pengembalian investasi (IRR)
tersendiri dari sisi pemberian DK.
Sebuah proyek KPBU bisa saja sangat
Pemerintah
dan para PJPK
harus memiliki
pendekatan yang
sistematis untuk
terlebih dahulu
menentukan
apakah KPBU
adalah moda yang
paling tepat dalam
penyediaan sebuah
proyek infrastruktur
yang diinginkan
tidak layak secara finansial, misalnya
dengan IRR proyek di bawah 7%,
sehingga untuk membuatnya layak
dan menarik bagi Badan Usaha harus
diberikan berbagai bentuk dukungan
kelayakan (kontribusi fiskal) baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Daerah.
Akibatnya, total dukungan kelayakan
dari Pemerintah Pusat dan Daerah
akan sangat mendominasi keseluruhan
sumber pembiayaan proyek dan
prinsip dukungan kelayakan sebagai
kontributor minoritas dari pembiayaan
proyek menjadi tidak tercapai.
Oleh karena itu, Pemerintah
dan para PJPK harus memiliki
pendekatan yang sistematis untuk
proyek apa adanya, perhitungan
terlebih dahulu menentukan apakah
biaya seringkali berangkat dari jumlah
O
P
I
N
I
KPBU adalah moda yang paling
maksimal DK yang dapat diperoleh lalu
besarnya DK yang dapat diusulkan.
tepat dalam penyediaan sebuah
dihitung mundur untuk mendapatkan
Dalam sebuah proyek, misalnya proyek
proyek infrastruktur yang diinginkan.
IRR dan biaya proyek yang mampu
SPAM, terdapat Peraturan Pemerintah
Berdasarkan praktik yang berkembang
ditanggung Badan Usaha.
Nomor 122/2015 yang mengatur apa
di beberapa negara yang telah
Perhitungan besaran DK seperti
saja ruang lingkup proyek yang
menerapkan KPBU dengan baik,
dicontohkan di atas tidak berten-
dapat dikerja samakan dengan
terdapat analisis nilai uang (value
tangan dengan PMK 223/2012. Akan
Badan Usaha, misalnya, pekerjaan
for money) yang dilakukan untuk
tetapi, metode yang digunakan
konstruksi dari hulu ke hilir. Kegiatan
menghasilkan kesimpulan apakah
membuatnya kurang selaras dengan
konstruksi dapat terjadi dalam
suatu proyek menghasilkan nilai
semangat penggunaan DK sebagai
rangka pengambilan air, pengolahan
uang tertinggi apabila dilaksanakan
instrumen fiskal. Dalam menggunakan
air, hingga distribusi air melalui
dengan cara KPBU. Dengan kata lain,
DK sebagai instrumen fiskal, peme-
sambungan rumah. Regulasi di sektor
proyek yang sangat jauh dari layak
rintah perlu mengetahui dengan
air minum tidak memperbolehkan
secara finansial hendaknya tidak
seksama apa dampak dari diberikan
Badan Usaha untuk mengoperasikan
dilaksanakan dengan cara KPBU.
atau tidak diberikannya DK terhadap
infrastruktur air minum di tingkat hilir
Apabila proyek tersebut tetap harus
suatu proyek. Oleh karena itu, PJPK
(dalam hal ini distribusi air melalui
dilaksanakan, maka pembiayaannya
dan pihak yang ditunjuk untuk
sambungan rumah). Dengan demikian,
hendaknya dapat dilakukan melalui
menyiapkan proyek hendaknya dapat
ruang lingkup KPBU dan porsi biaya
APBN atau penugasan BUMN. Dalam
bekerja sama dalam melakukan analisis
konstruksi yang dapat dimohonkan
hal ini, perencanaan infrastruktur
kebutuhan DK dengan menyiapkan
DK hanya terbatas pada pengambilan
memegang peranan penting. Dengan
analisis sensitivitas besaran DK yang
hingga pengolahan air. Meskipun
demikian, lembaga yang bertanggung
mencerminkan kelayakan finansial
demikian, Pemerintah Daerah dan/
jawab
proyek sesungguhnya berdasarkan
atau Kementerian sektor terkait dapat
prioritisasi pembangunan infrastruktur
data yang ada.
memberikan dukungan kelayakan
hendaknya memiliki tolok ukur yang
lainnya pada kegiatan distribusi air
jelas atas kelayakan sebuah proyek
tersebut.
agar dapat memutuskan moda
B.
Pengaruh ruang lingkup KPBU
terhadap pemberian DK
atas
perencanaan
dan
Karakteristik proyek di sektor air
penyediaan infrastruktur apa yang
Sehubungan dengan besaran DK
dan sektor-sektor tertentu lainnya yang
tepat untuk diambil. Salah satu kriteria
yang merupakan porsi tertentu dari
cenderung highly regulated khususnya
yang dapat digunakan adalah adanya
biaya konstruksi, maka ruang lingkup
terkait ruang lingkup kerja sama,
nilai minimum IRR proyek untuk
KPBU berpengaruh signifikan terhadap
seringkali menimbulkan problematika
proyek KPBU.
36
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Sumber Gambar : djppr.kemenkeu.go.id
C.
Analisis manfaat sosial-ekonomi
infrastruktur dimaksud agar diperoleh
dalam pengajuan DK
landasan pemberian DK yang dapat
Pada umumnya, apabila DK
yang dibayarkan.
Sehubungan dengan pentingnya
dipertanggungjawabkan. Analisis
dibayarkan selama masa konstruksi
evaluasi atas kelayakan finansial
tersebut juga merupakan komponen
maka nilai DK lebih kecil dibandingkan
sebuah proyek, maka analisis kela-
penting dalam merencanakan dan
dengan nilai DK yang dibayarkan
yakan ekonomi atas sebuah proyek
memprioritaskan proyek infrastruktur
setelah masa konstruksi. Hal ini
juga menjadi tidak kalah penting.
mana yang akan diberikan DK
dikarenakan adanya biaya bunga
Proyek yang dapat diusulkan untuk
dan berapa nilai DK yang sanggup
selama masa konstruksi yang harus
memperoleh DK dikenal memiliki
diberikan untuk mendukung tujuan
ditanggung oleh Badan Usaha yang
kelayakan ekonomi, namun hanya
strategis pembangunan infrastruktur
merupakan komponen yang dapat
memiliki kelayakan finansial yang
di Indonesia. Dengan demikian,
diperhitungkan dalam DK. Sebaliknya,
marginal. Hal ini berarti bahwa
pemberian DK dapat bersifat lebih
risiko konstruksi bagi Pemerintah
proyek tersebut membawa manfaat
strategis dan menjadi sebuah
akan lebih besar jika DK dibayarkan
terhadap pertumbuhan ekonomi
portofolio fiskal Pemerintah dalam
selama masa konstruksi. Jika DK
dan kesejahteraan umum namun
menyediakan infrastruktur.
dibayarkan setelah konstruksi selesai
hanya sedikit saja (atau bahkan tidak)
dan infrastruktur dapat digunakan
Pilihan waktu pembayaran DK
secara operasional, maka Pemerintah
dikeluarkan untuk menyediakan
selama masa konstruksi atau
mengalihkan
infrastruktur dimaksud. Contoh atas
setelah masa konstruksi
konstruksi kepada Badan Usaha.
infrastruktur ini adalah instalasi air
Sesuai dengan Pasal 20(1) PMK
Pilihan waktu pembayaran
minum, layanan kesehatan dan rumah
223/2012, DK dapat dibayarkan secara
DK pada dasarnya adalah upaya
sakit, layanan pendidikan, kesenian,
langsung kepada Badan Usaha
pengelolaan risiko konstruksi yang
olahraga, dan sebagainya.
dapat mengembalikan biaya yang
D.
risiko
kegagalan
pada periode tertentu selama masa
terkait langsung dengan harga
Proyek-proyek infrastruktur sosial
konstruksi atau pada saat layanan
(pricing) atas risiko tersebut. Oleh
seperti dicontohkan di atas berpotensi
infrastruktur sudah dapat digunakan
karena itu, evaluasi atas permohonan
diusulkan untuk memperoleh DK
secara operasional (tercapainya
DK harus mampu menyediakan
karena biaya yang dibutuhkan untuk
commercial operation date). Pilihan
kuantifikasi atas risiko tersebut sebagai
menyediakan infrastruktur tersebut
waktu pembayaran DK tersebut
bahan pengambilan keputusan dalam
pada umumnya tidak sepadan dengan
diputuskan oleh Komite Dukungan
memilih opsi waktu pembayaran
tarif pendapatan yang mampu atau
Kelayakan pada saat mengevaluasi
DK yang tepat. Misalnya, apabila
mau dibayar oleh pengguna. Oleh
permohonan DK yang disampaikan
Pemerintah menyetujui membayarkan
karena itu, perlu disusun analisis
oleh PJPK. Perbedaan antara kedua
DK setelah masa konstruksi dengan
manfaat sosial-ekonomi (social cost
alternatif tersebut pada dasarnya
konsekuensi nilai DK yang lebih besar
and benefit analysis) atas proyek
terletak pada (1) risiko dan (2) nilai DK
senilai Rp50 miliar dalam rangka
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
37
O
P
I
N
I
mengalihkan risiko konstruksi, maka Pemerintah harus mempunyai
informasi kuantitatif yang memadai
atas besarnya manfaat pengalihan
risiko konstruksi yang akan diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui
apakah tambahan Rp50 miliar akibat
pemilihan opsi waktu pembayaran
DK setelah masa konstruksi telah
memberikan nilai (value) yang
maksimal bagi Pemerintah selaku
pemberi DK.
E.
Prinsip pengguna membayar
dalam proyek yang diajukan
untuk mendapatkan DK
Sesuai dengan Pasal 8 PMK
223/2012, DK hanya dapat diajukan
untuk proyek yang di dalamnya me-
O
P
I
N
I
Sumber Gambar : jatim.merdeka.com
miliki prinsip pengguna membayar.
yar halmana transaksi pembayaran
siapa pihak yang akan mengembalikan
Namun, tidak terdapat penjelasan
tersebut dilakukan tidak secara
investasi Badan Usaha, dan bukan
lebih rinci tentang batasan dan
langsung kepada Badan Usaha,
siapa yang membayar atas layanan
interpretasi atas prinsip tersebut.
namun melalui perantara dalam hal
infrastruktur yang diberikan. Oleh
Secara filosofis, terdapat dua prinsip
ini BUMN/D yang berwenang.
karena itu, perlu disusun sistematika
pembayaran atas layanan infrastruktur:
Selain itu, pembatasan pengajuan
kebijakan dukungan kelayakan yang
(1) pengguna membayar (user pay)
permohonan DK hanya untuk pro-
komprehensif dan tidak bersilangan
dan (2) Pemerintah membayar
yek yang menggunakan prinsip
antara satu sama lain.
(government pay). Pemberian DK
pengguna membayar berpotensi
dimaksudkan untuk meringankan
menimbulkan kerancuan dengan
tarif yang dibayar pengguna agar
kebijakan dukungan kelayakan
tarif tersebut tetap terjangkau.
lainnya
dengan
rangka mendukung penyediaan
Namun demikian, seringkali terdapat
Pembayaran Ketersediaan Layanan
infrastruktur adalah sebuah torehan
beberapa kerancuan dalam memahami
(Availability Payment). Kebijakan
kemajuan dalam sejarah KPBU di
prinsip pengguna membayar yang
Pembayaran Ketersediaan Layanan
Indonesia. Pemerintah Indonesia
dapat mengganggu pemahaman atas
(PKL) diatur dalam Peraturan Menteri
beserta para PJPK selama lima tahun
kebijakan pemberian DK.
Keuangan Nomor 260/PMK.08/2016
terakhir telah menunjukkan komitmen
yang
dikenal
PENUTUP
Kebijakan pemberian DK dalam
Sebagai contoh, proyek SPAM
(PMK 260/2016). Dalam Pasal 5 PMK
yang tinggi dalam menerapkan KPBU
(dan juga proyek penyediaan listrik)
260/2016 disebutkan bahwa PKL
di Indonesia, salah satunya melalui
mengenal skema offtake dalam
hanya diperuntukkan bagi proyek
kesediaan untuk berpartisipasi dalam
struktur KPBU. Badan Usaha akan
yang pengembalian investasinya tidak
mewujudkan tata kelola pemberian DK
memroduksi air minum atau energi
berdasarkan tarif yang dibayar oleh
yang baik. Beberapa hasil evaluasi yang
sesuai dengan kapasitas dan kualitas
pengguna. Merujuk pada Setiawan,
disajikan dalam artikel ini diharapkan
yang disyaratkan. Selanjutnya, BUMN/
Damayanty, dan Ircham (2014), baik
dapat bermanfaat untuk menjadi
BUMD yang berwenang (yang disebut
DK maupun PKL sesungguhnya adalah
pembelajaran (lessons learned)
sebagai offtaker) akan membeli air
bentuk dukungan kelayakan dari
bagi para pemangku kepentingan
atau energi tersebut sesuai dengan
Pemerintah yang tidak ditentukan
proyek KPBU di Indonesia. Akhirnya,
harga yang diperjanjikan. BUMN/D
oleh siapa yang membayar kepada
perjalanan menuju tata kelola KPBU
tersebut kemudian akan menjual air
Badan Usaha. Menurut penulis,
dan pemberian DK yang efektif akan
atau listrik tersebut kepada pengguna
interpretasi yang penting untuk
terus bergulir dan dibutuhkan upaya
sesuai dengan tarif yang ditetapkan.
dikomunikasikan kepada publik
bersama dari segenap pemangku
Skema ini menunjukkan adanya
dan para PJPK terkait kebijakan
kepentingan untuk dapat mewujudkan
variasi dari prinsip pengguna memba-
dukungan kelayakan terletak pada
cita-cita tersebut. n
38
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Prospek KPBU AP dalam
Menjaga Kesehatan
APBN
Oleh: Lukman Z.H. Harahap1 dan Merta Liana Hafita2
1. Kepala Seksi Koordinasi Fasilitasi Dukungan Pemerintah, Dit. PDPPI, DJPPR; e-mail : [email protected]
2. Pelaksana pada Direktorat PRKN, DJPPR, e-mail : [email protected]
PENDAHULUAN
sentral kebijakan fiskal dengan baik
Sedangkan dalam fungsi stabilitas,
Perekonomian suatu negara, ti-
untuk menjaga APBN tetap sehat
APBN
dak selalu bisa berjalan mulus sesuai
serta meningkatkan kredibilitas
Pemerintah dalam menjaga stabilitas
perencanaan yang telah disusun.
APBN agar lebih realistis, efisien dan
perekonomian dalam hal terjadi
Berbagai faktor baik internal mau-
berkesinambungan. Dalam penge-
guncangan ekonomi yang sangat
pun eksternal dapat membuat
lolaan stabilitas ekonomi makro,
ekstrem.
perekonomian berfluktuasi. Untuk
kebijakan fiskal akan berinteraksi
Tantangan APBN dalam men-
mengantisipasi
yang
dengan kebijakan moneter, mengi-
jalankan fungsi-fungsinya saat ini
berlebihan, dikenal dua kebijakan
ngat setiap perubahan yang terjadi
menjadi sangat berat mengingat
Pemerintah, yaitu kebijakan fiskal
pada variabel-variabel ekonomi makro
kondisi perekonomian global yang
dan kebijakan moneter. Kebijakan
akan berpengaruh pada APBN.
belum stabil sehingga mempengaruhi
fluktuasi
merupakan
tools
bagi
fiskal merupakan proses penetapan
Dalam pelaksanaannya, APBN
pajak dan pengeluaran Pemerintah
menjalankan tiga fungsi utama yaitu
namun disisi lain kebutuhan belanja
dalam rangka mempertahankan
fungsi alokasi, distribusi dan stabilitas.
Pemerintah semakin meningkat dalam
pertumbuhan ekonomi, kesempatan
Dalam fungsi alokasi, APBN digunakan
rangka mencapai target pertumbuhan
kerja yang tinggi, dan membebaskan
untuk mengatur penggunaan pen-
ekonomi, terutama untuk memenuhi
dari inflasi yang tinggi atau ber-
dapatan negara untuk dibelanjakan
kebutuhan pembiayaan penyediaan
gejolak (Samuelson, 2001). Secara
pada pos-pos belanja negara seperti
infrastruktur yang membutuhkan dana
sederhana kebijakan fiskal adalah
pendidikan, kesehatan, perlindungan
sebesar Rp4.796,2 triliun untuk tahun
kebijakan yang dilakukan Pemerintah
sosial, transfer daerah maupun
2015-2019.
untuk mengendalikan perekonomian
pembangunan infrastruktur dengan
Untuk menutup gap antara
dengan mengubah-ubah anggaran
memperhatikan target prioritas
penerimaan dan belanja, Pemerin-
penerimaan dan pengeluaran peme-
pembangunan tahun berjalan. Dalam
tah
rintah (Manurung, 2009). Sarana
menjalankan fungsi distribusi, APBN
pembiayaan melalui utang yang
yang digunakan oleh Pemerintah
diharapkan dapat menciptakan
diarahkan untuk belanja produktif
dalam menjalankan fungsi fiskalnya
pemerataan untuk menurunkan
seperti pembiayaan DAK Fisik,
adalah Anggaran Pendapatan dan
ketimpangan pendapatan antar
Dana Desa, pembangunan sektor
Belanja Negara (APBN). Pemerintah
wilayah di Indonesia yang biasa
infrastruktur, pendidikan, kesehatan,
harus menjalankan peran dan fungsi
diukur dengan koefisien Gini.
dan perlindungan sosial.
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
capaian
penerimaan
menggunakan
negara,
instrumen
39
O
P
I
N
I
kan penurunan besaran defisit keseimbangan primer untuk menjaga
agar APBN tetap sehat. Salah satu
bentuk creative financing yang sudah
lengkap payung hukumnya serta
sudah digunakan untuk pembiayaan
beberapa proyek infrastruktur adalah
kerja sama Pemerintah dengan badan
usaha (KPBU).
TENTANG KPBU
Salah satu cara untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi adalah
dengan melakukan pembangunan.
Sumber: DJA, Kementerian Keuangan
O
P
I
N
I
Saat ini Pemerintah sedang gencar-
Dari grafik di atas, dapat dilihat
Dalam rangka penurunan besar-
gencarnya melakukan pembangunan
bahwa kenaikan pembiayaan neto
an defisit keseimbangan primer,
infrastruktur, hal ini tercermin dalam
seiring dengan kenaikan pos-pos
Pemerintah
melakukan
Rencana Pembangunan Jangka
belanja produktif. Namun demikian
peningkatan target penerimaan
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
disisi
belanja
maupun dengan penurunan alokasi
yang menyebutkan bahwa kebutuhan
yang ekspansif tanpa diimbangi
belanja. Namun, dengan kondisi
pendanaan infrastruktur yang meliputi
kenaikan pendapatan negara akan
ekonomi global yang belum stabil
pembangunan sektor transportasi,
menyebabkan terjadinya defisit
serta harga komoditas yang belum
energi, telekomunikasi, sumber daya
keseimbangan primer (negative
membaik, pilihan kebijakan fiskal
air, dan permukiman adalah sebesar
primary balance).
lain,
kebijakan
dapat
untuk meningkatkan target pene-
Rp 4.796 triliun. Dari jumlah tersebut,
Keseimbangan primer (primary
rimaan yang cukup signifikan dari
pendanaan yang dapat dipenuhi oleh
balance) merupakan neraca yang
tahun-tahun sebelumnya belum
APBN dan APBD hanya mencakup
memperlihatkan
pendapatan
menjadi pilihan yang tepat. Di sisi lain,
Rp 1.978,6 triliun (atau 41,3 persen).
dikurangi belanja, namun tidak
dengan massive-nya pembangunan
Untuk itu, dibutuhkan sebuah inovasi
termasuk data pembayaran bunga
infrastruktur saat ini, Pemerintah
(alternatif) pembiayaan yang efektif
utang dalam besaran belanjanya.
membutuhkan anggaran belanja
dalam menghadapi hal tersebut.
Jika nilainya positif (surplus) berarti
infrastruktur yang cukup besar. Untuk
Di banyak negara, Public-
bunga utang dibayar dari pendapatan,
itu, dibutuhkan creative financing
Private Partnership (PPP) sudah
namun sebaliknya jika negatif (defisit)
yang diharapkan akan menjadi solusi
dikenal sebagai solusi untuk isu
berarti sebagian bunga utang dibayar
dalam mencapai target pembangunan
yang disebutkan di atas. PPP adalah
bukan dari pendapatan, melainkan
Infrastruktur namun tetap mengupaya-
kerja sama antara Pemerintah dan
dari utang baru. Tahun 1998 hingga
tahun 2011 keadaan keseimbangan
primer
masih
surplus.
Grafik keseimbangan primer 2012-2018*
Defisit
keseimbangan primer Pemerintah
untuk pertama kalinya terjadi pada
APBN 2012. Dari grafik di bawah ini
dapat dilihat bahwa dalam enam
tahun terakhir, Indonesia mengalami
defisit pada keseimbangan primernya
dan besarannya cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian bunga
utang dibayar dari penerbitan utang
baru yang menyebabkan rasio utang
terhadap PDB setiap tahunnya semakin
meningkat.
40
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur dalam RPJMN 2015-2019
(dalam triliun rupiah)
hal lain dengan skala
prioritas yang lebih
tinggi. Keunggulan
lainnya
adalah
risiko-risiko terkait
konstruksi, operasi
dan pemeliharaan
yang
sebelumnya
ditanggung Pemerintah dialihkan ke
Badan Usaha yang
dianggap
lebih
kompeten dalam pengelolaannya. Lewat
AP, Pemerintah juga
bisa
Sumber: RPJM 2015-2019, Bappenas.
memberikan
kepastian pengembali-
swasta untuk membagi risiko dan
diatur dalam Peraturan Menteri
an investasi ke Badan Usaha dan
tanggung jawab dalam penyediaan
Keuangan No.260 Tahun 2016. Skema
Badan usaha tidak menanggung risiko
infrastruktur (Grimsey, Darrin dan
ini adalah satu dari beberapa pilihan
permintaan atau demand risk.
Lewis, Mervyn, 2002). Di Indonesia,
mekanisme pengembalian investasi
Keunggulan skema ini bukan
PPP dikenal dengan istilah Kerja sama
secara berkala, umumnya tiap tahun
hanya terletak pada keuntungan
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
(annually) oleh Kementerian/Kepala
yang didapatkan Pemerintah dan
yang diatur dalam Peraturan Presiden
Lembaga/Kepala Daerah kepada
Badan Usaha, tetapi juga keuntungan
(Perpres) Nomor 38 Tahun 2015. KPBU
Badan Usaha. Pembayaran dilakukan
bagi masyarakat sebagai pengguna,
merupakan perjanjian yang memuat
berdasarkan atas tersedianya layanan
karena masyarakat akan mendapatkan
skema jangka panjang pembagian
infrastruktur yang sesuai dengan
layanan dengan kualitas yang
risiko antara pihak Pemerintah
kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
lebih baik yang menekankan pada
dan Badan Usaha beserta insentif
ditentukan dalam perjanjian KPBU.
kebutuhan mereka. Biaya keseluruhan
dan penalti pada pelaksanaannya
Pembayaran dilakukan setelah proyek
siklus hidup proyek (project life cycle
dalam penyediaan layanan dan atau
infrastruktur mulai beroperasi.
cost) juga menjadi lebih rendah
infrastruktur publik. KPBU menjanjikan
Melalui skema Availability Pay-
dengan menerapkan AP sebagai
proses yang transparan dan kejelasan
ment, Pemerintah akan membayar
skema pengembalian investasi,
pengembalian investasi kepada pihak
Badan Usaha atas investasi, biaya
dibandingkan pola konvensional
swasta serta memungkinkan seleksi
operasional serta keuntungan yang
sehingga penyediaan infrastruktur
dan pemberian tanggung jawab kepada
layak berdasarkan perhitungan yang
menjadi lebih efisien dalam jangka
pihak Badan Usaha untuk melakukan
matang sesuai hasil studi kelayakan
panjang.
pengelolaan secara optimal dan
dan negosiasi dengan Badan Usaha.
efisien sehingga layanan publik dapat
Badan Usaha akan diberi konsesi untuk
pengadaan yang dimaksud di para-
digunakan untuk jangka waktu yang
melaksanakan pelayanan tersebut
graf atas bisa terwujud dengan
lama. Ada dua cara pengembalian
dalam jangka waktu tertentu. Setelah
AP, karena dengan menerapkan
investasi dalam skema KPBU, yaitu User
jangka waktu kerja sama selesai,
skema tersebut, Pemerintah bisa
Payment dan Avalaibility Payment.
seluruh aset akan menjadi milik
menjamin pelaksanaan lebih dari satu
Pemerintah.
pembangunan proyek tiap tahunnya,
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (“AVAILABILITY
PAYMENT/AP”) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP APBN
Jika
dibandingan
Menurut
penulis,
efisiensi
dengan
mengingat karakteristiknya sebagai
Pengadaan Konvensional, Skema
pengembalian investasi berkala.
AP memiliki beberapa keunggulan.
Pengembalian secara berkala ber-
Pertama, Pemerintah tidak terbebani
langsung bersamaan untuk beberapa
Salah satu skema KPBU yang
dengan biaya konstruksi proyek
proyek sekaligus, sehingga efisiensi
dapat difasilitasi adalah Pembayaran
infrastruktur yang besar di tahap
waktu untuk pengadaan infrastruktur
Ketersediaan Layanan atau Availability
awal sehingga dana APBN yang
layanan publik bisa tetap terjaga.
Payment (AP) sebagaimana telah
terbatas dapat dialokasikan untuk
Jika dianalogikan dengan membeli
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
41
O
P
I
N
I
furnitur rumah, AP adalah skema
Selain mempercepat program
lebih baik. Dalam jangka panjang,
pembayaran angsuran untuk memiliki
penyediaan infrastruktur, skema
stabilitas pengeluaran negara akan
beberapa furnitur sekaligus yang bisa
AP juga akan menumbuhkan dan
membantu proses perencanaan
dipakai oleh pemilik rumah sesuai
memperkuat kepercayaan Badan
anggaran dan alokasi pembiayaan
kebutuhan mereka. Sistem ini lebih
Usaha terhadap Pemerintah. Dari
pembangunan secara keseluruhan.
efisien ketimbang membeli perabot
sisi pengelolaan keuangan negara,
Keunggulan Skema AP juga terlihat
satu-persatu karena keterbatasan
skema AP juga berkontribusi
terhadap tahapan pengadaan
anggaran.
terhadap kestabilan keuangan
infrastruktur yang lebih efisien
Perbedaan Pengadaan Konven-
karena dengan pembayaran berkala,
karena pembagian peran sudah lebih
sional dengan Penggunaan Skema AP
arus pembiayaan dari APBN tiap
jelas dan terpusat, seperti bisa dilihat
bisa dilihat pada grafik berikut ini:
tahunnya dapat direncanakan secara
di Diagram 1.
O
P
I
N
I
Sumber: RPJM 2015-2019, Bappenas.
Sumber: Recent Developments in Public Private Partnerships ACI-NA/World Annual Conference, September 25, 2016
42
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Di negara lain, skema serupa
mengambil keuntungan dari fasilitas-
Pada lampiran Peraturan Menteri
Availability Payment juga telah
fasilitas tersebut yang menjadikan
Keuangan Nomor 260 tahun 2016
diaplikasikan dan mencapai hasil
skema pembayaran serupa AP.
mengenai Tata Cara Perencanaan
nyata. Di Australia misalnya, skema ini
Beberapa contoh proyek yang sudah
dan Penyiapan Skema Pembayaran
dikenal dengan nama Performance-
menerapkan skema ini adalah proyek
Ketersediaan Layanan pada Proyek
Based Annuity Scheme.
pembangunan dan pengoperasian
KPBU disebutkan bahwa PJPK harus
Australia telah berhasil mene-
sekolah, proyek rumah sakit, proyek
menyusun Prastudi Kelayakan pada
rapkan model PBAS untuk proyek-
lapas, proyek pengolahan air bersih
tahap penyiapan sebelum bisa
proyek dengan skema PPP, misalnya
dan beberapa proyek jalan.
mendapatkan Surat Konfirmasi
proyek Peninsular Link dan proyek
Kedua contoh di atas semakin
alasan
Pendahuluan yang diterbitkan
rumah sakit anak di Melbourne.
memperkuat
mengapa
oleh·Direktorat Jenderal Pengelolaan
Banyak pelajaran yang bisa diambil
AP menjadi skema yang lebih
Pembiayaan dan Risiko melalui
dari pengalaman mereka mengenai
unggul
dengan
Direktorat Pengelolaan Dukungan
keuntungan menggunakan PBAS.
pembayaran konvensional dalam hal
Pemerintah dan Pembiayaan Infra-
Australia sendiri telah menggunakan
kontribusinya terhadap APBN dan
struktur. Surat konfirmasi ini menjadi
PBAS sejak tahun 1990-an, dan PBAS
iklim perekonomian yang lebih sehat
penanda bahwa rencana PJPK untuk
telah mendapat reputasi sebagai
di Indonesia.
menggunakan skema Pembayaran
dibandingkan
skema yang membawa efisiensi dalam
pengadaan, nilai uang yang lebih baik,
manajemen berbasis kinerja dan fokus
Ketersediaan Layanan pada proyek
IMPLEMENTASI PROYEK AP
DAN MASA DEPANNYA
KPBU telah selaras dengan tujuan,
kriteria dan prinsip sebagaimana
menyeluruh untuk eksekusi proyek
Pelaksanaan proyek AP akan
ditetapkan dalam PMK tersebut, dan
dengan transfer risiko yang adil / dapat
melalui dua proses bisnis utama yaitu
Studi Pendahuluan telah memuat
dikelola.
tahap perencanaan dan pelaksanaan.
deskripsi umum mengenai jenis dan
Contoh lain skema serupa AP di
Tahap Perencanaan dimulai dengan
wujud layanan.
Negara lain adalah Private Finance
penyusunan rencana penggunaan
Dalam hal PJPK atau pihak yang
Initiative (PFI), sebuah metode yang
skema Pembayaran Ketersediaan
bertugas untuk menyiapkan Proyek
sudah dijalankan di Jepang sejak 1999.
Layanan oleh PJPK. Kementerian
KPBU dapat menyimpulkan secara
PFI sendiri bukan hanya mengenai
Keuangan akan melakukan asistensi
definitif bahwa rencana penggunaan
skema pembayaran, tetapi lebih
kepada PJPK guna menyelaraskan
skema Pembayaran Ketersediaan
menitikberatkan pada manajemen
tujuan-tujuan, kriteria-kriteria dan
Layanan pada Proyek KPBU dapat
proyek. Dengan kata lain, PFI adalah
prinsip-prinsip penggunaan skema
dilanjutkan, maka dalam Kajian
bentuk dari public-private partnership
AP. Hasil dari proses perencanaan akan
Prastudi Kelayakan, selain memuat
(PPP) yang memaksimalkan ke-
dituangkan dalam Studi Pendahuluan.
mengenai kajian yang diperlukan
mampuan pihak swasta dalam
Selanjutnya, PJPK akan melakukan
menurut peraturan perundang-
pembiayaan, pengelolaan dan ke-
Prastudi Kelayakan dan penyiapan
undangan mengenai KPBU, harus
mampuan teknis dalam konstruksi,
Rancangan Perjanjian KPBU serta
memuat pula kajian mengenai
dan pemeliharaan fasilitas-fasilitas
Komitmen Pelaksanaan Pembayaran
penggunaan skema Pembayaran
publik. Lewat PFI, pihak swasta bisa
Ketersediaan Layanan.
Ketersediaan Layanan.
Alur Tahap Perencanaan
Sumber: PMK No. 260 tahun 2016
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
43
O
P
I
N
I
Formulasi Ketersediaan Layanan
yang ditawarkan bisa dilihat di tabel
berikut ini:
Capex + Opex +ROI
Masa Pelaksanaan KPBU
= P (Rp...................../tahun)
Keterangan:
Capex : Biaya Capex, termasuk
biaya konstruksi, penggunaan bahan/alat, pembebasan lahan/sewa dan
biaya ekslasi harga dan
kontingensi
Opex :
Biaya Opex, termasuk
biaya pemeliharaan, biaya
SDM, biaya pergantian
alat atau risiko kehilangan,
dan tidak termasuk biaya
Sumber Gambar: kominfo.go.id
O
P
I
N
I
biaya promosi dan biaya
Selanjutnya proses pelaksanaan
dengan jaringan baru yang akan
pengelolaan pendapatan
dimulai dengan proses pengadaan
dibangun di wilayah timur Indonesia
tarif layanan
(lelang) untuk memilih Badan Usaha
(Palapa Ring-Timur).
yang mampu menyediakan layanan
Timur akan dibangun sejauh 4.450
Investasi, adalah keuntung-
dengan biaya terendah. Pelelangan
km yang terdiri dari sub marine
an Badan Usaha Pelaksana
akan bersifat terbuka, transparan dan
cable sejauh 3.850 km dan land cable
untuk dapat menjalankan
kompetitif. Badan Usaha pemenang
sepanjang 600 km dengan landing
lelang akan melaksanakan penyediaan
point sejumlah lima belas titik pada 21
Pembayaran Ketersediaan Layanan
layanan sesuai dengan spesifikasi
kota/kabupaten.
dilaksanakan setiap bulan dan dihitung
Palapa Ring-
ROI :
Tingkat Pengembalian
operasional kegiatan
output yang disepakati dalam per-
Pembiayaan Palapa Ring meng-
sesuai dengan rumus penghitungan
janjian kerja sama. Pemerintah secara
gunakan skema KPBU, sesuai Perpres
berkala akan membayar jasa penye-
no. 38 Tahun 2015 dengan konsep
diaan layanan selama masa kerja sama.
BOOT (Build-Own-Operate-Transfer)
Meskipun terhitung baru, skema
dan menerapkan skema pembayaran
AP ini sudah diterapkan di Indonesia
ketersediaan layanan (AP). Skema
Ketersediaan Layanan.
untuk proyek berskala besar seperti
Availability Payment diprakarsai oleh
• n adalah Bulan pelayanan.
Palapa Ring. Proyek infrastruktur
Kementerian Keuangan dan meng-
• BKn adalah Biaya Kapasitas.
telekomunikasi berupa pembangunan
gunakan sumber dana AP yang ber-
• Dn, adalah total Denda Kegagalan
serat optik di seluruh Indonesia
asal dari Dana Kontribusi Universal
sepanjang 36.000 kilometer ini sudah
Service Obligation (USO) yang dikelola
Kejelasan dan transparansi for-
mendapatkan pembiayaan (financial
oleh Balai Penyedia dan Pengelola
mula besaran cicilan yang harus
close) dan diprediksi selesai dibangun
Pembiayaan Telekomunikasi dan
dibayarkan oleh PJPK merupakan
dan siap beroperasi pada 2019.
berikut ini:
APn= BKn - Dn
Dengan ketentuan:
• AP
adalah
Pembayaran
Kinerja
Informatika (BP3TI). Nilai investasi
keuntungan dari penggunaan skema
Palapa Ring sendiri terdiri atas
untuk proyek ini sebesar Rp1,28 triliun
AP karena alokasi dana menjadi
tujuh lingkar kecil serat optik (untuk
untuk paket barat, Rp1,38 triliun untuk
lebih bisa diprediksi dan di saat yang
wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
paket tengah dan Rp5,13 triliun untuk
bersamaan kualitas layanan bisa
Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan
paket timur.
terjaga karena adanya Service Level
Maluku) dan satu backhaul (pengantar
Komponen biaya yang dapat
Agreement (SLA) yang menjadi bagian
data) untuk menghubungkan semua-
dibayarkan oleh AP adalah biaya
skema tersebut. SLA adalah metode
nya. Pembangunan ini ditargetkan
modal, biaya operasional, dan
yang menjelaskan secara rinci dan
untuk bisa menjangkau 440 kota
keuntungan wajar yang diperoleh
mendokumentasikan komitmen antara
dan kabupaten di seluruh Indonesia,
badan usaha pelaksana selama masa
pihak-pihak terkait untuk memfasilitasi
dengan mengintegrasikan jaringan
konsesi, yang untuk Palapa Ring
berjalannya pembayaran hutang yang
yang sudah tersedia sebelumnya
adalah 15 tahun.
lancar. SLA sangat membantu dalam
44
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Sumber Gambar: Antara/Tommy Saputra
memantau terjaganya kinerja selama
dengan risiko yang relatif rendah
nonfisik. Pemenuhan ini mutlak
proses pelunasan karena kaitannya
mengingat pendapatannya dijamin
ada agar tidak ada pengurangan
yang erat dengan denda kegagalan
oleh Pemerintah. Bagi Pemerintah,
pembayaran dari Pemerintah ke pihak
kinerja yang berpengaruh terhadap
skema KPBU dengan AP bisa
swasta, karena pihak swasta dianggap
AP tiap bulannya.
berkontribusi dalam mewujudkan
sudah memenuhi tanggung jawabnya.
Adanya SLA dalam skema AP yang
APBN yang sehat.
Dinamika yang dihasilkan dari
digunakan Kemkominfo misalnya,
Eksplorasi skema AP membuka
pengimplementasian skema AP
bisa dihitung per bulan dengan
ruang bagi masyarakat untuk sesegera
tersebut nantinya bisa memberikan
menggunakan rumus:
mungkin menikmati layanan publik
kenyamanan kepada badan usaha
yang berkualitas. Pengertian kata
dalam berinvestasi untuk proyek
“berkualitas” di atas tidak hanya
infrastruktur yang biasanya adalah
Jika SLA > threshold maka tidak perlu
mengacu kepada aspek fisik, tetapi
proyek jangka panjang. Dampak positif
ada denda
juga nonfisik, seperti pemenuhan
yang dihasilkan tidak hanya terlihat
Jika SLA < threshold, maka perhitungan
kebutuhan yang memang diperlukan
dari APBN dan APBD dengan output
denda menggunakan rumus berikut:
masyarakat, atau dampak positif yang
yang lebih stabil dan nyata, tetapi juga
Denda/bulan = (SLAthreshold - SLAactual) x
bisa didapatkan oleh masyarakat di
meningkatkan kepercayaan badan
masa depan dari keberadaan layanan
usaha untuk berinvestasi di Indonesia.
insentif per_bulan
Denda tiap bulan tersebut bisa
tersebut.
Implementasi skema AP juga
mempengaruhi besaran AP sekaligus
Sebagai contoh, proyek pemba-
akan memberikan dampak positif
mendorong terjaganya kualitas
ngunan rumah sakit yang berkualitas
kepada setiap Kementerian dan
layanan selama masa konsesi.
tidak hanya bisa diukur melalui
Lembaga, yaitu mendorong K/L
Beberapa proyek lain di sektor
aspek fisik seperti gedung baru dan
beralih dari penyediaan infrastruktur
jalan tol maupun non tol, proyek lapas
peralatan yang modern, tetapi juga
melalui belanja kontraktual tradi-
dan rumah sakit serta fasilitas umum
aspek nonfisik seperti pelayanan
sional menjadi penerapan belanja
yang saat ini sedang dalam proses
yang lebih sigap atau efek jangka
berbasis
perencanaan juga sudah memutuskan
menengah bahkan panjang bagi
based budgeting), sehingga akan
untuk menggunakan skema AP.
kesehatan pasien usai dirawat di
memberikan leveraging yang lebih
rumah sakit. AP menjadi senjata
besar terhadap APBN. Pengadaan
yang ampuh untuk mengupayakan
fasilitas layanan publik yang ada pun
Di masa mendatang, skema
pencapaian kualitas semacam ini,
akan meningkat, tidak hanya dari segi
KPBU dengan AP memberikan
mengingat untuk proyek KPBU, pihak
kuantitas, tapi juga dari segi kualitas,
peluang yang sangat besar kepada
swasta harus bisa memenuhi standar
yang nantinya mampu menciptakan
semua pemangku kepentingan infra-
pelayanan minimum yang sudah
kesejahteraan sosial yang merata dan
struktur untuk mengembangkan
disepakati dalam perjanjian, baik
iklim perekonomian yang lebih sehat
usaha yang bersifat jangka panjang
yang menyangkut aspek fisik maupun
di Indonesia. n
PENUTUP
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
kinerja
(performance
45
O
P
I
N
I
Efisiensi KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur
Oleh: Rahmat Mulyono1 dan Sevi Wening Perwitasari2
1. Pelaksana pada Direktorat PDPPI, DJPPR, e-mail: [email protected]
2. Mahasiswa pada Program Diploma IV Akuntansi PKN STAN, e-mail: [email protected]
O
P
I
N
I
D
i tengah maraknya isu
Domestik Bruto (PDB) di tahun 2016
pemenuhan sekitar 36,5% dari total
bertambahnya
utang
sekitar Rp 12.406,8 triliun (BPS, 2017),
kebutuhan pendanaan infrastruktur
polemik
belanja infrastruktur Indonesia hanya
menggunakan dana swasta dalam
mencapai sekitar 2% dari PDB.
RPJMN 2015-2019.
negara
dan
penggunaan
utang
yang dinilai tidak menyejahterakan
Berdasarkan data dari McKinsey
Peraturan Presiden Nomor 38
rakyat, Pemerintah terus berupaya
(2013), selama kurun waktu 1999-
Tahun 2015 tentang Kerja sama
menyampaikan pesan positif bahwa
2011 beberapa negara dengan per-
Pemerintah dengan Badan Usaha
Pemerintah sedang bekerja mem-
tumbuhan ekonomi yang cukup baik di
dalam Penyediaan Infrastruktur
bangun Indonesia. Pemahaman yang
tengah melemahnya pasar global rata-
menjadi tonggak baru paradigma
salah kaprah tentang utang negara
rata mengalokasikan lebih dari 4%
KPBU. Peraturan tersebut merupakan
dan urgensinya tampaknya perlu
PDB untuk belanja infrastruktur. India,
penyempurnaan atas Peraturan
diklarifikasi. Pada kenyataannya,
tercatat mengalokasikan sekitar 4,7%
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 dan
Indonesia saat ini dalam proses
PDB untuk infrastruktur sementara
perubahannya. Melalui perluasan dari
mengubah arah pembangunan
Jepang rata-rata menganggarkan 5%
delapan sektor infrastruktur menjadi
dan berupaya semaksimal mungkin
belanja infrastruktur dari PDB-nya.
19 sektor infrastruktur yang dapat
untuk meningkatkan ketersediaan
Sejauh ini persentase anggaran belanja
dibangun dengan mekanisme KPBU,
infrastruktur di seluruh penjuru negeri.
infrastruktur tertinggi dialokasikan
Pemerintah berupaya untuk membuka
Dalam Rencana Pembangunan
oleh Tiongkok yang mencapai 8,5%
kesempatan seluas-luasnya kepada
dari PDB.
pemilik otoritas untuk menstrukturkan
Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019,
Pemerintah memperkirakan adanya
Dengan tingginya kebutuhan
proyeknya sebagai proyek KPBU.
kebutuhan pembangunan infra-
infrastruktur Indonesia dan keterbatas-
Berbagai fasilitas pun telah disiap-
struktur dasar sebesar Rp 4.796 triliun.
an sumber daya yang ada, Pemerintah
kan hingga ke perangkat legal
Sementara pada 2015, APBN nyatanya
harus beralih dari pendanaan
pendukung implementasinya. Melalui
hanya mampu menganggarkan
penyediaan infrastruktur yang
Kementerian Keuangan, Pemerintah
sebesar Rp 189,7 triliun, dilanjutkan
sepenuhnya menggunakan APBN/
telah menyatakan kesiapannya
dengan sekitar Rp 313,5 trilliun pada
APBD menuju ke langkah strategis
untuk mendukung proyek-proyek
2016 dan Rp 387,3 triliun pada 2017.
untuk mencari alternatif pendanaan.
KPBU dengan menyediakan fasilitas
Walaupun secara persentase alokasi
Salah satu upaya nyata Pemerintah
penyiapan proyek (Project Development
belanja infrastruktur meningkat
adalah dengan mengadopsi skema
Facility), dukungan kelayakan atas
dengan cukup masif pada kisaran rata-
Public-Private Partnership (PPP),
sebagian biaya konstruksi (Viability
rata 104,2% dari alokasi 2015 hingga
atau ditranslasikan sebagai Kerja
Gap Fund), penjaminan infrastruktur,
2017, jumlah tersebut belum dapat
Sama Pemerintah dengan Badan
dan skema pembayaran ketersediaan
dikatakan signifikan. Dengan Produk
Usaha (KPBU), dan menargetkan
layanan (Availability Payment).
46
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
MENGAPA KPBU?
infrastruktur bagi kepentingan
Konsep KPBU
dianggap sebagai
skema pengadaan
infrastruktur yang
strategis, yang
mampu membantu
Pemerintah
menyiapkan proyek
infrasruktur dengan
berfokus pada
sisi kemanfaatan
proyek
Kesiapan Kementerian Keuangan
untuk mendukung implementasi
KPBU, tampaknya belum didukung
oleh kesiapan Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD
yang berperan sebagai Penanggung
Jawab Proyek Kerja sama (PJPK).
Calon PJPK potensial tampaknya
belum
sepenuhnya
menyadari
keuntungan dari KPBU. Terjebak
dalam paradigma penganggaran dan
pengadaan tradisional menggunakan
Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010, praktik pengadaan
infrastruktur dengan skema KPBU
lebih banyak dipandang dari sisi
umum dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan
sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko
di antara para pihak. KPBU menjadi
suatu mekanisme kontrak tunggal
komprehensif dengan Badan Usaha
untuk menyediakan infrastruktur yang
telah disepakati spesifikasi dan alokasi
risikonya. Sementara, pengadaan
infrastruktur dalam konteks tradisional
pada praktiknya terbagi ke dalam
beberapa proses yang cenderung tidak
kompleksitas semata dibandingkan
terintegrasi, sehingga manajemen
dengan mekanisme pengadaan
dibandingkan skema tradisional yang
risikonya cenderung diterapkan secara
biasa, apalagi dibandingkan dengan
mengalami eskalasi rata-rata sebesar
minimal.
sistem investasi swasta konvensional
52%. Dari sisi ketepatan waktu, jika
Konsep KPBU dianggap sebagai
pada BUMN/BUMD pada umumnya.
diukur sejak dari pengumuman sampai
skema pengadaan infrastruktur yang
Padahal, disadari atau tidak nyatanya
dengan beroperasi, keterlambatan
strategis, yang mampu membantu
Pemerintah sedang berupaya memak-
pada proyek KPBU sedikit lebih
Pemerintah menyiapkan proyek
simalkan sumber daya untuk mengejar
besar daripada skema tradisional
infrasruktur dengan berfokus pada
ketertinggalan infrastruktur dengan
yaitu 17,4% berbanding 15,4% pada
sisi kemanfaatan proyek. Dengan masa
shifting anggaran subsidi ke belanja
skema tradisional. Namun, jika
konsesi yang panjang, skema KPBU
infrastruktur dan optimalisasi alokasi
diukur dari sejak ditandatanganinya
mendorong pemilik proyek untuk
sumber daya melalui skema-skema
kontrak sampai dengan beroperasi,
mentranslasikan kualitas pelayanan
pembiayaan yang inovatif seperti
keterlambatan proyek KPBU hanya
yang ingin disediakan dalam kurun
KPBU. Optimalisasi ini termasuk
1,4% dibandingkan 25,9% pada
waktu tersebut, kemungkinan untuk
mengupayakan efisiensi sumber daya
skema tradisional. Hal ini dikarenakan
mencapainya, biaya yang dibutuhkan,
yang dimungkinkan untuk dicapai
ketika kontrak sudah ditandatangani,
dan bagaimana memitigasi risiko-
melalui pengadaan infrastruktur
pada proyek KPBU lebih sedikit
risiko yang mungkin muncul selama
dengan skema KPBU. Pergeseran
terjadi perubahan atau penyesuaian
masa konstruksi dan konsesi tanpa
paradigma ini sudah barang tentu
dibandingkan skema tradisional.
harus memilih opsi dengan biaya
perlu dukungan optimal dari otoritas
Di Inggris, berdasarkan laporan
terendah. Selain memungkinkan
National Audit Office (NAO) tahun
dicapainya value for money, KPBU juga
Di balik kompleksitasnya, skema
2009, hanya 31% dari proyek KPBU
memberi ruang inovasi dengan adanya
KPBU di banyak negara terbukti lebih
yang mengalami keterlambatan
fleksibilitas metode dan desain yang
efektif dan efisien dibandingkan skema
penyelesaian, sementara 37% proyek
dapat dieksplorasi oleh Badan Usaha
pengadaan tradisional. Di Australia,
non-KPBU mengalami keterlambatan
untuk menyediakan infrastruktur yang
berdasarkan studi yang dilakukan
penyelesaian. Selain dari efisiensi
diharapkan.
terhadap 67 proyek oleh tim University
waktu, efisiensi biaya juga terjadi pada
of Melbourne pada tahun 2008, biaya
proyek KPBU di mana 65% proyek
proyek lebih mendekati biaya yang
KPBU sesuai dengan perkiraan biaya
Penyiapan dan transaksi proyek
diperkirakan apabila dilaksanakan
sementara pada proyek non-KPBU
KPBU memang merupakan proses
dengan skema KPBU daripada skema
hanya 54%.
yang kompleks, yang memerlukan
pemilik proyek.
EFISIENSI DALAM KPBU
pengadaan tradisional. Proyek
Menurut Perpres 38 Nomor Tahun
kesabaran dan komitmen yang tinggi.
KPBU, sejak pengumuman hingga
2015, KPBU didefinisikan sebagai
Pada tahapan ini bisa jadi biaya yang
beroperasi, mengalami eskalasi biaya
kerja sama antara Pemerintah dan
dikeluarkan lebih besar daripada
rata-rata sebesar 23,8%, lebih kecil bila
Badan Usaha untuk menyediakan
pengadaan tradisional. Namun,
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
47
O
P
I
N
I
mengukur efisiensi dalam KPBU tidak
hanya dilihat pada jangka waktu yang
pendek saja tetapi keseluruhan waktu
KPBU mulai dari awal hingga akhir.
Indikator utama untuk mengukur efisiensi proyek KPBU adalah
dengan menghitung value for
money (VfM). Value for money
berarti mencapai kombinasi yang
optimal antara manfaat dan biaya
untuk menghasilkan layanan yang
diinginkan pengguna. Analisis
VfM pada KPBU diperlukan dalam
rangka menilai apakah KPBU akan
memberikan nilai (value) yang lebih
baik kepada publik dibandingkan
O
P
I
N
I
atau menanggungnya. Badan Usaha
Tujuan KPBU
adalah tersedianya
layanan
infrastruktur
kepada masyarakat
atau tersedianya
manfaat dari aset
infrastruktur yang
akan digunakan
oleh Pemerintah
untuk pelayanan
publik
biasanya lebih efisien (biayanya lebih
rendah) dalam mengelola risiko tertentu melalui proses penilaian dan
penanganan risiko yang lebih baik.
Dengan ditransfernya sejumlah
risiko yang signifikan kepada badan
usaha, hal ini akan mendorong
investor dan lembaga pembiayaan
untuk melakukan uji tuntas masingmasing secara mendalam. Pengalihan
sebagian risiko kepada badan usaha
pada akhirnya akan menurunkan
biaya proyek bagi Pemerintah dan
menurunkan risiko para pembayar
pajak.
dengan pengadaan tradisional.
Dalam kondisi pasar yang te-
Dengan kata lain, melalui analisis
lah mature, upaya badan usaha
VfM, suatu KPBU diuji apakah KPBU
tidak ada pembayaran kepada badan
untuk memaksimalkan keuntungan
akan memberikan tambahan efisiensi
usaha selama masa konstruksi proyek.
cenderung akan diupayakan melalui
dibandingkan penurunan efisiensi.
Kontrak tersebut dapat meliputi men-
inovasi. Proses lelang yang terbuka
Dalam The APMG Public-Private
desain, membangun, membiayai,
dan kompetitif diharapkan akan
Partnership (PPP) Guide disebutkan
mengoperasikan, dan memelihara
memperketat kompetisi dan untuk
bahwa setidaknya terdapat enam
aset infrastruktur. Hal ini berbeda
memperoleh kesempatan tersebut,
faktor yang memengaruhi efisiensi
dengan pengadaan tradisional
badan usaha akan mengoptimalkan
dalam KPBU yakni, pengelolaan biaya
di mana kegiatan perencanaan,
kelebihan-kelebihan yang ada
(cost management), pengelolaan
pembangunan, dan pemeliharaan
padanya untuk menciptakan dan/
biaya siklus proyek (life-cycle cost
bisa terpisah masing-masing satu
atau menawarkan metode-metode
management), inovasi (innovation),
kontrak tersendiri dan menghasilkan
yang baru dan lebih efektif. Meskipun
pengelolaan risiko (risk management),
penyedia yang berbeda-beda. KPBU
pengadaan konvensional telah
keandalan (reliability), dan optimalisasi
akan mendorong Badan Usaha untuk
memberi ruang untuk kontes dan
pemanfaatan aset (utilization). Ke-
mendesain dan membangun aset
sayembara, pada praktiknya dalam
enam faktor tersebut saling terkait
infrastruktur yang menghasilkan
pengadaan infrastruktur spesifikasi
satu sama lain dan tidak dapat di-
efisiensi biaya pemeliharaan dalam
teknis umumnya telah ditentukan oleh
pisahkan.
jangka panjang. Dalam posisi men-
Pemerintah sehingga tidak memberi
KPBU memberikan fleksibilitas
cari keuntungan, Badan Usaha akan
kesempatan kepada badan usaha
bagi Badan Usaha untuk melakukan
meminimalisasi risiko kerugian
untuk melakukan inovasi.
pengelolaan biaya (cost management)
yang diakibatkan oleh kesalahan
KPBU bukanlah semata ter-
di antaranya melalui negosiasi dengan
perencanaan dan pengeluaran sumber
bangunnya aset infrastruktur, namun
subkontraktor dan fleksibilitas
daya dalam jumlah besar selama
lebih dari itu, tujuan KPBU adalah
pengelolaan tenaga kerja. Secara
periode konsesi yang panjang. Upaya-
tersedianya layanan infrastruktur
konsep, dalam KPBU risiko tersebut
upaya meningkatkan keuntungan
kepada masyarakat atau tersedianya
dialokasikan kepada Badan Usaha
dengan mengurangi biaya konstruksi
manfaat dari aset infrastruktur yang
karena dianggap lebih mampu untuk
agar mendapat margin yang lebih
akan digunakan oleh Pemerintah
mengelolanya. Selain itu, motif Badan
besar saat operasi dan pemeliharaan
untuk pelayanan publik. Perjanjian
Usaha untuk mencari keuntungan
dapat dihindari.
KPBU secara jelas mendefinisikan
juga akan mendorong efisiensi dalam
pengelolaan biaya proyek.
Alokasi risiko yang optimal
layanan yang harus disediakan oleh
antara Pemerintah dan Badan Usaha
badan usaha kepada pengguna.
Penyediaan infrastruktur melalui
dalam KPBU memegang peran yang
Sebagai contoh, misalnya dalam
KPBU biasanya dilaksanakan melalui
penting dalam keberhasilan KPBU.
penyediaan
suatu kontrak komprehensif dengan
Risiko dialokasikan kepada pihak
diperjanjikan adalah tersedianya air
jangka waktu yang panjang dan
yang paling mampu mengelola
minum dengan jumlah dan kualitas
48
INFO RISIKO FISKAL
air
minum,
yang
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
dan pertumbuhan ekonomi secara
yang telah ditetapkan, bukan
Banyak risiko
terkait proyek yang
dapat dihindari
dengan KPBU,
tetapi risiko
yang lebih nyata
bagi implementasi
KPBU adalah tidak
adanya komitmen
dari pemilik
proyek
tersedianya fasilitas pengolahan
air minum. Badan Usaha akan
membangun fasilitas pengolahan air
minum, dengan fleksibilitas teknis
dan inovasi, untuk dapat menyediakan
air minum dengan jumlah dan
kualitas tersebut sepanjang masa
perjanjian. Dengan demikian, KPBU
menjamin keandalan tersedianya
layanan
yang
bermuara
pada
efisiensi karena Pemerintah tidak lagi
direpotkan dengan kebutuhan untuk
pengoperasian dan pemeliharaan
fasilitas.
Efisiensi KPBU juga dapat dicapai
agregat. Karena itulah, tahapantahapan dalam KPBU harus dilakoni
secara benar dan telaten. Komitmen
jangka panjang diperlukan tidak
hanya dari sisi badan usaha, tetapi juga
Pemerintah sebagai pemilik proyek.
Banyak risiko terkait proyek
yang dapat dihindari dengan KPBU,
tetapi risiko yang lebih nyata bagi
implementasi KPBU adalah tidak
adanya komitmen dari pemilik
proyek. Untuk itulah, kesadaran dan
pemahaman akan potensi besar atas
penerapan KPBU perlu dimiliki oleh
organisasi publik, baik dari level teknis
hingga tataran strategis. Dengan
melalui optimalisasi pemanfaatan aset.
perspektif, pemahaman, dan tujuan
Untuk memaksimalkan pendapatan,
aset harus dimanfaatkan seoptimal
bisa mencapai 2 tahun. Tidak hanya
yang sama, sinergi sektor publik akan
mungkin. Badan usaha bisanya lebih
dari sisi biaya, KPBU juga harus
mampu membawa konsep manfaat
efektif dalam melakukan optimalisasi,
memperhatikan aspek-aspek lain
dan efisiensi KPBU menjadi instrumen
misalnya dengan promosi atau
seperti aspek legal, teknis, dan
peningkatan kesejahteraan yang nyata
mendesain infrastruktur sehingga
substantif, termasuk ketersediaan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
tidak ada bagian yang sia-sia. Selain itu,
sumber daya manusia yang mumpuni
di dalam perjanjian KPBU, Pemerintah
untuk pembentukan tim KPBU.
Boleh dikatakan, KPBU di Indonesia saat ini masih berada di tahap
dapat memberikan hak kepada badan
Selain itu, beberapa aspek penting
awal. Tantangan untuk mendapatkan
usaha untuk dapat memanfaatkan aset
untuk memastikan tercapainya
manfaat dari skema KPBU masih
infrastruktur sehingga mendapatkan
efisiensi dalam KPBU juga perlu
cukup banyak, baik dari sisi kapasitas
pendapatan tambahan. Sebagai con-
diperhatikan. Berdasarkan referensi
dan kesiapan institusi pengelola
toh, dalam pengelolaan jalan tol,
Bank Dunia, struktur proyek, tingkat
dan pelaksana, tingkat kepercayaan
badan usaha dapat membangung
kompetisi badan usaha dalam sektor
investor dan pasar, serta ketertarikan
fasilitas penunjang, misalnya area
infrastruktur terkait, dan ketertarikan
badan usaha. KPBU belum diterapkan
perbelanjaan, rest area, saluran untuk
investor menjadi syarat agar value
secara matang dalam berbagai sektor,
kabel serat optik, pipa, dan lain-lain.
for money dapat dicapai. Untuk itu
dan mungkin belum dapat mencapai
Jika terdapat kelebihan keuntungan,
proses pemilahan proyek yang layak
efisiensi optimal seperti konsep dan
Pemerintah juga dapat mensyaratkan
untuk dilaksanakan dengan skema
keberhasilan praktiknya di negara
adanya bagi hasil.
KPBU juga perlu dijalankan dengan
lain. Walaupun demikian, KPBU
optimal. Dalam kondisi di mana
bisa dikatakan lebih efektif untuk
Pemerintah memilih KPBU sebagai
meningkatkan kualitas perencanaan,
Walaupun menjanjikan banyak
the last resources tanpa adanya ketiga
belanja, dan pemeliharaan aset publik.
manfaat, KPBU tentunya memiliki
faktor tersebut, ada kemungkinan
Untuk itu, dalam semangat continuous
tantangan
bahwa efisiensi tidak dapat tercapai.
improvement atas pelayanan ke-
SISI LAIN
tersendiri.
Proses-
proses untuk menyusun spesifikasi,
Proses yang panjang dalam skema
pada publik, implementasi dan
mengalokasikan risiko, melakukan
KPBU tak pelak merupakan hal mutlak
pengembangan KPBU harus didorong
lelang badan usaha, serta memilih
untuk mencapai efisiensi. Keuntungan
bersama oleh semua pihak. Dengan
metode penyelesaian proyek yang
yang ditawarkan KPBU bukan minimal
kerja sama aktif segenap intitusi
tepat cenderung kompleks dan tidak
dan tidak semata-mata hanya muncul
yang terlibat, serta upaya untuk
instan. Perencanaan dan penyiapan
untuk proyek. KPBU menawarkan
mengundang partisipasi aktif badan
proyek membutuhkan setidaknya
nilai maksimal atas penggunaan dana
usaha dalam pembangunan, manfaat-
minimal 6 bulan dan untuk beberapa
dari pembayar pajak dengan manfaat
manfaat dari penerapan skema KPBU
proyek dengan nilai besar dan
jangka panjang bagi pasar, penerima
akan dapat dirasakan langsung oleh
kompleksitas tinggi, proses tersebut
manfaat proyek, pengelola anggaran,
masyarakat. n
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
49
O
P
I
N
I
Mewaspadai Risiko Fiskal
dari Perjanjian KPBU
Oleh: Rahmat Mulyono
Pelaksana pada Direktorat PDPPI, DJPPR, e-mail : [email protected]
D
O
P
I
N
I
i tengah kebutuhan penda-
Infrastruktur dalam Proyek Kerja
berdasarkan kinerja.
naan infrastruktur yang be-
Salah satu karakteristik utama
Sama Pemerintah dengan Badan
gitu besar, skema kerja sama
dalam KPBU adalah terdapat alokasi
Usaha yang Dilakukan Melalui Badan
Pemerintah dengan badan
risiko. Keterlibatan pihak swasta
Usaha Penjaminan Infrastruktur.
usaha dalam penyediaan infrastruktur
dalam KPBU tidak berarti mengalihkan
Penjaminan Infrastruktur diberikan
(KPBU) menjadi skema pendanaan
seluruh risiko kepada pihak swasta.
terhadap pembayaran kewajiban
yang menjanjikan. Sejak diterbitkannya
Alokasi risiko yang optimal dalam
finansial PJPK, yaitu kewajiban untuk
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
KPBU adalah bahwa risiko dialokasikan
membayar kompensasi finansial kepada
67 Tahun 2005 tentang KPBU dalam
kepada pihak yang paling mampu
badan usaha atas terjadinya risiko
Penyediaan Infrastruktur, hingga saat
mengelola atau menanggungnya.
infrastruktur yang menjadi tanggung
ini paling tidak telah terdapat 17 proyek
Sebagai contoh, perubahan hukum/
jawab pihak PJPK sesuai dengan
KPBU yang telah ditandatangani
peraturan perundang-undangan
alokasi risiko sebagaimana disepakati
perjanjian kerja samanya. Ke depan,
merupakan risiko yang berasal dari
dalam perjanjian kerja sama. Risiko
jumlah proyek infrastruktur yang
pihak Pemerintah sehingga pihak
Infrastruktur adalah peristiwa-peristiwa
menggunakan skema KPBU akan terus
yang paling tepat untuk menanggung
yang mungkin terjadi pada proyek
bertambah. Di samping memberikan
risiko adalah Pemerintah, dalam hal ini
KPBU selama berlakunya perjanjian
alternatif pendanaan pembangunan
penanggung jawab proyek kerja sama
KPBU yang dapat memengaruhi secara
infrastruktur, skema KPBU dapat
(PJPK). Sementara risiko keuangan
negatif investasi badan usaha, yang
memunculkan risiko fiskal yang perlu
proyek, pihak yang paling tepat untuk
meliputi ekuitas dan pinjaman dari
diwaspadai dan dikelola dengan baik
menanggungnya adalah pihak swasta
pihak ketiga.
oleh Pemerintah.
mengingat pihak swasta lebih memiliki
Perjanjian KPBU menjabarkan ke-
fleksibilitas untuk melakukan mitigasi
wajiban masing-masing pihak, termasuk
risiko, misalnya dengan asuransi dan
kewajiban finansial PJPK apabila PJPK
lindung nilai/hedging.
melakukan atau tidak melakukan suatu
KARAKTERISTIK KPBU:
ALOKASI RISIKO
Menurut Panduan Referensi Kemitraan Pemerintah Swasta Versi 2.0
yang diterbitkan oleh IIGF, secara
perbuatan yang dapat menyebabkan
RISIKO INFRASTRUKTUR DAN
RISIKO FISKAL
timbulnya kewajiban finansial tersebut.
Tin-dakan atau tiadanya tindakan PJPK
umum kerja sama Pemerintah dengan
Berdasarkan Peraturan Presiden
tersebut secara umum disebut sebagai
badan usaha atau Public-Private
Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja
risiko politik. Sebagai contoh, dalam
Partnership (PPP) dapat didefinisikan
Sama Pemerintah dengan Badan
perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT),
sebagai suatu kontrak jangka panjang
Usaha dalam Penyediaan Infra-
PJPK dapat menjanjikan diberikannya
antara suatu pihak swasta dan suatu
struktur, Pemerintah dapat memberi-
kompensasi tunai kepada badan
badan Pemerintah untuk menyediakan
kan penjaminan terhadap KPBU.
usaha jalan tol (BUJT) apabila terdapat
suatu aset atau layanan publik, dan
Penjaminan Pemerintah tersebut di-
keterlambatan pengadaan tanah atau
berdasarkan kontrak tersebut, pihak
berikan dalam bentuk Penjaminan
keterlambatan dalam perubahan tarif
swasta menanggung risiko signifikan
Infrastruktur yang dilaksanakan ber-
sesuai yang diperjanjikan. Demikian
dan tanggung jawab pengelolaan
dasarkan Peraturan Presiden Nomor
halnya apabila terjadi penghentian
dengan remunerasi yang ditentukan
78 Tahun 2010 tentang Penjaminan
perjanjian (terminasi) yang disebabkan
50
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
oleh risiko politik, misalnya adanya
Komitmen PJPK
untuk melaksanakan
usaha terbaiknya
dalam mengendalikan,
mengelola atau mencegah, dan mengurangi dampak
terjadinya risiko
infrastruktur yang
menjadi tanggung
jawab PJPK merupakan salah satu syarat
dapat diberikannya
Penjaminan
Infrastruktur
tindakan atau tiada tindakan pemerintah, perubahan hukum, cidera janji
Pemerintah, atau keadaan kahar, PJPK
memberikan kompensasi kepada BUJT.
Terjadinya keterlambatan pengadaan tanah atau keterlambatan
dalam perubahan tarif atau terjadinya terminasi tentu saja tidak
dapat diperkirakan pada saat PJPK
dan badan usaha menandatangani
perjanjian kerja sama. Timbulnya
kewajiban PJPK untuk memberikan
kompensasi finansial tersebut adalah
karena kejadian lain di masa depan
yang tidak dapat diprediksi. Dengan
demikian, kewajiban finansial tersebut
dapat digolongkan sebagai kewajiban
kontingensi.
Di sisi lain, kewajiban kontingensi
memenuhi kewajiban finansialnya
pada kesempatan pertama. Komitmen
PJPK untuk melaksanakan usaha
terbaiknya dalam mengendalikan,
mengelola atau mencegah, dan
mengurangi dampak terjadinya risiko
infrastruktur yang menjadi tanggung
jawab PJPK merupakan salah satu
syarat dapat diberikannya Penjaminan
Infrastruktur. Pun bilamana PJPK tidak
sanggup melaksanakan kewajiban
finansialnya, PJPK tetap berkewajiban
untuk memenuhi regres, yaitu hak
penjamin untuk menagih PJPK
atas klaim penjaminan yang sudah
dibayarkan dengan memperhitungkan
nilai waktu uang (time value of money)
dari jumlah yang dibayarkan tersebut.
Sebagaimana telah diuraikan di
atas, kewajiban finansial PJPK atas
merupakan salah satu risiko fiskal.
infrastruktur pada proyek KPBU,
timbulnya risiko infrastruktur juga
Pemerintah telah melaporkan risiko
penjaminan pada pinjaman langsung
merupakan kewajiban kontinjensi,
fiskal di dalam Nota Keuangan dan
BUMN kepada lembaga keuangan
yang seyogyanya dapat dimasukkan
APBN sejak tahun 2008 hingga seka-
internasional, penjaminan pada
sebagai risiko fiskal. Jika dalam
rang. Dalam Nota Keuangan dan
proyek jalan tol Trans-Sumatera, dan
Penjaminan Pemerintah terhadap
APBN Tahun 2017, risiko fiskal diartikan
penjaminan dalam penyediaan pem-
proyek KPBU pemilik risikonya adalah
sebagai segala sesuatu yang di masa
biayaan infrastruktur daerah melalui
Menteri Keuangan, maka dalam hal
mendatang dapat menimbulkan
penugasan kepada PT SMI (Persero).
kewajiban finansial atas timbulnya
tekanan fiskal terhadap APBN. Sumber
Kewajiban kontingensi yang ber-
risiko fiskal dalam APBN 2017 meliputi
sumber dari penjaminan infrastruktur
risiko infrastruktur dalam proyek KPBU
(1) risiko asumsi dasar ekonomi makro,
pada proyek KPBU berasal dari Pen-
(2) risiko pendapatan negara, (3) risiko
jaminan Pemerintah bersama-sama
belanja negara, (4) risiko pembiayaan,
dengan Penjaminan PT PII pada
dan (5) risiko fiskal tertentu. Kewajiban
proyek KPBU. Kewajiban kontingensi
Apakah PJPK, terutama Menteri/
kontingensi termasuk dalam risiko
di sini merupakan kewajiban Menteri
Kepala Lembaga dan Kepala Daerah,
pembiayaan.
Keuangan selaku pemberi jaminan atas
telah menyadari adanya risiko fiskal
pemilik risikonya adalah PJPK.
MASALAH YANG MUNGKIN
TIMBUL
Terdapat tiga sumber kewajiban
kemungkinan terjadinya klaim atas
tersebut, telah mengelola dan memiliki
kontingensi yaitu (1) dukungan dan/
penjaminan yang diberikan. Dengan
mekanisme untuk melaksanakan
atau jaminan Pemerintah pada proyek
demikian, kewajiban kontingensi yang
kewajiban finansial tersebut apabila
pembangunan infrastruktur, (2) pro-
bersumber dari penjaminan infra-
terjadi? Hal ini masih perlu dipelajari
gram Jaminan Sosial Nasional dan
struktur pada proyek KPBU belum
lebih lanjut. Untuk PJPK yang
jaminan sosial PNS, dan (3) kewajiban
mencerminkan keseluruhan kewajiban
berupa BUMN atau BUMD, hal ini
mempertahankan modal minimum
kontingensi Pemerintah dalam proyek
tidak menjadi masalah mengingat
pada lembaga keuangan tertentu.
KPBU.
pengelolaan risiko umumnya sudah
Kewajiban kontingensi pada dukungan
Proyek KPBU memang dapat mem-
menjadi bagian dari operasional sehari-
dan/atau jaminan Pemerintah pada
peroleh jaminan Pemerinah terhadap
hari, di samping memiliki mekanisme
proyek pembangunan infrastruktur
kewajiban finansial PJPK yang timbul
keuangan yang lebih fleksibel. Namun,
berasal dari penjaminan pada proyek
atas terjadinya risiko infrastruktur.
instansi Pemerintahan terikat pada
percepatan pembangunan pembangkit
Adanya penjaminan tidak berarti bah-
peraturan perundang-undangan yang
tenaga listrik 10.000 MW tahap II dan
wa kewajiban finansial secara serta
lebih rigid, sehingga kesiapan dan
II, penjaminan pada proyek percepatan
merta beralih kepada pihak penjamin.
kemampuan Pemerintah, baik Pusat
penyediaan air minum, penjaminan
PJPK tetap berkewajiban untuk
maupun Daerah, dalam mengelola dan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
51
O
P
I
N
I
memprediksi terjadinya risiko sangat
diperlukan. Kesiapan dan kemampuan
PJPK untuk melaksanakan sendiri
kewajiban finansialnya apabila terjadi
risiko infrastruktur sangat penting
mengingat sifat penjaminan yang
tidak menghilangkan kewajiban pihak
terjamin (first obligor).
Sebagai ilustrasi, misalnya dalam
suatu proyek jalan tol, PJPK yang
merupakan instansi Pemerintah
Pusat menyatakan akan memberikan
kompensasi tunai apabila terjadi
keterlambatan perubahan tarif. Terjadinya keterlambatan merupakan
kejadian yang tidak dapat diperkirakan
pada saat penandatanganan perjanjian
kerja sama. Pada suatu ketika, PJPK
tidak dapat melakukan perubahan
tarif yang sudah menjadi kewajiban
Pemerintah pada waktu yang telah
O
P
I
N
I
diperjanjikan dan oleh karenanya
PJPK wajib memberikan kompensasi
tunai kepada Badan Usaha Jalan Tol
(BUJT). Tanpa pengelolaan risiko yang
menganggarkan dana kewajiban
Diperlukan suatu
pedoman yang
menjadi dasar PJPK
untuk mengalokasikan anggaran untuk
pembayaran
kompensasi finansial,
yang paling tidak
berisi kriteriakriteria dapat
dianggarkannya
alokasi dana
kompensasi finansial,
mekanisme penganggaran dana
kompensasi finansial,
dan pengaturan
mengenai jenis
belanja serta mata
anggarannya
kontingensi dengan syarat dan
ketentuan tertentu sebagaimana
Kementerian Keuangan selaku penjamin dalam proyek infrastruktur
dapat mengalokasikan dana kewajiban penjaminan Pemerintah. Sementara
untuk jenis anggaran dalam APBN
dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam jenis Belanja Lain-Lain
mengingat pembayaran kompensasi
finansial bukan merupakan aktivitas
yang rutin terjadi.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, terdapat risiko fiskal yang bersumber dari
kewajiban kontingensi dalam perjanjian
KPBU berupa kewajiban PJPK untuk
membayar kompensasi finansial kepada
Badan Usaha atas terjadinya risiko
infrastruktur yang menjadi kewajiban
pihak PJPK berdasarkan alokasi risiko
yang disepakati dalam perjanjian kerja
sama. Meskipun terdapat penjaminan
baik, terdapat kemungkinan PJPK
infrastruktur terhadap proyek KPBU,
tidak dapat memenuhi kewajiban
finansial, yang paling tidak berisi
hal ini tidak berarti menghilangkan
untuk membayar kompensasi tunai
kriteria-kriteria dapat dianggarkannya
kewajiban PJPK untuk melaksanakan
karena kejadian tersebut tidak dapat
alokasi dana kompensasi finansial,
kewajiban tersebut pada kesempatan
diantisipasi sebelumnya dan/atau PJPK
mekanisme penganggaran dana
pertama. Kesadaran (awareness) PJPK,
tidak dapat menganggarkan dana
kompensasi finansial, dan pengaturan
terutama Menteri/Kepala Lembaga/
untuk membayar kewajiban tersebut
mengenai jenis belanja serta mata
Kepala Daerah, atas risiko fiskal
melalui mekanisme APBN sampai
anggarannya. Kriteria penganggaran
yang muncul dari perjanjian KPBU
dengan jatuh temponya kewajiban
dapat berupa adanya suatu kajian
menjadi hal yang penting. Menteri/
tersebut. Ketidakmampuan PJPK, da-
yang menyimpulkan bahwa tingkat
Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang
lam hal ini Menteri/Kepala Lembaga/
keterjadian dan besaran kompensasi
menjadi PJPK dalam proyek KPBU harus
Kepala Daerah, dalam memenuhi
finansial harus diberikan adalah pasti
memiliki mekanisme pengelolaan risiko
kewajiban finansialnya tentu saja dapat
akan terjadi, serta menjelaskan sebab-
yang baik.
menurunkan kredibilitas Pemerintah
sebab terjadinya risiko infrastruktur dan
Kementerian Keuangan, yang
secara umum, yang dapat berdampak
mitigasi risiko yang telah dilaksanakan
terlibat langsung dalam KPBU dan
negatif pada persepsi calon investor
oleh PJPK. Kajian tersebut dapat
pengelolaan risiko fiskal dapat
terhadap KPBU di Indonesia.
dihasilkan jika PJPK memiliki mekanisme
berperan untuk mendorong aware-
Hingga saat ini, belum terdapat
pengelolaan risiko yang baik dan
ness PJPK atas risiko fiskal yang
suatu pedoman atau panduan bagi
efektif. Mekanisme penganggaran
berasal dari perjanjian KPBU dan
PJPK dalam menyusun anggaran
dana kompensasi finansial seyogyanya
membantu PJPK dalam menyusun
dan melaksanakan kewajiban untuk
dapat mendukung PJPK untuk lebih
mekanisme pengelolaan risiko fiskal
membayar kompensasi finansial
antisipatif dan responsif dalam me-
atas pelaksanaan KPBU. Di sisi lain,
kepada Badan Usaha atas terjadinya
laksanakan pembayaran kompenasi
pelaksanaan kewajiban finansial PJPK
risiko infrastruktur. Diperlukan suatu
finansialnya. Mekanisme yang dapat
apabila terjadi risiko infrastruktur
pedoman yang menjadi dasar PJPK
dipertimbangkan misalnya melalui
perlu didukung dengan mekanisme
untuk mengalokasikan anggaran
realokasi anggaran PJPK atau PJPK
perencanaan dan pelaksanaan
untuk pembayaran kompensasi
diberikan wewenang untuk dapat
anggaran yang akomodatif. n
52
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Wawancara Redaksi Buletin Info Risiko Fiskal (IRF)
Ir. Wismana Adi Suryabrata, MIA
Deputi Bidang Sarana & Prasarana Bappenas
Oleh: Riko Amir1, Farid Arif Wibowo2, Hani Widyastuti3, dan Hendro Ratnanto Joni4
1.
2.
3.
4.
Kepala Subdirekorat Mitigasi Risiko APBN, Dit. PRKN, DJPPR, e-mail: [email protected]
Kepala Subdirektorat Persetujuan Dukungan Pemerintah, Dit. PDPPI, DJPPR, e-mail:[email protected]
Kepala Seksi Pengungkapan Risiko Keuangan Negara , Dit. PRKN, DJPPR, e-mail: [email protected]
Kepala Seksi Persetujuan Proyek Sektor I, Dit. PDPPI, DJPPR, e-mail: [email protected]
S
ebagaimana telah kita
Bagaimana pandangan Bapak
ketahui bersama, Pemba-
terhadap target pembangunan infra-
Dalam mencapai prioritas pem-
ngunan infrastruktur saat
struktur saat ini dengan adanya keter-
bangunan tersebut terdapat tiga sektor
ini telah menjadi agenda
batasan APBN?
yang didorong pengembangannya
wilayah.
prioritas nasional. Besarnya kebutuhan
Kita tentunya sudah sering men-
yaitu sektor pertanian, industri, dan
pembiayaan proyek infrastruktur
dengar istilah Pak Jokowi tentang
pariwisata. Pertama adalah sektor
tersebut tentunya tidak bisa semuanya
money follow program yang pada
pertanian, seperti kita ketahui se-
dibiayai oleh APBN. Diperlukan
implementasinya dapat membuat
bagian besar penduduk kita berada
dukungan APBD, BUMN, dan teruta-
prioritas dan target pembangunan
di sektor ini sehingga peningkatan
ma peran swasta untuk dapat ber-
menjadi lebih jelas.
produktivitas di sektor pertanian
kontribusi menutupi kesenjangan
Pada tahun 2017 prioritas pem-
menjadi sangat penting. Kedua adalah
pendanaan infrastruktur. Oleh karena
bangunan Pemerintah ditujukan
sektor industri, dalam jangka panjang
itu, skema Kerja Sama Pemerintah dan
untuk mengatasi ketimpangan sosial
jika kita ingin perekonomian tumbuh
Badan Usaha (KPBU) menjadi salah
dan wilayah, sehingga setiap K/L
tinggi maka industri pengolahannya
satu skema yang diharapkan menjadi
diminta untuk menyusun program
juga harus tumbuh cukup tinggi.
salah satu alternatif pembiayaan
dalam rangka mendukung prioritas
Dengan demikian industri pengolahan
pembangunan infrastruktur dengan
pembangunan tersebut, salah satunya
juga harus didorong. Namun industri
tetap menjaga kesehatan APBN.
adalah program pengembangan
pengolahan itu semakin lama akan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
53
W
A
W
A
N
C
A
R
A
semakin capital intensive. Sedangkan
penyerapan tenaga kerja juga masih
sangat penting dan itu didorong
dari industri yang padat karya, yang
merupakan sektor ketiga, yaitu sektor
pariwisata. Infrastruktur diperlukan
untuk mendukung tumbuhnya ketiga
sektor tersebut.
Tadi saya sebutkan termasuk
program pengembangan wilayah,
karena sebetulnya pada akhirnya
pembangunan sektor yang didukung
infrastruktur dilakukan di wilayah.
Pada sektor pertanian terdapat 15
provinsi yang akan menjadi penghasil
utama produksi padi. Kemudian pada
yang ditambah lagi dengan hasil
Sejak awal kita sudah
mengetahui bahwa
pembangunan
infrastruktur
memang tidak
dapat hanya
mengandalkan
sumber pembiayaan
dari APBN saja,
namun dibutuhkan
juga pendanaan dari
BUMN dan Swasta
kerja kabinet saat ini yang sudah
memperlihatkan selesainya banyak
proyek prioritas.
Saya bersama dengan temanteman yang lain, termasuk Kementerian Keuangan, selalu menggarisbawahi bahwa kita telah
memiliki 4 sektor KPBU yang kuat.
Pertama proyek yang telah mendapat
penjaminan Pemerintah yakni PLTU
Batang, yang mana proyek ini memang
sudah cukup lama dan sekarang
sudah berjalan. Kedua, proyek dengan penjaminan dan Viability Gap
Fund (VGF) seperti SPAM Umbulan.
sektor industri pengolahan, telah
W
A
W
A
N
C
A
R
A
Ketiga adalah proyek dengan
diidentifikasi 14 kawasan industri,
dan BUMN, masih ada porsi yang kita
Availability Payment (AP) seperti yang
seperti di Kuala Tanjung, Sei Mangke
harapkan dari kontribusi swasta yakni
dilaksanakan oleh Kemenkominfo
(Sumatera), kawasan Bitung, dan
sekitar 36%, itulah yang kita pikirkan
pada proyek Palapa Ring. Keempat,
seterusnya. Untuk sektor pariwisata,
sekarang.
proyek yang sebetulnya sudah lebih
terdapat 10 kawasan pariwisata
Melihat progres KPBU sekarang,
dulu dan sebagian konstruksinya
yang menjadi prioritas dan terus kita
sudah banyak proyek yang meng-
dibantu oleh Pemerintah, yaitu proyek
dorong, seperti Borobudur, Mandalika,
gunakan skema KPBU. Menurut
jalan tol.
dan Danau Toba, yang mana tidak
Bapak bagaimana peran KPBU dalam
seluruhnya akan dilakukan dengan
menciptakan APBN agar lebih sehat?
Saya kira kita sudah memiliki
banyak proyek, kalau dihitung mung-
kecepatan yang sama tergantung
Saya pikir yang utama adalah
kin sudah mencapai Rp90-100 triliun
mana yang siap dan mungkin dilihat
seperti yang telah saya gambarkan
yang diselesaikan dalam 2 tahun
dari dampaknya. Intinya infrastruktur
bahwa tidak semuanya harus dari
kabinet ini. Sebenarnya capaian ini
di masa yang akan datang kita dorong
APBN. Intinya kalau kita bicara proyek
dapat memberikan informasi kepada
ke sana.
infrastruktur, ada infrastruktur yang
investor bahwa proyek KPBU di
Sejak awal kita sudah menge-
dapat menarik swasta karena memang
Indonesia ini bukan suatu konsep
tahui bahwa pembangunan infra-
ada porsi yang dapat mereka kerjakan,
saja tapi memang sudah dapat di-
struktur memang tidak dapat hanya
misalnya infrastruktur perusahaan
implementasikan.
mengandalkan sumber pembiayaan
listrik dan perumahan atau lebih
Selanjutnya, bagaimana kita mem-
dari APBN saja, namun dibutuh-
tepatnya real estate. Penyediaan
bawa KPBU lebih maju lagi dengan
kan juga pendanaan dari BUMN
infrastruktur yang dapat dilakukan
lebih banyak lagi contoh-contoh
dan Swasta. Dari total Rp. 4.796
oleh swasta, Internal Rate of Return
dengan suatu kerangka yang sudah
triliun yang dibutuhkan untuk
(IRR)-nya harus lebih dari 13%. Namun,
diimplementasikan dan bagaimana
pembangunan infrastruktur, 40%
ada juga proyek infrastruktur yang
kita dapat lebih banyak memberikan
diantaranya atau sekitar Rp.1.900
diminati swasta yang belum mencapai
dorongan. Tetapi, di sini kita harus
triliun berasal dari APBN. Kemudian
IRR maka akan dibantu kelayakan
bekerja keras untuk mendorong
ada juga yang dari BUMN, dengan
finansialnya oleh Pemerintah sehingga
supaya penyiapan proyek dapat kita
Pemerintah
terdapat kerja sama Pemerintah-
lakukan dengan lebih baik lagi.
memberikan
PMN
maupun penjaminan maka akan
Swasta. Itulah pengertian KPBU.
Salah satu cara yang ditempuh
dapat memperoleh leveraging pem-
Penting untuk mengubah mindset
adalah bagaimana kita berkoordinasi
biayaan yang cukup besar. Untuk
supaya tidak semuanya langsung
dengan lebih baik. Hal ini dilakukan
mengembangkan/menyelesaikan
berpikir untuk minta APBN setiap kali
dengan membentuk Kantor Bersama
infrastruktur, jika equity-nya 30% dan
ada proyek, ini yang harus dapat kita
dengan beberapa kementerian yang
ditambah loan 70% maka lebih banyak
bimbing. Peluang kerja sama tersebut
sangat berkaitan erat dengan KPBU,
yang dapat diselesaikan. Namun
kian kuat karena Pemerintah juga
antara lain Bappenas yang menyusun
disamping pembiayaan dari APBN
telah mengeluarkan Perpres 38/2015
perencanaan bagaimana list proyek
54
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
kita keluarkan, Kementerian Keuangan
itu tentu saja dengan me-maintain
lebih banyak proyek yang kita dapat
dalam hal dibutuhkan VGF dan fasilitas
minat investor, memberikan contoh
transaksikan.
fiskal lainnya, LKPP untuk memastikan
keberhasilan yang sudah dicapai serta
prosedur pengadaan sehingga tidak
memelihara momentum.
Sebagaimana Bapak ketahui
project pipeline/daftar proyek meme-
ada keraguan pada sisi PJPK, BKPM
Bagi Investor, yang pertama kali
gang peranan penting dalam menarik
untuk untuk membantu market
dilihat pada proyek adalah risiko.
minat investor. Bagaimana proses
sounding, dan Menko Perekonomian
Risiko itu ada karena ketidakpastian
perencanaan dan pengidentifikasian
dalam koordinasi lintas sektor. Apabila
mengenai kebijakan atau ketidak-
proyek untuk KPBU di Bappenas?
sejak awal kita sudah duduk bersama
tahuan apakah konsep ini sudah jalan
Pertama, kita tentu meng-
menyiapkan proyek maka semua issue
atau belum. Sebetulnya dengan contoh
identifikasi program prioritasnya dulu.
sudah diidentifikasi dari awal. Dengan
proyek-proyek KPBU tadi dan juga ada
Seperti saya sebutkan sebelumnya,
demikian, rata-rata lama persiapan
proyek unsolicited yang sudah berjalan,
bagaimana kita menciptakan konek-
proyek selama ini sekitar 2-3 tahun,
investor akan melihat bahwa KPBU ini
tivitas dalam rangka pengembangan
dengan cara kerja seperti ini dapat
sudah dijalankan dan ketidakpastian itu
wilayah-wilayah yang dapat men-
diperpendek.
sudah dapat dikurangi.
dukung tiga sektor tadi (sektor
Saat ini, sudah banyak pipeline
Penting memelihara momentum
pertanian, industri, dan pariwisata).
proyek KPBU yang masuk dari bebe-
dan kepercayaan investor bahwa KPBU
Dari sekian banyak proyek yang
rapa kementerian dan Pemerintah
bukan sesuatu yang stop and go, tetapi
diajukan, maka akan dilakukan seleksi
Daerah seperti Kementerian PUPR,
secara continuously dapat dijalankan.
dan prioritisasi misalnya ada proyek
Kementerian Perhubungan, Pemda
Untuk itulah fungsi Kantor Bersama,
yang lebih cocok menggunakan SBSN,
Tangerang Selatan, Bandung, Surabaya,
yang mana perkembangan proyek
PHLN, Rupiah Murni, atau KPBU.
Makassar, Medan, dan Pekanbaru.
dapat dikelola dan diketahui bersama
Dalam hal proyek memiliki value for
secara transparan. Inilah yang saya kira
money (VfM) lebih tinggi dari public
akan lebih membuat investor tertarik.
sector comparator (PSC) maka dapat
Menurut Bapak, seberapa besar
potensi dan minat swasta untuk berkontribusi terhadap pembiayaan
Selain itu kita memang berpacu
infrastruktur di Indonesia? Bagaimana
dengan waktu, kadang-kadang pe-
strategi meningkatkan peran swasta?
nyiapan proyek masih dirasa kurang
Bagaimana kesiapan sektor un-
dikerja samakan dengan swasta dan
dapat masuk daftar proyek KPBU.
Sepengetahuan saya ketika
cepat karena memang waktunya
tuk menjalankan skema KPBU dan
mengadakan market sounding untuk
tidak cukup banyak. Ketika sekarang
bagaimana peranan Bappenas untuk
proyek-proyek kita, minat investor
sudah banyak contoh proyek yang
meningkatkan kapasitas sektor (selaku
nampaknya cukup lumayan besar.
jadi, harusnya kita tidak mulai dari nol
PJPK)?
Pertanyaan berikutnya, bagaimana
lagi. Kalau yang dulu perlu persiapan
Ini memang PR besar, sudah
menjaga minat ini supaya tetap ada
2-3 tahun, bagaimana kalau misalnya
lama kita tidak melakukan build up
dan kita memang betul-betul dapat
kita percepat menjadi satu tahun?
project and capacity lagi. Mungkin
dilibatkan dalam hal ini. Strateginya
Barangkali di tahun depan sudah akan
dulu sempat ada keraguan dan sedikit
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
55
W
A
W
A
N
C
A
R
A
pesimis skema ini dapat berjalan
kita itu jalan. Komitmen untuk kita
kembangkan di daerah lebih spesifik.
atau tidak, sehingga appetite PJPK
bersama-sama menjalankan list project
Saya merujuk kepada skema AP.
terhadap KPBU lemah. Namun saya
itu yang sebetulnya akan menjadi
Sehubungan dengan desentralisasi
kira ketika kita kembali dengan
kunci, kalau itu kita dapat lakukan,
fiskal yang dilakukan, misalnya da-
kerja keras sebagai tim, bersama-
saya kira kita akan dapat men-deliver
lam hal ada gap antara dana yang
sama dengan institusi terkait sebagai
proyek lebih cepat dan juga me-
dialokasikan dengan kesiapan proyek,
satu kesatuan Pemerintah, sekarang
maintain minat investornya.
maka kita dapat mengundang kontri-
appetite-nya sudah mulai banyak.
W
A
W
A
N
C
A
R
A
Mengenai PINA (Pembiayaan
busi swasta untuk menutup gap
Pertanyaannya bagaimana mem-
Infrastruktur Non APBN), posisinya
tersebut agar penyerapan dana lebih
persiapkan kapasitas PJPK? Pertama,
sekarang lebih menyasar ke segmen
baik dan SILPA berkurang. Selain itu,
rencananya nanti di dalam Kantor
yang mana?
manfaat dari penggunaan AP untuk
Bersama akan kita tetapkan capacity
Biasanya pada KPBU lebih cende-
proyek daerah maka risiko-risiko terkait
building yang dibutuhkan misalnya,
rung kepada proyek greenfield.
dengan konstruksi dan operasi menjadi
Kementerian PUPR ingin implementasi
Sedangkan PINA lebih kepada proyek
tanggung jawab swasta. Terkait de-
AP untuk proyek jalan, kalau begitu
brownfield, yang sudah operating, jadi
ngan insentif swasta itu sendiri, akan
capacity building-nya ini sebaiknya
lebih kepada equity participation. Jadi
diperoleh jika mampu men-deliver
di taylor-made yang diarahkan
memang ada segmen yang berbeda.
layanan on schedule dengan kualitas
untuk persiapan proyek jalan supaya
Untuk RPJMN 2015-2019, skema
langsung implementasi. Focal point-
KPBU untuk pembiayaan infrastruktur
nya, kita berikan pengertian atau
memiliki porsi 36%. Menurut penda-
pembelajaran bagaimana mulai
pat Bapak, berapa proyeksi porsi
Saya optimis. Optimisnya didorong
memahami KPBU, menstrukturkannya,
pembiayaan melalui KPBU dalam
karena 1) kita sudah dapat men-deliver
dan menyiapkan dokumennya.
RPJMN mendatang (2020-2024)?
proyek (sudah ada contohnya); 2)
yang baik kepada publik.
Optimisme Bapak terhadap
penerapan KPBU?
Hal yang kedua adalah harus
Kalau saya lebih prefer kita
selama ini kita di Kantor Bersama
dipersiapkan alokasi untuk penyi-
selesaikan dulu di dalam masa yang
mempunyai komitmen tinggi untuk
0apan proyek itu sendiri di dalam
lima tahun ini sehingga kita bisa lebih
mempercepat proyek KPBU; 3) makin
kementerian. Harapan kita bersama
jauh lagi mengetahui seberapa kuat
banyak juga lembaga dan daerah
pada KPBU, ownership tetap ada
kita sebenarnya dapat mendorong
tertarik masuk ke proyek KPBU; dan
di kementerian masing-masing se-
KPBU ini. Walaupun peluang KPBU ini
4) investor baik dalam negeri maupun
hingga pihak yang mengajukan dan
memang besar, kesiapan kita dalam
luar negeri sudah melirik beberapa
menyiapkan adalah kementerian
KPBU harus kita pertimbangkan
sektor infrastruktur KPBU. Tetapi,
sendiri seperti pada proyek SBSN dan
dengan matang, seperti seberapa
optimisme itu harus diwujudkan
PHLN. Namun untuk KPBU, kita akan
cepat kita dapat menyiapkan project
dengan mempertahankan komitmen
bantu dengan memfasilitasi misalnya,
appointment dan yang penting lagi
kita bersama.
dengan pelatihan dan sebagainya.
adalah soal kesiapan proyek itu sendiri.
Menurut opini Bapak, bagaimana
Selain melakukan koordinasi yaitu
Bapak tadi menyampaikan terha-
Kementerian Keuangan sudah mela-
dengan adanya Kantor Bersama, hal
dap K/L dapat dengan capacity by
kukan pengelolaan risiko fiskal dan
apalagi yang menurut Bapak dapat
project kita buatkan taylor-nya, ini
apa yang harus lebih ditingkatkan?
dilakukan Pemerintah untuk mencapai
juga dapat untuk daerah. Hal apa lagi
Menurut saya, sejauh ini teman-
target pembangunan infrastruktur
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
teman di Kementerian Keuangan
dengan skema KPBU?
Pusat untuk meningkatkan kapasitas
sudah dengan baik dalam memberikan
Pemda baik provinsi, kabupaten, dan
support dalam pelaksanaan KPBU. Ke
kota?
depan, tentu kita akan jaga terus,
Sekarang wadahnya itu sudah
kita bentuk, tinggal bagaimana kita
bersama-sama mempunya komitmen
Kalau kita ingin melakukan pro-
dalam artian kita akan menyiapkan
di dalam wadah itu. Komitmen yang
yek KPBU, intinya sama baik bagi
proyek sambil bertanya dengan teman-
sangat penting untuk meyakinkan
Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
teman di Kementerian Keuangan
prosesnya berjalan terus. Misalnya,
hal bentuk kerja samanya, yang ber-
tentang pengelolaan risikonya dan
sekarang paling tidak dua kali seming-
beda barangkali isunya. Mungkin isu
perhitungan contingent liabilities-
gu kita berkomitmen untuk secara
yang ada pada Pemerintah Daerah
nya. Kita harus terbiasa bekerja sama
regular melakukan meeting yang
bukan terkait ketersediaan dana,
sebagai satu tim yang kuat, kalau tidak
berguna untuk memastikan bahwa
karena sering ada SILPA yang cukup
“dikeroyok” bersama maka hal ini
proyek yang ada di dalam pipeline
besar. Jadi mungkin skema yang di-
tidak dapat dilakukan dengan cepat. n
56
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Project Finance - Konsep,
Aplikasi dan Evaluasi
Oleh: Bely Utarja
Praktisi dan Pengajar pada Prasetya Mulya Business School, e-mail : [email protected]
T
ulisan ini berisi materi dasar
dan mengatasi konflik keagenan. Hal
suatu Project Finance. Dari tujuh per-
mengenai konsep, aplikasi,
ini mengantarkan kepada pertanyaan
tanyaan dan jawaban yang diberikan,
dan evaluasi Project Finance.
berikutnya, yaitu mengenai struktur
diharapkan tulisan ini bisa memberikan
Untuk penyederhanaan,
dari Project Finance. Struktur Project
pengetahuan dasar mengenai Project
pendekatan yang digunakan dalam
Finance mengarahkan insentif dan
Finance bagi para pembaca, selain juga
memberikan pemaparan ketiga
kepentingan para partisipan di
sebagai referensi untuk mempelajari
aspek tersebut pada tulisan ini adalah
dalamnya, termasuk pemberi modal
lebih lanjut topik tersebut.
dengan menggunakan pertanyaan.
pinjaman maupun pemberi modal
Pertanyaan pertama terkait dengan
ekuitas. Dalam hal ini, motivasi dari
definisi dari Project Finance. Sebagai
partisipan utama ini perlu diketahui
fenomena
APAKAH YANG DISEBUT
DENGAN PROJECT FINANCE?
yang cukup kompleks,
agar bisa didesain tata kelola yang
Struktur Project Finance berada
tidak ada definisi Project Finance yang
tepat. Pertanyaan selanjutnya ada-
dibalik terbangun dan berjalannya
baku dan diterima oleh semua pihak,
lah mengenai peran perbankan seba-
infrastruktur-infrastruktur utama di
oleh karena itu setelah memaparkan
gai pihak yang dapat membantu
dunia seperti: Terusan Suez, Gedung
beberapa alternatif definisi, pertanya-
penyiapan struktur atau menjadi pihak
Menara Burj Khalifa, EURO-tunnel, dan
an selanjutnya terkait dengan fitur-
yang memanfaatkan struktur tersebut
proyek USD 34 milyar Ichthys Oil Field.
fitur utama dari Project Finance
dalam pemberian pembiayaan.
Struktur ini memiliki kemampuan un-
berdasarkan literatur yang ada.
Dua pertanyaan terakhir adalah
tuk mengatasi tantangan engineering
Salah satu yang mengemuka
yang terkait dengan evaluasi. Yang
yang kompleks sekaligus risiko-risiko
dari fitur-fitur tersebut adalah fungsi
pertama adalah mengenai penilaian
proyek yang tinggi. Tabel 1 memper-
Project Finance sebagai suatu struktur
kelayakan kredit sedangkan yang
lihatkan daftar 10 transaksi Project
tata kelola untuk menghadapi risiko
kedua adalah mengenai valuasi dari
Finance teratas tahun 2016 menurut
Tabel 1: Global Top 10 Project Finance Deals 2016
Sumber : IJGlobal, 2017
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
57
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
IJGlobal. Dua di antara kesepuluh
proyek tersebut adalah proyek yang
berada di Indonesia, yaitu Central
Java Power Plant dan Tangguh LNG
Expansion. Sumber yang sama juga
mencatat bahwa total nilai transaksi
Project Finance di tahun 2016 mencapai
USD 276,9 milyar dari 667 transaksi.
Angka ini masih lebih rendah
dibandingkan tahun 2015, yaitu USD
313,3 milyar dari 892 transaksi.
Terdapat beberapa definisi
mengenai Project Finance, beberapa
yang sering digunakan sebagai
referensi adalah sebagai berikut:
• “Project finance may take the form
of financing of the construction of
a new capital installation, or refi-
manajemen risiko dan alokasi risiko
kepada partisipan proyek merupakan
Project Finance
bukan mengacu pada
suatu pinjaman yang
diberikan pada suatu
proyek, namun lebih
merupakan suatu
pengaturan dengan
struktur tertentu
yang melibatkan
pinjaman kepada
suatu entitas yang
didirikan secara
khusus
faktor terpenting untuk mencapai
kesuksesan (Beiddleman et al., 1990).
Alokasi risiko kepada para partisipan
dalam Project Finance dilakukan
melalui kontrak. Namun efektivitasnya
bergantung
F
I
S
K
A
L
kemampuan
partisipan yang mendapatkan alokasi
risiko (Corielli et al., 2010). Alokasi
risiko yang efisien juga menentukan
keberhasilan untuk mendapatkan
pinjaman dan mengurangi biaya
pinjaman tersebut (Esty, 1999). Dailami
dan Hauswald (2007) menyimpulkan
bahwa biaya pinjaman tersebut
bergantung pada kualitas kontrakkontrak, seperti: supply agreements,
nancing of an existing installation,
E
D
U
K
A
S
I
pada
debt covenants dan debt service
with or without improvements.
inception; will operate in a focused
guarantee. Biaya pinjaman pada
In such transactions, the lender
line of business; and will ask that
proyek public private partnership
is usually paid solely or almost
lenders look only to a specific asset
dengan skema Project Finance hanya
exclusively out of the money
to generate cash flow as the sole
ditentukan oleh systematic risk karena
generated by the contracts for
source of principal and interest
seluruh risiko spesifik sudah dikelola
the facility’s output, such as the
payments and collateral.” (Standard
melalui kontrak-kontrak (Blanc-Brude
electricity sold by a power plant.
& Poor’s Corporation, 2003)
dan Strage, 2007).
The borrower is usually an SPE
Berdasarkan definisi-definisi di
Dibandingkan dengan pinjaman
(Special Purpose Entity) that is not
atas, Project Finance bukan mengacu
sindikasi Corporate Finance, pinjaman
permitted to perform any function
pada suatu pinjaman yang diberikan
sindikasi Project Finance memiliki
other than developing, owning,
pada suatu proyek, namun lebih
waktu jatuh tempo yang lebih panjang,
and operating the installation. The
merupakan suatu pengaturan dengan
lebih banyak jaminan dari pihak
consequence is that repayment
struktur tertentu yang melibatkan
ketiga, dan lebih sering digunakan
depends primarily on the project’s
pinjaman kepada suatu entitas yang
pada investasi di negara berisiko tinggi
cash flow and on the collateral
didirikan secara khusus.
(Kleimeier dan Megginson, 2000).
value of the project’s assets.” (Basel
Committee on Banking Supervision,
International Convergence of Capital
Measurement and Capital Standards
(“Basel II”), November 2005).
Dengan demikian, meskipun non-
APA SAJA FITUR PROJECT
FINANCE DARI LITERATUR
YANG ADA?
recourse, pinjaman Project Finance
memiliki biaya pinjaman yang lebih
rendah. Tidak seperti jenis pinjaman
Praktik Project Finance telah ber-
lainnya, pinjaman Project Finance
• “Project finance involves the
jalan lama, setidaknya sejak kerajaan
memiliki bentuk term structure yang
creation of a legally independent
Inggris pada tahun 1299 mendanai
unik, yaitu tidak linear meningkat
project company financed with
pengembangan tambang perak
seiring dengan peningkatan maturitas
non-recourse debt for the purpose
dengan pinjaman non-recourse dari
(Sorge dan Gardanez, 2004). Sorge dan
of investing in a capital asset, usually
Frescobaldi – sebuah merchant bank
Gardanez (2004) juga menemukan
with a single purpose and a limited
yang berbasis di Florentina. Namun
bahwa political riskguarantee yang
life.” (Benjamin Esty, 2002)
popularitas peng-gunaannya sebagai
diberikan pada pinjaman Project
• “A group of agreements and
suatu struktur untuk pengelolaan
Finance semakin menurunkan garis
contracts between lenders, project
risiko dalam pengembangan proyek-
term structure tersebut ke bawah.
sponsors, and other interested
proyek infra-struktur besar baru terjadi
Sertifikasi pinjaman Project Finance
parties that creates a form of
pada era 1980-an pada sektor energi
oleh bank yang prestisius menurunkan
business organization that will
di Amerika.
biaya pinjaman tetapi dengan banking
issue a finite amount of debt on
58
Pada Project Finance modern,
fees yang lebih tinggi (Gatti, 2013).
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Struktur modal yang optimal
biasa. Struktur modal ini mirip
Mengembangkan
suatu Project Finance
memerlukan
waktu dan biaya
transaksi yang
besar. Oleh karena
itu skala proyek
akan menentukan
apakah manfaat
yang dihasilkan
bisa memberikan
kompensasi yang
sepadan dengan
biayanya
untuk Project Finance berbeda dengan Corporate Finance (Shah dan
Thakor, 1987). Williamson (1988) menyatakan bahwa pinjaman dan ekuitas
jangan hanya dilihat sebagai sekedar
instrumen finansial, tetapi juga
sebagai alternatif struktur tata kelola
(governance structure). Tata kelola
pinjaman bekerja melalui aturan
yang bisa dituangkan dalam bentuk
kontrak-kontrak, berbeda dengan
tata kelola ekuitas lebih bekerja
berdasarkan diskresi. Dalam hal ini
Project Finance mengurangi biaya
keagenan antara pemberi pinjaman
dan penerima pinjaman (Brealey et
al., 1996). Pemisahan proyek dengan
pembentukan Special Purpose Entity
memungkinkan asesmen risiko yang
dengan
yang
terjadi
pada
transaksi pembelian perusahaan
menggunakan pinjaman (Leverage
Buy Out).
• Struktur kepemilikan: memiliki
kepemilikan ekuitas dan pinjaman
yang terkonsentrasi. Mayoritas
pinjaman berasal dari sindikasi
bank, bukan obligasi. Sedangkan
ekuitas umumnya dimiliki oleh satu
sampai tiga perusahaan sponsor.
• Struktur Dewan Komisaris dan
Direksi: umumnya berasal dari
perusahaan sponsor, jumlah
anggotanya dapat semakin banyak
seiring dengan skala proyek.
• Struktur kontrak: Gambar 1 memperlihatkan beberapa kontrak
utama dalam suatu Project Finance.
lebih efisien bagi pemberi pinjaman
transaksi yang besar. Oleh karena
Namun total dari jumlah kontrak
maupun investor ekuitas. Farrell (2003)
itu skala proyek akan menentukan
bisa mencapai puluhan hingga
berargumen bahwa setiap Project
apakah manfaat yang dihasilkan
ribuan, bergantung pada skala
Finance harus dibangun secara khusus
bisa memberikan kompensasi yang
proyek.
(custom) terutama untuk mengelola
sepadan dengan biayanya. Esty (1999)
Pada bagian atas dari Gambar 1
risiko keagenan yang semakin tinggi
menyatakan bahwa meskipun biaya
diperlihatkan bahwa sumber pendana-
dengan semakin banyaknya partisipan
transaksi Project Financing tinggi,
an Project Company (SPE) berasal dari
proyek.
tetapi keberhasilan berjalannya
ekuitas yang disediakan oleh beberapa
Struktur Project Finance juga
struktur tersebut memungkinkan
investor dan Project Finance debt yang
sering digunakan untuk investasi di
sponsor untuk mendapatkan ke-
disediakan oleh beberapa pemberi
negara berisiko tinggi. Project Finance
untungan dari penghematan pajak
pinjaman. Project Finance debt men-
memungkinkan perusahaan multi-
(interest tax shield), lebih rendahnya
dapatkan prioritas utama atas arus
nasional untuk memitigasi risiko
biaya akibat financial distress, dan
kas yang dihasilkan oleh proyek,
politik dan menghadapi obsolescing
mengurangi konflik keagenan.
sedangkan tingkat pengembalian
bargaining (Ramamurti dan Doh,
2004). Risiko politik mendorong investor menggunakan Project Finance dan
ekuitas sangat bergantung kesuksesan
BAGAIMANA STRUKTUR DARI
PROJECT FINANCE?
proyek.
Pendanaan tersebut, terutama
mengundang partisipasi bank-bank
Esty (2003) membagi atribut
Project Finance debt, didukung oleh
pembangunan (Hainz dan Kleimeir,
struktur dari Project Finance menjadi
kontrak-kontrak yang dibuat antara
2012). Konteks institusional suatu
sebagai berikut:
Project Company dengan partisipan
negara akan menentukan kompo-
• Struktur organisasi: Special Purpose
lainnya dalam pengaturan Project
sisi sindikasi bank dalam Project
Entity (SPE)/ Project Company yang
Finance. Kontrak-kontrak tersebut
Finance (Esty dan Megginson, 2003).
merupakan badan hukum yang
antara lain, yang utama:
Obsolescing bargaining merupakan
terpisah dari para sponsornya
• Perjanjian Kerja sama (Project
sebuah risiko utama yang dihadapi
(investor ekuitas). Pembentukan
Agreement) yang bisa berupa
oleh investasi asing di infrastruktur,
SPE ini memiliki ide yang serupa
Off-take contract (pemberian
namun strategi manajemen dapat
dengan SPE yang digunakan untuk
jangka panjang output yang
dibangun dalam struktur Project
memfasilitasi sekuritisasi aset.
dihasilkan oleh Project Company
• Struktur modal: perusahaan
dengan formula harga tertentu)
proyek menggunakan leverage
atau perjanjian konsesi (Project
Mengembangkan suatu Project
yang sangat tinggi dibandingkan
Company mendapatkan hak
Finance memerlukan waktu dan biaya
dengan struktur modal korporasi
untuk menyediakan infrastruktur
Finance untuk memitigasi risiko
tersebut (Wells dan Gleason, 1995).
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
59
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
dan memungut pendapatan dari
pokkan dalam tiga kelas:
warranties, covenants, kejadian
masyarakat) atau izin berdasarkan
1. Project agreements: kontrak-
gagal bayar, serta isu-isu relevan
peraturan perundang-undangan
kontrak yang berfungsi untuk
lainnya. Apabila negosiasi berhasil
sektor infrastruktur terkait.
mengalokasikan kewajiban dan
mencapai kesepakatan, finance
• Kontrak Engineering, Procurement
risiko terkait kepada para pihak
documents dapat menjadi efektif
and Construction (EPC) turnkey
dengan cara yang dapat ditegakkan
dan dapat terdiri dari: loan faci-
(desain dan konstruksi fasilitas
secara hukum. Kontrak-kontrak
lity agreement, equity support
infrastruktur dengan biaya tetap
dalam kelas ini antara lain: AD/
agreement, security document,
(fixed contract) dan waktu penye-
ART Project Company, perjanjian
account agreement, inter-creditor
lesaian yang tetap (fixed date)).
pemegang saham, perjanjian kerja
agreement, amendment and waiver
• Kontrak Pasokan Input (Input
sama (dalam hal PPP) atau off take
agreement dan perjanjian yang
Supply Contract) yang memper-
agreement, kontrak EPC, kontrak
relevan lainnya.
janjikan penyediaan bahan bakar
pasokan input serta kontrak
3. Security documents: proteksi dan
atau material input dalam jangka
operasional dan perawatan, seperti
jaminan (assurance) yang da-
panjang dengan formula harga dan
yang telah dijelaskan di atas.
pat diberikan kepada pemberi
volume yang ditetapkan.
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
2. Finance documents: pada waktu
pinjaman:
• Kontrak operasional dan perawatan
melakukan uji tuntas, calon pemberi
yang menugaskan suatu pihak
pinjaman akan melakukan negosiasi
a. Pada masa kontruksi:
i. Terkait dengan EPC contract:
untuk bertanggung jawab atas
rancangan klausul perjanjian
liquidation damages, surety
proyek tersebut setelah fasilitas
pinjaman yang disebut dengan
bonds, standby Letter of
infrastrukturnya telah terbangun.
Common Term Sheet dengan para
Credit (L/C).
• Perjanjian dukungan Pemerintah
sponsor Project Company. Isu yang
(terutama pada negara berkem-
dinegosiasikan meliputi: dukungan
bang) yang memberikan dukungan
pemegang ekuitas, proteksi pemberi
iii.Equity support agreement.
terkait kelayakan pembeli output
pinjaman, struktur akun Project
iv. Stand by L/C lainnya yang
proyek (off taker), insentif perpajak-
Company, tata cara pencairan
diberikan
an untuk investasi, atau pun bentuk
pinjaman
konstruksi.
dukungan lainnya.
kembali pinjaman, persyaratan
Secara umum kontrak-kontrak
dalam Project Finance dapat dikelom-
dan
pembayaran
pendahuluan (conditions precedent),
Gambar 1: Struktur Sederhana Project Finance
representation
and
ii. Completion guarantee dari
sponsor.
pada
masa
b. Selama masa pinjaman:
i. Assignment dari kontrakkontrak proyek.
ii. Share pledge.
iii. Political risk insurance.
iv. Jaminan Pemerintah.
APA SAJA MOTIVASI DARI
PARTISIPAN UTAMA PROJECT
FINANCE?
Pembuatan struktur dan organisasi Project Finance memerlukan
waktu dan biaya yang tidak sedikit,
bahkan lebih mahal dibandingkan
dengan mengatur pembiayaan melalui Corporate Financing. Biaya transaksi yang besar disebabkan oleh
besarnya biaya konsultan legal, teknis,
keuangan, maupun asuransi. Selain itu
waktu juga diperlukan oleh pemberi
pinjaman untuk melakukan negosiasi
common term sheet. Setelah financial
close, masih ada pula biaya untuk
monitoring. Lalu apa keuntungannya
Sumber: Yescombe, 2002
60
bagi para partisipan, terutama
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Project Company dan pihak yang
risiko dengan sponsor lainnya.
(melakukan pembayaran pencairan
memberikan pendanaan pinjaman
o Menghilangkan kontaminasi risi-
kepada Project Company dan me-
maupun ekuitas?
ko antara arus kas perusahaan
nerima
• Keuntungan bagi Project Company:
sponsor dengan arus kas SPE.
dari Project Company, melakukan
o Customization sistem tata kelola
o Dapat distruktur sebagai off
monitoring terhadap kepatuhan
spesifik aset untuk meningkat-
balance items pada buku perusa-
Project Company terhadap covenant
kan nilai perusahaan.
haan sponsor.
dan menjadi wakil bagi pemberi
o Tata kelola ditujukan terutama
pembayaran
pinjaman
pinjaman untuk berhadapan dengan
APA SAJA PERAN PERBANKAN
DALAM PROJECT FINANCE?
Project Company). Sedangkan melalui
an kontrak dan keberlangsungan
tersebut merupakan sumber
Peran perbankan sangat sentral
lakukan sponsor dalam menyiapkan
dalam pengembangan Project Finance,
struktur yang dapat ditawarkan
o Alokasi risiko yang efisien dapat
termasuk di Indonesia. Namun untuk
kepada calon pemberi pinjaman.
mendukung rasio antara pin-
meningkatkan keterlibatannya dalam
Obligasi juga dapat diterbitkan
jaman dengan ekuitas yang
penyediaan infrastruktur, investasi
pada saat awal atau apabila risiko
tinggi.
pada sumber daya manusia masih
proyek telah menurun saat setelah
untuk keberlangsungan hubung-
nilai Project Company.
• Keuntungan bagi pemberi pin-
jasa advisory, bank membantu me-
diperlukan dan masih memiliki ruang
selesainya fase konstruksi fasilitas
jaman:
pertumbuhan yang besar. Meskipun
infrastruktur. Sekuritas dapat memban-
o Memerlukan tata kelola yang
demikian, standar pengaturan kecu-
tu untuk melakukan pembiayaan
mendukung pendanaan jangka
kupan modal yang dibuat oleh Bank
melalui obligasi, termasuk dalam
panjang karena tidak dapat me-
of International Settlement (BIS), yaitu
melakukan refinancing sebagian
narik pinjaman sewaktu-waktu
Basel II dan berikutnya Basel III dapat
pinjaman sindikasi bank setelah fase
tanpa kerugian yang besar.
memberikan dampak yang signifikan
konstruksi tersebut di atas.
o Kelayakan finansial dan komersial
terhadap besar eksposur yang akan
proyek memberikan keamanan
diambil oleh perbankan ke sektor
bagi pemberi pinjaman.
Project Finance.
APA SAJA ASPEK YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM
MENILAI KELAYAKAN KREDIT
PROJECT FINANCE?
o Pemberi pinjaman sebagai
Dalam Project Finance, bank dapat
prinsipal dapat dengan mudah
berperan dalam memberikan jasa
melakukan monitoring terhadap
financing ataupun advisory. Jasa terkait
Kelayakan kredit bisa diukur
pengelola Project Company
financing meliputi: mengambil bagian
dengan menggunakan tingkat ke-
sebagai agen.
dalam (underwrite) pembiayaan
pastian dari pembayaran bunga dan
(berpartisipasi sebagai anggota dari
principal tepat waktu, sesuai dengan
o Mengurangi biaya informasi
dibandingkan
kesepakatan
pinjaman korpo-
pada
rasi biasa.
p e m b i a y a a n
• Keuntungan
pemberi
bagi
kepada
ekuitas
recourse
pemberi
pinjaman
(sponsor):
o Pinjaman
perjanjian
oleh
Project Company.
non-
Standard & Poor’s
pada
menggunakan lima
suatu SPE yang
tingkat
independen dapat
dalam mengukur
menjaga kapasitas
tingkat kepastian
perusahaan sponsor
ini, yaitu:
dalam melakukan
1. Risiko level pro-
pinjaman.
yek:
o Mengurangi
Sumber Gambar: ptsmi.co.id
analisis
risiko-risiko
yang menjadi bagi-
biaya kesulitan (distress) akibat
sindikasi), menjadi lead arranger (me-
an dari proyek dan lingkungan
kegagalan proyek karena
lakukan uji tuntas, mengorganisir
industrinya akan menjadi penentu
sponsor sebagai pemegang
sindikasi dan melakukan monitoring
apakah proyek tersebut akan
saham dalam perseroan terbatas.
terhadap Project Company), memberi-
dapat berjalan secara komersial
o Melakukan pembagian (sharing)
kan bridging loan, menjadi agency
selama jangka waktu pinjaman.
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
61
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Hal-hal yang dievaluasi pada level
tusional yang tidak mendukung
sebagai berikut:
ini meliputi:
akan memberikan risiko terhadap
1. Membuat proyeksi arus kas proyek,
a. Kontrak-kontrak yang menjadi
pemenuhan hak komersial maupun
dengan asumsi proyek didanai oleh
penegakan hukum atas kontrak
100% ekuitas.
fondasi struktur proyek.
b. Risiko-risiko terkait dengan teknologi, konstruksi, dan operasi.
c. Risiko ketersediaan sumber daya
proyek.
3. Membuat estimasi biaya modal aset
dukungan likuiditas yang diberikan
proyek (opportunity cost of capital).
dalam hal terjadi kesulitan arus
4. Melakukan perhitungan nilai
kas. Dukungan kredit yang da-
Project Company (Present Value)
pat diterima harus memiliki
dengan melakukan discount terha-
terikat pada kontrak terkait
karakteristik:
dap proyeksi arus kas proyek meng-
dengan Project Company dalam
a. Memiliki ketentuan dan kondisi
gunakan biaya modal aset proyek.
memenuhi kewajibannya sesuai
yang jelas mengenai kewajiban
dengan kontrak yang telah
pemberi
untuk
dan tahap 3 bisa dilakukan secara
ditetapkan.
membayar tepat waktu, tanpa
berbeda, bergantung pada cara
pembatasan, apabila suatu risiko
mengakomodasi pengaruh keputusan
yang diperjanjikan terjadi.
pendanaan pada nilai proyek. Dalam
d. Seberapa kompetitif Project
Company di dalam industrinya.
e. Kemampuan semua pihak yang
f. Kinerja finansial yang fokus pada
atribut:
F
I
S
K
A
L
2. Melakukan asesmen terhadap risiko
(credit enhancement): merupakan
sebagai input proyek.
E
D
U
K
A
S
I
yang telah dibuat.
5. Peningkatan kelayakan kredit
jaminan
Meskipun demikian tahap 1
i. Kemampuan Project Company
b. Diberikan dalam lingkungan
menghasilkan arus kas untuk
hukum yang dalam sejarahnya
a. Mengakomodasi pengaruh terse-
membayar pinjaman tepat
selalu menegakkan pemenuhan
but di cost of capital: tidak ada
waktu dan tepat jumlah.
kewajiban instrument credit
perubahan di tahap 1 di atas, teta-
enhancement tersebut.
pi pada tahap 3, cost of capital
ii. Struktur modal dan bagaima-
hal ini terdapat tiga cara, yaitu:
na penurunan porsi pinjaman
c. Diberikan oleh pihak yang
dihitung dengan menggunakan
dalam struktur modal ter-
terbukti memiliki kemauan
weighted average cost of capital
sebut.
serta kemampuan membayar
(WACC) setelah pajak. Cara ini
iii. Likuiditas.
tepat waktu dan tepat jumlah
sering disebut dengan after tax
sesuai dengan perjanjian yang
WACC method.1
2. Struktur transaksi:
a. Struktur Project Company yang
memenuhi syarat sebagai SPE.
disepakati.
d. Dapat dibandingkan dengan
b. Struktur manajemen kas yang
benchmark berupa produk
lebih memprioritaskan beban
unconditional and irrevocable
b. Mengakomodasi pengaruh tersebut
usaha, cadangan-cadangan,
Letter of Credit, payable on
di arus kas: tahap 1 berubah, yaitu
serta debt service coverage
demand (legally and practically)
ditambah dengan penghematan
ratio dibandingkan dengan
dan diterbitkan oleh bank yang
pembayaran pajak karena pemba-
pembagian untuk para sponsor.
telah di-rating dengan rating
yaran bunga pinjaman (interest
c. Bagaimana risiko kebangkrutan
yang tinggi (rating proyek tidak
tax shield). Sedangkan tahap 3
pada pihak-pihak yang ber-
dapat lebih tinggi daripada
tidak berubah. Arus kas tambahan
kontrak secara langsung mau-
rating bank yang memberikan
dari interest tax shield tersebut di-
pun tidak langsung dengan
dukungan likuiditas).
discount dengan menggunakan
Project Company, dapat mempengaruhi arus kas proyek.
3. Risiko negara (sovereign risk):
Pemerintah setempat bisa mem-
biaya modal aset proyek (100%
BAGAIMANA CARA MELAKUKAN VALUASI TERHADAP
PROJECT FINANCE?
ekuitas). Cara ini sering disebut
dengan Capital Cash Flow Method
(CCF).2
berikan risiko kepada Project Com-
Valuasi terhadap suatu peluang
pany melalui pembatasan transfer
investasi, termasuk Project Finance,
dan konvertibilitas mata uang,
dapat dilakukan dengan metode
intervensi terhadap operasional
discounted cash flow maupun
c. Mengakomodasi pengaruh tersebut
Project Company, maupun mela-
comparables. Pada tulisan ini hanya
di arus kas: tahap 1 berubah, yaitu
kukan nasionalisasi.
dibahas yang menggunakan metode
ditambah dengan interest tax
4. Risiko pengembangan institusional
discounted cash flow. Tahapan yang
shield. Tahap 3 juga berubah,
bisnis dan legal: lingkungan insti-
dilakukan dalam metode ini adalah
yaitu menggunakan biaya modal
62
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
pinjaman, bukan biaya modal aset
waktu berubah, porsi pinjaman makin
yang paling tepat bergantung pada
proyek. Cara ini sering disebut
lama makin kecil. Demikian juga
penilaian risiko interest tax shield.
dengan Adjusted Present Value
pengaruh dari interest tax shield pada
Apabila interest tax shield memiliki
Method (APV).3
valuasi semakin mengecil. Karakteristik
risiko yang sama dengan arus kas
seperti ini membuat valuasi Project
bebas Project Company, maka faktor
Finance akan lebih mudah dilakukan
diskon tersebut adalah sesuai dengan
dengan CCF atau APV (karena sulitnya
biaya modal aset proyek (100%
Struktur modal dari Project
melakukan perhitungan E/V dan
ekuitas) (CCF). Namun bila risiko
Finance memiliki porsi pinjaman yang
D/V pada setiap periode, n, dengan
interest tax shield tersebut sama
besar. Oleh karena itu, pengaruh
metode WACC). Perbedaan dari kedua
dengan risiko kegagalan bayar Project
interest tax shield pada valuasi Project
cara ini terletak pada faktor discount
Company, maka faktor discount yang
Finance cukup signifikan. Namun
untuk interest tax shield. Bely (2005)
sesuai adalah yang setara dengan
struktur modal ini seiring dengan
berargumen bahwa faktor discount
biaya modal pinjaman (APV). n
CATATAN KAKI:
1.
2.
3.
VL= nilai Project Company
(Leveraged = dengan pinjaman);
n = periode arus kas; N = periode
terakhir Project Company
(misalkan akhir perjanjian kerja
sama); FCFFu,n= unlevered
Free Cash Flow of the Firm di
periode n; keL = levered cost
of equity (biaya modal ekuitas);
E/V = proporsi market value dari
ekuitas dibandingkan dengan
market value Project Company;
D/V = proporsi market value dari
pinjaman dibandingkan dengan
market value Project Company;
kd = biaya modal pinjaman
(cost of debt); t = tingkat pajak
marjinal.
Vu = nilai Project Company
dengan asumsi tanpa pinjaman
(100% ekuitas); its = interest
tax shield; reu = unlevered cost
of equity (biaya modal ekuitas
dengan asumsi tanpa pinjaman)
5.
6.
7.
8.
rd = kd = biaya modal pinjaman
9.
REFERENSI:
1.
Beidleman, C.R., Fletcher D. dan
Vesbosky D. 1990. “On Allocating
Risk—The Essence of Project
Finance” dalam Sloan Manag
Rev 31. (hal. 47–55)
2.
Blanc-Brude, F. dan Strange R.
2007. “How Banks Price Loans
to Public-Private Partnerships:
Evidence from The European
Markets” dalam J Appl Corp
Financ 19. (hal. 94–106)
3.
4.
Brealey, R.A., Cooper I.A. dan
Habib M.A. 1996. “Using Project
Finance to Fund Infrastructure
Investments” dalam J Appl Corp
Financ 9. (hal. 25–39)
INFO RISIKO FISKAL
Corielli, F., Gatti S. dan Steffanoni
A. 2010. “Risk Shifting Through
Nonfinancial Contracts: Effects on
Loan Spreads and Capital Structure
of Project Finance Deals” dalam J
Money Credit Bank 42. (hal. 1295–
1320)
Dailami, M. dan Hauswald R. 2007.
“Credit-Spread Determinants and
Interlocking Contracts: A Study of
The Ras Gas Project” dalam J Financ
Econ 86. (hal. 248–278)
Esty, B.C. 1999. “Improved Techniques for Valuing Large-Scale
Project” dalam J Proj Financ 5. (hal.
17–26)
Esty, B.C. 2003. “The Economic
Motivations for Using Project
Finance Working Paper”. Harvard
Business School: Boston.
Esty, B.C. dan Megginson W.L.
2003.”Creditor Rights, Enforcement,
and Debt Ownership Structure:
Evidence from The Global Syndicated Loan Market” dalam J Financ
Quant Anal 38. (hal. 37–59)
Farrell, M. 2003. “Principal-Agency
Risk in Project Finance” dalam Int J
Project Manag 21. (hal. 547–561)
10. Finnerty, J.D. 2013. “Project
Financing: Asset-Based Financial
Engineering” dalam Wiley Edt. 3.
11.
Gatti, S. 2013. “Project Finance in
Theory and Practice Designing,
Structuring, and Financing Private
and Public Projects” dalam Academic Press, Waltham (2. ed. ed.).
12. Hainz, C. dan Kleimeier S. 2012.
“Political Risk, Project Finance, and
The Participation of Development
Banks in Syndicated Lending”
dalam J Financ Intermed 21. (hal.
287–314)
13. Khan, M.F.K. dan Parra R.J. 2003.
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
“Financing Large Project: Using
Project Finance Techniques and
Practices”. Prentice Hall: Singapore.
14. Kleimeier, S. dan Megginson W.L.
2000. “Are Project Finance Loans
Different From Other Syndicated
Credits?” dalam J Appl Corp Financ
13. (hal. 75–87)
15. Mullner, J. 2017. “International
Project Finance: Review and Implications for International Finance and
International Business” dalam
Manag Rev Q 67. (hal. 97-133)
16. Ramamurti, R. dan Doh J.P. 2004.
“Rethinking Foreign Infrastructure
Investment in Developing
Countries” dalam J World Bus 39.
(hal.151–167)
17. Shah, S. dan Thakor A.V. 1987.
“Optimal Capital Structure and
Project Financing” dalam J Econ
Theory 42. (hal. 209–243)
18. Sorge, M. dan Gardanez B. 2004.
“The Nature of Credit Risk in Project
Finance” dalam BIS Quarterly
Review, Vol. December. Bank of
international Settlements, Basel,
pp. 91–11.
19. Utarja, B. 2005. “Debt Management
Policy, Interest Tax Shield Risk, and
Firm Value” dalam Jurnal Prasetiya
Mulya Vol. 10 No. 2, November
2005. (hal. 28 – 40)
20. Wells, L.T. dan Gleason E.S. 1995. “Is
Foreign Infrastructure Investment
Still Risky?” dalam Harvard Bus Rev
73. (hal. 44–55)
21. Williamson, O.E. 1988. “Corporate
Finance and Corporate Governance” dalam J Financ 43. (hal.
567–591)
22. Yescombe, E.R. 2002. “Principles of
project finance” dalam Academic
Press Edt.1: New York
63
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Hubungan antar
Komponen dalam Studi
Penyiapan Proyek KPBU
Oleh: Dodi Miharjana1 dan Khrisna Wiryananda2
1. Konsultan IIFD, e-mail: [email protected]
2. Mahasiswa Pasca Sarjana UI, e-mail: [email protected]
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
A. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
sional atau yang umum dilakukan
Perlu ditegaskan disini bahwa
yaitu menggunakan pendekatan
KPBU merupakan implementasi
Pembangunan infrastruktur
supply driven. Dalam hal ini, berarti
dari kewajiban penyediaan layanan
saat ini telah menjadi agenda
Pemerintah menyediakan infrastruktur
umum oleh Pemerintah sehingga
prioritas nasional. Dalam dokumen-
sebagai bagian dari kewajiban
hanya layanan yang wajib disediakan
dokumen RPJMN, Renstra, dan RKP
penyediaan layanan umum (public
Pemerintah yang dapat di-KPBU-
telah disebutkan target, kebutuhan
service obligations) agar masyarakat
kan. Karena merupakan kewajiban
investasi, dan pendanaan infrastruktur
dapat menjalankan kehidupan
Pemerintah, ini juga berarti bahwa
selama tahun 2015-2019.Kebutuhan
sosial ekonomi mereka. Sedangkan
KPBU dapat menggunakan dana publik
total investasi untuk pembangunan
pendekatan demand driven berarti
(APBN/APBD) baik sebagian maupun
infrastruktur 2015-2019 yaitu sebesar
penyediaan infrastruktur didasarkan
keseluruhannya. Sedangkan pelibatan
4.796 triliun rupiah. Alokasi kebutuhan
atas
atau
Swasta atau Badan Usaha didasarkan
total investasi tersebut bersumber
permintaan dari calon pengguna
pada nilai manfaat (value for money
dari APBN sebesar 29,88 persen,
atau konsumen. Pendekatan demand
- VfM) dari keterlibatannya dalam
APBD sebesar 11,37 persen, BUMN
driven biasanya muncul untuk proyek-
penyediaan layanan umum tersebut.
sebesar 22,23 persen, dan swasta
proyek yang diinisiasi oleh swasta atau
sebesar 36,52 persen. Berdasarkan hal
berpeluang untuk dikerja samakan
tersebut, diharapkan swasta mampu
dengan pihak swasta.
untuk berkontribusi untuk menutupi
adanya
kebutuhan
Dengan berkembangnya ke-
kesenjangan pendanaan infrastruktur
butuhan
layanan
KPBU, dalam pengertian yang
selama 2015-2019. Oleh karena itu,
infrastruktur, maka Pemerintah di-
lebih luas, telah dilakukan di Indonesia
Skema Kerja Sama Pemerintah
hadapkan pada 2 tantangan utama
sejak tahun 1970-an, terutama untuk
dan Badan Usaha (KPBU) menjadi
yaitu: 1) penyediaan dana untuk
infrastruktur jalan tol. Meskipun
salah satu skema yang diharapkan
membangun dan mengoperasikan dan
skema KPBU telah dilakukan sejak
untuk dapat berkontribusi di dalam
2) meningkatkan efisiensi penyediaan
lama, namun penyediaan infrastruktur
pembangunan infrastruktur.
layanan infrastruktur. Untuk itulah
dengan melibatkan badan usaha
Dalam penyediaan infrastruktur,
Pemerintah mengembangkan opsi
swasta belum berkembang dengan
terdapat dua pendekatan yang dapat
penyediaan (delivery options) yang
baik di Indonesia. Hal tersebut ter-
dilakukan yaitu yang berdasarkan
dapat memberikan solusi terhadap
lihat dari masih minimnya kontribusi
supply driven dan demand driven.
kedua tantangan tersebut. Salah
investasi swasta dalam penyediaan
Penyediaan infrastruktur secara tradi-
satu opsi adalah melalui KPBU.
infrastruktur, yaitu hanya sekitar 10
64
penyediaan
B. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR MELALUI SKEMA
KPBU
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
persen per tahun selama kurun waktu
keberlanjutan proyek ke tahap beri-
(sustainability) penyediaan layanan,
2007-2012 (Asian Development Bank,
kutnya.
mengidentifikasi potensi pemanfaatan
2017, Meeting Asia’s Inrastructure
Terhambatnya pembuatan doku-
dan pendapatan (jika ada), bahkan
Needs). Kondisi ini sebagian disebab-
men pada tahap penyiapan dapat
dapat digunakan sebagai basis
kan pemahaman tentang KPBU yang
membuat proyek menjadi semakin
pengadaan (procurement), seperti
masih rancu dan terbatas. Sedangkan
lama dan tidak menentu serta tidak
halnya yang sudah digunakan untuk
hambatan lain adalah lemahnya proses
dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
skema berbasis ketersediaan layanan
perencanaan dan penyiapan proyek.
Selain itu, sangatlah penting untuk
(Availability Payment).
Untuk meningkatkan investasi
memastikan kualitas substansi studi
Pendekatan whole lifecycle costs
swasta dalam penyediaan infra-
proyek berupa hubungan logis antar
ini juga dapat menjadi masukan
struktur, Pemerintah telah melakukan
komponen proyek yang ditunjang
dalam perhitungan value for money
langkah-langkah reformasi dari sisi
dengan validitas dan akurasi data.
untuk menetapkan prioritas proyek
peraturan dan kelembagaan. Dari
sisi peraturan, Pemerintah telah
melakukan revisi Peraturan Presiden
dan juga skema penyediaan layanan,
C. KERANGKA STUDI PENYIAPAN PROYEK KPBU
apakah dilakukan melalui pengadaan
konvensional Pemerintah, KPBU
(Perpres) No. 67 Tahun 2005 tentang
Praktek umum dalam penyiapan
Kerja sama Pemerintah Swasta menjadi
proyek-proyek investasi publik atau
Perpres No. 38 Tahun 2015 Tentang
proyek Pemerintah adalah fokus pada
dua
Kerja sama Pemerintah dan Badan
aspek teknis dan biaya modal (CAPEX)
penyusunan proyek KPBU. Komponen
Usaha. Dari sisi kelembagaan, telah
sedangkan rencana pemanfaatan
pertama (berwarna biru) merupakan
dibentuk PT Penjaminan Infrastruktur
serta biaya operasional (OPEX) sering
komponen dasar yang melekat pada
Indonesia (PT PII) untuk memberikan
diabaikan. Selayaknya semua proyek
setiap proyek Pemerintah. Sedangkan
penjaminan sehingga meningkatkan
investasi publik menggunakan
komponen kedua (berwarna kuning)
kelayakan proyek dan PT Sarana
pendekatan whole lifecycle costs
merupakan komponen terkait pe-
Multi Inrastruktur (PT SMI) untuk
yang mencakup semua biaya-biaya
ngembangan KPBU atau opsi penye-
mendorong pendampingan penyiapan
(CAPEX, OPEX dan cost of fund) yang
diaan lainnya. Kerangka tersebut
dan pendanaan proyek. Selain itu,
diperlukan selama masa manfaat
menggambarkan keterkaitan antar
telah dibentuk juga Direktorat
proyek. Dengan demikian, Pemerintah
komponen dalam penyusunan proyek
Pengelolaan Dukungan Pemerintah
mendapatkan gambaran menyeluruh
KPBU.
dan
Infrastruktur
tentang pengeluaran terkait proyek.
Berikut adalah penjelasan me-
(PDPPI) sebagai PPP Unit yang ada
Ini dapat membantu Pemerintah
ngenai komponen tersebut dan hu-
di dalam Kementerian Keuangan
dalam memastikan keberlangsungan
bungan di antaranya:
Pembiayaan
yang mengelola berbagai dukungan
Pemerintah, termasuk dukungan
ataupun skema lainnya.
Gambar 1 di bawah ini menyajikan
komponen
besar
dalam
Gambar 1. Kerangka Penyusunan Proyek KPBU
penyiapan proyek KPBU.
Terdapat tiga tahap di dalam
proses KPBU, yaitu perencanaan,
penyiapan, dan transaksi. Tahap
penyiapan menjadi salah satu kunci
utama dalam penyelenggaraan proyek
KPBU. Keluaran atau output pada
tahap penyiapan adalah dokumen
pra studi kelayakan. Pra studi
kelayakan terdiri atas beberapa kajian,
diantaranya adalah kajian hukum dan
kelembagaan, teknis, ekonomi dan
komersial, lingkungan dan sosial,
risiko, kebutuhan dukungan dan atau
jaminan Pemerintah, sampai kajian
masalah yang memerlukan tindak
lanjut. Kajian-kajian tersebut sangat
penting untuk dapat menentukan
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
65
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Sumber Gambar : pikiran-rakyat.com
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
1. KOMPONEN DASAR
PENYIAPAN PROYEK
INVESTASI PUBLIK
Analisis Kebutuhan
primer melalui kegiatan survey seperti
Analisis lingkungan bertujuan
metodologi dan sampling yang
untuk menganalisis dampak lingkung-
memadai.
an dari suatu proyek, baik pada tahap
Analisis kebutuhan adalah kajian tentang dasar kebutuhan atau
Analisis Lingkungan
RDS (real demand survey) dengan
pra konstruksi, konstruksi, dan operasi.
Kajian Teknis dan Estimasi Biaya
Selain itu juga, termasuk perkiraan
permintaan dari sisi kuantitas dan
Solusi teknis adalah berbagai
biaya yang timbul dari pengelolaan
kualitas dalam jangka waktu tertentu,
pilihan cara yang dilakukan untuk
dan pengawasan dampak negatif
yang terkait dengan keberlangsungan
memenuhi kebutuhan yang telah
lingkungan. Analisis lingkungan ini
kegiatan atau proyek. Analisis kebu-
diidentifikasi dalam analisis kebutuh-
mengacu pada peraturan-peraturan
tuhan menjadi hal yang sangat
an, baik yang mencakup komponen
pengelolaan dan perlindungan
penting, yang nantinya akan diguna-
rekayasa maupun non rekayasa
lingkungan hidup yang berlaku di
kan di dalam analisis ekonomi dan
yang relevan dengan proyek. Solusi
Indonesia. Untuk proyek-proyek
keuangan. Analisis kebutuhan ini
teknis bertujuan untuk menetapkan
infrastruktur biasanya menggunakan
bertujuan untuk mengidentifikasi
rancangan desain awal yang nantinya
AMDAL untuk menganalisis dampak
kebutuhan suatu investasi di bidang
menjadi dasar dari biaya proyek serta
lingkungan yang ditimbulkan.
infrastruktur serta menetapkan
digunakan untuk analisis lanjutan
lingkup dan ukuran hasil dari suatu
dalam analisis ekonomi dan keuangan.
Analisis Ekonomi (Biaya dan Manfaat
proyek.
Solusi teknis ini mencakup pilihan
Sosial)
Analisis kebutuhan disarikan
teknologi, desain teknis, kapasitas,
Analisis ekonomi digunakan
dalam bentuk spesifikasi output
kebutuhan operasional, prakiraan
untuk memastikan bahwa sumber
(lokasi, kapasitas/besaran, kualitas,
biaya investasi, dan biaya operasional.
daya negara yang bersifat langka
waktu dan keterjangkauan harga)
Solusi teknis selayaknya menawarkan
digunakan dengan bijaksana dan
untuk menentukan solusi teknis yang
solusi biaya terendah selama siklus
efektif. Konsep yang digunakan
sesuai. Mengingat pentingnya analisis
hidup proyek (whole lifecycle costs)
yaitu opportunity cost. Ini diperlukan
kebutuhan ini, perlu dipastikan
dengan mempertimbangkan dampak
untuk menguji apakan suatu proyek
validitas dan akurasi input baik yang
sosial lingkungan.
memiliki kesinambungan ekonomi di
berupa data sekunder maupun data
Solusi teknis tersebut pada
mana pemakaian uang dan sumber
primer. Data sekunder seharusnya
akhirnya akan merefleksikan biaya-
daya publik digunakan secara efektif
didapatkan dari lembaga seperti
biaya yang diperlukan dan biaya
dan tepat waktu. Perhitungan
BPS maupun penyedia data yang
tersebut akan menjadi input dari
keekonomian proyek berbicara
kredibel lainnya sedangkan data
analisis ekonomi maupun keuangan.
tentang biaya dan manfaat untuk
66
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
konsumen maupun masyarakat.
biaya modal rata-rata tertimbang
karena Pemerintah masih mengalami
Pendekatan di dalam melakukan
(WACC) sebagai tarif diskonto ke-
kesenjangan pembiayaan inrastruktur.
analisis ekonomi meliputi skenario
uangan. Indikator tersebut sangat
Namun demikian, saat ini Pemerintah
dengan dan tanpa proyek, meng-
penting yang dapat menampilkan
mulai menggalakkan penggunaan
gunakan harga bayangan,harga
informasi mengenai kelayakan, profi-
skema Availability Payment (AP)
konstan, biaya sumber daya, diskonto
tabilitas, kesinambungan, dan risiko
dengan sumber pendapatan dari
sosial, perhitungan imbal hasil
keuangan proyek.
Pemerintah untuk meningkatkan
ekonomi (EIRR), nilai bersih ekonomi
Pemodelan keuangan bersifat
saat ini (ENPV), rasio manfaat dan
iteratif atau harus dilakukan berulang-
biaya (BCR), serta parameter lainnya.
kali dengan mempertimbangkan:
efisiensi dan memberikan fleksibilitas
dari sisi anggaran.
Pemilihan modalitas kerja sama
Analisis ekonomi akan terkait de-
• jumlah dan proyeksi kebutuhan
ini sangat terkait dengan kajian
ngan komponen-komponen analisis
serta kemampuan membayar yang
risiko, analisis keuangan, serta aspek
KPBU, seperti dukungan Pemerintah
diturunkandari analisis kebutuhan;
hukum. Dalam KPBU, risiko-risiko
dan analisis keuangan. Proyek infra-
• biaya-biaya sesuai dengan hasil
harus diidentifikasi terlebih dahulu
struktur yang memiliki manfaat publik
kajian teknis;
kemudian dialokasikan kepada pihak
yang besar (EIRR tinggi) membuka
• batas maksimal dukungan Pemerin-
yang paling mampu mengelola dengan
peluang bagi pemberian dukungan
tah yang diturunkan dari analisis
biaya terendah. Risiko yang penting
Pemerintah. Sedangkan ENPV menjadi
ekonomidalam bentuk ENPV;
dalam KPBU biasanya yang terkait
batas besaran dukungan yang dapat
• besaran dan bentuk dukungan
diberikan.
Pemerintah;
• skema atau modalitas kerja sama.
2. KOMPONEN TERKAIT POTENSI KERJA SAMA (KPBU)
dengan ketersediaan dan perolehan
tanah, repatriasi laba, konstruksi
dan operasi infrastruktur, kelayakan
komersial atau pasar infrastruktur,
BENTUK KERJA SAMA
Analisis Keuangan
dan kepastian hukum. Analisis risiko
Secara teoritis terdapat banyak
tersebut menentukan modalitas mana
Analisis keuangan diperlukan
bentuk kerja sama antara Pemerintah
yang akan dipilih dan selanjutnya
untuk melihat potensi imbal hasil
dan swasta, mulai dari bentuk seder-
diperhitungkan dari sisi keuangannya.
(return) proyek secara finansial.
hana seperti kontrak jasa sampai
Untuk proyek-proyek yang akan
dengan privatisasi. Terkait dengan
dikerja samakan melalui skema KPBU,
KPBU di Indonesia, adanya kewajiban
Dukungan Pemerintah dimaksud-
indikasi imbal hasil dapat memberi-
pengalihan kepemilikan pada akhir
kan untuk menarik sektor swasta agar
kan gambaran mengenai tingkat
masa kerja sama yang menyebabkan
berinvestasi dalam proyek-proyek
profitabilitas, kebutuhan dukungan
privatisasi bukanlah bagian dari skema
infrastruktur yang sebenarnya tidak
Pemerintah dan modalitas yang paling
KPBU. Bentuk yang umum digunakan
akan menarik bagi mereka akibat
efisien untuk digunakan. Pemodelan
adalah Build Operate Transfer (BOT)
profitabilitas rendah dan/atau risiko-
keuangan harus dimulai dengan
atau Build Own Operate Transfer
risiko tinggi. Dukungan Pemerintah
kondisi apa adanya, tanpa berbagai
(BOOT). Bentuk BOOT dengan sum-
dapat dalam bentuk fiskal maupun
bentuk dukungan, sehingga dapat
ber pendapatan dari pengguna (user
non fiskal. Secara ringkas bentuk
diketahui posisi imbal hasil proyek
payment) merupakan bentuk kerja
dukungan Pemerintah dapat dilihat
terhadap ekspektasi mitra swasta.
sama yang dominan di Indonesia,
pada tabel di bawah.
Jika potensi imbal hasil sangat rendah
dibandingkan keinginan investor,
DUKUNGAN PEMERINTAH
Tabel 1. Tabel Dukungan Pemerintah di Indonesia
maka kemungkinan kebutuhan
dukungan akan sangat besar dan
perlu diperhitungkan kembali VfM
penggunaan skema KPBU berbasis
pembiayaan swasta.
Beberapa parameter dalam analisis keuangan adalah imbal hasil
investasi proyek (FIRR), nilai bersih saat
ini (NPV), imbal hasil ekuitas (ROE),
pengembalian dan rasio kecukupan
pengembalian hutang (DSCR), serta
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
67
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Sumber Gambar : ptsmi.co.id
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Dukungan Pemerintah dalam
perjanjian kerja sama. Semua aspek
studi kelayakan. Untuk itu, perlu
bentuk fiskal pada proyek-proyek
tersebut harus sudah dibahas dalam
peningkatan pemahaman mereka
KPBU sebaiknya diminimalkan, hal
kajian hukum proyek KPBU.
mengenai komponen kajian dan
tersebut untuk mengurangi beban
investasi Pemerintah. Berdasarkan
hubungan antarkomponen dalam
D. LANGKAH KE DEPAN
studi penyiapan proyek. Adanya
hal tersebut, Pemerintah dapat ber-
Dalam upaya mempercepat
standar atau pedoman terkait
konsentrasi untuk proyek-proyek
penyediaan infrastruktur dan layanan
dengan kerangka logis penyiapan
yang layak secara ekonomi tetapi
publik lainnya, khususnya melalui
proyek akan memudahkan PJPK
tidak layak secara komersil. Dukungan
skema KPBU, maka beberapa langkah
dan konsultan untuk mempersiap-
Pemerintah dalam bentuk fiskal lebih
penting yang dapat dilakukan di
kan proyek-proyek KPBU dengan
diarahkan pada kelayakan keuangan
antaranya:
baik.
marginal dan memerlukan subsidi,
• Membangun pemahaman kerangka
Melibatkan pasar (market enga-
layak dari sisi keuangan tetapi
logis penyiapan proyek KPBU:
gement) sejak awal: pengembangan
berisiko, serta kelayakan marginal dan
para pemangku kepentingan
proyek yang berpotensi untuk dikerja-
mempunyai risiko-risiko yang dapat
perlu memahami alur logika
samakan perlu melibatkan pasar
dimitigasi melalui berbagai dukungan
dari jalannya suatu proyek KPBU
sejak awal. Pasar yang dimaksudkan
Pemerintah.
dan hubungan antar komponen
adalah mitra potensial yang memiliki
Sebagai konsekuensi pelibatan
proyek. Membangun pemahaman
kapasitas sesuai dengan proyek
pihak lain dalam kewajiban Pemerin-
logis dapat dibantu dengan
yang sedang dikembangkan, yang
tah untuk penyediaan layanan umum,
penerapan standar atau pedoman
diharapkan akan berpartisipasi dalam
maka perlu adanya kepastian hukum
yang dapat digunakan secara luas
proses lelang dan pelaksanaan proyek.
yang menjamin hak serta kewajiban
dalam penyiapan proyek. Standar
Ini dimaksudkan agar ada komunikasi
para pihak yang terlibat dalam KPBU.
atau pedoman ini dapat dijadikan
informasi dan umpan balik dalam
Selain aspek hukum yang menyangkut
bagian dari peraturan terkait KPBU
penyusunan dokumen studi khususnya
legalitas proyek yang dikerja samakan,
yang berlaku.
terkait dengan teknologi serta skema
perlu dipastikan status hukum yang
• Meningkatkan kapasitas PJPK dan
kerja sama (modalitas KPBU). Dengan
menyangkut kewenangan bekerja
Konsultan: PJPK dan konsultan
demikian keluaran dari proses pe-
sama oleh pemilik proyek (PJPK),
berperan sangat penting dalam
nyiapan ini sudah mencerminkan
legalitas bentuk kerja sama, hak atas
tahap penyiapan proyek KPBU
keinginan pasar dan memiliki peluang
pendapatan atau pengembalian
karena nantinya mereka yang
keberhasilan yang besar pada saat
investasi serta kepastian dihormatinya
akan menyusun kajian terkait
lelang dan pelaksanaan. n
68
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Pembangunan Daerah
Melalui Skema
Kerja Sama Pemerintah
dan Badan Usaha
Oleh: Agung Teguh Nugroho
Kepala Seksi Penyiapan Kerja Sama Proyek Sektor II, Dit. PDPPI, DJPPR , e-mail : [email protected]
I. PENDAHULUAN
adalah 70,63%3, atau kurang lebih
dari sektor swasta (37%).
Studi yang dilakukan oleh Asian
ada 19,5 juta Rumah Tangga yang
Berdasarkan data kebutuhan
Development Bank (ADB) di awal
belum memiliki akses ke air minum
pendanaan infrastruktur tersebut
tahun 2017 menyatakan bahwa Asia
bersih dan layak. Kedua ilustrasi ini
ada 2 pertanyaan penting terkait
perlu melakukan investasi sebesar $26
hanyalah bagian kecil dari potret
pendanaan infrastruktur di tingkat
triliun mulai dari tahun 2016 hingga
besar penduduk Indonesia yang belum
Pemerintah Daerah. Pertama, bagai-
2030 atau sebesar $1,7 triliun per
memiliki akses layanan kebutuhan
mana efek keterbatasan anggaran ini
tahun untuk mempertahankan laju
dasar.
dalam kaitannya dengan penyediaan
pertumbuhan ekonomi, mengentaskan
Upaya peningkatan alokasi
infrastruktur di daerah? Kemudian,
kemiskinan, serta merespon perubahan
anggaran untuk infrastruktur dari
bagaimanakah Pemerintah Daerah
iklim.1 Pembangunan infrastruktur
tahun ke tahun terus dilakukan untuk
dapat menjawab tantangan menyedia-
yang dilakukan telah meningkatkan
menyediakan layanan kebutuhan
kan kebutuhan infrastruktur untuk
kualitas hidup masyarakat di Asia,
dasar kepada masyarakat. Untuk tahun
masyarakat yang ada di wilayahnya?
namun demikian masih terdapat lebih
anggaran 2017 misalnya, anggaran
Dalam tulisan ini, Penulis akan
dari 400 juta orang di Asia yang belum
infrastruktur dialokasikan sebesar
menjabarkan mengenai peluang
memiliki akses listrik dan kurang lebih
Rp380 triliun atau 19% dari total APBN.
pembiayaan melalui skema Kerja Sama
300 juta orang masih belum memiliki
Alokasi ini lebih besar Rp63 triliun
Pemerintah dan Badan Usaha dalam
akses air minum.2
dibandingkan tahun sebelumnya,
menjawab kedua pertanyaan tersebut.
Untuk konteks Indonesia, dengan target tingkat elektrifikasi
namun demikian jumlah tersebut
tentu masih jauh dari mencukupi.4
II. TANGGUNG JAWAB PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DI DAERAH
sebesar 92,75% di tahun 2017, maka
Kebutuhan pendanaan infrastruk-
di akhir tahun ini terdapat kurang
tur di Indonesia berdasarkan identifi-
lebih 4,75 juta Rumah Tangga yang
kasi Badan Perencanaan Pembangunan
Sejak ditetapkannya Undang-
belum memiliki akses listrik. Adapun
Nasional adalah sebesar Rp4.796
Undang Nomor 22 Tahun 1999 ten-
berdasarkan data Kementerian Ke-
triliun, dimana APBN dan APBD hanya
tang Pemerintahan Daerah dan
sehatan (2016), rata-rata nasional
dapat mencukupi 41%-nya sedangkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Rumah Tangga yang memiliki akses
sisanya diharapkan berasal dari
1999 tentang Perimbangan Keuangan
sumber air minum bersih dan layak
pembiayaan BUMN (22%) dan dana
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
69
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
dan perubahannya, dimulailah era
dimana Pemerintah Daerah memiliki
kewenangan yang lebih luas sejalan
dengan pelaksanaan otonomi daerah
dan desentralisasi fiskal.
Penetapan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara mempertegas
kewenangan pengelolaan keuangan
daerah oleh gubernur/bupati/walikota selaku kepala Pemerintahan
daerah. Berdasarkan undang-undang
ini, fungsi penyusunan kebijakan
pengelolaan APBD serta penyusunan
masih didominasi dengan belanja
Anggaran Pemerintah
Kabupaten dan Kota
guna membangun
infrastruktur di
daerah selama
ini lebih banyak
bertumpu pada
Dana Perimbangan
dan Pendapatan Asli
Daerah
pegawai. Data Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan di tahun
2015 menunjukkan bahwa rata-rata
porsi belanja pegawai di Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sebesar 46%.
Adapun Dana Alokasi Khusus (DAK)
yang ditujukan untuk pembangunan
infrastruktur di daerah terkendala
pada mekanisme penetapan tahunan
atas besaran DAK yang diterima, hal
ini tentu berpengaruh pada tingkat
kepastian pembangunan suatu proyek
infrastruktur yang umumnya multi-
rancangan APBD dan perubahannya
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
years.
ada di Pemerintah Daerah. Hal ini
penyediaan pelayanan dasar di daerah
Upaya untuk meningkatkan
menimbulkan peningkatan tanggung
tertinggal, terluar, terpencil, terdepan,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
jawab bagi Pemerintah Kabupaten dan
dan pascabencana serta mendorong
mendanai pelaksanaan otonomi
Kota dalam menjalankan fungsinya
pertumbuhan ekonomi melalui pem-
sesuai dengan potensi daerah juga
menyediakan infrastruktur publik dan
bangunan infrastruktur dasar. Bahkan
memiliki keterbatasan. Sebagaimana
pembangunan ekonomi di daerah.
sejak tahun 2016, anggaran TKDD ini
terlihat pada gambar 2, optimalisasi
lebih besar daripada anggaran Belanja
PAD selama periode 2008 hingga
Kementerian/Lembaga.6
2016 walaupun cenderung meningkat
KETERBATASAN ANGGARAN
PEMERINTAH DAERAH
UNTUK PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR
Meskipun demikian, anggaran
namun masih berfluktuasi, sehingga
Pemerintah Kabupaten dan Kota
rata-rata kontribusi PAD terhadap
guna membangun infrastruktur di
APBD daerah kabupaten/kota adalah
Terhitung sejak tahun 2015,
daerah selama ini lebih banyak ber-
kurang dari 10%.
Pemerintah mengalokasikan 33%
tumpu pada Dana Perimbangan
Mengingat tuntutan kebutuhan
Belanja Negara untuk Dana Transfer
dan Pendapatan Asli Daerah. Dana
infrastruktur yang ada serta terba-
ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)5. Hal
Alokasi Umum (DAU) yang merupakan
tasnya anggaran yang dimiliki,
yang mendasari kebijakan ini antara
bagian besar dari pendapatan
Pemerintah Kabupaten dan Kota
lain adalah untuk memprioritaskan
Pemerintah Daerah di Indonesia
dituntut untuk mampu melakukan
Gambar 1: Rencana Kerja Pemerintah 2018
PARADIGMA BARU KERANGKA PENDANAAN INFRASTRUKTUR
Sumber: Bappenas
70
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Gambar 2. Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2008 - 2017
Sumber : DJPK, Kementerian Keuangan
fungsi perencanaan yang efektif
buhan penerimaan perpajakan yang
Pembayaran Ketersediaan Layanan
dan prioritisasi yang tepat guna
terbatas.
atau Availability Payment sebagai
menentukan fokus pembangunan
infrastruktur di daerahnya.
PERTIMBANGAN
PEMERINTAH DAERAH
UNTUK MELAKUKAN KPBU
Di tingkat nasional, perkembang-
solusi integratif bagi Pemerintah
an pembiayaan dengan skema KPBU
Daerah untuk mengatasi keterbatasan
sendiri secara perlahan namun pasti
anggaran, sehingga dapat me-leverage
terus meningkat. Terhitung per
kemampuan fiskal daerah dan
Agustus 2017, terdapat 8 proyek KPBU
melakukan percepatan penyediaan
dengan nilai Rp53,61 triliun yang
layanan kepada masyarakat. Selain
Dengan terus meningkatnya
telah mencapai tahap pemenuhan
itu, penerapan KPBU akan mengurangi
kebutuhan akan infrastruktur baik
pembiayaan (financial close) dan 5
kebutuhan biaya operasional untuk
di tingkat nasional maupun daerah,
proyek dengan nilai Rp61,6 triliun
melakukan maintenance karena pene-
kontribusi pembangunan yang
telah memasuki tahap konstruksi.
rapan life cycle costing dari layanan
diharapkan dapat diperoleh dari
Di tingkat Pemerintah Kabupaten
swasta atau yang umum disebut
dan Kota, opsi penggunaan skema
Kerja sama Pemerintah dan Badan
KPBU sebagai salah satu alternatif
Usaha (KPBU) menjadi tak terelakkan.
untuk
k e butuha n
pada penyediaan layanan dan bukan
Strategi penyediaan infrastruktur
pembiayaan infrastruktur di daerah
pada pembangunan fisik akan me-
dengan modalitas KPBU dianggap
perlu dipertimbangkan. Kepala
ningkatkan penggunaan anggaran
sebagai strategi yang tepat ditengah
Pemerintahan suatu daerah dapat
yang lebih efektif serta tepat sasaran.
keterbatasan anggaran dan pertum-
mengeksplorasi opsi penerapan Skema
Selain itu, pembayaran berbasis
m e me nuhi
yang akan diadakan tersebut telah
diperhitungkan dari awal.
Skema KPBU yang menekankan
Sumber Gambar : finance.detik.com
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
71
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
koordinasi dengan stakeholders guna
melakukan keseluruhan tahapan
proses KPBU. Mengingat kontrak
jangka panjang dengan badan usaha
umumnya akan melewati masa
jabatan seorang kepala daerah, maka
dibutuhkan pula dukungan politik
yang kuat guna menjaga konsistensi
dari
komitmen
daerah
untuk
menunaikan kewajibannya.
III. PENUTUP
Guna menjawab tantangan keterbatasan anggaran untuk menyediakan
infrastruktur di daerah, Pemerintah
Sumber Gambar : kppip.go.id
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Daerah dapat mempertimbangkan
kinerja (Performance Based Payment)
dilaksanakan baik oleh kementerian
penggunaan skema KPBU yang
kepada Badan Usaha berdasarkan
maupun lembaga terkait diharapkan
memerlukan persiapan yang baik dari
standar spesifikasi output layanan
dapat memberikan pemahaman
sejak tahap perencanaan. Prioritas
yang disepakati diharapkan akan
yang tepat mengenai KPBU dan
pembangunan yang jelas dan
meningkatkan kualitas pelayanan
tahapan proses yang harus ditempuh.
transparan didukung dengan kualitas
kepada masyarakat di daerah.
Mengingat masa kontrak kerja sama
kajian prastudi kelayakan yang baik
Transfer teknologi, pengetahuan,
KPBU adalah jangka panjang maka
akan memberikan kenyamanan bagi
dan inovasi dari badan usaha diharap-
dibutuhkan studi yang komprehensif
badan usaha untuk berinvestasi, guna
kan akan meningkatkan kualitas
guna
kualitas
menyediakan layanan yang lebih baik,
SDM di daerah. Adapun penerapan
penyiapan serta mengantisipasi
berkelanjutan, dan terjangkau bagi
KPBU lebih memberikan kepastian
konsekuensi dari pengalokasian
masyarakat Indonesia. n
waktu pada tahap konstruksi fisik, di
risiko dalam hal terjadi perubahan
mana risiko konstruksi ada di pihak
selama masa kontrak. Hal-hal tersebut
swasta dan bukan ditanggung oleh
menguatkan alasan mengapa tahap
Pemerintah Daerah sebagaimana
penyiapan perlu dilakukan sebaik
umumnya pada mekanisme penga-
mungkin oleh PJPK.
1.
ADB – Meeting Asia’s infrastructure Needs, 2017
TANTANGAN BAGI
PEMERINTAH DAERAH
DALAM MELAKUKAN KPBU
2.
ibid
3.
Profil Kesehatan Indonesia
(Kementerian Kesehatan,
2016)
4.
Investor Daily Indonesia (5
April 2017)
5.
DJPK (https://www.kemenkeu.
go.id/transfer-ke-daerah-dandana-desa)
6.
DJPK (http://www.djpk.
depkeu.go.id/wp-content/
uploads/2017/03/BahanDirektur-Daper.pdf)
7.
Wibowo, Andreas dan
Hans Wilhelm Alfen.
2015.”Government-led
critical success factors in PPP
infrastructure development”,
dalam Built Project and Asset
Management, Vol. 5 Iss 1 pp.
121 - 134
meningkatkan
CATATAN KAKI:
daan tradisional.
PERSEPSI PEMERINTAH
DAERAH DALAM
MELAKUKAN KPBU
Terlepas dari sisi potensi manfaat
Wibowo & Alfen (2015)7 menjelaskan
faktor-faktor
yang
harus
yang ditawarkan dari skema KPBU,
diperhatikan dalam pengembangan
Kepala Pemerintahan Daerah dan
KPBU oleh Pemerintah yang antara
jajarannya terkadang memiliki
lain menyebutkan bahwa KPBU
persepsi lain terhadap KPBU yang
haruslah sudah memasukkan KPBU
menyebabkan timbulnya keengganan
sebagai opsi pada proses perencanaan
untuk mengadopsi KPBU. Persepsi
serta prioritisasinya. Bagi proyek yang
bahwa KPBU merupakan bentuk
potensial KPBU maka perlu disusun
privatisasi merupakan hal yang
kajian prastudi kelayakan yang
umum ditemui. Selain itu terdapat
berkualitas untuk meyakinkan serta
pandangan bahwa tahapan penyiapan
menarik calon badan usaha pelaksana
sebagai proses yang rumit dan mahal
untuk melakukan investasi. Untuk
serta membutuhkan waktu yang lama.
melaku-kan hal-hal ini, Pemerintah
Program peningkatan kapasitas
Daerah perlu menyiapkan SDM yang
PJPK di daerah-daerah yang kini rutin
kompeten dan mampu menjalin
72
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Fasilitas Fiskal
Pembiayaan Eksplorasi
Panas Bumi
Oleh: Ilham Nugroho
Kepala Seksi Analisis Risiko Aset dan Kewajiban Lintas Generasi, Dit. PRKN, DJPPR , e-mail : [email protected]
LATAR BELAKANG
MW dan sumber daya 11.998 MW.
seperti halnya aliran air, angin, dan
Wilayah Indonesia yang berada
Tingkat pemanfaatan panas bumi
sinar matahari. Panas bumi merupakan
di jalur gunung api aktif (ring of fire)
untuk energi listrik belum optimal,
energi bersih dan ramah lingkungan
membawa berkah dengan dianugerahi
baru mencapai 1.438,5 MW atau
(zero carbon emission). Kelebihan lain
kekayaan alam berupa sumber energi
sekitar 5 persen dari potensi yang ada
adalah tidak memerlukan bahan bakar
panas bumi yang melimpah. Menurut
(Statistik EBTKE 2016).
untuk pembangkitan serta energi listrik
data Kementerian ESDM per Desember
Panas bumi merupakan salah
yang dihasilkan relatif stabil sepanjang
2016, potensi panas bumi (geothermal)
satu sumber energi terbarukan, yaitu
waktu. Sebagai sumber energi domestik
di Indonesia yang mencapai 29.544
sumber energi yang dihasilkan dari
murni (site specific), pemanfaatan
MW adalah salah satu yang terbesar
sumber daya energi yang berkelanjutan
panas bumi dapat dilakukan di sekitar
di dunia, terdiri atas cadangan 17.546
(sustainable) jika dikelola dengan baik,
lokasi sumber energi.
Gambar 1. Sebaran PLTP Terpasang Per Desember 2016
Sumber: Bappenas
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
73
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Sumber Gambar : infomigas.org
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
Dengan berbagai kelebihan yang
Pengembang panas bumi me-
ada, panas bumi tidak lagi hanya
miliki kemampuan yang terbatas
dipandang sebagai sumber energi
untuk menanggung tingginya risiko
alternatif tetapi juga sebagai sumber
eksplorasi sehingga diperlukan
tuhkan
energi masa depan. Pemerintah beru-
dukungan Pemerintah. Dari perspektif
biaya yang tidak sedikit. Biaya
saha meningkatkan kontribusi energi
risiko fiskal, pertanyaan tentang
eksplorasi merupakan sunk cost
terbarukan termasuk panas bumi
bagaimana bentuk dukungan Peme-
bagi pengembang, karena belum
dalam bauran energi (energy mix).
rintah serta bagaimana penanganan
tentu kapasitas listrik yang dapat
Melalui Peraturan Presiden nomor
risiko yang dilakukan oleh Pemerintah
dihasilkan
22/2017 tentang Rencana Umum Energi
tentu relevan dan menarik untuk
finansial. Pengembang (baik swasta
Nasional, Pemerintah memasang
dikaji lebih lanjut. Penulisan artikel
maupun BUMN) menghadapi risiko
target yang cukup menantang untuk
ini bertujuan untuk menjelaskan
ketidakpastian kapasitas sumber daya
meningkatkan kapasitas energi listrik
tentang latar belakang penyediaan
karena data yang dimiliki baru sebatas
dari pemanfaatan panas bumi yaitu
fasilitas fiskal berupa pembiayaan
data permukaan dari hasil kegiatan
7.200 MW pada tahun 2025.
terlibat dalam pembiayaan proyek
PLTP.
Eksplorasi panas bumi membuteknologi
akan
tinggi
layak
dan
secara
eksplorasi panas bumi serta upaya
survei pendahuluan. Pengembang
Sebagaimana yang terjadi di
apa saja yang sudah dilakukan
memperoleh data tersebut pada
negara lain, risiko eksplorasi masih
Pemerintah agar fasilitas tersebut
saat lelang WKP (Wilayah Kerja
merupakan tantangan utama da-
dapat diselenggarakan secara efektif.
Panas Bumi). Sedangkan pada BUMN
lam pengembangan panas bumi
di Indonesia. Risiko eksplorasi bisa
berupa kemungkinan kapasitas listrik
data tersebut diperoleh pada saat
TANTANGAN EKSPLORASI
PANAS BUMI
mendapat penugasan pengelolaan
WKP.
yang dapat dihasilkan lebih kecil dari
Eksplorasi panas bumi bertujuan
Data permukaan belum cukup
perkiraan atau bahkan tidak ekonomis
untuk menyediakan data dan informasi
memberikan keyakinan bagi perban-
untuk dikembangkan. Tingginya risiko
bawah permukaan/sub surface untuk
kan untuk menyalurkan kredit yang
eksplorasi panas bumi berdampak
mengkonfirmasi perkiraan kapasitas
diajukan oleh pengembang untuk
pada terbatasnya akses pendanaan
sumber daya (resource capacity). Data
melakukan eksplorasi. Akibatnya
yang bisa disediakan oleh perbankan.
ini diperoleh dari hasil pengeboran di
banyak WKP yang tidak dikembangkan
Tantangan lain umumnya terkait
kedalaman hingga 3.000 meter untuk
karena pengembang mengalami
dengan isu-isu lingkungan dan sosial,
mencapai reservoir. Dari data tersebut
kesulitan untuk mendapatkan akses
regulasi dan perizinan, tarif listrik,
akan diketahui potensi kapasitas listrik
pembiayaan dari perbankan serta
serta kompleksitas pembangunan
yang dapat dihasilkan serta tingkat
tidak memiliki struktur modal yang
proyek panas bumi berupa PLTP
keekonomian suatu proyek PLTP.
cukup untuk membiayai eksplorasi
(Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Informasi ini sangat penting bagi
melalui ekuitas yang dimiliki. Hal
Bumi).
investor sebelum memutuskan untuk
ini dapat dilihat sebagai salah satu
74
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
Sumber Gambar : ebtke.esdm.go.id
penyebab pengembangan panas
pengelolaannya kepada PT SMI (Sarana
FDG, sebagaimana diatur dalam PMK
bumi di Indonesia relatif stagnan pada
Multi Infrastruktur) pada akhir tahun
62/2017 tentang Pengelolaan Dana
beberapa tahun terakhir.
2015. Aspek akuntabilitas menjadi
Pembiayaan Infrastruktur Sektor
kekhawatiran dalam penyaluran
Panas Bumi pada PT SMI. Terbitnya
FASILITAS FISKAL UNTUK
MENDUKUNG PROYEK PANAS
BUMI : PELAKSANAAN DAN
TANTANGAN
dana yaitu pertanggungjawaban atas
regulasi ini merupakan amanat
kerugian jika hasil eksplorasi ternyata
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
tidak layak untuk dikembangkan.
232/PMK.06/2015 tentang Pelaksanaan
Sehingga dalam penyaluran FDG
Pengalihan Investasi Pemerintah dalam
Pemerintah melalui Kementerian
terdapat persyaratan kolateral yang
PIP menjadi Penyertaan Modal Negara
Keuangan telah berinisiatif merumus-
memberatkan bagi calon debitur dan
pada PT SMI. Penyusunan regulasi ini
kan dan menyediakan fasilitas
menjadi penghalang untuk pengajuan
telah memperhatikan regulasi sektoral
fiskal dalam bentuk FDG/Fasilitas
kredit ke PIP.
dalam bidang Panas Bumi yang
Dana Geothermal (geothermal
Berdasarkan pengalaman di atas
fund facility). Penyediaan fasilitas
serta berlakunya regulasi baru di
pembiayaan eksplorasi merupakan
bidang panas bumi, seperti UU 21/2014
Pada PMK 62/2017 istilah Fasilitas
bentuk keterlibatan Pemerintah yang
tentang Panas Bumi, PP 7/2017 tentang
Dana Geotermal didefinisikan sebagai
diharapkan dapat mendukung dan
Pemanfaatan Tidak Langsung Panas
Dana Pembiayaan Infrastruktur Sektor
menciptakan iklim investasi yang
Bumi beserta peraturan turunannya,
Panas Bumi (Dana PISP), yaitu dana
menarik di sektor panas bumi. Sejak
maka perlu dirumuskan mekanisme
yang bersumber dari pengalihan
Tahun Anggaran 2011 Pemerintah telah
baru penyaluran FDG. Hal ini bertujuan
investasi Pemerintah berupa Fasilitas
mulai mengalokasikan pembentukan
agar fasilitas tersebut dapat disalurkan
Dana Geothermal dari PIP kepada
FDG melalui APBN dan menugaskan PIP
dan dimanfaatkan untuk pembiayaan
PT SMI yang digunakan untuk
(Pusat Investasi Pemerintah) sebagai
eksplorasi panas bumi secara efektif.
pembiayaan infrastruktur sektor panas
pengelola sebagaimana diatur dalam
PMK 286/2012 tentang Penugasan
kepada PIP untuk Melaksanakan
Pengelolaan Dana Geothermal.
merupakan kewenangan Kementerian
ESDM.
bumi, termasuk penambahan dana
STRATEGI “BREAKTROUGH” :
PENUGASAN PEMERINTAH
KEPADA PT SMI
dari sumber lain yang sah berdasarkan
persetujuan Pemerintah. Melalui PMK
ini, PT SMI sebagai BUMN yang berada
Namun sayangnya dana sejumlah
Menteri Keuangan telah menerbit-
di bawah Kementerian Keuangan yang
Rp.3,129 triliun tersebut belum
kan regulasi baru yang mengatur
bergerak dalam bidang pembiayaan
termanfaatkan hingga saat dialihkan
mengenai mekanisme pemanfaatan
infrastruktur ditunjuk sebagai
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
75
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
pengelola dana PISP.
selain sebagai pemegang saham PT
telah mengalami perkembangan yang
Pada mekanisme yang baru,
SMI juga sebagai menteri teknis yang
pesat.
Menteri Keuangan memberikan
berwenang mengatur kebijakan sektor
Berikut ini adalah beberapa upaya
penugasan khusus kepada PT SMI
pembiayaan infrastruktur sebagai
yang bisa dilakukan untuk memitigasi
untuk
kegiatan
kegiatan usaha PT SMI. Sedangkan
kerugian eksplorasi antara lain:
eksplorasi yaitu berupa penyediaan
melaksanakan
Menteri ESDM memiliki kewenangan
a. Penggunaan teknologi survei
data dan informasi panas bumi
sebagai menteri teknis/pemilik sektor
geokimia lanjutan yang akan
menggunakan Dana PISP. Penugasan
yang menyelenggarakan urusan
meningkatkan akurasi pengukuran
khusus kepada PT SMI diterbitkan
Pemerintahan di bidang panas bumi.
berdasarkan usulan penyediaan
Kewenangan Pemerintah dalam
b. Penggunaan teknologi deep slim
data dan informasi panas bumi yang
penyelenggaraan panas bumi dilaksa-
hole drilling akan meningkatkan
disampaikan oleh Menteri ESDM
nakan dan/atau dikoordinasikan oleh
akurasi data bawah permukaan dan
ataupun Direktur Utama BUMN/ anak
Menteri ESDM. Mekanisme koordinasi
meminimalkan biaya apabila data
perusahaan BUMN yang bergerak di
antara Menteri Keuangan dan Menteri
bidang panas bumi.
ESDM telah diatur dalam Nota
Menteri ESDM menyampaikan
Kesepahaman.
mendukung penyiapan WKP yang akan
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
yang diperoleh tidak layak.
c. Penerapan prosedur stop and go
pada setiap tahapan eksplorasi,
usulan penyediaan data dan informasi
panas bumi dengan tujuan untuk
temperatur reservoir.
berdasarkan rekomendasi tenaga
PENANGANAN RISIKO
EKSPLORASI
ahli yang berpengalaman, untuk
meminimalkan kerugian.
dilelang (greenfield). Sedangkan bagi
Para ahli berpendapat bahwa
Dalam PMK 62/2017 telah diatur
BUMN usulan tersebut ditujukan untuk
statistik tingkat kesuksesan eksplorasi
mekanisme penggantian Dana PISP
penambahan data pada WKP yang
pada sistem panas bumi vulkanik di
jika terjadi kegagalan eksplorasi
dikelola (brownfield). Dengan adanya
Indonesia mencapai 62 persen. Data
karena kegiatan eksplorasi dihentikan
fasilitas ini maka risiko eksplorasi yang
ini berasal dari hasil pengeboran 200
(cut loss) atau data hasil eksplorasi
selama ini dihadapi oleh pengembang,
sumur sampel sejak 20 tahun lalu.
tidak layak untuk dikembangkan/
baik swasta maupun BUMN akan di-
Rasio kesuksesan eksplorasi akan
dilelang. Mekanisme penggantian
tanggung oleh Pemerintah.
dapat ditingkatkan menjadi sekitar
diperlukan agar Dana PISP dapat
Penerbitan penugasan penyediaan
65 - 70 persen melalui penerapan
kembali digulirkan untuk lokasi
data dan informasi panas bumi kepada
teknologi survei yang baru (JICA,
potensial lainnya. Pada skema usulan
PT SMI melibatkan kewenangan lintas
2016). Mengingat, selama 15 tahun
Kementerian ESDM, jika eksplorasi
sektor, yaitu Menteri Keuangan dan
terakhir teknologi survei permukaan
berhasil maka pemenang lelang WKP
Menteri ESDM. Menteri Keuangan
(geologi, geofisika, dan geokimia)
diwajibkan untuk mengganti biaya
Tabel 1. Skema Penyediaan Data dan Informasi Panas Bumi Melalui Penugasan Khusus Kepada PT SMI
76
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
data sebelum penerbitan Izin Panas
lingkup pemanfaatan panas bumi
pengembangan proyek PLTP. Dana
Bumi. Sedangkan apabila gagal maka
merujuk pada UU 21/2014 tentang
PISP dapat disalurkan kepada badan
biaya tersebut akan diganti seluruhnya
Panas Bumi serta PP 7/2017 tentang
usaha yang memenuhi kriteria
oleh Pemerintah.
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
sebagai berikut:
Pada skema usulan BUMN, jika
Langsung.
a. BUMN yang melaksanakan Pe-
eksplorasi berhasil maka BUMN
1. Tujuan
manfaatan Tidak Langsung;
diwajibkan mengganti biaya seluruh-
Pengelolaan Dana PISP bertujuan
b. badan usaha yang melaksanakan
nya. Sebaliknya jika gagal terdapat
untuk:
Pemanfaatan Tidak Langsung
skema risk sharing antara Pemerintah
a. mendukung pembiayaan kegiat-
yang mayoritas sahamnya
dan BUMN. Maksimal yang bisa
an eksplorasi dan eksploitasi
ditanggung oleh Pemerintah adalah
serta pengembangan proyek
50 persen dari total biaya Penugasan
PLTP; dan
dimiliki oleh BUMN;
c. badan usaha Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan; dan/
Khusus kepada PT SMI, sedangkan
b. mendukung kegiatan penyedia-
sisanya merupakan beban BUMN.
an data dan informasi panas
Seluruh penggantian biaya oleh
bumi dalam rangka penyiapan
Pemerintah baik untuk skema usulan
wilayah kerja atau penambahan
Mekanisme pemberian pinjaman
data pada wilayah kerja.
dilaksanakan sesuai dengan keten-
Kementerian ESDM maupun usulan
BUMN akan dilaksanakan melalui
2. Jenis Kegiatan Pengelolaan Dana
mekanisme APBN.
PISP
atau
d. badan usaha pemegang Izin
Panas Bumi.
tuan yang berlaku pada PT SMI.
4. Penyertaan Modal
Pengelolaan Dana PISP dilaksana-
Penyertaan modal dilakukan oleh
kan oleh PT SMI melalui kegiatan:
PT SMI baik dalam rangka pendirian
a. pemberian pinjaman;
maupun penambahan kepemilikan
bergulir yang dapat digunakan untuk
b. penyertaan modal; dan/ atau
saham pada badan usaha/special
pembiayaan kegiatan pembiayaan
c. penyediaan data dan informasi
purpose vehicle yang melaksanakan
SUBSTANSI PMK 62/PMK.08/2017
Dana PISP merupakan dana
data dan informasi panas bumi
panas bumi.
kegiatan Pemanfaatan Tidak Lang-
dalam rangka mendukung komitmen
3. Pemberian Pinjaman
sung panas bumi. Mekanisme pe-
Pemerintah
mengembangkan
Pemberian pinjaman dilakukan
nyertaan modal dilaksanakan sesuai
infrastruktur energi listrik melalui
untuk pembiayaan kegiatan
dengan peraturan perundang-
pemanfaatan panas bumi. Ruang
eksplorasi, eksploitasi, dan/atau
undangan mengenai pendirian dan/
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
77
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
atau penyertaan modal dalam suatu
badan usaha dan anggaran dasar
PT SMI.
gudang.
skema Usulan Kementerian
b. Penugasan Pemerintah kepada
ESDM, pihak Kementerian ESDM
PT. SMI
akan melakukan administrasi
Kegiatan penyediaan data dan
pencatatan dan pengelolaan
Panas Bumi
informasi panas bumi dilakukan
atas data yang diterima tersebut
Tentang penyediaan data dan
oleh PT SMI berdasarkan pe-
sebagai Aset Barang Milik
informasi panas bumi, terdapat tiga
nugasan khusus dari Menteri
Negara. Pada skema BUMN,
aspek substansi sebagai berikut:
Keuangan. Surat Keputusan
pihak
a. Pendefinisian data dan informasi
Penugasan Khusus diterbitkan
pemilik aset yang melakukan
panas bumi
setelah Menteri Keuangan
pencatatan dan pengelolaan
Hasil dari pelaksanaan kegiatan
menyetujui rekomendasi yang
aset data. Setelah masa transisi,
penugasan Pemerintah adalah
disampaikan oleh Dirjen PPR
Kementerian
tersedianya data dan informasi
atas usulan Menteri ESDM
BUMN akan melakukan serah
panas bumi. Definisi data dan
atau Direktur Utama BUMN/
terima pemeliharaan atas aset
informasi panas bumi merujuk
anak perusahaan BUMN yang
pada UU 21/2014 tentang
bergerak di bidang Panas Bumi.
panas bumi yaitu semua fakta,
Surat Keputusan Penugasan
Menteri Keuangan membentuk
petunjuk, indikasi, dan informasi
Khusus diterbitkan oleh Menteri
Komite Bersama untuk pengawasan
terkait panas bumi. Bentuk data
Keuangan dalam hal ini Dirjen
dan supervisi, serta pengambilan
dan informasi panas bumi antara
PPR untuk masing-masing
keputusan
lain laporan kegiatan eksplorasi,
wilayah yang diusulkan.
pelaksanaan kegiatan penyediaan
5. Penyediaan Data dan Informasi
laporan hasil analisis data (data
78
c. Pengelolaan aset data dan
BUMN
merupakan
ESDM
atau
eksplorasi dengan PT SMI.
6. Pembentukan Komite Bersama
strategis
dalam
data dan informasi panas bumi.
well logging dan hasil uji sumur),
informasi panas bumi
Komite Bersama terdiri dari
contoh batuan (coring dan
Setelah selesai melaksanakan
unsur Kementerian Keuangan
cutting), dan hal-hal lain yang
penugasan, PT SMI akan me-
dan Kementerian ESDM sehingga
meliputi antara lain lahan untuk
nyampaikan data dan informasi
koordinasi dapat dilaksanakan
akses jalan dan area pengeboran
kepada Menteri Keuangan. Data
secara efektif. Komite Bersama
berupa well pad, well head,
tersebut selanjutnya diserahkan
dalam pelaksanaan tugasnya
rock storage, well structure, dan
kepada pihak pengusul. Pada
dapat melibatkan tenaga ahli yang
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
disediakan oleh PT SMI.
Menteri
DJPPR
eksplorasi merupakan bidang baru
dan DJKN melakukan evaluasi
bagi PT SMI sehingga perlu dibangun
PT SMI menyusun rencana penge-
dan pemantauan atas kinerja
kapasitas yang memadai dan memiliki
lolaan Dana PISP paling kurang satu
pengelolaan Dana PISP.
manajemen proyek yang handal
7. Perencanaan Dana PISP
Keuangan.
tahun sekali yang berkoordinasi
dengan Kementerian Keuangan c.q.
sehingga mampu menjalankan upaya-
KESIMPULAN
upaya mitigasi risiko eksplorasi dalam
DJPPR dan DJKN. Dengan demikian
Penyediaan Dana PISP sebagai
pelaksanaan penugasan. Hal lain
diharapkan terdapat sinkronisasi
fasilitas fiskal untuk pembiayaan
adalah perlu dirumuskan pengenaan
antara perencanaan pengelolaan
eksplorasi
dapat
premium risiko sebagai komponen
Dana PISP dengan Rencana Kerja
menciptakan iklim investasi yang
tambahan penggantian biaya data.
dan Anggaran pada PT SMI.
menarik sehingga mengundang
Terutama untuk skema Usulan
8. Keberlangsungan Dana PISP
partisipasi swasta di sektor panas
Kementerian ESDM. Pengenaan
PT SMI mengupayakan penambah-
bumi. Untuk itu diperlukan koordinasi
premium risiko digunakan untuk
an dana atas Dana PISP dari sumber
antara Kementerian Keuangan sebagai
menutup sebagian kerugian eksplorasi
dana lainnya yang sah guna
penyedia fasilitas, Kementerian ESDM
dan merupakan salah satu opsi
mendukung usaha pemanfaatan
sebagai pemilik sektor dan regulator
alternatif yang bisa dilakukan untuk
panas bumi. Termasuk agar bisa
dalam bidang panas bumi, dan PT
mengurangi ketergantungan terhadap
dikombinasikan dengan dana-
SMI sebagai agen fiskal Pemerintah
penggantian biaya melalui APBN.
dana dari swasta maupun dari
dalam pembiayaan infrastruktur serta
Keterlibatan Pemerintah dalam
pihak lain, misalnya green financing
pelaksana penugasan. Koordinasi perlu
mengambil alih risiko eksplorasi
dan climate change. Hal ini untuk
juga dilakukan dengan Kementerian
yang sebelumnya dihadapi oleh
memperbesar daya leverage dan
LHK terutama menyangkut kebijakan
pengembang merupakan break-
sustainability dana PISP.
dan perizinan penggunaan lahan
through sekaligus menunjukkan
9. Pengalokasian Anggaran dan
karena sebagaian besar sumber energi
komitmen Pemerintah dalam rangka
Pelaksanaan Penggantian Biaya
panas bumi berada di dalam kawasan
mengakselerasi pengembangan
kepada PT SMI
hutan. Koordinasi dengan pihak
sektor panas bumi. Fasilitas fiskal
Pengalokasian anggaran melalui
lain termasuk lembaga keuangan
ini diharapkan dapat membantu
APBN akan dilaksanakan jika
internasional juga diperlukan agar
Pemerintah untuk mencapai target
diperlukan penggantian biaya
fasilitas ini dapat digulirkan secara
bauran energi dari sektor panas bumi
penugasan kepada PT SMI sejumlah
efektif dan optimal.
menuju 7.200 MW pada tahun 2025
diharapkan
cost + margin. DJPPR mengajukan
Diperlukan penerapan manaje-
dari kapasitas yang ada saat ini sebesar
permintaan audit atas biaya yang
men risiko yang baik agar Dana
1.438.5 MW atau baru sekitar 20 persen
telah dikeluarkan oleh PT SMI
PISP dapat terus bergulir. Kegiatan
dari target. n
kepada BPKP. Berdasarkan hasil
audit yang dilaksanakan oleh BPKP,
DJPPR mengajukan permintaan
penyediaan anggaran dalam APBN/
REFERENSI:
APBNP kepada DJA sesuai dengan
1.
UU Nomor 19 Tahun 2003
tentang BUMN
2.
UU Nomor 21 Tahun 2014
tentang Panas Bumi
3.
UU Nomor 16 Tahun 2016
tentang Ratifikasi Paris
Agreement
4.
Peraturan Pemerintah 7 Tahun
2017 tentang Pemanfaatan
Tidak Langsung Panas Bumi.
5.
6.
ketentuan peraturan perundangundangan di bidang Keuangan
Negara. Menteri Keuangan selaku
Pengguna Anggaran Bendahara
Umum Negara menunjuk Direktur
PRKN-DJPPR
selaku
Kuasa
Pengguna Anggaran.
10. Laporan Pertanggungjawaban
PT SMI menyusun laporan semester
dan laporan tahunan kinerja
pengelolaan Dana PISP. Laporan
pengelolaan Dana PISP diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik
PIP untuk Melaksanaan Pengelolaan Dana Geothermal.
7.
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 62/PMK.08/2017
tentang Pengelolaan Dana
Pembiayaan Infrastruktur
Sektor Panas Bumi pada PT.
SMI.
8.
Peraturan Presiden Nomor
22/2017 tentang Rencana
Umum Energi Nasional
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 232/PMK.06/2015 tentang pelaksanaan pengalihan
Investasi Pemerintah dalam
PIP menjadi Penyertaan Modal
Negara pada PT. SMI.
9.
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 286/PMK.11/2012
tentang Penugasan kepada
Kementerian ESDM. Statistik
EBTKE 2016.
10. JICA. Textbook for Geothermal
Development Policy. 2016.
selanjutnya disampaikan kepada
INFO RISIKO FISKAL
E D I S I 2 / TA H U N 2 0 1 7
79
E
D
U
K
A
S
I
F
I
S
K
A
L
S
E
K
I
L
A
S
I
N
F
O
INDONESIA
PPP DAY
2017
A N e w Wa y, A N e w O p p o r t u n i t y
Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Pemerintah Kanada dan Bank Dunia kembali
menyelenggarakan Indonesia PPP Day di tahun 2017 ini. Mengusung tema “A New Way, A
New Opportunity”, Indonesia PPP Day 2017 bertujuan untuk:
1. Membangun komitmen yang lebih kuat pada Kepala Daerah sebagai PJPK potensial dalam
penerapan KPBU dalam penyediaan infrastruktur nasional dan daerah.
2. Menunjukkan kepada para pemangku kepentingan bahwa KPBU sudah semakin banyak
diminati, terutama oleh Pemerintah Daerah.
3. Menyediakan forum yang dapat memberikan informasi teknis mengenai pelaksanaan
R
I
S
I
K
O
KPBU di Indonesia baik kepada para calon PJPK, investor/lender potensial maupun kepada
publik.
Indonesia PPP Day 2017 akan dilaksanakan pada hari Rabu, 29 November 2017 bertempat di
Gedung Dhanapala, Jalan Dr. Wahidin No. 1, Jakarta Pusat.
Rangkaian kegiatan pada Indonesia PPP Day 2017 yaitu:
1.
Breakfast Meeting Menteri Keuangan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat bersama 30 Kepala Daerah terpilih.
2.
Talkshow KPBU menghadirkan Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Walikota Bandar Lampung, dan Walikota
Medan.
3.
Coaching Class (i) penyiapan Proyek KPBU, (ii) berinvestasi pada KPBU di Indonesia, dan (iii)
skema KPBU sebagai Solusi dalam Mengelola Terbatasnya Anggaran.
Kementerian Keuangan berkomitmen mendukung KPBU dalam penyediaan infrastruktur
dengan menyediakan fasilitas dan dukungan Pemerintah untuk KPBU. Kementerian Keuangan
menyediakan fasilitas penyiapan proyek/Project Development Fund, dukungan kelayakan atas
sebagian biaya konstruksi, dan penjaminan infrastruktur.
PENERBITAN PMK NOMOR 148/PMK.08/2017
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH
UNTUK PERCEPATAN PENYELENGGARAAN
KERETA API RINGAN/LIGHT RAIL TRANSIT
TERINTEGRASI DI WILAYAH JABODEBEK
Dalam Rangka melaksanakan amanat Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2017 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jabodebek PT
Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pengemban penugasan Pemerintah membutuhkan
pendanaan sebesar kurang lebih Rp. 26,7 Triliun untuk melakukan penyelenggaraan
pengoperasian prasarana, perawatan prasarana dan pengusahaan prasarana
termasuk
pendanaan pembangunan prasarana maupun sarana Kereta Api Ringan.
Dari total kebutuhan pendanaan tersebut, dibutuhkan pendanaan berupa ekuitas serta
pinjaman bank. Kereta Api Ringan Jabodebek ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019.
Dengan tarif penumpang yang telah ditentukan oleh Pemerintah dan pembangunan prasarana
yang penyelenggaraanya dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Kereta Api
(Persero) membutuhkan bantuan dari Pemerintah demi kelangsungan proyek dan tercapainya
S
E
K
I
L
A
S
expected return bagi PT Kereta Api (Persero).
Sehubungan dengan penugasan ini, Kementerian Keuangan berperan untuk menyediakan
dukungan berupa bantuan dan jaminan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Jaminan yang diberikan diberikan berdasarkan mandat Peraturan Presiden Nomor
I
N
F
O
49 tahun 2017. Jaminan dimaksud merupakan jaminan pinjaman dan jaminan atas penerbitan
obligasi/surat hutang PT Kereta Api (Persero)
dalam rangka penyelenggaraan prasarana
maupun sarana Proyek Kereta Api Ringan.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyampaikan permohonan jaminan setelah Peraturan
mengenai pemberian bantuan atas pelaksanaan penugasan penyelenggaraan Kereta Api
Ringan/LRT Jabodebek sebagaimana dimaksud dalam Perpres Nomor 49 Tahun 2017 diterbitkan
dan Perjanjian Kerja Sama penyelenggaraan Kereta Api Ringan/LRT Jabodebek ditandatangani.
Adapun pelaksanaan pemberian jaminan Pemerintah oleh Menteri Keuangan didelegasikan
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
R
I
S
I
K
O
SEMINAR HARI
OEANG: “SINERGI
MANAJEMEN ASET,
TREASURY, DAN
PEMBIAYAAN
UNTUK PERCEPATAN
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
INDONESIA”
JAKARTA,
24 OKTOBER 2017
E
X
P
O
S
U
R
E
PENDATANGANAN
KESEPAKATAN
INDUK KPBU SIDOARJO BARAT PEKAN BARU
JAKARTA,
18 AGUSTUS 2017
IMPLEMENTASI
PROGRAM RESULT
BASED LENDING
WORKSHOP DENGAN
PELAKU BISNIS
DAN INSTANSI
PEMERINTAH
DAERAH
BANDAR LAMPUNG,
14 AGUSTUS 2017
INDONESIA
INFRASTRUCTURE
FINANCE FORUM
JAKARTA,
25 JULY 2017
PERJANJIAN PELAKSANAAN FASILITAS
& PERJANJIAN
PENUGASAN
PT SMI SEBAGAI
PELAKSANA FASILITAS PENYIAPAN
PROYEK KPBU
SPAM PEKANBARU
JAKARTA,
5 OKTOBER 2017
MONITORING TOL
TRANS SUMATERA
RUAS BAKAUHENITERBANGGI BESAR
LAMPUNG,
14-16 AGUSTUS 2017
E
X
P
O
S
U
R
E
Download