Uploaded by intadeviq

RESUME TOWARD AUDITING

advertisement
AUDITING AND ASSURANCE
Oleh
Intadaviqotul Minakh
196020300111013
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
CRITICAL REVIEW
Judul
: The Audit Crunch: Reforming Auditing
Penulis
: Prem Sikka, Pik Liew, and Steven Filling
Jurnal
: Managerial Auditing Journal
Artikel ini sangatlah menarik dan memiliki makna yang mendalam, terutama bagi para
auditor. Dikarenakan artikel ini membahas mengenai bagaimana kesesuaian model audit,
kualitas audit dan kemampuan audit dalam dunia nyata pada suatu transaksi bisnis. Dimana
pada artian luas artikel tersebut membahas mengenai masalah apa yang sering terjadi pada
ketiga hal tersebut. Yang pertama, kelemahan dalam menggunakan model audit itu dapat
membuat seorang auditor tergantung secara finansial pada perusahaan, sehingga hal itu
menyebabkan auditor kehilangkan dalam sikap independensinya. Akibatnya auditor akan
sangat tunduk dengan perusahaan atau kliennya demi mendapatkan finansial yang diinginkan.
Kebanyakan hal itu terjadi dikarenakan seorang auditor memiliki hubungan khusus dengan
perusahaan. Yang kedua, pada kualitas audit dapat mengabaikan konteks organisasi dan sosial
audit. Dalam hal ini ada banyak kekhawatiran tentang kualitas audit, terutama ketika
perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang tak terduga, padahal di saat itu auditor
memberikan pernyataan pada laporan audit dengan wajar tanpa pengecualian. Dan yang
terakhir, kemampuan audit. Hal ini hampir sama dengan masalah yang dialami kualitas audit,
dimana auditor tidak mampu memprediksi masa depan perusahaan. Para auditor hanya mampu
memberikan pernyataan pada laporan audit dengan melihat kondisi perusahaan pada saat yang
sedang berjalan.
Artikel tersebut memiliki bahasa yang mudah untuk dipahami dan sangat menarik untuk
diulas atau dibahas kembali, khususnya untuk para auditor atau seseorang yang sedang
mendalami mengenai peran auditor. Dikarenakan hal itu menyangkut kesadaran auditor
tentang bersikap independensi. Dan dari artikel ini materi yang disampaikannya sudah sangat
jelas sehingga dapat memudahkan para pembaca untuk memahami alur materinya. Artikel
tersebut memiliki pemikiran baik dengan mengaitkan materi semuanya mulai dari abstrak
hingga kesimpulan. Dan hal ini telah menggunakan rujukan dari penelitian-penelitian terdahulu
yang memiliki indeks bagus.
1
TOWARD AN AUDITING PHILOSOPHY and THE METHODOLOGY OF
AUDITING
TOWARD AN AUDITING PHILOSOPHY
Pada bab ini akan lebih menjabarkan mengenai teori auditing. Dan yang akan menjadi
poin penting disini adalah mengenai suatu asumsi dasar dan pemahaman yang bisa membantu
pengembangan dan praktek auditing. Dikarenakan pada hal ini banyak yang menganggap
bahwa audit sebagai subjek yang sepenuhnya praktis, sehingga berbeda dengan teori.
Pemahaman teori auditing dapat membantu kita dalam mencari jalan pemecahan yang masuk
akal atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh profesi auditor.
Status teori audit saat ini. Saat ini hanya ada sedikit sesuatu yang tersedia dalam
literatur profesional yang dapat digambarkan sebagai teori audit. Dan tentu saja ada sedikit
dalam literatur audit untuk membandingkan dengan kekayaan materi yang ditemukan pada
teori akuntansi. Sehingga perlu bagi kita untuk menginvestigasi kemunginan mengintegrasikan
teori auditing.
Makalah auditing yang belum terselesaikan. Pada saat ini, audit memiliki masalah
membingungkan yang melibatkan berbagai macam subjek. Sebagai contoh, seberapa jauh
sampel yang diperoleh auditor dapat mempertanggung jawabkan atas pengungkapan
pendapatnya pada sebuah perusahaan yang diaudit. Nah hal semacam itu harus di akui atau
diperhatikan, karena hal tersebut sangat berhubungan dengan probabilitas, dimana menjelaskan
mengenai bagaimana kemampuan auditor dalam mengatasi masalah tertentu dengan baik
dalam proses audit.
Tujuan teori. Salah satu alasan yang digunakan dalam tujuan teori ini adalah untuk
penyelidikan yang serius dan substansial tentang kemungkinan dan sifat teori audit yaitu agar
dapat memberikan kita solusi, atau setidaknya petunjuk untuk solusi dalam masalah yang
sekarang sekiranya sulit. Dalam hal ini masih terdapat alasan lain yang lebih penting, jika audit
adalah Profesi yang dipelajari, maka orang-orang yang mempraktekkannya harus memiliki
beberapa keganjilan tentang hal itu.
Filosofi dan auditing. Terdapat beberapa pertanyaan yang mungkin muncul terhadap
upaya seperti ini. Apakah dalam mengaudit harus memiliki filosofi? Apa yang diperoleh atau
yang dimaksud dengan filosofi auditing?. Dan yang terakhir,apakah auditor harus memenuhi
syarat dalam membangun struktur filosofis mereka atau apakah ini hanya sebagai latihan?.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut maka setidaknya harus dibutuhkan penelitian
2
mengenai sifat dari filosofi itu sendiri, sifat auditing dan kemungkinan untuk mengaplikasi
metode, maksud, dan tujuan filosofi auditing.
Pendekatan Filosofis. Meskipun filosofi tidak setuju dengan tujuan dan metode
filsafat. Namun terdapat beberapa ide dasar yang dapat diterima secara umum. Dan dalam hal
ini pendekatan filosofi memiliki empat karakteristik yakni: comprehension, perspective,
insight, dan vision. Comprehension menyiratkan adanya pemahaman secara menyeluruh yang
mengarahkan kita untuk mempertimbangkan konsep-konsep umum seperti pembuktian
(evidencing), kecermatan profesi (professional due care), keterungkapan (disclosure), dan
independensi. Perspektive Jika hal ini diterapkan pada pengembangan filosofi auditing, kita
akan melihat kebutuhan akan pengesampingan kepentingan pribadi. Insight menekankan
dalamnya penyelidikan yang diusulkan. Dan vision Menunjukkan jalan yang memungkinkan
manusia berpikirdalam kerangka yang sempit ke kemampuan untuk memandang gejala dalam
kerangka yang lebih luas, ideal, dan imajinatif (conceived).
Metode Filosofi. Setiap bidang ilmu mempunyai metode studi masing-masing, filosofi
juga memiliki metode atau tradisi dalam diskursusnya. Masing-masing dari metode ini
mempunyai tempat tersendiri dalam auditing. Pendekatan-pendekatan ini di jelaskan sebagai
berikut: The analytical approach, Sikap filosofis berupaya merefleksikan sikap kritis dan
analitis terhadap ide-ide maupun gagasan yang selamaini diterima begitu saja oleh sebagian
orang. The valuation approach, Ada dua di antara beberapa jenis penilaian, yakni moral dan
etika. Dengan pendekatan ini, dicari jawaban terhadap bagaimana sebaiknya seseorang
berbuat, dan prinsip apa yang semestinya digunakan untuk mengarahkan tindakan manusia.
Auditing sebagai suatu disiplin ilmu. Terdapat beberapa pemikiran yang salah
mengenai auditing, banyak orang berpendapat bahwa auditing merupkan bagian dari akuntansi,
hal ini terjadi karena auditor juga dikenal sebagai akuntan. Terdapat perbedaaan dalam cara
kerja dan metodologi antara auditing dan akuntansi. Hubungan antara kedua disiplin ini sangat
dekat karena objeknya sama. Dalam akuntansi yang dilakukan adalah mengumpulkan,
mengolongkan, rangkuaman serta komunikasi dari suatu data keuangan. Sedangkan auditing
tidak mengkomunikasikan data akan tetapi untuk mereview, mengukur apakah sudah tepat
dalam penyajiannya.
3
THE METHODOLOGY OF AUDITING
Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai “metode” dalam audit. Metodologi yang
digunakan dalam banyak ilmu, penggunaaan metodologi dalam suatu ilmu tidaklah menjamin
metodologi tersebut dapat digunakan dalam ilmu lain. Dalam beberapa kasus, metodology yang
digunakan suatu disiplin ilmu hampir menyerupai satu dan lainnya tetapi harus ada modifikasi
dan adaptasi. Suatu metode bergantung pada tipe permasalahan yang ada, penilaian yang
dibuat, dan karakter data yang akan diteliti. Auditing mempunyai metode yang terdiri dari
perilaku dan prosedur. Dibawah ini akan dilakukan perbandingan antara perilaku auditing
dengan perilaku ilmiah.
Perilaku ilmiah. Perilaku ilmiah merupakan perilaku dari suatu pemikiran dan
prosedur penjelasan. Perilaku ilmiah terdiri dari penelitian dan keingintahuan. Seorang
ilmuwan merupakan filsuf dengan pertanyaan “mengapa” yang terus menerus. Suatu peristiwa,
tindakan dan interaksi merupakan bagian dari keingintahuan dimana peneliti akan menemukan
mengapa hal itu bisa terjadi dan dengan cara bagaimana. Turunan dari keingintahuan adalah
reliable (andal). Hanya pengetahuan yang didukung oleh bukti bukti yang tidak dapat dijawab
yang diterima. Seorang peneliti tidak pernah puas dengan dengan solusi yang ada, peneliti akan
mencoba menerapkan permasalahan atau solusi tersebut kepada permasalahannya lainnya.
Peneliti juga secara berkesinambungan mencari hukum dasar dan prinsip yang menjelaskan
hingga problem ada yang terselesaikan. Terdapat perbedaan yang mendasar
antara
permasalahan berdasarkan fakta yang diteliti oleh penelitian ilmiah dengan permsalahan
berdasarkan nilai yang diteliti oleh peneliti sosial.
Perilaku auditing. Dalam auditing telah dilakukan metode investigasi yang telah
dikembangkan sehingga perilaku yang ada tidak diambil secara langsung dari ilmu lain.
Perilaku auditing meliputi komponen; Mengadopsi sikap tidak memihak dalam
mengformulasikan dan memberikan penilaian, keterbatasan minat dan penyelidikan utama
seusai dengan penilaian yang diminta, dan berdasarkan pembentukan penilaian dan
pengungkapan dari bukti yang tersedia. Perbedaan mendasar dari perilaku auditing dan
perilaku ilmiah adalah ketertarikan yang ada. Auditor harus mempresentasikan laporan
keuangan yang telah ada dan mengungkapkannya diamna hal ini berdasarkan terhadap
pemeriksaan. Sebaliknya ilmuan ilmiah tidak terbatas terhadap lingkup penyelidikan, jarang
sekali memulai dengan tujuan yang spesifik. Netral dan independensi adalah perbedaan
selanjutnya yang paling mendasar dari auditing. Seperti di dalam penelitian lainnya, auditor
juga tertarik dalam bukti, dan berusaha untuk mendapatkannya, mengevaluasi dan
4
mempelajarinya sebelum memberikan penilaian. Auditor tidak dapat memulai suatu
penyelidikana apabila tidak mendapatkan bukti yang mendukung. Sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan antara perilaku auditing dan juga ilmiah. Dan juga serta dalam metodologi
yang digunakan dan juga prosedur.
Pendekatan metodologi dalam ilmiah. Dalam melakukan hal tersebut terdapat
delapan langkah yang harus dilakukan yakni; Mempertimbangakan pre- eliminasi data yang
mempunyai permasalahan, mengformulasikan masalah, observasi fakta yang sesuai dengan
permasalahan, menggunakan pengetahuan yang ada, mengformulasikan hipotesa, deduksi dari
implikasi hipotesa, melakukan tes pada hipotesa, dan kesimpulan. Sains harus menggunakan
asumsi. Misalnya, penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya akan memiliki hasil esensial
yang sama dengan percobaan yang sama dilakukan saat ini. Penelitian sains yang dilakukan
berulang kali akan tetap memiliki hasil yang sama dengan asumsi-asumsi tertentu. Tanpa
asumsi, pengetahuan sains menjadi tidak berarti. Di dalam auditing juga menggunakan asumsi.
Prosedur Metodologi dalam Auditing. Dalam menyelesaikan masalah metodologi
auditing terdapat langkah-langkah sebagai berikut: Menerima tugas audit, mengamati faktafakta relevan dari permasalahan, membagi permasalahan menjadi permasalahan individual,
menetapkan fakta-fakta yang tersedia berhubungan dengan permasalahan individual, memilih
teknik audit yang dapat diaplikasikan, kinerja dan prosedur untuk memperoleh bukti, evaluasi
bukti, dan memformulasikan pendapat. Di sini terlihat jelas perbedaan substansial antara
metodologi prosedur ini dan apa yang disebut dengan prosedur berpikir sains. Pertama, auditor
tidak memiliki data asli yang membawa perhatiannya seperti cara para scientist. Permintaan
opininya atas kewajaran laporan keuangan datang kepadanya dengan cara biasa sesuai
pekerjaannya. Kemudian pemeriksaan dilakukan tidak berdasarkan inisiatif. Karena menerima
permasalahan yanng ada dalam permintaan opininya, auditor melakukan observasi pada buktibukti. Kemudian melakukan review atas pengendalian internal, dan akhirnya mendiskusikan
situasi perusahaan dengan manajemen sekaligus mengevaluasi permasalahan umummnya.
Perbedaan Antara Metode Sains dan Metode Auditing. Auditor seringkali
membutuhkan bukti-bukti yang berkaitan atas suatu masalah, sedangkan scientist cukup puas
hanya jika mampu mengambil kesimpulan dari bukti-bukti. Tetapi dalam hal kewajaran, perlu
digaris bawahi ada faktor-faktor lain yang terlibat. Untuk jangka panjang, scientist menuntut
memiliki bukti yang sangat kuat, untuk jangka pendek, tidak seideal itu. Auditor bekerja dalam
konteks jangka pendek (short run). Kesimpulannya lebih sering bersifat sementara. Perbedaan
kedua yang cukup signifikan adalah percobaan kontrol. Dalam sains, pengujian hipotesis
5
seringkali dilakukan di laboratorium dibawah beberapa kondisi yang bisa dikendalikan atau
dikontrol sehingga efek yang diberikan dapat dilihat dengan jelas. Bukan saja hanya hasilnya
yang dapat dilihat dengan jelas, melainkan percobaannya dapat dilakukan berulang kali.
Berbeda dengan audit, hanya karena kondisi yang sangat luar biasa audit akan dilakukan dua
kali, bahkan hasilnya tidak ekuivalen dengan percobaan laboratorium yang dilakukan dua kali.
Banyak hal intangible yang bersama-sama mempengaruhi opini audit.Perbedaan ketiga adalah
fakta di dalam auditing asumsi dasar atau postulat terkait validitas penalarannya sama sekali
tidak dinyatakan.
Probabilitas dalam Sains dan Auditing. Dalam hal ini dapat dilihat melalui hipotesis,
hipotesis yang tidak diuji memiliki tingkat probabilitas yang rendah dibandingkan dengan yang
diuji, tetapi keduanya tetap probabilitas. Sains sudah lama menggunakan teknik dan metode
statistik untuk memecahkan masalah. Auditing merupakan aplikasi lain dari berpikir ilmiah
dalam teori probabilitas. Pengaruh tradisional dari teori probabilitas dalam auditing adalah
contohnya dengan menggunakan kalimat “opini” untuk menunjukkan kesimpulan (final
judgement) terhadap sebuah laporan keuangan yang sudah diperiksa.
Prosedur Metodologi untuk Value Judgment. Pada auditing memiliki permasalahan
yang bervariasi termasuk value judgment. Di dalam pemeriksaan auditor menghadapi masalah
ini, begitu juga ketika tanggung jawab kepada masyarakat mengalami masalah value judgment.
Metode yang digunakan untuk menilai pendapat adalah sebagai berikut: Pengenalan masalah,
pernyataan masalah, formulasi solusi yang mungkin, evaluasi solusi, dan formulasi pendapat.
Poin pertama dan kedua tidak memerlukan perhatian khusus dalam pembahasan ini. Perlu
diperhatikan bahwa harus dipikirkan semua solusi yang bisa dilakukan, misalnya berdasarkan
pengalaman yang telah lalu. Kemudian setelah mengidentifikasi semua solusi yang mungkin
barulah mencari referensi untuk memilih solusi mana yang akan digunakan. Setelah itu baru
melakukan evaluasi bagaimana hasilnya. Pada tahap ini pengalaman profesional dan
pengetahuan sangat penting. Itulah langkah yang dilewati ketika akan membuat sebuah value
judgment.
6
Download