Uploaded by Nita

SPM - STUDI KASUS BAB 3

advertisement
Pada Oktober 1998, Anton van Leuven, direktur manajemen Axeon N.V., sebuah
perusahaan besar kimia Belanda, dihadapkan pada keputusan yang sulit, Ian Wallingford,
direktur manajemen di Axeon cabang Inggris, Hollandsworth, Ltd., dan Jeremy Noble, anggota
dewan direktur Hollandsworth, merasa frustasi karena proposal investasi yang telah
dipresentasikan beberapa waktu lalu belum juga disetujui. Anggota dewan bahkan sudah
mengancam untuk mundur dari jabatannya. Tetapi van Leuhen sudah disarankan oleh beberapa
manajer lainnya untuk menolak proposal Hollandsworth.
Pada tahun 1998, Ian mengonfirmasikan dewan Hollandsworth bahwa ia memiliki usul
untuk mempelajari kemungkinan pembangunan sebuah pabrik di Inggris untuk memproduksi
lapisan kimiawi pelindung yang dikenal dengan sebutan AR-42. Ia menjelaskan bahwa
insinyur produk di Hollandsworth telah mengembangkan cara baru untuk membantu para
pengguna menyimpan dan menggunakan pelapis ini. Menurutnya, hollandsworth dapat
mengembangkan psar di Inggris yang akan hampir sebesarpsar global terkini Axeon yang
memasarkan AR-42.
Pada Juli 1998, Ian mempresantisakn hasil dari analisisnya, perhitungan net present
value dan penjelasan pendukung pada rapat dewan Hollandsworth (hal 117). Dalam
presentasinya, Ian didampingi oleh direktur manufaktur, penjualan, dan keuangan. Di akhir
rapat, Ian dan timnya pergi ke sebuah pubdisekitar untuk merayakannya. Mereka semua merasa
bahwa rapat tadi berjalan sangat baik.
Sekitar seminggu kemudian, Van Leuven memanggil Ian untuk melakukan
pembicaraan setelah rapat dewan. Ian mendesak agar segera diadakan rapat ada minggu
berikutnya.
Ian menjelaskan rapat itu dari sudut pandangnya, “Rapat ini merupakan salah satu rapat
yang membuat kesal dalam hidup sayadan berlangsung sepanjang hari saya menjelaskan
bagaimana kami bisa membuat gambaran tersebut, tapi ia tidak mengubah pendapatnya yang
menyebut kami terlalu optimis”.
Lalu, Oosterling mulai berceramah bahwa produksi AR-42 tergologn rumit dan ia
kesulitan untuk memproduksinyadi Belanda, meski dengan pekerja terlatih dan berpengalaman
lama. Ian sudah menekankan bahwa tim mereka siap untuk mempelajari dan mengambil
risikonya. Namun karena beberapa alasan, Ian tidak dapat membuat Oosterling mengerti.
Ian kembali ke London dan melaporkan hasil rapat ini kepada staf dan kedua anggota
dewan Inggris. Mereka semua sangat kecewa. Salah satu anggota staff Hollansworth
berkata,”Manajemen Axeon terkesan membicarakan desentralisasi, tetapi disaat yang sma
mereka bersikap layaknya penguasa”.
Dalam pertemuan dengan Noble, Ian berkata, :”Walau saya tentunya tidak akan
mengatakan inidalam rapat yang lebih besar, saya rasa tenaga produksi dan penjualan di
Belanda hanya ingin membangun kerajaannya sendiri dan menghasilkan uang di Axeon
Belanda. Mereka tidak peduli dengan Hollandsworth dan Inggris. Cara beroperasi mereka
sangat licikkita punya ide dan inisiatif, dan mereka mencoba untuk merampas dan mengambil
imbalannya”.
Dalam sebuah wawancara, ian menunjukkan ketidaksabarannya. Bahwa Ian berfikir
kalau dia memiliki banyak proyek lain yang perlu pengembangan untuk Hollansworth, dan
perencanaan jangka panjang yang membutuhkan banyak waktu dan energi. Bukan berarti itu
adalah satu-satunya hal yang harus ia lakukan. Terkadang ia merasa bahwa dia ingin menyerah
dan menginstruksi Axeon untuk pergi dan menjual AR-42 itu sendiri.
Download