efektivitas pesan iklan layanan masyarakat

advertisement
i
EFEKTIVITAS PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL DI KALANGAN
PETANI
SYIFA IBTISAMAH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Pesan
Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan
Petani” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Syifa Ibtisamah
NIM I34120123
2
3
ABSTRAK
SYIFA IBTISAMAH. Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan
Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani. Dibimbing oleh SUTISNA
RIYANTO.
Iklan layanan Masyarakat (ILM) adalah iklan non-komersil yang
ditayangkan di radio atau televisi untuk menyampaikan pesan sosial. Gerakan
nasional revolusi mental adalah salah satu program pemerintah yang
disosialisasikan melalui ILM yang berperan untuk memersuasi masyarakat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan berperilaku sesuai nilai-nilai
luhur di Indonesia. Penelitian ini melibatkan petani sebagai subjek penelitian.
Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan desain one group pretest
posttest dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pesan ILM
revolusi mental dalam meningkatkan pengetahuan serta mengarahkan sikap
masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan pesan ILM revolusi mental dapat
meningkatkan pengetahuan, namun belum mampu mengarahkan sikap. ILM
revolusi mental efektif untuk menjangkau petani yang berbeda karakteristik
personal, karena tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dan
keterdedahan informasi dengan peningkatan pengetahuan dan sikap.
Kata kunci : efektivitas pesan, iklan layanan masyarakat, kelompok tani, revolusi
mental.
ABSTRACT
SYIFA IBTISAMAH. The Effectiveness of Public Service Announcement
National Movement “Revolusi Mental” among Farmers. Supervised by SUTISNA
RIYANTO.
Public service announcement (PSA) is non-commercial advertisement
broadcast on radio or television to deliver social message. The national
movement “Revolusi Mental” is one of the government programs that are
socialized through PSA to persuade people to improve the quality of human
resources and the behavior appropriate to ideal values of Indonesia. This study
involves farmers as a subject. The method used is an experimental method with
“one group pretest posttest” design to determine the extent to which the
effectiveness of revolusi mental PSA content in improving the knowledge and
direct attitudes. The results showed that revolusi mental PSA content is able to
enhance the knowledge but have not been able to directing the attitude. Revolusi
Mental PSA effective for all farmer characters, because there is no relationship
between individual characteristics and information exposed with knowledge and
attitudes increased.
Key words: content effectivity, public service announcement, farmer group,
revolusi mental
4
5
EFEKTIVITAS PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL DI KALANGAN
PETANI
SYIFA IBTISAMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
6
8
9
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan
Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani” dengan baik. Penulisan skripsi ini
merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IPB 2012, ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto,
MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran selama
proses penulisan hingga penyelesaian Skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada orang tua tercinta Pepen Effendi dan Nurlaela Effendi atas
perhatian dan doa yang tidak pernah putus. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada staff Desa Pasir Eurih, Bapak Yayan Suryana selaku penyuluh
pendamping, Bapak Soma, Bapak Ugan, Bapak Ilyas, Bapak Salim, Ibu Emay
selaku ketua kelompok tani, Erik, dan kepada anggota Gapoktan Mekar Wangi,
Desa Pasir Eurih.
Terima kasih kepada Ridho Risali dan Faris Ahmad Saputra selaku teman
satu bimbingan. Kepada Salma Eff, Syahla Eff, Rifqi Abdurrahman, Kharin
Faradiba, Nabila Rahma, Nella Gabrielle, Fina Windayani, Ade Wulandari,
Fajarina Nurin, M. Yunus Gerry, Egi Nurridwan, Mirza Alam, Lyra Majasoka,
Izky Arsylla, Suhailah Alatas, Dyanza, Nurlia, Nabila Fonna, Haerani, Laili Ira,
Amalia Setya, Audina Amanda, Astrid Putri, Nurmitha, Widya Amaliah, serta
kepada keluarga dan rekan-rekan KPM 49 yang telah memberikan semangat dan
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2016
Syifa Ibtisamah
10
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
vi
vi
vi
2
Latar Belakang
2
Rumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
6
Komunikasi Massa
7
Iklan Layanan Masyarakat
10
Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat
12
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas
15
Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental
16
Kerangka Pemikiran
21
Hipotesis Penelitian
22
Definisi Operasional
23
METODE
27
Desain Penelitian
27
Lokasi dan Waktu
29
Teknik Pengumpulan Data
29
Teknik Penentuan Informan dan Responden
30
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
31
GAMBARAN UMUM
33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
33
Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
34
Deskripsi Keterdedahan Informasi
36
Deskripsi Karakteristik Iklan
38
PENGARUH VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP
40
Pengetahuan dan Sikap Awal
41
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
43
Uji Beda Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
47
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS
IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
49
12
Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap
49
Hubungan Keterdedahan Informasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap
50
Hubungan Karakteristik Iklan dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
53
PENUTUP
54
Simpulan
54
Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
55
RIWAYAT HIDUP
66
13
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jenis Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data
Jumlah Penduduk Desa Pasir Eurih Tahun 2014 menurut Tingkat
Pendidikan
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Karakteristik
Individu
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Pekerjaan Utama
dan Sampingan
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Keterdedahan
Informasi
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Penilaian
Karakteristik Iklan
Rataan Skor menurut Komponen Daya Tarik Iklan
Rataan Skor menurut Komponen Isi Pesan
Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Pengetahuan
Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Sikap
Rataan Skor Post-test Pengetahuan menurut Indikator Pengetahuan
dan Sikap
Skor Pre-test dan Post-test Subjek Penelitian menurut Nilai Uji T
Koefisien Korelasi Karakteristik Individu dengan Efektivitas Pesan
Iklan Layanan Masyarakat
Koefisien Korelasi Keterdedahan Informasi dengan Efektivitas
Pesan Iklan Layanan Masyarakat
Koefisien Korelasi Karakteristik Iklan dengan Efektivitas Pesan
Iklan Layanan Masyarakat
30
33
35
36
37
38
38
39
41
42
44
48
49
52
53
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Skema proses komunikasi ILM
Kerangka Analisis
Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test.
Logo Revolusi Mental
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Pengetahuan
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Sikap
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Pengetahuan
Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Sikap
12
22
27
21
43
43
45
46
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Peta Administrasi Desa Pasir Eurih
Rencana alokasi waktu penelitian
Daftar Subjek Penelitian
Dokumentasi
61
62
63
64
14
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Media massa merupakan sarana komunikasi yang penting dewasa ini, baik
media cetak maupun elektronik. Media cetak diantaranya, surat kabar dan
majalah, sedangkan media elektronik seperti radio, televisi, film, dan internet.
Fungsi komunikasi massa diungkapkan Effendy (2002) yaitu, (a) menyiarkan
informasi (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan
fungsi mempengaruhi (to influence). Penyampaian informasi yang disertai
penyampaian pesan mendidik dapat berupa sosialisasi, sehingga media massa
turut memberikan pengaruh dalam perkembangan atau perubahan sikap
masyarakat.
Media massa yang paling sering digunakan untuk penyampaian informasi
dan akrab digunakan khalayak hingga sekarang adalah televisi, radio, dan koran.
Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh khalayak
dibandingkan radio dan koran. Survei yang dilakukan oleh Center for the study of
Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menemukan
bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menonton televisi (94 persen),
mendengarkan radio (30 persen), dan membaca koran (33 persen) (KPI 2015).
Popularitas televisi didukung oleh karakter televisi yaitu dapat menjangkau
khalayak luas dan mampu menampilkan objek dengan menarik sehingga
membangun imajinasi khalayak.
Televisi tidak hanya menampilkan program siaran tetapi juga
menampilkan iklan, baik iklan komersil maupun non-komersil. Iklan komersil
adalah iklan yang dibuat oleh perusahaan produk bertujuan memasarkan produk
dan mempengaruhi khalayak untuk membeli produk tersebut. Iklan non-komersil
adalah iklan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga non-profit yang bertujuan
menyampaikan pesan berupa anjuran untuk kepentingan publik, misalnya iklan
layanan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang
penyiaran, siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan non-komersial
yang disiarkan melalui siaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,
memasyarakatkan dan atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran dan atau
pesan-pesan lainya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar
bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.
Iklan layanan masyarakat (ILM) biasanya ditayangkan oleh lembaga nonprofit karena ILM merupakan iklan yang digunakan untuk menyampaikan
informasi persuasif atau mendidik khalayak yang bersifat sosial, agar masyarakat
sebagai audience dapat bertambah pengetahuannya, kesadarannya, dan sikapnya,
serta berubah perilakunya agar mempunyai pandangan positif dan kehidupan lebih
baik (Pujiyanto 2013). ILM memberikan respon sosial, dimana media massa dapat
menanggapi fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi. ILM
bertujuan memberikan edukasi agar masyarakat lebih mengetahui informasi
seperti kebijakan pemerintah, pencegahan suatu penyakit, atau pengumuman tata
cara mengurus dokumen bagi masyarakat. Salah satu ILM yang ditayangkan di
televisi adalah ILM gerakan nasional revolusi mental.
2
Gerakan nasional revolusi mental merupakan salah satu program yang
menjadi agenda pemerintah periode 2015-2019 dalam upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia. Revolusi mental memliki nilai strategis dan instrumental.
Nilai strategis revolusi mental diarahkan untuk kedaulatan, daya saing, dan
persatuan bangsa yang dilakukan secara kolektif melibatkan seluruh bangsa
dengan memperkuat institusi pemerintahan dan pranata sosial budaya. Secara
instrumental merupakan upaya bersama membangkitkan kesadaran bahwa
Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif, dan
berpotensi menjadi bangsa maju dan modern. Praktek dalam keseharian dilakukan
dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku melalui internalisasi
nilai-nilai esensial pada setiap individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat
sampai dengan lembaga-lembaga negara. Nilai utama yang tergantung dalam
gerakan nasional revolusi mental adalah integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Terdapat keterkaitan antara Trisakti, Nawa Cita, dan Gerakan Revolusi Mental.
Revolusi Mental sebagai perubahan pola pikir akan sangat membantu dalam
pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti (negara Indonesia yang
berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan). Karakter yang diharapkan dalam UU Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriot, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
ILM dimanfaatkan pemerintah dalam menyosialisasikan Gerakan Nasional
Revolusi Mental yang memuat social message atau social campaign dalam
menanggapi terjadinya krisis nilai dan karakter, krisis pemerintahan, dan krisis
relasi sosial yang menjadi keresahan masyarakat Indonesia mengenai karakter
bangsa pada generasi selanjutnya. Berdasarkan hasil FGD oleh tim revolusi
mental di revolusimental.go.id permasalahan yang terjadi di negara Indonesia
adalah adanya nilai luhur bangsa yang memudar seperti gotong royong, toleransi,
dan saling menghargai, kasus korupsi, pelanggaran HAM, orang merasa pantas
untuk melakukan tindak kekerasan, sebagian orang baik justru menjadi musuh
bersama, pemerintah ada tapi kehadirannya belum cukup bermakna, kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah memudar, dan ada pandangan bahwa rakyat
sebagai objek pembangunan, serta masih ada yang menempatkan wanita menjadi
kelas dua. Menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Menko PMK), tantangan yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia
adalah telah resmi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),
kawasan Indonesia tidak lagi hanya milik rakyat Indonesia saja, persaingan
perdagangan, produksi, dan tenaga kerja terbuka lebar bagi siapa saja. Maka
perhatian pemerintah tidak hanya pada peningkatan infrastruktur tetapi juga
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Pelaku gerakan nasional revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia
bersama pemerintah baik masyarakat kota maupun masyarakat desa juga termasuk
petani. Revolusi mental petani diperlukan untuk meningkatkan karakter mandiri
dan memiliki semangat juang yang tinggi. Menurut data BPS sejumlah 41.36
persen terjadi peristiwa korupsi di lingkungan masyarakat terhadap pelayanan
publik, padahal persepsi masyarakat terkesan idealis namun tidak sejalan dengan
perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tingginya impor pangan yang
3
seharusnya produk tersebut bisa diproduksi di dalam negeri. Hal ini dapat
terwujud apabila ada peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan keterampilan,
penyuluhan, kewirausahaan yang berorientasi pasar, serta perubahan dari diri
sendiri melalui revolusi mental. Pendekatan yang dilakukan pada petani dapat
dilakukan melalui komunikasi interpersonal dan penggunaan media massa seperti
penayangan ILM di televisi.
Efektivitas ILM ditentukan oleh penerimaan dan pemahaman pesan yang
baik serta tindakan khalayak yang mengikuti pesan tersebut. Penayangan ILM di
televisi mendapat respon berbeda dari khalayak, tidak semua ILM berpengaruh
efektif. Hasil penelitian Hastuti (2013) menyatakan bahwa responden setuju ILM
Gas LPG 3 kg komunikatif mampu mempengaruhi untuk melakukan pembelian
Gas LPG 3 kg dikarenakan dalam naskah terdapat himbauan, cara menggunakan,
dan tagline yang menunjukkan kemudahan dalam pemakaian, hemat, aman, dan
bersih. Penelitian Khairifa (2007) menyatakan bahwa responden yang menonton
televisi pernah menonton iklan layanan masyarakat, namun tidak sepenuhnya
memahami dan mengikuti isi pesan yang disampaikan. Penilaian efektivitas ILM
juga sebagai cara mengevaluasi apakah tujuan dari penanyangan iklan tersebut
sudah tercapai atau belum.
ILM diharapkan dapat menumbuhkan perubahan dalam aspek kognitif,
afektif, dan behavioral seseorang dengan disampaikannya pesan sosial. Analisis
efek kognitif berupa peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang didapat, efek
afektif berupa perubahan sikap dan perasaan tentang kemauan untuk berubah
sesuai dengan isi pesan yang disampaikan, dan efek behavioral merupakan
perubahan perilaku di kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian tentang
efektivitas ILM diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang berhubungan
diantaranya karakteristik individu yaitu, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat
pendidikan, serta tingkat pendapatan dan karakteristik iklan yaitu, daya tarik iklan,
isi pesan, serta frekuensi penayangan iklan. Berdasarkan pemaparan di atas
mengenai iklan layanan masyarakat sebagai suatu upaya mempengaruhi publik,
maka penting untuk menganalisis bagaimana Efektivitas Pesan Iklan Layanan
Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani?
Rumusan Masalah
Gerakan Nasional Revolusi Mental adalah suatu gerakan yang
dicanangkan oleh KEMENKOPMK bertujuan memperbaiki karakter bangsa,
berfokus pada mengubah perilaku yang buruk menjadi lebih baik. Sasaran dari
revolusi mental adalah seluruh bangsa Indonesia baik masyarakat umum,
pemerintah, maupun perusahaan. Perubahan yang diharapkan bergantung pada
pengemasan pesan dan daya tarik dalam iklan layanan masyarakat. Penelitian
efektivitas ILM yang dilakukan sebelumnya melibatkan masyarakat perkotaan
sebagai responden, perlu diketahui apakah keefektivan penyampaian pesan ILM
mampu menjangkau masyarakat pedesaan seperti petani. Efektivitas ILM Gerakan
Nasional Revolusi Mental dapat diukur pada peningkatan pengetahuan dan
mengarahkan sikap (Chaffe dalam Shahab 2013). Oleh karena itu penelitian ini
penting untuk melihat program pemerintah yang disosialisasikan melalui ILM
dapat menjangkau masyarakat pedesaan khususnya petani, sehingga yang menjadi
4
pertanyaan penelitian adalah bagaimana efektivitas pesan iklan layanan
masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap di kalangan petani?
Penerimaan pesan yang efektif terjadi ketika tercapainya persamaan
persepsi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Setiap individu pada dasarnya
memiliki kemampuan berbeda dalam menerima pesan iklan sebelum dan sesudah
menonton ILM, tergantung faktor yang berhubungan. Shahab (2013) dalam
penelitiannya mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas adalah
daya tarik iklan dan isi pesan. Penelitian Al Jafi dan Wibisono (2013) mengatakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu, demografis atau
karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama,
tingkat pendapatan, psikografis, dan geografis. Menurut Rogers (1983) dalam
Ichwanudin (1998) faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas antara lain
keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterbukaan terhadap
media massa, pastisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit,
kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan,
dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat, sehingga yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas
pesan pada iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Menganalisis efektivitas pesan iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional
Revolusi Mental dalam meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan sikap
untuk bertindak di kalangan petani.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pesan
pada iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan di bidang ilmu komunikasi massa. Selain itu penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai literatur tambahan yang digunakan untuk menulis
penelitian lanjutan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media advokasi
masyarakat kepada pemerintah, sehingga pemerintah dapat memanfaatkan
penelitian ini sebagai data sekunder dalam pembuatan iklan layanan
masyarakat. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan
mengenai keefetivitasan penayangan iklan layanan masyarakat terhadap petani,
sehingga diharapkan pemerintah dapat membuat iklan layanan masyarakat
untuk semua lapisan masyarakat.
3. Bagi swasta, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media advokasi
masyarakat kepada pihak swasta untuk membuat dan menayangkan iklan
layanan masyarakat di televisi dengan frekuensi penayangan yang lebih tinggi.
5
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan
evaluasi masyarakat dalam menanggapi pesan yang disampaikan pada iklan
layanan masyarakat.
6
7
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa menurut Vivian (2008) adalah proses yang
digunakan komunikator massa untuk mengirimkan pesan mereka kepada audien
massa melalui media massa. Komunikasi massa, menurut Effendy (2002), adalah
penyebaran pesan yang menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang
abstrak yakni orang yang tidak tampak oleh penyampai pesan, melalui media
massa modern yaitu surat kabar, film, radio, dan televisi. Komunikasi melalui
media massa sifatnya satu arah.
Karakteristik komunikasi massa dalam Nurudin (2013) adalah sebagai
berikut, terdapat komunikator yang terlembagakan yaitu menggunakan media
massa, pesannya bersifat umum ditujukan untuk semua orang, komunikannya
anonim dan heterogen karena menggunakan media (tidak tatap muka) dan
disampaikan oleh beberapa lembaga, media massa menimbulkan keserempakan
karena dapat menyampaikan pesan pada waktu bersamaan, mengutamakan
dimensi isi, bersifat satu arah, stimulasi alat indera terbatas, serta memiliki umpan
balik yang tidak langsung.
Masing-masing media massa memiliki karakteristik yang berbeda.
Karakteristik surat kabar mencakup publisitas, periodesitas, universalitas,
aktualitas, dan terdokumentasikan. Karakteristik majalah yaitu, penyajian lebih
dalam, nilai aktualitas lebih lama, memuat gambar atau foto lebih banyak, dan
memiliki cover sebagai daya tarik. Karakteristik radio siaran adalah memiliki sifat
auditori, menyajikan berita setiap jam bahkan detik, imajinatif, lebih intim karena
seolah-olah penyiar dekat dengan pendengar, memiliki gaya percakapan, menjaga
mobilitas karena pendengar dapat mendengarkan siaran radio sambil melakukan
aktivitas lainnya. Televisi memiliki karakteristik seperti bersifat audiovisual,
berpikir dalam gambar, serta pengoperasian lebih kompleks. Karakteristik film
diantaranya menggunakan layar lebar, pengambilan gambar dari jarak jauh,
khalayak menyimpan konsentrasi penuh saat film ditayangkan, dan
memungkinkan identifikasi psikologis karena dapat menimbulkan penghayatan
dalam diri pemirsa.
Peran televisi dalam menarik perhatian misalnya dalam penyajian berita
informatif mengenai persoalan antar bangsa, kampanye politik, mempesona
imajinasi publik dengan hiburan yang disajikan. Meskipun televisi dapat efektif
dalam menciptakan kesan jangka pendek, terdapat pula efek jangka panjangnya.
Televisi mampu mengiklankan suatu produk melalui jaringan, untuk menarik
pengiklan besar, jaringan televisi menayangkan acara yang diharapkan akan
ditonton oleh pemirsa, karena jaringan bertanggung jawab atas acara yang
ditayangkan maka jaringan tersebut memiliki standar dan praktik. Standar dan
praktik merupakan pengaturan tayangan berupa peniadaan adegan kekerasan
ataupun adegan yang melanggar norma. Sebagai media visual yang menarik,
televisi dapat memberikan dampak dan perkembangan advertising televisi
melampaui perkembangan di media lain karena televisi mampu menjangkau
khalayak beragam. Kelebihan yang dimiliki televisi diantaraya yaitu, (1) daya
jangkau luas, (2) selektivitas dan fleksibilitas, (3) fokus perhatian, (4) kreativitas
dan efek, (5) prestise, dan (6) waktu fleksibel. Televisi juga memiliki kekurangan
8
dalam penggunaannya yaitu, (1) biaya produksi dan biaya penayangan tinggi, (2)
informasi terbatas, (3) selektivitas terbatas, (4) penghindaran audiens dari iklan,
dan (5) tempat terbatas.
Fungsi komunikasi massa menurut Effendy (2002) secara umum yaitu (1)
menyiarkan informasi, media massa menyebarkan informasi yang bersangkutan
dengan kepentingan khalayak, (2) fungsi pendidikan yaitu media massa sebagai
sarana pendidikan karena menyajikan pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada pemirsa melalui tokoh yang berkompeten di bidangnya,
namun media tetap menyajikan pengajaran yang bentuknya menghibur agar lebih
menarik, (3) fungsi menghibur yaitu menyajikan gambar, cerita menarik, program
hiburan yang mengandung informasi tertentu namun tetap dikemas sebagai
hiburan, (4) fungsi mempengaruhi yaitu mampu membujuk khalayak untuk
bersikap sesuai dengan apa yang disampaikan media.
Proses komunikasi dalam penerimaan pesan adalah khlayak pendengar,
(listeners), khalayak pembaca (readers), dan khalayak pemirsa (viewers).
Khalayak komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut, audiens
terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman sama dan terpengaruh
oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. Audiens berjumlah besar,
dalam arti dapat dijangkau dengan jumlah yang besar dan dalam waktu yang
singkat. Audiens bersifat heterogen karena mewakili beberapa kategori sosial.
Audiens bersifat anonim karena komunikator biasanya tidak diketahui identitas
komunikannya dan pada siapa ia berkomunikasi, dan audiens biasanya tersebar
dalam konteks ruang juga waktu.
Saat menerima pesan berupa informasi, manusia akan memproses
informasi tersebut dengan mengolah, menyimpan, dan suatu saat akan
menggunakannya kembali. Proses ini terjadi di dalam diri manusia sebagai
komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
Menurut Rakhmat (2008) proses sensasi merupakan awalan penerimaan pesan
melalui alat indera manusia. Proses persepsi adalah cara individu
menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem indera,
dapat dipengaruhi oleh faktor personal dan structural, faktor personal meliputi
kebutuhan, suasana mental, suasana emosional, latar belakang budaya, dan
kerangka rujukan seseorang. Terdapat perhatian yang selektif dalam menanggapi
berbagai stimuli atau informasi. Stimuli yang bergerak akan lebih menarik
perhatian dibanding dengan yang lainya. Tampilan visual yang menyajikan bendabenda bergerak dapat lebih menarik perhatian daripada penampilan yang diam.
Stimuli yang mengandung hal baru yang berbeda atau luar biasa akan lebih
menarik perhatian. Sesuatu yang berulang pun dapat lebih menarik perhatian,
misalnya iklan yang disajikan berkali-kali di televisi akan lebih menarik perhatian
dan mudah untuk diingat kembali.
Pengemasan pesan dalam periklanan merupakan proses yang disusun
menggunakan langkah atau pendekatan yang terorganisasi dengan baik. Salah satu
pendekatan paling popular pada Morissan (2010) dalam proses kreatif iklan
adalah model yang dikembangkan oleh James Webb Young yaitu:
1. Keterlibatan diri (immersion) adalah upaya melibatkan diri ke dalam masalah
yang ada dengan mengumpulkan informasi untuk memikirkan dan memahami
masalah.
9
2. Proses Inkubasi (incubation) adalah meletekkan masalah diluar pikiran sadar
dan mengubah informasi untuk melakukan pekerjaan.
3. Iluminasi adalah upaya memunculkan ide atau gagasan.
4. Verifikasi adalah kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk menetukan
adakah ide tersebut mampu menyelesaikan masalah atau tidak.
Kreativitas adalah kemampuan mengubah informasi dasar suatu produk yang
kemudian diubah menjadi konsep kreatif yang mampu menyampaikan pesan
kepada khalayak dengan menarik. Menentukan daya tarik iklan (advertising
appeal) dapat dipahami sebagai something that moves people, speaks to their
wants to needs, and excites their interest (menggerakkan orang, berbicara
mengani keinginan atau kebutuhan mereka, dan membangkitkan ketertarikan
mereka). Secara umum, daya tarik tersebut dapat dikelompokkan menjadi daya
tarik informatif dan daya tarik emosional. Idealnya pesan harus menarik perhatian
(attention), menimbulkan minat (interest), memicu keinginan (desire), dan
mendorong orang untuk berbuat (action) sebagai model AIDA.
Seorang advertiser atau pembuat iklan perlu menentukan tema iklan yang
akan dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan pada konsepnya menyesuaikan
dengan fungsi iklan, antara lain:
1. Rasional, iklan berfungsi memberikan tekanan atau manfaat bagi penerima
berita berupa tanggapan positif terhadap informasi yang disampaikan ILM bisa
meyakinkan dan memuaskan masyarakat sebagai khalayak sasaran dengan
menyampaikan informasi yang mudah dicerna serta sesuai dengan kenyataan
masyarakat.
2. Humor atau jenaka, merupakan strategi untuk mencapai sasaran desain
periklanan untuk memicu perhatian terhadap yang diinformasikan. Survei yang
dilakukan oleh eksekutif iklan, menunjukkan bahwa penggunaan humor akan
efektif untuk menarik perhatian dan menciptakan kesadaran.
3. Rasa takut, digunakan untuk memperbaiki motivasi yang dituju melalui
mengidentifikasi konsekuensi negatif dalam pemakaian produk tertentu.
4. Patriotik, dihadirkan untuk menambah rasa kepercayaan masyarakat terhadap
berita yang diinformasikan.
5. Kesalahan, tujuannya agar audiens dapat memperbaiki kesalahan yang
diinformasikan melalui adegan iklan.
6. Kaidah, berhubungan dengan aturan-aturan yang berlaku dan tidak
menyinggung suku, agama, ras, dan adat istiadat.
7. Simbol, berupa tanda yang mempunyai hubungan dengan objek yang
peraturannya bersifat umum sebagai jembatan yang menginterpretasikan suatu
objek kepada orang lain sesuai dengan pengalamannya.
8. Pengandaian, merupakan harapan mengenai sebuah tujuan.
9. Emosional, berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
masyarakat.
Bentuk respons dalam komunikasi massa disebut feedback. Feedback
dapat berupa tanggapan atau reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator.
Dengan demikian umpan balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa
menurut Nurudin (2013) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Umpan Balik Internal (Internal Feedback), berupa umpan balik yang diterima
oleh komunikator, datang dari pesan yang disampaikan. Contohnya ketika
10
komunikator menyampaikan pesan dan menyadari terdapat kesalahan
pengucapan dan sebagainya maka komunikator langsung meminta maaf.
2. Umpan Balik Eksternal (External Feedback), berupa umpan balik yang
diterima komunikator biasanya bersifat langsung ataupun tidak langsung.
Feedback pada komunikasi cenderung bersifat representative, indirect,
delayed, cumulative, dan institutionalized.
a. Umpan Balik Representatif (Representative Feedback) yaitu, mengukur
feedback dengan mengambil contoh atau sampel dari sekian persen
audiens yang cukup mewakili dan hasilnya dianggap feedback dari
keseluruhan audiens.
b. Umpan Balik secara Tidak Langsung (Indirect Feedback) yaitu, mengukur
feedback dengan pihak ketiga misalnya perusahaan ratik seperti AC
Nielsen.
c. Umpan Balik yang Tertunda (Delayed Feedback) yaitu, respon
komunikasi massa yang tertunda karena membutuhkan proses dalam
penghintungan dan verifikasi data.
d. Akumulasi Umpan Balik (Cumulative Feedback) yaitu, berupa kumpulan
respon dalam periode waktu tertentu, data ini lah yang akan
mempengaruhi keputusan dan kebijakan media.
e. Umpan Balik dari Lembaga (Institutionalized Feedback) yaitu, respon
yang datang dari lembaga langsung mendatangi komunikannya untuk
mengumpulkan pendapat kemudian data tersebut dianalisis.
Iklan Layanan Masyarakat
Periklanan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan
sponsor tertentu yaitu, pemasang iklan, yang membayar jasa sebuah media massa
atas penyiaran atau terbitnya iklan. Periklanan merupakan sarana penyampaian
pesan suatu produk atau jasa dari pengirim pesan ke penerima pesan yang bersifat
statis maupun dinamis agar masyarakat terpancing, tertarik, tergugah untuk
menyutujui, dan mengikuti. Periklanan merupakan sarana penyampaian pesan
yang menurut sifatnya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Iklan yang bersifat komersial merupakan iklan yang mengkomunikasikan hal
yang bersifat perdagangan bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu
produk atau jasa yang dimuat di media massa dan media lainnya.
2. Iklan yang bersifat non-komersial merupakan iklan yang mengkomunikasikan
tentang hal-hal yang bersifat sosial yang sering disebut “Iklan Layanan
Masyarakat” atau ILM. ILM merupakan bagian dari kampanye social
marketing yang bertujuan mengutarakan gagasan atau ide untuk kepentingan
layanan masyarakat (public service).
Periklanan atau advertising berperan dalam perekonomian modern dalam
mempengaruhi keputusan untuk membeli suatu produk atau mengikuti pesan yang
disampaikan melalui iklan. Advertising dapat menginspirasi pemirsa untuk
meningkatkan produktivitas individu. Advertising pertama kali muncul sebagai
fenomena modern di Amerika Serikat yang mengaitkan dengan prinsip demokrasi,
pemirsa di AS diharapkan mencari informasi agar bisa mengevaluasi pimpinan
mereka dan memilih kebijakan publik. Warga AS memanfaatkan media massa
untuk mencari pemimpin yang kuat, bukan berdasarkan pemikiran mereka sendiri,
11
namun untuk mendapatkan ide-ide. Advertising memiliki peran penting lain di
masyarakat demokrasi yakni menjadi sumber pendapatan utama bagi koran,
majalah, televisi, dan radio. Pembuatan iklan yang menarik perlu memperhatikan
hal-hal seperti, kreativitas dalam menampilkan gambar dan layouting, memahami
kebutuhan pemirsa dan mengkomunikasikannya dengan ide kreatif, agen harus
menempatkan iklan pada media yang efektif, serta melakukan riset mengenai
informasi sasaran iklan.
Menurut Pujiyanto (2013) iklan layanan masyarakat dalam Bahasa Inggris
disebut Public Service Announcement (PSA) merupakan iklan yang menyajikan
pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat
terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa
mengancam keselarasan dan kehidupan umum. Iklan layanan masyarakat sebagai
upaya untuk mempersuasi masyarakat dengan cara mengajak dan mengimbau
mereka untuk mengerti, menyadari, turut memikirkan, serta menempatkan
posisinya agar tidak larut dan terjerumus dalam permasalahan.
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang ditayangkan oleh lembaga
pemerintahan digunakan untuk menyampaikan informasi persuasif atau mendidik
khalayak yang bersifat sosial, agar masyarakat sebagai audiens dapat bertambah
pengetahuannya, kesadarannya, dan sikapnya, serta berubah perilakunya agar
mempunyai pandangan positif dan kehidupan lebih baik. Iklan layanan
masyarakat memberikan respon sosial, di mana media massa dapat menanggapi
fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi.
Penelitian Sari (2012) menyatakan bahwa iklan layanan masyarakat atau
Public Service Announcement merupakan bentuk program komunikasi massa
untuk pengkomunikasian pesan dengan tujuan memberikan informasi,
mempengaruhi atau mengingatkan kembali tentang gagasan-gagasan khusus yang
menyangkut fakta dan latar belakang terjadinya suatu gejala sosial. Tidak jauh
berbeda dengan penelitian Hastuti (2013) yang menyatakan bahwa iklan layanan
masyarakat merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan
menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran disebutkan
bahwa siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan non komersial yang
disiarkan melalui siaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,
memasyarakatkan dan atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran dan atau
pesan-pesan lainya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar
bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.
Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau
himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan demi kepentingan umum atau mengubah perilaku yang “tidak baik”
menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong
penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya.
Iklan layanan masyarakat dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non
profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
ILM yang diterima di masyarakat diperlukan kemampuan mengkaji dan
memilih data tentang audiens dan tema yang ada di masyarakat, serta ilmu yang
berhubungan dengan kemanusiaan (antropologi, sosiologi, psikologi), ilmu
komunikasi, pengetahuan Bahasa, kemampuan merancang, dan mengatur elemen-
12
elemen desain dalam karya ILM. Menurut Rhenald Kasali (1995) yang dikutip
oleh Pujiyanto (2013) perlu dilakukannya langkah identifikasi masalah dan
kelompok sasaran sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhannya
2. Menekankan tujuan khusus ILM
3. Menentukan tema ILM
4. Menentukan anggaran ILM
5. Perencanaan media meliputi identifikasi media, memilih media, dan
menentukan waktu publikasi
6. Menciptakan pesan-pesan ILM
7. Menilai keberhasilan kampanye melalui evaluasi sebelum, selama, dan sesudah
kampanye dipublikasikan.
ILM selalu berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban masyarakat,
teknologi, dan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Tugas ILM adalah (1) untuk menimbulkan kesadaran masyarakat, (2)
memberi pemahaman informasi agar masyarakat yang belum menyukai atau tidak
menyukai dapat dirayu untuk mempelajarinya, (3) langkah keyakinan atau sikap
yaitu, bagaimana masyarakat memiliki niatan untuk membacanya.
Belum sadar
Sadar
Pemahaman dan Citra
Tindakan
Sumber : Pujiyanto (2013)
Gambar 1 Skema proses komunikasi ILM
Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat
Terdapat jenis-jenis efek komunikasi massa menurut Keith R Stamm dan
John E. Bowes yang dikutip Nurudin (2013) yaitu, efek primer dan efek sekunder.
Efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Ketika pesan diterima
oleh audience dan menyita perhatiannya dan menimbulkan respon anggukkan dan
sebagainya, hal tersebut merupakan contoh efek primer. Efek Sekunder meliputi
perubahan tingkat kognitif (peningkatan pengetahuan dan sikap) dan perubahan
perilaku (menerima dan memilih), dapat berupa perilaku penerima yang ada di
bawah kontrol langsung komunikator. Maka dari itu seorang desainer iklan perlu
untuk menguji apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami atau tidak agar
penyampaian pesan pada iklan tersebut efektif. Berdasarkan penelitian Neonisa
(2011) untuk mencapai tujuan perubahan perilaku, Pemprov DKI menyadari
bahwa iklan layanan masyarakat belum dapat mengubah perilaku masyarakat
untuk beralih dari menggunakan kendaran pribadi menjadi menggunakan busway,
13
dilihat pada tingkat kemacetan yang belum berkurang secara signifkan. Efek
komunikasi massa perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat psikologi dan
analisis sosial. Analisis psikologi berarti kekuatan sosial yang merupakan hasil
kerja dan berkaitan dengan watak manusia, sedangkan analisis sosial adalah
peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media
massa yang unik dan kompleks. Donald K. Robert dalam Lisiswati, et. al (2015)
mengungkapkan “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan
media massa”, karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan
yang disampaikan media massa. Efek komunikasi massa juga menumbuhkan
perasaan tertentu seperti dapat menghilangkan atau menimbulkan rasa nyaman,
perasaan positif juga perasaan negatif. Media berpengaruh pada pembelajaran
active learning (belajar aktif) dimana yang lebih berpengaruh pada active
cognitive learning (kognitif) daripada behaviour activity (perilaku).
Efek kognitif adalah efek yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif, dilihat dari apakah informasi tersebut bermanfaat dan dapat
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Media massa melaporkan dunia nyata
secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan
citra tentang lingkungan sosial. Efek afektif berarti komunikasi massa bukan
hanya memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi khalayak diharapkan dapat
turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan
media massa antara lain, suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan,
predisposisi individual, dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media
massa. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Siaran iklan di Indonesia dimanfaatkan
untuk kampanye mengenai kesehatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan posyandu dan sebagainya. Media massa pasti dapat
mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak, media dapat pula membentuk
opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan.
Diperlukan adanya pengukuran efektivitas iklan layanan masyarakat untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan iklan tersebut, yang kemudian dapat
menjadi acuan untuk menyempurnakan iklan layanan masyarakat selanjutnya.
Pengukuran yang digunakan bermacam-macam, menurut penelitian Al Jafi dan
Wibisono (2013) keefektifan iklan layanan masyarakat dapat dianalisis
menggunakan AIDCA yaitu attention, interest, desire, conviction, action.
Perhatian (Attention), Iklan berhasil memenangkan perhatian dari penonton.
Ketertarikan (Interest) yaitu, iklan itu berhasil meraih rasa ketertarikan mereka.
Hal itu mungkin berlaku secara selektif dan pembaca tertentu akan merasa tertarik
pada iklan tertentu, misalnya, iklan kosmetik, makanan, pakaian, perumahan,
kendaraan bermotor, atau komputer. Rasa tertarik mungkin dapat dimunculkan
dengan pewarnaan, gambar. Keinginan (Desire), selain membuat iklan dengan
menarik, iklan didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.
Seperti menayangkan keuntungan apakah bila kita mampu menciptakan keinginan
untuk membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan
dengan mencantumkan fakta-fakta. Tindakan (Action), perangkat-perangkat
tertentu dapat digunakan untuk membuat pembaca melakukan tindakan, misalnya
dengan mencantumkan kupon, undangan untuk mencoba sampel, dorongan untuk
mengunjungi.
14
Iklan bergantung pada apakah konsumen mengingat pesan yang
disampaikan memahami pesan tersebut, terpengaruh oleh pesan dan tentu saja
pada akhirnya membeli produk yang diiklankan. Penelitian Hastuti (2013)
menyatakan bahwa efektivitas iklan juga dapat diukur dengan menggunakan EPIC
model (Bram, 2005). Epic Model mencakup empat dimensi kritis, yaitu empati
(empathy), persuasi (persuasion), dampak (impact) dan komunikasi
(communications).
Selain itu penilaian keefektivan iklan layanan masyarakat menurut Steven
M. Chaffe dalam penelitian Shahab (2013) efek yang disebabkan oleh pesan
media massa dapat di lihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak
komunikasi massa, yaitu penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap
dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan
behavioral.
Terdapat klasifikasi khusus pada aspek pengetahuan dan sikap yang
dipaparkan oleh Bloom (1956) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006), aspek
pengetahuan diantaranya knowledge, comprehension, application, analysis,
synthesis, dan evaluation. Knowledge, pada tahap ini individu dapat mengingat
berbagai hal yang pernah dipelajarinya dan yang tersimpan dalam ingatannya.
Pengetahuan yang tersimpan tersebut, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Comprehension pada
tahap ini individu mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
berbagai hal yang pernah dilakukan dan dipelajarinya, ditunjukkan dengan
individu mampu menerangkan kembali sesuatu yang dilihat dan didengarnya
menggunakan kata-kata sendiri. Application, kemampuan individu untuk
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada kondisi berbeda. Analysis yaitu
kemampuan untuk memahami adanya kesamaan dan perbedaan, secara
keseluruhan dapat memahami dengan baik. Synthesis yaitu kemampuan untuk
membentuk pola baru, dan evaluation yaitu individu dapat memberikan penilaian
dan membandingkan keunggulan dan kelemahan beberapa hal.
Pada aspek sikap diantaranya receiving, responding, valuing, organization,
dan characterization by value. Receiving adalah kemampuan seseorang belajar
menerima hal baru. Responding atau menanggapi yaitu mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Valuing
merupakan kemampuan individu untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
dan mampu membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Organization merupakan
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan dan characterization by value yaitu kemampuan individu untuk
membentuk pola hidup, mencakup menghayati nilai-nilai sehingga
menginternalisasi dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Jadi melalui pesan yang disampaikan iklan layanan masyarakat diharapkan
dapat menimbulkan respon yang baik bagi masyarakat. Maka penelitian ini
difokuskan menganalisis perubahan yang terjadi pada diri khalayak meliputi :
1. Peningkatan pengetahuan
a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang iklan layanan masyarakat
b. Pemahaman masyarakat tentang pentingnya pesan yang disampaikan dalam
iklan layanan masyarakat
2. Perubahan sikap
15
a. Perasaan bangga dan puas apabila melakukan hal yang dianjurkan dalam
pesan iklan layanan masyarakat
b. Tidak adanya keterpaksaan masyarakat dalam melakukan hal yang
dianjurkan dalam pesan iklan layanan masyarakat
Penggunaan pengukuran peningkatan pengetahuan dan sikap karena
menyesuaikan dengan fungsi ILM dalam mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku khalayak, namun untuk mengukur perubahan perilaku dibutuhkan proses
yang lama sehingga dapat dilihat sampai perubahan sikap khalayaknya.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas
Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas suatu iklan dapat
dilihat dari karakteristik iklan dan karakteristik individu. Karakteristik iklan
adalah atribut pada iklan dan menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan
efektivitas iklan diantaranya, kualitas endorser, daya tarik iklan, dan isi pesan
iklan. Menurut penelitian Hastuti (2013) karakteristik iklan meliputi kualitas
pesan iklan, daya tarik iklan dan frekuensi penayangan iklan, kualitas endorser,
daya tarik iklan, dan isi pesan iklan, sedangkan penelitian Shahab (2013)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas adalah daya tarik
iklan dan isi pesan. Faktor lain dalam penelitian Sari (2012) yaitu, pesan (struktur
dan isi pesan), sumber model (karakteristik dan kredibilitas model), dan eksekusi
iklan (video dan audio). Berbeda dengan penelitian Sudiantoro (2011) yaitu, daya
tarik iklan (meaningful, distinctive, dan believable), kualitas pesan iklan
(attention, interest, desire, dan action), dan frekuensi penayangan iklan (intensitas
muncul, hari penayangan, dan pemilihan stasiun televisi). Menurut penelitian
Hubeis (2007) penyajian pesan narasi yang dilengkapi dengan gambar realistik
atau grafis ternyata sangat membantu petani yang rata-rata berpendidikan sekolah
dasar di dalam memahami tayangan pesan. Penelitian Al Jafi dan Wibisono
(2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas
yaitu, struktur iklan seperti pesan verbal, pesan non-verbal, teks iklan,
karakteristik media. Apabila iklan layanan masyarakat menggunakan endorser
atau sumber model yang diketahui oleh khalayak dan sedang booming sebagai
daya tarik iklan pada saat penayangan iklan, maka penonton akan lebih tertarik
untuk menonton hingga iklan selesai. Jika pesan yang disampaikan dirasa penting,
memiliki urgensi tinggi, dan dapat mempengaruhi penonton akan membuat
penonton untuk memperhatikan dan memahami pesan tersebut. Iklan yang
ditayangkan tiga kali atau lebih serta iklan yang menggunakan setting dan
visualisasi menarik akan diingat lebih lama oleh penonton. Kesederhanaan katakata atau tagline yang ditempatkan pada posisi yang mudah dibaca juga akan
mempengaruhi penonton untuk menangkap pesan tersebut. Benunur (2006) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa makin menarik dan jelas keragaan materi video
instruksional, semakin meningkat pengetahuan petani (khalayak) tentang materi
yang diperagakan.
Al Jafi dan Wibisono (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu, demografis atau
karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama,
tingkat pendapatan, psikografis, dan geografis. Menurut penelitian Sasmita (2015)
kemampuan seseorang untuk belajar berkembang secara gradual sejalan dengan
16
meningkatnya umur. Kemampuan belajar ini dapat menurun secara nyata karena
kemampuan panca indra dan daya dukung otak untuk menerima pesan. Penonton
dengan usia dan jenis kelamin berbeda tentu akan memilih menonton iklan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingannya, penonton dengan tingkat pendidikan
tinggi (SMA/PT) akan lebih tertarik untuk melihat iklan baru atau ikan yang
sesuai dengan interest-nya. Apabila individu berinteraksi dengan kelompoknya
dan mendiskusikan mengenai iklan layanan masyarakat juga dapat mempengaruhi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilakunya, karena melalui diskusi akan
timbul berbagai argumen yang menguatkan atau melemahkan pesan yang
disampaikan dalam iklan layanan masyarakat.
Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb yang dikutip oleh
Ichwanudin (1998) adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan
memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan
informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada
dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya
dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu, sedangkan
peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1983) dalam Ichwanudin (1998)
antara lain keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterbukaan
terhadap media massa, pastisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial,
kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi,
pengetahuan, dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat. Berdasarkan
pemaparan tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku komunikasi dapat
juga disebut dengan keterdedahan informasi yaitu, komunikasi interpersonal,
komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa, dan partisipasi sosial.
Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari
komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka.
Ridhoanova (2009) mengutip Furkonulhakim (1989) menyatakan bahwa
keterdedahan pada media massa adalah aktivitas membaca media massa tercetak,
mendengarkan radio dan menonton televisi serta film. keterdedahan terhadap
media sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dalam mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber dan media di lingkungannya. Ridhoanova (2009)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa frekuensi, durasi dan kelengkapan isi
pesan dapat menjadi alat ukur untuk keterdedahan khalayak terhadap iklan
layanan masyarakat. Ardianto (2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan dan penghasilan semakin tinggi motif
menonton televisi, bukan lagi hanya untuk mencari informasi, hiburan atau
bahkan pelarian, namun menjadi kebutuhan. Lebih lanjut lagi, keterdedahan
televisi terhadap masyarakat pun dibuktikan cukup tinggi, dengan frekuensi
menonton hampir setiap hari dan durasi 5-6 jam setiap harinya. Hal tersebut
berbanding lurus dengan keterdedahan iklan sebagai selingan diantara acara
televisi, dimana iklan layanan masyarakat sebagai salah satu yang paling sering
diperhatikan.
Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental
Gerakan nasional revolusi mental merupakan salah satu program yang
menjadi agenda pemerintah periode 2015-2019 sebagai upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia. Revolusi mental memiliki nilai strategis dan
17
instrumental. Nilai strategis revolusi mental diarahkan untuk kedaulatan, daya
saing, dan persatuan bangsa yang dilakukan secara kolektif melibatkan seluruh
bangsa dengan memperkuat institusi pemerintahan dan pranata sosial budaya.
Secara instrumental merupakan upaya bersama membangkitkan kesadaran bahwa
Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif, dan
berpotensi menjadi bangsa maju dan modern. Praktek dalam keseharian dilakukan
dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku melalui internalisasi
nilai-nilai esensial pada setiap individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat
sampai dengan lembaga-lembaga negara (revolusimental.go.id).
Karakter yang diharapkan dalam UU Rancangan Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriot, dinamis, berbudaya, dan
berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Ada keterkaitan antara Trisakti, Nawa Cita, dan Gerakan
Revolusi Mental, yakni Revolusi Mental sebagai perubahan pola pikir akan sangat
membantu dalam pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti (negara
Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan).
Sembilan agenda prioritas Nawa Cita diantaranya:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah– daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan
hokum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke‐bhineka‐an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Keterkaitannya yakni Revolusi Mental sebagai perubahan mindset (pola
pikir) akan membantu dalam pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti
(negara Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan). Karakter yang diharapkan dalam UU
Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriot, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman terhadap
sejarah, nilai-nilai luhur budaya bangsa menjadi landasan untuk memperkuat
kehidupan yang harmonis. Hal tersebut merupakan salah satu upaya revolusi
mental untuk memperkuat karakter dan jati diri bangsa. Revolusi mental
merupakan bentuk strategi kebudayaan yang berperan memberi arah bagi
tercapainya kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara.
Nilai utama revolusi mental yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Integritas berarti memiliki nilai jujur, dapat dipercaya, berkarakter, dan
18
bertanggung jawab. Etos kerja berarti mampu berdaya saing, optimis, inovatif,
dan produktif. Gotong royong berarti menjunjung tinggi kerjasama, solidaritas,
serta berorientasi pada kemaslahatan bersama. Nilai-nilai strategis lainnya yaitu
kewargaan seperti perilaku bersih, dapat mengantri, menghargai hak pejalan kaki,
melakukan kewajiban aman berkendara, anti menerima dan memberi suap, cepat
tanggap, tepat waktu, dan tidak menunda pekerjaan. Mandiri contohnya memakai
dan mencintai produk Indonesia. Kreatif contohnya melakukan inovasi dan tidak
mencontek (plagiarisme). Saling menghargai contohnya memiliki sopan santun,
menerima perbedaan, anti kekerasan, anti diskriminasi, dan menciptakan rasa
kasih sayang antar bangsa. Pencapaian nilai-nilai strategis tersebut harus didukung
oleh tekad politik (political will) pemerintah, harus bersifat lintas sektoral, adanya
kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah, dilakukan dengan
program “gempuran nilai” (value attack) untuk senantiasa mengingatkan
masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik. Desain
program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi
seluruh segmen masyarakat. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan
untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual), serta
dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Revolusi Mental tidak hanya slogan, tetapi aksi. Melalui website
(revolusimental.go.id) dan iklan layanan masyarakat akan menjadi wadah bersama
untuk berjejaring secara nasional, untuk mengkomunikasi ide-ide kreatif, untuk
membuat aksi yang bisa mendorong masyarakat sekitar kita untuk mengubah
kebiasaan yang buruk dan menggantikannya dengan yang positif, kreatif dan
bermanfaat. Masyarakat diharapkan menyampaikan kritik dan sarannya melalui
website dan media sosial Gerakan Nasional Revolusi Mental.
ILM dimanfaatkan pemerintah dalam menyosialisasikan Gerakan Nasional
Revolusi Mental yang memuat pesan sosial atau sebagai kampanye sosial dalam
menanggapi terjadinya krisis nilai dan karakter, krisis pemerintahan, dan krisis
relasi sosial yang menjadi keresahan masyarakat Indonesia mengenai karakter
bangsa pada generasi selanjutnya. Permasalahan yang terjadi di negara Indonesia
adalah kasus korupsi, pelanggaran HAM, hingga perilaku sehari-hari masyarakat
seperti kurang peduli terhadap hak orang lain. Menurut Menteri Koordinator
bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), tantangan
yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia adalah telah resmi diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kawasan Indonesia tidak lagi hanya milik
rakyat Indonesia saja, persaingan perdagangan, produksi, dan tenaga kerja
terbuka lebar bagi siapa saja. Untuk itu, perhatian pemerintah tidak hanya pada
peningkatan infrastruktur tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
Pelaku gerakan nasional revolusi mental adalah gerakan seluruh rakyat
Indonesia bersama pemerintah baik masyarakat kota maupun masyarakat desa
juga termasuk petani. Revolusi mental petani diperlukan untuk meningkatkan
karakter mandiri dan memiliki semangat juang yang tinggi. Hasil-hasil survei
internasional melalui Tranparency International menunjukkan persepsi tentang
tingkat korupsi di sektor publik, dari 177 negara dan dengan 177 skor, Indonesia
berada di rangking 114 dengan skor 32 (revolusimental.go.id). Menurut data BPS
sejumlah 41.36 persen terjadi peristiwa korupsi di lingkungan masyarakat
terhadap pelayanan publik, padahal persepsi masyarakat terkesan membenci
19
korupsi (idealis) namun tidak sejalan dengan perilaku nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Tingginya impor pangan yang seharusnya produk tersebut bisa
diproduksi di dalam negeri. Hal ini dapat terwujud apabila ada peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan keterampilan, penyuluhan, kewirausahaan yang
berorientasi pasar, serta perubahan dari diri sendiri melalui revolusi mental.
Pendekatan yang dilakukan pada petani dapat dilakukan melalui komunikasi
interpersonal dan penggunaan media massa seperti penayangan ILM di televisi.
Strategi internalisasi nilai-nilai revolusi mental dapat melalui jalur
birokrasi, jalur pendidikan, jalur swasta, dan jalur kelompok masyarakat. Adapun
indikator keberhasilan gerakan nasional revolusi mental yaitu, kepuasan warga
terhadap pelayanan publik meningkat, standar pelayanan publik meningkat, daya
saing produk lokal dan konsumsi dalam negeri meningkat, kerukunan warga
meningkat, kerjasama dan partisipasi dalam pembangunan meningkat, kualitas
hidup meningkat, kepercayaan diri eningkat, penyederhanaan prosedur pelayanan
publik, keterbukaan informasi, meningkatnya kepastian pelayaan, dan efisiensi
biaya pelayanan.
Sosialisasi gerakan ini dilakukan pada tahun 2015 melalui internet dapat
diakses pada revolusimental.go.id, twitter @RevolusiMental, facebook “Revolusi
Mental”, laman tersebut tidak hanya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
informasi tentang Revolusi Mental, namun dapat pula memberi saran dan kritik.
Sosialisasi dilakukan pula menggunakan iklan layanan masyarakat yang
ditayangkan di televisi. Terdapat lima jenis iklan yang ditayangkan di televisi
yaitu Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong, Iklan Revolusi Mental versi
Integritas, Iklan Revolusi Mental Payung versi 1, Iklan Revolusi Mental Payung
versi 2, dan Iklan Revolusi Mental versi Testimoni.
Prakteknya gerakan ini dilakukan dengan mengubah cara pandang, pikiran,
sikap, dan perilaku melalui internalisasi nilai-nilai esensial pada setiap individu,
keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai dengan lembaga-lembaga negara.
Melalui sosialisasi di universitas, talkshow di televisi swasta, serta menjadi tema
HUT Bhayangkari. Selama hampir satu tahun pemerintahan, dominasi
pemberitaan masih mengaitkan aktivitas dan kebijakan pemerintah dengan istilah
Revolusi Mental yang disalahtafsirkan secara sepihak. Padahal sebagai sebuah
konsep dan strategi, Revolusi Mental sudah diakui sebagai hal yang mutlak
dilakukan untuk keluar dari masalah krisis karakter bangsa. Berdasarkan
Government Public Relations Report oleh Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, periode bulan
Juni 2015, berita-berita yang berhubungan dengan kata kunci Revolusi Mental
terdapat 91 berita, yang muncul di media cetak (21 berita) dan media online (70
berita). Terdapat 67 pemberitaan positif, 21 pemberitaan netral, dan 9 pemberitaan
negatif. Secara garis besar masyarakat mengharapkan ada contoh nyata dan
konkret dari pemerintah dalam mengimplementasikan nilai-nilai revolusi mental.
Sampai saat ini masyarakat menilai bahwa Revolusi Mental hanya sekedar jargon
kampanye dan retorika belaka.
Upaya nyata yang ada salah satunya dilakukan oleh pihak relawan
(revolusimental.or.id), terdapat beberapa program kerja yang meliputi, program
pendidikan yaitu, pelatihan revolusi mental untuk guru per kabupaten, siswa
sekolah, dosen perguruan tinggi, dan mahasiswa. Program Sumber Daya Manusia
atau Kepegawaian yaitu, pelatihan revolusi mental untuk pegawai negeri
20
kementrian, pegawai negeri provinsi, pegawai negeri kabupaten/kota, dan
karyawan perusahaan atau buruh pabrik. Program pertanian yaitu, pelatihan
revolusi mental petani nusantara per kabupaten, petani nusantara per provinsi,
pilot project system pertanian terpadu per kabupaten/kota, dan pemanfaatan lahan
tidur untuk industri pertanian terpadu. Program kewirausahaan yaitu, pelatihan
wirausaha muda kreatif berintegritas per kabupaten, pembinaan kewirausahaan
untuk pemuda putus sekolah, dan pembinaan industry kecil dan kerajinan.
Program lingkungan yaitu, pengelolaan sampah organic menjadi pupuk organik,
pengolahan sampah nonorganik menjadi barang bernilai, pengolahan sampah
plastik menjadi bensin dan solar, pengolahan sampah terpadu kawasan pantai
untuk memproduksi garam dan barang bernilai lainnya, serta pengolahan sampah
kayu menjadi biomasa dan kayu sintesis WPC (Wood Plastic Compound).
Saat ini terdapat beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat
menerapkan Gerakan Nasional Revolusi Mental, diantaranya adalah “Gerakan
Padang Melayani”, gerakan ini sudah diresmikan oleh Walikota Padang,
merupakan pelayanan plus yang akan diberikan kepada warga Padang secara
teknis dengan melayani pembuatan KTP dan KK ke masing-masing rumah warga.
Lain halnya dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, gerakan di wilayah
ini dapat disebut dengan gerakan pembangunan dengan gotong royong. Menko
PMK melakukan kunjungan untuk melihat langsung perkembangan pembangunan
hunian tetap (huntap) yang telah dibangun pemerintah sebanyak 2072 rumah serta
bisa menyerap berbagai aspirasi secara langsung dari masyarakat. Kesulitan dalam
menyelesaikan pembangunan huntap tersebut adalah adanya keterbatasanketerbatasan, baik geografis, bentang alam yang banyak memiliki titik rawan
bencana maupun keterbatasan infrastruktur. Penyelesaian tersebut dapat
dipercepat apabila masyarakat memiliki sinergitas, kerja keras, dan semangat
gotong royong.
Kegiatan berikutnya yaitu, ekspedisi Bhakti PMK 2016 dan Ekspedisi
NKRI di seluruh daerah di provinsi Papua Barat. Ekspedisi PMK diikuti oleh
2000 personil terdiri atas berbagai pihak dari kementerian/lembaga, TNI AL,
pengusaha, yayasan sosial, pihak keagamaan, pihak pramuka, perguruan tinggi,
dan organisasi masyarakat yang akan berkeliling ke sejumlah wilayah di
Indonesia untuk meneliti, mengeksplorasi dan memberikan bantuan ke daerahdaerah yang dikunjungi. Secara keseluruhan merupakan perwujudan “negara
hadir” ke tengah-tengah masyarakat yang selama ini tertinggal, terluar, dan
terpencil, meliputi bantuan program dan kegiatan yang berupa penyuluhan dan
pelatihan untuk menjadi pemicu dan pemacu inovasi dan produktif yang dapat
dilakukan dengan memulai membangun diri mereka sendiri. Perhatian dan
kepedulian pemerintah beserta segenap pihak kepada masyarakat di daerah
terluar, tertinggal, dan terpencil adalah seiring dengan visi dan misi pemerintah
dengan program Nawacita, yaitu: Visi “Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong” dan Misi mewujudkan ”Indonesia
menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional”. Contoh nyata Revolusi Mental diharapkan mampu membuktikan
bahwa semua pihak bisa berkoordinasi, bersama-sama saling mendukung dan
memberikan perhatian untuk membantu masyarakat di pulau-pulau teringgal dan
terpencil. Aksi-aksi nyata yang mewakili Gerakan Nasional Revolusi Mental
21
diantaranya adalah “Indonesia Melayani”, “Indonesia Bersih”, “Indonesia Tertib”,
“Indonesia Mandiri”, dan “Indonesia Bersatu”.
Sumber : revolusimental.go.id
Gambar 2 Logo Revolusi Mental
Kerangka Pemikiran
Adanya terpaan video iklan layanan masyarakat diduga mampu
mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan mengarahkan sikap individu.
Peningkatan pengetahuan dan pengarahan sikap pada individu adalah bervariasi,
tergantung pada kemampuan penerimaan pesan dan pengemasan pesan dalam
iklan layanan masyarakat. Penerimaan pesan tersebut akan efektif apabila terdapat
persamaan persepsi antara pengirim pesan dengan penerima pesan tergantung
faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan efektivitas pesan iklan layanan
masyarakat tersebut. Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas
pesan iklan layanan masyarakat yaitu karakteristik individu, karakteristik iklan,
dan keterdedahan informasi.
Menurut Al Jafi dan Wibisono (2013) karakteristik individu diantaranya,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Diduga
usia dewasa awal dan dewasa pertengahan biasanya akan lebih mudah memahami
pesan yang dimaksud dibandingkan dengan usia tua karena usia tua
memungkinkan adanya penurunan daya tangkap informasi baru. Diduga
perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan persepsi yang dapat berhubungan
dengan penerimaan pesan iklan, tergantung pada kebutuhan dalam mencari
informasi. Diduga individu yang memiliki pekerjaan lebih dari satu akan lebih
mengetahui atau mudah menerima informasi baru. Diduga individu yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami pesan namun cenderung
kritis dengan pesan yang disampaikan, sehingga belum tentu dapat mengarahkan
sikapnya sesuai pesan. Diduga individu dengan tingkat pendapatan tinggi
cenderung tidak asing dengan informasi baru karena lebih mudah mengakses
media massa.
Shahab (2013) menyatakan karakteristik iklan diantaranya, daya tarik iklan
dan isi pesan. Daya tarik iklan berarti terdapat komponen iklan yang menarik
perhatian individu seperti gambar, model, setting, adegan, dan musik. Isi pesan
yaitu konten yang terdapat pada iklan, apabila konten sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan realita akan lebih mudah diingat dan dipahami individu. Menurut
Rogers (1983) dalam Ichwanudin (1998) perilaku komunikasi yaitu, aktivitas
komunikasi interpersonal, komunikasi melalui media massa, dan partisipasi sosial.
Perilaku komunikasi tersebut dapat disebut juga keterdedahan informasi, diduga
22
semakin sering individu mengakses media massa dan berinteraksi dengan orang
lain memungkinkan individu mendapatkan informasi baru lebih beragam.
Pengukuran efektivitas iklan layanan masyarakat menurut Steven M. Chaffe
dalam Shahab (2013) melalui pengukuran efek kognitif dan efek afektif, akan
berhubungan dengan individu dalam memahami pesan yang disampaikan melalui
iklan layanan masyarakat. Diharapkan timbulnya perubahan pada aspek
pengetahuan dan sikap melalui iklan layanan masyarakat tersebut sehingga
membuat individu mau dan mengaplikasikan pesan yang disampaikan.
Karakteristik Iklan
1. Daya Tarik Iklan
2. Isi Pesan
Karakteristik Individu
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan
5. Tingkat Pendapatan
Keterdedahan Informasi
1. Komunikasi Interpersonal
2. Komunikasi Melalui
Media Massa
3. Partisipasi Sosial
Terpaan
Video Iklan
Layanan
Masyarakat
Efektivitas Pesan Iklan
Layanan Masyarakat
Perubahan pada aspek :
1. Peningkatan
Pengetahuan
2. Perubahan Sikap
Keterangan :
Hubungan
Mempengaruhi
Perlakuan
Gambar 3 Kerangka Analisis
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang
muncul adalah:
1.Terdapat perbedaan peningkatan pengetahun dan sikap yang nyata antara petani
sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
2.Terdapat hubungan antara faktor pada petani dengan efektivitas pesan iklan.
a. Terdapat hubungan antara usia terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat.
b. Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap efektivitas iklan layanan
masyarakat.
c. Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap efektivitas iklan layanan
masyarakat.
d. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap efektivitas iklan
layanan masyarakat.
23
e. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan terhadap efektivitas iklan
layanan masyarakat.
f. Terdapat hubungan antara keterdedahan informasi terhadap efektivitas iklan
layanan masyarakat.
g. Terdapat hubungan antara karakteristik iklan terhadap efektivitas iklan
layanan masyarakat.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi
beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi
batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik khalayak yang
berkaitan langsung dengan dirinya, yang meliputi :
a. Usia merupakan lama waktu hidup (sejak dilahirkan). Penelitian ini
mengukur usia adalah lama waktu hidup subjek penelitian dari lahir
hingga pengisian kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun.
Variabel usia diukur menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust
(1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi :
i. Usia dewasa awal : 18-29 tahun (skor 1)
ii. Usia dewasa pertengahan : 30-50 tahun (skor 2)
iii. Usia tua : 50 tahun ke atas (skor 3)
b. Jenis kelamin menurut Sumarwan (2011) adalah sifat fisik responden yang
tercatat dalam kartu identitas yaitu, laki-laki atau perempuan.
i. Perempuan (1)
ii. Laki-laki (2)
c. Tingkat Pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang
pernah diikuti oleh subjek penelitian sampai waktu penulisan berlangsung.
Tingkat pendidikan diukur menggunakan data ordinal.
i. Rendah : Tidak Sekolah dan SD/MI/Sederajat (skor 1)
ii. Sedang : SMP/MTs Sederajat (skor 2)
iii. Tinggi : SMA/MA Sederajat, Diploma, dan Strata (skor 3)
d. Tingkat Pendapatan diartikan sebagai jumlah pendapatan uang yang
dilakukan oleh subjek penelitian setiap bulannya. Pada variabel ini
menyesuaikan dengan kondisi di lapang lalu diukur menggunakan skala
ordinal dengan pembagian sebagai berikut :
i. Rendah : X < mean – ( ½ x Standar Deviasi) (skor 1)
ii. Sedang : mean + ( ½ x Standar Deviasi) < X < mean – ( ½ x Standar
Deviasi) (skor 2)
iii. Tinggi : X > mean + ( ½ x Standar Deviasi) (skor 3)
e. Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan
yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan
atau kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Data yang digunakan
adalah data nominal.
i. Tidak bekerja : tidak memiliki pekerjaan atau bekerja sebagai ibu
rumah tangga.
ii. Pertanian : bekerja di sektor pertanian sebagai petani.
24
iii. Non-pertanian : bekerja di sektor non-pertanian sebagai pedagang, guru,
ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh.
2. Keterdedahan informasi adalah suatu cara individu berkomunikasi,
memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa
seperti media cetak dan elektronik.
a. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara
langsung dari komunikator kepada komunikan yang biasa juga disebut
komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan
memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan
intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).
Komunikasi interpersonal diukur dengan data ordinal dikategorikan
menjadi :
i. Rendah : jumlah < 13 (skor 1)
ii. Sedang : 15 < jumlah < 13 (skor 2)
iii. Tinggi : jumlah > 15 (skor 3)
b. Komunikasi melalui media massa adalah proses penyampian pesan secara
tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subjek penelitian
dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media
massa radio, televisi, dan koran diukur dari frekuensi dan intensitas
mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Variabel
ini diukur dengan skala rasio.
i. Rendah : jumlah < 75 (skor 1)
ii. Sedang : 113 < jumlah < 75 (skor 2)
iii. Tinggi : jumlah > 113 (skor 3)
c. Partisipasi sosial adalah keterlibatan subjek penelitian dalam kegiatan
sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti
pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah
desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam satu bulan terakhir.
i. Rendah : jumlah < 5 (skor 1)
ii. Sedang : 10 < jumlah < 5 (skor 2)
iii. Tinggi : jumlah > 10 (skor 3)
3. Karakteristik iklan adalah atribut yang ada pada iklan dan menjadi aspek
yang paling diperhatikan dalam penilaian terhadap iklan, terdiri atas daya
tarik iklan dan isi pesan.
a. Daya tarik iklan adalah penilaian subjek penelitian terhadap komponen
yang menyatakan ketertarikan dari total skor tampilan pesan iklan
layanan masyarakat yang meliputi gambar atau adegan yang menarik,
musik yang menarik, kalimat tertulis dan terucap yang menarik,
berbicara tentang kebutuhan atau keinginan khalayak, dan
membangkitkan ketertarikan khalayak. Daya tarik iklan diukur dengan
interval data dengan selang skor 1-6 dengan selang terendah tidak
menarik menarik dan kategori selang akhir sangat menarik. Pada
deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur menggunakan skala ordinal
sebagai berikut :
i. Rendah : jumlah < 30 (skor 1)
ii. Sedang : 34 < jumlah < 30 (skor 2)
iii. Tinggi : jumlah > 34 (skor 3)
25
b. Isi pesan adalah penilaian subjek penelitian terhadap konten iklan yang
memuat hal yang ingin disampaikan menyesuaikan dengan fungsi iklan
diantaranya, memberikan manfaat, memicu perhatian terhadap yang
diinformasikan, memperbaiki motivasi, menambah rasa kepercayaan,
berhubungan dengan aturan yang berlaku, peraturanya bersifat umum,
dan berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
masyarakat. Isi pesan diukur dengan interval data dengan selang skor 16 dengan selang terendah tidak setuju tidak paham dan kategori selang
akhir sangat setuju. Pada deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur
menggunakan skala ordinal sebagai berikut :
i. Rendah : jumlah < 32 (skor 1)
ii. Sedang : 37 < jumlah < 32 (skor 2)
iii.Tinggi : jumlah > 37 (skor 3)
4. Efektivitas iklan adalah keberhasilan sebuah iklan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan oleh pengiklan. Pada penelitian ini iklan dikatakan efektif
jika terdapat perubahan tingkat pengetahuan dan perubahan penilaian
sikap tentang pesan iklan.
a. Peningkatan pengetahuan meliputi tingkat pemahaman subjek
penelitian terhadap informasi yang disampaikan melalui penayangan
iklan, berupa isi pesan dari iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional
Revolusi Mental. Indikator pengetahuan diantaranya adalah pengertian,
nilai-nilai, latar belakang, dan aplikasi nilai revolusi mental pada
kehidupan sehari-hari. Kognitif diukur dengan ordinal dengan nilai
benar = 2 dan salah = 1 serta kategori rendah, sedang, dan tinggi.
Kategori pre-test
i. Rendah : jumlah < 51 (skor 1)
ii. Sedang : 51 < jumlah < 54 (skor 2)
iii.Tinggi : jumlah > 54 (skor 3)
Kategori post-test
i. Rendah : jumlah < 53 (skor 1)
ii. Sedang : 55 < jumlah < 53 (skor 2)
iii.Tinggi : jumlah > 55 (skor 3)
b. Perubahan sikap adalah perasaan subjek penelitian terhadap iklan yang
ditayangkan seperti, setuju, tidak setuju, serta muncul keinginan untuk
melakukan apa yang disampaikan pada pesan iklan tersebut. Indikator
sikap diantaranya adalah penerapan nilai-nilai integritas, etos kerja, dan
gotong royong dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan gapoktan.
Arahan sikap diukur dengan interval data dengan selang skor 1-6
dengan selang terendah tidak penting dan kategori selang tertinggi
sangat penting pada bagian satu, dan selang skor 1-6 dengan selang
terendah tidak setuju dan kategori selang tertinggi sangat setuju pada
bagian dua. Pada deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur
menggunakan skala ordinal sebagai berikut :
Kategori pre-test
i. Rendah : jumlah < 155 (skor 1)
ii. Sedang : 155 < jumlah < 174 (skor 2)
iii.Tinggi : jumlah > 174 (skor 3)
Kategori post-test
26
i. Rendah : jumlah < 162 (skor 1)
ii. Sedang : 179 < jumlah < 162 (skor 2)
iii.Tinggi : jumlah > 179 (skor 3)
27
METODE
Desain Penelitian
Penelitian mengenai efektivitas pesan iklan layanan masyarakat ini
merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk
memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan metode
eksperimental semu. Menurut Rakhmat (2009) metode penelitian eksperimen
ditujukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat dengan memanipulasi satu arah
atau lebih lalu membandingkan hasilnya berdasarkan skor pre-test dan postest.
Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel
bebas, biasanya disebut garapan (treatment). Penelitian dilakukan dengan
rancangan one group pre-test post-test design, Rakhmat (2009) (gambar 3).
Subjek penelitian diukur pengetahuan dan sikapnya sebelum (pre-test)
ditayangkan video, kemudian ditayangkan video ILM, serta diukur kembali
pengetahuan dan sikapnya (post-test) setelah ditayangkan video ILM.
Ob1
X
Os1
Keterangan :
Ob = Observasi atau pengukuran sebelum diberi perlakuan (pre-test)
Os = Observasi atau pengukuran sesudah perlakuan (post-test)
X = Perlakuan
Gambar 4 Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test.
Sumber : Rakhmat (2009)
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat video iklan layanan
masyarakat Gerakan Nasional Revousi Mental yang ditayangkan di televisi,
meliputi:
1. Judul Iklan
: Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong
Durasi
: 30 detik
Deskripsi Materi : Setting iklan ini berada di jalan raya yang sedang
mengalami kemacetan karena jalan yang sempit dan
terdapat mobil pickup mogok dengan muatan banyak.
Kendaraan lain banyak yang tidak sabar dengan
mengklakson terus menerus, kemudian terdapat satu
pengendara motor yang ingin membantu mobil mogok
dengan mendorong mobil tersebut, lama kelamaan
pengendara lain ikut membantu mendorong mobil.
Narator menyampaikan “Masalah tidak akan terpecahkan
tanpa ada niat mencari solusi, dengan gotong royong dan
kebersamaan,
masalah
sebesar
apapun
dapat
terselesaikan. Ayo berubah! Dalam gerakan nasional
revolusi mental”.
2. Judul Iklan
: Iklan Revolusi Mental versi Integritas
Durasi
: 30 detik
28
Deskripsi Materi : Setting iklan ini di kantor suatu lembaga. Terdapat aktor
yang berperan sebagai karyawan ia datang ke kantor tepat
waktu namun karyawan lain terlambat datang ke kantor
ditandai dengan narasi “berubah itu menghargai waktu”.
Terdapat seorang nenek yang datang pagi hari untuk
mengantri di kantor tersebut, seorang karyawan pun
mempersilahkan nenek duduk ditandai dengan narasi
“berubah itu peduli kepada orang lain”. Lalu, karyawan
tersebut melihat kinerja karyawan lain yang tidak disiplin
sehingga antrian pun terbengkalai ditandai dengan narasi
“berubah itu tidak cuma mengeluh”. Maka karyawan
tersebut membuat surat permohonan penurunan jabatan
untuk dapat melayani antrian warga ditandai dengan
narasi “berubah itu dimulai perubahan dari diri sendiri”,
sehingga karyawan tersebut menjadi teladan bagi
karyawan lain.
3. Judul Iklan
: Iklan Revolusi Mental Payung versi 2
Durasi
: 30 detik
Deskripsi Materi : Narasi dalam iklan ini yaitu, revolusi mental adalah satu
gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia ini
menjadi Indonesia baru yang berhati putih, berkemauan
baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang
menyala-nyala. Mari melangkah tinggalkan apa yang
lama, masuki apa yang baru, mulai hari ini lancarkan lah
gerakan hidup baru, “Ayo berubah”. Menggunakan
setting gambar variatif yang mengambarkan semangat
tinggi yang seharusnya dimiliki setiap bangsa Indonesia
dan menggunakan gambar Ir. Soekarno dan suara narrator
yang mirip suara Ir. Soekarno untuk menumbuhkan kesan
ajakan dari Presiden RI pertama tersebut.
4. Judul Iklan
: Iklan Revolusi Mental versi Testimoni
Durasi
: 30 detik
Deskripsi Materi : Iklan ini menceritakan testimoni warga dari berbagai
profesi mengenai gerakan nasional revolusi mental.
Profesi tersebut diantaranya atlit, perajin, petani, tukang
becak, ibu rumah tangga, pelajar, nelayan, warga bali,
warga papua, supir, pedagang, dan aparat pemerintahan.
Testimoni yang disampaikan yaitu, revolusi mental
adalah perubahan dari hal jelek menjadi baik, maju
meninggalkan hal-hal yang buruk. Testimoni mengenai
siapa yang harus berubah yaitu, diri sendiri, memulai
perubahan dari keluarga sendiri. Revolusi mental dapat
dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan,
jujur, disiplin, tidak korupsi, saling menghormati, tidak
menerobos lampu merah, saling menghargai hak orang
lain, dan gotong royong.
29
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor (lampiran 1). Pemilihan lokasi ini dengan metode pemilihan
sampel non-probabilitas dilakukan purposive karena terdapat kelompok tani di
Desa Pasir Eurih. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu
delapan bulan, terhitung mulai bulan Januari sampai Agustus 2016. Kegiatan
dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium,
pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji
petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Sementara itu, informan
dalam penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu, penyuluh pendamping,
staff desa, ketua gapoktan, ketua kelompok tani, ketua RW, dan ketua RT yang
bersedia untuk diwawancarai.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Data primer yaitu, data yang diperoleh langsung dari sumbernya, seperti data
hasil pengisian kuesioner pre-test dan post-test, wawancara dengan subjek
penelitian dan informan.
2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh diluar dari sumbernya seperti data
mengenai Gerakan Nasional Revolusi Mental, data kependudukan desa, dan
literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam kepada subjek
penelitian, kepala desa, ketua RW, ketua RT, dan penyuluh pendamping
kelompok, wawancara mendalam tersebut mengenai iklan layanan masyarakat
gerakan nasional revolusi mental dan pengaplikasiannya dalam kehidupan seharihari dituliskan pada catatan lapang.
Data mengenai karakteristik khalayak dikumpulkan dengan mengisi
kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mencari tahu lebih dalam
mengenai pemahaman dan penerapan nilai-nilai revolusi mental pada kehidupan
sehari-hari sebagai anggota kelompok tani pada khususnya. Data mengenai
karakteristik khalayak dikumpulkan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu
usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Data
mengenai penilaian terhadap iklan layanan masyarakat diperoleh dari hasil
pengisian kuesioner. Pengisian jawaban oleh subjek penelitian harus didampingi
oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pertanyaan.
Kuesioner diujikan terlebih dahulu kepada 10 orang petani di luar dari subjek
penelitian yang diteliti. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk menguji validitas
dan reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data
kuantitatif. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur, sementara reliabilitas menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih
(Singarimbun 2006).
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Mengadakan pre-test untuk subjek penelitian berupa pernyataan meliputi
pemahaman dan arahan sikap mengenai ILM Revolusi Mental.
30
2. Penayangan empat video ILM Revolusi Mental.
3. Mengadakan post-test untuk subjek penelitian berupa pernyataan meliputi
pemahaman dan arahan sikap mengenai ILM Revolusi Mental.
4. Menyebarkan kuesioner mengenai karakteristik individu, keterdedahan
informasi individu, dan karakteristik iklan.
5. Pelaksanaan wawancara mendalam mendalam kepada Kepala Desa, Ketua RW,
Ketua RT, Anggota Kelompok Tani, dan penyuluh pendamping kelompok tani
mengenai ILM Revolusi Mental.
Tabel 1 Jenis Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Data
Karakteristik
Individu
Keterdedahan
Informasi
Karakteristik
Iklan
Pemahaman
tentang Revolusi
Mental
Arahan sikap
tentang Revolusi
Mental
Pendapat tentang
Revolusi Mental
Monografi Desa
Pasir Eurih
Peta Desa Pasir
Eurih
Monografi
Kelompok Tani
Desa Pasir Eurih
Ordinal
Nominal
Ordinal
Rasio
Interval
Subjek Penelitian
Teknik
Pengumpulan
Data
Kuesioner
Subjek Penelitian
Kuesioner
Subjek Penelitian
Post-test
Ordinal
Subjek Penelitian
Pre-test
Post-test
Interval
Subjek Penelitian
Pre-test
Post-test
Primer
Informan
Subjek Penelitian
Kantor Desa Pasir
Eurih
Kantor Desa Pasir
Eurih
Kantor BP3K
Wawancara
Mendalam
Dokumen
Jenis Data
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sumber Data
Dokumen
Dokumen
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Responden yang dilibatkan sebagai subjek penelitian ini adalah 30 orang
anggota kelompok tani. Subjek penelitian tersebut dipilih secara acak (simple
random sampling) dari 166 orang anggota Gapoktan Mekarwangi, yang terbagi ke
dalam tujuh kelompok tani (Subur Makmur 30 orang, Karya Tani 28 orang, Sugih
Mukti 28 orang, Sangkuriang 25 orang, KWT Melati 20 orang, KWT Cempaka 20
orang, dan Flora Sangkuriang 15 orang). Subjek penelitian memiliki karakteristik
hampir sama (homogen) yaitu petani yang belum menonton ILM revolusi mental.
31
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil
gerakan nasional revolusi mental dan data sekunder lainnya dideskripsikan dan
diinterpretasikan. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif diproses melalui
pengolahan data, yaitu menggunakan tabel frekuensi dan teknik uji variasi. Tabel
frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai karakteristik
khalayak, maka dilakukan pengkodean yang berlanjut pada tahap perhitungan
presentase jawaban. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel
2016 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 20.0.
Uji validitas dan reliabilitas digunakan sebagai instrumen untuk menguatkan
kuesioner. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS
versi 20.0 menggunakan uji koefisien product moment Pearson. Untuk
mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari signifikansi dan
seberapa kuat hubunan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi.
Uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisian Alpha Cronbach.
Reliabilitas dapat diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan
reliability analysis dengan software SPSS. Penentuan nilai koefisien AlphaCronbach yaitu jika nilai > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai antara 0.70
sampai 0.90 maka reliabilitas tinggi, nilai antara 0.50 sampai 0.70 maka
reliabilitas moderat, dan jika nilai < 0.50 maka reliabilitas rendah. Nilai koefisien
Alpha-Cronbach untuk uji kuesioner reliabilitas keseluruhan item yaitu 0.776
artinya kuesioner memiliki reliabilitas tinggi.
Pengujian hubungan secara non parametrik dengan prosedur korelasi Rank
Spearman karena merupakan uji hubungan dengan interval data, dan pengolahan
data untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin serta pekerjaan dari karakteristik
individu dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat menggunakan analisis
data chi-kuadrat (Chi-square). Analisis tersebut digunakan karena jenis data pada
jenis kelamin adalah data nominal. Berikut adalah rumus Rank Spearman:
Keterangan:
rs
:
Koefisien
di
:
Selisih
n
: Banyaknya
Korelasi Rank Spearman
Setiap Rank
Pasangan Data
Uji korelasi Rank Spearman yaitu pengujian hubungan antar variabel
didukung oleh program SPSS 20.0. Ketentuannya adalah apabila nilai signifikansi
(sig-2 tailed) < α (0.05) maka tolak Ho atau H1 diterima, sebaliknya jika nilai
signifikansi > α (0.05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak
signifikan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih besar dari
α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai
berikut: 0.000 (tidak ada hubungan), 0.01 - 0.09 (hubungan kurang berarti), 0.10 0.29 (hubungan lemah), 0.30 - 0.49 (hubungan moderat atau sedang), 0.5 - 0.69
(hubungan kuat) 0.70 - 0.89 (hubungan sangat kuat, > 0.9 (hubungan mendekati
32
sempurna). Uji korelasi Chi Square, jika P-value < α, maka hubungan antara dua
variabel signifikan sedangkan jika P-value > α, maka hubungan anatar dua
variabel tidak signifikan.
Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian variasi tingkat
pengetahuan dan sikap dengan Uji T. Uji T digunakan untuk mengolah data nilai
pre-test dan post-test dengan menggunakan uji beda, yaitu paired sample T test
karena membandingkan data pada dua test dengan anggota kelompok yang sama.
Ketentuan pengambilan keputusan Uji T adalah apabila nilai signifikansi (sig-2
tailed) < α (0.05) maka tolak Ho atau H1 diterima, sebaliknya jika nilai
signifikansi > α (0.05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak
signifikan.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah
mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak
perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah
penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh
menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan.
Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah
terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada
tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data
kepada subjek penelitian, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil
penelitian dituliskan dalam laporan skripsi.
33
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Pasir Eurih mulanya termasuk bagian dari Kecamatan Ciomas, namun
mengalami pemekaran wilayah. Pada 2001 terbentuklah kecamatan baru yaitu
Kecamatan Tamansari yang terdiri atas delapan desa yaitu, Desa Sukajadi, Desa
Sukajaya, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, Desa Tamansari, Desa Sukamantri,
Desa Sirnagalih, dan Desa Pasir Eurih. Secara geografis, Desa Pasir Eurih
berbatasan dengan Desa Parakan Kecamatan Ciomas disebelah utara, Desa
Tamansari disebelah selatan, Desa Sukaresmi disebelah Barat, dan Desa
Sirnagalih disebelah Timur. Luas wilayah Desa Pasir Eurih yaitu 285.394 ha yang
terbagi menjadi tujuh bagian. Tanah pemukiman seluas 61.07 ha, tanah
penguburan seluas 1.8 ha, lahan persawahan seluas 138.22 ha, lahan perkebunan
seluas 44.177 ha, perkantoran umum seluas 5.5 ha, perkantoran seluas 0.5 ha, dan
lahan pekarangan seluas 102.5 ha. Secara umum topografi Desa Pasir Eurih
adalah daratan dan sebagian adalah perbukitan dengan ketinggian antara 500
sampai 700 mdpl dengan suhu rata-rata 27.5oC dan kemiringan antara 250 sampai
35o.
Desa Pasir Eurih terdiri atas 4 dusun, 14 RW, dan 57 RT. Jumlah penduduk
di Desa Pasir Eurih pada 2014 yaitu 11.219 jiwa dengan proporsi 5.418
perempuan dan 5.897 laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasir Eurih
mayoritas adalah SD/MI Sederajat, seperti yang tercantum pada tabel.
Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Pasir Eurih Tahun 2014 menurut Tingkat
Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
1
Tidak Tamat SD/MI Sederajat
284
2
SD/MI Sederajat
2.692
3
SMP/MTs Sederajat
724
4
SMA/MA Sederajat
322
5
Diploma
375
6
Sarjana
84
7
Lain-lain
Jumlah
4.481
Sumber : Data Profil Desa Pasir Eurih (2014)
Fasilitas yang terdapat di Desa Pasir Eurih yaitu 2 unit PAUD, 1 unit TK, 3
unit SD, 1 unit Madrasah, dan 2 unit Pondok Pesantren. Desa ini termasuk juga
desa wisata, terdapat bermacam-macam situs yaitu, Situs Taman Sri Bagenda dan
Situs Sumur Jalatunda, serta kampung sunda yang biasa disebut Kampung Budaya
Sindang Barang. Kampung budaya tersebut memiliki acara tahunan yaitu Seren
Taun. Sebagian besar penduduk Desa Pasir Eurih bermata pencaharian sebagai
petani dan perajin sandal. Terdapat petani yang memiliki lahan sendiri maupun
yang menggarap lahan orang lain sebagai buruh, untuk mewadahi kegiatan petani
maka dibentuklah kelompok-kelompok tani.
34
Kelompok tani terdiri atas Kelompok Tani Subur Makmur dengan 30
anggota, Kelompok Tani Karya Tani dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sugih
Mukti dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sangkuriang dengan 25, Kelompok
Wanita Tani Melati dengan 20 anggota, Kelompok Wanita Tani Cempaka dengan
anggota 20, dan Kelompok Wanita Tani Flora Sangkuriang dengan 15 anggota.
Kelompok tersebut digabung dalam Gapoktan Mekar Wangi. Mulanya gapoktan
tersebut didampingi oleh Ir. Yeti Sumiyati sebagai penyuluh pendamping,
dikarenakan ada rotasi (pergantian wilayah kerja) beliau digantikan oleh Yayan
Suryana. Kegiatan gapoktan diantaranya adalah pertemuan kelompok rutin setiap
bulan dengan beberapa kepentingan seperti penyuluhan, sosialisasi program baru,
kunjungan ke instansi seperti SPPT Bogor, dan acara tahunan (halal bi halal).
Keanggotaan kelompok tani semakin lama semakin berkurang dikarenakan tidak
ada regenerasi petani, anggota kelompok tani mayoritas berumur dewasa
pertengahan dan tua, dikarenakan keinginan pemuda yang lebih memilih bekerja
di bidang industri atau usaha lainnya daripada menjadi petani.
Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
Responden yang dilibatkan dalam subjek penelitian ini adalah anggota dari
kelompok tani Subur Makmur 30 orang, Karya Tani 28 orang, Sugih Mukti 28
orang, Sangkuriang 25 orang, KWT Melati 20 orang, KWT Cempaka 20 orang,
dan Flora Sangkuriang 15 orang. Subjek penelitian dipilih secara acak baik lakilaki maupun perempuan, yaitu 30 orang.
Usia adalah lama waktu hidup subjek penelitian dari lahir hingga pengisian
kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Variabel usia diukur
menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust (1950) dalam Mugniesyah
(2006) usia dikategorikan menjadi usia dewasa awal 18-29 tahun, usia dewasa
pertengahan 30-50 tahun, dan usia tua 50 tahun ke atas. Jumlah dan presentase
subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel.
Jenis kelamin adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kartu identitas
yaitu, laki-laki atau perempuan. Tingkat Pendidikan diartikan sebagai jenjang
terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh subjek penelitian sampai waktu
penulisan berlangsung. Tingkat pendapatan diartikan sebagai jumlah pendapatan
uang yang dilakukan oleh subjek penelitian setiap bulannya.
35
Tabel 3 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Karakteristik Individu
Karakteristik
Jumlah
Persentase
No
Subjek
Kategori
(n)
(%)
Penelitian
1
Usia
Dewasa Awal (18-29
2
6.66
tahun)
Dewasa Pertengahan (3014
46.67
49 tahun)
Dewasa Tua (>50 tahun)
14
46.67
2
Jenis Kelamin Perempuan
11
36.67
Laki-laki
19
63.33
3
Tingkat
Rendah
18
60.00
Pendidikan
Sedang
8
26.67
Tinggi
4
13.33
4
Tingkat
Rendah
9
30.00
Pendapatan
Sedang
15
50.00
Tinggi
6
20.00
Berdasarkan tabel 3, dapat ditunjukkan bahwa anggota kelompok tani
mayoritas usia dewasa pertengahan dan usia tua. Jumlah subjek penelitian yang
tergolong usia dewasa awal sebanyak 2 orang (6.67 persen), usia dewasa
pertengahan sebanyak 14 orang (46.67 persen), dan usia tua sebanyak 14 orang
(46.67 persen). Anggota kelompok tani semakin hari semakin berkurang karena
sebagian petani usia tua sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. Menjadi
permasalahan bagi Indonesia yaitu masih rendahnya regenerasi petani, sehingga
mempengaruhi produktivitas pertanian yang diperoleh karena petani usia tua
memiliki keterbatasan fisik. Hal ini dikarenakan kini pemuda kurang berminat
menjadi petani, pemuda lebih memilih untuk bekerja di sektor non-pertanian
seperti perajin sepatu, bekerja keluar kota, ojeg, berdagang, dan supir, karena
dianggap menjanjikan secara ekonomi dan memberikan jaminan kehidupan yang
layak bagi pekerja.
Jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki adalah 19 orang (63.66
persen) dan perempuan adalah 11 orang (36.67 persen). Petani laki-laki lebih
banyak dari petani perempuan dikarenakan laki-laki adalah pemimpin keluarga
yang berperan sebagai pencari nafkah, sebagian petani perempuan berperan untuk
membantu pekerjaan suami, dan sebagian petani perempuan adalah janda
sehingga menggantikan peran suami sebagai tulang punggung keluarga.
Tingkat pendidikan subjek penelitian paling tinggi pada tingkatan rendah
yaitu 18 orang (60 persen), yaitu anggota kelompok yang berpendidikan akhir
SD/MI/Sederajat dan tidak sekolah. Tingkatan tinggi yaitu 4 orang (13.33 persen),
anggota kelompok yang termasuk berpendidikan akhir SMA/MA/Sederajat.
Tingkatan sedang yaitu 8 orang (26.67 persen) merupakan anggota kelompok
berpendidikan akhir SMP/MTs/Sederajat. Dahulu bukanlah lembaga pendidikan
formal seperti SD, melainkan lembaga informal Sekolah Rakyat (SR) yang
sederajat dengan SD, sehingga materi yang diajarkan tidak seberagam sekarang.
Subjek penelitian yang tingkat pendapatannya paling banyak ada pada
tingkatan sedang yaitu 15 orang (50 persen) dengan pendapatan antara Rp
36
1.288.143 hingga Rp 2.485.189/bulan. Anggota kelompok dengan tingkat
pendapatan rendah yaitu 9 orang (30 persen) dengan pendapatan kurang dari Rp
1.288.143/bulan dan anggota kelompok dengan tingkat pendapatan tinggi yaitu 6
orang (20 persen) dengan pendapatan lebih dari Rp 2.485.189/bulan.
Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan
yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan atau
kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Pendapatan petani yang tergolong tak
menentu memungkinkan anggota memprioritaskan petani sebagai pekerjaan
utama maupun pekerjaan sampingan. Berikut tabel frekuensi pekerjaan utama dan
sampingan anggota kelompok tani.
Tabel 4 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Pekerjaan Utama dan
Sampingan
No Pekerjaan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
n
%
n
%
1
Tidak Bekerja
8
26.7
7
23.33
2
Pertanian
15
50.00
12
40.00
3
Non-pertanian
7
23.3
11
36.67
Total
30
100
30
100
Pekerjaan utama yang paling banyak dilakukan adalah pada sektor pertanian
yaitu 15 orang (50 persen) yang bekerja sebagai petani, sedangkan terdapat subjek
penelitian yang tidak memiliki pekerjaan atau bekerja sebagai ibu rumah tangga
yaitu 8 orang (26.7 persen), dan bekerja pada sektor non-pertanian 7 orang (23.3
persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh.
Pekerjaan sampingan yang dilakukan paling banyak adalah bekerja pada
sektor pertanian yaitu 12 orang (40 persen) sebagai petani, bekerja sampingan
sebagai petani dilakukan oleh subjek penelitian yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Subjek penelitian yang bekerja di sektor non-pertanian yaitu 11 orang
(36.67 persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh.
Anggota kelompok yang memiliki pekerjaan sampingan beralasan untuk
menambah penghasilan dari sektor pertanian yang terkadang hasil per bulannya
tidak menentu.
Deskripsi Keterdedahan Informasi
Keterdedahan informasi adalah suatu cara individu berkomunikasi,
memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti
media cetak dan elektronik. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian
pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut
komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi
informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka
bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).
Komunikasi melalui media massa adalah proses penyampaian pesan secara
tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subjek penelitian dalam
mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio,
televisi, dan koran diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa
dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).
37
Partisipasi sosial adalah keterlibatan subjek penelitian dalam kegiatan sosial
di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian,
hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah desa, musyawarah
RW, dan musyawarah RW dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Keterdedahan
Informasi
No Keterdedahan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Informasi
n
%
n
%
n
%
N %
1
Komunikasi
14 46.66
6 20.00 10 33.33 30 100
Interpersonal
2
Komunikasi Melalui 11 36.66
9 30.00 10 33.33 30 100
Media Massa
3
Partisipasi Sosial
6 20.00 16 53.33
8 26.67 30 100
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh subjek penelitian paling
tinggi pada tingkat rendah yaitu 14 orang (46.66 persen) dengan frekuensi kurang
dari 13 kali per minggu. Pada tingkat tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan
frekuensi lebih dari 15 kali per minggu. Pada tingkat sedang yaitu 6 orang (20
persen) dengan frekuensi antara 13 sampai 15 kali per minggu. Anggota
kelompok memiliki waktu luang untuk berinteraksi dengan keluarga dan tetangga,
ketika pekerjaan telah selesai yaitu pada sore atau malam hari, sedangkan dengan
teman, anggota kelompok tani, dan penyuluh pendamping hanya bertemu ketika
ada pertemuan khusus.
Komunikasi melalui media massa paling tinggi adalah pada tingkatan
rendah yaitu 11 orang (36.66 persen) dengan frekuensi kurang dari 75 kali per
minggu. Pada tingkatan tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan frekuensi
lebih dari 113 kali per minggu. Pada tingkatan sedang yaitu 9 orang (30 persen)
dengan frekuensi antara 75 sampai 113 kali per minggu. Mayoritas anggota
kelompok mengakses televisi untuk menonton program hiburan seperti sinetron,
kontes musik, program religi, dan program berita pada waktu pagi, siang, sore,
atau malam hari sesuai waktu luang mereka. Aktivitas mendengar radio jarang
dilakukan karena tidak semua memiliki radio, program yang didengar seperti
program religi dan kesehatan herbal. Aktivitas membaca koran dan majalah
hampir tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan penglihatan, keterbatasan
akses membeli koran dan majalah, serta kendala buta huruf. Adapun anggota yang
membaca koran adalah untuk mencari tahu berita terbaru, membaca majalah untuk
mencari pengetahuan baru mengenai pertanian dan resep masakan.
Partisipasi sosial subjek penelitian paling tinggi adalah pada tingkatan
sedang yaitu 16 orang (53.33 persen) dengan frekuensi antara 5 sampai 10 kali per
bulan. Pada tingkat tinggi yaitu 8 orang (26.67 persen) dengan frekuensi lebih dari
10 kali per bulan. Pada tingkatan rendah yaitu 6 orang (20 persen) dengan
frekuensi kurang dari 5 kali per bulan. Hal tersebut dikarenakan pertemuan
kelompok atau gapoktan digabung 1 bulan sekali atau 2 bulan sekali tergantung
kebutuhan kelompok. Musyawarah desa, RT, dan RW yang hanya melibatkan
staff desa, ketua RT, dan ketua RW yang diadakan sesuai kebutuhan masingmasing wilayah.
38
Deskripsi Karakteristik Iklan
Karakteristik iklan adalah atribut yang ada pada iklan dan menjadi aspek
yang paling diperhatikan dalam penilaian terhadap iklan, terdiri dari daya tarik
iklan dan isi pesan. Daya tarik iklan adalah penilaian subjek penelitian terhadap
komponen yang menyatakan ketertarikan dari total skor tampilan pesan iklan
layanan masyarakat yang meliputi gambar atau adegan yang menarik, musik yang
menarik, kalimat tertulis dan terucap yang menarik, berbicara tentang kebutuhan
atau keinginan khalayak, dan membangkitkan ketertarikan khalayak.
Isi pesan adalah penilaian subjek penelitian terhadap konten iklan yang
memuat hal yang ingin disampaikan menyesuaikan dengan fungsi iklan
diantaranya, memberikan manfaat, memicu perhatian terhadap yang
diinformasikan, memperbaiki motivasi, menambah rasa kepercayaan,
berhubungan dengan aturan yang berlaku, peraturannya bersifat umum,
memaparkan harapan dari sebuah tujuan, berhubungan dengan faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi masyarakat.
Tabel 6 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut
Iklan
Rendah
Sedang
No
Karakteristik Iklan
n
%
n
%
1
Daya Tarik Iklan
8 26.67 15 50.00
2
Isi Pesan
10 33.33 19 63.33
Penilaian Karakteristik
Tinggi
n %
7 23.33
1 3.33
Total
N %
30 100
30 100
Skor paling tinggi daya tarik iklan adalah pada tingkatan sedang yaitu 15
orang (50 persen) dengan skor antara 30 sampai 34. Pada tingkatan rendah yaitu 8
orang (26.67 persen) dengan skor kurang dari 30 dan pada tingkatan tinggi yaitu 7
orang (23.33 persen) dengan skor lebih dari 34. Hal tersebut menggambarkan
bahwa dari keempat iklan cukup menarik bagi anggota kelompok.
Skor paling tinggi isi pesan adalah pada tingkatan sedang yaitu 19 orang
(63.33 persen) dengan skor antara 32 sampai 37. Pada tingkatan rendah yaitu 10
orang (33.33 persen) dengan skor kurang dari 32 dan pada tingkatan tinggi yaitu 1
orang (3.33 persen) dengan skor lebih dari 36. Hal tersebut menggambarkan
bahwa anggota cukup memahami isi pesan. Selanjutnya dijelaskan secara rinci
berdasarkan komponen daya tarik iklan dan isi pesan sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 7 Rataan Skor menurut Komponen Daya Tarik Iklan
Komponen Daya Tarik Iklan
Rataan Skor*
Min
Maks
Gambar
4.90
3.00
6.00
Adegan/Jalan cerita
5.16
3.00
6.00
Musik
4.26
3.00
6.00
Model/Artis
3.83
3.00
6.00
Suara Narator
4.76
3.00
6.00
Pesan
4.76
2.00
6.00
Slogan
4.70
3.00
6.00
Total
32.40
23.00 40.00
*Rentang skor 1-6
39
Berdasarkan Tabel 7, rataan skor komponen daya tarik iklan paling tinggi
adalah adegan atau jalan cerita (5.16) dan paling rendah adalah rataan skor
komponen model atau artis (3.83). Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan
cerita pada video ILM dipandang sebagai keadaan umum yang dialami
masyarakat, sehingga membangkitkan semangat subjek penelitian. Video ILM
yang dianggap menarik adalah yang berjudul “Iklan Revolusi Mental Payung
versi 2” dan “Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong” dikarenakan narasinya
menggunakan suara Ir. Soekarno dan latar musik yang menggebu. Diperkuat
dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian mayoritas mengatakan bahwa
iklan menarik, adapun kutipan dari beberapa subjek penelitian sebagai berikut:
“…..tadi menurut saya yang menarik di bagian iklan yang kaya
suara Soekarno, musiknya juga lumayan menarik neng, jadi
ngedengerinnya oge semangat neng…” (MR, perempuan, 65
tahun)
“…ya menarik ya neng ya kita itu harus gotong royong, harus
saling bantu, sama aja kaya di kampung gitu suka ada kerja
bakti….” (NN, perempuan, 57 tahun)
Tabel 8 Rataan Skor menurut Komponen Isi Pesan
No
Komponen Isi Pesan
Rataan Skor*
Min
1
Bahasa yang digunakan dapat
5.36
3.00
dimengerti
2
Pesan yang disampaikan jelas
4.83
3.00
Pesan yang disampaikan mudah
4.93
3.00
3
dimengerti
Pesan yang disampaikan sesuai
3.66
2.00
4
dengan keinginan dan kebutuhan
Pesan
yang
disampaikan
3.70
3.00
5
memunculkan keinginan untuk
bertindak
6
Slogan mudah dimengerti
3.90
2.00
7
Slogan mudah diingat
3.80
2.00
Slogan
menggambarkan
inti
3.63
2.00
8
pesan
Total
33.83
26.00
Maks
6.00
6.00
6.00
6.00
6.00
6.00
5.00
6.00
38.00
*Rentang skor 1-6
Berdasarkan Tabel 8, secara keseluruhan video ILM sudah menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti sehingga memudahkan subjek penelitian
memahami isi pesan. Diperkuat dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian
beberapa subjek penelitian menjelaskan sebagai berikut:
“…isi pesannya menarik terus sama kaya orang sini yang suka
gotong royong kerja bakti. Bahasanya juga gampang
dimengerti ya neng soalnya pake bahasa Indonesia…” (NP,
laki-laki, 60 tahun)
40
41
PENGARUH VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
Efektivitas iklan adalah keberhasilan sebuah iklan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan oleh pengiklan. Efektivitas iklan dapat diketahui melalui aspek
pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini iklan dikatakan efektif jika terdapat
peningkatan aspek pengetahuan dan sikap tentang pesan iklan.
Pengetahuan dan Sikap Awal
Pengetahuan dan sikap awal subjek penelitian adalah kondisi sebelum
menonton video ILM atau ditayangkan iklan layanan masyarakat yang diukur
dengan melakukan pre-test. Komponen pengetahuan yang diujikan adalah
beberapa pertanyaan mengenai pengertian, slogan, nilai-nilai, serta latar belakang
adanya revolusi mental. Komponen sikap yang diujikan adalah beberapa
pernyataan mengenai kegiatan petani sehari-hari yang terbagi menjadi tiga bagian
yaitu, integritas, etos kerja, dan gotong royong di lingkungan masyarakat dan
aktivitas di gapoktan. Integritas berarti memiliki nilai jujur, dapat dipercaya,
berkarakter, dan bertanggung jawab. Etos kerja berarti mampu berdaya saing,
optimis, inovatif, dan produktif. Gotong royong berarti menjunjung tinggi
kerjasama, solidaritas, serta berorientasi pada kemaslahatan bersama. Berikut
rataan skor indikator aspek pengetahuan dan sikap.
Kondisi awal subjek penelitian sebelum menonton video ILM memiliki
pengetahuan yang relatif seragam tentang pengertian, nilai-nilai, latar belakang,
dan aplikasi nilai revolusi mental. Pengetahuan anggota kelompok tani 88,50
persen menunjukkan memiliki pengetahuan yang cukup baik. Berdasarkan rataan
skor dan deviasi masing-masing indikator. Sebaran skor cukup homogen diantara
subjek penelitian. Berikut penjelasan rinci mengenai masing-masing penilaian
aspek pengetahuan pada tabel.
No
1
2
3
4
Tabel 9 Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Pengetahuan
Indikator
Rataan
Persentase Standar
Skor*
(%)
Deviasi
Pengertian revolusi
3.53
88.25
0.73
mental
Nilai-nilai yang ada pada
17.6
88.00
1.04
Revolusi Mental
Latar belakang adanya
7.87
78.70
0.90
revolusi mental
Aplikasi nilai
24.10
92.69
1.65
Total
53.10
Rentang
Skor
2-4
10 - 20
5 - 10
13 - 26
*Skor : 1 = Salah 2 = Benar
Tabel 9 mengungkapkan aspek “aplikasi nilai” merupakan yang paling
dipahami subjek penelitian dengan rataan skor 24,10 yang berarti 92,69 persen
dari skor maksimal yang mungkin (26) yang terdiri dari penilaian nilai etos kerja,
gotong royong, dan integritas. Rataan skor terendah yaitu, 7,87 pada latar
42
belakang adanya revolusi mental yang berarti 78,70 persen dari skor masksimal
yang mungkin (10). Secara umum, subjek penelitian cukup mengetahui nilai-nilai
yang sudah ada pada kehidupan sehari-hari daripada mengetahui pengertian, dan
latar belakang adanya revolusi mental. Beberapa subjek penelitian mengganggap
latar belakang adanya revolusi mental karena adanya krisis moneter. Padahal yang
menjadi prioritas adalah karena adanya krisis karakter pada individu baik
masyarakat maupun pemerintahan. Hal ini menunjukkan sebenarnya nilai-nilai
pada revolusi mental sudah melekat pada kehidupan sehari-hari, namun belum
diketahui lebih lanjut bahwa kini ada gerakan nasional yang secara khusus
menjunjung nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong sebagai tujuan
melestarikan nilai-nilai tersebut. Filosofi revolusi mental adalah meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang berkarakter dapat membangkitkan kesadaran
bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berpretasi tinggi, produktif, dan
berpotensi menjadi bangsa maju dan modern.
Kondisi awal subjek penelitian sebelum menonton video ILM memiliki
sikap yang relatif seragam tentang nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Pengetahuan anggota kelompok tani 80.91 persen menunjukkan memiliki
keinginan bertindak pada aspek gotong royong paling tinggi. Berikut penjelasan
rinci mengenai masing-masing penilaian aspek sikap pada tabel.
Tabel 10 Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Sikap
No
Indikator
Rataan Persentase
Standar
Rentang
Skor*
(%)
Deviasi
Skor
1 Integritas
67.80
80.71
7.87
14 - 84
2 Etos Kerja
56.40
78.33
8.97
12 - 72
3 Gotong Royong
40.87
85.14
5.39
8 - 48
Total
165.07
*Skor rentang 1 - 6 = semakin sangat tidak setuju – semakin sangat setuju
Tabel 10 mengungkapkan aspek “gotong royong” merupakan yang paling
dipahami subjek penelitian dengan rataan skor 40,87 yang berarti 85,15 persen
dari skor maksimal yang mungkin (48). Hal ini dikaitkan dengan karakteristik
individu subjek penelitian sebagai petani di pedesaan yang sudah tidak asing
dengan gotong royong. Terdapat kegiatan rutin yang mengutamakan kebersamaan
dan saling membantu pada kehidupan sehari-harinya yaitu, kerja bakti,
musyawarah, berinisiatif membantu pada acara keluarga atau tetangga,
menyeleksi benih, serta memanen di sawah. Berikut jumlah dan persentase subjek
penelitian menurut kategori pre-test pengetahuan dan sikap.
43
Gambar 5 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Pengetahuan
Pada pre-test pengetahuan paling tinggi adalah kategori sedang yaitu 14
orang (46.67 persen). Adanya anggota kelompok yang termasuk kategori rendah
dikarenakan belum mengetahui apa itu revolusi mental. Skor tinggi diraih oleh
anggota kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan mengingat kembali
serta mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Gambar 6 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Sikap
Pada pre-test sikap, nilai paling tinggi adalah pada kategori sedang yaitu 14
orang (46.67 persen). Subjek penelitian sudah menerapkan nilai-nilai seperti
integritas, etos kerja, dan gotong royong walaupun video ILM belum ditayangkan,
sehingga sikap subjek penelitian tergolong pada kategori cenderung tinggi.
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
Kondisi akhir subjek penelitian setelah ditayangkan video ILM diukur
dengan melakukan post-test. Komponen pertanyaan pada aspek pengetahuan dan
sikap sama dengan pertanyaan pada pre-test. Hasil post-test menyatakan bahwa
jawaban subjek penelitian lebih beragam bila dibandingkan dengan sebelum
44
ditayangkan video ILM, sehingga secara keseluruhan terdapat peningkatan skor.
Hal ini menunjukkan bahwa video mampu meningkatkan pengetahuan, dan
terdapat keragaman kemampuan penerimaan pesan video ILM. Berikut jumlah
dan persentase subjek penelitian menurut kategori post-test pengetahuan dan
sikap.
Tabel 11 Rataan Skor Post-test Pengetahuan menurut Indikator Pengetahuan dan
Sikap
No
Indikator
Rataan Skor
Pre-test Post-test Peningkatan
Pengetahuan
1 Pengertian revolusi mental
3.53
3.77
0.24
2 Nilai-nilai yang ada pada
17.6
18.20
0.60
Revolusi Mental
3 Latar belakang adanya revolusi
7.87
7.98
0.11
mental
4 Aplikasi nilai
24.10
24.40
0.30
Total
53.10
54.33
1.23
Sikap
5 Integritas
67.80
70.13
2.33
6 Etos Kerja
56.40
41.77
14.63
7 Gotong Royong
40.87
57.80
16.93
Total
165.07
169.70
4.63
Setelah ditayangkan video ILM, terdapat peningkatan rataan skor subjek
penelitian mengenai pengertian, latar belakang, dan nilai-niliai yang ada pada
revolusi mental. Hasil post-test aspek pengetahuan indikator rata-rata paling tinggi
pada indikator “pengertian revolusi mental” yaitu, 3.77 dari maksimal skor yang
mungkin (4) atau 94,25 persen. Kesimpulannya adalah pesan video ILM sudah
memuat pengertian revolusi mental yang mudah dipahami, tercermin dari slogan
yang mudah diingat yaitu “Ayo Berubah!” disetiap akhir video ILM. Tidak
berbeda jauh dengan rataan skor pre-test yaitu, 24,4 yang berarti 93,85 persen
pada indikator “aplikasi nilai”, subjek penelitian dapat mengingat kembali memori
yang tersimpan setelah melihat video ILM sesuai dengan ungkapan Riyanto
(2011) bahwa individu akan menginterpretasikan kembali suatu stimulus dengan
kerangka rujukan yang sebagian besar terbentuk dari pengalamannya. Proses
persepsi dilakukan dengan mengorganisasikan rangsangan yang diterima oleh
panca indera yang sangat dipengaruhi oleh konteksnya.
Rataan skor post-test aspek pengetahuan terendah tidak berbeda jauh dengan
rataan skor pre-test yaitu, pada latar belakang adanya revolusi mental yaitu 7,98
yang berarti 79.80 persen dari total maksimal skor yang mungkin (10). Hal ini
menunjukkan pesan pada video ILM belum menyampaikan filosofi adanya
revolusi mental secara lengkap dan jelas. Informasi mengenai latar belakang dapat
diketahui melalui laman resmi Revolusi Mental, sedangkan 36.66 persen (Tabel 5)
subjek penelitian termasuk kategori rendah dalam mengakses media massa.
Video merupakan media audiovisual yang dapat membangkitkan perhatian
melalui visualisasi kreatif yang menarik. Proses persepsi sangat dipengaruhi oleh
perhatian, terdapat perhatian yang selektif terhadap berbagai stimuli. Stimuli yang
45
bergerak akan lebih menarik perhatian dibanding dengan yang lainya. Tampilan
visual yang menyajikan benda-benda bergerak dapat lebih menarik perhatian
kitadaripada penampilan yang statis Rakhmat (2008). Video ILM mampu
mengarahkan sikap, dibuktikan dengan terdapat peningkatan total rataan skor
subjek penelitian dari 80,91 persen menjadi 83,18 persen.
Rataan skor post-test aspek sikap paling tinggi yaitu, 57,8 yang berarti 85,15
persen pada indikator gotong royong. Hal ini menunjukkan bahwa pesan pada
video ILM dapat membujuk subjek penelitian untuk menyetujui nilai-nilai gotong
royong dibandingkan integritas dan etos kerja. Pada materi video ILM belum
sepenuhnya membangkitkan semangat sebagai petani atau masyarakat pedesaan
untuk berlaku produktif dan inovatif. Beberapa anggota kelompok petani memiliki
rasa ketidakpercayaan diri dalam meningkatkan produksi maupun membuat
inovasi. Berdasarkan video ILM yang ditayangkan, pesan untuk membangkitkan
kepercayaan diri petani belum mengarahkan sikap secara terperinci. Berikut
adalah penjelasan salah satu responden yang dapat mewakili responden lainnya :
“…walaupun saya sudah lama jadi anggota kelompok tani,
sudah ikut pelatihan kalau ada acara tanam yang baru, saya
masih suka takut untuk ganti cara tanam neng. Soalnya saya
nggak mau ambil resiko deh kalau nanti malah gagal panen”
(NCH, laki-laki, 40 tahun)
Sesuai dengan teori moral ekonomi petani subsisten menurut Scott (1994),
yaitu safety first, teguh pada teknologi dan sistem penghidupan yang sudah
terbukti. Salah satu sifat petani subsisten yaitu tidak mau mengambil resiko dan
tidak mau menerima hal baru. Berikut jumlah dan persentase subjek penelitian
menurut kategori post-test pengetahuan dan sikap.
Gambar 7 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Pengetahuan
Skor paling tinggi post-test pengetahuan adalah pada tingkatan sedang yaitu
17 orang (56.67 persen) meningkat bila dibandingkan dengan sebelum menonton
video ILM yaitu 46.67 persen. Hal tersebut menggambarkan setelah menonton
iklan, anggota kelompok menjadi lebih mengetahui apa itu revolusi mental,
46
diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh dari beberapa subjek penelitian
sebagai berikut:
“...oh revolusi mental teh itu ya, da saya mah orang awam yang
tau harus berbuat baik, harus semangat, tapi ngga tau kalau itu
teh sekarang mah ada namanya…” (SAN, laki-laki, 43 tahun)
“…ooh jadi kalau menurut saya mah revolusi mental teh
perubahan mental kita ya dek ya, supaya jadi kuat mental dari
masalah-masalah terus harus berubah jadi lebih baik supaya
masalahnya bisa diselesaikan…” (ABS, laki-laki, 51 tahun)
Gambar 8 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Sikap
Pada post-test sikap, nilai paling tinggi adalah pada kategori sedang yaitu
12 orang (40 persen). Hal tersebut menggambarkan setelah pengulangan
pengujian terjadi peningkatan pengisian mengenai sikap. Beberapa anggota
kelompok ada yang dapat mengaitkan nilai-nilai revolusi mental dengan
kehidupan, kegiatan, dan masalah petani sehari-hari. Peran ketua, sekretaris serta
bendahara kelompok tani diharapkan mampu menjadi penggerak anggota
kelompok tani untuk mau mengikuti kegiatan rutin gapoktan seperti program
penyuluhan. Upaya yang dilakukan pun dimulai dari perilaku diri sendiri yang
melakukan perubahan, diharapkan hal tersebut dapat menjadi cara membujuk
anggota lainnya untuk tidak takut dalam mengambil resiko. Diperkuat dengan data
kualitatif yang diperoleh dari subjek penelitian sebagai berikut :
“….revolusi mental kalau dihubungkan sama kehidupan saya
sebagai petani ya bapak kudu bisa jadi penggerak yang
ngajakin petani lainnya ikutan kegiatan di kelompok tani,
ikutin penyuluhan sama program dari penyuluh pendamping,
pan itu juga supaya produktivitas petani bisa banyak walaupun
lahannya sedikit. Jujur aja neng suka ada aja petani yang ngga
mau diajakin ngikutin program penyuluhan teh kecuali ada
hadiahnya…” (SM, laki-laki, 59 tahun)
47
“…sekarang teh petani udah pada tua-tua neng jadi anggota
gapoktan makin sedikit, pemudanya lebih tertarik kerja ngojek
atau bikin sandal sepatu gitu karena uangnya lebih cepet
dapetnya. Padahal menurut saya mah petani itu bukan sekedar
pekerjaan untuk menghasilkan uang, tapi pekerjaan dari hati
neng, petani itu tentang bekerja keikhlasan, karena kan nanem
padi nanem makanan untuk dimakan sama semua orang juga
ya neng. Kalau inget tujuan utamanya ikhlas bapak pasti
semangat terus jadi petani neng…..” (AD, laki-laki, 55 tahun)
“….kalau revolusi mental buat saya mah, ngajakin anggota
kelompok tani yang lainnya, kalau engga mau yaudah ibu
nyontohin dari ibu sendiri kaya sekarang mulai ternak kelinci
lagi, udah ada anaknya banyak alhamdulillah yang lain jadi
pada pengen nyoba ternak kelinci lagi neng….” (EMY,
perempuan, 52 tahun)
Menurut penyuluh pendamping permasalahan yang kerap kali ada di
kehidupan petani adalah ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah,
sehingga beberapa petani mengharapkan imbalan jika ada program atau kegiatan.
Pengalihan fungsi lahan pertanian juga menjadi faktor petani beralih pekerjaan
dari sektor pertanian ke sektor industri, sehingga menyebabkan jumlah tenaga
petani yang semakin berkurang. Cara memotivasi petani agar mau mengikuti
program penyuluhan melalui revolusi mental antara lain dengan menyampaikan
manfaat yang diperoleh, menyampaikan sambil memberi contoh di lapangan
(demonstrasi cara), dan tidak mengenal lelah dalam melakukan penyuluhan
berulang agar petani mampu mengingat lebih lama apa yang disampaikan.
Diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh dari wawancara mendalam
kepada penyuluh pendamping sebagai berikut :
“….petani itu bisa mengingat dan ikut melakukan perubahan
kalau ada penyuluhan yang sekaligus memberikan contoh,
gerakan revolusi mental juga harus digembleng terus, mungkin
aja kurang lebih 15 tahun karena mengubah perilaku itu pasti
sulit apalagi melihat petani jaman sekarang yang sudah
semakin sulit diajak….” (YYN, laki-laki, 52 tahun)
Uji Beda Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
Peningkatan pengetahuan meliputi tingkat pemahaman subjek penelitian
terhadap informasi yang disampaikan melalui penayangan iklan, berupa isi pesan
dari iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental. Perubahan
sikap adalah perasaan subjek penelitian terhadap iklan yang ditayangkan seperti,
setuju, tidak setuju, serta muncul keinginan untuk melakukan apa yang
disampaikan pada pesan iklan tersebut juga mampu mengaitkan dengan kehidupan
atau kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data sebelumnya (Tabel 11) secara
48
keseluruhan terdapat peningkatan skor aspek pengetahuan dan sikap, walaupun
begitu ternyata peningkatan pada aspek sikap tidak signifikan secara nyata.
Berikut penjelasan aspek pengetahuan dan sikap menurut nilai uji beda atau Uji T
secara rinci.
Tabel 12 Skor Pre-test dan Post-test Subjek Penelitian menurut Nilai Uji T
No Aspek
Pre-test Post-test
T
P
1
Pengetahuan
53.10
54.33
-2.589 .015
2
Sikap
165.07
169.70
-1.270 .214
Tabel 12 menujukkan skor rata-rata pengetahuan dan sikap subjek penelitian
secara keseluruhan meningkat. Mengetahui perbedaan skor pre-test dan post-test
lebih lanjut dilakukan uji beda yaitu paired sample t test. Paired sample t test atau
Uji T digunakan untuk melihat apakah peningkatan skor yang signifikan pada
subjek penelitian karena perlakuan penayangan video ILM.
Uji T pada aspek pengetahuan yaitu Sig (0.015) < 0.05, berarti tolak Ho,
terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada aspek
pengetahuan. Pada aspek sikap, nilai Sig (0.214) > 0.05, berarti terima Ho, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada aspek sikap.
Berarti video ILM revolusi mental terbukti efektif untuk meningkatkan
pengetahuan, namun belum mampu mengarahkan sikap.
Pada dasarnya
pengetahuan subjek awal sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
nilai-nilai, jadi video ILM revolusi mental berperan untuk membangkitkan ingatan
sehingga pengetahuan subjek penelitian menjadi utuh sesuai dengan batasan
ingatan mereka. Sesuai dengan teori taksonomi Bloom tentang klasifikasi
pengetahuan pada tahap pertama yaitu individu dapat mengingat berbagai hal
yang pernah dipelajarinya dan yang tersimpan dalam ingatannya. Pengetahuan
yang tersimpan tersebut, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat
(recall) atau mengenal kembali (recognition). Upaya peningkatan pengetahuan
yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan membuat dan menayangkan video ILM
yang lebih instruksional serta memuat pesan lebih lengkap.
49
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
Penelitian eksperimental pada bidang sosial melibatkan subjek penelitian
yang tidak sepenuhnya homogen. Keberagaman karakteristik individu
memungkinkan adanya intervensi faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan serta perubahan sikapnya. Maka dari itu, dilakukan uji
korelasi untuk melihat hubungan antara karakteristik individu, keterdedahan
media massa, dan karakteristik iklan terhadap perbedaan skor sebelum dan
sesudah ditayangkan video ILM.
Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap
Karakteristik individu merupakan identitas atau ciri dari suatu individu yang
tentu berbeda pada setiap individu. Komponen yang diukur pada penilaian
terhadap iklan layanan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap. Perbedaan
karakteristik tersebut bisa dilihat dari pemahaman, daya tangkap, daya nalar
dalam mengaitkan pesan iklan dengan kehidupan sehari-hari. Menganalisis
adanya hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas iklan layanan
masyarakat dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square. Hasil
nilai signifikansi pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 13 Koefisien Korelasi Karakteristik Individu dengan Efektivitas
Pesan Iklan Layanan Masyarakat
Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat
Peningkatan
Karakteristik
Perubahan sikap
No
Analisis
Pengetahuan
Individu
Koefisien Keterangan Koefisien Keterangan
1
rs
Korelasi
Korelasi
Usia
0.157
-0.291
Lemah
Lemah
2
2
χ
Tidak Ada
Tidak Ada
Jenis Kelamin
7.111
20.286
Korelasi
Korelasi
2
3
Pekerjaan
χ
23.41
Tidak Ada
Tidak Ada
46.827
Utama
9
Korelasi
Korelasi
4
Tingkat
rs
Korelasi
Korelasi
0.158
Pendidikan
0.257
Lemah
Lemah
5
rs
Korelasi
Korelasi
Tingkat
0.058
Kurang
0.233
Lemah
Pendapatan
Berarti
rs: Uji Rank Spearman, χ 2: Uji chi-square
Pada indikator usia nilai Sig (0.408) > α (0.05) maka terima Ho yaitu tidak
ada perbedaan. Jadi tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara
usia dengan peningkatan pengetahuan. Selanjutnya nilai Sig usia (0.118) > α
(0.05) maka terima Ho yaitu tidak ada hubungan. Jadi tidak terdapat hubungan
signifikan (korelasi lemah) antara usia dengan perubahan sikap. Hal ini
50
dikarenakan dalam diri setiap anggota sudah ditanamkan untuk memiliki budi
pekerti yang baik, sehingga sudah familiar dengan pesan yang ada pada revolusi
mental dan sudah melakukannya pada kegiatan sehari-hari.
Uji hubungan antara jenis kelamin memiliki nilai Sig (0.540) > α (0.05)
dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.569) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
peningkatan pengetahuan dan sikap. Hal ini dikarenakan antara perempuan dan
laki-laki hidup berbaur di satu wilayah yaitu pedesaan sehingga pengetahuan dan
sikap yang diterapkan kurang lebih sama.
Uji hubungan antara pekerjaan memiliki nilai Sig (0.115) > α (0.05)
dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.213) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
peningkatan pengetahuan dan sikap. Hal ini dikarenakan subjek penelitian
memiliki pekerjaan utama sebagai petani sehingga melakukan kegiatan hampir
sama.
Uji hubungan antara tingkat pendidikan memiliki nilai Sig (0.170) > α
(0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.406) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah)
antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan (korelasi sedang) antara tingkat pendidikan dengan
perubahan sikap. Hal ini berarti pendidikan rendah atau tinggi tidak
mempengaruhi penerimaan pesan, karena pesan tersebut sudah dipahami dengan
baik sebelumnya.
Uji hubungan antara tingkat pendapatan memiliki nilai Sig (0.762) > α
(0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.216) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi kurang
berarti) antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan dan tidak
terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara tingkat pendapatan
dengan perubahan sikap. Hal ini dikarenakan baik subjek penelitian yang
berpendapatan rendah, sedang, atau tinggi memiliki varian sama dalam menjawab
pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap.
Berdasarkan penelitian Benunur (2006) apabila tidak ada hubungan yang
signifikan antara karakteristik individu dengan peningkatan pengetahuan maka
ILM efektif untuk menjangkau khalayak dengan karakteristik personal yang
berbeda. Hasil uji hubungan karakteristik individu dengan peningkatan
pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa keberagaman usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan tidak terbukti berkorelasi
secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap yang
diperoleh petani dari ILM. Maka penggunaan ILM gerakan nasional revolusi
mental sebagai media penyebaran pesan untuk khalayak luas, efektif untuk
digunakan oleh petani yang berbeda karakteristik personal.
Hubungan Keterdedahan Informasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap
Keterdedahan informasi subjek penelitian dapat dilihat dari tiga indikator
yaitu, komunikasi interpersonal, komunikasi melalui media massa, dan partisipasi
51
sosial. Berikut adalah hasil uji korelasi Rank Spearman antara keterdedahan
informasi dengan efetivitas pesan iklan layanan masyarakat.
52
Tabel 14 Koefisien Korelasi Keterdedahan Informasi dengan Efektivitas Pesan
Iklan Layanan Masyarakat
Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat
No Keterdedahan Analisis Peningkatan Pengetahuan
Perubahan sikap
Informasi
Koefisien Keterangan
Koefisien Keterangan
1
Tingkat
0.051
Tidak Ada
-0.237
Korelasi
Komunikasi
rs
Korelasi
Lemah
Interpersonal
2
Tingkat
0.085
Tidak Ada
0.261
Korelasi
Komunikasi
Korelasi
Lemah
rs
Melalui Media
Massa
3
Tingkat
0.269
Korelasi
0.037
Korelasi
Partisipasi
rs
Lemah
Kurang
Sosial
Berarti
rs : Uji Rank Spearman
Hasil uji korelasi pada komunikasi interpersonal memiliki nilai Sig (0.788)
> α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.207) > α (0.05)
dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi
kurang berarti) antara komunikasi interpersonal dengan peningkatan pengetahuan
dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara komunikasi
interpersonal dengan perubahan sikap. Hal ini dikarenakan subjek penelitian
melakukan komunikasi interpersonal dengan tujuan untuk bersilaturahmi, tidak
membicarakan mengenai revolusi mental.
Hasil uji korelasi pada komunikasi melalui media memiliki nilai Sig (0.653)
> α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.163) > α (0.05)
dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi
kurang berarti) antara komunikasi melalui media dengan peningkatan
pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara
komunikasi melalui media dengan perubahan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa
televisi dan radio jarang mendedah subjek penelitian tentang revolusi mental,
mayoritas menggunakan televisi dan radio untuk mengisi waktu luang dan
mencari hiburan.
Hasil uji korelasi pada partisipasi sosial memiliki nilai Sig (0.151) > α
(0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.847) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah)
antara partisipasi sosial dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan (korelasi kurang berarti) antara partisipasi sosial dengan
perubahan sikap. Hal ini dikarenakan kegiatan sosial di masyarakat seperti
musyawarah RT, RW, dan desa jarang dilakukan, bila dilakukan hanya pada saat
ada kegiatan tertentu seperti merayakan HUT RI, Isra Mi’raj, dan hajatan,
sehingga tingkat keterdedahan informasi tidak ada intervensi sebagai faktor-faktor
yang berhubungan dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat.
53
Hubungan Karakteristik Iklan dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
Karakteristik iklan dilihat dari dua indikator yaitu, daya tarik iklan dan isi
pesan. Daya tarik iklan meliputi adegan, jalan cerita, musik, dan aktor yang
menarik atau tidak. Isi pesan meliputi bahasa yang digunakan mudah dipahami,
pesan yang disampaikan sesuai kebutuhan, pesan yang mudah diingat dan
dipahami, dan slogan mudah diingat atau tidak. Berikut adalah hasil uji korelasi
Rank Spearman antara karakteristik iklan dengan efektivitas pesan iklan layanan
masyarakat.
Tabel 15 Koefisien Korelasi Karakteristik Iklan dengan Efektivitas Pesan Iklan
Layanan Masyarakat
Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat
Peningkatan
Karakteristik
Perubahan sikap
No
Analisis
Pengetahuan
Iklan
Koefisien Keterangan Koefisien Keterangan
1
Daya Tarik
rs
0.440*
Korelasi
-0.088
Korelasi
Iklan
Sedang
Kurang
Berarti
2
Isi Pesan
rs
0.269
Korelasi
-0.055
Korelasi
Lemah
Kurang
Berarti
rs : Uji Rank Spearman, *Korelasi Signifikan pada α 0.05 (dua arah)
Hasil uji korelasi pada daya tarik iklan memiliki nilai Sig (0.015) < α (0.05)
dan koefisien (0.440*) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.643) < α
(0.05) dengan perubahan sikap, berarti terdapat hubungan positif signifikan yang
nyata (korelasi sedang) antara daya tarik iklan dengan peningkatan pengetahuan
dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi kurang berarti) antara daya
tarik iklan dengan perubahan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menarik
iklan dapat membuat subjek penelitian semakin meningkat pengetahuannya
karena memperhatikan iklan sampai selesai dan membantu lebih lama
memberikan daya ingat mengenai revolusi mental serta dapat membuat
ketertarikan subjek penelitian untuk mau menerapkan dalam kegiatan sehari-hari.
Hasil uji korelasi pada isi pesan memiliki nilai Sig (0.150) < α (0.05)
dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.772) > α (0.05) dengan
perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah)
antara isi dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang
signifikan (korelasi kurang berarti) antara isi pesan dengan perubahan sikap,
walaupun p > 0.05 tapi terdapat korelasi yang pasti antara isi pesan dengan
pengetahuan meskipun lemah (rs = 0.269), karena subjek penelitian akan melihat
ketertarikan iklan terlebih dahulu baru memperhatikan pesan iklan. Hal ini
menunjukkan isi pesan yang terdapat pada iklan belum sepenuhnya menambah
pengetahuan mengenai Revolusi Mental serta belum sepenuhnya mempengaruhi
kehidupan sehari-hari mereka. Isi pesan yang disampaikan pada iklan masih
bersifat umum jadi tidak semua subjek penelitian dapat mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari sebagai anggota kelompok tani.
54
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pesan video iklan layanan masyarakat revolusi mental efektif meningkatkan
pengetahuan petani, namun belum efektif dalam mengarahkan sikap.
2. Faktor karakteristik iklan lebih berkaitan dengan efektivitas pesan
dibandingkan dengan faktor karakteristik individu dan keterdedahan informasi
petani. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dan keterdedahan
informasi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap petani, sehingga pesan
video ILM tersebut efektif untuk petani yang berbeda karakteristik personal.
Saran
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai upaya
mengefektifkan penggunaan iklan layanan masyarakat sebagai media penambah
pengetahuan dan memersuasi khalayak untuk bersikap sesuai pesan iklan, yaitu:
1. KEMENKOPMK dalam pembuatan video ILM sebaiknya meningkatkan daya
tarik iklan, misalnya menayangkan video ILM melibatkan artis sebagai
endorser.
2. KEMENKOPMK dalam pembuatan video ILM sebaiknya memperkaya isi
pesan untuk lebih membangkitkan kesadaran, karena mungkin saja pada diri
petani sudah ada memori yang lebih beragam, namun tidak ada stimulasi yang
mampu membangkitkan memori petani.
3. KEMENKOPMK dalam menayangkan iklan layanan masyarakat perlu
memperhatikan pengulangan video karena khalayak akan lebih mudah ingat
apabila menonton ILM lebih sering.
4. KEMENKOPMK sebaiknya melakukan pemilihan tema iklan yang dapat
mewakili pesan revolusi mental secara keseluruhan agar penonton tidak
menyalahartikan isi pesan.
5. Selain sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat, diharapkan dapat
diimbangi dengan kegiatan sosialisasi secara langsung seperti kegiatan
penyuluhan oleh pakar tertentu atau melalui kegiatan yang dekat dengan
masyarakat misalkan di kantor desa.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Al Jafi D, Wibisono BA. 2013. Iklan Layanan Masyarakat tentang Cyberbullying
untuk Membentuk Awareness Masyarakat. Jurnal Desain Komunikasi
Visual UPN “Veteran” Jatim. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober
2015]; 2: 1-7. Tersedia pada http://eprints.upnjatim.ac.id/4236/1/03.PDF
Ardianto E. 2001. Keterdedahan Tayangan Iklan Televisi terhadap
Kecenderungan Perilaku Konsumerisme Masyarakat Desa di Kecamatan
Rancaekek Kabupaten Bandung Jawa Barat [tesis]. Bogor [ID]: Institut
Pertanian Bogor.
Benunur MN, 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi
Pertanian (Eksperimen Lapangan: Pengendalian Hama Penggerek Buah
Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten
Maluku Tengah) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses
pada
5
Februari
2016.
Terdapat
pada
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9731/2006mnb.pdf
?sequence=2&isAllowed=y
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks perilaku anti korupsi (IPAK) 2015.
Diunduh pada 06 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.bps.go.id/
Brs/view/id/1276.
Campbell DT, Stanley JC. 1966. Experimental and Quasi-Experimental Designs
for Research. [US]: Houghton Mifflin Company.
Danandjaja. 2012. Metodologi Penelitian Sosial: Disertai Aplikasi SPSS for
Windows. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu.
Effendy OU. 2002. Dinamika Komunikasi. Tjun Surjaman, editor. Bandung [ID]:
PT Remaja Rosdakarya.
Hastuti S. 2013. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Jurnal Ilmu
Komunikasi. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 2(2): 67-72.
Tersedia
pada
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=291444&val=2292&title=EFEKTIVITAS%20IKLAN%20LAYA
NAN%20MASYARAKAT%20DI%20TELEVISI
Hubeis AVS. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap
Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro
Ekonomi. [Internet]. [Diunduh pada 23 Maret 2016]; 12(1): 1-11.
Tersedia
pada
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8833/2005isk.
pdf?sequence=2&isAllowed=y
Ichwanudin. 1998. Hubungan Perilaku Komunikasi Peserta Kelompok Penggerak
Pariwisata (KOMPERAR) dengan Adopsi Program Sapta Pesona di
Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Diakses
pada
14
Februari
2016.
Terdapat
pada
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21217/1998ich.pdf
?sequence=2&isAllowed=y
[IPB]. Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ed ke-3.
Bogor [ID]: IPB Press.
[KEMENDIKBUD]. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. GPRReport
revolusi mental. Diunduh pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada
57
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/infoindonesia1/GPRReportR
evolusi%20Mental.pdf
[KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan. 2015. Pengumuman revolusi mental. [Internet]. [Diunduh
pada 12 Oktober 2015]. Tersedia pada https://www.kemenkopmk.go.id/
sites/default/files/pengumuman/Revolusi%20Mental.pdf
[KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan. 2015. Sosialisasi gerakan nasional revolusi mental. Diakses
pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.kemenkopmk.go.id/
artikel/sosialisasi-gerakan-nasional-revolusi-mental-0
[KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan. 2016. Seminar dan talk show revolusi mental. Diakses
pada 8 Januari 2016. Tersedia pada https://www.kemenkopmk.go.id/
artikel/seminar-dan-talk-show-revolusi-mental
Khairifa F. 2007. Penyampian Iklan Layanan Masyakarat kepada Khalayak.
Jurnal Harmoni Sosial. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015];
1(3): 133-137. Tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/18645/1/har-mei2007-1%20(4).pdf
[KOMINFO]. Kementrian Komunikasi dan Informatika. 2015. Revolusi mental
membangun jiwa merdeka menuju bangsa besar. Diakses pada 12
Oktober
2015.
Tersedia
pada
http://kominfo.go.id/index.php
/content/detail/5932/Revolusi+Mental%3A+Membangun+Jiwa+Merdeka+
Menuju+Bangsa+Besar/0/artikel_gpr#.VsQc7TZunDc
[KPI]. Komisi Penyiaran Indonesia. 2015. Mempersempit paham radikalisme di
layar kaca. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada
http://kpi.go.id/index.php/lihatterkini/38dalamnegeri/32985mempersempit
-paham-radikalisme-di-layar-kaca
[KPU]. Komisi Pemilihan Umum. 2014. Visi misi Jokowi. [Diunduh pada 12
Oktober
2015].
Tersedia
pada
http://kpu.go.id/
koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf
Lisiswanti R, Saputra O, Windarti I. 2015. Peranan Media dalam Pembelajaran.
Jurnal Kesehatan. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 6(1):
102-105.
Tersedia
pada http://poltekkestjk.ac.id/ejurnal/index.php/JK/ article/view/84/84
McQuail D. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta (ID): Salemba Humanika.
Muliarta IN. 2015. ILM dalam kungkungan kepentingan industri penyiaran di
Bali. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.kpidbaliprov.go.id/index.php/baca-artikel/9/ILM-Dalam-KungkunganKepentingan-Industri-Penyiaran-di-Bali
Morissan MA. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID):
Kencana.
Mugniesyah SS. 2006. Materi Bahan Ajar Ilmu Penyuluhan. Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia.
Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Neonisa D. 2011. Peran Iklan Layanan Masyarakat dalam Sosialisasi Program
Busway Oleh Pemprov DKI: Proses Sosialisasi Program Busway. Jurnal
Humaniora. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015]; 2(2): 14461466. Diakses pada http://research-dashboard.binus.ac.id/uploads/
58
paper/document/publication/Proceeding/Humaniora/Vol.%202%20No.%2
02%20Oktober%202011/53_MCM%20-%20Didier%20Neonisa.pdf
Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta (ID): Rajawali Pr.
Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Rakhmat J. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat J. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya.
Ridhoanova F. 2009. Hubungan Antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat
Tentang Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan
perubahan sikap Pemilih Pemula di Pedesaan (Studi di Desa Rancabungur,
Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)
[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Riyanto S. 2011. Di dalam: Dasar-Dasar Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor
[ID]: IPB Pr. 392 hal.
Sari MP. 2012. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakt Di Televisi dalam
Mempengaruhi sikap khalayak (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas
Indonesia Depok Terhadap Iklan Layanan Masayarakat BKKBN versi
“Jangan buru-buru”) [skripsi]. [Internet]. Bogor [ID]: Universitas
Indonesia. [Diunduh pada 29 November 2015]. Diakses pada
file:///D:/IPB/SKPM/Semester%207/Studi%20Pustaka/20314172-S43762Efektivitas%20iklan.pdf
Sasmita HO. 2015. Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video
terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Pengolahan Yogurt Rumahan
[tesis]. [Internet]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 5
Februari
2016
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
handle/123456789/75266/2015hos.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Scott JC. 1994. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia
Tenggara. Jakarta [ID]: LP3ES.
Shahab MR. 2013. Studi Efek Iklan Layanan Masyarakat tentang Anjuran
Membayar Pajak Melalui TELEVISI TVRI Kaltim. 2013. Jurnal Ilmu
Komunikasi. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015]; 1(2): 311323.
Diakses
pada
http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/ jurnal%20asli%20(06-03-1302-05-11).pdf
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES.
Sudiantoro A. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan
Layanan Masyarakat Bank Indonesia Versi Ingat 3D Dan Pengaruhnya
Terhadap Sikap Khalayak Di Kota Semarang Pada Periode Januari Hingga
Oktober 2010. Jurnal. [Internet]. [Diunduh pada 29 November 2015].
Diakses pada http://eprints.undip.ac.id/28818/1/Jurnal.pdf
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen, tEORi dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Edisi kedua. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. 468 hal.
Swarnajambi. 2015. PJ Gubernur ada keterkaitan trisakti nawa cita dan revolusi
mental. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada
http://swarnajambi.com/21/11/2015/pj-gubernur-ada-keterkaitan-trisaktinawa-cita-dan-revolusi-mental/
[UU] Undang Undang No. 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran
Vivian J. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta (ID): Kencana.
59
http://revolusimental.go.id diakses pada 30 Januari 2016 pukul 15.26 WIB.
http://revolusimental.or.id diakses pada 30 Januari 2016 pukul 19.20 WIB.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1 Peta Administrasi Desa Pasir Eurih
60
61
62
Lampiran 2 Rencana alokasi waktu penelitian
Kegiatan
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Uji Petik dan
Revisi
Kolokium
Pengambilan
data lapang
Pengolahan
dan
Analisis
Data
Penulisan Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2
63
Lampiran 3 Daftar Subjek Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama
ABK
UD
IY
IPG
MR
EY
NN
SLM
ILY
MRZ
ABS
NP
YNT
SM
AD
FRM
AH
ADH
EMY
RSY
UGN
SDH
AST
CH
SAN
NCH
BML
ENG
SR
TTN
JK
L
L
L
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
P
P
L
L
L
L
L
P
P
Usia
Alamat
52
50
80
35
65
54
57
53
69
23
51
60
43
59
55
43
51
43
52
45
65
30
34
48
43
40
36
27
47
42
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
SBR
Menteng
Menteng
Menteng
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Batukaru
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Pasir Eurih
Menteng
64
Lampiran 4 Dokumentasi
Kantor Desa Pasir Eurih
Kantor Desa Pasir Eurih
Salah Satu Lahan Anggota Gapoktan
Gapoktan Mekar Wangi
Penyuluh Pendamping dan Ketua Poktan
Suasana pre-test dan post-test
Suasana pre-test dan post-test
Suasana pre-test dan post-test
65
Suasana penayangan ILM
Suasana penayangan ILM
Wawancara Mendalam
Suasana penayangan ILM
Suasana penayangan ILM
66
RIWAYAT HIDUP
Syifa Ibtisamah dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada 30 Oktober
1994. Penulis adalah putri kedua dari Bapak Pepen Effendi dan Ibu Nurlaela
Effendi. Penulis mengawali pendidikannya di TKIT Nurul Maghfiroh pada tahun
1999-2000. Melanjutkan pendidikannya di SD Amaliah pada tahun 2001-2006,
setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor pada tahun 20062009. Melanjutkan pendidikan lagi di SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 20092012 dan lolos SNMPTN Tulis di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi
Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
tahun 2012-2016.
Penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan diantaranya pada tahun 2009
sebagai Reporter TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2011 sebagai
Penanggung jawab rubrik TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2011
sebagai Editor TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2012 sebagai
Kadiv Danus Inagurasi MAX!!9. Pada tahun 2013 sebagai Anggota Divisi
Sponsorship ACRA 2013. Pada tahun 2013 sebagai Anggota Divisi PDD Temu
Perdana KPM 50. Pada tahun 2014 sebagai Bendahara Divisi Jurnalistik
HIMASIERA. Pada tahun 2014 sebagai Sekretaris Divisi Event Organizer
MAX!!. Pada tahun 2014 sebagai Kepala Divisi General Affair 4th ACRA. Pada
tahun 2014 lolos di Program Wirausaha Mandiri (PMW). Pada tahun 2014
sebagai Bendahara KPM Gabung Antar Angkatan, dan pada tahun 2015 sebagai
HUMAS 2nd CONNECTION. Saat ini penulis aktif sebagai freelancer Koran
SINDO dan mengembangkan usaha mandirinya “Sister Story” melalui social
media.
Download