Uploaded by User26779

muhkam mutasyabih oke

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menjadi
pedomanhidup dalam mengemban tugas sebagai kholifah di bumi. Di dalamnya
diterangkan tata cara secara global mengenai permasalahan-permasalahandunia
dan akhirat, tata cara tersebut di ungkapkan Allah melalui Ayat-ayatNya yang
Muhkam dan Mutasyabbih.
Ayat Muhkam merupakan Ayat Allah yuang artinya cukup jelas untuk di
fahami oleh menusia. Tidak membutuhkan penalaran husus untuk memahami isi
yang ada didalamnya, sedahkan ayat Allah yang mutasyabih, merupakan ayat
Allah SWT yang membutuhkan prnalaran husus untuk memahami isi yang tersirat
didalamnya.
Tentang Ayaat-ayat muhkam dan mutasyabih, untuk lebih jelasnya akan
kami uraikan didalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Muhkam Dan Mutasyabbih
2.
Apa sebab-sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabbih
3.
Apa ciri-ciri Ayat Muhkam dan Mutasyabbih
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengrtian Muhkam Dan Mutasyabbih
a.
Pengertian Mutashabih
Mutashabih secara kebahasaan berarti “mirip, tidak jelas, atau samar-
samar”. Dalam ilmu tafsir, mutashabih berarti ayat yang mengandung makna atau
pengertian yang tidak tegas atau samar-samar karena artinya berdekatan atau
terdapat beberapa pengertian. Mutashabihat merupakan istilah popular dalam ilmu
tafsir, lawan dari muhkam yang tegas dan jelas.1
Para ahli tafsir mengemukakan pengertian ayat mutashabih sebagai ayat
yang mengandung makna dan penegertian yang tidak tegas. Namun begitu,
terdapat sejumlah perbedaan antar mufassir mengenai maksud mutashabih
sesungguhnya. Di antara pendapat tersebut adalah :
a.
ayat yang pemahamannya memerlukan kajian yang mendalam atau
penjelasan dari luar. Termasuk dalam kelompok ini, ayat yang mujmal
(global, lawan dari = terperinci).
b.
Ayat yang mempunyai beberapa pengertian.
c.
Ayat yang pengertian sebenarnya berlainan dengan lafadznya.
d.
(Ayat tertentu dalam al-Qur’an : dalam hal ini ayat yang mansukh
hukumnya, ayat yang berupa huruf hijaiyah pada awal bagian surat, dan
ayat tentang sifat Tuhan. 2
Selain itu para mufassir juga berselisih paham mengenai kemungkinan
memahami ayat mutashabih. Perselisihan itu muncul antara lain karena perbedaan
mereka dalam memahami bentuk atau status kalimat “dan orang-orang yang
dalam ilmunya” . Para ahli memperdebatkan apakah kalimat tersebut merupakan
kalimat lanjutan dari kalimat sebelumnya, yaitu yang menganggaap kata “wa” dan
sebagai harf ‘ataf (kata penghubung) sehingga pengertiannya “tiada yang
1
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis Fi al-‘Ulum al-Qur’an, Mudzakir As, (Bogor: Litera
Antarnusa) , 303
2
al-Suyuthi, al-Itqan, Vol II (Beirut: Muassasah Kutb al-Hadithah, 1985), 15
2
mengtahui ta’wilnya kecuali Allah dan orang-orang yang mantap ilmunya”,
ataukah sebagai kalimat baru, yaitu mengangap kata “wa”tersebut li alibtida’(berfungsi sebagai pokok kalimat) sehinga pengertiannya “tiada yang
mengetahui ta’wilnya kecuali Allah. Adapun orang-orang yang mantap
ilmunya….”3
Bagi kelompok pertama, mutashabih dapat dipahami karena menurut mereka, alQur’an justru diturunkan kepada manusia untuk dipahami, termasuk ayat
Mutashabih. Sedang bagi kelompok kedua, mutashabih tidak bisa dipahami, sebab
sebagai alat uji keimanan seseorang. Sedang mutashabih, secara bahasa adalah
tashabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Shubhah
adalah keadaan dimana salah satu dari duaa hal itu tidak dapat dibedakan dari
yang lain. Mutashabih disebut juga dengan mutamathil dalam perkataan dan
keindahan. Jadi tashabuh kalam adalah kesamaan dan kesesuaian 6.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati al-Quran bahwa seluruhnya
adalah mutashabih, seperti ayat berikut:
”Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) al- Quran
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan
Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.”
Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisahkisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam al-Quran supaya lebih kuat
3
al_Zarqani, Manahi al-‘Irfan, Vol II, (Beirut: Dar al-Kutb, 1996), 289.
3
pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa
maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat al-Quran itu diulang-ulang membacanya
seperti tersebut dalam mukaddimah surat al-Fatihah.
b.
Pengertian Muhkam
Sedang pengertian muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan. Ihkam al-
kalam berarti mengokohkan perkataan denagn memisahkan berita yang benar dari
yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat. Dengan pengertian seperti
inilah Allah mensifati al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah muhkam, seperti tertera
pada ayat berikut:
Artinya: Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat Nya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah)
yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu.
Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai
ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan
lain-lain.
Al-Qur’an itu seluruhnya muhkam, artinya seluruh kandungan al-Qur’an
adalah kokoh, fasih dan menghadirkan perbedaan antara yang hak dan yang batil.
Inilah yang dimaksud dengan muhkam dalam pengertian umum.
Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan muhkam. Jumhur ulama
berpendapat bahwa yang disebut muhkam adalah lafal atau kalimat yang
menunjukkan pengertian yang jelas, baik petunjuknya bersifat zanni maupun
qat’i. kalangan fuqaha berpendapat bahwa yang disebut muhkam adalah lafal atau
kalimat yang jelas, tidak menerima pembatalan dan perubahan, serta tidak dapat
menerima kemungkinan untuk ditakwilkan.
Lafal-lafal tersebut terkait ajaran-ajaran dasar agama seperti iman kepada
Allah, malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, akhlak, dan lain sebagainya sehinga
tidak bisa menerima takwil apalagi pembatalan kandungan hukumnya. Di
samping itu, wacana tentang muhkam, biasa pula diiringi oleh kalimat yang
4
menunjukkan bahwa wacana itu tidak dapat diubah seperti diiringi kata ’abadan,
selama-lamanya. Sehunbungan denga itu, secara sederhana muhkam adalah, lafal
yang menunjukkan penegertian yang jelas dan qat’i, tidak menerima ta’wil,
takhsis, dan nasakh.
Masing-masing Muhkam dan Mutashabih dengan pengertian secara
mutlak seperti di atas, tidak menafikan satu dengan yang lain. Jadi, pengertian
bahwa al-Qur’an itu seluruhnya muhkam adalah dengan pengertian itqan (kokoh
dan indah), yakni ayat-ayatnya serupa dan sebagiannya membenarkan sebagian
yang lain. Hal ini karena kalam yang muhkam dan mutqan, berarti makna sesuai
sekalipun lafaznya berbeda-beda.
B. Muhkam Dan Mutashabih Dalam Arti Khusus
Di samping memiliki makna umum, muhkam dan mutashabih juga
memiliki makna khusus. Ini dasar hukumnya:
”Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaa, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta’wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
5
Mengenai pengertian muhkam dan mutashabih terdapat banyak perbedaan
pendapat. Inilah di antara sejumlah pendapat utama dalam pembahsan ini.
Pertama, muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya sedang
mutashabih hanayalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri. Kedua, muhkam
adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutashabih mengandung
banyak wajah. Ketiga, muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui
secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedang mutashabih
memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat lain. Dari ketiga pengertian
tersebut, penegrtian pertama-lah yang paling ideal. Sebab, pengertian pertama
mencakup seluruh penjelasan terkait muhkam dan mutashabih dengan bahasa
yang simpel tetapi menyeluruh.
Para mufassir memberikan sejumlah contoh ayat muhkam dengan ayatayat yang nasakh, ayat tentang halal-haram, hudud (hukuman), janji dan ancaman.
Sementara untuk ayat mutashabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat
mansukh dan ayat tentang asma Allah dan sifat-sifatNya, inilah di antaranya:
”(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.”
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani,
sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
”Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
6
”Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka
Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan
menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka
Allah akan memberinya pahala yang besar.”
C. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabbih
Dikalangan ‘ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat-ayat
mutasyabihat. Apakah ayat itu dapat diketahui artinya atau takwilnya atau tidak,
kemudian mengenai perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang
tersembunyi itu atau hanya Allah yang tahu. Perbedaan pendapat dikalangan
‘ulama pada intinya berawal dari pemahaman ayat 7 surah Ali Imran.
‫هوالذى أنزل عليك الكتاب منه ايات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأمالذين في قلوبهم زيغ‬
‫فيتبعون ما تشابه منه ابتغأالفتنة وابتغأتأويله ومايعلم تأويله إال هللا والرسخون في العلم يقولون أمنابه كل من‬
‫عند ربنا وما يذكر إال ألواألالباب‬
“Dia-lah yang menurunkan al kitab (al qur’an) kepada kamu. Diantara
isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al qur’an dan yang
lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan,
maka
mereka
mengikuti
sebagian
ayat-ayat
yang
mutasyabbih
untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya. Padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat semua itu
7
dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkam orangorang yang berakal”.
Dari ayat diatas, para ‘ulama berbeda pendapat yang berawal dari lafad
‫ والرسخون فى العلم‬Permasalahannya apakah lafad itu diathofkan dengan lafad ‫هللا‬
atau lafad ‫ فى العم والرسخون‬itu merupakan mubtada.
Menurut Ibnu abbas dan mujahid (dari kalangan sahabat) berpendapat
bahwa manusia dapat mengetahui arti dan takwil ayat-ayat mutasyabihat. Mereka
ini beralasan lafad ‫ الرسخون‬diathofkan kepada lafad ‫ هللا‬menurut mereka jika hanya
Allah yang mengetahui dan melimpahkan kepada manusia yang mendalami
ilmuNya tentang ayat-ayat mutasyabihat baik tentang pengertian maupun takwil
berarti mereka sama saja dengan orang awam. Pendapat ini didukung pula oleh
Hasan al asy’ari. Melihat pendapat ini, penulis berpendapat bahwa alasan mereka
sangat logis sebab jika hanya Allah yang mengetahui maksudnya ayat-ayat
mutasyabihat dalam al qur’an, tentu saja al qur’an itu akan kering maknanya serta
tidak menjadi rahmat bagi alam semesta.
Walaupun ada ‘ulama yang mengatakan demikian, namun menurut
sebagian besar ‘ulama berpendapat bahwa ayat-ayat itu tidak dapat diketahui
seorang pun kecuali Allah. Menurut ‘ulama ini kita sebagai ciptaan Allah tidak
perlu mencari-cari takwil tentang ayat-ayat tersebut tetapi kita harus menyerahkan
persoalannya kepada Allah semata.
Dari 2 pendapat yang kontradiksi diatas, ada lagi ‘ulama yang berpendapat
lain. Dalam hal ini ar roghib al as fahani dia mengambil jalan tengah dari kedua
pendapat diatas.
1.
Ayat yang sekali tidak diketahui hakikatnya oleh manusia seperti
waktu tibanya hari kiamat:
2.
Ayat yang dapat diketahui oleh manusia dengan menggunakan
berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.
3.
Ayat yang khusus hanya dapat diketahui maknanya oleh orang-orang
yang ilmunya dalam dan tidak dapat diketahui oleh orang-orang selain
mereka.
8
Demikianlah pokok-pokok yang merupakan pembahasan mufassirin di
dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat
tentang sifat-sifat Allah terdapat lagi perbedaan di kalangan ‘ulama.
Pertama
madzhab
salaf
mengimani
sifat-sifat
mutasyabbih
dan
menyerahkan maknanya kepada Allah. Pendapat ini didasari oleh ayat 5 surat
toha: ‫“ الرحمن على العرش استوى‬yaitu Tuhan yang maha pemurah yang bersemayam
di atas arasy”.
Kedua madzhab kholaf menyikapi sifat-sifat mutasyabbih Allah, dengan
menetapkan makna-makna bagi lafad-lafad yang menuntut lahirnya mustahil bagi
Allah, dengan pengertian yang layak bagi dzat Allah, golongan ini dinamakan
juga dengan golongan muawwilah (madzhab takwil).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum salaf
mensucikan Allah dari makna lahir lafad dan menyerahkan hakikat maknanya
kepada Allah, lain halnya dengan kaum khalaf mereka mengartikan bahwa kata
istilah dengan maha berkuasa Allah dalam menciptakan segala sesuatu tanpa
susah.4
D. Ciri-Ciri Muhkam Dan Mutasyabbih
Ayat-ayat yang Muhkam maksudnya jelas dan terang maknanya, para
ulama’ memberikan contoh Ayat-ayat muhkam dalam Al-quran tentang Ayat-ayat
halal,haram, hudud (hukuman) kewajiban janji dan ancaman.5
Ayat- ayat mutasyabbih dapat dikategorikan kepada 3 bagian yaitu dari
segi lafad, dari segi makna, dari segi kombinasi keduanya.
1.
Mutasyabbih dari segi lafad
Yang dikembalikan kepada lafad yang tunggal yang sulit pemaknaannya,
seperti ‫ األب‬dan ‫يزفون‬. Dan yang dilihat dari segi gandanya lafad itu dalam
pemaknaanya seperti lafad ‫ اليد‬dan ‫العين‬
2.
4
5
Mutasyabih dari segi maknanya
Abu Anwar, Ulumnul Quran,(Jakarta, Amzah,2005), hlm. 81
Manna’ Khalil Al-qathhan, Studi Ilmu Quran,(Bogor, Litera Antarnusa,). 306
9
Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat,
semua sifat yang demikian tidak dapat di gambarkansecara konkrit karena
kejadiannya belum pernah di alami oleh siapapun.
Qs.Ar-roman Ayat 27: ‫ويبقى وجه ربك ذوالجالل واألكرام‬
Artinya:” dan tetap kekal wajah Tuhanmu”
3.
Mutasyabih dari segi lafaz dan maknanya
Mutsyabih dari segi ini, menurut As-suyuti Ada 5 macam:
a) Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz yang umum dan husus
‫ اقتلو المشركين‬artinya : “perangilah orang-orang musyrik” (Qs Attaubah
5)
b) Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib atau sunnah
‫ فانكحوا ماطاب لكم من النسأ‬artinya “maka nikahilah perempuan (lain) yang
kamu senangi ” (Qs An-Nisa’. 3)
c) Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh
‫اتقوا هللا حق‬
‫ تقاته‬artinya: “ bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepadaNya” Qs Ali Imron 102
d) Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat itu diturunkan.
‫ والرسحون فى العلم‬artinya “dan orang-orang yang mendalami ilmunya”
e) Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu
tergantung gengan ada atau tidaknya syaratsyarat yang dibutuhkan.
Misalnya ibadah dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika didak cukup
syaratnya.
Demikianlah ciri-ciri ayat mutasyabih yang dapat kami jelaskan. Dari sini
setidaknya kita dapat memahami indikator-indikator ayat muhkam dan
mutasyabih, seperti yang tertulis diawal tadi.
10
BAB III
PENUTUB
A. Kesimpulan
Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di atas dapat dipahami
bahwa ayat:
1.
Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya,
sedangkan ayat mutasyabbih perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan
barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.
2.
Ayat-ayat mutasyabbih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu al
qur’an yang para ‘ulama menilainya dengan alasannya masing-masing
menjadi 2 macam yaitu pendapat salaf dan khalaf.
3.
Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al qur’an itu muhkam jika
maksud muhkam disana adalah kuat dan kokoh, tetapi kita dapat pula
mengatakan bahwa semua ayat itu adalah mutasyabbih jika maksud
mutasyabbih itu adalah kesamaan ayat-ayatnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abu Anwar, Ulumul Quran, Jakarta: Amzah , 2005.
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu Quqan, Bogor: Litera AntarNusa.
Al-Zarqani, Manahi al-‘Irfan, Vol II, Beirut: Dar al-Kutb, 1996
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis Fi al-‘Ulum al-Qur’an, Mudzakir As, Bogor:
Litera Antarnusa
Al-Suyuthi, al-Itqan, Vol II, Beirut: Muassasah Kutb al-Hadithah, 1985
12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
1
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
Pengertian muhkam dan mutasyabih ....................................................
Muhkam dan mutasabih dalam arti khusus ...........................................
Sebab-sebab adanya ayat muhkam dan mutashabih .............................
Ciri-ciri muhkam dan mutashabih .........................................................
2
5
7
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang ”Konsep
Keseluruhan Islamic (Intrepreneurship dan Etika Bisnis Islam” tepat pada
waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena
pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karna itu, kami berharap kritik
dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
kami ini.
Jambi,
Oktober 2019
Penyusun
14
i
MAKALAH
MUHKAM DAN MUTASHABIH
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAMBA’UL ULUM
KOTA JAMBI
2019
15
Download