Uploaded by User15782

ABSTRAK TUGAS AKHIR

advertisement
Pembuatan Biobriket Dari Limbah Kopi Dan Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif Di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Palimanan-Cirebon
Muhammad Jundi Utama (1631410081), Safira Fausta Ramadhani (1631410107)
Pembimbing : Ir. Ariani, M.T
1. Pendahuluan
Permintaan semen yang semakin tahun semakin
meningkat hingga pada tahun 2017 mencapai 66,35
juta ton dengan jumlah kapasitas terpasang produksi
sebanyak 107,4 juta ton. Berdasarkan banyaknya
semen yang diproduksi, proses pembuatan semen
membutuhkan bahan bakar yang memiliki nilai kalor
yang tinggi untuk membentuk raw material menjadi
clincker dengan temperatur mencapai 1400oC di
dalam rotary kiln yang sebagai “jantung” tempat
pembakaran. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
unit Cirebon menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar utama dalam pembentukan clincker dengan
mengonsumsi batu bara sebesar 440.000 ton/tahun
(Data Central Control Room PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.). Oleh karena itu, PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan bahan bakar
alternatif dari limbah industri lain maupun sampah
yang diperoleh dari masyarakat sekitar. Salah dua
limbah yang digunakan adalah limbah kopi sebesar
5.785.000 ton/tahun dari dan sekam padi sebesar
64.166.000 ton/tahun yang disuplai dari beberapa
perusahaan supplier limbah di Jawa Barat
berdasarkan data Supply Departement PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (2018). Dengan
adanya pemanfaatan bahan bakar alternatif mampu
mengurangi konsumsi batu bara yang dikategorikan
sebagai bahan bakar fosil, sebagaimana bahan bakar
fosil memiliki sumber yang terbatas dan juga dapat
menghasilkan emisi udara yang berbahaya bagi
lingkungan.
Mengingat bahwa limbah kopi dan sekam padi
memiliki nilai kalor yang tinggi dengan kandungan
unsur karbon mencapai 40-43%, kandungan sulfur
yang rendah, serta kandungan air yang masih
terbilang tinggi maka perlu dilakukan pemanfaatan
limbah dengan mengaplikasikannya dalam bentuk
briket bio arang. Sehingga bahan bakar alternatif
yang telah dimodifikasi menjadi briket memiliki
kualitas yang lebih baik dengan kadar air rendah, nilai
kalor yang tinggi, dan dapat menekan penggunaan
batu bara juga dapat mengurangi emisi udara yang
dihasilkan dengan perlakuan pemanasan awal dan
pengepresan tinggi pada pembriketan tersebut.
Ruang lingkup permasalahan limbah kopi dan
sekam padi mempunyai kandungan karbon yang
diperkirakan berpotensi sebagai bahan bakar pada
proses pembakaran material. Perlu adanya observasi
mengenai seberapa besar komponen penyusunnya
untuk dapat ditentukan kelayakan bahan bakar
alternatif yang digunakan sebagai pengganti batu bara
dengan membandingkan hasil yang diperoleh
terhadap SNI (Standar Nasional Indonesia).
Penelitian ini menyimulasikan berbagai komposisi
penambahan antara limbah kopi dan sekam padi
serta bahan perekat (tepung tapioka) yang
digunakan untuk membuat produk biobriket yang
nantinya dapat diterapkan di berbagai pabrik terutama
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Produk
biobriket campuran limbah kopi dan sekam padi hasil
percobaan akan diuji secara eksperimental untuk
mengetahui mutu sampel biobriket percobaan.
Setelah mengetahui hasil yang diperoleh akan
dikomparasikan dengan mengadopsi standar baku
dalam pembuatan biobriket yaitu SNI 4931:2010 ;
SNI No. 1/6235/2000 ; dan Permen ESDM No.47
2006.
Berdasarkan kajian di atas, penelitian tentang
penggunaan bahan bakar alternatif bertujuan:
1.) Dapat menentukan pengaruh rasio limbah
kopi dan sekam padi terhadap kualitas produk
biobriket yang dihasilkan (nilai proximate dan
nilai emisi).
2.) Dapat menentukan pengaruh dengan atau
tanpa karbonisasi terhadap kualitas briket
yang dihasilkan.
3.) Dapat menentukan pengaruh temperatur
karbonisasi terhadap kualitas briket yang
dihasilkan.
2. Tinjauan Pustaka
Briket adalah arang dengan bentuk tertentu
yang dibuat dengan teknik pengepresan tertentu dan
menggunakan bahan perekat tertentu sebagai bahan
pengeras. Biobriket merupakan bahan bakar briket
yang dibuat dari arang biomassa hasil pertanian
(bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang memang
sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau
limbah proses produksi/pengolahan agroindustri.
Biomassa hasil pertanian, khususnya limbah
agroindustri merupakan bahan yang seringkali
dianggap kurang atau tidak bernilai ekonomis,
sehingga murah dan bahkan pada taraf tertentu
merupakan
sumber
pencemaran
bagi
lingkungan.(Vachlevi, 2013).
Menurut Himawanto, D.A (2005), mekanisme
pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu:
1) Pengeringan (drying)
Dalam proses ini bahan bakar mengalami
proses kenaikan temperatur yang akan
mengakibatkan menguapnya kadar air yang
berada pada permukaan bahan bakar tersebut,
sedangkan untuk kadar air yang berada di
dalam akan menguap melalui pori-pori bahan
bakar padat tersebut.
2) Devolatilisasi (devolatilization)
Setelah proses pengeringan, bahan bakar
mulai mengalami dekomposisi, yaitu
pecahnya ikatan kimia secara termal dan zat
terbang (volatile matter) akan keluar dari
partikel. Volatile matter adalah hasil dari
proses devolatilisasi.
3) Pembakaran arang (char combustion)
Sisa dari pirolisis adalah arang (fixed carbon)
dan sedikit abu, kemudian partikel bahan
bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang
memerlukan 70% - 80 % dari total waktu
pembakaran.
Pada pembuatan briket bio arang menurut Badan
Standarisasi Nasional (2000) memiliki kualitas
standar briket sebagai berikut:
Tabel 2.1 SNI 01-6235-2000 tentang standar
biobriket
No
Jenis uji
Satuan Persyaratan
1.
Kadar air
%
Maksimum 8
2.
Bahan
%
Maksimum
yang
15
hilang
pada
pemanasan
950ᴼC
3.
Kadar abu %
Maksimum 8
4.
Kalori
Kal/gra Minimum
(ADBK)
m
5000
Sumber : Badan Standar Nasional (SNI 01-62352000)
Menurut Sukardjo (2002), beberapa faktor
dan parameter uji yang mempengaruhi kualitas briket
seperti kadar air, kadar abu, karbon tetap, zat terbang,
nilai kalor, kerapatan dan kekuatan dari suatu briket.
1) Kandungan Air
Air yang terkandung dalam produk dinyatakan
sebagai kadar air. Kadar air bahan bakar padat
ialah perbandingan berat air yang terkandung
dalam bahan bakar padat dengan berat kering
bahan bakar padat tersebut. Semakin besar
kadar air yang terdapat pada bahan bakar padat
maka nilai kalornya semakin kecil, begitu juga
sebaliknya. Penentuan kadar air dengan cara
menguapkan air yang terdapat dalam bahan
dengan oven dengan suhu 1000-105oC dalam
jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga
seluruh air yang terdapat dalam bahan
menguap atau berat bahan tidak berubah lagi.
2) Kandungan Abu
Semua briket mempunyai kandungan zat
anorganik yang dapat ditentukan jumlahnya
sebagai berat yang tinggal apabila briket
dibakar secara sempurna. Zat yang tinggal ini
disebut abu. Abu briket berasal dari pasir dan
bermacam-macam zat mineral lainnya. Briket
dengan kandungan abu yang tinggi sangat
tidak
menguntungkan
karena
akan
membentuk kerak. Abu berperan menurunkan
mutu bahan bakar padat karena dapat
menurunkan nilai kalor. Penentuan kadar abu
dengan cara membakar bahan dalam tanur
(furnace) dengan suhu 600oC selama 3-8 jam
sehingga seluruh unsur pertama pembentuk
senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar
dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak
terbakar adalah abu yang merupakan
kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat
dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu
merupakan total mineral dalam bahan.
3) Kandungan Zat Terbang (Volatile matter)
Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah
terbakar seperti hydrogen (H2), karbon
monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi
kadang-kadang terdapat juga gas-gas yang
tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Volatile
matter adalah bagian dari briket di mana akan
berubah menjadi volatile matter (produk) bila
briket tersebut dipanaskan tanpa udara pada
suhu lebih kurang 950oC. Volatile matter
berpengaruh terhadap pembakaran briket.
Semakin banyak kandungan volatile matter
pada briket semakin mudah untuk terbakar dan
menyala.
4) Jumlah Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Karbon terikat merupakan kadar karbon hasil
dari reaksi selulosa maupun dari hemiselulosa
saat pembakaran. jumlah selulosa maupun
hemiselulosa sangat mempengaruhi kadar
karbon pada arang. Selain itu karbon terikat
sangat berpengaruh, karena akan terikat
dengan oksigen saat proses pembakaran
(Budiawan, 2014)
5) Nilai Kalor
Kalor adalah energi yang dipindahkan
melintasi batas suatu sistem yang disebabkan
oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem
dan lingkungannya. Nilai kalor bahan bakar
dapat diketahui dengan menggunakan
kalorimeter. Nilai kalor merupakan besarnya
panas yang diperoleh dari pembakaran suatu
jumlah tertentu bahan bakar di dalam zat
asam, makin tinggi berat jenis bahan bakar,
makin tinggi nilai kalor yang diperoleh. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi, dan
perubahan bentuk akibat panas akan sama
dengan yang diakibatkan oleh kerja.
Sebagaimana tarik gravitasi, potensial listrik,
kalor juga mengalir dari temperatur yang lebih
tinggi ke yang lebih rendah. Tanda yang
digunakan di sini yaitu Q (kalor) adalah positif
jika kalor diabsorpsi oleh sistem dari
sekelilingnya, dan negatif jika panas
dilepaskan dari sistem ke sekelilingnya
Pada
proses
pembuatan
biobriket
membutuhkan bahan perekat. Perekat adalah
suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan
untuk mengikat dua benda melalui ikatan
permukaan.
Tabel 2.2 Daftar analisa bahan perekat
Jenis
tepung
Tepung
jagung
Tepung
beras
Tepung
terigu
Tepung
tapioka
Tepung
sagu
Air
(%)
Abu
(%)
Lemak
(%)
Protei
n (%)
Serat
kasar
(%)
Karb
on
(%)
10,52
1,27
4,89
8,48
1,04
73,80
7,58
0,68
4,53
9,89
0,82
76,90
10,70
0,86
2,00
11,50
0,64
74,20
9,81
0,36
1,50
2,21
0,69
85,20
14,10
0,67
1,03
1,12
037
82,70
Sumber : Anonimous, 1989
Keadaan suatu perekat ditentukan oleh
metode aplikasinya. Perekat cair pada umumnya lebih
mudah dipergunakan secara mekanis, penyebarannya
pada permukaan benda yang halus dan rata akan
tercapai. Sifat fisik sangat penting dalam mekanisme
pengikatan antara bahan pengikat dan partikel arang
yang dilakukan pada tekanan yang tinggi dapat
meningkatkan gaya adhesi antarmuka padatan-cair
dan gaya kohesi antara padatan. Salah satu
persyaratan yang perlu diperhatikan dalam memilih
extender perekat adalah bahan harus memiliki daya
rekat yang kuat. Bahan yang memiliki daya rekat
yang cukup biasanya yang mengandung protein dan
pati khususnya amylopektin yang cukup tinggi seperti
terigu, tapioka, maizena, sagu (Riseanggara RR.
2008).
3. Metodologi Penelitian
Proses pembuatan biobriket ini dibuat dalam
skala laboratorium berdasarkan analisis data yang
dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
dengan rincian metode penelitian sebagai berikut:
Menganalisa sampel batubara (sebagai pembanding
hasil biobriket percobaan) dan sampel limbah kopi,
sekam padi serta tepung tapioka yang digunakan.
Tahapan pengujian bahan baku biobriket ini untuk
mengetahui karakteristik bahan berupa kadar air,
kadar abu, volatile matter, fixed carbon, nilai kalor.
Proses pembuatan briket terdiri dari empat tahap yaitu
perhitungan rasio bahan baku, persiapan awal, proses
pembriketan, lalu proses pengujian briket. Pada
perhitungan rasio bahan baku dilakukan dengan
menghitung rasio sekam dan kopi kemudian
dilakukan penambahan massa tepung tapioca
sebanyak 7% dari massa total dengan rasio air dan
tapioca sebanyak 1:5. Pada persiapan awal, limbah
kopi dan sekam padi dilakukan pengeringan
menggunakan oven guna mengurangi kandungan air
yang terdapat pada bahan. Kemudian, dilakukan
proses karbonisasi untuk limbah kopi dan sekam padi
dengan suhu yang berbeda. Selanjutnya, bahan yang
telah dikarbonisasi bakal digiling atau penghalusan
menggunakan dish mill agar ukurannya lebih kecil
sehingga mempermudah dalam proses pengayakan.
Tahap selanjutnya pembriketan dengan mencampur
bahan baku dengan perekat sesuai variabel, setelah itu
pencetakan briket yang sudah dicampur oleh alat
pencetak briket, lalu briket yang telah tercetak
dikeringkan menggunakan oven. Pada tahapan
metode pengujian mutu dilakukan analisa uji mutu
karakteristik briket yaitu nilai kalor, kadar air, kadar
abu, kadar volatile matter, dan kadar terikat (fixed
carbon). Terakhir, data hasil analisis pembuatan
biobriket tersebut akan dibandingkan dengan bahan
bakar batubara dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Jenis penelitian yang digunakan adalah
eksperimental yang mana dilakukan dengan mencari
variabel terbaik dengan perlakuan terbaik untuk
mendapatkan kualitas briket terbaik. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi
di laboraturium Quality Control Department PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan cara
mengobservasi alat mauapun bahan yang digunakan
kemudian melakukan wawancara dengan berberapa
pihak di PT. Indocement Tunggal Prakarsa mengenai
jenis bahan yang digunakan, banyaknya kebutuhan
dan supply barang masuk, dan SOP pemakaian
masing-masing alat yang ada di lab Quality Control
Departmenet yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan. Jenis analisis data secara kuantitatif untuk
menentukan nilai proximate dan nilai uji emisi dari
briket yang dihasilkan. Proses penyimpulan
dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian
dari masing-masing variabel dalam bentuk grafik.
Variabel yang akan digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
Kondisi tetap
- Jenis limbah kopi, sekam padi, tepung tapioka
diambil dari satu tempat
- Jumlah perekat (tepung tapioka) sebanyak 7%
massa total
- Perbandingan jumlah perekat dan air (1:5)
- Tingkat kehalusan campuran limbah kopi dan
sekam padi (70 mesh)
- Ukuran cetakan biobriket (D = 4,3 cm , t =
0,85 cm)
- Penggilingan bahan baku dilakukan pada suhu
ruang (27oC)
- Kekuatan kompresi briket sebesar 30 kN
- Parameter yang diujikan proximate (kadar air,
kadar abu, volatile matter, fixed carbon, dan
nilai kalor); emisi (CO2, CO, O2, dan
hidrokarbon)
Variabel bebas
- Perbandingan komposisi limbah kopi dan
sekam padi,
20:80 (K2P8) ; 30:70 (K3P7) ; 40:60 (K4P6) ;
50:50 (K5P5)
- Proses karbonasi dan tanpa proses karbonasi
- Suhu proses karbonisasi limbah kopi
(T = 500oC ; t = 1 jam)
- Suhu proses karbonisasi sekam padi,
(T = 200oC ; t = 2jam)
- Suhu proses karbonisasi campuran limbah
kopi dan sekam padi,
(T=500oC ; t= 1 jam)
- Suhu proses karbonisasi campuran limbah
kopi dan sekam padi,
(T=200oC ; t= 2jam)
4. Capaian Penelitian
Tabel 4.1 Hasil Analisa Uji Proximate
KARBONISASI
VARIASI
BRIKET
200oC
500oC
200500oC
Blanko
Kopi
IM = 4,6
AC = 1,84
VM=71,48
FC = 22,08
NHV=558
8
Blanko
Sekam Padi
IM= 4,52
AC= 16,7
VM=
63,56
FC= 15,22
NHV=
3504,6741
IM=3,5
AC=5,8
VM=
23,32
FC=
67,33
NHV=
6545
IM=
3,89
AC=
40,3
VM=
18,28
FC=
37,53
NHV=
3650
IM=
6,44
AC=
33,85
VM=
18,61
FC=
41,1
NHV=
3968,4
IM=
22,25
AC=
31,73
VM=
22,25
FC=
46,03
NHV=
4215
IM= 5,0
AC=
28,09
VM=
23,39
FC=
45,52
NHV=
4549
IM=
4,45
AC=
26,97
VM=
26,12
FC=
42,49
NHV=
4813
IM=3,5
AC=5,8
VM=
23,32
FC=
67,33
NHV=
6545
IM=
4,52
AC=
16,7
VM=
63,56
FC=
15,22
NHV=
3505
IM=
6,71
AC=
12,48
VM=
90,61
FC=
30,14
NHV=
4164
IM=
7,24
AC=
12,52
VM=
50,31
FC=
23,33
NHV=
4418
IM=
5,79
AC=
11,69
VM= 43
FC=
33,52
NHV=
4705
IM =5,7
AC=
10,48
VM=
45,03
FC=
38,73
NHV=
5057
K2P8
IM= 5,12
AC= 12,8
VM=
67,38
FC= 14,7
NHV=
4228,6043
K3P7
IM= 7,91
AC= 11,15
VM= 63,7
FC= 17,24
NHV=
4171,3565
K4P6
IM= 7,31
AC= 10,21
VM=
65,41
FC= 17,07
NHV=
4338,0121
K5P5
IM= 5,97
AC= 13,55
VM= 55,1
FC= 25,38
NHV=
4621,1819
NON
KARBONIS
ASI
IM = 4,45
AC = 1,77
VM = 78,6
FC = 15,18
NHV=
5358,6182
Tabel 4.2 Hasil Capaian Kerja
Metodologi Capaian kerja Kendala
Antisipasi
Karbonisasi Terbentuknya  Material yang Bahan
karbon pada
terdekomposisi yang
kopi
dan
digunakan
pada
sekam
lebih
karbonisasi
500ᴼC terlalu banyak
banyak
hinggga 60%
Uji emisi
 Tahap orientasi  Membuat
lab
kompor
briket
 Tahap
sendiri
menentukan
desain untuk
 Orientasi
uji emisi
lab untuk
riset uji
emisi
5. Rencana Kerja Berikutnya
IM = 4,3
AC = 16,12
VM = 64,53
FC = 15,05
NHV=
3501,0811
IM = 6,54
AC = 12,67
VM = 65,56
FC = 15,23
NHV=
3913,1921
IM= 7,38
AC= 11,4
VM= 66,57
FC= 14,65
NHV=
4238,7336
IM= 6,89
AC= 9,91
VM= 67,89
FC= 15,31
NHV=
4210,6481
Tabel 5.1 Rencana Kerja
Rencan Kendala
Antisipasi
a kerja
yang
dihadapi
Mencar  Belum  Melakuka
i
lab
menem
n
untuk
ukan
orientasia
uji
metode
ntar lab
emisi
untuk
untuk uji
melaku
emisi
kan
 Menggun
penguji
akan
an emisi
pyrolizer
 Masih
untuk
dalam
menghasi
tahap
lkan asap
orientas
yang
i lab
kemudian
ditangkap
untuk
dilakukan
uji emisi
Melaku
Data
Dilakuka
kan
masih
n
uji
kompila
belum
emisi
si data
lengkap
terlebih
dahulu
Penyelesai
an masalah
-
Mengumpu
lkan
terlebih
dahulu data
yang sudah
didapatkan
Daftar Pustaka:
IM= 5,14
AC= 8,71
VM= 72,03
FC= 14,12
NHV=
4449,3457
Affandi, Komala A, dkk. 2018. Analisa Ukuran Butir
Briket Campuran Sekam Padi Dengan
Cangkang
Kopi
Terhadap
Laju
Pembakaran
Dan
Emisi
Karbon
Monoksida (CO). Jurnal Material dan
Energi Indonesia, 8 (1): 44–48.
Apriani, 2015. Uji Kualitas Biobriket Ampas Tebu
Dan Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Makassar: Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alaudin Makassar.
Atika, 2016. Pengaruh Temperatur dan Waktu
Karbonisasi Terhadap Reduksi Volume
Pembentukan Arang Sekam Padi. FMIPAUNHAS. Makassar
Bakri. 2012. Pengaruh Kadar Abu Sekam Padi
Terhadap Konduktivitas Panas Komposit
Semennya. Jurnal Ilmu Teknologi Hasil
Hutan, 5(2): 33 – 39
Budiawan, Lucky, dkk. 2014. Pembuatan Dan
Karakterisasi Briket Bioarang Dengan
Variasi Komposisi Kulit Kopi. Jurna
lBioproses Komoditas Tropis, 2(2): 152 –
160.
Djafar, Zuryati. 2008. Pemanfaatan Limbah Kopi
sebagai Bahan Bakar Briket Alternatif.
Buletin Penelitian, 5 (1): 13–22.
Fitri, Nursyah. 2017. Pembuatan Briket Dari
Campuran Kulit Kopi (Coffea Arabica)
Dan
Serbuk
Gergaji
Dengan
Menggunakan Getah Pinus (Pinus
Merkusii) Sebagai Perekat. Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alaudin Makassar.
Hartanto, Feri Puji dan Alim, Fathul. 2011. Optimasi
Kondisi Operasi Pirolisi Sekam Padi untuk
Menghasilkan Bahan Bakar Briket
Bioarang sebagai Bahan Bakar Alternatif.
(Online),
(http://eprints.undip.ac.id/36721/) diakses,
29 Januari 2019.
Hilwatullisan, 2015. Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi
dan Serbuk Gergaji menjadi Briket sebagai
Energi Alternatif. Palembang: Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
Khusna, Dwi dan Susanto, Joko. 2015. Pemanfaatan
Limbah Padat Kopisebagaibahan Bakar
Alternatif Dalam Bentuk bricket Berbasis
Biomass (Studi Kasusdi PT. Santos Jaya
Abadi Instant Coffee). Makalah Disajikan
dalam Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan III Institut Teknologi
Adhi Tama. Surabaya
Noriyanti, Ronny Dwi, dkk. 2013. Kajian
Eksperimental Terhadap Karakteristik
Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi
Instan Dan Kulit Kopi (Studi Kasus Di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia). Jurnal Teknik Pomits. 1–6.
Patabang, Daud. 2012. Karakteristik Termal Briket
Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan
Perekat Jurnal Untad, 3(2): 268 – 293.
Purwanto, Djoko dan Sofyan. 2014. Pengaruh Suhu
Dan Waktu Pengarangan Terhadap
Kualitas Briket Arang Dari Limbah
Tempurung Kelapa Sawit. Jurnal Litbang
Industri, 4(1): 29 – 38.
Sudarsono, Putri Eka Riski dan Warmadewanthi,
Idaa. 2010. Eco-Briquette Dari Komposit
Kulit Kopi Lumpur Ipal PT Sier dan
Sampah Plastik LDPE. Makalah Disajikan
dalam Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XI Institut
Teknologi Surabaya, Surabaya, 6 Februari
2010
Tenayah, I Gusti Nungrah Putu, dkk. 2015. Genset
dengan bahan bakar gasifikasi downdraft
kulit kopi dan batubara. Disajikan dalam
Proceeding Seminar Nasional Tahunan
Teknik Mesin XIV Universitas Udayana,
Banjarmasin 7–8 Oktober 2015.
Tim Kajian Batu Bara Nasional. 2006. Statistik Batu
Bara
Indonesia.
(Online),
(http://www.tekmira.esdm.go.id/), diakses
29 Januari 2019.
Vachlepi, Afrizal. 2013. Penggunaan Biobriket
sebagai Bahan Bakar Alternatif dalam
Pengeringan Karet Alam. Warta
Perkaretan, 32 (2): 65-73.
Wibowo, Ari Setio. 2009. Kajian Pengaruh
Komposisi Dan Perekat Pada Pembuatan
Briket Sekam Padi Terhadap Kalor Yang
Dihasilkan.
Semarang:
Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNDIP.
Download