Uploaded by User13714

121729 BPP TANJUNG SENANG (1)

advertisement
ORGANISASI DAN PENGELOLAAN PEKERJA PENGEMBANGAN
MASYARAKAT DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
TANJUNG SENANG
(Tugas Responsi Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)
Oleh
Kelompok 9
Evelyn Faviana
Fadilla Sari
Frengki Eka Saputra
Misma Trimara
1614131106
1654131006
1614131076
1614131005
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekerja pengembangan masyarakat dalam melaksanakan program-program
yang telah dibuat atau direncanakan dibantu oleh masyarakat, atau dengan
kata lain masyarakat turut berpartisipsi atas berjalannya program tersebut.
Sebuah organisasi diperlukan dalam pengembangan masyarakat dengan
tujuan untuk melaksanakan pembagian tugas pokok dan fungsi, memantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi pekerjaan masing-masing personil yang
bekerja di masyarakat dan mereka dapat dengan mudah diorganisir sehingga
kinerjanya menjadi efektif dan efisien.
Pengorganisasian komunitas penting sebagai evaluasi dan penyempurna
metode pengembangan masyarakat, Sesuai dengan orientasi dari
pengembangan masyarakat, partisipasi yang berujung pada pemberdayaan
menjadi tujuan mutlak dari pengorganisasian ini. Dalam membantu
masyarakat mengembangkan dirinya, seorang pekerja sosial harus memiliki
peran. Seorang pekerja sosial dalam suatu kelompok umumnya memiliki
tugas melakukan evaluasi, mengamati dan mewakili anggota masyarakat
dalam upaya pengembangan diri.
Oleh karena itu, dilakukan kegiatan turun lapang berkaitan dengan organisasi
dan pengelolaan pekerja pengembangan masyarakat di Balai penyuluhan
Pertanian Tanjung Senang.
1.2. Tujuan
Tujuan dari turun lapang kali ini yaitu:
1. Mengetahui program-program yang ada di BPP Tanjung Senang
2. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada pada setiap program di BPP
Tanjung Senang
3. Mengetahui pola perkembangan masyarakat yang menjadi sasaran BPP
Tanjung Senang
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Pengorganisasian Masyarakat
Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan (Robbins, 1994).
Community organizing dalam pengertian umum adalah suatu usaha yang
ditujukan untuk membantu kelompok-kelompok dalam mencapai kesatuan
tujuan dan tindakan. Hal ini merupakan praktek yang tujuannya adalah untuk
mencapai sumber-sumber daya yang dibutuhkan oleh dua atau lebih
kelompok-kelompok yang ada (Gulo, 2002).
community organizing ialah suatu proses dengan mana suatu masyarakat
menemukan kebutuhan-kebutuhan dan tujuannya adalah untuk menciptakan
teoritis diantara kebutuhan-kebutuhan, juga menemukan sumber-sumber baik
sumber informal (dari masyarakat sendiri) maupun sumbr eksternal (dari luar
masyarakat) agar masyarakat dapat meningkatkan dan mengembangkan
sikap-sikap dan praktek-praktek cooperative didalam masyarakat (Gunawan,
1999).
2.2 Pola Pengembangan Komunitas
Pola pengembangan komunitas memberikan penekanan pada proses, dimana
masyarakat berusaha untuk diintegrasikan dan dikembangkan kapasitasnya.
Masyarakat dibuat sadar berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong
diri sendiri (self-help). Pendekatan ini sebagai upaya untuk mengembangkan
keterlibatan warga komunitas sebanyak komunitas dalam upaya menentukan
kebutuhan yang mereka rasakan dan memecahkan masalah mereka
(Sumodiningrat, 1997).
Pengembangan Komunitas adalah cara lain untuk mendapatkan orang untuk
bekerja sama. Ini adalah proses mencapai konsensus kelompok tentang
keprihatinan umum dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah. Misalnya,
penduduk lokal di lingkungan perkotaan atau masyarakat pedesaan dapat
bekerja sama dalam mendefinisikan isu-isu lokal, seperti akses ke kesempatan
kerja atau pendidikan yang lebih baik, dan dalam mengambil tindakan untuk
mengatasi masalah (Sumodiningrat, 1997).
2.3 Pola. Perencanaan Sosial
Pola perencanaan sosial lebih menekankan pada tugas (task goal). Seorang
perencana biasanya berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai
masalah yang dihadapi sebelum warga komunitas memilih tindakan yang
rasional dan tepat dilakukan. Fungsi pembuatan kebijakan dibuat oleh
perencana sementara masyarakat sebagai konsumen yang menerima dan
memanfaatkan program dan pelayanan sebagai hasil dari proses perencanaan
(Agusta, 2002).
Perencanaan sosial menggunakan informasi dan analisis untuk mengatasi
masalah masyarakat substantif seperti pendidikan, perkembangan anak, atau
kesehatan lingkungan. Misalnya, dewan perencanaan atau gugus tugas terlibat
(biasanya ) profesional dalam menetapkan tujuan dan sasaran,
mengkoordinasikan upaya, dan mengkaji pencapaian tujuan (Agusta, 2002).
Perencanaan sosial mungkin terjadi dalam konteks baik konsensus atau
konflik tentang tujuan dan sarana. Sebagai contoh, informasi mengenai
tingginya tingkat kehamilan remaja, dan faktor-faktor yang berkontribusi
untuk itu, dapat membantu masyarakat berfokus pada tujuan mencegah
kehamilan remaja, dan bahkan keputusan tentang menggunakan cara
kontroversial seperti pendidikan seksualitas dan meningkatkan akses terhadap
kontrasepsi. Penggunaan perencanaan sosial membantu membangun
kesepakatan tentang hasil umum.
Pola ini sengaja direncanakan, proses teknis rasional pemecahan masalah
yang berkaitan dengan masalah sosial substantif, adalah ciri dari model ini .
Tingkat partisipasi masyarakat dapat bervariasi. Namun, membangun
kapasitas masyarakat atau membina perubahan sosial yang radikal atau
fundamental bukanlah tujuan utama dari model ini dari praktek masyarakat
(Chambers, 1998).
2.4 Pola Aksi Sosial
Pola Aksi Sosial menakankan pada proses dan tugas. Masyarakat dilihat
sebagai hirarki dari provillage kekuasaan. Para praktisi sosial menekankan
pada taktik konflik sesuai dengan peran mereka sebagai aktivis. Pada
pendekatan ini, terkadang cara-cara koersif harus dilaksanakan seperti
melakukan pemboikotan (Suharto, 2005).
Aksi sosial melibatkan upaya untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya
dari masyarakat berpenghasilan rendah atau relatif tidak berdaya atau
terpinggirkan. Sebagai contoh, organisasi advokasi, seperti untuk hak
penyandang cacat atau pengendalian tembakau, sering menggunakan
pendekatan aksi sosial. Mereka mungkin mengatur acara mengganggutermasuk tuntutan hukum, sit- in, atau boiko - untuk menarik perhatian dan
fokus untuk keprihatinan mereka oleh penguasa (Kartasasmita, 1995).
Penyelenggara membuat acara, seperti protes atau mogok, bahwa mereka
dalam posisi kekuasaan (seperti pengusaha ) dapat menghindari atau mampir
datang ke kesepakatan. Misalnya, orang dengan cacat mungkin berhenti
tindak pencegahan bisnis ketika memodifikasi kebijakan yang
mendiskriminasi orang-orang cacat. Atau sebuah perusahaan rokok bisa
menghindari gugatan oleh para pendukung pengendalian tembakau dengan
menghilangkan iklan ditujukan pada anak-anak. Taktik aksi sosial digunakan
dalam banyak situasi yang melibatkan konflik kepentingan dan
ketidakseimbangan dalam kekuasaan, mereka biasanya terjadi ketika
negosiasi konvensional tidak bekerja. Tema kunci dalam model ini adalah
keadilan sosial, demokrasi, redistribusi kekuasaan, sumber daya, dan
pengambilan keputusan (Kartasasmita, 1995).
III.
GAMBARAN UMUM
3.1 Waktu dan Tempat
Berdasarkan kegiatan turun lapang yang telah kami lakukan, adapun
gambaran umum lokasi turun lapang adalah sebagai berikut:
Desa
: Tanjung Senang
Tanggal
: Selasa, 16 Mei 2018
Pukul
: 10.00 WIB s/d selesai
Tempat
: Balai Penyuluhan Pertanian Tanjung Senang
Lokasi Kesekretariatan : Jln. Cendana, Gg. Timbai, Kec. Tanjung Senang
Kota Bandar Lampung.
Kode Pos
: 35141
Tahun Berdiri
: 2012
Visi
: “ Mewujudkan penyuluhan yang tangguh, maju
dan moderen menuju kemandirian, kesejahteraan
pelaku utama dan pelaku usaha”
Misi
: 1. Meningkatkan SDM penyuluh, pelaku utama dan
pelaku usaha.
2. Mewujudkan penyelenggaraan penyuluhan yang
efektif dan efisien.
3. Meningkatkan jaringan kerja sama dalam inivasi
teknologi.
4. Mewujudkan kelembagaan dan usahatani yang
kuat, mandiri dan berdaya saing.
5. Mengkaji dan menerapkan teknologi spesifik
lokal yang tepat guna untuk meningkatkan
produktivitas pertanian.
3.2 Monografi Desa
Tanjung Senang adalah salah satu daerah kecamatan yang termasuk ke dalam
wilayah Kota Bandar Lampung, Lampung Indonesia. Secara fisik dan
geografis provinsi Lampung terletak pada kependudukan Timur- Barat
berada antara 103o 40’- 105o 50’ Bujur Timur Utara-Selatan berada antara 6o
45’-3o 45’Lintang Selatan. Secara demografis Tanjung Senang memiliki
penduduk yang berjumlah 39.032 jiwa. Kecamatan Tanjung Senang terdapat
berbagai lembaga seperti lembaga pendidikan mulai dari TK (Taman Kanakkanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA
(Sekolah Menengah Atas) selain itu terdapat pula Puskesmas, Kantor Camat,
Posyandu, dan Polsek Tanjung Senang, BPP dan lain-lain. Kecamatan yang
termasuk dalam Kota Bandar Lmpung ini memiliki 5 desa/kelurahan yaitu
kelurahan Labuan Dalam, Pematang Wangi, Perumnas Way Kandis, Tanjung
Senang dan Way Kandis. Batas wilayah Tanjung Senang adalah sebagai
berikut:
1) Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa dan Kabupaten
Lampung Selatan.
2) Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuan Ratu, Kecamatan
Way Halim dan Kecamatan Sukarame
3) Bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa
4) Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan.
Secara sosiografis Kecamatan Tanjung Senang memiliki masyarakat dengan
suku dan ras agama yang beraneka ragam mulai dari suku Lampung, Jawa,
Sunda, Jaseng, Batak dll. Serta segi ekonomi masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai PNS, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan
mulai dari menengah sampai dengan menengah keatas.
Secara psikografis masyarakat Kecamatan Tanjung Senang memiliki gaya
hidup yang cukup tinggi, hal ini dapat kita amati melalui keberadaan
perumahan-perumahan yang berada di kabupaten Tanjung Senang serta
kepemilikan berbagai macam kendaraan seperti mobil dan motor.
Secara beharvioristik masyarakat Kecamatan Tanjung Senang telah
mengalami perubahan tingkah laku, contohnya pada sektor pertanian yang
telah menggunakan berbagai macam teknologi seperti pemanfaat mesin
penggiling padi dan pengolahan lahan dengan menggunakan mesin. Selain
itu, perubahan tingkah laku lainnya seperti meningkatnya sifat individualisme
antar tetangga yang ada di disekitar perumahan.
3.3 Karakteristik Iklim dan Lahan
Kecamatan Tanjung Senang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota
Bandar Lampung yang merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki
iklim bertipe A; sedangkan menurut agroklimat Oldeman (1978), tergolong
D3 yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar 2.257-2.454
mm/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%, dan suhu udara 23-37o C
dengan kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot yang memiliki arah dominan
dari Barat (November-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus) dan
Selatan (September Oktober).
Kecamatan Tanjung Senang memiliki fungsi wilayah sebagai pengembangan
kawasan permukiman dengan fungsi pendukung sebagai pusat layanan lokal
dan perkembangan pertanian dalam skala kecil. Hal ini dikarenakan sebagain
besar masyarakat memiliki pekerjaan utama dan perkejaan sampingan sebagai
petani dengan luas lahan yang relatif kecil, namun tetap dikembangkan guna
meningkatkan prokduktivitas dalam sektor pertanian.
3.4. Komoditas Unggul menurut subsektor
Kecamatan Tanjung Senang merupakan kawasan permukiman dengan fungsi
pendukung sebagai pusat layanan lokal dan perkembangan pertanian dalam
skala kecil. Lahan pertanian yang tersedia di Kecamatan Tanjung Senang
relatif kecil atau tidak luas, petani hanya mengandalkan lahan sempit dalam
kegiatan bertani karena mayoritas penduduk di Kecamatan Tanjung Senang
memiliki pekerjaan utama dan bertani adalah kegiatan sampingan.
Komoditas pertanian yang dibudidayakan di Kecamatan Tanjung senang
adalah tanaman pangan dan hortikultura, untuk tanaman pangan yaitu padi.
Padi ini cukup banyak di temui di wilayah Tanjung Senang dan merupakan
komoditas unggul yang di budidayakan di Tanjung Senang. Selanjutnya
hortikultura yaitu sawi, sawi ini banyak kita jumpai di Kecamatan Tanjung
Senang khusus nya di Kelurahan Prumnas Way Kandis. Tanam sawi banyak
dibudidayakan di wilayah ini karena wilayah nya cocok dan sawi merupakan
komoditas unggul di Kecamatan Tanjung Senang. Kondisi luas lahan yang
sempit inilah yang menyebabkan petani sulit untuk menjadikan padi dan sawi
Kecamatan Tanjung Senang sebagai matapencaharian utama penduduk
setempat.
IV.
PEMBAHASAN
4.1 Program BPP Tanjung Senang
Program merupakan rancangan mengenai asas serta usaha yang akan
dijalankan. Beberapa program dari BPP Tanjung Senang adalah:
1. Desa Mandiri Pangan
Desa Mandiri Pangan atau biasa disingkat DEMAPAN adalah program
yang diadakan oleh Badan Ketahanan Pangan yang merupakan strategi
untuk mempercepat pembangunan di pedesaan, khususnya dalam
memantapkan ketahanan pangan. Kegiatan ini dilakukan di desa-desa
yang terdapat masyarakat yang rawan pangan dan gizi, dengan dasar
pemilihannya adalah FIA 2005/FSVA 2009.
2. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
KRPL adalah program dari kementerian pertanian yang diadakan dengan
tujuan untuk memanfaatkan pekarangan sekitar rumah yang dirancang
untuk ketahanan dan kemandirian pangan, disversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal, konservasi sumberdaya genetik pangan. Yang nantinya
program ini ditujukan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
4.2 Kegiatan pada BPP Tanjung Senang
Balai Penyuluh Pertanian (BPP) memiliki beberapa kegiatan yang saat ini
dilakukan, yaitu:
1. Penanaman Padi Gogo
Padi gogo adalah jenis padi yang ditanam di lahan kering atau tidak tergenang
air. Program penanaman padi gogo ini dilakukan di Kelurahan Pematang
Wangi, Tanjung Senang. Program ini dicanangkan oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan dalam upaya meningkatkan produksi pangan di Lampung
dan mendukung program DEMAPAN. Pelaksanaan program ini dilakukan
dengan pemberian pelatihan kepada pekerja pengembangan masyarakat oleh
pemerintah, kemudian pekerja pengembangan masyarakat melakukan
sosialisasi program padi gogo. Daerah yang berminat untuk melaksanakan
program ini akan diberikan bantuan berupa pemberian benih kepada daerah
tersebut. Bantuan yang diberikan selain benih adalah pupuk cair, herbisida
dan sarana pengendali hayati.
2. Lorong Hijau
Program lorong hijau merupakan program yang membangun lorong-lorong
menggunakan susunan bambu yang dijadikan tiang panjat bagi tanaman
merambat, seperti mentimun, kacang, melon dan lain-lain. Sehingga
pekarangan rumah warga atau jalan-jalan di lingkungan masyarakat dapat
dibangun lorong hijau atau daerah lain yang diperkirakan dapat dibangun
lorong hijau.. Hal ini bertujuan untuk menghijaukan tempat tinggal warga
sehingga lebih sejuk, menghasilkan produk pertanian bagi warga, dan
melestarikan lingkungan. Program diajukan oleh salah satu pekerja
masyarakat di BPP Tanjung Senang, yaitu Bu Dewi Yunita, S.ST, yang
kemudian didiskusikan dan disetujui oleh seluruh anggota penyuluh di BPP
Tanjung Senang. Program tersebut kemudian disosialisasikan ke warga
binaan untuk mengajak warga melaksanakan program tersebut. Program
Lorong Hijau dalam proses pengajuan ke pemerintah untuk memohon
dukungan baik berupa material, maupun non-material.
3. Hidroponik
Program ini bertujuan agar meningkatkan produktivitas masyarakat dan
memanfaatkan pekarangan warga di Tanjung Senang yang umumnya
berukuran sempit. Program ini dilaksanakan dengan cara pemerintah
memberikan satu set peralatan hidroponik, kemudian BPP Tanjung Senang
mendata kecamatan yang dapat melaksanakan program ini. Peralatan ini
diberikan ke daerah Kota Sepang, Labuhan Ratu karena masyarakat di Kota
Sepang telah memiliki ketertarikan dengan hidroponik, sehingga dengan
adanya bantuan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan minat warga
terhadap hidroponik. Peralatan hidroponik ini sebelumnya diberikan ke
kecamatan Labuhan Ratu, namun karena pekerja pengembangan masyarakat
memandang peralatan ini kurang dimanfaatkan, sehingga kemudian diberikan
ke Kota Sepang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
warga di bidang pertanian.
4.3 Pola Pengembangan Masyarakat di BPP Tanjung Senang
Program yang dilakukan pada BPP Tanjung Senang keduanya disusun oleh
pekerja pengembangan masyarakat, yaitu Badan Ketahanan Pangan dan
Kementerian Pertanian. Pekerja pengembangan masyarakat kemudian
mendata dan menyeleksi wilayah yang dapat dilaksanakan program tersebut.
Program dilaksanakan pada wilayah yang dianggap cocok melaksanakan
program tersebut. Pelaksanaan pengembangan masyarakat di BPP Tanjung
Senang termasuk dalam pola perencanaan sosial. Pemerintah (Badan
Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian) mengumpulkan data
mengenai komunitas untuk merancang program yang akan dilaksanakan
komunitas. Masalah umum yang ingin diatasi pemerintah adalah ketahanan
pangan, sehingga umumnya program berfokus pada membina masyarakat
untuk menanam dan memiliki produktivitas tinggi.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh wilayah binaan BPP Tanjung Senang
umumnya memiliki pola perencanaan sosial. Kegiatan padi gogo berasal dari
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam upaya melaksanakan program
Desa Mandiri Pangan, pekerja pengembangan masyarakat menganalisa
kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki wilayah binaannya. Program padi
gogo dilaksanakan di daerah yang sebelumnya ditanami tanaman hortikultura.
Lahan di Tanjung Senang umumnya ditanami tanaman hortikultura, sehingga
penanaman padi gogo dilaksanakan di daerah yang memiliki potensi.
Kegiatan padi gogo merupakan pola perencanaan sosial karena dirancang
oleh pekerja masyarakat.
Kegiatan lorong hijau merupakan kegiatan yang dirancang oleh pekerja
pengembangan masyarakat di BPP Tanjung Senang, sehingga dapat dikatakan
kegiatan ini adalah pola perencanaan sosial. Kegiatan ini diadakan sebagai
bagian dari program KRPL, yaitu untuk memanfaatkan pekarangan warga,
sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dikonsumsi oleh warga
tersebut. Kegiatan hidroponik di Kota Sepang yang termasuk dalam wilayah
binaan BPP Tanjung Senang merupakan pola pembangunan lokalitas.
Kegiatan ini direncanakan dan dilaksanakan oleh warga, karena masyarakat
Kota Sepang telah memiliki minat terhadap budidaya hidroponik ini,
meskipun dengan peralatan sederhana. Kegiatan ini kemudian didukung oleh
pemerintah melalui pemberian peralatan hidroponik ke wilayah tersebut dan
kecamatan lainnya. Pemerintah berharap daerah lainnya juga ikut berminat
melakukan budidaya hidroponik.
4.4 Pengelolaan Pekerja Pengembangan Masyarakat
Struktur organisasi dari BPP Tanjung Senang, sebagai berikut:
Koordinator Penyuluh
Penyuluh
Penyuluh
Penyuluh
Gambar 1. Struktur Organisasi BPP Tanjung Senang
Penyuluh
BPP Tanjung Senang dipimpin oleh Bapak Bustoni A,md sebagai
Koordinator Penyuluh (Korluh). Jumlah penyuluh di BPP Tanjung Senang
adalah sembilan orang. Struktur organisasi pada BPP Tanjung Senang
sebelumnya Korluh memimpin tiga kepala bidang, yaitu Penyuluh Pertanian
Urusan Programa, Penyuluh Pertanian Urusan SDM, dan Penyuluh Pertanian
Urusan Supervisi. Penyuluh Pertanian Urusan SDM tidak ada yang menjabat
dari awal pendirian, sedangkan kedua bidang lainnya diakibatkan penyuluh
yang menjabat pensiun. Pemilihan kepala bidang belum dilakukan sampai
saat ini, sehingga pelaksanaan organisasi dilaksanakan secara fleksibel.
Korluh memiliki tugas sebagai tempat diskusi bagi penyuluh, mengetahui
kegiatan yang akan dilaksanakan di BPP Tanjung Senang, dan menyetujui
kegiatan yang telah disepakati. Korluh juga bertugas untuk menerima laporan
kegiatan dari penyuluh pertanian dan melaporkan kembali ke pemerintah.
Korluh memiliki wilayah binaan sehingga juga melakukan tugas penyuluh.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah:
1. Program yang dilaksanakan di BPP Tanjung Senang adalah Desa Mandiri
Pangan dan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
2. Kegiatan yang dilaksanakan di BPP Tanjung Senang adalah penanaman padi
gogo, lorong hijau, dan hidroponik.
3. Program dan kegiatan yang dilaksanakan pada BPP Tanjung Senang umumnya
berpola perencanaan sosial, kecuali kegiatan hidroponik yang merupakan pola
pengembangan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. 2002. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan. Humaniora Utama
Press. Bandung.
Chambers, Robert. 1998. Pengembangan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES.
Jakarta.
Gulo,W.2002. Metode Penelitian. PT. Grasindo. Jakarta.
Gunawan Sumodiningrat. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan
Pengaman Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat Suatu Tinjauan
Administrasi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
Administrasi. Fakultas IlmuAdministrasi Universitas Brwajiya. Bandung.
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Alih
Bahasa. Jusuf Udaya Arcan. Jakarta.
Suharto,E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Sumodiningrat. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. PT.
Bina Rena Pariwara. Jakarta.
LAMPIRAN
Download