Hubungan Aktivitas Komunikasi Organisasi dengan

advertisement
HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN
(Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)
SKRIPSI
DEWI SHINTA KOMALA SARI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
i
RINGKASAN
DEWI SHINTA KOMALA SARI. D34102038. Hubungan Aktivitas Komunikasi
Organisasi dengan Penghayatan Budaya Perusahaan (Kasus di PT. Madu
Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Ir. Sutisna Riyanto, MS
Pembimbing anggota : Ir. H. Ismail Pulungan, MSc
Aktivitas komunikasi organisasi yang berjalan dengan efektif secara otomatis
akan menyebabkan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kerja
yang kondusif seperti itu akan menyebabkan penghayatan budaya perusahaan yang
baik, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tujuan penelitian
ini adalah : 1) Mengidentifikasi penghayatan karyawan terhadap nilai-nilai budaya
perusahaan, 2) Mengidentifikasi aktivitas komunikasi organisasi, 3) Menganalisis
hubungan antara aktivitas komunikasi organisasi dengan penghayatan budaya
perusahaan, dan 4) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu karyawan
dengan penghayatan budaya perusahaan.
Penelitian berlangsung selama satu bulan mulai 04 September – 04 Oktober
2006 di Kantor Pusat PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur. Populasi
penelitian adalah seluruh karyawan yang bekerja di kantor pusat PT. Madu Pramuka,
Cibubur-Jakarta Timur sebanyak 50 orang. Tidak terdapat sampel pada penelitian ini
karena responden ditentukan dengan metode sensus. Penelitian dirancang sebagai
studi kasus yang bersifat deskriptif korelasional. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang
digunakan meliputi analisis deskriptif, rataan skor, persentase serta uji korelasi rank
Spearman dan Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para karyawan telah menghayati
sebagian besar budaya perusahaannya. Selain itu, secara umum kepala seksi dan juga
staf kurang aktif atau jarang melakukan aktivitas komunikasi organisasi.
Hasil uji korelasi rank Spearman menggambarkan bahwa secara umum
aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi dan juga staf
memiliki hubungan dalam tingkatan yang lemah dengan penghayatan budaya
perusahaan. Karakteristik individu karyawan yang memiliki hubungan dengan
penghayatan budaya perusahaan, yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jabatan.
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya direktur meningkatkan frekuensi
kehadiran di kantor dan berinisiatif untuk menjalin komunikasi secara harmonis
dengan staf.
Kata kunci : Aktivitas komunikasi organisasi, penghayatan budaya perusahaan.
ii
ABSTRACT
The Correlation of Organizational Communication Activities with Company
Cultures Absorption (Case on PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)
Sari, D. S. K., S. Riyanto, I. Pulungan
Effectively organizational communication activities will cause conducive
work condition. The condition also will cause good company culture values
absorption, so that will increase the work productivity of employees. The aims of this
research were: (1) to identify company culture values absorption by employees, (2)
to identify organizational communication activities, (3) to analyze the correlation
between organizational communication activities with company culture absorption,
and (4) to analyze the correlation between employees characteristic with company
culture absorption. This research was carried out from September 04th – October 04th,
2006 at PT. Madu Pramuka, Cibubur – East Jakarta. The population as well as the
samples were the whole employees. This research was a descriptive designed for a
case study. The data collected were primary and secondary. The data were analyzed
descriptively, scoring average, percentage, frequency, mean, rank Spearman and Chisquare Correlation. The results of this research showed that the employees had
absorbed the most part of their company culture. Generally, organizational
communication activities by supervisors and staffs were done rarely. The rank
Spearman Correlation results described that generally organizational communication
activities by supervisors also staffs had weak relation with company culture
absorption. Besides that, the individual characteristics that had correlation with
company cultures absorption were sex, educational background and employee’s
function. The suggestions which could give were the director could increase his
presence and communication frequency with staffs.
Key words: organizational communication activities, company cultures absorption
iii
HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN
(Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur)
DEWI SHINTA KOMALA SARI
D34102038
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
iv
HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN
(Kasus di PT. Madu Pramuka Cibubur Jakarta Timur)
Oleh
DEWI SHINTA KOMALA SARI
D34102038
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Januari 2007
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Sutisna Riyanto, MS
NIP. 131 779 500
Ir. H. Ismail Pulungan, MSc
NIP. 130 345 020
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc
NIP. 131 624 188
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dewi Shinta Komala Sari lahir di Bandar Lampung, 26
Agustus 1983. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan
Cherwani MD dan Lince Tan. Pendidikan yang ditempuh Penulis mulai dari tahun
1991-1996 di SD Xaverius Pahoman Bandar Lampung. Penulis kemudian
melanjutkan di SLTP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 1996-1999, lalu Penulis
melanjutkan studinya di SMU Negeri 9 Bandar Lampung tahun 2000. Penulis
menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2002 di SMA 17 Agustus 1945
Tebet, Jakarta Selatan.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi
Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2003, Penulis masuk
minat Komunikasi dan Penyuluhan. Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif
dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri
Peternakan (HIMASEIP) di Departemen INFOKOM pada tahun 2003 – 2005.
Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti kepanitiaan SEIP PROJECT
pada tahun 2003, LCT SEIP (Lomba Cepat Tepat Sosial Ekonomi Industri
Peternakan) pada tahun 2004, dan FieldTrip SEIP’39 pada tahun 2005.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas hidayah
dan inayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Hubungan Aktivitas Komunikasi Organisasi dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)”,
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Peternakan pada Program
Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu,
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal, pelaksanaan survai,
penelitian, dan penulisan skripsi. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena itu Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Januari 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN.......................................................................................................
i
ABSTRACT..........................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
x
PENDAHULUAN................................................................................................
1
Latar Belakang .........................................................................................
Perumusan Masalah..................................................................................
Tujuan Penelitan.......................................................................................
Kegunaan Penelitian.................................................................................
2
2
3
3
KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
7
Organisasi Perusahaan .............................................................................
Budaya Perusahaan ..................................................................................
Komunikasi Organisasi ............................................................................
Karakteristik Individu ............................................................................
7
9
13
18
METODE PENELITIAN......................................................................................
20
Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................
Populasi dan Sampel.................................................................................
Desain Penelitian........................................................................................
Data dan Instrumentasi.............................................................................
Pengumpulan Data....................................................................................
Analisis Data.............................................................................................
Definisi Operasional.................................................................................
20
20
20
20
21
21
23
KEADAAN UMUM LOKASI.............................................................................
26
Sejarah Perusahaan...................................................................................
Struktur Organisasi Perusahaan................................................................
Misi, Landasan dan Semboyan Kerja.......................................................
26
26
28
viii
Ketenagakerjaan.......................................................................................
29
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................
30
Karakteristik Individu...............................................................................
Umur.............................................................................................
Jenis Kelamin................................................................................
Tingkat Pendidikan Formal...........................................................
Jabatan..........................................................................................
Masa Bekerja................................................................................
Penghasilan...................................................................................
30
30
31
31
31
32
32
Penghayatan Budaya Perusahaan pada PT. Madu Pramuka, CibuburJakarta Timur ..........................................................................................
Inisiatif Individual.........................................................................
Toleransi Terhadap Resiko...........................................................
Arahan...........................................................................................
Integrasi.........................................................................................
Dukungan Manajemen..................................................................
Pengawasan...................................................................................
Identitas.........................................................................................
Sistem Penghargaan......................................................................
Toleransi Terhadap Konflik..........................................................
Pola Komunikasi...........................................................................
32
33
34
34
34
35
35
36
36
36
37
Aktivitas Komunikasi Organisasi pada PT. Madu Pramuka, CibuburJakarta Timur............................................................................................
Komunikasi Ke Atas.....................................................................
Komunikasi Ke Bawah.................................................................
Komunikasi Horizontal.................................................................
37
37
39
40
Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Organisasi Penghayatan
Budaya Perusahaan...................................................................................
Kepala Seksi..................................................................................
Staf................................................................................................
Hubungan Karakteristik Individu dengan Penghayatan Budaya
Perusahaan ...............................................................................................
41
41
44
46
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
49
Kesimpulan...............................................................................................
Saran..........................................................................................................
49
49
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
52
LAMPIRAN...........................................................................................................
54
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
1
Halaman
Karakteristik Karyawan PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta
Timur......................................................................................................
30
Rataan Skor Penghayatan Budaya Perusahaan pada PT. Madu
Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur............................................................
33
3
Rataan Skor Komunikasi ke Atas.........................................................
38
4
Rataan Skor Komunikasi ke Bawah......................................................
39
5
Rataan Skor Komunikasi Horizontal.....................................................
40
6
Hubungan Penghayatan Budaya Perusahaan dengan Aktivitas
Komunikasi Organisasi yang Dilakukan oleh Kepala Seksi.................
42
Hubungan Penghayatan Budaya Perusahaan dengan Aktivitas
Komunikasi Organisasi yang Dilakukan oleh Staf...............................
44
Hubungan Karakteristik Individu dengan Penghayatan Budaya
Perusahaan.............................................................................................
46
2
7
8
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Bagan Kerangka Pemikiran...................................................................
6
2
Model Elemen Organisasi......................................................................
8
3
Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. Madu Pramuka, CibuburJakarta Timur.........................................................................................
27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Kuesioner.................................................................................................
55
2
Uji Korelasi rank Spearman Antara Aktivitas Komunikasi Organisasi
oleh Kepala Seksi dengan Penghayatan Budaya Perusahaan...................
63
Uji Korelasi rank Spearman Antara Aktivitas Komunikasi Organisasi
oleh Staf dengan Penghayatan Budaya Perusahaan..................................
64
Uji Korelasi rank Spearman Antara Umur, Masa Bekerja dan
Penghasilan dengan Penghayatan Budaya Perusahaan.............................
65
Uji Korelasi Chi-square Antara Jenis Kelamin dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan...................................................................................
66
Uji Korelasi Chi-square Antara Tingkat Pendidikan Formal dengan
Penghayatan Budaya Perusahaan..............................................................
69
Uji Korelasi Chi-square Antara Jabatan dengan Penghayatan Budaya
Perusahaan................................................................................................
72
3
4
5
6
7
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lebah madu merupakan salah satu satwa harapan yang memiliki prospek
yang sangat cerah untuk dikembangkan. Madu sebagai produk utama dari lebah
madu memiliki banyak manfaat. Selain dapat dikonsumsi langsung, madu juga
berkhasiat sebagai obat alami. Saat ini banyak sekali industri yang menggunakan
madu sebagai bahan campuran untuk produk-produknya, seperti industri farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman. Hal ini sangat baik bagi pertumbuhan peternakan
lebah madu yang terpadu untuk memenuhi permintaan dari industri-industri yang
membutuhkan madu sebagai bahan bakunya.
PT. Madu Pramuka merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang perlebahan madu yang besar di Indonesia. Dalam mempertahankan diri dari
persaingan bisnis dengan perusahaan-perusahaan sejenis, perusahaan ini tentu
membutuhkan karyawan yang berkualitas sebagai salah satu sumberdaya terpenting
dalam perusahaan. Sumberdaya manusia akan sangat berpengaruh terhadap
perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasinya. Oleh karena itu,
dibutuhkan suasana kerja yang kondusif agar produktivitas kerja karyawan menjadi
meningkat. Produktivitas kerja yang meningkat akan tercipta jika karyawan memiliki
motivasi yang tinggi dalam bekerja.
Motivasi kerja karyawan yang tinggi seringkali dipengaruhi oleh budaya yang
ada di lingkungan tempatnya bekerja. Budaya dalam lingkungan kerja dapat diartikan
juga sebagai budaya perusahaan, yaitu suatu nilai yang menjadi pedoman
sumberdaya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan. Masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau
berperilaku.
Budaya perusahaan yang kurang baik seperti kurangnya dukungan
manajemen terhadap pengembangan karyawan, kurangnya penghargaan atasan
terhadap bawahan, kurangnya koordinasi antara karyawan dalam melaksanakan tugas
dan lain-lain sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam organisasi. Oleh karena
1
itu, penghayatan budaya perusahaan oleh karyawan memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Diharapkan budaya perusahaan akan dihayati dengan baik oleh karyawan jika
aktivitas komunikasi organisasi di perusahaan berjalan dengan baik pula. Dalam
aktivitas komunikasi organisasi terjadi proses pertukaran informasi di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi dan dipengaruhi oleh
budaya dalam lingkungan kerja, sehingga terjadi kerjasama serta perilaku yang
berorientasi kepada tujuan.
Komunikasi dalam organisasi juga tidak hanya merupakan suatu proses yang
membuat organisasi dapat berjalan dengan baik, tetapi juga merupakan alat untuk
memfungsikan organisasi dalam mencapai tujuannya. Agar perusahaan dapat
mencapai tujuannya, aktivitas komunikasi dalam organisasi harus terjalin dengan
efektif. Aktivitas komunikasi tersebut mencakup komunikasi antar anggota
organisasi, komunikasi dalam kelompok-kelompok organisasi serta komunikasi
publik. Komunikasi antar anggota organisasi sendiri meliputi komunikasi ke atas,
komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Komunikasi
kelompok dalam organisasi meliputi tingkat partisipasi karyawan dalam forumforum kelompok yang ada dalam organisasi, sedangkan komunikasi publik
merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh anggota organisasi dengan
publik di dalam maupun luar organisasi. Oleh karena itu, penghayatan budaya
perusahaan yang baik dan aktivitas komunikasi organisasi yang efektif sangat
penting dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Perumusan Masalah
Perusahaan yang mampu bertahan dan menang dalam persaingan adalah
perusahaan yang mampu mengelola segala sumberdaya yang dimiliki. Dalam rangka
meningkatkan daya saing, kondisi sumberdaya manusia di perusahaan merupakan
unsur utama yang harus diperhatikan. Perlu dibentuk suatu aturan dalam bentuk
budaya perusahaan yang merupakan pengikat dalam bertindak dan mencerminkan
ciri khas perusahaan.
Penjabaran budaya perusahaan akan memberikan manfaat yang jelas bagi
karyawan untuk dapat melakukan aktivitas komunikasi organisasi yang efektif.
2
Aktivitas komunikasi yang berjalan dengan efektif secara otomatis akan
menyebabkan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kerja yang
kondusif seperti itu akan meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan untuk penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penghayatan karyawan PT. Madu Pramuka terhadap nilai-nilai
budaya perusahaan?
2. Bagaimana aktivitas komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Madu Pramuka?
3. Sejauhmana
hubungan
antara
aktivitas
komunikasi
organisasi
dengan
penghayatan budaya perusahaan di PT. Madu Pramuka?
4. Sejauhmana hubungan antara karakteristik karyawan di PT. Madu Pramuka
dengan penghayatan budaya perusahaan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikaji di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi penghayatan karyawan PT. Madu Pramuka terhadap nilai-nilai
budaya perusahaan.
2. Mengidentifikasi aktivitas komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Madu
Pramuka.
3. Menganalisis
hubungan
antara
aktivitas
komunikasi
organisasi
dengan
penghayatan budaya perusahaan di PT. Madu Pramuka.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik karyawan di PT. Madu Pramuka
dengan penghayatan budaya perusahaan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi PT. Madu Pramuka dalam menciptakan aktivitas
komunikasi organisasi yang efektif sehingga tercipta penghayatan budaya
perusahaan yang baik oleh karyawan.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang
komunikasi organisasi dan budaya perusahaan.
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh seorang karyawan tidak
lepas dari faktor-faktor yang berhubungan dan akan turut mempengaruhi
penghayatannya terhadap budaya perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah
karakteristik individu karyawan yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan
formal yang ditempuh, jabatan yang dipegang, masa kerja dan penghasilan. Aktivitas
komunikasi yang dijalankan bersamaan dengan penghayatan budaya perusahaan
yang baik diharapkan akan mendorong terciptanya motivasi kerja yang tinggi dalam
diri karyawan.
Produktivitas perusahaan sangat tergantung pada kinerja karyawannya.
Kinerja karyawan tersebut ditentukan oleh penghayatan karyawan terhadap budaya
perusahaan. Apabila karyawan menghayati budaya perusahaannya dengan baik,
maka hubungannya dengan lingkungan kerjanya juga akan baik. Terdapat sepuluh
butir dalam penghayatan budaya perusahaan yang dapat menjadi indikator untuk
mengetahui
sejauhmana
penghayatan
seorang
karyawan
terhadap
budaya
perusahaannya. Sepuluh butir tersebut adalah (1) inisiatif individual, (2) toleransi
terhadap resiko, (3) arahan, (4) integrasi, (5) dukungan manajemen, (6) pengawasan,
(7) identitas, (8) sistem penghargaan, (9) toleransi terhadap konflik, dan (10) pola
komunikasi.
Penghayatan budaya perusahaan ditentukan pula oleh integrasi karyawan
tehadap perusahaan. Integrasi akan mempengaruhi aktivitas komunikasi yang
dilakukannya di dalam organisasi perusahaan. Aktivitas komunikasi organisasi
mempunyai peran kunci dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif dalam
perusahaan. Aktivitas komunikasi organisasi yang paling penting adalah aktivitas
komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, yaitu komunikasi antar
anggota organisasi. Komunikasi antar anggota organisasi meliputi komunikasi ke
atas, ke bawah dan horizontal. Komunikasi yang bersifat vertikal (ke atas dan ke
bawah), memperlihatkan apakah hubungan kerja antara atasan dan bawahan berjalan
dengan harmonis atau tidak. Komunikasi horizontal akan memperlihatkan
keharmonisan kerja antara karyawan-karyawan yang berada pada level jabatan yang
sama.
4
Di pihak lain, penghayatan budaya perusahaan juga bisa saja tidak terlalu
terkait dengan aktivitas komunikasi organisasi karyawan. Karyawan bisa menghayati
budaya perusahaan dari sumber-sumber lain di luar organisasi perusahaannya. Dalam
hal ini, faktor individu karyawanlah yang sangat berperan dalam membentuk
penghayatan terhadap budaya perusahaan. Inti dari kerangka pemikiran dapat dilihat
lebih jelas pada Gambar 1.
5
Karakteristik Individu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Usia
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Jabatan
Masa kerja
Penghasilan
Aktivitas Komunikasi
Organisasi :
1. Komunikasi ke atas
2. Komunikasi ke bawah
3. Komunikasi horizontal
Penghayatan Budaya
Perusahaan :
1. Inisiatif individual
2. Toleransi terhadap resiko
3. Pengarahan
4. Integrasi
5. Dukungan manajemen
6. Pengawasan
7. Identitas
8. Sistem penghargaan
9. Toleransi terhadap konflik
10. Pola komunikasi
MOTIVASI KERJA
KARYAWAN
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran.
6
6
TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi Perusahaan
Stoner et al. (1996) berpendapat bahwa organisasi merupakan dua orang atau
lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik
atau sejumlah sasaran. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi
memiliki empat unsur penting, yaitu : (1) merupakan kumpulan dua orang atau lebih,
(2) adanya kerjasama, (3) memiliki struktur, dan (4) mempunyai sasaran. Sasaran
dapat diartikan sebagai tujuan yang diusahakan untuk dicapai suatu organisasi.
Organisasi yang besar tentunya melibatkan sumberdaya manusia dalam jumlah besar
untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap anggotanya harus bekerjasama, yang berarti
mereka melakukan suatu hubungan. Komunikasi sangat berperan dalam hubungan
antar manusia tersebut.
Wursanto dalam Zikri (2002) mengemukakan beberapa hal yang menjadikan
komunikasi dalam organisasi atau perusahaan menjadi penting yaitu sebagai berikut :
a. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara para bawahan dengan
atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dengan atasan, karyawan dengan
organisasi tersebut dan pihak organisasi dengan pihak luar
b. Meningkatkan gairah kerja karyawan, moral dan disiplin karyawan yang tinggi,
semua pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya
sehingga akan berlangsung pengendalian operasional yang efisien
c. Semua karyawan dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi; semua informasi yang dibutuhkan oleh
karyawan dapat diperoleh dengan segera; meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap sesama karyawan; timbulnya rasa saling pengertian dan menghargai
dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing; meningkatkan kerjasama
d. Komunikasi adalah suatu cara untuk mendorong manusia berpikir kreatif; suatu
cara untuk memenuhi keinginan manusia
e. Komunikasi
penting
untuk
suatu
pengambilan
keputusan;
komunikasi
memberikan pengertian sebagian dari suatu bagian tujuan.
Menurut DeVito (1997), organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri
dari individu-individu yang sengaja dikumpulkan untuk mencapai tujuan tertentu.
7
Jumlah dari individu tersebut berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya.
Peranan dan posisi individu dalam organisasi pada struktur organisasi yang ketat
jelas diketahui sedangkan untuk struktur organisasi yang tidak ketat, peranan dan
posisi individu yang bekerja dalam organisasi menjadi tidak jelas dalam hirarki dan
dianggap tidak penting.
Wright (1977) dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa organisasi
adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama. Organisasi sebagai suatu sistem
tentu akan menghadapi hambatan-hambatan di dalamnya. Bermacam-macam asas
organisasi diterapkan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Asas-asas
organisasi itu antara lain: (1) perumusan tujuan dengan jelas, (2) departemenisasi, (3)
pembagian kerja, (4) koordinasi, (5) pelimpahan wewenang, (6) rentangan kontrol,
(7) jenjang organisasi, (8) kesatuan perintah, (9) fleksibilitas, (10) berkelangsungan
dan (11) keseimbangan.
Lingkungan (Environment)
Organisasi
Struktur Sosial
Teknologi
Tujuan
Partisipan
Gambar 2. Model Elemen Organisasi (Scott dalam Muhammad, 2004).
Hicks dan Gullet (1996) membedakan macam-macam organisasi atas dasar
tingkat kepastian struktur, yaitu :
1. Organisasi formal. Suatu organisasi formal mempunyai struktur yang dinyatakan
dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan wewenang,
kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab. Struktur juga dapat menunjukkan
saluran-saluran melalui aliran hubungan. Organisasi formal mempunyai perincian
pekerjaan yang jelas bagi tiap-tiap anggota. Jenjang tujuan organisasi formal
dinyatakan dengan tegas. Status, prestise, gaji, pangkat dan penghasilan diatur
8
dan dikontrol dengan baik. Organisasi formal tahan lama dan terencana, sebab
penempatannya sesuai peraturan, relatif tidak fleksibel. Keanggotaan dalam
organisasi formal diperoleh dengan sadar, pada waktu tertentu dan biasanya
terbuka.
2. Organisasi informal. Suatu organisasi informal disusun secara bebas, fleksibel,
tidak pasti dan spontan. Keanggotaan dalam organisasi informal mungkin
diperoleh sadar atau tidak dan hal itu sering sukar untuk menentukan waktu yang
pasti kapan seseorang menjadi anggota. Dalam organisasi informal, keanggotaan
seseorang atau keterlibatan seseorang mungkin tumbuh melalui waktu. Situasi
yang pasti dari hubungan antara para anggota dan bahkan tujuan organisasi tidak
diperinci.
Budaya Perusahaan
Menurut Moeljono (2004), budaya korporat atau budaya perusahaan adalah
sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari,
diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem
perekat dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Masih menurut Moeljono, bahwa dalam
konteks pemberdayaan sumberdaya manusia, agar menghasilkan karyawan yang
profesional dengan integritas yang tinggi, diperlukan adanya acuan baku yang
diberlakukan oleh suatu perusahaan. Acuan baku tersebut adalah budaya korporat
yang secara sistematis menuntun para karyawan untuk meningkatkan komitmen
kerjanya bagi perusahaan.
Atmosoeprapto (2000) menyatakan bahwa budaya perusahaan atau corporate
culture mempunyai pengertian sebagai aturan main yang ada di dalam perusahaan
yang akan menjadi pegangan dari sumberdaya manusianya dalam menjalankan
kewajibannya dan nilai-nilai berperilaku di dalam organisasi tersebut.
Budaya perusahaan juga disebut budaya kerja karena tidak dapat dipisahkan
dengan kinerja (performance) sumberdaya manusia; semakin kuat budaya
perusahaan diterapkan oleh karyawan, maka akan semakin kuat pula dorongan untuk
berprestasi. Atmosoeprapto (2000) lebih jauh menjelaskan bahwa dengan
meningkatnya kinerja karyawan (sumberdaya manusia) yang ditunjang oleh sistem
9
manajemen yang partisipatif dan dukungan iklim kerja yang kondusif, akan
menjadikan perusahaan sebagai tempat yang nyaman dan pekerjaan menjadi lebih
menyenangkan. Dengan demikian akan terciptalah budaya kerja atau budaya
perusahaan. Filosofi dan misi perusahaan harus disosialisasikan agar dihayati oleh
seluruh sumberdaya manusia dalam perusahaan dan ini akan menjadi katalisator
terbentuknya budaya perusahaan.
Susanto (1997) mengemukakan bahwa budaya perusahaan merupakan hal
yang sangat kompleks. Oleh karena itu budaya perusahaan mempunyai beberapa
karakteristik sebagai wujud keberadaannya. Karakteristik inti budaya perusahaan
tersebut adalah : inisiatif individual, toleransi terhadap resiko, arahan, integrasi,
dukungan manajemen, pengawasan, identitas, sistem penghargaan, toleransi terhadap
konflik dan pola komunikasi. Dari masing-masing karakteritik tersebut dapat
dijadikan ukuran kekuatan dari setiap organisasi dalam mencapai tujuannya dan
dijadikan sebagai patokan sumberdaya manusia dalam memandang perusahaan
sebagai tempat mereka bekerja.
Menurut pendapat Schein (1985) dalam Moeljono (2004), budaya perusahaan
mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu terhadap organisasi-organisasi lain. Di sisi lain, budaya
perusahaan juga sering dimaknakan sebagai filosofi dasar memberikan arahan bagi
kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan (Robbins, 1994).
Budaya perusahaan merupakan aplikasi budaya organisasi terhadap
perusahaan. Dalam kondisi tertentu, temuan-temuan kajian budaya organisasi dapat
berlaku untuk budaya organisasi, tetapi temuan-temuan budaya perusahaan tidak
semuanya berlaku pada budaya organisasi. Budaya organisasi meliputi budaya
organisasi perusahaan, budaya organisasi publik dan budaya organisasi sosial
(Ndraha, 1997).
Budaya perusahaan yang dibentuk dari faktor-faktor yang terkandung dalam
perusahaan menurut Susanto (1997) sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen kunci
yang cukup dominan, yaitu :
1. Lingkungan usaha.
Perusahaan menghadapi berbagai perbedaan masalah di dalam lingkungan usaha,
seperti pengaruh produk, pesaing, pelanggan, teknologi, pengaruh pemerintah
10
dan sebagainya dimana perusahaan harus mampu mencapai kesuksesan usaha.
Lingkungan usaha merupakan salah satu elemen yang berpengaruh cukup kuat
dalam pembentukan budaya perusahaan.
2. Nilai-nilai
Elemen nilai merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu organisasi
dengan menitikberatkan pada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan. Hal
ini menjadi standar pencapaian prestasi di dalam organisasi.
3. Kepahlawanan
Elemen ini dimanfaatkan untuk mengajak seluruh sumberdaya manusia
mengikuti nilai-nilai budaya yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang
ditunjuk perusahaan sebagai tokoh panutan.
4. Upacara atau tata cara
Upacara tertentu seperti penyerahan penghargaan bagi karyawan menjadi suatu
elemen budaya tersendiri bagi perusahaan. Dalam kegiatan yang bersifat ritual
ini, yang menjadi ukuran kekuatan budaya adalah frekuensi dan rutinitas acara
tersebut.
5. Jaringan kultural
Secara informal dapat dikatakan sebagai jaringan komunikasi di dalam
perusahaan yang dapat dijadikan sebagai ”pembawa atau penyebar” nilai-nilai
budaya perusahaan.
Budaya perusahaan yang kuat akan membantu perusahaan memberikan kepastian
bagi seluruh sumberdaya manusia untuk berkembang bersama perusahaan dan
bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan,
walaupun tingkat persaingan dari masing-masing individu sangat bervariasi. Budaya
perusahaan yang lemah tidak akan mampu memberikan dorongan kepada karyawan
untuk mempunyai keinginan maju bersama perusahaan.
Susanto (1997) berpendapat bahwa perubahan budaya dapat juga
memperlemah budaya yang sudah ada sebelumnya. Perubahan budaya merupakan
perilaku kerja dan pola kerja yang sebenarnya dari seluruh anggota organisasi.
Perusahaan memperhatikan banyak faktor yang berpengaruh pada proses perubahan
budaya dan faktor yang paling dominan yaitu dana dan waktu.
11
Moeljono
(2004)
mendefinisikan
budaya
perusahaan
sebagai
suatu
karakteristik dalam suatu organisasi atau perusahaan, yang meliputi nilai, norma,
peraturan dan iklim perusahaan, serta kepemimpinan (leadership). Karena budaya
perusahaan dibentuk dari atas ke bawah dan sebaliknya, maka kualitas manajemen
sangat perlu diperhatikan, mengingat karyawan akan bercermin pada sikap dan
tingkah laku serta kemampuan atasannya. Selain itu, serikat pekerja yang merupakan
organisasi karyawan, hendaknya mampu bersikap sebagai wakil untuk menyalurkan
semua aspirasi karyawan dalam menentukan suatu kebijakan di perusahaan.
Robbins (1994) mengemukakan bahwa budaya yang kuat dicirikan oleh nilai
inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan
bersama secara luas maka banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui
jajaran tingkat kepentingannya dan merasa terikat kepadanya maka makin kuat
budaya tersebut. Budaya perusahaan yang kuat juga berkaitan dengan kinerja
organisasi yang tinggi.
Robbins dalam Moeljono (2004) memberikan tujuh karakteristik budaya
organisasi sebagai berikut: (1) Inovasi dan keberanian mengambil resiko (innovation
and risk taking), (2) Perhatian terhadap detail (attention to detail), (3) Berorientasi
kepada hasil (outcome orientation), (4) Berorientasi kepada manusia (people
orientation), (5) Berorientasi tim (team orientation), (6) Agresif (aggressiveness) dan
(7) Stabil (stability).
Budaya perusahaan disebut juga budaya kerja karena tidak dapat dipisahkan
dengan kinerja atau performance sumberdaya manusia, semakin kuatnya budaya
perusahaan
maka
akan
semakin
kuat
pula
dorongan
untuk
berprestasi
(Atmosoeprapto, 2000). Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa dengan meningkatnya
kinerja karyawan (sumberdaya manusia) yang ditunjang oleh sistem manajemen
yang partisipatif dan dukungan iklim kerja yang kondusif atau menjadikan
perusahaan sebagai tempat yang nyaman dan pekerjaan menjadi
lebih
menyenangkan. Budaya kerja atau budaya perusahaan merupakan filosofi dan misi
perusahaan disosialisasikan dan dihayati oleh seluruh sumberdaya manusia dalam
perusahaan dan hal tersebut akan menjadi katalisator terbentuknya budaya
perusahaan.
12
Triguno dalam Hidayah (2005) berpendapat bahwa melaksanakan budaya
kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena akan mengubah sikap dan perilaku
sumberdaya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam
menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang di dapat antara lain sebagai berikut
menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan
komunikasi,
keterbukaan,
kebersamaan,
kegotongroyongan,
kekeluargaan,
menemukan kesalahan dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan
perkembangan dari luar, mengurangi laporan berupa data-data dan informasi yang
salah dan palsu.
Menurut Setiono (1996), budaya perusahaan berfungsi untuk :
1. Menciptakan suatu identitas bersama bagi para anggota organisasi perusahaan
yang pada gilirannya akan ikut membangun komitmen bersama kepada
perusahaan.
2. Membantu
memelihara
stabilitas
dan
integritas,
di
lain
pihak
terus
mengembangkan dinamika serta diferensiasi dalam perusahaan.
3. Menjadi pembentuk perilaku organisasi perusahaan yang dapat membantu para
anggota untuk membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, oleh karena itu
budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai pengkoordinasian berbagai kegiatan
anggota organisasi perusahaan agar menjadi lebih efektif dan efisien, sebagai
suatu keseluruhan tindakan perusahaan.
Manfaat
dari
pemahaman
budaya
perusahaan
diharapkan
mampu
menciptakan irama kerja yang konsisten, mendorong pencapaian prestasi kerja
(produktivitas) karyawan. Selain meningkatkan produktivitas kerja, budaya
perusahaan juga memberikan arah dan
pedoman berperilaku serta mempunyai
kesatuan langkah dan visi dalam tugasnya. Namun yang perlu diperhatikan oleh
pihak manajemen adalah perubahan perilaku dan sebaiknya budaya perusahaan
dimulai dari tingkatan pimpinan puncak (Hayani, 2002).
Komunikasi Organisasi
Komunikasi adalah proses yang digunakan oleh manusia dalam usaha untuk
mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik (Stoner et al., 1996). Dari arti
tersebut dapat ditarik tiga hal penting, yaitu bahwa komunikasi melibatkan orang dan
13
memahami komunikasi termasuk mencoba memahami cara manusia saling
berhubungan; bahwa komunikasi termasuk kesamaan arti sehingga mereka yang
berkomunikasi harus menyetujui definisi istilah yang digunakan bersama; bahwa
komunikasi merupakan simbol, berupa gerak tubuh, suara, huruf, angka dan katakata yang dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk
dikomunikasikan.
Menurut Nawangsari (1997), komunikasi adalah penyampaian informasi dan
pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi dapat dikatakan berhasil
jika timbul saling pengertian, yaitu jika pengirim dan penerima informasi dapat
memahaminya. Hal ini bukan berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui
gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama
memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah baru dikatakan
komunikasi telah berhasil dengan baik.
Komunikasi dalam organisasi tidak hanya merupakan proses yang membuat
organisasi dapat berjalan, tetapi juga merupakan alat memfungsikan organisasi dalam
mencapai tujuannya. Oleh karena itu, komunikasi dalam konteks organisasi akan
memiliki ciri yang membuatnya berbeda dengan proses-proses komunikasi dalam
konteks yang lainnya (Agung, 2001). Lebih jauh, Agung mengatakan bahwa definisi
komunikasi organisasi adalah proses pertukaran informasi dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi dalam
mengembangkan hubungan yang evolusioner, dipengaruhi budaya dalam lingkungan
yang dirancang untuk dapat dikelola, sehingga terjadi kerjasama, perilaku yang
berorientasi kepada tujuan.
Persepsi Redding dan Sanborn (1972) dalam Muhammad (2004) bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Goldhaber (1986) dalam Muhammad (2004) memberikan
definisi komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Lebih lanjut Muhammad (2004) mengemukakan bahwa untuk melihat
komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan pendekatan makro,
mikro dan individual. Pendekatan makro memandang organisasi sebagai suatu
14
struktur global yang berinteraksi dengan lingkungan dalam bentuk memproses
informasi, beradaptasi dengan lingkungan, integritas dengan organisasi lain dan
penentuan tujuan. Pendekatan mikro terfokus pada komunikasi dalam unit dan sub
unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah
komunikasi antar anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan
latihan, komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok,
komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam supervisi dan
pengarahan kerja, serta komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam
sebuah organisasi. Sedangkan pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku
komunikasi individu dalam organisasi. Bentuk komunikasi ini di antaranya berbicara
dalam kelompok, berinteraksi dalam rapat, menulis surat dan memperdebatkan
usulan.
Handoko (2001) mengatakan bahwa efektivitas dalam komunikasi organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor khusus, yaitu: (1) saluran komunikasi formal, (2)
struktur wewenang organisasi, (3) spesialisasi jabatan dan (4) kepemilikan informasi.
Saluran-saluran komunikasi dalam organisasi, yaitu komunikasi vertikal, komunikasi
lateral dan komunikasi diagonal. Komunikasi vertikal dibedakan menjadi komunikasi
ke bawah (downward communication) dan komunikasi ke atas (upward
communication). Komunikasi ke bawah dimulai dari manajemen puncak kemudian
mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini
dan personalia paling bawah. Maksud utama dari komunikasi ke bawah adalah untuk
memberikan pengarahan, informasi, instruksi, saran dan penilaian kepada bawahan
serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan
kebijaksanaan organisasi. Komunikasi ke atas adalah untuk menyuplai informasi
kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah.
Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan dan
permintaan untuk diberikan keputusan. Komunikasi lateral atau sering juga disebut
komuniasi horizontal meliputi hal-hal berikut ini: (1) komunikasi di antara para
anggota dalam kelompok kerja yang sama, (2) komunikasi yang terjadi di antara
departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama. Bentuk komunikasi
lateral ini bersifat koordinatif dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi
organisasi. Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara
15
menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil
hubungan-hubungan departemen lini dan staf.
Purwanto (2003) mengemukakan bahwa saluran komunikasi formal adalah
cara komunikasi yang didukung dan mungkin dikendalikan manajer. Komunikasi
formal sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi dan pola wewenang dalam suatu
perusahaan. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan
kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, komunikasi formal dapat
dibedakan menjadi empat tipe, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari
bawah ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
a. Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi dari atas ke bawah dimulai dari manajemen puncak dan terus
mengalir melewati tingkat manajemen ke karyawan lini dan pekerja biasa.
Komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk lisan maupun tulisan.
Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal
antara penyelia dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan
kelompok. Komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk tulisan seperti memo,
manual pelatihan, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman,
buku petunjuk karyawan maupun buletin.
Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), tujuan pokok dari
komunikasi dari atas ke bawah adalah : Untuk memberikan pengarahan atau instruksi
kerja tertentu, memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan,
memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional, memberikan
umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan dan menyajikan informasi
mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian
tentang tujuan yang ingin dicapai.
b. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan bahwa arus informasi mengalir dari
bawahan menuju ke atasan. Sebagai contoh misalnya informasi mula-mula
berasal dari para karyawan, selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke
manajer produksi dan akhirnya ke manajer umum. Komunikasi dari bawah ke
atas merupakan proses penyampaian gagasan, ide atau saran dan pandangan
bawahan kepada atasan.
16
c. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal dapat terjadi antara pejabat atau karyawan yang sejajar
atau sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain
untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada
bagian atau departemen yang memiliki hubungan sejajar. Komunikasi tipe ini
menjadi penting ketika masing-masing departemen atau bagian dalam suatu
organisasi memiliki tingkat ketergantungan yang cukup besar.
d. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal bentuknya agak berbeda dari tipe komunikasi sebelumnya.
Komunikasi ini melibatkan dua tingkat organisasi yang berbeda. Contohnya
adalah komunikasi antara manajer produksi dengan bagian pabrik atau antara
manajer produksi dengan bagian akuntansi. Bentuk komunikasi diagonal
memiliki beberapa keuntungan antara lain : penyebaran informasi menjadi lebih
cepat daripada bentuk komunikasi tradisional; membantu individu dari berbagai
bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Lesikar dalam Stoner et al. (1996) menguraikan empat faktor yang
mempengaruhi keefektifan komunikasi organisasi, yaitu :
a. Saluran komunikasi formal
Saluran komunikasi formal mempengaruhi keefektifan komunikasi dalam dua
hal. Pertama, saluran komunikasi formal mencakup jarak yang selalu bertambah
panjang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Kedua,
saluran komunikasi formal dapat menghambat arus bebas informasi antar tingkat
dalam organisasi. Pembatasan yang dapat diterima dalam saluran komunikasi ini
mempunyai keuntungan seperti menjaga manajer tingkat tinggi agar jangan
sampai mendapat informasi terlalu banyak, dan juga kerugian seperti terkadang
membuat manajer tingkat tinggi tidak mendapat informasi yang seharusnya dia
ketahui.
b. Struktur wewenang
Struktur wewenang mempunyai pengaruh serupa pada keefektifan komunikasi.
Perbedaan status dan kekuasaan dalam organisasi membantu menentukan siapa
yang akan berkomunikasi dengan enak kepada siapa. Isi dan akurasi komunikasi
juga akan dipengaruhi oleh perbedaan wewenang. Misalnya, biasanya
17
percakapan antara seorang direktur utama perusahaan dan karyawan administrasi
akan dicirikan dengan formalitas yang dibuat-buat.
c. Spesialisasi pekerjaan
Spesialisasi pekerjaan biasanya mempermudah komunikasi dalam kelompok
yang berbeda-beda. Anggota kelompok kerja yang sama biasanya mempunyai
istilah, pandangan mengenai waktu, sasaran, tugas dan gaya pribadi yang sama.
Komunikasi antar kelompok yang jauh berbeda pada umumnya akan terhambat.
d. Kepemilikan informasi
Hal ini berarti bahwa individu mempunyai informasi yang unik dan pengetahuan
mengenai pekerjaan mereka. Informasi seperti ini adalah semacam kekuasaan
bagi individu yang memilikinya dan biasanya mereka enggan untuk membagi
informasinya dengan orang lain. Mereka dapat berfungsi lebih efektif daripada
rekan-rekan setingkatnya sehingga gap tersebut membuat komunikasi yang
terbuka dalam organisasi tidak terjadi.
Karakteristik Individu
Menurut Soedirman (1986), karakteristik individu merupakan keseluruhan
pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan
dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam meraih apa
yang telah menjadi tujuan dan cita-citanya.
Newcomb et al. (1978) mendefinisikan karakteristik individu sebagai ciri-ciri
atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir,
pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungan hidup individu tersebut. Karakteristik
individu sering dibedakan atas dasar umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
sosial ekonomi serta bangsa dan agama.
Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, umur, kebangsaan, taraf hidup,
pengalaman, pendidikan, kesukaan atau kesenangan, agama, kepercayaan dan lainlain. Karakteristik tersebut akan dibawa ke dalam pekerjaan sehingga menimbulkan
berbagai maksud, tujuan, kepentingan, kebutuhan, kesukaan, kesetiaan, kesusahan,
kegemaran, kecakapan, kemampuan kerja dan lain-lain (Zainun, 1989).
Robbins (1994) menyatakan bahwa karakteristik biografis merupakan salah
satu variabel tingkat individual yang dapat memberikan dampak pada kinerja dan
18
kepuasan karyawan. Variabel karakteristik biografis tersebut antara lain meliputi :
usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan keluarga dan masa
kerja dalam organisasi.
Lionberger dan Gwin (1982) lebih jauh berpendapat bahwa karakteristik
individu adalah faktor personal yang perlu diperhatikan oleh seseorang peneliti
antara lain umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologis. Karakteristik
psikologis yang dimaksud adalah rasionalitas, fleksibilitas mental, dogmatisme,
orientasi pada usaha sebagai bisnis dan kemudahan menerima inovasi.
Individu sebagai anggota suatu kelompok memiliki berbagai karakteristik
yang sangat berpengaruh terhadap kelompoknya. Karakteristik individu seperti latar
belakang, etika kerja, pola berpikir, usia dan jenis kelamin tentu mempengaruhi
persepsi seseorang mengenai produktivitas kerja (Fraser, 1992).
Perilaku individu merupakan suatu fungsi dari integrasi antara individu
dengan lingkungannya. Setiap individu memiliki karakteristik tertentu jika ia berada
dalam suatu lingkungan. Demikian pula dengan organisasi, organisasi memiliki
karakteristik sendiri yang umumnya berupa aturan-atruran yang diwujudkan dalam
susunan hierarki, pekerja ataupun tugas-tugas lainnya. Apabila karakteristik individu
berintegrasi dengan karakteristik organisasi, maka akan terbentuk perilaku individu
dalam organisasi (Umar, 1999).
Lain halnya dengan Hasibuan (2001) yang berpendapat bahwa sumberdaya
manusia adalah kemampuan terpadu dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku
dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi
kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Stoner dan Freeman (1992) menyatakan bahwa sumberdaya manusia sangat
penting dalam suatu perusahaan. Mereka harus membentuk satuan kerja dan satuan
kerja itu pula yang secara fungsional bertanggungjawab dalam melakukan berbagai
kegiatan dan mengambil langkah dalam manajemen sumberdaya manusia.
19
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini merupakan kasus pada kantor pusat PT. Madu Pramuka yang
berlokasi di Komplek Wiladatika, Cibubur-Jakarta Timur. Perusahaan ini dipilih
secara sengaja (purposive) sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sudah cukup lama eksis di
bidangnya, sehingga diharapkan dapat mendukung terlaksananya penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2006.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja pada
kantor pusat PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur. Tidak terdapat sampel
dalam penelitian karena responden penelitian ditentukan dengan metode sensus.
Responden penelitian ini berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 10 kepala seksi dan
40 staf.
Desain Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
menggunakan
desain
deskriptif
korelasional. Desain ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan perusahaan secara
umum dan untuk melihat hubungan antara variabel bebas, variabel antara dan
variabel terikatnya. Variabel bebas yang dimaksud adalah karakteristik individu
(karyawan), variabel antara adalah aktivitas komunikasi organisasi dan variabel
terikat adalah penghayatan budaya perusahaan.
Data dan Instrumentasi
Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui pengisian
kuesioner meliputi data karakteristik responden, aktivitas komunikasi organisasi
perusahaan dan penghayatan budaya perusahaan. Data sekunder meliputi berbagai
20
sumber yang mendukung penelitian ini yang terdiri dari studi literatur dan data
gambaran umum perusahaan.
Instrumen
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa
kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner penelitian
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama digunakan untuk mengetahui karakteristik
karyawan, bagian kedua untuk mengetahui aktivitas komunikasi organisasi pada
perusahaan dan bagian ketiga untuk mengetahui penghayatan karyawan terhadap
budaya perusahaan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama 04 September sampai 04 Oktober 2006
terhadap karyawan di PT. Madu Pramuka yang berlokasi di Komplek Wiladatika,
Cibubur-Jakarta Timur.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Analisis deskriptif
untuk menganalisis data mengenai karakteristik individu,
aktivitas komunikasi organisasi dan penghayatan budaya perusahaan yang
diarahkan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan
presentase, frekuensi, mean dan rataan skor.
2. Analisis hubungan yang digunakan untuk mengukur hubungan antara berbagai
variabel penelitian yang meliputi :
a. Uji korelasi rank Spearman, digunakan untuk menganalisis hubungan
variabel dalam skala ordinal dengan rumus sebagai berikut :
21
n
гs =
6∑ di 2
i =1
(
)
n n2 − 1
Keterangan :
гs = koefisien korelasi rank Spearman
di = beda antara dua variabel berpasangan
n = jumlah responden
1 dan 6 = bilangan koefisien
b. Uji Chi-square, untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam skala
nominal dengan rumus sebagai berikut :
χ2 =
R
K
I =1
J =1
∑∑
(Qij − Eij ) 2
Eij
Keterangan :
χ2
= hasil chi quadrat
Qij = jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris kei kolom ke-j
Eij = jumlah kasus yang diharapkan di bawah Ho untuk dikategorikan ke
dalam baris ke-i kolom ke-j
i
= jumlah kolom
j
= jumlah baris
Analisis keeratan hubungan pada uji Chi-square dilakukan dengan
menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :
22
Uji korelasi rank Spearman maupun Chi-square diolah dengan menggunakan
program SPSS 13.0 for window. Nilai dari uji korelasi rank Spearman dan koefisien
kontingensi dilihat tingkat keeratan hubungan sebagai berikut :
0,001 – 0,200 : Sangat lemah
0,201 – 0,400 : Lemah
0,401 – 0,600 : Cukup kuat
0,601 – 0,800 : Kuat
0,801 – 1,000 : Sangat kuat
(Budi, 2006)
Definisi Operasional
1. Aktivitas Komunikasi Organisasi adalah frekuensi aktivitas komunikasi yang
dilakukan oleh anggota organisasi dengan sesamanya menurut arah komunikasi
yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.
a. Komunikasi ke atas adalah frekuensi aktivitas komunikasi yang mengalir
dari tingkatan manajemen bawah ke tingkatan manajemen di atasnya yang
mencakup laporan, usul, bertanya atau meminta pendapat, keluhan atau
masalah-masalah di luar pekerjaan.
b. Komunikasi ke bawah adalah frekuensi aktivitas komunikasi yang mengalir
dari tingkatan manajemen atas ke tingkatan manajemen di bawahnya yang
mencakup perintah/instruksi, informasi, pengarahan, saran, penilaian atau
masalah-masalah di luar pekerjaan.
c. Komunikasi horizontal adalah frekuensi aktivitas komunikasi yang mengalir
di antara karyawan yang berada pada tingkatan manajemen yang sama yang
mencakup koordinasi, saran dan kritik, meminta bantuan, informasi atau
masalah-masalah di luar pekerjaan.
2. Penghayatan Budaya Perusahaan adalah pemahaman penerimaan karyawan
terhadap nilai-nilai dan aturan main dalam perusahaan serta kemauan untuk
menggunakannya sebagai pegangan karyawan dalam menjalankan kewajibannya
dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasi. Variabel ini di ukur dengan
skala ordinal dengan item-item sebagai berikut:
a. Inisiatif Individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan dan
independensi yang dipunyai karyawan.
23
b. Toleransi Terhadap Resiko adalah tingkat sejauhmana karyawan dianjurkan
untuk bertindak lebih agresif, inovatif dan mengambil resiko.
c. Arahan adalah tingkat sejauhmana perusahaan menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan mengenai prestasi karyawan.
d. Integrasi adalah tingkat sejauhmana unit-unit dalam organisasi didorong
untuk bekerja dengan cara terkoordinasi.
e. Dukungan Manajemen adalah tingkat sejauhmana atasan memberi
komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan.
f. Pengawasan adalah tingkat sejauhmana pengawasan langsung digunakan
untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.
g. Identitas adalah tingkat sejauhmana para karyawan mengidentifikasi dirinya
secara keseluruhan dengan perusahaan.
h. Sistem Penghargaan adalah tingkat sejauhmana alokasi penghargaan
didasarkan atas kriteria prestasi karyawan.
i. Toleransi Terhadap Konflik adalah tingkat sejauhmana para karyawan
didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
j. Pola Komunikasi adalah tingkat sejauhmana komunikasi organisasi dibatasi
oleh hirarki kewenangan yang formal.
3. Karakteristik Karyawan adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang
individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap
lingkungan perusahaan tempatnya bekerja.
a. Umur adalah tingkat usia biologis karyawan pada saat penelitian dilakukan.
Variabel ini diukur dengan skala rasio dalam satuan tahun.
b. Jenis kelamin adalah pengelompokan antara karyawan pria dan wanita.
Variabel ini diukur dengan skala nominal.
c. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah
diikuti oleh karyawan. Variabel ini diukur dengan skala nominal dengan
kategori : SD, SMP, SMA, Diploma/Sarjana.
d. Jabatan adalah kedudukan karyawan dalam hirarki struktur organisasi
perusahaan pada saat penelitian dilakukan. Variabel ini diukur dengan skala
nominal dengan kategori kepala seksi dan staf.
24
e. Masa kerja adalah lamanya karyawan bekerja pada perusahaan pada saat
penelitian dilakukan. Variabel ini diukur dengan skala rasio dalam satuan
tahun.
f. Penghasilan adalah pendapatan yang diterima oleh karyawan dari
perusahaan setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan skala rasio dalam
satuan rupiah.
25
KEADAAN UMUM LOKASI
Sejarah Perusahaan
Gagasan pendirian Apiari Pramuka pertama kali dicetuskan oleh Sekretaris
Jenderal Kwartir Nasional (Kwarnas) pada tahun 1970. Gagasan tersebut dimotivasi
oleh keinginan untuk beternak lebah secara modern di Indonesia, karena masyarakat
Indonesia saat itu masih menggunakan cara-cara beternak tradisional. Sebenarnya
baik pihak pemerintah maupun swasta (Massito Apiaries dan Lembaga Apikultur
Indonesia) sudah mencoba untuk beternak lebah secara modern, namun usaha
tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hal inilah yang melatarbelakangi
gerakan Pramuka untuk membantu pemerintah dalam usaha merintis kembali
peternakan lebah secara modern. Workshop mengenai peternakan lebah yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1970 ternyata memberikan hasil
berupa usulan pembentukan suatu badan yang menampung segala aktivitas
peternakan lebah di lingkungan gerakan Pramuka. Maka dari itu, terbentuklah unit
usaha di Pramuka yang disebut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka.
Perkembangan selanjutnya yaitu di awal tahun 2004, Kepala Unit Pusat
Perlebahan Apiari Pramuka mengajukan usul kepada Ketua Kwarnas untuk
mengubah bentuk unit usaha menjadi Perseroan Terbatas (PT). Usulan perubahan
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan unit Pusat Perlebahan Apiari Pramuka
untuk menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan lain. Akhirnya pada tanggal 23
Februari 2005, unit usaha Pusat Perlebahan Apiari Pramuka resmi berganti nama
menjadi PT. Madu Pramuka. Perubahan ini diresmikan oleh Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka dengan No. SIUP 01966/13-1.824.51 dan memiliki tiga orang
komisaris yang berasal dari Kwarnas.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Madu Pramuka terdiri dari beberapa bagian yang
masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Direktur
sebagai
pimpinan
PT.
Madu
Pramuka
masih
tetap
bertanggung
jawab
terhadap Kwarnas selaku dewan komisaris perusahaan.
26
Direktur dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh staf ahli dan
sekretaris, serta membawahi sebelas kepala seksi, yaitu seksi pemasaran indoor,
seksi pemasaran outdoor daerah Jakarta, daerah Jawa Barat, daerah Banten, seksi
apitherapy/pengobatan sengatan,
seksi pelatihan, seksi umum, seksi personalia,
seksi keuangan, seksi keamanan serta seksi gudang dan pengemasan. Setiap seksi
memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.
Seksi pemasaran indoor mempunyai tugas untuk mengelola kedai penjualan produk
PT. Madu Pramuka. Saat ini terdapat lima kedai indoor, yaitu di Cibubur, Gringsing,
Sukabumi, Tangerang dan Yogyakarta. Seksi pemasaran outdoor mempunyai tugas
untuk mendapatkan konsumen-konsumen baru di luar kedai dengan cara
menawarkan produk ke apotik, restoran, industri, dan tempat-tempat usaha lainnya.
Seksi pelatihan mempunyai tugas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
tentang budidaya ternak lebah madu kepada masyarakat umum yang ingin belajar
atau ingin menjadi peternak lebah madu. Seksi apitherapy mempunyai tugas untuk
melayani masyarakat umum yang menginginkan pengobatan alternatif dengan cara
disengat lebah madu. Seksi gudang dan pengemasan bertugas mengemas madu
menjadi produk yang siap dikonsumsi oleh konsumen.
Direktur sebagai pimpinan pusat perusahaan langsung membawahi kepala
atau penanggung jawab cabang. Kebijakan asas desentralisasi diambil oleh direktur
untuk pengelolaan kantor cabang. Hal ini berarti kantor cabang diberi wewenang dan
tanggung jawab penuh dalam segala keputusan dan kebijakan untuk mengatur dan
mengelola unit usahanya masing-masing dengan mandiri. Pembagian tugas dan
wewenang di PT. Madu Pramuka secara lebih jelas dapat lihat pada Gambar 2.
27
DIREKTUR
Staf Ahli
Sekretaris
BAGIAN
PRODUKSI
BAGIAN
MARKETING
Kasi. Gudang
Out
door
Kasi.
Jakarta
Kasi.
Jabar
Kasi.
Indoor
BAGIAN
PELATIHAN
BAGIAN
KEUANGAN
Kasi. Pelatihan
Kasi. Keuangan
Kasi.
Apitherapy
BAGIAN
UMUM
Kasi.
Umum
Kasi.
Personalia
Kasi.
Keamanan
Kasi.
Banten
S
T
A
F
Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. Madu Pramuka, CibuburJakarta Timur
Misi, Landasan dan Semboyan Kerja
PT. Madu Pramuka memiliki misi, landasan dan semboyan kerja sebagai
tujuan yang ingin dicapai bersama, yaitu sebagai berikut :
1. Misi Kerja (4K)
a. bekerja untuk Kwarnas (membantu dana gerakan Pramuka)
b. bekerja untuk kantor (membangun kantor)
c. bekerja untuk karyawan (mensejahterakan karyawan)
d. bekerja untuk kemasyarakatan (membantu masyarakat)
2. Landasan Kerja
a. selalu berdoa kepada Allah SWT (memohon perlindunganNya)
b. menjaga silaturahmi (internal maupun eksternal)
3. Semboyan Kerja
a. kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas
b. tulus, serius dan terus menerus
28
Ketenagakerjaan
PT. Madu Pramuka memberdayakan 77 orang karyawan (padat karya).
Terdapat 50 karyawan yang berada di kantor pusat PT. Madu Pramuka di Cibubur
Jakarta Timur, 25 karyawan di kantor Gringsing, satu orang karyawan di outlet
Sukabumi dan satu orang di outlet Tangerang. Sebagian besar karyawan yaitu
sebanyak 80 % karyawan di PT. Madu Pramuka berpendidikan SMA atau sederajat,
10 % berpendidikan S1 dan sisanya berpendidikan SMP dan SD.
Status karyawan pada PT. Madu Pramuka dibagi ke dalam empat kategori,
yaitu karyawan tetap, karyawan dalam masa percobaan, karyawan kontrak dan
karyawan perbantuan. Seluruh karyawan, baik yang sudah maupun belum diangkat,
mendapatkan gaji atau imbalan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku di
perusahaan.
29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Individu
Karakteristik individu dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang
membentuk karakter pada setiap individu. Faktor-faktor individu terdiri dari umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, jabatan, masa bekerja dan pendapatan.
Secara keseluruhan, karakteristik karyawan di kantor pusat PT. Madu Pramuka dapat
dilihat pada Tabel 1.
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 1. Karakteristik Karyawan PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur
Jumlah
Persentase
Karakteristik Individu
Kategori
Karyawan
(%)
(orang)
Umur
< 32 tahun
26
52
≥ 32 tahun
24
48
Jenis Kelamin
Pria
41
82
Wanita
9
18
Pendidikan
SD/Sederajat
1
2
SMP/Sederajat
4
8
SMA/Sederajat
32
64
Diploma/Sarjana
13
26
Jabatan
Kepala Seksi
10
20
Staff
40
80
Masa Bekerja
< 7 Tahun
33
66
≥ 7 Tahun
17
34
Pendapatan
< Rp 1,412,000,00
30
60
≥ Rp 1,412,000,00
20
40
Umur
Umur karyawan secara keseluruhan bervariasi mulai dari 18-52 tahun,
dengan rata-rata 32 tahun. Hampir seluruh karyawan di kantor pusat PT. Madu
Pramuka termasuk dalam umur optimal, sebab pada umur 30-50 tahun merupakan
umur yang optimum untuk pencapaian prestasi seseorang. Selain itu, beberapa jenis
pekerjaan lapangan yang ada di PT Madu Pramuka seperti pada seksi pemasaran
outdoor, gudang dan keamanan cenderung membutuhkan tenaga kerja yang masih
berusia relatif muda dan memiliki kondisi fisik yang masih kuat.
30
Jenis Kelamin
Distribusi karyawan berdasarkan jenis kelamin di PT. Madu Pramuka lebih
didominasi oleh karyawan pria. Karyawan pria pada PT. Madu Pramuka tercakup
terutama pada seksi marketing outdoor, keamanan, apitherapy dan gudang.
Sedangkan karyawan wanita tercakup dalam seksi marketing indoor, umum dan
keuangan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT.
Madu Pramuka untuk jenis pekerjaan lapangan lebih banyak menyerap tenaga kerja
laki-laki dari pada tenaga kerja perempuan yang lebih banyak dibutuhkan untuk
pekerjaan kantor.
Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan karyawan berdampak terhadap perubahan perilaku
seseorang, karena kegiatan belajar mengajar yang sudah diselesaikannya akan
menghasilkan penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik.
Rata-rata pendidikan formal yang diikuti oleh karyawan di PT. Madu Pramuka
adalah 12 tahun. Secara umum, karyawan di PT. Madu Pramuka telah menyelesaikan
pendidikan formal sampai tahap SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum, karyawan di PT. Madu Pramuka memiliki tingkat intelektualitas yang cukup
baik untuk memahami dan melaksanakan tugas pekerjaannya masing-masing.
Dibandingkan dengan staf, kepala seksi mempunyai tingkat pendidikan yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan staf. Keadaan ini dikarenakan kepala seksi lebih
mempunyai tuntutan kerja yang banyak membutuhkan pemikiran dan analisis lebih
tinggi dibandingkan staf yang lebih bersifat tenaga operasional.
Jabatan
Kategori jabatan pada PT. Madu Pramuka dibedakan atas kepala seksi dan
staf. Setiap kepala seksi membawahi staf yang berbeda-beda jumlahnya. Perbedaan
jumlah staf yang dibawahi oleh tiap kepala seksi ini dikarenakan kondisi dan
tuntutan yang berbeda-beda dari setiap bidang kerja. Distribusi karyawan (staf)
paling banyak yaitu pada bagian marketing outdoor. Hal ini dikarenakan bagian
marketing outdoor terdiri atas tiga seksi daerah pemasaran, yaitu Jakarta, Jawa Barat
dan Banten.
31
Masa Bekerja
Masa bekerja diukur melalui jumlah tahun lamanya melaksanakan tugas
sebagai karyawan pada PT. Madu Pramuka. Masa bekerja karyawan berkisar antara
1-36 tahun, dengan rata-rata 7 tahun. Sehubungan dengan adanya ekspansi usaha,
maka PT. Madu Pramuka banyak merekrut karyawan-karyawan baru. Oleh karena
itu, jumlah karyawan yang memiliki masa bekerja kurang dari rata-rata lebih banyak
dibandingkan dengan yang di atas rata-rata.
Penghasilan
Penghasilan karyawan di PT. Madu Pramuka berkisar antara Rp. 685.000,00Rp. 3.000.000,00 dengan rata-rata Rp. 1.412.00,00. Sistem pendistribusian gaji pada
PT. Madu Pramuka didasarkan atas tingkat pendidikan dan lama bekerja dari
masing-masing karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan ataupun lama bekerja
seorang karyawan, maka akan semakin tinggi pula gaji yang diperolehnya. Kenaikan
gaji karyawan pada PT. Madu Pramuka secara berjangka terjadi setiap dua tahun
sekali.
Penghayatan Budaya Perusahaan pada PT. Madu Pramuka,
Cibubur-Jakarta Timur
Hal-hal yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini untuk mengamati
penghayatan budaya perusahaan pada kantor pusat PT. Madu Pramuka meliputi :
inisiatif individual, toleransi terhadap resiko, arahan, integrasi, dukungan
manajemen, pengawasan, identitas, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik
dan pola komunikasi. Secara keseluruhan, karyawan PT. Madu Pramuka baik kepala
seksi maupun staf telah menghayati sebagian besar budaya perusahaannya. Seperti
dapat dilihat pada Tabel 2.
32
Tabel 2. Rataan Skor Penghayatan Budaya Perusahaan pada PT. Madu
Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur
Rataan Skor*
Penghayatan Budaya Perusahaan
Kepala Seksi
Staf
Inisiatif Individual
3,05
3,11
Toleransi Terhadap Resiko
3,77
3,77
Arahan
3,95
3,86
Integrasi
3,65
3,84
Dukungan Manajemen
3,17
3,10
Pengawasan
3,03
3,64
Identitas
3,60
3,69
Sistem Penghargaan
3,13
3,02
Toleransi Terhadap Konflik
3,33
3,21
Pola Komunikasi
2,93
2,96
Total Rataan Skor
3,36
3,42
* : 1=tidak menghayati, 2=menghayati sebagian kecil, 3=menghayati sebagian besar, 4=menghayati
Rataan skor penghayatan budaya perusahaan di PT. Madu Pramuka yang
tertinggi yaitu pada aspek arahan. Hal ini dikarenakan setiap kepala seksi sangat
bertanggung jawab untuk mengontrol kinerja para stafnya agar sesuai dengan target
atau tenggat waktu penyelesaian pekerjaan. Penghayatan budaya perusahaan yang
paling rendah adalah sistem penghargaan dan pola komunikasi. Sebagian besar
karyawan berpendapat bahwa mereka tidak puas dengan sistem pendistribusian gaji
yang diberlakukan oleh perusahaan. Selain itu pihak perusahaan juga sangat jarang
memberikan reward kepada karyawan. Karyawan yang berada pada level staf jarang
dapat berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak melalui forum-forum
diskusi dengan direktur perusahaan sehingga mereka merasa kurang memiliki
kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi.
Inisiatif Individual
Terlihat pada Tabel 2 bahwa inisiatif individual karyawan, baik kepala seksi
maupun staf pada PT. Madu Pramuka sudah sebagian besar dihayati. Hal ini
menunjukkan bahwa karyawan telah memahami dengan baik mengenai tanggung
jawab yang diharapkan maupun kebebasan yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini
terlihat dari perilaku kerja karyawan yang sudah dapat mempertanggungjawabkan
sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan. Di samping itu, karyawan juga
33
sangat bersungguh-sungguh terhadap pekerjaan walaupun memiliki kebebasan yang
cukup besar dalam melaksanakannya.
Toleransi Terhadap Resiko
Secara umum seluruh karyawan di PT. Madu Pramuka telah menghayati
toleransi terhadap resiko. Keadaan ini direfleksikan dari sikap karyawan yang telah
memahami bahwa mereka dituntut oleh perusahaan untuk inovatif dan berani
mengambil resiko dalam bekerja. Karyawan pada umumnya berani untuk
berimprovisasi agar pekerjaan mereka menjadi lebih efisien. Walaupun dalam setiap
improvisasi terdapat resiko gagal, namun karyawan siap untuk menanggungnya dan
bersedia menerima sanksi apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Arahan
Arahan diberikan oleh atasan kepada bawahannya. Karyawan di PT. Madu
Pramuka telah menghayati arahan yang diberikan oleh atasannya. Hal ini berarti
karyawan PT. Madu Pramuka telah mengetahui, memahami serta mewujudkan
arahan sebagai salah satu nilai dari budaya perusahaan. Hampir seluruh karyawan
mengaku bahwa mereka sangat memahami target atau tenggat penyelesaian
pekerjaannya dan hasil pekerjaan yang seperti apa yang diharapkan oleh perusahaan.
Kondisi ini dikarenakan setiap kepala seksi mendistribusikan informasi dengan jelas
kepada stafnya. Selain itu, setiap kepala seksi juga mengontrol setiap hari kinerja
stafnya agar pekerjaan selesai tepat waktu.
Integrasi
Unit-unit organisasi yang ada dalam PT. Madu Pramuka meliputi direktur,
kepala seksi dan staf. Agar dapat berkoordinasi dengan baik, maka hubungan kerja
yang baik pula harus terjalin. Secara umum, hubungan kerja seluruh anggota
organisasi perusahaan telah terjalin dengan baik. Hubungan kepala seksi dengan staf
lebih baik jika dibandingkan dengan hubungan direktur dengan staf. Hal ini
dikarenakan frekuensi komunikasi staf dengan kepala seksinya jauh lebih sering
daripada dengan direktur. Tetapi secara keseluruhan, integrasi dalam budaya
34
perusahaan telah dihayati oleh karyawan. Hal ini dapat diartikan bahwa hampir
seluruh karyawan telah mengetahui, memahami serta mewujudkan integrasi yang
baik dalam perusahaan. Hampir seluruh karyawan dapat dan bersedia untuk
bekerjasama dalam satu tim kerja. Selain itu, koordinasi antar seksi juga sudah
berlangsung dengan baik.
Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen yang luas akan mempengaruhi semangat karyawan
dalam bekerja. Apabila para karyawan menemui kesulitan dalam pekerjaannya
kemudian dibantu oleh atasan ataupun sesama rekan kerja, hal itu akan membuat
mereka merasa didukung dan diperhatikan. Sehingga beban pekerjaan yang sulit
akan menjadi lebih ringan. Dukungan manajemen dalam budaya perusahaan di PT.
Madu Pramuka sudah sebagian besar dihayati baik oleh kepala seksi maupun staf.
Hal ini berarti para karyawan telah memahami dengan baik seperti apa dukungan
manajemen yang ada dalam perusahaan. Di samping itu, para karyawan mengaku
bahwa mereka sebagian besar memperoleh informasi-informasi mengenai kebijakan
perusahaan sehingga lebih membantu dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
Pengawasan
Pengawasan ini dilaksanakan untuk mengawasi kinerja karyawan sehari-hari
dan mengendalikan perilaku karyawan. Pengawasan yang ada dalam PT. Madu
Pramuka terdiri atas pengawasan langsung dan tidak langsung. Penghayatan kepala
seksi terhadap pengawasan dalam budaya perusahaan sudah sebagian besar dihayati.
Sedangkan para staf telah menghayati pengawasan dengan lebih baik. Secara umum,
hal ini berarti seluruh karyawan telah memahami bahwa dirinya diawasi sehingga
mewujudkan usaha kerjanya yang terbaik. Tetapi, para staf mengaku lebih diawasi
kinerjanya daripada kepala seksi. Hal ini dikarenakan pengawasan secara langsung
lebih sering dilakukan oleh kepala-kepala seksi terhadap kinerja staf sehari-hari.
Dalam jangka waktu tertentu, direktur kadang-kadang melakukan peninjauan ke tiaptiap seksi. Pengawasan secara tidak langsung dilihat dari laporan-laporan tertulis
mengenai hasil-hasil pekerjaan dan juga absensi karyawan. Karyawan yang
35
menyalahi aturan perusahaan akan diberi surat teguran. Apabila sudah tiga kali
mendapat surat teguran maka perusahaan akan memutuskan hubungan kerja.
Identitas
Identitas sudah dihayati oleh para karyawan di PT. Madu Pramuka. Hal ini
dapat diartikan bahwa para karyawan telah mewujudkan identitas sebagai salah satu
nilai budaya perusahaan. Hampir seluruh karyawan mengidentifikasi dirinya dengan
perusahaan dengan sangat baik. Menurut para karyawan, mereka sangat menyukai
pekerjaan yang masing-masing mereka tekuni. Hal ini berdampak sangat baik
terhadap loyalitas karyawan terhadap pekerjaannya. Disamping itu, para karyawan
merasa bangga untuk membawa nama perusahaan dalam kehidupan sosialnya,
sehingga terdapat rasa memiliki yang tinggi oleh karyawan terhadap perusahaan.
Sistem Penghargaan
Secara umum, penghayatan nilai sistem penghargaan dari budaya perusahaan
di PT. Madu Pramuka sudah sebagian besar dihayati. Para karyawan telah
memahami bagaimana budaya sistem penghargaan di perusahaan. Namun masih ada
staf yang merasa kurang puas dengan sistem penghargaan yang ada karena
pendistribusian gaji di PT. Madu Pramuka didasarkan pada latar belakang pendidikan
dan lama bekerjanya. Direktur juga sangat jarang memberikan reward kepada
karyawan. Sedangkan kenaikan gaji berkala hanya terjadi setiap dua tahun sekali.
Toleransi Terhadap Konflik
Toleransi terhadap konflik telah sebagian besar dihayati oleh para karyawan
di PT. Madu Pramuka. Keadaan ini dapat diartikan bahwa para karyawan telah dapat
memahami untuk mentoleransi konflik-konflik yang terjadi dalam lingkungan kerja.
Konflik yang umumnya terjadi antar karyawan adalah masalah perbedaan pendapat
mengenai gaji ataupun tentang pekerjaan. Tetapi para karyawan merasa sudah cukup
memiliki kesempatan untuk menyelesaikan sendiri konflik yang terjadi secara
kekeluargaan. Di samping itu, para karyawan juga sudah cukup berani untuk
36
menyampaikan kritik secara terbuka baik kepada atasan maupun kepada sesama
karyawan.
Pola Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat esensial dalam jalannya sebuah
organisasi perusahaan. Tanpa komunikasi yang baik maka organisasi tersebut juga
tidak akan berfungsi dengan baik. Penghayatan pola komunikasi di PT. Madu
Pramuka sudah sebagian besar dihayati oleh para karyawan. Hal ini berarti para
karyawan telah memahami bagaimana pola komunikasi organisasi yang terjadi dalam
perusahaan tempatnya bekerja ini. Secara keseluruhan, komunikasi antara kepala
seksi dengan direktur jauh lebih sering dibandingkan dengan komunikasi antara staf
dengan direktur. Hal ini dikarenakan direktur tidak setiap hari datang. Selain itu,
jajaran staf juga tidak dilibatkan dalam forum-forum diskusi atau rapat yang
diadakan oleh direktur.
Aktivitas Komunikasi Organisasi pada PT. Madu Pramuka,
Cibubur-Jakarta Timur
Komunikasi Ke Atas
Komunikasi ke atas mengalir dari tingkatan manajemen bawah ke tingkatan
manajemen di atasnya (kepala seksi ke direktur; staf ke kepala seksi). Komunikasi ini
mencakup komunikasi langsung atau tatap muka, laporan tertulis maupun lisan,
menyatakan usul, bertanya atau meminta pendapat, menyatakan keluhan dan
berkonsultasi mengenai masalah-masalah di luar pekerjaan. Secara umum,
komunikasi ke atas yang dilakukan oleh kepala seksi hanya kadang-kadang
dilakukan (rataan skor 2,41). Hal ini dikarenakan direktur perusahaan jarang berada
di tempat, sehingga sangat mempengaruhi frekuensi pertemuan antara kepala seksi
dengan direktur.
Sementara itu, secara umum komunikasi ke atas yang dilakukan oleh para
staf juga sekali-sekali dilakukan (rataan skor 2,46). Ritme kerja dan kesibukan dari
kepala seksi yang berbeda setiap harinya menyebabkan anggota staf dari tiap seksi
37
tidak selalu menggunakan komunikasi tatap muka tetapi juga melalui komunikasi
tidak langsung (tertulis).
Tabel 3. Rataan Skor Komunikasi Ke Atas
Aktivitas
Komunikasi langsung/tatap muka
Laporan tertulis
Laporan lisan
Menyatakan ide/usul
Bertanya/meminta pendapat
Menyatakan keluhan/ketidakpuasan
Berkonsultasi tentang masalah diluar pekerjaan
Total Rataan Skor
Rataan Skor*
Kepala Seksi
2,90
3,20
2,60
2,60
2,60
1,90
1,10
2,41
Staf
3,28
2,83
3,03
2,30
2,48
1,85
1,48
2,46
* : 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang (1 – 2 kali/minggu)
3 = jarang (3 – 4 kali/minggu), 4=sering (>4 kali/minggu)
Sebagian besar dari kepala seksi mengaku bahwa komunikasi langsung atau
tatap muka yang mereka lakukan jarang. Hal ini dikarenakan direktur tidak setiap
hari datang ke kantor, hanya 1 – 3 kali dalam seminggu. Sebagian besar kepala seksi
juga mengaku bahwa laporan mereka, baik tertulis maupun lisan juga jarang dilihat
dan didengar oleh direktur dengan alasan yang sama. Begitu juga pada saat mereka
ingin menyampaikan usul dan meminta pendapat, direktur juga jarang berada di
tempat. Hal ini mengakibatkan kepala seksi hanya mempunyai kesempatan kadangkadang untuk menyatakan keluhan atau ketidakpuasan mereka terhadap direktur.
Dengan adanya hal ini, direktur mengambil jalan untuk membentuk tim kecil yang
fungsinya untuk menjembatani antara direktur dengan seluruh karyawan. Akan tetapi
tim kecil ini tetap tidak memiliki wewenang sepenuhnya. Di samping itu, kepalakepala seksi tidak pernah berkonsultasi mengenai masalah-masalah di luar pekerjaan.
Sebagian besar staf mengaku bahwa mereka jarang melakukan komunikasi
langsung atau tatap muka. Mereka juga mengatakan bahwa hal-hal yang
berhubungan erat dengan pekerjaan, yaitu membuat laporan tertulis maupun melapor
secara lisan serta bertanya atau meminta pendapat juga jarang dilakukan. Hal ini
dikarenakan frekuensi kerja dari kepala seksi yang berbeda-beda setiap harinya
menyebabkan komunikasi yang dilakukan para staf bukan hanya secara langsung.
Sebagian besar staf berpendapat bahwa mereka hanya kadang-kadang menyatakan
38
ide atau usul kepada kepala seksi. Hal ini terlihat dari komunikasi langsung yang
mereka lakukan kebanyakan digunakan untuk bertanya atau meminta pendapat
kepada kepala seksi mereka masing-masing. Di samping itu, para staf juga mengaku
hanya kadang-kadang menyatakan keluhan atau ketidakpuasan mereka dan
berkonsultasi tentang masalah-masalah di luar pekerjaan.
Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah mengalir dari tingkatan manajemen atas ke tingkatan
manajemen dibawahnya (kepala seksi ke staf). Aktivitas komunikasi ini mencakup
komunikasi langsung atau tatap muka, perintah/instruksi baik secara langsung
maupun tertulis, informasi mengenai kebijakan perusahaan, penilaian kinerja secara
langsung dan mengkomunikasikan tentang masalah-masalah di luar pekerjaan.
Secara umum, komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh kepala seksi jarang
dilakukan (rataan skor 3,08). Hal ini dikarenakan kesibukan dari kepala seksi yang
lebih banyak dibandingkan dengan staf mereka.
Tabel 4. Rataan Skor Komunikasi Ke Bawah
Aktivitas
Komunikasi langsung/tatap muka
Memberikan perintah langsung
Memberikan perintah tertulis
Menginformasikan peraturan dan kebijakan perusahaan
Memberikan pengarahan
Memberikan penilaian kinerja secara langsung
Mengkomunikasikan tentang masalah diluar pekerjaan
Total Rataan Skor
Rataan Skor*
Kepala Seksi
3,90
2,70
3,70
3,00
3,10
3,40
1,80
3,08
* : 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang (1 – 2 kali/minggu)
3 = jarang (3 – 4 kali/minggu), 4=sering (>4 kali/minggu)
Berdasarkan Tabel 4, seluruh kepala seksi mengaku bahwa mereka sering
melakukan komunikasi langsung atau tatap muka kepada staf-stafnya. Namun dalam
hal memberikan instruksi atau perintah, mereka lebih menyukai secara tertulis
(memo) daripada secara langsung. Hal ini dikarenakan efisiensi penyampaian
instruksi atau perintah akan lebih maksimal jika diberikan secara tertulis. Sedangkan
mengenai informasi peraturan dan kebijakan perusahaan juga jarang dilakukan oleh
39
kepala seksi kepada staf-stafnya. Hal ini dikarenakan peraturan dan kebijakan
perusahaan jarang berubah. Kepala seksi menginformasikan hal tersebut hanya
sekedar untuk mengingatkan staf-staf mereka. Frekuensi pemberian pengarahan oleh
kepala seksi juga jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan staf-staf mereka sudah
paham akan tugas pekerjaan mereka masing-masing. Mereka hanya akan diberikan
pengarahan oleh kepala seksi jika ada pekerjaan baru yang harus dilakukan. Para
kepala seksi juga melakukan penilaian kinerja secara langsung, namun jarang
dilakukan, yaitu 3 – 4 kali dalam seminggu. Mengingat kesibukan dari para kepala
seksi, mereka hanya kadang-kadang membicarakan masalah-masalah lain di luar
pekerjaan.
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal mengalir di antara karyawan yang berada pada
tingkatan manajemen yang sama (kepala seksi dengan kepala seksi; staf dengan staf).
Aktivitas komunikasi ini mencakup koordinasi, saran dan kritik, meminta bantuan,
informasi dan mengkomunikasikan tentang masalah-masalah di luar pekerjaan.
Secara keseluruhan, komunikasi horizontal di antara kepala-kepala seksi jarang
dilakukan (rataan skor 2,88). Hal ini juga dikarenakan kesibukan dari masing-masing
kepala seksi. Sementara itu, secara keseluruhan komunikasi horizontal oleh para staf
juga jarang dilakukan (rataan skor 3,23). Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Skor Komunikasi Horizontal
Aktivitas
Komunikasi langsung/tatap muka
Melakukan koordinasi
Menyatakan saran dan kritik
Meminta bantuan
Meneruskan informasi dari atasan
Mengkomunikasikan tentang masalah diluar pekerjaan
Total Rataan Skor
Rataan Skor*
Kepala Seksi
Staf
3,10
3,98
3,10
3,85
2,50
2,55
3,00
3,50
3,20
3,15
2,40
2,35
2,88
3,23
* : 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang (1 – 2 kali/minggu)
3 = jarang (3 – 4 kali/minggu), 4=sering (>4 kali/minggu)
Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar kepala seksi mengaku bahwa mereka
jarang melakukan komunikasi langsung atau tatap muka. Hal yang sama juga terjadi
40
dalam hal koordinasi, menyampaikan saran dan kritik, meminta bantuan kepada
rekan kerja dan meneruskan informasi dari atasan. Semua hal ini dikarenakan
kesibukan dari pekerjaan mereka masing-masing. Bahkan dalam membicarakan
masalah-masalah di luar pekerjaan pun hanya kadang-kadang mereka lakukan.
Sedangkan, sebagian besar staf mengaku bahwa mereka sudah sering
melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan rekan kerja sesama staf.
Hal ini terlihat dari kerjasama mereka ketika melakukan koordinasi dalam
menyelesaikan pekerjaan. Sebagian besar staf juga mengatakan bahwa mereka
menyatakan saran dan kritik kepada rekan kerjanya apabila terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Mereka juga berpendapat bahwa mereka tidak sungkan untuk
meminta bantuan kepada rekan kerjanya apabila menemui kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaan. Sebagian besar staf jarang meneruskan informasi dari
atasan. Hal ini dikarenakan sebagian besar informasi yang diberikan oleh atasan
sudah dapat dimengerti oleh hampir seluruh staf. Para staf juga mengaku bahwa
mereka hanya kadang-kadang membicarakan tentang masalah-masalah di luar
pekerjaan, karena kebanyakan masalah-masalah tersebut merupakan masalah pribadi
mereka masing-masing.
Hubungan Aktivitas Komunikasi Organisasi dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan
Kepala Seksi
Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk menghubungkan antara aktivitas
komunikasi organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi dengan penghayatan budaya
perusahaan di PT. Madu Pramuka. Hasil uji korelasi antara penghayatan budaya
perusahaan dengan aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi
di PT. Madu Pramuka dapat dilihat pada Tabel 6. Secara umum aktivitas komunikasi
organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi berhubungan dalam tingkatan yang
lemah (0,201<rs<0,400) dengan penghayatan budaya perusahaan. Hubungan yang
kuat ditunjukkan yaitu pada komunikasi ke atas dengan dukungan manajemen dan
toleransi terhadap konflik dan komunikasi ke bawah dengan pengawasan dan sistem
penghargaan.
41
Tabel 6. Hubungan Aktivitas Komunikasi Organisasi dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan yang Dilakukan oleh Kepala Seksi
Koefisien Korelasi rank Spearman (гs)
Aktivitas Komunikasi Organisasi
Penghayatan Budaya Perusahaan
Ke Atas
Ke Bawah Horizontal
Inisiatif Individual
-0,081
0,499
0,152
Toleransi Terhadap Resiko
0,408
0,499
0,374
Arahan
0,300
0,297
-0,121
Integrasi
-0,007
0,596
0,013
Dukungan Manajemen
0,773
0,465
0,555
Pengawasan
0,113
0,641
0,357
Identitas
-0,095
0,128
-0,301
Sistem Penghargaan
0,268
0,601
0,340
Toleransi Terhadap Konflik
0,696
0,400
0,399
Pola Komunikasi
0,264
0,123
-0,278
Berdasarkan Tabel 6, komunikasi ke atas memiliki tingkat keeratan hubungan
yang sangat lemah dengan inisiatif individual, integrasi, pengawasan dan identitas.
Hubungan yang sangat lemah ini dapat diabaikan. Arahan, sistem penghargaan dan
pola komunikasi memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah. Frekuensi
kehadiran yang tidak menentu dari direktur di kantor menyebabkan terhambatnya
komunikasi ke atas antara kepala seksi dengan direktur. Hal ini mengakibatkan
arahan yang diberikan dari direktur kepada kepala seksi maupun pola komunikasi
yang ada juga terhambat. Selain itu, direktur kurang memberikan penghargaan
terhadap kinerja kepala-kepala seksi. Hubungan yang cukup kuat terjadi dengan
toleransi terhadap resiko. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi kepala seksi ke
direktur yang semakin sering mengakibatkan kepala seksi semakin berani untuk
melakukan inovasi atau berimprovisasi dalam pekerjaannya. Dukungan manajemen
dan toleransi terhadap konflik memiliki hubungan yang kuat dengan komunikasi ke
atas. Aktivitas komunikasi ke atas yang semakin sering secara otomatis akan
meningkatkan dukungan manajemen dari direktur kepada kepala seksi. Kepala seksi
juga lebih dapat menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dalam pekerjaan apabila
komunikasi ke atas semakin sering dilakukan.
Berbeda dengan komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah secara umum
memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat, yaitu dengan inisiatif
42
individual, toleransi terhadap resiko, integrasi dan dukungan manajemen. Semakin
sering melakukan komunikasi ke bawah, maka kepala seksi akan semakin
bertanggungjawab dengan pekerjaannya. Di samping itu, improvisasi dalam bekerja
dan keberanian mengambil resiko juga meningkat. Integrasi juga akan semakin
dihayati jika komunikasi ke bawah semakin sering dilakukan, yang diwujudkan
melalui koordinasi kerja yang baik antara kepala seksi dengan staf. Hal tersebut
secara otomatis juga akan meningkatkan dukungan manajemen dari kepala seksi
kepada stafnya. Pengawasan dan sistem penghargaan memiliki hubungan yang kuat
dengan komunikasi ke bawah. Hal ini berarti semakin sering kepala seksi melakukan
komunikasi dengan para stafnya, maka akan meningkatkan kontrol kepala seksi
terhadap kinerja para staf. Selain itu, komunikasi ke bawah yang dilakukan kepala
seksi juga meningkatkan penghargaan kepala seksi terhadap kinerja stafnya. Arahan
dan toleransi terhadap konflik memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah.
Kesibukan kerja seringkali menyebabkan para kepala seksi kurang memberikan
arahan kepada stafnya. Di samping itu, konflik jarang terjadi antara kepala seksi
dengan staf. Identitas dan pola komunikasi memiliki tingkat keeratan hubungan yang
sangat lemah sehingga hubungan ini dapat diabaikan.
Sementara untuk komunikasi horizontal, yang memiliki keeratan hubungan
yang cukup kuat hanya dukungan manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
sering dilakukan komunikasi di antara sesama kepala seksi maka dukungan
manajemen juga akan meningkat. Secara umum, komunikasi horizontal memiliki
tingkat keeratan hubungan yang lemah, yaitu dengan toleransi terhadap resiko,
pengawasan, identitas, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik dan pola
komunikasi. Hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi horizontal diantara para
kepala seksi tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap aspek-aspek penghayatan
budaya perusahaan yang telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk inisiatif
individual, arahan dan integrasi memiliki hubungan yang sangat lemah. Hubungan
yang sangat lemah ini dapat diabaikan.
Aktivitas komunikasi ke atas dan ke bawah lebih memberikan kontribusi
terhadap penghayatan budaya perusahaan daripada komunikasi horizontal. Direktur
mengkomunikasikan hal-hal mengenai pekerjaan kepada kepala seksi untuk
disampaikan lagi kepada jajaran staf.
43
Staf
Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk menghubungkan antara aktivitas
komunikasi organisasi yang dilakukan oleh staf dengan penghayatan budaya
perusahaan di PT. Madu Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Hasil uji korelasi antara
aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh staf dengan penghayatan budaya
perusahaan di PT. Madu Pramuka Cibubur Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 7.
Aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh staf secara umum memiliki
hubungan dalam tingkatan yang lemah (0,201<rs<0,400) dengan penghayatan
budaya perusahaan. Tetapi hubungan yang cukup kuat terjadi antara komunikasi ke
atas dengan dukungan manajemen dan komunikasi horizontal dengan arahan.
Tabel 7. Hubungan Aktivitas Komunikasi Organisasi dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan yang Dilakukan oleh Staf
Koefisien Korelasi rank Spearman (гs)
Aktivitas Komunikasi Organisasi
Penghayatan Budaya Perusahaan
Ke Atas
Horizontal
Inisiatif Individual
0,393
-0,218
Toleransi Terhadap Resiko
-0,052
0,229
Arahan
0,107
0,486
Integrasi
-0,097
-0,157
Dukungan Manajemen
0,475
-0,252
Pengawasan
0,112
0,213
Identitas
0,265
-0,204
Sistem Penghargaan
0,265
-0,309
Toleransi Terhadap Konflik
0,339
0,088
Pola Komunikasi
0,250
-0,278
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa hubungan komunikasi ke atas
secara umum memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah dengan inisiatif
individual, identitas, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik dan pola
komunikasi. Hal itu menunjukkan bahwa komunikasi ke atas yang dilakukan para
staf ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap aspek-aspek penghayatan budaya
perusahaan tersebut. Toleransi terhadap resiko, arahan, integrasi dan pengawasan
memiliki tingkat keeratan hubungan yang sangat lemah. Hubungan yang sangat
lemah ini dapat diabaikan. Hanya dukungan manajemen yang memiliki hubungan
44
yang cukup kuat dengan komunikasi ke atas. Hal ini berarti semakin sering staf
melakukan komunikasi ke atas maka dukungan manajemen dari kepala seksi akan
semakin baik.
Pada komunikasi horizontal, sebagian besar juga memiliki tingkat keeratan
hubungan yang lemah, yaitu dengan toleransi terhadap resiko dan pengawasan. Hal
ini juga menunjukkan bahwa komunikasi horizontal yang dilakukan oleh para staf
tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap toleransi resiko maupun pengawasan.
Tingkat keeratan hubungan yang negatif lemah terjadi antara komunikasi horizontal
dengan inisiatif individual, dukungan manajemen, identitas sistem penghargaan dan
pola komunikasi. Semakin sering melakukan komunikasi horizontal, justru
menurunkan tingkat tanggung jawab para staf. Dukungan manajemen di antara para
staf tidak sering terjadi walaupun sering dilakukan komunikasi horizontal karena
dukungan manajemen lebih sering mengalir dari atasan kepada bawahan. Semakin
sering para staf melakukan komunikasi horizontal maka mengurangi penghayatan
terhadap identitas. Hal ini dikarenakan seringnya komunikasi horizontal justru
membuat staf merasa bingung akan identitasnya. Sistem penghargaan di antara para
staf juga tidak sering terjadi walaupun sering dilakukan komunikasi horizontal
karena penghargaan lebih sering diberikan dari atasan kepada bawahan. Pola
komunikasi juga justru semakin kurang dihayati apabila komunikasi horizontal
semakin sering dilakukan. Hal ini dikarenakan para staf mengaku mereka kurang
memiliki kesempatan berkomunikasi dengan direktur dan tidak dilibatkan dalam
rapat-rapat yang diadakan oleh direktur. Integrasi dan toleransi terhadap konflik
memiliki tingkat keeratan hubungan yang sangat lemah dengan komunikasi
horizontal. Hubungan yang sangat lemah ini dapat diabaikan. Hanya arahan yang
memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering dilakukan komunikasi dengan sesama staf maka akan semakin baik
penghayatan arahan.
Aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh para staf kurang
memberikan kontribusi terhadap penghayatan budaya perusahaan. Hal ini
dikarenakan aktivitas komunikasi yang lebih banyak dilakukan adalah komunikasi
horizontal.
45
Hubungan Karakteristik Individu dengan Penghayatan Budaya Perusahaan
Hasil uji korelasi rank Spearman dan Chi-square menunjukkan bahwa
karakteristik individu pada PT. Madu Pramuka secara umum memiliki hubungan
dalam tingkatan yang sangat lemah dengan penghayatan budaya perusahaan
(0,001<rs<0,200). Namun terdapat beberapa hubungan yang cukup kuat, bahkan
hubungan yang kuat terjadi antara tingkat pendidikan dan toleransi terhadap resiko.
Tabel 8. Hubungan Karakteristik Individu dengan Penghayatan Budaya
Perusahaan
Karakteristik Individu
Jenis
Tk.
Masa
Umur
Klmn
Pnddkn
Jbtn
Bkrja
Pnghsln
Penghayatan Budaya
Perusahaan
гs
C
C
C
гs
гs
Inisiatif Individual
-0,002 0,253
0,390
0,156 -0,383 -0,148
Toleransi Terhadap Resiko
-0,144 0,199
0,609
0,207 -0,269 -0,252
Arahan
0,002 0,120
0,297
0,132 -0,116 -0,194
Integrasi
-0,123 0,425
0,436
0,341 -0,029 -0,226
Dukungan Manajemen
0,215 0,429
0,588
0,341 0,061
0,083
Pengawasan
-0,094 0,221
0,403
0,527 -0,167 -0,381
Identitas
0,100 0,322
0,281
0,166 0,215
0,086
Sistem Penghargaan
0,181 0,419
0,500
0,341 0,190
0,323
Toleransi Terhadap Konflik -0,192 0,315
0,490
0,242 -0,149
0,060
Pola Komunikasi
-0,066 0,314
0,575
0,293 -0,001
0,055
Berdasarkan hasil analisis korelasi rank Spearman, karakteristik umur pada
individu memiliki hubungan yang sangat lemah dengan hampir seluruh nilai-nilai
penghayatan budaya perusahaan. Hubungan yang sangat lemah ini dapat diabaikan.
Hanya umur yang memiliki hubungan yang lemah dengan dukungan manajemen. Hal
ini dapat diartikan bahwa semakin tua umur seorang karyawan maka dia akan
cenderung lebih banyak memberikan dukungan manajemen kepada karyawan
lainnya.
Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa secara umum jenis kelamin
memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah dengan penghayatan budaya
perusahaan yaitu pada aspek inisiatif individual, pengawasan, identitas, toleransi
46
terhadap konflik dan pola komunikasi. Akan tetapi terdapat hubungan yang cukup
kuat antara jenis kelamin dengan integrasi, dukungan manajemen dan sistem
penghargaan. Karyawan PT. Madu Pramuka yang lebih didominasi oleh pria
menyebabkan integrasi, dukungan manajemen dan sistem penghargaan lebih mudah
dijalankan.
Sementara itu, tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang paling
signifikan terhadap penghayatan budaya perusahaan. Secara umum, tingkat
pendidikan memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat dengan
penghayatan budaya perusahaan yaitu pada aspek integrasi, dukungan manajemen,
pengawasan, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik dan pola komunikasi.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka
semakin baik penghayatannya terhadap aspek-aspek penghayatan budaya perusahaan
yang telah disebutkan di atas. Bahkan toleransi terhadap resiko memiliki hubungan
yang kuat. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
karyawan, maka karyawan akan semakin berani untuk bertindak lebih inovatif dan
mengambil resiko dalam pekerjaannya. Sedangkan inisiatif individual, arahan dan
identitas memiliki hubungan yang lemah dengan tingkat pendidikan.
Tingkat keeratan hubungan pada jabatan dengan penghayatan budaya
perusahaan umumnya berada pada tingkatan yang lemah yaitu pada aspek toleransi
terhadap resiko, integrasi, dukungan manajemen, sistem penghargaan, toleransi
terhadap konflik dan pola komunikasi. Namun, terdapat hubungan yang cukup kuat
antara jabatan dengan pengawasan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
jabatan yang dipegang, maka seorang karyawan akan semakin sering melakukan
kontrol terhadap kinerja bawahannya.
Masa bekerja yang juga menggunakan uji korelasi rank Spearman
menunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki dengan penghayatan budaya
perusahaan yaitu hubungan yang sangat lemah yaitu pada aspek arahan, integrasi,
dukungan manajemen, pengawasan, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik
dan pola komunikasi. Hubungan yang sangat lemah ini dapat diabaikan. Hanya
identitas yang memiliki hubungan yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
lama masa bekerja seorang karyawan maka dia akan semakin baik mengidentifikasi
dirinya dengan perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan terdapat pula hubungan
47
yang lemah tetapi negatif antara masa bekerja dengan inisiatif individual dan
toleransi terhadap resiko. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin lama masa bekerja
seorang karyawan, justru penghayatannya terhadap inisiatif individual dan toleransi
terhadap resiko menjadi rendah.
Di samping itu, penghasilan juga secara umum memiliki hubungan yang
sangat lemah dengan penghayatan budaya perusahaan yaitu pada aspek inisiatif
individual, arahan, dukungan manajemen, identitas, toleransi terhadap konflik dan
pola komunikasi. Hubungan yang sangat lemah ini dapat diabaikan. Hanya sistem
penghargaan yang memiliki hubungan yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin
tinggi
penghasilan
seorang
karyawan,
maka
secara
otomatis
penghayatannya terhadap sistem penghargaan yang ada di perusahaan akan
meningkat. Selain itu, terdapat hubungan yang lemah negatif pada aspek toleransi
terhadap resiko, integrasi dan pengawasan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
tinggi penghasilan yang diterima, justru penghayatannya terhadap aspek-aspek
tersebut semakin menurun.
48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sebagian besar karyawan pada PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur
telah menghayati sebagian besar budaya perusahaannya. Kepala seksi maupun staf
secara umum kurang aktif atau jarang melakukan aktivitas komunikasi organisasi,
yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan komunikasi horizontal.
Aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi secara
umum berhubungan lemah terhadap penghayatan budaya perusahaan. Hanya
komunikasi ke atas dengan dukungan manajemen dan toleransi terhadap konflik serta
komunikasi ke bawah dengan pengawasan dan sistem penghargaan yang
menunjukkan hubungan yang kuat. Sedangkan aktivitas komunikasi organisasi yang
dilakukan oleh staf secara umum juga berhubungan lemah terhadap penghayatan
budaya perusahaan. Hanya komunikasi ke atas dengan dukungan manajemen serta
komunikasi horizontal dengan arahan yang menunjukkan hubungan yang moderat.
Sementara itu, karakteristik individu karyawan yang memiliki hubungan dengan
penghayatan budaya perusahaan, yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jabatan.
Saran
Direktur
PT.
Madu
Pramuka,
Cibubur-Jakarta
Timur
sebaiknya
meningkatkan frekuensi kehadiran di kantor. Selain itu, direktur juga diharapkan
untuk berinisiatif untuk menjalin hubungan komunikasi yang harmonis dengan
jajaran staf, sehingga penghayatan budaya perusahaan oleh seluruh karyawan
menjadi semakin lebih baik.
49
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirrabbil’alamin...
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan karunia, nikmat dan cinta-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS
sebagai pembimbing akademik sekaligus pembimbing utama skripsi dan Ir. H. Ismail
Pulungan, MSc sebagai pembimbing anggota skripsi atas ilmu, motivasi, arahan dan
kesabarannya dalam membimbing. Terimakasih kepada Ir. Hadiyanto, MS sebagai
pembahas seminar atas saran-saran yang sangat berharga. Terimakasih kepada Dr. Ir.
Amiruddin Saleh, MS dan Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi sebagai penguji sidang
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ke
depan. Terimakasih kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr sebagai panitia seminar
dan Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi sebagai panitia sidang.
Terimakasih yang sedalam-dalamnya, penulis ucapkan kepada Papa
(Cherwani MD) dan Mama (Lince Tan) tercinta yang telah mencurahkan segala doa,
dorongan, materi dan kasih sayang. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan membalasnya dengan surga, amin.... Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada Kak Cheli, Kak Andre, Kak Reny, Kak Inos dan adikku Tika
serta keponakan tersayang, Aqiilah yang telah memberikan doa, kasih sayang,
semangat dan canda tawa.
Kepada Arif Nurdianto, SPt., terimakasih karena selalu setia mendampingi
dan mendukung penulis. Terimakasih setulus-tulusnya untuk Kak Ipul atas semangat
yang diberikan dan kesabarannya mendengarkan segala keluh kesah penulis.
Terimakasih banyak kepada sahabat-sahabatku: Kak Ucup, Roels, Ferri, Farrah,
Memey, Neq Ditha, Iyong, Mas Rony, Ade Botak dan Ciput. Kepada eks penghuni
Nuradi: Tutski, Ipeh, Leny dan Ratna. Kepada warga Al-Azhar: Dudi, Yoli, Heru,
Tompel, Agung dan Bayu. Kepada teman seperjuangan penelitian Farida Hanum.
Kepada teman-temanku: Fajar, Nuni, Fani, Yanu, Gondronk, April, Budi, Tina,
Panji, Luky, Endang, Ipul, Nawir, Dodi, Rushdi, Vida, Yusnita, Hendrik, Win,
Tommy, Nia, Rani, Rima, Ugi, Asep, Benjo, Sari, Yunus, Deasm, Umi, serta rekan-
50
rekan Seipers 39, 40 dan 41 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga tali silaturrahim tetap terjaga sampai akhir hayat kita, amin...
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Indra
Gunawan, S. Hut. yang begitu banyak memberikan bantuan selama penulis
melaksanakan penelitian. Terimakasih banyak juga untuk Umi Nyai, Pak Dodi, Pak
Kamto, Mas Nana dan seluruh civitas akademika yang telah membantu selama
penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor tercinta. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat untuk yang membacanya.
Bogor, Januari 2007
Penulis
51
DAFTAR PUSTAKA
Agung, R. S. 2001. Efektivitas Komunikasi Organisasi Pelaksana Program Kredit
Usaha Tani (Kasus di Kabupaten Cianjur). Tesis. Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Atmosoeprapto, K. 2000. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Budi, T. P. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik. Andi. Yogyakarta.
DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Professional Books. Jakarta.
Fraser, T. M. 1992. Stres dan Kepuasan Kerja. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Handoko, T. H. 2001. Manajemen. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Hasibuan, M. S. P. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Haji Masagung. Jakarta.
Hayani, I. 2002. Analisis Budaya Perusahaan (Corporate Culture) Dalam Upaya
Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hicks, H. dan G. R. Gullet. 1996. Organisasi, Teori dan Tingkah Laku. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hidayah, N. 2005. Analisis Budaya Perusahaan dalam Upaya Meningkatkan
Motivasi Kerja Karyawan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lionberger, H. F. dan P. H. Gwin. 1982. Communication Strategies. The Interstate
Printers and Publishers, Inc. Danville-Illinois.
Moeljono, D. 2004. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Muhammad, A. 2004. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Nawangsari, S. 1997. Komunikasi Bisnis. Seri Diktat Kuliah. Universitas
Gunadarma. Jakarta
Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Rineka Cipta. Jakarta.
52
Newcomb, T. M., R. H. Turner dan D. E. Converse. 1978. Psikologi Sosial.
Terjemahan: B. C. V. Diponegoro. Bandung.
Purwanto, D. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi Ke dua. Erlangga. Jakarta.
Robbins, S. P. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Arcan. Jakarta.
Setiono. 1996. Pengaruh Budaya Terhadap Budaya Perusahaan Dalam Usahawan
No. 07. Th. XXV. 1996. Jakarta.
Soedirman, A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta.
Susanto, A. B. 1997. Budaya Perusahaan; Manajemen dan Persaingan Bisnis.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Stoner, J. A. F., R. E. Edward dan D. R. Gilbert. 1996. Manajemen: Jilid 1.
Penerjemah: Sindoro, A. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Stoner, J. A. F. dan R. E. Freeman. 1992. Manajemen. Terjemahan. Edisi ke lima
Jilid 2. Intermedia. Jakarta.
Umar, H. 1999. Riset Sumberdaya Manusia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zikri, I. 2002. Perilaku Komunikasi Pegawai di Tempat Kerja dan Efektifitas
Pekerjaannya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zainun, B. 1989. Manajemen dan Motivasi. Edisi Revisi. Balai Aksara. Jakarta
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Kuesioner
HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN
(Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur-Jakarta Timur)
KUESIONER
Petunjuk Pengisian :
1. Kuesioner ini disusun untuk tujuan penelitian.
2. Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih.
3. Mohon setiap pertanyaan dijawab dengan benar dan
akurat.
4. Jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi
penilaian perusahaan terhadap kinerja anda.
5. Kami menjamin kerahasiaan nama dan identitas anda.
6. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
NAMA :
KODE RESPONDEN :
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
55
KUESIONER
A. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Formal Terakhir
Jabatan Struktural
Masa Bekerja
Penghasilan
: ............................................................. Th.
:
Laki-laki
Perempuan
:
SD/ Sederajat
SMP/ Sederajat
SMA/ Sederajat
Diploma / Sarjana
:
Kepala Seksi
Staf
: ………………………………………..Th.
: Rp……………………………………Bln.
B. AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
ƒ Komunikasi Ke Atas
1. Apakah Anda melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda membuat laporan tertulis mengenai pekerjaan Anda kepada atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda melapor secara lisan atau langsung tentang pekerjaan Anda kepada
atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
4. Sesuai kedudukan/jabatan Anda, apakah Anda menyatakan ide/usul kepada
atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
5. Apakah Anda bertanya atau meminta pendapat kepada atasan jika menemui
kesulitan dalam bekerja?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
56
6. Apakah Anda menyatakan keluhan atau ketidakpuasan kepada atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
7. Apakah Anda berkonsultasi tentang masalah-masalah lain di luar pekerjaan
kepada atasan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
ƒ Komunikasi Ke Bawah
1. Apakah Anda melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan
bawahan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda memberikan perintah/instruksi langsung mengenai pekerjaan
kepada bawahan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda memberikan perintah/instruksi tertulis mengenai pekerjaan kepada
bawahan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda menginformasikan peraturan maupun kebijakan perusahaan kepada
bawahan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
5. Apakah Anda memberikan pengarahan kepada bawahan yang mengalami
kesulitan dalam bekerja?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
6. Apakah Anda memberikan penilaian langsung terhadap kinerja karyawan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
57
7. Apakah Anda mengkomunikasikan tentang masalah-masalah lain di luar
pekerjaan kepada bawahan?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
ƒ Komunikasi Horizontal
1. Apakah Anda melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan rekan
kerja sejajar?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda melakukan koordinasi dengan rekan kerja sejajar dalam
melaksanakan pekerjaan Anda?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda menyatakan saran dan kritik mengenai pekerjaan terhadap rekan
kerja sejajar?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda dan rekan kerja sejajar saling meminta bantuan apabila menemui
kesulitan dalam bekerja?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
5. Apakah Anda meneruskan informasi yang Anda dapatkan dari atasan kepada
rekan kerja sejajar?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
6. Apakah Anda mengkomunikasikan tentang masalah-masalah lain di luar
pekerjaan kepada rekan sejajar?
a. Sering, hamper setiap hari
b. Jarang, 3 – 4 kali per minggu
c. Sekali-sekali, 1 – 2 kali per minggu
d. Tidak pernah
58
C. PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN
ƒ Inisiatif Individual
1. Sampai sejauh mana Anda bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan yang
dilakukan?
a. Bertanggung jawab sepenuhnya
b. Sebagian besar dapat Saya pertanggungjawabkan
c. Bisa Saya pertanggungjawabkan tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak dapat
2. Sampai sejauh mana Anda memiliki kebebasan dalam melakukan setiap
pekerjaan?
a. Bebas sepenuhnya
b. Sebagian besar bebas
c. Bebas tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak bebas
ƒ Toleransi Terhadap Resiko
3. Apakah Anda berani berimprovisasi dalam melaksanakan pekerjaan agar lebih
efisien?
a. Berani
b. Sebagian besar berani
c. Berani tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak berani
4. Apakah Anda siap menanggung resiko gagal dalam melakukan pekerjaan?
a. Selalu siap
b. Lebih sering siap
c. Lebih sering tidak siap
d. Tidak siap
5. Apakah Anda berani menerima sanksi/hukuman apabila melakukan kesalahan
dalam melaksanakan pekerjaan?
a. Selalu berani
b. Lebih sering berani
c. Lebih sering tidak berani
d. Tidak berani
ƒ Arahan
6. Apakah Anda paham target/tenggat waktu penyelesaian pekerjaan dari tugas
yang dikerjakan?
a. Paham
b. Sebagian besar paham
c. Paham tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak paham
7. Apakah Anda paham hasil pekerjaan yang benar yang diharapkan perusahaan?
a. Paham
b. Sebagian besar paham
c. Paham tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak paham
59
ƒ Integrasi
8. Apakah Anda memiliki hubungan kerja yang baik dengan pimpinan?
a. Selalu baik
b. Sebagian besar baik
c. Sebagian kecil baik
d. Tidak baik
9. Apakah Anda memiliki hubungan kerja yang baik dengan sesama karyawan?
a. Selalu baik
b. Sebagian besar baik
c. Sebagian kecil baik
d. Tidak baik
10. Apakah Anda bersedia bekerjasama dalam suatu kelompok/tim dalam
mengerjakan pekerjaan Anda?
a. Selalu bersedia
b. Sebagian besar bersedia
c. Sebagian kecil bersedia
d. Tidak bersedia
11. Apakah Anda dapat berkoordinasi tentang pekerjaan Anda dengan atasan atau
rekan kerja?
a. Selalu dapat berkoordinasi
b. Sebagian besar dapat berkoordinasi
c. Dapat berkoordinasi tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak dapat berkoordinasi
ƒ Dukungan Manajemen
12. Bagaimana Anda memperoleh informasi mengenai peraturan-peraturan baru atau
kebijakan-kebijakan perusahaan?
a. Memperoleh sepenuhnya
b. Sebagian besar memperoleh
c. Memperoleh tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak pernah memperoleh
13. Apakah Anda merasa cukup memiliki kesempatan berdiskusi dengan atasan jika
menemui permasalahan?
a. Selalu cukup
b. Sebagian besar cukup
c. Cukup tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak cukup
14. Apakah Anda merasa cukup dibantu jika menemui kesulitan dalam menjalankan
pekerjaan?
a. Selalu cukup
b. Sebagian besar cukup
c. Cukup tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak cukup
60
ƒ Pengawasan
15. Apakah Anda merasa bahwa pimpinan mengamati dengan baik Anda bekerja?
a. Selalu mengamati
b. Lebih sering mengamati
c. Lebih sering tidak mengamati
d. Tidak pernah mengamati
16. Apakah Anda merasa bahwa pimpinan meninjau kemajuan dan kemunduran
Anda dalam bekerja?
a. Selalu meninjau
b. Lebih sering meninjau
c. Lebih sering tidak meninjau
d. Tidak pernah meninjau
17. Apakah Anda ditegur langsung jika terjadi kelalaian dalam pekerjaan Anda?
a. Selalu ditegur
b. Lebih sering ditegur
c. Lebih sering tidak ditegur
d. Tidak pernah ditegur
ƒ Identitas
18. Apakah Anda menyukai pekerjaan yang Anda tekuni di perusahaan ini?
a. Selalu menyukai
b. Sebagian besar menyukai
c. Menyukai tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak menyukai
19. Apakah Anda bangga membawa nama perusahaan dalam kehidupan sosial Anda?
a. Selalu bangga
b. Lebih sering bangga
c. Lebih sering tidak bangga
d. Tidak bangga
ƒ Sistem Penghargaan
20. Apakah Anda puas dengan gaji yang Anda terima saat ini?
a. Puas
b. Sebagian besar puas
c. Puas tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak puas
21. Apakah Anda puas dengan sistem pendistribusian jumlah/besar gaji yang
diberlakukan oleh perusahaan?
a. Puas
b. Sebagian besar puas
c. Puas tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak puas
22. Apakah Anda memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan
penghargaan/reward dari perusahaan?
a. Selalu memiliki kesempatan
b. Lebih sering memiliki kesempatan
c. Lebih sering tidak memiliki kesempatan
d. Tidak pernah memiliki kesempatan
61
ƒ Toleransi Terhadap Konflik
23. Apakah Anda merasa cukup diberi kesempatan untuk menyelesaikan sendiri
konflik yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan?
a. Selalu cukup
b. Sebagian besar cukup
c. Cukup tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak cukup
24. Apakah Anda berani memberikan kritik secara terbuka kepada pimpinan?
a. Berani
b. Lebih sering berani
c. Lebih sering tidak berani
d. Tidak berani
25. Apakah Anda berani memberikan kritik secara terbuka kepada sesama karyawan?
a. Berani
b. Lebih sering berani
c. Lebih sering tidak berani
d. Tidak berani
ƒ Pola Komunikasi
26. Apakah Anda merasa cukup memiliki kesempatan berkomunikasi dengan atasan
langsung Anda?
a. Selalu cukup
b. Sebagian besar cukup
c. Cukup tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak cukup
27. Apakah dalam lingkungan perusahaan Anda berkomunikasi tentang bidang kerja
Anda dengan atasan maupun rekan kerja lainnya?
a. Selalu tentang bidang kerja
b. Sebagian besar tentang bidang kerja
c. Tentang bidang kerja tetapi hanya sebagian kecil
d. Tidak pernah tentang bidang kerja
28. Apakah Anda melakukan komunikasi dengan atasan/pimpinan melalui forumforum resmi perusahaan?
a. Selalu melalui forum
b. Lebih sering melalui forum
c. Lebih sering tidak melalui forum
d. Tidak pernah melalui forum
“Terima Kasih Atas Kerjasama Anda”
62
Lampiran 2. Uji Korelasi rank Spearman Antara Aktivitas Komunikasi Organisasi oleh Kepala Seksi dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan
Correlations
Spearman's rho
komunikasi_ke_atas
komunikasi_ke_bawah
komunikasi_horizontal
inisiatif_individual
toleransi_terhadap_
resiko
arahan
integrasi
dukungan_manajemen
pengawasan
identitas
sistem_penghargaan
toleransi_terhadap_
konflik
pola_komunikasi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
komunikasi_
ke_atas
1,000
.
10
,277
,439
10
,502
,140
10
-,081
,823
10
,408
,242
10
,300
,399
10
-,007
,986
10
,733*
,016
10
,113
,755
10
-,095
,793
10
,268
,455
10
,696*
,026
10
,264
,461
10
komunikasi_
ke_bawah
,277
,439
10
1,000
.
10
,290
,416
10
,499
,142
10
,499
,142
10
,297
,404
10
,596
,069
10
,465
,176
10
,641*
,046
10
,128
,724
10
,601
,066
10
,400
,252
10
,123
,736
10
komunikasi_
horizontal
,502
,140
10
,290
,416
10
1,000
.
10
,152
,676
10
,374
,287
10
-,121
,740
10
,013
,971
10
,555
,096
10
,357
,311
10
-,301
,399
10
,340
,337
10
,399
,254
10
-,278
,437
10
inisiatif_
individual
-,081
,823
10
,499
,142
10
,152
,676
10
1,000
.
10
,021
,954
10
,072
,844
10
,601
,066
10
,276
,439
10
,580
,079
10
,337
,340
10
,404
,246
10
,119
,744
10
,194
,590
10
toleransi_
terhadap_
resiko
,408
,242
10
,499
,142
10
,374
,287
10
,021
,954
10
1,000
.
10
,262
,464
10
,043
,906
10
,541
,106
10
-,053
,884
10
-,030
,935
10
,229
,524
10
,560
,092
10
-,270
,450
10
arahan
,300
,399
10
,297
,404
10
-,121
,740
10
,072
,844
10
,262
,464
10
1,000
.
10
-,121
,739
10
,297
,404
10
,479
,161
10
,441
,202
10
,179
,621
10
,000
1,000
10
-,121
,740
10
integrasi
-,007
,986
10
,596
,069
10
,013
,971
10
,601
,066
10
,043
,906
10
-,121
,739
10
1,000
.
10
,479
,161
10
,391
,264
10
,480
,160
10
,760*
,011
10
,490
,150
10
,695*
,026
10
dukungan_
manajemen
pengawasan
,733*
,113
,016
,755
10
10
,465
,641*
,176
,046
10
10
,555
,357
,096
,311
10
10
,276
,580
,439
,079
10
10
,541
-,053
,106
,884
10
10
,297
,479
,404
,161
10
10
,479
,391
,161
,264
10
10
1,000
,321
.
,367
10
10
,321
1,000
,367
.
10
10
,371
,238
,291
,509
10
10
,690*
,595
,027
,070
10
10
,832**
,016
,003
,965
10
10
,381
-,016
,278
,964
10
10
identitas
-,095
,793
10
,128
,724
10
-,301
,399
10
,337
,340
10
-,030
,935
10
,441
,202
10
,480
,160
10
,371
,291
10
,238
,509
10
1,000
.
10
,277
,438
10
,013
,971
10
,437
,206
10
sistem_
penghargaan
,268
,455
10
,601
,066
10
,340
,337
10
,404
,246
10
,229
,524
10
,179
,621
10
,760*
,011
10
,690*
,027
10
,595
,070
10
,277
,438
10
1,000
.
10
,672*
,033
10
,421
,226
10
toleransi_
terhadap_
konflik
,696*
,026
10
,400
,252
10
,399
,254
10
,119
,744
10
,560
,092
10
,000
1,000
10
,490
,150
10
,832**
,003
10
,016
,965
10
,013
,971
10
,672*
,033
10
1,000
.
10
,479
,161
10
pola_
komunikasi
,264
,461
10
,123
,736
10
-,278
,437
10
,194
,590
10
-,270
,450
10
-,121
,740
10
,695*
,026
10
,381
,278
10
-,016
,964
10
,437
,206
10
,421
,226
10
,479
,161
10
1,000
.
10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
61
63
Lampiran 3. Uji Korelasi rank Spearman Antara Aktivitas Komunikasi Organisasi oleh Staf dengan Penghayatan Budaya
Perusahaan
Correlations
Spearman's rho
komunikasi_ke_atas
komunikasi_horizontal
inisiatif_individual
toleransi_terhadap_
resiko
arahan
integrasi
dukungan_manajemen
pengawasan
identitas
sistem_penghargaan
toleransi_terhadap_
konflik
pola_komunikasi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
komunikasi_
komunikasi_
ke_atas
horizontal
1,000
-,084
.
,608
40
40
-,084
1,000
,608
.
40
40
,393*
-,218
,012
,176
40
40
-,052
,229
,749
,154
40
40
,107
,486**
,511
,001
40
40
-,097
-,157
,552
,332
40
40
,475**
-,252
,002
,117
40
40
,112
,213
,492
,188
40
40
,265
-,204
,099
,206
40
40
,256
-,309
,111
,052
40
40
,339*
-,088
,033
,588
40
40
,250
-,278
,120
,082
40
40
inisiatif_
individual
,393*
,012
40
-,218
,176
40
1,000
.
40
-,035
,830
40
,149
,360
40
-,210
,193
40
,259
,107
40
-,210
,193
40
-,110
,500
40
-,061
,710
40
-,019
,906
40
-,113
,487
40
toleransi_
terhadap_
resiko
-,052
,749
40
,229
,154
40
-,035
,830
40
1,000
.
40
,402*
,010
40
,201
,213
40
-,063
,698
40
,283
,077
40
,021
,899
40
-,114
,485
40
,140
,388
40
-,043
,794
40
arahan
integrasi
,107
-,097
,511
,552
40
40
,486**
-,157
,001
,332
40
40
,149
-,210
,360
,193
40
40
,402*
,201
,010
,213
40
40
1,000
-,031
.
,851
40
40
-,031
1,000
,851
.
40
40
,138
,326*
,396
,040
40
40
,041
,242
,800
,132
40
40
-,108
,249
,509
,121
40
40
-,085
,366*
,601
,020
40
40
,153
-,142
,347
,381
40
40
-,150
,167
,356
,304
40
40
dukungan_
sistem_
pengawasan
identitas
manajemen
penghargaan
,475**
,112
,265
,256
,002
,492
,099
,111
40
40
40
40
-,252
,213
-,204
-,309
,117
,188
,206
,052
40
40
40
40
,259
-,210
-,110
-,061
,107
,193
,500
,710
40
40
40
40
-,063
,283
,021
-,114
,698
,077
,899
,485
40
40
40
40
,138
,041
-,108
-,085
,396
,800
,509
,601
40
40
40
40
,326*
,242
,249
,366*
,040
,132
,121
,020
40
40
40
40
1,000
,089
,522**
,665**
.
,587
,001
,000
40
40
40
40
,089
1,000
,552**
,110
,587
.
,000
,499
40
40
40
40
,522**
,552**
1,000
,526**
,001
,000
.
,000
40
40
40
40
,665**
,110
,526**
1,000
,000
,499
,000
.
40
40
40
40
-,026
,091
,271
-,047
,873
,578
,090
,775
40
40
40
40
,344*
,194
,484**
,414**
,030
,229
,002
,008
40
40
40
40
toleransi_
terhadap_
konflik
,339*
,033
40
-,088
,588
40
-,019
,906
40
,140
,388
40
,153
,347
40
-,142
,381
40
-,026
,873
40
,091
,578
40
,271
,090
40
-,047
,775
40
1,000
.
40
,217
,180
40
pola_
komunikasi
,250
,120
40
-,278
,082
40
-,113
,487
40
-,043
,794
40
-,150
,356
40
,167
,304
40
,344*
,030
40
,194
,229
40
,484**
,002
40
,414**
,008
40
,217
,180
40
1,000
.
40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
62
64
Lampiran 4. Uji Korelasi rank Spearman Antara Umur, Masa Bekerja dan Penghasilan dengan Penghayatan Budaya Perusahaan
Correlations
Spearman's rho
umur
masa_kerja
penghasilan
inisiatif_individual
toleransi_thd_resiko
arahan
integrasi
dkgan_manajemen
pengawasan
identitas
sistem_penghargaan
toleransi_thd_konflik
pola_komunikasi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
umur
masa_kerja
penghasilan
1,000
,409**
,320*
.
,003
,023
50
50
50
,409**
1,000
,482**
,003
.
,000
50
50
50
,320*
,482**
1,000
,023
,000
.
50
50
50
-,002
-,383**
-,148
,991
,006
,305
50
50
50
-,144
-,269
-,252
,317
,059
,077
50
50
50
,002
-,116
-,194
,989
,423
,176
50
50
50
-,123
-,029
-,226
,393
,844
,114
50
50
50
,215
,061
,083
,134
,673
,567
50
50
50
-,094
-,167
-,381**
,515
,247
,006
50
50
50
,100
,215
,086
,487
,133
,553
50
50
50
,181
,190
,323*
,208
,187
,022
50
50
50
-,192
-,149
,060
,181
,301
,681
50
50
50
-,066
-,001
,055
,648
,992
,704
50
50
50
inisiatif_
toleransi_thd_
individual
resiko
-,002
-,144
,991
,317
50
50
-,383**
-,269
,006
,059
50
50
-,148
-,252
,305
,077
50
50
1,000
-,021
.
,887
50
50
-,021
1,000
,887
.
50
50
,131
,373**
,366
,008
50
50
-,060
,182
,680
,206
50
50
,259
,042
,069
,771
50
50
-,061
,231
,673
,107
50
50
-,036
,023
,804
,876
50
50
,008
-,061
,959
,674
50
50
,000
,226
,997
,114
50
50
-,070
-,057
,627
,695
50
50
arahan
integrasi
,002
-,123
,989
,393
50
50
-,116
-,029
,423
,844
50
50
-,194
-,226
,176
,114
50
50
,131
-,060
,366
,680
50
50
,373**
,182
,008
,206
50
50
1,000
-,054
.
,712
50
50
-,054
1,000
,712
.
50
50
,150
,319*
,298
,024
50
50
,024
,393**
,868
,005
50
50
-,030
,300*
,836
,034
50
50
-,046
,380**
,751
,007
50
50
,136
-,027
,346
,853
50
50
-,143
,251
,321
,079
50
50
dkgan_
sistem_
toleransi_thd_
manajemen
penghargaan
konflik
pengawasan
identitas
,215
-,094
,100
,181
-,192
,134
,515
,487
,208
,181
50
50
50
50
50
,061
-,167
,215
,190
-,149
,673
,247
,133
,187
,301
50
50
50
50
50
,083
-,381**
,086
,323*
,060
,567
,006
,553
,022
,681
50
50
50
50
50
,259
-,061
-,036
,008
,000
,069
,673
,804
,959
,997
50
50
50
50
50
,042
,231
,023
-,061
,226
,771
,107
,876
,674
,114
50
50
50
50
50
,150
,024
-,030
-,046
,136
,298
,868
,836
,751
,346
50
50
50
50
50
,319*
,393**
,300*
,380**
-,027
,024
,005
,034
,007
,853
50
50
50
50
50
1,000
,107
,481**
,669**
,121
.
,460
,000
,000
,404
50
50
50
50
50
,107
1,000
,476**
,139
,068
,460
.
,000
,336
,639
50
50
50
50
50
,481**
,476**
1,000
,446**
,217
,000
,000
.
,001
,130
50
50
50
50
50
,669**
,139
,446**
1,000
,094
,000
,336
,001
.
,517
50
50
50
50
50
,121
,068
,217
,094
1,000
,404
,639
,130
,517
.
50
50
50
50
50
,354*
,177
,473**
,422**
,253
,012
,219
,001
,002
,076
50
50
50
50
50
pola_
komunikasi
-,066
,648
50
-,001
,992
50
,055
,704
50
-,070
,627
50
-,057
,695
50
-,143
,321
50
,251
,079
50
,354*
,012
50
,177
,219
50
,473**
,001
50
,422**
,002
50
,253
,076
50
1,000
.
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
63
65
Lampiran 5. Uji Korelasi Chi-square Antara Jenis Kelamin dengan
Penghayatan Budaya Perusahaan
ƒ
Jenis Kelamin*Inisiatif Individual
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
3,412a
3,647
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,332
,302
1
,919
df
,010
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,36.
ƒ
Jenis Kelamin*Toleransi Terhadap Resiko
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
2,070a
2,809
5
5
Asymp. Sig.
(2-sided)
,839
,729
1
,694
df
,155
50
a. 10 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,18.
ƒ
Jenis Kelamin*Arahan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
,729a
1,260
,591
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
,694
,533
1
,442
df
50
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,54.
66
ƒ
Jenis Kelamin*Integrasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
11,013a
12,083
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,012
,007
1
,676
df
,174
50
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,54.
ƒ
Jenis Kelamin*Dukungan Manajemen
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
11,285a
11,971
7
7
Asymp. Sig.
(2-sided)
,127
,102
1
,047
df
3,958
50
a. 13 cells (81,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,36.
ƒ
Jenis Kelamin*Pengawasan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
2,561a
2,947
,059
5
5
Asymp. Sig.
(2-sided)
,767
,708
1
,809
df
50
a. 9 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,36.
67
ƒ
Jenis Kelamin*Identitas
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
5,801a
5,996
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,122
,112
1
,078
df
3,107
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,18.
ƒ
Jenis Kelamin*Sistem Penghargaan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
10,667a
11,860
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,221
,158
1
,029
df
4,787
50
a. 15 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,18.
ƒ
Jenis Kelamin*Toleransi Terhadap Konflik
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
5,524a
6,101
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
,786
,730
1
,627
df
,237
50
a. 16 cells (80,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,18.
ƒ
Jenis Kelamin*Pola Komunikasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
5,454a
7,428
,674
7
7
Asymp. Sig.
(2-sided)
,605
,386
1
,412
df
50
a. 11 cells (68,8%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,18.
68
Lampiran 6.
ƒ
Uji Korelasi Chi-square Antara Tingkat Pendidikan Formal
dengan Penghayatan Budaya Perusahaan
Tingkat Pendidikan Formal*Inisiatif Individual
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
8,966a
10,323
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
,440
,325
1
,623
df
,241
50
a. 13 cells (81,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,04.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Toleransi Terhadap Resiko
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
29,460a
19,454
15
15
Asymp. Sig.
(2-sided)
,014
,194
1
,147
df
2,107
50
a. 22 cells (91,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,02.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Arahan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
4,851a
4,705
2,192
6
6
Asymp. Sig.
(2-sided)
,563
,582
1
,139
df
50
a. 10 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,06.
69
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Integrasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
11,728a
13,947
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
,229
,124
1
,360
df
,838
50
a. 12 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,06.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Dukungan Manajemen
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
26,401a
26,112
21
21
Asymp. Sig.
(2-sided)
,192
,202
1
,093
df
2,821
50
a. 31 cells (96,9%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,04.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Pengawasan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
9,692a
10,329
,000
15
15
Asymp. Sig.
(2-sided)
,839
,799
1
,991
df
50
a. 20 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,04.
70
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Identitas
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
4,303a
5,444
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
,890
,794
1
,373
df
,794
50
a. 12 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,02.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Sistem Penghargaan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
16,631a
18,165
24
24
Asymp. Sig.
(2-sided)
,864
,795
1
,032
df
4,583
50
a. 33 cells (91,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,02.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Toleransi Terhadap Konflik
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
15,766a
18,412
27
27
Asymp. Sig.
(2-sided)
,957
,890
1
,225
df
1,475
50
a. 36 cells (90,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,02.
ƒ
Tingkat Pendidikan Formal*Pola Komunikasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
24,702a
24,372
,239
21
21
Asymp. Sig.
(2-sided)
,260
,275
1
,625
df
50
a. 28 cells (87,5%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,02.
71
Lampiran 7. Uji Korelasi Chi-square Antara Jabatan dengan Penghayatan
Budaya Perusahaan
ƒ
Jabatan*Inisiatif Individual
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1,253a
1,645
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,740
,649
1
,627
df
,236
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,40.
ƒ
Jabatan*Toleransi Terhadap Resiko
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
2,243a
2,396
5
5
Asymp. Sig.
(2-sided)
,815
,792
1
1,000
df
,000
50
a. 10 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
ƒ
Jabatan*Arahan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
,889a
1,478
,794
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
,641
,478
1
,373
df
50
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,60.
72
ƒ
Jabatan*Integrasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
6,970a
6,071
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,073
,108
1
,011
df
6,436
50
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,60.
ƒ
Jabatan*Dukungan Manajemen
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
6,577a
6,404
7
7
Asymp. Sig.
(2-sided)
,474
,493
1
,782
df
,076
50
a. 13 cells (81,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,40.
ƒ
Jabatan*Pengawasan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
19,184a
21,603
10,674
5
5
Asymp. Sig.
(2-sided)
,002
,001
1
,001
df
50
a. 9 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,40.
73
ƒ
Jabatan*Identitas
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1,414a
1,493
3
3
Asymp. Sig.
(2-sided)
,702
,684
1
,559
df
,341
50
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
ƒ
Jabatan*Sistem Penghargaan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
6,584a
7,557
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,582
,478
1
,702
df
,147
50
a. 15 cells (83,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
ƒ
Jabatan*Toleransi Terhadap Konflik
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
3,100a
4,020
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
,960
,910
1
,604
df
,270
50
a. 16 cells (80,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
ƒ
Jabatan*Pola Komunikasi
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
4,712a
5,554
,026
7
7
Asymp. Sig.
(2-sided)
,695
,593
1
,872
df
50
a. 11 cells (68,8%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
74
Download