BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG KONSER MUSIK

advertisement
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG KONSER MUSIK INTERNASIONAL
Pada bab 2, pemahaman mengenai Gedung Konser Musik Internasional akan dibahas
melalui tinjauan teori, spesifikasi umum gedung konser, dan studi objek pada proyek sejenis.
2.1
Tinjauan Teori
Hal yang penting dalam mendesain dan mengembangkan bangunan seni adalah jenis seni
yang ingin di tampilkan dalam gedung tersebut. Jenis seni yang ditampilkan akan menentukan
ukuran dan tipe dari auditorium dan fasilitas pendukungnya. Tiap seni akan memiliki sejarah,
tradisi, dan pertunjukannya sendiri (Appleton, 2008:7)
2.1.1 Pemahaman terhadap Musik :
Berikut merupakan beberapa definisi mengenai musik menurut beberapa ahli
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_musik_info2091.html) :
1.
David Ewen : Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nadanada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi
dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional
2.
Suhastjarja : Musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep
pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme
dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri
sendiri dan manusia lain dalam lingkungan
Maka secara umum, musik adalah sebuah seni yang mengadopsi berbagai macam
kombinasi nada – nada secara harmoni dan didalamnya terdapat sebuah pemikiran – pemikiran
dan ungkapan manusia secara emosional,
2.1.2 Klasifikasi Jenis Musik
Berdasarkan nada yang digunakan, musik dibagi atas (Suptandar, 2004:23) :
1.
Musik Pentatonis (musik tradisional), adalah jenis musik yang mempunyai lima nada dasar
atau nada-nada yang memiliki jarak hampir sama. Ada beberapa musik nusantara Indonesia
yang diketahui sampai saat ini, seperti:
a. Gamelan, merupakan kesatuan alat musik tradisional yang dimainkan secara
bersamaan oleh beberapa orang dengan alat musik yang berbeda.
6
b. Gambang kromong, merupakan jenis orkes yang tersusun dari perpaduan musik
pribumi melayu dengban unsur-unsur tionghoa.
c. Tarling, adalah seni musik dari sekitar Cirebon, dengan memadukan alat gitar dan
seruling.
d. Kolintang, adalah musik tradisional dari Minahasa dengan instrumen yang terbuat
dari kayu dimainkan oleh lebih kurang 7 orang pemain/ pemusik.
e. Angklung, adalah musik tradisional dari Jawa Barat yang seluruh bahannya terbuat
dari bambu.
f. Musik arumba, adalah musik angklung versi baru dalam bentuk orkes ditambah
vibraphone dari bahan bambu dan dimainkan oleh 7 orang pemusik.
g. Keroncong, terdiri dari dua tingkatan yaitu: Keroncong asli, dengan susunan 6 atau 7
musik yaitu ukulele, banyo, cello, bas, gitar, biola dan flute dengan beberapa biduan
yang menyanyikan lagu-lagu khas.
2.
Musik Diatonis (Musik Modern), adalah musik yang menggunakan tujuh buah nada dasar
dan lima buah nada tambahan. Jenis-jenis musik modern antara lain :
a. Musik Blues, adalah jenis lagu ratapan dari bangsa negro di Amerika. Musik ini
berkembang mulai tahun 1911, sebagai perintis musik Jazz. Dalam sajian vokal,
umumnya bersuara tunggal yang lambat, meskipun diikuti suara bersama, namun
pada sajian instrumentalnya tampak leluasa.
b. Musik Rock, adalah musik yang banyak mengutamakan vokal dan alat musik
elektronik, lebih mengutamakan sound, dan kurang mengutamakan struktur harmoni,
melodi, serta ritme.
c. Musik Pop, yaitu musik dengan frase melodi yang sederhana dan cepat dipahami, dan
memiliki ciri khas bahasa (teks) dengan gambaran yang kuat secara emosional.
d. Musik Country, adalah suatu corak musik dengan permainan vokal, yang berkembang
mula-mula oleh para musafir, pengembala, dan pekerja keras.
e. Musik Jazz, adalah musik yang banyak menggunakan instrumen, teknik pengolahan
variatif, prinsip tema dengan pengolahan improvisasi panjang.
f. Musik Rhythm & Blues (R&B), yaitu musik berlandaskan musik Blues namun
memiliki unsur ritmis yang lebih tajam.
7
g. Musik Reggae, berasal dari kelas rendah di Jamaika, berlandaskan musik R&B,
disajikan melalui garis bas pada suatu hentakan dari pukulan drum.
h. Musik Kontemporer, adalah musik kreasi baru yang menggabungkan berbagai macam
bunyi, dari sumber alam maupun alat-alat mekanik. Musik ini merupakan upaya
penggabungan musik tradisional dengan musik non tradisional (pentatonis dan
diatonis).
i.
Musik Funk, adalah musik yang monoton, keras, dan bersifat anti keterampilan alat
musik. Falsafahnya adalah semakin keras dan kasar musik tersebut, semakin bagus
untuk didengar.
j. Musik Klasik, adalah musik yang mengutamakan untuk dinikmati dalam segi
komposisi, gubahan lagu, dan keterampilan musisi memainkan alat musik.
Berdasarkan alat musiknya, musik dibagi menjadi :
1.
Akustik (Ilmiah), adalah musik yang suaranya dihasilkan oleh alat musik itu sendiri tanpa
adanya penguat bunyi yang dihasilkan oleh listrik.
2.
Non akustik (Elektrik), merupakan musik yang suaranya dihasilkan oleh adanya penguat
suara yang ditimbulkan oleh aliran listrik seperti equalizer, mixer, dan amplifier.
Berdasarkan sumber bunyinya, dapat dibagi menjadi :
(http://jihanshoniap.blogspot.com/2014/10/klasifikasi-alat-musik-berdasarka n.html)
1.
Idiophone, pada jenis ini biasanya cara memainkan alat musik dengan digoyang,
dipukul,ditepukkan, dan lain-lain karena idiophone mendapatkan sumber bunyi dari getaran
pada badan alat musik tersebut. Beberapa contoh alat musik idiophone adalah marakas,
gong, simbal, kulintang, dan bel.
2.
Membranophone, merupakan alat musik yang sumber bunyinya berupa membran.Pada alat
musik jenis ini umumnya cara memainkannya dengan cara dipukul seperti kendang, drum
dan rebana. Alat musik jenis ini menggunakan lapisan tipis yang dibentangkan secara kuat
di salah satu sisinya. Membran ini kemudian digetarkan untuk menghasilkan bunyi.
3.
Chordophone memiliki sumber bunyi berupa dawai seperti biola, harpa, gitar, dan lain-lain.
Dawai-dawai tersebut dibentangkan dari titik tertentu dengan memiliki rongga resonansi
kemudian
cara
memainkannya
dengan
dipetik
sehingga
menghasilkan
getaran
bunyi.Aerophone memiliki sumber bunyi berupa udara dan getaran udara di dalam alat
8
musik inilah yang menimbulkan bunyi. Cara memainkannya dengan ditiup,contoh alat
musik aerophone adalah terompet, harmonika, dan akordion.
4.
Electrophone seperti namanya jenis alat musik ini menggunakan komponen listrik/elektrik
pada sumber bunyinya. Contoh alat musik electrophone adalah gitar elektrik dan keyboard.
Musik tradisional Bali dapat disebut juga gamelan bali disebut dengan rincikan dan berikut
adalah nama-nama gamelan Bali:
1. Jiyèng,
8. Kenong,
2. Réyong,
9. Kethuk,
3. Kanthil,
10. Cèng-cèng(Kecrak),
4. Gangsé,
11. Kendhang,
5. Jigog,
12. Gendèr
6. Jublak,
13. Suling
7. Gong,
2.1.3 Pemahaman Gedung Konser Musik
Gedung Konser atau Concert Hall secara umum berfungsi untuk mewadahi aktifitas dari
seniman baik perseorangan maupun kelompok dan menyampaikannya kepada penonton dalam
bentuk media seni musik.
Sebuah gedung pertunjukan seni harus memiliki syarat kunci yakni sebagai berikut :
(Appleton, 2008:520)
1.
Setiap perseorangan penonton harus mampu melihat dengan jelas penampilan artis,
latar/layar, sebagaimana juga dengan jelas mendengar pidato, musik, dan suara.
2.
Desain auditorium harus memikirkan kenyamanan penonton, keamanan terhadap api,
kualitas dari akustik, sistem suara, dan juga pencahayaan
3.
Teknologi pada panggung dan fasilitasnya akan terus berkembang seiring dengan jaman
Sebuah gedung pertunjukan seni akan memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda sesuai
pertunjukan yang ditampilkan (Strong, 2010: 7). Salah satunya gedung konser musik yang harus
mampu mewadahi dan melengkapi standar dari genre musik yang ada tentunya yang cocok
membutuhkan sebuah gedung konser untuk menampilkan seni tersebut. Menurut Judith Strong
dalam bukunya Theatre Building a Design Build maka genre musik yang cocok adalah sebagai
berikut :
9
a) Symphony Concert
b) Orchestra
c) Blues and Country
d) Jazz
e) Pop/Rock
2.1.4 Standar Internasional pada Gedung Konser Musik
Gedung konser musik memiliki standar – standar yang harus diperhatikan agar suatu
suatu gedung konser memiliki identitas dan fasilitas yang juga terdapat di gedung – gedung yang
sudah ada di dunia. Oleh karena itu, beberapa langkah yang dilakukan dalam menentukan
standar internasional tersebut adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur yang berwawasan internasional
Literatur dengan wawasan internasional berarti di dalamnya telah terdapat standar –
standar ruang dan juga fasilitas yang harus ada pada sebuah gedung konser. Selain itu,
didalamnya juga terdapat studi – studi kasus mengenai beragamm gedung konser yang ada di
Eropa dan Amerika yang notabene merupakan acuan utama dalam merumuskan standar
internasional yang di maksud.
Berikut merupakan beberapa judul buku dalam merumuskan standar pada gedung konser musik :
a) Ian Appleton, Buildings for the Performing Arts, 2nd ed.
b) Judith Strong, Theatre Building A Design Guide
c) Barron, Michael, Auditorium Acoustics and Architectural Design, 2nd ed
Gambar 2.1 Buku Referensi yang digunakan dalam merancang gedung konser
2. Studi terhadap proyek sejenis
Studi pada proyek sejenis berarti melakukan kunjungan pada gedung konser musik yang
dikenal memiliki kualitas akustik yang baik dan telah dikenal di Indonesia sebagai salah satu
gedung terbaik dalam menyelenggarakan konser musik. diantaranya sebagai berikut :
10
a) Aula Simfonia, Jakarta – Indonesia
b) The Sage Gateshead, Newcastle – Inggris
c) The Opera, Copenhagen – California
3. Skala Penyelenggaraan Konser :
Dalam sebuah konser musik, terdapat beberapa standar yang harus dipenuhi yang
merupakan fasilitas yang harus ada dalam sebuah konser dengan skala international. Yakni
sebagai berikut :
a) Pengisi Acara
Dalam sebuah konser musik dengan skala internasional, paling tidak terdapat
minimal 3 artis atau kelompok yang dijadikan sebagai bintang tamu, dan juga terdapat 3
artis nasional yang berlaku sebagai pengiring, atau bisa juga sebagai band kolaborasi
dengan band internasional. (Natsyora, 2015)
b) Penonton
Sebuah konser musik yang berstandar internasional, memiliki target penonton
yang ditentukan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Target Penonton Gedung Konser
Sumber : Appleton 2008:138
No
Jenis pertunjukan
Pusat ibu kota
1
Opera house
2
Dance Theater
3
Concert Hall
4
Recital Room
5
Drama
Arena
7
Drama theatre
8
Small and medium-scale drama
Pusat Daerah
1
Concert hall
2
Touring theatre
3
Drama theatre
4
Arena
5
Small and medium-scale drama
Pusat kota
1
Community theatre
2
Arts workshop
3
Amateur theatre
Pusat kawasan
1
Community school
Kapasitas tempat duduk
1600-2000
1200-1500
1500-2000
600-800
750-900
2000
750-900
150-350, 350-500
1200-1700
900-1400
750-900
2000 +
150-350, 350-500
150–350
150–350
150–350
150–350
11
2.2
Desain dalam Gedung Konser Musik Internasional
Menurut Quentin Pickard dalam bukunya The Architect Handbook, Dalam sebuah
gedung pementasan seni, terdapat 3 kelompok ruang yakni :
1. Resepsionis /Front of The house : entrance hall, foyers, ticket box, toilets, koridor dan
tangga
2. Auditorium : Studio/ Main Seating Area
3. Panggung/Back Stage : Panggung utama, ruang ganti, area belakang panggung.
Detail ruang dapat dilihat pada gambar 2.2 :
Penyimpanan Alat Musik dan
Ruang Kerja
Ruang Conference dan Pendidikan
Seni Rupa : Ruang Pameran pada
Foyer, atau galeri yang terpisah




Service Tambahan :
Bar/Café Restaurant
Tourist Information
Shop
Museum









Fasilitas Lain :
Ruang Pendidikan
Studio Seni Rupa dan Gudang
Penyimpanannya
Studio Photografy
Studio Rekaman
Ruang Pemanasan/Latihan Kedap Suara
Fasilitas Multimedia (Sound/Lighting)
Kantin Staff
Lounge
Toilet dan Fasilitas Kebersihan
Loading Dock dan
Ruang kerja bagian
scenery, costume, dan
gudang
Pengisi acara :
Ruang Kerja dan
Studio
Latihan/Eksperimental
Box Theatre
Kantor Administrasi
Auditorium Utama (Panggung)
Box Office
Akses Utama pada Fasilitas
Tangga Utama, Lift, Korridor, dan akses untuk kaum disable
Front of House
Bagian Entrance dan Akses Menujuer Jalan
Gambar 2.2 Diagram Kelompok Ruang
Sumber : Pickard, 2002:370
Gedung Konser Musik merupakan salah satu sarana rekreasi sehingga diperlukan sebuah
fasilitas hiburan sebagai faktor utama. Namun, faktor lain sebagai pendukung juga harus
dipenuhi untuk memuaskan segala aspek yakni marketing, lokasi, aksesibilitas, dan standar dari
bangunan.
Pengalaman yang didapat pengunjung tidak dibatasi oleh waktu yang dihabiskan dalam
auditorium. Menurut Ian Appleton dalam bukunya Building of The Performing Art Second
12
Edition, titik dari bangunan Gedung Pementasan Seni dapat menentukan pengalaman yang
didapat pengunjung dapat dilihat dari :
a)
Urutan aktifitas dari dan menuju panggung pementasan : Kualitas entrance, foyer,
toilet, lobby, dan auditorium
b)
Kualitas dari pementasan acara : Kemampuan untuk melihat dan mendengar, isi dari
acara entah konser atau theater, dan kemampuan dari seniman, directors/
choreographer /conductor.
c)
Aktifitas Pendukung : Makan dan minum untuk pengunjung, galeri seni dan toko
souvenir
d)
Pelayanan staff kepada publik : Keramah tamahan, akses menuju tempat duduk,
penunjuk arah yang jelas.
2.2.1 Ruang Front Of House (FOH) pada Gedung Konser Musik Internasional
Bagian Front of House merupakan sebuah kelompok ruang pada gedung pementasan seni
yang memiliki peran untuk memberikan kesan awal kepada pengunjung, karena bagaimana
kualitas dari front of House akan memberikan kesan dan pengalaman keseluruhan dari bangunan.
Oleh karena itu, desain pada kelompok ruang front of house harus dibuat nyaman, artistik, dan
mengandung unsur hiburan maupun pendidikan.
Fungsi dari kelompok ruang front of house adalah sebuah ruang yang dimiliki oleh
public, dalam hal ini adalah pengunjung dari gedung pementasan seni dan juga terdapat fasilitas
– fasilitas pendukung untuk menambah kenyamanan pengunjung. Sehingga ruang front of house
dibagi 2 yakni :
1.
Ruang Publik / Public Area :
(a) Entrance lobby dan drop-off, (b) foyer dan sirkulasi pengunjung, (c) Box office dan
Loket tiket (Gambar 2.1), (d) Reception dan konter informasi, (e) Exhibition Area
(Gambar 2.2), (f) Toko souvenir, (g) Tempat Penitipan barang/Cloakroom, (h)Toilet,
(Gambar 2.3), (j) Ruang Konferensi (Hospitality Suites), (k) Bar (lGambar 2.4), (l) Area
Pameran.
13
2.
Ruang Pendukung / Support Area
(a) Kantor manajer dan kantor keamanan, (b) Toko peralatan, (c) Ruang Pertolongan
Pertama/ First Aid Room, (c) Ruang ganti, (d) Ruang pengarahan (e) Kantor telepon ,
internet dan surat, (f) Box office manajer dan kantor kas, (g) Ruang Merchandise , (h)
Dapur, (i) Ruang Cleaning Service
Konter Informasi di Royal & Derngate
Theatres, Northampton, UK
Sumber : Strong , 2010 : 49
Exhibition Area di Royal & Derngate
Theatres, Northampton, UK
Sumber : Strong , 2010 : 57
Foyer di Bridgewater Hall, Manchester
Sumber : Strong , 2010 : 47
Bar di Northern Stage, Newcastle, UK
Sumber : Strong , 2010 : 52
Gambar 2.3 Ruang Front of House pada gedung
2.2.2 Desain Auditorium pada Gedung Konser Musik
Auditorium merupakan bagian utama dari sebuah gedung konser musik. Dimana di
dalamnya terdapat interaksi yang intens antara pemain seni dan penontonnya. Pada desain
auditorium, akan dijelaskan standar – standar yang baik dan nyaman dalam mendesain
auditorium.
14
A. Tata Panggung/Stage
Panggung adalah tempat pemain musik mengekspresikan musiknya kepada penonton.
Panggung musik akan memiliki karakter yang berbeda dengan jenis seni lain yang ada pada
sebuah gedung pertunjukkan seni seperti panggung seni musik dan panggung theater.
Dalam mendesain panggung, langkah awal yang dilakukan adalah memilih karakteristik
yang spesifik dari musik seperti ; musik klasikal. Pop/Rock, Jazz, Opera, tarian, musical – dan
kemudian menentukan skala dari pementasan, yakni dalam skala besar, sedang, ataupun kecil.
Semua keputusan ini akan berdampak pada jumlah penonton, jumlah seniman, staff teknikal dan
juga manajemen dari produksi (Appleton, 2008:106)
Berdasarkan dari karakteristik jenis musik yang ada, maka tiap – tiap jenis panggung
yang cocok untuk digunakan pada gedung konser adalah sebagai berikut :
1. Orchestra dan Choral Classical Music
Jenis musik ini menggunakan tata panggung yang diletakkan satu arah dengan arah
pandang penonton, artinya mata penonton hanya terkunci pada satu arah pandang saja. Jenis
panggung yang biasa digunakan pada pementasan seni musik ini yakni kombinasi dengan variasi
bentuk persegi dan auditorium berbentuk kipas. (Appleton,2008:106)
Gambar 2.4 a) Panggung dengan hubungan searah, (b) Panggung dengan sebagian
penonton mengelilingi panggung pada balkon samping dan belakang
(c) Penonton mengelilingi panggung dengan atau tanpa balkon
Sumber : Appleton, 2008:107
15
Gambar 2.5 Perletakan instrumentalis pada panggung
jazz dan orkestra
Sumber : Appleton, 2008:144
Gambar 2.6 a) Desain Platform
Panggung pada Gedung konser jenis
classical
Sumber : Appleton, 2008:143
Gambar 2.7 Garis Pandang Artis/Pengisi Acara
Sumber : Appleton, 2008:131
2. Jazz/Blues dan Pop/Rock
Pada pementasan jazz formal, suasana panggung memiliki kemiripan dengan jenis
panggung musik Orchestra dan Choral Classical Music yakni memiliki satu arah pandang
dengan mata terkunci pada satu arah pandang. Namun lebih terdapat sebuah kesan yang teatrikal
dalam presentasi musik pop dan rock, sehingga panggung berkembang dengan lighting dan
sound effect. Lalu dipadukan peralatan latar/background visual yang dapat berubah – ubah
sehingga dibutuhkan side stage atau back stage untuk mempersiapkannya. (Appleton, 2008:107)
Panggung jazz yang tergolong besar, dimana didalamnya sudah termasuk jazz band,
instrumentalis, dan penyanyi memikih dimensi : lebar 9 m, panjang 6 meter, dan tinggi 900 mm.
dengan layout panggung dapat ditata sesuai dengan pemain instrument.
16
Gambar 2.8 Panggung musik Jazz/Blues dan Pop/Rock
Sumber : Appleton, 2008:107
3. Lift Panggung
Lift panggung digunakan untuk menaikkan dan menurunkan properti konser musik yang
memiliki beban sedang dan disediakan di basement panggung. basement panggung memiliki
dimensi dengan ; tinggi minimal 2.500 mm, dan lebar ruang sampai dengan 7 – 10 m.
Gambar 2.9 Aplikasi dari Lift Panggung untuk mengangkat alat musik
Sumber : Appleton, 2008:144
17
Gambar 2.10 Lift Panggung
Sumber : http://www.hydromech.in diakses pada 25 Maret 2015
B. Auditorium Seating
Penempatan tempat duduk dalam auditorium bergantung pada jenis format pementasan
– hubungan antara penonton dan artis – dan kualitas visual dan aural dari pertunjukkan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang seating dalam auditorium adalah sebagai
berikut :
1. Kepadatan Jumlah Tempat Duduk
Kepadatan dari jumlah tempat duduk bergantung pada dimensi dari kursi dari penonton.
Semakin besar dimensi kursi akan membuat kapasitas menjadi lebih sedikit. Apabila dimensi
kursi semakin kecil maka akan menambah jumlah kursi tetapi mengurangi kenyamanan dari
penonton. Segi kenyamanan merupakan hal yang harus diperhitungkan, terutama kenyamanan
area kaki dari penonton.
Dalam penempatan tempat duduk tradisional, jumlah maksimum dalam baris penonton
terdapat 22 kursi apabila terdapat 2 buah gangway di tiap ujung baris, dan 11 apabila gangway
hanya terdapat pada satu sisi saja. Maka dengan ini, gangways merupakan sebuah ruang pemisah
antara baris penonton atau dapat juga menjadi pembatas antara blok – blok baris penonton.
2. Spasi Baris ke Baris
Spasi dikondisikan oleh jarak antara dari sandaran kursi terdepan dengan dudukan bagian
depan kursi belakang. Dimensi kritis adalah saat orang melintasi yang barisan kursi. Untuk
tempat duduk tradisional minimum adalah 300 mm. Untuk Continental Seating jarak tidak
kurang dari 400 mm dan tidak lebih dari 500mm. Spasi dalam tiap baris dikondisikan dengan
18
jarak antara ujung depan tempat duduk kursi terdepan dengan ujung belakang dari kursi di
belakangnya.
Gambar 2.11Spasi antar baris kursi
Sumber : Appleton, 2008:120
Jarak untuk penempatan adalah 300 mm dan dimensi ini meningkat seiring dengan
jumlah kursi dalam baris. Dengan meningkatnya jumlah tersebut dimensi dapat mencapai 400
mm dan tidak lebih dari 500 mm.
3. Seating Geometry
Penempatan tempat duduk biasanya menghasilkan tata kursi yang linear atau melingkar
dan terfokuskan pada artis. bentuk yang lebih kompleks adalah baris dengan sudut kemiringan
tertentu.
Gambar 2.12 Jenis geometri penempatan tempat duduk
Sumber : Appleton, 2008:121
Baris tempat duduk melengkung sedikit lebih efisiesn dalam jumlah kursi penonton
namun akan meningkatkan biaya konstruksi dan sebaliknya pada baris penonton linear. Maka
19
kombinasi antara kedua jenis inin mungkin dilakukan demi mendapatkan jumlah penonton dan
kenyamanan terbaik.
4. Gangways
Dimensi lebar dari gang di dalam layout temat duduk dalam tiap tingkat auditorium
detentukan oleh fungsi mereka sebagai jalur evakuasi dan jumlah tempat duduk yang disediakan.
Lebar minimum adalah 1.100 mm dan dalam 1300 apabila ada dikondisikan untuk kursi roda.
Gambar 2.13 Penempatan Gangway pada baris kursi
Sumber : Appleton, 2008:121
5. Sightline
Seluruh penonton harus memliki pandangan yang tidak terganggu dan tidak terhalangi
terhadap pementas acara. Oleh karena itu garis pandang harus diperhatikan dalam pengaturan
tempat duduk penonton sebagai berikut.
a)
Sightline Horizontal
Gambar 2.14 Pengaturan Garis Pandang Penonton
Sumber : Pickard, 2002:382
20
Gambar 2.15Sudut Pandang Penonton
Sumber : Pickard, 2002:382
b)
Sightline Vertical
Gambar 2. 16 Pengaturan Garis pandang vertical
Sumber : Pickard, 2002 :382
6. Balcony
Dengan jumlah kursi yang banyak maka baris tempat duduk akan sekaligus menjadi
panjang sehingga penonton yang duduk dibelakang akan terganggu. Demi menjaga kenyamanan
penonton terutama yang duduk di bagian belakang, maka dapat dilakukan dengan menggunakan
balkon sebagai berikut :
21
Gambar 2. 17 Petunjuk dimensi untuk Balcony
Sumber : Pickard, 2002 :381
Perbandingan maksimal dari jarak D:H adalah 1:1 untuk sebuah gedung konser. Garis
pandang dari balkon menuju panggung tidak boleh lebih dari 30 derajat dan baris paling
belakang harus punya pandangan yang bebas menuju panggung.
7. Dimensi Tempat Duduk
Penonton memiliki dimensi tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu dibuat standar ukuran kursi untuk membantu menyimpulkan dimensi kursi yang
dibutuhkan dalam gedung pertunjukkan. Sebagai berikut :
Gambar 2.18 Petunjuk dimensi untuk tempat duduk
Sumber : David, 2003 : 60
Tabel: 2.2 Dimensi Tempat Duduk
Sumber : David, 2003 : 60
22
Tabel 2.2 menjabarkan mengenai dimensi-dimensi standar tempat duduk pada gedung
pertunjukan. Standar tersebut menjadi acuan dalam mendesain sehingga memberikan rasa
nyaman yang tepat untuk penonton.
Gambar 2.19 Petunjuk Handrail pada sisi depan balkon
Sumber : Appleton, 2008 : 115
2.2.3 Ruang Back Stage pada Gedung Konser Musik
Ruang backstage adalah fasilitas pendukung agar acara dari gedung pementasan berjalan
lancar. Ruang Backstage digunakan oleh pengisi acara untuk mempersiapkan acara dan sebagai
relaksasi atau penyegaran dan dirancang kepada pengisi acara dengan usia beragam(anak – anak,
dewasa, dan kaum disable). Fasilitas dari back stage adalah sebagai berikut :
1. Dress Room/ Ruang Rias
Dimensi dari ruang rias disesuaikan dengan tipe pementasan yang akan
ditampilkan karena tiap pementasan akan terdapat jumlah pengisi acara yang berbeda.
(Appleton, 2008:174)
a)
Ruang Ganti Pengisi Acara Jazz, Pop/Rock
Tabel: 2.3 Jumlah Pengisi acara jazz, pop/rock
Sumber : Appleton,2008:175
23
b)
Ruang Ganti Pengisi Acara Orchestra, Classical Music, Choir
Tabel: 2.4 Jumlah Pengisi acara jazz, pop/rock
Sumber : Appleton,2008:175
Pengertian ruang ruang pada table di atas adalah sebagai berikut (Appleton,2008:176) :

Single Room : Single room adalah ruang ganti tunggal yang biasanya digunakan oleh
artis utama dalam sebuah gedung pertunjukkan. Memiliki kapasitas kecil (1 – 2 orang
) dengan fasilitas relaksasi, TV, kamar mandi dalam, dan make up. Luasan dari ruang
ini minimal 15 m2

Shared Room : jumlah maksimal pengguna ruang ini adalah 4 orang. Didalamnya
terdapat meja, kursi, lemari pakaian, dan lain – lain. selain itu, juga terdapat kamar
mandi untuk tiap orang yang ada didalamnya. Luasan Ruang termasuk Shower
mencapai 18 m2

Communal Room : Jumlah pengguna ruang ini tidak lebih dari 20 orang. Didalamnya
terdapat meja, kursi, lemari pakaian, dan lain – lain. Dengan kapasitas kamar mandi
adalah 1 kamar mandi untuk 4 orang. Ruang gerak 1.5 – 3m2 per orang. Kombinasi
antara 2 communal room dapat membuat ruang yang lebih besar untuk ruang
pemanasan dan ruang meeting.
2. Green Room :
Green Room adalah ruang yang digunakan sebagai ruang umum dari pengisi acara untuk
beraktivitas sosial, istirahat, penyegaran, dan hiburan. Besarnya tergantung pada jumlah pengisi
acara kecuali terdapat penggunaan tertentu seperti meeting, rehearsal(pemanasan), ruang ganti
ekstra. (Appleton,2008:179)
Didalamnya juga dibutuhkan gudang untuk membantu perlengkapan dan kebutuhan
tertentu. Selain itu, dalam fungsinya sebagai penyegaran, ruang ini dapat ditambahkan dapur
yang menyediakan makanan untuk semua staff di dalam gedung.
24
3. Ruang Latihan
Ruang ini diperlukan oleh pengisi acara untuk berlatih sebelum acara dimulai. Musisi dan
penyanyi akan membutuhkan 15 m2 dengan piano yang kualitas akustiknya diperhatikan. Selain
itu, ruang untuk penari dibutuhkan dengan ruang minimal 100 m2 dengan fasilitas cermin, lantai
kayu, dan alat pendukung lainnya.
Gambar 2.20 Contoh Ruang Pemanasan dan Latihan
Sumber : Appleton, 2008:199
4. Ruang Berkumpul Orchestra dan Choir (Assembly Point)
Adalah area dalam acara orchestra atau choir untuk berkumpul sebelum memasuki
panggung. didalamnya terdapat sebuah lobby karena sebelum pengisi acara masuk, area ini akan
disorot oleh musik dan lampu. Area yang dibutuhkan sampai dengan 1 m2 per orang.
(Appleton,2008:180)
5. Pintu Panggung atau Entrance Artis
Pintu masuk termasuk dalam lobby yang terpisah dan disertakan kanopi. Syarat yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut; Terdapat akses langsung menuju panggung, tanpa
melalui ruang lainnya, terdapat akses masuk menuju ruang laltihan dan green room, terdapat
stand security yang dipantau oleh control room (Appleton,2008:181)
2.2.4 Utilitas Auditorium pada Gedung Konser Musik
Bagian utilitas pada gedung merupakan salah satu bagian yang paling krusial dalam
mendesan gedung pertunjukkan seni, hal ini mencakup penataan akustik, pencahayaan, pemadam
api, dll dimana akan sangat penting untuk menunjang kualitas acara dan kenyamanan penonton.
25
1.
Lighting
Didalam Gedung pertunjukkan seni, sistem pencahayaan sangat penting untuk memberikan
kesan dramatis dalam sebuah acara musik. Meskipun fungsinya tidak sekrusial dalam pentas
theater karena lebih menjadi estetika didalam panggung saja. Pengaturan lighting memiliki
karakteristik sesuai jenis musik yang ditampilkan. Untuk tingkat illuminasi pada gedung konser
yaitu sebesar 100 lux, sedangkan untuk ruang lain seperti foyer/hall yaitu 200 lux (Mirayani,
2008). Pencahayaan dalam auditorium mencakup :
a)
Pencahayaan Pengisi acara :
Posisi pencahayaan di dalam auditorium terdapat pada langit langit dari
ruanganan, dinding samping dan belakang, balkon bagian depan, dan terdapat di bawah
tempaat duduk. Arah dari lighting menuju panggung dengan penerangan yang jelas.
Tiap posisi lampu memerlukan akses untuk teknisi untuk mengganti atau
memodifikasinya dan aksesnya cukup menggunakan tangga pada dinding dan lighting
bridge pada langit – langit.
Penggunaan spotlight dipasang di belakang auditorium atau pada lighting bridge
di langit – langit.
Tradisi pada musik orchestra dan choir adalah menggunakan
iluminasi pada panggung selama pertunjukkan berlangsung.
b)
Pencahayaan pada Auditorium
Dalam pencahayaan untuk sirkulasi dan area tempat duduk untuk penonton untuk
mengitari auditorium, membaca program acara, dan lain – lain, lampu dekoratif
kemudian mendukung fitur arsitektural didalam gedung. Pencahayaan auditorium
biasanya menggunakan teknollogi dimmed.
c)
Pencahayaan darurat
Adalah pencahayaan untuk menunjukkan bagaimana sirkulasi menuju pintu
darurat terdekat. Lampu yang digunakan dapat berupa lampu ber watt kecil yang
diletakkan pada lantai ruang.
d)
Pencahayaan untuk bekerja
Adalah pencahayaan yang digunakan dengan tingkat yang sedang, dan digunakan
untuk membersihkan dan merawat fasilitas auditorium. Pencahayaan ini merupakan
sistem yang terpisah saat auditorium tidak digunakan.
26
e)
Blue Lights
Area yang diakses oleh teknisi pada saat berlangsungnya acara memerlukan
sebuah pencahayaan dengan level rendah dengan warna biru agar tidak terlihat oleh
penonton.
Berdasarkan deskripsi dari jenis lampu yang ada diatas, maka perletakannya pada
sebuah gedung auditorium dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.21 Tipikal Perletakan Lampu pada Auditorium
Sumber : Strong, 2010:134
2.
Akustik
Perlengkapan suara pada penjelasan berikut dibutuhkan pada sebagian besar desain
auditorium. Letak dari pengeras suara untuk mendukung performa pengisi acara membutuhkan
amplifikasi contohnya pada konser dengan musik rock dan pop. Tujuannya adalah untuk
menentukan lokasi loudspeakers utama yang suaranya akan didistribusikan ke seluruh penonton.
27

Pada panggung pop/Jazz, loudspeakers diletakkan di setiap sisi panggung.

Berbagai macam posisi speaker di dalam auditorium diletakkan di bagian sisi dan
belakang dinding, langit – langit auditoroium, balkon, bahkan mungkin saja diletakkan
di bawah lantai dari tempat duduk. Lokasi dari speaker membutuhkan sambungan yang
tidak terganggu dari speakers menuju penonton. (Barron,2009:166)
Gambar 2.22 Tata letak sound
Sumber : Strong , 2010 : 132
Untuk membuat suara yang jernih, frekuensi suara yang mampu ditangkap oleh telinga
harus mencapai rata – rata 500, 1000, dan 2000 hz. Dan jangkauan suara untuk gedung dengan
fungsi musik adalah antara -2 sampai +2 dB. (Barron,2009:198)
Bunyi yang harus dihindari dalam sebuah auditorium adalah hadirnya suara suara yang
tidak diinginkan akibat pantulan suara yang tidak sempurna. Menurut Doelle (1990;64) ada
delapan jenis bunyi yang harus dihindari, yakni :
a)
Gema (echoes)
Gema adalah suara yang dipantulkan oleh permukaan yang jauh, sehingga suara
yang terpantul tertunda cukup lama dan terdengar menjadi bunyi yang berbeda dari
sumber suara itu sendiri.
b)
Pemantulan yang Berkepanjangan ( long delayed reflection )
Pemantulan yang berkepanjangan mirip dengan gema, namun penundaan waktu
yang terjadi antara bunyi langsung dan bunyi pantul lebih singkat daripada gema.
c)
Gaung
Gaung adalah cacat akustik yang terdiri atas gema – gema kecil yang berurutan
dengan cepat. Sebuah ruang dengan daya pantul yang tinggi akan membuata bunyi
28
memantul secara berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi yang sulit dimengerti
dengan jelas.
d)
Pemusatan Bunyi
Pemusatan bunyi diakibatkan pada permukaan cekung, sehingga distribusi
penyebaran bunyi tidak merata dan hanya terpusat pada satu titik. Pemusatan bunyi
ini dapat dihindari dengan membuat permukaan yang berpenyerap bunyi atau difus (
tidak rata/tidak beraturan)
e)
Ruang Gandeng ( coupled spaces)
Adalah cacat akustik yang terjadi akibat ruang yang berhubungan dengan
auditorium, seperti foyer dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut akan
membentuk ruang gandeng. Selama ada rongga udara antar ruang yang berhubungan
tersebut, maka akan terjadi bunyi dengung yang masuk dari ruang lain meski akustik
dari auditorium sudah baik.
f)
Distorsi
Merupakan gangguan bunyi yang terjadi akibat ketidak seimbangan permukaan
dinding sehingga bunyi yang terserap terjadi perubahan kualitas yang tidak
dikehendaki.
g)
Bayangan Bunyi
Merupakan cacat akustik saat bunyi terhalang dari sumbernya menuju ke
penonton. Masalah ini terjadi akibat tempat duduk di bawah balkon yang menonjol
terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.
h)
Bisikan (whispering gallery)
Merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh bunyi yang memiliki frekuensi
tinggi lalu kemudian cenderung merangkak di sepanjang permukaan dinding
auditorium yang berbentuk cekung (setengah bola).
3.
Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi
Lapisan Penyusun dinding terdiri dari material yang memantulkan suara sehingga kualitas
suara yang ada mampu dinikmati oleh seluruh tempat duduk penonton. Maka dari itu,
penyampaian bunyi diperkuat pemantulannya dari depan auditorium untuk memantulkan bunyi
secara langsung ke tempat duduk bagian belakang dimana bunyi langsung (direct sound)
terdengar paling lemah.
29
Penggunaan material penyerap bunyi sangat disarankan untuk mendapatkan akustik yang
baik dan penerapan dari bahan tersebut dapat dipasang pada dinding ruang ataupun digantung
(Doelle 1990:33). Material yang memiliki penyerapan bunyi yang baik adalah sebagai berikut :
a)
Bahan Berpori
Bahan ini menyerap energy bunyi yang datang dan menyerapnya sebagian besar
dari bunyi di dalam pori – pori, kemudian sisa dari bunyi tersebut dipantulkan oleh
permukaan bahan. Penyerapan bunyinya lebih cocok pada bunyi berfrekuensi tinggi
Contoh bahan ini adalah : papan serat(fiber board), Plasteran lembut (soft
plaster), mineral wools, dan selimut isolasi.
Berpori-pori
Berpori-pori dan
permukaannya berperforasi
Gambar 2.23 Bahan Berpori
(Sumber : Templeton, 2001:83)
b)
Panel Penyerap
Panel Penyerap merupakan sebuah bahan solid yang kedap fan dipasang pada
lapisan yang padat namun didalamnya terdapat suatu rongga sebagai pemisah. Panel
ini cocok digunakan pada suara yang berfrekuensi sedang dan tinggi dan merupakan
penyerap bunyi yang efisien karena mampu membuat dengung yang merata pada
seluruh jangkauan frekuensi.
Material ini mudah disusun saat pemasangannya
sehingga dapat dibentuk sesuai desain yang diinginkan karena tersedia dalam
berbagai ukuran.
Contoh dari bahan ini adalah : panel kayu, dan hardboard, gypsum board, langitlangit plesteran yang digantung, pleteran berbulu, plastik board tegar,jendela, kaca,
pintu, lantai kayu dan panggung.
Membran tipis
Gambar 2.24 Penyerap Panel
(Sumber : Templeton, 2001:84)
Berpori-pori dan
bercelah udara
30
c)
Karpet
Karpet memiliki sifat mereduksi suara yang baik saat digunakan sebagai dinding
maupun sebagai alas pada auditorium. Semakin tebal lapisan karpet yang digunakan,
maka semakin besar pula daya serapnya terhadap bising yang ditimbulkan.
4.
Ruang Kontrol
Ruang ini biasanya terletak di bagian belakang tengah dari sebuah auditorium dimana
operator memiliki pandangan yang tidak terganggu menuju panggung. Pada sebuah gedung
konser, ruang control lebih mencakup kepada pengaturan lighting dan latar. Dengan dimensi
minimal lebar 3 m, Panjang 2,5 m, dan tinggi 2,4 m. pengisi ruang telah terhitung operator dan
juga asistennya dengan berbagai alat control baik dalam segi musical maupun lighting.
Gambar 2.25 Contoh Aplikasi Ruang Kontrol
Sumber : Appleton, 2008:186
Pada gedung konser musik, ruang control dilengkapi beberapa fasilitas khusus yakni
recording dan Amplifier. Selain itu, juga dapat ditambahkan fasilitas proyeksi viseal seperti
video proyektor untuk membantu konser pop/rock yang dapat dikombinasikan dengan scenic
stage.
Gambar 2.26 Ruang kontrol yang Gedung Konser Musik
Sumber : Strong , 2010:135
31
5.
Sistem Penghawaan
Pengunaan sistem penghawaan pada gedung auditorium lebih cocok menggunakan AC
central untuk memudahkan sirkulasi udara pada bangunan yang bersifat bentang lebar. AC
sentral menggunakan alat pendingin (chiller). Sistem AC sentral menggunakan alat pendingin
(chiller) yang terletak pada suatu ruang khusus yang kemudian akan mensuplai udara dingin (air
chilled
system)
atau
air
dingin
(water
chilled
system)
ke
seluruh
ruangan.
(http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/07/penghawaan-buatan.html). Standar kenyamanan
sebuah ruang (Termal Comfort) berkisar antara 18o--20oC, selisih suhu pada ketinggian 0,5m –
1,5m diatas lantai kurang dari 2oC. Volume ruang sangat erat hubungangnnya dengan sistemp
penghawaaan sehingga menjadi penentu besar dan kecilnya kebutuhan pengahawaan dalam
ruang. Sirkulasi udara pada auditorium dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.27Distribusi udara dingin dan udara panas
Sumber : Strong , 2010:85
Sedangkan penggunaan sistem penghawaan pada ruang diluar auditorium dapat
menggunakan AC dengan sistem lain baik dengan split ataupun tetap menggunakan AC sentral.
6.
Sistem Peringatan dan Pemadam Kebakaran
Detektor kebakaran merupakan alat yang mendeteksi secara dini adanya kebakaran agar
tidak berkembanga menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya sumber kebakarakan menjadi
sebuah intervensi untuk mematikan api denga cepat, sehingga dapat meminimalisir kerugian.
a)
Detektor Asap
Merupakan alat pendeteksi asap yang sinyalnya akan diteruskan sehingga fire
alarm berbunyi (lihat Gambar 2.35). Luas cakupannya adalah 50 – 100 meter persegi.
32
b)
Detektor Panas
Berfungsi mendeteksi terjadinya perubahan energi thermal (panas) yang
diakibatkan oleh adanya api. Detektor panas memiliki dua type yaitu detektor dengan
batasanan suhu yang tetap, dan detektor yang mendeteksi peningkatan suhu secara
seketika. Batas suhu yang dideteksi minimal 58 o C dengan jangkakauan hingga 50
msq
Gambar 2.28Smoke Detektor dan Heat Detector
Sumber : Hill, 2004:70
c)
Sprinkle
Sprinkle adalah alat pemadam kebakjaran otomatis yang paling sederhana, dengan
baham pemadam berupa air, Sprinkle akan menyemburkan air dengan mendeteksi
asap di dalam sebuah ruangan. Pemipaan sprinkle harus berbeda dan dipisahkan
dengan pemipaan atau plumbing yang lain dan harus tersendiri, karena membutuhkan
daya tekan yang tinggi untuk menyuplai air pada semua ruangan. Jarak antar sprinkle
maksimal adalah 4,5 meter antar sprinkle.
Gambar 2.29 Sprinkle
Sumber : Hill, 2004:70
d)
Portable
Adalah alat pemadam api yang dilengkapi dengan alat pengukur tekanan
(pressure gauge) yang setiap saat dapat menunjukan adanya tekanan, sehingga
memudahkan pengontrolan efektifitas kinerja tabung.
e)
Water (gas cartridge type) extinguishers ( merah )
Alat pemadam
ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham
pemadam. Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas
33
dan kayu. Tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang
menggunakan listrik atau cairan kimia organic yang tidak larut didalam air
f)
Carbondioxide extinguisher ( hitam )
Jenis pemadam ini menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan
pemadam. Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel
COP padat pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana
terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak,seperti
instrument laboratorium,server,komputer,dsb.
Gambar 2.30 Water (gas cartridge type) dan Carbondioxide extinguisher
Sumber : Hill, 2004:70
g)
Hidrant
Hydrant ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penanggulangan ketika
bencana kebakaran melanda. hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi
bangunan-banguanan public seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan,
bahkan semestinya lingkungan perumahanpun harusnya ada fasilitas hydrant.
Terdapat dua jenis hydrant yaitu, hydrant dalam ruangan ( in door ) dan hydran di
luar ruangan (lihat Gambar 2.38). Pemasangan hydrant di dalam ruangan tergantung
pada luas ruangan dan luas gedung. Hydrant di luar ruangan berfungsi untuk
menyalurkan suplay air pada mobil pemadam kebakaran. Jarak antar hydrant
maksimal adalah setiap 200 meter.
Gambar 2.31Hydrant indoor dan Hydrant outdoor
Sumber : Hill, 2004:70
34
7.
Sistem Keamanan Gedung
Close Circuit Televition merupakan alat perekam yang menggunakan satu atau lebih alat
perekam yang menghasilkan data berupa video ataupun audio dengan cara kerja mengirimkan
signal dengan cara tertutup melalui wireless atau kabel.
i.
Jenis pengambilan gambar pada CCTV ada dua jenis yaitu hitam putih dan berwarna
ii.
Type pengambilan jumlah gambar per detik adalah 1-6 FPS ( Frame Per Second )
sebagai standard untuk mengetahui tindak kejahatan, hingga 30 FPS untuk real-time
CCTV.
iii.
Kamera CCTV ada yang dapat digerakkan ke kana-kiri atas-bawah dari jarak jauh,
dan ada juga yang bersifat statis. Moveable Camera ( dapat digerakkan ), Fixed
Camera ( statis ) Dome Camera, ( Estetis, simple, rapi )
iv.
Cara penyimpanan rekaman adalah dengan menggunakan Tape atau DVR ( Digital
Video Recorder )
v.
CCTV dihubungkan dengan layar monitor pada ruang monitoring.
CCTV Camera
DVR
Monitor
Coax Cable
Gambar 2.32 CCTV diagramatic
Sumber : Hill,2004:98
8.
Emergency Exit dan Tangga darurat
Dalam merancang emergency exit atau tangga darurat, hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)
Jarak Perjalanan
Pada sebuah umum dengan desain tradisional, jarak pintu dari gangway adalah 18
m, dan 15 m dari tiap tempat duduk yang ada dengan waktu evakuasi yang
dibutuhkan pada tiap tingkat auditorium minimal 2,5 menit.
35
b)
Jumlah Pintu Keluar
Jumlahpintu keluar yang dibutuhkan tiap tingkat dari auditorium adalah minimal
2 pintu yang terpisah. Pada auditorium dengan kapasitas 500, minimal 2 pintu keluar
diperlukan dengan asumsi 250 orang membutuhkan 1 pintu keluar. Pada auditorium
yang lebih besar, perhitungan 250 orang untuk 1 pintu juga dapat diterapkan dengan
arah sirkulasi menjauhi panggung.
Gambar 2.33 Aplikasi Emergency Exit
Sumber : Appleton, 2008:124
c)
Lebar pintu keluar
Lebar dari pintu keluar telah diatur oleh regulasi. Perhitungan dasarnya adalah 45
orang per menit dengan jalur berukuran lebar 520 mm – 530 mm. regulasi pengaturan
lebar jalan dapat dilihat pada jalur berikut :
Tabel: 2.5 Standar Dimensi Pintu Keluar Berbanding Jumlah Penonton
Sumber : Appleton, 2008:125
d)
Rute Jalan Keluar
Jalan Keluar dari auditorium harus mengarah ke area yang aman. Lebar dari rute
keluar harus sama dengan pintu keluar agar tidak terjadi efek botol dimana penonton
36
akan tersangkut saat keluar dan menimbulkan kepanikan. Apa bila terdapat tangga,
maka dimensi tangga adalah :
2.2.5

Anak tangga minimal 2 sampai dengan 16

Tinggi anak tangga 175 sampai dengan 275 dan dimensi tinggi harus konsisten

Penggunaan ram dengan sudut 115 derajat dengan panjang 10 meter

Rute harus terdiri dari material yang anti api.
Struktur pada Gedung Konser Musik
Sebuah gedung pertunjukan harus memiliki standar keamanan dan kenyamanan bagi
penggunanya sehingga diperlukan struktur yang kuat untuk mewujudkan kedua hal tersebut.
Karena fungsinya sebagai sebuah gedung pertunjukan, maka penonton harus mendapatkan
pandangan yang maksimal dan tidak terhalang apapun, salah satunya kolom struktur. Untuk itu,
harus diterapkan sistem struktur bentang lebar. Salah satu sistem yang sering digunakan dan
fleksibel membentuk struktur atap dari bangunan bentang lebar adalah Rangka Ruang
Struktur rangka ruang atau Space Frame System adalah suatu sistem konstruksi rangka
ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member
satu sama lain yang
menggunakan bola / ball joint sebagai sendi penyambungan dalam bentuk modul-modul segitiga
sehingga Space Frame ini mudah untuk dipasang, dibentuk dan dibongkar kembali
dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat.
Gambar 2.34 Arah beban struktur rangka ruang
Sumber : Schodek:1999
37
Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang ke arah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang adalah komposisi
dari batang – batang yang masing masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik
yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi atau ruang.
Gambar 2.35 Detail Struktur Ball Joint
Sumber : Schodek:1999
Penerapan Rangka Ruang yang Mudah di bentuk
Sumber : Google Image
Penggabungan Rangka Ruang dengan Material Kaca
Sumber : Google Image
Gambar 2.36 Penerapan Struktur Rangka Ruang
2.3
Pemahaman Terhadap Proyek Sejenis
Pemahaman terhadap proyek sejenis dilakukan dengan observasi langsung kepada sebuah
bangunan yang memiliki fungsi yang mendekati dengan judul skripsi yang dipilih. Studi pada
proyek sejenis berarti melakukan kunjungan pada gedung konser yang dikenal memiliki kualitas
akustik yang baik dan telah dikenal di Indonesia sebagai salah satu gedung terbaik dalam
menyelenggarakan konser musik. diantaranya sebagai berikut :
38
2.3.1 Aula Simfonia Jakarta
Gambar 2.37 Eksterior Aula Simfonia Jakarta
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Nama Gedung : Aula Simfonia Jakarta
Owner
: Grand Mirage Group
Arsitek
: Stephen Tong
Lokasi :
: Kemayoran, Jakarta Pusat,
Fungsi
: Gedung Konser/Concert Hall
Kapasitas
: 1227 orang
Tahun
: 2009
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Aula Simfonia Jakarta merupakan concert hall pertama yang pernah dibangun di kota
Jakarta dengan kapasitas tempat duduk 1.400 kursi, termasuk kursi paduan suara dan orkestra.
Dari eksterior, bangunan ini memiliki gaya bangunan Eropa dengan warna putih dan pilar – pilar
corinthians sebagai penghias kolomnya.
1. Klasifikasi Penonton

Bronze

Silver

Gold

Platinum

Student
Gambar 2.38 Denah Tempat Duduk
Sumber : Survey 25 Maret 2015
39
Pintu masuk penonton berdasarkan dari klasifikasi penonton terdapat 2 buah yakni :

Entrance pada lantai 1 diperuntukan untuk klasifikasi bronze dan silver

Entrance pada lantai 2 diperuntukan untuk klasifikasi bronze, silver, gold, dan platinum

Area tempat duduk untuk student yang dimaksud adalah peserta paduan suara yang
sebagian besar merupakan siswa/siswi dari sekolah Kristen.
2. Jam Operasional
Aula Simfonia Jakarta hanya dibuka pada hari pagelaran konser. Selama tidak ada
konser, yang dibuka hanyalah box office (tempat penjualan tiket konser). Box office beroperasi
setiap hari Senin – Jumat mulai dari jam 10.00 – 17.00 WIB, Sabtu jam 12.00 – 16.00 WIB, dan
Minggu 09.30 – 12.00 WIB. Pada hari pagelaran konser, box office tetap buka dari jam 10.00 –
19.30 WIB.
Gambar 2.39 Diagram Organisasi Ruang Aula Simfonia
Sumber : Survey 25 Maret 2015
40
3. Lobby
Lobby pada bangunan ini terletak di lantai 2. Apabila datang melalui basement, maka
pengunjung akan melewati gallery musik klasik dimana didalamnya terdapat composer dan alat
– alat musik klasik dari jaman ke jaman. Setelah itu, pengunjung akan keluar melewati taman
dan corridor sebelum kemudian masuk melewati pintu besar menuju box office.
Gambar 2.40 Entrance Corridor
Gambar 2.41 box office
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Apabila melalui jalur drop off, pengunjung akan langsung turun menuju lobby tanpa
melalui gallery. Biasanya pengunjung dengan akses ini adalah tamu penting atau penonton yang
sudah memiliki tiket dan bisa langsung masuk menuju auditorium.
Gambar 2.42 Lobby area dan drop off
Sumber : Survey 25 Maret 2015
4. Foyer
Jalur menuju auditorium diakses melalui tangga mezanin yang berjumlah 2 buah lalu
kemudian bertemu di sebuah porte yang pada ruangan ini terdapat toilet, pintu utama auditorium,
dan tangga menuju balkon tempat duduk lantai 2
41
Gambar 2. 43 Akses menuju Foyer menggunakan tangga Mezanin
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Gambar 2.44 Akses Auditorium dan toilet yang terletak di Foyer
Sumber : Survey 25 Maret 2015
5. Auditorium
Aula Simfonia Jakarta memiliki layout tempat duduk yang berbentuk setengah lingkaran
dan pada bagian side stage menggunakan tempat duduk dengan pola linear langsung menuju
panggung pada lantai 2 dengan kapasitas 1.227 orang ( 97% penonton dapat melihat dengan
jelas semua seniman di pentas, sisanya dapat melihat secara jelas 70% ).
Gambar 2. 45 Denah Tempat Duduk
Sumber : Survey 25 Maret 2015
42
Auditorium konser ini tidak pernah menggunakan pengeras suara dalam setiap
pertunjukan musik langsung. Bahan penyusun akustik terbuat dari kayu mulai dari dinding,
lantai, hiingga kayu pada bangku penonton. Penataan dan desain aula konser sangat diperhatikan
sehingga penonton dapat mendengar musik dengan kualitas tertinggi.
Gambar 2.46 Akustik auditorium tersusun dari bahan kayu dan marmer yang merupakan material penyusun yang
baik untuk menyerap suara.
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Aula Simfonia Jakarta memiliki organ pipa buatan Cassavant Freres tahun 1962 yang
terdiri dari 3.217 pipa dengan bobot total lebih dari 10 ton. Sejumlah organ pipa dipakai sebagai
dekorasi utama pada dinding di belakang panggung aula. Panggung ini terbuat dari material kayu
dan mengakomodasi seluruh band orchestra dan juga kursi di belakang panggung sebagai tempat
peserta paduan suara yang berjumlah hingga 200 kursi. Panggung ini juga dilengkapi fasilitas
recording yang akan berlangsung tiap adanya pementasan musik.
43
Gambar 2.47 Tata Panggung pada Aula Simfonia dan perletakkan kursi untuk paduan suara
Sumber : Survey 25 Maret 2015
6. Utilitas Auditorium
Di dalam auditorium Aula Simfonia Jakarta, terdapat sistem utilitas berupa kamera cctv
yang diletakkan di beberapa titik yang mampu mengcover 90 % penonton yang ada dan aktif
selama 24 jam. Dapat dilihat pada gambar 2.48
Gambar 2.48 penempatan kamera cctv
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Gambar 2.49 Penataan lighting pada plafond yang juga
terdapat penghawaan dan material akustik
Sumber : Survey 25 Maret 2015
Pada gambar 2.49, langit – langit pada auditorium ini menggunakan bahan kayu dan
gypsum dan diaplikasikan dengan bentuk drop ceiling. Selain berguna untuk menyerap suara,
langit – langit ini juga berfungsi sebagai estetika dan utilitas, yakni tempat dibenamkannya alat
pemadam kebakaran dan juga lampu penerangan dan penghawaan. Penerangan pada langit –
langit digunakan maksimal saat acara konser berlangsung ataupun optional sesuai permintaan
artis.
44
7. Control Room
Pada auditorium Aula Simfonia, letak Control room berada di bagian paling belakang
tempat duduk dan didalamnya hanya terdapat pengaturan lighting dan juga recording. Ruang ini
mengontrol peralatan berupa :
-
2 Announcer Speaker
-
11 Build-in Speakers
-
2 Wireless microphones
-
8 Vocal microphones
-
6 Choir Microphones
Gambar 2.50 Letak Kontrol Room pada Auditorium
Sumber : Survey 25 Maret 2015
8. Backstage
Ruang pada bagian backstage terdiri dari gudang peralatan, Assembly point, ruang artist
soloist, ruang artis communal, green room, storage, dan ruang rehearsal yang menggunakan
panggung utama sebagai tempat latihan.
Gambar 2.51 Korridor menuju ruang ganti pengisi acara dan kamar ganti
khusus artis utama/soloist
Sumber : Survey 25 Maret 2015
45
Pintu Masuk dari Storage dan
Assembly Point
Gambar 2.52 Assembly point yang digabung dengan storage alat – alat musik
Sumber : Survey 25 Maret 2015
2.3.2 The Sage Gateshead, Newcastle
Gambar 2.53 Eksterior The Sage Gateshead
Sumber : Appleton,2008: 244
Nama Gedung : The Sage Gateshead
Arsitek
: Fosters and Partners
Lokasi
: Selatan Sungai Tyne, Newcastle, Inggris
Fungsi
: Gedung Konser/Concert Hall
Kapasitas
: 1200 - 1650
Tahun
: 2004
46
Gambar 2.54 Layout Bangunan
Sumber : Appleton, 2008:244
The Sage Adalah gedung konser yang selesai dan dibuka untuk umum pada tahun 2004.
Lokasi bangunan ini terletak pada ujung selatan Sungai Tyne menjadikannya sebuah bangunan
yang termasuk di bangun pada kawasan waterfront. Tiap panggung didesain sebagai bangunan
yang terpisah namun tetap terlihat satu kesatuan dengan atap yang menyerupai cangkang.
Struktur cangkang yang membungkus bangunan ini memiliki bentuk yang bergelembung dan
terkesan tidak saling bersentuhan, begitu juga dengan panggung yang ada di dalamnya hingga
akomodasi backstage. Tiap volume dari bentuk gelembung pada atap mengekspresikan ruang
akustik tiap panggung yakni tiap ruang terpisah secara horizontal, menghindari perpindahan
suara yang tidak diinginkan dan mengijinkan sirkulasi yang vertical.
Gambar 2.55 Entrance Bangunan
Sumber : thesagegateshead.com
47
Gambar 2.56 The Concourse yang merupakan area public sekaligus
area sekolah
Sumber : Appleton, 2008:247
1. Lobby
Didalamnya terdapat fasilitas pendukung seperti café, bar, dan juga toko – toko souvenir,
box offices dan information centre yang juga berfingsi sebagai area public. Dan pada bangunan
ini, terdapat The Concourse sebagai foyer yang menghubungkan 3 buah panggung dan juga
berguna sebagai ruang sosial dari sekolah musik yang terletak di level lantai di bawahnya. The
Councorse memiliki view menuju sungai Tyne sebagai salah satu sungai utama di kota
Newcastle
2. Hall One
Panggung Musik utama, dapat disebut Hall One memiliki kapasitas tempat duduk sampai
dengan 1650 orang.
Dibangun dengan tujuan untuk menghadirkan akustik natural maupun
musik amplifikasi dengan sempurna. Dimana melibatkan bentuk, kapasitas, dan material.
Bentuk dari auditorium adalah persegi/rectangular dengan sisi dinding yang parallel.
Platform di desain dengan bentuk semi circular orchestra dengan lengkung yang tegas menuju
tembok belakang, begitu juga dengan penempatan tempat duduk penonton. Terdapat 2 buah
balkon sepanjang hall dan pada lantai tiga, balkon didesain mengelilingi panggung yang
merupakan public balcony
Langit langit pada gedung utama terdapat 6 buah panel yang dapat bergerak sesuai tinggi
yang bervariasi dan dibuat untuk menyesuaikan ukuran orchestra ataupun tipe musik yang
48
dimainkan. Selain itu, juga terdapat curtains penyerap suara yang digerakkan dengan motor yang
melapisi sebagian besar dari dinding.
Gambar 2.57 Desain panggung Hall One
Sumber : Appleton, 2008:248
3. Hall Two
Panggung musik kedua, yang dapat disebut Hall Two memiliki kapasitas sampai dengan
400 orang dengan 10 sisi dinding yang mengililingi panggung. panggung ini lebih fleksibel
dalam jenis musik yang di tampilkan seperti jazz, folk, blues, Chamber music, pop, rock, dan
lain – lain dengan kualitas suara yang mengelilingi ruang (surround sound)
Gambar 2.58 Desain panggung Hall Two
Sumber : Appleton,2008 248
49
4. Nothern Rock Foundattion Hall
Dan yang terakhir adalah rehearsal hall. Rehearsal Hall digunakan oleh The Nothern
Simfonia sebagai sekolah musik, yang melibatkan siswa dari umur anak – anak hingga umur
dewasa. Panggung ini terdiri dari 26 ruang latihan yang masing – masingnya didesain untuk
menghadirkan dead acoustic yang cocok bagi siswa untuk mengasah kemampuan bermusik.
Gambar 2.59 Rehearsal Hall
Sumber : Appleton, 2008:249
2.3.3 The Opera, Copenhagen
Gambar 2.60 Exterior bangunan
Sumber : Appleton,2008: 252
Nama Gedung : Copenhagen Opera House
Arsitek
: Henning Larsens Tegnestue
Lokasi
: Copenhagen
Fungsi
: Gedung Konser/Concert Hall
Kapasitas
: 1400 – 1700 Orang
Tahun
: 2005
50
The Opera terletak di lahan yang terkemuka dekat sungai yang ada di tengah kota
Copenhagen. Layout dari bangunan ini berbentuk simetris, dengan auditorium dan panggungnya
pusat yang dominan, dan dikelilingi ruang public dan fasilitas Back stage. Sungai yang ada dekat
bangunan ini dimanfaatkan sebagai view pada bagian foyer. Bagian depan dari bangunan yang
terlihat sebagai kantilever besar berguna sebagai entrance dan sirkulasi umum utama.
Gambar 2.61Public Area
Sumber : Appleton,2008: 252
Gambar 2.62 Pengaturan Tempat duduk
Sumber : Appleton,2008: 254
Auditorium pada The Opera berbentuk tapal kuda(horse – shoe) dimana didalamnya
terdapat 3 tingkat balkon yang mengelilingi panggung dan tata panggung menggunakan jenis
Proscenium. Auditorium ini mampu menampung hingga 1700 orang dan apabila orchestra pit
telah terisi penuh, kapasitasnya berkurang menjadi 1.400 Langit – langit dari auditorium dilapisi
dengan daun - daun emas dan permainan lampu yang beriluminasi seperti benang tipis. Pada
desainnya, gema yang dipantulkan adalah 1,4 detik dengan kapasitas full, yang bertujuan
memaksimalkan suara natural.
51
Gambar 2.63 Sistem Panggung yang dapat Diputar sesuai dengan set dan
keperluannya
Sumber : Appleton, 2008:256
Panggung utama dikelilingi oleh 5 panggung sisi (side stage) dan panggung belakang
(rear stages). Sementara perpindahan set dari panggung ke panggung menggunakan kereta
kecil(wagon) dengan penggerak motor. Dinding akustikk yang tebal mampu membuat tiap
panggung dapat digunakan dengan terpisah baik sebagai rehearsal dan sebagai konstruksi utama.
Di dalamnya juga terdapat ruang latihan orchestra (rehearsal room) yang mampu
menampung orchestra, solois, dan paduan suara. Ruang ini terletak dibawah baris penonton dari
baris penonton yang ada di auditorium utama.
Gambar 2.64 Rehearsall hall yang terletak di
basement bangunan
Sumber : Appleton, 2008:256
52
Tabel: 2.6 Tabel Perbandingan Objek Studi Banding
Objek I
Objek II
Objek III
Kriteria
Aula Simfonia, Jakarta
The Sage, Newcastle
The Opera, Copenhagen
lokasi
Kemayoran, Jakarta Pusat
Newcastle, Inggris
Copenhagen, Denmark
Jenis Kegiatan
Pementasan
Orchestra,
Choir, Jazz, Soloist,
Choir,
Pop,
Blues,
Gamelan Kontemporer
Pementasan
Orchestra,
Choir, Jazz, Soloist,
Choir, Pop, Blues,
Pementasan
Orchestra,
Choir, Jazz, Soloist,
Choir, Pop, Blues, Opera
Sistem Pelayanan
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS
dan
membeli
langsung pada loket
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS
dan
membeli
langsung pada loket
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS
dan
membeli
langsung pada loket
Fasilitas
Auditorium,
Gallery
Composer, Lobby
Restaurant, Bar, Lounge,
Lobby, Sekolah Musik,
Studio Musik
Bar, Lounge, Open Stage,
Studio latihan
Kapasitas
1200 orang
1200 orang
1400 – 1700 orang
Akustik
Drop Ceiling, Dinding
Kayu, Kursi Kayu, Lantai
Kayu, Panggung Kayu,
Curtain Penyerap Suara,
Motorized Ceiling Panel,
Lantai dan Dinding Kayu,
Curtain Penyerap Suara,
Surround Sound
Lantai dan Dinding Kayu,
Balkon yang dilapisi
kayu, Langit - Langit
dari bahan kayu
Seating arrangement
Berbentuk
setengah
lingkaran
memiliki
tingkat disetiap barisnya
Berbentuk
setengah
lingkaran
memiliki
tingkat disetiap barisnya
Berbentuk
setengah
lingkaran
memiliki
tingkat disetiap barisnya
Dekorasi Ruang
Dekorasi dominan warna
coklat dan merah, dengan
penambahan
ornament
klasik eropa dan patung –
patung
composer
terkenal.
Dekorasi
dominan
berwarna coklat kayu
dibantu
dengan titik
lampu sebagai pencerah
warna dari kayu tersebut.
Dekorasi
dominan
dengan warna coklat
kayu dan lampu LED
diselipkan di beberapa
titik langit – langit.
Objek Studi
2.3.4 Kesimpulan
Berdasarkan data dari literatur dan hasil studi banding pada proyek sejenis, dapat ditarik
kesimpulan bahwa gedung konser musik merupakan gedung yang berfungsi mewadahi
pertunjukan musik sebagai fungsi utama dari bangunan dengan persyaratan akustik yang khusus,
serta memiliki fasilitas - fasilitas pendukung dan kapasitas yang mencukupi sesuai dengan
standar internasional yang ada.
Pemilihan dari jenis musik yang akan ditampilkan akan memiliki peran yang krusial
dalam mendesain fasilitas utama dari gedung konser yang berupa panggung, penataan tempat
53
duduk penonton, dan ruang backstage. Selain itu, pemilihan jenis musik juga akan berimbas pada
jenis akustik yang digunakan, sistem pencahayaan, dan sistem utilitas lainnya yang perlu
diperhatikan untuk mendukung konser musik yang berlangsung.
Fasilitas pendukung juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendesain
gedung konser yang memiliki fungsi sebagai front of house karena akan memberikan identitas
dan kesan keseluruhan dari bangunan. Oleh karena itu, desain pada kelompok ruang front of
house dan harus dibuat nyaman, artistik, dan mengandung unsur hiburan dan pendidikan.
Gedung konser musik juga harus memperhatikan kenyamanan dan privasi pengisi acara
dengan menghadirkan fasilitas backstage yang aman dan tertutup dengan tingkat keamanan yang
tinggi, agar pengisi baik dari tingkat nasional maupun internasional tidak segan untuk tampil
dengan kenyamanan, keamanan dan privasi yang terjaga.
2.4
Spesifikasi Umum Perancangan Gedung Konser Musik Internasional
Spesifikasi dari gedung konser musik internasional akan dijelaskan melalui beberapa
pokok bahasan sebagai berikut :
2.4.1 Pengertian
Gedung konser musik internasional merupakan suatu bangunan yang diperuntukkan
khusus untuk mewadahi konser musik yang didalamnya terdapat fasilitas dan sistem yang
mendukung jalannya acara konser musik dengan standar internasional sehingga mampu
mewadahi acara – acara konser musik dengan kualitas akustik dan visual yang baik.
2.4.2 Fungsi
Gedung konser internasional memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Utama

:
Sebagai wadah berlangsungnya konser musik. Sehingga terjadi komunikasi antara pengisi
acara dan penonton menggunakan media seni musik.
2. Fungsi Pendukung :

Sebagai tempat mengembangkan pengetahuan dan minat bermusik dengan menghadirkan
fasilitas hiburan yang mendidik secara musikal kepada pengunjung.

Sebagai tempat mengembangkan bakat dan kemampuan musisi lokal agar mampu
memiliki kualitas yang lebih baik hingga ke kancah internasional.
54
2.4.3 Tujuan
Tujuan dari pengadaan gedung konser musik internasional ini adalah untuk mewadahi
konser musik dengan fasilitas yang berstandar internasional sehingga terjadi kegiatan hiburan
yang baik antara pengisi acara dan penonton. Pengadaan gedung ini diharapkan mampu
memberikan konstribusi dalam berbagai dampak positif terhadap minat dan bakat dari
masyarakat khususnya Bali yang mengunjungi gedung konser internasional ini.
2.4.4 Fasilitas
Berdasarkan data literatur dan studi pada proyek sejenis, maka fasilitas yang
disediakan dalam perancangan gedung konser musik internasional ini adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas Rekreasi (front of house)

Foyer

Pameran dan galeri

Plaza/exhibition area

Toko souvenir

Bar dan cafe

Ruang konferensi
2. Fasilitas Pertunjukan Musik (Auditorium)

Panggung

Seating penonton

Ruang Kontrol
3. Fasilitas Pengelola (backstage)

Rehearsal room

Entrance artis

Studio rekaman

Green room

Ruang artis
2.4.5 Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan dari perancangan gedung konser musik internasional ini
mengakomodasi musik modern dan tradisional yang ditentukan dengan pendekatan sebagai
berikut :
1. Pertunjukan musik modern yang terdiri dari kelompok musik yaitu solo, band maupun
kelompok musik orkestra.
2. Pertunjukan musik tradisional terdiri dari kelompok atau seka tabuh
55
3. Pada musik modern teknologi dari alat musik tersebut sangat diperlukan terlebih lagi
instrumen yang digunakan merupakan jenis instrumen elektrik yang membutuhkan tenaga
listrik.
4. Pada musik tradisional, alat musik yang digunakan tidak menggunakan listrik sehingga
menggunakan bunyi asli dari alat musik tersebut tanpa bantuan pengeras suara.
5. Karakteristik musisi dan penonton dari musik modern dan tradisional adalah menampilkan
ekspresi sesuai alunan musik yang dibawakan untuk memberikan kesan intim dan
wkspresif dalam pementasan musik.
6. Gedung pertunjukan musik ini mampu mewadahi kegiatan bermusik dari para musisi serta
para peminat musik untuk dapat mengembangkan bakat dan potensi mereka.
Dari pendekatan diatas, maka lingkup pelayanan dari Perancangan gedung
pertunjukan musik adalah penggemar musik Bali serta musisi International yang ingin
mengadakan konser musik modern yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum serta
tempat untuk mengembangkan bakat bagi musisi pemula.
2.4.6 Prinsip Umum
Prinsip umum merupakan langkah yang dilakukan dalam menentukan kriteria dalam
menentukan hal – hal yang bersifat umum dalam desain. Seperti :
1. Prinsip Umum Besaran Proyek
Besaran proyek mengacu pada kapasitas pengguna/civitas dari gedung konser musik
internasional yang akan berdampak kepada besaran ruang yang dibutuhkan seperti kapasitas
auditorium, front of house,dan backstage.
2. Prinsip Umum Penetapan Lokasi
Dalam menentukan lokasi tapak yang akan dirancang pada gedung konser musik
internasional, harus berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

Aksesbilitas transportasi (mudah dicapai, kepadatan jalur ),

Prasarana dan utilitas lingkungan yang mendukung (listrik,air,jalan),

Kedekatan dengan objek wisata/ kawasan wisata,

Luas Site dan Bentuk Site,

Polusi udara

Kebisingan
56
Download