2011 TEORI PEMBANGUNAN NEGARA SOSIOLOGI PERUBAHAN

advertisement
2011
TEORI PEMBANGUNAN NEGARA
SOSIOLOGI PERUBAHAN EKONOMI
Alma Karimah (0806463776)
Rahardhika Arista (0806317666)
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
2
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
TEORI-TEORI POLITIK TERKAIT PEMBANGUNAN NEGARA DUNIA KETIGA DAN DESENTRALISASI
Tulisan ini disusun sebagai ulasan kritis terhadap dua bab buku Society, State and Market karya
Martinussen yang membahas isu seputar politik di negara-negara dunia ketiga. Pembahasan diawali
dengan ringkasan mengenai teori-teori politik dan negara dalam kontkes dunia ketiga, kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai desentralisasi dan politik di level lokal.
Berikut akan diulas satu buah teori utama dan lima teori alternatif yang membahas mengenai politik
dan perubahannya serta isu seputar pembentukan negara. Pembahasan akan ditekankan pada
fenomena politik di tingkat makro, secara khusus mengenai peran politik di masyarakat, interaksi
antara proses politik dengan keteraturan sosial, hal-hal yang menentukan faktor pembentukan
negara, bentuk rezim serta perubahan politik.
Pemikiran Almond dan Coleman dalam Teori Modernisasi Politik Klasik
Teori ini dapat ditandai dengan pemahaman optimisnya yang khas mengenai konsepsi modernisasi
sebagai sesuatu yang secara mutual mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial-politik,
integrasi nasional dan juga demokratisasi. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa negara-negara
berkembang memang tertinggal, namun sedang berada dalam suatu perjalanan menuju proses
modernisasi sebagai dampak positif dari pengaruh barat yang kuat baik pada masa kolonialisme
maupun setelah merdeka.
Teori ini dikritik karena dianggap mengandung kombinasi angan-angan dengan muatan nilai yang
mengagungkan sistem politik modern milik Amerika Serikat dan negara industri maju di Barat.Sistem
politik modern yang telah berjalan di Amerika dan negara barat dijadikan kondisi ideal yang
sempurna dan harus dicapai oleh semua negara berkembang.
Teori klasik ini memandang sistem politik di negara dunia ketiga terbelakang dan terikat oleh tradisi.
Keberagaman tradisi bukan menjadi soal, yang pasti teori ini menyatakan bahwa semua tradisi pada
akhirnya harus dihancurkan dan digantikan dengan struktur dan institusi modern ala barat seperti
model institusi modern birokrasi, badan pemilihan umum, partai politik, kelompok kepentingan dan
lain sebagainya.
Almond menjabarkan tentang tipe-tipe proses yang berlaku dalam membangun sistem politik
modern di barat yakni sosialisasi politik, rekruitmen politik, artikulasi kepentingan dan agregasi
kepentingan. Rangkaian proses inilah yang harus dijalani oleh negara dunia ketiga untuk mencapai
sistem politik modern.
Terdapat empat permasalahan utama yang disoroti dalam kajian modernisasi politik klasik, yakni:
1. Permasalahan pembentukan negara, yakni dalam membangun struktur birokrasi untuk
mengintegrasikan masyarakat serta menyediakan syarat-syarat serta kebutuhan lain yang
mendukung sistem politik.
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
3
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
2. Permasalahan pembentukan bangsa, yakni membentuk komunitas politik dan
mempromosikan transfer loyalitas masyarakat dari kelompok-kelompok kecil menuju sistem
politik yang lebih besar.
3. Permasalahan partisipasi masyarakat untuk terlibat secara aktif dan positif dalam kehidupan
politik.
4. Permasalahan distribusi dan redistribusi barang untuk kesejahteraan masyarakat sehingga
dapat mendukung keberlanjutan plitik.
Teori Modernisasi Dialektis : Gusfield and the Rudolphs
Teori ini dikategorikan sebagai bagian dari teori pembangunan politik karena memiliki kesamaan
konsepsi dasar dalam memandang interaksi antara proses politik dan keteraturan sosial, serta faktor
terpenting yang mempengaruhi pembentukan negara, bentuk rezim dan perubahan politik.
Teori modernisasi dialektis ini tetap mempertahankan gagasan teori klasik mengenai keterkaitan
antara tradisi dan modernitas, namun teori ini menambahkan nuansa dan dinamikanya. Dinyatakan
bahwa justru beberapa institusi tradisional telah mempromosikan pembangunan politik secara halus
dengan mengubah praktik lama dengan yang baru. Justri institusi modern yang tiba-tiba hadir dalam
konteks masyarakat tradisional tidak dapat menjalankan fungsi dengan baik. Teori ini menekankan
bahwa masyarakat tradisional tidak bersifat stagnan, namun sangat dinamis, beragam dan memiliki
keunggulan tertentu. Institusi dan prakrtik-praktik tradisional justru dapat direvitalisasi dalam
kondisi kontra terhadap masyarakat modern.
Pandangan modernisasi dialektis ini mengkonsepsikan tradisi dan modernitas sebagai fenemona
yang berinteraksi secara dialektis, dimana masing-masing mengalami perubahan selama proses dan
hasil yang muncul bukan hanya sekedar modernisasi namun beberapa proses perubahan. Tentu saja
hal tersebut berbeda dengan pandangan klasik yang memahami perubahan sebagai satu lintasan
saja.
Keteraturan Politik dan Strategi Pembentukan Negara
Kategori teori ini khas dengan fokus kajiannya terhadap institusionalisasi politik dan kapasistas dari
pemerintah. Pokok pikiran dari teori ini ialah kebutuhan adanya institusionalisasi dan penguatan
agaen-agen pemerintahan guna mewujudkan keteraturan dan konsolidasi negara-bangsa di dunia
ketiga.
Teori pembentukan negara salah satunya dicetuskan oleh Samuel P. Hutington, ia setuju dengan
pemikiran klasik tentang pembangunan politik di negara-negara mengarah pada institusi-institusi
politik barat, namun ia menyatakan bahwa klaim klasik tentang hubungan mutual yang saling
menguatkan antara modernisasi dan proses pembungaunan adalah keliru. Menurutnya, sifat dasar
proses transformasi di negara berkembang, khususnya pada fase permulaan, adalah adanya
kegoncangan politik atau chaos jika langkah-langkah tidak diambil sebagai bagian dalam proses
pembentukan negara guna menetralisir efek dari transformasi tersebut.
Huntington berargumen bahwa aparatur negara harus diperbesar dan proses politik secara
menyeluruh harus diinstutusionalkan guna membuat prioritas pembangunan sosial ekonomi. Ini
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
4
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
merupakan prakondisi yang penting dalam mewujudkan stabilitas politik dan keberlanjutan
kemajuan.
Teori ini secara umum menempatkan negara sebagai pusat dan menjadi institusi politik yang paling
penting dalam proses pembangunan.Oleh karenanya penguatan dan institusionalisasi dalam negara
sangat diperlukan guna memimpin masyarakat menuju pembangunan ekonomi.
Pendapat Caphlam menjadi relevan dalam kategori teori ini ketika membahas mengenai pergeseran
strategi penguatan institusi dari yang semula bersifat represif menjadi lebih lunak. Menurut
Caphalm, negara dunia ketiga cenderung mengejar strategi pembangunan sosial ekonomi yang
ditujukan untuk konsolidasi kekuatan politik.
Dimensi Politik pada Teori Dependensi
Pemikiran ini datang dari Samir Amin dan Andre Grunder Frank yang banyak berkontribusi dalam
debat teori dependensi. Kedua pemikir ini menyoroti identifikasi alasan dan asal muasal
keterbelakangan di masyarakat periferi atau pinggiran. Mereka mengemukakan suatu generalisasi
bahwa di negaa dunia ketiga praktik dan institusi politik menempati posisi lebih rendah
dibandingkan hubungan-hubungan ekonomi serta ketergantungan didalamnya. Ketergantungan
ekonomi yang dialami oleh negara-negara dunia ketiga ini telah menjadikan pertanyaan penting
mengenai pembangunan politik nasional menjadi terabaikan. Di waktu yang sama, mereka
menyangkal bahwa modernisasi institusi politik di negara dunia ketiga dapat mematahkan rantai
ketergantungan terhadap negara pusat.
Dari Apter tentang Modernisasi, Marginalisasi, dan Kekerasan
Apter mengkritik teori dependensi dan modernisasi dengan menganggap kedua pemikiran tersebut
terlalu optimistik dan penuh angan-angan, khususnya terhadap argumen kedua teori ini bahwa
terdapat korelasi antara positif antara pembangunan ekonomi dan demokratisasi.
Sebagai usaha untuk membenarkan dan sebagian menggantikan teori modernisasi dan dependensi,
Apter mengemukakan suatu paradigma konseptual baru seputar gagasan tentang pembangunan,
inovasi, marginalisasi dan kekerasan. Apter tidak lagi fokus membahas mengenai negara dan sistem
politik namun lebih fokus memperhatikan dampak dari modernisasi dalam konteks masyraakat sipil.
Secara khusus ia menemukan bahwa dampak tersebut berwujud sebagai perubahan kearah
kekerasan yang diorganisasikan.
Perubahan ke arah kekerasan ini merupakan hasil dari pertentangan antara inovasi sebagai proses
utama industrialisas dan marginalisasi. Marginalisasi muncul ketika inovasi dalam industri
menciptakan pemisahan antara pihak yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah inilah yang
kemudian rentan mengalami kekerasan.
Lintasan Sejarah Bayart
Jean-Francois Bayart, mengkritik teori modernisasi dan dependensi dari perspektif yang berbeda.
Menurutnya kedua teori ini terlalu berlebihan memberikan perhatian terhadap faktor-faktor
eksternal yang menentukan perubahan politik di negara-negara dunia ketiga. Dengan demikian,
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
5
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
permasalahan politik dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat dunia ketiga dilihat secara begitu
berlebihan (Bayart menyebutnya “The Fantasy of Third World”). Hal ini muncul sebagai tradisi
ahistoris dan etnocentris yang dibangun oleh kedua pemikiran.
Bayert mengusulkan analisis ahistoris dan etnosentris ini diganti dengan pendekatan historis dan
memahami keberagaman politik di dunia ketiga. Bayer menekankan bahwa berbagai sistem politik
muncul mengacu pada kolonialisasi dan begitu dipengaruhi oleh negara modern. Oleh karena itu
Bayert menyarankan untuk menggunakan konsep history trajectory yang mendesak pemisahan
kesejarahan dalam berbagai cara terkait dengan pembangunan suatu negara.
Desentralisasi dan Politik di Level Lokal
Terdapat empat macam tipe desentralisasi yakni dekonsentrasi, delegasi, devolusi dan privatisasi.
Dekonstruksi merujuk pada pengalihan fungsi administrasi atau tanggung jawab manajerial kepada
unit pemerintahan yang lebih kecil dan spesifik pada suatu negara. Tipe berikutnya ialah delegasi.
Delegasi ialah bentuk desentralisasi yang mana sektor non pemerintah (perusahaan) maupun
lembaga semi pemerintah diberi wewenang untuk mengoperasikan pelayanan dan fasilitas publik
oleh negara. Devolusi dilandaskan pada gagasan bahwa kekuatan politik dan legitimasi
sesungguhnya dimiliki oleh pemerintah pusat pada negara. Sebagai konsekuensinya, devolusi
merupakan suatu transfer otoritas dan tanggungjawab kepada unit regional tanpa ada hal-hal baru
yang diciptakan oleh pemerintah lokal tersebut. Tipe terakhir ialah privatisasi, yakni tipe
desentralisasi yang merujuk pada agen-agen pemerintah yang melepaskan diri dari tenggungjawab
implementasi program yang dicanangkan untuk kepentingan masyarakat. Pelepasan dari tanggung
jawab ini bisa dilimpahkan kepada sektor swasta.
Kajian pembangunan sering dikaitkan dengan desentralisasi yang dapat meningkatkan
perekonomian dengan melampaui hal-hal administratif. Oleh karena itu, studi pembangunan
sebaiknya mepertimbangkan kombinasi dari kedua pandangan yang menekankan pentingnya perihal
administratif dan hal-hal yang melampauinya. Permorma administratif penting untuk karena
kapasitas dan kapabilitas agen pemerintahan cenderung masih lemah di negara dunia ketiga. Di sisi
lain hal-hal yang lebih luas terkait dengan tujuan-tujuan sosial ekonomi juga harus diperhatikan
karena desentralisasi secara langsung berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara.
DEVELOPMENT THEORY IN THE WAKE OF STURCTURAL ADJUSTMENT
Munculnya teori pembangunan diawali oleh adanya structural change yang diikuti oleh structural
adjustment dalam suatu negara. Ketika membicarakan mengenai structural adjustment, kita akan
membicarakan mengenai penyesuaian-penyesuaian dalam suatu struktur besar masyarakat. Hal ini
jelas melibatkan negara. Pada awal-awal tahun 1990, World Bank, sebagai lembaga dunia, mulai
mengkhawatirkan mengenai dampak negatif dari structural adjustment tersebut. Saat itu, World
Bank yang sejak tahun 1980-an cukup didominasi oleh pemikiran-pemikiran neoklasik mulai
menerima kenyataan bahwa kebutuhan akan peran negara dalam perkembangan ekonomi semakin
meningkat. Inti dari pemikiran neoklasik adalah sangat menekankan pada pasar dan berusaha
membatasi intervensi negara semaksimal mungkin.
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
6
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
Perdebatan mengenai peran negara ini berlangsung di dalam arena akademis diantara para
theorist yang berhaluan neoklasik dan mereka yang berada di “kubu kiri” atau left wing. Sayap kiri
dihuni oleh mereka-mereka yang percaya bahwa peran negara dalam pembangunan ekonomi suatu
negara itu sangat diperlukan. Mereka melihat bahwa adanya suatu keuntungan jangka panjang
ketika adanya peran negara yang besar dalam mengintervensi perekonomian. Dengan kekhawatiran
World Bank akan dampak negatif structrural adjustment dalam pembangunan, World Bank mulai
menerima kenyataan bahwa kebutuhan akan peran negara dalam perkembangan ekonomi semakin
meningkat. Sebagian dari para theorist neoklasik juga mengakui hal ini, bahwa tidak hanya pasar
yang membutuhkan negara untuk mengakui potensinya, tetapi ada hal-hal yang tidak dapat
dilepaskan kepada free market, seperti misalnya perlindungan lingkungan. Meskipun demikian, para
penganut neoklasik ini tidak sepenuhnya berubah drastis. Mereka tetap merasa bahwa intervensi
negara harus seminimal mungkin dalam konteks cakupan dan durasi intervensi, serta memastikan
bahwa intervensi negara tersebut tidak mengganggu kekuatan pasar. Terkait dengan structural
adjustment, mereka yang berhaluan neoklasik percaya bahwa structural adjustment dalam jangka
panjang memang akan meningkatkan growth rate yang akan memberikan keuntungan kepada
seluruh populasi. Namun, menurut mereka, sebelum keuntungan jangka panjang itu terjadi, ada
suatu kurun waktu diantaranya dimana masyarakat “menderita”. Solusi yang ditawarkan oleh para
neoklasik ini adalah dengan memberikan bantuan kepada kelompok yang “menderita” akibat
structural adjustment ini. Bantuan tersebut dapat berupa intervensi dalam mengontrol harga atau
mensubsidi makanan. Neoklasik tetap menekankan pada mekanisme pasar, tanpa adanya intervensi
negara dalam perekonomian.
World Bank pun juga melakukan identifikasi masyarakat yang menjadi target bantuan. Tetapi,
bentuk bantuan yang diberikan oleh World Bank mencakup pekerjaan, kesehatan, dan bahkan biaya
sekolah. Ternyata dalam penerapannya di negara-negara berkembang, program ini tidak terlalu
efektif. Kebanyakan kasus-kasus kegagalan disebabkan karena hanya sebagian kecil dari masyarakat
terdampak yang tersentuh bantuan yang dicanangkan tersebut. Hal ini menjadi salah satu kritik
terhadap bentuk pembangunan yang menekankan pada masyarakat terdampak. Kritik lainnya
mengatakan bahwa program/sistem masyarakat terdampak ini tidak mengurangi kemiskinan.
Artinya, program ini hanya membantu masyarakat miskin untuk hidup sehari-hari, namun tidak
meningkatkan kondisi mereka, yang sudah diperparah dengan adanya structural adjustment.
Dalam menghadapi kritik ini, neoklasik tetap percaya pada keuntungan jangka panjang dari pasar.
Namun, World Bank pada tahap ini mulai tidak terlalu memperhatikan pasar, tetapi lebih pada
kondisi stabilitas politiknya. Structural adjustment dapat dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat
terhadap kebijakan birokrasi, yang berubah menjadi bentuk protes dengan kekerasan. Perubahan
ekonomi ternyata tergantung juga oleh stabilitas politik suatu rezim. Dengan ini, World Bank mulai
mengakui bahwa ada juga dimensi politik dalam suatu perubahan struktur.
Salah satu hal yang mendasari munculnya structural adjustment adalah pemikiran-pemikiran dari
kubu kiri yang menekankan pada peran negara. Walaupun pemikiran neoklasik masih mendominasi
praktik-praktik pembangunan, pemikiran sayap kiri mulai dilirik oleh banyak pengambil kebijakan.
Mereka yang berada di kubu kiri yang radikal (radical left) mencari aternatif lain dalam
pembangunan selain kapitalisme. Munculnya blok Soviet memberikan secercah harapan bahwa ada
cara lain untuk membangun perekonomian selain dengan kapitalisme.
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
7
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
Postmodernisme menjadi dasar bagi teori pembangunan yang berhaluan radikal kiri.
Postmodernisme sendiri dipengaruhi oleh post-strukturalisme. Postmoderisme mengambil posisi
sebagai oposisi terhadap otoritas, menekankan pada otonomi individu, serta menolak dan melihat
perjuangan revolusi besar sebagai otoritarian. Sebaliknya, postmodernisme menekankan pada
pemberian kekuatan pada individu untuk menentukan sendiri lingkungannya, dan melihat
perjuangan populer dalam politik grassroot, serta gerakan-gerakan sosial yang berpusat pada aktivisaktivis. Walaupun postmodern mengangkat isu-isu mengenai kemiskinan, radical postmodernism
tidak memberikan cara-cara konkret untuk mengangkat kelompok miskin untuk keluar dari
kemiskinan. Lebih lanjut, salah satu pemikiran yang menekankan pada market socialism adalah
pemikiran rational-choice yang dikemukakan oleh Marxist. Rational-choice yang dianut oleh Marxist
banyak mengambil bagian-bagian dari kapitalisme, seperti adanya pasar, otonomi individu,
kepemilikan properti. Bedanya, mereka menekankan pada sistem kepemilikan publik dimana semua
orang berhak atas pembagian kekayaan masyarakat, melalui pertukaran komoditas, dan
pengembalian komoditas kepada negara ketika si pemiliknya meninggal dunia, sehingga dapat
dilungsurkan kepada generasi berikutnya. Banyak pemikir-pemikir sayap kiri di dunia pertama dan
ketiga yang sudah meninggalkan kapitalisme dan mancari cara yang lebih efisien bagi pembangunan
ekonomi. Dalam hal ini, peran negara masih dianggap penting dalam menangani pembangunan
ekonomi.
New institutional economic juga memberikan kontribusi dalam pemikiran teori pembangunan
negara. Penganut neoinstitusionalis menekankan pada peran negara dalam ekonomi kapitalis. Pasar
membutuhkan institusional framework atau pengakuan dari negara untuk menjalankan pasar itu
sendiri. Jika tidak ada framework dari negara, maka agen-agen ekonomi akan melakukan
“improvisasi” yang sering kali menimbulkan kerusakan pada ekonomi. Akibatnya, biaya yang harus
dikeluarkan oleh pelaku bisnis semakin besar dan membuat investor potensial takut untuk masuk ke
dalam pasar. Hal ini, misalnya, terjadi di Russia ketika negara tersebut mulai bangkit setelah
runtuhnya komunisme. Dalam masa bangkitnya Russia setelah jatuhnya komunisme, negara tidak
cepat-cepat memberikan kontrak hukum pada pasar/perekonomian. Akibatnya, para pelaku bisnis
berpaling dan masuk ke dalam gang untuk memaksakan kepentingannya dengan kekerasan. Tak
kalah penting dengan institutional framework, negara juga harus menciptakan pra-kondisi yang
kondusif dengan memberikan akses terhadap informasi, kesetaraan formal bagi pelaku ekonomi,
dan kebebasan untuk keluar dan masuk bagi pelaku ekonomi, demi keefektivitasan pasar.
Argumentasi dari new institutional economics ini memberikan kontribusi pada teori pembangunan
negara.
Menurut neoinstitusionalist, pasar merupakan hasil buatan manusia. Negara merupakan agen
terbaik dalam mengatur munculnya pasar di negara-negara dunia ketiga. Walaupun ada pemikiran
mengenai new institusional economic, para theorist pembangunan sayap kiri kembali menelisik
mengenai kapitalisme yang berkembang di Asia Timur.
The Lessons of East Asia
Salah satu pembangunan ekonomi yang paling signifikan setelah perang dunia kedua terjadi di Asia
Timur. Jepang, China, Hong Kong, Singapore, merupakan segelintir negara yang berhasil membangun
perekonomiannya dengan sangat baik. Pembangunan ekonomi mereka menjadi sorotan dunia dan
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
8
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
mempengaruhi perekonomian dunia pula. Hal ini memicu dua pertanyaan mendasar : mengapa dan
bagaimana?
Pembangunan ekonomi di Asia Timur yang sangat pesat dan berhasil tampaknya berhasil
mematahkan argumentasi teori neoklasik. Pembangunan ekonomi Asia Timur cederung didalangi
oleh negara. Model pembangunan yang digunakan oleh negara-negara di Asia Timur adalah state—
led development. Resep utama pembangunan di Asia Timur ini adalah dengan intervensi negara yang
cukup besar dalam perekonomian. Dari cerita sukses pembangunan tersebut, banyak theoristtheorist yang kemudian berkesimpulan bahwa kesuksesan structural adjustment dalam negaranegara tersebut diikuti oleh perlindungan terhadap industri oleh negara, sehingga mereka menarik
kesimpulan bahwa negara membuka jalan bagi terbentuknya pasar. Hal inilah yang mendasari
terbentuknya teori mengenai negara, yang dikenal dengan developmental state, yang dipelopori
oleh Chalmers Johnson.
Ada beberapa aspek penting dalam teori developmental state atau teori pembangunan negara.
Pertama, negara menjadi kan pembangunan sebagai prioritas utamanya, mendorong masyarakat
untuk memanfaatkan keuntungan dari pembangunan, memaksimalisasi investasi, dan menggunakan
cara represif, jika dibutuhkan, untuk mencapai tujuan. Kedua, negara menekankan pada private
property dan pasar. Ketiga, negara meredistribusi tanahnya untuk memperluas pasar nasional
sekaligus menghindari kubu-kubu oposisi oligarki atas tanah, dan menekan upah peketja untuk
menarik investasi. Keempat, negara memisahkan diri dari masyarakat, memberikan otonomi sendiri
bagi teknokratik birokrasi dari kelompok-kelompok kepentingan di masyakarat, untuk menegakkan
disiplin, terutama di sektor privat. Kelima, dan yang paling penting, negara mengarahkan pasar
secara dominan, mengawasi alur investasi, membatasi impor, mengatur interaksi antara industri dan
agrikultur, mengganti struktur masyarakat (memberikan harga yang tidak sesuai jika dianggap akan
menguntungan suatu sektor), menyebarkan perubahan teknologi, dan menentukan industri yang
ingin dikembangkan. Pada saat yang bersamaan, negara menentukan industri apa yang akan
dilindungi dan dibangun, sekaligus membuka peluang bagi investasi asing untuk mengembangkan
perekonomian.
The Infant Industry Model (IIM)
Perlindungan dan pembangunan yang diberikan oleh negara kepada sektor-sektor industri terpilih,
bertujuan untuk ekspor, bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Dalam rangka melindungi
industri-industri tersebut, developmental state menggunakan model pembangunan infant industry.
Model pembangunan ini dipelopori oleh Friedrich List pada awal abad ke-19. IIM hampir sama
dengan model substitusi impor. Keduanya sama-sama berawal dari prinsip bahwa kondisi di dalam
negara dunia ketiga tidak sama dengan kondisi di negara dunia pertama. Pemikiran teori neoklasik
tidak dapat diaplikasikan di dalam negara-negara ini karena intervensi negara sangat dibutuhkan.
Strategi IIM untuk membangun industri dari awal adalah dengan mengakumulasi seluruh modalmodal yang ada, tidak hanya terbatas pada sektor privat atau swasta saja. Modal-modal finansial ini
didapat negara dari meminjam, pajak, dan penjualan barang-barang ekspor primer. Selain itu, untuk
meningkatkan human capital masyarakatnya, negara melakukan investasi besar dalam pendidikan.
Pendidikan tidak hanya ditujukan kepada anak-anak kaum elit yang mampu membayar pendidikan,
tetapi ditujukan kepada seluruh rakyatnya. Untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi negaraAlma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
9
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
negara dunia pertama, negara harus melindungi perusahaan-perusahaan lokal dari pesaing asing
dalam suatu periode waktu tertentu.
Walaupun Industri Substitusi Impor (ISI) dan IIM memiliki kesamaan, namun ada dua perbedaan yan
signifikan diantara keduanya. Pertama, ISI menekankan pada industri sebagai basis pembangunan
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sebaliknya, industri yang dibangun dengan
strategi IIM ditujukan untuk ekspor. Perbedaan kedua adalah mengenai perlindungan terhadap
industri lokal. ISI memberikan perlindungan kepada semua industri lokal tanpa membeda-bedakan
industri apapun. Sedangkan IIM, tidak semua industri lokal dilindungi oleh negara. Pemerintah
memiliki otoritas untuk menentukan industri apa yang akan dilindungi oleh negara dan
mengandalkan pada impor untuk memenuhi kebutuhan lokal. Intinya, model ini bertujuan untuk
menghasilkan keuntungan komparatif baru yang lebih dinamis.
Perlindungan oleh negara bertujuan untuk membangun kapasitas industri atau perusahaan tersebut
agar dapat bersaing di pasar dunia. Perlindungan ini memiliki batasan waktu. Oleh karena itulah,
manajemen perusahaan tersebut harus mengetahui jangka waktu perlindungan sehingga industri
tersebut mengetahui seberapa lama perusahaannya dapat membangun kapasitas dirinya sebelum
perusahaan atau industri tersebut “dilempar” ke pasar dunia. Posisi intervensi negara dalam model
pembangunan IIM ini harus mendukung pasar, bukan bertentangan dengan pasar atau menekan
pasar.
Cerita-cerita sukses di negara-negara Asia Timur memberikan suatu pemahaman baru dalam teori
pembangunan. Teori neoklasik mengkritik ISI karena urban bias-nya. Mereka mengkritik transfer
sumber daya dari desa yang digunakan untuk membangun industri di kota. Keuntungan komparatif
pada perekonomian negara dunia ketiga memang sering kali berada di ekonomi desa. Banyak
negara-negara di Asia Timur yang mengikuti model tersebut. Misalnya, Pantai Gading yang secara
berhasil menggunakan surplus dari agrikultur untuk membangun industri di perkotaan. Oleh karena
itu, salah jika kita berpikir bahwa transfer surplus dari desa ke kota merupakan sesuatu yang tidak
bermanfaat. Faktanya, di Korea Selatan dan Pantai Gading, negara menghidupkan kedua sektor
tersebut, agrikultur dan industri, secara bersama-sama. Pada prinsipnya, pemerintah negara dunia
ketiga dapat mengekploitasi sektor agrikultur atau sektor primer secara umum agar dapat
membangun dan memajukan sektor industri. Tetapi, strategi ini tidak akan berhasil jika pemerintah
tidak membangun sektor agrikultur atau sektor primer lainnya. Oleh karena itu, keduanya harus
diperhatikan.
Lebih lanjut, hasil dari pembangunan tersebut harus terdistribusi secara meluas. Jika hanya sedikit
populasi atau beberapa kelompok yang mengontrol sumber produksi dan pendapatan, mereka akan
memilih berbagai macam produk. Selain itu, jumlah konsumernya juga hanya sedikit. Akibatnya,
untuk memenuhi permintaan yang sedikit tersebut, maka barang itu mungkin akan diimpor atau
hanya diproduksi dalam jumlah sedikit yang menyebabkan harganya melambung tinggi. Oleh karena
itu, redistribusi tanah merupakan hal yang paling penting dalam teori pembangunan negara. Inilah
yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan yang dirumuskan oleh teori pembangunan negara.
Kesimpulan
Alur pemikiran secara garis besar mengenai munculnya teori pembangunan negara ini diawali oleh
adanya stuctural adjustment. Structural adjustment muncul karena adanya structural change.
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
10
April 22, 2011
[TEORI PEMBANGUNAN NEGARA]
Structural adjustment tersebut merusak struktur perekonomian. Awalnya, penyebab dari stuctural
adjustment dalam struktur ekonomi adalah karena aspek ekonomi. Namun ternyata, dimensi politik
memiliki andil juga dalam structural change. Perubahan ekonomi ditentukan juga oleh stabilitas
politik suatu negara.
Pada awalnya, teori yang mendominasi adalah teori neoklasik. Teori neoklasik menekankan pada
peran pasar dan menghindari intervensi pemerintah dalam perekonomian. Teori pembangunan
negara didasari oleh pemikiran sayap kiri yang menekankan pada intervensi negara. Hal ini
dipertegas dengan kasus-kasus sukses pembangunan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang,
Cina, Korea Selatan, Singapore, dan sebagainya. Pembangunan negara-negara tersebut dinilai
berhasil dan termasuk ke dalam negara-negara yang berkembang pesat pasca perang dunia kedua.
Keberhasilan tersebut ternyata dikarenakan oleh intervensi negara dalam perekonomian. Teori
neoklasik tidak mampu menjelaskan keberhasilan ini dengan teorinya. Teori pembangunan dengan
kasus-kasus keberhasilan di negara-negara Asia Timur menawarkan suatu model pembangunan
Infant Industry Model (IIM). Teori pembangunan negara juga menekankan pada redistribusi lahan
oleh negara, sehingga produksi dan konsumsi berjumlah besar dan dapat memproduksi untuk
ekspor, seperti yang menjadi tujuan model pembangunan IIM. Redistribusi ini menjadi salah satu
kunci penting dalam keberhasilan pembangunan dalam teori pembangunan negara.
Respon Kelompok
Sumber bahan bacaan kami berasal dari tulisan Rapley bab 5 dan tulisan Martinussen Bab 12 dan
Bab 15. Bahan Martinussen lebih banyak membahas mengenai teori-teori politik di negara
berkembang. Dalam bahan Rapley menjelaskan bahwa structural adjustment ternyata tidak hanya
disebabkan oleh dimensi-dimensi ekonomi saja, tetapi juga oleh aspek-aspek politik. Dalam hal ini,
kondisi dan stabilitas politik suatu negara mempengaruhi sructural change yang akhirnya
mempengaruhi structural adjustment di dalam suatu negara. Kondisi-kondisi politik yang mendasari
perubahan-perubahan dalam struktur negara tersebut dijelaskan oleh tulisan Martinussen di bab 12.
Tulisan Martinussen tersebut menggambarkan kondisi politik negara-negara dunia ketiga. Teori
pembangunan negara juga menawarkan solusi pembangunan yang didasari oleh redistribusi lahan.
Hal ini terkait dengan penjelasan desentralisasi dalam tulisan Martinussen bab 15. Desentralisasi
bertujuan agar tidak hanya segelintir orang saja yang memperoleh keuntungan dalam
pembangunan, melalui salah satunya redistribusi lahan. Selain itu, desentralisasi juga berlaku ketika
negara ingin meningkatkan human capital dengan berinvestasi besar pada pendidikan. Hal ini
merupakan beebrapa aspek kunci yang menjadikan pembangunan di negara-negara Asia Timur
tersebut berhasil.
Meskipun demikian, bacaan tersebut juga memicu beberapa pertanyaan oleh kelompok kami.
Pertama, bagaimana posisi kapitalisme dalam teori penbangunan negara ini. Walaupun intervensi
negara sangat ditekankan, tetapi negara tetap mendukung pasar dan tidak bertentangan dengan
pasar. Apalagi kebijakan IIM yang mengutamakan ekspor produk ke luar. Bukankah dengan
memproduksi barang-barang untuk diekspor dan mengimpor barang-barang dari luar artinya ikut ke
dalam sistem kapitalisme global?
Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666)
11
Download