Sunan Bonang - WordPress.com

advertisement
Sunan Bonang
Biografi
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah
putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa dikabupaten Rembang. Nama Sunan
Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan
Ampel
Berbicara tentang Sunan Bonang yang namanya didepannya tercantum kata-kata Maulana Makdum,
mengingatkan kita kembali kepada cerita di dalam sejarah Melayu. Konon kabarnya dalam sejarah Melayu pun
dahulu ada pula tersebut tentang cendekiawan islam yang memakai gelar Makdum, yaitu gelar yang lazim
dipakai di India. kata atau gelar Makdum ini merupakan sinonim kata Maula atau Malauy gelar kepada orang
besar agama berasal dari kata Khodama Yakhdamu dan infinitifnya (masdarnya) khidmat. dan maf’ulnya
dikatakan makhdum artinya orang yang harus dikhidmati atau dihormati karena kedudukannya dalam agama
atau pemerintahan Islam di waktu itu.
Salam seorang besar yang mengepalai suatu departemen ketika terjadi pembentukan adat yang berdasarkan
Islam, tatkala agama Islam memasuki lingkungan Minangkabau, berpangkat Makdum pula.Rupanya Makhdum
atau Mubaligh Islam yang berpangkat atau bergelar Makhdum itu data ke Malaka dalam abad ke XV, ketika
Malaka mencapai puncak kejayaannya. kembali mengenai diri Sunan Bonang disamping beliau adalah putera
Sunan Ampel juga menjadi muridnya pula. adapun daerah operasinya semasa hidupnya adalah terutama Jawa
Timur. Disanalah beliau mulai berjuang menyebarkan agama Islam.
Sebagai seorang Wali yang disegani dan dianggap Mufti atau pemimpin agama se
Tanah Jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi.
Sejak kecil, Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun
dan disiplin. Sudah bukan rahasia lagi bahwa latihan atau riadha para Wali itu lebih
berat dari pada orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon Wali yang besar,
maka Sunan Ampel sejak dini juga mempersiapkan sebaik mungkin.
Disebutkan dari berbagai literature bahwa Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku
sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam hingga ke Tanah
seberang, yaitu Negeri Pasai. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh
Awwalul Islam atau ayah kandung dari Sunan Giri, juga belajar kepada para ulama
besar yang banyak menetap di Negeri Pasai. Seperti ulama ahli tasawuf yang berasal
dari Bagdad, Mesir, Arab dan Persi atau Iran. Sesudah belajar di Negeri Pasai, Raden
Makdum Ibrahim dan Raden Paku pulang ke Jawa. Raden Paku kembali ke Gresik,
mendirikan pesantren di Giri sehingga terkenal sebagai Sunan Giri.
Maulana Makhdum Ibrahim, semasa hidupnya dengan gigih giat sekali
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, terutama di daerah Tuban
dan sekitarnya. sebagaimana halnya ayahnya, maka Sunan Bonang pun
mendirikan pondok pesantran di daerah Tuban untuk mendidik serta
menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam ke
seluruh tanah Jawa. konon beliaulah yang menciptakan gending Dharma serta
berusaha mengganti nama-nama hari nahas/sial menurut kepercayaan Hindu,
dan nama-nama dewa Hindu diganti dengan nama-nama malaikat serta nabinabi. Hal mana dimaksudkan untuk lebih mendekati hari rakyat guna diajak
masuk agama Islam.
Di masa hidupnya, beliau juga termasuk penyokong dari kerajaan Islam
Demak. serta ikut pula membantu mendirikan Masjid Agung di kota Bintoro
Demak.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di
Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban.
Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal,
kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari
Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa
jenazah beliau ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya
dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat
melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban
yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan
Bonang. Mereka memperebutkannya.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan
seorang Arab keturunan Nabi Muhammad
Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau
tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al
Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah
tembang Tamba ati (dari bahasa jawa berarti penyembuh jiwa)
yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Ada pula sebuah karya sastra dalam bahasa jawa yang dahulu
diperkirakan
merupakan
karya
Sunan
Bonang
dan
oleh
ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van
bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J Drewes,
seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan
Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.
Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia
mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW,
kemudian beliau kombinasi dengan kesimbangan pernapasan. yang
disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ‫ )ا ل م‬yang artinya hanya
Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga menciptakan gerakangerakan fisik atau jurus yang Beliau ambil dari seni bentuk huruf
Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri
huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf
hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh
dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak muridmuridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah
mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an.
Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak
murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga
sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di
Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan
Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat tauhid Indonesia
Terima Kasih
Download