strategi komunikasi petani sayuran organik dalam

advertisement
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas
makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi. Masyarakat menghendaki produk
sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Perkembangan ini didukung
oleh menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat masyarakat. Promosi
gaya hidup sehat back to nature membuat permintaan akan sayuran organik meningkat.
Sayuran organik memang diminati konsumen yang bersedia membayar lebih mahal untuk
produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Keadaan tersebut didukung pula
oleh keinginan dan kesadaran di kalangan petani untuk memproduksi sayuran dengan
menghindari pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, karena alasan lingkungan,
sosial ekonomi, kemandirian dan kesehatan. Di beberapa daerah juga telah bermunculan
lahan/pekarangan atau ladang/tegalan pertanian sayuran organik yang diusahakan oleh
petani.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Badan Standarisasi Nasional mengesahkan
Standar Nasional Indonesia tentang Sistem Pangan Organik yang telah tersusun dalam
SNI 01-6729-2002 dan berisi panduan tentang cara-cara budidaya pangan organik.
Sistem pertanian organik adalah ”kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses
produksi sampai proses pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan
dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika),
sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.”
Jika dilihat manfaatnya,
pengembangan pertanian organik sudah selayaknya diupayakan, karena dapat menjadi
solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikan praktek-praktek kearifan lokal. (Ditjen
Hortikultura 2007; 2008).
Berdasarkan uraian di atas, petani dengan usahatani sayuran organik
akan
membutuhkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan usahataninya.
Memperoleh informasi pertanian yang tepat memang bukan hal yang mudah bagi petani.
Kebutuhan terhadap informasi pertanian membuat petani mencari informasi melalui
berbagai saluran komunikasi untuk selanjutnya menggunakan informasi tersebut.
2
Wesseler dan Brinkman (2003) menyatakan bahwa pelaku utama dalam
pembangunan pertanian adalah petani laki-laki dan perempuan yang selalu membutuhkan
informasi pertanian. Momsen (2001) berpendapat bahwa petani perempuan sering
kehilangan kontrol terhadap sumberdaya dan umumnya tidak disertakan untuk akses
dalam hal memperbaiki kemampuan dalam metode pertanian. Memahami aktivitas
komunikasi mencari dan menggunakan informasi pertanian pada petani laki-laki dan
petani perempuan, dapat mengungkap perbedaan respons petani laki-laki dan perempuan
terhadap informasi pertanian yang mereka terima, termasuk perbedaan dalam peluang
untuk akses informasi, kebutuhan dan minat (Eashwar 2003; Servaes 2002; Everts 1998).
Informasi pertanian adalah salahsatu isu sentral dalam mencapai keberhasilan
pembangunan pertanian dan merupakan sentral dalam aktivitas komunikasi. Melalui
proses komunikasi yang ditelusuri pada petani sayuran organik laki-laki dan perempuan,
dapat diketahui perbedaan akses dan kontrol mereka terhadap informasi pertanian.
Perbedaan akses dan kontrol informasi pertanian adalah salah satu penyebab terjadinya
kesenjangan gender. Isu gender dalam pembangunan muncul karena kurang
memperhatikan kenyataan bahwa masyarakat sebagai target pembangunan terdiri dari
segmen-segmen yang berbeda khususnya perempuan dan laki-laki. Mereka mempunyai
kebutuhan, kepedulian, kesulitan dan pengalaman yang berbeda. Mengabaikan
kepentingan gender dapat memunculkan kesenjangan gender, kesenjangan terhadap
perempuan atau bisa juga kesenjangan terhadap laki-laki (Kem PP dan PA 2010). Lagi
pula partisipasi aktif petani laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan sangat
dibutuhkan, karena dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan. Karena itu,
relasi gender dalam pembangunan pertanian melalui aktivitas komunikasi mencari dan
menggunakan informasi pertanian perlu menjadi perhatian, karena sesuai dengan tujuan
mencapai Pembangunan Millenium (MDGs) butir ketiga tentang kesetaraan gender serta
Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender /PUG (Hubeis 2010).
Melalui rancangan strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender,
diharapkan informasi pertanian yang tersedia akan sesuai dengan kebutuhan petani dan
kesenjangan gender dapat diatasi. Akses dan kontrol informasi pertanian dapat setara
antara petani sayuran organik laki-laki dan perempuan. Apabila penggunaan informasi
pertanian dapat optimal, diharapkan petani sayuran organik laki-laki dan perempuan
3
dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola usahatani sayurannya.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian strategi komunikasi petani dalam mencari
dan menggunakan informasi pertanian berbasis gender memang perlu dilakukan.
Perumusan masalah
Berdasarkan aktivitas komunikasi dapat diketahui perbedaan akses dan kontrol
petani terhadap informasi pertanian. Odame (2004) berpendapat laki-laki dan perempuan
bukan suatu kelompok yang homogen dan mempunyai perbedaan dalam aspirasi,
pengalaman serta kebutuhan terhadap informasi maupun saluran komunikasi serta
mempunyai aktivitas komunikasi yang berbeda pula. Umumnya petani laki-laki dan
perempuan ingin mempunyai akses dan mencari informasi pertanian karena merasa
belum yakin akan sesuatu, misalnya belum yakin tentang pengendalian organisme
pengganggu tanaman dengan bahan alami. Pengkajian melalui aspek komunikasi untuk
mengetahui relasi gender dalam usahatani sudah menjadi trend strategi kebijakan
pembangunan pertanian sejak tahun 1980an, dengan berbagai topik penelitian seperti
gender dan teknologi dalam aktivitas pertanian, tingkat pengambilan keputusan, terpaan
informasi dan pelatihan yang dibutuhkan, kegiatan–kegiatan yang menghasilkan income
dan sebagainya.
Penelitian ini menganalisis relasi gender melalui aspek komunikasi dan data yang
dihasilkan dapat memperlihatkan antara lain, relasi gender dalam aktivitas komunikasi
pada akses dan kontrol informasi, selektivitas terhadap materi informasi pertanian dan
saluran komunikasi, kemampuan mempertimbangkan mutu informasi dan mutu saluran
komunikasi yang menyampaikan informasi pertanian, serta penggunaan informasi. Data
tersebut dapat menjadi umpan balik untuk kebutuhan merancang strategi komunikasi
informasi pertanian berbasis gender. Strategi komunikasi informasi pertanian berbasis
gender menampilkan bahwa informasi pertanian dirancang berdasarkan kebutuhan
petani, pengalaman memproses informasi pertanian petani laki-laki dan perempuan
dengan memperhatikan opini beberapa tokoh masyarakat di lokasi penelitian. Supiandi
(2008) berpendapat perempuan dan laki-laki perlu mendapat akses untuk memperoleh
informasi. Untuk mendapat akses berawal dari aktivitas komunikasi masing-masing
individu seperti tindakan pasif yang hanya menerima terpaan informasi dari sumber
4
melalui berbagai saluran komunikasi, aktif mencari melalui berbagai saluran komunikasi
yang ada atau mencari secara interaktif.
Berdasarkan penelitian Sunarno (2007) di Provinsi Jawa Barat, terbukti bahwa
program pembangunan dan sumberdaya pembangunan lebih banyak ditujukan kepada
nelayan laki-laki dari pada perempuan. Penelitian ini berbeda, karena meneliti aktivitas
komunikasi petani sayuran organik laki-laki dan perempuan dalam mencari informasi
pertanian, mengurai kesenjangan gender dalam perbedaan akses dan kontrol informasi,
faktor-faktor komunikasi yang dapat diakses serta penggunaan informasi pertanian untuk
kepentingan usahatani. Tujuan akhir penelitian ini adalah merancang strategi komunikasi
informasi pertanian yang berbasis gender untuk kepentingan petani sayuran organik lakilaki dan perempuan dalam mengembangkan usahataninya.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah :
“Seperti apa strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender dimana terdapat
akses dan kontrol yang setara pada petani sayuran organik laki-laki dan perempuan
melalui aktivitas komunikasi mencari dan menggunakan informasi pertanian?”
Dari pertanyaan penelitian di atas dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1 Seperti apa karakteristik petani, pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses
dan kontrol pada informasi pertanian, faktor - faktor komunikasi dan penggunaan
informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran
organik?
2 Sejauhmana hubungan pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses dan kontrol
informasi pertanian dengan faktor-faktor komunikasi, hubungan pola pembagian
kerja dan relasi gender dalam akses dan kontrol informasi pertanian dengan
penggunaan informasi pertanian, hubungan faktor-faktor
komunikasi dengan
penggunaan informasi pertanian, hubungan karakteristik petani laki-laki dan petani
perempuan dengan penggunaan informasi pertanian?
3 Seperti apa strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender?
5
Tujuan Penelitian
Petani sayuran organik baik laki-laki maupun perempuan selalu membutuhkan
informasi pertanian untuk mengembangkan usahataninya. Namun tidak semua informasi
yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan minat petani. Perilaku memilih informasi
melalui berbagai saluran komunikasi, memproses informasi yang sudah diperoleh dan
menggunakannya, dapat memperlihatkan kesenjangan komunikasi pada petani laki-laki
dan perempuan dalam hal akses dan kontrol informasi, kemampuan memproses dan
memanfaatkan informasi pertanian, mempraktekkan informasi yang akhirnya dapat
mengembangkan usahatani sayuran organik dan memperbaiki kesejahteraan petani dan
keluarganya. Berdasarkan uraian tersebut beberapa tujuan spesifik penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi karakteristik petani, pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses
dan kontrol pada informasi pertanian, faktor-faktor komunikasi dan penggunaan
informasi
pertanian pada
petani laki-laki dan
perempuan yang berusahatani
sayuran organik.
2 Menganalisis hubungan pola pembagian kerja serta relasi gender dalam akses dan
kontrol pada informasi pertanian dengan faktor-faktor komunikasi, hubungan pola
pembagian kerja serta relasi gender dalam akses dan kontrol pada informasi pertanian
dengan penggunaan informasi pertanian, hubungan faktor-faktor komunikasi dengan
penggunaan informasi pertanian, hubungan karakteristik petani dengan penggunaan
informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran
organik.
3 Merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1 Dalam aspek praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk merancang strategi
komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender dan sebagai masukan bagi
pengambil kebijakan.
2 Secara akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat karena memberi kontribusi pada
pengembangan ilmu komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam aspek komunikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
menganalisis apa yang sudah dilakukan petani laki-laki dan perempuan untuk
mendapatkan informasi pertanian, apa yang dipikirkan petani sesudah mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan mutu informasi dan mutu saluran komunikasi, serta
penggunaan informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan dengan usahatani
sayuran organik. Analisis dilakukan dengan mengaplikasikan teori komunikasi di
lapangan dengan memanfaatkan data kuantitatif didukung data kualitatif, serta gabungan
analisis SWOT dan AHP. Keseluruhan data dipergunakan sebagai bahan untuk
merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender.
Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Penelitian Ini
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan aspek komunikasi maupun
gender dan pembangunan yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah,
Jayawijaya Papua dan Kalimantan, umumnya berkisar mengenai kurangnya kesempatan
akses pada informasi dari petani laki-laki dan perempuan seperti yang dilakukan oleh:
a) Sunarno (2007) mengenai Kesetaraan gender dalam pembangunan perikanan di
Kabupaten Subang Jawa Barat, dengan metode survei dan studi kasus, temuannya
belum ada kesetaraan gender dalam program perikanan pantai bagi nelayan laki-laki
dan perempuan. Menyusun strategi pembangunan perikanan pantai responsif gender.
b) Murdianto et al., (2001) mengenai Studi gender dalam industri rumah tangga gula
aren di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, dengan metode studi kasus. Temuan
penelitian adalah pengrajin perempuan masih memerlukan terpaan informasi dan
penyuluhan mengenai pengolahan gula aren.
c) Sitepu (2007), mengenai Desain sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan
berbasis gender di Provinsi DI Yogyakarta, dengan metode studi kasus.
Temuan
penelitian yang berkaitan dengan komunikasi antara lain petani laki-laki dan petani
perempuan membutuhkan informasi tentang penggunaan sumber air dari sumur ladang
dan sumur embung.
d) Hartomo (2007) meneliti tentang Kebijakan sistem usahatani berkelanjutan responsif
gender di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dengan metode analisis
7
deskriptif melalui studi kasus. Temuan penelitian adalah perempuan lebih dominan
dari pada laki-laki dalam pengolahan hasil panen dan pemasaran, sedangkan merawat,
memelihara tanaman, penyiraman dan menentukan teknis pengolahan hasil panen
dilakukan bersama laki-laki dan perempuan. Akses informasi dominan pada laki-laki,
karena laki-laki lebih aktif pada pertemuan kelompok tani secara regular. Kontrol
informasi dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan.
e) Septiana (2008)
meneliti Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap
peningkatan pengetahuan tentang air bersih berbasis gender.
Metode penelitian
eksperimen kuasi dengan terpaan media video yang menampilkan model laki-laki dan
perempuan serta suara narator laki-laki dan perempuan terhadap 80 pegawai terdiri
dari 40 pegawai perempuan dan 40 pegawai laki-laki. Temuan penelitian yakni media
video sebagai saluran komunikasi, efektif untuk diakses oleh kedua gender dan
berpengaruh positif apabila kedua gender diberi peluang yang sama, artinya terpaan
informasi tidak hanya ditujukan kepada salah satu gender saja.
f) Srini (2001) meneliti Gender and Development in Jayawijaya. Metode kualitatif
mengenai kesehatan dan gizi keluarga, proses pendidikan dan penyadaran tentang
kesetaraan gender pada perempuan dan laki-laki di pedesaan di Kanggime dan
Mamit. Temuan penelitian adalah
proses komunikasi melalui saluran kelompok
lebih dominan dilakukan oleh laki-laki, akses informasi juga dominan pada laki-laki.
Bukti empiris memperlihatkan masih ada kesenjangan gender dalam akses dan
kontrol informasi antara petani laki-laki dan perempuan. Umumnya akses dan control
informasi pada perempuan masih minim. Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan
dalam mencari informasi karena masing-masing mempunyai aspirasi, pengalaman dan
kebutuhan yang berbeda.
Melalui penelitian terdahulu
dapat diidentifikasi
bahwa petani laki-laki dan
perempuan di pedesaan masih membutuhkan introduksi teknologi. Namun masih sedikit
penelitian yang mengungkapkan perbedaan antara petani laki-laki dan perempuan dalam
aktivitas mencari informasi untuk akses dan kontrol, selektivitas materi informasi,
kemampuan mempertimbangkan informasi dan kemampuan komunikasi menggunakan
informasi pertanian serta rancangan strategi berbasis gender pada petani sayuran.
8
Berdasarkan identifikasi masalah,
rujukan teoritis serta penelitian terdahulu,
kerangka konsep pada Gambar 1, memaparkan kondisi yang menghambat dalam
pengembangan usahatani sayuran organik yaitu bila masih terdapat situasi minimnya
akses dan kontrol informasi pada salah satu gender, sumberdaya manusia petani sebagai
pengguna informasi masih lemah,
saluran komunikasi belum berfungsi optimal,
ketersediaan informasi belum sesuai dengan kebutuhan maupun minat petani laki-laki
dan perempuan.
PETANI SAYURAN
ORGANIK LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN
KONDISI YANG
DIINGINKAN:
KONDISI YANG
MENGHAMBAT:
-Minimnya akses dan
kontrol informasi
pada petani
perempuan.
-SDM petani lemah.
KONDISI YANG
MENDUKUNG:
-Informasi pertanian,
saluran komunikasi
sesuai kebutuhan dan
kondisi petani.
-Sarana komunikasi
menunjang.
-Informasi pertanian
diakses dan dikontrol
setara.
KOMUNIKASI
INFORMASI
PERTANIAN
BERBASIS GENDER
Aktivitas mencari
informasi pertanian:
-Ketersediaan
informasi
pertanian sesuai
kebutuhan
-Informasi pertanian
diakses dan dikontrol
setara
-Mampu
menggunakan
informasi pertanian
sehingga
pengelolaan
usahatani sayuran
organik dapat
optimal
1. Akses
2. Kontrol
KONDISI YANG
TIDAK DI INGINKAN:
UMPAN BALIK
Akses dan kontrol
informasi pertanian
hanya dominan pada
salah satu gender.
Gambar 1 Alur komunikasi informasi pertanian dari kondisi yang diinginkan dan
tidak diinginkan
9
Kondisi yang mendukung yaitu informasi pertanian dan saluran komunikasi
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani laki-laki dan perempuan sebagai pengguna,
terdapat infrastruktur komunikasi yang menunjang seperti keberadaan penyuluh, LSM,
stasiun radio, media cetak, warung internet untuk berbagai informasi pertanian tersedia
dan dapat diakses oleh petani sayuran organik laki-laki dan perempuan. Kondisi yang
diinginkan adalah ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan, informasi pertanian
diakses dan dikontrol setara oleh petani laki-laki dan perempuan, mampu menggunakan
informasi pertanian untuk mengelola usahatani. Kondisi yang tidak diinginkan adalah
apabila informasi pertanian hanya dominan diakses dan dikontrol oleh satu pihak saja.
Novelty
Berbagai penelitian tentang aktivitas mencari informasi dan menganalisis
perbedaan gender terkait dengan program maupun akses dan kontrol terhadap
sumberdaya pembangunan pada petani maupun nelayan sudah banyak dilakukan dengan
berbagai pendekatan. Terutama dalam hal memetakan aktivitas produktivitas langsung,
produktivitas tidak langsung dan aktivitas sosial. Namun menggabungkan pola
pembagian kerja, relasi gender untuk akses dan kontrol pada informasi pertanian dan
faktor-faktor komunikasi dengan penggunaan informasi pada komunitas petani sayuran
organik yang dilanjutkan dengan merancang strategi komunikasi informasi berbasis
gender, belum banyak dibahas dalam berbagai studi. Hal ini sangat penting karena
aspirasi, pengalaman komunikasi, kebutuhan serta minat petani laki-laki dan perempuan
terhadap informasi pertanian dapat saja tidak sama. Melalui pendekatan pada petani
sayuran organik laki-laki dan perempuan dapat diketahui perilaku komunikasi akses dan
kontrol informasi. Bila akses dan kontrol dominan pada salah satu pihak, maka
komunikasi informasi pertanian belum berbasis gender karena belum memperhatikan
dengan setara aspirasi, pengalaman dan kebutuhan petani laki-laki dan perempuan. Hal
ini memperlihatkan pentingnya suatu strategi komunikasi informasi pertanian yang
berbasis gender, agar ke depan petani sayuran organik laki-laki dan perempuan dapat
mempunyai akses dan kontrol setara terhadap informasi pertanian sehingga pengelolaan
usahatani sayuran organik dapat optimal.
10
Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara mendalam untuk
memahami perbedaan kognisi yang berperan dalam membentuk perilaku petani laki-laki
dan perempuan. Hal ini merupakan refleksi suatu usaha untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang situasi sosial yang dikaji. Berbagai penelitian yang baik
sering mengkombinasikan aspek-aspek pendekatan kuantitatif serta kualitatif melalui
wawancara mendalam dan penelitian ini juga melakukan hal tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, kebaruan atau novelty
penelitian strategi komunikasi petani sayuran
organik dalam mencari dan menggunakan informasi pertanian berbasis gender adalah
1 Menganalisis aktivitas komunikasi petani laki-laki dan perempuan yang ber usahatani
sayuran organik dalam mencari dan menggunakan informasi pertanian dengan mengacu
pada teori komunikasi.
2 Merancang strategi komunikasi informasi pertanian sayuran organik berbasis gender,
melalui kombinasi pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif,
analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan pendekatan
Analytical Hierarchy Process (AHP).
(a) Data kuantitatif untuk menganalisis aktivitas mencari, akses dan kontrol serta
menggunakan informasi pertanian laki-laki dan perempuan yang berusahatani
sayuran organik. Wawancara mendalam untuk data kualitatif yang digunakan untuk
menganalisis pengalaman petani laki-laki dan perempuan saat mencari untuk akses
dan kontrol pada informasi pertanian serta penggunaan informasinya yang belum
terungkap melalui pendekatan kuantitatif.
(b)Analisis SWOT untuk merancang strategi komunikasi informasi pertanian organik
berbasis gender sebagai solusi dari kesenjangan akses dan kontrol informasi.
(c) Pendekatan AHP untuk mengetahui urutan prioritas berdasarkan faktor-faktor yang
dibutuhkan dalam mencapai tujuan strategi
komunikasi informasi pertanian
berbasis gender
3 Mengembangkan konsep dan merancang strategi komunikasi informasi pertanian
berbasis gender untuk melengkapi strategi komunikasi sebelumnya.
4. Penelitian ini bersifat holistik dengan melibatkan petani sayuran organik laki-laki
dan perempuan, penyuluh, aparat Dinas Pertanian, LSM, ketua kelompok tani.
Download