Document

advertisement
ISSN 2805 - 2754
KONTROL TERHADAP KEBISINGAN
(Telaah Pustaka)
Oleh
T. Yuniarti*)
*) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
Abstrak
Kasus kebisingan dilingkungan sering terjadi. Dampak yang rasakan oleh masyarakat
bermacam-macam, mulai dari tidak dapat mendengar radio, TV, percakapan secara wajar,
tidak dapat tidur pada waktunya, sulit berkonsentrasi sampai gangguan psikologis lainnya.
Sebagian dari meraka berani melakukan protes, sebagian hanya bercerita kesana-kemari dan
sebagainya diredam dalam hari, menyerah pada keadaan, yang sebenarnya tidak wajar.
Semua itu merupakan gangguan kesehatan.
Jajaran petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat perlu
mempunyai keterampilan dalam mengidentifikasi apakah suatu kasus atau peristiwa
kebisingan benar-benar berdampak terhadap kesehatan. Dapat saja terjadi sekelompok
orang mengaku kebisingan oleh suatu industri padahal bukan karena benar-benar kebisingan
melainkan karena desakan politis atau ekonomis tidak senang orang lain lebih maju dan
sebagainya.
A.
40
Pengertian
Kebisingan (noise) adalah suara
yang tidak dikehendaki. Menurut Woll
(1979), kebisingan adalah suara yang
mengganggu.
Sedangkan menurut
Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan
gangguan
kesehatan
manusia
dan
kenyamanan
lingkungkungan, termasuk ternak, satwa,
dan sistem alam. (Subaris,dkk, 2008 : 14)
Menurut Ridley, (2008 : 189),
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang
kebisingan:
1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak
diharapkan
2. Beberapa bunyi- bunyian diperlukan
untuk:
3. Bunyi merupakan pulsa-pulsa tekanan
diudara
4. Ambang pendengaran adalah tingkat
kebisingan paling rendah yang dapat
dideteksi oleh telinga.
Kesehatan pendengaran merupakan
salah satu segi kualitas hidup ddan oleh
karena itu pendengaran perlu dilindungi.
B.
Jenis Kebisingan
Steady, state, noise, adalah
kebisingan dimana fluktuasi dari
intensitasnnya tidak lebih dari 6 Db.
Sebagai contoh, suara yang ditimbulkan
oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar
(steady state wide band noise) ; suara
mesin, gergaji, sirkuler, (circular chain
saw), dan suara yang ditimbulkan oleh
katup (steady state narrow band noise)
(Subaris,dkk, 2008 : 14).
Impact/impulse
noise,
adalah
kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber
tunggal atau bunyi yang pada saat
tertentu terdengar secara tiba-tiba,
misalnya kebisingan yang ditimbulkan
oleh ledakan bom atau meriam,
sedangkan impulsive berualang terjadi
pada
mesin
produksi
diindustri
(Subaris,dkk, 2008 : 14).
Intermitten/interutted noise adalah
kebisingan dimana suara mengeras dan
kemudian melemah secara perlahan
lahan. Sebagai contoh, kebisingan yang
ditimbulkan oleh kendaraan lalulintas atau
pesawat udara. (Subaris,dkk, 2008 : 14)
C.
Sumber Kebisingan
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 15)
aktivitas
dari
berbagai
proyek
pembangunan menghasilkan dampak
yang berbeda-beda dari bermacammacam sumber kebisingan dan dapat
dibagi menjadi 4 tipe pembangunan yaitu:
1. Tipe pembangunan pemukiman
2. Tipe pembangunan gedung bukan
untuk tempat tinggal tetap, misalnya
perkantoran, gedung umum, hotel,
rumah
sakit,
sekolah,
dan
sebagainya.
3. Tipe pembangunan industri
4. Tipe pekerjaan umum, misalnya
jalan, saluran induk air, selokan
induk air, selokan, dan lainnya.
Menurut (Subaris,dkk, 2008 : 15),
Dampak kebisingan dapat pula kita bagi
berdasarkan fase pembangunan proyek
yaitu fase konstruksi dan fase operasi.
Besarnya kebisingan yang ditimbulkan
dari fase pembangunan fisik (gedung atau
industri) dapat dibagi lagi menjadi
kebisingan yang disebabkan oleh:
1. Pembersihan lahan
2. Penggalian
3. Pondasi
4. Menegakkan bangunan
5. Penyelesaian akhir bangunan
Menurut (Subaris,dkk, 2008 : 15-16)
sumber kebisinga dibedakan menjadi:
1. Bising industri
Industri besar termasuk didalamnya
pabrik, bengkel, dan sejenisnya.
Bising industri dapat dirasakan oleh
karyawan maupun masyarakat
sekitar industri
2. Bising rumah tangga
Umumnya disebabkan oleh alat-alat
rumah tangga dan tidak terlalu tinggi
tingkat kebisingannya
3. Bising spesifik
Bising yang disebabkan oleh
kegiatan-kegiatan khusus, misalnya
pemasangan tiang pancang tol atau
bangunan.
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 16)
Sumber kebisingan berdasarkan sifatnya
dibagi menjadi dua yaitu:
Kontrol Terhadap Kebisingan
1.
D.
Sumber kebisingan statis
Pabrik, mesin, tape, dan lainnya
2. Sumber kebisingan dinamis
Mobil, pesawat terbang, kapal laut,
dan lainnya
Sedangkan menurut Subaris,dkk,
(2008 : 16) sumber bising yang dilihat dari
bentuk sumber suara yang dikeluarkannya
da dua, yaitu (Men. KLH, 1989):
1. Sumber bising yang berbentuk
sebagai suatu titik/ bola/ lingkaran.
Contoh: sumber bising dari mesinmesin industri/ mesin yang tak
bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk
sebagai suatu garis, misalnya
kebisingan yang timbul karena
kendaran-kendaran yang bergerak
dijalan.
Dampak Kebisingan
Dampak kebisingan menurut Subaris,dkk,
(2008 : 16-17) adalah sebagai berikut:
1. Pada indra pendengaran (Audiotori
Effect)
Telinga siap untuk menyesuaikan diri
dengan
perubahan-perubahan
terhadap tingkat suara/ bising, tetapi
setelah telinga terlalu sering
mengalami
perubahan
yang
berulang-ulang lama-kelamaan daya
akomodasinya akan menjadi lelah
dan gagal dalam memberikan reaksi.
Dalam keadaan ini pendengaran
timbul akan pekerjaan (occupational
deafness), tidak hanya terdapat
pada pekerja pabrik saja tetapi juga
pada pekerjaan-pekerjaan luar,
seperti sopir taksi/ alat transportasi,
polisi lalu lintas, dan sebagainya
Efek kebisingan pada indra
pendengaran, dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Trauma akustik,
Adalah ganguan pendengaran
yang
disebabkan
oleh
pemaparan tunggal terhadap
intensitas kebisingan yang
sangat tinggi dan terjadi secara
tiba-tiba. Contoh, ketulian yang
disebabkan oleh ledakan bom
41
b.
c.
2.
42
Ketulian sementara (temporary
thers hold shift/ TTS),
Adalah
Gangguan
pendengaran yang dialami
seseorang
yang
sifatnya
sementara. Daya dengarnya
sedikit demi sedikit pulih
kembali,
waktu
untuk
pemulihan kembali adalah
berkisar dari beberapa menit
sampai beberapa hari (3-7
hari), namun yang paling lama
tidak lebih dari sepuluh hari.
Ketulian permanen (permant
thers shold/PTS),
Adalah bilamana seseorang
pekerja mengalami TTS dan
kemudian terpajan bising
kembali sebelum pemulihan
secara lengkap terjadi, maka
akan terjadi “akumulasi” sisa
ketulian (TTS), dan bila hal ini
berlangsung secara bererulang
dan menahun, sifatnya akan
berubah menjadi permanen.
PTS sering juga disebut NIHL
terjadi
umumnya
setelah
terpajan 10 tahun atau lebih.
Efek kebisingan bukan pada indra
pendengaran (non audiotory effect).
a. Gangguan
komunikasi,
kebisingan dapat mengganggu
percakapan sehingga dapat
menimbulkan salah pengertian
dari penerimaan pembicaraan.
b. Gangguan tidur, menurut EPA
(1974),
manusia
dapt
terganggu
tidurnya
pada
intensitas suara 33-38 dBA dan
keluhan ini akan semakin
banyak ditemukan bila tingkat
intensitas suara di ruang tidur
mencapai 48 dBA.
c. Gangguan pelaksanaan tugas
(task interference), terutama
pada
tugas-tugas
yang
membutuhkan ketelitian atau
pekerjaan yang rumit dan
d.
e.
E.
pekerjaan yang mebutuhkan
konsentrasi tinggi.
Perasaan tida senang atau
mudah marah (annoyance).
Stress, pengalaman pada
pemeriksaan di perusahaan
menunjukkan
beberapa
tahapan
akibat
stress
kebisingan, yaitu: menurunnya
daya akomodasi, cenderung
cepat
lelah,
gangguan
komunikasi, gangguan fungsi
pendengaran secara bertahap,
ketulian / penurunan daya
pendengaran.
Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan bertujuan
untuk membandingkan hasil pengukuran
pada suatu saat dengan standar atau Nilai
Ambang Batas (NAB) yang telah
ditetapkan (Subaris,dkk, 2008 : 20).
Pengukuran yang ditujukan hanya
sekedar untuk mengendalikan terhadap
lingkungan kerja dilaksanakan ditempat
dimana pekerja menghabiskan waktu
kerjanya serta dilaksanakan pada waktu
pagi, siang, dan sore hari (Subaris,dkk,
2008 : 20-21).
Pengukuran yang bertujuan untuk
mengetahui efek kebisingan terhadap
pendengaran perlu dilaksanakan secara
intensif selama jam kerja. Bila pekerja
selalu berpindah tempat maka disamping
dilaksanakan pengukuran tingkat tekanan
suara juga dicatat waktu selama pekerja
berada di tempat-tempat tersebut agar
dapat diketahui apakah pekerja sudah
terpajan melampaui NAB (Subaris,dkk,
2008 : 21).
Untuk mengetahui luasnya masalah
kebisingan, kita perlu mengukur tingkat
kebisingan
dengan
menggunakan
sejumlah alat ukur tingkat kebisingan
dengan berbagai tingkat ketelitian (Ridley,
2008 : 193).
Menurut Ridley, (2008 : 194) alat
ukur kebisingan Adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tingkat
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
kebisingan dan memiliki tiga jenis dasar,
tiga jenis dasar tersebut adalah :
1. Alat ukur keperluan umum :
a. Relatif murah
b. Cukup
teliti
untuk
mengidentifikasi area yang
bermasalah dengan kebisingan
2. Instrumen kualitas 1 :
a. Memberikan pembacaan teliti
yang dapat digunakan dalam
tindakan
penegndalian
kebisingan
b. Bisa mengikutsertakan fasilitas
untuk
menganalisis
pita
gelombang
(wave
band
analysis) dan memadukan
tingkat eksposur
c. Cukup
mahal
namun
dibutuhkan jika pengukuran
kebisingan secara teratur perlu
dilaksanakan
3. Istrumen
Presisi
(presition
instrument)
a. Mengukur sejumlah fungsifungsi kebisingan
b. Memberikan pembacaan yang
sangat teliti
c. Kerap
disambungkan
keinstrumen pencatat yang
mengukur tingkat kebisingan
dalam satu periode waktu
d. Sangat mahal dan memerlukan
keahlian
khusus
untuk
menggunakannya
Alat ukur kebisingan menurut Ridley,
(2008 : 194-195) adalah sebagai berikut:
1. Audiometer
Diperlukan
untuk
mengukur
ketajaman pendengaran :
a. Digunakan untuk mengukur
ambang pendengaran
b. Mengindikasikan
kehilangan
pendengaran
c. Pembacaan dapat dilakukan
secara manual atau otomatis
d. Mencatat
kemampuan
pendengaran setiap telinga
Kontrol Terhadap Kebisingan
2.
pada deret frekuensi yang
berbeda
e. Menghasilkan
audiogram
(grafik ambang pendengaran
untuk masing-masing telinga
pada suatu rentang frekuensi)
f. Pengujian perlu dilakukan
didalam ruang kedap bunyi
namun diruang yang heningpun
hasilnya memuaskan
g. Berbiaya
sedang
namun
dibutuhkan
hanya
jika
kebisingan merupakan masalah
atau kejadian yang terus
menerus, atau selain itu dapat
menggunakan fasilitas dirumah
sakt setempat.
Dosimeter
Dosimeter
diperlukan
untuk
mengukur
eksposur
terhadap
kebisingan harian :
a. Berupa instrumen kecil yang
dikenakan oleh pekerja
b. Terdiri atas alat pencatat kecil
dan microfon yang disematkan
pada krah baju didekat telinga
c. Mengukur dan mencatat tingkat
kebisingan setiap menit dalam
1 giliran kerja
d. Instrumen sederhana yang
memadukan pembacaan untuk
memberikan pemajanan bising
harian LEP.d
e. instrumen yang lebih rumit
yang memungkinkan analisis
rekaman data yang lebih rinci
f. proses analisi membutuhkan
perangkat lunak komputer dan
pemeta (plotter) data yang
cocok
1) sangat mahal
2) alat yang sangat khusus
yang
sebaiknya
dipercayakan
kepada
ahlinya
g. satu-satunya metode yang
benar benar teliti untuk
mengukur pemajanan bising
personal harian.
43
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 21)
Alat yang digunakan untuk pengukuran
intensitas kebisingan adalah Sound Level
Master (SLM) yang mempunyai beberapa
jenis antara lain:
1. Precision Sound Level Meter
2. General Purpose Sound Level Meter
3. Survey Sound Level Meter
4. Special Purpose Sound Level Meter
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 22),
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengukuran adalah:
1. Sebelum pengukuran dilaksanakan,
battery harus diperiksa untuk
mengetahui apakah masih berfungsi
atau tidak.
2. Agar peralatan SLM akan digunakan
benar-benar tepat, maka terlebih
dahulu harus dicek dengan
menggunakan
kalibrator, yaitu
dengan meletakkan/ memasang alat
tersebut diatas mikrophone dari
SLM, kemudian dengan tombol pada
alat tersebut dikeluarkan nada murni
(pure tone) dengan intensitas
tertentu, maka jarum penunjuk/
display SLM tersebut harus
menunjukkan
sesuai
dengan
intensitas suara dari kalibator
tersebut.
3. Meletakkan sejauh mungkin SLM
sepanjang tangan (paling dekat 0,5
meter dari tubuh pengukur). Bila
perlu
gunakan
tripod untuk
meletakkannya. Hal ini dilakukan
karena selain operator dapat
merintangi suara yang datang dari
salah satu arah operator tersebut
juga dapat memantulkan suara
sehingga menyebabkan kesalahan
pengukuran
4. Pengukuran
diluar
gedung/
lingkungan harus dilakukan pada
ketinggian 1,2-1,5 meter diatas
tanah dan bila mungkin tidak kurang
dari 3,5 meter dari semua
permukaan
yang
dapat
memantulkan suara. Sebaliknya
digunakan WindsScreen (terbuat
dari karet busa berpori) yang
44
5.
6.
7.
F.
dipasang pada micropone untuk
mengurangi turbulensi aliran udara
disekitar diafragma microphone.
Bila ingin diketahui dengan tepat
sumber suara yang sedang diukur
dapat digunakan suatu handphone
yang dihubungkan dengan output
dari SLM
Hindari pengukuran terlalu dekat
dengan sumber bunyi, karena hasil
pengukuran akan menunjukkan
perbedaan yang bermakna pada
posisi SLM yang berubah-ubah
SLM ini dapat digunakan pada
suasana
kelembaban
sampai
dengan 90% dan pada suhu antara
10-50°c
RencanaRencana
Pengukuran
Kebisingan
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 23)
Merumuskan
rencana-rencaan
pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Pokok-pokok pengukuran utama
Ada dua pokok-pokok penting bila
mengukur
kebisingan:
tingkat
tekanan suara berbobot A yang
kemudian dibandingkan dengan nilai
referensi dan kebisingan itu sendiri
karena frekuensi harus dianalisa
untuk merumuskan langkah-langkah
pengcegahan terhadap kebisingan.
2. Studi-studi pendahuluan
a. Sifat dari masalah kebisingan
b. Periode waktu dan berapa
sering kebisingan dihasilkan
c. Situasi propagasi
d. Situasi kerusakan
e. Situasi
kebisingan
latar
belakang (apakah ada sumbersumber lain atau tidak).
3. Perencanaan pengukuran
Dalam merencanakan pengukuran,
perlu untuk menginvestigas:
a. Titik-titik pengukuran
b. Personalia
c. Peralatan pengukuran
d. Proses-proses pengukuran
e. Metode
komunikasi,
dan
sebagainya
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
Waktu memilih alat-alat pengukuran,
perlu untuk mengingat tujuan dari hasilhasil pengukuran. Terutama, bila
pengukuran adalah bagian dari investigasi
untuk langkah-langkah penanggulangan,
maka perlu diadakan pengukuranpengukuran pada titik-titik dimana suarasuara mudah bocor seperti jendelajendela, pintu-pintu, kipas angin, dan
sebagainya (Subaris,dkk, 2008 : 24).
G.
Tindakan Pencegahan dalam Pengukuran
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 25-26)
tindakan pencegahan dalam pengukuran
adalah sebagai berikut:
1. Catat sebelum pengukuran
Catat tanggal dan waktu pengukuran
lokasi, kondisi cuaca, nama-nama
personal tinggi mikrofon, lingkup
pengukuran, kompensasi frekuensi
dari meteran tingkat kebisingan,
kecepatan, pencatuan kertas dari
perekam tingkat, model peralatan
dan pabrik peralatan.
2. Pengaruh angin
Waktu mengukur kebisingan diluar
rumah, pasanglah layar pencegah
angin pada mikrofon dari meteran
tingkat kebisingan.
3. Tempat pengukuran
Pilihlah lokasi yang tidak dipengaruhi
oleh suara yang tidak bergema atau
yang terpengaruhi oleh medan
magnetik, getaran-getarn, atau suhu
ekstrim atau kelembapan.
4. Periode pengukuran
Pilihlah waktu yang kebisingan latar
belakangnya stabil dan tidak ada
sumber-sumber
lainnya
yang
mempengaruhi
pengukuranpengukuran. Diman sumber masalah
stabil, kebutuhan pengukuran hanya
perlu berlangsung 2-3 menit. Tetapi,
jika tingkat tekanan suara bobot A
sangat berfluktuasi, ukurlah selama
250 detik atau lebih. Apabila ada
kebisingan latar belakang dari lalu
lintas mobil atau sumber lain,
ukurlah untuk waktu yang disebutkan
sebelumnya dalam periode dimana
Kontrol Terhadap Kebisingan
5.
6.
7.
8.
efek-efek tersebut tidak kelihatan
dengan jelas. Terutama bila sedang
merekam,
makin
lama
perekamannya, makin baik
Mengatur lingkup
Dapatkan ide tentang tingkat
tekanan suara berbobot A sebelum
pengukuran, kemudian stel skala
penuh dengan kelonggaran tertentu
yang bertanggung jawab atas waktu
pengukuran penuh.
Dengan
sinyal-sinyal
kejutan,
puncak bentuk gelombang dapat
keluar dari skala meskipun
pembacaan jarum (nilai yang
terukur) mungkin tidak. Oleh karena
itu, perlu mengawasi lampu
pengingat kelebihan beban yang
menyala
bila
suatu
bentuk
gelombang memuncak. Langkah
pencegahan yang sama diperlukan
untuk perekam audio dan tidak
hanya untuk alat-alat pengukuran.
Pelihara catatan-catatan selama
pengukuran
Dengan
penggunakan
indra
pendengaran seseorang, bedakan
antara suara target dan kebisingan
lainnya dan buatlah catatan tentang
itu pada kertas rekaman selama
pengukuran.
Bila
lingkungan
pengukuran
berubah
selama
pengukuran catatlah perubahan itu
dalam status dan waktu hal itu terjadi
dan informasi terkait lainnya pada
kertas rekaman. Misalnya, bila suatu
mesin berhenti atau seseorang lewat
didepan meteran tingkat kebisingan,
buatlah catatan mengenai status dan
waktu hal itu terjadi pada kertas
rekaman.
Instruksi kepada orang-orang lain
Peringatkan orang-orang lain untuk
tidak membuat suara-suara selama
merekam kebisingan.
Catatan-catatan titik pengukuran
Bedakan titik-titik perekam dengan
angka-angka atau cara-cara lainnya
dan terlebih dahulu tandailah hal-hal
itu pada dokumen-dokumen yang
45
disediakan. Juga masukkan jarak
dari sumber dinding-dinding dan
sebagainya.
Untuk
mengecek
kembali titik pengukuran, ambillah
foto tempat kerja.
9.
H.
46
Komunikasi selama pengukuran
Bila daerah perbatasan tak dapat
dilihat dari sumber, tempatkan
seseorang pada sumber untuk
memantau operasi dan seorang lain
pada titik pengukuran, keduanya
berkomunikasi dengan transceiver.
Bila ditemukan adanya pemuncakan
yang tinggi atau kejadian istimewa
lainnya pada titik pengukuran maka
orang yang ada dititik pengukuran
harus menghubungi orang yang
memantau sumber dan mencatat
informasi apa saja yang berguna,
yang dapat dilaporkan.
Metode Pengukuran Kebisingan
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 27-28)
metode pengukuran kebisingan adalah
sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturan tentang pabrikpabrik dan halaman-halaman kerja
Titik pengukuran ditentukan pada
garis tanah milik dari pabrik atau
halaman kerja. Tetapi, bila lokasi ini
dipandang tak mencukupi untuk
pengukuran, pengukuran dapat
dilakukan dari titik sembarangan di
luar garis tanah milik. Karakteristik
pengukur
frekuensi
adalah
karakteristik
A,
sedangkan
karakteristik pemukul rataan waktu
adalah karakteristik F (cepat).
2. Peraturan-peraturan
ditempattempat konstruksi
Titik pengukuran ditentukan pada
garis batas tanah dari suatu tempat
konstruksi. Karakteristik pengukur
frekuensi adalah karakteristik A,
sedangkan karakteristik pemukul
rataan waktu adalah karakteristik F
(cepat).
I.
Program Pengendalian Bising
Menurut Azwar, (1979 : 102) untuk
menciptakan suatu rumah atau tempat
tinggal yang baik sistem bunyinya, artinya
intensitas bunyi tidak melebihi 50 desibel,
dapat dilakukan beberapa hal yakni:
1. Ditujukan pada sumber bunyi,
misalnya
dengan
memasang
peredam bunyi pada sumber bunyi.
2. Menghalangi antaran (transmisi)
bunyi. Misalnya membuat rumah
atau bangunan dari bahan-bahan
yang dapat menahan bunyi. Suatu
rumah dari batu bata yang yang
mempunyai ketebalan 20 cm serta
pintu dan jendela tertutup rapat,
dapat mengurangi bunyi yang
diantarkan udara sampai 50 desibel.
Sedangkan bunyi yang diantarkan
benda padat, seperti misalnya bunyi
sepatu
pada
lantai
yang
kekuatannya sekitar 15 desibel,
dapat dihilangkan jika kontruksi
rumah dibangun dengan baik,
sehingga tidak menimbulkan gema
misalnya.
3. Menutup pendengaran, misalnya
dengan sumbat telinga. Cara yang
seperti ini tentu saja tidak
bermanfaat untuk daerah tempat
tinggal.
4. Dengan memilih lokasi rumah atau
tempat tinggal tersebut pada daerah
yang tidak terlalu ramai, seperti
misalnya tidak terlalu dekat dengan
jalan raya yang ramai, tidak didekat
pabrik, lapangan terbang, dan lain
sebagainya.
Menurut Subaris,dkk, (2008 : 30)
program pengendalian bising berdasarkan
teknik pelaksanaannya, dibedakan dalam
tiga cara:
1. Pengendalian pada sumber
Beberapa teknik yang dapat
dilakukan dalam cara ini adalah
sebagai berikut:
a. Meredam bising/ getaran yang
ada
b. Mengurangi luas permukaan
yang bergetar
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
c.
J.
Mengatur kembali tempat
sumber
d. Mengatur waktu operasi mesin
e. Pengecilan dan pengurangan
volume
f. Pembatasan jenis dan jumlah
lalu-lintas dan lainnya.
2. Pengendalian pada media bising
Langkah-langkah
yang
bisa
dilakukan dengan cara ini adalah
sebagai berikut:
a. Memperbesar jarak sumber
bising dengan pekerjaan atau
pemukiman
b. Memasang peredam suara
pada dinding dan langit-langit
c. Membuat ruang kontrol agar
dapat dipergunakan mengontrol
pekerjaan dari ruang terpisah
d. Bila sumber bising adalah lalulintas,
bisa
dilakukan
pembatasan jalan dengan
rumah/ gedung/ remah sakit,
dan
lain-lain.
Dengan
penanaman pohon, pembuatan
gundukan tanah, pembuatan
tembok/ pagar, pembuatan jalur
hijau dan daerah penyangga,
dan lainnya.
3. Pengendalian pada penerima
Pengendalian dengan cara ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:
a. Memberi alat pelindung diri
seperti ear plug, ear muff dan
helmet
b. Memberikan
latihan
dan
pendidikan kesehatan dan
keselamatan kerja, khususnya
tentang
kebisingan
dan
pengaruhnya
c. Tindakan pengamanan juga
dapat dilakukan dengan cara
memindahkan tenaga kerja
terkena bising.
Tehnik-tehnik pengendalian kebisingan
Dalam seluruh aktivitas perlindungan
pendengaran, pertimbangan pertama
yang
harus
diperhatikna
adalah
menghilangkan sumber kebisingan dan
Kontrol Terhadap Kebisingan
selanjutnya melindungi seluruh angkatan
kerja.
Akan
tetapi,
tindakan
menghilangkan pancaran kebisingan tidak
selalu dapat dilakukan secara sempurna
sehingga kita memerlukan tindakantindakan lain untuk sejauh mungkin
mengurangi pancarannya (Ridley, 2008 :
196-198).
Menurut Ridley, (2008 : 196-198) Hal
ini harus dilaksanakan secara logis yang
mengikuti
strategi
perlindungan
pendengaran (yang
masing-masing
diurutkan sesuai dengan prioritasnya)
yang dapat dilakukan adalah :
1. Pendekatan
arahan-prinsip
(principles-led):
a. Penghilangan
mencari metode alternatif
b. Isolasi
memindahkan pekerja ke arah
dengan
kebisingan
lebih
rendah
c. Penyekatan
1) mengurung kebisingan di
dalam ruang kedap bunyi
(sound-insulated)
2) menempatkan pekerja di
kabin kedap suara
d. Penyerapan
1) Melapisi dinding dan
permukaan-permukaan
pantul dengan bahan
penyerap bunyi
2) Menggunakan
panelpanel penyerap bunyi
yang berdiri sendiri
3) Menggantung panel-panel
penyerap bunyi dilangitlangit atau atap
e. Peredaman getaran
1) Memberi batang kukuh
atau melapisi lembar
panel
logam
untuk
mencegah
efek
genderang (drumming)
2) Menggunakan dudukan
penahan
getaran
(vibration mount) untuk
permesinan
47
3)
2.
Menggukan sambungan
yang fleksibel dalam pipapipa dan saluran-saluran
4) Menggunakan komponen
plastik dalam pemesinan.
f. Pembungkaman (silencing)
1) Menggunakan
pembungkam bunyi atau
silencer pada keluaran
dari silinder saluran udara
dan pompa vacum
2) Mengggunakan pengarah
angin atau baffle pada
keluaran sistem ventilasi
dan penyedotan
3) Mengarahkan
lubang
keluar ventilasi menjauh
dari area kerja dan
perumahan
yang
bersebelahan (kebisingan
kelingkungan)
Pendekatan prakmatis
a. Merekayasa
1) Dengan
mengganti
peralatan
2) Dengan mendisain ulang
dan
memodifikasi
peralatan
3) Dengan mengubah tata
letak peralatan di area
kerja, sehingga pekerja
berada pada komdisi
tingkat kebisingan yang
dapat diterima
b.
48
Mengurangi kebisingan pada
sumber
1) Menggunakan komponenkomponen non logam jika
memungkinkan
2) Memasang batang kukuh
atau pembuatan lekukan
pda lembaran logam
untuk menghentikan efek
genderang
3) Menggunakan
pembungkam
saluran
buang, khususnya pada
saluran-saluran silinder
udara dan pompa vacum
4)
c.
d.
e.
Menghilangkan belokan
tajam dalam sistemsistem udara dan hidrolik
guna
menghentikan
kebisingan turbulensi
5) Menghilangan frekuensi
listrik yang berdengung
dalam transformator-harus
dipasang diluar area kerja
namun dengung dapat
terus
terjadi
dan
menembus ke area kerja
6) Menjaga agar komponenkomponen sumber selalu
berada dalam keadaan
baik melalui pemeliharaan
yang terencana
7) Menggunakan
kipas
dengan laju putaran yang
disarankan oleh pembuat
untuk mencegah efek
genderang udara
Mengurangi sumber bising
1) Di dalam ruang kedap
bunyi
2) Tutup yang benar-benar
rapat
3) Membutuhkan
ventilasi
yang
cukup
agar
peralatan tidak kepanasn
sehingga
mengalami
kegagalan.
Memishkan para pekerja
1) di dalam kabin kedap
bunyi
atau
ruang
pelindung
2) mensyaratkan pemanas
dan
ventilasi
yang
mencukupi
3) membutuhkan
jendela
atau sarana lain untuk
melihat
dan
mengendalikan proses
4) melarang menggunakan
walkman
dan
radio
lainnya
Menyerap bising
Dengan mengguakan material
penyerap bising seperti:
1) Pelapis dinding,
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
2)
Panel-panel yang berdiri
bebas diarea kerja,
3) Tirai atau panel gantung
Ilmu pengetahuan khusus
tentang material dan metode aplikasi
yang paling efektif diperlukan untuk
memastikan bahwa peredaman
kebisingan
dan
teknik
pengendaliannya sudah efektif.
Sebaiknya kita menggunakan jasa
tenaga ahli (Ridley, 2008 : 198).
Menurut Ridley, (2008 : 198)
Usaha terakhir,setelah seluruh
tehnik tidak efektif, adalah dangan
menyediakan
alat
pelindung
pendengaran pribadi, seperti:
a. Harus diberikan satu untuk
setiap pekerja
b. Harus menyediakan atenuasi
yang cukuc (dapat mengurangi
sejumlah kebisingan yang
mencapai
telinga)
untuk
menjamin
pendengaran
terlindungi dengan baik.
c. Para pengguna harus terbiasa
dengan tingkat bunyi yang
berbeda-beda yang dapat
didengar
melalui
alat
perlindungan
pendengaran.
Alat ini terdiri dari dua jenis
1) Sungkup telinga
2) Sumbat telinga
K.
Satuan Pengukuran
Pengukuran
kebisingan
dapat
didasari pada tingkat daya bunyi atau
tingkat tekanan bunyi. Tingkat daya bunyi
adalah total daya bunyi yang
dipancarakan dari suatu benda dan
digunakan dalam pengukuran kebisingan
komunitas, sedangkan tingkat tekanan
bunyi adalah tingkat kebisingan pada titik
pengukuran dan merupakan pengukuran
tingkat kebisinagan yang lebih umum
digunakan ditempat kerja (Ridley, 2008 :
195).
Berbeda dengan ukuran lainnya,
maka pada ukuran intensitas bunyi yang
mempergunakan
satuan
desibel
mempunyai kekhasan tersendiri. Karena
Kontrol Terhadap Kebisingan
yang dimaksud dengan 1 desibel adalah
hasil perkalian nilai 10 dengan logaritma
intensitas suatu bunyi yang sebenarnya,
setelah sebelumnya dibagi dengan harga
ambang intensitas bunyi (Azwar, 1979 :
100)
Adapun rumus yang dipakai menurut
Azwar, (1979 : 100-101) adalah sebagai
berikut:
I
TI = 10 Log I0
TI
= Taraf intensitas bunyi,
(desibel)
I
= Intensitas bunyi (dyne/ cm2)
Io= Harga ambang intensitas bunyi
Taraf intensitas suatu bunyi 10
desibel berarti intensitas bunyi tersebut
sebenarnya adalah 10 dyne/ cm2.
Selanjutnya dengan cara yang sama
diketahui jika taraf intensitas bunyi
tersebut 20 desibel, ini berarti intensitas
bunyi yang sebenarnya adalah 100 dyne/
cm2 dan seterusnya (Azwar, 1979 : 101).
Dalam
kehidupan
sehari-hari
ternyata bahwa dua bunyi yang sama
nilainya intensitasnya (misalnya samasama mempunyai kekuatan 10 desibel),
ternyata tidak terdengar sama nyaringnya.
Hal ini terjadi karena kedua bunyi tersebut
tidak sama nilai frekuensinya (tidak sama
jumlah getarannya per detik). Demikianlah
untuk membandingkan kenyaringan bunyi,
nilai frekuensi ini memegang peranan
penting. Hanya jika dua buah bunyi sama
nilai frekuensinya, barulah dapat
dikatakan bahwa suatu bunyi yang
mempunyai intensitas besar terdengar
lebih nyaring dari pada bunyi yang
mempunyai intensitas kecil. Mudahlah
dipahami suatu bunyi mempunyai nilai
frekuensi serta nilai intensitas yang lebih
besar tentunya akan mempunyai
kenyaringan yang lebih tinggi (Azwar,
1979 : 101).
Selanjutnya telah diketahui tidak
semua bunyi dapat didengar oleh telinga
manusia. Bunyi yang dapat didengar ialah
jika mempunyai frekuensi antara 16-20.00
Hz. Intensitas terendah dapat didengar
atau tidaknya suatu bunyi diberi nilai nol
49
desibel. Nilai 0 desibel disebut nilai
ambang intensitas bunyi, yakni intensitas
terkecil yang masih dapat menimbulkan
rangsangan pendengaran. Jika intensitas
bunyi telah melampaui 50 desibel, ini
berarti telah timbul bising yang
mengganggu. Rumah yang baik sistem
bunyinya, tidak boleh melampaui nilai 50
desibel (Azwar, 1979 : 101).
Beberapa contoh dari nilai intensitas
bunyi yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari menurut Azwar, (1979 : 102)
adalah sebagai berikut :
Macam Bunyi
Intensitas (desibel)
Ambang
0
pendengaran
10-20
Bisik-bisik
20-30
Percakapan biasa
40-50
Rumah tinggal
50-60
Percakapan kuat
70-80
Lalu lintas yang
90
ramai
100
Boor listrik
130
Palu godam
Ambang suara
yang menyakitkan
telinga
Menurut Azwar, (1979 : 102) adalah
besarnya intensitas bunyi ini, maka dapat
dilakukan penilaian terhadap keadaan
suatu tempat, yaitu sebagi berikut:
Intensitas
Penilaian
0 – 20 dB
sangat tenang
20 – 40 dB
Tenang
40 – 60 dB
Sedang
60 – 80 dB
Kuat
80 – 100 dB
Menulikan
Menurut Ridley, (2008 : 195) satuan
pengukuran kebisingan adalah desibel,
ditulis dB.
1. Desibel adalah rasio tingkat
kebisingan yang terukur dengan
tingkat kebisingan minimum yang
dapat dideteksi.
2. Diukur dalam skal logaritma
3. Telinga tidak menafsirkan kebisingan
secara ilmiah namun bervariasi
menurut frekuensinya.
4. Instrumen-instrumen
untuk
mengukur kebisingan ditempat kerja
50
memiliki skala pengukuran yang
telah dimodifikasi (berbobot A) agar
cocok
dengan
karakteristik
pendengaran
telinga,
oleh
karenanya,
satuan
kebisingan
diempat kerja adalah dB (A).
5. Penilaian lainnya berlaku untuk
aplikasi tertentu.
Nada bunyi tergantung pada
frekuensinya, yaitu jumlah tekanan pulsa
perdetik, dan dicatat sebaai Hertz (Hz)
atau siklus perdetik.
Pengukuran
frekuensi biasanya berdasarkan pita oktaf
dan dicatat sebagai frekuensi pusat pita
oktaf.
Dalam pita oktaf, frekuensi
tertingginya adalah dua kali frekuensi
terenda. Frekuensi pusat pita oktaf
adalah 1,414 x frekensi terendah dan
nilai-nilai tipikal adalah (dalam Hz) : 31,5 ;
63 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; 4000 ;
8000 (Ridley, 2008 : 195-196)
Keberaaan masalah kebisingan
dapat diidentifikasi menggunakan alat
pengukur kebisingan yang relatif
sederhana.
Akan tetapi, penentuan
ukuran-ukuran
diperlukan
untuk
perlindunagan
kebisingan
mungkin
membutuhkan alat lebih canggih dan rumit
yang memerluakan penegtahuan seorang
spesialis untuk mengoprasikan dan
menafsirkan hasilnya (Ridley, 2008 : 196).
L.
Paparan dan Dosis
Menurut Soemirat, (2000 : 92)
paparan dalam epidemiologi ini seringkali
dibedakan dari istilah dosis, yang diartikan
sebagai jumlah zat yang masuk atau
berada didalam tubuh organisme. Didalam
epidemiologi, paparan sering diukur dari
luar, jadi belum tentu sama dengan jumlah
yang memasuki tubuh. Oleh karena itu
pula dalam menghitung dampak
digunakan istilah paparan efek bukan
dosis/ efek seperti halnya dalam
toxikologi.
Temp
CO
UV Bising Pelar Radia
at/
ut
si
Lingk
Ionisa
unga
si
n
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51
Dome
stik
Rokok
Masak
Peman
asan
Pen
gob
ata
n
Ber
keb
un
Berj
emu
r
Musik
,
suara
tetan
gga
palu.
L.
Kerja
Lalin
Metalur
gi
Lab
Pert
ania
n
Ind. Peker Lab
Konst ja ind. Rotge
ruksi
Cat,
n,
Keten Cuci
Ind.
taraa kimia Peng
n/
Peluki guna
senjat
s.
an
a
tenag
a
nuklir.
Kota
Regio
nal
Beber
sih,
Hobi
Gas
buang
kendar
aan
bermot
or
Mat
aha
ri
Pesa
wat
terba
ng
lalin
kota
Emisi
indust
ri
-
Altit
ud
ting
gi
Badai
-
Diag
&
terapi
,
Emisi
baha
n
bang
unan.
Skrini
ng
TBC.
Kebisingan
adalah
bunyi
yang
mengganggu dan tidak diharapkan,
karena memiliki dampak buruk yang
sangat banyak diantaranya ketulian
sementara, trauma akustik, bahkan dapat
menyebabkan
ketulian
permanen,
sehingga kita harus dapat melakukan
pengendalian
bising
agar
tidak
mengganggu kesehatan kita, diantaranya
dengan cara meredam bising, mengatur
mesin, mengurangi luas yang bergetar,
mengurai volume, dll. Oleh Karena itu,
marilah kita kontrol kebisingan disekitar
kita untuk kesehatan pendengaran kita.
Karena kita sama-sama tahu bahwa
mencegah itu lebih baik daripada
mengobati.
Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : PT Mutiara
Sumber Widya.
Ridley, John. 2008. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga
Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan.
Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press
Enda
pan/ Subaris, Heru dan Haryono. 2008. Hygine
Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra
fallCendikia
out
Simpulan
Kontrol Terhadap Kebisingan
51
Download