Klasfikasi gelombang bunyi Gelombang bunyi termasuk

advertisement
Klasfikasi gelombang bunyi
Gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal karena arah rambat bunyi
sejajar dengan arah getarnya. Medium yang dilalui bunyi bergetar dalam bentuk
rapatan dan renggangan. Medium bunyi dapat berupa zat padat, zat cair maupun
udara. Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi yang
memiliki frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Bunyi yang frekuensinya terletak dalam
daerah tersebut dinamakan audiosonik. Bunyi yang memiliki frekuensi lebih rendah
dari 20 Hz dinamakan infrasonik, sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi lebih
tinggi dari 20.000 Hz dinamakan ultrasonik. Baik infrasonik dan ultrasonik tidak
dapat didengar oleh manusia.
Seorang pemuda dapat mendengar bunyi dengan frekuensi terendah 20 Hz dan
frekuensi tertinggi 20.000 Hz, tetapi begitu umurnya bertambah, jangkauan frekuensi
pendengarannya berkurang. Kira-kira 20% dari populasi penduduk dunia menderita
cacat pendengaran. Cacat ini bisa disebabkan oleh usia tua, infeksi dalam telinga,
atau kerusakan cochlea oleh bunyi yang sangat keras (misalnya musik keras dalam
ruang diskotik atau suara bising di pabrik). Oleh karena itu, pekerja di pabrik-pabrik
yang bising harus memakai alat pelindung telinga untuk meredam kebisingan. Jadi
menghindari bunyi-bunyi yang sangat bising harus dilakukan sebab sekali telinga
rusak, telinga tidak dapat diperbaiki (saraf-saraf dalam cochlea telinga mati).
Taraf intensitas bunyi
Telinga manusia adalah detektor (pengenal) bunyi yang sangat peka, mampu
mendengar bunyi dalam selang intensitas yang sangat lebar. Telinga manusia dapat
mendengar bunyi mulai dari intensitas 10-12 Wm-2 sampai dengan 1 Wm-2 atau
dalam rentang 1012 Wm-2. Jika diasumsikan, mistar dengan panjang 1 m dan
memiliki skala terkecil 1 mm atau 10-3 m hanya memiliki rentang pengukuran 103.
Bandingkan dengan telinga sebagai alat ukur yang memiliki rentang 1012. Oleh
karena itu, telinga harus dijaga dengan baik dan menghindarkan untuk mendengar
bunyi berintensitas tinggi untuk jangka waktu yang lama.
Intensitas bunyi dibawah 10-12 Wm-2 tidak terdengar, sedangkan diatas 1 Wm-2 akan
terasa sakit di telinga. Intensitas bunyi terkecil yang masih dapat didengar oleh
telinga manusia, yaitu 10-12 Wm-2 dinamakan intensitas ambang pendengaran.
Intensitas bunyi terbesar yang masih dapat didengar oleh telinga manusia tanpa
rasa sakit, yaitu 1 Wm-2 dinamakan intensitas ambang perasaan.
Walaupun telinga peka untuk rentang intensitas bunyi yang sangat lebar, kuat bunyi
yang terdengar oleh telinga tidak berbanding lurus dengan besar intensitas bunyi.
Misalkan intensitas awal 10-4 Wm-2, jika dinaikkan intensitasnya menjadi dua kalinya
(2x10-4 Wm-2), ternyata telinga tidak mendengar bunyi yang dua kali lebih kuat.
Bahkan, telinga merasa mendengar bunyi yang hampir sama kuat. Berdasarkan
percobaan, telinga manusia mendengar bunyi yang dua kali lebih kuat jika intensitas
bunyi dijadikan seratus kalinya. Hubungan ini adalah hubungan logaritmik, kuat
bunyi berbanding lurus dengan intensitas bunyi. Kuat bunyi yang diukur oleh alat
ukur bunyi (detektor bunyi) tidak dinyatakan dalam satuan Wm-2 tetapi dalam desibel
(dB). Satuan desibel adalah 1/10 satuan bel. Besaran ini dinamakan taraf intensitas
bunyi atau intensitas relatif, secara matematis dinyatakan oleh persamaan
TI=10 log I/Io
Dengan I= intensitas bunyi (Wm-2); Io=intensitas standar (10-12 Wm-2); TI= taraf
intensitas bunyi (dB).
Kebisingan
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan
memberikan efek negatif bagi seseorang baik secara fisik (seperti ganguan
pendengaran) maupun secara psikologis ( seperti frustasi dan perasaan terganggu).
Dua hal utama dalam analisis kebisingan adalah durasi paparan kebisingan dan
intensitas kebisingan yang terjadi.
Kebisingan berdasarkan pengaruhnya pada manusia, yaitu:
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Merupakan bising yang
mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Merupakan bunyi yang
intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
Dampak kebisingan
Kebisingan menyebabkan berbagai gangguan, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Akibat-akibat kebisingan
untuk badaniah antara lain kehilangan pendengaran (perubahan ambang batas
sementara atau permanen akibat kebisingan), rasa tidak nyaman atau stres
meningkat, tekanan darah meningkat, dan sakit kepala. Akibat- akibat psikologis
antara lain gangguan emosional (kejengkelan,kebingungan), gangguan gaya hidup
(gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca),
gangguan pendengaran (merintangi kemampuan mendengarkan radio, percakapan).
Download