28 persepsi pekerja tentang gangguan pendengaran akibat

advertisement
PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT
KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG
KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014
Isramilda
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam
ABSTRAK
Bising adalah suara atau bunyi yang menggaunggu atau tidaka di kehendaki, definisi ini
menunjukan bahwa bising ini sangat subjektif, tergantung dari masing – masing individu
waktu dan tempat terjadinya bising. Pengaruh khusus kebisingan berupa gangguan
pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, ketidak nyamanan, dan juga
berbagai aktivitas sehari – hari. Saat ini kebisingan telah menjadi masalah yang banyak
di hadapi penduduk. Penelitian ini dilakukan di PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa)
Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Inhil-Riau yang bertujuan untuk
mengetahuipersepsi pekerja tentang gangguan pendengaran akibat kebisingan di PMKS
PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) desa tanjung simpang kecamatan pelangiran inhil-riau
2014. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun
variabel yang diukur adalah tingkat pemaparan kebisingan dengan gangguan
pendengaran. Pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter .
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pabrik GIN (Guntung Idaman
Nusa) yang berjumlah 53 orang .Hasil penelitian menunjukan 16 responden yang berada
di atas ambang bising menyatakan mengalami penurunan pendengaran, dan 12
responden yang berada diatas ambang batas bising menyatakan tidak mengalami
penurunan pendengaran.12 responden yang berada diatas ambang bising menyatakan
nmengalami telinga berdengung (Tinnitus), sedangkan sebanyak 16 responden yang
berada diatas ambang batas bising menyatakan tidak mengalami telinga berdengung
(Tinnitus). Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada karyawan pabrik untuk
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang dapat mengurangi tingkat paparan
kebisingan pada telinga, apabila terpapar kebisingan yang sangat tinggi sebaiknya
karyawan melakukan istirahat beberapa saat di tempat yang intensitas suara rendah
(tidak bising) untuk menormalkan fungsi pendengaran (telinga). Dan diharapkan kepada
instansi yang terkait seperti Dinas Kesehatan, Depnaker (Depeartemen Tenaga Kerja)
dan instasi terkait lainya agar melakukan penyuluhan kepada karyawan pabrik tentang
pengaruh kebisingan dan cara pengendalianya.
Kata Kunci : Gangguan Pendengaran, Kebisingan
PENDAHULUAN
occupational safety and health (NIOSH)
dan indonesia menetapkan nilai ambang
batas (NAB) bising ditempat kerja
adalah 85dBA. Bila NAB ini dilampaui
terus - menerus dalam waktu lama maka
akan menimbulkan Noise Induced
Hearing Loss (NIHL). Faktor lain yang
berpengaruh terhadap NIHL adalah
frekuensi bising, periode pajanan setiap
hari, lama kerja, kepekaan individu,
Latar Belakang
Bising adalah suara atau bunyi yang
mengganggu
atau
yang
tidak
dikehendaki, definisi ini menunjukan
bahwa bising itu sangat subjektif,
tergantung dari masing-masing individu,
waktu dan tempat terjadinya bising.
Sedangkan secara audiologi, bising
adalah campuran bunyi nada murni
dengan berbagai frekuensi (Adriana,
2005).National
institute
for
28
umur dan lain-lain (Depnakertrans RI,
2004).
dihasilkan
oleh
mesin
pabrik,
diketahuinya karakteristik karyawan
pabrik, diketahuinya jenis keluhan
pendengaran
yang terjaadi
pada
karyawan pabrik dan diketahuinya
hubungan tingkat kebisingan di tempat
kerja dengan keluhan pendengaran
pekerja pabrik GIN.
Kemajuan teknologi di sektor industri
telah berhasil menciptakan berbagai
macam produk mesin yang dalam
pengoperasianya
sering
kali
menghasilkan
polusi
suara
atau
timbulnya bising ditempat kerja. Suara
bising atau polusi suara, sebagai salah
satu efek dari sektor industri dapat
menimbulkan gangguan pendengaran
atau ketulian pada seseorang yang
bekerja atau yang berada pada
lingkungan industri (Nandi, 2008).
METODE
Subject penelitian ini adalah seluruh
karyawan PT. PMKS GIN (Guntung
Idaman Nusa). Instrumen penelitian
yang di gunakan yaitu daftar lembar
koesioner yang akan dibagikan pada saat
penelitian. Respon dari instrumen
penelitian ini menggunakan kategori
normal, pendengaran menurun dan
telinga
berdengung.
Instrumen
penelitian ini sudah di uji coba terlebih
dahulu dan memenuhi persaratan dengan
keseluruhan butir instrumen memiliki
koofisien validitas dan memiliki nilai
alpa e”0.70
Suara yang tidak diinginkan akan
memberikan efek yang kurang baik
terhadap kesehatan. Suara merupakan
gelombang mekanik yang dihantarkan
oleh suara medium yaitu umumnya oleh
udara. Kualitas dan kuantitas suara
ditentukan oleh intensitas (loudness),
frekuensi, periodesitas (kontinu atau
terputus) dan durasinya. Faktor-faktor
tersebut juga ikut mempengaruhi
dampak kebisingan terhadap kesehatan
(Mansyur, 2003).
Pengumpulan dan Analisa data
Pengambilan data responden oleh
seluruh karyawan PT. PMKS GIN
dilakukan selama 3 hari dan jumlah soal
yang diberikan kepada responden
sebanya 9 soal. Responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan
sebagai responden sebelum mengisi
kuesioner.
Berdasarkan survei “ Multi center study
“ di asia tenggara, Indonesia termasuk 4
negara dengan prevalensi ketulian yang
cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3
negara lainya yakni Srilanka (8,8%),
Myanmar (8,4%), dan india (6,3%).
walaupun bukan yang tertinggi tapi
prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi,
sehingga dapat menimbulkan masalah
sosial di tengah masyarakat. Sementara
itu organisasi kesehatan dunia World
Health
Organization
(WHO)
memperkirakan pada tahun 2000
terdapat 250 juta penduduk dunia
menderita gangguan pendengaran dan
75 juta- 140 juta diantaranya terdapat di
Asia tenggara (Depkes RI, 2004).
Selama pengisian koesioner, peneliti
membantu pekerja untuk memahami
maksud
kalimat-kalimat
dalam
koesioner
dengan
memberikan
penjelasan
tambahan,
selanjutnya
pekerja dipersilahkan untuk memilih
jawaban sesuai pengetahuan nya
masing-masing.
Keseluruhan data dianalisis dengan
menggunakan perangkat lunak statistik,
uji statistik dilakukan menggunakan
program SPSS. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 13 April 2014 di PT.
PMKS GIN (Guntung Idaman Nusa)
Desa Tanjung Simpang Kecamatan
Adapun tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya persepsi pekerja tentang
gangguan
pendengaran
akibat
kebisingan di PMKS PT. GIN (Guntung
Idaman Nusa). Dengan tujuan khusus
diketahuinya tingkat kebisingan yang
29
Pelangiran Inhil-Riau dengan jumlah
Populasi 53 orang dan jumlah sampel
yang diambil adalah keseluruhan
Populasi dari semua yang bekerja di
pabrik GIN (Guntung Idaman Nusa).
HASIL
Identitas responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain Umur, Masa,kerja, Jam
kerja.
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut Identitas Responden Karyawan PMKS
PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No Identitas Responden
Jumlah
%
1
Umur
< 20
2
3,8
21 – 30
37
69,8
31 – 40
11
20,8
41 – 50
3
5,8
Total
53
100.0
2
Masa Kerja
< 5 tahun
49
92,5
>5 tahun
4
7,5
Total
53
100.0
3
Jam Kerja
< 7 jam
5
9,4
>7 jam
48
90,6
Total
53
100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas, di ketahui dari
kelompok umur responden yang
terbanyak adalah pada umur 21 – 30
tahun yaitu sebanyak 37 responden
(69,8%), sedangkan responden yang
paling sedikit adalah pada umur 41 – 50
tahun yaitu sebanyak 3 orang (5,8%).
Pada tabel diatas juga dapat dilihat
sebanyak 49 responden (92,5%)
memiliki masa kerja < 5 tahun, dan
sebanyak 4 responden (7,5%) memiliki
masa kerja > 5 tahun. Sedangkan untuk
jam kerja sebanyak 5 responden (9,4%)
bekerja < 7 jam, dan 48 responden
(90,6%) bekerja > 7 jam.
Tingkat pengetahuan tentang
gangguan dengar pada responden
Dari kuesioner dapat dilihat adanya
hubungan
kebisingan
terhadap
terjadinya
gangguan
dengar
(pendengaran
menurun,
telinga
berdengung) pada responden yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
30
Tabel 2.
Tingkat Pengetahuan Tentang Gangguan Dengar Pada Responden
Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
Keterangan
Jumlah
(orang)
Pengetahuan responden tentang hubungan
kebisingan dengan penurunan pendengaran
Ya
Tidak
Total
2
Mengetahui penyebab penurunan
pendengaran
Ya
Tidak
Total
3
Hubungan kebisingan terhadap tinnitus
Ya
Tidak
Total
Sumber : Data Parimer
%
1
Tabel diatas dapat menunjukan bahwa
sebanyak 49 responden (92,5%)
menyatakan ada hubungan kebisingan
terhadap penurunan pendengaran dan 4
responden (7,5%) menyatakan tidak ada
hubungan
kebisingan
terhadap
penurunan pendengaran. Sebanyak 45
responden
(84,9%)
mengetahui
49
4
53
92,5
7,5
100.0
45
8
53
84,9
15,1
100.0
50
3
53
94,3
5,7
100.0
penyebab ketulian, dan sisanya sebanyak
8 responden (15,1%) tidak mengetahui
penyebab ketulian. Sebanyak 50
responden (94,3%) menyatakan ada
hubungan kebisingan terhadap telinga
berdengung dan hanya 3 reponden
(5,7%) menyatakan tidak ada hubungan
kebisingan terhadap telinga berdengung.
Gangguan akibat bising pada responden
Dari kuesioner dapat dilihat adanyagangguan akibat bising pada responden yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.
Gangguan Akibat Bising Pada Karyawan PMKS
PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
Gangguan akibat bising
Jumlah
(orang)
1
Mengalami ketidak nyamanan karena
kebisingan selama berada di area pabrik
Ya
43
81,1
Tidak
10
18,9
Total
53
100.0
2
Keluhan Pendengaran
Keluhan Pendengaran menurun
17
32,1
Keluhan Telinga berdengung
12
22,6
Normal
24
45,3
Total
53
100.0
Sumber : Data Primer
31
%
Tabel diatas dapat menunjukan bahwa
sebanyak 43 responden (81,1%)
mengalami ketidak nyamanan akibat
bising selama berada di area pabrik, dan
10 responden (18,9%) tidak mengalami
ketidak nyamanan akibat bising saat
berada di area pabrik. Sebanyak 17
responden
(32,1%)
pendengaran
menurun, sebanyak 12 responden
(22,6%) telinga berdengung, dan
sebanyak 24 responden (45,3%) yang
tidak
mengalami
gangguan
pendengaran.
Tingkat Pemaparan
Hasil pengukuran yang dilakukan pada
responden di klasifikasikan berdasarkan
tingkat kebisingan dengan nilai ambang
bising 85dB sebagai batas yang di
perbolehkan untuk paparan 8 jam
perhari.
Tabel 4.
Tingkat Pemaparan Kebisingan Yang Diterima Karyawan
PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
1
2
dB
< 85
>85
Jumlah
Sumber : Data Primer
Responden
25
28
53
%
47,2
52,8
100.0
Tabel diatas menunjukan sebanyak 28 responden (52,8%) berada di atas nilai ambang
batas bising dan sisanya 25 responden (47,2%) berada di bawah nilai ambang bising.
Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Kebisingan
Observasi terhadap responden maka didapatkan hasil bahwa banyak responden yang
menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.
Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Karyawan
PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
Penggunaan
APD
1
Ya
2
Tidak
Jumlah
Sumber : Data Primer
Responden
%
48
5
53
90,6
9,4
100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 48 responden (90,6%) menggunakan alat
pelindung diri dan sisanya 5 responden (9,4%) yang tidak menggunaka alat pelindung
diri.
Tabel 6.
Alasan Tidak Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan
PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No Alasan tidak menggunakan APD
Jumlah ( orang )
%
1
Mengganggu aktifitas
0
2
Tidak tahu alatnya apa
0
3
Tidak tahu kegunaanya
0
4
Merasa tidak perlu
5
100.0
Jumlah
5
100.0
Sumber : Data Primer
32
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa hanya 5 responden (9,4%) tidak
menggunakan APD karena merasa tidak
perlu dan 48 responden (90,6%)
menggunakan APD.
kebisingan
dengan
gangguan
pendengaran pada karyawan PT. PMKS
GIN Desa Tanjung Simpang Kecamatan
Pelangiran Inhil-Riau April 2014
dipakai Analisa Dengan Uji Chi-square
dapat ditunjukan dengan crosstabs dan
di dapat hasil sebagai berikut :
Analitik Statistik
Analitik statistik yaitu untuk menguji
apakah ada hubungan antara tingkat
Tabel 7.
Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Pendengaran Menurun Pada
Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
Tingkat Kebisingan
Pendengaran Menurun
Total
Tidak
%
Ya
%
1
Dibawah Ambang Bising
24
45,3
1
1,9
25
2
Diatas Ambang Bising
12
22,6
16
30,2
28
Jumlah
36
67,9
17
32,1
53
Sumber : Data Primer
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berada diatas ambang bising dan
mengalami pendengaran menurun sebanyak 16 responden (30,2%). Dari chi-square yang
dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 yang berarti hasil yang diperoleh signifikan, berarti
ada hubungan kebisingan dengan pendengara yang menurun.
Tabel 8.
Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Telinga Berdengung Pada Karyawan
PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014.
No
Tingkat Kebisingan
Telinga Berdengung
Total
Tidak
%
Ya
%
1
Dibawah Ambang Bising
24
45,3
1
1,9
25
2
Diatas Ambang Bising
16
30,2
12
22,6
28
Jumlah
40
75,5
13
24,5
53
Sumber : Data Primer
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
responden yang berada diatas ambang
bising
dan
mengalami
telinga
berdengung
yaitu
sebanyak
12
responden (22,6%). Dari chi-square
yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,001
yang berarti hasil yang diperoleh
signifikan, berarti ada hubungan
kebisingan dengan telinga berdengung.
sebanyak 37 responden (69,8%),
sedangkan responden yang paling
sedikit adalah berjumlah 3 responden
(5,8%) pada usia 41 -50 tahun.
Umumnya ressponden yang berada pada
usia < 40 tahun, dimana usia ini
merupakan usia produktif. Dan pada
usia ini organ atau alat fungsi tubuh
masih bekerja secara optimal sehingga
kemungkinan
untuk
mengalami
gangguan pendengaran semakin rendah
dibanding dengan responden dengan
usia > 40 tahun (Depkes RI, 2001).
PEMBAHASAN PENELITIAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan
bahwa usia responden yang terbanyak
adalah pada usia 21 – 30 tahun yaitu
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui
sebanyak 49 responden (92,5%)
memiliki masa kerja < 5 tahun ,
33
sedangkan sebanyak 4 responden
memiliki masa kerja > 5 tahun. Seorang
yang memiliki masa kerja yang lama
maka orang tersebut akan sering
terpapar
oleh sumber yang dapat
merusak kondisi organnya dibanding
dengan orang yang memiliki masa kerja
sebentar (Arifin, 2007).
ada hubungan antara kebisingan dengan
terjadinya telinga berdengung.
Tingkat Pemaparan Kebisingan
Berdasarkan hasil yang ditunjukan tabel
4.4.
menunjukan bahwa 47,2%
responden berada dibawah nilai ambang
bising dan 52,8% responden berada
diatas nilai ambang bising. Sesuai
dengan peraturan Depkes RI 1991,
dengan pemaparan suara 85dB waktu
yang diperbolehkan maksimal adalah 8
jam.
Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui
sebanyak 48 responden (90,6%) yang
memiliki masa kerja > 7 jam dan hanya
5 rsponden (9,4%) yang memiliki jam
kerja < 7 jam. Batas masa kerja yang
dianjurkan adalah 8 jam dengan nilai
ambang batas bising 85dB (Ballanger,
1996).
Tabel 4.5. Menunjukan sebanyak 48
responden (90,6%) yang menggunakan
Alat Pelindung Diri saat bekerja dan
hanya 5 responden (9,4%) yang tidak
menggunakan alat pelindung dirin saat
bekerja. Salah satu yang menjadi alasan
responden tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri adalah merasa tidak perlu
yaitu sebanyak 5 responden (9,4%).
Tingkat kebisingan yang terpapar oleh
mesin pabrik dapat dicegah dengan
menggunakan pelindung telinga.
Gangguan
Pendengaran
Pada
pekerja Pabrik.
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui
bahwa sebanyak 49 responden (92,5%)
menyatakan bahwa ada hubungan
kebisingan dengan terjadinya penurunan
pada pendengaran dan sebanyak 4
responden (7,5%) menyatakan tidak ada
hubungan kebisingan dengan penurunan
pada pendengaran. Sedangkan penyebab
penurunan pendengaran, sebanyak 45
Responden
(84,9%) mengetahui
penyebab penurunan pada pendengaran,
dan hanya 8 responden (15,1%) yang
tidak mengetahui penyebab dari
penurunan pendengaran. Pada umumnya
kebisingan bernada tinggi sangat
mengganggu , lebih-lebih yang terputusputus atau yang datangnya tiba-tiba dan
tak terduga, pengaruhnya akan sangat
terasa apabila sumber kebisingan
tersebut tidak di ketahui (RISKESDAS,
2010).
Hubungan
Tingkat
Pemaparan
Kebisingan
dengan
Gangguan
Pendengaran
Pendengaran Menurun
Berdasarkan analisis menggunakan Chisquare didapat nilai p = 0,000 hal ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pemaparan
kebisingan
dengan
penurunan
pendengaran.
Hal ini menunjukan ada hubungan
antara tngkat pemaparan kebisingan
dengan penurunan pendengaran pada
karyawan PMKS PT. GIN (Guntung
Idaman Nusa). Penurunan pendengaran
dapat disebabkan oleh pemaparan bising
yang terus menerus.
Jika dilihat hubungan kebisingan dengan
telinga berdengung, sebanyak 50
responden (94,3%) menyatakan ada
hubungan kebisingan terhadap telinga
berdengung dan hanya 3 responden
(5,7%) yang menyatakan tidak ada
hubungan antara kebisingan dengan
telinga berdengung. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Andi (2008) yang menyatakan bahwa
Telinga Berdengung (Tinnitus)
Berdasarkan hasil analisa uji Chi-square
di dapat nilai p = 0,001 hal ini
menunjukan terdapat hubungan yang
signifikan antara pemaparan kebisingan
dengan telinga berdengung (Tinnitus).
34
Hal ini menunjukan ada hubungan
tingkat pemapatran kebisingan dengan
telinga berdengung
pada karyawan
PMKS PT. GIN (Guntung Idaman
Nusa). Hal ini bisa disebabkan karena
masa kerja responden rata-rata lebih dari
2-3 tahun,
yang
memungkinkan
pemaparan yang cukup lama dari
sumber kebisingan. Tinitus (Telinga
Berdengung) adalah keadaan dimana
terdengar suara di telinga atau di telinga
tanpa adanya stimulus akustik. Suara
yang terdengar dapat berupa nada murni
atau nada yang multipel dan dapat
berupa nada tinggi, nada rendah,
berdenging, bergemuruh, dan bunyi
mendesis (Unshul, 2010).
3.
4.
KESIMPULAN
1. Umur responden yang terbanyak
adalah pada umur 21-30 tahun yaitu
sebanyak 37 responden (69,8%),
sedangkan responden yang sedikit
adalah pada umur 41 – 50 tahun
yaitu sebanyak 3 responden (5,8%).
Sebanyak 49 responden (92,5%)
memiliki masa kerja < 5 tahun dan
sisanya 4
responden (7,5%)
memiliki masa kerja > 5 tahun,
sebanyak 48 reponden (90,6%)
memiliki jam kerja > 7 jam dan
sisanya 5
responden (9,4%)
memiliki masa kerja < 7 jam.
2. Jumlah responden yang mengetahui
penyebab dari dari gangguan
pendengaran sebanyak 49 responden
(92,5%) yang menyatakan bahwa
ada hubungan kebisingan dengan
penurunan pendengaran dan sisanya
4 responden (7,5%) menyatakan
tidak ada hubungan kebisingan
dengan penurunan pendengaran.
Sebanyak 45 responden (84,9%)
menyatakan mengetahui penyebab
dari penurunan pendengaran dan
sisanya 8 responden (15,1%)
menyatakan
tidak
mengetahui
penyebab
dari
penurunan
pendengaran.
Sebanyak
50
responden (94,3%) menyatakan ada
hubungan
kebisingan terhadap
telinga berdengung (Tinnitus) dan
sisanya 3 responden (5,7%)
menyatakan tidak ada hubungan
kebisingan
dengan
telinga
berdengung (Tinnitus).
Berdasarkan hasil pengukuran sound
level meter karyawan yang berada di
atas nilai ambang batas bising
adalah sebanyak 28 responden
(52,8%) bekerja diatas nilai ambang
bising dan sebanyak 25 responden
(47,2%) bekerja dibawah nilai
ambang bising.
Hasil analisis menunjukan adanya
hubungan
signifikan
adanya
hubungan
kebisingan
dengan
terjadinya penurunan pendengaran
dimana p = 0,000, dan telinga
berdengung (Tinnitus) dimana p =
0,001.
SARAN
1. Diharapkan kepada karyawan pabrik
untuk menggunakan APD (Alat
Pelindung
Diri)
yang
dapat
mengurangi tingkat pemaparan
kebisingan pada telinga.
2. Apabila terkena pemaparan yang
tinggi
sebaiknya
karyawan
melakukan istirahat beberapa saat di
tempat yang intensitas bisingnya
lebih rendah , untuk menormalkan
fungsi pendengaran.
3. Diharapkan kepada instasi yang
berkait seperti Dinas Kesehatan,
Depnaker
(Departemen
Ketenagakerjaan),
dan instansi
terkait
lainya
melakukan
penyuluhan
kepada
karyawan
tentang pengarahan kebisingan dan
cara pengendaliannya.
35
Download