pencemaran udara berupa debu dari industri

advertisement
NAMA : IRINE PRAPTININGTYAS
NIM : 15309029
KELAS : KESLINGKER 05
PENCEMARAN UDARA BERUPA DEBU DARI INDUSTRI
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula
disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan
industri dan teknologi yang ada.
Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan
dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya
udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran
pernapasan (pneumoconiosis)
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari
aktivitas manusia. Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah sebagai berikut :
a. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
b. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke duara akibat letusan gunung berapi.
c. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari pembakaran
batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi.
Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas
ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi,
dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung
dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang
dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat
dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga
suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan.
Saluran pernapasan merupakan suatu sistem yang komplek yang sangat penting untuk
diperhatikan, terutama belakangan ini saat dimana semua udara di dunia ini banyak
mengalami pencemaran akibat dari kemajuan jaman yang semakin berkembang. Semakin
maju perkembangan jaman maka akan semakin banyak terciptanya perusahaan-perusahaan
yang pastinya akan mengeluarkan semakin banyak limbah yang salah satunya berakibat bagi
sistem pernapasan manusia. Akibat industrialisasi, sistem pernapasan manusia menjadi
semakin terpapar toksik lewat udara.
Zat-zat kimia yang dihasilkan dari hasil proses produksi pada suatu aktivitas perusahaan yang
terdapat diudara dapat berbentuk gas, uap, butiran cair, dan partikel padat dengan ukuranukuran yang berbeda-beda, oleh karena itu paparan toksik yang masuk kedalam system
pernapasan manusia bukan saja bergantung pada sifat toksikologinya saja tetapi juga pada
ciri-ciri fisik dari toksik tersebut.
DEBU DARI SUATU INDUSTRI
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil
dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25 mikron.
Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat
padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.
Debu menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan vulkano,
hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan dalam penyebaran
partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari
proses peleburan baja dan asap dari proses pembakarana tidak sempuran, terutama dari batu
arang. Sumber partikel yang utama adalah pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti
oleh proses– proses industri.
Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas partikel– partikel padat
cair. Ukuran partikel dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Terdapat hubungan
antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel sebagai pencemar udara
mempunyai waktu hidup yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar
di duara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai
beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel,
massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Partikel debu dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu :

debu organik

debu mineral

debu metal
Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu dipengaruhi oleh
daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di permukaan bumi. Partikel debu
juga dapat membentuk “flok” sehingga ukurannya menjadi lebih besar permukaannya
cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini membuat ukurannya menjadi lebih besar sehingga
memudahkan proses pengendapannya di permukaan bumi dengan bantuan gaya tarik bumi.
Partikel debu dengan diameter 1 milimikron mempunyai kemampuan untuk menghamburkan
sinar matahari.
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tapi yang
paling berbahaya adalah partikel-partikel halus butiran-butiran yang sangat kecil sehingga
dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar partikel halus ini terbentuk
dengan polutan lain terutama sulfur dioksida dan oksida nitrogen dan secara kimiawi berubah
dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat.
Partikulat digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair atau padat yang tersebar di
udara dengan ukuran 0,001 µm sampai 500 µm. Partikulat mengandung zat-zat organik
maupun zat-zat non organik yang terbentuk dari berbagai macam materi dan bahan kimia.
Ukuran partikel dapat menggambarkan seberapa jauh partikel dapat terbawa angin, efek yang
ditimbulkannya, sumber pencemarannya dan lamanya masa tinggal partikel di udara.
Berdasarkan lamanya partikel tersuspensi di udara dan rentang ukurannya, partikel dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall (setteable particulate) dan suspended particulate
matter (SPM). Dust fall adalah partikel berbentuk lebih besar dari 10 µm. SPM adalah
partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10µm dan keberadaannya terutama berasal dari
proses industri dan pembakaran.
Partikel yang masuk ke dalam paru-paru dapat membahayakan manusia karena:
a. Sifat-sifat kimia dan fisik dari partikel tersebut mungkin beracun
b. Partikel yang masuk tersebut bersifat inert
c. Partikel tersebut membawa molekul-molekul gas berbahaya dengan cara mengabsorbsi
maupun mengadsorpsi yang menyebabkan molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai
dan tertinggal dalam paru-paru yang sensitif.
Benda partikulat, asap dan jelaga disebut benda partikel tetapi bentuk yang paling berbahaya
dari benda padat ini adalah partikel-partikel sangat kecil dan halus yang dapat menembus ke
dalam paru-paru yang hanya dilindungi oleh dinding tipis setebal molekul. Sering disebut
PM10 karena benda partikel tersebut lebih kecil dari 10 mikron, kebanyakan partikel halus itu
berasal dari senyawa sulfus dan nitrogen yang dalam selang waktu beberapa jam atau
beberapa hari berubah dari gas menjadi padat.
EFEK NEGATIF AKIBAT DEBU YANG DIEMISIKAN OLEH SUATU INDUSTRI
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel
(debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak
jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki
banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan
Beriliosis.
1.Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat
di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di
tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai
bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika
akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu
alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai
4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera
tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam
jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk.
Batuk seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak
nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan
kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan
kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini
belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan
dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita
sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan
penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja
sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan
riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan
industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan
lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas
dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya
debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya
perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau
serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin
(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang
menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi
alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala
awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga
diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerjapekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada
pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya
rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka
penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka
penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit
antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis
menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan
terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada
silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis
murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan
paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis
lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paruparu akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang
menyerang paru-paru.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan
yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis
dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.
Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam
campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio
dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan
juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5
tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima
tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam
tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah
lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan
secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
Toksikan juga dapat mempengaruhi saluran napas setelah pajanan lewat jalur-jalur lain.

Efek Sistemik
Efek sistemik merupakan suatu efek yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia toksik
yang terhirup kedalam saluran napas kemudian mempengaruhi pula organ-organ lain
dalam tubuh melalui aliran darah, seperti anestesia umum. Gas-gas toksik dapat
terserap dari berbagai bagian saluran napas termasuk nasofaring, akan tetapi tempat
utam penyerapan bahan kimia toksik tersebut adalah alveoli.

Efek lokal
Efek lokal merupakan suatu efek yang timbul akibat dari paparan bahan kimia toksik
pada saluran napas yang secara langsung mempengaruhi keadaan saluran napas
tersebut.
a.Efek pada paru-paru
Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu
industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumoconiosis, silikosis,
asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronchitis, asma kerja, kanker paru, dll. Bila
penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik
dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakit sudah
lanjut.
Efek pada paru-paru yang diakibatkan oleh paparan bahan kimia toksik baik itu secara
akut atau efek yang timbul secara kronis, dikategorikan menjadi 5 kategori :
 Iritasi lokal
Amonia dan klorin merupakan sebagian dari bahan kimia toksik yang dapat
menimbulkan efek lokal dalam saluran napas, kedua toksikan tersebut
menyebabkan edema bronkus yang menyebabkan dispnea, arsen menginduksi
iritasi pada pajanan akut, akan tetapi setelah pajanan yang lebih lama arsen
akan menyebabkan kanker paru.
 Kerusakan sel dan edema
Gas-gas toksik seperti ozon dan oksida nitrogen dapat menyebabkan
kerusakan sel secara langsung akibat peroksidasi membran sel. Edema dapat
terjadi karena meningkatnya permeabilitas pada membran yang rusak,
sehingga cairan edema yang seharusnya ada di dalam ruang interstisial
menjadi masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan.
Pelarut kimia seperti perkloroetilen dan xilen segara diserap dan
didistribusikan ke berbagai bagian tubuh termasuk hati dan hati merupakan
tempat utama biotransformasi, sebagian pelarut kembali lagi ke paru,
membentuk metabolik reaktif dan berikatan dengan makromolekul paru yang
dapat menyebabkan kerusakan sel dan edema.
 Fibrosis dan emfisema
Fibrosis paru-paru merupakan penyakit yang parah dan serius. Bahan kimia
toksik yanga menjadi penyebab fibrosis paru diantaranya adalah Kristal silika
yang penyakitnya dikenal dengan nama silikosis.
Selain silika, yang juga dapat menyebabkan fibrosis paru adalah asbes. Asbes
merupakan senyawa silikat hidrat dari magnesium, kalsium dan silikat lainnya
yang berserat. Beberapa serat mineral, seperti asbes biru dapat menyebabkan
karsinoma paru dan mesotelioma bronkus. Sedangkan asbes putih tidak
menyebabkan mesotelioma. Sifat fisik bahan kimia toksik berpengaruh dalam
potensi menyebabkan fibrosis paru yaitu serat dengan panjang 5 µm dan
diameter 0,3 µm yang paling berpotensi. Zat-zat fibrogenik lainnya antara lain
debu batubara, kaolin, alumunium, dll.
Emfisema didefenisikan sebagai suatu pelebaran normal dari ruang udara paru
disertai dengan destruksi dari dindingnya. Pelebaran ruang udara yang tidak
disertai destruksi disebut overinflasi atau hiperinflasi (dikutip dari jurnal
mengkidi, 2006). Emfisema juga merupakan penyakit yang parah, emfisema
ini dapat diinduksi oleh rokok atau pajanan alumunium, kadmium oksida, dll.
 Respon alergi
Respon alergi paru biasanya diakibatkan oleh spora jamur, bakteri pencemar,
debu kapas, dll. Suatu zat kimia yang biasa digunakan pada industri plastik
yaitu toluen diisosianat (TDI), juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas
karena mungkin zat ini mengikat protein pada paru untuk membentuk antigen,
yang kemudian merangsang pembentukan antibodi. Paparan dalam jangka
waktu yang lama akan mengakibatkan efek lain seperti bronkitis, kronis dan
fibrosis.
 Kanker Paru-paru
Bahan kimia toksi yang dapat menyebabkan kanker paru pada tenaga kerja
diantaranya arsen, kromat, nikel, uranium, emisi oven batubara, asbes, dll.
b.Efek pada saluran napas atas
Partikel-partikel besar diudara yang terhirup sebagian besar akan mengendap dalam
saluran hidung. Partikel ini dapat menyebabkan hyperemia, metaplasia squamosa atau
sel transisi, hyperplasia, ulkus, dan pada kasus tertentu karsinoma. Contohnya, nikel
bisulfit, nikel oksida, dan nikel biasanya terdapat dalam bentuk partikel besar selama
produksi dan penambangannya, karena itu, pengaruhnya terutama adalah pada saluran
hidung (NAS, 1975 dalam). Laring juga merupakan lokasi karsinogenesis kimia,
contohnya akibat asbes dan kromium. Penghirupan gas-gas dan uap seperti belerang
dioksida dan toluen dapat menyebabkan iritasi trakea dan bronki.
TABEL DAMPAK PENCEMARAN UDARA BERUPA PARTIKEL
NO
BAHAN
SUMBER
DAMPAK/AKIBAT PADA
PENCEMAR
1. Debu - partikel
INDIVIDU/MASYARAKAT
Debu
domestik Menimbulkan iritasi mukosa, Bronchitis,
maupun
dari menimbulkan fibrosis paru.
industri
Gas
Dampak
yang
di
timbulkan
amat
buang membahayakan, karena dapat meracuni
kendaraan
sistem pembentukan darah merah .
bermotor
Menimbulkan gangguan pembentukan sel
Peleburan
timah darah merahPada anak kecil menimbulkan
hitamPabrik
penurunan kemampuan otakPada orang
battere
dewasa menimbulkan anemia dan gangguan
tekanan darah tinggi.
2
Benzen
Kendaraan
Menimbulkan gangguan syaraf pusat.
bermotor.Daerah
industri.
3
Partikel
polutan Daerah
yang Pada pencemaran udara ruangan yang ber
bersifat
biologis kurang
bersih AC dijumpai beberapa jenis bakteri yang
berupa : Bakteri, lingkungannya
mengakibatkan penyakit pernapasan.
jamur, virus, telur
cacing.
PENANGGULANGAN PEN-CEMARAN UDARA
Penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi polutan dengan
alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendispersikan polutan,
Penanggulangan Polusi udara dari ruangan
Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur,
bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang dibatasi oleh ruangan.
Pencegahan pen-cemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dipergunakan :
Ventilasi yang sesuai, yaitu :

Usahakan polutan yang masuk ruangan seminimum mungkin.

Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran.

Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga udara yang masuk
ke-ruangan sesuai dengan kebutuhan.
Filtrasi. Memasang filter dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk menangkap
polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.
Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengan-dung polutan dilewatkan
melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang polutan-nya atau disebut
bebas polutan.
TABEL PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA BERBENTUK PARTIKEL
NO BAHAN
PENANG-GULANGAN
KETERANGAN
PENCEMAR
1. Debu
- Membersihkan(Scrubbing)Menggunakan Mempergunakan
partikelTimah hitam filterMempergunakan
Kolektor cairan
untuk
(Pb)BenzenPartikel MekanisProgram
polutan
bersifat biruMenggalakkan
biologis
:Bakteri,
langit memisahkan
penanaman polutan,
dalam
berupa Tumbuhan
keadaan
alamiah
jamur,
(turun hujan) maka
virus, telur cacing.
polutan
partikel
dapat turut dibawa
bersama air hujan.
Alat scrubbing ada
berbagai jenis, yaitu
berbentuk
plat,
masif, fibrous dan
spray.
Dengan
filtrasi
dimaksudkan
menangkap polutan
partikel
pada
permukaan
flter.
Filter
yang
digunakan
berukuran
sekecil
mungkin.
Dengan
menggunakan
tenaga gravitasi dan
tenaga kinetis atau
kombinasi
untuk
mengendapkan
polutan
partikel.
Sebagai
kolektor
dipergunakan
gaya
sentripetal
yang
memakai
silikon.
Semakin
besar
partikel
secepat
mungkin
proses
pembersihan
Program langit biru
yang
dikumandangkan
oleh
pemerintah
Indonesia
adalah
mengurangi
pencemaran
udara,
khususnya
akibat
dari
transportasi.
Ada 3 tindakan yang
dilakukan
terhadap
pencemaran
udara
akibat
transportasi
yaitu
mengganti
bahan
bakar,
mengubah
mesin
kendaraan,
memasang alat-alat
pembersih
polutan
pada kendaraan.
Mempertahankan
“paru-paru”
kota
dengan memperluas
pertamanan
dan
penanaman berbagai
jenis
tumbuhan
tumbuhsebagai
penangkal
pencemaran udara.
PENCEGAHAN TERHADAP TOKSIK
Pencegahan terhadap bahan toksik yang berbahaya dapat dilakukan dengan berbagai
pengendalian, yaitu :
1.Pengendalian Teknis

Mengganti / substitusi dengan bahan yang kurang berbahaya

Pengurangan kadar debu di lingkungan kerja
2.Pengendalian Administrasi

Menetapkan putaran waktu kerja dan istirahat (shift /rotasi kerja)

Memodifikasi proses untuk mengurangi pajanan ke kadar yang aman

Melakukan adaptasi bagi pekerja baru (dari suhu yang panas ke suhu yang dingin atau
sebaliknya)
3.Pemakaian APD

Memakai masker
DAFTAR PUSTAKA
http://www.smallcrab.com/kesehatan/520-5-macam-penyakit-akibat-pencemaranpartikel-debu-di-udara
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/13/partikulat-pm/
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/09/pengaruh-bahan-bahan-kimia-pada.html
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/13/partikulat-pm/
http://dwipram24.wordpress.com/2010/10/28/pencemaran-udara/
Download