BUDIDAYA IKAN Untuk SMK

advertisement
Gusrina
untuk
Sekolah Menengah Kejuruan
Gusrina
BUDIDAYA IKAN
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
untuk SMK
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Gusrina
BUDAYA IKAN
Untuk SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
i
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
BUDIDAYA IKAN
Untuk SMK
Penulis
Ilustrasi, Tata Letak
Perancang Kulit
: Gusrina
:
:
Ukuran Buku
:
410
GUS
b
GUSRINA
Budidaya Ikan untuk SMK /oleh Gusrina. ---- Jakarta:Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
ii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008,
telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran
ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui
website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK
yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
12 tahun 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga
penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih
memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta
didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia
yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar
dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
iii
KATA PENGANTAR
Buku Budidaya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan yang
akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budidaya
ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan bukubuku praktis tentang beberapa komoditas budidaya ikan. Buku Budidaya Ikan
secara menyeluruh yang beredar dimasyarakat saat ini belum memenuhi
kebutuhan sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) SMK.
Dengan melakukan budidaya ikan maka keberadaan ikan sebagai bahan
pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan punah.
Pada buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam melakukan budidaya ikan. Bab pertama berisi tentang wadah
budidaya ikan, bab kedua berisi tentang media budidaya ikan, bab ketiga
berisi tentang hama dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang nutrisi
ikan, bab kelima berisi tentang teknologi pakan buatan, bab keenam berisi
tentang teknologi pakan alami, bab ketujuh berisi tentang pengembangbiakan
ikan dan bab kedelapan berisi tentang hama dan penyakit ikan. Sedangkan
materi penunjang seperti pemasaran, analisa usaha budidaya ikan dan
kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada bab terakhir.
Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar, payau
maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah
memahami jenis-jenis wadah dan media budidaya ikan, pengetahuan tentang
nutrisi ikan dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi,
biologi dan kebiasaan hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang
harus dipahami adalah tentang pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi
induk, teknik pemijahan ikan, proses pemeliharaannya sampai pemanenen
ikan.
Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah
dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini dihadapan
pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada suami dan
anak-anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta teman-teman yang
telah membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan anggaran untuk
meyediakan sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai dengan Standar
Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku ini bermanfaat
bagi yang membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan. Dan
juga kami mohon saran dan masukan yang membangun karena keterbatasan
yang dimiliki oleh penyusun.
Cianjur, November 2007
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Glosari
Sinopsis
Peta Kompetensi
Bab I. PENDAHULUAN
Halaman
iv
v
ix
xiii
xvi
xxviii
xxx
1
Bab II. WADAH BUDIDAYA IKAN
2.1.
JENIS-JENIS WADAH BUDIDAYA IKAN
2.1.1.
Kolam
2.1.2.
Bak
2.1.3.
Akuarium
2.1.4.
Karamba Jaring Apung
2.2.
KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA
2.2.1.
Konstruksi kolam
2.2.1.1. Pematang kolam
2.2.1.2. Dasar kolam dan saluran
2.2.1.3. Pintu air
2.2.2.
Konstruksi akuarium
2.2.3.
Konstruksi Keramba Jaring Apung
2.3.
PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA
21
21
21
24
24
26
27
27
27
28
29
31
34
43
Bab III.
MEDIA BUDIDAYA IKAN
3.1.
SUMBER AIR
3.2.
PARAMETER KUALITAS AIR
3.2.1.
Sifat Fisik
3.2.1.1.
Kepadatan (density/berat jenis)
3.2.1.2.
Kekentalan (Viscosity)
3.2.1.3.
Tegangan Permukaan
3.2.1.4.
Suhu air
3.2.1.5.
Kecerahan dan kekeruhan air
3.2.1.6.
Salinitas
3.2.2.
Sifat Kimia
3.2.2.1.
Oksigen
3.2.2.2.
Karbondioksida
3.2.2.3.
pH air
3.2.2.4.
Bahan organic dan garam mineral
3.2.2.5.
Nitrogen
3.2.2.6.
Alkalinitas dan kesadahan
3.2.3.
Sifat Biologi
3.3. PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA
50
50
53
53
53
53
54
54
56
57
58
58
60
61
63
65
67
68
68
v
Bab IV.
PENGEMBANGBIAKAN IKAN
4.1.
SELEKSI INDUK
4.1.1.
Selective Breeding
4.1.2.
Outbreeding/Hibridisasi/Crossbreeding
4.1.3.
Seks Reversal
4.1.4.
Inbreeding
4.1.5.
Aplikasi seleksi induk pada budidaya
4.1.5.1.
Seleksi induk ikan Lele
4.1.5.2.
Seleksi induk ikan mas
4.1.5.3.
Seleksi induk ikan Nila
4.1.5.4.
Seleksi induk ikan Patin
4.2.
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN
4.2.1.
Perkembangan dan pematangan gonad
4.2.2.
Kelenjar hipofisa, HCG dan ovaprim
4.2.3.
Perjalanan hormon ke sel target
4.2.4.
Stripping dan pembuahan buatan
4.2.5.
Ovulasi dan fertilisasi
4.2.6.
Aplikasi teknik pemijahan pada ikan budidaya
4.2.6.1.
Pemijahan ikan mas
4.2.6.2.
Pemijahan ikan lele
4.2.6.3.
Pemijahan ikan nila
4.3.
PENETASAN TELUR
4.3.1.
Perkembangan embrio
4.3.2.
Proses penetasan telur
4.3.3.
Aplikasi penetasan telur ikan
4.4.
PEMELIHARAAN LARVA DAN BENIH IKAN
4.5.
PEMBESARAN IKAN
4.5.1.
Pembesaran ikan mas
4.5.2.
Pembesaran ikan nila
4.5.3.
Pembesaran ikan bandeng
4.6.
PEMANENAN
4.6.1.
Pemanenan benih ikan nila
4.6.2.
Pemanenan benih ikan patin
4.6.3.
Pemanenan ikan mas
73
73
76
81
83
92
95
96
97
100
102
103
104
109
113
114
116
117
117
124
126
130
131
132
133
138
146
146
151
154
157
157
158
160
Bab V.
NUTRISI IKAN
5.1.
ENERGI
5.2.
PROTEIN
5.3.
KARBOHIDRAT
5.4.
LIPID
5.5.
VITAMIN
5.6.
MINERAL
Bab VI.
TEKNOLOGI PAKAN BUATAN
6.1.
JENIS-JENIS BAHAN BAKU
6.2.
PENYUSUNAN FORMULASI PAKAN
6.2.1.
Metode segi empat Pearsons
6.2.2.
Metode aljabar
162
162
167
182
190
199
232
243
246
258
258
264
vi
6.2.3.
6.2.4.
6.2.5.
6.3.
6.4.
6.4.1.
6.4.2.
6.4.3.
6.5.
6.6.
Metode linier
Metode Trial and error (coba-coba)
Metode Worksheet
PROSEDUR PEMBUATAN PAKAN
UJI COBA PAKAN IKAN
Uji pakan secara kimia
Uji pakan secara fisik
Uji pakan secara biologis
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN
PAKAN DAN KUALITAS AIR
Bab VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI
7.1.
JENIS-JENIS PAKAN ALAMI
7.2.
BUDIDAYA PHYTOPLANKTON
7.2.1.
Wadah dan peralatan budidaya Phytoplankton
7.2.2.
Penyiapan media budidaya Phytoplankton
7.2.3.
Penebaran bibit/inokulasi
7.3.
BUDIDAYA ZOOPLANKTON
7.3.1.
Budidaya Daphnia
7.3.2.
Budidaya Artemia
7.3.3.
Budidaya Rotifera
7.4.
BUDIDAYA BENTHOS
7.5.
BIOENKAPSULASI
268
272
277
282
292
292
304
308
315
324
329
329
336
336
339
348
354
354
367
377
388
396
Bab VIII. HAMA DAN PENYAKIT IKAN
8.1.
JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT
8.1.1.
Hama ikan
8.1.2.
Penyakit ikan
8.2.
PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
8.2.1.
Pencegahan hama
8.2.2.
Pencegahan parasit dengan penyaringan air
sistem filter
8.2.3.
Pencegahan terhadap beberapa penyakit
8.3.
GEJALA SERANGAN PENYAKIT
8.4.
PENGOBATAN PENYAKIT IKAN
400
400
400
402
412
412
413
415
417
431
Bab IX.
PEMASARAN
9.1.
PENGERTIAN PEMASARAN
9.2.
CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN
9.3.
PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN
9.4.
ESTIMASI HARGA JUAL
9.5.
SISTEM PENJUALAN
9.6.
STRATEGI PROMOSI
446
446
447
449
450
454
455
Bab X.
10.1.
10.2.
10.3.
463
463
476
477
ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN
PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN
NET PRESENT VALUE (NPV)
NET BENEFIT COST RATIO (NBC RATIO)
vii
10.4.
10.5.
10.6.
INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
ANALISIS BREAK EVENT POINT
APLIKASI ANALISA USAHA
477
478
479
Bab XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
11.1.
PENGERTIAN K3
11.2.
PENERAPAN KAIDAH K3 PADA DUNIA USAHA
PERIKANAN BUDIDAYA
485
485
485
Daftar Pustaka
492
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
1.12.
1.13.
1.14.
1.15.
1.16.
1.17.
1.18.
1.19.
1.20.
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
Judul
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
Ikan Patin (Pangasius hiphothalamus)
Ikan Bawal (Colosoma brachyponum)
Ikan Tawes (Puntius gonionotus)
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Ikan Sepat (Trichogaster pectolaris)
Ikan Kowan (Ctenopharyngodon idella)
Ikan Lele (Clarias sp)
Ikan Sidat (Anguilla sp)
Udang vanamei (Penaeus vannamei)
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Kerapu Merah (Plectopomus maculates)
Ikan Kakap putih (Lates calcarifer)
Ikan Kerapu (Chromileptes altivelis)
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Ikan Beronang (Siganus gutatus)
Kolam tanah
Kolam semiintensif
Kolam intensif
Kolam Pemijahan
Kolam Penetasan
Kolam Pemeliharaan
Kolam Pemberokan
Bak beton
Bak Fiber
Bak Plastik
Akuarium Kelompok
Akuarium sejenis
Akuarium Tanaman
Kolam jaring terapung tampak atas
Kolam jaring terapung tampak depan
Bentuk pematang trapesium sama kaki
Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki
Kemiringan dasar kolam
Saluran tengah atau kemalir
Pintu pemasukan dan pengeluaran air di tengah
Pintu pemasukan dan pengeluaran air di sudut
Pintu pemasukan dan pengeluaran air bentuk L
Pintu pemasukan dan pengeluaran air system monik
Halaman
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
7
22
22
22
23
23
23
24
24
24
24
25
26
26
26
27
28
28
28
29
29
29
30
30
ix
2.24
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
2.33
2.34
2.35
2.36
2.37
2.38
2.39
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
Pemasukan dan pengeluaran air pipa paralon
Meletakkan lembaran kaca
Mengukur kaca
Memotong kaca
Menghaluskan bagian pinggir kaca
Lem silicon dan alat tembak lem
Penggunaan alat tembak lem
Lakban pada kaca
Mengeringkan akuarium
Kerangka jarring apung
Pelampung drum besi
Jangkar
Pola jarring
Pengeringan dasar kolam
Mengairi kolam
Sanitasi bak budidaya
Termometer
Secchi disk
Salinometer
Refraktometer
Flow meter
DO meter
pH meter
Kerta Lakmus
Planktonnet
Haemocytometer
Ekman Dredge
Spektrofotometer
Diagram skematik perkawinan dua tipe linebreeding
Induk ikan lele betina dan genital papilla
Induk ikan lele jantan dan genital papilla
Induk ikan mas betina dan genital papilla
Induk ikan mas jantan dan genital papilla
Induk ikan nila
Induk ikan patin jantan dan betina
Kanulasi induk ikan patin
Skema pengaturan sekresi hormone
Letak dan jenis kelenjar endokrin ikan dari arah depan
Mekanisme hormone steroid
Representasi diagram pada penempang sagital otak
Pengambilan kelenjar hipofisa
Penggerusan kelenjar hipofisa
Pemutaran alat sentrifuse
Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa
Pengambilan kelenjar ekstrak hipofisa
Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa
Pemasangan kakaban dikolam pemijahan cara Sunda
Kolam pemijahan cara Cimindi
30
32
32
32
32
33
33
34
34
37
38
38
41
43
46
48
71
71
71
71
71
71
72
72
72
72
72
72
95
96
97
100
100
102
102
103
105
106
109
110
111
112
112
112
112
113
118
119
x
4.21
4.22
4.23
4.24
4.25
4.26
4.27
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
6.14
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
7.10
7.11
7.12
7.13
7.14
7.15
7.16
7.17
7.18
7.19
7.20
7.21
7.22
7.23
7.24
7.25
7.26
8.1
Kolam pemijahan cara Magek
Kolam pemijahan cara Kantong
Kolam pemijahan cara Dubish
Kolam pemijahan cara Hofer
Diagram susunan kolam pemijahan bersekat
Sampling benih ikan
Pengemasan benih
Disk mill
Hammer mill
Vertical mixer
Horizontal mixer
Alat penggiling daging
Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi
Silo
Alat pengukur kadar air
Peralatan pengukuran kadar protein
Peralatan pengukuran kadar lemak
Peralatan pengukuran kadar serat kasar
Peralatan pengukuran kadar abu
Metode pemberian pakan dengan tangan
Ametode pemberian pakan dengan demand feeder
Chlorella sp
Tetrasemis sp
Scenedesmus sp
Skeletonema costatum
Spirulina sp
Brachionus sp
Artemia salina
Moina sp
Daphnia sp
Paramecium
Tubifex sp
Erlemeyer
Cawan Petri
Jarum ose
Pipet kaca
Tabung reaksi
Mikroskop
Bak fiber
Aerator
Daphnia sp (bagian-bagian tubuh)
Kemasan cyst Artemia
Perkembangbiakan Artemia
Rotifera
Daur hidup rotifer
Tubifex
Daur hidup tubifex
Ichthyophthirius multifiliis
120
121
122
123
129
145
159
283
283
284
284
286
287
287
293
294
294
295
296
323
323
331
332
332
333
333
334
334
335
335
335
335
336
337
337
337
337
337
338
338
360
367
373
382
384
391
392
405
xi
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
8.10
8.11
8.12
8.13
8.14
8.15
8.16
8.17
8.18
8.19
8.20
8.21
8.22
8.23
8.24
Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis
Trichodina tampak bawah
Trichodina tampak atas
Myxobolus sp
Myxosoma sp
Thellohanellus sp
Henneguya sp
Dactylogyrus sp
Gyrodactilus sp
Lernea sp
Argulus indicus tampak bawah
Saprolegnia sp
Achlya sp
Aeromonas sp
Mekanisme kerja mekanik
Penumpukan partikel pada media filter mekanik
Filter air
Dropsy pada ikan plati dan cupang
Dropsy tampak samping
Akumulasi cairan
Contoh kasus kelainan gelembung renang
Gejala umum ulcer
Ikan terserang white spot
406
407
407
407
408
408
408
409
409
410
411
411
411
412
413
414
415
418
419
419
420
421
422
xii
DAFTAR TABEL
No.
1.1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
Judul
Komoditas
akuakultur
yang
sudah
lazim
dibudidayakan dalam system budidaya di Indonesia
Perbandingan antara ukuran akuarium dengan
ketebalan kaca
Jenis pelampung dan lama pemakaian
Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan
ukuran ikan yang dibudidayakan
Perbandingan jumlah mata jarring yang harus
dipotong dalam berbagai ukuran kantong jarring dan
mata jaring.
Dosis kapur tohor (CaO)
Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan
Hubungan antara kadar oksigen terlarut dan suhu
Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
Presentase ammonia bebas terhadap ammonia total
Kriteria kualitas air Golongan C
Parameter kualitas air untuk budidaya ikan dan
peralatan pengukuran yang dapat digunakan
Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari
seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan
seleksi between family (C)
Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotype
dan frekuensi alel dalam lokus
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas matang
gonad
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan nila
Dosis pengapuran untuk menetralkan dari berbagai
jenis tekstur tanah dan pH awal yang berbeda
Perkembangan stadia embrio ikan lele pada suhu 28
o
C
Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem
pemeliharaan
Kebutuhan energi untuk ikan Salmon
Kebutuhan energi untuk Catfish
Nama dan singkatan asam amino
Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa
jenis ikan dalam % protein pakan
Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering
pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya
Klasifikasi karbohidrat
Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan
sumbernya oleh beberapa ikan budidaya
Halaman
3
31
37
39
42
45
56
60
62
66
69
70
78
94
99
99
101
128
134
150
166
166
171
178
182
184
188
xiii
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
5.20
5.21
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
5.28
5.29
5.30
5.31
5.32
5.33
5.34
5.35
5.36
5.37
5.38
5.39
5.40
5.41
5.42
5.43
Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk
pertumbuhan beberapa ikan budidaya
Nama umum asam lemak
Kelompok asam lemak unsaturated jenuh
Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan
Komposisi asam lemak essensial pada berbagai
sumber lipid (g/100 g asam lemak)
Penggolongan beberapa sumber vitamin A
Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya
Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan
Kebutuhan vitamin D beberapa spesies ikan budidaya
Kebutuhan vitamin E beberapa spesies ikan budidaya
Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E
sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya
Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan
budidaya
Kebutuhan tiamin dalam pakan
Tanda-tanda kekurangan tiamin A pada ikan budidaya
Kebutuhan vitamin B2 dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan
budidaya
Kebutuhan vitamin B6 dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan piridoksin pada ikan
budidaya
Kebutuhan vitamin B5 dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan
budidaya
Kebutuhan biotin dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya
Kebutuhan asam folat dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan
budidaya
Kebutuhan vitamin B12 dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan
budidaya
Kebutuhan Niasin dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan Niasin pada ikan budidaya
Kebutuhan inositol dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya
Kebutuhan Kolin dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya
Kebutuhan vitamin C dalam pakan ikan
Tanda-tanda kekurangan vitamin C pada ikan
budidaya
Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada
berbagai jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat
kering)
Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai
190
194
195
196
197
202
203
203
205
207
208
209
211
212
213
214
215
216
218
218
220
220
221
222
223
223
224
225
226
226
227
228
229
230
237
237
xiv
5.44
5.45
5.46
5.47
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
7.10
8.1
8.2
jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering)
Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan
Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan
Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan
Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan
Beberapa jenis ikan berdasarkan kebiasaan
makannya
Kandungan nutrisi bahan baku nabati
Kandungan nutrisi bahan baku hewani
Kandungan nutrisi bahan baku limbah pertanian
Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan
ikan dan udang dalam %
Jenis dan kandungan nutrisi bahan baku ikan
karnivora
Hasil analisa proksimat bahan baku
Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi
dan cara menghilangkan zat antinutrisi
Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan
budidaya
Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan
Skedul pemberian pakan pada udang
Jumlah pakan harian pudang dengan kelangsungan
hidup 80%
Komposisi pupuk pada media stok murni kultur algae
Komposisi Trace Metal Solution
Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar
Komposisi pupuk phytoplankton semi masal
Komposisi pupuk kultur missal
Komposisi campuran vitamin pada media Dphnia
Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar
garam 5 permill
Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar
garam 30 permill
Ukuran badan dan nilai kalori rotifer
Kandungan komposisi beberapa bahan
bioenkapsulasi
Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya
Obat dan bahan kimia yang digunakan pengobatan
penyakit ikan
238
239
240
241
247
251
252
252
254
255
256
285
291
320
321
322
341
341
342
346
347
363
371
372
383
398
402
443
xv
GLOSARI
Adenohipofisa
:
salah satu bagian dari kelenjar hipofisa yang
mengandung
sel-sel pensekresi hormon
prolaktin, hormon Adrenocorticotropic (ACTH),
hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone),
hormon
pertumbuhan
(STHSomatotropin) dan Gonadotropin. Pars intermedia
mensekresi
hormon
pelepas
melanosit
(Melanocyte Stimulating Hormone).
Adaptasi
:
Masa penyesuaian
lingkungan baru.
Aerasi
:
Pemberian udara ke dalam air untuk penambahan
oksigen
Akrosom
:
Organel penghujung pada kepala spema yang
dikeluarkan yang berfungsi membantu sperma
menembus sel telur.
Aksi gen aditif
:
aksi gen yang mana fenotipe heterosigot
merupakan intermedit antara kedua fenotipe
homosigot, kedua alel tidak memperlihatkan
dominansi, keduanya memberikan konstribusi
yang seimbang dalam menghasilkan suatu
fenotipe
Aklimatisasi
:
Penyesuaian fisiologis terhadap perubahan salah
satu faktor lingkungan
Albinisme
:
kondisi genetik yang tidak sempurna yang
menyebabkan organisme tidak membentuk
pigmen
Alel
:
Bentuk alternatif suatu gen
Alel dominan
:
Alel yang diekspresikan secara penuh dalam
fenotipe itu
Alel resesif
:
Alel yang pemunculan fenotipenya ditutupi secara
sempurna
Aldehida
:
Molekul organik dengan gugus karbonil yang
terletak pada ujung kerangka karbon
suatu
organisme
dalam
xvi
Anabolisme
:
Pembentukan zat organik kompleks dari yang
sederhana, asimilasi zat makanan oleh organisme
untuk membangun atau memulihkan jaringan dan
bagian-bagian hidup lainnya.
Anadromus
:
Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan dilaut dan bermigrasi ke air tawar untuk
memijah.
Anafase
:
Tahap mitosis dan meiosis yang mengikuti
metafase ketika separuh kromosom atau
kromosom homolog memisah dan bergerak ke
arah kutub gelendong.
Androgen
:
Hormon steroid jantan utama, misalnya testoteron
Androgenesis
:
Proses penjantanan
Antibiotik
:
Bahan kimiawi yang membunuh bakteri atau
menghambat pertumbuhannya.
Antibodi
:
Imunoglobin pengikat antigen yang dihasilkan oleh
sel limfosit B, berfungsi sebagai efektor dalam
suatu respon imun.
Antigen
:
Makromolekul asing yang bukan merupakan
bagian dari organisme inang dan yang memicu
munculnya respon imun.
Asam amino
:
Molekul organik yang memiliki gugus karboksil
maupun gugus amino. Asam amino berfungsi
sebagai monomer protein.
Asam
deoksiribonukleat
:
Suatu molekul asam nukleat berbentuk heliks dan
beruntai ganda yang mampu bereplikasi dan
menentukan struktur protein sel yang diwariskan.
Asam lemak (fatty
acid)
:
Asam karboksilik dengan rantai karbon panjang.
Asam lemak bervariasi panjang dan jumlah dan
lokasi ikatan gandanya, tiga asam lemak berikatan
dengan satu molekul gliserol akan membentuk
lemak.
Asam lemak jenuh
(Saturated
fatty
acid)
:
Asam lemak dimana semua karbon dalam ekor
hidrokarbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal,
sehingga memaksimumkan jumlah atom hidrogen
yang dapat berikatan dengan kerangka karbon.
xvii
Asam lemak tak
jenuh (Unsaturated
fatty acid)
:
Asam lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan
ganda antara karbon-karbon dalam ekor
hidrokarbon. Ikatan seperti itu mengurangi jumlah
atom hidrogen yang terikat ke kerangka karbon.
Asam nukleat
:
Suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer
nukleotida, yang berfungsi sebagai cetak biru
untuk protein dan melalui kerja protein, untuk
semua aktivitas seluler. Ada dua jenis yaitu DNA
dan RNA.
:
Asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri
oleh tubuh hewan sehingga harus tersedia dalam
makanan.
Aseksual
:
Perkembangbiakan tidak melalui perkawinan
Autosom
:
Kromosom yang secara tidak langsung terlibat
dalam penentuan jenis kelamin, sebagai kebalikan
dari kromosom seks.
Auksospora
:
Sel-sel
yang
besar
perkembangbiakan zigot baru
Backross
:
Bentuk perkawinan yang sering digunakan dalam
pemuliaan yaitu mengawinkan kembali antara
anak dan orangtuanya yang sama untuk beberapa
generasi.
Basofil
:
Bersifat menyerap basa.
Benthos
:
Organisme yang hidup di dasar perairan
Blastomer
:
Sel-sel anak yang dihasilkan selama pembelahan
zygot.
Blastula
:
Rongga yang terbentuk selama fase pembelahan
zigot.
Blastulasi
:
Proses pembentukan blastula
Biomassa
:
Bobot kering bahan organik yang terdiri atas
sekelompok organisme di dalam suatu habitat
tertentu atau bobot seluruh bahan organik pada
satuan luas dalam suatu waktu tertentu.
Budidaya
:
Usaha yang bermanfaat dan memberi hasil, suatu
Asam
essensial
amino
berasal
dari
xviii
sistem yang digunakan untuk
sesuatu dibawah kondisi buatan.
memproduksi
Closed Breeding
:
Perkawinan yang dekat sekali kaitan keluarganya,
misalnya antara anak dan tetua atau antara antar
saudara sekandung.
Cyste
:
Fase dorman dari crustacea karena kondisi
lingkungan yang tidak sesuai
Dekomposer
:
Fungi dan bakteri saprotropik yang menyerap
nutrien dari materi organik yang tidak hidup seperti
bangkai, materi tumbuhan yang telah jatuh dan
buangan organisme hidup dan mengubahnya
menjadi bentuk anorganik.
Densitas
:
Jumlah individu persatuan luas atau volume atau
masa persatuan volume yang biasanya dihitung
dalam gram/cm3 atau jumlah sel/ml.
Deoksiribosa
:
Komponen gula pada DNA, yang gugus
hidroksilnya kurang satu dibandingkan dengan
ribosa, komponen gula pada RNA
Detritus
:
Materi organik yang telah mati atau hancuran
bahan organik yang berasal dari proses
penguraian secara biologis.
Disipon
:
Membersihkan badan air dengan mengeluarkan
kotoran bersama sebagian jumlah air.
Disucihamakan
:
Disterilkan dari jasad pengganggu.
Dorsal
:
Bagian punggung
Diagnosis
:
Proses pemeriksaan terhadap suatu hal
Diferensiasi gonad
:
Proses penentuan kelamin dengan pernyataan
fenotipe melalui perkembangan alat kelamin dan
ciri-ciri kelamin.
Diploid
:
Keadaan perangkat kromosom
kromosomnya diwakili dua kali (2n)
Diploidisasi
:
Penggandaan jumlah kromosom pada sel-sel
haploid
Donor
:
Pemberi sumbangan
bila
setiap
xix
Dormant
:
Telur yang dibuahi dan merupakan dinding tebal
dan jika menetas menjadi betina amiktik.
Ekspresi gen
:
Pengejewantahan bahan genetik pada suatu
makhluk hidup sebagai keseluruhan jumlah tabiat
yang khas.
Elektroforesis gel
:
Pemisahan
asam
nukleat
atau
protein
berdasarkan ukuran dan muatan listriknya,
dengan cara mengukur laju pergerakkannya
melalui suatu medan listrik dalam suatu gel.
Embriogenesis
:
Proses perkembangan embrio
Endokrin
:
Kelenjar/sel yang menghasilkan hormon
Enzim
:
Molekul protein komplek yang dihasilkan oleh sel
dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai
proses kimia didalam tubuh makhluk hidup.
Enzim restriksi
:
Enzim yang digunakan untuk memotong fragmen
DNA yang memiliki sekuen tertentu.
Estrogen
:
Hormon seks steroid betina yang utama.
Eukaryot
:
Makhluk yang sel-selnya mengandung inti sejati
yang diselimuti selaput inti, mengalami meiosis,
membelah dengan mitosis dan enzim oksidatifnya
dikemas dalam mitokondria.
Fekunditas
:
Jumlah sel telur yang dihasilkan oleh seekor
hewan betina pertahun atau persatuan berat
hewan.
Feminisasi
:
Proses pembetinaan
Fenotipe
:
Ciri fisik dan fisiologis pada suatu organisme atau
sifat yang terlihat pada makhluk hidup yang
dihasilkan oleh genotipe bersama-sama dengan
faktor lingkungan.
Feromon
:
Sinyal kimiawi atsiri dan kecil yang berfungsi
dalam komunikasi diantara hewan-hewan dan
bertindak sangat mirip dengan hormon dalam
mempengaruhi fisiologi dan tingkah laku.
xx
Fertilisasi
:
Penyatuan gamet haploid untuk menghasilkan
suatu zigot diploid.
Flagella
:
Tonjolan berbentuk cambuk pada salah satu sel
untuk alat gerak.
Fotosintesis
:
Pengubahan energi cahaya menjadi energi
kimiawi yang disimpan dalam glukosa atau
senyawa organik lainnya.
Galur
:
Pengelompokkan anggota-anggota jenis yang
hanya memiliki satu atau sejumput ciri, biasanya
bersifat homozigot dan dipertahankan untuk
keperluan percobaan genetika.
Gamet
:
Sel sperma atau telur haploid, gamet menyatu
selama reproduksi seksual untuk menghasilkan
suatu zigot diploid.
Gastrula
:
Tahapan pembentukan embrio berlapis dua dan
berbentuk piala.
Gastrulasi
:
Proses pembentukan gastrula dari blastula atau
proses pembentukan tiga daun kecambah
ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Gelendong
:
Kumpulan mikrotubula
pergerakan kromosom
eukariotik.
Gen
:
Bagian kromosom yang mengatur sifat-sifat
keturunan tertentu atau satuan informasi yang
terdiri atas suatu urutan nukleotida spesifik dalam
DNA.
Generasi F1
:
Turunan pertama atau turunan hibrid dalam
fertilisasi-silang genetik.
Generasi F2
:
Keturunan yang dihasilkan
generasi hibrid F1.
Genom
:
Komplemen lengkap gen-gen suatu organisme,
materi genetik suatu organisme.
Genotipe
:
Kandungan genetik suatu organisme.
Ginogenesis
:
Proses perkembangan embrio yang berasal dari
yang menyelaraskan
selama pembelahan
dari
perkawinan
xxi
telur tanpa kontribusi material genetik jantan
Gonad
:
Organ seks jantan dan betina, organ penghasil
gamet pada sebagian besar hewan.
Gonadotropin
:
Hormon yang merangsang aktivitas testes dan
ovarium.
Haploid
:
Memiliki jumlah kromosom yang khas untuk gamet
makhluknya.
Heritabilitas
:
Keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi
genotipe
atau
menggambarkan
tentang
persentase keragaman fenotipe yang diwariskan
dari induk kepada keturunannya. Dinotasikan
dengan huruf h2 dengan nilai berkisar antara 0 – 1.
Hermaphrodit
:
Individu yang mempunyai alat kelamin jantan dan
betina.
Heliks ganda
:
Bentuk DNA asli
Haemoglobin
:
Protein mengandung besi dalam sel darah merah
yang berikatan secara reversibel dengan oksigen.
Herbivora
:
Hewan heterotropik yang memakan tumbuhan.
Heterozigot
:
Mempunyai dua alel yang berbeda untuk suatu
sifat genetik tertentu.
Heterosis
:
Suatu ukuran untuk menilai keunggulan dan
ketidakunggulan hibrid
Hibrid
:
Turunan dari tetua yang secara genetik sangat
berbeda, bahkan mungkin berlainan jenis atau
marga.
Hibridisasi
:
Perkawinan antara individu yang berbeda atau
persilangan.
Hipofisasi
:
Salah satu teknik dalam pengembangbiakan ikan
dengan cara menyuntikkan ekstrak kelenjar
hipofisa kepada induk ikan untuk mempercepat
tingkat kematangan gonad.
Hipotalamus
:
Bagian ventral otak depan vertebrata, yang
berfungsi dalam mempertahankan homeostasis,
xxii
khususnya dalam mengkoordinasikan
endokrin dengan sistem saraf.
sistem
Histon
:
Protein kecil dengan porsi besar yang terdiri dari
asam amino bermuatan positif yang berikatan
dengan DNA bermuatan negatif dan berperan
penting dalam struktur kromatinnya.
Homeostasis
:
Kondisi fisiologis yang mantap dalam tubuh.
Homozigot
:
Mempunyai dua alel yang identik untuk suatu sifat
tertentu.
Hormon
:
Bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam
sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon
disekresikan ke dalam darah kemudian disalurkan
ke organ-organ yang menjalankan fungsi-fungsi
regulasi tertentu secara fisiologik dan biokimia.
Ikan transgenik
:
Ikan yang memiliki DNA asing didalam tubuhnya
Inaktivasi sperma
:
Menonaktifkan sperma
Inbreeding
:
Perkawinan
antara
individu-individu
yang
sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina
yang sama.
Infeksi Retroviral
:
Salah satu metode transfer gen. Metode ini
menggunakan
gen-gen
heterogen
yang
dimasukkan ke dalam genome virus dan dapat
dipindahkan kepada inang yang terinfeksi virus
tersebut.
Inkubasi
:
Masa penyimpanan
Interfase
:
Fase dimana tidak ada perubahan pada inti sel,
waktu istirahat.
Karakter kuantitatif
:
Suatu ciri yang dapat diturunkan dalam suatu
populasi yang bervariasi secara kontinu sebagai
akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh
tambahan dua atau lebih gen.
Kariotipe
:
Metode pengorganisasian kromosom suatu sel
dalam kaitannya dengan jumlah, ukuran dan jenis.
Katadromus
:
Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan di perairan tawar dan bermigrasi ke
xxiii
laut untuk memijah.
Kelenjar hipofisa
:
Kelenjar kecil dibagian otak bawah yang
menghasilkan berbagai macam hormon yang
dibutuhkan pada makhluk hidup .
Kromosom
:
Struktur pembawa gen yang mirip benang yang
terdapat di dalam nukleus.
Kopulasi
:
Proses perkawinan
Kista
:
Suatu stadia istirahat pada hewan cladosera atau
crustacea tingkat rendah.
Larva
:
Organisme yang belum dewasa yang baru keluar
dari telur atau stadia setelah telur menetas.
Larutan hipoklorit
:
Larutan yang mengandung HClO
Lokus
:
Tempat khusus disepanjang kromosom tertentu
dimana gen tertentu berada.
Maskul;inisasi
:
Penjantanan.
Meiosis
:
Tipe pembelahan sel dan nukleous ketika jumlah
kromosom direduksi dari diploid ke haploid.
Metasentrik
:
Kromosom yang sentromernya terletak ditengahtengah.
Metafase
:
Tahapan mitosis dan meiosis ketika kromosom
mencapai keseimbangan posisi pada bidang
ekuator.
Metamormofose
:
Perubahan bentuk organisme dalam daur hidup
Mikropil
:
Lubang kecil pada telur tempat masuknya sperma.
Mikroinjeksi
:
Metode yang digunakan dalam mengintroduksi
DNA asing ke dalam pronukleus atau sitoplasma
telur yang telah terbuahi. DNA asing disuntikkan
pada saat fase 1-2 sel.
Mitosis
:
Proses pembelahan nukleus pada sel eukariotik
yang secara konvensional dibagi menjadi lima
tahapan : profase, prometafase, metafase,
anafase, dan telofase. Mitosis mempertahankan
xxiv
jumlah kromosom dengan cara mengalokasikan
kromosom yang direplikasikan secara sama ke
masing-masing nukleus anak.
Morula
:
Sekelompok sel anak (blastomer) yang terbentuk
selama fase pembelahan zygot.
Nauplii
:
Bentuk stadia setelah menetas pada crustacea
atau copepoda.
Neurohipofisa
:
Bagian dari kelenjar hipofisa, terdiri dari pars
nervosa yang berfungsi mensekresi Oxytoxin,
Arginin Vasotocin dan Isotocin
Omnivore
:
Organisme pemakan segala
Ovarium
:
Kelenjar kelamin betina yang menghasilkan ovum.
Ovipar
:
Berkembangbiak dengan menghasilkan telur.
Ovivipar
:
Berkembangbiak dengan menghasilkan telur
tetapi telur tersebut menetas dalam tubuh
induknya.
Outbreeding
:
Perkawinan antara individu-individu yang tidak
sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu
varietas atau beda varietas.
Ovulasi
:
Proses terlepasnya sel telur dari folikel.
Partenogenesis
:
Perkembangbiakan telur menjadi individu baru
tanpa pembuahan telur dan menghasilkan telur
diploid.
Pemijahan
:
Proses peletakan telur atau perkawinan
Pigmen
:
Zat warna tubuh
Plasmid
:
Molekul DNA sirkular yang bereplikasi pada sel-sel
bakteri secara independent.
Polar body
:
Sel telur hasil pembelahan meiosis yang tidak
memiliki sitoplasma.
Profase
:
Tahap pertama meiosis dan
kromosom mulai jelas terlihat.
Progeni
:
Keturunan yang berasal dari sumber yang sama,
mitosis
ketika
xxv
anak cucu
Poliploidisasi
:
Proses pergantian kromosom dimana individu
yang dihasilkan mempunyai lebih dari dua set
kromosom.
Reproduksi
:
Proses perkembangbiakan baik secara aseksual
maupun seksual.
Seleksi
:
Pemisahan populasi dasar yang digunakan ke
dalam kedua kelompok, yaitu kelompok terpilih
dan kelompok yang harus terbuang.
Sentromer
:
Bagian kromosom yang terletak pada titik ekuator
kumparan pada metafase, tempat melekat benang
penarik gelendong, posisi sentromer menentukan
bentuk kromosom.
Seks reversal
:
Proses pembalikan kelamin dengan menggunakan
metode tertentu.
Spermatogenesis
:
Proses perkembangan spermatogonium menjadi
spermatis
Spermatogonium
:
Sel-sel kecambah untuk membentuk sperma
Spermatozoa
:
Sel gamet jantan dengan inti haploid yang
ememiliki bentuk berekor.
Spermiasi
:
Proses dimana spermatozoa dilepaskan dari cyste
dan masuk kedalam lumen.
Spermiogenesis
:
Proses
metamorfosa
spermatozoa
Submetacentrik
:
Sentromer terletak pada ujung kromosom yang
memiliki dua lengan yang tidak sama panjangnya.
Subtelocentrik
:
Sentromer juga terletak pada ujung kromosom
namun masih jelas terlihat adanya lengan pendek.
Spektrofotometer
:
Suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda yang
diserap dan dihantarkan oleh suatu larutan
berpigmen.
Telofase
:
Tahap akhir dari mitosis atau meiosis ketika
spermatid
menjadi
xxvi
pembagian
selesai.
sitoplasma
dan
penyusunan
inti
Testis
:
Gonad yang berperan menghasilkan sperma
Tetraploid
:
Individu yang mempunyai empat
kromosom haploid pada nukleusnya.
perangkat
Triploid
:
Individu yang mempunyai tiga
kromosom haploid pada nukleusnya.
perangkat
Triploidisasi
:
Proses pembuatan organisme triploid dengan
menggunakan kejutan suhu untuk menahan polar
body II atau menahan pembelahan mitosis awal.
Vitellogenesis
:
Proses deposisi kuning telur, dicirikan oleh
bertambah banyaknya volume sitoplasma yang
berasal dari vitelogenin eksogen yang membentuk
kuning telur.
Zygot
Sel diploid sebagai hasil perpaduan gamet jantan
dan gamet betina haploid.
SINOPSIS
Buku teks dengan judul budidaya ikan dapat dipelajari oleh para peserta
diklat dan pendidik pada Sekolah Menengah Kejuruan yang mengambil
program studi Budidaya Ikan. Menurut SKKNI dalam program studi Budidaya
Ikan dapat dikelompokkan menjadi Budidaya Ikan Air Tawar, Budidaya Ikan
Air Laut, Budidaya Ikan Air Payau dan Budidaya Ikan Hias. Dalam buku teks
ini akan memberikan pengetahuan mendasar tentang bagaimana
membudidayakan ikan dan dapat di aplikasikan pada berbagai habitat
budidaya. Pada buku teks ini berisi tentang wadah budidaya yang dapat
digunakan dalam melakukan budidaya ikan, media yang optimal dalam
budidaya ikan agar proses budidaya dapat berlangsung sesuai dengan
kebutuhan ikan untuk hidup tumbuh dan berkembang, bagaimana melakukan
proses perkembangbiakan ikan budidaya dari sudut biologis ikan budidaya
dan aplikasi pada beberapa ikan budidaya, kebutuhan nutrisi untuk ikan yang
akan dibudidayakan, bagaimana membuat pakan ikan yang harus diberikan
pada ikan budidaya, bagaimana memproduksi pakan alami sebagai pakan
yang sangat dibutuhkan bagi larva ikan dan benih ikan budidaya, hama dan
xxvii
penyakit ikan yang dapat menyerang ikan budidaya serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam budidaya ikan.
Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting saat ini dan
masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu jenis
pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang mempunyai harga jual
relatif murah dan mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Dengan
mengkonsumsi ikan maka kebutuhan gizi manusia akan terpenuhi. Oleh
karena itu kemampuan sumberdaya manusia untuk memproduksi ikan
budidaya sangat dibutuhkan. Dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan keterbatasan lahan budidaya selanjutnya, maka dibutuhkan
suatu teknologi budidaya ikan pada lahan yang terbatas dan produktivitas
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dengan mempelajari buku teks ini
diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikan ilmu budidaya pada
berbagai media dan teknologi budidaya.
Pengetahuan tentang wadah budidaya ikan dan media yang dibutuhkan bagi
ikan budidaya akan memberikan pemahaman tentang investasi yang harus
dipersiapkan sesuai dengan skala produksi yang akan diterapkan. Dengan
menerapkan teknologi budidaya ikan yang intensif dibutuhkan pemahaman
tentang produksi pakan buatan yang ramah lingkungan tetapi sesuai dengan
kebutuhan ikan budidaya. Selain itu dalam membudidayakan ikan sangat
dibutuhkan pakan alami pada fase larva dan benih, maka sangat dibutuhkan
suatu pemahaman bagaimana membudidayakan pakan alami yang sesuai
dengan kebutuhan ikan.
Selain itu dalam suatu budidaya ikan maka akan ada kendala yang dialami
pembudidaya ikan yaitu adanya serangan hama dan penyakit ikan. Oleh
karen itu diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang
dapat menyerang ikan budidaya serta bagaimana tindakan pencegahan dan
pengobatan yang harus dilakukan oleh para pembudidaya agar ikan yang
dibudidayakan tidak terserang hama dan penyakit.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
penerapan teknologi yang terkini telah merambah dalam budidaya ikan.
Pengembangbiakan ikan secara tradisional akan semakin kurang diminati
dan akan beralih kepada sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan produksi pada ikan budidaya. Aplikasi teknologi molekuker
dalam budidaya ikan sudah bisa diterapkan mulai dari rekayasa kromosom,
rekayasa gen dan terkini adalah rekayasa sel. Rekayasa kromosom antara
lain adalah melakukan kegiatan ginogenesis, androgenesis dan poliploidisasi
yang tujuan dari manipulasi kromosom ini untuk meningkatkan produktivitas
ikan budidaya dan memberikan nilai tambah pada pembudidaya ikan.
Sedangkan rekayasa gen dapat diterapkan jika peralatan untuk melakukan
rekayasa ini tersedia dimana dengan melakukan rekayasa gen dapat dibuat
komoditas ikan budidaya yang disisipi gen yang menguntungkan bagi
pembudidaya misalnya gen pertumbuhan, gen antibeku dan gen warna
tubuh.
xxviii
Dengan mempelajari buku teks ini diharapkan dapat memahami pengetahuan
yang sangat mendasar dalam membudidayakan ikan. Dalam buku teks ini
juga dijelaskan berbagai kemampuan dasar untuk melakukan suatu kegiatan
yang langsung dapat diaplikasikan dengan menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.
PETA KOMPETENSI
KODE UNIT
PBD. PL 00.001U.01
PBD. PL 00.002U.01
PBD. PL 00.003U.01
JUDUL UNIT KOMPETENSI/SUB KOMPETENSI
Memenuhi persyaratan kerja di DU/DI
1. Menyetujui kondisi dan ketentuan ketenagakerjaan
2. Memenuhi persyaratan ketenagakerjaan
Memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan dan
lingkungan di tempat kerja
1. Mengikuti prosedur di tempat kerja untuk kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja
2. Melakukan tindakan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam kondisi bahaya/darurat
3. Memelihara insfrastruktur dan lingkungan kerja
Membina kerjasama
1. Melakukan interaksi di tempat kerja
2. Melakukan pertemuan, menyelami dan mengarahkan
klien dan pelanggan
3. Memelihara penampilan pribadi
Menggunakan sistem komunikasi
1. Mengumpulkan, mencatat dan mengirim data
xxix
PBD. PL 00.004U.01
PBD. PL 00.005U.01
2. Mengumpulkan, mencatat dan menyediakan
informasi untuk memenuhi kebutuhan tempat kerja
3. Menanggapi masalah
Membuat perencanaan kerja
1. Membuat jadwal kegiatan
2. Mengatur bahan, peralatan dan cara kerja
Menyiapkan peralatan
1.
PBD. PL 00. 006U. 01 2.
3.
4.
PBD.PL 00.007U.01
Mengidentifikasi jenis peralatan
Menentukan peralatan
Mengontrol cara kerja peralatan
Membuat laporan
Mengidentifikasi parameter kualitas air
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan
dalam identifikasi parameter kualitas air
2. Mengambil sampel air di lapangan
3. Mengukur parameter kualitas air
4. Membuat laporan hasil identifikasi parameter kualitas
air
KODE UNIT
JUDUL UNIT KOMPETENSI/ELEMEN KOMPETENSI
Menentukan lokasi budidaya
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
budidaya
PBD. PL00.008U. 01 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi budidaya melalui
kegiatan survey lapangan
3. Menentukan lokasi
4. Membuat laporan
Menyiapkan wadah
1. Mengidentifikasi wadah
PBD. PL 00. 009U. 01
2. Menentukan wadah
3. Mengontrol proses penggunaan wadah
4. Membuat laporan
Mengidentifikasi hama dan penyakit ikan
xxx
1. Mengambil sampel di lapangan
PBD. PL 00. 010U. 01
PBD. PL 00. 011U. 01
2. Mengidentifikasi gejala serangan
3. Menentukan jenis parasit
4. Membuat laporan
Mengemas ikan
1. Menyiapkan teknik pengepakan
2. Menentukan jenis ikan yang dikemas
3. Melakukan pengepakan ikan
4. Membuat laporan
Memasarkan ikan
PBD. PL00.012U. 01 1. Mencari order pemasaran
2. Melaksanakan penjualan
3. Menyiapkan kuota/target
4. Mengontrol proses pemasaran
PBD.PL 01.001I.01
PBD.PL 01.002I.01
PBD.PL 01.003I.01
PBD.PL 01.004I.01
PBD.PL 01.005I.01
Menentukan lokasi pembenihan ikan
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
pembenihan
2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembenihan ikan
3. Memilih lokasi pembenihan ikan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pembenihan ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan media
pembenihan
2. Menyiapkan wadah pembenihan
3. Menyiapkan air untuk pembenihan
4. Membuat laporan
Mengelola induk ikan
1. Memelihara calon induk ikan
2. Menyeleksi calon induk jantan dan betina
3. Melakukan pematangan gonad induk ikan
4. Menyeleksi induk siap pijah
Memijahkan induk ikan
1. Melakukan proses pemijahan ikan
2. Menangani telur
3. Menetaskan telur
Mengkultur pakan alami
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami
2. Menyiapkan media tempat tumbuhnya pakan alami
3. Menebar bibit pakan alami
xxxi
PBD.PL 01.006I.01
PBD.PL.01.007I.01
PBD.PL.01.008I.01
PBD.PL 02.009I.01
PBD.PL 02.010I.01
PBD.PL 02.011I.01
PBD.PL 02.012I.01
Memelihara larva ikan
1. Merawat larva ikan
2. Memberi pakan larva
3. Mengamati perkembangan larva
4. Menangani hama dan penyakit pada pemeliharaan
larva
5. Memantau kualitas dan kuantitas air pada
pemeliharaan larva
Memanen hasil pembenihan ikan
1. Merencanakan kegiatan pemanenan hasil
pembenihan
2. Melakukan pemananen benih ikan
3. Mengemas benih ikan
4. Membuat laporan
Memasarkan hasil pembenihan ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli
2. Membuat kesepakatan
3. Melakukan transaksi
4. Melakukan perhitungan laba rugi
5. Membuat laporan
Menentukan lokasi pendederan ikan
1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi
pendederan ikan
2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pendederan ikan
3. Memilih lokasi pendederan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pendederan ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan pendederan ikan
2. Menyiapkan wadah pendederan ikan
3. Menyiapkan air untuk pendederan ikan
4. Membuat laporan
Menebar benih ikan pada pendederan
1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan
2. Menebar benih ikan
3. Membuat laporan
Memantau pertumbuhan benih ikan pada pendederan
1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan
benih ikan
2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan
benih ikan
3. Melakukan sortasi
xxxii
PBD.PL 02.013I.01
PBD.PL 02.014I.01
PBD.PL 02.015I.01
PBD.PL 02.016I.01
PBD.PL 02.017I.01
4. Membuat laporan
Mengelola pakan benih ikan pada pendederan
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk benih ikan
2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan benih
ikan
3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian
pakan
4. Membuat laporan
Mengelola kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
1. Merencanakan kegiatan pengelolaan kualitas dan
kuantitas air
2. Mengidentifikasi kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
3. Mengelola kualitas dan kuantitas air pada
pendederan ikan
4. Membuat laporan
Mengendalikan hama dan penyakit pada pendederan
ikan
1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan
penyakit
2. Mengidentifikasi hama dan penyakit
3. Melakukan pengobatan ikan
4. Mencatat kejadian serangan penyakit
5. Membuat laporan
Memanen hasil pendederan ikan
1 Merencanakan
kegiatan
pemanenan
hasil
pendederan ikan
2. Memanen benih ikan
3. Membuat laporan
Memasarkan hasil pendederan ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli
2. Membuat kesepakatan
3. Melakukan transaksi
4. Melakukan perhitungan laba rugi
5. Membuat laporan
Menentukan lokasi pembesaran ikan
xxxiii
PBD.PL 03.018I.01
PBD.PL 03.019I.01
PBD.PL 03.020I.01
PBD.PL 03.021I.01
PBD.PL 03.022I.01
PBD.PL 03.023I.01
1.
2.
Merencanakan tahapan kegiatan pemilihan lokasi
Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembesaran
ikan
3. Memilih lokasi pembesaran ikan
4. Membuat laporan
Menyiapkan media pembesaran ikan
1. Merencanakan kegiatan persiapan pembesaran
ikan
2. Menyiapkan wadah pembesaran ikan
3. Menyiapkan media pembesaran ikan
4. Membuat laporan
Menebar benih ikan pada pembesaran
1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan
2. Menebar benih ikan
3. Membuat laporan
Memantau pertumbuhan ikan pada pembesaran
1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan
ikan
2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan
ikan
3. Melakukan sortasi
4. Membuat laporan
Mengelola pakan pembesaran ikan
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk
pembesaran ikan
2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan
pembesaran ikan
3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian
pakan
4. Membuat laporan
Mengendalikan hama dan penyakit pada pembesaran
ikan
1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan
penyakit
2. Mengidentifikasi hama dan penyakit pada
pembesaran ikan
3. Melakukan pengobatan ikan
4. Mencatat kejadian serangan penyakit
5. Membuat laporan
Memanen hasil pembesaran ikan
xxxiv
1.
PBD.PL 03.024I.01
PBD.PL 03.025I.01
Merencanakan kegiatan pemanenan ikan hasil
pembesaran
2. Melakukan pemanenan
3. Mengemas ikan hasil pembesaran
4. Membuat laporan
Memasarkan hasil pembesaran ikan
1. Mengidentifikasi calon pembeli ikan
2. Melakukan kesepakatan
3. Melakukan transaksi
4. Melakukan penghitungan laba rugi
5. Membuat laporan
xxxv
BAB I
Indonesia
merupakan salah satu
negara dengan luas perairan hampir
dua pertiga dari luas wilayahnya
yaitu sekitar 70%. Wilayah perairan
di Indonesia berdasarkan kandungan
kadar garamnya atau salinitas dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis
perairan yaitu perairan tawar,
perairan payau dan perairan laut.
Dari ketiga jenis perairan tersebut
dapat dihasilkan suatu produksi
perikanan yang memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan ekonomi
nasional yang dapat meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia.
Potensi perikanan budidaya secara
nasional diperkirakan sebesar 15,59
juta hektar (Ha) yang terdiri dari
potensi air tawar 2,23 juta ha, air
payau 1,22 juta ha dan budidaya laut
12,14 juta ha. Pemanfaatannya
hingga saat ini masing-masing baru
10,1 persen untuk budidaya ikan air
tawar, 40 persen pada budidaya air
payau dan 0,01 persen untuk
budidaya laut, sehingga secara
nasional
produksi
perikanan
budidaya baru mencapai 1,48 juta
ton. Oleh karena itu, untuk tahun
2006 Departemen Kelautan dan
PENDAHULUAN
Perikanan
Republik
Indonesia,
menurut Freddy Numberi (2006),
akan
menargetkan
produksi
perikanan
pada
tahun
2006
mencapai 7,7 juta ton atau
meningkat sebesar 13%, yang terdiri
dari produksi perikanan tangkap
sebesar 5,1 juta ton dan produksi
perikanan budidaya sebesar 2,6 juta
ton, serta konsumsi ikan menjadi
28kg/kapita/tahun.
Berdasarkan
target
produksi
perikanan budidaya yang telah
ditetapkan
oleh
Departemen
Kelautan dan Perikanan maka
Departemen Pendidikan Nasional
sebagai departemen yang akan
menciptakan sumber daya manusia
yang bergelut dibidang kelautan dan
perikanan untuk membuat suatu
perangkat pendidikan agar dihasilkan
sumber
daya
manusia
yang
kompeten sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang saat
ini.
Perikanan budidaya baik perikanan
air tawar, air payau dan air laut
sangat
potensial
untuk
dikembangkan di Indonesia. Sekolah
Menengah Kejuruan merupakan
1
salah satu jenjang pendidikan yang
akan
menciptakan
sumberdaya
manusia tingkat menengah yang
trampil dan kompenten sesuai
dengan bidang keahliannya masingmasing. Salah satu bidang keahlian
yang ada pada SMK ini adalah
Budidaya Ikan/Budidaya Perairan.
Dalam bidang keahlian ini akan
dipelajari berbagai macam hal
tentang budidaya ikan dari berbagai
macam perairan baik tawar, payau
dan laut, yang dalam kegiatan
produksi akuakultur dikenal sebagai
budidaya air tawar (freshwater
culture),
budidaya
air
payau
(brackishwater culture) dan budidaya
laut (mariculture). Salah satu alat
bantu yang dapat membantu dalam
kegiatan belajar mengajar di SMK
adalah buku. Saat ini ketersediaan
buku teks tentang budidaya ikan di
Indonesia masih sangat terbatas.
Oleh
karena
itu
Departemen
Pendidikan
Nasional
melalui
Direktorat Pembinaan SMK, Dirjen
Mandikdasmen
mengadakan
kegiatan penulisan buku teks yang
dapat
digunakan
bagi
semua
kalangan pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di SMK.
Buku teks yang akan dipergunakan
untuk kegiatan pembelajaran di SMK
bagi bidang keahlian Budidaya Air
tawar, Budidaya Air Payau dan
Budidaya Air laut ini diberi judul
Budidaya
Ikan.
Dalam
buku
Budidaya Ikan ini akan dibahas
tentang berbagai topik yang sangat
mendukung pemahaman tentang
bagaimana
cara
melakukan
budidaya ikan sesuai dengan kaidahkaidah dalam melakukan kegiatan
produksi budidaya ikan. Topik-topik
pembelajaran ini dikelompokkan
dalam beberapa bab yaitu wadah
budidaya ikan, media budidaya ikan,
pengembangbiakan ikan, nutrisi ikan,
teknologi pakan buatan, teknologi
produksi pakan alami, hama penyakit
ikan dan genetika ikan.
Wadah budidaya ikan
Dalam bab ini akan dibahas tentang
berbagai macam wadah yang dapat
dipergunakan
untuk
melakukan
kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah kolam/tambak, bak, akuarium
dan karamba jaring terapung. Selain
itu juga akan dibahas tentang
bagaimana konstruksi dari setiap
wadah yang akan dipergunakan
untuk melakukan kegiatan budidaya
ikan
yang
sesuai
dengan
tingkat/level
produksi
yang
diterapkan. Dan juga akan dibahas
tentang bagaimana menyiapkan
wadah budidaya ikan yang akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya sesuai dengan kaidahkaidah dalam melakukan kegiatan
budidaya.
Dengan memahami berbagai macam
wadah budidaya, konstruksi wadah
budidaya dan persiapan wadah
budidaya
ikan
yang
akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya maka akan diperoleh
peningkatan produktivitas dalam
budidaya
ikan.
Berdasarkan
keberadaan dan lokasi
perairan
yang ada di Indonesia maka kegiatan
budidaya ikan air tawar akan lebih
banyak dilakukan pada masyarakat
yang tinggal di daerah dataran
rendah
atau
dataran
tinggi,
sedangkan budidaya ikan air payau
2
dapat dilakukan pada masyarakat
Indonesia yang tinggal di daerah
sekitar pantai, muara sungai atau
rawa payau.
Pada masyarakat yang hidup di
daerah pantai dimana pantainya
mempunyai perairan laut yang
terlindung dari ombak dan badai
seperti teluk, selat dan perairan
dangkal yang terlindung dapat
melakukan kegiatan budidaya ikan.
Berdasarkan lokasi budidaya ikan
tersebut dapat dilakukan pemilihan
terhadap wadah budidaya ikan yang
sesuai dengan karakteristik setiap
lokasi budidaya. Berdasarkan jenis
wadah budidaya ikan yang dipilih
oleh para pembudidaya ikan di
Indonesia,menurut Effendi (2004),
sistem budidaya ikan dan beberapa
komoditas
yang
sudah
lazim
dibudidayakan di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar
1.1 – 1.20 Berbagai macam
komoditas ikan budidaya.
Tabel 1.1. Komoditas akuakultur yang sudah lazim dibudidayakan dalam
sistem budidaya di Indonesia.
Sistem
Komoditas
Kolam air tenang
Ikan mas, nila, gurami, udang galah, patin, bawal,
tawes, ikan hias, tambakan, sepat, kowan, mola,
sidat, pakan alami
Kolam air deras
Ikan mas
Tambak
Udang windu, bandeng, belanak, mujair, nila,
kakap putih, kerapu, rumput laut, kepiting bakau,
udang galah
Jaring apung
Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar,
ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin,
bawal, sidat, ikan hias air tawar.
Jaring tancap
Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar,
ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin,
bawal, sidat, ikan hias air tawar
Keramba
Ikan mas, nila, mujair, patin, gurami, betutu
Kombongan
Ikan mas, ikan nila
Akuarium/tangki/bak
Ikan hias, benih ikan konsumsi, plankton pakan
alami
3
Gambar 1.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Gambar 1.2. Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
Gambar 1.3. Ikan Gurami
(Osphronemus Gouramy)
Gambar 1.4. Udang galah
(Macrobrachium rosenbergii)
Gambar 1.5. Ikan Patin (Pangasius
hiphothalamus)
4
Gambar 1.6. Ikan bawal (Colosoma
brachyponum)
Gambar 1.9. Ikan sepat
(Trichogaster pectolaris )
Gambar 1.10. Ikan kowan
(Ctenopharyngodon idella)
Gambar 1.7. Ikan tawes ( Puntius
gonionotus)
Gambar 1.11. Ikan lele (Clarias sp)
Gambar 1.8. Ikan tambakan
(Helestoma temmincki)
5
Gambar 1.12. Ikan sidat
(Anguilla sp.)
Gambar 1.13. Udang Vanamei
(Penaeus vannamei)
Gambar 1.14. Ikan bandeng (Chanos
chanos)
Gambar 1.15. Kerapu merah
(Plectropomus maculatus)
Gambar 1.16. Ikan kakap putih
(Lates calcariver)
Gambar 1.17. Ikan kerapu
(Chromileptes altivelis)
Gambar 1.18. Ikan betutu
(Oxyeleotris marmorata)
Gambar 1.19. Lobster Air tawar
(Cherax Quadricarinatus)
6
Gambar 1.20. Ikan Beronang Lada
(Siganus gutatus)
Berdasarkan sistem budidaya ikan
tersebut maka dapat dipilih beberapa
wadah budidaya ikan yang akan
dipergunakan
untuk
melakukan
kegiatan budidaya yaitu kolam yang
dapat dikelompokkan menjadi kolam
air deras dan kolam air tenang
berdasarkan sumber air yang
dipergunakan
dalam
kegiatan
budidaya. Sedangkan beberapa jenis
wadah budidaya ikan yang dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya ikan diperairan umum
antara lain adalah jaring apung,
jaring
tancap,
karamba
dan
kombongan. Pada kegiatan budidaya
ikan air tawar, payau ataupun laut
dibutuhkan benih ikan dan induk ikan
yang dapat menggunakan jenis
wadah budidaya antara lain adalah
bak,tangki dari bahan serat fiber dan
akuarium. Oleh karena itu dalam
buku teks ini akan dibahas tentang
berbagai macam wadah budidaya
ikan antara lain adalah kolam/
tambak, bak, akuarium dan karamba
jaring terapung.
Media Budidaya Ikan
Ikan sebagai salah satu jenis
organisme yang hidup pada suatu
perairan, jika manusia melakukan
kegiatan
budidaya
yaitu
memproduksi organisme tersebut
dalam suatu lingkungan perairan
yang terbatas dan terkontrol dengan
baik
maka
manusia
harus
memahami
tentang
lingkungan
perairan dimana ikan tersebut dapat
tumbuh dan berkembangbiak seperti
di habitat aslinya. Lingkungan
perairan
tempat
ikan
yang
dibudidayakan
tumbuh
dan
berkembang biasa disebut dengan
media.
Media
yang
dapat
dipergunakan
untuk
melakukan
kegiatan
budidaya
ikan
ada
beberapa persyaratan-persyaratan
agar ikan dapat tumbuh dan
berkembangbiak pada wadah yang
terbatas tersebut. Dalam buku teks
ini akan dibahas tentang berbagai
macam sumber air yang dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya ikan, berbagai macam
parameter kualitas air yang akan
mendukung kegiatan budidaya ikan
dan bagaimana kita melakukan
pengukuran
terhadap
beberapa
parameter kualitas air yang sangat
diperlukan untuk kelangsungan hidup
oragnisme
air
yang
akan
dibudidayakan.
Dalam bahasan sumber air berisi
tentang sumber air yang dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya
ikan
ada
beberapa
macam.
Berdasarkan asalnya sumber air
yang
dapat
digunakan
untuk
kegiatan budidaya ikan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu air
permukaan dan air tanah. Air
permukaan yaitu air hujan yang
mengalami limpasan/berakumulasi
sementara ditempat-tempat rendah
misalnya : air sungai, waduk, danau
7
dan rawa. Selain itu air permukaan
dapat juga didefenisikan sebagai air
yang berada disungai, danau,
waduk, rawa dan badan air lainnya
yang tidak mengalami infiltrasi
kedalam. Sumber air permukaan
tersebut sudah banyak dipergunakan
untuk kegiatan budidaya ikan.
Sedangkan air tanah yaitu air hujan
yang mengendap atau air yang
berada dibawah permukaan tanah.
Air tanah yang saat ini digunakan
untuk kegiatan budidaya dapat
diperoleh melalui cara pengeboran
air tanah dengan kedalaman tertentu
sampai diperoleh titik sumber air
yang akan keluar dan dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya.
Pada topik tentang parameter
kualitas air akan dibahas tentang
beberapa parameter kualitas air dari
berbagai aspek antara lain adalah
aspek fisik, aspek kimia dan aspek
biologi. Dari aspek fisik akan dibahas
secara detail tentang beberapa
parameter fisik dari suatu perairan
yang sangat berpengaruh dalam
melakukan kegiatan budidaya ikan
antara lain adalah kepadatan/berat
jenis
air,
kekentalan/viscosity,
tegangan permukaan, suhu air,
kecerahan dan kekeruhan air serta
salinitas. Pada aspek secara kimia
akan dibahas secara detail tentang
beberapa parameter kimia yang
sangat berpengaruh pada media
budidaya ikan antara lain adalah
oksigen, karbondioksida, pH, bahan
organik dan garam mineral, nitrogen,
alkalinitas
dan
kesadahan.
Sedangkan pada aspek secara
biologi
akan
dibahas
tentang
kepadatan dan kelimpahan plankton
pada suatu wadah budidaya ikan
yang sesuai untuk media budidaya
ikan.
Pada topik pengukuran parameter
kualitas air akan dibahas beberapa
parameter kualitas air dari aspek
fisik, kimia dan biologi dengan
menggunakan beberapa peralatan
pengukuran kualitas air yang sangat
mudah pengoperasionalan alatnya
dan tersedia dibeberapa tempat
budidaya. Dengan mengetahui nilai
parameter kualitas air pada suatu
media budidaya maka akan dapat
dicegah suatu kejadian yang dapat
merugikan bagi organisme air yang
dibudidayakan
sehingga
tidak
merugikan
manusia.
Seperti
diketahui bahwa organisme air yang
dipelihara dalam suatu wadah
budidaya mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi dengan media
dimana ikan itu hidup, sehingga jika
terjadi fluktuasi terhadap beberapa
parameter kualitas air pada suatu
lingkungan
budidaya
segera
dilakukan
penanganan
dengan
memberikan perlakuan khusus pada
media budidaya.
Pengembangbiakan ikan
Ikan sebagai salah satu jenis
organisme perairan yang sudah
dapat dibudidayakan oleh manusia.
Dengan
melakukan
kegiatan
budidaya maka kebutuhan manusia
akan ikan akan selalu tersedia
sesuai dengan permintaan. Dalam
melakukan kegiatan budidaya ikan
untuk memperoleh hasil produksi
yang maksimal dilakukan suatu
program
pengembangbiakan
terhadap
ikan
yang
akan
dibudidayakan. Ilmu yang mendasari
8
dalam program pengembangbiakan
ikan adalah tentang biologi ikan,
fisiologi ikan, kebiasaan hidup ikan,
reproduksi ikan dan berbagai ilmu
tentang rekayasa siklus reproduksi
ikan. Ikan yang akan dibudidayakan
harus dikelola dengan baik tentang
persediaan induk ikan yang akan
dibudidayakan. Pengembangbiakan
ikan peliharaan akan berhasil jika
tersedia
induk
yang
baik.
Ketersediaan induk ikan budidaya
harus dikelola dengan baik untuk
memperoleh benih ikan yang tepat
waktu, tepat jumlah, tepat kualitas,
tepat jenis dan tepat harga. Oleh
karena itu dalam buku ini akan
dibahas tentang beberapa hal yang
berperan penting dalam melakukan
program pengembangbiakan ikan
budidaya.
Ikan yang akan dibudidayakan
adalah ikan yang telah mengalami
domestikasi
dalam
lingkungan
budidaya.
Domestikasi
adalah
pemindahan suatu organisme dari
habitat lama ke habitat baru dalam
hal ini manusia biasa memperoleh
ikan dengan cara mengambil dari
alam kemudian dipelihara dalam
suatu lingkungan yang terbatas yaitu
kolam pemeliharaan. Suatu jenis
ikan dalam sistem budidaya ikan
dapat dikelompokkan berdasarkan
tingkat
domestikasinya
menjadi
empat tingkat yaitu :
1. Domestikasi sempurna, yaitu
apabila seluruh siklus hidup ikan
sudah dapat dipelihara di dalam
sistem
budidaya.
Contoh
beberapa
jenis
ikan
asli
Indonesia
yang
sudah
terdomestikasi sempurna antara
lain adalah ikan gurame, ikan
baung dan bandeng.
2. Domestikasi dikatakan hampir
sempurna apabila seluruh siklus
hidupnya sudah dapat dipelihara
di dalam sistem budidaya, tetapi
keberhasilannya masih rendah.
Ikan
asli
Indonesia
yang
terdomestikasi hampir sempurna
antara lain adalah ikan betutu,
balashark dan arwana.
3. Domestikasi belum sempurna
apabila baru sebagian siklus
hidupnya yang dapat dipelihara
di dalam sistem budidaya.
Contohnya antara lain adalah
ikan Napoleon, ikan hias laut,
ikan tuna.
4. Belum terdomestikasi apabila
seluruh siklus hidupnya belum
dapat dipelihara di dalam sistem
budidaya.
Jenis-jenis ikan yang sudah dapat
dibudidayakan di Indonesia sangat
banyak jumlahnya ada yang berasal
dari perairan Indonesia asli atau
diintroduksi dari negara lain.Jenis
ikan
introduksi
yang
sudah
terdomestikasi secara sempurna di
Indonesia adalah ikan Mas dan ikan
Nila. Dengan banyaknya jenis ikan
yang sudah terdomestikasi secara
sempurna
akan
memudahkan
manusia untuk melakukan kegiatan
pengembangbiakan.
Pengembangbiakan ikan budidaya
dapat
dilakukan
dengan
cara
tradisional, semi intensif ataupun
intensif.
Dengan
melakukan
pengembangbiakan
ikan
maka
ketersediaan benih ikan secara
kualitas
dan
kuantitas
akan
memadai. Penyediaan benih ikan
budidaya saat ini dapat dilakukan
oleh masyarakat dengan cara
menangkap benih ikan dari alam
(sungai, danau, laut dan sebagainya)
9
atau dengan cara melakukan proses
pemijahan ikan di dalam wadah
budidaya. Pemijahan ikan budidaya
di dalam wadah budidaya dapat
dilakukan dengan tiga metode yaitu
pemijahan ikan secara alami,
pemijahan ikan secara semi buatan
dan pemijahan ikan secara buatan.
Pemijahan ikan secara alami adalah
pemijahan ikan
tanpa campur
tangan manusia, terjadi secara
alamiah
(tanpa
pemberian
rangsangan hormon) di dalam wadah
budidaya. Jenis ikan yang sudah
dapat dilakukan pemijahan secara
alami didalam wadah budidaya
antara lain adalah ikan Mas, ikan
Nila, ikan Bandeng, ikan Kerapu,
ikan Kakap, ikan Gurame, ikan
Baung, ikan Lele. Pemijahan ikan
secara
semi
intensif
adalah
pemijahan ikan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon
untuk mempercepat kematangan
gonad, tetapi proses ovulasinya
terjadi secara alamiah di kolam.
Jenis ikan yang sudah dapat
dilakukan pemijahan secara semi
buatan antara lain adalah ikan
Bawal, ikan Lele, ikan Kakap, ikan
Kerapu.
Pemijahan ikan secara
buatan adalah pemijahan ikan yang
terjadi
dengan
memberikan
rangsangan
hormon
untuk
mempercepat kematangan gonad
serta proses ovulasinya dilakukan
secara
buatan
dengan
teknik
stripping/pengurutan. Jenis ikan yang
sudah dapat dilakukan pemijahan
secara buatan antara lain adalah
ikan Patin, ikan Mas, ikan Lele.
Dalam buku ini akan dibahas tentang
bagaimana cara melakukan kegiatan
produksi budidaya ikan mulai dari
kegiatan pembenihan ikan, kegiatan
pendederan
ikan,
kegiatan
pembesaran ikan dan kegiatan
pemanenan
ikan.
Kegiatan
pembenihan ikan merupakan suatu
kegiatan
budidaya
yang
menghasilkan benih ikan. Benih ikan
dalam budidaya ikan diperoleh dari
induk ikan, oleh karena itu sebelum
melakukan kegiatan pembenihan
ikan harus dipahami terlebih dahulu
tentang teknik seleksi induk ikan,
karena benih ikan yang unggul
diperoleh dari induk yang unggul.
Jika dalam melakukan kegiatan
pembenihan
ikan
tidak
memperhatikan tentang seleksi induk
yang baik maka akan memperoleh
benih ikan yang tidak bermutu. Benih
ikan yang diperoleh dari hasil
pembenihan ikan akan dilakukan
tahapan pemeliharaan yang disebut
dengan
kegiatan
pendederan.
Pendederan
adalah
kegiatan
pemeliharaan
ikan
untuk
menghasilkan benih yang siap
ditebarkan
pada
kegiatan
pembesaran ikan. Pada beberapa
jenis ikan air tawar ada beberapa
tahapan kegiatan pendederan ikan
untuk
mempercepat
siklus
perputaran produksi, seperti pada
budidaya ikan mas ada beberapa
tahapan
pendederan,
misalnya
pendederan pertama menghasilkan
benih ikan berukuran 2 – 3 cm,
pendederan kedua menghasilkan
benih ikan berukuran 5 – 8 cm. Baru
kemudian berlanjut pada kegiatan
produksi
selanjutnya
yaitu
pembesaran
ikan.
Kegiatan
pembesaran
ikan
merupakan
kegiatan budidaya yang memelihara
benih
ikan
sampai
berukuran
konsumsi.
Dengan
melakukan
seluruh kegiatan budidaya ikan mulai
10
dari
pembenihan
sampai
pembesaran ikan maka kegiatan
pengembangbiakan ikan budidaya
telah dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan sumber
pangan dan non pangan yang relatif
murah.
Nutrisi ikan
Kajian tentang nutrisi ikan sangat
diperlukan
untuk
memahami
kebutuhan ikan akan zat gizi yang
dibutuhkan ikan agar tumbuh dan
berkembang.
Zat
gizi
yang
dibutuhkan oleh ikan agar dapat
tumbuh dan berkembang meliputi
tentang
kandungan
protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral. Zat gizi tersebut pada setiap
jenis ikan mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu
sangat
diperlukan
pengetahuan
tentang kebutuhan zat gizi tersebut
bagi setiap jenis ikan yang akan
dibudidayakan.
Dalam
kegiatan
budidaya ikan biasanya para petani
ikan sangat membutuhkan pakan
yang akan diberikan pada ikan yang
dibudidayakan
pada
wadah
budidaya. Pakan yang diberikan ada
dua jenis yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami adalah
jasad hidup yang diberikan sebagai
pakan
pada
organisme
air.
Sedangkan pakan buatan adalah
pakan yang dibuat dari berbagai
macam bahan baku hewani dan
nabati
dengan
memperhatikan
kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan
yang akan mengkonsumsi pakan
tersebut dengan cara dibuat oleh
manusia dengan bantuan peralatan
pakan. Pada pakan alami dan pakan
buatan harus diperhatikan tentang
kandungan zat gizinya agar ikan
yang diberi pakan tersebut dapat
tumbuh dan berkembang.
Dengan
memahami
kebutuhan
nutrisi
setiap
ikan
yang
dibudidayakan maka kebutuhan zat
gizi ikan akan terpenuhi. Seperti
diketahui pakan atau makanan yang
dikonsumsi oleh ikan melupakan
sumber energi utama dalam tubuh
ikan. Makanan yang masuk kedalam
tubuh ikan akan diubah menjadi
energi kimia dan disimpan oleh tubuh
dalam bentuk ATP (Adenosin
triphosphat). Energi yang diperoleh
dari makanan itu yang akan
digunakan
oleh
ikan
untuk
kegiatannya. Dalam buku ini akan
dibahas tentang penggunaan energi
yang berasal dari pakan oleh ikan
dan
bagaimana
penyebarannya
dalam proses metabolisme ikan.
Energi yang diperoleh dari makanan
akan
dapat
memberikan
pertumbuhan dan perkembangan
ikan budidaya jika makanan yang
diberikan mempunyai kandungan
nutrisi yang cukup untuk setiap jenis
ikan. Oleh karena itu sangat penting
mengetahui kebutuhan energi untuk
setiap jenis ikan. Seperti diketahui
bahwa
pakan buatan harus
mengandung energi lebih dari 3000
kilokalori agar dapat memberikan
pertumbuhan yang baik bagi ikan
budidaya.
Setelah memahami tentang energi
yang dibutuhkan oleh setiap jenis
ikan maka pengetahuan tentang
sumber nutrien utama sebagai
sumber energi yaitu protein, lemak
dan karbohidrat serta vitamin dan
mineral
harus
dipelajari
agar
11
kebutuhan
ikan
akan
nutrisi
tercukupi. Protein adalah suatu
molekul
komplek
yang
besar
(makromolekul), yang terbentuk dari
molekul asam amino (20 macam),
dimana asam amino satu sama lain
berhubungan dengan ikatan peptida.
Protein merupakan nutrisi utama
yang mengandung nitrogen dan
merupakan
unsur
utama
dari
jaringan dan organ tubuh hewan dan
juga senyawa nitrogen lainnya
seperti
asam
nukleat,
enzim,
hormon, vitamin dan lain-lain. Protein
dibutuhkan sebagai sumber energi
utama karena protein ini terus
menerus diperlukan dalam makanan
untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan yang rusak. Protein sangat
dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber
utama energi dan pada ikan
kebutuhan protein ini bervariasi
bergantung pada jenis ikan yang
dibudidayakan. Kebutuhan ikan akan
protein ini berkisar antara 20 – 60%
dan kebutuhan protein ini sudah
sampai pada kebutuhan asam amino
setiap jenis ikan dimana setiap jenis
ikan kebutuhannnya akan asam
amino sangat spesifik. Protein yang
diberikan pada ikan budidaya tidak
boleh berlebih ataupun kekurangan
harus tepat karena kalau berlebih
ataupun
kekurangan
akan
memberikan
pertumbuhan
yang
negatif. Kelebihan protein dalam
pakan akan mengakibatkan ikan
memerlukan energi ekstra untuk
melakukan proses deaminasi dan
mengeluarkan amoniak sebagai
senyawa
yang
bersifat
racun
sehingga energi yang digunakan
untuk pertumbuhan akan berkurang.
Kekurangan protein dalam pakan
jelas
akan
mengakibatkan
pertumbuhan yang negatif karena
protein yang disimpan didalam
jaringan otot akan dirombak menjadi
sumber
energi
sehingga
pertumbuhan menjadi terhambat.
Pengetahuan nutrisi ikan selanjutnya
adalah
karbohidrat,
karbohidrat
adalah senyawa organik yang terdiri
dari unsur karbon, hidrogen dan
oksigen dalam perbandingan yang
berbeda-beda. Karbohidrat adalah
sumber energi yang murah dan
dapat menggantikan protein yang
mahal sebagai sumber energi.
Karbohidrat pada manusia dan
hewan darat merupakan sumber
energi utama sedangkan pada ikan
karbohidrat
merupakan
sumber
energi yang disebut dengan Protein
Sparring Effect yaitu karbohidrat
dapat digunakan sebagai sumber
energi pengganti bagi protein ,
karbohidrat sebagai mitra protein jika
tubuh kekurangan protein maka
karbohidrat akan dipecah sebagai
pengganti energi yang berasal dari
protein.
Dengan
menggunakan
karbohidrat dan lemak sebagai
sumber bahan baku maka hal ini
dapat mengurangi harga pakan.
Pemanfaatan karbohidrat sebagai
sumber energi dalam tubuh dapat
juga dipengaruhi oleh aktivitas enzim
dan hormon. Enzim dan hormon ini
penting untuk proses metabolisme
karbohidrat dalam tubuh seperti
glikolisis, siklus asam trikarboksilat,
jalur pentosa fosfat, glukoneogenesis
dan glikogenesis. Selain itu dalam
aplikasi
pembuatan
pakan
karbohidrat seperti zat tepung, agaragar, alga, dan getah dapat juga
digunakan
sebagai
pengikat
makanan
(binder)
untuk
meningkatkan
kestabilan
pakan
12
dalam air pada pakan ikan dan
udang.
setiap
jenis
ikan
mempunyai
kebutuhan yang spesifik.
Kemampuan setiap jenis ikan dalam
memanfaatkan karbohidrat berbedabeda, kebutuhan karbohidrat bagi
ikan budidaya berkisar antara 20 –
40%. Hal ini dikarenakan enzim yang
mencerna karbohidrat yaitu amilase
pada ikan omnivora dan herbivora
aktivitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan karnivora, oleh karena
itu pada pencernaan karbohidrat
pada ikan karnivora lebih rendah
dibandingkan dengan ikan herbivora
dan omnivora. Selain itu kemampuan
sel memanfaatkan glukosa sebagai
bentuk sederhana dari karbohidrat
dan sumber energi yang paling cepat
diserap didalam sel pada ikan
herbivora dan omnivora lebih besar
dibandingkan dengan ikan karnivora.
Pengetahuan tentang kebutuhan
karbohidrat pada komposisi nutrisi
pakan setiap jenis ikan perlu
dipelajari agar dapat menyusun
kebutuhan nutrisi ikan yang tepat
dan murah.
Nutrien yang digunakan oleh ikan
sebagai
katalisator (pemacu)
terjadinya proses metabolisme di
dalam tubuh ikan adalah vitamin.
Vitamin merupakan salah satu
nutrien yang bukan merupakan
sumber
tenaga
tetapi
sangat
dibutuhkan
untuk
kelangsungan
semua proses di dalam tubuh.
Vitamin merupakan senyawa organik
dan biasa disebut dietary essensial
yaitu harus diberikan dari luar tubuh
karena tubuh tidak dapat mensintesis
sendiri, kecuali beberapa vitamin
misalnya vitamin C pada ayam dan
vitamin B pada ruminansia. Menurut
Steffens (1989) vitamin adalah
senyawa organik dengan berat
molekul rendah dengan komposisi
dan fungsi yang beragam dimana
sangat penting untuk kehidupan
tetapi tidak dapat disintesis (atau
hanya disintesis dalam kuantitas
yang tidak cukup/terbatas) oleh
hewan tingkat tinggi dan oleh sebab
itu harus disuplai dari makanan.
Vitamin dibutuhkan oleh ikan dalam
jumlah yang tidak banyak tetapi
kekurangan vitamin dalam komposisi
pakan akan membawa dampak
negatif bagi ikan budidaya. Pada
buku teks ini akan dibahas tentang
berbagai macam vitamin, fungsi dan
peranannya, kebutuhan berbagai
jenis ikan akan vitamin dan dampak
yang
diakibatkan
jika
dalam
komposisi
pakan kekurangan
vitamin.
Vitamin
berdasarkan
klasifikasinya
dikelompokkan
menjadi dua yaitu vitamin yang larut
dalam air dan vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin yang larut
dalam air mempunyai sifat bergerak
Kebutuhan nutrien ikan selanjutnya
adalah lemak. Lemak sebenarnya
adalah bagian dari lipid. Lipid adalah
senyawa organik yang tidak larut
dalam air tapi dapat diekstraksi
dengan pelarut nonpolar seperti
kloroform, eter dan benzena. Lipid itu
terdiri dari lemak, minyak, malam
dan senyawa-senyawa lain yang ada
hubungannya. Perbedaan lemak dan
minyak adalah pada titik cairnya
dimana lemak cenderung lebih tinggi
titik cairnya karena molekulnya lebih
berat dan rantai molekulnya lebih
panjang. Kebutuhan ikan akan lemak
juga bervariasi antara 4 – 18% dan
13
bebas didalam badan, darah dan
limpa,
mudah
rusak
dalam
pengolahan, mudah hilang karena
tercuci atau terlarut oleh air keluar
dari bahan, tidak stabil dalam
penyimpanan, kecuali vitamin B12
dapat disimpan dalam hati selama
beberapa tahun, berfungsi sebagai
koenzim atau kofaktor dalam reaksi
enzimatik, kecuali vitamin C dan
kelebihan vitamin ini di dalam tubuh
akan dieksresikan ke dalam urin.
Jenis vitamin yang larut dalam air
adalah vitamin B1 (Tiamin), vitamin
B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin),
vitamin B5 (Asam pantotenat),
vitamin B6 (Piridoksin), vitamin B12
(Kobalamin), biotin, asam folat,
inositol, kolin dan vitamin C.
Kelompok yang kedua adalah
vitamin yang larut dalam lemak.
Kelompok vitamin yang larut dalam
lemak mempunyai sifat dapat
disimpan dalam hati dan jaringanjaringan lemak, tidak larut dalam air
maka vitamin ini tidak dapat
dikeluarkan
atau
dieksresikan
akibatnya vitamin ini dapat ditimbun
dalam tubuh jika dikonsumsi dalam
jumlah banyak. Kelompok vitamin ini
terdiri dari vitamin A, vitamin D,
vitamin E dan vitamin K.
Kebutuhan ikan akan vitamin sangat
ditentukan oleh ukuran atau umur
ikan, kandungan nutrien pakan, laju
pertumbuhan dan lingkungan dimana
ikan itu hidup. Vitamin merupakan
koenzim yang sangat diperlukan
dalam metabolisme tubuh. Bila
kekurangan vitamin maka ikan akan
memberikan
gejala-gejala
yang
spesifik untuk setiap jenis vitamin.
Penggunaan vitamin dalam pakan
ikan biasanya memakai vitamin yang
sintetik karena ikan tidak dapat
menggunakan bahan makanan yang
segar, kecuali pada beberapa jenis
ikan
herbivora
yang
dapat
memanfaatkan vitamin dari daun.
Pada proses pembuatan pakan ikan,
kehilangan vitamin tidak dapat
dihindarkan karena sifat vitamin
tersebut. Oleh karena itu perlu
diperhitungkan kandungan vitamin
yang tepat pada waktu menyusun
formulasi pakan.
Nutrien selanjutnya yang bukan
merupakan sumber energi tetapi
berperan sebagai kofaktor dalam
setiap proses metabolisme adalah
mineral. Mineral merupakan unsur
anorganik yang dibutuhkan oleh
organisme perairan (ikan) untuk
proses hidupnya secara normal. Ikan
sebagai organisme air mempunyai
kemampuan
untuk
menyerap
beberapa unsur anorganik ini tidak
hanya dari makanannya saja tetapi
juga dari lingkungannya. Jumlah
mineral yang dibutuhkan oleh ikan
dalam jumlah yang sedikit tetapi
mempunyai fungsi yang sangat
penting. Dalam penyusunan pakan
buatan
mineral
mix
biasanya
ditambahkan berkisar antara 2 – 5 %
dari total jumlah bahan dan
bergantung pada jenis ikan yang
akan mengkonsumsinya. Walaupun
sangat sedikit yang dibutuhkan oleh
ikan mineral mempunyai fungsi yang
sangat utama dalam tubuh ikan.
Dalam buku teks ini akan dijelaskan
secara detail tentang kebutuhan
mineral
pada
ikan
yang
dibudidayakan serta dampak yang
diakibatkan jika ikan kekurangan
mineral dalam komposisi pakannya.
Mineral berdasarkan konsentrasinya
di dalam tubuh hewan dikelompok14
kan
menjadi
dua
kelompok,
kelompok pertama adalah mineral
makro
yaitu
mineral
yang
konsentrasinya
dalam
tubuh
organisme dibutuhkan dalam jumlah
besar (lebih dari 100 mg/kg pakan
kering) terdiri dari Calsium (Ca),
Magnesium (Mg), Sodium (Na),
Potassium (K), Phosphorus (P),
Clorine (Cl) dan Sulphur (S).
Kelompok yang kedua adalah
mineral mikro yaitu mineral yang
konsentrasinya dalam tubuh setiap
organisme dibutuhkan dalam jumlah
sedikit (kurang dari 100 mg/kg pakan
kering) terdiri dari Besi (Fe),
Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng
(Zn), Cobalt (Co), Molybdenum (Mo),
Cromium (Cr), Selenium (Se),
Fluorinr (F), Yodium (I), Nickel (Ni)
dan lain-lain.
Teknologi pakan buatan
Dalam buku teks ini akan diuraikan
secara jelas tentang berbagai kajian
yang mendukung dalam membuat
suatu rekayasa dalam membuat
pakan ikan. Beberapa subtopik akan
dibahas antara lain adalah jenis-jenis
bahan baku, bagaimana cara
menyusun formulasi pakan ikan dari
yang sangat sederhana sampai
teknologi
komputer,
bagaimana
prosedur pembuatan pakan dari
skala
rumah
tangga
sampai
pabrikasi, dan bagaimana melakukan
pengelolaan terhadap pakan yang
sangat
membutuhkan
keahlian
tersendiri agar dalam melakukan
suatu
usaha
budidaya
ikan
menguntungkan. Dimana kita tahu
bahwa pakan buatan merupakan
biaya operasional tertinggi kurang
lebih 60% dari total biaya produksi,
jika kita dapat mengelola dengan
baik penggunaan pakan buatan
dalam suatu uasaha budidaya ikan
maka biaya pakan akan dapat
dikurangi dan pertumbuhan ikan
terjadi secara optimal sehingga
keuntungan produksi meningkat.
Selain itu dalam proses pemberian
pakan pada ikan sebagai organisme
air yang hidup dalam media air maka
harus diketahui juga tentang kaitan
antara pakan ikan dan kualitas air,
sehingga pakan yang diberikan
selama proses budidaya ikan
berlangsung
tidak
memberikan
dampak negatif terhadap media
budidaya.
Jenis-jenis bahan baku yang dapat
digunakan untuk membuat pakan
ikan dapat dikelompokkan kedalam
bahan baku hewani yaitu jenis-jenis
bahan baku yang berasal dari
hewan, bahan baku nabati yaitu
jenis-jenis bahan baku yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan bahan
baku limbah industri yaitu bahan
baku yang berasal dari hasil
pengolahan
industri
pertanian,
perikanan
yang
sudah
tidak
digunakan tetapi masih dapat diolah
untuk sumber bahan baku pakan.
Penyusunan
formulasi
pakan
merupakan suatu kompetensi yang
harus dimiliki oleh para pembudidaya
ikan yang akan membuat pakan ikan
sendiri karena pakan ikan yang
dibuat
sendiri
mempunyai
keuntungan
yang
lebih
baik
dibandingkan
dengan
membeli
dipasar. Pakan ikan yang dibuat
sendiri mempunyai formulasi sesuai
dengan kebutuhan ikan yang akan
15
mengkonsumsi
pakan
tersebut.
Karena setiap jenis ikan mempunyai
kebutuhan kandungan nutrien/zat
gizi yang spesifik. Oleh karena itu
dalam menyusun formulasi pakan
harus dibuat perencanaan yang tepat
tentang peruntukkannya jenis dan
umur
ikan
yang
akan
mengkonsumsinya.
Dalam
menyusun formulasi pakan ada
beberapa metode yang dapat
digunakan antara lain adalah metode
segiempat/square
methods
merupakan metode penyusunan
formulasi pakan yang paling lama
sebagai
dasar
utama
dalam
menyusun
formulasi
pakan,
selanjutnya adalah metode cobacoba/trial and error yaitu metode
penyusunan formulasi pakan yang
dilakukan dengan cara mencoba
berbagai bahan dengan komposisi
disesuaikan dengan kandungan gizi
setiap bahan baku dan merupakan
kelanjutan dari metode segiempat.
Metode selanjutnya adalah metode
aljabar merupakan suatu metode
penyusunan formulasi pakan ikan
dengan menggunakan persamaan
matematika yaitu persamaan aljabar
dan keempat juga menggunakan
persamaan
matematika
yaitu
persamaan
linier.
Penyusunan
formulasi
pakan
dengan
menggunakan
persamaan
matematika dapat menggunakan alat
bantu komputer apabila anda bisa
membuat
program
matematika
tersebut dalam komputer. Selain itu
ada juga yang menyusun formulasi
pakan
ikan
dengan
metode
worksheet yang prinsipnya hampir
sama
dengan
persamaan
sebelumnya, perbedaannya hanya
menggunakan lembar kerja setiap
langkah untuk memudahkan dalam
penyusunan formulasi.
Pakan ikan dibuat oleh para
produsen
untuk
memenuhi
kebutuhan produksi budidaya ikan.
Jika para pembudidaya ikan dapat
membuat pakan ikan sendiri akan
sangat menguntungkan
apabila
dipahami prosedur pembuatan pakan
ikan yang benar. Pakan ikan dapat
dibuat secara skala rumahtangga
maupun secara pabrikasi. Prinsip
dalam pembuatan pakan ikan yang
harus dipahami adalah bagaimana
prosedur
yang
benar
dalam
membuat pakan ikan. Pakan ikan
berbeda dengan pakan ternak,
pakan ikan dibuat untuk dikonsumsi
oleh
ikan
yang
hidup
diair,
mempunyai ukuran lambung yang
pendek, dan tidak langsung dapat
dikonsumsi ikan tetapi berhubungan
dengan media air dimana ikan hidup.
Oleh karena itu dalam prosedur
pembuatan pakan harus diperhatikan
dengan benar tentang komposisi
bahan baku yang akan digunakan
dalam membuat pakan ikan, bentuk
bahan baku yang akan digunakan
harus dalam bentuk tepung. Oleh
karena itu tahapan pertama dalam
prosedur pembuatan pakan adalah
membuat tepung semua bahan baku
yang
disebut
dengan
milling.
Peralatan yang dapat digunakan
untuk melakukan penepungan bahan
baku
ada
berbagai
macam
bergantung pada kapasitas bahan
baku yang akan ditepung mulai dari
disc mill, hammer mill dan lain-lain.
Prosedur selanjutnya setelah bahan
baku ditepung adalah melakukan
penimbangan bahan baku jika
proses pembuatan pakan dilakukan
secara skala rumah tangga, tetapi
16
jika pembuatan pakan dilakukan
secara pabrikasi maka langkah
selanjutnya adalah pencampuran
atau mixing. Setelah dilakukan
pencampuran langkah selanjutnya
adalah pembuatan adonan sampai
benar-benar
tercampur
secara
sempurna, kemudian pencetakan
pakan buatan atau pelleting. Pakan
yang telah terbentuk sesuai dengan
keinginan pembuat jika dilakukan
secara skala rumah tangga maka
pakan tersebut harus dilakukan
pengeringan atau drying, tetapi jika
dilakukan secara pabrikasi dimana
peralatan pembuatan pakannya telah
dilengkapi dengan peralatan steam
untuk mengeringkan pakan sehingga
tidak dibutuhkan proses pengeringan
pakan. Langkah terakhir dalam
proses pembuatan pakan adalah
pengemasan dan pengangkutan
pakan kepada para konsumen.
Pakan dibutuhkan dalam suatu
usaha budidaya ikan dapat berasal
dari pakan alami dan pakan buatan.
Pada usaha budidaya ikan yang
intensif pakan yang digunakan dalam
usaha tersebut adalah pakan buatan.
Oleh karena itu harus dibuat suatu
manejemen pakan yang baik agar
pakan yang digunakan benar efisien
dan efektif. Penggunaan pakan yang
benar dalam proses budidaya akan
sangat
menguntungkan
para
pembudidaya.
Selain itu ikan sebagai organisme air
maka habitatnya selalu berada
didalam air. Oleh karena itu
bagaimana para pembudidaya ikan
harus memahami keterkaitan antara
pakan ikan dan kualitas air yang
sesuai dengan kebutuhan ikan. Saat
ini telah ditemukan
tentang
formulasi pakan ikan yang ramah
lingkungan yang memperhatikan
kandungan gizi pakan dengan
dampaknya terhadap kualitas air
sebagai media budidaya ikan.
Teknologi pakan alami
Pada bab sebelumnya telah dibahas
tentang pakan buatan, pada bab ini
akan dibahas tentang jenis-jenis
pakan alami yang dapat digunakan
dalam budidaya ikan, bagaimana
melakukan budidaya berbagai jenis
pakan alami yang dapat dikonsumsi
oleh ikan terdiri dari phytoplankton,
zooplankton dan bentos. Plankton
adalah organisme renik yang hidup
melayang-layang
mengikuti
pergerakan air. Plankton didalam
perairan
dapat
dikelompokkan
menjadi dua yaitu phytoplankton dan
zooplankton. Phytoplankton adalah
organisme
renik
yang
hidup
melayang-layang
mengikuti
pergerakan air yang berasal dari
jasad nabati sedangkan zooplankton
adalah organisme renik yang hidup
melayang-layang
mengikuti
pergerakan air yang berasal dari
jasad hewani. Sedangkan bentos
adalah organisme air yang hidup
didasar perairan .
Jenis-jenis
phytoplankton
dan
zooplankton
yang
dapat
dibudidayakan dapat dikelompokkan
berdasarkan
habitatnya
adalah
plankton air tawar dan plankton air
laut. Plankton air tawar digunakan
untuk ikan-ikan air tawar dan
plankton air laut digunakan untuk
ikan-ikan air laut. Begitu juga dengan
benthos
disesuaikan
dengan
habitatnya tetapi benthos yang
17
sudah dapat dibudidayakan pada
umumnya adalah yang berasal dari
air tawar.
Untuk meningkatkan mutu dari pakan
alami saat ini sudah dapat dilakukan
tenkologi bioenkapsulasi yaitu proses
peningkatan mutu dari zooplankton
yang telah dibudidayakan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup
larva yang mengkonsumsi pakan
alami tersebut. Ada berbagai macam
bahan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu dari zooplankton
tersebut. Dalam buku teks ini akan
dibahas berbagai cara dan bahan
yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan mutu dari pakan
alami.
Hama dan penyakit ikan
Pada setiap kegiatan budidaya ikan
pasti akan terdapat kendala yang
dapat menyebabkan berkurangnya
produktivitas dalam suatu usaha.
Penyebab
utama
terjadinya
kegagalan produksi ikan budidaya
biasanya disebabkan oleh karena
adanya hama dan penyakit yang
menyerang dalam wadah budidaya
ikan. Karena ikan yang sakit tidak
akan mengalami pertumbuhan berat
badan yang optimal dan hal ini
sangat
merugikan
bagi
para
pembudidaya. Agar tidak terjadi
serangan hama dan penyakit ikan
dalam wadah budidaya maka
sebelum
dilakukan
kegiatan
budidaya harus dilakukan treatment
pada wadah yang akan digunakan
seperti
membersihkan
wadah
budidaya, penggunaan air yang baik
secara kualitas dan kuantitas,
peralatan yang akan digunakan
untuk kegiatan budidaya telah
disucihamakan, jangan memelihara
ikan yang sakit dengan ikan yang
sehat secara bersamaan, membuang
segera ikan yang sakit. Jika ikan
telah terserang hama dan penyakit
ikan maka langkah yang harus
dilakukan
adalah
melakukan
pengobatan terhadap ikan yang
sakit.
Dalam buku teks ini akan dibahas
tentang
jenis-jenis
hama
dan
penyakit yang biasa menyerang ikan
budidaya,
beberapa
kegiatan
pengendalian terhadap serangan
hama dan penyakit ikan serta cara
melakukan pengobatan jika ikan
yang dibudidayakan telah terserang
hama dan penyakit ikan. Hama
adalah
makhluk
hidup
yang
menyerang atau memangsa ikan
yang dipelihara sehingga ikan
tersebut mati. Jenis hama ada
beberapa macam ada hama yang
menyerang larva ikan, benih ikan
atau ikan ukuran besar. Penyakit
ikan adalah suatu akibat dari
interaksi tiga komponen yaitu
lingkungan, ikan itu sendiri dan agen
penyakit yang menyebabkan ikan
yang dibudidayakan menjadi sakit
dan dapat menyebabkan kematian.
Penyakit ikan ini dapat disebabkan
oleh berbagai hal diantaranya adalah
penyakit ikan yang disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, parasit dan
makanan. Pada bagian selanjutnya
akan dibahas secara detail jenisjenis
penyakit
dan
cara
penanggulangannya
serta
pengobatannya.
18
Pemasaran
Pada bab ini akan dibahas tentang
pengertian
pemasaran,
ciri-ciri
pemasaran
hasil
perikanan,
perencanaan dan target penjualan,
estimasi harga jual, sistem penjualan
dan strategi promosi. Dengan
mempelajari materi pemasaran ini
diharapkan
pembaca
dapat
memahami tentang pemasaran hasil
produksi budidaya ikan dengan
berbagai
karakteristik
produk
perikanan
yang
laku
jual
dimasyarakat.
Analisa Usaha Budidaya Ikan
Dalam suatu kegiatan budidaya
tujuan dilakukannya produksi adalah
untuk
memenuhi
kebutuhan
masyarakat akan produk hasil
budidaya ikan. Budidaya ikan
sebagai salah satu usaha yang
menghasilkan ikan untuk dijual yang
berarti akan mendapatkan suatu
nilah
tambah
bagi
para
pembudidayanya. Dalam bab ini
akan dibahas tentang persyaratan
yang harus dipenuhi agar suatu
usaha
budidaya
ikan
menguntungkan dikaji dari aspek
ekonomi. Oleh karena itu akan
dibahas tentang pengertian studi
kelayakan, Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (NBC Ratio),
Internal Rate of return, Analisis break
Event Point (BEP), dan aplikasi
analisa usaha. Dalam melakukan
usaha budidaya ikan diharapkan
produk yang dihasilkan akan terjual
semua dan mempunyai harga yang
sesuai dengan keinginan penjual
sehingga
akan
diperoleh
keuntungan. Jika dalam melakukan
suatu usaha tidak mendapatkan
keuntungan sebagai upah dari
mengelola usaha budidaya ikan
maka para pembudidaya ikan tidak
akan tertarik untuk membudidayakan
komoditas perikanan. Seperti kita
ketahui budidaya ikan pada kondisi
lahan yang semakin lama semakin
terbatas
karena
bertambahnya
populasi manusia di bumi harus
selalau
dibudidayakan
dan
memberikan nilai tambah bagi para
pembudidaya.
Kesehatan dan keselamatan kerja
Pelaksanaan
kesehatan
dan
keselamatan kerja pada suatu usaha
budidaya
ikan
harus
dapat
diaplikasikan. Dengan melaksanakan
Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan suatu upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungaan,
sehingga
dapat
mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Peraturan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja pada dunia usaha
dan dunia industri telah diatur oleh
negara
yang
tertuang
dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja.
Usaha budidaya ikan merupakan
suatu kegiatan yang dapat dilakukan
ditempat tertutup atau terbuka
seperti
kolam,
tambak,
jaring
terapung. Oleh karena itu harus
diperhatikan tentang kesehatan dan
keselamatan
kerja
selama
melakukan
kegiatan
budidaya
diberbagai tempat kerja. Tempat
19
kerja merupakan suatu ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja atausering dimasuki
tempat kerja untuk keperluan usaha
dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. Dengan
melakukan budidaya ikan secara
intensif untuk memperoleh target
produksi yang telah ditetapkan maka
kesehatan dan keselamatan kerja
harus selalu diperhatikan agar tidak
terjadi kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh kecerobohan atau
kelalaian manusia.
20
BAB II
2.1. Jenis-Jenis Wadah
Budidaya Ikan
Dalam budidaya ikan air tawar dan
laut, ada beberapa jenis wadah yang
dapat digunakan antara lain adalah
kolam,
bak,
akuarium,
jaring
terapung/ karamba jaring apung.
Kolam dapat digunakan sebagai
wadah untuk budidaya ikan air tawar
sedangkan bak, akuarium, jaring
terapung dapat digunakan untuk
melakukan budidaya ikan air tawar
dan
laut.
Kolam
dan
bak
berdasarkan defenisinya dibedakan
karena
kolam
dalam
bahasa
Inggrisnya pond adalah suatu wadah
yang dapat menampung air dalam
luasan yang terbatas, sengaja dibuat
oleh
manusia
dengan
cara
melakukan penggalian tanah pada
lahan tertentu dengan kedalaman
rata-rata berkisar antara 1,5 – 2,0 m
dan sumber air bermacam-macam.
Sedangkan bak atau tanki adalah
suatu wadah budidaya ikan yang
sengaja dibuat oleh manusia yang
berada diatas permukaan tanah yang
dapat menampung air dengan bahan
baku
yang
digunakan
untuk
membuat bak tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan manusia.
WADAH BUDIDAYA IKAN
Jenis-jenis kolam dapat dibedakan
berdasarkan sistem budidaya yang
akan diterapkan dan sumber air yang
digunakan. Sedangkan jenis-jenis
bak atau tanki ini biasanya
dikelompokkan berdasarkan bahan
baku pembuatannya yaitu yang
terbuat dari beton disebut bak beton,
yang terbuat dari kayu dilapisi
dengan plastik disebut bak plastik,
yang terbuat dari serat fiber disebut
bak fiber. Akuarium merupakan salah
satu wadah yang digunakan untuk
budidaya ikan yang terbuat dari kaca
dan mempunyai ukuran tertentu.
Jaring terapung merupakan suatu
wadah budidaya ikan air tawar dan
laut yang sengaja dibuat oleh
manusia untuk membatasi air yang
berada dalam suatu perairan umum
(danau, laut, waduk, sungai) agar
dapat
digunakan
untuk
membudidayakan ikan.
2.1.1. Kolam
Jenis-jenis
kolam
yang
akan
digunakan sangat tergantung kepada
sistem
budidaya
yang
akan
diterapkan. Ada tiga sistem budidaya
ikan air yang biasa dilakukan yaitu :
21
1. Tradisional/ekstensif, kolam yang
digunakan adalah kolam tanah
yaitu kolam yang keseluruhan
bagian kolamnya terbuat dari
tanah (Gambar 2.1).
2. Semi intensif, kolam yang
digunakan adalah kolam yang
bagian
kolamnya(dinding
pematang) terbuat dari tembok
sedangkan
dasar
kolamnya
terbuat dari tanah (Gambar 2.2).
3. Intensif, kolam yang digunakan
adalah kolam yang keseluruhan
bagian kolam terdiri dari tembok
(Gambar 2.3).
Jenis-jenis
kolam
berdasarkan
sumber air yang digunakan adalah
kolam air mengalir/running water
dengan sumber air berasal dari
sungai atau saluran irigasi dimana
pada kolam tersebut selalu terjadi
aliran air yang debitnya cukup besar
(50 l/detik) dan kolam air tenang/
stagnant water dengan sumber air
yang digunakan untuk kegiatan
budidaya adalah sungai, saluran
irigasi, mata air, hujan dan lain-lain
tetapi aliran air yang masuk ke dalam
kolam sangat sedikit debit airnya (0,5
– 5 l/detik) dan hanya berfungsi
menggantikan air yang meresap dan
menguap.
Gambar 2.1. Kolam tanah
Gambar 2.2. Kolam semiintensif
Gambar 2.3. Kolam Intensif
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan
untuk
membudidayakan
ikan
berdasarkan proses budidaya dan
fungsinya
dapat
dikelompokkan
menjadi beberapa kolam antara lain
adalah kolam pemijahan, kolam
penetasan, kolam pemeliharaan/
pembesaran, kolam pemberokan
induk.
Kolam pemijahan adalah kolam yang
sengaja dibuat sebagai tempat
perkawinan
induk-induk
ikan
budidaya. Ukuran kolam pemijahan
ikan bergantung kepada ukuran
besar usaha, yaitu jumlah induk ikan
yang akan dipijahkan dalam setiap
kali pemijahan. Bentuk kolam
22
pemijahan biasanya empat persegi
panjang dan lebar kolam pemijahan
misalnya untuk kolam pemijahan
ikan mas sebaiknya tidak terlalu
berbeda dengan panjang kakaban.
Sebagai patokan untuk 1 kg induk
ikan mas membutuhkan ukuran
kolam pemijahan 3 x 1,5 m dengan
kedalaman air 0,75 – 1,00 m.
Kolam pemijahan sebaiknya dibuat
dengan sistem pengairan yang baik
yaitu mudah dikeringkan dan pada
lokasi yang mempunyai air yang
mengalir serta bersih. Selain itu
kolam pemijahan harus tidak bocor
dan bersih dari kotoran atau rumputrumput liar (Gambar 2.4).
Gambar 2.5. Kolam Penetasan
Kolam pemeliharaan benih adalah
kolam
yang
digunakan
untuk
memelihara benih ikan sampai
ukuran siap jual (dapat berupa benih
atau ukuran konsumsi). Kolam
pemeliharaan
biasanya
dapat
dibedakan
menjadi
kolam
pendederan dan kolam pembesaran
ikan. Pada kolam semi intensif atau
tradisional sebaiknya tanah dasar
kolam adalah tanah yang subur jika
dipupuk dapat tumbuh pakan alami
yang sangat dibutuhkan oleh benih
ikan (Gambar 2.6).
Gambar 2.4. Kolam Pemijahan
Kolam penetasan adalah kolam yang
khusus dibuat untuk menetaskan
telur ikan , sebaiknya dasar kolam
penetasan terbuat dari semen atau
tanah yang keras agar tidak ada
lumpur yang dapat mengotori telur
ikan sehingga telur menjadi buruk
atau
rusak.
Ukuran
kolam
penetasan disesuaikan juga dengan
skala usaha.
Biasanya untuk
memudahkan
perawatan
dan
pemeliharaan
larva,
ukurannya
adalah 3 x 2 m atau 4 x 3 m (Gambar
2.5).
Gambar 2.6. Kolam Pemeliharaan
Kolam pemberokan adalah kolam
yang digunakan untuk menyimpan
induk-induk
ikan
yang
akan
dipijahkan atau ikan yang akan
dijual/angkut
ke
tempat
jauh
(Gambar 2.7)
23
Gambar 2.7. Kolam Pemberokan
Gambar 2.9. Bak fiber
2.1.2. Bak
Wadah budidaya ikan selanjutnya
adalah bak atau tanki yang dapat
digunakan
untuk
melakukan
budidaya ikan. Berdasarkan proses
budidaya ikan, jenis bak yang akan
digunakan disesuaikan dengan skala
produksi budidaya dan hampir sama
dengan
kolam
dimana
dapat
dikelompokkan
menjadi
bak
pemijahan, bak penetasan, bak
pemeliharaan dan bak pemberokan.
Bak
yang
digunakan
untuk
melakukan pemijahan ikan biasanya
adalah bak yang terbuat dari beton
(Gambar 2.8) atau fiber (Gambar
2.9) sedangkan bak plastik (Gambar
2.10) biasanya digunakan untuk
melakukan pemeliharaan larva ikan.
Gambar 2.10. Bak Plastik
2.1.3. Akuarium
Akuarium merupakan salah satu
wadah pemeliharaan ikan yang relatif
sangat mudah dalam perawatannya.
Akuarium dapat digunakan untuk
budidaya ikan tawar dan air laut
biasanya pada proses kegiatan
pembenihan
ikan
atau
untuk
pemeliharaan ikan hias. Akuarium ini
terbuat dari bahan kaca dimana
penamaan akuarium ini berasal dari
bahasa latin yaitu aqua yang berarti
air dan area yang berarti ruang. Jadi
akuarium ini adalah ruangan yang
terbatas untuk tempat air yang
berpenghuni, yang dapat diawasi
dan dinikmati.
Gambar 2.8. Bak Beton
24
Akuarium yang digunakan untuk
budidaya ikan ini dapat dibuat sendiri
atau membeli langsung dari toko.
Fungsi akuarium sebagai wadah
untuk budidaya ikan juga dapat
berfungsi sebagai penghias ruangan
dimana akuarium tersebut dapat
dinikmati
keindahannya
oleh
penggemarnya.
Berdasarkan
fungsinya,
akuarium
dapat
dibedakan antara lain adalah :
2.1.3.1. Akuarium Umum
Akuarium ini diisi dengan berbagai
jenis ikan dan tanaman air yang
bertujuan untuk penghias ruangan.
Syarat akuarium umum :
a. Akuarium akan diletakkan sesuai
dan serasi dengan ruangan.
b. Alat
perlengkapan
akuarium
meliputi aerator, kabel listrik, pipa
pvc, dan lain-lain yang diletakkan
tersembunyi supaya nampak
alami.
c. Usahakan
dasar
akuarium
tampak alami
d. Tanaman
disusun
dengan
estetika
e. Jenis ikan yang dipelihara harus
harmonis
Jenis
akuarium
ini
biasanya
digunakan sebagai hiasan bagi
berbagai jenis ikan yang dapat
dinikmati keindahan warna tubuh
ikan baik ikan air tawar maupun ikan
air laut dari jenis ikan hias maupun
ikan konsumsi.
2.1.3.2. Akuarium Kelompok
Ikan-ikan yang dipelihara di dalam
akuarium kelompok harus ikan
sejenis/sekeluarga serta ditanami
oleh tanaman air yang tanaman air
yang diperlukan oleh kelompok ikan
yang dipelihara.
Syarat akuarium kelompok :
a. Jenis ikan yang dipelihara harus
masih sekarabat
b. Susunan
tanaman
air
disesuaikan dengan ikan yang
dipelihara.
Jenis
akuarium
ini
biasanya
digunakan untuk memelihara ikan
dalam satu kelompok baik ikan hias
maupun ikan konsumsi dari ikan air
tawar dan laut (Gambar 2.11).
Gambar 2.11. Akuarium Kelompok
2.1.3.3. Akuarium Sejenis
Dalam akuarium ini, estetika dan
dekorasi dikesampingkan, karena
tujuan dari akuarium sejenis untuk
mengembang-biakan ikan. Jenis
akuarium ini yang biasa digunakan
untuk membudidayakan ikan air
tawar dan laut (Gambar 2.12).
25
Gambar 2.12. Akuarium sejenis
2.1.3.4. Akuarium Tanaman
Dalam akuarium ini yang memegang
peranan adalah tanaman air. Ikan
dimasukan kedalam akuarium untuk
penghias dan pemelihara tanaman.
karamba merupakan alternatif wadah
budidaya ikan yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena seperti
diketahui wilayah Indonesia ini terdiri
dari 70% perairan baik air tawar
maupun
air
laut.
Dengan
menggunakan
wadah
budidaya
karamba dapat diterapkan beberapa
sistem budidaya ikan yaitu secara
ekstensif, semi intensif maupun
intensif
disesuaikan
dengan
kemampuan para pembudidaya ikan.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan dalam membudidayakan
ikan dengan karamba ada beberapa
antara lain adalah karamba jaring
terapung, karamba bambu tradisional
dengan berbagai bentuk bergantung
pada kebiasaan masyarakat sekitar.
Teknologi yang digunakan dalam
membudidayakan
ikan
dengan
karamba ini relatif tidak mahal dan
sederhana, tidak memerlukan lahan
daratan menjadi badan air yang baru
serta dapat meningkatkan produksi
perikanan budidaya. Jenis karamba
jaring apung yang digunakan untuk
membudidayakan ikan dapat dilihat
pada Gambar 2.14 dan 2.15.
Gambar 2.12. Akuarium Tanaman
2.1.4. Keramba Jaring Apung
(KJA)
Wadah budidaya ikan selanjutnya
yang
dapat
digunakan
oleh
masyarakat yang tidak memiliki
lahan darat dalam bentuk kolam,
masyarakat
dapat
melakukan
budidaya ikan di perairan umum.
Budidaya ikan dengan menggunakan
Gambar 2.14. Kolam jaring terapung
tampak atas
26
berbentuk bujur sangkar, berbentuk
lingkaran atau berbentuk segitiga.
Dari berbagai bentuk kolam ini yang
harus diperhatikan adalah tentang
persyaratan teknis konstruksi kolam.
Persyaratan teknis konstruksi suatu
kolam yang akan digunakan untuk
membudidayakan ikan
sebaiknya
mempunyai :
Gambar 2.15. Kolam jaring terapung
tampak depan
2.2. Konstruksi Wadah
Budidaya
Dari beberapa jenis wadah budidaya
ikan
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya dapat digunakan untuk
menentukan jenis wadah yang akan
digunakan untuk membudidayakan
ikan. Langkah selanjutnya adalah
memahami
konstruksi
wadah
budidaya agar wadah budidaya yang
akan dibuat sesuai dengan kaidah
budidaya.
2.2.1. Konstruksi kolam
Konstruksi
kolam
yang
akan
digunakan untuk budidaya ikan
sangat dipengaruhi oleh pemilihan
lokasi yang tepat. Untuk membuat
kolam maka tanah yang akan
dijadikan kolam harus mampu
menyimpan air atau kedap air
sehingga kolam yang akan di buat
tidak bocor. Bentuk kolam yang akan
digunakan untuk membudidayakan
ikan ada beberapa macam antara
lain adalah kolam berbentuk segi
empat/empat
persegipanjang,
2.2.1.1. Pematang kolam.
Pematang kolam dibuat untuk
menahan massa air didalam kolam
agar tidak keluar dari dalam kolam.
Oleh karena itu jenis tanah yang
akan digunakan untuk membuat
pematang kolam harus kompak dan
kedap air serta tidak mudah bocor.
Jenis tanah yang baik untuk
pematang kolam adalah tanah liat
atau liat berpasir. Kedua jenis tanah
ini dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan tanah yang ciricirinya antara lain memiliki sifat
lengket, tidak poros, tidak mudah
pecah dan mampu menahan air.
Ukuran
pematang
disesuaikan
dengan ukuran kolam.
Tinggi
pematang
ditentukan
oleh
kedalaman air kolam, sebaiknya
dasar pematang kolam ini ditanam
sedalam ± 20 cm dari permukaan
dasar kolam.
Bentuk pematang yang biasa dibuat
dalam kolam budidaya ikan ada dua
bentuk yaitu berbentuk trapesium
sama kaki dan bentuk trapesium
tidak sama kaki. Bentuk pematang
trapesium
sama
kaki
artinya
perbandingan antara kemiringan
pematang 1 : 1 (Gambar 2.16),
27
Gambar 2.16. Bentuk pematang trapesium sama kaki
sedangkan
bentuk
pematang
trapesium tidak sama kaki artinya
perbandingan antara kemiringan
pematang 1 : 1,5 (Gambar 2.17).
adalah 1 m maka lebar pematang
pada bagian bawahnya adalah 4 m
pada kedalaman kolam 1 m.
2.2.1.2. Dasar kolam dan saluran
Gambar 2.17. Bentuk pematang
trapesium tidak sama
kaki
Sebagai acuan dalam membuat
pematang kolam untuk kolam yang
berukuran 200 m2 lebar pematang
dibagian atas adalah 1 m maka lebar
pematang pada bagian bawahnya
adalah 3 m untuk pematang bentuk
trapesium
sama
kaki
pada
kedalaman kolam 1m, jika kolam
tersebut dibuat dengan pematang
trapesium tidak sama kaki maka
lebar pematang pada bagian atas
Dasar kolam untuk budidaya ikan ini
dibuat miring ke arah pembuangan
air, kemiringan dasar kolam berkisar
antara 1-2% yang artinya dalam
setiap seratus meter panjang dasar
kolam
ada
perbedaan
tinggi
sepanjang 1-2 meter (Gambar 2.18).
Gambar 2.18. Kemiringan dasar
kolam
Cara pengukuran yang mudah untuk
mengetahui kemiringan dasar kolam
adalah dengan menggunakan selang
28
air yang kecil. Pada masing-masing
ujung pintu pemasukan dan pintu
pengeluaran
air
ditempatkan
sebatang kayu atau bambu yang
sudah diberi ukuran, yang paling
bagus meteran, kemudian selang
kecil
yang
telah
berisi
air
direntangkan dan ditempatkan pada
bambu,
kayu
atau
meteran.
Perbedaan tinggi air pada ujungujung selang itu menunjukkan
perbedaan tinggi tanah/ kemiringan
dasar kolam.
Saluran didalam kolam budidaya ada
dua macam yaitu saluran keliling
atau caren dan saluran tengah atau
kemalir. Saluran didalam kolam ini
dibuat miring ke arah pintu
pengeluaran air. Hal ini untuk
memudahkan di dalam pengeringan
kolam dan pemanenan ikan (Gambar
2.19).
Gambar 2.20. Pintu pemasukkan
air dan pengeluaran
air ditengah
Ada juga letak pintu pengeluaran dan
pemasukan air berada disudut
secara diagonal (Gambar 2.21).
Letak pintu air tersebut ada
kelemahannya yaitu air dikedua
sudut yang lain tidak berganti dan
memperpanjang
saluran
pengeringan sehingga penangkapan
ikan relatif berlangsung agak lama.
Gambar 2.19. Saluran tengah atau
kemalir
2.2.1.3. Pintu air
Kolam yang baik harus memiliki pintu
pemasukan
air
dan
pintu
pengeluaran air secara terpisah.
Letak
pintu
pemasukkan
dan
pengeluaran air sebaiknya berada di
tengah-tengah sisi kolam terpendek
agar air dalam kolam dapat berganti
seluruhnya (Gambar 2.20).
Gambar 2.21. Pintu pengeluaran
dan
pemasukan
air berada disudut
Pada
kolam
tanah
pintu
pemasukan dan pengeluaran air
dibuat dari bambu atau pipa
paralon. Bentuk pintu pemasukan
29
diletakkan
sejajar
dengan
permukaan tanggul sedangkan
pintu pengeluaran dapat dibuat
dua model yaitu pertama sama
dengan
pintu
pemasukkan
dengan
ketinggian
sesuai
dengan tinggi air kolam dan
kedua dibuat dengan model huruf
L (Gambar 2.22).
Gambar 2.23. Pintu pemasukan
dan pengeluaran
air menggunakan
sistem monik
Gambar 2.22. Pintu pemasukan
dan pengeluaran
air bentuk L
Pada kolam beton pintu pemasukan
dan pengeluaran air menggunakan
sistem monik. Pada pintu air sistem
monik ini ada celah penyekatnya dan
dapat dibuat lebih dari satu. Celah
penyekat
ini
berfungsi
untuk
menempatkan papan-papan kayu
yang disusun bertumpuk. Papanpapan kayu ini dapat dibuka dan
diatur
yang
pengaturannya
disesuaikan
dengan
kebutuhan.
Pada pintu air ini papan penyekatnya
dapat diganti dengan saringan
(Gambar 2.23).
Persyaratan konstruksi teknik dalam
membuat bak yang akan digunakan
untuk budidaya ikan secara prinsip
hampir sama dengan kolam dimana
harus mempunyai pintu pemasukan
dan pengeluaran air tetapi dasar bak
pada
umumnya
adalah
rata.
Konstruksi pintu dan pemasukan air
pada bak dapat dibuat dengan model
pembuatan instalasi air untuk
pemasukan air dan pengeluaran
airnya menggunakan pipa paralon
(PVC) dengan bentuk huruf L
(Gambar 2.24).
Gambar 2.24 Pemasukan dan
pengeluaran air pipa
paralon (PVC)
30
2.2.2. Konstruksi Akuarium
Konstruksi wadah akuarium sangat
bergantung pada desain yang akan
dikerjakan
berdasarkan
bentuk
akuarium yang diinginkan. Bentuk
akuarium yang biasa digunakan
sebagai wadah budidaya ikan antara
lain adalah akuarium segiempat,
akuarium
trapesium,
akuarium
segidelapan, akuarium segienam,
akuarium botol dan akuarium ellips.
Setelah
merencanakan
bentuk
akuarium kaca yang akan dibuat,
langkah selanjutnya menentukan
ukuran
kaca
yang
akan
dipergunakan
untuk
membuat
akuarium. Ukuran kaca yang akan
digunakan biasanya berkisar antara
3 mm – 16 mm. Sebagai acuan
dalam membuat akuarium, ukuran
kaca yang akan digunakan dapat
dilihat pada Tabel 1. Untuk kaca
yang akan digunakan sebagai dasar
akuarium sebaiknya ketebalannya
ditambah 1 – 2 mm.
Tabel 2.1. Perbandingan antara ukuran akuarium dengan ketebalan kaca
Tebal kaca (mm)
Panjang
akuarium (cm)
3
3
3
5
5
6
6
10
10
10
12
16
30
40
50
70
80
90
120
150
150
180
190
200
Setelah menentukan bentuk dan
ukuran
kaca
yang
akan
dipergunakan
untuk
membuat
akuarium maka langkah selanjutnya
adalah memotong kaca. Kaca yang
dipergunakan
untuk
membuat
akuarium masih dalam bentuk
lembaran kaca. Ada beberapa
langkah yang harus diperhatikan
dalam memotong kaca antara lain
adalah :
Lebar
akuarium
(cm)
20
20
30
35
40
45
50
45
45
45
50
70
Tinggi
akuarium
(cm)
20
30
30
35
40
45
50
50
60
60
60
65
1. Letakkan lembaran kaca pada
meja kerja, meja kerja harus
dalam keadaan datar dan bersih.
Hal
ini
untuk
menghindari
terjadinya keretakan kaca yang
akan dipergunakan.
31
Gambar 2.25. Meletakan lembaran
kaca
2. Ukuran kaca yang akan dipotong
ini disesuaikan dengan bentuk
akuarium yang akan dibuat.
Dalam
membuat
potonganpotongan kaca, lembaran kaca
dibuat polanya terlebih dahulu
dengan menggunakan spidol dan
penggaris besi. Pola yang sudah
dibentuk
dapat
langsung
dipotong.
Gambar 2.27. Memotong kaca
4. Setelah kaca terpotong, bagian
pinggir dari potongan-potongan
kaca harus dihaluskan dengan
gerinda atau batu asahan
karborondum.
Gambar 2.28. Menghaluskan bagian
pinggir kaca
Gambar 2.26. Mengukur kaca
3. Untuk memotong kaca gunakan
alat pemotong kaca yang banyak
dijual di toko besi.
Setelah kaca yang dibutuhkan untuk
membuat
akuarium
tersebut
disiapkan langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
perakitan
akuarium. Dalam merakit akuarium
dibutuhkan ketelitian dan ketepatan
dalam merangkainya. Kaca sebagai
bahan utama dalam pembuatan
akuarium dapat diperoleh dengan
cara membeli lembaran kaca atau
32
membeli potongan kaca sesuai
dengan ukuran yang tepat.
Akuarium sebagai salah satu wadah
yang
dapat
digunakan
untuk
membudidayakan ikan baik ikan hias
maupun ikan konsumsi yang berasal
dari perairan tawar dan laut dapat
diperoleh dengan cara membeli
langsung ditoko atau membuatnya
sendiri. Dengan membuat akuarium
sendiri akan diperoleh keuntungan
antara lain adalah harganya relatif
lebih murah, ukuran sesuai dengan
kebutuhan dan kaca yang digunakan
mempunyai ketebalan sesuai dengan
luasan akuarium yang dibuat.
Dalam membuat akuarium, ada
beberapa hal yang harus dikuasai
agar akuarium yang dibuat tidak
bocor dan tahan lama, yaitu
merancang/mendesain
akuarium,
memotong kaca, merakit akuarium
dan melakukan uji coba terhadap
akuarium tersebut.Akuarium yang
akan dirakit sendiri, langkah awal
yang
harus
dilakukan
adalah
menyiapkan kaca sebagai dasar
utama pembuatan akuarium. Kaca
yang akan dirakit menjadi akuarium
ini sudah dalam bentuk potonganpotongan kaca yang ukurannya
disesuaikan
dengan
ukuran
akuarium yang akan dibuat. Sebelum
dirakit kaca-kaca tersebut sebaiknya
dilakukan
penggosokan
dengan
menggunakan
batu
asahan
karborundum atau gerinda. Hal ini
bertujuan agar akuarium yang dibuat
tidak berbahaya bagi pemakainya.
Kaca-kaca yang telah dihaluskan
seluruh bagian pinggirnya dengan
gerinda ini telah siap untuk dirakit.
Langkah
selanjutnya
adalah
menyiapkan alat dan bahan lainnya
yaitu lem kaca silikon, alat tembak
lem, lakban besar dan cutter.
Lem kaca yang digunakan adalah
lem silikon yaitu lem khusus untuk
merekatkan kaca agar melekat
dengan baik dan tidak bocor. Alat
tembak lem silikon ini berfungsi
untuk memudahkan si pembuat
akuarium dalam merakit akuarium,
bentuk alat tembak ini seperti pistol
sehingga disebut alat tembak.
Gambar 2.29. Lem silikon dan alat
tembak lem
Gambar 2.30. Penggunaan alat
tembak lem
Sedangkan lakban yang digunakan
dalam merakit akuarium sebaiknya
lakban plastik yang berwarna colklat
33
atau hitam dengan ukuran lebar
lakbannya adalah 5 cm. Lakban ini
berfungsi untuk membantu berdirinya
kaca dengan kaca lainnya agar tidak
bergeser yang memudahkan dalam
pemberian lem kaca.
Langkah terakhir dalam merakit
akuarium adalah melakukan uji coba
terhadap akuarium tersebut. Ujicoba
tersebut dilakukan dengan mengisi
air ke dalam akuarium selama 24
jam dan perhatikan apakah ada
bagian
yang
bocor.
Untuk
memperoleh akuarium yang rapih
setelah diuji coba bersihkan lem
yang
tidak
rapih
dengan
menggunakan cutter.
2.2.3. Konstruksi Keramba Jaring
Apung
Gambar 2.31. Plakban pada kaca
Pada saat menempelkan lem silikon
ke kaca sebaiknya ketebalan lem
pada seluruh permukaan kaca sama.
Hal ini akan membuat ketebalan lem
sama pada setiap sudut . Setelah
seluruh
kaca
terakit
menjadi
akuarium,
langkah
selanjutnya
adalah
mengeringkan
akuarium
tersebut minimal selama 24 jam agar
lem silikon tersebut benar-benar
kering.
Gambar 2.31. Mengeringkan
akuarium
Wadah budidaya ikan selanjutnya
yang sangat potensial dikembangkan
di Indonesia adalah karamba jaring
terapung. Agar dapat melakukan
budidaya ikan dijaring terapung yang
menguntungkan maka konstruksi
wadah tersebut harus sesuai dengan
persyaratan
teknis.
Konstruksi
wadah
jaring
terapung
pada
dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu
kerangka
dan
kantong
jaring.
Kerangka berfungsi sebagai tempat
pemasangan kantong jaring dan
tempat lalu lalang orang pada waktu
memberi pakan dan saat panen.
Kantong jaring merupakan tempat
pemeliharaan ikan yang akan
dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara
baik dan benar akan diperoleh suatu
wadah
budidaya
ikan
yang
mempunyai masa pakai yang lama.
Dalam mendesain konstruksi wadah
budidaya ikan disesuaikan dengan
lokasi yang dipilih untuk membuat
budidaya ikan dijaring terapung.
Budidaya ikan dijaring terapung
dapat dilakukan untuk komoditas
ikan air tawar dan ikan air laut.
34
Sebelum membuat konstruksi wadah
karamba jaring terapung pemilihan
lokasi yang tepat dari aspek sosial
ekonomis dan teknis benar. Sama
seperti
wadah
budidaya
ikan
sebelumnya persyaratan secara
teknis dan sosial ekonomis dalam
memilih lahan yang akan digunakan
untuk melakukan budidaya ikan
harus diperhatikan. Aspek sosial
ekonomis yang sangat umum yang
harus dipertimbangkan adalah lokasi
tersebut
dekat
dengan
pusat
kegiatan
yang
mendukung
operasionalisasi suatu usaha seperti
tempat penjualan pakan, pembeli
ikan dan lokasi yang dipilih
merupakan daerah pengembangan
budidaya ikan sehingga mempunyai
prasarana jalan yang baik serta
keamanan terjamin. Persyaratan
teknis yang harus diperhatikan dalam
memilih lokasi usaha budidaya ikan
di karamba jaring terapung antara
lain adalah :
1. Arus air.
Arus air pada lokasi yang dipilih
diusahakan tidak terlalu kuat
namun tetap ada arusnya agar
tetap terjadi pergantian air
dengan baik dan kandungan
oksigen terlarut dalam wadah
budidaya ikan tercukupi, selain
itu dengan adanya arus maka
dapat menghanyutkan sisa-sisa
pakan dan kotoran ikan yang
terjatuh di dasar perairan.
Dengan tidak terlalu kuatnya arus
juga
berpengaruh
terhadap
keamanan jaring dari kerusakan
sehingga masa pakai jaring lebih
lama. Bila pada perairan yang
akan dipilih ternyata tidak ada
arusnya
(kondisi
air
tidak
mengalir), disarankan agar unit
budidaya atau jaring dapat
diusahakan di perairan tersebut,
tetapi jumlahnya tidak boleh lebih
dari 1% dari luas perairan. Pada
kondisi perairan yang tidak
mengalir,
unit
budidaya
sebaiknya diletakkan ditengah
perairan sejajar dengan garis
pantai.
2. Tingkat kesuburan.
Pada perairan umum dan waduk
ditinjau dari tingkat kesuburannya
dapat dikelompokkan menjadi
perairan
dengan
tingkat
kesuburan rendah (oligotropik),
sedang (mesotropik) dan tinggi
(eutropik). Jenis perairan yang
sangat baik untuk digunakan
dalam budidaya ikan di jaring
terapung dengan sistem intensif
adalah perairan dengan tingkat
kesuburan
rendah
hingga
sedang.Jika perairan dengan
tingkat
kesuburan
tinggi
digunakan dalam budidaya ikan
di jaring terapung maka hal ini
sangat beresiko tinggi karena
pada
perairan
eutropik
kandungan oksigen terlarut pada
malam hari sangat rendah dan
berpengaruh buruk terhadap ikan
yang
dipelihara
dengan
kepadatan tinggi.
3. Bebas dari pencemaran.
Dalam dunia perikanan, yang
dimaksud dengan pencemaran
perairan adalah penambahan
sesuatu berupa bahan atau
energi ke dalam perairan yang
menyebabkan
perubahan
kualitas air sehingga mengurangi
atau merusak nilai guna air dan
sumber air perairan tersebut.
Bahan pencemar yang biasa
35
masuk kedalam suatu badan
perairan pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu
bahan pencemar yang sulit
terurai dan bahan pencemar
yang mudah terurai. Contoh
bahan pencemar yang sulit
terurai berupa persenyawaan
logam berat, sianida, DDT atau
bahan organik sintetis. Contoh
bahan pencemar yang mudah
terurai berupa limbah rumah
tangga, bakteri, limbah panas
atau limbah organik. Kedua jenis
bahan
pencemar
tersebut
umumnya
disebabkan
oleh
kegiatan manusia, baik secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
Penyebab
kedua
adalah keadaan alam seperti :
banjir atau gunung meletus. Jika
lokasi budidaya mengandung
bahan pencemar maka akan
berpengaruh terhadap kehidupan
ikan yang dipelihara didalam
wadah budidaya ikan tersebut.
4. Kualitas air.
Dalam budidaya ikan, secara
umum kualitas air dapat diartikan
sebagai
setiap
perubahan
(variabel) yang mempengaruhi
pengelolaan,
kelangsungan
hidup dan produktivitas ikan yang
dibudidayakan. Jadi perairan
yang dipilih harus berkualitas air
yang memenuhi persyaratan bagi
kehidupan dan pertumbuhan ikan
yang
akan
dibudidayakan.
Kualitas air meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi. Secara detail
tentang kualitas air ini akan
dibahas pada Bab 2.
Setelah mendapatkan lokasi yang
memenuhi
persyaratan
teknis
maupun sosial ekonomis maka harus
dilakukan perencanaan selanjutnya.
Perencanaan disesuaikan dengan
data yang diperoleh pada waktu
melakukan
survey
lokasi.
Perencanaan tersebut dapat dibuat
dengan membuat gambar dari
konstruksi wadah budidaya yang
akan dibuat. Konstruksi wadah jaring
terapung terdiri dari beberapa
bagian, antara lain :
1. Kerangka
Kerangka
(bingkai)
jaring
terapung dapat dibuat dari bahan
kayu, bambu atau besi yang
dilapisi bahan anti karat (cat
besi). Memilih bahan untuk
kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan
di lokasi budidaya dan nilai
ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu
atau
bambu
secara
ekonomis memang lebih murah
dibandingkan dengan besi anti
karat, tetapi jika dilihat dari masa
pakai dengan menggunakan
kayu atau bambu jangka waktu
(usia teknisnya) hanya 1,5–2
tahun. Sesudah 1,5–2 tahun
masa pakai, kerangka yang
terbuat dari kayu atau bambu ini
sudah tidak layak pakai dan
harus direnofasi kembali. Jika
akan memakai besi anti karat
sebagai kerangka jaring pada
umumnya usia ekonomis/ angka
waktu pemakaiannya relatif lebih
lama, yaitu antara 4–5 tahun.
Pada umumnya petani ikan di
jaring terapung menggunakan
bambu sebagai bahan utama
pembuatan kerangka, karena
selain harganya relatif murah
36
juga ketersediaannya di lokasi
budidaya sangat banyak.
Bambu yang digunakan untuk
kerangka sebaiknya mempunyai
garis tengah 5 – 7 cm di bagian
pangkalnya,
dan
bagian
ujungnya berukuran antara 3 – 5
cm. Jenis bambu yang digunakan
adalah bambu tali. Ada juga
jenis bambu gombong yang
mempunyai diameter 12 -15 cm
tetapi jenis bambu ini kurang baik
digunakan
untuk
kerangka
karena cepat lapuk.
Ukuran kerangka jaring terapung
berkisar antara 5 X 5 meter
sampai 10 X 10 meter. Petani
ikan jaring terapung di perairan
cirata
pada
umumnya
menggunakan kerangka dari
bambu dengan ukuran 7 X 7
meter. Kerangka dari jaring
apung umumnya dibuat tidak
hanya satu petak/kantong tetapi
satu unit. Satu unit jaring
terapung terdiri dari empat buah
petak/kantong.
Untuk
lebih
jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.32.
2. Pelampung
Pelampung
berfungsi
untuk
mengapungkan kerangka/ jaring
terapung. Bahan yang digunakan
sebagai pelampung berupa drum
(besi
atau
plastik)
yang
berkapasitas 200 liter, busa
plastik
(stryrofoam)
atau
fiberglass. Jenis pelampung yang
akan digunakan biasanya dilihat
berdasarkan lama pemakaian.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel
2.2
Tabel 2.2. Jenis pelampung dan
lama pemakaian
No.
1.
2.
3.
Jenis
pelampung
Drum besi
Styrofoam
Fiberglass
Lama
pemakaian
(bulan)
12 – 15
36 – 75
50 – 75
Jika
akan
menggunakan
pelampung dari drum maka drum
harus terlebih dahulu dicat
dengan menggunakan cat yang
mengandung bahan anti karat.
Jumlah pelampung yang akan
digunakan disesuaikan dengan
besarnya kerangka jaring apung
yang
akan
dibuat.
Jaring
terapung berukuran 7 X 7 meter,
dalam satu unit jaring terapung
membutuhkan pelampung antara
33 – 35 buah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.33.
Gambar 2.32. Kerangka Jaring
Apung
37
Gambar 2.33. Pelampung drum besi
3. Pengikat
Tali pengikat sebaiknya terbuat
dari bahan yang kuat, seperti
tambang plastik, kawat ukuran 5
mm, besi beton ukuran 8 mm
atau 10 mm. Tali pengikat ini
digunakan
untuk
mengikat
kerangka
jaring
terapung,
pelampung atau jaring.
4. Jangkar
Jangkar
berfungsi
sebagai
penahan jaring terapung agar
rakit jaring terapung tidak hanyut
terbawa oleh arus air dan angin
yang kencang. Jangkar terbuat
dari bahan batu, semen atau
besi.
Pemberat
diberi
tali
pemberat/tali
jangkar
yang
terbuat dari tambang plastik yang
berdiameter sekitar 10 mm – 15
mm. Jumlah pemberat untuk satu
unit jaring terapung empat
petak/kantong adalah sebanyak
4 buah. Pemberat diikatkan pada
masing-masing
sudut
dari
kerangka jaring terapung. Berat
jangkar berkisar antara 50 – 75
kg. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.34.
Gambar 2.34. Jangkar
5. Jaring
Jaring yang digunakan untuk
budidaya ikan di perairan umum,
biasanya terbuat dari bahan
polyethylene atau disebut jaring
trawl. Ukuran mata jaring yang
digunakan
tergantung
dari
besarnya
ikan
yang
akan
dibudidayakan. Kantong jaring
terapung ini mempunyai ukuran
bervariasi disesuaikan dengan
jenis ikan yang dibudidayakan,
untuk ikan air laut ukuran
kantong jaring yang biasa
digunakan berukuran mulai 2 X 2
38
X 2 m sampai 5 X 5 x 5 m.
Sedangkan untuk jenis ikan air
tawar berkisar antara 3 X 3 X 3 m
sampai 7 X 7 X 2,5 m. Untuk
mengurangi resiko kebocoran
akibat gigitan binatang lain,
biasanya kantong jaring terapung
dipasang rangkap (doubel) yaitu
kantong jaring luar dan kantong
jaring dalam. Ukuran jaring
bagian luar biasanya mempunyai
mata jaring (mesh size) yang
lebih besar.
Tabel 2.3. Ukuran mata jaring yang
digunakan
berdasarkan
ukuran
ikan
yang
dibudidayakan.
Salah satu contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Jaring polyethylene no. 380
D/9 dengan ukuran mata
jaring (mesh size) sebesar 2
inch
(5,08
cm)
yang
dipergunakan
sebagai
kantong jaring luar.
b. Jaring polyethylene no. 280
D/12 dengan ukuran mata
jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5
inch (3,81 cm) dipergunakan
sebagai
kantong
jaring
dalam.
Kantong jaring yang digunakan
untuk memelihara ikan dapat
diperoleh dengan membeli jaring
utuh. Dalam hal ini biasanya
jaring trawl dijual dipasaran
berupa lembaran atau gulungan.
Langkah awal yang harus
dilakukan
untuk
membuat
kantong jaring adalah membuat
desain/rancangan kantong jaring
yang akan dipergunakan. Ukuran
kantong
jaring
yang
akan
dipergunakan berkisar antara 2
X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.
Setelah ukuran kantong jaring
yang
akan
dipergunakan,
misalnya akan dibuat kantong
jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2
m, langkah selanjutnya adalah
memotong jaring.
Jaring yang mempunyai ukuran
mata jaring lebih kecil dari 1 inch
biasanya
digunakan
untuk
memelihara ikan yang berukuran
lebih kecil. Di perairan umum,
khususnya dalam budidaya ikan
di jaring terapung ukuran jaring
yang digunakan adalah ukuran ¾
- 1 inch. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
No.
Ukuran mata
jaring
Ukuran ikan
1.
2.
3.
4.
0,5 cm
1,0 cm
2,5 cm
> 2,5 cm
1 – 2 cm
5 – 10 cm
20 – 30 cm
> 30 cm
Untuk memotong jaring harus
dilakukan
dengan
benar
berdasarkan pada ukuran mata
jaring
dan
tingkat
perenggangannya
saat
terpasang di perairan. Menurut
hasil penelitian, jaring dalam
keadaan terpasang atau sudah
berupa kantong jaring akan
mengalami perenggangan atau
mata jaring dalam keadaan
39
tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”).
Nilai ”Hang In Ratio” dalam
membuat kantong jaring terapung
adalah 30%. Adapun perhitungan
yang digunakan untuk memotong
jaring ada dua cara, yaitu : (1)
menggunakan rumus tertentu
dan (2) melakukan perhitungan
cara di lapangan.
Rumus berdasarkan ”Hang In
Ratio” adalah sebagai berikut :
i
1. L = ----------1-S
2. d = D √ 2S – S2
Keterangan :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum
Hang
In
atau
dalam
keadaan tertarik
i : Panjang tali ris
D : dalam
kantong
jaring
(jumlah
mata
jaring
dikalikan ukuran mata jaring
dalam keadaan tertarik)
D : dalam
kantong
jaring
sesudah
Contoh
penggunaan
rumus
dalam menghitung jaring yang
akan dipotong dengan ukuran 7
X 7 X 2 m adalah sebagai
berikut:
Misalnya, kantong jaring yang
akan dibuat 7 X 7 X 2 m dengan
ukuran mata jaring (mesh size) 2
inch (5,08 cm). Diketahui Hang In
Ratio (S) adalah 30% = 0,3,
Panjang tali ris (i) = 4 X 7 m = 28
m. Maka untuk mencari panjang
jaring sebelum Hang In adalah :
i
L = -----1–S
28
28
L = ------- = ------- = 40 m
1 – 0,3
0,7
Jadi panjang tiap sisi adalah 40
m : 4 = 10 m
Jumlah mata jaring 10 m = 1000
cm : 5,08 cm = 197,04 mata
jaring dibulatkan 197 mata jaring.
Diketahui dalam jaring sesudah
Hang In (d) adalah 2 m, maka
dalam kantong jaring sebelum
dipotong (D) adalah :
d
=
D =
D √ 2S – S2
d
-----------√ 2S – S2
2
D = -------------------√ 2 (0,3) – 0,32
2
= --------------√ 0,6 – 0,09
2
= ---------√ 0,51
=
2
--------- = 2,8 m
0,7141
Jadi jumlah mata jaring 2,8 m =
280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata
jaring dibulatkan menjadi 55 mata
jaring.
40
Dari hasil perhitungan tersebut
diperoleh ukuran lembaran jaring
yang akan dipotong untuk
kantong jaring berukuran 7 X 7 X
2 m adalah 197 X 197 X 55 mata
jaring.
Sedangkan para petani ikan
dilapangan biasanya menghitung
jaring yang akan digunakan
untuk membuat kantong jaring
menggunakan
perhitungan
sebagai berikut :
Misalnya kantong jaring yang
akan dibuat berukuran 7 X 7 X 2
m dengan ukuran mata jaring
(mesh size) 2 inch (5,08 cm).
Berdasarkan hasil penelitian
panjang jaring akan berkurang
sebesar 30% dari semula. Maka
secara
praktis
dilapangan
diperhitungkan
jumlah
mata
jaring dalam setiap meter adalah:
100
------------------------------ =
(100% - 30%) X 2,54
100
------------------ =
0,7 X 2,54
100
--------- = 56,2 = 56
1,778
Jadi dalam satu meter jaring
yang berukuran 1 inch terdapat
56 mata jaring, sehingga jika
akan membuat jaring dengan
ukuran 7 X 7 X 2 m, jumlah mata
jaringnya adalah 392 X 392 X
112 mata jaring. Sedangkan
ukuran mata jaring yang akan
digunakan adalah 2 inch maka
jumlah mata jaring yang akan
dipotong adalah 196 X 196 X 56.
Angka-angka ini diperoleh dari
hasil perkalian antara ukuran
kantong jaring dengan jumlah
mata jaring. Berdasarkan hasil
kedua
perhitungan
tersebut
memperoleh nilai yang tidak jauh
berbeda. Langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah
memindahkan pola yang telah
dibuat langsung kejaring. Jaring
tersebut dibentangkan dan dibuat
pola seperti Gambar 2.35.
Gambar 2.35. Pola jaring
41
Sebagai
acuan
untuk
melakukan pemotongan jaring
yang akan dipergunakan untuk
membuat
kantong
jaring
terapung dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam
berbagai ukuran kantong jaring dan mata jaring.
Ukuran kantong
jaring (p X l X t)
(meter)
Ukuran mata
jaring (inch)
Ukuran kantong jaring
(p X lX t) dalam jumlah mata
jaring
2 X 2 X2
1
2
112 X 112 X 112
56 X 56 X 56
3X3X2
1
2
168 X 168 X 112
84 X 84 X 56
4X4X2
1
2
224 X 224 X 112
112 X 112 X 56
5X5X2
1
2
280 X 280 X 112
140 X 140 X 56
6X6X2
1
2
336 X 336 X 112
168 X 168 X 56
7X7X2
1
2
392 X 392 X 112
196 X 196 X 56
8X8X2
1
2
448 X 448 X 112
224 X 224 X 56
9X9X2
1
2
504 X 504 X 112
252 X 252 X 56
10 X 10 X 2
1
2
560 X 560 X 112
280 X 280 X 56
6. Pemberat
Pemberat
yang
digunakan
biasanya terbuat dari batu atau
timah
yang
masing-masing
beratnya antara 2–5 kg. Fungsi
pemberat ini agar jaring tetap
simetris
dan
pemberat
ini
diletakkan pada setiap sudut
kantong jaring terapung.
42
7. Tali/tambang
Tali/tambang yang digunakan
biasanya disesuaikan dengan
kondisi perairan pada perairan
tawar adalah tali plastik yang
mempunyai diameter 5–10 mm,
sedangkan pada perairan laut
tali/tambang yang digunakan
terbuat dari nilon atau tambang
yang kuat terhadap salinitas.
Tali/tambang ini dipergunakan
sebagai penahan jaring pada
bagian atas dan bawah. Tali
tambang ini mempunyai istilah
lain yang disebut dengan tali ris.
Panjang tali ris adalah sekeliling
dari kantong jaring terapung.
Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka
tali risnya adalah 7m X 4 =28 m.
Dengan dikalikan empat karena
kantong sisi jaring terapung
adalah empat sisi. Khusus untuk
tali ris pada bagian atas
sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk
setiap sudut. Jadi tali risnya
mempunyai panjang 28 m +( 4 X
0,5 m) = 30 m. Hal ini untuk
memudahkan dalam melakukan
aktivitas kegiatan operasional
pada saat melakukan budidaya
ikan.
budidaya. Dalam membudidayakan
ikan dengan menggunakan kolam
yang biasanya dilakukan untuk
melakukan budidaya ikan air tawar,
harus dilakukan persiapan kolam
agar dapat dipergunakan untuk
membudidayakan ikan. Persiapan
kolam meliputi pengeringan kolam,
perbaikan pematang, pengolahan
dasar kolam, perbaikan saluran
pemasukan dan pengeluaran air,
pemupukan dan pengapuran.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
tahapan-tahapan
yang
harus
dilakukan meliputi :
1. Pengeringan
Pengeringan dasar kolam sangat
dibutuhkan oleh ikan agar bakteri
pembusuk
yang
dapat
menyebabkan ikan sakit, racun
sisa
dekomposisi
selama
budidaya terbuang. Pada kolam
pemijahan pengeringan dasar
kolam bertujuan agar ikan dapat
memijah karena tanah yang
dikeringkan dan diairi akan
melepaskan bau tertentu yang
disebut petrichor, selain itu
pengeringan dasar kolam dapat
membunuh hama dan penyakit
yang ada di dalam kolam
Gambar 2.36.
2.3. PERSIAPAN WADAH
BUDIDAYA
Setelah mengetahui bermacammacam wadah budidaya ikan dan
mengetahui
konstruksi
wadah
tersebut maka langkah selanjutnya
adalah menyiapkan segalanya agar
wadah budidaya ikan tersebut dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
Gambar 2.36. Pengeringan dasar
kolam
43
2. Perbaikan pematang
Perbaikan pematang bertujuan
untuk
mencegah
kebocoran
kolam. Kebocoran kolam dapat
diakibatkan oleh binatang air
seperti belut, kepiting dan hewan
air lainnya. Pematang bocor
mengakibatkan air kolam tidak
stabil dan benih ikan banyak
yang keluar kolam. Perbaikan
pematang ini hanya dilakukan
pada kolam tanah, sedangkan
pada kolam tembok dilakukan
perawatan
dan
pengecekan
kebocoran pada setiap bagian
pematang.
3. Pengolahan dasar kolam
Pengolahan
dasar
kolam
dilakukan pada kolam tradisional
dan kolam semi intensif dimana
dasar kolam berupa tanah.
Pengolahan
dasar
kolam
dilakukan dengan mencangkul
dasar kolam sedalam 10 – 20
cm. Tanah tersebut dibalik dan
dibiarkan kering sampai 3-5 hari.
Tujuan pengolahan dasar kolam
adalah
mempercepat
berlangsungnya
proses
dekomposisi
(penguraian)
senyawa-senyawa organik dalam
tanah
sehingga
senyawasenyawa yang beracun yang
terdapat di dasar kolam akan
menguap. Tanah yang baru
dicangkul diratakan. Setelah
dasar kolam rata, lalu dibuat
saluran ditengah kolam. Saluran
ini disebut kemalir. Kemalir
berfungsi untuk memudahkan
pemanenan dan sebagai tempat
berlindung benih ikan pada siang
hari. Saluran pemasukan dan
pengeluaran
air
dilengkapi
dengan saringan. Tujuannya
untuk menjaga agar tidak ada
hama yang masuk ke dalam
kolam dan benih ikan budidaya
yang ditebarkan tidak kabur atau
keluar kolam (Gambar 2.37).
Gambar 2.37. Pengolahan tanah
dasar kolam
4. Pengapuran.
Pengapuran
dasar
kolam
sebaiknya
dilakukan
setelah
pengolahan tanah. Pada saat
tanah dibalikkan dan sambil
menunggu kering tanah dasar,
penebaran
kapur
dapat
dilakukan.
Pengapuran
merupakan salah satu upaya
untuk
mempertahankan
kestabilan keasaman (pH) tanah
dan air, sekaligus memberantas
hama penyakit. Jenis kapur yang
digunakan untuk pengapuran
kolam ada beberapa macam
diantaranya
adalah
kapur
pertanian, yaitu kapur carbonat :
CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan
kapur tohor/kapur aktif (CaO).
Kapur pertanian yang biasa
digunakan adalah kapur karbonat
yaitu kapur yang bahannya dari
batuan kapur tanpa lewat proses
pembakaran
tapi
langsung
digiling. Kapur pertanian ada dua
yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit
44
bahan bakunya lebih banyak
mengandung
karbonat,
magnesiumnya sedikit (CaCO3),
sedangkan
dolomit
bahan
bakunya banyak mengandung
kalsium karbonat dan magnesium
karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit
merupakan kapur karbonat yang
dimanfaatkan untuk mengapur
lahan bertanah masam. Kapur
tohor
adalah
kapur
yang
pembuatannya
lewat
proses
pembakaran. Kapur ini dikenal
dengan
nama
kapur
sirih,
bahannya adalah batuan tohor
dari gunung dan kulit kerang.
Dosis
kapur
yang
akan
ditebarkan harus tepat ukurannya
karena jika berlebihan kapur
akan menyebabkan kolam tidak
subur,
sedangkan
bila
kekurangan kapur dalam kolam
akan menyebabkan tanah dasar
kolam menjadi masam. Sebagai
acuan dalam memberikan kapur
pada kolam budidaya ikan dapat
dilihat pada Tabel 2.5. Tetapi ada
juga para petani menggunakan
dosis kapur berkisar antara 100200gram/m2 hal ini dilakukan
bergantung kepada keasaman
tanah kolam.
Tabel 2.5. Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah dan macam
kolam dengan luas 100 meterpersegi
Macam kolam
Kolam baru
Kolam lama
Jenis tanah
berpasir
25 kg
15 kg
Jenis tanah
pasir
berlumpur
30 kg
20 kg
5. Pemupukan.
Pemupukan tanah dasar kolam
bertujuan untuk meningkatkan
kesuburan kolam, memperbaiki
struktur tanah dan menghambat
peresapan air pada tanah-tanah
yang porous serta menumbuhkan
phytoplankton dan zooplankton
yang digunakan sebagai pakan
alami benih ikan. Jenis pupuk
yang biasa digunakan adalah
pupuk kandang dan pupuk
buatan. Pupuk kandang adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
ternak besar (sapi, kerbau, kuda
dan lain-lain) atau kotoran
unggas (ayam, itik dan lain-lain)
yang
telah
dikeringkan.
Jenis tanah
lumpur
berpasir
40 kg
30 kg
Jenis tanah
berlumpur
60 kg
40 kg
Sedangkan pupuk buatan berupa
bahan-bahan kimia yang dibuat
manusia dipabrik pupuk yang
berguna untuk menyuburkan
tanah. Jenis pupuk buatan yang
dapat digunakan antara lain
adalah pupuk nitrogen (urea, ZA),
pupuk phosphor (TSP), pupuk
kalium (KCl) dan pupuk NPK
yang merupakan gabungan dari
ketiga hara tunggal.
Dosis pupuk kandang juga
bergantung kepada kesuburan
kolam ikan, biasanya berkisar
antara
100-150
gram/m2
sedangkan untuk kolam yang
kurang
kesuburannya
dapat
45
ditebarkan
kotoran
ayam
sebanyak 300 – 500 gr/m2 . Dosis
yang digunakan untuk pupuk
buatan biasanya berkisar antara
200-300 gram/m2. Kolam dapat
juga dipupuk menggunakan, TSP
dan
Urea
masing-masing
sebanyak 10 gr/m2 dan kapur
pertanian sebanyak 25 – 30 gr/
m2 atau disesuaikan dengan
tingkat kesuburan lahan.
6. Pengairan
Kolam yang telah dikeringkan,
dikapur dan di pupuk tersebut
lalu diairi agar pakan alami di
kolam tersebut tumbuh dengan
subur.
Pengairan ini harus
dilakukan minimal 4 –7 hari
sebelum larva/benih ikan di tebar
ke dalam kolam pemeliharaan
agar pakan alami tumbuh dengan
sempurna.
Ketinggian air di kolam ikan ini
bergantung pada jenis kolam,
untuk
kolam
pemijahan
ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam
pemeliharaan 1-1,25 m (Gambar
2.38).
Gambar 2.38. Mengairi kolam
Wadah budidaya ikan (kolam) yang
sudah dipersiapkan dan siap untuk
dipergunakan sebagai wadah untuk
kegiatan budidaya. Agar kolam yang
dipergunakan senantiasa baik untuk
kegiatan budidaya maka harus selalu
dilakukan pengelolaan terhadap
kolam
budidaya
baik
kolam
pemeliharaan, pemijahan, penetasan
telur dan lain sebagainya. Pada
pengelolaan kolam yang akan
dipergunakan
sebagai
wadah
pemeliharaan
induk/calon
induk
sebaiknya mempunyai persyaratan
yang sesuai dengan lingkungan yang
layak bagi kehidupan induk.
Hal-hal yang harus dilaksanakan
dalam pengelolaan kolam induk ikan
ini adalah :
1. Persiapan wadah
Wadah mempunyai pematang
kokoh dan tidak bocor, pintu
pemasukan,
serta
pintu
pengeluaran
yang
dipasang
saringan. Adanya saringan air ini
baik pada pintu pemasukan
maupun pada pintu pengeluaran,
untuk menghindari masuknya
ikan liar, terutama ikan predator
yang dapat mengganggu proses
pemijahan
bahkan
dapat
memangsa induk maupun larva
yang dihasilkan.
Pengolahan dasar kolam dengan
cara membalik tanah bagian
dasar kolam yang di lanjutkan
dengan
pengapuran
dan
pemupukan. Pengolahan dasar
kolam
bertujuan
untuk
meningkatkan kesuburan dasar
dan perairan kolam sebagai stok
pakan alami bagi calon induk.
Pemberian kapur selain dapat
membunuh hama dan parasit
ikan juga dapat menaikan pH
dasar
kolam.
Sedangkan
pemupukan
bertujuan
untuk
46
memenuhi kebutuhan unsur hara
yang
diperlukan
fitoplankton
sebagai makanan zooplankton
maupun ikan. Pemupukan dasar
kolam dapat digunakan pupuk
kandang, pupuk hijau atau pupuk
buatan. Pemberian pupuk dapat
dilakukan
dengan
cara
menyebarkan pupuk ke dasar
kolam dan dilanjutkan dengan
pemupukan susulan setelah 15
hari dengan cara memberikan
pupuk yang dibungkus dari
karung plastik yang diberi lubang
keci-kecil sehingga pupuk akan
terurai secara perlahan.
2. Pengairan
Pengairan dimaksudkan untuk
menjaga kondisi lingkungan bagi
induk sesuai dengan persyaratan
yang dibutuhkan yaitu perairan
subur, cukup tersedia oksigen
terlarut ( >5 ppm), CO2 (<10
ppm), NH3 ( <1 ppm). Untuk
mendapatkan lingkungan yang
demikian, maka air kolam harus
terus menerus mengalir sehingga
tidak ada lagi penimbunan
kotoran air akibat dari sisa pakan
atau sampah lainnya.
3. Pengendalian gulma air
Tanaman
air
yang
dapat
mengganggu lingkungan hidup
ikan antara lain adalah eceng
gondok dan kiambang, bila
populasinya
banyak
sampai
menutupi permukaan air, maka
proses difusi oksigen ke dalam
air dan proses fotosintesis
phytoplankton dapat terganggu
sehingga Oksigen terlarut akan
menurun. Pengendalian gulma
air ini dapat dilakukan dengan
cara memberi saringan pada
pintu
pemasukan
air
dan
pengendalian
gulma
secara
mekanis, yaitu dengan cara
mengambil /mencabut gulma
yang ada di kolam.
Setelah semua langkah persiapan
dilakukan maka kolam tersebut dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan
budidaya.
Wadah budidaya ikan yang lainnya
adalah bak tembok atau bak beton,
bak yang akan digunakan untuk
budidaya ikan harus dilakukan
persiapan
wadah
sebelum
dipergunakan
untuk
melakukan
kegiatan budidaya. Persiapan wadah
bertujuan untuk mengkondisikan
wadah agar dapat digunakan secara
efesien dan memenuhi persyaratan
lingkungan yang optimal, sehingga
ikan dapat hidup dengan laju
pertumbuhan
yang
optimum.
Persiapan
bak
budidaya
ikan
meliputi:
1. Sanitasi wadah
Wadah yang akan digunakan
untuk budidaya ikan (bak)
sebelum digunakan dibersihkan
dari kotoran yang menempel,
agar tidak terdapat sisa-sisa
kotoran
yang
dapat
menyebabkan pembawa penyakit
Gambar 2.31). Bahan yang
digunakan untuk membersihkan
wadah
dan
merupakan
desinfektan antara lain lain
adalah
Chlorin
200
ppm,
Malachite green 100 ppm,
Formalin 25 ppm dan alkohol
70%.
Wadah
yang
akan
dipergunakan setelah disikat,
dibersihkan
dan
diberi
desinfektan
kemudian
47
dibersihkan kembali dan wadah
tersebut dibiarkan kering udara
agar bahan beracun tersebut
telah hilang menguap. Setelah
dilakukan sanitasi diisi dengan air
untuk memeriksa kebocoran bak.
Gambar 2.39. Sanitasi bak
budidaya
2. Perbaikan wadah
Sebelum
wadah
digunakan
dilakukan pemeriksaan apakah
bak
tersebut
siap
untuk
digunakan untuk budidaya ikan.
Pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui apakah bak yang
akan
digunakan
mengalami
kerusakan
baik
karena
kebocoran dasar dan dinding bak
maupun
karena
adanya
kebocoran
pada
pipa
pengeluaran dan pemasukan.
Oleh karena itu kerusakan
tersebut harus diperbaiki dahulu
sebelum digunakan. Bahan untuk
memperbaiki kebocoran bak
dapat berupa resin serat kaca
untuk bak yang terbuat dari serat
fiber, semen atau lem khusus
untuk beton untuk bak yang
terbuat dari beton, bila bak yang
akan digunakan terbuat dari
plastik maka dapat digunakan
selotip tahan air untuk menutupi
kebocoran wadah
budidaya.
Setelah kerusakan diperbaiki
maka bak harus dibiarkan
beberapa hari agar bahan
tersebut telah kering dan tidak
membahayakan ikan yang akan
dibudidayakan.
3. Perbaikan instalasi udara
Pada wadah budidaya ikan yang
menggunakan
bak
biasanya
menggunakan alat bantu untuk
meningkatkan kelarutan oksigen
didalam wadah budidaya dengan
menggunakan aerator ataupun
blower. Oleh karena itu harus
dilakukan pemeriksaan terhadap
peralatan
tersebut.
Instalasi
udara terdiri dari pompa udara,
penyaring udara, pipa penyalur,
batu aerasi dan alat pengatur
banyaknya aliran udara (kran).
Peralatan ini sering mengalami
kebocoran pada
pipa
dan
penyumbatan pada batu aerasi.
Ganti atau perbaiki peralatan
yang rusak dan tidak berfungsi
lagi. Pompa udara merupakan
alat yang paling penting pada
proses budidaya ikan di bak
karena banyaknya pengudaraan
pada air media tergantung dari
kekuatan pompa yang ada. Oleh
karena itu pompa yang yang
telah
lemah
harus
segera
diperbaiki,
karena
dapat
berakibat fatal bagi ikan bila
terhentinya aliran udara dalam
waktu lama.
4. Perbaikan instalasi air
Pada
budidaya
ikan
menggunakan
wadah
bak
biasanya tidak mempunyai pipa
pemasukan air seperti dikolam,
pada bak pintu pemasukkan air
48
merupakan
kran
air
yang
dimasukkan
kedalam
bak
budidaya. Sumber air yang
digunakan dapat berasal dari
mata air atau dari sumur yang
dipompakan ke bak-bak melalui
pipa pengaturan. Kebocoran
sering
terjadi
pada
pipa
penyaluran dan kran pengatur
aliran. Air harus tetap tersedia
karena
untuk
keperluan
pergantian air pada media
pemeliharaan ikan. Sedangkan
pintu pengeluarannya berupa
pipa yang terbuat dari pipa PVC
dalam bentuk L atau lurus. Pintu
pengeluaran
air
ini
harus
diperiksa
apakah
terjadi
penyumbatan
pada
saluran
pembuangannya.
Persiapan wadah budidaya ikan
yang menggunakan akuarium
tidak jauh berbeda dengan
penggunaan bak.
Pada wadah budidaya karamba
jaring terapung wadah tersebut
harus
disiapkan
sebelum
digunakan dengan beberapa
tahap antara lain adalah :
1. Perbaikan kerangka
Pemeriksaan terhadap kerangka
yang digunakan dalam budidaya
ikan di karamba jaring terapung
harus dilakukan, karena masa
pakai kerangka ini tidak bisa
sepanjang tahun. Masa pakai
kerangka ini sangat bergantung
pada bahan yang digunakannya,
ada beberapa macam bahan
yang
digunakan
sebagai
kerangka antara lain adalah
bambu, besi, stainless steel atau
papan. Setiap bahan tersebut
mempunyai masa pakai yang
berbeda oleh karena itu harus
dilakukan
perbaikan
pada
kerangka jarring apung yang
sudah mengalami kerusakan
agar wadah tersebut dapat
dipergunakan untuk budidaya
ikan.
2. Perbaikan jaring
Jaring yang akan digunakan
untuk budidaya ikan harus
dilakukan
perbaikan
dan
pergantian jika telah mengalami
kerusakan.
Perbaikan
jaring
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
perajutan
pada
bagian
jarring
yang
rusak
sedangkan pada jaring yang
sudah lapuk harus diganti
dengan jaring yang baru. Hal ini
dilakukan
agar
ikan
yang
dibudidayakan tidak keluar dari
wadah budidaya. Pada kantong
jaring yang di pergunakan untuk
budidaya
ikan
sebelumnya
biasanya
banyak
terdapat
hewan-hewan
kecil
yang
menempel pada kantong jaring,
oleh karena itu harus dilakukan
pembersihan
dengan
cara
menyikat kantong jaring dan
menjemurnya kembali setelah
dibersihkan agar hewan-hewan
kecil tersebut bersih dari jaring.
49
BAB III MEDIA BUDIDAYA IKAN
Media budidaya ikan merupakan
suatu tempat hidup bagi ikan untuk
tumbuh dan berkembang yaitu air.
Air yang dapat digunakan sebagai
budidaya ikan harus mempunyai
standar kuantitas dan kualitas yang
sesuai dengan persyaratan hidup
ikan. Air yang dapat digunakan
sebagai media hidup ikan harus
dipelajari
agar
ikan
sebagai
organisme air dapat dibudidayakan
sesuai kebutuhan manusia sebagai
sumber bahan pangan yang bergizi
dan relatif harganya murah. Air yang
dapat memenuhi kriteria yang baik
untuk hewan dan tumbuhan tingkat
rendah yaitu plankton sebagai
indikator paling mudah bahwa air
tersebut dapat digunakan untuk
budidaya ikan. Hal ini dikarenakan
organisme ini merupakan produsen
primer
sebagai
pendukung
kesuburan perairan. Oleh karena itu
kondisi perairan/ air harus mampu
menyiapkan kondisi yang baik,
terutama untuk tumbuhan tingkat
rendah (Fitoplankton) dalam proses
asimilasi sebagai sumber makanan
hewan terutama ikan.
Secara umum air sebagai lingkungan
hidup mempunyai sifat fisik, sifat
kimia dan sifat biologi. Agar dapat
melakukan pengelolaan kualitas air
dalam budidaya ikan maka harus
dipahami ketiga parameter kualitas
air
yang
sangat
menentukan
keberhasilan suatu budidaya ikan.
Dalam bab ini akan dibahas tentang
kuantitas air dalam hal ini sumber air
yang
dapat
digunakan
untuk
kegiatan
budidaya,
parameter
kualitas air yang akan sangat
menentukan keberhasilan suatu
usaha budidaya ikan dan bagaimana
cara
melakukan
pengukuran
terhadap parameter kualitas air
tersebut agar dapat selalu dipantau
perubahan kualitas air dalam wadah
budidaya ikan.
3.1. Sumber air
Sumber air yang dapat digunakan
untuk kegiatan budidaya ikan ada
beberapa
macam.
Berdasarkan
asalnya sumber air yang dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya
ikan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu air permukaan dan air
tanah. Air permukaan yaitu air hujan
yang
mengalami
limpasan/
50
berakumulasi sementara ditempattempat rendah misalnya : air sungai,
waduk, danau dan rawa. Selain itu
air
permukaan
dapat
juga
didefenisikan sebagai air yang
berada disungai, danau, waduk,
rawa dan badan air lainnya yang
tidak mengalami infiltrasi kedalam.
Sumber air permukaan tersebut
sudah banyak dipergunakan untuk
kegiatan budidaya ikan. Sedangkan
air tanah yaitu air hujan yang
mengendap atau air yang berada
dibawah permukaan tanah. Air tanah
yang saat ini digunakan untuk
kegiatan budidaya dapat diperoleh
melalui cara pengeboran air tanah
dengan kedalaman tertentu sampai
diperoleh titik sumber air yang akan
keluar dan dapat dipergunakan untuk
kegiatan budidaya.
Air tanah memiliki kelebihan airnya
bersih, kekurangannya air tanah
mempunyai kandungan oksigen yang
rendah, kadar karbondioksida yang
tinggi dan kandungan besi yang
relatif tinggi. Solusinya dengan
menggunakan
aerator/kincir
air
/blower pada air pemeliharaan dan
yang utama air tanah tersebut harus
diinapkan minimal semalam (12 jam)
untuk meningkatkan kadar oksigen
terlarut, selain itu jika air tanah
mengalami kontak dengan udara
akan mengalami proses oksigenasi
sehingga ion feri(besi) yang terdapat
pada air tanah akan segera
mengalami pengendapan dan akan
membentuk warna kemerahan pada
air. Air tanah mempunyai kandungan
oksigen yang rendah karena air ini
pergerakannya didalam tanah sangat
lambat dan sangat dipengaruhi oleh
porositas, permeabilitas dari lapisan
tanah dan pengisian kembali air. Jika
sumber air tanah ini dieksploitasi
secara besar-besaran maka jumlah
air tanah akan semakin berkurang.
Air tanah berdasarkan kandungan
salinitasnya merupakan air tawar
yang akan dipergunakan untuk
budidaya ikan air tawar. Saat ini
dibeberapa kota besar yang telah
banyak sekali terjadi pengeboran air
tanah secara besar-besaran maka
kadar salinitas dari air tanah ini
mengalami perubahan karena telah
tercemar dengan air laut. Oleh
karena itu sumber air yang biasa
digunakan di kota besar adalah air
yang berasal dari PAM. Air PAM ini
berasal dari sumber air permukaan
dan mengalami proses tertentu
sampai diperoleh kualitas air sesuai
baku mutu yang diinginkan. Sumber
air tersebut dapat dipergunakan
untuk budidaya ikan air tawar karena
memiliki kandungan oksigen yang
cukup
dan
pH
yang
stabil.
Kekurangan air PAM ini biasanya
mengandung klorin/kaporit yang
cukup tinggi dan solusinya sama
seperti pada air tanah cukup
dilakukan pengendapan air pada
wadah terpisah minimal semalam
yaitu 12 jam.
Air
permukaan
yang
dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya
ikan berdasarkan kadar garamnya
(salinitas) dibagi menjadi tiga yaitu
air tawar, air payau dan air laut. Air
tawar adalah air yang memiliki kadar
garam (salinitas) antara 0 – 5 ppt. Air
payau adalah air yang memiliki kadar
garam (salinitas) antara 6 – 29 ppt.
Air laut adalah air yang memiliki
kadar garam (salinitas) antara 30 –
35 ppt. Ketiga air ini dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya ikan, pada air tawar
51
dipergunakan
untuk
membudidayakan ikan air tawar, pada air
payau
dipergunakan
untuk
membudidayakan ikan air payau dan
air laut untuk membudidayakan ikan
air laut. Air permukaan ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan lamanya
terakumulasi dalam suatu tempat
dibagi menjadi dua yaitu perairan
tergenang (Lentik) antara lain adalah
danau, waduk dan situ , yang kedua
adalah perairan mengalir (Lotik)
antara lain adalah sungai, saluran
irigasi, air laut.
Air yang berasal dari danau, waduk
dan situ merupakan sumber air tawar
yang
banyak
digunakan
oleh
kegiatan budidaya ikan dengan
metode budidaya di perairan umum
yaitu karamba jaring apung. Pada
perairan tergenang yang perlu
diperhatikan
adalah
terjadinya
stratifikasi secara vertikal yang
diakibatkan
oleh
perbedaan
intensitas cahaya dan perbedaan
suhu secara vertikal pada kolom air.
Air yang digunakan untuk kegiatan
budidaya ikan yang berasal dari air
mengalir dan banyak dipergunakan
oleh masyarakat adalah air sungai
untuk budidaya ikan air tawar dan air
laut untuk budidaya ikan air laut. Air
sungai merupakan sumber air yang
murah dan tidak memerlukan biaya
tetapi sumber air ini memiliki
kandungan lumpur yang cukup
tinggi,
sehingga
dalam
pemakaiannya
sebaiknya
dimasukkan terlebih dahulu pada bak
pengendapan. Keuntungan sumber
air ini adalah mempunyai kandungan
oksigen yang cukup tinggi.
Pemilihan dari berbagai
sumber
air
tersebut
macam
sangat
bergantung kepada lokasi dimana
budidaya ikan tawar akan dilakukan ,
kuantitas dan kualitas air yang
terdapat pada sumber air tersebut.
Walaupun sumber air tersebut
berasal dari alam harus diperhatikan
juga tentang kontinuitas ketersediaan
air tersebut untuk kegiatan budidaya.
Pada kegiatan budidaya ikan jumlah
air yang dibutuhkan tidak sedikit
harus tersedia secara terus menerus.
Jumlah air yang diperlukan untuk
mengairi wadah budidaya ikan harus
cukup dan tersedia sepanjang tahun
karena dengan melakukan budidaya
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan pangan manusia. Untuk
mengetahui kebutuhan air pada
wadah
budidaya
ikan
dapat
dilakukan
perhitungan
jumlah
persediaan air sumber. Salah satu
cara untuk mengetahui jumlah air
yang diperlukan pada kegiatan
budidaya adalah dengan mengetahui
jumlah air pada saluran sepanjang
tahun. Jumlah air yang dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya dapat diketahui dengan
mengukur debit air saluran. Debit air
saluran merupakan jumlah air yang
mengalir
dalam
saluran
yang
dinyatakan dengan ukuran liter
perdetik. Debit air saluran dapat
diukur
dengan
cara
langsung
maupun secara tidak langsung.
Pengukuran
debit
air
secara
langsung
dilakukan
dengan
menggunakan
sekat
ukur.
Sedangkan pengukuran debit air
secara tidak langsung dilakukan
dengan cara menentukan rata-rata
luas penampang basah saluran
dikalikan dengan kecepatan aliran air
rata-rata. Pengukuran secara tidak
langsung
inilah
yang
banyak
digunakan oleh para pembudidaya
52
ikan dilapangan karena relatif mudah
dilakukan.
3.2. Parameter kualitas air
3.2.1. Sifat Fisik
3.2.1.1. Kepadatan (density/berat
jenis)
Pada suhu 4 °C (3,95° C ) air murni
mempunyai
kepadatan
yang
maksimum yaitu 1 (satu), sehingga
kalau suhu air naik, lebih tinggi dari
4° C kepadatan/berat jenisnya akan
turun, demikian juga kalau suhunya
lebih rendah dari 4 °C. Sifat air yang
demikian itu, maka akan terjadi
pelapisan-pelapisan suhu air pada
danau atau perairan dalam, yaitu
pada lapisan dalam suatu perairan
suhu air makin rendah dibanding
pada permukaan air. Akan tetapi bila
air membeku jadi es, es tersebut
akan terapung. Akibat dari sifat
tersebut
akan
menimbulkan
pergolakan/perpindahan massa air
dalam perairan tersebut, baik secara
vertikal maupun horizontal. Sifat air
ini mengakibatkan pada perairan
didaerah yang beriklim dingin yang
membeku perairannya hanya pada
bagian atasnya saja sedangkan pada
bagian bawahnya masih berupa
cairan
sehingga
kehidupan
organisme akuatik masih tetap
berlangsung. Selain itu keuntungan
adanya gerakan air ini dapat
mendistribusikan/
menyebarkan
berbagai zat ke seluruh perairan,
sebagai
sumber
mineral
bagi
fitoplankton dan fitoplankton sebagai
makanan ikan maupun hewan air
lainnya. Dasar perairan adalah
merupakan akumulasi pengendapan
mineral-mineral yang merupakan
persediaan “nutrient” yang akan
dimanfaatkan oleh mahluk hidup
(yang
pada
umumnya
tinggal
didaerah permukaan air karena
mendapatkan sinar matahari yang
cukup). Pada perairan yang oligotrof
(cukup
banyak
mengandung
mineral), aliran vertikal tidak banyak
membawa keberuntungan, justru
sebaliknya dapat mengendapkan
mineral-mineral yang datang dari
tempat lain kedasar perairan,
mineral-mineral tersebut akan di
absorbsi oleh dasar perairan .
Sedangkan kerugian adanya aliran
air ini adalah terutama aliran air yang
vertikal
sering
menimbulkan
“upwalling”
pada
danau-danau,
sehingga menyebabkan keracunan
dan kematian ikan secara masal. Hal
ini disebabkan kondisi air yang
anaerob (oksigen rendah) dan zatzat beracun dari dasar perairan akan
naik kepermukaan air.
3.2.1.2. Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul air mempunyai daya
saling tarik menarik, kalau daya
saling
tarik
menarik
tersebut
mengalami gangguan karena adanya
benda yang bergerak dalam air
seperti benda tenggelam, maka akan
timbul gesekan-gesekan
yang
disebut dengan “gesekan intern
dalam air“/ Viscosity.
Menurut kesepakatan para ahli fisika,
pada suhu 0° C, kekentalan air murni
mempunyai nilai yang terbesar, dan
ditandai dengan angka 100. Makin
naik suhunya, makin berkurang
kekentalannya. Setiap kenaikan suhu
53
1° C terjadi penurunan viscosity 2%,
hingga pada suhu 25° C viscositas
turun menjadi setengahnya dari nilai
viscosity pada suhu 0° C. Viscosity
ini akan berpengaruh terhadap
proses pengendapan jasad renik
(plankton), zat-zat dan benda-benda
yang melayang didalam air.
3.2.1.3. Tegangan Permukaan
Molekul-molekul air mempunyai daya
saling
tarik
menarik
terhadap
molekul-molekul yang ada. Dalam
fase cair daya tarik menarik masih
sedemikian
besarnya,
sehingga
molekul-molekul zat cair masih
mempunyai daya “Kohesi “.
Daya tarik menarik molekul air ini
terjadi kesegala penjuru, sedang
dipermukaan hanya terjadi gaya tarik
menarik kesamping dan kedalam
saja dan sifat itu yang menyebabkan
timbulnya tegangan permukaan.
Akibat adanya tegangan permukaan,
maka binatang dan tumbuhan yang
ringan, seperti kimbung akar dapat
berjalan diatas permukaan air, ada
juga plankton yang menggantung
dibawah permukaan air.
3.2.1.4. Suhu Air
Air
sebagai
lingkungan
hidup
organisme air relatif tidak begitu
banyak mengalami fluktuasi suhu
dibandingkan dengan udara, hal ini
disebabkan panas jenis air lebih
tinggi daripada udara. Artinya untuk
naik 1° C, setiap satuan volume air
memerlukan sejumlah panas yang
lebih banyak dari pada udara. Pada
perairan dangkal akan menunjukkan
fluktuasi suhu air yang lebih besar
dari pada perairan yang dalam.
Sedangkan organisme memerlukan
suhu yang stabil atau fluktuasi suhu
yang rendah. Agar suhu air suatu
perairan berfluktuasi rendah maka
perlu adanya penyebaran suhu. Hal
tersebut tercapai secara sifat alam
antara lain;
• Penyerapan (absorbsi) panas
matahari
pada
bagian
permukaan air.
• Angin,
sebagai
penggerak
permindahan massa air.
• Aliran vertikal dari air itu sendiri,
terjadi bila disuatu perairan
(danau) terdapat lapisan suhu air
yaitu lapisan air yang bersuhu
rendah akan turun mendesak
lapisan air yang bersuhu tinggi
naik kepermukaan perairan.
Selain
itu
suhu
air
sangat
berpengaruh
terhadap
jumlah
oksigen terlarut didalam air. Jika
suhu tinggi, air akan lebih lekas
jenuh dengan oksigen dibanding
dengan suhunya rendah. Suhu air
pada
suatu
perairan
dapat
dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan
laut (altitude), waktu dalam satu hari,
penutupan
awan,
aliran
dan
kedalaman air. Peningkatan suhu air
mengakibatkan
peningkatan
viskositas, reaksi kimia, evaporasi
dan volatisasi serta penurunan
kelarutan gas dalam air seperti O2,
CO2, N2, CH4 dan sebagainya.
Kisaran suhu air yang sangat
diperlukan agar pertumbuhan ikanikan pada perairan tropis dapat
berlangsung berkisar antara 25° C 32° C. Kisaran suhu tersebut
54
biasanya berlaku di Indonesia
sebagai salah satu negara tropis
sehingga sangat menguntungkan
untuk melakukan kegiatan budidaya
ikan. Suhu air sangat berpengaruh
terhadap proses kimia, fisika dan
biologi di dalam perairan, sehingga
dengan perubahan suhu pada suatu
perairan
akan
mengakibatkan
berubahnya semua proses didalam
perairan. Hal ini dilihat dari
peningkatan suhu air maka kelarutan
oksigen akan berkurang. Dari hasil
penelitian
diketahui
bahwa
peningkatan 10° C suhu perairan
mengakibatkan
meningkatnya
konsumsi oksigen oleh organisme
akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat,
sehingga kebutuhan oksigen oleh
organisme akuatik itu berkurang.
Suhu air yang ideal bagi organisme
air yang dibudidayakan sebaiknya
adalah tidak terjadi perbedaan suhu
yang mencolok antara siang dan
malam (tidak lebih dari 5° C) .
Pada perairan yang tergenang yang
mempunyai kedalaman air minimal
1,5 meter biasanya akan terjadi
pelapisan
(stratifikasi)
suhu.
Pelapisan ini terjadi karena suhu
permukaan air lebih tinggi dibanding
dengan suhu air dibagian bawahnya.
Stratifikasi suhu pada kolom air
dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pertama lapisan epilimnion yaitu
lapisan sebelah atas perairan yang
hangat dengan penurunan suhu
relatif kecil (dari 32° C menjadi 28°
C). Lapisan kedua disebut dengan
lapisan termoklin yaitu lapisan
tengah yang mempunyai penurunan
suhu sangat tajam (dari 28° C
menjadi 21° C ). Lapisan ketiga
disebut lapisan hipolimnion yaitu
lapisan paling bawah dimana pada
lapisan ini perbedaan suhu sangat
kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu
ini terjadi karena masuknya panas
dari cahaya matahari kedalam kolom
air yang mengakibatkan terjadinya
gradien suhu yang vertikal. Pada
kolam yang kedalaman airnya
kurang dari 2 meter biasanya terjadi
stratifikasi suhu yang tidak stabil.
Oleh
karena
itu
bagi
para
pembudidaya ikan yang melakukan
kegiatan budidaya ikan kedalaman
air tidak boleh lebih dari 2 meter.
Selain itu untuk memecah stratifikasi
suhu pada wadah budidaya ikan
diperlukan suatu alat bantu dengan
menggunakan aerator/blower/ kincir
air.
Berdasarkan hasil penelitian suhu air
sangat berpengaruh terhadap respon
ikan dalam mengkonsumsi pakan
yang diberikan selama berlangsung
kegiatan budidaya. Respon tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.1
55
Tabel 3.1. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan
Respon konsumsi pakan
Suhu air (°C)
Mendekati 0
8 – 10
Kondisi kritis minimal
Tidak ada respon terhadap pemberian pakan
15
Pemberian pakan berkurang
22
50% optimum
28 – 30
Pemberian pakan optimum
33
50% optimum
35
Pemberian pakan berkurang
36 – 38
Tidak respon terhadap pemberian pakan
38 – 42
Kondisi kritis minimal
Sumber : Tucker and Hargreaves (2004)
3.2.1.5. Kecerahan dan kekeruhan
air
terjadinya proses asimilasi didalam
air.
Kecerahan dan kekeruhan air dalam
suatu perairan dipengaruhi oleh
jumlah cahaya matahari yang masuk
kedalam perairan atau disebut juga
dengan intensitas cahaya matahari.
Cahaya
matahari
didalam
air
berfungsi terutama untuk kegiatan
asimilasi fito/tanaman didalam air,.
Oleh karena itu daya tembus cahaya
kedalam air sangat menentukan
tingkat kesuburan air. Dengan
diketahuinya intensitas cahaya pada
berbagai kedalaman tertentu, kita
dapat
mengetahui
sampai
dimanakah masih ada kemungkinan
Kecerahan
merupakan
ukuran
transparansi
perairan
dan
pengukuran cahaya sinar matahari
didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan
Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan
meter. Jumlah cahaya yang diterima
oleh phytoplankton diperairan asli
bergantung pada intensitas cahaya
matahari yang masuk kedalam
permukaan air dan daya perambatan
cahaya didalam air. Masuknya
cahaya
matahari
kedalam
air
dipengaruhi juga oleh kekeruhan air
56
(turbidity). Sedangkan kekeruhan
menggambarkan tentang sifat optik
yang
ditentukan
berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat didalam perairan. Definisi
yang
sangat
mudah
adalah
kekeruhan merupakan banyaknya
zat yang tersuspensi pada suatu
perairan. Hal ini menyebabkan
hamburan dan absorbsi cahaya yang
datang
sehingga
kekeruhan
menyebabkan terhalangnya cahaya
yang menembus air. Faktor-faktor
kekeruhan air ditentukan oleh:
a. Benda-benda
halus
yang
disuspensikan (seperti lumpur
dsb)
b. Jasad-jasad
renik
yang
merupakan plankton
c. Warna air (yang antara lain
ditimbulkan oleh zat-zat koloid
berasal
dari
daun-daun
tumbuhan yang terektrak)
Faktor-faktor ini dapat menimbulkan
warna dalam air. Pengukuran
kekeruhan suatu perairan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut dengan Jackson
Candler Turbidimeter dengan satuan
unit turbiditas setara dengan 1 mg/l
SiO2. Satu unit turbiditas Jackson
Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1 JTU (Jackson
Turbidity Unit).
Air yang dapat digunakan untuk
budidaya ikan selain harus jernih
tetapi tetap terdapat plankton. Air
yang sangat keruh tidak dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya
ikan, karena air yang keruh dapat
menyebabkan :
a. Rendahnya kemampuan daya
ikat oksigen
b. Berkurangnya batas pandang
ikan
c. Selera makan ikan berkurang,
sehingga efisiensi pakan rendah
d. Ikan sulit bernafas karena
insangnya tertutup oleh partikelpartikel lumpur
3.2.1.6. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total
ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat
mudah dipahami adalah jumlah
kadar garam yang terdapat pada
suatu perairan. Hal ini dikarenakan
salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air
setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromida dan
iodida digantikan oleh chlorida dan
semua
bahan
organik
telah
dioksidasi. Pengertian salinitas yang
lainnya adalah jumlah segala macam
garam yang terdapat dalam 1000 gr
air contoh. Garam-garam yang ada
di air payau atau air laut pada
umumnya adalah Na, Cl, NaCl,
MgSO4 yang menyebabkan rasa
pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan
alat
yang
disebut
dengan
Refraktometer atau salinometer.
Satuan untuk pengukuran salinitas
adalah satuan gram per kilogram
(ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas
untuk perairan tawar biasanya
berkisar antara 0–5 ppt, perairan
payau biasanya berkisar antara 6–29
ppt dan perairan laut berkisar antara
30–35 ppt.
57
3.2.2. Sifat Kimia
3.2.2.1. Oksigen
Semua makhluk hidup untuk hidup
sangat
membutuhkan
oksigen
sebagai
faktor
penting
bagi
pernafasan. Ikan sebagai salah satu
jenis
organisme
air
juga
membutuhkan oksigen agar proses
metabolisme
dalam
tubuhnya
berlangsung.
Oksigen
yang
dibutuhkan oleh ikan disebut dengan
oksigen terlarut. Oksigen terlarut
adalah oksigen dalam bentuk terlarut
didalam air karena ikan tidak dapat
mengambil oksigen dalam perairan
dari difusi langsung dengan udara.
Satuan pengukuran oksigen terlarut
adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l
gas oksigen yang terlarut dalam air
atau dalam satuan internasional
dinyatakan ppm (part per million). Air
mengandung oksigen dalam jumlah
yang tertentu, tergantung dari kondisi
air itu sendiri, beberapa proses yang
menyebabkan masuknya oksigen ke
dalam air yaitu:
1. Diffusi oksigen dari udara ke
dalam air melalui permukannya,
yang terjadi karena adanya
gerakan molekul-molekul udara
yang tidak berurutan karena
terjadi benturan dengan molekul
air sehingga O2 terikat didalam
air. Proses diffusi ini akan selalu
terjadi bila pergerakan air yang
mampu mengguncang oksigen,
karena kandungan O2 didalam
udara jauh lebih banyak. Menurut
penelitian, air murni 1000 cc
pada suhu kamar mengandung 7
cc O2, sedangkan udara murni
suhu pada kamar mengundang
210 cc O2. Dari gambaran
tersebut, maka air relatif mudah
melepaskan O2 ke udara. Dari
imbangan tersebut di atas dapat
di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
• Tercapainya imbangan O2 di
air dan di udara, tergantung
dari jumlah molekul-molekul
zat (garam-garam) yang larut
di dalam air (dalam satuansatuan
tertentu),
sebab
jumlah
tersebut
yang
menentukan
kemungkinan
terbentuknya molekul-molekul
dan menentukan pula jumlah
banyaknya molekul-molekul
gas yang meninggalkan air
lagi. Air yang mengandung
garam-garam pada kadar O2
yang rendah saja sudah
dapat
seimbang
dengan
udara lebih cepat, bila di
bandingkan
dengan
air
suling.
• Kemungkinan
bertubrukan
molekul air di tentukan oleh
suhu air. Makin tinggi suhu
air,makin
rendah
jumlah
oksigen yang dapat di
kandung/ di ikat oleh air.
Artinya; jika suhu air tinggi,
maka air itu dengan kadar
oksigen yang rendah saja
sudah
dapat
seimbang
dengan
udara,
sehingga
penambahan oksigen lebih
lanjut
tidak
akan
meningkatkan
oksigen
terlarut dalam air. Dalam
kegiatan budidaya ikan sifat
tersebut
penting
artinya,
terutama
dalam
pengangkutan ikan hidup,
pemeliharaan
ikan
di
akuarium, atau pemeliharaan
ikan secara tertutup pada
58
Recyle
Sistem.
Pada
pengangkutan ikan sebaiknya
dilakukan pada pagi/sore hari
waktu suhu udara masih
relatif
rendah,
sehingga
goncangan
airnya
yang
terjadi
akan
mampu
meningkatkan
difusi
02
kedalam
air.
Pada
pemeliharaan
ikan
diakuarium atau pada tempat
yang terbatas, pemberian
lampu, yang mengakibatkan
suhu air meningkat, akan
menurunkan kemampuan air
mengikat.
2. Diperairan umum, pemasukan
oksigen ke dalam air terjadi
karena air yang masuk sudah
mengandung oksigen, kecuali itu
dengan aliran air, mengakibatkan
gerakan
air
yang
mampu
mendorong terjadinya proses
difusi oksigen dari udara ke
dalam air.
3. Hujan yang jatuh,secara tidak
langsung akan meningkatkan O2
di dalam air, pertama suhu air
akan
turun,
sehingga
kemampuan air mengikat oksigen
meningkat,
selanjutnya
bila
volume air bertambah dari
gerakan air, akibat jatuhnya air
hujan
akan
mampu
meningkatkan O2 di dalam air.
4. Proses
Asimilasi
tumbuhan.
tumbuh-
Tanaman air yang seluruh
batangnya ada didalam air di
waktu siang akan melakukan
proses asimilasi, dan akan
menambah O2 didalam air.
Sedangkan pada malam hari
tanaman tersebut menggunakan
O2 yang ada didalam air.
Pengambilan air O2 didalam air
disebabkan oleh:
• Proses pernafasan binatang
dan tanaman air.
• Proses
pembongkaran
(menetralisasi) bahan-bahan
organik.
• Dasar perairan yang bersifat
mereduksi, dasar demikian
hanya dapat di tumbuhi
bakteri yang anaerob saja,
yang dapat menimbulkan
hasil pembakaran.
Menurut
Brown
(1987)
peningkatan suhu 1o C akan
meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10%. Hubungan antara
oksigen terlarut dan suhu dapat
dilihat pada Tabel 3.2. yang
menggambarkan bahwa semakin
tinggi suhu, kelarutan oksigen
semakin berkurang.
59
Tabel 3.2. Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu pada
tekanan udara 760 mm Hg (Cole, 1983)
Suhu ( C)
Kadar
Oksigen
terlarut
(mg/l)
Suhu ( C)
Kadar
Oksigen
terlarut
(mg/l)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14,62
14,22
13,83
13,46
13,11
12,77
12,45
12,14
11,84
11,56
11,29
11,03
10,78
10,54
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
10,31
10,08
9,87
9,66
9,47
9,28
9,09
8,91
8,74
8,58
8,42
8,26
8,11
7,97
o
o
Kadar oksigen terlarut dalam suatu
wadah budidaya ikan sebaiknya
berkisar antara 7 – 9 ppm.
Konsentrasi oksigen terlarut ini
sangat
menentukan
dalam
akuakultur. Kadar oksigen terlarut
dalam wadah budidaya ikan dapat
ditentukan dengan dua cara yaitu
dengan cara titrasi atau dengan
menggunakan alat ukur yang disebut
dengan
DO
meter
(Dissolved
Oxygen).
3.2.2.2. Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah
satu parameter kimia yang sangat
menentukan
dalam
kegiatan
budidaya ikan. Karbondioksida yang
Suhu ( C)
Kadar
Oksigen
terlarut
(mg/l)
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
7,83
7,69
7,56
7,43
7,30
7,18
7,06
6,95
6,84
6,73
6,62
6,51
6,41
o
dianalisis dalam kegiatan budidaya
adalah karbondioksida dalam bentuk
gas yang terkandung di dalam air.
Gas CO2 memegang peranan
sebagai unsur makanan bagi semua
tumbuhan
yang
mempunyai
chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan
renik maupun tumbuhan tingkat
tinggi. Sumber gas CO2 didalam air
adalah
hasil
pernafasan
oleh
binatang-binatang air dan tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan
organik didalam air oleh jasad renik.
Bagian air yang banyak mengandung
CO2 adalah didasar perairan, karena
ditempat
itu
terjadi
proses
pembakaran bahan organik yang
cukup banyak. Untuk kegiatan
asimilasi bagi tumbuh-tumbuhan,
jumlah CO2 harus cukup, tetapi bila
jumlah CO2 melampaui batas akan
60
kritis bagi kehidupan binatangbinatang air. Pengaruh CO2 yang
terlalu banyak tidak saja terhadap
perubahan pH air, tetapi juga bersifat
racun. Dengan meningkatnya CO2,
maka O2 dalam air juga ikut
menurun, sehingga pada level
tertentu akan berbahaya bagi
kehidupan binatang air. Kadar CO2
yang bebas didalam air tidak boleh
mencapai batas yang mematikan
(lethal), pada kadar 20 ppm sudah
merupakan racun bagi ikan dan
mematikan ikan jika kelarutan
oksigen didalam air kurang dari 5
ppm (5 mg/l).
CO2 yang digunakan oleh organisme
dalam air, mula-mula adalah CO2
bebas, bila yang bebas sudah habis,
air akan melepaskan CO2 yang
terikat
dalam
bentuk
Calsium
bikarbonat
maupun
Magnesium
bikarbonat.
Air
yang
banyak
mengandung persediaan Calsium
atau Magnesium bikarbonat dalam
jumlah yang cukup, mempunyai
kapasitas produksi yang baik.
3.2.2.3. pH Air
pH (singkatan dari “ puisance negatif
de H “ ), yaitu logaritma negatif dari
kepekatan ion-ion H yang terlepas
dalam
suatu
perairan
dan
mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
kehidupan
organisme
perairan, sehingga pH perairan
dipakai sebagai salah satu untuk
menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan.
Pada perairan perkolaman pH air
mempunyai arti yang cukup penting
untuk
mendeteksi
potensi
produktifitas kolam. Air yang agak
basa, dapat mendorong proses
pembongkaran bahan organik dalam
air menjadi mineral-mineral yang
dapat diasimilasikan oleh tumbuhtumbuhan (garam amonia dan nitrat).
Pada
perairan
yang
tidak
mengandung bahan organik dengan
cukup, maka mineral dalam air tidak
akan ditemukan. Andaikata kedalam
kolam itu kemudian kita bubuhkan
bahan
organik
seperti
pupuk
kandang, pupuk hijau dsb dengan
cukup, tetapi kurang mengandung
garam-garam bikarbonat yang dapat
melepaskan
kationnya,
maka
mineral-mineral
yang
mungkin
terlepas juga tidak akan lama berada
didalam air itu. Untuk menciptakan
lingkungan air yang bagus, pH air itu
sendiri harus mantap dulu (tidak
banyak terjadi pergoncangan pH air).
Ikan rawa seperti sepat siam
(Tricogaster pectoralis), sepat jawa
(Tricogaster tericopterus ) dan ikan
gabus dapat hidup pada lingkungan
pH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan
pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio)
dan gurami, tidak dapat hidup pada
pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2.
Klasifikasi
nilai
pH
dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
• Netral : pH = 7
• Alkalis (basa) : 7 < pH < 14
• Asam : 0 < pH < 7
Derajat keasaman suatu kolam ikan
sangat dipengaruhi oleh keadaan
tanahnya yang dapat menentukan
kesuburan suatu perairan. Nilai pH
asam tidak baik untuk budidaya ikan
dimana produksi ikan dalam suatu
perairan akan rendah. Pada pH
netral sangat baik untuk kegiatan
budidaya ikan, biasanya berkisar
antara 7 – 8, sedangkan pada pH
basa juga tidak baik untuk kegiatan
61
budidaya. Pengaruh pH pada
perairan dapat berakibat terhadap
komunitas biologi perairan, untuk
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan (Effendi, 2000)
Nilai pH
Pengaruh Umum
•
6,0 – 6,5
•
•
5,5 – 6,0
•
•
•
5,0 – 5,5
•
•
•
•
4,5 – 5,0
•
•
•
Keanekaragaman plankton dan benthos mengalami
sedikit penurunan
Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tak
mengalami perubahan
Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
benthos semakin nampak
Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan berarti
Algae hijau berfilamen mulai nampak pada zona
literal
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifiton dan benthos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan benthos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifiton dan benthos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan benthos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Air kolam yang pH nya bergoncang
antara 4,5-6,5 masih dapat diperbaiki
dengan menambahkan kapur dalam
jumlah yang cukup. Agar pH nya
dapat dinaikan menjadi 8,0 supaya
pengaruh OH yang rendah bisa
ditiadakan. Pada umumnya pada
pagi hari, waktu air banyak
mengandung CO2, pH air rendah,
pada waktu sore hari air kehabisan
CO2 untuk asimilasi pH air menjadi
tinggi. Kondisi pH ini akan sangat
penting artinya pada pengangkutan
ikan hidup secara tertutup dengan
pemberian
gas
O2.
Pada
pengangkutan ikan hidup secara
terbuka,
kelebihan
CO2
hasil
pernafasan ikan yang diangkut tidak
jadi masalah, sebab CO2 itu
senantiasa masih berkesempatan
menjadi seimbang dengan udara
terbuka
diatasnya,
sehingga
penurunan pH air tidak akan terlalu
buruk bagi ikan. Pada pengangkutan
tertutup
upaya
mencegah
penurunan pH air dapat ditambahkan
larutan buffer seperti Na2HPO4 ,
sehingga pH yang sedianya akan
turun
dapat
dicegah.
Dengan
demikian waktu pengangkutan ikan
62
dapat diupayakan lebih panjang.
Metode penentuan pH air dapat
menggunakan alat pH meter atau
dengan
menggunakan
kertas
indikator pH.
Diperairan asli, pergoncangan pH
dari yang tinggi ke pH rendah dapat
disanggah oleh unsur calsium yang
terdapat dalam air asli itu sendiri.
Apabila suatu perairan kadar calsium
dalam bentuk Ca(HCO3)2 cukup
tinggi, maka daya menyanggah air
terhadap pergoncangan pH menjadi
besar.
Unsur Ca didalam air membentuk
dua macam senyawa yaitu:
1. Senyawa
kalsium
carbonat
(CaCO3) yang tidak dapat larut
2. Senyawa kalsium bicarbonat atau
kalsium
hidrogen
karbonat
(Ca(HCO3)2) yang dapat larut
dalam air.
Faktor yang menentukan besar
kecilnya kemampuan penyanggah
pergoncangan asam (pH) adalah
banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air.
Proses terjadinya penyanggahan
asam didalam air adalah sbb:
Kalau dalam suatu perairan, CO2
terambil, maka mula-mula pH air
akan naik, akan tetapi pada saat
yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang
larut dalam air itu akan pecah
menurut persamaan sebagai berikut:
Ca (HCO3)2
Ca CO3 + H2O + CO2
Sehingga dalam air itu terjadi
pembentukan CO2
yang baru,
selanjutnya pH air mempunyai
kecenderungan untuk turun lagi.
Berdasarkan proses tersebut diatas,
kadar Ca yang terkandung dalam air
menjadi
berkurang.
Kalcium
bikarbonat
yang terbentuk pada
pemecahan itu akan mengendap
berupa endapan putih didasar
perairan, pada daun-daun tanaman
air
dsb.
Sebaliknya,
apabila
terbentuk gas CO2 yang banyak
didalam air maka mula-mula pH air
mempunyai kecenderungan untuk
turun akan tetapi dengan segera gas
CO2 yang berkeliaran bebas itu akan
diikat oleh CaC03 yang sulit larut
dalam air tadi. Menurut persamaan
reaksi:
CaCO + CO2 + H2O
Ca (HCO3)2.
Sehingga jumlah CO2 bebasnya
akan berkurang, akibatnya pH air
mempunyai kecenderungan untuk
naik, sehingga kecenderungan pH
untuk turun dapat disanggah.
Proses imbangan pH dapat dituliskan
dengan reaksi sebagai berikut :
Ca (HCO3)2
CaCO3 + CO2 + H2O
Jadi jumlah Ca (HCO3 )2 dalam air
merupakan salah satu unsur dari
baik buruknya perairan sebagai
lingkungan hidup.
3.2.2.4. Bahan Organik dan garam
mineral dalam air
Mineral merupakan salah satu unsur
kimia yang selalu ada dalam suatu
perairan, beberapa jenis mineral
antara lain adalah Kalsium (Ca),
Pospor (P), Magnesium (Mg),
Potassium (K), Sodium (Na), Sulphur
(S), zat besi (Fe), Tembaga (Cu),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F),
Yodium (I) dan Nikel (Ni). Diperairan
63
umum mineral yang diperlukan oleh
phytoplakton senantiasa diperoleh
dari pembongkaran bahan-bahan
organik sisa dari tumbuhan dan
binatang yang sudah mati. Di alam
mineral tersebut berasal dari air yang
masuk, atau adanya penambahan
pupuk buatan. Pembongkaran bahan
organik dilakukan oleh jasad renik
yang terdapat didalam air. Pada
umumnya
jasad
renik
ini
menghendaki perairan yang pHnya 7
sedikit
mendekati
basa.
Pembongkaran bahan organik ada
yang dilakukan secara anaerob
(tidak memerlukan oksigen). Proses
pembongkaran itu juga dipengaruhi
oleh suhu air.
Bahan organik yang larut didalam air
belum dapat dimanfaatkan oleh
binatang air secara langsung.
Bahan-bahan
organik
yang
mengendap di dasar perairan yang
dangkal dapat dimakan secara
langsung oleh berbagai macam
binatang benthos (binatang yaang
hidup didasar perairan) seperti siput
vivipar javanica, cacing tubifex, larva
chironomaus
dan
sebagainya.
Bagian-bagian dari pada lumpur
organik demikian yang tidak dapat
dicernakan, menyisa sebagai detritus
di dasar perairan. Jumlah bahan
organik yang terdapat dalam suatu
perairan dapat digunakan sebagai
salah satu indikator banyak tidaknya
mineral yang dapat dibongkar kelak.
Bila suasana perairan anaerob,
maka protein-protein yang menang
mengandung
belerang
dapat
dibongkar oleh bakteri anaerob
(diantaranya
adalah
Bakterium
vulgare).
Hasil
pembongkaran
tersebut adalah gas hidrogen sulfida
(H2S) dan ditandai bau busuk, air
berwarna
kehitaman.
Gas
itu
merupakan limiting factor/ faktor
pembatas bagi kesuburan perairan.
Kandungan H2S - 6 mg/ l sudah
dapat membunuh ikan Cyprinus
carpio dalam beberapa jam saja.
Untuk mencegah timbulnya H2S
dalam kolam biasanya kolam yang
akan digunakan untuk budidaya ikan
harus dilakukan pengolahan tanah
dasar dan pengeringan. Jenis gas
beracun lainnya yang berasal dari
pembongkaran bahan organik adalah
gas metana.
Gas Metana ( CH4 ) adalah gas yang
bersifat mereduksi dan dikenal
sebagai gas rawa. Metana itu timbul
pada proses pembongkaran hidrat
arang dari bahan organik yang
tertimbun dalam perairan. Hidrat
arang dalam suasana anaerob mulamula dibongkar menjadi asam-asam
karboksilat. Bila suasana air tetap
anaerob
maka
asam-asam
karboksilat direduksikan lebih lanjut
menjadi Metana. Bila gas Metana ini
berhubungan dengan O2 dalam air
sekelilingnya, maka air itu akan
berkurang O2, dan sebagai hasilnya
timbullah gas CO2. Pembongkaran
dalam suasana anaerob juga dapat
dilakukan
oleh
ragi
(Saccharomyces),
hasil
pembongkaran itu adalah alkohol
dan lebih lanjut lagi menjadi asam
cuka (asam asetat ) oleh bakterium
aceti. Kandungan bahan organik
dalam air sangat sulit untuk
ditentukan yang biasa disebut
dengan kandungan total bahan
organik (Total Organic Matter/TOM).
64
3.2.2.5. Nitrogen
2NH3 + 3O2
Nitrogen didalam perairan dapat
berupa nitrogen organik dan nitrogen
anorganik. Nitrogen anorganik dapat
berupa ammonia (NH3), ammonium
(NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan
molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk
gas. Sedangkan nitrogen organik
adalah nitrogen yang berasal bahan
berupa protein, asam amino dan
urea. Bahan organik yang berasal
dari binatang yang telah mati akan
mengalami pembusukan mineral
yang terlepas dan utama adalah
garam-garam nitrogen (berasal dari
asam amino penyusun protein).
Proses pembusukan tadi mula-mula
terbentuk amoniak (NH3) sebagai
hasil perombakan asam amino oleh
berbagai jenis bakteri aerob dan
anaerob. Pembongkaran itu akan
menghasilkan suatu gas CO2 bebas,
menurut
persamaan
reaksinya
adalah:
Bila
perairan
tersebut
cukup
mengandung kation-kation maka
asam nitrit yang terbentuk itu dengan
segera dapat dirubah menjadi
garam-garam nitrit, oleh bakteri
Nitrobacter
atau
Nitrosomonas,
garam-garam nitrit itu selanjutnya
dikerjakan lebih lanjut menjadi
garam-garam
nitrit,
reaksinya
sebagai berikut:
R. CH.NH2. COOH +O2
R. COOH + NH3 + CO2
Berdasarkan reaksi kimia tersebut
dapat diperlihatkan bahwa kolam
yang
dipupuk
dengan
pupuk
kandang/hijau yang masih baru
dalam jumlah banyak dan langsung
ditebarkan benih ikan kedalam
kolam,
biasanya
akan
terjadi
mortalitas yang tinggi pada ikan
karena kebanyakan gas CO2 . Bila
keadaan perairan semakin buruk,
sehingga O2 dalam air sampai habis,
maka secara perlahan proses
pembongkaran bahan organik akan
diambil oleh bakteri lain yang
terkenal ialah Nitrosomonas menjadi
senyawa nitrit. Reaksi tersebut
sebagai berikut:
2NaNO2+O2
2HNO2 + H2O
2NaNO3
Garam-garam nitrit itu penting
sebagai mineral yang diasimilasikan
oleh tumbuh-tumbuhan hijau untuk
menyusun asam amino kembali
dalam tubuhnya, untuk menbentuk
protoplasma
itu
selanjutnya
tergantung pada nitrit, phitoplankton
itu selanjutnya menjadi bahan
makanan bagi organisme yang lebih
tinggi. Nitrit tersebut pada suatu saat
dapat dibongkar lebih lanjut oleh
bakteri denitrifikasi (yang terkenal
yaitu
Micrococcus
denitrifikan),
bakterium nitroxus menjadi nitrogennitrogen bebas, reaksinya sebagai
berikut:
5 C6H12O0 + 24 HNO3
24 H2 CO3 + 6 CO3 +18 H2O +12 N2
Agar supaya phitoplankton dapat
tumbuh dan berkembang biak
dengan subur dalam suatu perairan,
paling sedikit dalam air itu harus
tersedia 4 mg/l nitrogen
(yang
diperhitungkan dari kadar N dalam
bentuk nitrat), bersama dengan 1
mg/l P dan 1 mg/l K.
Bila kadar NH3 hasil pembongkaran
bahan organik di dalam air terdapat
65
dalam
jumlah
besar,
yang
disebabkan proses pembongkaran
protein terhenti sehingga tidak
terbentuk nitrat sebagai hasil akhir,
maka air tersebut disebut “sedang
mengalami pengotoran (Pollution)”.
Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai
juga
sebagai
indikator
untuk
menyatakan derajat polusi. Kadar 0,5
mg/l merupakan batas maksimum
yang lazim dianggap sebagai batas
untuk menyatakan bahan air itu
“unpolluted”. Ikan masih dapat hidup
pada air yang mengandung N 2 mg/l.
Batas letal akan tercapai pada kadar
5 mg/l. Di perairan kolam nitrogen
dalam
bentuk
amonia
sangat
beracun bagi ikan budidaya, tetapi
jika dalam bentuk amonium tidak
begitu berbahaya pada media
akuakultur. Amonia yang ada dalam
wadah budidaya dapat diukur dan
biasanya dalam bentuk ammonia
total. Menurut Boyd (1988), terdapat
hubungan antara kadar ammonia
total dengan ammonia bebas pada
berbagai pH dan suhu yang dapat
dilihat pada Tabel 3.4. Pada tabel
tersebut memperlihatkan daya racun
ammonia yang akan meningkat
dengan meningkatnya kadar pH dan
suhu terhadap organisme perairan
termasuk
ikan.
Tabel 3.4. Persentase (%) ammonia bebas (NH3) terhadap ammonia total
(Boyd, 1988)
pH
26oC
28oC
30oC
32oC
7,0
7,2
7,4
7,6
7,8
8,0
8,2
8,4
8,6
8,8
9,0
9,2
9,4
9,6
9,8
10,0
10,2
0,60
0,95
1,50
2,35
3,68
5,71
8,75
13,20
19,42
27,64
37,71
48,96
60,33
70,67
79,25
85,82
90,56
0,70
1,10
1,73
2,72
4,24
6,55
10,00
14,98
21,83
30,68
41,23
52,65
63,79
73,63
81,57
87,52
91,75
0,81
1,27
2,00
3,13
4,88
7,52
11,41
16,96
24,45
33,90
44,84
56,30
67,12
76,39
83,68
89,05
92,80
0,95
1,50
2,36
3,69
5,72
8,77
13,22
19,46
27,68
37,76
49,02
60,38
70,72
79,29
85,85
90,58
93,84
Kadar
amonia
yang
dapat
mematikan ikan budidaya jika dalam
66
wadah budidaya mengandung 0,1 –
0,3 ppm. Oleh karena itu sebaiknya
kadar amonia didalam wadah
budidaya ikan tidak lebih dari 0,2
mg/l (ppm). Kadar amonia yang
tinggi
ini
diakibatkan
adanya
pencemaran bahan organik yang
berasal dari limbah domestik, industri
dan limpasan pupuk pertanian.
3.2.2.6. Alkalinitas dan
kesadahan
Alkalinitas menggambarkan jumlah
basa (alkali) yang terkandung dalam
air, sedangkan alkalinitas total
adalah konsentrasi total dari basa
yang terkandung dalam air yang
dinyatakan dalam ppm setara
dengan kalsium karbonat. Total
alkalinitas biasanya selalu dikaitkan
dengan pH karena pH air ini akan
menunjukkan apakah suatu perairan
itu asam atau basa. Alkalinitas juga
disebut dengan Daya Menggabung
Asam (DMA) atau buffer/penyangga
suatu
perairan
yang
dapat
menunjukkan
kesuburan
suatu
perairan
tersebut.
Sedangkan
kesadahan
menggambarkan
kandungan Ca, Mg dan ion-ion yang
terlarut dalam air. Berdasarkan
Effendi (2000) Nilai alkalinitas
berkaitan
jenis
perairan
yaitu
perairan dengan nilai alkalinitas
kurang dari 40 mg/l CaCO3 disebut
sebagai perairan lunak (Soft water),
sedangkan perairan yang nilai
alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l
CaCO3 disebut sebagai perairan
keras (Hard water). Perairan dengan
nilai alkalinitas yang tinggi lebih
produkstif daripada dengan perairan
yang nilai alkalinitasnya rendah.
Menurut Schimittou (1991), perairan
dengan alkalinitas yang rendah
(misal kurang dari 15 mg/l) tidak
diinginkan dalam akuakultur karena :
• Perairan tersebut sangat asam
sehingga performansi produksi
ikan (Kesehatan umum dan
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan, hasil dan efisiensi
pakan)
dipengaruhi
secara
negatif.
• Produksi phytoplankton dibatasi
oleh ketidakcukupan CO2 dan
HCO3
yang
cenderung
menyebabkan
rendahnya
kelarutan oksigen dan bisa
mengakibatkan
kematian
plankton.
• Pada tanah-tanah asam dapat
menyerap fosfor yang akan
mereduksi efek pemupukan pada
tingkat
produksi
akuakultur
sistem
ekstensif,
tingkat
pemupukan
ekstensif
dan
pemupukan intensif.
• Fluktuasi pada pH dan faktorfaktor yang berhubungan dapat
menyebabkan
ketidakstabilan
mutu
air
yang
dapat
menyebabkan ikan stres.
• Pada tingkat pH yang ekstrem
dapat menyebabkan kondisikondisi stres masam pada pagi
hari dan kondisi stres alkalin
pada senja hari.
Untuk meningkatkan kandungan
alkalinitas
total
pada
kolam
pemeliharaan ikan dapat digunakan
kapur pertanian. Oleh karena itu
dalam kolam pemeliharaan ikan
sebelum digunakan dilakukan proses
pengapuran dengan menggunakan
beberapa jenis batu kapur yang
67
disesuaikan dengan kualitas tanah
dasar kolam pemeliharaan.
3. Nannoplankton
atau
microplankton
(dapat
lolos
dengan plankton net diatas).
3.2.3. Sifat Biologi
Berdasarkan tempat hidupnya dan
daerah penyebarannya, plankton
dapat merupakan :
• Limnoplankton
(plankton
air
tawar/danau)
• Haliplankton (hidup dalam air
asin)
• Hypalmyroplankton
(khusus
hidup di air payau)
• Heleoplankton (khusus hidup
dalam kolam-kolam)
• Petamoplankton
atau
rheoplankton (hidup dalam air
mengalir, sungai)
Parameter biologi dari kualitas air
yang biasa dilakukan pengukuran
untuk kegiatan budidaya ikan adalah
tentang
kelimpahan
plankton,
benthos dan perifiton sebagai
organisme air yang hidup di perairan
dan dapat digunakan sebagai pakan
alami bagi ikan budidaya. Kajian
secara detail dari ketiga aspek
tersebut akan dibahas pada Bab 6.
Kelimpahan plankton yang terdiri dari
phytoplankton
dan
zooplankton
sangat diperlukan untuk mengetahui
kesuburan suatu perairan yang akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
budidaya.
Plankton
sebagai
organisme perairan tingkat rendah
yang melayang-layang di air dalam
waktu yang relatif lama mengikuti
pergerakan air.
Plankton pada
umumnya sangat peka terhadap
perubahan lingkungan hidupnya
(suhu, pH, salinitas, gerakan air,
cahaya matahari dll) baik untuk
mempercepat perkembangan atau
yang mematikan.
Berdasarkan ukurannya, plankton
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat
dilihat dengan mata telanjang/
biasa/tanpa
pertolongan
mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton
(yang masih dapat disaring oleh
plankton net yang mata netnya
0,03 - 0,04 mm).
3.3. Pengukuran Kualitas
air Budidaya Ikan
Parameter kualitas air yang dapat
digunakan
untuk
keperluan
perikanan
dan
peternakan
di
Indonesia sudah dibuat Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5
Juni 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Dalam peraturan
tersebut dibuat kriteria kualitas air
berdasarkan
golongan
yaitu
Golongan A adalah kriteria kualitas
air yang dapat digunakan sebagai air
minum secara langsung tanpa
pengolahan
terlebih
dahulu,
Golongan B adalah kriteria kualitas
air yang dapat digunakan sebagai air
baku air minum, Golongan C adalah
kriteria kualitas air yang dapat
digunakan
untuk
keperluan
Perikanan
dan
Peternakan,
Golongan D adalah kriteria kualitas
air yang dapat digunakan untuk
68
peraturan tersebut kriteria kualitas air
untuk perikanan dapat dilihat pada
Tabel 3.5.
keperluan
pertanian,
dapat
dimanfaatkan
untuk
usaha
perkotaan, industri dan pembangkit
listrik tenaga air. Berdasarkan
Tabel 3.5. Kriteria kualitas air Golongan C
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
Parameter
Kimia Anorganik
Air raksa
Ammoniak bebas
Arsen
Fluorida
Kadmium
Klorin bebas
Kromium, valensi 6
Nitrit, sebagai N
Oksigen terlarut (DO)
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfida sebagai H2S
Tembaga
Timbal
Kimia organik
BHC
DDT
Endrin
Fenol
Minyak dan lemak
Organofosfat dan karbonat
Senyawa
aktif
biru
(Surfaktan)
metilen
Radioaktivitas
Aktivitas Alfa (Gross Alpha Activity)
Aktivitas beta (Gross Beta Activity)
Satuan
Kadar
maksimum
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0.002
0,02
1
1,5
0,01
0,003
0,05
0,06
6–9
0,05
0,02
0,02
0,002
0,02
0,03
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0,21
0,002
0,004
0,001
1
0,1
0,2
Bq/l
Bq/l
0,1
1,0
Ket.
>3
Keterangan : Bq : Bequerel
69
Berdasarkan Tabel 3.6 diatas
tersebut jika akan melakukan
kegiatan budidaya ikan maka harus
dilakukan pengukuran beberapa
parameter kualitas air pada air yang
akan digunakan untuk budidaya.
Tabel 3.6.
No.
Parameter kualitas air itu dapat
dilakukan
pengukuran
dengan
menggunakan beberapa peralatan
pengukuran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Parameter kualitas air untuk budidaya ikan dan peralatan
pengukuran yang dapat digunakan.
Parameter
1.
2.
3.
4.
Aspek Fisik
Suhu
Kecerahan
Kekeruhan
Salinitas
5.
Debit air
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Aspek Kimia
Oksigen terlarut
Karbondioksida
pH
Alkalinitas
Kesadahan
Ammonia
H2S
Nitrit
Nitrat
Phosphat
1.
2.
3.
Aspek Biologi
Kelimpahan Plankton
Kelimpahan Benthos
Kelimpahan Perifiton
Nilai kisaran untuk
Budidaya Ikan
Peralatan Pengukuran
20 – 30 oC
> 10 cm
25 – 400 JTU
Air tawar 0 – 5 o/oo
Air payau 6 – 29 o/oo
Air tawar 30 – 35 o/oo
Termometer
Secchi Disc
Turbiditymeter
Salinometer/
Refraktometer
Air deras 50 l/dt
Air tenang 0,5 – 5 l/dt
Current meter
5 – 6 ppm
Max 25 ppm
6,5 – 8
50 – 500 ppm CaCO3
3 – 15 dH
< 1,5 ppm
< 0,1 ppm
< 0,2 ppm
0 – 1,5 ppm
< 0,02 ppm
DO meter/Metode Winkler
CO meter/Metode Titrasi
pH meter/Kertas Lakmus
Sesuai kebutuhan
dH meter
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Planktonnet/
Haemocytometer
Ekman Dredge
Peralatan-peralatan yang dapat
digunakan
untuk
mengukur
parameter kualitas air dapat dilihat
pada Gambar . 3.1 sampai dengan
Gambar 3.12.
70
Gambar 3.1. Termometer
Gambar 3.2. Secchi disc
Gambar 3.3. Salinometer
Gambar 3.4. Refraktometer
Gambar 3.5. Flow meter
Gambar 3.6. DO meter
71
Gambar 3.7. pH meter
Gambar 3.8. Kertas lakmus
Gambar 3.9. Planktonnet
Gambar 3.10. Haemocytometer
Gambar 3.11 Ekman dredge
Gambar 3.12. Spektrofotometer
72
BAB IV.
Pengembangbiakan
ikan
PENGEMBANGBIAKAN IKAN
meru-
pakan salah satu kegiatan dari
proses budidaya ikan. Ikan yang
akan dibudidayakan harus dapat
tumbuh dan berkembang biak agar
kontinuitas produksi budidaya dapat
berkelanjutan. Dalam bab ini akan
dibahas beberapa materi yang terkait
dalam proses pengembangbiakan
ikan antara lain adalah seleksi induk,
pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih ikan,
pembesaran ikan dan pemanenan.
4.1. SELEKSI INDUK
Seleksi induk merupakan tahap awal
dalam kegiatan budidaya ikan yang
sangat menentukan keberhasilan
produksi. Dengan melakukan seleksi
induk yang benar akan diperoleh
induk yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga
produktivitas
usaha
budidaya ikan optimal. Seleksi induk
ikan budidaya dapat dilakukan
secara
mudah
dengan
memperhatikan karakter fenotipenya
atau dengan melakukan program
breeding untuk meningkatkan nilai
pemuliabiakan ikan budidaya.
Induk ikan yang unggul akan
menghasilkan benih ikan yang
unggul. Di Indonesia saat ini belum
ada tempat sebagai pusat induk ikan
yang menjamin keunggulan setiap
jenis ikan. Induk ikan yang unggul
pada setiap kegiatan usaha budidaya
ikan dapat berasal dari hasil
budidaya atau menangkap ikan di
alam. Karakteristik induk yang
unggul untuk setiap jenis ikan sangat
berbeda. Hal-hal yang sangat
penting untuk diperhatikan oleh para
pembudidaya ikan dalam melakukan
seleksi induk agar tidak terjadi
penurunan mutu induk antara lain
adalah :
• Mengetahui asal usul induk
• Melakukan
pencatatan
data
tentang umur induk, masa
reproduksi dan waktu pertama
kali dilakukan pemijahan sampai
usia produktif.
• Melakukan
seleksi
induk
berdasarkan kaidah genetik
• Melakukan pemeliharaan calon
induk sesuai dengan proses
budidaya sehingga kebutuhan
nutrisi induk terpenuhi.
• Mengurangi
kemungkinan
perkawinan sedarah
Untuk meningkatkan mutu induk
yang akan digunakan dalam proses
budidaya maka induk yang akan
digunakan harus dilakukan seleksi.
Seleksi
ikan
bertujuan
untuk
memperbaiki genetik dari induk ikan
yang akan digunakan. Oleh karena
itu dengan melakukan seleksi ikan
yang benar akan dapat memperbaiki
genetik ikan tersebut sehingga dapat
melakukan pemuliaan ikan. Tujuan
73
dari pemuliaan ikan ini adalah
menghasilkan benih yang unggul
dimana benih yang unggul tersebut
diperoleh dari induk ikan hasil seleksi
agar
dapat
meningkatkan
produktivitas.
Produktivitas dalam budidaya ikan
dapat ditingkatkan dengan beberapa
cara yaitu :
1. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan
produktivitas
hasil
budidaya dengan memperluas
lahan budidaya.
2. Intensifikasi yaitu meningkatkan
produktivitas
hasil
dengan
meningkatkan hasil persatuan
luas
dengan
melakukan
manipulasi terhadap faktor
internal dan eksternal.
Dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk sepanjang tahun dan
jumlah lahan budidaya yang tidak
akan bertambah jumlahnya, maka
untuk meningkatkan produktivitas
budidaya masa yang akan datang
lebih baik menerapkan budidaya ikan
yang intensif dengan memperhatikan
aspek ramah lingkungan. Program
intensifikasi dalam bidang budidaya
ikan dapat dilakukan antara lain
adalah :
1. Rekayasa faktor eksternal yaitu
lingkungan hidup ikan dan pakan,
contoh
yang
sudah
dapat
diaplikasikan adalah budidaya
ikan pada kolam air deras dan
membuat pakan ikan ramah
lingkungan.
2. Rekayasa faktor internal yaitu
melakukan rekayasa terhadap
genetik ikan pada level gen
misalnya
transgenik,
level
kromosom
misalnya
Gynogenesis,
Androgenesis,
Poliploidisasi, level sel misalnya
dengan melakukan transplantasi
sel.
3. Rekayasa faktor eksternal dan
internal yaitu menggabungkan
antara kedua rekayasa eksternal
dan internal.
Oleh karena itu agar dapat
memperoleh produktivitas yang tinggi
dalam budidaya ikan harus dilakukan
seleksi terhadap ikan yang akan
digunakan. Seleksi menurut Tave
(1995) adalah program breeding
yang
memanfaatkan
phenotipic
variance (keragaman fenotipe) yang
diteruskan
dari
tetua
kepada
keturunannya. Keragaman fenotipe
merupakan
penjumlahan
dari
keragaman
genetik,
keragaman
lingkungan dan interaksi antara
variasi lingkungan dan genetik.
Seleksi merupakan aplikasi genetik
dimana informasi genetik dapat
digunakan untuk melakukan seleksi.
Seleksi ikan yang paling mudah
dilakukan oleh para pembudidaya
ikan adalah melakukan seleksi
fenotipe
dibandingkan
dengan
seleksi genotipe. Seleksi fenotipe
dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu seleksi fenotipe kualitatif dan
seleksi fenotipe kuantitatif. Menurut
Tave
(1986),
seleksi
fenotipe
kualitatif
adalah
seleksi
ikan
berdasarkan sifat kualitatif seperti
misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola
sisik ataupun bentuk tubuh dan
bentuk punggung dan sebagainya
yang diinginkan. Fenotipe kualitatif
ini merupakan sifat yang tidak dapat
diukur tetapi dapat dibedakan dan
dikelompokkan secara tegas. Sifat ini
dikendalikan
oleh
satu
atau
beberapa gen dan sedikit atau tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
74
Sedangkan
seleksi
fenotipe
kuantitatif adalah seleksi terhadap
penampakan ikan atau sifat yang
dapat diukur, dikendalikan oleh
banyak pasang gen dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Adapun ciri-ciri atau
parameter yang dapat diukur antara
lain adalah panjang tubuh, bobot,
persentase daging, daya hidup,
kandungan
lemak,
protein,
fekunditas dan lain sebagainya.
Fenotipe adalah bentuk luar atau
bagaimana kenyataannya karakter
yang dikandung oleh suatu individu
atau
fenotipe
adalah
setiap
karakteristik yang dapat diukur atau
sifat nyata yang dipunyai oleh
organisme. Fenotipe merupakan
hasil interaksi antara genotipe dan
lingkungan serta interaksi antara
genotipe dan lingkungan serta
merupakan bentuk luar atau sifatsifat yang tampak. Menurut Yatim
(1996),
genotipe
menentukan
karakter
sedangkan
lingkungan
menetukan sampai dimana tercapai
potensi itu. Fenotipe tidak bisa
melewati kemampuan atau potensi
genotipe. Yang dimaksud dengan
karakter itu adalah sifat fisik dan
psikis bagian-bagian tubuh atau
jaringan. Karakter diatur oleh banyak
macam gen, atau satu gen saja.
Berhubung dengan banyaknya gen
yang menumbuhkan karakter maka
dibuat dua kelompok karakter yaitu
karakter kualitatif dan karakter
kuantitatif. Karakter kualitatif adalah
karakter yang dapat dilihat ada atau
tidaknya suatu karakter. Karakter ini
tidak dapat diukur atau dibuat
gradasi (diskontinyu). Sedangkan
karakter kuantitatif adalah karakter
yang dapat diukur nilai atau
derajatnya, sehingga ada urutan
gradasi dari yang rendah sampai
yang tinggi (kontinu). Karakter
kuanlitatif ditentukan ole satu atau
dua gen saja sedangkan karakter
kuantitatif disebabkan oleh banyak
gen (tiga atau lebih). Dengan
melakukan seleksi maka akan
menghasilkan suatu karakter yang
mempunyai nilai ekonomis penting
dan karakter fenotipe yang terbaik
sesuai dengan keinginan para
pembudidaya.
Untuk mendapatkan induk ikan yang
unggul dilakukan program seleksi
dengan
menerapkan
beberapa
program pengembangbiakan antara
lain dengan kegiatan selective
breeding,
hibridisasi/outbreeding/
crossbreeding, inbreeding, monoseks/seks reversal atau kombinasi
beberapa program breeding. Dalam
bab ini akan dibahas semua program
breeding tersebut sehingga dalam
budidaya ikan akan diperoleh hasil
baik induk dan benih yang unggul.
Induk
yang
unggul
akan
menghasilkan benih yang unggul
sehingga dengan memelihara benih
unggul proses budidaya akan
menguntungkan dengan melihat laju
pertumbuhan ikan yang optimal
sehingga produktivitas budidaya ikan
akan meningkat.
4.1.1. Selective breeding
Selective breeding adalah suatu
program breeding yang mencoba
untuk
memperbaiki
nilai
pemuliabiakan (breeding value) dari
suatu populasi dengan melakukan
seleksi dan perkawinan hanya pada
ikan-ikan yang terbaik. Hasil yang
akan diperoleh adalah induk yang
terseleksi
yang
mempunyai
75
karakteristik lebih baik dari populasi
sebelumnya.
Selective breeding
menurut
Tave
(1995)
dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Seleksi individu/massa
2. Seleksi famili
Pada ikan teknik seleksi dapat
dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu seleksi massa/individu
dan seleksi famili. Seleksi induk
secara individu ini disebut juga
dengan seleksi massa. Seleksi
massa/individu adalah seleksi yang
dilakukan dengan memilih individuindividu dengan performan terbaik.
Seleksi ini merupakan teknik seleksi
yang paling sederhana dengan biaya
lebih murah dibandingkan seleksi
lainnya. Hal ini dikarenakan pada
seleksi individu hanya memerlukan
fasilitas dan peralatan sedikit (kolam,
jaring,
hapa
dan
lain-lain),
pencatatan data lebih singkat
sehingga
akan
lebih
mudah
dilakukan. Seleksi individu dapat
diterapkan pada ikan nila jika nilai
heritabilitas ikan nila ini lebih besar
dari 0,25, waktu pemijahan harus
bersamaan dan culling top 5 – 10%
(Tave, 1995). Induk yang baik secara
alami dapat dihasilkan melalui
seleksi secara ketat dan tepat
terhadap
sekelompok
ikan,
pengalaman menunjukan bahwa
untuk mendapatkan induk 50 ekor
yang sesuai kriteria diperlukan 2000
ekor calon induk.
Seleksi famili adalah seleksi dengan
mempergunakan performans dari
saudaranya
baik
saudara
tiri
sebapak (half sib) atau saudara
sekandung (full sib). Saudara tiri
sebapak adalah keluarga (famili)
yang dibentuk oleh sekelompok anak
yang berasal dari satu bapak dengan
beberapa induk betina (Half sib),
karena pada ikan satu induk jantan
dapat membuahi lebih dari satu
induk betina, maka anak-anak yang
dihasilkan dari bapak yang sama
dengan induk betina yang berbeda
ini disebut dengan saudara tiri
sebapak.
Sedangkan
setiap
keluarga/famili yang berasal dari satu
bapak dengan satu induk disebut
saudara sekandung (full sib), dan
pada ikan budidaya ada juga yang
melakukan perkawinan dimana satu
jantan hanya membuahi satu induk
betina.
Seleksi
famili
dapat
diterapkan untuk ikan jika nilai
heritabilitas ikan tersebut lebih kecil
atau sama dengan 0,15. Seleksi
famili merupakan alternatif seleksi
yang dapat dilakukan apabila
pengaruh lingkungan sulit dikontrol.
Dalam seleksi famili ada dua jenis
seleksi yaitu seleksi dalam famili
(within-family) dan seleksi diantara
famili (between family). Seleksi within
family sebaiknya diterapkan untuk
seleksi pertumbuhan pada ikan ,
karena
masing-masing
famili
dipelihara pada kolam terpisah dan
ikan dengan pertumbuhan terbaik
dipilih dari masing-masing famili,
sehingga semua famili akan terwakili.
Cara ini dilakukan merupakan salah
satu cara untuk mengantisipasi
adanya perbedaan umur akibat tidak
terjadinya proses pemijahan secara
serempak. Dari hasil penelitian pada
ikan nila, diantara ketiga teknik
seleksi yaitu seleksi individu, seleksi
within family dan between family,
ternyata seleksi within family lebih
efisien
hasilnya
dibandingkan
dengan
seleksi
individu
atau
between family.
76
Pada saat akan membudidayakan
ikan setiap pembudidaya harus
sudah memahamii karakter fenotipe
setiap individu ikan yang akan
dibudidayakan
dengan
memperhatikan ciri-ciri morfologinya.
Ciri-ciri
morfologi
setiap
ikan
budidaya yang harus diamati adalah
karakter morfometrik dan karakter
meristik.
Karakter
morfometrik
adalah bentuk tubuh dari setiap ikan
budidaya seperti panjang total tubuh,
panjang standar, panjang kepala,
tinggi badan dan lain-lain, sedangkan
karakter meristik yang dapat diukur
antara lain adalah jumlah sisik pada
linea lateralis, jumlah jari-jari sirip
punggung, jumlah jari-jari lemah sirip
dada, jumlah jari-jari lemah sirip
perut, jumlah jari-jari sirip dubur,
jumlah tapis insang pada lengkung
insang bagian luar (gill racker),
jumlah vertebrae dan jumlah tulang
rusuk. Dengan memahami karakterkarakter yang harus dipunyai oleh
induk ikan yang unggul berdasarkan
karakteristik setiap jenis ikan.
Menurut Tave (1995) perbandingan
strategi keuntungan serta kerugian
dari seleksi individu (A), seleksi
within family (B) dan seleksi between
family (C) dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Dalam tabel 4.1 tersebut ada huruf
h2, huruf ini berarti heritabilitas.
Heritabilitas
dapat
dilakukan
pengukuran yang bertujuan untuk
mengetahui besarnya keragaman
fenotipe yang diakibatkan oleh aksi
genotipe
atau
menggambarkan
tentang
persentase
keragaman
fenotipe yang diwariskan dari induk
kepada
keturunannya.
Nilai
heritabilitas
dinotasikan
dengan
angka, yang berkisar antara 0 – 1.
Nilai heritabilitas satu berarti karakter
yang
diwariskan
kepada
keturunannya seluruhnya diakibatkan
oleh keragaman genetik tidak ada
pengaruh
lingkungan.
Nilai
heritabilitas nol berarti karakter yang
diwariskan kepada keturunannya
seluruhnya
diakibatkan
oleh
keragaman lingkungan tidak ada
pengaruh genetik. Nilai heritabilitas
ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu rendah mempunyai nilai antara
0–0,1, medium mempunyai nilai
antara 0,1–0,3 dan tinggi mempunyai
nilai antara 0,3 – 1,0.
Selain itu dalam tabel tersebut
terdapat
istilah
asynchronous
spawning, istilah ini merupakan salah
satu kelompok strategi dalam
reproduksi ikan dimana ada tiga
strategi
reproduksi
ikan
yaitu
synchronous spawning, synchronous
spawning
kelompok
dan
asynchronous
spawning.
Synchronous
spawning
berarti
proses pemijahan ikan dalam
reproduksi dilakukan dengan cara
semua telur dipijahkan dan induk
ikan akan mati, contohnya pada ikan
salmon.
Synchronous
spawning
kelompok adalah kelompok ikan
yang dapat memijah berkali-kali
tetapi pemijahannya ini
masih
77
Tabel 4.1. Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan
seleksi between family (C) (Tave, 1985)
Tipe
Strategi
Keuntungan
Kerugian
A
Memilih individu yang terbaik,
hubungan famili tidak penting
Terbaik ketika h2 ≥ 0,25,murah, dapat
dilakukan dengan sedikit kolam, relative
mudah untuk menggunakan 2-3 fenotipe,
seluruh ikan yang besar terseleksi,
mudah untuk menahan populasi breeding,
data yang dibutuhkan sedikit jumlah data
yang dikumpulkan sedikit
Tidak efektif ketika h2 ≤ 0,15, sehingga
sangat sukar untuk memilih ikan yang
terbaik, asynchronous spawning dan
menyebabkan masalah.
B
Memilih individu yang terbaik
dari setiap famili
Terbaik
ketika
h2
≤
0,15
dan
mempengaruhi
Ve
famili
daripada
individu,
dapat
digunakan
dengan
asynchronous spawning, mudah untuk
memelihara populasi breeding yang
besar, sedikit mahal daripada between
famili.
Moderatly
expensive,
membutuhkan
banyak
kolam,
sukar
untuk
menggabungkan 2-3 fenotipe, ikan kecil
dapat menjadi induk ikan yang terpilih,
membutuhkan banyak data dan banyak
data yang harus dikumpulkan.
C
Memilih famili yang terbaik
berdasarkan
nilai
rata-rata
famili, nilai individual tidak
dipertimbangkan
Terbaik
ketika
h2
≤
0,15
dan
mempengaruhi Ve individu daripada
famili, dapat dipergunakan ketika ikan
harus dimatikan
Sangat mahal, membutuhkan banyak
kolam, sukar untuk menggabungkan 2-3
fenotipe, ikan kecil dapat menjadi induk
terpilih dapat mengakibatkan terjadinya
inbreeding, membutuhkan banyak data
dan banyak data yang dikumpulkan.
78
tergantung pada musim pemijahan,
misalnya ikan patin, ikan bawal.
Sedangkan asynchronous spawning
adalah kelompok ikan yang dapat
memijah berkali-kali dan tidak
tergantung pada musim pemijahan
karena
proses
perkembangan
oositnya selalu ada, contoh jenis ikan
kelompok ini adalah ikan nila.
Program selective breeding di
lakukan untuk memperbaiki karakter
fenotipe terutama laju pertumbuhan.
Laju pertumbuhan yang tinggi pada
populasi
ikan
budidaya
akan
meningkatkan produksi ikan yang
dibudidayakan
dan
biasanya
berkaitan dengan peningkatan dalam
produksi pakan bila ikan yang
dibudidayakan mengkonsumsi pakan
buatan. Dengan produktivitas yang
tinggi dalam budidaya ikan maka
pendapatan para pembudidaya ikan
akan meningkat. Dengan melakukan
seleksi ikan berdasarkan selective
breeding ini akan diperoleh individu
ikan yang mempunyai karakter
fenotipe terbaik sehingga dapat
meningkatkan laju pertumbuhan
pada saat dibudidayakan.
Prosedur yang harus dilakukan bagi
para pembudidaya yang akan
melakukan seleksi individu dengan
strategi memilih individu yang terbaik
dalam suatu populasi adalah sebagai
berikut :
1. Dalam suatu usaha budidaya
ikan
jika
akan
melakukan
program seleksi individu minimal
harus mempunyai 25 pasang
induk yaitu 25 ekor induk jantan
dan 25 ekor induk betina.
2. Melakukan pemijahan ikan dan
mengamati pertumbuhan ikan
dari setiap pasangan. Misalnya
dari pemijahan satu pasang
induk ikan diperoleh benih ikan
sebanyak 200 – 300 ekor, maka
harus
selalu
dilakukan
pemantauan pertumbuhan benih
ikan tersebut.
3. Membuat kurva pertumbuhan
dari data pertumbuhan benih ikan
dan lakukan pemanenan pada
individu yang terbaik sebanyak
5–10% dari ukuran populasi yang
tertinggi nilai pertumbuhannya.
4. Benih ikan yang terpilih pada
tahap ketiga tersebut dipelihara
secara terpisah sebagai calon
induk yang akan digunakan untuk
proses pemijahan selanjutnya.
Menurut Tave (1995) dalam
program seleksi individu akan
diperoleh induk yang unggul
dengan melakukan perkawinan
pada populasi terpilih sebanyak
empat generasi.
5. Dari calon induk yang dipelihara
pada tahap keempat akan
diperoleh induk ikan yang dapat
digunakan
untuk
proses
pemijahan selanjutnya , dan akan
diperoleh larva dan benih ikan.
Kemudian proses selanjutnya
dilakukan pemeliharaan sampai
diperoleh kurva pertumbuhan
dan lakukan pemilihan dari
populasi individu sebanyak 5 –
10% dari populasi yang terbaik
yang
mempunyai
ukuran
tertinggi.
Lakukan
kegiatan
tersebut sampai empat generasi
dan akan diperoleh calon induk
yang telah terseleksi secara
individu
Berikut ini adalah contoh seleksi
calon induk pada ikan nila meliputi
beberapa kriteria yaitu :
79
•
•
•
•
•
•
Tingkat pertumbuhan ikan, calon
induk
mempunyai
tingkat
pertumbuhan yang paling cepat
diantara kelompok ikan.
Warna ikan nila yang masih
mempunyai tingkat kemurnian
yang baik dapat di identifikasi
dengan adanya warna garis
hitam tegas dan jelas terletak
secara horisontal di bagian tubuh
ikan.
Bentuk badan melebar, mata
relatif besar, dan sisik teratur.
Konversi pakannya baik, yang
dapat di identifikasikan dengan
pertumbuhan bobot badan > 70
% dari jumlah pakan yang
diberikan 3 - 5 % perhari dari
bobot ikan.
Waktu matang gonad induk
berumur 7 - 8
bulan, dengan
berat badan rata-rata 300 gram
per ekor untuk jantan dan 250 300 gram per ekor untuk betina.
Produktifitas dalam menghasilkan
telur cukup tinggi (induk dengan
panjang badan 6 cm dapat
menghasilkan 200 telur, sedang
induk yang panjang badannya 20
cm menghasilkan 1500 butir
telur).
Prosedur yang dapat dilakukan oleh
para pembudidaya ikan yang akan
melakukan seleksi famili adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan ikan yang akan
dipijahkan dari beberapa famili
yang dimiliki, minimal jumlah
famili yang harus dikumpulkan
adalah 30 famili. Pada ikan nila
dimana
pemijahan
dapat
dilakukan dengan perbandingan
jantan dan betina adalah 1 : 4
maka dalam perkawinan 8 jantan
2.
3.
4.
5.
6.
akan diperoleh famili sebanyak
32 yaitu 1 jantan dapat
membuahi 4 betina sehingga
satu jantan dapat membuat famili
halfsib dan full sib sebanyak 32
famili fullsib dan 8 famili haflsib
karena dari satu jantan akan
dihasilkan empat keluarga fullsib
maka 8 jantan akan ada 32 famili
fullsib atau 8 famili halfsib.
Melakukan pemijahan untuk ke
32 famili tersebut dan lakukan
pengamatan intensif dan cermat
setiap hari untuk mengamati
pasangan-pasangan ikan yang
sudah memijah.
Melakukan pemeliharaan larva
ikan pada setiap famili pada hapa
yang
terpisah
dengan
memberikan
pakan
dan
pengelolaan kualitas air sesuai
prosedur.
Melakukan pemeliharaan benih
ikan pada setiap famili pada
waring yang terpisah, hitung
jumlah benih yang dihasilkan dari
setiap famili. Pada ikan nila
misalnya satu ekor induk betina
menghasilkan 2000 – 3000 ekor.
Pendederan
dilakukan
pada
padat penbaran yang rendah
untuk setiap famili pada kolam
pendederan minimal 2 bulan.
Menghitung jumlah ikan yang
diperoleh dari hasil pendederan
dan lakukan pengukuran berat
dan panjang tubuhnya sebanyak
30% dari jumlah populasi setiap
famili,misalnya dalam satu famili
ada 2000 ekor maka jumlah
sampel yang dihitung adalah 600
ekor.
Melakukan pemilhan ukuran dari
seluruh populasi dan ambil
individu dari setiap famili yang
mempunyai pertumbuhan yang
80
terbaik, kurang lebih 8 minggu
kemudian tentukan 50% dari
populasi
yang
terbaik
pertumbuhannya untuk dipelihara
lebih lanjut menjadi calon induk
dan sisanya dijual.
7. Melakukan pemeliharaan pada
kolam pembesaran ikan sampai
ikan-ikan pada setiap famili
berukuran induk dan lakukan
pengukuran satu persatu pada
setiap famili dan pilih sebanyak
20-30 ekor betina terbesar dan
jantan terbesar sebanyak 10-20
ekor dari setiap famili.
8. Sisanya dibuang atau dijual
sebagai ikan ukuran besar dan
induk
yang
terpilih
dapat
dilakukan untuk seleksi induk
selanjutnya dengan melakukan
pemijahan
massal.
Pada
beberapa spesies ikan sangat
berbeda untuk diperoleh induk
unggulnya. Pada jenis ikan nila
wanayasa dapat diperoleh induk
yang terseleksi secara famili
dengan melakukan pemijahan
ikan yang terpilih pada generasi
ke tiga.
4.1.2. Outbreeding/Hibridisasi/
Crossbreeding
Outbreeding
adalah perkawinan
antara individu-individu yang tidak
sekerabat (berbeda induknya), masih
dalam satu varietas atau beda
varietas.
Outbreeding ini akan
menghasilkan heterozigositas yang
akan
menguatkan
individuindividunya terhadap perubahan
lingkungan yang biasa disebut juga
mempunyai fitnes yang tinggi. Fitnes
yaitu kemampuan relative pada
organisma untuk bertahan hidup dan
pemindahan gen untuk generasi
berikutnya. Individu yang mempunyai
heterosigositas yang tinggi maka
akan mempunyai fitness yang tinggi
pula. Oleh karena itu untuk
memperoleh
induk
ikan
yang
mempunyai kemampuan hidup yang
tinggi sebaiknya dalam proses
budidaya
harus
dilakukan
perkawinan yang terseleksi.
Sedangkan
crossbreeding
atau
hibridisasi
merupakan
program
persilangan yang dapat diaplikasikan
pada ikan, udang, kerang-kerangan
maupun rumput laut. Hasil dari
program ini dapat menghasilkan
individu-individu
yang
unggul,
kadang-kadang ada juga yang steril
dan dapat menghasilkan strain baru
(Rustidja, 2005). Hibridisasi akan
mudah dilakukan apabila dapat
dilakukan reproduksi buatan seperti
halnya ikan mas dan ikan nila,
dimana dapat dilakukan striping telur
dan sperma. Selain itu ada defenisi
lain dari hibridisasi yang sebenarnya
tidak jauh berbeda. Hibridisasi
adalah perkawinan antara spesies
yang berbeda. Hibridisasi atau
persilangan merupakan suatu upaya
untuk
mendapatkan
kombinasi
antara populasi yang berbeda untuk
menghasilkan
keturunan
yang
memiliki sifat unggul. Berdasarkan
hal tersebut para ahli genetika
perikanan membagai hibridisasi ke
dalam dua macam yaitu :
1. Interspecifik
hibridisasi
yaitu
perkawinan antara spesies yang
berbeda.
2. Intraspecipik hibridisasi yaitu
perkawinan dalam satu species.
Hasil dari beberapa jenis ikan yang
dilakukan
persilangan
biasanya
81
paling
mudah
memperhatikan
karakter fenotipe kualitatif misalnya :
1. Warna tubuh, dimana dapat
dilakukan persilangan antara ikan
yang mempunyai warna antara
lain :
• Ikan warna tubuh Albino
disilangkan
dengan
ikan
berpigmen normal
• Ikan
berwarna
kuning/merah/putih
disilangkan
dengan
ikan
berwarna hijau/biru/abu-abu
• Ikan
berwarna
bintik
disilangkan
dengan
ikan
tanpa bintik
2. Tipe sirip pada ikan dapat
dilakukan persilangan antara ikan
yang mempunyai sirip antara lain:
• Ikan
bersirip
kumpay
disilangkan
dengan
ikan
bersirip normal
• Ikan
bersirip
kumpay
disilangkan dengan ikan yang
ekornya membundar
3. Pola sisik pada ikan dapat
dilakukan persilangan antara ikan
yang mempunyai sisik antara
lain:
• Ikan
bersisik
bergaris
disilangkan dengan ikan yang
tidak mempunyai sisik
• Ikan bersisik menyebar/kaca
disilangkan dengan ikan yang
bersisik penuh
4. Bentuk tubuh ikan
Dalam kegiatan hibridisasi ini
biasanya akan dihasilkan individu
baru pada ikan konsumsi yang sudah
dilakukan
misalnya
melakukan
persilangan antara ikan nila hitam
dengan ikan nila putih akan
dihasilkan ikan nila yang berwarna
tubuh ikan merah. Pada umumnya
jenis-jenis ikan hias yang dihasilkan
oleh para pembudidaya ikan banyak
yang diperoleh dari hasil persilangan.
Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan dalam produksi benih ikan
hias baru-baru ini dari suatu populasi
yakni persilangan antar varitas atau
strain (hibridisasi intervaritas) yang
memiliki tampilan morfologi dari
spesies yang sama. Hibridsasi
intervaritas adalah mempersilangkan
antara induk jantan dan induk betina
yang berasal dari spesies yang sama
namun minimal memiliki dua karakter
fenotipe tampilan morfologi yang
berbeda
(Kirpichnikov,
1981).
Disamping itu, karakter lain dari hasil
persilangan antara varitas adalah
fertile yakni dari masing-masing jenis
kelamin masih tetap mampu untuk
menghasilkan keturunan walaupun
peluang dari benih keturunan
tersebut cenderung memiliki karakter
fenotipe tampilan morfologi yang
bervariasi.
Hibridisasi merupakan persilangan
antara varitas atau spesies yang
secara
morfologis
memiliki
perbedaan. Kirpichnikov (1981),
menyatakan bahwa perbedaan yang
paling menonjol yang digunakan
dalam hibridisasi intervaritas adalah
perbedaan warna, bentuk, ukuran
dan kelengkapan biologis lain yang
melekat
pada
organ
tubuh.
Perolehan ikan hybrid sangat
bergantung pada karakter dari induk.
Waynorovich dan Horvarth (1980)
menyatakan bahwa ikan hasil
hibridisasi interspesies adalah steril.
Disamping itu rata-rata ukuran
morfometrik dan meristik dari ikan
hibrid kebanyakan berada pada
pertengahan (intermediate) diantara
82
nilai rata-rata
meristik induk.
morfometerik
dan
Hibridisasi merupakan metode yang
digunakan dalam upaya memperoleh
ikan keturunan baru. Matsui (1935)
menyatakan
bahwa
banyaknya
varitas
pada
ikan
maskoki
merupakan akibat dari perkawinan
antara mutan dengan induk asal atau
antara mutan dengan mutan dari
induk yang sama sehingga secara
morfologi terdapat varitas ikan
maskoki baru. Hibridisasi didasarkan
pada
perbedaan
tampilan
morfometrik dan meristik. Metode
paling banyak dilakukan oleh petani
ikan maskoki adalah hibridisasi
karena disamping memiliki varitas
yang banyak, pada ikan keturunan
sering diperoleh warna, bentuk dan
ukuran tubuh yang berbeda sehingga
jumlah varitas akan lebih banyak.
Kirpichnikov (1981) menyatakan
bahwa hasil perlakuan hibridisasi
tidak hanya dilihat dari tampilan
morfologi namun harus dilakukan
pula pengukuran morfometrik dan
meristik karena data yang diperoleh
merupakan refleksi dari kekuatan
penurunan karakter dari sumber
gamet disamping kondisi lingkungan
terjadi pada saat pembelahan sel
mulai bekerja.
Beberapa spesies ikan air tawar
yang sering digunakan dalam
kegiatan persilangan adalah spesiesspesies ikan yang memiliki varitas
yang banyak dan memiliki karakter
morfologi yang dapat dibedakan
secara jelas seperti populasi spesies
ikan hias yang terdiri dari spesies
ekor
pedang
(Xyphophorus
maculatus), ikan guppi (Poecilia
reticulata)
dan
ikan
maskoki
(Carassius auratus). Sementara
pada spesies ikan konsumsi, adalah
ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan spesies
ikan konsumsi lain karena disamping
memiliki berbagai varitas juga
keturunan hibrid telah mampu untuk
dibudidayakan.
Pengertian tentang persilangan ikan
ini ada berbagai pendapat misalnya
crossbreeding
merupakan
persilangan juga tetapi bukan
persilangan
seperti
hibridisasi,
melainkan persilangan balik. Jenis
ikan konsumsi yang merupakan hasil
persilangan
balik
adalah
lele
sangkuriang yang telah direlease
oleh Menteri Perikanan dan Kelautan
pada tahun 2004. Jenis ikan ini
merupakan hasil persilangan balik
antara ikan lele generasi ke dua
dengan ikan lele generasi ke enam
yang telah dibuat oleh Balai Besar
Pengembangan Budidaa Air Tawar,
Sukabumi.
4.1.3. Seks reversal
Seks reversal (monosex) adalah
suatu teknologi yang membalikan
arah perkembangan kelamin menjadi
berlawanan. Cara ini dilakukan pada
waktu menetas gonad ikan belum
berdiferensiasi secara jelas menjadi
jantan atau betina tanpa merubah
genotipenya. Tujuan dari penerapan
sek reversal adalah menghasilkan
populasi
monoseks
(tunggal
kelamin), yang sangat bermanfaat
dalam :
1. Mendapatkan
ikan
dengan
pertumbuhan yang cepat
Pada
beberapa
jenis
ikan
konsumsi ada beberapa jenis
83
ikan dimana pertumbuhan ikan
jantan mempunyai pertumbuhan
yang lebih cepat daripada ikan
betina, misalnya ikan nila jantan
mempunyai pertumbuhan lebih
cepat pada ikan bentina, tetapi
pada jenis ikan lainnya yaitu ikan
mas pertumbuhan ikan betinanya
justru lebih cepat dibandingkan
dengan ikan jantan. Pada
kelompok
udang-udangan
khususnya lobster untuk yang
berjenis
kelamin
jantan
mempunyai pertumbuhan lebih
cepat
dibandingkan
dengan
betina. Oleh karena itu bagi para
pembudidaya
yang
akan
memelihara jenis ikan tersebut
dengan menggunakan populasi
tunggal kelamin akan lebih
menguntungkan
dibandingkan
jika memelihara ikan dengan
populasi dua kelamin, selain itu
waktu yang dibutuhkan untuk
memelihara ikan tersebut lebih
cepat sehingga terjadi efisiensi
biaya produksi dan keuntungan
akan meningkat.
2. Mencegah pemijahan liar
Dalam kegiatan budidaya ikan
jika memelihara ikan jantan dan
betina
dalam
satu
wadah
budidaya maka tidak menutup
kemungkinan ikan tersebut pada
saat
matang
gonad
akan
melakukan pemijahan yang tidak
diinginkan pada beberapa jenis
ikan yang memijahnya sepanjang
masa, seperti ikan nila, ikan mas.
3. Mendapatkan penampilan yang
baik
Ikan yang dinikamati keindahan
warna tubuhnya adalah ikan hias,
hampir semua jenis ikan hias
yang
berkelamin
jantan
mempunyai warna tubuh yang
lebih indah dibandingkan dengan
ikan bentinanya. Oleh karena itu
jika yang dipelihara pada ikan
hias adalah ikan jantan maka
akan diperoleh hasil yang lebih
menguntungkan karena nilai
jualnya lebih mahal.
4. Menunjang genetika ikan yaitu
teknik pemurnian ras ikan
Pada kegiatan rekayasa genetika
misalnya
ginogenesi
akan
diperoleh induk ikan yang
mempunyai galur murni. Induk
ikan yang galur murni ini akan
mempunyai gen yang homozigot
sehingga
untuk
melakukan
perkawinan pada induk yang
homozigot tanpa mempengaruhi
karakter jenis kelamin ikan
tersebut dilakukan aplikasi seks
reversal pada induk galur murni
sehingga pemurnian gen itu
masih tetap bertahan.
Teknologi seks reversal dapat
dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu :
1. Terapi hormon yaitu dengan
menggunakan hormon steroid
2. Rekayasa kromosom
Teknologi seks reversal dengan
rekayasa kromosom akan dibahas
pada bab IX secara detail pada
subbab ini akan dibahas teknologi
seks reversal dengan menggunakan
terapi hormon. Menurut Koolman &
Rohm (2001) hormon adalah bahan
kimia pembawa sinyal yang dibentuk
dalam sel-sel khusus pada kelenjar
endokrin. Hormon disekresikan ke
dalam darah kemudian disalurkan ke
organ-organ
yang
menjalankan
84
fungsi-fungsi regulasi tertentu secara
fisiologik dan biokimia. Sel-sel
sasaran
pada
organ
sasaran
memiliki
reseptor
yang
dapat
mengikat
hormon,
sehingga
informasi yang diperoleh dapat
diteruskan ke sel-sel akhirnya
menghasilkan suatu respon. Pesan
hormon disampaikan pada sel-sel
sasaran menurut dua prinsip yang
berbeda. Hormon lipofilik masuk
kedalam sel dan bekerja pada inti
sel, sedangkan hormone hidrofilik
bekerja pada membran sel.
Teknik sex reversal mulai dikenal
tahun 1937 ketika estradiol 17β
disintesis untuk pertama kalinya.
Dalam perjalanannya teknik sex
reversal telah mengalami beberapa
perbaikan berawal dari perlakuan
sex reversal yang baik dilakukan
pada saat beberapa hari setelah
menetas, yaitu sebelum gonad
berdiferensiasi, terus berkembang
hingga penerapanyang dilakukan
pada induk yang sedang bunting.
Teknik sex reversal berbeda dengan
hermaprodit, pada ikan hermaprodit
setelah melewati rentang waktu
tertentu, gonad secara alamiah akan
berubah menjadi jenis kelamin yang
berlawanan, fungsi hormon hanya
mempercepat proses perubahan
tersebut. Sedangkan pada teknik sex
reversal perubahan jenis kelamin
ikan sangat dipaksakan dengan
membelokkan perkembangan gonad
menjadi jantan atau betina dengan
proses penjantanan (maskulinisasi)
atau
pembetinaan
dengan
(feminisasi).
Berdasarkan tipe reproduksinya, ikan
dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Gonokhorisme
(gonochorism),
yaitu memiliki jenis kelamin yang
terpisah
2. Hermaprodit (hermaphroditism),
yaitu kedua jenis kelamin berada
pada individu yang sama.
3. Uniseksualitas
(unizexuality),
yaitu spesies yang semua
individunya betina
Ekspresi atau perwujudan seks
bergantung pada dua proses, yaitu
determinasi seks dan diferensiasi
seks. Determinasi seks bertaggung
jawab pada seks genetik (seks
genotipe), sedangkan diferensiasi
seks bertanggung jawab pada
perkembangan yang nyata dari
kedua jenis gonad (seks genotipe),
yaitu jantan dan betina. Kedua
proses tersebut secara bersamasama bertanggung jawab pada
timbulnya
dua
kemungkinan
morfologi, fungsional, serta perilaku
pada individu jantan dan betina.
Penentu seks merupakan sejumlah
unsur genetik yang bertanggung
jawab terhadap keberadaan gonad,
atau
sekumpulan
gen
yang
bertanggungjawab
terhadap
pembentukan gonad. Terdapat tiga
model penentu seks yang dapat
diterapkan pada ikan, yaitu :
• Kromosom, yang merupakan
pewarisan
seks
atau
heterokromosom.
Sistem
kromosom
determinasi
seks
betina atau jantan XX/XY.
• Penentu
seks
poligenik
(polifaktorial) adalah suatu sistem
penentuan seks dimana terdapat
gen penentu seks jantan dan
betina epistatik (superior) yang
berada pada autosom maupun
heterokromosom.
85
•
Penentu seks oleh lingkungan,
melibatkan
interaksi
antar
genotipe
dan
lingkungan,
terutama suhu media selama
perkembangan larva.
Proses diferensiasi seks adalah
suatu proses perkembangan gonad
ikan menjadi suatu jaringan yang
definitif (pasti), yang terjadi terlebih
dahulu pada betina dan kemudian
baru terjadi pada jantan. Gonad ikan
pada saat baru menetas masih
berupa benang yang sangat halus
dan belum berdiferensiasi menjadi
jantan
atau
betina.
Proses
diferensiasi
seks
pada
betina
ditandai dengan meiosis oogonia
dan/atau
perbanyakan
sel-sel
somatik membentuk rongga ovari,
sebaliknya pada diferensiasi seks
pada
jantan
ditandai
dengan
muculnya
spermatoonia
serta
pembentukan sistem vaskular pada
testis.
Hormon steroid secara alamiah
terlibat dalam proses diferensiasi
seks. Upaya pengontrolan proses
diferensiasi seks dilakukan dengan
pemberian steroid seks dari luar
tubuh (eksogenous) pada ikan yang
belum berdiferensiasi. Ikan-ikan hasil
sex
reversal
pada
umumnya
mengalami perubahan kelamin yang
bersifat permanen dan berfungsi
normal. Pemberian steroid seks
sebaiknya diberikan sebelum muncul
tanda-tanda
diferensiasi
gonad
dengan
menggunakan
hormon
estrogen atau androgen. Jenis-jenis
hormon
steroid
yang
dapat
digunakan dalam terapi hormon
antara lain adalah :
1. Estrogen (hormon betina) :
Estradiol-17 β, esteron, estriol
atau ethynil estradiol. Hormon ini
memberikan efek perubahan dari
jantan menjadi betina
(feminisasi).
2. Androgen (hormon jantan) :
Testoteron, 17 α-Methyl Testoteron, androstendion. Hormon ini
memberikan efek perubahan dari
betina
menjadi
jantan
(maskulinisasi).
Pada sex reversal terkadang terjadi
penyimpangan ekstrim yang dialami,
hal ini dapat terjadi karena pada
beberapa jenis ikan (lele amerika)
terdapat suatu zat yang menyerupai
enzim aromaterase sehingga hormon
17α metiltestosteron yang masuk ke
dalam
tubuh
terlebih
dahulu
dikonversi menjadi estradiol 17β dan
berfungsi sebagai hormon sehingga
terjadi penyimpangan hingga 100%.
Dalam penerapan sex reversal
dengan menggunakan terapi hormon
dapat diberikan beberapa cara yang
didasarkan pada efektifitas, efisiensi,
kemungkinan polusi dan biaya. Cara
pemberian hormone dalam teknologi
seks reversal dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara alin
adalah :
1. Oral
Metoda oral adalah metode
pemberian hormon melalui mulut
yang dapat dilakukan dengan
pemberian pakan alami maupun
pakan butan. Pada pakan
buatan, hormon dilarutkan dalam
pelarut polar seperti alkohol.
Cara yang dilakukan adalah
dengan mencampur hormon 17 α
metyltestoesteron secara merata
dengan pakan dengan dosis
disesuaikan jenis ikan yang akan
diaplikasikan. Pemberian hormon
86
pada
pakan
alami
dapat
dilakukan
dengan
teknik
bioenkapsulasi. Secara detail
teknik tentang bioenkapsulasi ini
dijelaskan secara detail pada bab
VII.
Selanjutnya Anonim, (2001),
mengatakan bahwa berdasarkan
penelitian sampai saat ini teknik
penghormonan
melalui
oral
paling banyak digunakan para
pembudidaya ikan karena hasil
yang diperoleh lebih dari 95
sampai 100% bila dibandingkan
dengan
perendaman
yang
menghasilkan 70 – 80%. Dengan
pencampuran
hormon
pada
pakan juga sangat efisien dalam
pemakaian dosis hormon dan
kemudahan memperoleh pakan
ikan. Sedangkan kelemahan
metoda oral ini adalah pada awal
pemberian pakan, larva perlu
menyesuaikan
jenis
pakan
buatan sehingga apabila pakan
tidak segera dimakan maka
kemungkinan besar hormon akan
tercuci kedalam media budidaya.
Menurut Muhammmad Zairin Jr.
(2002),
pemberian
akriflavin
dengan dosis 15 mg/kg pakan
dengan frekwensi pemberian
pakan 3 – 4 kali sehari
menghasilkan 89% ikan jantan
dengan survival rate 88%.
Prinsip
kerja
pencampuran
hormon pada pakan yakni
hormon
dilarutkan
dan
diencerkan
dalam
alkohol.
Kemudian
larutan
hormon
dicampurkan
dengan
pakan
buatan berupa pellet serbuk
dengan cara menyemprotkan
larutan hormon secara merata
kepermukaan pakan dengan
menggunakan sprayer. Setelah
tercampur dengan merata, pakan
dibiarkan di udara terbuka di
tempat yang tidak terkena sinar
matahari (di angin-anginkan)
agar alkohol dapat menguap.
Selanjutnya pakan yang telah
tercamput hormon dimasukkan
ke dalam wadah tertutup dan di
simpan di dalam lemari pendingin
2. Perendaman (dipping/bathing)
Metoda perendaman (dipping),
yaitu dengan cara merendamkan
larva ikan ke dalam larutan air
yang
mengandung
17
α
metyltestoesteron dengan dosis
1,0 gram/liter air. Metode ini
dapat diaplikasikan pada embrio,
dan pada larva ikan yang masih
belum mengalami diferensiasi
jenis kelamin (sex), dan lama
perendaman tergantung dosis
hormon
yang
diaplikasikan,
dimana semakin banyak dosis
hormon maka semakin singkat
waktu perendaman dan demikian
juga sebaliknya.
Perendaman yang dilakukan
pada fase embrio dilakukan pada
saat fase bintik mata mulai
terbentuk, karena dinggap embrio
telah kuat dalam menerima
perlakuan. Kelemahan cara ini
adalah obat atau hormone terlau
jauh mengenai target gonad,
namun
lebih
hemat
pada
penggunaan
hormone.
Perendaman
juga
dapat
dilakukan pada umur larva yang
telah habis kuning telurnya,
karena ada anggapan pada
stadia ini gonad masih berada
87
pada fase labil sehingga mudah
dipengaruhi oleh rangsangan
luar.
Kelemahannya
adalah
efektifitas hormone berkurang
karena jauh mengenai target
gonad. Larva yang dipergunakan
dalam penerapan teknologi sex
reversal ini adalah larva yang
berumur antara 5 – 10 hari
setelah menetas atau pada saat
tersebut panjang total larva
berkisar antara 9,0 sampai 13
mm , dimana ikan dengan umur
serta ukuran seperti tersebut di
atas secara morfologis masih
belum mengalami diferensiasi
kelamin.(Anonim, 2001).
Perendaman induk betina yang
sedang bunting juga merupakan
salah satu alternative pada
metode dipping namun harus
dipertimbangkan efektifitas dan
efesiensinya sehingga induk
yang direndam sebaiknya indukinduk yang berukuran kecil.
3. Suntikan/implantasi
Metode suntikan atau implantasi
ini
biasanya
hanya
dapat
dilakukan pada
ikan
yang
berukuran
dewasa.
Proses
penyuntikan
dilakukan
pada
bagian punggung ikan dengan
dosis yang disesuaikan dengan
jenis dan ukuran ikan.
Perlu
diperhatikan
bahwa
pengubahan
jantanisasi
(maskulinisasi)
kadang-kadang
menunjukkan penyimpangan seperti
ditemukan individu yang memiliki
bakal testis dan sekaligus bakal
ovari. Selain itu mungkin saja
dijumpai
individu
yang
steril/abnormal karena gonadnya
tidak dapat berkembang. Hal ini
biasanya
berhubungan
dengan
kesesuaian dosis yang diberikan.
Menurut Zairin Jr (2002) Secara
umum dosis yang terlalu tinggi akan
mendorong sterilitas dan dosis yang
terlalu rendah akan mendorong sex
reversal yang tidak sempurna
sehingga bakal testis dan ovari dapat
dijumpai pada saat bersamaan.
Setelah dilakukan aplikasi teknologi
seks reversal pada individu ikan,
maka harus dilakukan uji progeni. Uji
progeni ini untuk menentukan
apakah ikan yang telah ditreatment
tersebut sudah berubah kelamin.
Terdapat
dua
metode
yang
digunakan dalam identifikasi jenis
kelamin, antara lain adalah :
1. Metode asetokarmin
Identifikasi
gonad
dengan
metode asetokarmin dilakukan
hanya
untuk
keperluan
penelitian, karena ikan harus
dimatikan terlebih dahulu untuk
diambil gonadnya. Asetokarmin
adalah larutan pewarna yang
digunakan
untuk
mewarnai
jaringan gonad. Larutan ini dibuat
dengan cara melautkan 0,6 g
bubuk karmin didalam 100 ml
asam asetat 45%. Larutan
dididihkan selama 2 – 4 menit
kemudian didinginkan, kemudian
disaring dengan kertas saring
dan disimpan dalam botol yang
tertutup rapat pada suhu ruang.
Pemeriksaan gonad dilakukan
dengan cara membedah ikan
terlebih dahulu yang kemudian
diambil gonadnya secara hatihati. Gonad yang sudah terambil
diletakkan pada gelas objek dan
diberi larutan asetokarmin 2 – 3
88
tetes,
kemudian
dicincang
dengan pisau skalpel sampai
halus, lalu tutup dengan gelas
penutup dan siap diamati di
bawah mikroskop.
2. Metode morfologi
Identifikasi
kelamin
dengan
pengamatan morfologi adalah
cara terhemat karena tidak harus
mematikan ikan yang akan
diamati. Cara ini apat dilakukan
pada ikan-ikan yang memiliki
dimorfisme seksual yang jelas
antara jantan dan betina.
Aplikasi seks reversal telah berhasil
dilakukan pada beberapa jenis ikan
berdasarkan hasil penelitian antara
lain adalah :
1. Ikan hias : ikan guppy, cupang,
tetra kongo dan rainbow trout
dengan menggunakan metode
perendaman embrio untuk ikan
cupang
dan
tetra
kongo,
perendaman induk untuk ikan
guppy, perendaman larva untuk
rainbow dan pemberian pakan.
2. Ikan konsumsi : nila dan mas,
dengan perendaman embrio,
larva dan pemberian pakan.
Langkah awal dalam melakukan
seks reversal adalah menyiapkan
wadah yang akan digunakan. Wadah
yang
dapat
digunakan
untuk
melakukan teknik sex reversal antara
lain adalah akuarium, bak fiber, bak
semen, bak plastik. Wadah untuk
teknik
sex
reversal
dapat
dikelompokan
berdasarkan
kebutuhan dan jenis metode yang
akan digunakan. Wadah-wadah yang
digunakan yang mendasar adalah
wadah pemeliharaan induk dapat
berupa kolam semen atau bak-bak
plastik, wadah perlakuan yang
berupa akuarium dengan ukuran
yang
menyesuaikan
dengan
kepadatan ikan yang akan diberi
perlakuan, dan wadah pemeliharaan
larva.
Peralatan yang digunakan pada
teknik sex reversal adalah peralatan
lapangan pemeliharaan ikan yang
berupa seser, selang sipon, aerator,
selang aerasi, dan batu aerasi.
Peralatan yang akan digunakan
sebaiknya disanitasi terlebih dahulu
dengan
menggunakan
larutan
desinfektan atau sabun cuci untuk
menghindari
ikan
yang
akan
dipelihara dari hama penyakit yang
kemungkinan terbawa pada wadah.
Selain peralatan lapangan, untuk
melakukan teknik sex reversal juga
diperlukan
peralatan
dalam
perlakuan melalui pakan yaitu,
baskom yang digunakan sebagai
wadah dalam pembuatan ramuan
pakan, sendok kayu digunakan untuk
mengaduk dan meratakan larutan
hormon, hand sprayer digunakan
untuk
menyemprotkan
larutan
hormon dalam pakan, spuit suntik
sebagai alat untuk mengambil
larutan hormon dan botol gelas yang
berwarna gelap sebagai wadah
pelarutan hormon dengan alcohol.
Sedangkan
peralatan
yang
diperlukan pada perlakuan melalui
rendaman antara lain, baskom
plastik sebagai wadah perendaman
induk atau larva, aerator sebagai
penyuplai udara, spuit suntik sebagai
alat untuk mengambil larutan hormon
dan botol gelas yang berwarna gelap
sebagai wadah pelarutan hormon
dengan alcohol
89
Bahan-bahan yang harus disediakan
antara
lain
hormon
17α
metiltestosteron atau estradiol 17β
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
sex reversal, alcohol sebagai pelarut
hormon, pakan alami atau buatan
(bila melalui metode oral) dan air
bersih yang telah diendapkan selama
12 – 24 jam sebagai media
perendaman (bila menggunakan
metode dipping)
Pembuatan pakan berhormon
Dalam aplikasi seks reversal dengan
metode oral melalui pemberian
pakan berhormon maka dosis
hormon yang digunakan akan sangat
spesifik untuk jenis ikan tertentu.
Dalam prosedur ini akan dibuat
pakan berhormon untuk jenis ikan
nila.
Adapun
prosedur
yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tangkaplah larva ikan yang akan
diberikan
perlakuan
dari
kolam/bak pemijahan
2. Pilihlah
larva
yang
masih
berumur di bawah 10 hari
dengan melihat kriteria yang
sesuai dengan ciri-ciri yang
sudah ditentukan.
3. Timbanglah biomassa larva yang
akan
diberi
perlakuan
penghormonan yaitu dengan
cara mengambil dan menimbang
beberapa
sampel
untuk
kemudian hasil penimbangan
sampel dibagi dengan jumlah
rata-rata larva sampel untuk
mendapatkan berat rata-rata
larva,
selanjutnya
hitunglah
jumlah populasi larva,
lalu
kalikan dengan berat rata-rata
larva untuk mendapatkan berat
total larva.
4. Timbanglah
pakan
yang
dibutuhkan untuk larva sesuai
dengan dosis yang sudah
ditentukan (Feeding rate 30 –
40% per bobot biomassa/hari)
dikalikan
selama
10
hari
pemberian pakan.
5. Siapkanlah
larutan
alkohol
dengan konsentrasi 70% sesuai
dengan kebutuhan.
6. Siapkanlah hormon yang akan
digunakan sesuai kebutuhan.
Misalnya
jumlah
kebutuhan
pakan
250
gram,
dosis
penghormonan 40 mg/kg pakan,
maka
timbanglah
hormon
sebanyak 10 mg.
7. Larutkanlah hormon tadi ke
dalam alkohol tersebut sebanyak
10 ml ( 1mg/ml), lalu simpan
dalam botol berwarna gelap
(tidak bening).
8. Campurlah
larutan
hormon
dengan pakan dengan cara
menggunakan
hand
sprayer
disemprotkan secara merata
pada
pakan.
Untuk
menghilangkan alkohol anginanginkanlah
pakan
tersebut
sampai bau alkoholnya sudah
tidak menyengat lagi.
9. Simpanlah hormon yang sudah
dianginkan pada kantong plastik
yang berwarna gelap dengan
ditutp rapat-rapat baik sebelum
maupun sesudah dipakan, atau
dapat juga disimpan dalam
reprigrator (+ 4o C)
10. Diskusikan secara berkelompok
tentang prosedur pembuatan
pakan berhormon
Pembuatan larutan perendaman
Aplikasi seks reversal pada ikan
guppy bertujuan untuk menghasilkan
ikan berjenis kelamin jantan. Pada
90
ikan guppy jenis kelamin jantan
mempunyai warna dan bentuk tubuh
yang lebih indah dibandingkan
dengan ikan betina. Teknik seks
reversal pada ikan guppy dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu
perendaman induk dan pemberian
pakan berhormon. Pada metode
perendaman, dosis yang digunakan
adalah 2 mg/l air dan lama
perendaman selama 12 jam sampai
24 jam pada induk ikan yang sedang
bunting dan memberikan hasil 100%
jantan. Sedangkan dengan metode
pemberian pakan dengan dosis 400
mg/l dengan lama perlakuan 10 hari
hanya menghasilkan 58% jantan
(Zairin, 2002).
Adapun prosedur
pembuatan larutan perendaman
adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan diperlukan
2. Buatlah larutan hormon dengan
cara timbang hormon sebanyak
20 mg dan masukkan dalam
tabung polietilen dan tambhakan
0,5 ml larutan alkohol 70%. Tutup
dan kocok sampai hormon larut,
kemudian
tuangkan
hormon
kedalam wadah berisi 10 liter air
pemeliharaan , beri aerasi dan
siap untuk digunakan.
3. Pilihlah induk ikan guppy yang
sedang bunting dengan melihat
bentuk tubuhnya dan pilihlah
induk yang akan melahirkan 8
hari kemudian sebanyak 50 ekor.
Ikan guppy biasanya mengalami
masa bunting selama 40 hari.
4. Masukkan
induk
tersebut
kedalam larutan hormon dan
rendam selama 24 jam.
5. Pindahkan induk ikan guppy
yang telah direndam ke dalam
akuarium dan amati proses
kelahiran anak dan hitung jumlah
anak yang dihasilkan
6. peliharalah anak yang dihasilkan
sampai berumur 2-3 bulan dan
diidentifikasi jenis kelaminnya
secara morfologis dan histologis.
Penerapan seks reversal yang telah
dilakukan penelitian oleh beberapa
peneliti yang telah disusun dalam
Zairin (2002) sangat berbeda untuk
jenis ikan tentang dosis dan hasil
yang diperoleh antara lain adalah :
• Ikan mas : 100 mg/kg pakan
selama 36 hari pada larva 8 – 63
hari, pada suhu 20 – 25 oC,
menghasilkan 71 – 90% betina
• Ikan mas : 100 mg/kg pakan
selama
36
hari,
pakan
berhormon-cacing-pakan
berhormon, menghasilkan 97%
betina
• Ikan nila 10 – 60 mg /kg pakan,
selama 10 – 15 hari, umur 21-28
hari, hasilnya 95-100% jantan
• Ikan guppy,
400 mg mt/kg
pakan, selama 10-15 hari pada
betina bunting, hasil 70% jantan
• Ikan guppy, 1-2 mg/liter media
selama 24 jam pada betina
bunting, hasil 100% jantan
• Congo tetra fase bintik mata, 25
mg/liter media selama 8 jam,
hasil 89% jantan
• Betta splendens/cupang fase
bintik mata, 20 mg/liter media
selama 8 jam, hasil 85% jantan
91
Keberhasilan teknik sex reversal dapat diketahui melalui beberapa parameter
antara lain :
a.
Daya tetas telur atau kualitas larva yang dihasilkan
Jumlah telur yang menetas
Perhitungan daya tetas telur =
x 100%
Jumlah telur awal
b.
c.
Derajat kelangsungan hidup larva yang dihitung setelah beberapa hari
pemeliharan
Jumlah larva yang hidup
Derajat kelangsungan hidup =
x 100%
Jumlah larva awal
Nisbah kelamin, perbandingan jenis kelamin yang dihasilkan. Hal ini
dapat dihitung setelah 2-3 bulan pemeliharaan larva.
perhitungan nisbah kelamin untuk mengetahui keberhasilan teknik sex
reversal dengan rumus :
jumlah individu jantan
% jantan
=
x 100%
jumlah individu total
jumlah individu betina
% betina
=
x 100%
jumlah individu total
Inbreeding
Inbreeding adalah perkawinan antara
individu-individu yang sekerabat
yaitu berasal dari jantan dan betina
yang sama induknya dan pada
varietas yang sama. Inbreeding atau
silang dalam akan menghasilkan
individu
yang
homozigositas.
Kehomozigotan
ini
akan
melemahkan
individu-individunya
terhadap perubahan lingkungan.
Homozigositas ini berari hanya ada
satu tipe alel untuk satu atau lebih
lokus. Selain itu silang dalam akan
menyebabkan
penurunan
kelangsungan hidup telur dan larva,
peningkatan
frekuensi
ketidak
normalan bentuk dan penurunan laju
pertumbuhan ikan.
Silang
dalam
menyebabkan
heterozigositas ikan berkurang dan
keragaman genetik menjadi rendah.
Menurut Nurhidayat (2000), lele
dumbo yang berasal dari Sleman,
Tulung Agung dan Bogor mempunyai
stabilitas
perkembangan
yang
rendah akibat telah mengalami
tekanan
silang
dalam
yang
ditunjukkan dengan tingginya nilai
fluktuasi asimetri dan adanya
individu yang tidak tumbuh sirip dada
dan sirip perut pada kedua sisinya
92
(abnormal). Menurut Leary et al
(1985), individu yang homozigot
kurang
mampu
mengimbangi
keragaman
lingkungan
dan
memproduksi
energi
untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
Oleh karena itu fluktuasi asimetri
merupakan
indikator
untuk
mengetahui adanya silang dalam.
Fluktuasi asimetri ini merupakan
perubahan organ atau bagian tubuh
sebelah kiri dan kanan yang
menyebar normal dengan rataan
mendekati nol. Selain itu individu
yang mengalami tekanan silang
dalam
mempunyai
ketahanan
terhadap perubahan lingkungan yang
rendah.
Berdasarkan beberapa parameter
pengukuran
dalam
menentukan
apakah pada suatu populasi telah
mengalami tekanan silang dalam,
memperlihatkan bahwa silang dalam
memberikan dampak negatif dalam
budidaya ikan. Tetapi dalam program
untuk memperoleh individu galur
murni hanya dapat dilakukan dengan
menerapkan
program
breeding
ini.Jadi tujuan penerapan silang
dalam (inbreeding) hanya bertujuan
untuk memperoleh induk ikan yang
mempunyai galur murni, individu
galur
murni
mempunyai
homozigositas yang tinggi. Program
breeding ini merupakan program
konvensional dalam memperoleh
induk ikan yang galur murni.
Perkawinan antara individu-individu
yang sekerabat ini yang sangat dekat
kekerabatannya biasa terjadi dalam
suatu populasi ikan yang sangat
kecil. Oleh karena itu untuk
menghindari terjadinya silang dalam
pada program penegmbangbiakan
ikan dibutuhkan suatu penerapan
effective breeding number (Ne) pada
ikan budidaya. Berdasarkan hasil
penelitian nilai Ne untuk setiap jenis
ikan berbeda, misalnya pada ikan
mas nilai Nenya adalah > 50 ekor
yang berarti jika para pembudidaya
akan
melakukan
program
pembenihan ikan mas dalam suatu
hatchery, minimal harus mempunyai
induk dengan jumlah lebih dari 25
pasang agar tidak terjadi inbreeding.
Pada ikan nila, nilai Nenya adalah >
133 ekor , sedangkan pada ikan lele
adalah 50 ekor.
Dalam memperoleh induk ikan yang
mempunyai galur murni dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu :
1. Closed breeding.
Closed
breeding
berarti
perkawinan yang tertutup, yang
mempunyai arti lain
yaitu
melakukan perkawinan yang
dekat
sekali
kaitan
kekeluargaannya misalnya anak
dan tetua atau antar saudara
sekandung. Perkawinan antara
saudara sekandung atau antara
individu-individu yang sefamili
akan mengakibatkan pembagian
alel-alel melalui satu atau lebih
dari leluhur yang sama. Bila
perkawinan individu ini terjadi
maka alel-alel yang mereka
dapatkan dari leluhur yang sama
akan diperoleh kembali. Maka hal
ini
akan
mengakibatkan
keturunan yang dihasilkan adalah
individu-individu yang homozigot
dari satu atau lebih lokus.
Dengan melakukan silang dalam,
ferkuensi gen tidak berubah
tetapi homosigositas meningkat.
Menurut Tave (1986) pengaruh
93
untuk
beberapa
generasi.
Menurut Tave (1986) prosedur
linebreeding dapat dilakukan
dengan dua tipe yaitu Mild
Linebreeding
dan
Intense
Linebreeding.
Untuk
membedakan kedua program
linebreeding ini menurut Tave
(1986) dapat dilihat pada Gambar
4.1. Dari hasil mild linebreeding
bertujuan untuk individu A
berkontribusi 53,12% pada gen
individu K, sedangkan pada
intense linebreeding individu A
berkontribusi 93,75% pada gen
individu G.
silang dalam terhadap frekuensi
genotipe dan frekuensi alel
dalam lokus dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
2. Line breeding.
Line breeding berarti perkawinan
satu jalur yaitu perkawinan
keluarga yang bertujuan untuk
meningkatkan sifat-sifat tertentu
baik yang berasal dari nenek
moyang bersama yang jantan
maupun betina terhadap kostitusi
genetik pada progeninya. Bentuk
line
breeding
yang
sering
dilakukan
adalah
backcross
kepada orangtuanya yang sama
Tabel 4.2. Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotipe dan frekuensi
alel dalam lokus. Perkawinan setiap generasi : AA X AA; Aa X Aa;
aa X aa (Tave, 1986)
Generasi
P1
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F9
Fn
Frekuensi genotipe
Frekuensi Alel
f(AA)
f(Aa)
f (aa)
f(A)
f(a)
0,25
0,375
0,4375
0,46875
0,48437
0,49218
0,49609
0,49804
0,49902
0,49951
0,5
0,5
0,25
0,125
0,0625
0,3125
0,15625
0,007812
0,003906
0,001953
0,000976
0,0
0,25
0,375
0,4375
0,46875
0,48437
0,49218
0,49609
0,49804
0,49902
0,49951
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
94
Mild Linebreeding
A
X
Intense Linebreeding
B
A X B
↓
↓
C X
D
A
↓
E
X C
↓
X
G
A X D
↓
H
↓
X
I
A X E
↓
A
↓
X
J
G
↓
K
Gambar 4.1. Diagram skematik perkawinan dua tipe linebreeding yaitu
mildline breeding dan intense line breeding (Tave, 1986).
Aplikasi seleksi induk pada
budidaya
Dalam aplikasi budidaya para petani
ikan
biasanya
melakukan
pemeliharaan terhadap induk ikan
yang diperoleh dari hasil budidaya
dengan cara induk jantan dan betina
dipelihara secara terpisah. Hal ini
lebih
memudahkan
dalam
pengelolaan, pengontrolan dan yang
terpenting
dapat
mencegah
terjadinya memijah diluar kehendak
“mijah maling”. Kolam induk berupa
kolam tanah, kolam tembok, atau
kolam tanah dengan pematang dari
tembok. Tidak ada ketentuan khusus
tentang
ukuran
kolam
untuk
pemeliharaan induk. Biasanya kolam
induk hanya disesuaikan dengan
kondisi lahan dan keuangan. Untuk
memudahkan dalam pengelolaan
dan efisiensi penggunaan kolam,
maka luas kolam induk jantan dan
betina masing-masing berkisar 15 –
30 meter persegi. Setiap kolam
dilengkapi
dengan
saluran
pemasukan dan pengeluaran air. Di
kedua
saluran
ini
biasanya
dilengkapi dengan saringan agar
induk-induk tersebut tidak keluar
atau kabur. Kepadatan penebaran
induk antara 3 – 4 kg/m2, sedangkan
ketinggian air dikolam induk antara
60 – 75 cm. Agar diperoleh
kematangan induk yang memadai,
95
setiap hari induk di beri pakan
bergizi. Jenis pakan yang diberikan
berupa pakan buatan berupa pelet
sebanyak 3 – 5 % perhari dari bobot
induk yang dipelihara. Ada juga
induk ikan yang diberikan pakan
berupa limbah peternakan ayam
(ayam yang mati) yang dibakar atau
direbus terlebih dahulu.
4.1.5.1. Seleksi Induk Ikan Lele
Seleksi induk ikan lele secara umum
di mulai dari ikan ukuran benih (5-10
cm ). Benih ikan yang baik untuk
induk di pilih dengan ciri-ciri antara
lain adalah memiliki pertumbuhan
yang lebih cepat, tidak cacat,
gerakan lincah dan memiliki bentuk
tubuh yang baik. Benih/calon induk
tersebut dipelihara didalam kolam
dengan baik, selanjutnya calon induk
tersebut dilakukan seleksi induk
secara berkala sampai mendapat
induk yang benar-benar baik dan
sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan
pembenihan ikan lele diawali dengan
seleksi induk. Induk yang akan dipilih
adalah induk jantan dan betina yang
matang gonad. Ciri-ciri induk betina
ikan lele adalah genital papila
berbentuk bundar (oval), bagian
perut relatif lebih besar, gerakan
lambat, jika di raba bagian perut
terasa lembek dan alat kelamin
berwarna
kemerah
merahan.
sedangkan induk jantan dicirikan
dengan genitalnya meruncing ke
arah ekor, perut ramping dan pada
ujung
alat
kelamin
berwarna
kemerahan selain itu ada perubahan
warna
tubuh
menjadi
coklat
kemerahan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan
Gambar 4.3.
Gambar 4.2. Induk ikan lele betina tampak atas (kiri) dan genital papilla
(kanan)
96
Gambar 4.3. Induk ikan lele jantan tampak atas (kiri), genital papilla (kanan)
Induk
yang
sudah
dipilih
berdasarkan
matang
gonadnya,
kemudian
diberok
(dipuasakan)
selama 2 hari. Selama pemberokan
induk jantan dan betina dipisahkan.
Tujuan dari pemberokan ini adalah
untuk mengurangi kandungan lemak
pada tubuh ikan. Hal ini disebabkan
lemak pada tubuh ikan dapat
menghambat ovulasi telur pada
betina dan pengeluaran sperma
pada induk jantan. Induk yang akan
diberok dipisahkan antara induk
jantan dan betina. Hal ini bertujuan
untuk menghindari mijah maling.
Selain itu, pemisahan induk tersebut
bertujuan mempercepat pemijahan
ikan.
Ciri-ciri induk betina lele dumbo yang
siap untuk dipijahkan sebagai
berikut:
• Bagian perut tampak membesar
ke arah anus dan jika diraba
terasa lembek.
• Lubang
kelamin
berwarna
kemerahan dan tampak agak
membesar.
•
•
Jika
bagian
perut
secara
perlahan diurut ke arah anus,
akan keluar beberapa butir telur
berwarna
hijau
tua
dan
ukurannya relatif besar.
Gerakannya lambat.
Ciri-ciri induk jantan lele dumbo
jantan yang telah siap untuk
dipijahkan sebagai berikut :
• Alat kelamin tampak jelas
memerah
• Warna tubuh agak kemerahmerahan
• Tubuh ramping dan gerakannya
lincah.
4.1.5.2. Seleksi induk ikan Mas
Induk ikan Mas yang akan dipijahkan
sebaiknya dipelihara dalam tempat
yang terpisah antara jantan dan
betina agar pertumbuhan induk ikan
opimal dan tidak terjadi perkawinan
yang
tidak
diinginkan.
Dalam
pemeliharaan induk ikan Mas harus
dilakukan dengan baik dan benar
97
agar diperoleh induk yang siap dan
unggul untuk dikawinkan.
Pemeliharaan induk ikan Mas
merupakan salah satu aspek penting
yang harus dilaksanakan dalam
program pengembangbiakan ikan
Mas. Induk ikan Mas yang dipelihara
dengan baik akan menghasilkan telur
dan benih ikan dalam jumlah dan
kualitas yang diharapkan.
Induk ikan yang baik sebaiknya
dipelihara dari masa benih, hal
tersebut dapat dilihat dari gerakan
yang incah, tumbuh bongsor, sehat
dan mempunyai nafsu makan yang
baik. Pemeliharaan benih calon
induk sebaiknya dilakukan sejak
pemanenan, benih umur 1 bulan.
Dalam pemeliharaan calon induk ini
harus diberi pakan yang cukup dan
bergizi. Calon-calon induk yang
dipelihara tersebut selanjutnya di
seleksi kembali pada saat berukuran
100-200 gram. Calon induk jantan
dan betina dipilih berdasarkan ciri-iri
morfologisnya yang baik, diantaranya
adalah:
• Calon induk harus mempunyai
karakter
morfologis
dengan
kriteria sebagai berikut: bentuk
tubuh kekar, pangkal ekor kuat
dan lebar, sisik besar dan teratur,
warna cerah, kepala lancip dan
lebih kecil dari lebar tubuh (1 :
1,5), daerah perut melebar dan
datar,
badan
tebal
dan
berpunggung tinggi.
• Calon induk harus berasal dari
keturunan yang berbeda, baik
jantan maupun ikan betina.
• Calon induk harus mempunyai
sifat cepat tumbuh, sehat, tahan
terhadap
penyakit
dan
perubahan
lingkungan
serta
responsive terhadap pakan.
Calon-calon induk yang telah di
seleksi
dipelihara
di
kolam
pemeliharaan induk sampai siap
untuk dipijahkan. Agar diperoleh
induk yang berkualitas dan dapat
menghasilkan telur dalam jumlah
yang
maksimal,
yang
harus
diperhatikan adalah:
• Pemeliharaan
pakan
yang
teratur, pakan yang diberikan
harus mempunyai kadar protein
30-35%, jumalh pakan yang
diberikan per hari berkisar antara
2-3% dan frekuensi pemberian
pakan sebanyak 2-3 kali.
• Kondisi kolam pemeliharaan
harus optimal, yaitu kandungan
oksigen terlarut minimal 5 ppm,
suhu air berkisar25-300C dan air
tidak tercemar.
• Padat penebaran calon induk
berkisar antara 0,1 kg/m2 – 0,25
kg/m2.
Calon-calon induk tersebut dipelihara
sampai mencapai ukuran tertentu
untuk dipijahkan. Induk ikan Mas
jantan lebih cepat matang gonad
dibandingkan dengan ikan Mas
betina. Umur ikan Mas jantan 10-12
bulan dengan bobot 0,6-0,75 kg
sudah sampai matang kelamin,
sedangkan induk betina yang ideal
mencapai matang gonad pada umur
1,5-2 tahun dengan berat 2-3 kg.
Induk ikan Mas yang akan dipijahkan
harus benar-benar dapat dibedakan
antara jantan dan betina. Adapun
ciri-ciri induk jantan dan betina ikan
Mas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
98
Tabel 4.1. Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Mas
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jantan
Betina
Sirip dada relatif panjang, jari-jari Sirip dada relatif pendek, lunak,
luar tebal
lemah, jari-jari luar tipis
Lapisan sirip dada kasar
Lapisan dalam sirip dada licin
Kepala tidak melebar
Kepala relatif kecil, bentuk agak
meruncing
Tubuh
lebih
tipis/langsing, Tubuh
lebih
tebal/gemuk
ramping dibandingkan betina dibandingkan jantan pada umur
pada umur yang sama
yang sama
Gerakannya gesit
Gerakannya lamban dan jinak
Sehat dan tidak cacat
Sehat dan tidak cacat
Sisik teratur dan warna cerah
Sisik teratur dan warna cerah
Induk ikan Mas jantan dan betina
harus dipelihara dalam kolam yang
terpisah agar ikan cepat matang
kelamin dan tidak terjadi perkawinan
liar. Induk yang dipelihara dengan
baik akan dapat mencapai matang
gonad. Adapun ciri-ciri induk ikan
Mas yang matang gonad dapat
dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar
4.3 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.2 . Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Matang Gonad
No
1.
2.
3.
Jantan
Betina
Tubuh ramping
Perut membulat dan lunak jika
diraba
Mengeluarkan
cairan
putih/ Genital papilla mengembang,
sperma bila perut ditekan ke arah agak terbuka dan berwarna
anus
kemerahan
Lubang
anus
melebar
dan
menonjol (agak membengkak)
99
Gambar 4.3. Induk ikan mas betina tampak atas (kiri) dan genital papilla
(kanan)
Gambar 4.4. Induk ikan mas jantan tampak atas (kiri), genital papilla (kanan)
4.1.5.3. Seleksi induk ikan nila
Pengelolaan induk dalam kegiatan
usaha
pembenihan
mempunyai
peran yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan, karena
induk merupakan salah satu faktor
utama yang akan menentukan
kualitas dan kuantitas benih yang
dihasilkan.
Pengelolaan induk dilakukan atas
dasar sifat induk dan kebutuhan
induk agar mampu hidup dan
berkembang-biak secara optimal.
Ruang lingkup pengelolaan induk
dengan mengacu pada ketercapaian
efisiensi suatu usaha pembenihan
ikan dapat di kelompokan ke dalam
tiga kelompok yaitu pengadaan
induk, pemeliharaan calon induk, dan
peningkatan
mutu
induk
atau
mempertahankan mutu induk.
Untuk dapat mencapai efisiensi
suatu usaha pembenihan, dalam
pengadaan induk ada dua hal yang
100
harus diperhatikan yaitu kuantitas
calon induk dan kualitas calon induk.
Perhitungan
untuk
menentukan
berapa jumlah induk yang harus
tersedia
dalam
suatu
unit
pembenihan,
agar
dapat
menghasilkan benih sesuai dengan
peluang atau pangsa pasar yang
ada, maka dalam menghitung jumlah
induk harus mempertimbangkan 4
aspek yaitu :
• Skala usaha, yaitu satuan unit
usaha terkecil dalam pembenihan
ikan nila yang secara ekonomis
masih
mampu
memberikan
efisiensi dan keuntungan yang
optimal.
• Kuantitas
dan
kontinuitas
produksi, yaitu banyaknya produk
(benih) yang harus dihasilkan
sesuai dengan kriteria yang
ditentukan dalam periode dan
interval waktu tertentu secara
terus menerus sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
• Produktifitas
induk,
yaitu
kemampuan induk betina dari
setiap
pemijahan
untuk
menghasilkan benih ikan nila
sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
•
Mortalitas induk, yaitu prosentase
jumlah induk yang hilang selama
pemeliharaan (umur produktif)
baik yang disebabkan oleh
kematian/hilang atau sesuatu hal
sehingga induk tersebut tidak
berproduksi untuk menghasilkan
telur.
Dari aspek tersebut diatas secara
praktis jumlah induk ikan nila pada
suatu
areal/kolam
pemijahan
ditentukan oleh induk jantan dan
ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat
ikan nila memijah adalah dimana
induk jantan akan membuat suatu
daerah teritorial yang tidak boleh
digangggu
ikan
lain.
Dengan
demikian
jumlah
ikan
betina
umumnya lebih banyak dari pada
ikan jantan agar mudah memberi
kesempatan pada jantan untuk dapat
menemukan betina yang matang
gonad.
Setelah mengetahui tanda-tanda
calon induk yang baik pada ikan nila,
selanjutnya kita harus mampu
membedakan induk jantan dan induk
betina. Untuk dapat membedakan
antara induk jantan dan betina dapat
dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar
4.5.
Tabel 4.3 . Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina
CIRI-CIRI INDUK BETINA
•
•
•
•
Dagu relatif kecil berwarna putih.
Sirip dada berwarna hitam dan
pendek.
Perut melebar berwarna putih.
Bila perut diurut dari dada ke
genitalia keluar cairan bening.
CIRI-CIRI INDUK JANTAN
•
•
•
•
Dagu menonjol berwarna merah.
Sirip dada berwarna coklat
kemerahan dan relatif panjang.
Perut pipih warna hitam.
Bila perut diurut dari dada ke
genitalia tidak keluar cairan.
101
dapat dipijahkan adalah bila bagian
perut diurut ke arah anus akan keluar
cairan putih dan kental. Untuk dapat
membedakan induk ikan patin jantan
dan betina yang matang gonad dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Induk ikan patin jantan
(atas)
dan
betina
(bawah)
Gambar 4.5. Induk ikan nila
4.1.5.4. Seleksi induk ikan patin
Induk ikan patin dapat dipijahkan
setelah umur 2-3 tahun. Pada umur
tersebut induk ikan patin telah
memiliki berat badan 3-5 kg/ekor.
Ciri-ciri induk betina adalah memiliki
bentuk urogenital bulat dan perut
relatif
lebih
mengembang
dibandingkan
induk
jantan.
Sedangkan induk jantan memiliki
papila dan bagian perut lebih
ramping.
Induk betina ikan patin yang matang
gonad mempunyai ciri-ciri bagian
perut membesar ke arah lubang
genital
berwarna
merah,
membengkak dan mengkilat agak
menonjol serta jika diraba bagian
perut terasa lembek.
Sedangkan
ciri-ciri induk jantan ikan patin yang
Induk ikan yang telah diseleksi
selanjutnya diberok (dipuasakan)
selama 1-2 hari.
Selama
pemberokan induk ikan, air terus
menerus dialirkan ke kolam/wadah
pemberokan. Tujuan pemberokan
adalah untuk mengurangi kadar
lemak pada saluran pengeluaran
telur. Oleh sebab itu selama
pemberokan induk ikan tidak diberi
makan. Bila bagian perut induk ikan
betina masih tampak membesar
setelah pemberokan, induk ikan
tersebut
dikanulasi
(dilakukan
penyedotan telur ikan dengan
kateter) untuk menetukan apakah
induk ikan tersebut sudah siap
dipijahkan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Kanulasi bertujuan untuk mengetahui
derajat kematangan gonad induk
betina
dengan
mengukur
keseragaman
diameter
telur.
Kanulasi dilakukan dengan cara
102
menyedot
telur
dengan
menggunakan selang kecil (kateter)
berdiameter 2-2,5 mm. Selang kecil
tersebut dimasukkan ke dalam
lubang urogenital sedalam 4 - 6 cm
ke dalam ovarium. Ujung selang
yang lain dihisap dengan mulut
selanjutnya selang tadi ditarik keluar
dari lubang urogenital, lalu ditiup
untuk mendorong telur keluar dari
selang. Telur yang keluar dari selang
ditampung pada lempeng kaca tipis
atau pada wadah lain. Selanjutnya
telur tersebut diukur garis tengahnya
menggunakan penggaris. Bila 90 95% telur memiliki garis tengah 1,0 –
1,2 mm, berarti induk betina tersebut
dapat dipijahkan. Selain itu ciri-ciri
telur yang telah matang adalah akan
cepat
mengering
atau
saling
berpisah bila diletakkan dipunggung
tangan.
Gambar 4.7. Kanulasi induk ikan
patin
4.2. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN
Pemijahan
adalah
proses
perkawinan antara ikan jantan dan
betina. Dalam budidaya ikan teknik
pemijahan ikan
dapat dilakukan
dengan 3 macam cara, yaitu:
1. Pemijahan ikan secara alami,
yaitu pemijahan ikan
tanpa
campur tangan manusia, terjadi
secara alamiah (tanpa pemberian
rangsangan hormon).
2. Pemijahan ikan secara semi
intensif, yaitu pemijahan ikan
yang terjadi dengan memberikan
rangsangan
hormon
untuk
mempercepat
kematangan
gonad, tetapi proses ovulasinya
terjadi secara alamiah di kolam.
3. Pemijahan ikan secara intensif,
yaitu pemijahan ikan yang terjadi
dengan memberikan rangsangan
hormon
untuk
mempercepat
kematangan gonad serta proses
ovulasinya
dilakukan
secara
buatan dengan teknik stripping/
pengurutan.
Untuk dapat melakukan pemijahan
ikan pada beberapa jenis ikan
budidaya maka harus memahami
tentang tingkat kematangan gonad
dan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kematangan
gonad. Hal ini harus dipelajari karena
tingkat kematangan gonad ikan
sangat mempengaruhi keberhasilan
pemijahan ikan. Walaupun saat ini
telah banyak diketemukan hormon–
hormon perangsang pertumbuhan
dan pematangan gonad, namun
tetap saja membutuhkan waktu
dalam proses pertumbuhan dan
pematangannya.
Tingkat kematangan gonad ikan
dapat dideteksi dengan melihat
tanda-tanda morfologi dan fisiologi
sel telur atau sel sperma. Tandatanda morfologis ikan matang gonad
untuk ikan betina antara lain adalah :
gerakannya lamban, perut gembung,
perut bila diraba terasa lunak, kulit
103
kadang kelihatan memerah, kadangkadang telur telah keluar pada
lubang genital,
lubang genital
memerah. Dan tanda-tanda sel telur
matang secara fisiologis adalah:
Polar Body I telah keluar, Germinal
Vesicle/GV (Inti sel) telah menepi
berada di depan microfile, warna
telur telah transparan, ukuran telur
mendekati 1 mm. Sejenak sebelum
ovulasi GV akan melebur sehingga
disebut Germinal Vesicle Break
Down (GVBD).
Sedangkan tanda-tanda ikan jantan
matang gonad secara morfologis
antara lain adalah : ikan lebih
langsing dibanding ikan betina,
gerakannya lincah, bila diurut kearah
lubang genital cairan seperti susu
akan keluar. Dan tanda-tanda sel
sperma matang antara lain adalah :
warna kental seperti susu/santan,
organ
sperma
telah
lengkap,
motilitas tinggi, kenormalan lebih dari
90%.
Disamping
kesehatan,
kenormalan ikan merupakan unsur
yang penting juga, karena faktor ini
akan diturunkan kepada anaknya.
Pada saat pemilihan induk ikan
matang gonad usahakan induk ikan
tidak stress. Jika induk ikan stress
walaupun kematangan gonadnya
sudah memenuhi, ikan tersebut
biasanya tidak akan memijah. Jika
demikian keadaannya pemijahan
ikan bisa tertunda atau malah tidak
jadi memijah, yang akhirnya telur
ikan akan terserap kembali atau
atresia.
4.2.1. Perkembangan dan
pematangan gonad
Perkembangan telur dipengaruhi
oleh faktor dalam dan luar dari ikan
(lingkungan dan pakan). Pengaruh
faktor
lingkungan
terhadap
gametogenesis
dibantu
oleh
hubungan antara poros HipotalamusPituitary-Gonad
melalui
proses
stimulisasi
atau
rangsangan.
Hormon-hormon yang ikut dalam
proses ini adalah GnRH dan Steroid.
Keadaan ini memungkinkan untuk
perlakuan pemberian hormone baik
melaui penyuntikan, implantasi dan
pakan.
Hormon sangat penting dalam
pengaturan reproduksi dan sistem
endocrine yang ada dalam tubuh,
yang
reaksinya
lambat
untuk
menyesuaikan dengan keadaan luar.
Hasil kegiatan sistem endocrine
adalah terjadinya keselarasan yang
baik antara kematangan gonad
dengan kondisi di luar, yang cocok
untuk mengadakan perkawinan.
Aktivitas
gonadotropin
terhadap
perkembangan gonad tidak langsung
tetapi melalui biosintesis hormon
steroid gonad pada media stadia
gametogenesis,
termasuk
perkembangan oosit (vitelogenesis)
pematangan oosit, spermato-genesis
dan spermiasi.
Hormon
gonadotropin
dengan
glicoprotein rendah dapat mengontrol
vitelogenesis, sedangkan yang tinggi
mengakibatkan aksi ovulasi. Hormon
tiroid akan aktif bersinergi dengan
gonadotropin untuk mempengaruhi
perkembangan
ovari
dan
kemungkinan
lain
juga
untuk
meningkatkan sensitivitas pengaruh
gonadotropin. Sel target hormon
gonadotropin adalah sel teka yang
merupakan bagian luar dari lapisan
104
folikel. Pada ikan goldfish dan
rainbowtrout
dihasilkan
17αhidrokxy-20β-dihidroxyprogresterone
(17 α, 20β-Pg) oleh lapisan folikel
sebagai respon terhadap aktifitas
gonadotropin untuk merangsang
kematangan telur. Teori yang lain
kontrol
endokrin
terhadap
kematangan oosit dan ovulasi pada
teleostei adalah GTH merangsang
(a) sintesa steroid pematangan pada
dinding folikel (ovari) dan (b) sekresi
mediator ovulasi.
Sistem endokrin dan sistem saraf
merupakan sistem kontrol pada
semua
makhluk
hidup
tidak
terkecuali ikan, sistem ini adalah
cara
utama
tubuh
untuk
menyampaikan informasi antar sel
dan jaringan yang berbeda. Dalam
sistem endokrin dilakukan sekresi
internal dari substansi aktif biologik.
Sistem
endokrin
menggunakan
messenger kimia yang disebut
hormone yang ditransportasikan oleh
sistem pembuluh darah. Sistem
endokrin lebih lambat daripada
sistem saraf karena hormone harus
melalui
perjalanan
ke
sistem
memutar untuk mencapai organ
target.
Berdasarkan
dari
sudut
ilmu,
endokrin
merupakan
mediasi
biokimia pada proses fisiologis.
Mediasi ini dapat terjadi antar
populasi, antar organisma, antar
jaringan di dalam suatu organisma,
antar organ dan sel, dan juga antar
generasi pada kasus hormon di
dalam
telur.
Hormon
sebagai
mediator biokimiawi dilepas dari
tempat produksinya menuju organ
target melalui beberapa cara, yaitu
(a) difusi sederhana di dalam sel
atau dari satu sel ke sel lainnya di
dalam organ; (b) transportasi melalui
darah atau berbagai cairan tubuh
sehingga langsung mencapai organ
atau sel; atau (c) secara tidak
langsung melalui lingkungan luarnya.
Sistem endokrin didalam tubuh
sangat kompleks tetapi biasanya
mengikuti dua prinsip. Pertama
berdasarkan
responnya
dibagi
menjadi dua kelenjar endokrin, yaitu
pituitary dan beberapa kelenjar
dibawah kontrol pituitary. Kedua,
hormone yang dihasilkan oleh
kelenjar
tersebut
seringkali
menghambat
produksi
hormone
pituitary,
proses
ini
disebut
penghambatan feedback. Adanya
bentuk
kombinasi
sistem
penghambatan
feedback
ini
menyebabkan
terjadinya
keseimbangan respons. Jadi sistem
endokrin mengontrol dirinya sendiri
sebagaimana halnya mengontrol
sistem organ yang lain. Skema
pengaturan
sekresi
hormone
diilustrasikan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Skema pengaturan
sekresi hormone, + menunjukkan
105
sekresi hormone; - menunjukkan
mekanisme feedback
Secara umum sistem endokrin ikan
sama dengan vertebrata lainnya.
Ikan memiliki urofisis yang terletak
pada pangkal ekor, tetapi tidak
memiliki kelenjar paratiroid. Sistem
endokrin juga memungkinkan tubuh
untuk dapat mengatasi stress.
Kelenjar endokrin dilihat dari asal
embrionya
berdiferensiasi
dari
seluruh lapisan germinal. Untuk yang
berasal dari mesoderm (korteks
adrenal,
gonad)
menghasilkan
hormone-hormon steroid; dan yang
berkembang dari ectoderm atau
endoderm mensekresikan hormone
amino termodifikasi, peptid atau
protein.
Kelenjar endokrin pada ikan menurut
Lagler et al (1962) terdapat pada
beberapa organ antara lain adalah
pituitary, pineal, thymus, jaringan
ginjal, jaringan kromaffin, interregnal
tissue, corpuscles of stannous,
thyroid,
ultibranchial,
pancreatic
islets, intestinal tissue, interstitial
tissue of gonads dan urohypophysis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Letak dan jenis kelenjar endokrin ikan dari arah depan ke arah
belakang (Lagler et al.,1962)
Kelenjar
endokrin
pada
ikan
menghasilkan
jenis
hormone
tertentu, seperti pada kelenjar utama
pada ikan adalah pituitary dimana
pada kelenjar tersebut menghasilkan
sembilan macam sel penghasil
hormone
yaitu
prolactin
(PL),
corticotrophs (CT), Gonadotrophs
(GTH),
Somatotrophs
(STH),
Thyrotrophs (TSH), Melanotrophs
(MSH) dan Neurosecretory nerve
ending (NS). Hormon yang terdapat
pada kelenjar pituitary antara lain
adalah Oxytocin yang berfungsi
merangsang konstraksi urine dan
kelenjar susu, Anti Diuretic Hormone
(ADH) yang berfungsi menaikkan
tekanan darah lewat aksinya pada
106
arteriola dan menggiatkan reabsorbsi
air dari tubuli ginjal serta hormon ini
sangat penting dalam osmoregulasi
yaitu pengaturan tekanan osmosis
cairan tubuh. Kedua hormon tersebut
terdapat pada bagian posterior
pituitary. Pada bagian anterior
pituitary terdapat beberapa macam
hormon diantaranya adalah hormon
pertumbuhan
yang
berfungsi
merangsang
pertumbuhan
dan
mengontrol proses osmoregulasi;
hormon prolactin pada mamalia
menstimulasi aksi produksi susu,
pada ikan kontrol hidromineral (air
tawar) hyperosmotic regulation pada
ikan teleost selain itu prolactin pada
ikan air tawar berfungsi untuk
maintannce
ion
dan
water
permeability pada ephitelium dari
organ osmoregulasi, dan pada
beberapa ikan prolactin memberikan
efek dalam mengontrol gonadal
steroidogenesis, metabolisme lemak
dan parental panning.
Hormon selanjutnya yang dihasilkan
dari anterior pituitary adalah Follicle
Stimulating Hormone (FSH) yang
merangsang produksi gamet oleh
gonad
atau
merangsang
pematangan gonad (vitellogenesis),
Luteinezing Hormone (LH) yang
merangsang produksi sex hormone
yaitu
testosterone,
estrogen,
progesterone
atau
merangsang
pematangan akhir.
Kelenjar lainnya penghasil hormon
adalah kelenjar Thyroid antara lain
adalah Tiroksin Tetraiodothyronine
(T4), Triidothyronine (T3) dan
Calcitonin. Fungsi dari hormon
tersebut
antara
lain
adalah
meningkatkan laju metabolisme,
esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan
normal.
Hormon
Thyroid pada ikan selalu berasosiasi
dengan hormone pertumbuhan dan
cortisol memberikan kontribusi pada
kontrol
pertumbuhan
dan
perkembangan, metabolisme dan
osmoregulasi. Sedangkan Calcitonin
merangsang penyimpanan kalsium
pada tulang, sekresi calcitonin
dirangsang oleh tingginya kalsium
dalam darah.
Pada kelenjar adrenal cortex yang
merupakan lapisan luar dari kelenjar
adrenal menghasilkan beberapa
jenis hormone antara lain adalah
cortisol
(A.
Glucocorticoid),
Aldoserone
(Mineralocorticoid),
kortikosterone. Produksi cortisol
meningkat sebagai akibat dari
berbagai stimulant stress yaitu
rendahnya kualitas air, penanganan,
kenyamanan ikan, pollutant dan
water acidification. Fungsi utama
cortisol
ini
berkaitan
dengan
metabolisme energi, ion regulation
dan respon terhadap stress.
Kelenjar adrenal medulla atau sel
kromaffin menghasilkan hormone
antara lain adalah ephineprin dan
norephinephrin. Epinephrin berfungsi
mobilisasi glikogen, bertambahnya
aliran darah lewat otot skeletal,
bertambahnya konsumsi oksigen
denyut
jantung,
sedangkan
norephineprin
berfungsi
pada
neurotransmitter adrenergic, naiknya
tekanan darah dan konstraksi
arteriola dan venula.
Hormon
yang
dihasilkan
oleh
kelenjar endocrine pancreas pada
kebanyakan
vertebrata
terdapat
pada pulau-pulau individu dari sel
sekresi yang diliputi oleh connective
107
tissue dan terbenam dalam exocrine
tissue dari pancreas. Pada Islet of
Langerhans ini mengandung 4 tipe
sel endocrine yaitu A cell (Glucagon),
B
cell
(Insulin),
D
cell
(Somatostantin) dan F cell atau PP
(Pancreatic Polypeptide). Glucagon
berfungsi meningkatkan glukosa
darah, merangsang katabolisme
protein, selain itu dapat menstimulasi
lipolysis pada ikan atau memobilisasi
lemak. Insulin pada ikan berfungsi
untuk menurunkan glukosa darah,
menambahkan pemakaian glukosa
dan sintesis protein serta lemak dan
menurunkan glukoneogenesis dan
merangsang
glikogenesisi.
Somotostantin merupakan hormone
yang menghambat pertumbuhan,
peran pada ikan secara fisiologis
belum
jelas
tetapi
dengan
menyuntikkan somatostantin pada
coho salmon dapat menyebabkan
penurunan
insulin,
plasma,
glucagons menurun dan level GLP
serta
berhubungan
dengan
penurunan
glikogen
hati
dan
hyperglycemia.
Pada kelenjar pineal dihasilkan
hormone melatonin, sedangkan pada
kelenjar thymus dihasilkan hormone
Thymosin, Pada gastrointestinal
endocrine cels dihasilkan beberapa
hormone utama antara lain adalah
Glucagon, Glucagon Like Peptide,
Somatostantin,
Pancratic
Polypeptide,
Gastrin,
Sekretin,
Cholecytokin,
Bombensin,
Enkephalin, Tachikinins, Serotonin,
Vasoactive
Intestinal
Peptida,
neuropeptide,
Gatric
Inhibitory
peptide. Sedangkan pada Urophysis
dihasilkan hormone Urotensin I dan
Urotensin II yang secara fisiologis
masih belum jelas fungsinya namun
diduga
berperan
dalam
osmoregulator
dan
fisiologi
reproduksi,
ekstrak
urophysis
menyebabkan konstraksi gonadal
smooth muscle. Hal ini dimungkinkan
Urotensin
mensikronisasi
osmoregulasi dan reproduksi pada
ikan matang gonad. Urotensin II
mempunyai fungsi antara lain adalah
kontraksi jantung, kantung kemih,
usus, penyerapan ion di usus.
Pada jaringan chromaffin juga
dihasilkan hormone antara lain
adalah catecholamines, adrenalin
dan nor adrenalin. Pada teleost
katekolamin
memiliki
pengaruh
penting pada peredaran oksigen ke
jaringan, mempengaruhi pergerakan
ion pada ikan yang meningkatkan
pertukaran ion melalui insang
dengan menstimulasi peningkatan
luar area gill lamella dalam kontak
dengan lingkungan.
Pada subbab ini akan dibahas
tentang
mekanisme
aksi-aksi
hormone steroid pada ikan. Hormon
steroid adalah hormone yang
memiliki struktur kimia berdasarkan
pada inti steroid, yang mirip dengan
cholesterol dan sebagian besar jenis
hormone ini berasal dari kolesterol
itu sendiri, disekresi oleh korteks
adrenal (kortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen : estradiol-17ß,
esteron,
estriol
dan
lain-lain,
progesterone), testis (androgen :
androstendion, testosterone, 11ketotestosteron dan lain-lain) dan
plasenta
(estrogen
dan
progesterone). Menurut Koolman &
Rohm (2001) hormone adalah bahan
kimia pembawa sinyal yang dibentuk
dalam sel-sel khusus pada kelenjar
endokrin. Hormon disekresikan ke
108
dalam darah kemudian disalurkan ke
organ-organ
yang
menjalankan
fungsi-fungsi regulasi tertentu secara
fisiologik dan biokimia. Sel-sel
sasaran
pada
organ
sasaran
memiliki
reseptor
yang
dapat
mengikat
hormone,
sehingga
informasi yang diperoleh dapat
diteruskan ke sel-sel akhirnya
menghasilkan suatu respon. Pesan
hormone disampaikan pada sel-sel
sasaran menurut dua prinsip yang
berbeda. Hormon lipofilik masuk
kedalam sel dan bekerja pada inti
sel, sedangkan hormone hidrofilik
bekerja pada membrane sel. Hormon
steroid
dan
tiroksin
termasuk
kedalam kelompok hormone lipofilik.
Hormon ini menembus membrane
sel dan berikatan pada suatu
reseptor spesifik didalam sasaran.
Berdasarkan uraian diatas maka
mekanisme hormone steroid adalah
dengan cara hormone steroid masuk
kedalam sel dan berikatan dengan
reseptor
didalam
sitoplasma.
Hormon reseptor yang kompleks
masuk kedalam nucleus dimana
akan berikatan dengan chromatin
dan mengaktivasi gen yang spesifik.
Gen (DNA) yang mengandung
informasi akan memproduksi protein.
Ketika gen aktif maka protein akan
dihasilkan secara diagram dapat
dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Mekanisme hormone
steroid
Teori lain untuk pematangan sel telur
adalah adanya hubungan erat antara
poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad.
Hipotalamus akan melepas GnRH
jika dopamin tidak aktif. Fungsi
GnRH adalah merangsang keluarnya
GtH (Gondotropin) yang berada pada
Hipofisa. Jika GtH keluar maka
hormon Testosteron yang berada
pada sel theca keluar, sedangkan
hormon
Testosteron
akan
merangsang dikeluarkannya hormon
Estradiol-17β yang berada pada sel
granulose. Hormon Estradiol-17β ini
akan menggertak kerja liver untuk
memproses precursor kuning telur
(vitellogen) untuk dikirimkan ke sel
telur sebagai kuning telur. Dengan
demikian pertumbuhan telur terjadi.
Sebagai
pematang
sel
telur
diperlukan media MIH (Maturtaion
Inducing Hormon)
dan MPF
(Maturation Promoting Factor) untuk
hormon
17α,20β-dyhidroxy-4pregnen-3-one yang bersumber dari
sel granulose.
4.2.2. Kelenjar hipofisa, HCG dan
ovaprim
109
Kelenjar hipofisa banyak sekali
mengandung
hormon
terutama
hormon yang berhubungan dengan
perkembangan dan pematangan
gonad. Hormon tersebut diantaranya
adalah Gonadotropin yaitu GTH I
dan GTH II, sehingga ekstrak
kelenjar hipofisa sering digunakan
sebagai perangsang pematangan
gonad. Letak kelenjar hipofisa ini
terdapat pada bagian otak sebelah
depan. Kelenjar ini menempel pada
infundubulum dengan suatu tangkai
yang pendek, agak panjang atau
pipih bergantung pada jenis ikannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.11 tentang otak dan
bagian-bagian pada ikan maskoki
dan hampir sama untuk semua ikan.
Gambar 4.11. Representasi diagram pada penampang sagittal dari otak goldfish sebagai dasar
penampang seri menggambarkan topografi dari GHRH-ir perikarya pada otak, pinealocytes
dalam pineal dan corticotrophs pada pituitary (siklus yang gelap). Garis putus-putus
mengindikasikan GHRH-ir fiber tract. Catatan bahwa GHRH-ir fiber pada area NPO dan PVO
tidak asli pada nuclei ini., tetapi area transverse. AVT, Area Ventralis Telencephali, CBL,
Cerebellum, FL, Facial Lobes, GNC, Glomerular Nuclear Complex, INF, Hypothalamic Inferior
Lobe, LR, Lateral Recess, NLL, Nucleus of the Lateral Lemniscus, NLTi Nucleus Lateralis
Tuberis pars Lateralis, NLTp, Nucleus Lateralis Tuberis pars posterioris, NPO, Nucleus
Preopticus, NPP, Nucleus Preopticus Periventricularis; OLB, Olfactory Bulb; ON, Optic Nerve;
OT, Optic Tectum; PIN, pineal; PIT, Pituitary; PVO, Paraventricular Organ; SGN, Secondary
Gustatory Nucleus; TEL, Telencephalon. (Rao, et al., 1995).
Pematangan oosit dan ovulasi telur
dengan menggunakan ekstraksi
kelenjar
hipofisa
banyak
mengandung kelemahan diantaranya
adalah:
(1) hilangnya ikan donor karena
diambil kelenjar hipofisanya.
(2) standarisasi ekstrak kelenjar
hipofisa ikan sebagai bahan suntikan
untuk induksi pematangan akhir sel
telur dan sel sperma tidak tepat.
(3) belum diketahui dengan pasti
hormon mana yang sebenarnya
berpotensi
untuk
ovulasi
dan
kematangan gonad.
(4) penyakit mudah menular.
Bagi para pembudidaya ikan yang
akan melakukan pemijahan ikan
110
secara buatan dengan menggunakan
kelenjar hipofisa dapat dengan
mudah membuatnya. Adapun cara
membuat kelenjar hipofisa ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan dosis yang akan
digunakan
dalam
proses
pemijahan.
2. Menimbang ikan donor dan ikan
resipien .
3. Ikan donor diletakkan di atas
talenan yang tidak licin dan
dipotong secara vertikal dengan
titik
pemotongan
dibagian
belakang tutup insangnya hingga
kepala ikan putus atau terpisah
dari badannya (Gambar 4.12, kiri
atas).
4. Kepala ikan yang terpotong
dihadapkan keatas dan disayat
dari pangkal hidung ke bawah
bagian potongan pertama hingga
tulang tengkorak ikan terbuka
dan otak kelihatan jelas (Gambar
4.12 kiri tengah dan bawah).
5. Kemudian
kelenjar
otak
disingkap/diangkat dan akan
tampak
kelenjar
hipofisa
dibawah kelenjar otak (Gambar
4.12, kanan).
6. Dengan menggunakan pinset,
kelenjar hipofisa diambil dan
diletakkan di dalam cawan
(Gambar 4.12, kanan)
Gambar 4.11. Pengambilan kelenjar hipofisa
111
7. Selanjutnya dibersihkan dengan
aquadest hingga kotoran dan
darah yang melekat hilang.
8. Kelenjar hipofisa dimasukkan ke
dalam tabung pengerus. Kelenjar
hipofisa digerus menggunakan
alu kaca hingga hancur (Gambar
4.12)
Gambar 4.12. Penggerusan kelenjar
hipofisa
9. Larutan hipofisa diambil dari
gelas pengerus menggunakan
alat suntik/spuit Dimasukkan ke
dalam
tabung
reaksi/tabung
sentrifuse (Gambar 4.13)
Gambar 4.13. Pembuatan ekstrak
kelenjar hipofisa
11. Larutan hipofisa disentrifuse dan
didiamkan selama satu menit
sampai terbentuk dua lapisan
pada larutan tersebut. Larutan
yang agak keruh dibagian atas
endapan diambil dengan jarum
suntik (Gambar 4.14 dan Gambar
4.15).
Gambar 4.14. Pemutaran alat
sentrifuse
Gambar 4.15. Pengambilan ekstrak
kelenjar hipofisa
112
11. Larutan siap disuntikkan pada
ikan yang akan dipijahkan
(Gambar 4.16)
Gambar 4.16. Ekstrak kelenjar
hipofisa siap disuntikkan pada ikan
Hormon Chorionic Gonadotropin
(hCG) adalah hormon gonadotropin
yang disekresi oleh wanita hamil dan
disintesa
oleh
sel-sel
sintitio
tropoblas
dari
placenta.
HCG
mempunyai dua rangkaian rantai
peptida yaitu α yang mengandung
92 asam amino dan β mengandung
145 asam amino. Pada beberapa
spesies menggunakan hCG sebagai
pemacu merangsang pematangan
gonad sangat efektif, bisa sebagai
pengganti ekstrak kelenjar hipofisa
tetapi pada beberapa spesies
penggunaan hCG kurang efektif
mesti
dikombinasikan
dengan
Pregnan Mare Serum Gonadotropin
(PMSG)
atau
ovaprim.
HCG
berperan dalam pemecahan dinding
folikel saat akann terjadi ovulasi. LH
(Litunuising Hormon) adalah hormon
perangsang ovulasi yang kuat, hCG
memiliki potensi LH. Fungsi LH
dalam sel theca akan merangsang
PGE (prostaglandin) dan PGF2α dari
asam arachidonad. PGF2α juga
mempunyai peran penting dalam
pecahnya folikel dan pengeluaran
oosit yang telah matang.
OVAPRIM adalah campuran analog
salmon GnRH dan Anti dopamine
dinyatakan bahwa setiap 1 ml
ovaprim mengandung 20 ug sGnRHa(D-Arg6-Trp7, Lcu8, Pro9-NET) –
LHRH dan 10 mg anti dopamine.
Ovaprim juga
berperan dalam
memacu terjadinya ovulasi. Pada
proses pematangan gonad GnRH
analog yang terkandung didalamnya
berperan merangsang hipofisa untuk
melepaskan
gonadotropin.
Sedangkan sekresi gonadotropin
akan dihambat oleh dopamine. Bila
dopamine
dihalangi
dengan
antagonisnya maka peran dopamine
akan terhenti, sehingga sekresi
gonadotropin akan meningkat.
Dari ketiga macam hormon yang
dapat digunakan untuk melakukan
pemijahan ikan seperti yang telah
dijelaskan, maka pemilihan hormon
yang
akan
digunakan
sangat
bergantung pada jenis ikan yang
akan dibudidayakan, harga ekonomis
dan efisiensi dalam penggunaannya.
Ketiga hormon tersebut prinsipnya
adalah
membantu
proses
kematangan gonad ikan yang akan
menentukan keberhasilan proses
pemijahan.
4.2.3. Perjalanan hormon ke sel
target
Bagaimana hormon yang disuntikan
itu mencapai sel target. Hormon
tersebut mencapai sel target melalui
komunikasi antar sel. Ada tiga cara
sel-sel itu berkomunikasi yaitu :
113
1. Sel menskresikan senyawa kimia
(chemical signaling) kepada sel
lain ditempat yang berjauhan.
2. Sel mengekspresikan molekul
permukaan yang mempengaruhi
sel lainnya yang berkontak fisik
dengan sel tersebut.
3. Sel membentuk ’gap juction’ yang
menghubungkan masing-masing
sitoplasma sehingga dapat terjadi
pertukaran molekul-molekul kecil.
Sedangkan komunikasi antar sel
dengan cara sekresi kimia dapat
dibagi berdasarkan jauhnya jarak
yang dirempuh senyawa kimia
tersebut yaitu:
1. Sinyal
endokrin
(Endocrine
signaling), dimana sel kelenjar
endokrin akan mensekresikan
hormon yang akan dibawa aliran
darah ke sel target yang
terdistribusi di bagian lain dari
tubuh.
2. Sinyal
parakrin
(Paracrine
signaling),
dimana
sel
menskresikan senyawa kimia
(local chemical mediator) yang
mempunyai efek terhadap sel
yang berada disekelilingnya.
Senyawa kimia yang diskresikan
ini akan diserap dan diserap
dengan cepat.
3. Sinyal
sinaptik
(Synaptic
signaling), merupakan suatu
neurotransmitter dan bekerja
khusus untuk sel syaraf pada
suatu daerah khusus yang
disebut chemical synapses.
Sel-sel target akan memberikan
respon terhadap sinyal yang datang
melalui protein khusus yang disebut
receptor.
4.2.4.
Stripping dan pembuahan
buatan
Stripping
adalah
proses
dikeluarkannya telur atau sperma
ikan dengan bantuan manusia/bukan
secara alamiah. Proses pengeluaran
telur atau sperma tersebut tentu saja
menghendaki cara tertentu agar telur
atau sperma tidak rusak ataupun
justru induk ikan yang akan
rusak/mati. Seseorang yang akan
melakukan stripping telur atau
sperma ikan mesti harus telah tahu
cara stripping yang baik, dan tahu
posisi gonad ikan, dengan demikian
arah urutan/stripping akan benar
atau organ yang diurut tidak salah.
Feeling seorang pengurut sebaiknya
telah menyatu dengan induk ikan
tersebut. Kenapa demikian karena
seseorang tersebut akan mengerti
kapan pengurutan diberhentikan dan
kapan akan dimulai lagi. Oleh karena
itu seorang pembudidaya harus
memahami tentang proses secara
fisiologis ovulasi dan akan dibahas
pada subbab ini. Telur atau sperma
tidak akan bisa distripping jika proses
fisiologis ovulasi belum sempurna.
Pembuahan secara buatan dilakukan
dengan bantuan manusia, dengan
cara mempertemukan sel telur
dengan sel sperma pada suatu
tempat tertentu dan dengan alat
tertentu.
Proses
melakukan
pembuahan buatan ini diperlukan
sikap kehati-hatian agar telur tidak
luka, sperma tidak luka atau proses
penempelan sperma pada sel telur
merata.
Meratanya
sperma
menempel
pada
telur
akan
menambah
jumlah
pembuahan
sperma pada sel telur. Proses
pembuahan buatan ini membutuhkan
114
waktu tertentu, maksudnya jika
terlalu lama maka sperma atau sel
telur bisa mati atau terganggu. Jika
demikian
keadaannya
proses
pembuahan tidak akan berhasil
dengan baik. Ingat telur dan sperma
itu hidup sehingga bermetabolisme.
Kematangan telur dan sperma ikan
dipastikan
diperiksa
dibawah
mikroskop, jika telah memenuhi
tanda-tanda tersebut di atas maka
segeralah
dilakukan
stripping.
Langkah pertama lakukan stripping
induk jantan terlebih dahulu dengan
prosedur yang telah ditentukan.
Sperma adalah gamet jantan yang
dihasilkan oleh testis. Cairan sperma
adalah larutan spermatozoa yang
berada dalam cairan seminal dan
dihasilkan
oleh
hidrasi
testis.
Campuran antara seminal plasma
dengan spermatozoa disebut semen.
Dalam setiap testis semen terdapat
jutaan spermatozoa.
Sperma ikan yang sudah matang
terdiri dari kepala, leher dan ekor.
Ada sperma yang mempunyai
“middel Piece” sebagai penghubung
antara leher dan ekor. Di dalam
middle piece ini berisi mitokondria
yang
akan
berfungsi
untuk
metabolisme sperma.
Kepala sperma, kepala sperma
terisi materi inti, chromosom terdiri
dari DNA yang bersenyawa dengan
protein. Informasi genetika yang
dibawa
oleh
spermatozoa
diterjemahkan dan disimpan di dalam
nolekul
DNA.
Sperma
yang
didalamnya terkandung chromosomX akan menghasilkan embrio betina
sedangkan sperma
mengandung
chromosom-Y akan
embrio jantan.
menghasilkan
Ekor sperma, ekor sperma berfungsi
memberi gerak maju seperti gerak
cambuk.
Selubung
mitokondria
berasal
dari
pangkal
kepala
membentuk dua struktur spiral
kearah berlawanan dengan arah
jarum jam. Bagian tengah ekor
merupakan gudang energi untuk
kehidupan
dan
pergerakan
spermatozoa oleh proses-proses
metabolik yang berlangsung di dalam
helix
mitokondria.
Mitokondria
mengandung enzim-enzim yang
berhubungan dengan metabolisme
spermatozoa. Bagian ini banyak
mengandung fosfolipid, lecithin dan
plasmalogen.Plasmalogen
mengandung satu aldehid lemak dan
satu asam lemak yang berhubungan
dengan glicerol maupun cholin.
Asam lemak dapat dioksidasi dan
sebagai sumber energi untuk aktifitas
sperma.
Komposisi kimiawi sperma pada
plasma
inti
(nukleoplasma)
diantaranya adalah DNA, Protamine,
Non Basik Protein. Sedangkan
seminal
plasma
mengandung
protein, potassium, sodium, calsium,
magnesium,
posfat,
klarida.
Sedangkan komposisi kimia ekor
sperma adalah protein, lecithin dan
cholesterol.
Sperma tidak bergerak dalam
semen/air mani, tetapi akan segera
bergerak ketika bersentuhan dengan
air.
Fruktosa
dan
galaktosa
merupakan sumber energi utama
bagi sperma ikan mas. Gardiner
dalam Norman (1995) menyatakan
semen
yang
encer
banyak
115
mengandung
glukosa
sehingga
memberikan motilitas yang lebih
baik. Sedangkan semen yang kental
banyak mengandung potassium
sehingga akan menghambat motilitas
sperma. Motilitas sperma banyak
dipengaruhi
oleh
konsentrasi
glukosa, NaCl, KCl, serta Osmolitas
media.
Daya
tahan
hidup
sperma
dipengaruhi oleh pH, tekanan
osmotik , elektrolit, non elektrolit,
suhu dan cahaya. Pada umumnya
sperma than hidup dan aktif pada pH
7. Sperma tetap motil untuk waktu
lama di dalam media yang isotonik
dengan darah. Pada umumknya
sperma mudah dipengaruhi oleh
keadaan
hipertonik
dari
pada
hipotonik.
Larutan elektrolit sperti kalium,
magnesium, dapat dipergunakan
sebagai pengencer sperma tetapi
Calsium, pospor dan kalium yang
tinggi dapat menghambat motilitas
sperma. Sedangkan cuprum dan
besi merupakan racun bagi sperma.
Larutan non elektrolit dalam bentuk
gula, sperti fruktosa, glukosa dapat
dipergunakan sebagai pengencer
sperma.
Prinsip
dasar
untuk
mempertahankan agar sperma tetap
hidup adalah dengan menambahkan
sesuatu kedalam semen yang
berintikan mempertahankan pH,
tekanan osmotik serta menekan
pertumbuhan
kuman.
Untuk
keperluan
yang
sesuai
bagi
kebutuhan sperma dipergunakan
bahan glukosa, kuning telur, air susu
yang mengandung lippoprotein dan
lecithin.
Sedangkan
untuk
mempertahankan
pH
semen
dipergunakan sitrat, fosfat dan tris.
Untuk menghambat pertumbuhan
kuman
dipergunakan
penicilin,
streptomicin,
sedangkan
untuk
pembekuan diperlukan glicerol.
4.2.5. Ovulasi dan fertilisasi
Setelah telur matang maka telur
akan diovulasikan oleh ikan betina.
Ovulasi itu adalah proses keluarnya
sel telur (oosit) yang telah matang
dari folikel dan masuk ke dalam
rongga ovarium atau rongga perut
(Nagahama, 1990).
Pelepasan sel telur terjadi akibat:
1. Telur membesar.
2. Adanya konstraksi aktif dari
folikel (bertindak sebagai otot
halus) yang menekan sel telur
keluar.
3. Daerah tertentu pada folikel
melemah, membentuk benjolan
hingga pecah dan terbentuk
lubang pelepasan hingga telur
keluar.
Enzim
yang
berperan
dalam
pemecahan dinding folikel: protease
iplasmin kemudian diikuti oleh
hormon Prostaglandin F2α (PGF2α)
atau
Cotecholamin
yang
merangsang konstraksi aktif dari
folikel
Setelah ovulasi kemudian akan
diikuti oleh ikan jantan untuk
mengeluarkan
sperma. Sperma
yang tadinya bergerak lamban
menjadi bergerak cepat (motilitas
tinggi) dikarenakan bersentuhan
dengan air. Pergerakan sperma
tersebut akan mengarah pada sel
telur kerena distimulasi oleh adanya
116
Gimnogamon I yang dieksresikan
oleh
telur.
Setelah
sperma
menempel pada telur, telur akan
mengeluarkan Androgamon I untuk
menekan motilitas sperma dan
Gymnogamon
II
untuk
menggumpalkan sperma.
Berjuta-juta sperma menempel pada
sel telur tetapi hanya satu sperma
yang bisa masuk melalui micropil.
Kepala sperma masuk dan ekornya
tertinggal diluar, sebagai sumbat
micropile sehingga yang lain tidak
bisa masuk. Berjuta-juta sperma
yang
menempel
pada
telur
disingkirkan oleh telur dengan reaksi
kortek.
Karena
apabila
tidak
disingkirkan
akan
mengganggu
metabolisme zigot.
Pembuahan sel telur merupakan
awal dari perkembangan embrio
ikan.
Pembuahan
merupakan
penggabungan sel telur dengan
spermatozoa sehingga membentuk
zygote. Pembuahan pada ikan
umumnya terjadi di luar tubuh,
dimana induk betina mengeluarkan
telur dan induk jantan mengeluarkan
spermatozoa.
Telur yang tidak dibuahi akan mati
dan berwarna putih air susu. Menurut
Nesler dalam Sumantadinata (1983),
suatu
substansi
yang
disebut
fertilizing merangsang spermatozoa
untuk berenang berusaha mencapai
telur. Telur akan mengeluarkan
fertilizing pada saat-saat terakhir
ketika dilepas dan siap dibuahi.
Pembuahan
satu
telur
hanya
membutuhkan satu spermatozoa
bagian kepalanya masuk Kedalam
telur melalui mycropyle, sedangkan
bagian
ekornya
tetap
berada
tertinggal di luar. Cytoplasma dan
chorion merenggang dan semakin
tersumbat
yang
akan
segera
menutup
mycropyle
untuk
menghalangi
masuknya
spermatozoa lainnya. Sumantadinata
(1983)
mengatakan,
setelah
memasuki telur, inti spermatozoa
mulai membesar dan chromosomnya
mengalami perubahan sehingga
memungkinkan untuk berhimpun
dengan chromosom dari sel telur
fase awal pembelahan.
4.2.6. Aplikasi teknik pemijahan
pada ikan budidaya
4.2.6.1. Pemijahan ikan Mas
Macam-macam Metode Pemijahan
Ikan Mas menurut Sumantadinata
(1983) dapat dilakukan secara alami
dan secara buatan. Pemijahan
secara alami setiap daerah memiliki
ciri khas dalam cara memijahkan
ikan Mas. Pemijahan ikan Mas
secara alami yang banyak dikenal di
masyarakat adalah cara Sunda,
Cimindi,
Rancapaku,
Magek,
Kantong, Dubisch dan Hofer.
1. Pemijahan cara Sunda
Pemijahan ikan Mas cara Sunda
merupakan cara pemijahan yang
banyak
digunakan
petani,
khususnya di Jawa Barat. Cara
ini
menggunakan
kolam
pemijahan dan kolam penetasan
secara
terpisah.
Kolam
pemijahan dipersiapkan secara
khusus,
yaitu
dengan
mengeringkan
dasar
kolam,
membersihkan kolam dari rumput
atau
sampah,
memasang
substrat dan mengairi kolam.
117
Pemijahan cara ini menggunakan
kakaban sebagai substrat untuk
menempelkan telur. Kakaban
tersebut dipasang berderet-deret
dan terapung 5-10 cm di bawah
permukaan air. Induk ikan yang
siap dipijahkan dilepaskan secara
hati-hati
ke
dalam
kolam
pemijahan. Pelepasan induk
dilakukan + pukul 16.00-17.00.
Proses
pemijahan
biasanya
terjadi mulai tengah malam pukul
01.00-06.00
yang
ditandai
dengan gerakan ikan yang saling
berkejaran dan timbulnya bau
anyir pada air kolam pemijahan.
2
3
1
1. Kakaban
Gambar 4.17.
2. Bilah bambu penahan
3. Patok bambu
Pemasangan kakaban di kolam pemijahan
pemijahan cara Sunda (Sumantadinata, 1983).
Sehari setelah induk ikan dilepas
pada kolam pemijahan dilakukan
pengamatan terhadap kakaban.
Kakaban yang telah berisi telur
segera diangkat dan dipindahkan
ke kolam penetasan. Sebelum
kakaban disusun di kolam
penetasan,
terlebih
dahulu
dibersihkan dari Lumpur dengan
menggoyang-goyangkan secara
perlahan di kolam pemijahan.
Kakaban
tersebut
dipasang
berderet-deret
di
kolam
penetasan 3-5 cm di bawah
permukaan air. Telur akan
menetas setelah 36-48 jam pada
suhu 28-300C. Pemijahan cara
Sunda
menggunakan
kolam
pada
penetasan sekaligus sebagai
kolam pendederan. Persiapan
kolam
penetasan
meliputi
pengolahan
dasar
kolam,
pembuatan kamalir, pemupukan,
pengapuran
dan
mengairi.
Persiapan
kolam
tersebut
dilakukan beberapa hari sebelum
pemijahan induk.
2. Pemijahan cara Cimindi
Persiapan kolam pemijahan cara
Sunda
dan
Cimindi
pada
dasarnya adalah sama, hanya
terdapat perbedaan induk kolam.
Pada pemijahan cara Cimindi,
kolam pemijahan merupakan
bagian dari kolam penetasan dan
118
penetasan
melalui
lubang
pematang sementara. Telur ikan
pada kakaban ditetaskan pada
kolam pemijahan. Setelah benih
berumur 7 hari, pematang
sementara dibongkar dan benih
ikan akan menyebar ke kolam
besar. Pada kolam besar ini
benih ikan didederkan.
kolam
pendederan.
Kolam
pemijahan terletak pada salah
satu sudut kolam penetasan
dengan pematang dari tanah
sebagai pembatas sementara.
Bila induk ikan telah memijah,
kakaban tetap berada di kolam
pemijahan, sedangkan induk ikan
dibiarkan masuk ke kolam
4
2
1
3
5
1. Kolam pemijahan
2. Pematang sementara
3. Kolam penetasan/pendederan
4. Saluran pemasukan air
5. Saluran pengeluaran air
Gambar 4.18. Kolam pemijahan cara Cimindi (Sumantadinata, 1983).
3. Pemijahan cara Rancapaku
Pemijahan
cara
Rancapaku
hampir sama dengan cara
Cimindi, yaitu kolam pemijahan
merupakan
bagian
kolam
penetasan.
Perbedaannya
adalah petak pemijahan dengan
cara Rancapaku terbuat dari
tumpukan batu atau bambu.
Penetasan telur dilakukan pada
kolam pemijahan. Setelah selesai
memijah, induk ikan dipindahkan
ke kolam besar atau ke kolam
pemeliharaan induk, sedangkan
kakaban
tetap
di
kolam
pemijahan. Telur ikan Mas akan
menetas setelah 36-48 jam pada
suhu 28-300C. anak ikan Mas
yang mulai mencari makan akan
menyebar ke kolam besar melalui
celah tumpukan batu atau
bambu. Benih ikan tersebut
dipelihara sampai umur 2-3
minggu.
119
tetap berada di kolam pemijahan,
sedangkan induk ditangkap dan
dikembalikan ke kolam induk.
Telur-telur ikan Mas ditetaskan
padakolam pemijahan. Benih
ikan ditangkap setelah berumur 1
minggu.
Pemanenan
benih
dilakukan dengan mengalirkan air
dari dasar kolam dan ditampung
dengan kantong yang terbuat
dengan bahan kain halus.
Selanjutnya
benih
tersebut
dipindahkan ke wadah lain untuk
didederkan atau dipasarkan.
4. Pemijahan cara Magek
Pemijahan ikan Mas di Sumatera
Barat dikenal dengan cara
Magek. Pemijahan dengan cara
ini diperlukan kolam seluas 3-4
m2 dengan kedalaman air 0,75 m.
dinding kolam tegak lurus
diperkuat papan. Dasar kolam
ditebari pasir yang telah dicuci
bersih dari tanah dan bahanbahan lain yang berbahaya. Di
atas pasir ini dhamparkan ijuk
yang dijepit dengan belahan
bambu. Setelah induk ikan
selesai memijah, ijuk tersebut
c
d
b
a
P2
P1
0,5-0,6 m
P3
K
1,5-2,0 m
a. papan
b. penyekat papan
c. belahan bambu
d. ijuk
P1 pipa pemasukan
P2 pipa pelimpasan
P3 pipa pengurasan
Gambar 4.19. Kolam pemijahan cara Magek (Sumantadinata, 1983).
5. Pemijahan cara Kantong
Pada beberapa daerah di Jawa
Barat, pemijahan ikan Mas
dilakukan dengan cara Kantong.
Pemijahan cara Kantong mirip
dengan cara Magek. Kolam
pemijahan berbentuk segi empat
dengan kedalaman air sekiatr 60
cm. Dasar kolam diberi lapisan
kerikil dan pasir agar airnya tetap
jernih. Bentuk dasar kolam dibuat
miring ke arah pengeluaran air
untuk memudahkan pengaturan
air dalam penangkapan anak
ikan. Pemijahan cara Kantong
menggunakan rumput sebagai
tempat
menempelkan
telur.
Rumput yang digunakan adalah
rumput yang tidak mudah busuk
di air. Rumput tersebut disebar di
120
kolam pemijahan, induk yang
telah selesai memijah ditangkap
dan dikembalikan ke kolam
induk, sedangkan telur-telurnya
dibiarkan di kolam pemijahan
untuk
ditetaskan.
Kolam
pemijahan dialiri air secara
perlahan. Telur
ikan
akan
menetas setelah 36-48 jam pada
suhu 28-300C. benih yang
berumur 5-7 hari dipungut/panen.
Benih –benih ikan akan hanyut
A
bersama
air
melalui
pintu
pengeluaran yang dialirkan ke
bentangan
kain
yang
direntangkan pada dua buah
bambu. Bentangan kain tersebut
berupa kantong yang terendam
setengah bagian pada genangan
air tenang. Selanjutnya benihbenih yang ditampung pada kain
tersebut
dikumpulkan
dan
didederkan di sawah/kolam.
1
2
B
K
Keterangan:
A. Kolam pemijahan
B. Kolam kecil tempat kantong
pelimpasan
K. kantong
1. pipa
Gambar 4.20. Kolam pemijahan cara Kantong (Sumantadinata, 1983).
6. Pemijahan cara Dubisch dan
Hofer
Pemijahan ikan cara Dubisch dan
Hofer
menggunakan
rumput
sebagai tempat meletakkan telur.
Dubisch adalah seorang ahli
perikanan berasal dari Jerman.
Oleh sebab itu cara pemijahan
ikan yang diperkenalkan Dubisch
disebut cara Dubisch. Cara ini
banyak digunakan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Kolam
pemijahan
cara
Dubisch
berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran 8 x 8 atau 10 x 10
meter. Kedalaman air kolam
pemijahan adalah 30 cm. Pada
bagian tengah dasar kolam lebih
tinggi daripada bagian tepi/sisi
kolam.
Pada
dasar
kolam
sekeliling
petakan
terdapat
saluran keliling dengan lebar 60
cm dn kedalaman 30-40 cm.
Saluran keliling berfungsi untuk
memudahkan
penangkapan
induk setelah selesai memijah.
Ketinggian air kolam adalah 10
cm di atas pucuk rumput. Bagian
tengah dasar kolam miring ke
arah saluran pengeluaran air dan
ditanami rumput yang tahan
tergenang air. Dasar tengah yang
121
kolam
pemeliharaan
induk,
sedangkan telur dibiarkan untuk
ditetaskan.
miring memudahkan turunnya air
dalam pemanenan benih ikan.
Induk ikan yang selesai memijah
ditangkap dan dipindahkan ke
Ardiwinata (1971)
Huet (1970)
A
B
A
B
A. Rumput
B. Saluran
B
B
Gambar 4.21. Kolam pemijahan cara Dubisch (Sumantadinata, 1983)
Hofer seorang ahli perikanan
melihat beberapa kelemahan/
kekurangan pemijahan cara
Dubisch. Kelemahan tersebut
terletak pada dasar kolam yang
dapat menimbulkan stress bagi
induk ikan. Hal ini disebabkan
adanya
perubahan
drastic
antara bentuk saluran dengan
bentuk pelataran (bagian tengah
kolam) yang ditumbuhi rumput
tempat memijah. Induk ikan
istirahat di saluran merasa
tempat/kolam tersebut kecil,
tidak ada rumput dan gelap,
tetapi setelah keluar dari saluran
menuju bagian tengah kolam
yang ditumbuhi rumput dan
terang menyebabkan induk agak
ketakutan. Masa takut dan
stress ini mengurangi keinginan
ikan untuk memijah.
Berdasarkan kelemahan tersebut,
Hofer memodifikasi dasar kolam
pemijahan cara Dubisch. Pada kolam
pemijahan cara Hofer tidak terdapat
saluran keliling kolam, tetapi seluruh
petakan kolam dibagi menjadi dua
bagian, yaitu setengah bagian yang
dangkal dan setengah bagian lebih
dalam.
Bagian
yang
dangkal
ditanami rumput sebagai tempat
menempelkan
telur,
sedangkan
bagian lebih dalam digunakan untuk
berkumpulnya benih ikan Mas
sehingga memudahkan pemungutan
benih ikan.
122
A
B
C
Cara Hofer
A. Pipa pemasukan air
B. Bagian dasar yang dangkal ditanami
rumput
C. Pipa pngeluaran air
Gambar 4.22. Kolam pemijahan cara Hofer (Sumantadinata, 1983)
Pelepasan induk ke kolam pemijahan
dilakukan dengan hati-hati. Hindari
induk
terkena
benturan.
Perbandingan induk jantan dan
betina adalah 1 : 1 dalam satuan
berat 3 : 1 dalam satuan ekor.
Pemilihan sistem pemijahan ini
bergantung kepada skala usaha
yang dilakukan. Pada pemijahan ikan
secara alami, pemilihan induk yang
matang kelamin harus tepat dan
benar. Dalam pemijahan ikan Mas
secara alami dan semi buatan
dibutuhkan
media/substrat
pemijahan yang disebut dengan
kakaban. Kakaban ini adalah tempat
meletakkan telur ikan Mas yang
terbuat dari ijuk pohon enau.
Kakaban ini biasanya berukuran
panjang 1-1,5 m dengan lebar sekitar
0,5 m. ijuk yang digunakan sebagai
bahan pembuat kakaban ini harus
dibersihkan
dengan
membuang
serat-serat yang kasar dan disisir
dengan sikat kawat. Jumlah kakaban
yang
diletakkan
pada
kolam
pemijahan tergantung pada jumlah
induk
yang
dipijahkan.
Untuk
memijahkan satu pasang induk
jumlah kakaban yang dibutuhkan
adalah 5-8 buah. Satu pasang induk
ikan Mas adalah perbandingan
jumlah induk jantan dan betina yang
akan dipijahkan berdasarkan bobot
badan 1 : 1, sedangkan berdasarkan
jumlah ikan adalah 2 : 1 atau 3 : 1.
Sebelum ikan Mas jantan dan betina
dipijahkan sebaiknya induk ikan
tersebut diberok terlebih dahulu di
dalam kolam pemberokan selama 12 hari dan dipisahkan antara jantan
dan
betina.
Selama
dalam
pemberokan, induk ikan ini tidak
diberi pakan, oleh karena itu kondisi
kualitas air kolam pemberokan harus
optimal.
Pemberokan ikan Mas ini bertujuan
untuk :
123
1. Mengurangi lemak pada daerah
kantong
pembungkus
telur
(ovarium), karena lemak yang
terlalu
banyak
dapat
mengganggu
kelancaran
pelepasa telur.
2. Memisahkan induk jantan dan
betina untuk menahan sementara
keinginan memijah sehingga
pada saat pemijahan di kolam
pemijahan kedua induk ikan
saling tertarik untuk memijah.
Pemijahan ikan Mas secara buatan
biasanya dilakukan oleh para petani
ikan
yang
membutuhkan
ketersediaan benih yang kontinu
dalam jumlah dan mutu. Pemijahan
secara buatan ini dilakukan dengan
memberikan
suntikan
hormon
kepada induk ikan Mas jantan dan
betina
agar
cepat
mengalami
kematangan
gonad.
Setelah
dilakukan penyuntikan hormon, induk
ikan Mas jantan dan betina akan di
stripping, yaitu dilakukan pengurutan
agar telur dan sperma keluar dari
tubuh induk ikan Mas dan dilakukan
pembuahan ikan Mas secara buatan.
Hormon yang digunakan antara lain
adalah ovaprim, pregnil, HCG atau
kelenjar hipofisa ikan Mas itu sendiri.
Ikan Mas jantan dan betina siap
memijah
dan
matang
gonad
dimasukkan
ke
dalam
kolam
pemijahan. Jumlah induk yang
ditebar bergantung pada luas ukuran
kolam pemijahan. Ikan Mas akan
meletakkan telur pada kakaban.
Kakaban yang berisi telur ikan Mas
selanjutnya dipindahkan ke kolam
pemeliharaan larva/benih. Hal ini jika
pemijahan dilakukan alami dan semi
intensif. Jika pemijahan ikan Mas
dilakukan secara buatan, maka telur
ikan Mas yang telah dicampur
sperma ditebar ke dalam akuarium
dan dipelihara sampai menetas dan
berumur 2-4 minggu.
4.2.6.2. Pemijahan Ikan Lele
1. Persiapan wadah dan substrat
(kakaban)
Persiapan bak pemijahan dilakukan
sebelum dilakukan pemijahan. Untuk
setiap pasang induk yang beratnya
antara 0,5 – 1 kg diperlukan satu
buah bak pemijahan dengan ukuran
1 x 2 x 0,5 meter atau 1 x 1 x 0,5
meter. Sebelum kolam atau bak
digunakan, bak dicuci bersih agar
kotoran-kotoran dan lumut yang
menempel terlepas dan dasar bak
menjadi bersih dan benih lele
terhindar dari serangan penyakit.
Selanjutnya bak diisi air bersih
setinggi 30 – 40 cm. Sebagai tempat
atau media menempelnya telur, di
dasar bak dipasang kakaban yang
terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban
disesuaikan dengan ukuran bak
pemijahan. Namun, ukuran yang
biasa digunakan panjangnya 75 –
100 cm dan lebarnya 30 – 40 cm.
Sebagai patokan, untuk 1 pasang
induk lele dumbo dengan berat induk
betina
500
gram,
dibutuhkan
kakaban sebanyak 3 – 4 buah. Jika
kurang, dikhawatirkan telur yang
dikeluarkan ketika pemijahan tidak
tertampung
seluruhnya
atau
menumpuk di kakaban, sehingga
mudah
membusuk
dan
tidak
menetas. Kakaban harus menutupi
seluruh permukaan dasar bak
pemijahan, sehingga semua telur lele
dumbo tertampung di kakaban.
Bagian atas bak pemijahan di tutup
124
dengan seng atau triplek atau
anyaman bambu untuk mencegah
induk lele dumbo yang sedang
dipijahkan meloncat keluar.
2. Pemilihan induk siap pijah
Tidak semua induk yang dipelihara
dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan
belum tentu semua induk telah
matang kelamin dan siap dipijahkan.
Sebelum dipijahkan, induk dipilih
yang sesuai dengan persyaratan.
Salah satu persyaratan yang mutlak
adalah induk telah berumur 1 tahun,
baik
jantan
maupun
betina.
Pemilihan induk dilakukan dengan
cara mengeringkan kolam induk, baik
kolam induk jantan mapun betina,
sehingga induk – induk ikan lele
dumbo akan terkumpul. Selanjutnya
induk – induk tersebut ditangkap
dengan menggunakan seser atau
serokan dan ditampung dalam
wadah seperti tong plastik.
3. Penyuntikan hormon
Untuk merangsang induk lele dumbo
agar memijah sesuai dengan yang
diharapkan, sebelumnya induk harus
disuntik
menggunakan
zat
perangsang berupa kelenjar hipofisa
atau HCG (Human Chlorionic
Gonadotropine)
atau
ovaprim.
Kelenjar hipofisa dapat diambil dari
donor ikan lele dumbo yang telah
matang kelamin dan telah berumur
minimal 1 tahun.
Penyuntikan
menggunakan
kelenjar
hipofisa
cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan
donor yang akan diambil kelenjar
hipofisanya, beratnya sama dengan
ikan induk lele dumbo yang akan
disuntik. Namun, jika menggunakan
ovaprim,
penyuntikan
cukup
dilakukan satu kali dengan dosis
untuk induk betina 0,2 ml dan untuk
induk jantan sebanyak 0,1 ml.
Sebagai bahan pelarut digunakan air
untuk injeksi berupa aquabidest
sebanyak 0,3 – 0,4 ml. Penyuntikan
dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu
pada otot punggung, batang ekor
dan sirip perut. Akan tetapi pada
umumnya dilakukan pada otot
punggung dengan kemiringan alat
suntik 45°.
4. Pemijahan
Induk lele dumbo yang telah disuntik
selanjutnya dipijahkan secara alami,
atau dipijahkan secara buatan. Jika
akan dilakukan secara semi buatan,
setelah induk ikan lele disuntik
dengan hormon maka induk tersebut
dimasukan ke dalam bak pemijahan
yang telah disiapkan. Induk akan
memijah setelah 8 – 12 jam dari
penyuntikan.
Selama
proses
pemijahan berlangsung dilakukan
pengontrolan agar induk yang
sedang memijah tidak melompat
keluar tempat pemijahan.
Pemijahan ikan lele dapat dilakukan
secara alami, semi buatan dan
buatan
(induced
breeding).
Pemijahan ikan lele secara alami
dapat dilakukan dengan memijahkan
induk jantan dan betina tanpa
perlakuan khusus. Induk ikan lele
memijah berdasarkan kondisi alam
dan ikan itu sendiri. Kelemahan
pemijahan secara alami adalah
pemijahan induk belum dapat
diperkirakan waktunya sehingga
ketersediaan telur juga belum dapat
125
di perkirakan. Pemijahan secara
semi buatan adalah pemijahan
dengan cara memberi perlakuan
khusus yaitu dengan menyuntik
induk ikan menggunakan hormon.
Hormon yang digunakan adalah
hormon
sintetis
atau
hormon
hypofisa. Jika Induk
disuntik
menggunakan
hormon
sintetis
(Ovaprim) dapat dilakukan dengan
dosis 0,1-0,2 ml di tambah
aquabides
sebanyak
1-2
ml.
Pemijahan secara semi buatan induk
jantan dan betina disuntik. Induk
yang telah disuntik dimasukkan
kedalam
kolam/bak
pemijahan.
Pemijahan secara buatan yaitu
dengan
menyuntikan
hormon
gonadotropin kedalam tubuh induk
betina. Untuk mendapatkan hormon
ini ada yang sudah dalam bentuk
cairan hormon siap pakai, ada pula
yang harus di ekstrak dari kelenjar
horman ikan tertentu.
yang telah disiapkan sebelumnya
dicampur dengan telur. Telur dan
sperma diaduk menggunakan bulu
ayam. Setelah telur dan sperma
tercampur merata, lalu ditambah air
sampai semua telur terendam dan
biarkan beberapa menit agar semua
telur terbuahi oleh sperma. Air
rendaman yang berwarna putih
selanjutnya di buang,
Telur yang telah dibuahi disebarkan
kepermukaan substrat “kakaban” dan
direndam
dalam
bak
sampai
menetas. Untuk mencegah infeksi
pada induk, maka setelah dilakukan
pengurutan induk ikan ditreatment
dengan cara direndam dalam larutan
formalin 50 – 150 ppm selama 3 jam,
kemudian induk ikan di lepas ke
dalam bak fiber penampungan induk
yang sudah disediakan.
4.2.6.3. Pemijahan ikan nila
Pada ikan lele yang akan dilakukan
pemijahan secara buatan maka
pengambilan
sperma
dilakukan
dengan pembedahan perut induk
jantan. Selanjutnya sperma diambil
dan dibersihkan dari darah dengan
menggunakan
tissue.
Kelenjar
sperma
dipotong-potong dengan
menggunakan gunting kemudian
ditekan
secara
halus
untuk
mengeluarkan sel sperma dari
kelenjar sperma tersebut, lalu
diencerkan di dalam larutan sodium
clorida 0.9 % dalam mangkuk plastik
yang bersih.
Pengurutan induk betina dilakukan
dengan hati-hati agar induk tersebut
tidak terluka. Telur induk betina
tersebut ditampung dalam baki dan
pada waktu yang bersamaan sperma
Ikan Nila dapat berkembang biak
secara optimal pada suhu 20 - 30
derajat celsius. Pada umumnya nila
bersifat mengerami telurnya di dalam
mulut sampai menetas kurang lebih
4 hari dan mengasuh larvanya ± 14
hari sampai larva dapat berenang
bebas diperairan, mengerami telur
dan mengasuh larva dilakukan oleh
induk betina. Nila dapat dipijahkan
setelah mencapai berat 100 gr/ekor.
Secara alami nila memijah pada
sarang yang dibuat oleh ikan jantan
di dasar kolam, sehingga diperlukan
dasar kolam yang berlumpur. Untuk
menjaga induk hidup optimal, maka
parameter kualitas air dipertahankan
dalam kondisi yang layak bagi
kehidupan
induk,
terutama
kandungan oksigen terlarut (> 5
126
ppm) dan suhu tidak berfluktuasi.
Padat penebaran induk tergantung
dari ukuran induk dan sistem
pemijahan yang dilakukan. Selama
proses pemijahan air kolam harus
tetap
berganti,
dengan
cara
mengalirkan air pemasukan ke kolam
secara kontinu melalui pipa yang ada
saringannya.
Air
dijatuhkan
kepermukaan kolam agar terjadi
percikan air
untuk proses difusi
oksigen.
Pemijahan
ikan
nila
dengan
menggunakan hapa (kantung jaring
dengan mata jaring yang lembut
lebih kecil dari ukuran larva) hanya
pada ikan nila yang sudah diadaptasi
pada kondisi tersebut. Kantung jaring
dapat digunakan beberapa bulan
saja paling lama 6 bulan, karena
mata jaring mudah sekali tertutup
baik oleh lumpur maupun organisme
yang
menempel
pada
jaring
sehingga
dapat
mengganggu
sirkulasi air.
Pemijahan ikan nila berdasarkan
pengelolaannya dibedakan beberapa
sistim antara lain:
1. Pemijahan Secara Tradisional/
Alami
Pemijahan secara alami dapat
dilakukan di kolam. Ikan nila
membutuhkan sarang dalam proses
pemijahan. Sarang di buat di dasar
kolam oleh induk jantan untuk
memikat
induk
betina
tempat
bercumbu dan memijah, sekaligus
merupakan wilayah teritorialnya yang
tidak boleh diganggu oleh pasangan
lain. Kegiatan pemijahan alami
meliputi antara lain;
Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus
disesuaikan dengan jumlah induk
yang akan dipijahkan. Perbandingan
jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran
250 - 500 gr perekor. Dengan padat
penebaran
1 ekor/m2. Hal ini
berdasarkan sifat ikan jantan yang
membuat sarang berbentuk kobakan
didasar kolam dengan diameter
kira-kira
50
cm
dan
akan
mempertahankan kobakan tersebut
dari ikan jantan lainnya. Kobakan
tersebut akan digunakan ikan jantan
untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah
ikan jantan setiap luasan kolam
tergantung pada berapa banyak
kemungkinan kobakan yang dapat
dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Biasanya jarak
antara kobakan satu dengan yang
lainnya kira-kira 25 cm. Bila
areal/kolam mempunyai luasan 100
m2 (1000 x 1000 cm2), maka satu
baris panjang didapat 1000:100 cm =
10 dan satu baris lebar 1000:100 =
10, jadi banyaknya kobakan 10 x 10
= 100 atau banyaknya ikan jantan
adalah 100 ekor. Sedangkan yang
betina adalah 3 x 100 = 300 ekor.
Induk betina yang lebih banyak 3 x
jantan adalah agar mudah memberi
kesempatan pada jantan untuk dapat
menemukan betina yang matang
gonad. Dinding kolam diupayakan
kokoh dan tidak ada yang bocor agar
mampu
menahan
air
kolam.
Kedalam air kolam 70 cm. Dasar
kolam
dilakukan
pengolahan,
pembuatan kemalir, pemupukan dan
pengapuran.
Kegiatan
ini
dimaksudkan untuk menciptakan
suasana dasar kolam berlumpur
untuk pembuatan sarang dan
127
meningkatkan kesuburannya agar
cukup tersedia pakan alami untuk
konsumsi induk dan larva hasil
pemijahan.
parasit larva ikan serta meningkatkan
pH dasar kolam. Dosis pengapuran
untuk
menetralkan
berbagai
tingkatan pH dan jenis tekstur tanah
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Pengapuran
dilakukan
untuk
mengendalikan hama, penyakit dan
Tabel 4.6. Dosis Pengapuran untuk Menetralkan dari Berbagai Jenis Tekstur
Tanah dan pH Awal yang Berbeda
NO
1
2
3
4
5
6
pH Awal
< 4,0
4,0 - 4,5
4,6 - 5,0
5,1 - 5,5
5,6 - 6,0
6,1 - 6,5
Kebutuhan Kapur CaCO3 (kg/Ha)
Lempung berliat
Lempung berpasir
Pasir
7.160
5.370
4.975
3.580
1.790
1.790
14.320
10.740
8.950
5.370
3.580
1.790
Pemupukan dapat diberikan pupuk
kandang, pupuk hijau dan pupuk
buatan atau kombinasi dari ketiga
macam pupuk tersebut.
Jenis pupuk yang biasa digunakan
terdiri dari :
• Kotoran ternak besar (sapi,
kerbau, kuda dll) dengan dosis
1500 kg/ha atau kotoran ayam
sebanyak 600- 1200 kg/ha
• TSP dosis 100 kg/ha
• Urea dosis 150 kg/ha
Dosis tersebut tidak mutlak , tetapi
bisa disesuaikan dengan tingkat
kesuburan tanah kolam perairan.
Cara pemberian pupuk kandang bisa
dionggokan dibeberapa tepi kolam.
Sedang untuk pupuk anorganik
disebarkan pada dasar kolam. Agar
kolam bisa menjadi subur lagi bisa
ditambah dengan pupuk hijau,
misalnya daun orok-orok, daun
lamtoro dan lain- lain. Selanjutnya
kolam diairi ± 70 cm. Pemupukan
4.475
4.475
3.580
1.790
895
0
susulan dapat diberikan 2 minggu
kemudian dengan cara memasukan
pupuk kandang/hijau ke dalam
karung plastik yang diberi lubang
secara merata dan direndam di dekat
pintu pemasukan air kolam. Cara ini
akan
memberikan
pengaruh
penguraian pupuk secara bertahap
dan
terus
menerus
sehingga
pertumbuhan pakan alami dapat
stabil dan tidak terjadi blooming
plankton yang merugikan.
Pengairan
Selama proses pemijahan ikan
membutuhkan suasana parameter
kualitas air yang sesuai yaitu oksigen
terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 30 °C dan NH3 < 1 ppm. Untuk
menciptakan kondisi seperti tersebut,
pengairan kolam harus dilakukan
dengan pengaturan yang baik. Air
128
pemasukan terus menerus dialirkan
dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk
luasan kolam 200 m2.
Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan
tumbuh
subur
pakan
alami,
pemberian pakan tambahan mutlak
di perlukan. Pemberian pakan
tambahan
dimaksudkan
untuk
menjaga stabilitas produktifitas induk
karena selama masa inkubasi telur
3-4 hari induk berpuasa sehingga
pada proses pemijahan harus cukup
cadangan energi dari pakan ikan.
Pakan tambahan dapat berbentuk
dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat
diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot
induk. Selama proses pemijahan ± 7
hari dan pasca inkubasi telur yaitu
setelah hari ke 8 - 12.
dalam kolam yang berbeda, dengan
demikian pemanenan larva relatif
mudah dilakukan dan induk akan
lebih produktif karena tidak sering
terganggu yang dapat menimbulkan
stres dan kematian pada induk.
Desain kolam pemijahan dapat
dilihat pada Gambar .
•
2. Pemijahan secara intensif
Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari
pagar bambu yang bersekatsekat antara kolam jantan, kolam
betina
dan
kolam
larva
(gambar.1). Kolam induk jantan
(lingkaran
I)
hanya
dapat
dimasuki ikan betina yang
berukuran lebih kecil dari ikan
jantan, kolam induk betina
(lingkaran II) hanya dapat dilalui
larva sedang induk betina tidak
dapat keluar dari sekat, dan
kolam
larva
(III)
untuk
menangkap
larva
yang
dihasilkan. Pengolahan dasar
kolam dilakukan seperti pada
persiapan
kolam
pemijahan
alami.
Dari sifat perilaku ikan nila maka
untuk meningkatkan hasil dan
produktifitas induk ikan nila di dalam
menghasilkan larva, pemijahan ikan
dapat dilakukan dengan melakukan
manipulasi lingkungan yang sesuai
dengan
sifat
memijah
ikan.
Pemijahan secara buatan dapat
dilakukan dengan dua cara :
Pemijahan
Intensif
Yang
Sepenuhnya Dilakukan Di Kolam
Metoda ini dilakukan pada kolam
yang didesain sedemikian rupa
sehingga setelah pemijahan selesai
dapat dipisahkan antara induk
jantan, induk betina dan larva ikan
Gambar 4.23. Diagram susunan
kolam pemijahan bersekat
•
Proses pemijahan
Apabila
konstruksi
berbentuk
lingkaran
kolam
dengan
129
•
diameter kolam I adalah 4 meter
dan kolam II adalah 10 meter,
serta luas kolam III adalah 44
meter persegi, maka padat
penebaran induk adalah antara
250 -300 ekor induk betina bobot
± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan
bobot > 500 gr/ekor. Indukinduk ikan pada saat pemijahan
menempati kolam I.
Setelah
proses pemijahan berlangsung
dan telur telah menetas, induk
betina akan keluar dari kolam I ke
kolam
II
untuk
mengasuh
anaknya. Di kolam II ini larva
tumbuh sampai ukuran ± 1 cm,
selanjutnya larva akan masuk ke
kolam III, sedangkan induk betina
tetap pada kolam II karena ada
sekat. Kolam III hanya dapat di
masuki oleh larva dari kolam II ke
kolam III, larva akan terusir dari
kolam II, karena terganggu oleh
induk betina yang ada.
mengumpulkan induk-induk pada
satu sudut hapa untuk memperkecil
ruang gerak induk dan memudahkan
penangkapan. Induk betina di
tangkap satu persatu di pegang
bagian kepala, mulut di buka dan di
goyang-goyang di dalam air atau
dialiri air yang bagian bawahnya
sudah dipasang lambit/seser halus.
Telur yang ada pada mulut induk nila
akan keluar dan tertampung di lambit
dan selanjutnya di tampung pada
wadah (ember/baki) untuk di bawa
ke tempat penetasan.
Setelah
selesai pengambilan telur, induk
dipelihara di kolam secara terpisah
antara jantan dan betina dan setelah
± 14 hari sudah dapat dipijahkan
kembali. Setelah pemijahan induk
jantan dan induk betina di ambil dan
di pelihara pada kolam induk yang
berbeda, untuk persiapan pemijahan
berikutnya.
Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan
dengan
pemberian
pakan
tambahan 3 - 6 % perhari dari
bobot ikan. Pemberian pakan
dilakukan
sesuai
yang
dibutuhkan oleh induk dan larva.
4.3.
Pemijahan Dilakukan Di Hapa,
Penetasan Telur Dilakukan Pada
Corong Tetas
Induk yang sudah siap dipijahkan
(matang gonad) di masukkan ke
dalam
hapa
pemijahan
dan
dipelihara
dengan
memberikan
pakan tambahan serta pengaturan
air yang baik sampai hari ke 7.
Pengambilan telur dilakukan pada
hari ke 8 - 10 dengan cara
Penetasan telur
Setelah induk ikan melakukan
pemijahan maka sel telur dan sel
sperma
akan
bertemu
dan
mengalami
proses
pembuahan
(fertilisasi) yang akan membentuk
zygot. Oleh karena itu pembuahan ini
merupakan proses peleburan antara
sel telur dan sel sperma untuk
membentuk
zygot.
Pembuahan
terjadi ditandai dengan masuknya
spermatozoa ke dalam telur lewat
micropyle. Tiap sel sperma cukup
untuk membuahi satu butir telur.
Pada saat pembuahan spermatozoa
masuk yaitu hanya kepalanya saja
sedangkan ekornya tinggal di luar,
cytoplasma dan chorion merenggang
dan semacam sumbat segera
menutup
micropyle
untuk
130
menghalangi
masuknya
spermatozoa
lain.
Pengerasan
chorion disebabkan oleh enzim
pengeras yang terdapat pada bagian
dalam lapisan chorion. Pengerasan
chorion berguna untuk melindungi
embrio yang masih sangat sensitif.
Setelah membentuk zygot maka
setiap individu akan mengalami
proses
embriogenesis
sebelum
menetas. Untuk memahami tentang
proses penetasan telur maka harus
dipahami
proses
tentang
embryogenesis.
4.3.1. Perkembangan embrio
Perkembangan embrio dimulai dari
pembelahan
zygote
(cleavage),
stadia morula (morulasi), stadia
blastula (blastulasi), stadia gastrula
(gastrulasi)
dan
stadia
organogenesis.
Stadia Cleavage
Cleavage adalah pembelahan zygote
secara cepat menjadi unit-unit yang
lebih kecil yang di sebut blastomer.
Stadium
cleavage
merupakan
rangkaian mitosis yang berlangsung
berturut-turut segera setelah terjadi
pembuahan yang menghasilkan
morula dan blastomer.
Stadia morula
Morula merupakan pembelahan sel
yang terjadi setelah sel berjumlah 32
sel dan berakhir bila sel sudah
menghasilkan sejumlah blastomer
yang berukuran sama akan tetapi
ukurannya lebih kecil. Sel tersebut
memadat untuk menjadi blastodik
kecil yang membentuk dua lapisan
sel. Pada saat ini ukuran sel mulai
beragam. Sel membelah secara
melintang dan mulai membentuk
formasi lapisan kedua secara samar
pada kutup anima. Stadia morula
berakhir apabila pembelahan sel
sudah
menghasilkan
blastomer.
Blastomer
kemudian
memadat
menjadi blastodisk kecil membentuk
dua
lapis
sel.
Pada
akhir
pembelahan akan dihasilkan dua
kelompok sel. Pertama kelompok
sel-sel utama (blastoderm), yang
meliputi
sel-sel
formatik
atau
gumpalan sel-sel dalam (inner mass
cells), fungsinya adalah membentuk
tubuh embrio. Kedua adalah adalah
kelompok sel-sel pelengkap, yang
meliputi
trophoblast,
periblast,
auxilliary cells, fungsinya adalah
melindungi dan menghubungi antara
embrio
dengan
induk
atau
lingkungan luar. Kelompok sel-sel
yang terdiri dari jaringan embrio
(blastodic) dan jaringan periblas,
pada ikan, reptil dan burug disebut
cakram kecambah (germinal disc).
Stadia blastula
Blastulasi adalah proses yang
menghasilkan
blastula
yaitu
campuran sel-sel blastoderm yang
membentuk rongga penuh cairan
sebagai blastocoel. Pada akhir
blastulasi, sel-sel blastoderm akan
terdiri
dari
neural,
epidermal,
notochordal,
meso-dermal,
dan
endodermal yang merupakan bakal
pembentuk organ-organ. dicirikan
dua lapisan yang sangat nyata dari
sel-sel datar membentuk blastocoel
dan blastodisk berada di lubang
vegetal
berpindah
menutupi
sebagian besar kuning telur. Pada
blastula sudah terdapat daerah yang
berdifferensiasi membentuk organorgan tertentu seperti sel saluran
pencernaan, notochorda, syaraf,
131
epiderm, ektoderm, mesoderm dan
endoderm.
Stadia gastrula
Gastrulasi
adalah
proses
perkembangan embrio, dimana sel
bakal organ yang telah terbentuk
pada stadia blastula mengalami
perkembangan lebih lanjut. Proses
perkembangan sel bakal organ ada
dua, yaitu epiboli dan emboli. Epiboli
adalah proses pertumbuhan sel yang
bergerak ke arah depan, belakang
dan kesamping dari sumbu embrio
dan akan membentuk epidermal,
sedangkan emboli adalah proses
pertumbuhan sel yang bergerak ke
arah dalam terutama diujung sumbu
embrio.
Stadia gastrula ini merupakan
proses pembentukan ketiga daun
kecambah
yaitu
ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Pada
proses
gastrula
ini
terjadi
perpindahan ektoderm, mesoderm,
endoderm dan notochord menuju
tempat yang definitif. Pada periode
ini erat hubungannya dengan proses
pembentukan
susunan
syaraf.
Gastrulasi berakhir pada saat kuning
telur telah tertutupi oleh lapisan sel.
Dan beberapa jaringan mesoderm
yang berada disepanjang kedua sisi
notochord disusun menjadi segmensegmen yang disebut somit yaitu
ruas yang terdapat pada embrio.
Stadia organogenesis
Organogenesis merupakan stadia
terakhir dari proses perkembangan
embrio. Stadia ini merupakan proses
pembentukan organ-organ tubuh
makhluk
hidup
yang
sedang
berkembang.
Dalam
proses
organogenesis terbentuk berturut-
turut bakal organ yaitu syaraf,
notochorda, mata, somit, rongga
kuffer, kantong alfaktori, rongga
ginjal, usus, tulang subnotochord,
linea lateralis, jantung, aorta, insang,
infundibullum dan lipatan-lipatan
sirip. Sistem organ-organ tubuh
berasal dari tiga buah daun
kecambah,
yaitu
ektodermal,
endodermal dan mesodermal. Pada
ektodermal akan membentuk organorgan susunan (sistem) saraf dan
epidermis kulit. Endodermal akan
membentuk saluran pencernaan
beserta kelenjar-kelenjar pencernaan
dan
alat
pernafasan,
dan
mesodermal
akan
membentuk
rangka, otot, alat-alat peredaran
darah,
alat
eksresi,
alat-alat
reproduksi dan korium (chorium)
kulit. Jika proses organogenesis ini
telah
sempurna
maka
akan
dilanjutkan
dengan
proses
penetasan telur.
4.3.2. Proses penetasan telur
Penetasan
adalah
perubahan
intracapsular (tempat yang terbatas)
ke fase kehidupan (tempat luas), hal
ini penting dalam perubahanperubahan
morfologi
hewan.
Penetasan merupakann saat terakhir
masa pengeraman sebagai hasil
beberapa proses sehingga embrio
keluar dari cangkangnya.
Penetasan terjadi karena 1) kerja
mekanik, oleh karena embrio sering
mengubah
posisinya
karena
kekurangan
ruang
dalam
cangkangnya, atau karena embrio
telah lebih panjang dari lingkungan
dalam cangkangnya (Lagler et al.
1962).
Dengan
pergerakan132
pergerakan tersebut bagian telur
lembek dan tipis akan pecah
sehingga embrio akan keluar dari
cangkangnya. 2) Kerja enzimatik,
yaitu enzim dan zat kimia lainnya
yang dikeluarkan oleh kelenjar
endodermal di daerah pharink
embrio. Enzim ini disebut chorionase
yang kerjanya bersifat mereduksi
chorion
yang
terdiri
dari
pseudokeratine menjadi lembek.
Sehingga pada bagian cangkang
yang tipis dan terkena chorionase
akan pecah dan ekor embrio keluar
dari cangkang kemudian diikuti tubuh
dan kepalanya.
Semakin aktif embrio bergerak akan
semakin cepat penetasan terjadi.
Aktifitas embrio dan pembentukan
chorionase dipengaruhi oleh faktor
dalam dan luar. Faktor dalam antara
lain hormon dan volume kuning telur.
Hormon tersebut adalah hormon
yang dihasilkan kelenjar hipofisa dan
tyroid sebagai hormon metamorfosa,
sedang
volume
kuning
telur
berhubungan
dengan
energi
perkembangan embrio. Sedangkan
faktor luar yang berpengaruh adalah
suhu, oksigen, pH salinitas dan
intensitas cahaya.
Penetasan telur terjadi bila embrio
telah menjadi lebih panjang dari
pada lingkaran kuning dan telah
terbentuk sirip ekor. Penetasan
terjadi dengan cara pelunakan
chorion oleh suatu enzim atau
substansi kimia lainnya hasil sekresi
kelenjar ekstoderm. Selain itu
penetasan juga disebabkan oleh
gerakan-gerakan
larva
akibat
peningkatan suhu, intensitas cahaya
dan pengurangan tekanan oksigen.
4.3.3. Aplikasi
ikan
Penetasan
Telur
Penetasan telur pada ikan budidaya
dapat dilakukan dengan berbagai
wadah. Wadah penetasan telur ikan
dapat digunakan antara lain adalah
akuarium, kolam, bak atau
fiber
glass. Wadah yang di gunakan harus
bersih. Sebelum penetasan telur, air
wadah
penetasan
di
sanitasi
menggunakan methalyne blue (MB).
Jika penetasan telur dilakukan di
kolam harus menggunakan hapa.
Hapa yang digunakan dengan mata
jaring 1 mm atau lebih kecil dari
butiran telur. Air pada wadah
penetasan harus mengalir terus
menerus. Salah satu sumber oksigen
terlarut di dalam wadah penetasan
berasal dari difusi air langsung
dengan udara. Kadar oksigen terlarut
di dalam wadah adalah 6 - 8 ppm.
Pada ikan lele biasanya telurnya
dilekatkan pada substrat. Telur yang
telah menempel pada kakaban dapat
ditetaskan dalam wadah budidaya
disesuaikan dengan sistem budidaya
yang akan diaplikasikan. Selama
penetasan telur, air dialirkan terus
menerus. Seluruh telur yang akan
ditetaskan harus terendam air,
kakaban yang penuh dengan telur
diletakan terbalik sehingga telur
menghadap ke dasar bak. Dengan
demikian telur akan terendam air
seluruhnya. Telur yang telah dibuahi
berwarna kuning cerah kecoklatan,
sedangkan telur yang tidak dibuahi
berwarna putih pucat. Di dalam
proses penetasan telur diperlukan
suplai oksigen yang cukup. Untuk
memenuhi kebutuhan akan oksigen
terlarut dalam air, setiap bak
penetasan di pasang aerasi. Telur
133
akan menetas tergantung dari suhu
air wadah penetasan dan suhu
udara. Jika suhu semakin panas,
telur akan menetas semakin cepat.
Begitu juga sebaliknya, jika suhu
rendah, menetasnya semakin lama.
Telur ikan lele akan menetas
berkisar antara
24-57 jam dari
pembuahan. Selama penetasan telur
harus selalu dicek, telur yang sehat
berwarna hijau kecoklatan, bila ada
telur yang berwarna putih harus
segera dibuang untuk menghindari
berkembangnya jamur.
Perkembangan stadia embrio pada
ikan lele telah diamati oleh Volkaert
et al (1994) yang melakukan
pengamatan pada suhu penetasan
telur yang optimal adalah 28oC
(Tabel 4.7). Telur ikan lele (African
catfish) akan menetas setelah 24 jam
dengan derajat penetasan 80–100%.
Tabel 4.7. Perkembangan
stadia
embrio ikan lele pada
suhu 28oC
Waktu (jam)
Stadia embrionik
0 : 45
1 : 00
1 : 15
1 : 30
1 : 45
2 : 00
2 : 15
2 : 30
2 : 45
4 : 15
4 : 45
5 : 15
7 : 00
8 : 15
12 : 00
24 : 00
2 sel
4 sel
16 sel
32 sel
64 sel
128 sel
Morula
Awal Blastula
Akhir Blastula
Dimulainya epiboly
30% epiboly
Germinal disk
60% epiboly
90% epiboly
1 – 10 somite
80–100% menetas
Pada ikan nila penetasan telur dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu
penetasan dengan menggunakan
corong penetasan dan metode
konvensional.
Pada
metode
konvensional dari induk ikan nila
yang mempunyai bobot 250 - 300 gr
dapat menghasilkan 300 - 800 butir
telur. Telur ikan nila akan menetas
setelah 4 - 6 hari. Telur yang telah
menetas tidak langsung dilepaskan
induknya
melainkan
tetap
dimulutnya. Induk betina melepas
larva jika sudah dapat berenang.
Pada tahap awal larva dilepaskan,
induk betina masih menjaganya. Di
alam, induk betina ikan nila mulai
melepaskan larva dari mulutnya
pada umur 4 - 5 hari. Pada umur
tersebut induk betina masih menjaga
larva-larva tersebut. Jika keadaan
lingkungan larva kurang aman, induk
ikan menghisap kembali larvanya.
Kuning telur larva akan habis setelah
berumur 5 - 7 hari. Setelah kuning
telur habis, larva akan mencari
makanan disekitarnya. Biasanya
induk betina menjaganya dengan
mengikuti kelompok larva tersebut
berenang. Jika ada ikan lain yang
mendekati kelompok larva atau
keadaan perairan kurang aman
maka induk tersebut memasukkan
kembali larva-larva tersebut kedalam
mulutnya.
Selanjutnya
larva
dilepaskan kembali pada perairan
yang relatif aman dari gangguan ikan
lainnya. Secara keseluruhan proses
ini memerlukan waktu kurang lebih
18 hari.
Sedangkan penetasan telur ikan nila
secara intensif dilakukan pada
corong tetas, yang merupakan
modifikasi dari penetasan telur
secara alami. Modifikasi tersebut
134
terlihat pada kondisi lingkungan,
suplai air untuk gerakan telur,
oksigen terlarut dan sebagainya. Air
yang dialirkan ke corong penetasan
selain agar telur-telur tetap bergerak
juga untuk mempertahankan kualitas
air tetap baik. Corong tetas yang
digunakan berbentuk kerucut terbuat
dari bahan fibre glass atau bahan
lain. Pada corong tetas terdapat
pipa- pemasukan dan pengeluaran
air. Pipa pemasukan terletak di dasar
corong
tetas
sedangkan
pipa
pengeluaran terletak di bagian atas
corong tetas. Corong yang berukuran
tinggi 45 cm, diameter atas 30 cm,
diameter bawah 15 cm dapat
menetaskan telur sebanyak ± 15.000
butir telur/corong.
Corong tetas sebelum digunakan
terlebih dahulu dibersihkan dari
endapan kotoran, sisa telur dan
lumut kemudian dikeringkan. Setelah
itu direndam pada larutan malachyte
green atau methalyn blue 10 ppm
selama 15 - 30 menit.
Selama kegiatan penetasan telur air
terus menerus dialirkan ke corong
penetasan. Agar penggunaan air
lebih efisien, sebaiknya memakai
sistem resirkulasi air. Dengan sistem
ini air yang telah digunakan akan
melalui saringan terlebih dahulu baik
secara fisis, biologis mapun khemis
sebelum digunakan selanjutnya ke
corong tetas. Dengan menggunakan
saringan tersebut, sistem resirkulasi
air dapat digunakan selama lebih
dari 6 bulan, selain lebih efisien, juga
mudah
dalam
pengontrolan
parameter kualitas air yang sesuai
dengan kebutuhan telur dan larva.
Bak penampungan air dan saringan
yang digunakan secara berkala kira-
kira 6 bulan sekali dibersihkan. Hal
ini untuk menghindari penyumbatan
aliran air oleh kotoran.
Tujuan penetasan telur meggunakan
corong
tetas
adalah
untuk
meningkatkan daya tetas telur.
Tahap awal perkembangan telur,
telur
sangat
rentan
terhadap
gangguan khususnya gangguan
secara mekanik. Gangguan secara
mekanik umumnya terjadi pada saat
membersihkan telur dari kotoran,
memasukkan
telur
ke
corong
penetasan dan gerakan telur akibat
debit air yang terlalu besar. Oleh
sebab itu penanganan telur harus
dilakukan secara hati-hati. Debit air
yang
terlalu
besar
dapat
menyebabkan
telur
membentur
dinding atau telur lainnya dengan
keras
sehingga
dapat
mengakibatkan kematian. Pada saat
panen, sering terdapat perbedaan
umur larva. Perbedaan ini karena
pemijahan induk tidak serentak
sehingga perkembangan embrio telur
setiap induk pada kolam pemijahan
yang sama sering berbeda. Demikian
juga ukuran telur setiap induk
berbeda-beda. Sebelum dimasukkan
ke corong penetasan, telur yang
berbeda baik masa inkubasi maupun
ukuran telur harus dipisahkan
terlebih dahulu. Pemisahan telur
bertujuan
untuk
memudahkan
pemanenan larva.
Pemisahan atau pemilihan telur
dapat dilakukan pada saat telur
diambil dari mulut induk dan pada
saat telur ditampung. Umumnya telur
pada satu induk seragam baik masa
inkubasi maupun ukuran. Oleh sebab
itu pemisahan telur lebih baik dan
lebih cepat dilakukan
dilakukan
135
pada saat telur diambil dari mulut
induk. Setiap telur yang diambil dari
mulut induk ditampung dalam satu
wadah. Sedangkan telur dari induk
lain yang berbeda masa inkubasi dan
ukuran telurnya ditampung pada
wadah yang lain. Selanjutnya setelah
dibersihkan, telur yang sama masa
inkubasi dan ukuran dari induk yang
lain di tetaskan pada corong tetas
yang sama. Sedangkan telur yang
lain ditetaskan pada corong tetas
yang berbeda. Jika pemisahan telur
pada wadah penampungan dinama
seluruh telur ditampung dalam satu
wadah
kemudian
dilakukan
pemisahan akan lebih rumit dan
lama sehingga dapat mengakibatkan
telur mati. Kematian telur tersebut
dapat karena telur tidak bergerak,
benturan
dan
sinar
matahari
langsung.
Masa inkubasi telur ikan nila
berhubungan dengan warna telur.
Telur yang baru dibuahi memiliki
warna kuning muda. Sedangkan telur
yang akan menetas berwarna kuning
kecoklatan. Telur yang berwarna
putih susu adalah telur mati.
Telur hasil seleksi dibersihkan dan
dipisahkan, dimasukkan ke dalam
corong tetas. Air terus menerus
dialirkan ke dalam corong tetas.
Besar kecilnya debit air yang masuk
ke dalam corong tetas di atur
menggunakan kran. Debit air untuk
penetasan telur ikan sebesar 0,8 liter
perdetik. Debit air yang terlalu besar
dapat mengakibatkan kematian telur
karena tekanan air sehingga telur
dapat terbentur ke dinding corong
tetas atau terbawa air keluar corong
tetas. Sebaliknya debit air yang
terlalu kecil dapat mengakibatkan
telur tidak bergerak dan kekurangan
oksigen. Telur yang tidak bergerak
dan kekurang oksigen akan mati.
Oleh sebab itu kegiatan sehari-hari
pada saat penetasan telur adalah
mengontrol
debit
air
dan
membersihkan corong tetas. Corong
tetas dapat dibersihkan dengan
menyipon kotoran atau telur yang
mati. Pada saat pengontrolan debit
air di dalam corong tetas harus
selalu
stabil
sehingga
tidak
mengganggu gerakan telur.
Air yang masuk pada corong tetas
memiliki tekanan yang merata
diseluruh bagian corong tetas agar
telur yang ada semua bergerak. Jika
tekanan aliran air hanya terdapat
pada beberapa begian corong tetas
saja mengakibatkan terdapat titik
mati tekanan air. Telur yang terdapat
pada tekanan titik mati tersebut tidak
bergerak dan mati.
Telur ditetaskan pada corong tetas
selama 5 - 7 hari. Selama penetasan
telur, air terus menerus dialirkan.
Hari ke dua penetasan telur akan
terlihat telur yang mati dan hidup.
Telur yang mati segera dibuang
karena akan mempengaruhi kualitas
air.
Sumantadinata
(1983)
mengatakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi daya tetas telur
adalah :
1. Kualitas telur. Kualitas telur
dipengaruhi oleh kualitas pakan
yang diberikan pada induk dan
tingkat kematangan telur.
2. Lingkungan yaitu kualitas air
terdiri dari suhu, oksigen, karbondioksida, amonia, dll.
3. Gerakan air yang terlalu kuat
yang menyebabkan terjadinya
benturan yang keras di antara
136
telur
atau
benda
lainnya
sehingga mengakibatkan telur
pecah.
Blaxter dalam Sumantadinata (1983),
penetasan telur dapat disebabkan
oleh gerakan telur, peningkatan
suhu,
intensitas
cahaya
atau
pengurangan
tekanan
oksigen.
Dalam penekanan mortalitas telur,
yang banyak berperan adalah faktor
kualitas air dan kualitas telur selain
penanganan secara intensif.
Oleh karena itu induk betina hanya
dapat memijah perlu waktu lama.
Akan tetapi pada pemijahan secara
intensif, induk ikan nila betina dapat
dipijahkan setiap 2 - 4 minggu. Hal
ini dapat dijelaskan secara fisiologis
ikan sebagai berikut; pada pemijahan
alami, selama proses pengeraman
telur dan pemeliharaan larva, induk
betina
akan
terhambat
perkembangan
gonadnya.
Sedangkan pada pemijahan intensif
proses tersebut dilakukan secara
buatan (corong tetas). Dengan
demikian induk betina dapat bebas
dari tugas tersebut dan segera
menyiapkan
kembali
untuk
pemijahan berikutnya dalam waktu
yang relatif cepat.
Pada ikan nila yang telurnya akan
ditetaskan pada corong penetasan
harus dilakukan pemanenan telur.
Pemanenan telur ikan nila ini
dilakukan
pada
hari
ke
9.
Pemanenan dilakukan dengan cara
mengambil telur dari mulut induk
betina
ikan
nila.
Sebelum
pemanenan
terlebih
dahulu
permukaan air kolam diturunkan
sampai ketinggian 10 - 20 cm. Jika
pemijahan
dilakukan
di
hapa
(waring), maka caranya adalah
dengan menarik salah satu ujung
hapa ke salah satu sudut hapa.
dengan hati-hati untuk menghindari
induk mengeluarkan telur. Karena
induk ikan nila jika merasa dalam
bahaya
atau
terdesak
akan
mengeluarkan telur di sembarang
tempat. Hal ini akan menyulitkan
dalam mengumpulkan telur ikan nila.
Pengambilan telur ikan nila dilakukan
dengan menangkap induk satu
persatu.
Penangkapan
induk
dilakukan menggunakan seser kasar
dan seser halus. Kedua seser ini
digunakan pada saat bersamaan.
Seser
kasar
berfungsi
untuk
menangkap induk sedangkan seser
halus berfungsi untuk menampung
telur ikan. Seser kasar terletak
dibagian atas dan seser halus
terletak dibagian bawah. Pada saat
menangkap induk dilakukan dengan
hati-hati agar telur tidak dikeluarkan.
Cara mengambil telur dari induk
betina yaitu dengan memegang
bagian kepala ikan. Pada saat
bersamaan salah satu jari tangan
membuka mulut dan tutup insang.
Selanjutnya tutup insang di siram air
sehingga telur keluar melalui rongga
mulut.
Selanjutnya
telur-telur
tersebut ditampung dalam wadah.
Hal yang perlu diperhatikan adalah
menghindari gerakan induk sekecil
mungkin agar telur yang telah keluar
tidak berserakan. Induk yang telah
diambil telurnya dan yang belum
memijah dikembalikan ke kolam
pemeliharaan induk.
Telur pada wadah penampungan
jangan terkena sinar matahari
langsung dan diupayakan telur selalu
bergerak. Telur yang terlalu lama
137
diam serta kena sinar matahari
langsung
dapat
menimbulkan
kematian.
Selanjutnya
sebelum
dimasukkan ke corong tetas, telur
terlebih dahulu dibersihkan dari
kotoran berupa lumpur, lumut, sisa
pakan dan sebagainya. Telur yang
telah bersih dari kotoran dapat
dimasukkan ke dalam corong
penetasan.
4. 4. Pemeliharaan larva dan benih
ikan
Larva
adalah
anak
hewan
avertebrata yang masih harus
mengalami modifikasi menjadi lebih
besar atau lebih kecil untuk
mencapai bentuk dewasa. Menurut
Lagler
(1956),
larva
adalah
organisme yang masih berbentuk
primitif atau belum mempunyai organ
tubuh lengkap seperti induknya untuk
menjadi
bentuk
definitif
yaitu
metamorfosa. Perkembangan stadia
larva meliputi stadia pro-larva dan
stadia pasca larva. Stadia pro-larva
merupakan tahap larva yang masih
memiliki kuning telur, sedangkan
stadia pasca larva merupakan tahap
larva yang telah habis kuning
telurnya dan masa penyempurnaan
organ-organ tubuh yang ada. Akhir
stadia ini ditandai dengan bentuk
larva yang sama dengan induknya
yang biasa disebut dengan juvenil
atau benih ikan.
Larva ikan yang baru menetas
memiliki kuning telur. Larva tersebut
mengambil makanan dari kuning
telur. Kuning telur akan habis setelah
larva berumur 3 hari. Setelah kuning
telur
habis,
larva
mengambil
makanan dari luar atau lingkungan
hidupnya.
Larva
ikan
yang
dibudidayakan
harus
dilakukan
pemeliharaan untuk mencapai stadia
benih. Wadah yang dapat digunkan
untuk melakukan pemeliharaan larva
ini bermacam-macam.
Wadah
pemeliharaan larva ini
antara lain dapat berupa bak atau
kolam. Pada pemeliharaan di bak
yang perlu diperhatikan adalah
sanitasi wadah sebelum digunakan
untuk pemeliharaan dengan cara
wadah
direndam
menggunakan
larutan Methilen Blue 100 ppm
selama 24 jam, kemudian dikuras
dan diisi air bersih. Sedangkan
wadah yang menggunakan kolam,
sebelum digunakan harus disiapkan
terlebih dahulu. Persiapan kolam
pemeliharaan
larva/pendederan
meliputi
perbaikan
pematang,
pengolahan dasar kolam, perbaikan
pipa pemasukan dan pengeluaran,
pemupukan
dan
pengapuran.
Perbaikan pematang bertujuan untuk
mencegah
kebocoran
kolam.
Kebocoran kolam dapat diakibatkan
oleh binatang air seperti belut, ular,
kepiting dan lain-lain. Pematang
yang bocor mengakibatkan air kolam
tidak stabil dan benih ikan lolos
keluar kolam. Perbaikan pematang
yang bocor dilakukan dengan
menyumbat bagian yang bocor
menggunakan tanah atau ijuk.
Pengolahan dasar kolam dilakukan
dengan mencangkul dasar kolam.
Tujuan mengolah dasar kolam
adalah untuk menguapkan gas
beracun yang terdapat di dasar
kolam. Tanah yang baru dicangkul
diratakan. Setelah dasar kolam rata,
lalu dibuat saluran ditengah kolam.
Saluran ini disebut kemalir. Kemalir
138
berfungsi
untuk
memudahkan
pemanenan dan sebagai tempat
berlindung benih ikan pada siang
hari
dan
jika
ada
predator
(pemangsa). Kemalir dibuat mulai
dari pipa pemasukan air sampai pipa
pengeluaran air. Kemalir dibuat
dengan ukuran lebar 0,5 meter dan
kedalaman 0,3 meter.
Pipa pemasukan dan pengeluaran
air dilengkapi saringan.
Fungsi
saringan pada pipa pemasukanan
adalah untuk menghindari masuknya
ikan liar atau sampah, sedangkan
fungsi
saringan
pada
pipa
pengeluaran
adalah
untuk
menghindari lolosnya benih ikan
keluar kolam. Setelah melakukan
pengolahan
dasar
kolam
dan
perbaikan
pematang,
kemudian
dilakukan pengapuran.
Pengapuran
bertujuan
untuk
membasmi bibit penyakit dan
meningkatkan kadar pH tanah. Kapur
di tebar merata di dasar kolam. Dosis
kapur yang di tebar adalah 10 - 50
gr/m2 . Untuk kolam baru diperlukan
50 - 150 kg kapur/m2
Kapur
ditebarkan pada dasar kolam lalu
dicampur dengan lapisan lumpur
paling atas sedalam 5 cm .
Seminggu
kemudian
lakukan
pemupukan dengan 50 - 100 kg
pupuk kandang/100 m2, TSP 0,25
kg/100 m2, dan urea 0,25 kg/100
m2.
Semprot kolam dengan
menggunakan pestisida golongan
organophosphat seperti Sumithion,
Argothion, dan Diazinon dengan
konsentrasi 3 - 4 ppm. Kolam sudah
dapat diairi 5 - 7 hari setelah semua
rangkaian kegiatan tersebut diatas
dilakukan. Kolam yang telah di pupuk
dan dikapur segera ditutup pipa
pengeluaran air. Selanjutnya pipa
pemasukan air di buka. Setelah
ketinggian air 20 - 30 cm, tutup pipa
pemasukan air. Biarkan kolam
selama 5 - 7 hari. Hari ke - 8 benih
ikan dapat di tebar ke kolam untuk
didederkan.
Setelah dipastikan hampir semua
telur menetas, kakaban diangkat
untuk
menghindari
penurunan
kualitas
air
akibat
adanya
pembusukan dari telur – telur yang
tidak menetas. Disamping itu juga
dilakukan
pergantian
air
bak
penetasan dengan membuang air
sampai ¾ bagian volume air dan
kemudian diisi kembali dengan air
yang baru. Larva ikan lele yang baru
menetas akan berwarna hijau dan
berkumpul di dasar bak penetasan
dibagian yang gelap. Ukuran larva
lebih kurang 5 – 7 mm dengan berat
1,2 – 3 mg. Setelah berumur 2 hari,
larva mulai bergerak dan menyebar
ke seluruh bak penetasan. Sampai
umur 3 hari larva tidak perlu diberi
pakan tambahan, karena masih
memanfaatkan cadangan makanan
yang dibawa di dalam tubuhnya,
yakni yang dikenal dengan “kuning
telur”. Larva ikan lele dumbo baru
diberikan pakan tambahan setelah
berumur 4 hari dengan memberikan
emulsi kuning telur ayam. Pemberian
pakan tersebut sampai umur 5 hari.
Setelah menginjak umur 6 hari, larva
diberi pakan alami (makanan hidup)
yang berukuran kecil, seperti kutu air
(daphnia sp) atau cacing sutera
(tubifex). Pakan buatan kurang baik
diberikan karena jika tidak habis
akan
membusuk
sehingga
menurunkan kualitas air pada bak
pemeliharaan. Pakan alami diberikan
139
3 kali sehari, pagi, siang dan sore
hari atau sesuai dengan kebutuhan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan
selama pemeliharaan benih atau
larva adalah kualitas air. Pergantian
air dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali
atau tergantung dari kebutuhan.
Jumlah air yang diganti sebanyak
50–70 % dengan cara menyipon
(mengeluarkan air secara selektif
dengan selang) sambil membuang
kotoran yang mengendap pada
dasar bak pemeliharaan larva.
Selang yang digunakan adalah
selang plastik yang lentur dan biasa
digunakan sebagai selang air.
Setelah benih lele berumur 2 – 3
minggu dan mencapai ukuran 0,5 – 2
cm, benih sudah siap untuk dipanen.
Agar benih lele tidak mengalami
stres, pemanenan dilakukan pada
pagi atau sore hari saat suhu rendah.
Cara memanennya adalah air dalam
bak disurutkan secara perlahan,
selanjutnya benih ditangkap secara
hati
hati
menggunakan
seser
(serokan)
halus.
Benih
dapat
langsung
dipasarkan
(dijual)
langsung kepada pembeli atau
didederkan pada kolam pendederan.
Larva
yang
akan
didederkan
sebaiknya
jangan
ditebarkan
langsung ke dalam kolam namun
terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi
untuk menghindarkan perubahan
suhu ekstrim antara suhu kolam
dengan suhu air pada wadah
pengangkutan.
Padat penebaran
larva
10.000–15.000
ekor/m2.
Selama masa pendederan (28 - 30
hari)
pemupukan
ulang
perlu
dilakukan
untuk
menjamin
tersedianya makanan alami yang
cukup. Pemupukan dapat dilakukan
1 - 2 kali seminggu, menggunakan
pupuk kandang (25 kg kotoran sapi
atau 3 kg kotoran ayam/100 m2).
Pada saat pemeliharaan dapat diberi
makanan
tambahan
berupa
makanan halus seperti bekatul,
konsentrat, atau pakan buatan
bentuk tepung. Pengelolaan kualitas
air
dapat
dilakukan
berupa
pengontrolan sistem pemasukan air
agar
tetap
mengalir
untuk
mempertahankan tinggi air di kolam
serta menjamin difusi oksigen terlarut
kedalam
kolam.
Sedangkan
pengendalian hama penyakit dapat
dilakukan dengan cara mencegah
hama atau hewan liar masuk ke
kolam seperti:
membersihkan
lingkungan sekitar kolam, memasang
saringan pada pipa inlet, memasang
pagar sekeliling kolam, memasang
lampu
perangkap,
dan
lain
sebagainya.
Pendederan adalah pemeliharaan
benih lele dumbo yang berasal dari
hasil
pembenihan
sehingga
mencapai
ukuran
tertentu.
Pendederan dilakukan dalam dua
tahap, yakni pendederan pertama
dan pendederan kedua. Pada
pendederan pertama, benih lele
dumbo yang dipelihara adalah benih
yang berasal dari pembenihan yang
berukuran 1 – 3 cm. Benih ini
dipeliharan selama 12 – 15 hari
sehingga saat panen akan diperoleh
lele dumbo berukuran kurang lebih 5
–
6
cm
perekornya.
Pada
pendederan ke dua, benih yang
dipelihara
berasal
dari
hasil
pendederan pertama. Pemeliharaan
dilakukan selama 12 – 15
hari
140
sehingga diperoleh benih lele dumbo
berukuran 8 – 12 cm perekornya.
Pendederan ini dapat dilakukan di
kolam tanah atau kolam tembok.
Penebaran benih dilakukan setelah 6
hari dari pemupukan atau saat
pakan
alami
telah
tersedia.
Penebaran benih dilakukan pada
pagi atau sore hari dengan
kepadatan 200 – 300 ekor/M2
berukuran 1 - 3 cm per ekornya.
Penebaran harus dilakukan dengan
hati-hati agar benih lele dumbo tidak
mengalami stress. Benih yang akan
didederkan sebaiknya jangan ditebar
langsung ke kolam namun terlebih
dahulu dilakukan aklimatisasi untuk
menghindari perubahan suhu yang
mencolok antara suhu air kolam dan
suhu air pada wadah pengangkutan.
Cara penebaran untuk proses
adaptasi (aklimatisasi) benih lele
dumbo cukup mudah. Benih lele
dumbo yang masih berada di dalam
wadah pengangkutan di biarkan
terapung-apung diatas permukaan
air selama 5 menit. Selanjutnya
ditambahkan air dari kolam ke wadah
pengangkutan sedikit demi sedikit.
Dengan cara ini diharapkan kualitas
air yang ada di dalam wadah
pengangkutan tersebut akan sama
dengan yang ada di kolam.
Kegiatan
pemeliharaan
benih
merupakan
kegiatan
inti
dari
pendederan. Selama pemeliharaan,
benih harus diberi pakan tambahan.
Pakan tambahan berupa tepung
pelet sebanyak 3 – 5 % dari jumlah
total benih yang dipelihara. Pakan
diberikan 3 – 4 kali sehari. Agar
pemberian pakan lebih efektif,
sebaiknya
pemberian
pakan
disebarkan merata
pendederan.
pada
kolam
Untuk memperkecil mortalitas atau
kehilangan
benih,
selama
pemeliharaan
harus
dilakukan
pengontrolan terhadap serangan
hama dan penyakit. Hama yang
menyerang benih lele berupa belut,
ular,
ikan
gabus.
Tindakan
pencegahan penyakit cukup dengan
menjaga kualitas dan kuatitas air
kolam, yakni dengan menghindarkan
pemberian pakan yang berlebihan.
Karena pakan yang berlebihan akan
menumpuk di dasar kolam dan bisa
membusuk yang akhirnya menjadi
salah satu sumber penyakit.
Pada ikan nila pemeliharaan larva
dan benih ikan dapat dilakukan pada
wadah pemeliharaan larva antara
lain adalah akuarium, fibre glass, bak
dan sebagainya. Sebelum larva
dimasukkan, wadah pemeliharaan
larva terlebih dahulu dibersihkan dan
dilakukan sanitasi. Sanitasi dapat
menggunakan malachyte green atau
methalyn blue 10 ppm dengan cara
dibilas keseluruh permukaan wadah.
Pemeliharaan
larva
dilakukan
selama 6 - 8 hari, larva berumur 3
hari sudah dapat berenang di dasar
wadah pemeliharaan. Sedangkan
larva umur 5 hari sudah dapat
berenang dipermukaan air.
Pemeliharaan
larva
meliputi
pemberian pakan dan pengelolaan
kualitas air. Selama pemeliharaan,
larva dapat diberi pakan berupa
pakan alami, tepung ikan, dedak
halus dan sebagainya. Pakan yang
diberikan harus lebih kecil dari
bukaan mulut larva dan jumlah
141
pakan. Ukuran butiran pakan harus
lebih kecil dari bukuaan mulut larva.
Demikian pula jumlah pakan harus
sesuai dengan jumlah larva. Pakan
yang tersisa di wadah pemeliharaan
dapat mengakibatkan kualitas air
kurang baik. Oleh sebab itu setiap
hari dilakukan penyiponan terhadap
kotoran atau sisa pakan. Air harus
terus menerus mengalir di wadah.
Selain itu sebaiknya diberi aerasi
pada wadah pemeliharaan larva.
Benih yang telah berumur 7 - 8 hari
ditebar di kolam pendederan.
Diharapkan pada saat penebaran
pakan alami sudah tersedia di kolam.
Padat penebaran benih ikan nila
sebanyak 75 - 100 ekor/m2. Benih
dari wadah pemeliharaan larva
ditangkap
menggunakan
seser
halus.
Larva
yang
tertangkap
tersebut ditampung di wadah.
Selanjutnya benih tersebut ditebar di
kolam. Sebelum ditebar terlebih
dahulu di lakukan aklimatisasi
dengan cara wadah yang berisi larva
dimasukkan ke dalam air kolam. Jika
suhu air wadah penampungan larva
lebih rendah dari suhu air kolam
maka air kolam dimasukkan sedikit
demi sedikit ke wadah penampungan
sampai suhu kedua air tersebut
sama. Selanjutnya larva ditebar
dengan cara memiringkan wadah
penampungan larva sehingga larva
dapat keluar dengan sendirinya
berenang ke kolam. Penebaran larva
sebaiknya dilakukan pagi atau sore
hari pada saat suhu udara rendah.
Pendederan dilakukan selama 3 - 4
minggu. Pada umur tersebut benih
ikan sudah men-capai ukuran 3 - 5
cm. Selama pendederan benih ikan
selain mendapatkan makanan alami
di kolam juga diberi pakan tambahan
yang halus seperti dedak. Pakan
tambahan
tersebut
ditebar
di
sepanjang
kolam.
Frekuensi
pemberian pakan sebanyak 2 - 3 kali
perhari. Kandungan protein pakan
benih ikan sebesar ≥ 30 %. Jumlah
pakan yang diberikan 10 % dari
biomasa.
Kualitas
air
sangat
penting
diperhatikan
dalam
kegiatan
pendederan. Suhu yang baik untuk
pendederan ikan nila adalah 28 - 30
°C. Sedangkan oksigen terlarut
sebesar 6 - 8 ppm. Pertumbuhan
ikan mulai terganggu pada suhu ≤ 18
°C dan ≥ 30 °C.
Pada suhu optimum, pertumbuhan
ikan normal. Suhu air sangat
berpengaruh pada laju metabolisme
ikan. Perubahan temperatur yang
terlalu drastis dapat menimbulkan
gangguan fisiologis ikan yang dapat
menyebabkan ikan stress.
Pencegahan hama dan penyakit
pada kegiatan pendederan sangat
perlu
dilakukan.
Pencegahan
tersebut dapat dilakukan dengan
pengeringan dan pengapuran dasar
kolam serta pergantian air kolam,
membuat saringan air sebelum air
masuk ke kolam. Hama yang sering
menyerang benih ikan nila adalah
belut, ular, burung, ikan gabus dan
ikan lele. Penyakit yang menyerang
terutama penyakit parasitik seperti
Ichthyophthirius
multifilis
yang
mengakibatkan
bintik
putih
dipermukaan
tubuh
ikan
dan
mengakibatkan kematian masal.
Pencegahan penyakit ini dilakukan
dengan menambahkan garam dapur
142
di
kolam
media
sebanyak 200 gr/m3.
pendederan
Pemeliharaan benih pada ikan patin
meliputi
pemberian
pakan,
pengelolaan kualitas air serta
pengendalian/hama penyakit ikan.
Pemberian
pakan
yang
perlu
diperhatikan adalah jenis pakan,
kadar protein, jumlah ukuran, dan
frekuensi
pemberian
pakan.
Pemberian pakan benih ikan patin
yang dipelihara secara intensif dapat
diberikan jenis cacing tubifex,
daphnia, rotifera dan lain-lain.
Pemberian pakan benih ikan harus
disesuaikan ukuran benih ikan
dengan ukuran pakan. Pakan yang
diberikan untuk benih ikan sesuai
dengan bukaan mulut benih ikan.
Pakan yang diberikan harus lebih
kecil dengan bukaan mulut ikan.
Pengelolaan kualitas air mutlak perlu
diperlukan karena benih patin sangat
peka terhadap perubahan lingkungan
khususnya
kualitas
air.
Pada
pemeliharaan benih ikan patin
secara intensif yang dilakukan di
bak atau akuarium perlu dilakukan
pembersihan
kotoran
dan
penggantian
air
di
wadah
pemeliharaan. Pembersihan wadah
dilakukan dengan menyipon kotoran
dan sisa makanan menggunakan
selang. Pada saat menyipon harus
dilakukan dengan hati-hati agar
benih ikan tidak ikut keluar.
Penyiponan dapat juga dilakukan
juga sekaligus dengan penggantian
air. Air yang dikeluarkan pada saat
penyiponan segera diganti dengan
air
bersih. Air yang dikeluarkan
sebanyak 25 - 50%. Sehingga air
yang diganti sebanyak air yang
dikeluarkan.
Hal yang perlu
diperhatikan pada saat penggantian
air adalah suhu air. Suhu air yang
akan dimasukkan ke dalam wadah
pemeliharan. Selain itu air baru yang
akan dimasukkan sebaiknya telah
diendapkan terlebih dahulu.
Pengendalian hama dan penyakit
benih ikan patin lebih ditekankan
pada pencegahan. Pencegahan
dapat dilakukan dengan sanitasi
lingkungan seperti wadah dan air.
Demikian juga air yang akan
digunakan
sebaiknya
disanitasi
demgan menggunakan methylen
blue, malachyte green, Kalium
permanganat
dan
sebagainya.
Wadah yang akan digunakan
sebaiknya
terlebih
dahulu
dibersihkan menggunakan deterjen.
Hama dan penyakit ikan timbul
disebabkan oleh kondisi lingkungan,
kondisi benih ikan dan bibit penyakit.
Ketiga
bibit
penyakit
tersebut
menjadi suatu sistem sehingga benih
ikan terserang penyakit. Kondisi
lingkungan
yang
kotor
menyebabkan benih ikan lemah,
kurang nafsu makan. Pada kondisi
tersebut benih ikan mudah terserang
bibit penyakit. Parasit/penyebab
penyakit sering menyerang bibit
benih
ikan
patin
adalah
Ichthyopthirius mulitifilis atau white
spot, gyrodactius sp, dactilogyrus sp,
aeromonas sp dan sebagainya.
Ichthyopthirius sp sering menyerang
pada bagian sisik dan sirip benih
ikan. Benih ikan yang terserang
penyakit ich biasanya menggosokgosokkan
bagian tubuhnya ke
dinding atau dasar wadah.
Pemeliharan
benih
ikan
patin
dilakukan secara intensif di bak,
akuarium, fiberglass dan dapat juga
143
dilakukan dipeliharaan di kolam. Jika
pemeliharan benih ikan patin di
kolam harus dilakukan persiapan.
Persiapan
tersebut
meliputi
pengolahan
dasar
kolam,
pemupukan
dan
pengapuran,
pembuatan
kamalir,
perbaikan
saluran dan sebagainya.
Pengolahan dasar kolam berfungsi
untuk mengoksidasi gas beracun
yang terdapat di dasar kolam.
Pengolahan dasar kolam meliputi
pencangkul tanah dasar kolam.
Selanjutnya dilakukan pemerataan
dasar kolam. Pemupukan bertujuan
untuk menumbuhkan pakan alami
dikolam. Pakan alami ini diharapkan
menjadi pakan utama bagi benih
ikan. Pupuk ditebar merata di dasar
kolam. Dosis pupuk yang ditebar
sebanyak 0,3 - 0,5 kg/m2.
Selanjutnya kolam diisi dengan air
setinggi 40 cm. Pakan alami akan
mencapai puncaknya aetelah 10 –
14 hari dari pemupukan. Pada hari
ke 10 air kolam dinaikkan menjadi
50-70 cm. Selanjutnya benih ikan
dapat dilepas ke kolam. Pelepasan
benih sebaiknya dilakukan sore hari
agar suhu air kolam sudah menurun.
Pelepasan benih ikan menggunakan
metode aklimatisasi. Demikian juga
untuk pelepasan benih ikan patin ini
juga
menggunakan
metode
aklimatisasi. Metode aklimatisasi
adalah suatu cara memberikan
kesempatan kepada ikan untuk
menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungan baru. Lingkungan baru
tersebut adalah suhu, pH dan
salinitas.
Suhu
merupakan
”Controling factor” yaitu apabila suhu
air berubah maka faktor yang lain
akan berubah.
Sedangkan pH
termasuk ”Masking factor” yaitu
sebagai faktor pengendali perubahan
kimia dalam air. Ikan mempunyai alat
dan cara untuk beradaptasi terhadap
lingkungannya. Alat-alat tersebut
akan dipergunakan pada saat
sedang
mengadakan
proses
osmoregulasi.
Alat-alat
tersebut
antara lain kulit, insang, ginjal.
Namun demikian ikan mempunyai
batas toleransi terhadap perubahan
lingkungannya. Begitu juga ikan
mempunyai batas toleransi terhadap
perubahan lingkungannya. Sebagai
contoh ikan hanya mampu mentolerir
perubahan suhu hanya ± 5 0C,
perubahan ini mampu ditolerir 0,5 0C
permenit. Betapa pentingnya kehatihatian saat pelepasan benih ikan
patin.
Padat penebaran sangat tergantung
kepada ”Caryng Capacity” kolam
tersebut dan sifat serta ukuran ikan.
Caryng capacity bisa diartikan daya
dukung kolam yang menyangkut
kelimpahan
pakan
alami,
ketersediaan
oksigen
serta
minimalnya
faktor
penggangu
hidupnya ikan. Caryng capacity bisa
dihitung, contoh : ada beberapa juta
sel per ml kelimpahan planktonnya,
ada
berapa
ppm
kandungan
oksigennya atau berapa kapasitas
oksigen per volume kolam tersebut.
Kemudian dengan menggunakan
metode sampling ada berapa juta sel
plankton yang terdapat dalam perut
ikan dan berapa laju kecepatan
respirasi
ikan
tersebut
dalam
menyerap oksigen.
Hal ini bisa digunakan rumus
Schroeder (1975), respirasi ikan
pada suhu 20-30 0C.
144
Y= 0.001 W0,82
Y= Konsumsi O2/ikan (gr)/jam
W= Berat ikan
R= 0.99
Dengan membandingkan caryng
capacity dengan jumlah plankton isi
perut ikan dan laju respirasi ikan
maka padat penebaran bisa dicari.
Secara singkat caryng capacity
biasanya
telah
diketemukan
berdasarkan
pengalaman
atas
beberapa kali pendederan ikan atau
pemeliharaan ikan pada kolam
tersebut. Contoh kolam A seluas 200
m2 biasanya ditebar ikan 100 ekor/
m2 atau menghasilkan ikan 300 kg.
Dalam pemeliharaan benih ikan patin
harus dilakukan pemberian pakan.
Menurut beberapa penelitian bahwa
pendekatan jumlah pakan yang
diberikan per hari adalah 3% dari
total
bobot
ikan.
Frekuensi
pemberian pakannya 3 kali yaitu
pagi, siang dan sore hari dengan
jumlah yang sama. Tetapi kondisi
permintaan pakan akan berubahubah tergantung suhu air. Apabila
cuaca cerah, matahari bersinar
terang maka suhu air akan naik
segala
proses/metabolisme
dipercepat.
Barangkali
apabila
kondisi
demikian
frekuensi
pemberian pakan akan lebih dari 2
kali. Tetapi apabila cuaca mendung,
matahari tidak bersinar otomatis
suhu akan menurun, kondisi ini
dibarengi
dengan
fotosintesis
plankton
terhambat.
Sehingga
produksi oksigen menurun sebagai
akibat nafsu makan ikan menurun
permintaan ikan akan pakan juga
menurun. Ada suatu teori bahwa
untuk mengatasi ikan kekurangan
oksigen disamping melakukan aerasi
air, diusahakan ikan selalu berenang
dipermukaan air.
Hal ini terjadi
apabila ikan dipuasakan.
Pakan yang diberikan selama
pendederan benih ikan patin adalah
campuran tepung pelet dengan
bekatul dengan perbandingan 1 : 2.
Tetapi sebenarnya jenis ikan ini
sangat menyukai pakan alami. Jika
kombinasi kedua jenis pakan yaitu
pakan buatan dan pakan alami
diberikan bersama adalah sangat
baik, karena unsur gizinya saling
melengkapi. Dari hari kehari ikan
hidup itu tumbuh, baik bertambah
panjang maupun bertambah berat.
Begitu pula dari hari ke hari populasi
ikan
semakin
berkurang
ada
beberapa ikan yang mati. Atas dasar
kejadian ini maka untuk menetukan
jumlah
pakan
pada
hari-hari
berikutnya perlu diadakan sampling
ikan (Gambar 4.24). Jika total bobot
ikan diketahui maka jumlah pakan
yang dibutuhkan dapat dihitung.
Konversi/efesiensi pakan akan dapat
dihitung apabila jumlah pakan yang
diberikan serta bobot total ikan
diketahui. Untuk itu pendataan hal ini
perlu ketekunan.
Gambar 4.24. Sampling benih ikan
145
4.5. Pembesaran Ikan
Pembesaran ikan merupakan salah
satu proses dalam budidaya ikan
yang bertujuan untuk memperoleh
ikan ukuran konsumsi. Pada usaha
budidaya
ikan
pembesaran
merupakan segmen usaha yang
banyak
dilakukan
oleh
para
pembudidaya
ikan.
Dalam
melakukan pembesaran ikan ini
relatif tidak terlalu sulit karena
ketrampilan yang dibutuhkan tidak
sesulit
dalam
melakukan
pembenihan ikan. Pada kegiatan
pembesaran
ikan
yang
perlu
diperhatikan antara lain adalah
wadah yang akan digunakan dalam
proses
pembesaran,
padat
penebaran, pola pemberian pakan,
pencegahan terhadap hama dan
penyakit
ikan,
pengontrolan
pertumbuhan (sampling, grading dan
sortasi) serta pengelolaan kualitas
air.
Berdasarkan jenis pakan yang
digunakan dalam melakukan proses
pembesaran
ikan
dapat
dikelompokkan
menjadi
tiga
kelompok yaitu :
1. Pembesaran
ikan
secara
tradisional yaitu pembesaran ikan
yang
hanya
mengandalkan
pakan alami yang terdapat dalam
kolam
budidaya.
Padat
penebaran disesuaikan dengan
daya dukung kolam dan pakan
yang
tersedia
di
kolam
pembesaran. Dalam pembesaran
tradisional ini kesuburan perairan
akan
sangat
menentukan
tumbuhnya
pakan
alami.
Misalnya pembesaran ikan pada
kolam tergenang, pembesaran
ikan disawah.
2. Pembesaran ikan semiintensif
yaitu pembesaran ikan yang lebih
mengutamakan pakan alami
yang terdapat pada kolam dan
diberi pakan tambahan yang
tidak lengkap kandungan gizi dari
pakan
tersebut.
Pada
pembesaran semi intensif ini
padat penebaran lebih tinggi
dibandingkan dengan tradisional.
Misalnya melakukan pembesaran
ikan pada kolam air tenang
dengan
memberikan
pakan
tambahan berupa dedak selain
pakan alami yang terdapat pada
kolam pembesaran.
3. Pembesaran ikan intensif yaitu
pembesaran ikan yang dalam
proses
pemeliharaannya
mengandalkan pakan buatan
dalam pemberian pakannya serta
dilakukan pada wadah yang
terbatas
dengan
kepadatan
maksimal. Dalam pembesaran
secara
intensif
ini
harus
diperhitungkan
kualitas
dan
kuantitas
air
yang
masuk
kedalam kolam pembesaran.
4.5.1. Pembesaran ikan mas
Pembesaran
ikan
mas
dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok
berdasarkan penyediaan pakan dan
luas lahan pemeliharaan, yaitu :
1. Pembesaran ikan mas secara
ekstensif/tradisional.
2. Pembesaran ikan secara semi
intensif.
3. Pembesaran ikan mas secara
intensif.
Pembesaran ikan mas secara
tradisional adalah pembesaran ikan
mas dalam kolam yang tenang
146
airnya dan dalam pemeliharaannya
hanya mengandalakan pakan yang
ada didalam kolam pemeliharaan,
tidak ada pakan tambahan. Biasanya
ukuran kolam pembesaran relatif
luas (lebih dari 200m2).
Pembesaran secara semi intensif
adalah pembesaran ikan mas dalam
kolam air tenang tetapi dalam
pemeliharannya diberi makanan
tambahan. Makanan tambahan ini
dapat berupa dedak, limbah rumah
tangga,
daun-daunan
dan
sebagainya. Selain itu dapat juga
ditambahkan pakan buatan (pellet)
tetapi jumlahnya sedikit.
Pembesaran ikan mas di sawah dan
di dalam kerambah merupakan salah
satu contoh pembesaran ikan mas
secara semi intensif.
Pembesaran ikan mas secara
intensif adalah ikan mas dalam air
yang
mengalir,
ukuran
kolam
pemeliharaan relatif kecil (kurang
dari 100m2) dan sangat bergantung
pada pakan buatan. Pakan buatan
yang diberikan biasanya adalah
pellet.
Salah
satu
contoh
pembesaran ikan mas secara intensif
adalah pembesaran ikan mas di
kolam air deras (running water) atau
jaring terapung.
Berdasarkan
jenis
ikan
yang
dipelihara
dalam
kolam
pemeliharaan/pembesaran ikan mas
di kelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Mono kultur, yaitu pemeliharaan
ikan
mas
dalam
wadah
pembesaran yang hanya diisi
oleh ikan mas saja. Dalam
pemeliharaan ikan mas secara
monokultur dapat dikelompokkan
menjadi tunggal
campur kelamin.
kelamin
dan
Pemeliharaan ikan mas tunggal
kelamin adalah pemeliharaan
ikan mas yang menggunakan
ikan jantan atau ikan betina saja.
Pemeliharaan ikan mas campur
kelamin adalah pemeliharaan
ikan mas dengan menggunakan
ikan jantan dan betina bersamasama
dalam
wadah
pemeliharaan. Hal ini muncul
karena adanya kecenderungan
pada ikan mas betina untuk
tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan ikan jantan.
2. Polikultur yaitu pemeliharaan ikan
mas dengan mempergunakan
lebih dari satu jenis ikan dalam
wadah pemeliharaan. Ikan mas
dapat dipelihara secara polikultur
dengan ikan mas atau ikan nila,
karena jenis ikan ini bukan
merupakan pesaing makanan
dalam kolam pemeliharaan.
Dalam
melakukan
usaha
pembesaran ikan mas, ukuran benih
yang
akan
digunakan
sangat
bergantung kepada sistem budidaya
yang
akan
ditetapkan.
Pada
budidaya ikan mas di kolam air
deras, ukuran benih yang dapat
digunakan sebaiknya berukuran 100
gram/ekor.
Sedangkan pembesaran ikan mas di
jaring terapung saat ini sudah dapat
menggunakan benih ikan mas yang
berukuran lebih dari 5 – 8 cm.
Padat penebaran benih ikan mas di
kolam pemeliharaan harus dilakukan
dengan hati-hati dan biasanya di
tebar pada saat matahari belum
147
bersinar. Agar benih yang ditebar
tidak mengalami stress atau tingkat
kematian yang tinggi.
Sebaiknya
benih ikan mas tersebut dibiarkan
keluar dengan sendirinya dari tempat
penampungan
benih
(plastik)
kedalam pemeliharaan.
kepada
ikan
pemeliharaan
seperti daun-daunnan, keong,
limbah rumah tangga dan lainlain.
Pakan
tambahan
dibutuhkan oleh ikan mas dalam
pemeliharaan ikan mas secara
semi intensif.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan pembesaran ikan
mas sampai mencapai ukuran
konsumsi adalah :
Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dengan susunan bahan
tertentu dengan gizi sesuai
keperluan ikan. Pakan buatan
dapat berbentuk pellet, larutan
(emulsi dan suspensi), lembaran
(flake atau waren) dan remahan.
Ikan mas yang dipelihara secara
intensif
dan
semi
intensif
memerlukan
pakan
buatan.
Bentuk pakan buatan yang biasa
diberikan adalah pellet. Garis
tengah pellet berkisar antara 2-4
mm.
1. Pakan.
Pakan merupakan suatu sumber
energi bagi ikan. Tanpa makanan
ikan tidak akan tumbuh dan
berkembang biak. Pakan yang
dapat diberikan untuk ikan mas
adalah pakan alami, pakan
buatan dan pakan tambahan.
Pakan alami adalah makanan
hidup bagi larva dan benih ikan
yang
diperoleh
dari
perairan/kolam
atau
membudidayakannya
secara
terpisah. Ikan mas merupakan
ikan
pemakan
segala
(omaevora), oleh karena itu
sebaiknya
pada
kolam
pemeliharaan harus dilakukan
pemupukan
awal
3-5
hari
sebelum penebaran benih dan
pemupukan
susulan
agar
ketersediaan pakan alami di
dalam kolam pemeliharaan selalu
ada. Ketersediaan pakan alami
yang
melimpah
akan
menguntungkan bagi ikan dan
petani itu sendiri karena tidak lagi
membutuhkan pakan tambahan
dalam pemeliharaannya.
Pakan tambahan yang diberikan
dalam bentuk apa adanya
2. Pengelolaan kualitas air.
Pengelolaan kualitas air adalah
cara pengendalian kondisi air di
dalam
kolam
budidaya
sedemikian
rupa
sehingga
memenuhi persyaratan hidup
bagi ikan yang akan di pelihara.
Dalam pembesaran ikan mas agar
dapat tumbuh dengan optimal maka
kondisi air kolam pembesaran harus
sesuai dengan kebutuhan ikan mas.
Variable kualitas air yang sangat
berpengaruh pada ikan mas antara
lain :
•
Suhu air
Suhu air merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan
karena dapat mempengaruhi laju
metabolisme dalam tubuh ikan.
Pada suhu air yang tinggi maka
laju
metabolisme
akan
148
kadar O2 yang terlarut yang
rendah. Oleh karena itu kadar
CO2 yang layak untuk budidaya
ikan mas sebaiknya < 5mg/l
meningkat, sedangkan pada
suhu yang rendah maka laju
metabolisme akan menurun.
Dengan suhu yang optimal maka
laju metabolisme akan optimal.
Pertumbuhan ikan mas sangat
dipengaruhi oleh suhu air, baik
dalam usaha pembesaran ikan
mas atau pembenihan ikan mas.
Suhu
yang
optimal
untuk
pertumbuhan ikan mas berkisar
antara 25-30oC
•
•
Kadar oksigen terlarut.
Untuk dapat hidup manusia
membutuhkan
oksigen
yang
dibutuhkan ikan yang hidup di
dalam
air
disebut
dengan
oksigen terlarut.
Ikan mas
membutuhkan oksigen dalam
bentuk terlarut dalam air untuk
proses metabolisme di dalam
tubuhnya dan untuk bernafas.
Kandungan oksigen terlarut di
dalam air agar ikan mas tumbuh
dan berkembang minimal 3 ppm.
Kebutuhan oksigen terlarut ini
sangat dipengaruhi oleh suhu air,
biasanya suhu air meningkat
maka kandungan oksigen terlarut
menurun (berkurang).
Kadar CO2
Sumber air yang akan digunakan
untuk budidaya ikan mas antara
lain adalah air tanah, air sungai
atau air hujan. Air tanah adalah
salah satu sumber air yang
banyak
digunakan
untuk
budidaya.
Jika menggunakan
maka harus di tampung terlebih
dahulu dalam bak penampung air
minimal 24 jam, karena air tanah
tersebut mengandung CO2 yang
tinggi berkaitan erat dengan
•
Volume air
Ikan mas yang dipelihara di
dalam
kolam
air
deras
mempunyai pertumbuhan yang
lebih cepat dibandingkan dengan
ikan mas yang dipelihara d kolam
air tenang. Pada pemeliharaan
ikan mas di kolam air deras
membtuhkan volume air yang
besar, dimana debit air yang
masuk
ke
dalam
kolam
pemeliharaan berkisar antara 75300 liter/detik.
Pada kolam air deras dengan
debit air yang tinggi maka
kandungan oksigen terlarut di
dalam kolam pemeliharaan cukup
tinggi.
Dengan oksigen yang
cukup maka proses metabolisme
ikan
akan
optimal
maka
pertumbuhan ikan pun akan
optimal.
•
Kekeruhan air
Dalam membesarkan ikan mas di
kolam
pemeliharaan
harus
diperhatikan
juga
tentang
kekeruhan air. Kekeruhan air
menggambarkan tentang banyak
cahaya yang dapat masuk ke
dalam perairan. Kekeruhan air
ini disebabkan oleh bahan
organic dan anorganik yang
terlarut di dalam kolam. Air yang
jernih biasanya miskin akan
mineral, air yang terlalu keruhpun
tidak baik untuk budidaya ikan
karena banyak mengandung
Lumpur. Air yang baik untuk
budidaya ikan yang mempunyai
149
warna air tidak keruh dan tidak
jernih.
Untuk
mengukur
kekeruhan biasanya dilakukan
pengukuran
kecerahan
air
karena kecerahan air sangat
bergantung kepada warna iar
dan kekeruhan. Nilai kecerahan
yang ideal untuk pertumbuhan air
sebaiknya berkisar antara 25 –
40 cm.
3. Pengelolaan Kesehatan Ikan
Salah satu kendala dalam
membudidayakan
ikan
mas
adalah terserangnya ikan mas
yang dibudidayakan dari hama
dan penyakit. Jenis hama dan
penyakit
yang
biasanya
menyerang ikan mas ukuran
larva sampai konsumsi dapat
dikelompokkan
menjadi
4
golongan, yaitu :
• Hama, misalnya huhurangan,
notorecta sp, eybister sp dsb.
• Parasit,
misalnya
ichthyoptherius
multifiliis
berbentuk bulat putih yang
menempel pada badab ikan,
trichodina sp dsb.
• Cendawan
• Bakteri dan virus.
Hama yang menyerang ikan pilihan
dapat diatasi dengan melakukan
penyaringan terhadap air yang
masuk
ke
dalam
kolam
pemeliharaan.
Penyakit ikan di
kolam pemeliharaan ikan mas akan
muncul jika kondisi perairan kolam
(kualitas air kolam) rendah, hal ini
dapat menyebabkan daya tahan
tubuh ikan menurun. Penyakit ikan
ini dapat terjadi akibat interaksi antar
ikan itu sendiri, penyakit dan
lingkungan yang buruk. Lingkungan
yang uruk sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan ikan.
Dengan lingkungan yang buruk maka
daya tahan tubuh ikan menurun
sehingga penyakit akan mudah
menyerang ikan.
Setelah ketiga hal tersebut di
jelaskan di atas di lakukan dengan
baik, maka dalam memelihara ikan
mas akan memperoleh produksi ikan
mas yang cukup tinggi dan efisien.
Lama pemeliharaan ikan mas sangat
tergantung kepada ukuran ikan yang
digunakan, padat penebaran dan
luas kolam yang digunakan serta
sistem
pemeliharaan
yang
digunakan.
Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem pemeliharaan.
No.
1.
2.
3.
Sistem Pembesaran
Pembesaran Tradisional
(ekstensif)
Pembesaran Semi Intensif
di Kolam/ sawah
Pembesaran Ikan Intensif
Ukuran
Benih
50-80
gram/ekor
50-80
gram/ekor
50-100
Padat
Penebaran
1-2 kg/m2
Lama
Pemeliharaan
6 bulan
3-5 kg/m2
5 bulan
5-10 kg/m2
4 bulan
150
di Jaring Terapung
gram/ekor
lembaran (flake atau waver) dan
remahan.
4.5.2. Pembesaran ikan nila
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam
melakukan
pembesaran/
pemeliharaan ikan nila sampai
mencapai ukuran konsumsi adalah :
1. Pakan
Pakan merupakan sumber energi
bagi ikan. Tanpa makanan ikan
tidak
akan
tumbuh
dan
berkembang biak. Pakan yang
dapat diberikan untuk ikan nila
adalah pakan alami, pakan
buatan dan pakan tambahan.
Pakan alami adalah makanan
hidup bagi larva dan benih ikan
yang
diperoleh
dari
perairan/kolam
atau
membudidayakannya
secara
terpisah. Ikan nila merupakan
ikan pemakan plankton yang
tumbuh disekitarnya. Persiapan
pakan
alami
di
kolam
pemeliharaan dilakukan dengan
pemupukan
awal
3-5
hari
sebelum penebaran benih dan
pemupukan
susulan
setelah
pemeliharaan
berjalan
agar
ketersediaan pakan alami di
kolam tersebut tetap ada.
Pakan tambahan adalah pakan
yang diberikan dalam bentuk apa
adanya kepada ikan seperti
daun-daunan,
limbah
rumah
tangga, keong dan lain-lain.
Sedangkan pakan buatan adalah
pakan yang dibuat dengan
susunan bahan tertentu dengan
gizi sesuai keperluan.
Pakan
buatan dapat berbentuk pellet,
larutan (emulsi dan suspensi),
Ikan nila yang dipelihara secara
intensif
dan
semi
intensif
memerlukan
pakan
buatan.
Bentuk pakan buatan yang biasa
diberikan adalah pellet. Garis
tengah pellet berkisar antara 2-4
mm.
2. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas adalah cara
pengendalian kondisi air di dalam
kolam budidaya sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan
hidup bagi ikan yang akan
dipelihara.
Dalam budidaya ikan nila di kolam
agar ikan dapat tumbuh dan
berkembang maka kondisi air kolam
budidaya harus sesuai dengan
kebutuhan ikan nila.
Variabel
kualitas air yang sangat berpengaruh
terhadap ikan nila antara lain adalah:
•
Suhu air.
Suhu air merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan
karena dapat mempengaruhi laju
metabolisme dalam tubuh ikan.
Pada suhu air yang tinggi maka
laju
metabolisme
akan
meningkat, sedangkan pada
suhu yang rendah maka laju
metabolisme akan menurun.
Dengan suhu yang optimal maka
laju metabolisme akan optimal.
Pertumbuhan ikan nila sangat
dipengaruhi oleh suhu air dalam
usaha
pembesaran
atau
pembenihan. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap aktifitas
151
saluran pencernaan benih ikan
nila.
Makanan alami yang
berupa detritus dan fauna dasar
selesai dicerna dalam waktu 1,68
jam pada suhu 27 – 28oC dan
1,31 jam pada suhu 32-33 oC.
Pada suhu 27 – 28oC pakan
zooplankton dapat dicernakan
dalam waktu 2,2 jam. Ikan dapat
mencernakan
makanannya
selama 2,5 – 3 jam pada suhu
30oC.
Berdasarkan
hasil
penelitian tersebut maka suhu
optimum untuk pertumbuhan ikan
nila adalah 25 – 30oC.
•
•
Volume air
Pertumbuhan ikan nila yang
dipelihara dalam air mengalir
lebih cepat daripada yang
dipelihara dalam air tergenang.
Dalam kondisi air mengalir, ikan
nila dengan bobot awal 9,1 gram
diberi pakan pellet 25% protein
dan feeding ratenya 3,5% dalam
waktu seminggu akan mencapai
bobot 34,2 gram.
Selain itu
volume air sangat menentukan
padat penebaran ikan nila yang
optimal. Padat penebaran ikan
nila di kolam adalah 30 ekor/m2.
Kadar oksigen terlarut
Untuk dapat hidup manusia
membutuhkan oksigen begitu
juga dengan ikan. Oksigen yang
dibutuhkan ikan yang hidup
didalam air disebut dengan
oksigen terlarut.
Ikan nila
merupakan ikan yang tahan
terhadap kekurangan oksigen
terlarut
dalam
air,
namun
pertumbuhan ikan ini akan
optimal jika kandungan oksigen
terlarut lebih dari 3 ppm.
Kandungan
oksigen
terlarut
kurang dari 3 ppm dapat
menyebabkan ikan tidak dapat
tumbuh dan akhirnya mati.
•
Kadar garam (salinitas)
Ikan nila mempunyai toleransi
salinitas yang cukup luas, tetapi
pertumbuhan ikan nila pada
kadar garam lebih dari 30% akan
terhambat. Pada kadar garam
yang tinggi ikan membutuhkan
energi
yang
minim
untuk
osmoregulasi sehingga energi
yang
digunakan
untuk
pertumbuhan berkurang.
•
Cemaran
Ikan nila yang dipelihara pada
musim kemarau banyak yang
mati. Hal ini diakibatkan oleh
pengaruh secara tidak langsung
dari sinar matahari yang dapat
meningkatkan keasaman (pH)
perairan.
Gejala mabuk pada ikan nila
dapat diakibatkan dari akitifitas
berenang ikan yang cepat
dipermukaan dengan gerakan
tidak beraturan dan tutup insang
bergerak aktif. Selain itu air
budidaya yang tercemar minyak
akan menyebabkan kerusakan
sel-sel saluran pencernaan. Oleh
karena itu agar ikan nila tunbuh
dengan cepat air budidayanya
tidak boleh tercemar baik oleh
limbah industri maupun rumah
tangga.
Dalam air budidaya ikan yang
baik sepintas dapat dilihat dari
keruh atau tidaknya air kolam.
Untuk
mengetahui
tingkat
kekeruhan air kolam dapat dilihat
dari tingkat kecerahan air kolam
dengan
menggunakan
alat
pengukur yang disebut secchi
disk atau keeping secchi.
152
Kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan nila di kolam
berkisar antara 25-40 cm.
Artinya jarak batas pengelihatan
terhadap keeping secchi adalah
berkisar antara 25-40 cm dari
atas
permukaan
perairan.
Kecerahan kurang dari 25 cm
tidak menguntungkan karena
mengakibatkan
rendahnya
kandungan oksigen terlarut di
kolam. Pada kolam budidaya
yang keruh maka jarak batas
penglihatan terhadap keeping
secchi rendah yang berarti kolam
tercemar bahan organik atau
Lumpur.
3. Pengelolaan kesehatan ikan
Dalam memelihara ikan nila di
kolam
selalu
ada
saja
kendalanya diantaranya adalah
terhadap hama dan penyakit
dalam
kolam
pemeliharaan.
Hama yang biasa terdapat
dikolam pemeliharaan adalah
cladocera
sebagai
pesaing/kompetitor,
copepoda
sebagai predator benih, larva,
kumbang air, serangga air dan
lain-lain.
Hama tersebut kadang-kadang
sulit
untuk
dihilangkan.
Pengendalian hama yang paling
mudah melakukan penyaringan
terhadap
air
yang
masuk
kedalam kolam pemeliharaan.
Penyakit
ikan
dikolam
pemeliharaan akan muncul jika
kondisi perairan kolam (kualitas
air kolam) rendah, hal ini dapat
menyebabkan daya tahan tubuh
ikan menurun. Penyakit ikan ini
dapat terjadi akibat interaksi
antar ikan itu sendiri, penyakit
dan lingkungan yang buruk.
Lingkungan yang buruk sangat
berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan
ikan.
Dengan
lingkungan yang buruk maka
daya tahan tubuh ikan menurun
sehingga penyakit akan mudah
menyerang
ikan.
Jenis-jenis
penyakit ikan antara lain adalah
penyakit pendarahan, penyakit
jamur, penyakit bakteri.
Setelah ketiga hal utama yang
telah di jelaskan diatas dilakukan
dengan
baik
maka
dalam
memelihara ikan nila akan
diperoleh produksi ikan nila yang
cukup tinggi dan efisien. Lama
pemeliharaan ikan nila sangat
bergantung kepada ukuran ikan
yang akan dipanen. Sebagai
bahan pertimbangan ada 4
ukuran ikan nila yang diproduksi
dipasaran yaitu :
• Ukuran 100 gram, umurnya
kurang lebih 3-4 bulan
• Ukuran 250 gram, umurnya
kurang lebih 4-6 bulan.
• Ukuran 500 gram, umurnya
kurang lebih 6–8 bulan.
• Ukuran diatas 800 gram
umurnya kurang lebih 9-12
bulan.
Ikan nila mempunyai ciri khas
tersendiri dimana pertumbuhan ikan
nila yang dipelihara secara tunggal
kelamin yaitu ikan jantan lebih cepat
tumbuh dibandingkan ikan nila yang
dipelihara secara campuran (jantan
dan betina). Oleh karena itu banyak
petani ikan yang lebih suka
memelihara ikan nila jantan. Sistem
pemeliharaan ikan nila berdasarkan
jenis kelamin ini disebut monokultur
153
sedangkan untuk pemeliharaan ikan
nila dengan jenis ikan lainnya disebut
dengan polikultur.
Pada pemeliharaan ikan untuk
mencapai ukuran konsumsi dapat
digunakan beberapa macam kolam
pemeliharaan :
1. Kolam empat persegi panjang
dengan
luas
200-500m2,
kedalaman air 1-1,25m, dasar
kolam dapat tanah atau beton.
2. Kolam jaring terapung yang
berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran minimal 1-4 m2
dan
maksimal 9 – 49 m2 , yang
terbuat dari bahan jaring dengan
kedalaman air 1,5 – 2 m.
3. Hampang atau keramba yang
dapat dilakukan diperairan dasar
yang dangkal dengan kedalaman
air 1-2m.
4. Mina padi yaitu pemeliharaan
ikan nila disawah.
Penebaran benih pada pemeliharaan
ikan nila di kolam berukuran 10 gram
per ekor, sedangkan untuk jenis
terapung biasanya 25 gram per ekor,
intensitas berbudidaya yang dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Pemeliharaan secara ekstensif
Pada pemeliharaan ini kolam
yang digunakan relatif cukup
besar dari 200m2, kepadatan ikan
relatif rendah (1 ekor per m2) dan
pakan yang diberikan hanya
mengandalkan
pakan
yang
tumbuh dari kolam. Benih yang
ditebarkan biasanya campur
kelamin dan berukuran 10 gram
per ekor.
2. Pemeliharaan semi intensif
Perbedaan
utama
dalam
pemeliharaan ekstensif adalah
kepadatan benih yang ditebar,
dimana untuk semi intensif padat
penebarannya 5-10 ekor per m2
dan kolam diberi pupuk dan
pakan tambahan kepada ikan
nila berupa dedak atau ampas
tahu, daun sente sebanyak 510% dari bobot ikan setiap hari
3. Pemeliharaan secara intensif
Pemeliharaan ikan nila secara
intensif ini biasanya dilakukan di
jaring terapung atau kolam air
deras.
Padat penebaran ikan nila di jaring
terapung adalah 400-500 ekor per m3
dengan bobot awal benih 15-25 gram
per ekor, sedangkan di kolam air
deras kepadatan tebarnya 10-20
ekor per m2.
Pada pemeliharaan ini sumber
energi bagi ikan untuk tumbuh dan
berkembang adalah pakan buatan
dalam bentuk pellet yang diberikan
sebanyak 3-5% sehari dan frekuensi
pemberian pakan 3-5 kali sehari.
Pakan
buatan
tersebut
harus
mengandung protein 20-30%.
4.5.3 Pembesaran ikan bandeng
Ikan bandeng merupakan salah satu
jenis
ikan
laut
yang
dapat
dibudidayakan
oleh
manusia
ditambak. Jenis Ikan ini saat ini juga
sudah dapat dibudidayakan di
keramba jaring apung pada air tawar,
hal ini dikarenakan sifat ikan ini yang
euryhaline
(tahan
terhadap
perubahan yang besar dari kadar
garam dalam air)
Ikan bandeng dapat dipelihara
ditambak yang mempunyai kadar
garam relatif berfluktuasi. Ikan
bandeng dapat dipijahkan secara
154
buatan di panti pembenihan/hatchery
dengan cara implementasi atau
hypofisasi. Oleh karena itu benih
ikan bandeng yang disebut nener ini
dapat diperoleh dari alam atau panti
pembenihan/hatchery.
Nener bandeng yang berasal dari
pantai/alam ini merupakan hasil
pemijahan ikan bandeng secara
alami dilaut. Ikan bandeng yang telah
matang kelamin akan memijah
secara alami dan akan menghasilkan
telur sebanyak 5.700.000 butir dalam
tubuhnya. Pelepasan telur ini terjadi
pada malam hari dan akan menetas
dalam waktu 24 jam menjadi nener
yang berukuran 5 mm. Nener ini
akan terbawa oleh arus air
mendekati pantai dan kemudian
akan ditangkap oleh para penyeser.
Ukuran nener yang ditangkap ini
kurang lebih 13 mm.
alam selain tidak tersedia secara
kontinue juga mempunyai ukuran
yang sangat beragam. Oleh karena
itu nener yang berasal dari panti
pembenihan
sangat
dibutuhkan
untuk memenuhi kekurangan nener
ditambak-tambak
pembesaran.
Nener yang dihasilkan dari panti
pembenihan
mempunyai
keunggulan.
Karena
kemurnian
nener dapat dijamin 100% dan
umurnya diketahui secara tepat.
Nener yang berasal dari alam atau
hatchery, yang akan digunakan
untuk usaha pembesaran ikan
bandeng ditambak, haruslah nener
yang sehat. Nener yang sehat dapat
dilihat dari ciri-ciri umurnya yaitu :
1. Tidak terdapat luka atau lecet
2. Tidak cacat pada organ tubuh
3. Warnanya tidak kusam
4. Gerakannya aktif
Nener ikan bandeng yang diperoleh
dari alam ditangkap oleh pencari
nener sangat bergantung kepada
musim, lokasi, cara dan waktu
penangkapan. Pada musim nener
jumlah nener cukup melimpah yang
dapat mengakibatkan menurunnya
harga nener. Selain itu waktu
penangkapan yang tepat yaitu diawal
musim penangkapan mempunyai
daya tahan dan vitalitas yang tinggi
dalam
pengangkutan
serta
mempunyai harga jual yang lebih
mahal.
Dengan menggunakan nener yang
sehat maka akan diperoleh target
produksi yang sesuai dengan
rencana. Selain nener yang sehat
dalam pemilihan benih ikan bandeng
(nener) juga harus diperhatikan
ukuran benih. Ukuran benih yang
akan ditebar ke dalam tambak
pembesaran sebaiknya seragam. Hal
ini akan menguntungkan dalam
pemeliharaan, karena ikan tidak
akan berebut makanan sehingga
pertumbuhan
ikan
seragam,
kekuatan makanpun seragam.
Tetapi ketersediaan nener dari alam
ini tidak bersifat kontinue sehingga
untuk mengusahakan pembesaran
ikan
bandeng
secara
intensif
dibutuhkan nener bandeng yang
berasal
dari
panti
pembenihan/hatchery. Nener dari
Ukuran nener yang ditebar ke
tambak pembesaran bisa dimulai
dari
ukuran
nener
sampai
gelondongan
yang
dapat
membedakannya adalah
cara
pemeliharaan
ditambak
pembesarannya.
155
Jika yang ditebar adalah nener kecil
maka waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 –
6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6
bulan sedangkan jika yang ditebar
adalah gelondongan maka waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai
ukuran konsumsi berkisar antara 4 –
6 bulan.
Dalam memilih nener yang berasal
dari alam maupun hatchery dapat
dilakukan dengan menghitung jumlah
ruas tulang belakang. Nener yang
berkualitas prima memiliki jumlah
ruas tulang belakang antara 44 – 45.
Jumlah ruas tulang belakang dapat
dihitung menggunakan mikroskop
sederhana pada pembesaran 10 kali
atau nener ditempatkan pada
sumber cahaya seperti lampu senter.
Nener bandeng yang telah dipilih
selanjutnya akan ditebar kedalam
tambak pembesaran.
Sebelum
nener tersebut ditebar harus dihitung
terlebih dahulu padat penebaran
nener ditambak pembesaran dan
dilakukan aklimatisasi.
Nener ikan bandeng yang akan
ditebar kedalam tambak pembesaran
sebaiknya ditentukan terlebih dahulu
tentang jumlah nener yang akan
ditebar. Nener bandeng yang akan
ditebarkan dan dipelihara ditambak
pembesaran
harus
diketahui
jumahnya agar dapat diketahui
jumah ikan bandeng yang
akan
dipanen. Istilah dalam perikan
disebut dengan padat penebaran.
Padat
penebaran
adalah
perbandingan jumlah ikan-ikan/nener
yang akan ditebar dengan luas
tambak
pembesaran.
Dengan
mengetahui padat penebaran pada
awal pemeliharaan akan diperoleh
manfaat antara lain adalah :
• Dapat menentukan jumlah pakan
yang akan diberikan
• Dapat mengoptimalkan tambak
pembesaran
sesuai
dengan
daya
dukung
tambak
pembesaran tersebut.
• Dapat mengurangi timbulnya
penyakit ditambak pembesaran
karena kepadatan tinggi.
• Dapat menetukan target produksi
pada akhir pemeliharaan.
Masa pemeliharaan nener bandeng
ditambak
pembesaran
sangat
bergantung kepada ukuran nener
yang
ditebar
pada
awal
pemeliharaan. Ukuran nener yang
ditebar kedalam tambak pembesaran
bervariasi antara 1–15 cm. Padat
penebaran
nener
ditambak
pembesaran juga ditentukan oleh
ukuran nener, lama pemeliharaan,
mutu nener dan daya dukung
kesuburan tambak pembesaran.
Padat penebaran nener ditambak
pembesaran berkisar antara 5 – 6
ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng
3 – 5 cm. Sedangkan untuk nener
yang berukuran 1 – 3 cm, padat
penebarannya berkisar antara 2 – 3
ekor/m2. Untuk benih bandeng yang
berukuran 12 – 15 cm yang disebut
gelondongan ditebar ke tambak
pembesaran
dengan
padat
penebaran 1.500 ekor/ha. Nener
bandeng yang akan ditebar kedalam
tambak
pembesaran.
Setelah
menghitung jumlah yang akan
ditebar lalu dipersiapkan nener
156
tersebut. Nener bandeng untuk
sementara diaklimatisasi selama
satu hari dalam bak plastik.
Aklimatisasi ini bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi lingkungan
dimana nener itu berada dengan
kondisi
lingkungan
tambak
pembesaran. Penyesuaian suhu,
salinitas dan pH dapat dilakukan juga
begitu nener bandeng yang dikemas
dalam kantong plastik dating.
Caranya kantong plastik yang terisi
nener diisi penuh dengan air yang
ada dalam tambak pembesaran,
maka secara perlahan-lahan nener
bandeng yang ada didalam kantong
platik akan keluar kedalam tambak
pembesaran jika sudah terjadi
penyesuaian.
Penebaran
nener
ditambak
pembesaran sebaiknya dilakukan,
pada pagi atau sore hari pada saat
matahari tenggelam. Hal ini untuk
menghindari kematian nener akibat
stress
karena
tingginya
suhu
dilingkungan. Lakukan penebaran
nener dengan hati-hati !
Langkah
selanjutnya
setelah
dilakukan penebaran nener bandeng
adalah
melakukan
proses
pemeliharaan
nener
sampai
mencapai ukuran konsumsi. Proses
yang dilakukan selama pemeliharaan
sama persis dalam melakukan
budidaya ikan lainnya meliputi
pemberian
pakan,
pengelolaan
kualitas air, pengendalian hama dan
penyakit, pemantauan pertumbuhan.
Perlakuan selama pemeliharaan
sangat ditentukan oleh sistem
budidaya yang diterapkan.
4.6. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada setiap
akhir
siklus
budidaya.
Dalam
budidaya ikan ada dua siklus
produksi
yaitu
pada
usaha
pembenihan ikan maka yang akan
dipanen
adalah
benih
ikan.
Sedangkan pada usaha pembesaran
ikan yang akan dipanen adalah ikan
ukuran
konsumsi.
Prisnsip
pemanenan benih ikan dan ikan
ukuran konsumsi pada umumnya
adalah sama. Dalam subbab ini akan
diuraikan proses pemanenan ikan
pada stadia benih. Pemanenan benih
ikan harus dilakukan dengan hatihati. Selain itu waktu dan cuaca pada
saat panen perlu diperhatikan.
Banyak petani pembenih yang gagal
karena kurang hati-hati pada saat
panen.
4.6.1. Pemanenan benih ikan nila
Kegiatan pemanenan benih meliputi
persiapan
penampungan
benih,
pengeringan kolam, penangkapan
benih
dan
pengangkutan.
Pemanenan benih ikan sebaiknya
dilakukan pagi atau sore hari.
1. Penampungan benih
Sebelum pengeringan kolam,
terlebih
dahulu
dilakukan
persiapan penampung benih.
Penampung benih dapat berupa
hapa atau bak.
Air pada
penampungan
harus
terus
menerus
mengalir,
hal
ini
bertujuan
untuk
mensuplai
oksigen ke dalam air wadah
penampungan. Hapa yang akan
digunakan untuk menampung
benih di pasang didepan pipa
pemasukkan air.
Sebaiknya
157
hapa di pasang di kolam yang
paling dekat dengan kolam yang
akan dipanen. Hal ini bertujuan
untuk
memudahkan
pengangkutan benih yang telah
di tangkap. Pemasangan hapa
dilakukan dengan mengikat ke
empat
sudutnya
ke
patok
bambu/kayu.
2. Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam sebaiknya
dilakukan pada pagi hari agar
penangkapan
benih
dapat
dilakukan sebelum suhu air naik.
Pengeringan
kolam
harus
dilakukan dengan hati-hati agar
benih ikan dapat berkumpul pada
kamalir sehingga memudahkan
pemanenan. Pengeringan kolam
diawali dengan menutup pintu
pemasukkan air. Selanjutnya
pada pintu pengeluaran air di
pasang
saringan
untuk
mencegah benih ikan keluar
kolam.
Setelah
di
pasang
saringan, pintu pengeluaran air di
buka sedikit demi sedikit agar
benih ikan tidak terbawa arus air.
3. Penangkapan benih
Setelah air kolam kering, benih
ikan berkumpul di kamalir.
Penangkapan benih dilakukan
menggunakan seser atau ancho.
Penangkapan benih di mulai dari
hilir atau di depan pintu
pengeluaran air. Benih ikan di
depan pintu pengeluaran harus
habis di tangkap. Jika benih ikan
di hilir telah habis dilanjutkan ke
lebih hulu sampai habis di depan
pintu pemasukkan air (hulu).
Penangkapan benih ikan yang di
mulai dari hilir bertujuan agar
benih ikan tidak stres akibat
kualitas air. Jika penangkapan
benih di mulai dari hulu (depan
pintu pemasukkan) maka benih
ikan yang terdapat di hilir akan
stres atau mabuk karena air dari
hulu sudah kotor akibat lumpur.
Pada saat panen sering terlihat
ikan mengalami stres atau
mabuk. Hal ini diakibatkan
kualitas air kurang baik khusunya
suhu, oksigen dan lumpur. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengalirkan air
dari pipa pemasukkan. Jika
masih terlihat benih ikan stres
atau
mabuk
pemanenan
dihentikan dan di tunda sampai
besok atau hari lainnya.
Benih yang telah ditangkap di
tampung
dalam
wadah
pengangkutan berupa ember
atau alat lainnya. Benih pada
wadah pengangkutan segera
dikumpulkan di hapa tempat
penampungan benih. Benih yang
cacat, luka dan mati lebih banyak
akibat penanganan. Penanganan
tersebut biasa terjadi pada saat
penangkapan dan pengangkutan
benih ke tempat penampungan
benih.
4.6.2. Pemanenan benih ikan
patin
Tahap
akhir
dari
pekerjaan
memelihara benih ikan patin adalah
memanen.
Hasil dari memanen
benih ikan tersebut merupakan
evaluasi
terhadap
pekerjaan
memelihara
benih
ikan
patin
tersebut. Jika hasilnya benih ikan
banyak maka secara teknik produksi
158
pekerjaan memelihara benih ikan
tersebut dapat dikatakan berhasil.
Tetapi kebalikannya jika hasilnya
benih ikan sedikit maka pekerjaan
memelihara benih ikan patin tersebut
secara
teknik
produksi
dapat
dikatakan gagal.
Kapan benih ikan patin dipanen?
Menentukan waktu/saat panen benih
ikan patin biasanya tergantung dari
lamanya memelihara benih ikan
tersebut atau ukuran benih ikan
tersebut. Tetapi adakalanya jika
kondisi ikan serta lingkungan ikan
baik, ukuran benih ikan akan tercapai
pada periode waktu pemeliharaan
ikan tersebut seperti biasanya.
Ukuran benih ikan dipanen adalah 2
inci (5 cm) setelah dipelihara selam 3
minggu dimulai dari ukuran ikan 1
inci. Pemenenan benih ikan patin
dilakukan seperti memanen benih
ikan lainnya. Setelah benih ikan
tersebut
dipanen,
benih
ikan
ditampung
dalam
tempat
penampungan baik berupa bak
maupun fiberglass. Jangan lupa
teknik aklimatisasi tetap dilakukan
pada saat memasukkan benih ikan
tersebut
ke
dalam
tempat
penampungan. Sebelum benih ikan
patin diangkut ke tempat lain yang
relatif jauh, benih ikan tersebut
dipuasakan terlebih dahulu selama 1
hari.
Pemuasaan
tersebut
dimaksudkan agar benih ikan
mengeluarkan kotoran dari dalam
perutnya, agar nanti pada saat benih
ikan
diangkut
sudah
tidak
mengelurkan kotoran lagi. Jika benih
ikan masih mengeluarkan kotoran
pada saat pengangkutan maka
kondisi
kualitas
air
media
pengangkutan benih ikan akan
dengan segera menurun sehingga
tidak mustahil benih ikan akan
segera mati.
159
Gambar 4.26. Pengemasan benih
Pengemasan benih ikan hasil
2. Sistem terbuka
pembesaran ini sebaiknya harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai
Pengangkutan benih ikan sistem
berikut :
terbuka biasanya dilakukan untuk
• Jarak dan waktu tempuh
mengangkut benih ke lokasi yang
• Jumlah benih yang diangkut
dekat. Benih ikan tersebut
dalam wadah
dimasukkan kedalam wadah dan
• Kondisi kuailtas air selama
diberi
aerasi
selama
pengangkutan yang terpenting
pengangkutan. Dan suhu air
yaitu suhu air, salinitas air, pH
diusahakan berkisar antara 15 –
dan oksigen didalam wadah
200C .
pengangkutan. Suhu air yang
baik untuk pengemasan ikan
4.6.3. Pemanenan ikan mas
hidup adalah 15 – 200C. Oleh
karena
itu
sebaiknya
Panen merupakan tahap akhir dari
pengangkutan dilakukan pada
suatu
proses
produksi
dalam
pagi atau malam hari, pH air
budidaya ikan. Tidak sedikit petani
yang baik adalah 7 – 8, jumlah
atau pengusaha ikan yang gagal
oksigen didalam pengangkutan
dalam
usaha
budidaya
ikan
harus 3 kali jumlah air.
dikarenakan pada waktu panen,
penanganan
dan
alat
Pengemasan benih ikan dapat
kelengkapannya
kurang
tepat.
dilakukan dalam 2 cara yaitu :
Penangganan ikan pada waktu
panen bertujuan untuk :
1. Sistem Tertutup
1. Mengurangi atau menghindari
Sistem tertutup yaitu sistem
kehilangan,
kematian
dan
pengemasan benih ikan dalam
kerusakan ikan.
wadah tertutup seperti kantong
2. Mempertahankan kesegaran ikan
plastik.
setelah dipanen sampai tiba di
Cara yang dilakukan untuk
konsumen.
pengangkutan benih ikan dengan
Hasil panen ikan yang akan dijual
kantong plastik adalah :
dan dikonsumsi oleh masyarakat
• Kantong
plastik
yang
dijual dalam dua cara :
digunakan harus cukup air
1. Ikan dalam keadaan hidup
agar mata ikan tenggelam
sampai ketangan konsumen.
• Rasio oksigen = air sekitar
2.
Ikan dalam keadaan mati tetapi
3:1
masih
dalam kondisi segar.
• Plastik harus terikat dengan
baik
Penentuan waktu panen biasanya
• Masukkan
plastik
dalam
diperoleh
setelah
dilakukan
Styrofoam dan tambahkan es
pengukuran
berat
badan
ikan
yang
batu yang terbungkus plastik
dipelihara.
Berat
badan
ikan
yang
lalu diselipkan diantara plastik
akan
dijual
sangat
tergantung
pada
dalam Styrofoam.
160
selera konsumen. Oleh karena itu
sebelum melakukan panen harus
dilakukan pengamatan terhadap
permintaan pasar tersebut.
Dengan mengetahui data mengenai
permintaan
konsumen
tentang
ukuran ikan dan keadaan ikan (mati
segar atau masih hidup) maka akan
dapat dilakukan waktu pemanenan
dan penentuan cara panen yang
sesuai.
Waktu panen yang tepat adalah
pada pagi hari atau sore hari. Hal ini
dilakukan karena pada waktu pagi
atau sore hari suhu air di kolam
rendah sehingga ikan tidak stress
pada saat dilakukan pemanenan.
seperti lumpur atau larutan
suspensi lainnya dapat menutupi
labirin pada insang lele sehingga
ikan tidak dapat bernafas.
2. Pemanenan tidak dilakukan pada
saat hujan.
3. Waktu pemanenan tidak melebihi
dari jam 10.00 atau bila cuaca
panas sebaiknya pada sore hari
(lebih dari jam 16.00).
Gunakan alat-alat pemanenan yang
terbuat dari bahan halus seperti :
seser, hapa agar tidak melukai ikan.
Cara panen pada prinsipnya dapat
dilakukan dengan dua cara :
1. Panen selektif
Panen selektif biasa dilakukan
jika pada waktu tebar ukuran ikan
tidak seragam atau keinginan
petani untuk menjual ikan
dengan ukuran yang berbedabeda.
Alat yang digunakan
biasanya lambit dan hapa/waring.
2. Panen total
Panen total dilakukan secara
sekaligus dengan cara menguras
air kolam dan di depan pintu
pengeluaran
telah
dipasang
waring
atau
hapa
untuk
memudahkan penangkapan ikan
pada saat panen.
Untuk menghindari kematian ikan
mas pada saat pemanenan, hal yang
harus dilakukan jangan terjadi luka
atau banyak sisik lepas karena
penggunaan alat saat panen adalah:
1. Jagalah kondisi air agar tidak
terlalu keruh, karena kotoran
161
BAB V.
Dalam Bab ini akan didiskusikan
tentang berbagai macam bahan gizi
pakan ikan/makanan yang sangat
penting bagi kebutuhan ikan. Ikan
merupakan
salah
satu
jenis
organisme air sumber pangan bagi
manusia yang banyak mengandung
protein. Agar dapat dibudidayakan
dalam waktu yang relatif tidak terlalu
lama
maka
dalam
proses
pembudidayaannya
selain
menggunakan pakan alami juga
memberikan pakan buatan. Pakan
buatan yang diberikan pada ikan
harus mengandung zat gizi yang
sesuai dengan kebutuhan ikan
tersebut. Saat ini dengan semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan
tentang nutrisi ikan maka pabrik
pakan buatan ikan menyusun
formulasi pakan sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang
akan dibudidayakan. Oleh karena itu
dalam bab ini akan dibahas
beberapa subbab yang sangat
mendukung
dalam
proses
pembuatan
pakan
ikan
yaitu
pengetahuan tentang energi dan
kandungan nutrien yang harus
terdapat pada pakan ikan yaitu
protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral. Pengetahuan tentang
NUTRISI IKAN
zat gizi ini meliputi penggolongan
nutrien dan tipe, struktur kimia,
fungsi umum dan arti penting di
dalam ilmu gizi hewan air. Nutrien
atau kandungan zat gizi dalam
bahan pakan di bagi menjadi enam
bagian yaitu : energi, protein dan
asam amino, lipid dan asam lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral.
Dalam materi ini akan dipelajari
secara spesifik objektifitas untuk
masing-masing bagian tersebut.
5.1. ENERGI
Dalam kehidupan manusia setiap
hari sering mendengar istilah energi.
Energi berasal dari kata Yunani yaitu
En yang berarti in dan Ergar yang
berarti work, dari arti kata asalnya
energi dapat didefenisikan sebagai
kapasitas atau sesuatu yang dapat
diolah kedalam bentuk kerja atau
kemampuan untuk bekerja. Bentuk
energi dalam kehidupan manusia
dapat dikelompokkan berdasarkan
sumbernya yaitu energi mekanik,
energi panas,energi listrik dan energi
molekuler. Energi akan ada dan
hadir dalam setiap bentuk yang
berbeda dan disesuaikan dengan
pekerjaan berbeda. Pada ikan
162
sebagai
organisme
yang
berhubungan
dengan
air
membutuhkan
makanan
untuk
menyediakan energi yang mereka
perlukan. Energi bagi makhluk hidup
berasal dari makanan dimana dari
makanan ini akan diubah menjadi
energi kimia dan disimpan dalam
tubuh dalam bentuk Adenosin Tri
Phosphat (ATP). Dengan adanya
energi ini dapat mengubah energi
kinetik dari suatu reaksi metabolisme
yang menimbulkan kerja dan panas.
Pada ikan sumber energi diperoleh
dari pakan, dimana pada pakan ikan
ini mengandung zat gizi/nutrien yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan
protein dan dapat terukur secara
langsung atas pertolongan bom
kalorimeter. Energi diperlukan untuk
melakukan
pekerjaan
mekanis
(aktivitas otot), pekerjaan kimia
(proses kimia yang berlangsung
dalam tubuh), kerja elektrik ( aktifitas
saraf), dan pekerjaan osmotik
(memelihara badan untuk menjaga
keseimbangan satu sama lain dan
dengan medium air tawar, payau
atau air laut dimana organisme air itu
hidup). Energi yang diperoleh oleh
makhluk
hidup
ini
dapat
menimbulkan panas dimana menurut
ilmuwan Lavoiser dan La Place
(1780) Panas dari tubuh hewan
berasal dari oksidasi zat-zat organik
dan
makanan
yang
diberikan
digunakan sebagai sumber energi.
Oleh karena itu nilai energi suatu
bahan makanan dapat dipakai
sebagai dasar dalam menentukan
nilai gizi dari bahan makanan
tersebut.
Energi bebas adalah energi yang
tersedia untuk aktifitas biologi dan
pertumbuhan setelah kebutuhan
energi terpenuhi. Kuantitas dan
energi
yang
tersedia untuk
pertumbuhan merupakan jenis energi
yang paling utama dari segi
pandangan akuakultur. Kebutuhan
energi hewan air berbeda-beda
kuantitasnya, hal ini dapat dibedakan
berdasarkan
jenis
ikan
yang
dibudidayakan, kebiasaan makan,
ukuran ikan, lingkungan dan status
reproduksi. Energi yang disediakan
oleh makanan adalah salah satu
pertimbangan yang penting di dalam
menentukan nilai gizinya. Energi
dinyatakan dalam kilokalori (kkal)
atau kilojoule (kJ). Satu kilokalori
adalah jumlah panas yang diperlukan
untuk menaikkan temperatur satu
gram air dari 14,5oC menjadi 15,5 oC
(dalam air 10C). Joule adalah satuan
tenaga listrik dalam sistem metrik
dan satu kkal sama dengan 4.184 kJ.
Sebagai contoh, 70 kkal sama
dengan 293.02 kJ atau dapat juga
menggunakan
satuan
British
Thermal Unit (BTU) dimana 1 BTU =
252 kalori.
Setelah mempelajari bagian ini,
pembaca harus bisa membedakan
bentuk energi dan pengukurannya.
Memahami
metabolisme
energi
berkenaan
dengan
makanan,
persamaan
energi
dalam
keseimbangan dan faktor-faktor yang
berpengaruh pada energi yang
menyebabkan kebutuhan ikan akan
energi disesuaikan dengan cara
pemberian pakan dalam budidaya
ikan dan memahami arti protein
energi
ratio
yang
merupakan
perbandingan antara protein optimal
dengan energi yang terdapat dalam
pakan ikan.
163
Pemanfaatan Energi
Energi yang diperoleh dari pakan
digunakan sebagai sumber energi
utama yang dalam pembagian energi
disebut dengan Gross Energi atau
energi kotor. Gross Energi (GE) nilai
makanan ini dapat didefenisikan
sebagai total energi yang terdapat
dalam makanan. Semua energi yang
diperoleh dari asupan pakan yang
dikonsumsi
oleh
ikan,
tidak
semuanya
dipergunakan
untuk
keperluan
pertumbuhan
dan
perkembangan ikan karena energi
tersebut
akan
dibagi
menjadi
Digestible energy (DE) yaitu energi
yang dapat dicerna dan Fecal energy
(FE) yaitu energi yang digunakan
untuk kegiatan pembuangan hasil
eksresi pada ikan berupa feses. Dari
Digestible
Energy
ini
yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh
ikan
untuk
kegiatan
proses
metabolisme dan proses hasil
buangan metabolisme yang terbagi
menjadi Metabolizable Energy (ME)
yaitu
energi
yang
dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
metabolisme
dan
Metabolic
Excretion
yaitu
energi
yang
dikeluarkan oleh ikan untuk proses
pembuangan urin (Urine Excretion)
dan Gill Excretion (GE). Energi yang
dipergunakan
untuk
kegiatan
metabolisme didalam tubuh ikan ini
dibagi lagi menjadi dua yang akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
aktivitas
metabolisme
seperti
kegiatan mengkonsumsi oksigen
dalam media pemeliharaan yang
biasa
disebut
dengan
Heat
Increment (HiE) atau dengan kata
lain dalam proses fisiologis ikan yang
disebut dengan Specific Dynamic
Action yaitu energi yang diperlukan
oleh ikan untuk aktivitas hidup harian
ikan. Energi yang tersisa dari proses
kegiatan metabolisme adalah energi
bersih yang disebut dengan Net
Energy
(NE)
yang
akan
dipergunakan
maintennce
atau
perawatan ikan seperti metabolisme
basal, aktivitas ikan, aktivitas renang,
adaptasi terhadap suhu dan sisanya
baru akan dipergunakan untuk
pertumbuhan. Jadi energi yang akan
dipergunakan untuk pertumbuhan
adalah energi yang tertinggal setelah
kebutuhan untuk metabolisme basal
ikan terpenuhi dan jika masih ada
yang tersisa energi tersebut akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
reproduksi. Jadi pertumbuhan dapat
terjadi
jika
semua
proses
metabolisme ikan terpenuhi dan
setelah
pertumbuhan
somatik
terpenuhi baru akan dilanjutkan
dengan pertumbuhan gonadik. Untuk
memudahkan dalam memahami
pembagian energi yang diperoleh
dari pakan oleh ikan dapat dilihat
pada diagram berikut :
Gross Energy(GE)/Intake Energy
Fecal Energy (FE)
Digestible Energy (DE)
Metabolic Excretion
Metabolizable Energy
Heat Increment (HiE)
Net Energy (NE)
Maintenance (HEm)
Recovered Energy (RE)
Sumber Watanabe (1988)
164
Energi Metabolisme
Tingkat kebutuhan energi pada ikan
biasanya dikaitkan dengan tingkat
kebutuhan protein optimal dalam
pakan. Dalam dunia akuakultur biasa
disebut dengan protein energi ratio
(P/e). Nilai protein energi ratio pada
ikan konsumsi sebaiknya berkisar
antara 8 – 10. Nilai ini diperoleh dari
hasil perhitungan antara kadar
protein dalam pakan dengan jumlah
energi
yang
diperoleh
dalam
formulasi pakan tersebut pada level
energi yang dapat dicerna (DE). Nilai
energi yang diperhitungkan tersebut
biasa
disebut
dengan
energi
metabolisme. Energi metabolisme ini
diperoleh setelah nutrien utama
karbohidrat, lemak, dan protein
mengalami beberapa proses kimia
seperti katabolisme dan oksidasi di
dalam tubuh hewan. Energi bebas
digunakan untuk pemeliharaan pada
proses
kehidupan
seperti
metabolisme
sel,
pertumbuhan,
reproduksi
dan
aktifitas
fisik.
Keseimbangan antara energi dan
protein
sangat
penting
dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ikan
budidaya. Apabila kandungan energi
dalam pakan berkurang maka protein
dalam tubuh ikan akan dipecah dan
dipergunakan
sebagai
sumber
energi. Seperti kita ketahui pada ikan
protein sangat berperan dalam
pembentukan sel baru, jika protein
dipakai sebagi sumber energi maka
akan menyebabkan pertumbuhan
ikan terhambat. Oleh karena itu
jumlah energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan ikan
budidaya sangat dipengaruhi oleh
jenis ikan, umur ikan, komposisi
pakan, tingkat reproduksi dan tingkat
metabolisme standar.
Energi didalam tubuh organisme
biasanya akan diubah menjadi energi
kimia yang biasa disebut dengan
Adenosin Triphosphat atau ATP.
ATP ini sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk berbagai aktivitas
misalnya proses kehidupan biokimia
seperti anabolisme atau sintesa,
daya mekanis, tenaga elektris, kerja
osmotik dan proses metabolisme
lainnya. ATP adalah suatu energi
yang kaya akan molekul karena unit
triphosphatnya berisi dua ikatan
phosphoanhydride.
Adenosin
triphosphat (ATP) adalah daya
penggerak
penting
karena
merupakan energi yang yang
dibutuhkan dalam proses biokimia
pada kehidupan.
Ikan merupakan organisme air yang
menggunakan protein sebagi sumber
energi utama berbeda dengan
manusia
yang
menggunakan
karbohidrat sebagai sumber energi
utama. Oleh karena itu dalam
menyusun pakan ikan ada suatu
parameter yang disebut dengan
kesimbangan energi yang diperoleh
dari perhitungan nilai energi yang
dapat dicerna dibagi dengan kadar
protein pakan ikan. Nilai energi dari
setiap kandungan nutrisi pada ikan
sangat berbeda, seperti berdasarkan
hasil penelitian dari satu gram
protein akan memberikan nilai energi
kotor (GE) sebesar 5,6 kkal/g,
sedangkan untuk satu gram lemak
adalah 9,4 kkal/g dan untuk satu
gram karbohidrat adalah 4,1 kkal/g.
Nilai energi ini merupakan nilai
energi yang diperoleh apabila zat
makanan secara sempurna dibakar
menjadi hasil-hasil oksidasi melalui
CO2, H2O dan gas lainnya. Menurut
Buwono (2004) distribusi energi pada
165
ikan budidaya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
• Gross Energy adalah 100%
• Digestible Energy adalah 85%
• Fecal
Energy
untuk
ikan
herbivora adalah 15% sedangkan
untuk ikan karnivora adalah 20%
• Metabolizable Energy adalah
80%
• Metabolic Excretion berkisar
antara 3 – 5%
• Net Energy adalah 52,5 %
• Heat Increment Energy adalah
27,5%
Jika pakan yang dikonsumsi oleh
ikan masuk kedalam tubuh ikan
sebagai energi kotor yang secara
distribusi energi adalah 100% maka
konversi energi untuk satu gram
protein pada DE adalah 80% dikali
5,6 kkal/g yaitu 4,48 atau 4,5 kkal/g,
sedangkan untuk karbohidrat adalah
80% dikali 4,1 kkal/g yaitu 3,8 kkal/g,
untuk satu gram lemak adalah 80%
dikali 9,4 kkal/g yaitu 7,52 kkal/g.
Tetapi nilai konversi energi ini dari
hasil penelitian sangat berbeda untuk
setiap jenis ikan yang dibudidayakan
seperti terlihat pada Tabel 5.1 dan
Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Kebutuhan energi untuk ikan Salmon
Nutrient
Protein
Lemak
Karbohidrat
Gross Energy
(kkal/g)
Digestibility
(persent)
Available
(kkal/g)
5,6
9,4
4,1
70
85
40
3,9
8,0
1,6
Gross Energy
(kkal/g)
Digestibility
(persent)
Available
(kkal/g)
5,6
9,4
4,1
80
90
70
4,5
8,5
2,9
Tabel 5.2. Kebutuhan energi untuk Catfish
Nutrient
Protein
Lemak
Karbohidrat
Berdasarkan data dari tabel tersebut
diatas maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa setiap jenis ikan
mempunyai
daya
cerna
yang
berbeda
pada
nutrisi
yang
dikonsumsinya. Pada ikan salmon
merupakan salah satu jenis ikan
karnivora mempunyai kecernaan
yang rendah terhadap karbohidrat
sehingga energi yang diperoleh dari
karbohidrat hanya dapat dicerna
sebanyak 40%, sedangkan ikan
catfish merupakan salah satu jenis
ikan
omnivora
mempunyai
kemampuan mencerna karbohidrat
166
lebih tinggi dibandingkan dengan
ikan karnivora yaitu 70%.
5.2. PROTEIN
Protein merupakan nutrisi utama
yang mengandung nitrogen dan
merupakan
unsur
utama
dari
jaringan dan organ tubuh hewan dan
juga senyawa nitrogen lainnya
seperti
asam
nukleat,
enzim,
hormon, vitamin dan lain-lain. Protein
dibutuhkan sebagai sumber energi
utama karena protein ini terus
menerus diperlukan dalam makanan
untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan
yang
rusak.
Protein
mengandung karbon sebanyak 5055%, hidrogen 5-7%, dan oksigen
20-25% yang bersamaan dengan
lemak
dan
karbohidrat,
juga
mengandung nitrogen sebanyak 1518%, rata-rata adalah 16% dan
sebagian lagi merupakan unsur
sulfur dan sedikit mengandung fosfat
dan besi. Oleh karena itu beberapa
literatur mengatakan bahwa protein
adalah makro molekul yang terdiri
dari karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan boleh juga berisi sulfur.
Kadar nitrogen pada protein dapat
dibedakan
dari
lemak
dan
karbohidrat serta komponen bahan
organik lainnya.
Protein berasal dari bahasa Yunani
yaitu Proteos yang berarti pertama
atau utama. Hal ini dikarenakan
protein merupakan makromolekul
yang paling berlimpah didalam sel
hidup dan merupakan 50% atau lebih
berat kering sel. Protein dalam setiap
sel mahluk hidup tersimpan dalam
jaringan dan organ dan sebagai
komponen utama jaringan tubuh
ikan. Nutrient ini di perlukan untuk
pertumbuhan dan perbaikan serta
perawatan jaringan dan organ. Tidak
ada bahan gizi lain yang dapat
menggantikan
peran
utamanya
dalam membangun dan memperbaiki
sel dan jaringan yang rusak. Sebagai
tambahan protein juga berperan
untuk kontraksi otot dan komponen
enzim, hormon dan antibodi. Protein
dalam bentuk komplek sebagai
heme, karbohidrat, lipid atau asam
nukleat.
Hewan
air
harus
mengkonsumsi
protein
untuk
menggantikan jaringan tubuh yang
aus/rusak (perbaikan) dan untuk
mensintesis
jaringan
baru
(pertumbuhan dan reproduksi).
Selain
itu
protein
mempunyai
peranan biologis karena merupakan
instrumen
molekuler
yang
mengekspresikan informasi genetik.
Semua protein pada makhluk hidup
dibangun oleh susunan yang sama
yaitu 20 macam asam amino baku,
yang molekulnya sendiri tidak
mempunyai aktivitas biologi. Dari 20
macam asam amino ini dibagi
menjadi dua kelompok yaitu asam
amino essensial sebanyak 10
macam merupakan asam amino
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
tetapi tubuh ikan tidak dapat
mensintesisnya, dan asam amino
non essensial sebanyak 10 macam
yaitu asam amino yang dibutuhkan
oleh tubuh dan dapat disintesis
dalam tubuh ikan itu sendiri. Dalam
bab ini akan dipelajari tentang
sepuluh asam amino yang penting
yang diperlukan oleh ikan dan
struktur bahan kimia, membedakan
antara asam amino essensial dan
asam amino non-essensial; asam
167
amino yang diserap ikan; efek
defisiensi dan kelebihan dari asam
amino berkenaan dengan aturan
makan ikan ; prosedur bagaimana
cara menentukan kebutuhan asam
amino
secara
kwantitatif
dan
kwalitatif
pada
ikan;
metoda
mengevaluasi mutu protein; dan
bagaimana
cara
menentukan
kebutuhan protein beberapa jenis
ikan budidaya.
Penggolongan Protein
Sampai saat ini protein dapat
diklasifikasikan penggolongannnya
berdasarkan bentuk, struktur tiga
dimensi serta penggolongan lainnya.
Berdasarkan bentuk protein dibagi
menjadi dua golongan yaitu protein
globular dan protein serabut.
• Protein globular adalah protein
yang rantai-rantai polipeptidanya
berlipat
rapat-rapat
menjadi
bentuk globular atau bulat yang
padat atau berbentuk bola . Jenis
protein ini biasanya larut dalam
sistem larutan (air) dan segera
berdifusi dan mempunyai fungsi
gerak atau dinamik. Beberapa
contoh dari protein globular
antara lain adalah: enzim, protein
transport pada darah,hormon
protein, protein pecahan serum
darah, antibodi dan protein
penyimpan nutrien.
• Protein serabut adalah protein
yang tidak larut dalam air dan
merupakan
molekul
serabut
panjang
dengan
rantai
polipeptida yang memanjang
pada satu sumbu dan tidak
berlipat menjadi globular. Protein
globular ini terdiri dari suatu
rantai
panjang
polypeptide.
Protein ini biasanya memberikan
peranan
struktural
atau
pelindung. Beberapa
contoh
protein serabut antara lain adalah
collagen, yang ditemukan dalam
tulang rawan atau tulang lembut,
pembuluh darah, acuan/matriks
tulang, urat daging, sirip dan kulit;
elastins. Hal tersebut adalah
suatu
komponen
nadi/jalan
utama dan ikatan sendi; dan
keratins, di mana protein jenis ini
bersifat melindungi seperti kulit
dan timbangan.
Pengelompokkan protein lainnya
adalah diklasifikasikan berdasarkan
pada sifat fisis atau disebut juga
kedalam protein yang digolongkan
berdasarkan penggolongan lain.
Protein jenis ini dapat dikelompokkan
ke dalam protein sederhana, protein
gabungan dan protein asal.
• Protein
sederhana
adalah
protein
yang
pada
saat
dihidrolisis hanya menghasilkan
asam amino-asam amino atau
derivat-derivatnya. Protein jenis
ini antara lain adalah albumin (zat
putih telur), zat serum dari darah,
lactoalbumin dari susu, leucosin
dari
gandum;
albuminoids
(keratin dari rambut, kuku jari
tangan, bulu, wol, sutera fibroin,
elastin
dari
jaringan/tisu
menghubungkan collagen dari
tulang rawan dan
tulang);
globulins (edestin dari biji-rami,
serum globulin dari darah,
lactoglobulin dari susu, legumin
dari kacang polong); histones
(globin
dari
hemoglobin,
scombrone dari spermatozoa
sejenis ikan air tawar); dan
protamins (salmine dari ikan
salem, scombrine dari sejenis
ikan air tawar). Kelompok ini
168
•
•
dibedakan oleh daya larut dalam
berbagai bahan pelarut seperti
air, larutan garam, alkohol, dan
oleh karakteristik lain.
Protein
gabungan
adalah
protein sederhana bergabung
dengan radikal non protein.
Protein jenis ini antara lain
adalah
nukleoprotein,
glykoprotein,
phosphoprotein,
hemoglobins, dan lecithoproteins.
Nukleoproteins adalah gabungan
dari satu atau lebih molekul
protein dengan asam nukleat
yang disajikan dalam semua
nucleus sel. Glykoprotein adalah
gabungan dari molekul protein
dan unsur yang berisi suatu
karbohidrat selain dari asam
nukleat atau lesitin misalnya
mucin. Phosphoprotein adalah
gabungan
molekul
protein
dengan zat yang mengandung
phosphor selain dari asam
nukleat atau lecithin misalnya
kasein.
Hemoglobin
adalah
gabungan
molekul
protein
dengan hematin atau zat-zat
yang
sejenis.
Lecithoprotein
adalah gabungan molekul protein
dengan lecithin misalnya jaringan
fibrinogen.
Protein asal adalah protein yang
berasal dari protein bermolekul
tinggi yang mengalami degradasi
karena pengaruh panas, enzim,
atau zat-zat kimia. Protein yang
termasuk kedalam golongan ini
terdiri
dari
protein
primer
misalnya protean dan protein
sekunder misalnya protease,
pepton, peptida.
Pengelompokkan protein yang ketiga
adalah pengelompokkan protein
berdasarkan struktur protein. Seperti
diketahui bahwa semua protein
adalah polipetida dengan berat
molekul yang besar. Suatu peptida
yang mengandung lebih dari 10
asam amino dinamakan dengan
polipeptida. Peptida ini mempunyai
satu gugus α-asam amino bebas dan
satu gugus α-karboksi bebas.
Berdasarkan strukturnya protein
dikelompokkan
menjadi
struktur
primer, struktur sekunder, struktur
tersier, dan struktur kwarterner.
• Struktur Primer merupakan
struktur rangkaian asam amino
yang memanjang pada suatu
rantai
polypeptida.
Sebagai
contoh, peptide Leu-Gly-Thr-HisArg-Asp-Val mempunyai suatu
struktur yang utama berbeda dari
peptide Val-Asp-His-Leu-Gly-ArgThr.
• Struktur sekunder merupakan
asam amino dalam rangkaian
polipeptida yang
membentuk
suatu lilitan misalnya dalam
bentuk α heliks atau lembaran
berlipat β. Struktur sekunder α
heliks kerangka peptida secara
ketat mengelilingi sumbu panjang
molekul dan gugus R residu
asam amino dibiarkan mengarah
keluar dari heliks dan kaya akan
residu
sistein
yang
dapat
memberikan jembatan disulfida.
Konformasi yang stabil α heliks
dari rantai polipeptida karena
adanya ikatan peptida yang
berada pada bidang datar, tidak
berotasi
dan
pembentukan
banyak ikatan. Struktur sekunder
lembaran berlipat β membentuk
zigzag dan tidak ada ikatan
hidrogen dalam rantai polipeptida
yang berdekatan. Gugus R
mengarah keluar dari struktur
zigzag. Pada struktur ini tidak
169
•
•
dijumpai
jembatan
disulfida
diantara rantai bersisihan dan
rantai
polipeptida
yang
berdekatan biasanya mempunyai
arah yang berlawanan atau
bersifat anti pararel.
Struktur
tersier
merupakan
bentuk tiga dimensi dari semua
atom di dalam molekul protein.
Interaksi antara residu asam
amino yang jauh pada suatu
rantai polypeptide memimpin ke
arah
lipatan
dan
suatu
penyesuaian
yang berbentuk
rantai polypeptide bulat yang
mengumpamakan tiga satuan
bentuk dimensional, sebagai
contoh, myoglobin.
Struktur kwarterner merupakan
bentuk protein yang terdiri dari
dua atau lebih rantai polypeptide
menjadi bagian dari molekul
protein tunggal. Yang biasanya
terjadi seperti dimers, trimers,
tetramers, terdiri dari dua, tiga,
dan empat rantai polypeptide.
Polypeptide menjaga kesatuan
oleh ikatan kimia lemah, sebagai
contoh,
hemoglobin
molekul
terdiri dari dua rantai α dan dua
rantai β. Masing-masing globin
rantai di dalam hemoglobin
terikat untuk suatu kelompoknya,
yang
berfungsi
mengangkut
oksigen ke jaringan badan.
Protein
kwarterner
mudah
dirusak oleh berbagai manipulasi
dengan
akibat
kehilangan
aktivitas
biologi.
Kehilangan
aktivitas ini disebut denaturasi
yang secara fisik denaturasi ini
dapat dipandang sebagai suatu
perubahan
konfirmasi
rantai
polipeptida
yang
tidak
mempengaruhi
primernya.
struktur
Asam amino
Dalam menyusun komposisi pakan
ikan saat ini para peneliti sudah
melakukan penyusunan komposisi
pakan berdasarkan kebutuhan asam
amino setiap jenis ikan. Hal ini
dikarenakan komposisi kebutuhan
asam amino setiap jenis ikan sangat
berbeda dan sangat menentukan laju
pertumbuhan
dari
ikan
yang
dibudidayakan.
Asam
amino
merupakan bahan dasar yang
dihasilkan dari proses pemecahan
atau hidrolisis dari protein. Asam
amino ini membangun blok protein.
Istilah amino datang dari -NH2 atau
suatu
kelompok
amino
yang
merupakan bahan dasar alami dan
asam datang dari perbandingan COOH
atau
suatu
kelompok
karboxyl, oleh karena itu disebutlah
asam amino. Dalam molekul protein
asam amino membentuk ikatan
peptida (ikatan antara amino dan
kelompok karboxyl) di dalam rantai
yang
panjang
disebut
rantai
polipeptida. Ada banyak asam amino
di alam tetapi hanya dua puluh yang
terjadi secara alami. Asam amino
sangat dibutuhkan oleh ikan untuk
tumbuh dan berkembang. Dalam
pengelompokkannya dibagi menjadi
dua yaitu asam amino essensial dan
nonessensial. Asam amino secara
umum ditulis dengan satu atau tiga
huruf yang dapat dilihat pada Tabel
5.3.
170
Tabel 5.3. Nama dan singkatan asam amino (Millamena, 2002)
Asam amino
Singkatan tiga huruf
Singkatan satu huruf
Asam amino essensial
Arginin
Histidin
Isoleucin
Leucin
Lysin
Methionin
Phenylalanin
Threonin
Tryptophan
Valin
Arg
His
Ile
Leu
Lys
Met
Phe
Thr
Trp
Val
R
H
I
L
K
M
F
T
W
V
Asam amino nonessensial
Alanin
Asparagin
Asam Aspartad
Cystein
Asam Glutamat
Glutamin
Glycin
Prolin
Serin
Tyrosin
Ala
Asn
Asp
Cys
Glu
Gln
Gly
Pro
Ser
Tyr
A
N
D
C
E
Q
G
P
S
Y
Asam amino di golongkan menjadi
asam amino essensial dan asam
amino non essensial. Asam amino
essensial adalah asam amino yang
tidak bisa dibuat atau disintesis oleh
organisme mendukung pertumbuhan
maksimum dan dapat menjadi
penyuplai
dari
asam
amino.
Kapasitas dari pakan ikan memiliki
kandungan
asam amino yang
dibutuhkan
ikan
berbeda-beda.
Esensialitas dari suatu asam amino
akan tergantung pada ikan yang
diberi pakan. Sebagai contoh,
glycine diperlukan oleh ayam tetapi
bukanlah penting bagi ikan. Asam
amino non esensial yaitu asam
amino yang dapat dibentuk atau
disintesis dalam jaringan dan tidak
perlu ditambahkan dalam komposisi
pakan.
Asam amino dapat juga digolongkan
berdasarkan
komposisi
kimia
menurut Millamena (2002) adalah
sebagai berikut:
1. Asam amino alifatik
• Basic terdiri dari : arginine
dan lysin
171
•
Acidic terdiri dari : asam
aspartic dan asam glutamic
• Netral terdiri dari : leocin ,
isoleucine, valine, alanine,
glycine,methionine,
chysteine, threonine dan
serine.
2. Asam amino aromatic terdiri dari:
phenylalanine dan tyrosine
3. Asam amino heterocyclic terdiri
dari histidine, tryptophan dan
proline
Asam amino non essensial
Asam amino non esensial yang
dibutuhkan untuk ikan adalah:
alanine, asparagirie, asam aspartad,
cyestin, asam glutamat, glutamin,
glycin, prolin, serin dan tyrosin. Asam
amino non esensial asam amino
yang
dapat
secara
parsial
menggantikan atau memberikan
asam amino yang sangat dibutuhkan
atau harus ada dalam komposisi
pakan.
Asam amino esensial
Ada sepuluh asam amino esensial
(EAA)
yang
diperlukan
oleh
pertumbuhan ikan yaitu: arginin,
histidin, isoleucin, leucin, methionin,
phenylalanin, threonin, tryptophan
dan valin. Kesepuluh asam amino ini
merupakan
senyawa
yang
membangun
protein
dan
ada
beberapa asam amino merupakan
bahan dasar dari struktur atau unsur
lain. Methionin adalah prekursor dari
cyestein dan cystin. Methionin juga
sebagai penyalur metil (CH3).
Beberapa kelompoknya terdiri dari
creatin, cholin, dan banyak unsur
lain. Jika suatu basa hydrogen (OH)
ditambahkan ke phenylalanin, maka
tyrosin dibentuk. Tyrosin diperlukan
untuk hormon thyroxin, epinephrin
dan norepinephrin dan melanin
pigmen.
Arginin
menghasilkan
ornithin ketika urea dibentuk dalam
siklus urea. Perpindahan suatu
karboksil (COOH) digolongkan dalam
bentuk histamin. Tryptophan adalah
prekursor dari serotonin atau suatu
vitamin, asam nikotinik. Semua ikan
bersirip membutuhkan ke sepuluh
asam amino esensial.
Metabolisme Asam Amino
Metabolisme asam amino meliputi
sintesis dan pemecahan protein,
protein dalam pakan pertama kali
dicerna didalam lambung dan asam
klorida yang terdapat dalam lambung
akan memberikan medium asam
yang dapat mengaktivasi pepsin dan
renin untuk membantu mencerna
protein. Pepsin memecah protein
dalam gugus yang lebih sederhana
yaitu protease dan pepton dan
akhirnya akan dipecah menjadi asam
amino. Protein kemudian diserap
kedalam usus dalam bentuk asam
amino.
Metabolisme asam amino umumnya
dapat terjadi dalam tiga lintasan,
yaitu 2 lintasan proses katabolisme
asam amino yang merupakan proes
degradasi dan glukoneogenesis,
serta
satu
lintasan
proses
anabolisme asam amino yang
merupakan proses sintesa protein.
Ada 20 asam amino dalam protein.
Bila selama sintesis protein, satu dari
asam amino hilang, maka sintesis
protein terhenti. Karena sintesis dan
degradasi terus menerus dari protein
adalah khas untuk semua bentuk
kehidupan. Sintesis protein dikode
172
oleh DNA (kode genetik) yang
terdapat
di
inti
mitokondria.
Tersedianya asam amino harus
mencerminkan distribusinya dalam
protein. Bila tidak, sintesis protein
dibatasi oleh nutrien.
Asam-asam
amino
terutama
diperlukan dalam sintesis protein
tubuh dan senyawa-senyawa lain
yang secara fisiologis penting bagi
metabolisme, misalnya hormonhormon dan neurotransmiter. Pada
umumnya kelebihan asam amino
akan segera dikeluarkan oleh
deaminasi oksidatif dan rangka
karbonnya diubah menjadi asetil atau
aseto-asetil Ko A, piruvat, atau salah
satu dari zat antara siklus asam
trikarboksilat
yang
kemudian
dioksidasi menjadi energi. Namun
dalam beberapa kasus tertentu akan
diubah menjadi glukosa dan lemak.
Ikan mengekskresikan amonia bebas
dan disebut sebagai amonetilik.
Amonia adalah toksik terhadap
sistem syaraf pusat oleh mekanisme
yang belum seluruhnya dimengerti
tetapi
tampaknya
melibatkan
pembalikan
jalan
glutamat
dehidrogenase
dan
akibatnya
kekurangan ketoglutarat, zat antara
yang diperlukan dalam siklus asam
trikarboksilat. Asam sitrat dan garamgaramnya bersifat sangat tidak larut
serta mengendap dalam jaringan dan
cairan
bila
konsentrasinya
melampaui beberapa miligram per
100 ml. Karena itu tidak ada produk
akhir dari metabolisme nitrogen yang
dapat ditolelir dengan baik oleh
organisme tingkat tinggi.
Asam amino yang berlebihan dari
yang diperlukan untuk sintesis
protein dan biomolekul lainnya tidak
dapat disimpan dalam tubuh maupun
diekskresikan
keluar
tubuh.
Kelebihan asam amino cenderung
digunakan untuk bahan bakar.
Sebelum memasuki siklus asam
trikarboksilat untuk menghasilkan
energi
asam
amino
harus
didegradasi
terlebih
dahulu.
Degradasi asam amino terjadi dalam
dua tahap utama. Tahap pertama
adalah
deaminasi
oksidatif,
merupakan tahap pengubahan asam
amino menjadi zat antara yang dapat
memasuki siklus asam trikarboksilat,
dan gugus amino. Tahap ke dua
adalah tahap oksidasi zat dalam
siklus asam trikarboksilat menjadi
CO2 dan H2O.
Tempatnya pemecahan asam amino
adalah hati. Gugus α amino dari
banyak asam amino mula-mula akan
dipindahkan ke α keto glutarat untuk
membentuk asam glutamat yang
kemudian mengalami deaminasi
oksidatif membentuk ion NH4+. Enzim
aminotransferase
mengkatalisis
pemindahan suatu gugus α amino
dari suatu asam amino α kepada
keto. Enzim-enzim ini disebut juga
transaminase, umumnya menyalurkan gugus α amino dari berbagai
asam amino kepada α –ketoglutarat
untuk diubah menjadi NH4+ (ion
amonium). Ion amonium dibentuk
dari glutamat dengan deaminasi
oksidatif. Reaksi dikatalisis oleh
enzim glutamat dehidrogenase yang
tidak
biasa
karena
dapat
menggunakan
NAD+
maupun
NADP+.
Aktivitas
glutamat
dehidrogenase
diatur
secara
alosterik. Guanosin trifosfat (GTP)
dan Adenosin Trifosfat (ATP) adalah
inhibitor
alosterik,
sedangkan
173
Guanosin Difosfat (GDP) dan
Adenosin Difosfat (ADP) adalah
aktivator alosterik. Jadi penurunan
muatan energi akan mempercepat
oksidasi asam amino.
Dalam proses katabolisme protein
maka akan dihasilkan amonia
sebagai hasil deaminasi oksidatif, zat
ini merupakan bahan yang bersifat
racun dan harus dikeluarkan dari
tubuh. Pada makhluk hidup sebagian
besar dikeluarkan melalui dua jalan
kecil dalam tubuhnya yaitu :
• Amonia dengan asam glutamat
dalam hati, untuk membentuk
glutamin membutuhkan ATP,
ditranspot ke ginjal dan kemudian
dipisahkan
kembali
menjadi
glutamat dan amonia. Akhirnya
dieksresikan ke urin sebagai
garam amonium (NH4+.)
• Amonia dengan karbondioksida
untuk membentuk carbamil, yang
kemudian difosforilasi menjadi
karbokmoil fosfat, sebuah reaksi
yang membutuhkan dua ATP.
Karbamoil
fosfat
kemudian
masuk ke dalam siklus ornithin
urea. Ikan-ikan yang memiliki
paru-paru (lungfish), pada musim
kering menjadi ikan darat dan
mengeksresikan
urea
untuk
menghemat air.
Kebutuhan asam amino essensial
dalam pakan ikan
Pakan ikan sangat dibutuhkan bagi
ikan yang dibudidayakan dalam
suatu wadah budidaya. Fungsi
utama pakan ini adalah sebagai
penyedia energi bagi aktifitas sel-sel
tubuh.
Dalam tubuh ikan energi
yang
berasal
dari
pakan
dipergunakan untuk proses hidupnya
yaitu tumbuh, berkembang dan
bereproduksi. Dalam tubuh ikan
berisi sekitar 65-75% protein pada
suatu basis berat kering. Protein
sangat
menentukan
dalam
menyusun formulasi pakan ikan.
Asam amino yang berasal dari
protein ini sangat diperlukan oleh
berbagai sel untuk membangun dan
memperbaiki
jaringan
rusak.
Kelebihan Asam amino digunakan
sebagai
sumber
energi
atau
dikonversi ke lemak. Informasi
tentang kebutuhan protein kotor ikan
menjadi nilai yang menentukan dan
data tentang kebutuhan asam amino
untuk setiap ikan penting karena
mutu protein sangat bergantung
kepada komposisi asam amino nya
dan penyerapannya. Penentuan
tentang kebutuhan asam amino
sangat penting karena akan sangat
membantu
dalam
melakukan
perancangan diet uji amino yang
digunakan
untuk
menentukan
kebutuhan
asam amino yang
diperlukan bagi ikan.
Protein dalam pakan ikan akan
saling keterkaitan dengan zat nutrien
lainnya, misalnya protein bersama
dengan mineral dan air merupakan
bahan
baku
utama
dalam
pembentukan sel-sel dan jaringan
tubuh. Protein bersama dengan
vitamin dan mineral ini berfungsi juga
dalam pengaturan suhu tubuh,
pengaturan keseimbangan asam
basa, pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh serta pengaturan
metabolisme dalam tubuh. Oleh
karena itu ikan yang dibudidayakan
harus memperoleh asam amino dari
protein makanannya secara terus
menerus yang sangat diperlukan
174
bagi
pertumbuhan
sel
dan
pembentukan jaringan tubuhnya.
Melalui sistem peredaran darah,
asam amino ini diserap oleh seluruh
jaringan tubuh yang memerlukannya.
Pertumbuhan somatik, pertumbuhan
kelanjar reproduksi, perkembangan
dan pembangunan jaringan baru
ataupun perbaikan jaringan yang
rusak selalu membutuhkan protein
secara optimal yang terutama
diperoleh dari asam-asam amino
essensial yang bersumber dari
pakan ikan yang dikonsumsi.
Ikan tidak mempunyai kebutuhan
protein yang mutlak namun untuk
menunjang pertumbuhannya ikan
membutuhkan suatu campuran yang
seimbang
antara
asam-asam
aminoesensial dan non esensial.
Protein
yang
dibutuhkan
ikan
dipengaruhi
faktor-faktor
yang
bervariasi seperti ukuran ikan,
temperatur air, kecepatan pemberian
pakan, ketersediaan dan kualitas
pakan alami, kandungan energi
keseluruhan yang dapat dihasilkan
dari pakan dan kualitas protein.
Kualitas pakan dikatakan rendah
apabila kadar asam-asam amino
esensial dalam proteinnya juga
rendah. Pemilihan bahan dan
komposisi
bahan-bahan
yang
digunakan dalam pembuatan pakan
akan
sangat
menentukan
kelengkapan dan keseimbangan
antara asam-asam amino esensial
dan tak esensial. Ikan dapat tumbuh
normal apabila komposisi asam
amino esensial dalam pakan tak jauh
berbeda (mirip) dengan asam amino
dalam tubuhnya. Oleh karena itu
adanya variasi keseimbangan antara
asam amino esensial dan non
esensial dalam pakan diharapkan
dapat memacu pertumbuhan ikan.
Cepat tidaknya pertumbuhan ikan
ditentukan oleh banyaknya protein
yang
dapat
diserap
dan
dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat
pembangun. Oleh karena itu agar
ikan dapat tumbuh secara normal,
pakan harus memiliki kandungan
energi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan
energi
metabolisme
sehari-hari dan memiliki kandungan
protein yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan
sel-sel tubuh yang baru.
Keseimbangan antara energi dan
kadar protein sangat penting dalam
laju pertumbuhan, karena apabila
kebutuhan energi kurang, maka
protein akan dipecah dan digunakan
sebagai sumber energi. Pemakaian
sebagian protein sebagai sumber
energi
ini
akan
menghambat
pertumbuhan ikan, mengingat protein
sangat
berperan
dalam
pembentukan sel baru.
Pemberian pakan yang tepat dengan
kisaran nilai kalori/energi yang
memenuhi
persyaratan
bagi
pertumbuhan ikan dan dengan
kandungan gizi yang lengkap akan
dapat meningkatkan nilai retensi
protein. Retensi protein merupakan
gambaran dari banyaknya protein
yang diberikan, yang dapat diserap
dan dimanfaatkan untuk membangun
ataupun memperbaiki sel-sel tubuh
yang rusak, serta dimanfaatkan bagi
metabolisme sehari-hari.
Dalam proses pencernaan, protein
akan dipecah menjadi bentuk-bentuk
yang lebih sederhana yaitu asam
175
amino dan dipeptida. Ada dua jenis
enzim yang terlibat dalam proses
pencernaan protein, yaitu enzim
endopeptidase
yang
berfungsi
memutuskan ikatan peptida pada
rantai
polipeptida
dan
enzim
eksopeptidase
yang
berfungsi
memutuskan
gugus
fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (-NH2)
yang dimiliki protein. Asam amino
dan dipeptida dapat masuk kedalam
aliran darah dengan cara transpot
aktif.
dipertimbangkan adanya keseimbangan antara asam-asam amino
esensial dan non esensial yang
terkandung pada protein bahan
dasar pembuat pakan ikan tersebut.
Tidak semua bahan makanan yang
merupakan sumber protein hewani
maupun nabati mengalami defisiensi
asam amino yang sama. Oleh
karena itu, defisiensi pada salah satu
asam amino pada suatu bahan dapat
disubstitusi dengan asam amino
yang sama dari bahan yang berbeda.
Kualitas
protein
berbeda-beda
tergantung pada jenis dan jumlah
asam
amino
penyusunannya.
Penentuan kualitas protein dapat
dilakukan dengan membandingkan
komposisi asam amino esensial yang
dikandung bahan makanan dengan
standar kebutuhan asam amino
esensial pada hewan uji.
Arginin merupakan asam amino yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan
optimal ikan muda. Disamping
berperan dalam sintesia protein,
arginin
juga
berperan
dalam
biosintesis urea.
Persentase terendah dari kandungan
asam amino esensial pada makanan
terhadap pola standar tersebut
dinamakan sebagai skore asam
amino. Adapun yang dimaksud
dengan asam amino esensial
pembatas adalah asam amino
esensial
yang
mempunyai
presentase
terendah
yang
terkandung dalam suatu protein
bahan makanan.
Dalam
penyusunan
komposisi
bahan-bahan pembuat pakan ikan,
harus diperhitungkan terlebih dahulu
kelengkapan asam amino esensial
pada bahan dan kebutuhan tiap jenis
ikan terhadap asam amino esensial
dan non esensial. Kebutuhan setiap
jenis ikan terhadap asam amino
esensial dan non esensial berbedabeda,sehingga
perlu
Histidin merupakan asam amino
esensial bagi pertumbuhan larva dan
anak-anak ikan. Histidin diperlukan
untuk
menjaga
keseimbangan
nitrogen dalam tubuh.
Perubahan-perubahan konsentrasi
isoleisin, leusin dan valin dalam
serum dipengaruhi oleh peningkatan
kadar protein pakan. Peningkatan
konsentrasi dari salah satu asam
amino berantai cabang ini, misalnya
leusin, akan memberikan pengaruh
pada konsentrasi isoleisin dan valin
dalam serum. Pengamatan ini
memberikan indikasi leisin mungkin
mampu mempermudah jaringan
tubuh dalam menyerap asam-asam
amino berantai cabang.
Lisin merupakan asam amino
esensial pembatas dalam protein
nabati. Defisiensi lisin dalam pakan
ikan dapat menyebabkan kerusakan
pada sirip ekor (nekrosis), yang
176
apabila
berkelanjutan
dapat
menyebabkan
terganggunya
pertumbuhan. Tingkat penggunaan
lisin dipengaruhi oleh kadar arginin,
urea dan amonia. Ketika terjadi
degradasi arginin, maka penggunaan
lisin akan meningkat.
Metionin (essensial) dan sistein (non
essensial) merupakan asam amino
yang mengandung sulfur. Sistein
mampu mereduksi sejumlah metionin
yang diperlukan bagi pertumbuhan
optimal. Kebutuhan metionin pada
ikan biasanya berkaitan dengan
kadar metionin dalam serum dan
kadar makanan yang dicerna.
Metionin juga merupakan asam
amino pembatas dalam beberapa
bahan makanan sumber protein
nabati. Defisiensi metionin dapat
mengakibatkan penyakit katarak
pada rainbow trout.
Fenil alanin (essensial) dan tirosin
(non
essensial)
keduanya
mempunyai struktur kimia yang mirip
sehingga keduanya bisa saling
menggantikan. Fenil alanin dan
tirosin diklasifikasikan sebagai asam
amnino
aromatik.
Keduanya
diperlukan dalam jumlah yang cukup
untuk mendorong sintesis protein
dan fungsi-fungsi fisiologis lain pada
ikan. Ikan mampu dengan segera
mengubah fenil alanin menjadi tirosin
atau menggunakan tirosin untuk
melakukan
metabolisme
yang
diperlukan bagi asam amino fenil
alanin tersebut. Oleh karena itu
untuk menentukan kebutuhan asam
amino aromatik khususnya fenil
alanin, dalam pengujian haruslah
digunakan bahan pangan tanpa
tirosin atau berkadar tirosin rendah.
Triptofan merupakan asam amino
pembatas dalam bahan makanan
sumber protein nabati. Defisiensi
triptofan
pada
ikan
salmon
menyebabkan lordosis dan skoliosis
sedangkan pada ikan rainbow trout
menyebabkan nekrosis pada sirip
ekor, kerusakan pada operculum
insang dan katarak pada mata.
Selain menyebabkan penyakit pada
mata, defisiensi triptopan juga akan
meningkatkan
kadar
kalsium,
magnesium, sodium dan potasium
dalam ginjal dan hati ikan.
Kebutuhan asam amino essensial
dan nonessensial pada ikan sangat
ditentukan oleh jenis bahan baku
pembuatan pakan. Hal ini dapat
mengakibatkan kekurangan asam
amino esensial yang disebabkan
oleh penggunaan komposisi pakan
yang kandungan proteinnya sedikit
atau tidak mencukupi kebutuhan
asam amino esensial. Dapat juga
disebabkan adanya bahan kimia
yang
dapat
mempengaruhi
komposisi pakan, pemanasan yang
berlebih saat pembuatan pakan dan
penguapan dari pakan tersebut.
Ketidakseimbangan asam amino
kaitannya dengan asam amino yang
saling bertentangan atau asam
amino yang berbahaya yang dapat
menyebabkan pertumbuhan pada
ikan tidak optimal. Pertentangan
asam amino terjadi ketika asam
amino yang diberikan melebihi
jumlah yang dibutuhkan. Hal ini
dapat
meningkatkan
kebutuhan
asam amino lain yang serupa.
Contohnya adalah pertentangan
leucin dengan isoleucin dan arginin
dengan lisin yang diamati pada
beberapa jenis ikan. Asam amino
bersifat racun apabila diberikan
177
asam amino esensial dari suatu
organisme
adalah
dengan
penambahan pada komposisi pakan
dengan asam amino L kristal.
Pelarutan nutrisinya dapat diperkecil
dengan penggunaan pakan yang
mengandung air stabil sehingga
dapat
menghemat
penggunaan
pengikat atau memanfaatkannya
dalam praktek pemberian pakan.
Sejauh ini kebutuhan asam amino
essensial dalam makanan yang
dibutuhkan oleh ikan dan jumlah
yang dibutuhkan pada ikan budidaya
telah ditetapkan pada beberapa jenis
ikan berdasarkan hasil penelitian.
Kebutuhan asam amino essensial
pada beberapa jenis ikan dapat
dilihat pada Tabel 5.4.
dengan jumlah yang berlebih. Efek
negatif yang ditimbulkan tidak dapat
diperbaiki
dengan
penambahan
asam amino ke dalam komposisi
pakan.
Di dalam perumusan komposisi
pakan, komposisi pakan yang
direkomendasikan tentang asam
amino esensial harus dengan hatihati
dalam
memilih
dan
mengkombinasikan dua atau lebih
sumber
protein.
Keterbatasan
kandungan asam amino dalam salah
satu sumber asam amino dapat
dilengkapi dengan sumber lain yang
melimpah dengan kandungan asam
amino yang sama sehingga menjadi
suatu pakan ynag lebih baik. Cara
lain untuk mengetahui kebutuhan
Tabel 5.4.
Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa jenis ikan
dalam % protein pakan (Akiyama et al, 1997)
Jenis ikan
Chum Salmon
Chinook Salmon
Coho Salmon
Channel Catfish
Common carp
Catle
Nile Tilapia
Milk Fish
Japanese eel
Rainbow trout
Yellow tail
White surgeon
Red drum
Arg
His
Leu
Lys
6,5
6,0
3,2
4,3
4,3
4,8
4,2
5,3
4,5
3,5
3,9
4,8
3,7
1,6
1,8
0,9
1,5
2,1
2,5
1,7
2,0
2,1
1,6
2,6
2,3
1,7
3,8
3,9
3,4
3,5
3,3
3,7
3,4
5,1
5,3
4,4
4,7
4,3
4,7
5,0
5,0
3,8
5,1
5,7
6,2
5,1
4,0
5,3
5,3
5,3
5,4
5,7
Kebutuhan asam amino pada ikan
seperti tabel diatas diperoleh dengan
cara melakukan penelitian. Menurut
Millamena (2002) ada dua metoda
yang digunakan untuk menentukan
apakah suatu asam amino tersebut
Met
+
Cys
3,0
4,0
2,7
2,3
3,1
3,4
3,2
3,3
3,2
2,7
2,4
2,2
2,9
Phe
+
Tyr
6,3
5,1
4,5
5,0
6,5
6,2
5,5
5,2
5,8
5,2
4,5
5,3
4,5
Thr
Trp
Val
Ile
3,0
2,2
2,0
2,2
3,9
5,0
3,8
4,5
4,0
3,4
2,9
3,3
2,8
0,7
0,5
0,5
0,5
0,8
1,0
1,0
0,6
1,1
0,5
0,7
0,3
0,8
3,0
3,2
2,2
3,0
3,6
3,6
2,8
3,6
4,0
3,1
3,0
3,3
3,1
2,4
2,2
1,2
2,6
2,5
2,4
3,1
4,0
4,0
2,4
2,6
3,0
2,9
termasuk dalam kelompok asam
amino essensial dan non essensial
yaitu:
• Metoda pertumbuhan
• Metoda radio isotop.
178
Metoda pertumbuhan digunakan oleh
Halver (1957) untuk mengetahui
penggunaan satu rangkaian asam
amino diet uji yang berisi kristal Lamino sebagai sumber nitrogen.
Pakan
dirumuskan
berdasarkan
pada pola asam amino
seperti
protein telor ayam utuh, protein telor
ikan Chinook, atau kantung kuning
telur ikan Chinook. Untuk sepuluh
amino, percobaan dilakukan dengan
melakukan pemberian pakan dengan
menggunakan pakan dasar yang
berisi semua asam amino dan pakan
uji yang tidak mengandung asam
amino.
Ikan
uji
dilakukan
penimbangan berat badan setiap dua
kali untuk mengukur pertumbuhan
dan mengetahui pengaruh pakan uji
tersebut. Selain itu sampel ikan uji
juga diberi pakan yang kekurangan
asam
amino
untuk
melihat
pertumbuhan yang terjadi dan
dibandingkan dengan ikan yang
diberi pakan dengan asam amino
yang lengkap, setelah itu penyelidik
menggunakan suatu diet test serupa
untuk menentukan asam amino
esensial yang lain pada ikan.
Pada Metoda rasio isotop yang
digunakan oleh Cowey et al. (1970),
ikan
uji
disuntik
secara
intraperitoneal dengan menggunakan
radio aktif yang diberi label 14C
glukosa dan dibiarkan hidup dengan
mengkonsumsi pakan alami selama
7 hari. Ikan uji kemudian dimatikan
dan dibuat larutan yang homogen
dan melakukan isolasi protein. Dari
hasil isolasi tersebut kemudian
protein tersebut dilakukan hidrolisasi
dan asam amino yang diperoleh
dipisahkan dengan menggunakan
peralatan
chromatografi
dan
menghitung radio aktifitas.
Evaluasi kualitas protein
Protein yang terdapat dalam suatu
bahan pakan dapat dikatakan
bermutu
jika
memberikan
pertumbuhan positif pada ikan
budidaya atau protein dikatakan
mutunya tinggi apabila komposisi
asam amino yang terkandung di
dalamnya menyerupai bentuk asam
amino yang dibutuhkan oleh ikan dan
tingkat kecernaannya tinggi. Mutu
protein biasanya dievaluasi dengan
metode biologi dan kimia. Metode
kimia menentukan kuantitas atau
jumlah protein/asam amino pada
bahan pakan sedangkan metode
biologi dengan cara menentukan
reaksi ikan terhadap protein dalam
kaitannya dengan pertumbuhan dan
pertahanan. Dalam metode biologi,
berat tubuh dan nitrogen digunakan
sebagai ukuran untuk mutu protein
dimana metode biologi lebih akurat
dibanding metode kimia. Menurut
Millamena
(2002)
perhitungan
Protein Effisiensi ratio (PER), nilai
biologi (BV) dan kebutuhan protein
bersih (NPU) adalah sebagai berikut:
Perbandingan Efisiensi Protein (PER)
Penambahan bobot (gram)
PER =
Kandungan protein dalam pakan (gram)
179
Nilai Biologi (BV)
Nitrogen yang digunakan
BV
=
Nitrogen yang diserap
Dimana : R =
A =
Nitrogen yang digunakan
Nitrogen yang diserap
Dan :
I – (F - Fo)
A – (U – Uo)
A =
R =
Dimana : I
F
Fo
U
Uo
=
=
=
=
=
Nitrogen yang diambil
Nitrogen dalam feses
Metabolisme nitrogen dalam feses
Nitrogen yang keluar bersama urine
Endogeneus nitrogen
R
BV =
I – (F–Fo) – (U – Uo)
x 100
A
x 100
I – (F – Fo)
Tidak cukup data dalam nilai biologi yang diperoleh untuk pengaturan pakan
ikan dan sulit dalam penentuan metabolisme feses dan endogeneus nitrogen
secara terpisah.
Penggunaan Protein Bersih
Nitrogen yang digunakan
NPU =
x 100
Nitrogen yang diambil
dimana : NPU ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Penambahan nitrogen pada
pakan ikan
+
pengurangan nitrogen pada
pakan ikan
NPU =
Nitrogen yang diambil dari pengujian protein
180
Kebutuhan protein pada ikan
Protein didalam tubuh sangat
dibutuhkan untuk pemeliharaan,
pembentukan jaringan, penggantian
jaringan-jaringan tubuh yang rusak
dan penambahan protein tubuh
dalam
proses
pertumbuhan.
Kebutuhan protein dalam pakan
secara langsung dipengaruhi oleh
jumlah dan jenis-jenis asam amino
essensial, kandungan protein yang
dibutuhkan, kandungan energi pakan
dan faktor fisiologis ikan (Lovel,
1989). Protein dapat juga digunakan
sebagai
sumber
energi
jika
kebutuhan energi dari lemak dan
karbohidrat tidak mencukupi dan
juga sebagai penyusun utama enzim,
hormon dan antibodi. Oleh karena itu
pemberian protein pada pakan ikan
harus pada batas tertentu agar dapat
memberikan
pertumbuhan
yang
optimal bagi ikan dan efisiensi pakan
yang tinggi. Selain itu protein sangat
penting bagi kehidupan karena
merupakan protoplasma aktif dalam
semua sel hidup dan berperan
sebagai instrumen molekuler yang
mengekspresikan informasi genetik,
unsur struktural didalam sel dan
jaringan. Protein yang dibutuhkan
ikan bersumber dari berbagai macam
bahan dimana kualitas protein bahan
bergantung pada komposisi asam
amino.
Jumlah
kebutuhan
protein
maksimum
merupakan
tingkat
kualitas protein yang tinggi dalam
kandungan pakan yang diperlukan
untuk
pertumbuhan
maksimum.
Untuk
menentukan
kebutuhan
protein suatu jenis ikan dapat
dilakukan
dengan
melakukan
percobaan pemberian pakan yang
akan membantu dalam penggunaan
uji kandungan protein dari sumber
yang nilai biologinya tinggi. Respon
yang akan memberikan keuntungan
dan daya tahan paling tinggi
biasanya diperoleh dari komposisi
pakan ikan terbaik. Protein yang
terdapat dalam jaringan tubuh ikan
dapat digunakan sebagai ukuran
untuk
menentukan
kebutuhan
protein. Cara ini dilakukan dengan
menganalisis kandungan nitrogen
dalam jaringan dengan interval dua
minggu sampai tidak ada penurunan
nitrogen
yang
tertahan
pada
jaringan.
Jumlah kandungan protein yang
minimal dari suatu pakan untuk
menghasilkan
pertumbuhan
maksimum sangat bergantung pada
jenis ikan yang dibudidayakan.
Berdasarkan penelitian beberapa
spesies ikan kebutuhan kandungan
protein pada ikan budidaya berkisar
dari 27% sampai 60%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
181
Tabel 5.5.
Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering pakan) pada
beberapa jenis ikan budidaya (Millamena, 2002)
Jenis ikan
Asian sea bass
Common carp
Grouper
Japanese eel
Kuruma shrimp
Milk Fish
Red sea bream
Snake head
Red snapper
Tiger shrimp
Nile Tilapia
White shrimp
Yellow tail
Abalone
Sumber protein
Fish meal, soybean meal
Fish meal, casein
Tuna, muscle meal
Fish meal, meat meal, shrimp meal
Casein dan asam amino
Squid meal
Casein + egg albumin
Fish meal, casein
Casein, gelatin
Fish meal, soybean dan cassava meal
Casein
Fish meal
Fish meal, soybean, squid meal
Casein
Fish meal, soybean, shrimp meal
Fish meal, casein
Fish meal
Fish meal, mussel meal, collagen
Squid meal
Fish meal, casein
Soybean meal, rice bran
Fish meal, squid meal
Sumber protein tinggi untuk ikan
dapat diperoleh pada beberapa
bahan baku antara lain adalah telor
utuh, kasein, kombinasi kasein dan
agar-agar. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan protein
untuk pertumbuhan ikan yang
maksimum antara lain adalah : jenis,
ukuran ikan atau umur, temperatur
air, protein yang berkualitas seperti
yang telah dikemukanan sebelumnya
dengan mengetahui komposisi asam
amino. Ikan yang berukuran lebih
kecil mempunyai kebutuhan protein
Kadar protein
optimal
43
31 – 38
40 – 50
43
44
60
¾ 55
40
30 – 40
24
55
52
44
40
40
30
28
34 – 42
28 – 32
55
27
lebih tinggi dibanding ikan yang lebih
tua pada jenis ikan yang sama itu.
5.3. KARBOHIDRAT
Karbohidrat
merupakan
salah
satumakro nutrien dan menjadi
sumber energi utama pada manusia
dan hewan darat. Pada ikan, tingkat
pemanfaatn karbohidrat dalam pakan
umumnya rendah pada khususnya
hewan karnivora, karena pada ikan
182
sumber
energi
utama
adalah
protein. Ikan karnivora lebih sedikit
mengkonsumsi
karbohidrat
dibandingkan dengan omnivora dan
herbivora. Selain itu ikan yang hidup
diperairan tropis dan air tawar
biasanya
lebih
mampu
memanfaatkan karbohidrat daripada
ikan yang hidup diperairan dingin
dan air laut. Ikan laut biasanya lebih
menggunakan protein dan lemak
sebagai sumber energi daripada
karbohidrat,
tetapi
peranan
karbohidrat dalam pakan ikan sangat
penting
bagi
kehidupan
dan
pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil
penelitian memperlihatkan bahwa
ikan yang diberi pakan dengan
kandungan protein tinggi tanpa
karbohidrat dapat menyebabkan
penurunan laju pertumbuhan dan
retensi protein tubuh. Selain itu
pakan yang mengandung karbohidrat
terlalu sedikit akan menyebabkan
terjadinya tingkat katabolisme protein
dan lemak yang tinggi untuk
mensuplai kebutuhan energi ikan
dan
menyediakan
metabolisme
lanjutan (intermedier) untuk sintesis
senyawa biologi penting lainnya,
sehingga pemanfaatan protein untuk
pertumbuhan
berkurang.
Oleh
karena itu pada komposisi pakan
ikan harus ada keseimbangan antara
karbohidrat, protein dan lemak,
dimana ketiga nutrien tersebut
merupakan sumber energi bagi ikan
untuk tumbuh dan berkembang.
Karbohidrat merupakan senyawa
organik yang tersusun dari atom
karbon (C), hidrogen (H) dan
Oksigen
(O)
dalam
suatu
perbandingan tertentu. Karbohidrat
berdasarkan analisa proksimat terdiri
dari serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen. Karbohidrat biasanya
terdapat pada tumbuhan termasuk
pada gula sederhana, kanji, selulosa,
karet
dan
jaringan
yang
berhubungan
dan
mengandung
unsur C,H,O dengan rasio antara
hidrogen dan oksigen 2:1 yang
hampir serupa dengan H2O dan
kemudian dinamakan ”karbohidrat”.
Formula umum karbohidrat adalah
Cn (H2O)2.
Karbohidrat adalah sumber energi
yang murah dan dapat menggantikan
protein yang mahal sebagai sumber
energi.
Selain
itu
karbohidrat
merupakan Protein sparing effect
yang artinya karbohidrat dapat
digunakan sebagai sumber energi
pengganti bagi protein dimana
dengan menggunakan karbohidrat
dan lemak sebagai sumber bahan
baku maka hal ini dapat mengurangi
harga
pakan.
Pemanfaatan
karbohidrat sebagai sumber energi
dalam tubuh dapat juga dipengaruhi
oleh aktivitas enzim dan hormon.
Enzim dan hormon ini penting untuk
proses metabolisme karbohidrat
dalam tubuh seperti glikolisis, siklus
asam trikarboksilat, jalur pentosa
fosfat,
glukoneogenesis
dan
glikogenesis. Selain itu dalam
aplikasi
pembuatan
pakan
karbohidrat seperti kanji, zat tepung,
agar-agar, alga, dan getah dapat
juga digunakan sebagai pengikat
makanan
(binder)
untuk
meningkatkan
kestabilan
pakan
dalam air pada pakan ikan dan
udang.
Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok yaitu monosakarida,
183
disakarida,
dan
polisakarida.
Pembagian
karbo-hidrat
ini
berdasarkan pada jumlah molekul
pembentuknya, satu, dua atau
beberapa unit gula sederhana.
Disakarida
dan
polisakarida
merupakan turunan (derivat) dari
monosakarida. Monosakarida tidak
dapat dihidrolisa lagi menjadi bentuk
yang lebih sederhana. Disakarida
dapat dihidrolisa menjadi dua
molekul mono-sakarida, sedangkan
polisakarida (termasuk) oligosakarida
akan membentuk lebih dari tiga
molekul monosakarida. Selain itu
karbohidrat
dapat
juga
diklasifikasikan berdasarkan pada
tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat
yang dapat dicerna, karbohidrat yang
dapat
dicerna
sebagian
dan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Gula, kanji, dextrin, dan glikogen
adalah karbohidrat yang dapat
dicerna, selulosa, serat kasar dan
hemisellulosa adalah karbohidrat
yang
tidak
dapat
dicerna.
Galaktogen, mannosan, inulin dan
pentosa adalah termasuk karbohidrat
yang dapat dicerna sebagian. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Klasifikasi Karbohidrat (Millamena, 2002)
Kelompok Karbohidrat
contoh
Monosakarida (satu unit glikosa)
Pentosa,
Arabinosa,
Ribosa,
Xylosa, Xylulosa, Hexosa, Glucosa,
Fruktosa dan Mannosa
Disakarida (dua unit glikosa)
Sukrosa, Maltosa, Laktosa
Oligosakarida (2-10 unit glikosa)
Raffinosa, Stachyosa, Verbascosa
dextrin,
glycogen,
Polisakarida (Glycan, > 10 unit Starch/kanji,
cellulosa,
hemicellulosa,
lignin,
glikosa)
chitin, pectin, gums and mucilages,
alginat, agar, karageenan
Monosakarida
Monosakarida
adalah
bentuk
karbohidrat
yang
tidak
dapat
dihidrolisis menjadi bentuk yang
sederhana
lagi.
Umumnya
monosakarida diperoleh dari hasil
hidrolisis senyawa tanaman yang
lebih kompleks, larut dalam air dan
rasanya manis. Monosakrida utama
yang terdapat dalam bentuk bebas
dalam makanan adalah glukosa dan
fruktosa.
Glukosa,
galaktosa,
fruktosa dan mannosa merupakan
bentukheksosa yang mempunyai
makna fisiologis paling penting.
Glukosa merupakan zat gula dalam
tubuh yang dibawa oleh darah dan
184
merupakan bentuk paling utama
dalam jaringan. Hal ini dikarenakan
glukosa merupakan sumber energi
yang paling cepat diserap didalam
sel dan masuk kedalam darah dan
akan dikatabolisme dalam proses
glikolisis. Rumus empiris glukosa
adalah C6H12O6. Glukosa banyak
terdapat dalam buah-buahan, jagung
manis dan madu dalam bentuk DGlukosa.
D-Glukosa
ini
telah
dihasilkan secara komersial dengan
hidrolisis
pati
jagung
yang
menghasilkan sirop jagung dan
kristal dekstrosa. D-Glukosa ini
mempunyai peran penting dalam
pakan dan metabolisme ikan serta
merupakan gula darah pada semua
hewan. Glukosa dapat disimpan
didalam hati dan otot dalam bentuk
glikogen. Fruktosa dapat diubah
menjadi
glukosa
dalam
hati,
sedangkan galaktosa selain dapat
diubah menjadi glukosa dalam hati
juga dapat dimetabolisir. Mannosa
merupakan
unsur
pembentuk
senyawa glikoprotein.
arabinosa. Silosa dibentuk dengan
hidrolisis pada pentosa. Jumlah yang
pantas pada xilosa dibentuk dalam
pembuatan bubur pada makanan
melalui hidrolisis pada hemiselulosa.
Arabino dihasilkan pada getah arabic
dan
dedak
gandum.
Hexosa
mempunyai rumus umum C6H12O6.
Gula heksosa biasanya dalam
bentuk
:
galactosa,
dan
glukosealdoses. Fruktosa adalah
ketohexose alami penting dan
karbohidrat paling manis. Rotan atau
gula
umbi
manis
(sukrosa)
dihidrolisis, satu molekul dibentuk
pada fruktosa dan satu molekul pada
glukosa yang dibentuk. Laktosa tidak
terjadi secara bebas di alam.
Hidrolisis lactose atau gula susu
menghasilkan
galactose
dan
glukosa. Glukosa, Fructose, dan
galactose
mempunyai
rumusan
molekular yang sama tetapi susunan
rumus mereka berbeda pengaturan
di dalam suatu molekul.
Disakarida
Kebanyakan monosakarida diperoleh
dengan hidrolisis unsur yang lebih
komplek. Hidrolisis adalah suatu
reaksi kimia yang mana suatu unsur
yang komplek dipecah menjadi unsur
yang lebih kecil dengan penambahan
suatu
katalisator.
Monosakarida
sering dikatakan sebagai bentuk dari
suatu
gula
sederhana.
Dua
rangkaian gula sederhana secara
komersil penting pentosa atau lima
gula atom karbon dan hexoses atau
enam gula atom karbon. Ribosa dan
Dioxyribosa merupakan struktur RNA
dan DNA. Pentosa mempunyai
rumus yang umum C5 H10 O5. dan
mempunyai komersial yang penting
dalam bentuk aldopentosa silosa dan
Disakarida
merupakan
bentuk
karbohidrat yang kalau dihidrolisis
akan menghasilkan dua molekul
monosakarida.
Rumus
molekul
disakrida adalah C12H22O11, dari
rumus bangun ini memperlihatkan
bahwa satu molekul air telah
dipindahkan
sebagai
dua
monosakarida
yang
telah
dikombinasikan. Dengan hidrolisis
mengakibatkan perpecahan molekul
dan pembentukan hexoses. Ada tiga
bentuk disakarida penting yaitu
sukrosa, laktosa dan maltosa.
Sukrosa, bentuk gula yang biasanya
disebut juga dengan gula meja,
terdiri dari satu molekul glukosa dan
185
satu
molekul
fruktosa
yang
dinamakan dengan gula invert.
Sumber utama sukrosa sebagian
besar dari tebu dan gula bit. Laktosa,
atau gula susu, banyak diperoleh
pada semua susu mamalia. Hasil
hidrolisis laktosa akan menghasilkan
sebuah molekul glukosa dan sebuah
molekul galaktosa. Maltosa terjadi
secara alami dalam benih zat tepung
yang diproduksi tumbuhan. Maltosa
dibentuk dari hidrolisis zat tepung
dengan enzim α-amilase. Maltosa
akan dihidrolisis lebih lanjut oleh
enzim α-gluc0sidase menjadi dua
molekul glukosa.
Polisakarida
Polisakarida
merupakan
bentuk
karbohidrat yang kalau dihidrolisis
akan menghasilkan lebih dari
sepuluh
molekul
monosakarida.
Polisakarida biasanya dibentuk oleh
kombinasi
hexosa
atau
monosakarida lain dan biasanya
merupakan
senyawa
dengan
molekular tinggi dan kebanyakan
tidak dapat larut dalam air dan
dipertimbangkan yang paling utama
bahan gizi tumbuhan asli. Ketika
hidrolisis dengan asam atau enzim,
mereka dipecah ke dalam berbagai
produk intermediate dan yang
akhirnya ke dalam gula sederhana,
polisakarida mempunyai formulasi
umum (C6H10O5)n. Tiga bentuk
polisakarida yang banyak terdapat
dalam bahan baku pakan antara lain
adalah pati, dextrin dan glikogen.
Pati/starch
merupakan
bentuk
polisakarida yang banyak terdapat
pada tumbuhan dan diperoleh di
dalam
akar
umbi
(kentang),
rhizomes, dan biji-bijian. Bentuk ini
merupakan sumber bahan makanan
yang termurah dan merupakan
sumber energi bagi manusia dan
hewan. Glikogen dihasilkan dari
mamalia dan hewan lain dari glukosa
di dalam darah dan diperoleh
didalam jaringan otot dan hati.
Glikogen
merupakan
bentuk
penyimpanan pada karbohidrat pada
hewan dan merupakan zat tepung di
dalam
tumbuhan.
Sedangkan
dekstrin merupakan hasil dari proses
pemecahan hidrolisis pati menjadi
maltosa.
Dekstrin
terdiri
dari
serangkaian senyawa dengan bobot
molekul yang lebih rendah. Pada
hewan dekstrin merupakan hasil
pemisahan glukosa dari amilopektin
yang
meninggalkan
residu
percabangan yang disebut α-limit
dekstrin, tersusun dari 8 – 10
glukosa. Didalam pakan, dekstrin
merupakan
substrat
kesukaan
organisme acidophilik dalam saluran
pencernaan
dan
bila
pakan
mengandung dekstrin maka sintesis
vitamin B dalam usus akan
meningkat.
Selulosa adalah komponen struktur
utama dalam tumbuhan pada dinding
sel tumbuhan dan unsur yang paling
berlimpah-limpah pada tumbuhan.
Selulosa adalah unsur penting yang
tidak dapat larut dan dapat
didegradasi oleh enzim menjadi
beberapa unit glukosa dan bisa
dihidrolisis dengan asam kuat.
Hemiselulosa
merupakan
polisakarida yang terdiri atas suatu
campuran unit hexosa dan pentosa.
Jika
dihidrolisis
hemiselulosa
menghasilkan glukosa dan sebuah
pentosa, biasanya silosa yang
merupakan komponen utama pada
186
dinding sel tumbuhan. Tidak seperti
selulosa, hemiselulosa lebih sedikit
bersifat resisten terhadap degradasi
kimia dan dapat dihidrolisis dengan
cairan asam .
Lignin ditemukan dalam tongkol
jagung dan porsi akar yang berserat.
Lignin merupakan struktur kompleks
yang terdiri dari karbon-karbon yang
saling berikatan dengan eter yang
mana bersifat resisten terhadap
alkali dan asam. Chitin merupakan
komponen
struktur
utama
menyangkut eksoskeleton kaku pada
hewan tak bertulang punggung
seperti serangga, binatang berkulit
keras dan juga terjadi dalam sel
ganggang, ragi dan jamur adalah
polysoccoharida dengan atom zat
hidrogen seperti halnya C,H dan O
yang terdiri atas N-acetil Dglukosamin. Chitin mempunyai peran
struktural dan suatu jumlah dari
kekuatan mekanis yang dapat
menghentikan
ikatan
hidrogen.
Peptin ditemukan terutama antara
dinding sel tumbuhan dan mungkin
juga sebagai penyusun dinding sel
itu sendiri. Peptinase tidak dapat
dihidrolisis dengan enzim pectinase
mamalian tetapi dicerna oleh aksi
mikrobial. Tindakan itu disadap
dengan air panas atau air dingin dan
membentuk suatu ”gel” (agar-agar).
Alginates, agar dan caragenan
merupakan hasil ekstraksi dari
rumput laut seperti Glacillaria sp dan
Kappaphycus sp.
Pemanfaatan Karbohidrat Pakan
oleh Ikan
Karbohidrat
pakan
umumnya
berbentuk senyawa polisakarida,
disakarida
dan
monosakarida.
Karbohidrat tersebut berasal dari
tumbuhan
(zat
tepung,
serat,
sellulosa dan fruktosa) dan dari
hewan (mangsa) berbentuk glikogen.
Ikan tidak memiliki kelenjar air liur
(salivary gland) sehingga proses
pencernaan karbohidrat pada ikan
dimulai
dibagian
lambung.
Pencernaan
karbohidrat
secara
intensif terjadi disegmen usus yaitu
dengan adanya enzim amilase
pankreatik. Pada segmen usus,
amilum (zat tepung) dan glikogen
akan dihidrolisis oleh enzim amilase
menjadi maltosa dan dekstrin,
Kemudian maltosa dan dekstrin ini
akan dihidrolisa oleh enzim laktase
atau
sukrose
menghasilkan
galaktosa, glukosa dan fruktosa.
Pada dinding usus, galaktosa dan
fruktosa akan diubah menjadi
glukosa. Dalam bentuk glukosa itulah
karbohidrat dapat diserap oleh
dinding sel (enterosit) lalu masuk
kedalam pembuluh darah.
Ikan tidak memiliki enzim pencerna
karbohidrat yang memadai di dalam
saluran pencernaannya, sehingga
nilai kecernaan karbohidrat pakan
umumnya rendah. Aktivitas enzim
amilase dalam menghidrolisa pati
pada ikan omnivora seperti ikan
tilapia dan ikan mas lebih tinggi
daripada ikan karnivora seperti ikan
rainbowtrout dan yellowtail. Nilai
kecernaan karbohidrat ini sangat
dipengaruhi oleh sumber dan kadar
karbohidrat dalam pakan serta jenis
dan ukuran ikan. Nilai kecernaan
beberapasumber karbohidrat oleh
beberapa ikan budidaya dapat dilihat
pada Tabel 5.7 Karbohidrat yang
berstruktur kompleks memiliki nilai
kecernaan yang rendah daripada
karbohidrat
yang
berstruktur
sederhana. Perbedaan sumber pati
187
juga dapat menyebabkan perbedaan
nilai kecernaan karbohidrat dan
bergantung
juga
pada
rasio
amilosa/amilopektin.
Dimana
semakin
tinggi
rasio
amilosa/
amilopektin
maka
kecernaan
karbohidrat semakin tinggi. Beberapa
perlakuan yang biasa dilakukan pada
saat membuat pakan ikan adalah
dengan melakukan pengukusan pati
dimana
dengan
melakukan
pengukusan maka akan dapat
meningkatkan nilai kecernaan dari
karbohidrat
tersebut.
Hal
ini
dikarenakan
pengukusan
dapat
menyebabkan sel-sel pati menjadi
lunak dan pecah sehingga lebih
mudah dicerna.
Tabel 5.7. Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh
beberapa ikan budidaya (Wilson, 1994).
Jenis ikan
Rainbow Trout
Sumber
Dekstrin
Tepung ubi kukus
Tepung dikukus
Channel catfish
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Tepung jagung
dikukus
tidak
Tepung jagung dikukus
Mas
Tepung ubi tidak kukus
Tepung ubi dikukus
Karbohidrat berserat dalam wujud
bahan kimia sangat sukar dicerna
oleh beberapa jenis ikan dan tidak
membuat suatu kontribusi yang baik
kepada
kebutuhan
gizi
ikan.
Tingkatan kebutuhan serat kasar
Kadar
Karbohidrat
pakan (%)
Nilai kecernaan
(%)
20
60
20
60
11,5
40,2
20 – 60
20 – 60
20 – 60
12,5
25
50
12,5
25
50
?
?
77,2
45,5
69,2
26,1
90,0
48,2
99 – 100
99 – 100
94 – 97
72,8
60,9
55,1
83,1
78,3
66,5
55,0
85,0
dalam tubuh ikan diperlukan secara
khas dan terbatas kurang dari 7%.
Ketersediaan berbagai formulasi
karbohidrat pada komposisi nilai
yang gizi belum jelas, karbohidrat
yang dapat dicerna (karbohidrat
188
dengan bobot molekul kecil dan
panjang rantai lebih pendek seperti
glukosa). Pada ikan mas dan ikan air
tawar lainnya dapat memanfaatkan
karbohidrat
lebih
efektif
dibandingkan dengan ikan air laut.
Ikan
air
laut
lebih
efektif
menggunakan glukosa dan dekstrin
sebagai sumber zat tepungnya.
Udang windu menggunakan zat
tepung lebih baik dengan glukosa
dan dextrin.
Kebutuhan optimum Karbohidrat
Pakan
Pertumbuhan ikan budidaya secara
maksimal dapat tercapai jika kondisi
lingkungan
pemeliharaan
dan
makanan terjamin secara optimum.
Fungsi utama karbohidrat sebagi
sumber energi di dalam pakan harus
berada dalam kondisi yang seimbang
antara ketiga makro nutrien (protein,
lemak dan karbohidrat). Pakan yang
mengandung
karbohidrat
terlalu
tinggi
dapt
menyebabkan
menurunnya
pertumbuhan
ikan
budidaya. Beberapa penelitian telah
menunjukkan pertumbuhan ikan dan
tingkat efisiensi pakan yang rendah
bila kandungan karbohidrat dalam
pakannya tinggi.
Ikan sebagai organisme air kurang
mampu memanfaatkan karbohidrat
sebagai sumber energi utama dalam
pakannya dibandingkan dengan
hewan darat dan manusia, namun
dari hasil beberapa penelitian hewan
air seperti ikan masih sangat
membutuhkan karbohidrat dalam
komposisi pakannya. Pada ikan
rainbowtrout yang diberi pakan
dengan kandungan protein tinggi,
terjadi laju glukoneogenesis yang
tinggi, sedangkan yang diberi pakan
dengan kandungan protein rendah
dan karbohidrat tinggi didapatkan
laju glukoneogenesis yang rendah
(Cowey et al, 1977). Kebutuhan
karbohidrat untuk setiap jenis dan
ukuran ikan juga dipengaruhi oleh
kandungan lemak dan protein pakan.
Pakan
yang
mengandung
karbohidrat dan lemak yang tepat
dapat
mengurangi
penggunaan
protein sebagai sumber energi yang
dikenal dengan Protein Sparring
Effect. Terjadinya Protein Sparring
Effect
oleh
karbohidrat
dapat
menurunkan biaya produksi pakan
dan mengurangi pengeluaran limbah
nitrogen ke lingkungan.
Kebutuhan karbohidrat pakan bagi
pertumbuhan
ikan
budidaya
bervariasi menurut spesies, sumber
karbohidrat
dan
kondisi
lingkungannya (Tabel 5.8.). Pada
tabel tersebut jelas terlihat bahwa
ikan karnivora umumnya mempunyai
kemampuan yang lebih rendah
dalam memanfaatkan karbohidrat
pakan dibandingkan dengan ikan
omnivora atau herbivora. Penyebab
rendahnya kemampuan ikan dalam
memanfaatkan karbohidrat pakan
tersebut antara lain disebabkan oleh
nilai kecernaan sumber karbohidrat,
aktivitas enzim karboksilase ikan,
kemampuan penyerapan glukosa
serta kemampuan sel memanfaatkan
glukosa dalam darah. Secara umum
kandungan karbohidrat pakan yang
dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh ikan karnivora berkisar antara
10 – 20%, ikan omnivora dapat
memanfaatkan karbohidrat pakan
secara optimal pada tingkat 30 –
40% dalam pakannya.
189
Tabel 5.8 Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk pertumbuhan
beberapa ikan budidaya.
Jenis ikan
Karbo
hidrat
pakan
(%)
Sumber
karbohidrat
References
Ekor kuning
Seabream merah
Rainbow trout
Kakap putih
Kerapu
Channel catfish
Mas
Tilapia
10
20
10
20
9
30
40
40
Dekstrin
Dekstrin
Dekstrin
Tepung terigu
Tepung terigu
Dekstrin
Dekstrin
Dekstrin
Shimeno et al (1996)
De Silva dan anderson (1995)
De Silva dan anderson (1995)
Catacuta dan Coloso (1997)
Shiau dan Lan (1996)
Wilson (1994)
Wilson(1994),Shimeno et al (1996)
Wilson (1994),Shimeno et al (1996)
5.4. LIPID
Lipid adalah senyawa organik yang
tidak dapat larut dalam air tetapi
dapat diekstraksi dengan pelarut
nonpolar seperti kloroform, eter dan
benzena. Senyawa organik ini
terdapat didalam sel dan berfungsi
sebagai sumber energi metabolisme
dan sebagai sumber asam lemak
esensial yang mempunyai fungsi
specifik dalam tubuh seperti untuk
struktur sel dan pemeliharaan
integritas membran-membran yang
hidup. Fungsi lain dari lipid antara
lain adalah sebagai komponen
utama struktur sel, penyimpan bahan
bakar metabolik, untuk mengangkut
bahan bakar, sebagai pelindung
dinding sel dan juga sebagai
komponen pelindung kulit vertebrata.
Lipid terdiri dari lemak, minyak,
malam dan senyawa-senyawa lain
yang ada hubungannya.
Lipid merupakan komponen penting
dalam pakan ikan karena lipid dapat
dijadikan sebagai sumber energi bagi
ikan selain protein dan karbohidrat.
Lipid
berbeda
dengan
lemak.
Perbedaan antara lemak dan minyak
adalah pada titik cairnya, lemak
cenderung lebih tinggi titik cairnya,
molekulnya lebih berat dan rantai
molekulnya lebih panjang. Oleh
karena itu lipid merupakan salah satu
sumber asam lemak essensial yang
tidak bisa di sentesa oleh ikan.
Sebagai sumber energi, lipid telah
ditunjukan
untuk
memberikan
beberapa
protein
untuk
pertumbuhan. Lipid juga sumber
penting sterol, phospolipid, dan
vitamin lemak yang dapat larut.
Asam lemak dari lipid mungkin juga
bertindak sebagai pendahuluan pada
steroid hormon dan prostaglandin.
Klasifikasi Lipid
Berdasarkan struktur molekulnya
lipid dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok yaitu :
190
•
•
•
Lipid sederhana, kelompok ini
disebut juga dengan nama
homolopida yaitu suatu bentuk
ester yang mengandung karbon,
hidrogen dan oksigen. Jika
dihidrolisis. Lipid yang termasuk
kedalam kelompok ini hanya
menghasilkan asam lemak dan
alkohol. Lipid sederhana ini dapat
dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
- Lemak : senyawa ester lemak
dengan
gliserol.
Lemak
dalam keadaan cair disebut
minyak.
- Lilin/malam/waks : senyawa
ester asam lemak dengan
alkohol monohidrat yang
berbobot molekul tinggi
Lipid kompleks, kelompok ini
berupa ester asam lemak dengan
alkohol yang mengandung gugus
lain. Lipid kompleks dibagi
menjadi tiga golongan yaitu :
- Fosfolipid : kelompok lipid
yang selain asam lemak dan
alkohol, juga mengandung
residu asam fosfat. Lemak ini
sering mempunyai basa yang
mengandung nitrogen dan
substituen lain, seperti gugus
alkohol berupa gliserol dalam
gliserofosfolipid dan gugus
alkohol yang berupa sfingosin
dalam sfingofosfolipid.
- ikolipid (Glikosfingolipid) :
kelompok
lipid
yang
mengandung asam lemak,
sfingosin dan karbohidrat.
- Bentuk lipid komplek lainnya:
Sulfolipid dan aminolipid dan
lipoprotein
Prekursor dan derivat lipid : asam
lemak, gliserol, steroid, senyawa
alkohol disamping gliserol serta
sterol, aldehid lemak, badan
keton dan berbagai hormon.
Karena
tidak
bermuatan
asilgliserol (gliserida), kolesterol
dan ester kolesterol dinamakan
lemak netral (Meyes, 1999).
Klasifikasi Lipid menurut Millamena
et al (2002) dapat dikelompokkan
menjadi :
• Triglycerides atau lemak yang
dibentuk oleh reaksi glicerol
dengan molekul asam
lemak
sehingga disebut glycerides.
Dengan begitu ketika suatu
triglyceride dihidrolisis, 3 molekul
asam lemak dan 1 molekul
glicerol dibentuk. Triglycerides
tidak menjadi komponen pada
bio membran tetapi mereka
terakumulasi pada adipose atau
jaringan
lemak.
Triglyceride
merupakan bentuk utama pada
binatang
yang
menyimpan
energi.
• Phospholipids adalah ester
pada asam lemak dan asam
phosphor (H3PO4) dan basa
nitrogen. Senyawa campuran
tersebut
biasa
asam
phosphatidic.
Beberapa
Phospholipids
yang
penting
adalah
phosphatidyl
choline
(lecithin),
phosphatidyl
ethanolamine
(cephalin),
phosphatidyl
serine,
dan
phosphatidyl inositol. Mereka
adalah
komponen
utama
membran biologi.
• Waxes adalah ester pada rantai
panjang asam lemak dengan
berat molekul tinggi alkohol
monohydric.
Seperti
triglycerides,
waxes
merupakan
sumber nergi yang disimpan
191
dalam tumbuhan dan bintang dan
bertindak melindungi mantel.
Waxes padat pada temperature
lingkungan.
•
Beberapa ester pada rantai
alcohol
yang
panjang, R1CH2OH dan rantai panjang asam
lemak, R2-COOH
O
Contoh : R2 –CO -CH2 –R1
Beberapa ester,
R2-CH2 –O -CH2 –R1
•
•
Steroids adalah rantai panjang
alkohol
yang
biasa
pada
polycylic. Merupakan tanda pada
jenis kelamin atau hormon lain
pada ikan dan udang dan secara
biologi sangat penting dalam
proses
reproduktif.
Streroid
mempunyai beberapa struktur
umum yang terdiri dari sistem
fused-ring. Kolesterol secara
fisiologi adalah sterol penting dan
tersebar luas dalam membran
biologi, terutama dalam binatang.
Sphingomyelins tidak berisi
glycerol, tetapi zat asam yang
mengandung
gemuk
ester
membutuhkan
rantai
amino
alcohol sphingosine. Lipid ini
merupakan lipid komponen otak
dan jaringan syarat pertumbuhan
pada binatang.
Fungsi umum dari lipid
Fungsi yang umum adalah:
• Sumber
energi
berkenaan
dengan metabolisme, adenosine
triphosphate (ATP). Kandungan
energi lipid berisi kira-kira dua
•
•
kali lebih dari energi protein dan
karbohidrat.
Sumber
dari
asam
lemak
esensial (EFA) yang penting
untuk
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup ikan. EFA
tidak
bisa
disintesis
oleh
organisme air dan akan disintesis
jika jumlahnya tidak cukup untuk
pertumbuhan
dan
harus
disediakan pada pakan ikan,
misalnya : asam arachidonik
(ARA), asam eicosapentaenoie
(EPA),
dan
asam
decosahexaenoic (DHA) adalah
asam
lemak esensial yang
sangat penting di dalam pakan
ikan dan krustasea.
Komponen sellular yang penting
dan
selaput
subsellular,
misalnya:
phospholipid
dan
asam
lemak
polyunsurated
(PUFA).
Sumber
steroid
yang
melaksanakan fungsi penting
seperti
pemeliharaan
sistem
selaput, transportasi lipid dan
prekursor dari hormon steroid.
Asam lemak
Salah satu unsur penting dari lipid
adalah asam lemak. Asam lemak ini
ada juga yang menyebutkan sebagai
lipid dengan makna fisiologis.
Berdasarkan kandungan unsurnya
asam lemak mempunyai rumusan
yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH ,
dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24
dan pada umumnya suatu bilangan
genap. Asam lemak diberi suatu
nama umum disamping formulasi
bahan kimianya dan singkatan
stenografi. Di dalam tatanama asam
lemak, sebuah asam lemak di
192
indentifikasi dengan formula: A:B n3, A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang
ditulis dengan huruf ω (omega)
dimana, A adalah banyaknya atom
carbon dan banyaknya ikatan ganda,
n-3, n-6, n-9 adalah posisi ikatan
ganda dari metil berakhir pada asam
lemak. Sebagai contoh tujuan
kuatitatif untuk palmitoleic atau asam
hexadecenoic adalah 16:l n-7 yang
ini berarti bahwa asam palmitoleic
mempunyai 16 karbon dan berisi
pada ikatan rangkap terdapat pada
posisi karbon ketujuh karbon.
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap
pada asam lemak maka asam lemak
dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh
adalah asam lemak yang tidak
mengandung
ikatan
rangkap.
Sedangkan asam lemak tidak jenuh
adalah
asam
lemak
yang
mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap. Asam lemak jenuh terdiri
dari unsur Carbon dari 1 – 24 yaitu
format (1), asetat (2), propionat (3),
butirat (4), valerat (5), kaproat (6),
kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat
(10), laurat (12), miristat (14),
palmitat (16), stearat (18), arakidat
(20), behenat (22), lignoserat (24).
Angka yang terdapat didalam kurung
merupakan jumlah atom Carbon
yang terdapat pada unsur asal
lemak. Pada asam lemak tidak jenuh
dapat dikelompokkan kedalam enam
kelompok berdasarkan jumlah ikatan
rangkapnya yaitu :
• Satu ikatan rangkap disebut
dengan monoeat, antara lain
adalah palmitat/ ω7 (16 : 1;9),
oleat/ ω9 (18 : 1;9), elaidat/ ω9
(18 : 1;9) , erusat/ ω9 (22 : 1;9),
nervonat/ ω9 (24 : 1;13)
•
•
•
•
•
Dua ikatan rangkap disebut asam
dienoat, yaitu linoleat/ ω6 (18 :
2;9.12 )
Tiga ikatan rangkap disebut
dengan asam trienoat antara lain
adalah g.Linolenat/ ω6 (18 : 3;
6.9.12) dan a.Linolenat/ ω3 (18 :
3;9.12.15)
Empat ikatan rangkap disebut
asam tetranoat, antara lain
adalah arakidonat/ ω6 (20 :
4;5.8.11.14)
Lima ikatan rangkap disebut
asam pentanoat, antara lain
adalah Timnodonat/ ω3 (20 : 5 ;
5.8.11.14.17) dan Klupanodonat/
ω3 (22 : 5; 7.10.13.16.19)
Enam ikatan rangkap disebut
dengan asam Heksanoat antara
lain adalah Servoat/ ω3 (22 : 6;
4.7.10.13.16.19)
Dari pengklasifikasian asam lemak
tersebut diatas dapat dilihat dari
penulisan angka-angka dibelakang
koma, urutan pertama menyatakan
banyaknya jumlah atom Carbon,
urutan kedua adalah banyaknya
ikatan rangkap pada unsur asam
lemak, sedangkan pada urutan
terakhir adalah letak/lokasi ikatan
rangkap terdapat pada rantai Carbon
keberapa, misalnya asam lemak
Arakidonat/ ω6 (20 : 4; 5.8.11.14),
rumus bangun asam lemak tersebut
terdiri dari Carbon sebanyak 20
buah, jumlah ikatan rangkapnya
adalah 4 buah, letak ikatan rangkap
tersebut terdapat pada Carbon ke 5,
8, 11 dan 14.
Berdasarkan
Millemena
(2002)
pengelompokan asam lemak dapat
dibagi menjadi empat berdasarkan
kejenuhannya
yaitu
Saturated,
Unsaturated, Polyunsaturated dan
193
Higly Unsaturated. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9
dan Tabel 5.10.
Tabel 5.9 Nama umum asam lemak
Nama umum
Saturated
Fomat
Asetat
Propionat
Butirat
Valerat
Caproat
Caprilat
Caprat
Laurat
Miristat
Palmitat
Stearat
Arachidat
Behenat
Lignoserat
Unsaturated
Asam Palmitoleat
Asam oleat
Polyunsaturated
Asam Linoleat
Asam Linolenat
Highly Unsaturated
Asam arakidonat
Asam eikosapentanoat
Asam dokosaheksanoat
Nama kimia
Notasi singkat
Asam butanoat
Asam pentanoat
Asam keksanoat
Asam oktanoat
Asam dekanoat
Asam dodekanoat
Asam tetradekanoat
Asam heksadekanoat
Asam oktadekanoat
1:0
2:0
3:0
4:0
5:0
6:0
8:0
10:0
12:0
14:0
16:0
18:0
20:0
22:0
24:0
Asam heksadesenoat
Asam oktadesenoat
16 :1 n-7
18 : 1 n-9
Asam oktadekadienoat
Asam oktadekatrinoat
18 : 2 n-6
18 : 3 n-3
Asam eikosatetraenoat
20 : 4 n-6
20 : 5 n-3
22 : 6 n-3
194
Tabel 5.10. Kelompok Asam lemak Unsaturated/tidak jenuh (Millemena, 2002)
Klas
Keluarga
Notasi
singkat
Rumus bangun
n-9
Oleat
18 : 1 n-9
20 : 1 n-9
CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH
n-6
Linoleat
18 : 2 n-6
18 : 3 n-6
20 : 3 n-6
20 : 4 n-6
22 : 4 n-6
CH3-(CH2)4-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7COOH
n-3
Linolenat
18 : 3 n-3
20 : 5 n-3
22 : 5 n-3
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2CH=CH-(CH2)7-COOH
Kebutuhan asam lemak pada ikan
Asam lemak yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan
ikan budidaya adalah asam lemak
essensial yaitu asam lemak yang
sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan namun tubuh (hati)
kurang mampu mensisntesisinya
oleh karena itu harus disuplai dari
pakan. Sedangkan asam lemak
essensial yaitu asam lemak yang
dapat disintesa oleh tubuh. Asam
lemak essesial (Essensial Fatty
Acid/EFA) yang sangat diperlukan
ikan terdiri dari asam lemak linoleat,
asam lemak linolenat, asam lemak
Eicosapentanoat (EPA) dan asam
lemak Dokosaheksanoat (DHA).
Komposisi asam lemak di dalam ikan
adalah cenderung dipengaruhi oleh
faktor seperti kadar garam, suhu dan
makanan. Selain itu kebutuhan asam
lemak essensial untuk setiap jenis
ikan berbeda antar spesies terutama
antara ikan air tawar dan air laut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.11.
195
Tabel 5.11. Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan (Watanabe, 1988)
Jenis ikan
Rainbow Trout
Carp
Sidat
Chum Salmon
Coho Salmom
Ikan ayu
Tilapia zilli
Tilapia nilotica
Seabream merah
Turbot
Yellow tail
Yamame
Coregonus
Jenis asam lemak
Kebutuhan (%)
18 : 3 ω3
18 : 3 ω3
18 : 3 ω3
ω3 HUFA
18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3
18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3
18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3
ω3 HUFA
Tri18 : 3 ω3
18 : 3 ω3 atau 20 : 5 ω3
18 : 2 ω6 atau 20 : 4 ω6
18 : 3 ω6
ω3 HUFA atau 20 : 5 ω3
ω3 HUFA
ω3 HUFA
18 : 3 ω3
18 : 3 ω3
1
0,8
20 % dari lipid
10% dari lipid
1
0,5
1
0,5
1 – 2,5
1
1
0,5
0,5
0,8
2
1
0,5
Komposisi lemak tubuh sangat
dipengaruhi oleh pakan ikan yang
mengandung
lemak,
walaupun
penambahan lemak pada pakan
sebaiknya tidak lebih 18%. Tetapi
dalam
lemak
pakan
harus
diperhatikan
apakah
terdapat
komposisi asam lemak essensialnya.
Sumber lemak bagi ikan dapat
berasal dari berbagai bahan pakan
yaitu minyak hewani atau minyak
nabati, keduanya telah ditemukan
dan bisa digunakan dalam makanan
ikan. Komposisi asam lemak dari
berbagai bahan baku pakan ikan
dapat dilihat pada Tabel.. Jika
dibandingkan dengan minyak nabati
lain atau lemak minyak ikan
mengandung berbagai macam asam
lemak unsaturated pada rantai
karbon panjang (20 atau 22
panjangnya
rantai
karbon),
kebanyakan dari sumber hewani
memliki asam lemak dari kelompok
n-3 . Rantai panjang n-3 asam lemak
biasanya menyusun 1/4 - 1/3 semua
asam lemak di dalam minyak ikan,
sedangkan, rantai panjang asam
lemak di dalam kebanyakan minyak
nabati jarang melebihi 5% dan sering
kurang dari 1%. Kebutuhan lipid
berkenaan dengan aturan makan
ikan dapat diperoleh dari profil asam
lemak.
196
Tabel 5.12.
Komposisi asam lemak essensial pada berbagai sumber lipid
(g/100g asam lemak) (Millamena, 2002)
Sumber lipid
18 : 2 n6
18 : 3 n3
20 : 5 n3
22 : 6 n3
Sumber Tanaman
Minyak jagung
Minyak kelapa
Minyak bijikapas
Minyak bijilin
Minyak palm
Minyak palm kernel
Minyak Rapeseed
Minyai kacang
Minyak kedele
Minyak bungamatahari
58
2
53
17
10
2
15
30
50
70
1
0
1
56
1
0
8
0
10
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sumber hewan laut
Minyak capelin
Minyak hati cod
Minyak hati cuttlefish
Minyak herring
Minyak hati pollack
Minyak salmon
Minyak Sardin
Minyak shortnect
Minyak Skipjack
Minyak hati cumi
5
5
1
1
2
3
3
1
5
3
0
1
2
1
0
0
1
1
3
3
7
16
12
8
12
10
13
19
7
12
5
14
18
5
7
10
10
14
12
10
Ikan memerlukan asam lemak dari
kelompok n-3 dan n-6 dalam
komposisii pakannya. Jenis asam
lemak yang sangat diperlukan bagi
ikan budidaya adalah asam linolenat
( 18:3n-3), asam linoleat ( 18:2n-6),
asam eocosapentaenoat ( EPA,
20:5n-3) dan asam docosahexaenoat
( DHA, 22: 6n-3). Kekurangan asam
lemak essensial pada komposisi
pakan ikan dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan dan kondisi
kekurangan asam lemak essensial
dalam waktu yang brekepanjangan
akan menyebabkan kematian ikan
budidaya. Asam lemak essensial (
EFA) kebutuhan sangat berbeda
antara satu jenis ikan dengan jenis
ikan yang lainnya seperti telah
dijelaskan pada Tabel diatas. Pada
jenis
ikan
rainbow
trout
(Oncorhynchus mykiss) memerlukan
sekitar 1% 18:3n-3 dalam pakannya
Kombinasi 18:3n-3 dan 18:2n-6
dalam berbagai proporsi tidak
meningkatkan laju pertumbuhan atau
konversi pakan ikan laut. Pada ikan
karper (Cyprinus carpio), salah satu
197
jenis ikan budidaya air tawar yang
paling lama dibudidayakan di dunia
memerlukan jenis asam lemak dari
kelompok
kedua-duanya
yaitu:
18:2n-6 dan 18: 3n-3. Selain itu
komposisi
asam
lemak
dapat
memberikan pertambahan berat
badan yang terbaik dan konversi
pakan yang baik dengan komposisi
asam lemak campuran
dari1%
18:2n-6 dan 1% 18:3n-3 pada ikan
belut (Anguilla japonica). Pada ikan
budidaya air panas yang lain.,
membutuhkan antara 18:2n-6 dan
18:3n-3, tetapi pada level 0,5%.
Pada ikan Herbivora didaerah tropis
seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica)
membutuhkan asam lemak n-6
ataupun lebih dari n-3. kebutuhan
asam lemak dalam komposisi pakan
berkisar antara 18:2n-6 atau 20:4n-6
sebanyak 0,5% . Asam lemak n-3 (n3 HUFA) adalah asam lemak
esensial dari beberapa ikan air laut
seperti red sea bream (Chrysophyrs
majo), dan ikan buntut kuning
(Seriola quinquerodiata). Kebutuhan
asam lemak polyunsaturated rantai
yang panjang harus diberikan untuk
menambah atom karbon atau
melepas hidrogen dari pakan,
sebagian besar ikan air laut air
diperairan
dingin
membutuhkan
asam lemak n-3 (Millamena, 2002).
Penelitian tentang asam lemak
esensial dibutuhkan untuk ikan air
panas dan spesies ikan di filiphina
menunjukkan
bahwa
beberapa
spesies membutuhkan asam lemak
antara n-3 dan n-6 sementara
lainnya hanya n-3. Pada ikan
bandeng yang di budidayakan pada
air laut dibutuhkan n-3 HUFA dan
pertumbuhan
yang
terbaik
didapatkan dengan menggunakan
antara linolenic (18:3n-3) atau n-3
HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut
kakap
pada
stadia
juvenil
membutuhkan antara n-3 dan n-6
PUFA dengan kadar 0,5% dalam
komposisi pakannya atau pada
perbandingan n-3/n-6 dengan rasio
1,0. Ikan Grouper membutuhkan n-3
HUFA sekitar 1%. Pada juvenil
udang windu (Penaeus monodon),
sekitar 2,6% dari komposisi pakan
PUFAnya
dapat
meningkatkan
pertumbuhan sedangkan komposisi
18:2n-6 lebih besar daripada 5%
memiliki
efek
negatif
pada
pertumbuhan. Kemudian, spesies
yang berbeda membutuhkan EFA
yang berbeda dan perbedaan lebih
jelas pada ikan air panas dari pada
ikan air dingin.
Lemak pakan yang kekurangan
asam
lemak
essensial
akan
memberikan dampak negatif bagi
ikan budidaya. Hal ini dikarenakan
lemak
pakan
yang
tidak
mengandung
EFA
akan
mengakibatkan
penurunan
kandungan
lemak
pada
hepatopankreas
ikan
carp.
Akumulasi lemak pada hati hewan
yang
kekurangan
EFA
dapat
mengganggu biosintesis lipoprotein.
Selain
itu
berdasarkan
hasil
penelitian dari Watanabe (1988)
kekurangan EFA akan sangat
berpengaruh
terhadap
spawning/pemijahan
rainbowtrout
dan seabream merah, hal ini
dikarenakan EFA berperan penting
pada fisiologi reproduksi sebagai
tokoferol pada ikan. Selain itu pada
rainbowtrout dewasa yang memakan
lemak kekurangan EFA pada usia
tiga bulan sebelum telur matang,
maka telur yang dihasilkan memiliki
198
daya tetas yang rendah. Dengan
memberikan EFA sebanyak 1% yaitu
asam lemak linoleat ternyata kondisi
penetasan telur dapat ditingkatkan.
Dampak
negatif
lainnya
jika
kekurangan EFA pada telur ikan
yang telah dibuahi maka akan terjadi
perubahan bentuk/deformasi tubuh
dan larva menjadi abnormal. Dengan
adanya perubahan bentuk tubuh,
kecacatan larva maka pertumbuhan
ikan tersebut akan terlambat.
Biosintesis Asam lemak
Lemak yang dikonsumsi oleh ikan
akan dicerna didalam lambung akan
dihidrolisis menjadi monogliserida
dan asam lemak bebas dengan
bantuan enzim lipase dan ditambah
dengan proses saponifikasi dan
emulsi oleh asam empedu dan
lecithin
dalam
empedu.
Akhir
hidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Berdasarkan studi secara in
vitro pada ikan layang, ikan cod dan
rainbow trout enzim lipase akan
menghidrolisis triaslglyserol menjadi
2-monoasilglyserol dan asam lemak
bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol
selanjutnya
akan
membentuk
glyserol dan asam lemak bebas.
Setelah dicerna selanjutnya akan
dilakukan
penyerapan,
seperti
diketahui
bahwa
asam
lemak
merupakan produk yang tidak larut
dalam air maka asam lemak yang
lebih rendah dan kolin akan diserap
langsung didalam mukosa usus
halus. Monogliserida dan asam
lemak yang tidak larut diemulsi dan
dilarutkan
membentuk
komplek
koloid yaitu misel yang masuk
kedalam sel epitel. Monogliserida
disintesis disel berepitel membentuk
triglyserida. Triglyserida dan sedikit
fosfolipid dan kolesterol bebas akan
berkombinasi
membentuk
Chylomicron, yaitu komplek koloid
yang besarnya 0,5 – 1,5 µm,
Chylomicron ini diserap kedalam
sistem lipatik dan selanjutnya lewat
melalui kantong torakic menjadi
sistem yang sistemik dan dengan
cepat diangkut oleh hati dan jaringan
untuk katabolisme dan cadangan
energi. Rantai panjang asam lemak,
gabungan
triglyserida
dilakukan
penyimpanan pada suhu yang lama
dalam bentuk energi dalam lemak
atau jaringan adipose hewan. Ketika
energi diperlukan dalam jumlah
besar, asam lemak dipecahkan untuk
menghasilkan energi.
5.5. VITAMIN
Vitamin berasal dari kata vitamine
yang berarti zat hidup (vital) yang
mengandung N (amine) atau disebut
juga biokatalis. Vitamin merupakan
senyawa organik dengan berat
molekul rendah (berat molekulnya
biasanya kurang dari 1000) dengan
komposisi dan fungsi yang beragam
yang sangat penting bagi kehidupan
tetapi tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Vitamin termasuk kedalam
komponen pelengkap yang mana
kehadirannya
dalam
makanan
sangat
diperlukan
untuk
menormalkan pertumbuhan dan
perawatan
kesehatan
dan
ketidakcukupan
dalam
bahan
makanan
dapat
mengakibatkan
pengembangan
kondisi
specifik
pathologic. Istilah vitamin dengan
kata lain adalah dietary essensial
199
yaitu harus diberikan dari luar tubuh
karena tubuh tidak dapat mensintesis
sendiri.
Jumlah
vitamin
yang
dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit
dibandingkan dengan zat nutrisi
lainnya tetapi kekurangan vitamin
dalam komposisi pakan dapat
menyebabkan gejala tidak normal
pada
ikan
sehingga
akan
mengganggu
proses
pertumbuhannya. Kebutuhan ikan
akan vitamin sangat ditentukan oleh
faktor dalam maupun faktor luar
antara lain adalah jenis dan ukuran
ikan, laju pertumbuhan, komposisi
pakan, kondisi fisiologis ikan serta
lingkungan perairan dimana ikan itu
hidup.
disimpan dalam hati atau jaringanjaringan lemak seperti halnya lemak,
vitamin
memerlukan
protein
pengangkut untuk memindahkan-nya
dari satu tempat ke tampat yang lain.
Karena sifatnya yang tidak larut
dalam air maka vitamin dalam
kelompok ini tidak dapat dikeluarkan
atau diekskresikan, akibatnya vitamin
ini dapat ditimbun dalam tubuh bila
dikonsumsi berlebihan/dalam jumlah
banyak. Vitamin yang larut dalam
lemak ini dapat diserap dengan
efisien kalau terdapat penyerapan
lemak yang normal. Begitu diserap,
molekul vitamin tersebut diangkut di
dalam
darah
dalam
bentuk
lipoprotein atau terikat dengan
protein pengikat yang spesifik.
Klasifikasi Vitamin
Vitamin-vitamin yang larut dalam air
bergerak bebas dalam badan, darah
dan limpa. Karena sifatnya yang larut
dalam air, vitamin ini mudah rusak
dalam pengolahan dan mudah hilang
karena tercuci atau terlarut oleh air,
keluar dari bahan. Selain itu sifat
vitamin ini tidak stabil selama
penyimpanan. Oleh karena itu harus
tersedia dalam pakan secara terus
menerus. Berbeda halnya dengan
vitamin B12 yang dapat disimpan
dalam hati selama beberapa tahun.
Semua vitamin yang larut dalam air,
kecuali vitamin C berfungsi sebagi
koenzim atau kofaktor dalam reaksi
enzimatik.
Vitamin
dapat
dikelompokkan
menjadi dua golongan menurut
Tacon (1991) yaitu pertama vitamin
yang larut dalam lemak terdiri dari
vitamin A (retinol) , vitamin D
(kolekalsiferol/ergokalsiferol), vitamin
E (alfa tokoferol) dan vitamin K
(menadion), kedua adalah vitamin
yang larut dalam air terdiri dari
vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2
(Riboflavin), vitamin B3 (Niasin),
vitamin B5 (asam pantotenat),
vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12
(kobalamin), biotin, asam folat,
inocitol, kolin dan vitamin C (asam
askorbat).
Vitamin yang larut dalam lemak
banyak terdapat dalam daging ikan,
minyak ikan dan biji-bijian sebagai
sumber minyak seperti kacang
tanah,kacang
kedelai
dan
sebagainya. Sekali diserap dalam
tubuh,
vitamin-vitamin
tersebut
Vitamin A
Vitamin A atau retinol merupakan
senyawa
poliisoprenoid
yang
mengandung cincin sikloheksanil.
Didalam tubuh, fungsi utama vitamin
A dilaksanakan oleh retinol dan
200
kedua derivatnya yaitu retinal dan
asam tetinoat. Senyawa tersebut
terutama disimpan dalam bentuk
ester retinol didalam hati (Steffens,
1989). Menurut
Winarno (1997),
vitamin A merupakan jenis vitamin
yang aktif dan terdapat dalam
beberapa bentuk yaitu vitamin A
alkohol (retinol), vitamin A aldehida
(retinal), vitamin A asam (asam
retinoat) dan vitamin A ester (ester
retinil).
Vitamin
A
mempunyai
fungsi
menjadikan penglihatan normal,
dalam retina pada mata vitamin A
dikombinasikan dengan protein khas
membentuk pigmen penglihatan.
Pigmen penglihatan ini berfungsi
sebagai penerima dan transmisii
cahaya dari mata ke otak. Vitamin A
dibutuhkan
untuk
memelihara
jaringan epitel lendir/cairan spesial
dlam saluran reproduksi, kulit, tulang,
saluran gastrointestin. Secara normal
mata akan mengeluarkan cairan
lemak kental yang disebut mukus
(lendir). Cairan tersebut diproduksi
oleh sel epitel mukosa, yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya
infeksi pada mata. Mekanisme
penglihatan terjadi karena fungsi
vitamin A dan protein yang terjadi di
dalam sel batang retina mata. Sel
tersebut akan berfungsi dengan
adanya rangsangan sinar yang
berintensitas rendah dan bukan oleh
adanya
rangsangan
warna.
Komponen aktif yang berperan
dalam proses penglihatan adalah
senyawa retinol teroksidasi yaitu
retinal atau vitamin A aldehid yang
akan mengikat protein yang dikenal
dengan nama opsin. Kompleks
retinal
opsin
tersebut
disebut
Rodopsin, yang akan menyusun
membran sel batang. Pada saat
rodopsin memperoleh rangsangan
sinar, retinal akan beraksi melalui
berbagai reaksi enzimatis dan
memberikan rangsangan ke saraf
optik dan seterusnya akan diteruskan
ke otak.
Dalam bahan makanan vitamin A
terdapat dalam bentuk karoen
sebagai ester dari vitamin A dan
sebagai vitaminA bebas. Keaktifan
biologis karoten jauh lebih rendah
dibandingkan dengan vitamin a,
karena karoten merupakan sumber
utama vitamin A. Sayuran dan buahbuahan yang berwarna hijau atau
kuning
biasanya
banyak
mengandung karoten. Ada hubungan
langsung antara derajat kehijauan
sayuran dengan karoten. Semakin
hijau daun tersebut semakin tinggi
kadar
karotennya,
sedangkan
sayuran
yang
daun-daunannya
berwrna pucat seperti selada dan kol
sangat miskin dengan karoten.
Sumber bahan yang kaya akan
retinol terdapat pada minyak hati
ikan (minyak hati ikan halibut 9000
ug/g, minyak hati ikan cod 180 ug/g)
dan tepung hati hewan 25 – 100
ug/g. Bahan pakan yang berasal dari
tumbuhan yang kaya akan vitamin A
(retinol setara 1 ug/g berat basah)
termasuk wortel tua = 20, bayam =
10, watercess = 5. Provitamin A yaitu
β-karoten banyak terdapat dalam
sayuran hijau dan secara praktisnya
terdapat dalam wortel, ubi jalar dan
waluh.
Jumlah vitamin A/retinol dalam
sumber bahan dinyatakan dalam
Internasional Unit (IU) atau Satuan
Internasional (SI). 1 IU vitamin A
201
setara 0,344 ug retinol atau 0,6 ug
beta karoten, jadi :
1RE = 1 ug retinol (3,33 IU) = 6 ug βkaroten (10 IU) = 12 ug karatenoid
(10 IU).
Sumber vitamin A dibagi dalam tiga
kelompok yaitu kandungan tinggi,
sedang dan rendah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel
5.13.
Tabel 5.13. Penggolongan beberapa sumber Vitamin A (Flint (1981) dalam
Winarno (1997)
Tinggi
(RE > 20000 ug/100g)
Minyak ikan
Minyak kelapa sawit
Sedang
(RE 1000-20000 ug/100g)
Hati kambing/domba
Hati ayam
Ubi jalar
Wortel
Bayam
Vitamin A sangat dibutuhkan oleh
ikan dan jumlah kebutuhan vitamin A
pada
beberapa
spesies
ikan
berbeda. Kebutuhan vitamin A pada
beberapa jenis ikan budidaya dapat
dilihat pada Tabel 5.14.
Vitamin dalam tubuh ikan berperan
dalam penglihatan, mata, permukaan
epitel serta membantu proses
pertumbuhan. Peranan retinol untuk
penglihatan normal sangat penting
karena penglihatan mata sangat
tergantung oleh adanya rodopsin,
suatu pigmen yang mengandung
retinol. Pada kondisi kekurangan
vitamin A, sel epitel mukosa mata
Rendah
(RE < 1000 ug/100g)
Roti
Daging (sapi)
Kentang
Ikan
tidak mampu memproduksi mukus,
tetapi akan mengeluarkan protein
yang tidak larut dalam air yang
disebut keratin. Apabila keadaan
tersebut
terjadi
secara
terus
menerus, maka sel-sel membran
akan menjadi kering dan mengeras,
yang disebut dengan keratinisasi.
Xeropthalmia
adalah
keadaan
kekurangan vitamin A, mula-mula
konyugasi
mata
mengalami
keratinasi, kemudian kornea mata
juga terpengaruh dan bila dibiarkan
berlanjut
akan
menjadi
buta.
Beberapa gejala kekurangan vitamin
A pada ikan dapat dilihat pada Tabel
5.15.
202
Tabel 5.14
Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya (Tacon,
1987 dan 1991)
Jenis ikan
Status
pemeliharaan/
wadah/vitamin
Kebutuhan
Referensi
Ikan Mas (Cyprinus
carpio)
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
4000–20000IU/kg
Aoe dkk, 1968
Channel catfish (Ictalurus
punctatus)
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
1000–2000 IU/kg
Dupre, 1970
Channel catfish (Ictalurus
punctatus)
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
2000–2500 IU/kg
Halver,1972
Rainbow trout
-
2500–5000 IU/kg
Halver, 1972
Rainbow trout
-
2000–2500 IU/kg
Kitamura,1967
R
Halver, 1972
2000–4000 IU/kg
Shim & Tan,
1989
Salmon
Ikan Guppy
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
-
Tabel 5.15. Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan (Tacon
1987&1991)
Jenis ikan
Gejala defisiensi
Salmon
Pertumbuhan lambat, xeropthalmia, epitel kornea
menjadi keruh dan mengental, degenerasi retina
Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Anoexia, warna tubuh menjadi kusam, pendarahan
pada
sirip
dan
kulit,
xeropthalmia,
abnormal/melengkung pada bagian operculum
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Depigmentasi,
mata
menonjol
dan
buram
(xeropthalmia), oedema, atropia, pendarahan pada
ginjal, mortalitas meningkat
Guppy
(Poecilia reticulata)
Pertumbuhan menurun, efisiensi pakan buruk
203
Vitamin A dalam pemberiannya pada
ikan sebaiknya tidak berlebihan,
karena berdasarkan hasil penelitian
dalam Tacon (1991), pemberian
vitamin A dengan dosis 2,2 – 2,7 juta
IU/kg pada ikan salmon memberikan
dampak
keracunan.
Dampak
keracunan vitamin A ini dapat dilihat
dari gejala-gejalanya antara lain
adalah pertumbuhan menurun dan
terjadi pendarahan, pecah/erosi yang
hebat pada sirip ekor, dubur, dada,
perut dan punggung. Oleh karena itu
pemberian vitamin A ini harus sesuai
dengan kebutuhan ikan, karena
vitamin A ini merupakan vitamin yang
larut dalam lemak jika kelebihan
dalam tubuh ikan tidak dapat
dieksresikan keluar tubuh tetapi
disimpan dalam bentuk berikatan
dengan lemak.
Vitamin D
Menurut Murray (1999), vitamin D
merupakan
prohormon
steroid.
Vitamin ini diwaklili oleh senyawa
steroid yang terutama terdapat pada
hewan, tanaman dan ragi. Melalui
berbagai perubahan metabolik dalam
tubuh, vitamin D menghasilkan suatu
hormon yang dikenal dengan nama
kalsitriol, kalsitriol ini mempunyai
peranan sentral dalam metabolisme
kalsium dan fosfor. Dari beberapa
jenis vitamin D dua diantaranya
dianggap yang paling penting yaitu
vitamin D2 (ergo kalsiferol) dan
(7-dehidrokolesterol
vitamin
D3
kolikolaferol). Struktur kedua vitamin
tersebut sangat mirip. Vitamin ini
merupakan vitamin yang larut dalam
lemak dan sangat sensitif terhadap
adanya oksigen dan sinarmatahari.
Kedua vitamin tersebut merupakan
kristal putih yang dibentuk dari
proses irradiasi senyawa sterol yang
kemudian diikuti dengan proses
pemurnian. Vitamin D disebut juga
vitamin anti-rachitis (Andarwulan dan
Koswara, 1989). Sumber utama
vitamin
D
di
alam
adalah
kolekalsiferol (vitamin D3). Seperti
vitamin A, kolekalsiferol hanya
terdapat pada jaringan hewan. Pada
kebanyakan
hewan
darat
kolekalsiferol diproduksi dalam kulit
melalui sinar UV dengan provitamin
7 dehidrokolestrol.
Vitamin D didalam tubuh aktifitasnya
dapat dibagi kedalam tiga tempat
yaitu usus, tulang dan ginjal. Di
dalam usus vitamin D berperan
dalam absorbsi Ca, karena pada
keadaan
defisiensi/kekurangan
vitamin D maka penyerapan Ca
menurun. Di dalam usus terdapat Ca
binding protein yang memerlukan
vitamin D. Di dalam tulang vitamin D
berperan dalam proses reaksi
collagen dan meningkatkan resorbsi
tulang. Sedangkan dalam ginjal,
vitamin
D
berfungsi
dalam
mengurangi clearance Ca dan P.
Vitamin D dapat disintesis dalam
tubuh manusia dan hewan dalam
bentuk vitamin D2. laju sintesis
vitamin D tergantung pada jumlah
sinar matahari yang diterima serta
konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin
tersebut kemudian diaktifkan oleh
sinar matahari dan diangkut ke
berbagai
alat
tubuh
untuk
dimanfaatkan atau disimpan di dalam
hati.
Menurut Tacon (1987), sumber
bahan yang kaya akan kolekalsiferol
termasuk hati ikan (minyak hati ikan
cod 2 – 10 ug/g), minyak dan tepung
204
hati hewan serta tepung ikan.
Sumber pakan yang mengandung
cholecalciferol/vitamin
D
sering
dinyatakan dalam Internasional Unit
(IU). 1 IU berpotensi 0,025 ug
cholecalciferol dan setara 1 unit BSI
(British Standart Unit) atau 1,3 unit
AOAC (Association of Analytical
Chemist USA). Pengukuran keaktifan
atau kekurangan vitamin D dapat
dilakukan dengan cara line test yaitu
membandingkan 2 kelompok hewan
percobaan
yang
dibiarkan
kekurangan vitamin D dengan
memberi
diet
rachitogeni
dan
kelompok lain diberi minyak ikan.
Setelah 7 – 10 hari tulang-tulang
panjang dianalisis terhadap adanya
calcium line, makin tebal calcium
linenya maka makin tinggi kekuatan
vitamin D tersebut. Kebutuhan
vitamin D pada ikan budidaya juga
bervariasi menurut jenis ikannya
Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Kebutuhan vitamin D pada beberapa jenis ikan budidaya (Tacon,
1987 & 1991)
Status
pemeliharaan/
wadah/vitamin
Jenis ikan
Kebutuhan
Referensi
Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
NR
NRC, 1983
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
1000 IU/kg
Murray, 1980
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
500 IU/kg
Lowel&Li,
1978
Rainbow trout
(S. gairdneri)
-
1600 – 2400IU/kg
Barnet, 1979
Penaeid
(Penaeus japonicus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
R
Kanazawa,
1983
Kekurangan vitamin D pada ikan
budidaya
dapat
menyebabkan
beberapa gejala, misalnya pada ikan
salmon mengakibatkan terjadinya
penurunan
pertumbuhan
dan
efisiensi pakan, anorexia, tetani, isi
hati/lemak otot meningkat tinggi dan
tingkat plasma T3 meningkat. Pada
ikan channel catfish mengakibatkan
terjadinya penurunan petumbuhan
sedangkan
pada
udang
sintasan/kelangsungan
hidup
menurun. Kekurangan vitamin D
dapat mengakibatkan :
• Riketsia, ditandai oleh bengkok
tulang belakang kaki sehingga
berbentuk O pada anak-anak.
• Tetani, suatu gejala ditandai
bengkoknya pergelangan tangan
dan sendi akibat rendahnya
kalsium dalam serum karena
205
•
kekurangan vitamin D atau
rusaknya kelenjar paratiroid
Osteomalacia,
penderitaan
diakibatkan kekurangan vitamin
D dan kalsium pada orang
dewasa.
Vitamin D dalam tubuh jika
berlebihan
dapat
menyebabkan
keracunan, gejala keracunan pada
ikan salmon dapat diperlihatkan
dengan
terjadinya
penurunan
pertumbuhan, kelesuan, warna tubuh
semakin gelap. Pada ikan channel
catfish
gejala
keracunan
mengakibatkan
penurunan
pertumbuhan dan efisiensi pakan
buruk (Tacon, 1991).
Vitamin E
Vitamin E (tokoferol) berperan
sebagai antioksidan dari larutan
lemak ekstraseluler dan intraseluler
dalam
tubuh
hewan.
Dengan
menerima oksigen, vitamin E dapat
membantu
mencegah
okidasi
terhadap vitamin A dalam saluran
pencernaan. Dalam jaringan vitamin
E menekan terjadinya oksidasi asam
lemk tak jenuh. Vitamin E juga
terlibat dalam proses sintesis,
khususnya
dalam
proses
pemasangan pirimidin ke dalam
asam nukleat, serta dalam proses
pembentukan sel darah merah dalam
sumsum
tulang.
Vitamin
E
dibutuhkan dalam sintesis koenzim A
yang penting dalam pernafasan.
Selain itu dapat melindungi HUFA
(Highly
Unsaturated Fatty acid)
dalam sel dan submembran sel dan
senyawa reaktif lainnya (seperti
vitamin A dan vitamin C) dari
pengaruh oksidasi dengan bertindak
sebagai perangkap radikal bebas.
Vitamin E juga berperan penting
dalam respirasi sel dan biosintesisa
DNA dan sebagai koenzim Q.
Vitamin E dan vitamin C dapat
berfungsi
sebagai
antioksidan,
melindungi asam lemak secara in
vitro dan in vivo (Machlin, 1990).
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung tocopherol antara lain
adalah : tepung alfalfa, tepung kulit
ari gandum (100 mg/kg), seluruh
telur ayam, kulit ari beras (75 – 100
mg/kg), kulit padi, gandum biasa (10
-75 mg/kg), bahan pembuat bir
kering, bijian barley, semua tepung
lemak kedelai, biji jagung, sisa
penggilingan gandum ( 25- 50
mg/kg), tepung getah biji/buah pohon
ek, dedak gandum, bijian gandum
hitam, sorgum, tepung ikan, oat,
tepung biji bunga matahari, tepung
biji kapas (10-25 mg/kg) dan sumber
lainnya.
Cara
pengukuran
vitamin
E
dinyatakan
dalam
Satuan
Internasional
(SI)
atau
dalam
miligram alfa tokoferol. 1 SI vitamin E
sama dengan 1 mg DL-alfa-tokoferol
asetat sintetik, D-alfa-tokoferol alami
sama dengan 1,49 SI/g. Biasanya
keaktifan tokoferol yang bukan alfa
tokoferol diabaikan karena potensi
keaktifannya rendah.
Pencernaan vitamin E biasanya
bersamaan dengan pencernaan
lemak yang dimulai
dari bagian
lambung dab secara intensif ada di
usus. Lemak dan vitamin E
dihidrolisis dengan katalisator lemak
menjadi monogliserida dan asam
lemak. Dengan adanya garam
empedu yang berfungsi sebagai
pengelmusi lemak maka terbentuklah
206
’miseles” yang siap diserap dalam
dinding usus. Penyerapan vitamin E
di dalam usus dalam bentuk αtokoferol yang merupakan bentuk
aktif vitamin E. Vitamin E akan
dibebaskan dan diserap selama
proses pencernaan lemak dan
diangkut
dalam
darah
oleh
lipoprotein pertama lewat penyatuan
ke
dalam
kilomikron
yang
mendistribusikan vitamin kejaringan
yang megandung lipoprotein lipase
kemudian ke hati.
Kebutuhan
vitamin
E
dalam
komposisi
pakan
ikan
mutlak
diberikan karena vitamin E sangat
membantu dalam proses reproduksi
ikan
dan
sebagai
antibodi.
Kebutuhan vitamin E untuk setiap
jenis
ikan
budidaya
sangat
bervariasi,
berdasarkan
hasil
penelitian oleh beberapa peneliti
sangat
beragam.
Untuk
lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel
5.17.
Tabel 5.17. Kebutuhan vitamin E pada beberapa jenis ikan (Tacon, 1987,
1991)
Jenis ikan
Status
pemeliharaan /
wadah/vitamin
Kebutuhan
(mg/kg
pakan)
100
Dalam ruangan/
Ikan Mas
tangki / bahan murni
(Cyprinus carpio)
300
Dalam ruangan/
Ikan Mas
tangki / bahan murni
(Cyprinus carpio)
30 - 75
Dalam ruangan/
Channel catfish
tangki / bahan murni
(Ictalurus punctatus)
50 - 100
Dalam ruangan/
Tilapia
tangki / bahan murni
(Oreochromis niloticus)
20 – 30
Dalam ruangan/
Rainbow trout
tangki / bahan murni
(S. gairdneri)
50 – 100
Dalam ruangan/
Rainbow trout
tangki / bahan murni
(S. gairdneri)
200
Dalam ruangan/
Penaeid
tangki / bahan murni
(Penaeus japonicus)
R
Dalam ruangan/
Coho salmon
tangki / bahan murni
(O. kisuth)
40 – 50
Dalam ruangan/
Chinook salmon
tangki / bahan murni
(O. tshawytscha)
R
Dalam ruangan/
Brook trout
tangki / bahan murni
(S. fontinalis)
R:
memperlihatkan kebutuhan akan vitamin, tetapi keperluan
belum diketahui
Selain itu kebutuhan akan vitamin E
telah dilakukan penelitian oleh
beberapa peneliti dengan mengamati
pertambahan berat badan dengan
Referensi
Watanabe,
1970
Watanabe,
1970
Murray, 1980
Satoh etal,
1987
Cowey et al,
1981
Watanabeet al,
1981
Kanazawa,
1983
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
secara kuantitas
kisaran kebutuhan vitamin untuk
setiap jenis ikan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel
5.18.
207
Tabel 5.18. Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E sesuai dengan
kebutuhan ikan budidaya (NRC, 1993)
Jenis ikan
Atlantik salmon
Pasifik salmon
Pasifik salmon
Rainbow trout
Rainbow trout
Rainbow trout
Rainbow trout
Channel catfish
Channel catfish
Ikan mas
Ekor kuning
Tilapia biru
Ikan nila
Kebutuhan
(berat/kg pakan)
35 mg
30 IU
40 – 50 mg
30 IU
25 mg
100 mg
50 mg
25 mg
50 mg
100
119
25 mg
50 -100 mg
Takeuchi
(1992),
menjelaskan
bahwa
ikan
grass
carp
(Ctenopharyngodon idella) yang
diberikan α-tokoferol 2,0; 4,5; 9,4;
18,7; 27,5; 44,5 mg/100 g pakan,
memberikan hasil pertumbuhan yang
terbaik pada pemberian vitamin E
sebanyak 4,5 dan 9,4 mg/100 g
pakan. Ikan mengalami distropi yang
ditandai hilangnya daging ikan
bagian
punggung
tubuh
jika
diberikan α-tokoferol sebanyak 2,0
mg/100 g pakan. Sedangkan Hamre
et al (1994), meneliti ikan salmon
atlantik dengan pemberian DL αtokoferol asetat sebanyak 0 dan 15
mg/kg pakan, ikan mengalami
defisiensi. Ikan yang mengalami
defisiensi
vitamin
E
akan
memperlihatkan haemoglobin seluler
rendah, volume dan jumlah sel darah
merah meningkat dan bagian sel
darah merah tidak matang. Kadar
Kriteria
Respon
WG, ADS
WG, ADS
WG, MLS
WG, ADS
WG, ADS
MLS
AASLP
WG, ADS
AASLP
WG, ADS
MLS
WG
WG, ADS
Referensi
Lall et al,1988
Woodall et al,1964
Halver, 1972
Woodall et al, 1964
Hung et al, 1980
Watanabe et al, 1981
Cowey et al, 1983
Murray&Andrew, 1974
Wilson et al, 1984
Watanabe et al, 1970
Shimeno, 1991
Roem et al, 1990
Sotoh et al, 1976
vitamin E 60 mg/kg pakan dapat
memberikan kelngsungan hidup
yang tinggi. Pada hasil penelitian
Syahrizal (1988) pada ikan lele
pemberian α-tokoferol dalam pakan
akan memberikan hasil yang terbaik
pada kadar 211,60 – 308,16 mg/kg
pakan pada kadar lemak 6,38 –
6,50%.
Berdasarkan
hasil
penelitian
beberapa peneliti yang konsern
tentang pemberian vitamin E pada
ikan
budidaya
tersebut
memperlihatkan bahwa vitamin E ini
benar-benar sangat dibutuhkan oleh
ikan budidaya untukmeningkatkan
laju pertumbuhan dan seperti juga
pada manusia vitamin e dapat
meningkatkan
kesuburan
dan
ternyata pada ikan budidaya juga
memberikan dampak yang positif
terhadap proses percepatan organ
208
reproduksi yang dapat meningkatkan
masa reproduksi ikan budidaya. Oleh
karena itu pemberian vitamin e pada
ikan harus sesuai dengan kebutuhan
ikan tidak boleh berlebihan dan
kekurangan. Dari hasil pengamatan
para peneliti diperoleh suatu gejala
umum jika ikan yang dibudidayakan
kekurangan vitamin E dalam pakan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan budidaya
(Tacon, 1991)
Jenis ikan
Gejala
Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Penyakit otot, mortalitas meningkat, exopthalmia
Salmon
Pertumbuhan menurun, exopthalmia, ascites,
anemia, insang menggumpal, epicarditis, endapan
ceroid dalam limpa, mortalitas meningkat, warna
insang memucat, kerusakan otot, daya tetas telur
menurun
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Pertumbuhan dan efisiensi pakan menurun,
meneteskan diathesis, penyakit otot, depigmentasi,
hati berlemak, anemia, terhentinya perkembangan
jaringan
pankreas,
mortalitas
meningkat,
pengendapan ceroid dalam hati dan pembuluh
darah
Penaeids
(Penaeus japonicus)
Survival dan pertumbuhan menurun
Tilapia
(Oreochromis niloticus)
Anorexia, pertumbuhan menurun, effisiensi pakan
rendah, mortalitas meningkat, pendarahan pada
kulit dan sirip, degradasi urat/otot, kerusakan pada
sel produksi darah merah
Vitamin K
Menurut Tacon (1987), di alam
vitamin K terdapat dalam dua bentuk
yaitu vitamin K1 yang disebut mefiton
dan vitamin K2 yang disebut
mevaquinon
atau
farnaquinon.
Vitamin K1 banyak terdapat pada
sayuran sedangkan vitamin K2
banyak
terdapat
pada
hasil
209
metabolisme bakteri usus dan
terdapat pada jaringan. Vitamin K
merupakan senyawa sintetis yang
banyak digunakan secara klinis dan
disebut sebagai Menadion (Vitamin
K3).
Vitamin
K
digunakan
untuk
pemeliharaan
koagulasi
darah
normal dalam kemudahan produksi
dan atau pelepas berbagai protein
plasma yang dipergunakan untuk
koagulasi darah (pembekuan darah).
Sumber bahan baku pakan yang
banyak mengandung vitamin K
antara lain adalah tepung alfalfa (9
mg/kg), tepung ikan (2 mg/kg),
tepung hati dan sayuran hijau
(bayam, kangkung, kubis, jelatang
dan pine neddles). Vitamin K1
banyak terdapat pada daun lobak ,
teh hijau, brokoli, kol, selada,
sedangkan vitamin K2 banyak
terdapat pada hasil metabolisme
bakteri usus dan terdapat pada
jaringan.
Kebutuhan vitamin K pada ikan
budidaya belum banyak dilakukan
penelitian, menurut Tacon (1991)
kebutuhan vitamin K pada ikan
channel catfish berkisar antara 0,5–
1 mg/kg pakan, dimana pada dosis
tersebut
dapat
memberikan
pertambahan berat badan. Selain itu
kekurangan vitamin K pada ikan
budidaya juga memberikan dampak
yang negatif pada ikan salmon
dimana
ikan
salamon
yang
kekurangan
vitamin
K
akan
memberikan
gejal
peningkatan
penggumpalan
darah,
anemia,
pendarahan pada insang, mata dan
jaringan
pembuluh
darah,
Sedangkan pada channel catfish
mengakibatkan pendarahan pada
kulit dan pada udang mengakibatkan
terjadinya penurunan kelangsungan
hidup (Tacon, 1991).
Vitamin Yang Larut Dalam Air
Vitamin B1 (Tiamin)
Tiamin berperan sebagai kofaktor
enzim
untuk
metabolisme
karbohidrat dalam menghasilkan
energi dan proses dekarboksilasi
(pelepasan karbondioksida) dalam
reaksi enzim multiplek. Penyerapan
tiamin oleh usus berlangsung melalui
dua mekanisme yaitu pertama difusi
secara pasif yang terjadi pada saat
konsentrasinya tinggi dan kedua
berlangsung melalui transport aktif
yaitu pada saat konsentrasinya
menurun. Didalam tubuh tiamin tidak
dapat disimpan dalam jumlah
banyak, oleh karena itu kelebihian
tiamin didalam tubuh akan dibuang
melalui urin. Sedangkan dalam
jumlah
terbatas
tiamin
dapat
disimpan di dalam hati, ginjal,
jantung, otot dan otak.
Kebutuhan tiamin untuk berbagai
jenis ikan berbeda-beda seperti yang
diperoleh dari hasil rangkuman oleh
Tacon (1991) melalui berbagai
penelitian oleh peneliti pada Tabel
5.20.
210
Tabel 5.20. Kebutuhan Tiamin dalam pakan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (S. gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantik salmon (Salmo salar)
Turbot (Scopthalmus maximus)
Tilapia (Oreochromis sp)
Shrimp larva (Penaeus japonicus)
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus)
Setiap jenis ikan membutuhkan
jumlah tiamin yang berbeda dalam
komposisi pakan. Apabila kandungan
tiamin dalam pakan tidak mencukupi
Kandungan
(mg/kg)
0,5
1
1 -10
10 – 12
10 – 12
10 – 15
10 – 15
10 – 15
0,6 – 2,6
2,5
40
60 - 120
Referensi
Aoe et al, 1969
Mclaren et al, 1978
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Cowey et al, 1975
Lim et al, 1991
Kanazawa, 1985
Deshimaru&Kuroki,
1979
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti pada Tabel
5.21.
211
Tabel 5.21. Tanda-tanda kekurangan tiamin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Berkurangnya nafsu makan,
pertumbuhan lambat, kepekaan
yang meningkat karena getaran
pada wadah atau akibat kilatan
cahaya.
Mc Laren et al, 1974
Philips&Brockway,
1975, Halver
1957,Kitamura et al,
1967
Common carp
(Cyprinus carpio)
Pendarahan pada sirip,
kegugupan memucatnya warna
tubuh, nafsu makan berkurang,
pertumbuhan lambat
Aoe et al, 1969
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Nafsu makan berkurang,
pertumbuhan lambat,
pewarnaan kulit menjadi gelap,
kematian
Dupree, 1966, Murai&
Andrew, 1978
Red sea bream
(C. major)
Nafsu makan berkurang,
pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel
(Anguila japonica)
Nafsu makan berkurang, ataxia,
gejala perubahan memutarnya
badan, pendarahan pada sirip
Arai et al, 1972
Hashimoto et al, 1972
Tilapia
(Oreochromis sp)
Nafsu makan berkurang, warna
kulit menjadi muda, gangguan
syaraf, efisiensi pakan dan
pertumbuhan rendah,
hematocrit rendah
Lim et al, 1991
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Nafsu makan berkurang,
pewarnaan kulit menjadi gelap,
pertumbuhan lambat, kematian
yang diakibatkan setelah
penanganan
Booyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Shrimp
(Penaeus japonicus)
Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup rendah
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung tiamin antara lain
adalah daging berwarna merah, hati
mamalia laut dan beras merah,
krustasea, moluska, sayuran dan
buah-buahan. Tiamin juga sudah
diproduksi secara komersil dalam
bentuk tiamin klorida dan tiamin
difosfat monoklorida. Keberadaan
tiamin dalam tubuh ikan sangat
212
dipengaruhi oleh suhu, pH dan
bisulfat,
basa
organik,
enzim
tiaminase dan radiasi (Steffens,
1992)
Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin berperan dalam proses
oksidasi reduksi dalam jaringan dan
terdapat
dalam
bentuk
koenzim/enzim flavin yang disebut
flavoprotein. Flavoprotein ini sebagai
koenzim pada oksidasi asam amino,
reaksi dihydropolite dehydrogenase
dan transport elektron.
Riboflavin didalam usus diubah
kedalam bentuk koenzimnya dan
setelah itu akan didistribusikan ke
dalam sel-sel agar dapat berfungsi
dalam proses biokimia. Ada dua
koenzim dari riboflavin yaitu Flavin
Mono Nucleotida (FMN) dan Flavin
Adenin
Dinucleotida
(Prawirokusumo, 1991).
(FAD)
Penyerapan
riboflavin
akan
meningkat dengan adanya garamgaram empedu. Hasil metabolisme
riboflavin ini akan dieksresikan ke
dalam urin dan feses dan sejumlah
kecil melalui cairan empedu dan
keringat.
Metabolisme
riboflavin
dipengaruhi oleh hormon tiroid
dimana hormon tiroid ini akan
meningkatkan aktivitas FAD dan
FMN. Pada keadaan hipotiroid akan
terjadi peningkatan laju perubahan
riboflavin menjadi FMN dan FAD.
Kebutuhan ikan akan vitamin B2 ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.22. Apabila kandungan
riboflavin dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.23.
Tabel 5.22. Kebutuhan Vitamin B2 dalam pakan ikan
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantik salmon (Salmo salar)
Tilapia (Oreochromis sp)
Shrimp larva (Penaeus japonicus)
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus)
7
9
2,7
20 – 30
20 – 30
20 – 25
20 – 25
5 – 10
0,6 – 2,6
5
80
Takeuchi et al, 1980
Murai&Andrew, 1978
Amezaga&Knox,1990
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1980
Halver, 1972
Lim et al, 1991
Kanazawa, 1985
213
Tabel 5.23. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Berkurangnya
nafsu
makan,
pertumbuhan lambat, ada paskularisasi
pada kornea, lensa mata kabur, erosi
pada moncong mulut, erosi sirip ekor
yang
parah,
bertambahnya
laju
kematian, pendarahan pada sirip ekor,
otot yang lemah, bagian dinding perut
mengalami pencekungan, takut pada
cahaya, tulang punggung tidak normal,
pembentukan zat warna yang terang
atau gelap, tidak ada koordinasi, malas
bergerak, kurang darah
McLaren et al, 1974
Philips&Brockway,
1975,
Halver 1957,
Kitamura et al, 1967,
Poston et al,1977,
Takeuchi et al, 1980,
Hughes et al, 1981,
Woodward,1982,
Amegaza&Knox,
1990
Common carp
(Cyprinus carpio)
Nafsu makan berkurang, pertumbuhan
lambat, laju kematian sangat tinggi,
pendarahan pada kulit dan sirip, sangat
gugup, takut sinar.
Aoe et al, 1969
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Kekerdilan dengan badan yang pendek,
hilangnya nafsu makan, pertumbuhan
lambat, katarak
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Red sea bream
(C. major)
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Pendarahan pada sirip, takut sinar,
pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, malas bergerak
Arai et al, 1972
Walking carfish
(Clarias batracus)
Nafsu makan berkurang, pertumbuhan
lambat, pendarahan pada kulit dan sirip,
bertambahnya laju kematian
Butthep et al, 1985
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Pergerakan lambat, takut cahaya,
katarak, tubuh pendek, pertumbuhan
dan efisiensi pakan serta kelangsungan
hidup menurun, pewarnaan tubuh
menjadi gelap
Booyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Tilapia
(Oreochromis sp)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun,
kaget
terhadap
sinar,
kematian tinggi, katarak
Lim et al, 1991
Shrimp (Penaeus
japonicus)
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
pada benih menurun
Kanazawa, 1985
214
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung riboflavin antara lain
adalah daging dan produk susu,
bayam, asparagus dan brokoli.
Riboflavin tidak stabil jika terkena
panas dan cahaya, dimana dengan
adanya cahaya akan merusak
aktivitas riboflavin secara perlahanlahan.
Dalam
bentuk
larutan
riboflavin
sangat
tidak
stabil.
Dekomposisinya sangat dipengaruhi
olehsuhu dan pH larutan.
Vitamin B6 (Piridoksin)
Piridoksin
berperan
dalam
metabolisme asam amino, maka bila
kekurangan
vitamin
ini
akan
mengalami
gangguan
pada
metabolisme
protein.
Dalam
metabolisme protein ada enam
reaksi yang memerlukan vitamin B6
yaitu reaksi transaminasi, reaksi
decarboksilasi, reaksi dehydrasi,
reaksi
desulphurasi,
reaksi
racemisasi, reaksi cleavage, reaksi
kondensasi, reaksi aldolase serta
reaksi-reaksi lainnya.
Piridoksin didalam usus diubah
kedalam bentuk piridoksal fosfat dan
piridoksamin fosfat. Metabolisme
piridoksin dimulai sejak vitamin ini
masuk kedalam organ atau jaringan
tubuh dan akan diubah menjadi
piridoksal fosfat dan piridoksamin
fosfat sampai dikeluarkan lagi
kedalam berbagai bentuk untuk
digunakan oleh jaringan lain atau
dieksresikan. Transportasi vitamin ini
didalam tubuh diperantarai oleh
enzim piridoksal kinase yang banyak
terdapat pada semua jaringan
terutama otak , hati dan ginjal.
Kebutuhan ikan akan vitamin B6 ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.24. Apabila kandungan
piridoksin dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.25.
Tabel 5. 24. Kebutuhan Vitamin B6 dalam pakan ikan
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantik salmon (Salmo salar)
Red sea bream (C.major)
Glithead bream (Sparus auratus)
Asean seabass ( Lates calcarifer)
Penaeids (Penaeus japonicus) juvenil
Penaeids (Penaeus japonicus)larva
Penaeids (Penaeus vannamei)
Kandungan
(mg/kg)
5,4
3
10 - 15
10 – 15
10 – 15
10
15 – 20
10 – 15
5–6
1,25
5 - 10
60
120
80 - 100
Referensi
Ogino, 1965
Murai&Andrew, 1978
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Hardy et al, 1979
Halver, 1980
Takeda&Yone, 1971
Kissil et al, 1981
Wanakowat et al, 1989
Deshimaru&Kuroki, 1979
Kanazawa, 1985
He&Lawrence, 1991
215
Tabel 5.25. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Mudah terganggu, peka terhadap
rangsangan, berkurangnya nafsu
makan, awal rigor mortis yang cepat,
ataxia, penimbunan cairan pada
kantong perut, konstraksi overkulum
yang berlebihan, berenang cepat dan
tidak teratur, pewarnaan permukaan
punggung hijau kebiruan, pewarnaan
pada kulit, kurang darah dan bernafas
dengan cepat
McLaren et al, 1974
Philips&Brockway,
1975,
Halver 1957,
Kitamura et al, 1967,
Poston et al,1977,
Takeuchi et al, 1980,
Hughes et al, 1981,
Common carp
(Cyprinus carpio)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
lambat, sangat mudah terganggu
Ogino, 1965
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Nafsu makan menurun, sangat
mudah terganggu, berenang tidak
teratur, kejang, pewarnaan biru hijau
pada permukaan punggung
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Red sea bream
(C. major)
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel
(Anguila japonica)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
lambat, sangat mudah terganggu
Arai et al, 1972
Turbot (S maximus)
Pertumbuhan menurun
Adron et al, 1978
Gilthead bream
(S auratus)
Nafsu makan menurun, kematian
tinggi, hyperirritability, berenang tidak
teratur, efisiensi pakan menurun
Kissil et al, 1969
Yellowtail
Pertumbuhan menurun
Sakaguchi et al, 1983
Snakhead
Pertumbuhan menurun, ataxia,
berenang tidak teratur, wedema,
pewarnaan tidak normal, kebutaan,
lensa kabur
Agrawal&Mahajan,
1983
216
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Ikan lele
(Clarias batracus)
Pertumbuhan lambat, peningkatan
kematian, erosi pada sungut, sangat
mudah terganggu, kehilangan
keseimbangan, awal rigor mortis lebih
cepat, berenang tidak teratur,
pengikisan pada sirip dan rahang
bawah, bernafas dengan cepat
Butthep et al, 1985
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Nafsu makan menurun, berenang di
permukaan tidak mau berkelompok,
berenang seperti spiral tidak
beraturan, luka pada bibir bawah,
kematian tinggi, kekejangan pada otot
tak sadar, penurunan konversi pakan.
Wankowat et al, 1989
Penaeid Shrimp
(Penaeus japonicus)
Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup menurun
Deshimaru&Kuroki,1
979, Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung piridoksin antara lain
adalah khamir, biji-bijian misalnya
jagung dan gandum. Piridoksin tidak
stabil jika terkena sinar ultra violet
karena vitamin ini mempunyai
spektrum absornas ultra violet yang
khas dan sangat dipengaruhi oleh
perubahan pH.
Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Asam pantotenat berperan dalam
formasi koenzim A. Koenzim A
adalah gabungan antara mercapto
ethyl
amine
dengan
phosphopanthothenic
acid
dan
adenosin -31-51 diphosphat. Koenzim
A ini berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak
(Prawirokusumo,
1991).
Asam
pantotenat mudah diserap didalam
usus
yang
akan
mengalami
fosforilasi oleh ATP menjadi bentuk
asam 4-fosfopantotenat.
Kebutuhan ikan akan vitamin B5 ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.26. Apabila kandungan asam
pantotenat dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.27.
217
Tabel 5.26. Kebutuhan Vitamin B5 dalam pakan
Kandungan
(mg/kg)
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Red sea bream (C.major)
Mexican cichlid (C. urophthalmtus)
Tilapia ( Oreochromis mossambicus)
Shrimp (Penaeus japonicus)
30 - 50
15
40 - 50
40 – 50
41 – 50
40 - 50
40 – 50
10
80
NR
NR
Referensi
Ogino, 1965
Wilson et al, 1983
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Yano et al, 1975
Chaves et al, 1990
Room et al, 1990
Kanazawa, 1985
Tabel 5.27. Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan budidaya
(Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Berkurangnya nafsu makan,
partumbuhan menurun, kurang darah,
tutup insang berlendir, pergerakan
lambat, operculum menggembung
Common carp
(Cyprinus carpio)
Nafsu makan menurun, partumbuhan
menurun, pergerakan sangat lambat,
kurang darah, pendarahan pada kulit,
exophthalmia
McLaren et al, 1974
Philips&Brockway,
1975, Halver 1957,
Kitamura et al, 1967,
Poston et al, 1977,
Coat & Halver, 1958,
Matsumoto et al,
1991, Ogino, 1967
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, pengikisan pada kulit,
kurang darah
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Red sea bream
(C. major)
Pertumbuhan menurun, kematian
tinggi
Yone, 1975, Yano et
al, 1988
Eel (Anguila
japonica)
Pertumbuhan lambat, berenang tidak
normal, luka pada kulit
Arai et al, 1972
218
Jenis ikan
Tanda-tanda
Ikan lele
(Clarias batracus)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, kematian tinggi, sungut
terkikis, pendarahan di bawah kulit,
sirip rusak, oedema, bernafas cepat,
insang dan hati pucat
Butthep et al, 1985
Mexican cichlid
(C urophthalmus)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, kematian tinggi, bernafas
cepat, pewarnaan gelap,
exophthalmia, pendarahan pada sirip
dan kepala
Chaves de Martinezl
et al, 1990
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Nafsu makan menurun, pertum-buhan
menurun, penurunan efisiensi pakan,
pewarnaan gelap, berenang tidak
normal, pendarahan pada operculum,
pengikisan pada sirip pelvic
Boonyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Prawn
(M.rosenbergii)
Pertumbuhan menurun
Heinem, 1988
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung
asam
pantotenat
antara lain adalah ragi bir kering, air
susu, keju, keju dilaktose kering,
telur yam, beras sosoh, tepung
kacang tanah, tepung biji matahari,
dedak gandum, tepung alfalfa dan
gula tebu kering. Asam pantotenat
dapat mengalami kerusakan mutu
karena proses oksidasi dan suhu
tinggi. Oleh karena itu penyimpanan
dalam suhu dingin sangat dianjurkan.
Dan selama proses pengolahan
pakan dengan suhu yang tinggi
vitamin
ini
akan
mengalami
kehilangan kandungannya karena
pemanasan.
Referensi
Biotin
Biotin
berperan
di
dalam
metabolisme
sebagai
fiksasi
karbondioksida yang selanjutnya
ditransfer ke substrat yang lain.
Biotin yang berikatan dengan
karbondioksida
disebut
dengan
karboksibiotin. Biotin juga berperan
dalam reaksi dalam pembentukan
asam lemak, metabolisme beberapa
asam amino dan metabolisme
karbohidrat.
Kebutuhan ikan akan biotin ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.28. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.29.
219
Tabel 5.28. Kebutuhan Biotin dalam pakan
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Common carp (Cyprinus carpio)
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Lake trout (S namaycush)
Red sea bream (C.major)
Larva udang (Penaeus japonicus)
1
1 - 25
<1
1 – 1,2
< 0,5
1 – 1,2
1,5 - 2
1 – 1,5
1 – 1,5
0,05 – 0,251
NR
>4
Referensi
Ogino et al, 1970
Guther & Meyer, 1990
Lovel & Buston, 1984
Halver, 1972
Walton et al, 1984
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Poston, 1976
Yone, 1975
Kanazawa, 1985
Tabel 5.29. Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Berkurangnya nafsu makan,
pertumbuhan menurun, kematian
bertambah, efisiensi pakan menurun,
luka pada colon, jaringan tidak
tumbuh, kejang, insang pucat
Philips&Brockway,
1975, Halver 1957,
Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958,
Poston & Page 1985
Common carp
(Cyprinus carpio)
Pertumbuhan menurun, pergerakan
menurun.
Ogino et al, 1970,
Guther & M Burgdoff,
1990
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Tidak terjadi pewarnaan, kurang
darah, nafsu makan menurun,
pertumbuhan menurun,
hypersinsiitifity
Robinson & Lovel,
1978,
Lovel & Buston, 1984
Eel (Anguila
japonica)
Pertumbuhan lambat, pewarnaan
gelap, tingkah laku berenang tidak
normal
Arai et al, 1972
Shrimp (Penaeus
japonicus)
Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup menurun
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung biotin antara lain
adalah ragi bir kering, ragi torula
kering, tepung biji bunga, telur ayam,
beras sosoh, tepung hati dan paru,
dedak padi, tepung biji kapas, tepung
220
kacang
tanah,
tepung
alfalfa,
gandum, tepung darah kering,
tepung ikan. Biotin juga bisa dalam
bentuk alkohol yang disebut dengan
biotimal dan dapat disintesis secara
kimia dan mempunyai aktivitas biotin
100% (Tacon, 1991). Kandungan
biotin dari bahan baku akan mudah
hilang karena proses leaching.
Asam Folat
Asam folat merupakan koenzim
untuk beberapa sistem enzim. Di
dalam tubuh asam folat berfungsi
untuk mentransfer satu satuan
karbon seperti gugus metil dimana
unit-unit karbon ini akan dihasilkan
selama metabolisme asam amino.
Oleh karena itu asam folat berperan
di dalam sintesis asam amino. Asam
folat yang terdapat dalam bahan
baku pakan biasanya dalam bentuk
poliglumat sedangkan asam folat
yang dapat diserap oleh usus harus
dalam bentuk monoglutamat. Oleh
karena itu sebelum dapat diserap
oleh usus, asam folat harus
dihidrolisis terlebih dahulu. Hidrolisis
berlangsung oleh adanya aktivitas
enzim konjugase. Penyerapan asam
folat dipengaruhi oleh efisiensi
mekanisme
dekonjungase
yaitu
yeast. Kelebihan asam folat didalam
tubuh akan dibuang melalui urin.
Kebutuhan ikan akan asam folat ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.30. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.31.
Tabel 5.30. Kebutuhan Asam folat dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Red sea bream (C.major)
Kandungan
(mg/kg)
NR
0,5 - 1
1–5
6 – 10
6 - 10
6 – 10
6 – 10
5 – 10
NR
Referensi
Aoe et al, 1969
Duchan& Lovel, 1991
McLaren et al, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1980
Yone, 1975
221
Tabel 5.31. Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Kurang darah, pertumbuhan lambat,
nafsu makan menurun, pewarnaan
gelap, insang pucat, exophthalmia
Eel (Anguila
japonica)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
lambat, pewarnaan gelap.
McLaren et al, 1947,
Philips&Brockway,1957
Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958
Arai et al, 1972
Rohu
(Labeo rohita)
Penurunan
hematocrit,
pertumbuhan
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Nafsu makan menurun, peningkatan
kematian,
lethargy,
pertumbuhan
menurun, hematocrit rendah
Dupree, 1966,
Duncan & Lovel,1991
Ikan lele
(Clarias
batracus)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, warna kulit memudar, insang
dan hati pucat
Butthep et al, 1985
Shrimp
( P japonicus)
Penurunan kelangsungan hidup larva
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung asam folat antara lain
adalah tepung ikan laut, susu,
sayuran berdaun hijau tua, bunga
kobis, kacang-kacangan, gandum.
Asam folat dapat berbentuk kristal
folasin sebagai bentuk komersil yang
banyak digunakan sebagai food
additive untuk fortifikasi bahan
makanan (Andarwulan dan Sutrisno,
1992).
Vitamin B12 (Cyanokobalamin)
Vitamin B12 disebut juga dengan
cyanokobalamin karena berdasarkan
struktur kimianya vitamin ini terdiri
atas asam cobalt ditengah dengan
penurunan
John & Mahajan, 1979
tetra ring dari porphyrin. Gugus
cyanide terdapat pada asam cobalt,
karena itu disebut cyanokobalamin.
Vitamin
ini
berperan
dalam
penggunaan
asam
propionat.
Kekurangan
vitamin
ini
akan
menyebabkan timbunan methylmalonyl CoA dan akan dikeluarkan
lewat urin dan disebut methylmalonic aciduria.
Kebutuhan ikan akan vitamin B12 ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.32. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.33.
222
Tabel 5.32. Kebutuhan Vitamin B12 dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
Common carp (Cyprinus carpio)
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Tilapia (O.niloticusi)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
NR
NR
NR
NR
0,015-0,02
0,015-0,02
Hashimoto, 1953
Kashiwada&Teshima,1966
Limsuwan& Lovel, 1981
Lovel&Limsuwan, 1982
Halver, 1972
Halver, 1972
Tabel 5.33. Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, microcyctic hypochromic
anemia, eritrocit pecah, efisiensi
pakan rendah
Halver, 1957,
Philips et al, 1963
Channel catfish
(I.punctatus)
Penurunan pertumbuhan, hematocrit
rendah
Dupree,1966;
Limsuwan & Lovell, 1981
Eel (Anguila
japonica)
Pertumbuhan lambat
Arai et al, 1972
Red sea bream
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Rohu
(Labeo rohita)
Penurunan pertumbuhan, hematocrit
rendah, megaloblastic
John & Mahajan, 1979
Shrimp
( P japonicus)
Penurunan kelangsungan hidup larva
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung vitamin B12 antara lain
adalah tepung ikan laut, udang,
kepiting, oyster, scallop, tepung
daging dan tulang.
Niasin (Asam nikotinat)
Niasin dapat juga disebut dengan
vitamin B3 atau asam nikotinat yang
berperan dalam reaksi enzimatik
dalam
tubuh.
Asam
nikotinat
merupakan unsur dari dua buah
223
koenzim, yaitu Nikotinamid Adenin
Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid
Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP).
NAD adalah koenzim bagi sejumlah
enzim
dehidrogenase
yang
berperanan
dalam
metabolisme
lemak, karbohidrat dan asam amino.
Sedangkan NADP berperan dalam
reaksi
hidrogenasi
pada
jalur
heksosa monofosfat (HMP) dalam
metabolisme
glukosa.
Bentuk
tereduksi dari NADP mempunyai
peranan penting dalam sintesis
lemak dan steroid (Muchtadi dkk,
1993).
Kebutuhan ikan akan niasin ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.34. Apabila kandungan
niasin dalam pakan berkurang maka
akan menyebabkan gejala-gejala
penyakit seperti yang tertera pada
Tabel 5.35.
Tabel 5.34. Kebutuhan Niasin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brown trout (Salmo fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Shrimp (P.japonicus) larva
Kandungan
(mg/kg)
28
14
120 – 150
10
120 - 150
120 – 150
150 – 200
150 – 200
400
Referensi
Aoe et al, 1969
Murai& Andrews, 1978
Halver, 1972
Poston&Wolfe, 1985
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Kanazawa, 1985
224
Tabel 5.35. Tanda-tanda kekurangan niasin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
lambat, penurunan efisiensi pakan,
pewarnaan gelap, berenang tidak
teratur, penimbunan cairan pada
lambung
McLaren et al, 1947,
Philips&Brockway,1957
Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958,
Poston & Wolfe,1985
Common carp
(Cyprinus carpio)
Pendarahan pada kulit, kematian
tinggi
Aoe, et al, 1966
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Pendarahan dan luka pada kulit dan
sirip, kurang darah, exophthalmia,
kematian tinggi
Dupree, 1966, Murai &
Andrew,1979
Red sea bream
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Pendarahan dan luka pada kulit,
penurunan pertumbuhan, ataxia,
pewarnaan gelap
Arai et al, 1972
Ikan lele
(Clarias batracus)
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
menurun, muscle spasms, kehilangan
keseimbangan, pendarahan dibawah
kulit dan sirip, exopthalmia, kematian
tinggi, berenang tidak teratur.
Butthep et al, 1985
Shrimp
( P japonicus)
Pertumbuhan dan penurunan
kelangsungan hidup
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung niasin antara lain
adalah beras sosoh, ragi kering,
dedak, dedak gandum, tepung biji
bunga matahari, tepung kacang
tanah, tepung hati dan paru, tepung
jagung, tepung gandum (Tacon,
1991).
menghilangkan lemak dalam hati.
Inositol berperan terutama sebagai
komponen inositida pada hampir
semua membran sel. Myoinositol
merupakan
komponen
penting
inositol
yang
mengandung
phospholipid. Katabolisme inositol
mungkin terjadi melalui reaksi
glikolisis dan siklus krebs (Kuksis
dan Mookerjea, 1991).
Inositol
Inositol disebut pula zat lipotropik
yang berarti dibutuhkan untuk
Kebutuhan ikan akan inositol ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
225
Tabel 5.36. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.37.
Tabel 5.36. Kebutuhan inositol dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
440
NR
250 – 300
200 – 300
300 – 400
300 – 400
550 – 900
2000-4000
2000
Aoe et al, 1969
Burtle,1981
McLaren et al, 1947
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Yone et al, 1971
Kanazawa, 1985
Kanazawa et al, 1985
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Red sea bream (C.major)
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus)larva
Tabel 5.37. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referens
Salmonids
Pertumbuhan menurun, distended
abdomen,
warna
gelap,
peningkatan waktu pengosongan
lambung
Mc Laren et al, 1947,
Halver, 1957,
Philips & Brockway 1957
Coates & Halver, 1958
Common carp
(Cyprinus
carpio)
Penurunan pertumbuhan, kulit dan
sirip luka/pendarahan, kehilangan
mucosa kulit
Aoe&Masuda, 1967
Red sea bream
Pertumbuhan menurun
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Nafsu makan dan pertumbuhan
menurun
Arai et al, 1972
Shrimp
( P japonicus)
Pertumbuhan dan
hidup menurun
Kanazawa et al, 1976,
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung inositol antara lain
kelangsungan
adalah tepung ikan, ragi bir kering,
benih gandum.
226
Kolin
Kolin adalah basa ammonium
bervalensi empat dan tersebar luas
dia alam, produk degradasinya
seperti
betain
(garam
karboksimetiltrimetilammonium
hidroksida. Menurut Halver (1988)
peran dan fungsi dari kolin antara
lain adalah komponen utama dalam
fosfolipid dalam membran sel dan
lipoprotein
serum
(pengemulsi),
donor asam lemak untuk kolesterol
dalam pengelolaan LDL, sumber
grup metil untuk sintesis metionin
dan substrat untuk pembentukan
neurotransmitter, asetil kolin.
Kebutuhan ikan akan kolin ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.38. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.39.
Tabel 5.38. Kebutuhan kolin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Lake trout (Salmo nemaycush)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Red sea bream (C.major)
Stureon (A. transmontanus)
Tilapia (T.aurea)
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus)larva
4000
400
774 - 813
1000
600 – 800
600 – 800
500
1700 – 3100
NR
600
6000
Referensi
Ogino et al, 1970
Wilson & Poe,1988
Rumsey, 1991
Ketola, 1976
Halver, 1972
Halver, 1972
Yone et al, 1988
Hung, 1989
Roem et al, 1990
Kanazawa, 1985
Kanazawa et al, 1985
227
Tabel 5.39. Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Pertumbuhan menurun, hati banyak
mengandung lemak, efisiensi pakan
menurun, pendarahan pada ginjal
dan usus
Mc Laren et al, 1947,
Halver, 1957, Philips &
Brockway, 1957,Coates
& Halver, 1958,
Ketola,1976, Poston,
1990, Rumsey, 1991
Common carp
(Cyprinus carpio)
Pertumbuhan menurun dan hati
banyak mengandung lemak
Ogino et al, 1970
Channel catfish
(I. punctatus)
Penurunan
pertumbuhan,
pendarahan pada ginjal dan usus
Dupree, 1976,
Wilson&Poe, 1988
Red sea bream
(C. major)
Pertumbuhan menurun, kematian
Yone, 1975,
Yano et al, 1988
Eel (Anguila
japonica)
Nafsu makan dan pertumbuhan
menurun
Arai et al, 1972
Sturgeon
(A.transmontanus)
Pertumbuhan
menurun,
penyerapan lemak pada hati
Rumsey, 1991
Shrimp
( P japonicus)
Pertumbuhan dan
hidup menurun
Kanazawa et al, 1976,
Kanazawa, 1985
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung kolin antara lain adalah
tepung udang, tepung hati, tepung
biji matahari, tepung paru, tepung
ikan , tepung benih gandum, tepung
ikan putih , tepung biji kapas, tepung
kedelai, tepung tulang, tepung
kacang tanah (Tacon, 1991).
Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C atau asam korbat
mempunyai dua bentuk yaitu bentuk
oksidasi disebut L dehydro ascorbic
acid dan bentuk reduksi yang disebut
kelangsungan
L ascorbic acid. Vitamin C sangat
penting bagi pertumbuhan semua
hewan karena berperan pada banyak
sistem metabolisme enzim. Hasil
penelitian dari Boonyaratpalin et al
(1993), vitamin C sangat berperan
dalam pembentukan hydroksiprolin
(penyusun kolagen). Dimana kolagen
ini terdiri dari hydroksi prolin dan
hydroksiprolin.
Bersama-sama
dengan ATP dan Mg Cl2 merupakan
kofaktor dalam menghambat adipose
tissue lipase dan memacu hydrolitik
deaminasi dari peptidaatau protein
sehingga berperan dalam proses
aging yaitu membuat jaringan lebih
228
tahan lama dari proses pelapukan.
Selain
itu
vitamin
C
dapat
meningkatkan
respon
netrofil
terhadap
kemotoksis
dan
meningkatkan proliferosi limfosit
sebagai respon terhadap nitrogen
serta peningkatan aktivitas netrofil
terhadap
endotoksin.
Gejala
defisiensi vitamin C pada ikan
disebabkan oleh rusaknya kolagen
dan jaringan penunjang. Kolagen
merupakan protein pada ikan dan
konsentrasinya tinggi ditemukan
pada kulit dan tulang (Sandness,
1991).
Kelebihan vitamin C dalam tubuh
akan dimetabolisme selanjutnya
dieksresikan melalui urin. Dengan
demikian didalam urin terdapat
sejumlah metabolit-metabolit asam
askorbat
dan
yang
telah
teridentifikasi antara lain adalah
asam dehidro askorbat, asam
diketogulonat askorbat-2-sulfat, metil
askorbat
serta
2-keto-askorbitol
(Muchtadi dkk, 1993).
Kebutuhan ikan akan vitamin C ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.40. Apabila kandungan
viatamin C dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.41.
Tabel 5.40. Kebutuhan vitamin C dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Nile tilapia (Oreochromis niloticus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Yellow tail (S quinqueradiata)
Asean sea bass (Lates calcarifer)
NR
60
60
880
25 – 50
NR
11
1250
100 – 150
40
50 – 100
20 – 264
210
10
100 – 150
50 – 80
50
10 – 20
30
700 – 1100
Sato et al, 1978
Wilson & Poe, 1973
Lovel & Lim, 1978
Lovell, 1973
Andrew & Murray, 1974
Launer et al, 1978
Lovell & Naggar, 1989
Soliman et al, 1986
Halver, 1972
Hilton et al, 1978
Sato et al, 1982
Dabowski et al, 1990
Sato et al, 1991
Cho & Cowey, 1991
Halver, 1972
Halver, 1972
Lall et al, 1989
Sandness et al, 1991
Kanazawa et al, in press
Boonyaratpalin et al, 1989
229
Jenis ikan
Mexican cichlid (C urophthalmus)
Flounder (Paralichthys olivaceus)
Plaice (Pleuronectes platessa)
Prawn (Macrobrachium rosenbergii)
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenile
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus vannamei) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus)larva
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
40 – 110
60 – 100
200
50 – 100
10.000
3000
1000
215- 430
100
10.000
Chaves de Martinez, 1990
Tesima et al, 1991
Rosenlund et al, 1990
Moncreiff et al, 1991
Guary et al, 1976
Deshimaru & kuroki, 1976
Lightner et al, 1979
Shigueno&itoh, 1988
Kanazawa, 1985
Lawrence& He, 1991
Tabel 5.41. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Pertumbuhan menurun, scoliosis
lordosis, pendarahan pada sirip
bagian dalam, warna gelap,
kematian meningkat, penurunan
daya tetas telur
Mc Laren et al, 1947,
Halver, 1989, Philips
&Brockway, 1957,
Coates & Halver, 1958,
Kitamura et al, 1967,
Hilton et al, 1978, Sato
et al, 1991
Channel catfish
(I punctatus)
Penurunan pertumbuhan, scoliosis
lordosis, pendarahan bagian dalam
dan luar, erosi pada sirip, kulit
berwarna gelap, nafsu makan
menurun, berenang tidak teratur
Lovell,1973,
Andrew&Murai, 1974,
Lovel&Lim, 1973,
Wilson&Poe, 1973,
Lim&lovell, 1978,
Wilson et al, 1989
Red sea bream
Pertumbuhan menurun
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Pertumbuhan menurun, erosi pada
sirip, erosi pada rahang bawah
Arai et al, 1972
Snakehead
(C.punctata)
Scoliosis lordosis, kurang darah,
filamen insang berubah.
Mahajan & Agrawal,
1979.
230
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Tilapia
Scoliosis lordosis, pertumbuhan
menurun, pendarahan pada
bagian dalam dan luar, erosi
pada sirip ekor, exophthalmia,
kurang darah, daya tetas telur
menurun
Soliman et al, 1986
Ikan lele
(C batracus)
Scoliosis, pendarahan pada
bagian luar, erosi pada sirip,
warna kulit gelap
Butthep et al, 1985
Indian major carp
Pertumbuhan menurun, kematian
meningkat, scoliosis lordosis,
hypochromic macrocytic anemia
Agrawal & Mahajan, 1980
Turbot
(S maximus)
Pertumbuhan menurun, renal
granuloma, kematian
Baudin-Laurence et al,
1989, Coustans et al,
1990, Gouillou et al, 1991
Plaice
Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup menurun
Rosenlund et al, 1990
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Pertumbuhan menurun,
pewarnaan gelap, kehilangan
keseimbangan, erosi pada sirip
ekor, pendarahan pada insang,
exophthalmia, badan pendek,
filamen insang rusak
Boonyaratpalin et al,
1989
Mexican Cichlid
Pertumbuhan menurun, kematian
tinggi, pewarnaan gelap,
pendarahan pada mata, erosi
pada kepala dan sirip,
exophthalmia, scoliosis lordosis,
iritasi, perubahan tulang kepala
Chevas de Martinez,
1990
Udang galah
Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup menurun
Heinen, 1988, Moncreiff
et al, 1991
Gejala kematian dengan tandatanda hitam, efisiensi pakan dan
pertumbuhan serta kelangsungan
hidup menurun
Kanazawa, 1985,
Guary,1976,
Lightener et al, 1970,
Shigueno&Itoh, 1988,
Lawrence & He, 1991
Shrimp
( P japonicus)
231
Sumber bahan pakan yang banyak
mengandung vitamin C antara lain
adalah lobster, kepiting dan sebagian
besar terutama terdapat pada
sayuran dan buah-buahan. Vitamin C
merupakan vitamin yang paling
mudah rusak dan sangat larut dalam
air. Disamping itu vitamin C mudah
teroksidsi bila dalam keadaan alkalis,
suhu tinggi, terkena sinar matahari
dan logam beraty seperti seng, besi
dan terutama tembaga. Oleh karena
itu agar vitamin C yang terdapat
dalam bahan pakan harus dihindari
dari hal-hal tersebut diatas.
5.6. MINERAL
Ikan dalam komposisi zat gizinya
juga membutuhkan mineral dalam
campuran pakannya agar ikan dapat
tumbuh
dengan
baik.
Mineral
merupakan unsur anorganik yang
dibutuhkan oleh organisme perairan
(ikan) untuk proses hidupnya secara
normal. Ikan sebagai organisme air
mempunyai
kemampuan
untuk
menyerap beberapa unsur anorganik
ini, tidak hanya dari makanannya
saja tetapi juga dari lingkungan.
Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh
ikan adalah sangat sedikit tetapi
mempunyai fungsi yang sangat
penting. Dalam penyusunan pakan
buatan
mineral
mix
biasanya
ditambahkan berkisar antara 2 – 5%
dari total jumlah baha baku dan
bervariasa bergantung pada jenis
ikan yang akan mengkonsumsinya.
Walaupun sangat sedikit yang
dibutuhkan oleh ikan, mineral ini
mempunyai fungsi yang sangat
utama dalam tubuh ikan antara lain
adalah :
• Merupakan bagian terbesar dari
pembentukan struktur kerangka,
tulang, gigi dan sisik.
• Mineral tertentu dalam bentuk ion
di dalam cairan tubuh dapat
berperan untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa serta
regulasi pH dari darah dan cairan
tubuh lainnya.
• Adanya
keterlibatan
mineral
dalam kerja sistem syaraf dan
konstraksi otot
• Merupakan komponen penting
dalam hormon, vitamin, enzim
dan pigmen pernafasan atau
sebagai
kofaktor
dalam
metabolisme, katalis dan enzim
aktivator.
• Berperan dalam pemeliharaan
tekanan osmotik dan juga
mengatur pertukaran air dan
larutan dalam tubuh ikan.
Berdasarkan
banyaknya
fungsi
mineral dalam kehidupan ikan, maka
mineral merupakan salah satu bahan
yang harus ada dalam komposisi
pakan ikan. Dan unsur mineral ini
sangat essensial bagi kehidupan
hewan, ikan dan udang. Unsur
mineral essensial ini biasanya
diklasifikasikan menjadi dua grup
berdasarkan
konsentrasinya
di
dalam tubuh ikan, yaitu: mineral
makro dan mineral mikro. Mineral
makro
adalah
mineral
yang
konsentrasinya
dalam
tubuh
organisme dibutuhkan dalam jumlah
besar (lebih dari 100 mg/kg pakan
kering),
yaitu
Calsium
(Ca),
Magnesium (Mg), Sodium (Na),
Potassium (K), Phosphorus (P),
Chlorine (Cl) dan Sulphur (S).
232
Mineral mikro adalah mineral yang
konsentrasinya dalam tubuh setiap
organisme dalam jumlah sedikit
(kurang dari 100 mg/kg pakan
kering),yaitu : Besi (Fe), Tembaga
(Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Cobalt (Co), Molybdenum (Mo),
Cromium (Cr), Selenium (Se),
Fluorine (F), Iodine/Iodium (I), Nickel
(Ni) dan lain-lain.
Calsium (Ca)
Kalsium merupakan unsur mineral
makro yang didalam tubuh disimpan
pada tulang, gigi dan sebagian besar
pada kulit dan kerangka tubuh.
Peranan dan fungsi kalsium didalam
tubuh antara lain adalah sebagai
komponen utama pembentuk tulang,
gigi, kulit serta sisik dan memelihara
ketegaran
kerangka
tubuh,
mengentalkan
darah,
sebagai
”intracellular
regulator”
atau
messenger yaitu membantu regulasi
aktivitas otot kerangka, jantung dan
jaringan lainnya, konstraksi dan
relaksasi
otot,
membantu
penyerapan vitamin B12, menjaga
keseimbangan osmotik.
Pengambilan kalsium dari perairan
oleh ikan digunakan atas dasar untuk
kegiatan struktural. Transpor Ca dari
air oleh aliran darah ke jaringan
tulang dan kulit berlangsung secara
cepat. Jumlah lemak dalam pakan
sangat
berpengaruh
dalam
penyerapan Ca oleh usus. Pada
kondisi abnormal, yaitu penyerapan
lemak terganggu maka Ca pun akan
sedikit yang diserap. Hal ini
dikarenakan asam lemak yang tidak
diserap akan berikatan dengan Ca
dan akan terbuang dalam bentuk
feses.
Kandungan Ca dalam perairan
sangat diperlukan untuk kehidupan
ikan. Perairan dengan kandungan Ca
rendah akan berdampak buruk
terhadap
pertumbuhan
dan
mengganggu adaptasi pada saat
kondisi lingkungan berubah. Perairan
yang
kaya
akan
Ca
akan
meningkatkan toleransi terhadap
temperatur dan akan mengurangi
keracunan akibat menurunnya pH.
Untuk perairan yang kandungan Ca
rendah, pH rendah dan kandungan
alumunium tinggi tidak akan dihuni
oleh ikan. Kandungan Ca yang harus
ada dalam pakan ikan sangat sulit
untuk diterapkan secara pasti.
Sebagai
contoh,
pada
ikan
rainbowtrout dengan bobot awal 1,2
g, antara ikan yang diberi Ca 0,3
g/kg dengan 3,4 g/kg ternyata tidak
menunjukkan adanya perbedaan
dalam
pertumbuhannya
yang
dipelihara pada perairan dengan
kandungan Ca 20 – 30 mg/l (Ogino
dan Takeda, 1978).
Menurut Rumsey (1977) kebutuhan
Ca untuk ikan rainbowtrout pada
perairan dengan kalsium rendah (3
mg Ca/l) sama saja dengan yang
dipelihara pada kandungan kalsium
tinggi (45 mg Ca/l) yaitu sebesar 2
g/kg dalam pakannya. Sedangkan
menurut Arai et al (1975) pemberian
Ca sebanyak 2,4 g/kg merupakan
kebutuhan minimal yang harus
dipertimbangkan, pemberian Ca
sebanyak 11,5 – 14 g/kg akan
berakibat buruk terhadap laju
pertumbuhan.
233
Phosphor (P)
Phosphor
adalah
komponen
pembentuk kerangka tubuh dimana
tulang itu disusun oleh mineral P
sebesar 16% dan Ca 37%. Selain itu
phosphor
berfungsi
dalampengaktifan
proses
metabolisme, komponen DNA, RNA,
ATP
dan
berbagai
koenzim,
pergerakan otot dan memelihara
keseimbangan asam basa.
Phosphor yang diserap oleh tubuh
berasal dari makanan dalam bentuk
ion fosfat. Penyerapan P oleh tubuh
sangat
bergantung
kepada
kandungan P dan Ca dalam pakan.
Tingginya kandungan P dalam pakan
akan
berkorelasi
terhadap
peningkatan penyerapan P. Akan
tetapi, penyerapan P akan semakin
menurun
dengan
meningkatnya
kandungan
Ca
dalam
pakan.
Sebagian besar kebutuhan P untuk
membentuk jaringan struktur tubuh
diperoleh dari pakan. Ketersediaan P
dalam
air
akan
mengganggu
penyerapan P dalam pakan oleh
tubuh. Pakan dengan kandungan Ca
rendah dan P tinggi akan mendorong
ikan untuk mengambil Ca dari
lingkungan perairan.
Kekurangan mineral P pada pakan
ikan
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan terhambat, proses
pembentukan tulang terganggu dan
konversi pakan menjadi meningkat.
Kekurangan phosphor pada ikan
mas mengakibatkan pertumbuhan
terganggu, nafsu makan menurun,
tulang belakang bengkok dan rapuh
serta kandungan lemak dalam
daging meningkat. Wilson et al
(1982),
melakukan
penelitian
terhadap ikan channel catfish yang
memperlihatkan bahwa peningkatan
P yang tersedia dalam makanan dari
0,07%
menjadi
0,54%
akan
meningkatkan pertambahan bobot
relatif dari 135% menjadi 706% dan
efisiensi pakan dari 36% menjadi
99%. Tetapi bila kandungan P terus
dinaikkan sampai 1,02% maka
pertumbuhan relatif akan turun dari
706% menjadi 620% dan efisiensi
pakan akan turun dari 99% mejadi
90%.
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan kofaktor bagi
semua enzim yang terlibat di dalam
reaksi
pemindahan
fosfat
(fosfokinase) yang menggunakan
ATP dan fosfat nukleotida yang lain
sebagai substrat. Pada hewan
vertebrata kurang lebih 60% total
magnesium tubuh berada dalam
tulang, sebagian lagi terdapat dalam
bentuk mineral yang mengkristal dan
berada dalam sel jaringan lunak.
Fungsi magnesium bagi ikan dan
udang adalah sebagai komponen
esensial
dalam
menjaga
homeostasis intra dan ekstra seluler.
Magnesium dalam tubuh diserap
oleh usus halus dan hanya sedikit
yang dieksresikan dan hampir
seluruhnya
diserap
secara
sempurna. Penyerapan magnesium
dalam tubuh dipengaruhi oleh
masuknya magnesium dalam usus,
waktu singgah diusus, kecepatan
penyerapan air, kadar kalsium fosfat
dan laktosa dalam pakan, sumber
magnesium dan umur serta jenis
ikan. Kandungan magnesium di
dalam ikan jumlahnya relatif rendah
234
dibandingkan dengan hewan darat.
Sebagian besar magnesium, kurang
lebih 65%, berada dalam kerangka
tubuh ikan. Pada ikan mirror carp
terdapat 340 – 3300 gram dimana
kandungan terbesar terdapat pada
vertebrae sebesar 1,0 – 1,6 g/kg,
pada otot 200 – 267 mg/kg dan pada
hati terdapat 62 – 203 mg/kg.
maka
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan lambat dan pakan
menjadi tidak efisien. Sedangkan
pada ikan yang berukuran 21 gram
yang dipelihara selama delapan
minggu, kekurangan Mg dapat
mengakibatkan
penurunan
kandungan Mg pada plasma, otot
dan tulang.
Konsentrasi
magnesium
dalam
perairan
tawar
sering
tidak
mencukupi
untuk
kebutuhan
metabolisme ikan, oleh karena itu
pemberian mineral magnesium pada
pakan untuk pemeliharaan ikan air
tawar sangat penting. Rendahnya
suplai magnesium dalam pakan
dapat mengakibatkan nafsu makan
berkurang,
pertumbuhan
dan
aktivitas ikan berkurang, kandungan
Ca dan Mg dalam tubuh dan
vertebrae akan berkurang. Selain itu
ikan
akan
memperlihatkan
keabnormalan dalam pertumbuhan
tulang. Pada ikan trout telah diteliti
oleh Cowey et al (1977) bahwa
pertambahan bobot dan penggunaan
pakan pada ikan yang diberi pakan
dengan kandungan Mg sebesar 1000
mg/kg jauh lebih baik dibandingkan
dengan ikan trout yang hanya diberi
Mg sebesar 26
- 63 mg/kg.
Perbaikan kandungan Mg dalam
pakan akan berdampak terhadap
peningkatan Mg dalam serum.
Kekurangan Mg pada kandungan Ca
26 dan 40 g/kg akan menyebabkan
penyakit nephacalcinosis dan di
dalam jaringan otot akan meningkat
kandungan
Na
yang
dapat
meningkatkan cairan ekstraseluler.
Pada ikan rainbow trout berukuran
16 gram atau 35 gram memerlukan
Mg dalam pakan sebesar 500 mg/kg.
Jika kurang dari 500 mg/kg pakan
Berdasarkan hasil penelitian Satoh et
al (1983) , pada ikan trout yang tidak
ditambahkan mineral Mg pada pakan
buatannya menunjukkan adanya
gejala katarak sebesar 29%. Pada
ikan Mas pemberian Mg sebesar 52
mg/kg dapat meningkatkan kematian
sebesar 16%. Selain itu pada ikan
mas yang dipelihara selama 83 hari
dengan
pakan
kurang
Mg
menunjukkan peningkatan terjadinya
katarak sebesar 40%. Oleh karena
itu pada ikan mas diestimasi
kebutuhan Mg dalam pakan berkisar
antara 400 – 500 mg/kg.
Potassium (K)
Ion potassium (K) adalah elektrolit
yang banyak dijumpai dalam tubuh
dalam bentuk ion terdisosiasi penuh
dan merupakan partikel utama yang
bertanggungjawab
dalam
osmolaritas. Ion K ini akan
mempengaruhi kelarutan protein dan
komponen lainnya. Ion K ini
bersama-sama dengan natrium dan
klorida berperan secara fisiologis
dalam memelihara keseimbangan air
dan
distribusinya,
memelihara
keseimbangan
osmotik
normal,
memelihara keseimbangan asam
basa dan memelihara iritabilitas otot.
235
Berdasarkan hasil penelitian dari
beberapa peneliti diketahui bahwa
ikan air tawar dalam pemenuhan ion
K tidak banyak diambil dari
lingkungan perairan, namun lebih
banyak diperoleh dari pakan. Apabila
ion K dalam pakan kurang dari 1
mg/kg
akan
menyebabkan
penggunaan pakan tidak efisien,
pertumbuhan lambat dan kematian
meningkat. Pertumbuhan ikan dapat
dicapai jika pada pakan ikan
mengandung ion K maksimum 800
mg/kg. Konsentrasi K dalam tubuh
berkisar antara 600 – 800 mg/kg
pakan.
Sodium (Na)
Sodium seperti halnya potasium
sangat penting perannya dalam
osmoregulasi dan keseimbangan
asam basa ikan. Pada hewan darat
sodium yang berasal dari makanan
akan diserap oleh tubuh secara
cepat dan efisien dan hanya sedikit
sekali yang dikeluarkan melalui
feses.
Kekurangan
sodium
dapat
mengakibatkan dehidrasi, keletihan,
anoeexia dan kram otot. Pemberian
sodium sebesar 2200 mg/kg pakan
pada ikan rainbowtrout sudah
mencukupi kebutuhan ikan tersebut
terhadap sodium. Tetapi dalam
percobaan Salman dan Eddy (1988)
pemberian sodium sebesar 1000 –
3000 mg/kg pakantidak memberikan
perbedaan pertambahan bobot .
Clorin (Cl)
Clorin berperan besar dalam aktivitas
osmoregulasi.
Pertukaran
klorin
sebagian besar terjadi pada insang.
Pada ikan air tawar pengambilan
klorin terjadi pada kondisi medium
yang
hipotonik,
dengan
cara
memompa NaCl melalui insangnya
dan pengeluaran klorin dilakukan
dalam bentuk urin. Pada ikan air laut
pengambilan klorin dilakukan dengan
cara melakukan banyak minum air
laut sehingga klorin secara difusi ikut
masuk kedalam tubuh ikan. Selain itu
ikan air laut bisa melakukan dengan
cara memompa melalui insang
epithelium pada kondisi medium
hipertonik. Dalam kondisi normal
klorin dikeluarkan dalam bentuk urin
pada jumlah yang sedikit, namun
pada
kondisi
stres
ikan
banyakmengeluarkan urin sehingga
kehilangan NaCl cukup besar. Klorin
keluar dari tubuh melalui urin dan
sedikit melalui feses.
Ketersediaan Cl di dalam air sangat
menguntungkan untuk kehidupan
ikan agar mempunyai toleransi
terhadap perubahan suhu.
Pada
ikan salmon yang dipelihara dengan
kandungan garam 1 – 1,5%
memberikan pengaruh terhadap
peningkatan
food
intake
dan
transportasi. Pemberian garam pada
bahan pakan dari segi manfaatnya
masih
diperdebatkan.
Hal
ini
dikarenakan dari hasil penelitian
memberikan hasil yang menunjukkan
bahwa pemberian NaCl pada pakan
berakibat buruk pada penambahan
bobot. Pemberian NaCl sebanyak
3% pada pakan mengakibatkan
pertambahan bobot hanya 85%
dibandingkan dengan kontrol. Pada
236
osmoregulasi dalam urin hipoosmotik
normal, sedangkan pada ikan laut
pengambilan NaCl dalam jumlah
besar relatif sering terjadi pada
berbagai kasus.
penambahan NaCl sebanyak 6%
memberikan pertambahan bobot
sebesar
77%
sedangkan
penambahan
sebanyak
12%
mengakibatkan pertambahan bobot
sebesar 70%. Hal ini dikarenakan
NaCl pada tingkatan yang tinggi
diserap dalam 24 jam yang
kelebihannya
akan
dikeluarkan
kedalam perairan tawar pada sistem
Kebutuhan mineral makro dan mikro
pada beberapa jenis ikan menurut
hasil penelitian Steffens dapat dilihat
pada Tabel 5.42 dan 5.43.
Tabel 5.42. Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering)
Jenis ikan
Ca
P
Rainbow trout
Mas
Sidat Jepang
Channel catfish
Tilapia
300 mg – 3g
300 mg – 3g
300 mg – 3g
4,5 g
7g
Sekitar 6 g
Sekitar 6 g
Sekitar 6 g
4,2 – 4,5 g
4,5 – 6 g
Mg
K
400 – 700 mg
400 – 700 mg
400 – 700 mg
400 – 700 mg
400 – 700 mg
Max 1,6 g
-
Tabel 5.43. Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg pakan)
Jenis ikan
Fe
Cu
Mn
Zn
Co
Se
Rainbow trout
Channel catfish
Tilapia
Common carp
Ikan kerapu
R
30
30
3
5
3
3
13
2,4
1,7
13
5
15 – 30
20
20
15 – 30
30
0,5
0,15 - 0,38
0,25
R
0,1
Besi (Fe)
Zat besi merupakan unsur mineral
mikro yang paling banyak terdapat
dalam tubuh ikan dan manusia.
Dalam makanan terdapat dua
macam zat besi, yaitu dalam
bentuk heme dan non heme. Zat
besi heme ditemukan dalam bentuk
hemoglobin dan zat besi non heme
dalam otot yang disebut myoglobin.
237
Fungsi dan peranan zat besi dalam
tubuh ikan antara lain adalah :
• Unsur yang sangat penting
dalam
pigmen
darah
(hemoglobin dan myoglobin)
• Terlibat dalam pengangkutan
oksigen dalam darah dan urat
daging
(otot)
serta
pemindahan/transfer
elektron
dalam tubuh
• Unsur yang sangat penting dari
variasi sistem enzim, yang
meliputi enzim katalase, enzim
peroxidase,
enzim
xantin
oksidase,
enzim
aldehyde
oxidase dan enzim succinic
dehydrogenase.
Ikan dapat menyerap zat besi
terlarut dari air melalui insang, sirip
dan kulit. Zat besi dalam bentuk
tereduksi, ion Fero (Fe ++) lebih
mudah diserap karena lebih mudah
larut
dalam
cairan-cairan
pencernaan. Penyerapan zat besi
dalam saluran pencernaan sangat
dipengaruhi oleh kadar keasaman,
pH atau keasaman lambung dan
bagian atas usus halus.
Ikan sangat membutuhkan zat besi
dalam
suplai
makanannya.
Kebutuhan zat besi untuk setiap
jenis ikan berbeda. Menurut hasil
penelitian Lall (1989) dan NRC
(1993) kebutuhan zat besi pada
setiap jenis ikan dapat dilihat pada
Tabel 5.44.
Tabel 5.44. Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis ikan
Zat besi (mg/kg pakan)
Atlantik Salmon (Salmo solar)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Eel (Anguila japonica)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Kerapu (Epinephelus sp)
Kekurangan zat besi pada ikan
dapat membawa dampak yang
merugikan
bagi
ikan.
Pada
beberapa jenis ikan memberikan
dampak yang berbeda, misalnya
pada ikan channel catfish dapat
mengakibatkan
pertumbuhan
terhambat, konversi pakan rendah,
nafsu
makan
menurun
dan
abnormalitas. Sedangkan pada
60
30
170
150
60
30
ikan
salmon,
japanese
eel,
common carp dan red sea bream
dapat mengakibatkan hypochromic
microcytic anemia yaitu sel-sel
darah merah berwarna lebih pucat
dengan ukuran sel yang lebih
besar.
238
Seng (Zn)
Ikan mengakumulasi seng dari dua
sumber, yaitu pakan dan air,
namun seng yang berasal dari
pakan penyerapannya lebih efisien
daripada dari air. Seng di dalam
tubuh organisme sangat berperan
penting sebagai kofaktor dari
beberapa sistem enzim yng penting
dalam proses metabolisme.
Ikan dapat menyerap seng dari
insang, kulit dan sirip. Seperti unsur
lainnya selain diperoleh dari
lingkungan perairan mineral seng
perlu ditambahkan kedalam sumber
makanannya agar kebutuhan ikan
akan mineral seng dapat terpenuhi.
Mineral seng diserap dengan
bantuan
proses
difusidalam
duodenum dan jejenum bagian
atas. Zat-zat yang membantu
penyerapan mineral seng antara
lain adalah asam amino terutama
histidin dan sistein, asam sitrat,
monosakarida dan komponenkomponen EDTA.
Kebutuhan ikan akan mineral seng
ini bervariasi bergantung pada usi,
kematangan seksual, komposisi
pakan, suhu air dan kualitas air.
Kebutuhan mineral seng dari hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel
5.45.
Tabel 5.45. Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis ikan
Zat besi (mg/kg pakan)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Tilapia (Oreochromis aurea)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Kerapu (Epinephelus sp)
Dampak dari kekurangan mineral
Zn untuk setiap jenis ikan berbeda.
Pada ikan channel catfish dapat
menyebabkan
pertumbuhan
menurun, nafsu makan rendah dan
menurunkan tingkat serum alkaline
phosphatase. Pada ikan mas
menyebabkan
pertumbuhan
lambat, nafsu makan menurun,
kematian tinggi, pengikisan pada
kulit dan sirip serta menaikkan
kadar besi dan tembaga diusus dan
hepatopankreas.
20
20
15 - 30
15 - 30
50
Selain itu menurut Watanabe
(1988) memperlihatkan bahwa
kekurangan seng pada Rainbow
trout
dapat
menyebabkan
pertumbuhan menurun, mortalitas
tinggi, pengikisan pada sirip dan
kulit serta katarak pada mata dan
bentuk tubuh menjadi kerdil dan
pendek. Pada Japanese eel akan
menyebabkan bentuk tubuh yang
kerdil sedangkan pada channel
catfish
juga
menyebabkan
239
serta
kunci dari beberapa sistem enzim,
mangan
essensial
untuk
pembentukan tulang, regenerasi sel
darah
merah,
metabolisme
karbohidrat dan siklus reproduksi.
Mangan pada ikan sangat berperan
sebagai enzim aktivator untuk
enzim-enzim yang menjembatani
transfer dari grup phosphatase,
sebagai komponen essensial dari
enzim
piruvate
carboxylase,
sebagai kofaktor atau komponen
Kebutuhan mangan pada beberapa
jenis ikan berbeda (Tabel 5.46).
untuk induk ikan salmon kebutuhan
mineral mangannya > 50 mg/kg.
pertumbuhan
anorexia.
lambat
Mangan (Mn)
Tabel 5.46. Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis ikan
Zat besi (mg/kg pakan)
20
20
13
13
Atlantik Salmon (Salmo solar)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Dampak yang diakibatkan dari
kekurangan mineral mangan pada
komposisi pakan ikan untuk setiap
jenis ikan biasanya berbeda, antara
lain
adalah
;
berkurangnya
pertumbuhan, struktur tulang yang
tidak normal pada ikan rainbow
trout, carp dan tilapia, rendahnya
daya tetas dan jumla telur pada
induk
ikan,
ataxia
yaitu
ketidakmampuan
tubuh
untuk
mengkoordinasikan
gerakangerakan otot secara sempurna
serta menurunnya penampakan
reproduksi. Kekurangan mangan
pada pakan dapat dilakukan
dengan menambahkan kandungan
mineral mangan dalam pakan
dalam bentuk mangan sulphat
MnSO4)
(MnCl2).
dan
mangan
klorida
Tembaga (Cu)
Tembaga
merupakan
unsur
essensial dari sistem oksidasireduksi-enzim dan terlibat dalam
metabolisme besi. Oleh karena itu
tembaga terlibat dalam sintesis
hemoglobin dan produksi sel darah
dan
perawatannya.
Tembaga
dibutuhkan untuk pembentukan
pigmen melanin dan pigmen pada
kulit, untuk pembentukan tulang
dan penghubung jaringan serta
merawat keseimbangan serabut
myelin dari jaringan syaraf.
240
Mineral tembaga yang diserap oleh
hewan dan ikan sangat dipengaruhi
oleh jumlah dan bentuk kimia
mineral tembaga yang diterima,
kandungan beberapa ion metal lain
dan zat-zat organik serta umur.
Kebutuhan
mineral
tembaga
berdasarkan hasil penelitian pada
beberapa jenis ikan dapat dilihat
pada Tabel 5.47.
Tabel 5.47. Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis ikan
Zat besi (mg/kg pakan)
Atlantik Salmon (Salmo solar)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Dampak kekurangan tembaga pada
ikan sebagai organisme air jarang
sekali terjadi karena mineral ini
sudah cukup banyak tersedia
dalam air. Pada ikan dampak
mineral tembaga yang sudah
diamati
adalah
kalau
terjadi
keracunan
tembaga
akibat
terjadinya pencemaran lingkungan
perairan
yang
dapat
mengakibatkan rusaknya insang,
mengurangi
pigmentasi
dan
pertumbuhan lambat.
Cobalt (Co)
Mineral cobalt pada ikan diserap
dari air disekitarnya dan masuk
melalui insang. Konsentrasi cobalt
yang masuk kedalam tubuh ikan
sanagt dipengaruhi oleh suhu
lingkungan
dan
konsentrasi
kalsium,
dimana
dengan
meningkatnya suhu dan kalsium
dilingkungan akan meningkatkan
konsentrasi cobalt.
5
5
3
3
Cobalt mempunyai fungsi dan
peranan pada ikan antara lain
adalah
merupakan
komponen
integral
dari
Cyanocobalamin
(vitamin B12), sangat dibutuhkan
untuk sintesa microflom pada
saluran usus serta sangat penting
untuk pembentukan sel darah
merah dan perawatan jaringan
syaraf, cobalt juga berfungsi
sebagai agen kegiatan untuk
sistem variasi enzim.
Penyerapan mineral cobalt oleh
ikan akan meningkat jika tubuh
kekurangandan diserap dalam usus
halus. Cobalt yang diserap secara
normal tidak selalu dalam bentuk
vitamin B12, hanya 1/10 – 1/12
cobalt pada tubuh dalam bentuk
vitamin. Kebutuhan mineral cobalt
oleh ikan berkisar antara 1 – 6
mg/kg
pakan.
Meningkatnya
kandungan cobalt pada tubuh ikan
rainbow trout dapat menyebabkan
racun
dan
meningkatkan
haemorrhages
pada
saluran
241
pencernaan dan pola putih pada sel
darah.
Selama
masa
perkembangan embrio telur ikan
rainbow trout kebutuhan cobalt
meningkat.
Yodium (I)
Yodium adalah komponen integral
dari hormon thyroid dan sangat
penting untuk sintesis hormon
thyroid, yaitu Triiodothyronine (T3)
dan thyroxine (Tetra iodothyronine/
T4). Yodium berfungsi untuk
mengatur laju metabolisme seluruh
proses ke dalam tubuh. Ikan
memperoleh yodium dari air melalui
pompa brachial dan makanan.
Jumlah
total
yodium
yang
terkandung dalam kelnjar thyroid
adalah 70 – 80%. Yodium terdapat
dalam saluran pencernaan dalam
bentuk ion I- dan diserap secara
sempurna dalam lambung dan
usus, kemudian ditransport ke
kelenjar thyroid dan diubah dalam
bentuk yodium inorganik yaitu
Monoiodotirosin,
Diodotirosin,
Triiodothyronine (T3) dan thyroxine
(Tetra iodothyronine/ T4) serta
komponen-komponen organik yang
mengandung yodium. Yodium yang
tertangkap oleh kelenjar thyroid
akan disimpan dalam bentuk
Tiraglobulin merupakan protein
yang mengandung yodium.
Kebutuhan ikan akan yodium
berkisar antara 1 – 5 mg/kg pakan.
Dampak kekurangan yodium pada
ikan brook trout mengakibatkan
thyroid hyperflasia (pembengkakan
pada kelenjar thyroid), bentuk
tubuh kerdil dan pertumbuhan
terhambat.
Selenium (Se)
Selenium adalah bagian yang
melengkapi dari enzim Glutation
Peroksidase yaitu suatu enzim
yang merubah hydrogen peroxide
dan lemak hydroperoxides ke
dalam air dan lemak alkohol secara
berurutan. Enzim ini berfungsi
dalam melindungi sel dari pengaruh
peroxides. Enzim ini bersama-sama
dengan vitamin E berfungsi sebagai
antioksidan
biologis
yang
melindungi
polyunsaturated
phospholipid di dalam sel dan sub
sel membran dari kerusakan
peroksidatif.
Selenium diserap oleh ikan dari
makanan dan lingkungan perairan
melalui
jalur
gastrointestinal.
Duodenum merupakan daerah
penyerapan utama mineral ini dan
akan berikatan pada protein dalam
bentuk
asam
amino
yang
mengandung
ikatan
sulfur.
Selenium yang berikatan dengan
protein ini akan ditransport kedalam
plasma darah dan jaringan lainnya.
Pada
ikan
selenium
sangat
dibutuhkan
untuk
mencegah
penyakit otot menyusut (muscular
dystrophy). Kebutuhan selenium
untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan dan memaksimalkan
aktivitas glutathione peroxidase
adalah 0,15 – 0,28 mg/kg untuk
ikan rainbowtrout dan 0,25 mg/kg
untuk ikan channel catfish. Pada
ikan rainbow trout dan channel
catfish kekurangan selenium dapat
mengakibatkan
depresi
pertumbuhan.
242
BAB VI. Teknologi Pakan Buatan
Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat oleh manusia untuk ikan
peliharaan
yang
berasal
dari
berbagai macam bahan baku yang
mempunyai kandungan gizi yang
baik sesuai dengan kebutuhan ikan
dan dalam pembuatannya sangat
memperhatikan sifat dan ukuran
ikan. Pakan buatan dibuat oleh
manusia
untuk
mengantisipasi
kekurangan pakan yang berasal dari
alam yang kontinuitas produksinya
tidak dapat dipastikan. Dengan
membuat pakan buatan diharapkan
jumlah pakan yang dibutuhkan oleh
ikan akan terpenuhi setiap saat.
Pakan buatan yang berkualitas baik
harus
memenuhi
kriteria-kriteria
seperti:
• Kandungan gizi pakan terutama
protein harus sesuai dengan
kebutuhan ikan
• Diameter pakan harus lebih kecil
dari ukuran bukaan mulut ikan
• Pakan mudah dicerna
• Kandungan nutrisi pakan mudah
diserap tubuh
• Memiliki rasa yang disukai ikan
• Kandungan abunya rendah
• Tingkat efektivitasnya tinggi
Sebelum melakukan pembuatan
pakan ikan harus dipahami terlebih
dahulu tentang jenis-jenis pakan
yang dapat diberikan kepada ikan
budidaya. Pengelompokkan jenisjenis pakan ikan dapat dibuat
berdasarkan bentuk, berdasarkan
kandungan
airnya,
berdasarkan
sumber
dan
berdasarkan
konstribusinya pada pertumbuhan
ikan. Jenis-jenis pakan buatan
berdasarkan bentuk antara lain
adalah:
1. Bentuk larutan
Digunakan
sebagai
pakan
burayak ikan (berumur 2 - 20
hari). Larutan ada 2 macam,
yaitu: 1) Emulsi, bahan yang
terlarut menyatu dengan air
pelarutnya; 2) Suspensi, bahan
yang terlarut tidak menyatu
dengan air pelarutnya. Bentuk
larutan ini biasanya diberikan
pada
saat
larva
dengan
komposisi bahan baku yang
utama adalah kuning telur bebek
atau ayam dengan tambahan
vitamin dan mineral.
2. Bentuk tepung/meals
Digunakan sebagai pakan larva
sampai benih (berumur 2-40
hari). Tepung halus diperoleh dari
243
3.
4.
5.
6.
remah yang dihancurkan atau
dibuat komposisi dari berbagai
sumber bahan baku seperti
menyusun formulasi pakan , dan
biasanya diberikan pada larva
sampai benih ikan.
Bentuk butiran/granules
Digunakan sebagai pakan benih
gelondongan (berumur 40-80
hari). Tepung
kasar juga
diperoleh dari remah yang
dihancurkan atau dibuat sama
seperti membuat formulasi pakan
lengkap dan bentuknya dibuat
menjadi butiran.
Bentuk remahan/crumble
Digunakan
sebagai
pakan
gelondongan
besar/ikan
tanggung (berumur 80-120 hari).
Remah berasal dari pellet yang
dihancurkan menjadi butiran
kasar.
Bentuk lembaran/flake
Biasa diberikan pada ikan hias
atau ikan laut dan dibuat dari
berbagai
bahan
baku
disesuaikan dengan kebutuhan
dan pada saat akan dibentuk
dapat menggunakan peralatan
pencetak untuk bentuk lembaran
atau secara sederhana dengan
cara membuat komposisi pakan
kemudian komposisi berbagai
bahan baku tersebut dibuat
emulsi
yang
kemudian
dihamparkan
di
atas
alas
aluminium
atau
seng
dan
dkeringkan, kemudian diremasremas.
Bentuk pellet tenggelam/sinking
Biasa digunakan untuk kegiatan
pembesaran ikan air tawar
maupun ikan air laut yang
mempunyai kebiasaan tingkah
laku ikan tersebut berenang di
dalam perairan. Ukuran ikan
yang
mengkonsumsi
pakan
bentuk pellet bervariasi dari
ukuran bukaan mulut lebih dari 2
mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
mm. Bentuk pellet ini juga dapat
digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai
berat > 60-75 gram dan berumur
> 120 hari.
7. Bentuk pellet terapung/floating
Biasa digunakan untuk kegiatan
pembesaran ikan air tawar
maupun ikan air laut yang
mempunyai kebiasaan tingkah
laku ikan tersebut berenang di
permukaan perairan. Ukuran ikan
yang
mengkonsumsi
pakan
bentuk pellet bervariasi dari
ukuran bukaan mulut lebih dari 2
mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
mm. Bentuk pellet ini juga dapat
digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai
berat > 60-75 gram dan berumur
> 120 hari.
Jenis pakan ikan berdasarkan
kandungan
airnya
dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Pakan basah yaitu pakan yang
mengandung air biasanya lebih
dari 50%. Pakan basah biasanya
terdiri dari pakan segar atau
pakan beku, berupa cincangan
atau gilingan daging ikan yang
tidak bernilai ekonomis. Jenis
pakan ini biasa diberikan kepada
induk-induk
ikan
laut/udang,
contoh pakan basah antara lain
adalah cincangan daging cumicumi atau ikan laut.
2. Pakan lembab yaitu pakan yang
mengandung air berkisar antara
20-40%. Pakan lembab dibuat
244
sebagai alternatif dari pakan
basah
yang
banyak
kekurangannya antara lain dapat
mencemari
perairan
dan
kekurangan asam amino tertentu.
Pakan lembab ini dibuat dengan
komposisi
pakan
sesuai
kebutuhan ikan tetapi dalam
prosesnya
tidak
dilakukan
pengeringan, dibiarkan lembab
dan disimpan dalam bentuk pasta
kemudian dibekukan. Tetapi ada
juga pakan basah ini dibuat
dengan komposisi ikan yang
dipasteurisasi
ditambah
beberapa
tambahan
seperti
perekat, vitamin dan mineral atau
silase ikan yang diberi beberapa
komposisi zat tambahan. Pakan
lembab ini dapat diberikan pada
ukuran ikan dari benih sampai ke
pembesaran.
3. Pakan kering yaitu pakan yang
mengandung air
kurang dari
10%. Jenis pakan ini yang biasa
digunakan pada budidaya ikan
secara intensif karena sangat
mudah dalam proses distribusi,
penyimpanan
dan
penanganannya. Jenis pakan
kering ini dapat dibuat dengan
berbagai
macam
bentuk
disesuaikan dengan kebutuhan
ikan dan pada setiap tahapan
budidaya dapat menggunakan
pakan kering ini disesuaikan
dengan ukuran dan jenis ikan
yang akan mengkonsumsinya.
Jenis pakan ikan berdasarkan
sumbernya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Dalam buku teks ini
akan dibahas secara detail setiap
kelompok pakan ini pada bab
tersendiri yaitu teknologi pembuatan
pakan dan teknologi produksi pakan
alami.
Jenis pakan ikan berdasarkan
konstribusinya dalam menghasilkan
penambahan berat badan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Suplementary
Feed/pakan
suplemen yaitu pakan yang
dalam
konstribusinya
hanya
menghasilkan penambahan berat
badan kurang dari 50%. Jenis
pakan ini biasanya dibuat oleh
para pembudidaya ikan dengan
mencampurkan beberapa bahan
baku tanpa memperhitungkan
kandungan proteinnya sehingga
kandungan nutrisi dari pakan ini
tidak lengkap.
2. Complete Feed/pakan lengkap
yaitu
pakan
yang
dalam
konstribusinya
menghasilkan
penambahan berat badan lebih
dari 50%. Jenis pakan ini
biasanya adalah pakan kering
dengan berbagai bentuk dimana
komposisi
bahan
bakunya
lengkap sehingga kandungan
protein
pakan
mencukupi
kebutuhan ikan yang akan
mengkonsumsinya.
Dengan
mengetahui
jenis-jenis
pakan maka para pembudidaya ikan
dapat menentukan jenis pakan yang
akan dibuat disesuaikan dengan ikan
yang akan dipeliharanya. Jenis
pakan buatan yang akan dibahas
dalam buku ini adalah pakan buatan
yang akan dikonsumsi oleh ikan
yang berukuran induk, larva atau
benih sesuai dengan kebutuhan
nutrisi ikan dalam bentuk pakan
kering atau lembab. Pakan buatan
yang
dibuat
sesuai
dengan
kebutuhan
nutrisi
ikan
akan
245
memberikan
pertumbuhan
yang
optimal
bagi
ikan
yang
mengkonsumsinya. Selain itu pakan
yang dibuat sendiri mempunyai
kandungan protein dan energi yang
sesuai dengan kebutuhan ikan serta
mempunyai harga yang lebih murah
dibandingkan
dengan
membeli
pakan buatan. Pakan merupakan
komponen biaya operasional yang
cukup besar dalam suatu usaha
budidaya
ikan
sekitar
60%
merupakan biaya pakan. Oleh
karena itu dengan mempunyai
kompetensi pembuatan pakan ikan
diharapkan akan mengurangi biaya
produksi yang cukup besar.
Dalam membuat pakan buatan
langkah
pertama
yang
harus
dilakukan
adalah
melakukan
perencanaan
pembuatan
pakan
buatan.
Perencanaan
terhadap
pembuatan pakan harus dibuat
dengan seksama agar pakan yang
dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan
yang
mengkonsumsinya.
Pengetahuan pertama yang harus
dipahami
adalah
mengenai
kandungan nutrisi dari pakan buatan.
Kandungan nutrisi yang terdapat
didalam pakan buatan harus terdiri
dari protein, lemak, karbohidrat ,
vitamin dan mineral. Komposisi
nutrisi pakan yang terdapat pada
pakan buatan sangat spesifik untuk
setiap ukuran ikan. Kualitas pakan
buatan ditentukan antara lain oleh
kualitas bahan baku yang ada. Hal
ini disebabkan selain nilai gizi yang
dikandung bahan baku harus sesuai
dengan kebutuhan ikan, juga pakan
buatan ini disukai ikan baik rasa,
aroma dan lain sebagainya yang
dapat merangsang ikan untuk
memakan pakan buatan ini. Kajian
tentang materi ini telah dibahas
dalam bab sebelumnya yaitu tentang
nutrisi ikan.
6.1. JENIS-JENIS BAHAN
BAKU
Bahan baku yang dapat digunakan
dalam membuat pakan buatan ada
beberapa macam. Dalam memilih
beraneka macam bahan baku
tersebut
harus
dipertimbangkan
beberapa persyaratan. Persyaratan
pemilihan bahan baku ini dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu
persyaratan teknis dan persyaratan
sosial ekonomis.
Persyaratan teknis yang harus
diperhatikan dalam memilih bahan
baku untuk pembuatan pakan buatan
adalah :
• Mempunyai nilai gizi tinggi,
dengan bahan baku yang bergizi
tinggi akan diperoleh pakan yang
dapat dicerna oleh ikan dan
dapat menjadi daging ikan lebih
besar dari 50%.
• Tidak mengandung racun, bahan
baku yang mengandung racun
akan menghambat pertumbuhan
ikan dan dapat membuat ikan
mati.
• Sesuai dengan kebiasaan makan
ikan,
bahan
baku
yang
digunakan
sebaiknya
disesuaikan dengan kebiasaan
makan ikan dialam, hal ini dapat
meningkatkan selera makan dan
daya
cerna
ikan.
Seperti
diketahui bahwa berdasarkan
kebiasaan makannya jenis pakan
246
dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu herbivor, omnivor dan
karnivor. Maka dalam memilih
bahan
baku
yang
akan
digunakan untuk ikan herbivor
akan sangat berbeda untuk ikan
karnivora atau omnivor. Pada
ikan herbivor komposisi bahan
Tabel 6.1.
baku lebih banyak yang berasal
dari nabati dan untuk ikan
karnivor maka komposisi bahan
bakunya lebih banyak berasal
dari hewani. Beberapa jenis ikan
berdasarkan
kebiasaan
makannya dapat dilihat pada
Tabel 6.1.
Beberapa jenis ikan berdasarkan
(Hertrampf,J.W and Pascual,F.P, 2000)
Kelompok
Herbivora
kebiasaan
makannya
Jenis ikan
Big head carp (Aristichtus nobilis)
Grass carp/ikan koan (Ctenopharyngodon idellus)
Javanese carp (Puntius gonionotus)
Silver carp (Hypothalmichtys molitrix)
Gurami (Osphyronemus gourami)
Bandeng (Chanos chanos)
Perch (Perca sp)
Rabbit fish/beronang (Siganus guttatus)
Tilapia (Oreochromis spp)
Siamemese gurami (Trichogaster pectoralis)
Omnivora
Channel catfish/lele amerika (Ictalurus punctatus)
Common carp/ikan mas (Cyprinus carpio)
Grey mullet/ikan belanak (Mugil cephalus)
Karnivora
Black carp (Mylopharyngodon piceus)
Catfish/ikan lele (Clarias batrachus)
Grouper/ikan kerapu (Epinephelus spp)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Pacific salmon (Oncorhynchus spp)
Seabass/ikan kakap (Lates calcarifer)
Brown trout (Salmo trutta)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
247
Persyaratan sosial ekonomis yang
perlu diperhatikan dalam memilih
bahan baku untuk pembuatan pakan
buatan adalah :
• Mudah diperoleh
• Mudah diolah
• Harganya relatif murah
• Bukan
merupakan makanan
pokok manusia, sehingga tidak
merupakan saingan.
• Sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian
Jenis-jenis
bahan baku yang
digunakan dalam membuat pakan
buatan dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu bahan baku
hewani, bahan baku nabati dan
bahan
baku
limbah
industri
pertanian.
Bahan baku hewani adalah bahan
baku yang berasal dari hewan atau
bagian-bagian tubuh hewan. Bahan
baku hewan ini merupakan sumber
protein yang relatif lebih mudah
dicerna dan kandungan asam
aminonya
lebih
lengkap
dibandingkan dengan bahan baku
nabati. Beberapa macam bahan
baku hewani yang biasa digunakan
dalam pembuatan pakan ikan antara
lain adalah :
• Tepung ikan
• Silase ikan
• Tepung udang
• Tepung cumi-cumi
• Tepung cacing tanah
• Tepung benawa/kepiting
• Tepung darah
• Tepung tulang
• Tepung hati
• Tepung artemia
Bahan baku nabati adalah bahan
baku yang berasal dari tumbuhan
atau bagian dari tumbuh-tumbuhan.
Bahan nabati pada umumnya
merupakan sumber karbohidrat,
namun banyak juga yang kaya akan
protein dan vitamin. Beberapa
macam bahan baku nabati yang
biasa digunakan dalam pembuatan
pakan ikan antara lain terdiri dari ;
• Tepung kedelai
• Tepung jagung
• Tepung terigu
• Tepung tapioka
• Tepung sagu
• Tepung daun lamtoro
• Tepung daun singkong
• Tepung kacang tanah
• Tepung beras
Bahan baku limbah industri pertanian
adalah bahan baku yang berasal dari
limbah pertanian baik hewani
maupun nabati. Beberapa macam
bahan limbah yang sering digunakan
sebagai bahan baku pembuatan
pakan ikan antara lain terdiri dari;
• Tepung kepala udang
• Tepung anak ayam
• Tepung darah
• Tepung tulang
• Ampas tahu
• Bungkil kelapa
• Dedak halus
• Isi perut hewan mamalia
Selain ketiga jenis bahan baku
tersebut untuk melengkapi ramuan
dalam pembuatan pakan buatan
biasanya diberikan beberapa bahan
tambahan. Jumlah bahan tambahan
(feed additive) yaitu bahan makanan
atau suatu zat yang ditambahkan
dalam komposisi pakan untuk
meningkatkan kualitas dari pakan
248
tersebut. Jumlah bahan tambahan
yang digunakan biasanya relatif
sedikit tetapi harus ada dalam
meramu pakan buatan. Jenis-jenis
bahan tambahan antara lain terdiri
dari :
• Vitamin dan mineral, vitamin dan
mineral dibutuhkan dalam jumlah
sedikit karena tidak dapat dibuat
sendiri oleh tubuh ikan maka
dalam pembuatan pakan harus
ditambahkan. Jumlah pemberian
vitamin dan mineral dalam pakan
buatan berkisar antara 2 – 5%.
Vitamin dan mineral untuk
membuat pakan ikan dapat
dibuat sendiri yang disebut
vitamin premix atau membelinya
di toko. Vitamin dan mineral dijual
di
toko
penggunaannya
sebenarnya untuk ternak tetapi
dapat juga digunakan untuk ikan.
Merek dagang vitamin dan
mineral tersebut antara lain
adalah Aquamix, Rajamix, P fizer
Premix A, P frizer Premix B, Top
Mix, Rhodiamix 273.
• Antioksidan, antioksidan adalah
zat
antigenik
yang
dapat
mencegah terjadinya oksidasi
pada makanan dan bahan-bahan
makanan.
Penggunaan
antioksidan dalam pembuatan
pakan ikan bertujuan untuk
mencegah penurunan nilai nutrisi
makanan
dan
bahan-bahan
makanan ikan serta mencegah
terjadinya ketengikan lemak atau
minyak, serta untuk mencegah
kerusakan vitamin yang larut
dalam lemak. Dalam memilih
jenis antioksidan yang akan
digunakan harus diperhatikan
beberapa syarat berikut yaitu ;
ƒ Antioksidan harus efektif
dalam mencegah proses
•
•
oksidasi dari makanan ikan
yang mengandung lemak dan
unit yang larut dalam lemak.
ƒ Tidak bersifat racun bagi ikan
ƒ Harus
efektif
dalam
konsentrasi rendah
ƒ Mempunyai nilai ekonomis
Jenis antioksidan yang biasa
digunakan dalam pembuatan
pakan buatan adalah BHA (Butil
Hidroksi Anisol) dan BHT (Butil
Hidroksi Toluene). Jumlah yang
aman
digunakan
sebaiknya
adalah 200 ppm atau 0,02% dari
kandungan lemak dalam pakan,
sedangkan jenis antioksidan
lainnya yaitu Etoksikuin dapat
digunakan sebesar 150 mg/kg
pakan. Selain itu vitamin C saat
ini merupakan salah satu jenis
vitamin yang dapat berfungsi
sebagai antioksidan.
Bahan
pengikat
(Binder),
penambahan bahan pengikat di
dalam ramuan pakan buatan
berfungsi untuk menarik air,
memberikan warna yang khas
dan memperbaiki tekstur produk.
Jenis bahan pengikat yang dapat
digunakan antara lain adalah :
agar-agar, gelatin, tepung kanji,
tepung terigu, tepung maizena,
Carboxymethy Cellulose (CMC),
karageenan,
asam
alginat.
Jumlah
penggunaan
bahan
pengikat ini berkisar antara 5 –
10%.
Asam amino essensial sintetik,
adalah asam-asam amino yang
sangat dibutuhkan sekali oleh
ikan untuk pertumbuhannya dan
tidak dapat diproduksi oleh ikan.
Asam amino ini dapat diperoleh
dari hasil perombakan protein,
protein tersebut diperoleh dari
sumber bahan baku hewani dan
249
•
•
nabati. Tetapi ada sumber bahan
baku yang kandungan asam
aminonya tidak mencukupi. Oleh
karena itu bisa ditambahkan
asam
amino
buatan/sintetik
kedalam makanan ikan. Jenis
asam amino essensial tersebut
adalah : arginine, Histidine,
Isoleucine, Lysine, Methionine,
Phenylalanine,
Threonine,
Tryptophan, Valine dan Leucine.
Pigmen, adalah zat pewarna
yang dapat diberikan dalam
komposisi pakan buatan yang
peruntukkannya untuk pakan
ikan hias, dimana pada ikan hias
yang dinikmati adalah keindahan
warna
tubuhnya
sehingga
dengan menambahkan pigmen
tertentu kedalam pakan buatan
akan memunculkan warna tubuh
ikan hias yang indah sesuai
dengan keinginan pembudidaya.
Jenis pigmen yang ada dapat
diperoleh dari bahan-bahan alami
atau sintetik seperti pigmen
karoten
,
astaxantin
dan
sebagainya. Dosis pemberian
pigmen dalam komposisi pakan
biasanya berkisar antara 5 –
10%.
Antibiotik, adalah zat atau suatu
jenis
obat
yang
biasa
ditambahkan dalam komposisi
pakan untuk menyembuhkan ikan
yang terserang penyakit oleh
bakteri. Dengan pemberian obat
dalam
pakan
yang
berarti
pengobatan dilakukan secara
oral mempermudah pembudidaya untuk menyembuhkan ikan
yang sakit. Dosis antibiotik yang
digunakan sangat bergantung
pada jenis penyakit dan ukuran
ikan yang terserang penyakit.
•
•
Attractants adalah suatu zat
perangsang
yang
biasa
ditambahkan dalam komposisi
pakan udang/ikan laut. Seperti
diketahui
udang
merupakan
organisme yang hidupnya di
dasar
dan
untuk
menarik
perhatiannya terhadap pakan
buatan biasanya ditambahkan
zat perangsang agar pakan
buatan tersebut mempunyai bau
yang
sangat
menyengat
sehingga
merangsang
udang/ikan laut untuk makan
pakan ikan tersebut. Beberapa
jenis attractant yang biasa
digunakan dari bahan alami atau
sintetis antara lain adalah terasi
udang, kerang darah, glysine 2%,
asam glutamate, cacing tanah
atau sukrosa.
Hormon, adalah suatu bahan
yang dikeluarkan oleh kelenjar
endokrin dan ditransportasikan
melalui pembuluh darah ke
jaringan lain dimana beraksi
mengatur fungsi dari jaringan
target. Ada banyak jenis hormon
yang terdapat pada makhluk
hidup.
Penggunaan
hormon
dalam pakan buatan yang telah
dicoba pada beberapa ikan
antara lain ikan bandeng, ikan
kerapu adalah pembuatan pakan
dalam bentuk pelet kolesterol,
dimana pada pakan buatan
tersebut ditambahkan hormon
yang
bertujuan
untuk
mempercepat
tingkat
kematangan
gonad,
hormon
yang
digunakan
adalah
kombinasi
antara
17
αmetiltestoteron dan a-LHRH.
Selain mengetahui jenis-jenis bahan
baku yang akan digunakan untuk
250
membuat pakan buatan harus
mengetahui kandungan nutrisi dari
bahan baku yang akan digunakan
untuk membuat pakan buatan.
Kandungan nutrisi bahan baku dapat
diketahui dengan melakukan analisa
proximat terhadap bahan baku
tersebut. Dari hasil analisa proximat
akan diketahui kandungan zat gizi
bahan baku yang meliputi : kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar
lemak, kadar serat kasar dan kadar
bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN).
Adapun komposisi kandungan nutrisi
bahan baku dapat dilihat pada tabel
6.2 , 6.3 dan 6.4.
Tabel 6.2. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Nabati
NO
JENIS BAHAN BAKU
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Dedak padi
Dedak gandum
Cantel
Tepung terigu
Tepung kedelai
Tahu
Tepung sagu
Bungkil kelapa
Biji kapok randu
Biji kapas
Tepung daun turi
Tepung daun lamtoro
Tepung daun singkong
Tepung jagung
Kanji
PROTEIN
%
11,35
11,99
13,00
8,90
39,6
7,80
7,25
17,09
27,40
19,40
27,54
36,82
34,21
7,63
0,41
KARBOHIDRAT
%
28,62
64,78
47,85
77,30
29,50
1,60
77,45
23,77
18,60
21,30
16,08
14,69
74,23
86,40
LEMAK
%
12,15
1,48
2,05
1,30
14,30
4,60
0,55
9,44
5,60
19,50
4,73
5,40
4,60
4,43
0,54
251
Tabel 6.3. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Hewani
NO
JENIS BAHAN BAKU
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Tepung ikan import
Tepung rebon
Benawa/kepiting
Tepung ikan mujair
Ikan teri kering
Ikan petek kering
Tepung kepiting
Tepung cumi
Tepung ikan kembung
Rebon basah
Tepung bekicot
Tepung cacing tanah
Tepung artemia
Telur ayam/itik
Susu
PROTEIN
%
62,65
59,40
23,38
55,6
63,76
60,0
53,62
62,21
40,63
13,37
54,29
72,00
42,00
12,80
35,60
KARBOHIDRAT
%
5,81
3,20
0,06
7,36
4,1
2,08
13,15
1,26
1,67
30,45
0,70
52,00
LEMAK
%
15,38
3,60
25,33
11,2
3,7
15,12
3,66
5,25
1,52
4,18
11,50
1,00
Tabel 6.4. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Limbah Pertanian
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
JENIS BAHAN BAKU
Isi perut hewan mamalia
Tepung anak ayam
Bungkil kelapa sawit
Tepung kepala udang
Tepung anak ayam
Tepung kepompong ulat
sutera
Bungkil kacang tanah
Tepung darah
Silase ikan
Ampas tahu
Bekatul
Tepung menir
PROTEIN
%
8,39
61,65
18,7
53,74
61,56
46,74
KARBOHIDRAT
%
5,54
64
0
-
49,5
71,45
18,20
23,55
10,86
8,64
28,3
13,32
43,45
45,46
88,03
LEMAK
%
53,51
27,3
4,5
6,65
27,30
29,75
11,4
0,42
1,20
5,54
11,19
1,92
252
Bagaimanakah anda melakukan
penyiapan bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
buatan? Apakah bahan baku itu?
Untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut diskusikan dan pelajari
materi dalam buku ini atau mencari
referensi lain dari buku, internet,
majalah dan sebagainya.
sumber hewani. Hal ini dikarenakan
ikan-ikan laut merupakan organisme
air yang bersifat karnivora yaitu
organisme
air
yang
makanan
utamanya adalah berasal dari
hewani dalam hal ini adalah ikanikan yang mempunyai ukuran
tubuhnya lebih kecil dari yang
mengkonsumsinya.
Bahan baku adalah bahan yang akan
digunakan untuk membuat pakan
buatan. Bahan baku yang akan
digunakan dapat disesuaikan dengan
jenis ikan yang akan mengkonsumsi
pakan buatan tersebut. Jenis-jenis
bahan baku yang dapat digunakan
untuk membuat pakan buatan untuk
induk, larva dan benih ikan dapat
dikelompokkan menjadi bahan baku
hewani, nabati dan bahan tambahan.
Jenis bahan baku yang akan
digunakan untuk pembuatan pakan
ikan laut biasanya berasal dari
Berdasarkan kebiasaan makan pada
setiap jenis ikan maka jenis-jenis
bahan baku yang akan digunakan
untuk
ikan
karnivora
atau
herbivora/omnivora akan sangat
berbeda
dalam
pemilihannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Tacon (1988)
dalam Millamena et al (2000) telah
direkomendasikan
penggunaan
beberapa bahan baku yang dapat
digunakan berdasarkan kebiasaan
makan ikan (Tabel 6.5)
253
Tabel 6.5. Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan ikan dan udang
dalam % (Tacon, 1988)
Jenis bahan baku
Tepung Alfalfal
Tepung darah
Cassava/tepung tapioka
Tepung kelapa
Tepung biji jagung
Tepung maizena
Tepung biji kapas
Penyulingan jagung
Dicalsium phosphate
Tepung bulu ayam
Tepung ikan
Konsentrat protein ikan
Tepung giling
Tepung hati
Tepung daging dan tulang
Tepung limbah peternakan
Tepung minyak lobak
Tepung kulit padi
Tepung udang
Tepung cumi
Tepung gandum
Tepung kedelai
Tepung kedele penuh lemak
Tepung terigu
Biji gandum
Tepung kanji
Air dadih
Yeast kering
Ikan
karnivora
Ikan
herbivora/
omnivora
Udang
karnivora
Udang
herbivora/
omnivora
5
10
15
15
20
15
15
10
3
10
Bebas
15
15
50
20
15
20
15
25
Bebas
20
25
35
20
15
15
10
15
10
10
35
25
35
20
20
15
3
10
Bebas
10
25
50
25
20
25
35
25
Bebas
35
35
40
35
30
15
10
15
5
10
15
15
15
15
10
10
3
10
20
15
15
25
15
15
15
15
Bebas
Bebas
15
20
20
20
15
20
10
15
10
10
25
25
20
15
15
3
10
35
15
25
20
20
20
20
35
Bebas
Bebas
35
30
30
35
30
20
10
15
Ikan karnivora di alam akan
memakan ikan yang lebih kecil
ukurannya, didalam suatu usaha
budidaya biasanya diberikan ikanikan rucah. Kontinuitas ikan rucah di
alam sangat bergantung kepada
ketersediaan alam. Oleh karena itu
pembuatan pakan buatan diharapkan
mampu menggantikan kebutuhan
ikan laut akan pakan. Pakan buatan
untuk ikan laut bahan baku yang
biasa digunakan antara lain dapat
dilihat pada Tabel 6.6. Kandungan
nutrisi bahan baku yang biasa
digunakan untuk membuat pakan
buatan dapat dilihat pada Tabel 6.6 .
254
Tabel 6.6. Jenis dan Kandungan nutrisi bahan baku ikan karnivora
Jenis bahan
Tepung mujair
Tepung petek
Tepung teri
Tepung tongkol
Tepung kembung
Tepung cumi
Tepung kepala udang
Tepung kerang
Tepung darah
Tepung kedelai
Tepung kanji
Tepung beras
Tepung sagu
Tepung ketan
Tepung dedak
Tepung jagung
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
karbohidrat
55,60
66,00
63,76
55,72
40,36
74,80
43,95
66,56
93,00
37,42
0,41
14,10
7,25
8,21
10,86
7,63
11,20
15,12
3,70
4,11
5,25
8,80
5,11
1,40
6,26
0,54
15,10
0,55
2,13
11,19
4,43
7,36
2,08
4,10
6,62
1,26
0,26
47,51
73,24
66,21
83,12
34,73
72,71
Kadar
serat
kasar
0
17,45
1,10
13,16
12,80
11,24
2,26
13,16
1,52
Kadar
air
Kadar
abu
6,34
9,60
10,28
4,95
20,90
6,53
8,48
12,80
8,49
1,32
12,60
11,02
19,50
13,20
18,28
28,60
31,96
3,40
26,70
7,10
4,98
1,55
12,80
1,53
2,96
1,55
2,70
Selain
itu
untuk
menambah
pengetahuan tentang jenis-jenis
bahan baku yang dapat digunakan
untuk membuat pakan ikan,
berdasarkan
hasil
analisa
proksimat kandungan bahan baku
pakan yang telah dilakukan pada
laboratorium
Southeast
Asian
Fisheries Development Center,
Aquaculture Departement. Philipina
dapat dilihat pada Tabel 6.7.
255
Tabel 6.7. Hasil analisa proksimat bahan baku (Mllamena et al, 2000).
Kadar
air
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
serat
kasar
Bahan
Ekstra
Tanpa
Nitrogen
Abu
Sumber Hewani
Tepung ikan lokal
Tepung ikan chili
Tepung ikan danish
Tepung ikan Peru 1
Tepung ikan Peru 2
Tepung ikan tuna
Tepung ikan putih
Tepung kepala udang
Tepung udang
Tepung cumi
Tepung kepiting
Tepung kodok
Tepung darah
Tepung daging & tulang
10,3
8,4
9,5
8,3
7,1
9,4
7,2
6,5
8,2
6,9
5,5
7,6
6,3
5,6
64,1
70,1
73,9
68,3
67,9
65,4
69,0
51,2
68,6
78,5
74,1
62,5
87,7
46,8
6,5
8,5
9,4
5,9
10,0
8,0
7,6
5,2
3,9
5,5
7,1
1,7
3,0
9,6
0,8
0,5
0,3
0,8
1,3
0,8
0,6
13,3
3,6
1,3
0,9
1,2
0,4
2,0
8,5
4,1
2,4
7,7
4,1
8,8
4,8
5,3
7,6
6,7
8,1
4,7
3,3
7,5
20,1
16,8
14,0
17,3
16,7
17,0
18,0
25,0
16,3
8,0
9,8
29,9
5,6
34,1
Nabati
Tepung daun akasia
Tepung daun alfalfal
Tepung daun camote
Tepung daun cassava
Tepung daun ipil
Tepung daun kangkung
Tepung malunggay
Tepung daun pepaya
Tepung copra
Cowpea
Mugbean hijau
Mugbean kuning
Butiran beras
Tepung jagung
Tepung tapioka
Tepung roti
Tepung terigu
Tepung pollard
Tepung biji gandum
Tepung maizena
Tepung beras
Dedak
Tepung jagung
4,4
7,2
4,5
5,9
7,8
5,7
3,5
5,4
7,9
8,0
7,1
7,7
5,0
8,4
11,9
12,1
11,3
9,5
6,0
7,3
9,2
7,0
5,6
25,7
17,2
29,7
22,1
25,1
28,5
30,4
20,7
22,0
23,0
23,2
24,1
26,5
7,8
0,4
12,9
15,3
15,4
27,8
62,6
13,3
3,3
35,8
5,6
3,0
4,9
9,3
6,8
5,4
8,4
11,6
6,7
1,3
1,2
1,1
0,8
4,7
0,2
1,2
1,7
4,5
4,3
7,7
14,1
2,0
19,8
21,2
27,7
10,0
12,4
10,6
10,5
8,3
11,2
17,3
4,1
3,1
3,8
4,0
2,6
1,1
0,3
0,8
10,3
3,4
2,2
8,5
32,4
4,9
41,7
42,9
43,2
49,2
44,0
43,6
43,7
42,6
44,3
67,5
68,7
67,1
64,6
83,1
98,2
84,9
81,1
64,0
59,6
25,9
53,4
41,6
33,9
5,8
9,2
12,2
7,0
13,5
12,0
9,2
13,9
9,7
4,1
3,8
3,9
4,1
1,8
0,1
0,7
1,1
5,8
4,9
1,6
10,7
20,7
5,6
Jenis bahan baku
256
Jenis bahan baku
Kadar
air
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
serat
kasar
Bahan
Ekstra
Tanpa
Nitrogen
Abu
7,2
4,2
7,9
5,9
4,4
7,3
4,0
7,2
8,3
89,7
37,9
94,4
64,6
54,6
65,2
52,1
49,4
55,2
0,1
4,1
0,0
8,6
9,4
10,9
1,8
1,6
0,8
0,3
10,7
0,1
3,0
4,0
1,4
2,1
2,4
1,7
8,9
8,9
5,1
12,5
20,1
8,8
15,7
34,5
35,1
1,0
38,4
0,4
11,8
11,9
13,7
28,3
12,1
7,4
7,8
8,0
8,0
8,1
7,6
10,1
10,4
8,5
10,4
10,4
8,0
5,5
9,8
15,2
7,0
6,1
71,2
55,5
27,2
51,9
24,4
35,1
33,6
57,8
9,0
24,7
56,7
49,1
20,6
13,8
10,2
5,4
8,3
6,8
3,4
10,4
7,1
4,2
18,1
7,6
0,8
2,6
2,8
10,7
3,3
1,9
0,4
0,8
5,4
11,3
12,9
3,5
2,5
5,6
4,4
8,4
9,6
0,7
0,6
2,1
16,4
9,3
5,8
6,1
9,9
15,0
36,5
15,3
26,7
27,7
23,0
17,2
46,4
20,2
28,1
19,0
35,9
36,9
44,8
57,3
5,2
11,4
20,0
18,9
39,3
27,4
20,9
9,0
34,2
51,8
11,8
19,1
23,8
38,1
38,8
30,4
Sumber lainnya
Casein
Tepung kepiting
Gelatin
Tepung kerang hijau
Tepung Oyster
Tepung scallops
Tepung snail
Ragi Breewer
Ragi Candida
Pakan alami
Acartia sp
Artemia
Azolla
Brachionus sp
Chaetoceros calcitran
Chlorella air laut
Isochrysis galbana
Moina macrocopa
Sargassum
Skeletonema
Spirulina
Tetraselmis sp
Digman
Enteromorpha
Gracilaria sp
Kappaphycus sp
Hasil analisa proksimat dari setiap
bahan baku yang akan digunakan
untuk membuat pakan ikan dapat
digunakan sebagai acuan dalam
melakukan perhitungan formulasi
pakan. Pada tabel sebelumnya telah
diuraikan tentang kadar karbohidrat
dari setiap bahan baku pakan untuk
memudahkan dalam menghitung
jumlah energi dalam setiap formulasi.
Seperti diketahui bahwa dari hasil
analisa proksimat karbohidrat dibagi
menjadi serat kasar dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen. Sedangkan
untuk menghitung energi yang
digunakan adalah kadar karbohidrat,
tetapi untuk mengetahui daya cerna
setiap bahan baku yang dapat
digunakan untuk membuat pakan
ikan adalah kadar serat kasar. Oleh
257
karena itu pemahaman tentang
bahan baku tersebut sangat penting.
2.
6.2. PENYUSUNAN
FORMULASI PAKAN
Jenis bahan baku yang harus
disiapkan sangat bergantung kepada
jenis ikan yang akan mengkonsumsi
pakan tersebut dan stadia pemberian
pakannya.
Selain
itu
untuk
mengetahui jenis-jenis bahan baku
yang akan dipilih harus dilakukan
perhitungan. Perhitungan jumlah
bahan baku yang akan digunakan
untuk membuat pakan ikan tersebut
dinamakan
menyusun
formulasi
pakan. Setelah mengetahui tentang
jenis-jenis bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan,
kandungan zat gizi dari bahan-bahan
baku tersebut dan cara menyusun
formulasi/ramuan
pakan
buatan
barulah kita dapat membuat pakan
buatan. Pada bagian sebelumnya
telah dibahas tentang jenis bahan
baku
dan
kandungan
gizinya
selanjutnya
adalah
menyusun
formulasi.
Pengetahuan yang harus dipahami
dalam menyusun formulasi pakan
ikan adalah kebutuhan ikan akan
beberapa kandungan zat gizi antara
lain adalah :
1. Protein, kebutuhannya berkisar
antara 20 – 60%. Untuk ikan-ikan
laut biasanya kebutuhan protein
cukup tinggi karena merupakan
kelompok ikan karnivora yaitu
berkisar antara 30 – 60%.
Sumber protein dapat diperoleh
dari hewani atau nabati tetapi
3.
4.
5.
untuk ikan laut lebih menyukai
sumber protein diambil dari
hewani.
Lemak, kebutuhannya berkisar
antara
4-18%.
Sumber
lemak/lipid biasanya adalah :
• Hewani : lemak sapi, ayam,
kelinci, minyak ikan
• Nabati : jagung, biji kapas,
kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai
Karbohidrat, terdiri dari serat
kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN), kebutuhannya
berkisar antara 20 – 30%.
Sumber karbohidrat biasanya
dari nabati seperti jagung, beras,
dedak, tepung terigu, tapioka,
sagu dan lain-lain. Kandungan
serat kasar kurang dari 8% akan
menambah struktur pellet, jika
lebih dari 8% akan mengurangi
kualitas pellet ikan.
Vitamin dan mineral, kebutuhannya berkisar antara 2–5%
Jumlah keseluruhan bahan baku
dalam menyusun formulasi pakan
ikan ini harus 100%.
Ada
beberapa
metode
yang
digunakan
dalam
menyusun
formulasi pakan antara lain adalah :
1. Metode
Pearsons
Square
(Metode segi empat Pearsons)
2. Metode Aljabar
3. Metode Linier (Program linier)
4. Metode coba-coba (Trial and
Error)
5. Metode Work Sheet
6.2.1. Metode segi empat
Pearsons
Metoda segiempat kuadrat adalah
suatu metode yang pertama kali
258
dibuat oleh ahli pakan ternak dalam
menyusun pakan ternak yang
bernama Pearsons.. Metode ini
ternyata dapat diadaptasi oleh para
ahli pakan ikan dan digunakan untuk
menyusun formulasi pakan ikan.
Dalam menyusun formulasi pakan
ikan dengan metode ini didasari
pada pembagian kadar protein
bahan-bahan
pakan
ikan.
Berdasarkan
tingkat
kandungan
protein, bahan-bahan pakan ikan ini
terbagi atas dua bagian yaitu :
• Protein Basal, yaitu bahan baku
pakan ikan, baik yang berasal
dari nabati, hewani dan limbah
yang mempunyai kandungan
protein kurang dari 20%.
• Protein Suplement, yaitu bahan
baku pakan ikan, baik yang
berasal dari nabati, hewani dan
limbah
yang
mempunyai
kandungan protein lebih dari
20%.
Dalam metode segi empat ini
langkah pertama adalah melakukan
pemilihan bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan. Disarankan untuk memilih
bahan baku pembuatan pakan ikan
ini tidak hanya dari satu sumber
bahan saja tetapi menggunakan
beberapa bahan baku dari sumber
nabati, hewani atau limbah hasil
pertanian. Misalnya kita akan
membuat pakan ikan dengan kadar
protein 35% dengan menggunakan
bahan baku terdiri dari tepung ikan,
dedak halus, tepung jagung, tepung
terigu dan tepung kedelai. Maka
dengan
menggunakan
metode
segiempat ini, tahapan yang harus
dilakukan antara lain adalah :
• Mengelompokkan bahan baku
yang telah dipilih berdasarkan
•
•
kadar protein dari setiap bahan
baku tersebut yaitu ;
- Bahan baku kelompok protein
Basal : Dedak halus 15,58%,
Tepung
Jagung
9,50%,
Tepung terigu 12,27%
- Bahan baku kelompok protein
Suplemen:
Tepung
ikan
62,99%,
Tepung
kedelai
43,36%
Melakukan perhitungan rata-rata
kandungan bahan baku dari
protein
basal
dan
protein
suplemen
dengan
cara
melakukan penjumlahan semua
bahan baku yang berasal dari
protein basal dan membagi
dengan berapa macam jumlah
bahan baku protein basal. Begitu
juga
dengan
bahan
baku
suplemen dilakukan penjumlahan
kadar
protein
suplemen
kemudian dibagi dengan berapa
macam jumlah bahan baku
protein suplemen. Dari contoh
kasus diatas maka jumlah kadar
protein basal dari ketiga bahan
baku tersebut adalah 15,58% +
9,50% + 12,27% = 37,35%,
kemudian nilai rata-rata bahan
baku protein basal adalah
37,35% : 3 = 12,45%. Sedangkan
jumlah kadar protein suplemen
dari dua bahan baku tersebut
adalah 62,99% + 43,36% =
109,35%, kemudian rata-rata
bahan baku protein suplemen
adalah 109,35% : 2 = 54,68%.
Setelah
bahan
baku
dikelompokkan
menjadi
dua
bagian yaitu protein basal dan
protein suplemen maka langkah
selanjutnya adalah membuat
kotak segi empat. Pada bagian
tengah
kotak
segi
empat
diletakkan
nilai
kandungan
259
protein pakan yang akan dibuat.
Pada bagian atas kiri segiempat
diletakkan
nilai
rat-rata
kandungan protein basal dan
pada
bagian
bawah
kiri
segiempat diletakkan nilai ratarata
kandungan
protein
suplemen, lihat pada gambar
dibawah ini ;
Protein basal12,45%
Protein suplemen 54,68%
•
•
Lakukan
perhitungan
untuk
mengisi kekosongan nilai pada
sisi sebelah kanan segiempat
dengan cara diagonal untuk
setiap kandungan protein basal
dan kandungan protein suplemen
tersebut. Pada bagian tengah
segiempat tersebut diletakkan
kadar protein pakan ikan yang
akan dibuat yaitu 35%. Untuk
mengisi nilai disebelah kanan
segiempat bagian atas adalah
nilai protein bahan baku yang
berasal dari protein suplemen
maka nilai tersebut adalah
melakukan pengurangan nilai
..........%
.
...........%
protein suplemen dengan kadar
protein pakan yaitu 54,68% 35% = 19,68%. Sedangkan untuk
mengisi nilai pada segiempat sisi
kanan pada bagian bawah
adalah nilai protein bahan baku
yang berasal dari protein basal
bahan
baku
dilakukan
pengurangan
antara
kadar
protein pakan dengan kadar
protein bahan baku basal yaitu
35% - 12,45% = 22,55%, maka
dapat dilihat pada gambar
segiempat dibawah ini adalah
sebagai berikut ;
Protein basal 12,45%
19,68%
Protein suplemen 54,68%
22,55%
Setelah diperoleh nilai pada
keempat
sudut
segiempat
tersebut, langkah selanjutnya
adalah melakukan penjumlahan
nilai pada bagian sisi sebelah
kanan, maka dapat dilihat pada
gambar segiempat di bawah ini :
260
Protein basal 12,45%
19,68%
Protein suplemen 54,68%
22,55%
__________ +
42,23%
•
Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
perhitungan
komposisi setiap bahan baku
yang telah disusun dengan cara
sebagai berikut :
membuat pakan
sebagai berikut :
Komposisi bahan baku yang
berasal protein suplemen adalah
:
Tepung ikan = 53,40% : 2
= 26,7%
Tepung
kedelai
= 53,40% : 2
= 26,7%
-
Komposisi bahan baku yang
berasal dari protein basal adalah
:
Dedak halus = 46,60% : 3
= 15,53%
Tepung
Jagung
= 46,60% : 3
= 15,53%
Tepung terigu = 46,60% : 3
= 15,53%
= 46,60%
22,55%
= ---------- X 100%
42,23%
= 53,40%
-
Dari hasil perhitungan
langkah sebelumnya maka
dihitung komposisi bahan
yang akan digunakan
adalah
-
19,68%
Protein Basal = ---------- X 100%
42,23%
Protein
Suplemen
ikan
pada
dapat
baku
untuk
Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk
membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% yang berarti dalam satu
kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Dedak halus
Tepung jagung
Tepung terigu
26,7%
26,7%
15,53%
15,53%
15,53%
X 62,99%
X 46,36%
X 15,58%
X 9,50%
X 12,27%
= 16,82%
= 12,38%
= 2,42%
= 1,48%
= 1,91%
-------------- +
35,01%
261
Jika akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan baku
yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Dedak halus
Tepung jagung
Tepung terigu
26,70%
26, 70%
15,53%
15,53%
15,53%
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
Jika dalam komposisi bahan baku
pembuatan
pakan
ikan
akan
ditambahkan bahan tambahan maka
jumlah bahan baku utama harus
dikurangi dengan jumlah bahan
tambahan yang akan digunakan.
Misalnya dalam komposisi bahan
pakan tersebut akan ditambahkan
vitamin sebanyak 2% dan mineral
2% maka jumlah bahan utama akan
berkurang menjadi 100% - 4% (2% +
2%) = 96%. Maka jumlah kadar
protein dari bahan utama tersebut
ditambahkan agar komposisi bahan
baku dari pakan ikan tersebut
memenuhi kebutuhan kadar protein
pakan yang akan dibuat menjadi
(35%) X 100% /96% = 36,46%. Hal
ini dilakukan karena vitamin dan
mineral tidak mempunyai kandungan
protein. Maka komposisi bahan baku
menjadi sebagai berikut ;
= 26,70 kg
= 26,70 kg
= 15,53 kg
= 15,53 kg
= 15,53 kg
--------------- +
99,99 kg
Pada bagian tengah segiempat
tersebut diletakkan kadar protein
pakan ikan yang telah ditambahkan
menjadi 36,46%. Untuk mengisi nilai
di sebelah kanan segiempat bagian
atas adalah nilai protein bahan baku
yang berasal dari protein suplemen
maka
nilai
tersebut
adalah
melakukan pengurangan nilai protein
suplemen dengan kadar protein
pakan yaitu 54,68% - 36,46% =
18,22%. Sedangkan untuk mengisi
nilai pada segiempat sisi kanan pada
bagian bawah adalah nilai protein
bahan baku yang berasal dari protein
basal
bahan
baku
dilakukan
pengurangan antara kadar protein
pakan dengan kadar protein bahan
baku basal yaitu 36,46% - 12,45% =
24,01%, maka dapat dilihat pada
gambar segiempat di bawah ini
adalah sebagai berikut
Protein basal 12,45%
18,22%
Protein suplemen 54,68%
24,01%
262
Setelah diperoleh nilai pada keempat
sudut segiempat tersebut, langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
penjumlahan nilai pada bagian sisi
sebelah kanan, maka dapat dilihat
pada gambar segiempat di bawah
ini:
Protein basal 12,45%
18,22%
Protein suplemen 54,68%
24,01%
__________ +
42,23%
Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan
baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut :
Protein Basal
Protein Suplemen
=
18,22%
--------------- X 96% = 41,42%
42,23%
=
24,01%
--------------- X 96% = 54,58%
42,23%
Dari hasil perhitungan pada langkah
sebelumnya maka dapat dihitung
komposisi bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan adalah sebagai berikut :
- Komposisi bahan baku yang
berasal protein suplemen adalah:
Tepung ikan
=
=
Tepung kedelai =
=
-
Komposisi bahan baku yang
berasal dari protein basal adalah:
Dedak halus
= 41,42% : 3
= 13,81%
Tepung jagung = 41,42% : 3
= 13,81%
Tepung terigu = 41,42% : 3
= 13,81%
54,58% : 2
7,29%
54,58% : 2
27,29%
263
Untuk
membuktikan
bahwa
komposisi
bahan
baku
yang
dipergunakan untuk membuat pakan
ikan mengandung kadar protein 35%
Tepung ikan
Tepung kedelai
Dedak halus
Tepung jagung
Tepung terigu
27,29%
27,29%
13,81%
13,81%
13,81%
yang berarti dalam satu kilogram
pakan mengandung 350 gram
protein dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
X 62,99%
X 46,36%
X 15,58%
X 9,50%
X 12,27%
= 17,19%
= 12,6516%
= 2,1516%
= 1,1320%
= 1,6945%
-------------- +
34,82% mendekati 35%
Maka komposisi bahan baku pakan ikan menjadi :
Tepung ikan
27,29%
Tepung kedelai 27,29%
Dedak halus
13,81%
Tepung jagung 13,81%
Tepung terigu
13,81%
Vitamin
2 %
Mineral
2 %
-------------+
100%
6.2.2. Metode aljabar
Metode aljabar merupakan suatu
metode penyusunan formulasi yang
didasari
pada
perhitungan
matematika yang bahan bakunya
dikelompokkan menjadi X dan Y. X
merupakan jumlah berat bahan baku
dari kelompok sumber protein utama
(protein
suplement)
dan
Y
merupakan jumlah berat kelompok
sumber
protein
basal.
Perhitungannya
menggunakan
rumus aljabar sehingga didapat
formulasi pakan ikan sesuai dengan
kebutuhan.
Pada persamaan aljabar dalam
matematika ada dua metode yang
digunakan dalam mencari nilai pada
komponen X dan Y yaitu metode
substitusi dan metode eliminasi.
Metode substitusi adalah suatu
metode mencari nilai x dan y dengan
cara mengganti dengan beberapa
persamaan
sedangkan
metode
eliminasi adalah suatu metode
mencari nilai x dan y dengan cara
menghilangkan salah satu komponen
dalam persamaan tersebut.
Contoh kasus menghitung formulasi
pakan dengan menggunakan metode
aljabar, jika akan dibuat pakan ikan
dengan kadar protein 35% dari
berbagai bahan baku antara lain
adalah tepung ikan (kadar protein
62,65%), tepung kedelai (kadar
264
protein 39,6%), ampas tahu (kadar
protein 25,55%), tepung bekicot
(kadar protein 54,29%), dedak halus
(kadar protein 15,58%) dan tepung
jagung (kadar protein 9,50%). Maka
tahapan yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
• Melakukan
pengelompokkan
bahan baku berdasarkan kadar
proteinnya yang dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu bahan baku
protein suplemen dan bahan
baku protein basal. Dalam
metode aljabar dapat dibuat
suatu formulasi pakan ikan yang
sangat sesuai dengan kebutuhan
ikan yang akan mengkonsumsi
pakan ikan tersebut. Pada
metode segiempat semua bahan
baku dari kelompok protein basal
dan kelompok protein suplemen
dibuat sama, padahal seperti kita
ketahui ada kebutuhan bahan
baku yang berbeda untuk setiap
jenis
ikan.
Seperti
dalam
rekombinasi penggunaan bahan
baku bahwa penggunaan bahan
mempunyai batas optimum yang
dapat
digunakan
untuk
menyusun formulasi pakan. Oleh
karena itu dalam menggunakan
Tepung ikan kadar protein
Tepung kedelai kadar protein
Ampas tahu kadar protein
Tepung bekicot kadar protein
Rata-rata kadar protein dari
kelompok
sumber
protein
suplement
adalah
299,03%
dibagi 6 = 49,84% = 0,4984
Sedangkan untuk bahan baku
sebagai kelompok protein basal
metode aljabar rekomendasi
penggunaan bahan baku dapat
diterapkan sesuai dengan jenis
ikan
yang
akan
disusun
formulasinya.
Misalnya dalam
formulasi pakan ini ingin dibuat
kandungan bahan baku yang
berasal dari tepung ikan dan
tepung bekicot sebagai sumber
bahan baku hewani adalah 2 kali
lebih banyak dari komposisi
bahan baku lainnya. Maka
komposisi
kelompok sumber
bahan protein suplemen adalah
sebagai berikut:
- Tepung ikan kadar protein
62,65% adalah 2 bagian
- Tepung kedelai kadar protein
39,6% adalah 1 bagian
- Ampas tahu kadar protein
25,55% adalah1 bagian
- Tepung bekicot kadar protein
54,29% adalah 2 bagian
Maka dari komposisi kelompok
bahan baku protein suplemen
tersebut menjadi 6 bagian
(2+1+1+2 bagian) maka rata-rata
kadar protein dari kelompok ini
menjadi :
62,65%
39,60%
25,55%
54,29%
X2
X1
X1
X2
= 125,30%
= 39,60%
= 25,55%
= 108,58%
------------- +
299,03%
adalah dedak halus dapat
digunakan 2 kali lebih banyak
dibandingkan dengan tepung
jagung karen aselain harganya
murah
juga
penggunaannya
masih dapat lebih besar dari
tepung jagung maka komposisi
265
kelompok sumber bahan protein
basal adalah sebagai berikut :
Dedak halus kadar protein
15,58% adalah 2 bagian
Tepung jagung kadar protein
9,50% adalah 1 bagian
Maka dari komposisi kelompok
bahan
baku
protein
basal
tersebut menjadi 3 bagian (2+1
bagian) maka rata-rata kadar
protein dari kelompok ini menjadi
:
Dedak
15,58%X2 = 31,16%
T. Jagung 9,50% X 1 = 9,50%
--------- +
40,66%
•
•
0,1355 adalah rata-rata kadar
protein kelompok protein basal,
sedangkan nilai 35 adalah kadar
protein pakan yang akan dibuat.
Setelah mendapatkan dua buah
persamaan
maka
langkah
selanjutnya adalah melakukan
perhitungan secara matematika
dengan menggunakan metode
aljabar untuk mencari nilai x dan
y. Nilai x dan y ini dapat diperoleh
dengan cara substitusi atau
eliminasi.
Secara eliminasi :
X + Y = 100 (persamaan 1)
0,4948X + 0,1355 Y = 100
(persamaan 2)
Rata-rata kadar protein dari
kelompok sumber basal adalah
40,66% dibagi 3 = 13,55% =
0,1355
Persamaan 1 dikalikan dengan
nilai 0,4984 maka diperoleh
persamaan 3 yaitu : 0,4984 X +
0,4984Y = 49,84
Langkah selanjutnya menetapkan komponen X dan Y
Persamaan 3 dikurangi dengan
persamaan 2 maka hasilnya :
X adalah kelompok
protein suplemen
Y adalah kelompok
protein basal
0,4984 X + 0,4984 Y = 49,84
0,4984 X + 0,1355 Y = 35,00
sumber
-
sumber
Berdasarkan persamaan aljabar
akan diperoleh dua persamaan
yaitu :
Persamaan 1 adalah X + Y =
100, seperti diketahui bahwa
jumlah bahan baku yang akan
digunakan
untuk
menyusun
formulasi pakan adalah 100 %.
Persamaan 2 adalah 0,4948X +
0,1355Y = 35, nilai 0,4948 adalah
rata-rata kadar protein dari
kelompok protein suplemen, nilai
0,3629 Y = 14,84
Y = 14,84
0,3629
= 40,89
Setelah diperoleh nilai Y maka
untuk mencari nilai X dengan
cara memasukkan persamaan 1
sehingga diperoleh nilai X yaitu:
X + Y = 100
X = 100 – Y
X = 100 – 40,89
X = 59,11
266
Setelah diperoleh nilai Y maka
untuk mencari niali X dengan
cara memasukkan persamaan 1
sehingga diperoleh nilai X yaitu:
X + Y = 100
X = 100 – Y
X = 100 – 40,3
X = 59,7
Secara substitusi :
X + Y = 100 (persamaan 1)
0,4948 X + 0,1355 Y = 35
(persamaan 2)
Dari
persamaan
1
dapat
diperoleh persamaan X=100–Y,
maka jika nilai X dari persamaan
1 dimasukkan dalam persamaan
2 maka nilai Y akan diperoleh
yaitu :
0,4948 (100–Y)+0,1355 Y = 35
49,48–0,4948Y+0,1355 Y = 35
- 0,4948Y+0,1355Y=35 – 49,48
- 0,3593
Y =
Y =
•
- 14,48
14,48
0,3593
=
40,3
Dari kedua metode dalam
persamaan aljabar ini diperoleh
nilai yang tidak terlalu berbeda
sehingga dapat diperoleh nilai X
dan nilai Y, dimana nilai X
merupakan komposisi bahan dari
protein suplemen dan nilai Y
merupakan komposisi bahan dari
protein basal.
Langkah
selanjutnya
adalah
menghitung setiap komposisi
bahan baku dari nilai X dan Y
yang telah diperoleh pada tahap
sebelumnya.
Komposisi bahan baku dari protein suplemen adalah sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Ampas tahu
Tepung bekicot
2/6
1/6
1/6
2/6
X
X
X
X
59,11%
59,11%
59,11%
59,11%
=
=
=
=
19,70%
9,85%
9,85%
19,70%
+
59,10%
Komposisi bahan baku dari protein basal adalah sebagai berikut :
Dedak halus
Tepung jagung
2/3
1/3
X 40,89% =
X 40,89% =
27,26%
13,64%
+
40,90%
267
Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
mempunyai kadar protein 35% dapat dilakukan pengecekan dengan cara
menghitung sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
19,70%
9,85%
9,95%
19,70%
27,26%
13,63%
X
X
X
X
X
X
62,65%
39,60%
25,55%
54,29%
15,58%
9,50%
=
=
=
=
=
=
12,34%
3,90%
2,54%
10,69%
4,25%
1,29%
+
35,26%
Berdasarkan perhitungan tersebut
terbukti bahwa formulasi pakan
dengan
menggunakan
metode
aljabar dapat dengan mudah dibuat
dengan
kelebihan
dapat
menggunakan bahan baku sesuai
dengan
kebutuhan
ikan
atau
kebiasaan
makan
ikan
dan
kebutuhan optimal pemakaian bahan
baku.
6.2.3. Metode linier
Metode Linier merupakan metode
penyusunan formulasi pakan dengan
menggunakan rumus matematika
dan bisa dibuat programnya melalui
komputer.
Metode
ini
dapat
diterapkan
jika
pengetahuan
komputer dan matematikanya cukup
baik. Pada metode linier dengan
melakukan
perhitungan
secara
manual dengan menggunakan rumus
matematika dapat dilakukan dengan
cara :
• Memilih jenis bahan baku yang
akan digunakan dan dibuat suatu
tabel
dengan
beberapa
persamaan
yang
akan
digunakan, misalnya akan dibuat
pakan ikan dengan kadar protein
35% dengan menggunakan jenis
bahan baku antara lain adalah
tepung ikan (kadar protein
62,65%), tepung kedele (kadar
protein 39,6%), ampas tahu
(25,55%), tepung bekicot (kadar
protein 54,59%), dedak halus
(kadar protein 15, 58%) dan
tepung jagung (kadar protein
9,5%).
268
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis bahan baku
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
n
X
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Σ
•
Y
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
207,17
100%
?
35%
Nilai Y dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan linier,
yaitu :
Y=a+bX
Σ Y = n. a + b. Σ X
Σ X Y = n. Σ X a + b. Σ X2
ΣY–bΣX
Nilai X kuadrat dalam persen
dapat dihitung dengan cara
mengalikan nilai X pada kolom
tersebut kemudian dibagi 100
maka nilai X dalam kuadrat untuk
tepung ikan adalah (62,65 X
62,65) dibagi
100 = 39,25.
Begitu seterusnya untuk setiap
bahan baku yang digunakan
sehingga diperoleh nilai seperti
pada tabel di bawah ini :
a =
n
nΣXY–ΣXΣY
b=
n Σ X 2 – ( Σ X )2
269
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis bahan baku
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
n
X
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
?
?
?
?
?
?
207,17
100%
94,24
35%
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Σ
•
Y
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
Dari persamaan linier tersebut
kita dapat menghitung nilai a dan
b sebagai koefisien yang akan
dipergunakan untuk menghitung
nilai Y dengan cara sebagai
berikut :
ΣY–bΣX
a =
n
100% - 0,02. 207,17%
a =
6
nΣXY–ΣXΣY
b =
100% - 4,14%
n Σ X 2 – ( Σ X )2
a =
6
6. 35% - 207,17 . 100%
b =
2
6. 94,24 – (207,17)
210% - 207,17%
b =
565,44% - 429,19%
2,83
b =
136,25
b = 0,02
95,86
a =
6
a =
15,98
Setelah diperoleh nilai koefisien a
dan b maka dapat dimasukkan
dalam persamaan linier untuk
mencari nilai Y yaitu Y = 15,98 +
0,02 X.
Dari
persamaan
tersebut
kemudian
digunakan
untuk
menghitung nilai Y pada tabel
270
diatas untuk setiap bahan baku
yang digunakan, misalnya untuk
bahan baku tepung ikan nilai Y
nya adalah = 15,98 + (0,02 X
62,65) = 15,58 + 1,253 = 17,23,
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis bahan baku
n
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Σ
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis bahan baku
n
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Σ
Y
17,23
16,77
16,49
17,07
16,29
16,17
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
?
?
?
?
?
?
100%
94,24
35%
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
X
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
207,17
Setelah diperoleh nilai Y pada
setiap bahan baku maka dapat
dihitung nilai XY dengan cara
mengalikan nilai X dengan nilai Y
sehingga dapat diperoleh nilai XY
untuk bahan baku tepung ikan
adalah 62,65 dikali dengan 17,23
No.
lakukan perhitungan nilai Y untuk
setiap
bahan
baku
yang
digunakan sehingga semua nilai
Y pada setiap bahan baku dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
dibagi 100 maka hasilnya adalah
10,79%. Lakukan perhitungan
untuk setiap bahan baku yang
digunakan sehingga diperoleh
nilai seperti pada Tabel dibawah
ini :
Y
17,23
16,77
16,49
17,07
16,29
16,17
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
10,79%
6,64%
4,21%
9,27%
2,54%
1,54%
100%
94,24
35%
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
X
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
207,17
271
•
Langkah
selanjutnya
adalah
menyusun formulasi bahan baku
yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan dengan
kadar protein 35% dengan
metode linier adalah sebagai
berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
17,23%
16,77%
16,49%
17,07%
16,29%
16,17%
+
100,02%
6.2.4. Metode Trial and Error
(coba-coba)
Metode coba-coba (Trial and Error)
merupakan metode yang banyak
digunakan oleh pembuat pakan skala
kecil dimana metode ini relatif sangat
mudah dalam membuat formulasi
pakan ikan. Metode ini prinsipnya
adalah semua bahan baku yang
akan digunakan harus berjumlah
100%. Jika bahan baku yang dipilih
untuk penyusunan formulasi sudah
ditetapkan maka langkah selanjutnya
adalah mengalikan antara jumlah
bahan baku dengan kandungan
protein bahan baku. Langkah
tersebut dilakukan sampai diperoleh
kandungan protein pakan sesuai
dengan yang diinginkan. Dalam
metode ini maka si pembuat formula
harus sudah mengetahui dan
memahami kebutuhan bahan baku
yang akan digunakan tersebut sesuai
dengan
kebutuhan
ikan
dan
kebiasaan makan setiap jenis ikan
serta kandungan optimal setiap
bahan baku yang akan digunakan
dalam formulasi tersebut. Para
peneliti yang menggunakan metode
ini biasanya menggunakan rumus
matematika biasa yang digunakan
dalam persamaam kuadrat atau
dengan menggunakan perkalian
biasa atau menggunakan metode
berat yaitu menghitung dengan cara
mencoba
dan
mencoba
lagi
berdasarkan satuan berat. Adapun
langkah-langkah
yang
harus
dilakukan dalam menyusun pakan
ikan dengan metode coba-coba (Trial
and error) adalah sebagai berikut :
•
Pilihlah bahan baku yang akan
digunakan
untuk
menyusun
pakan
ikan
dan
susunlah
berdasarkan kandungan protein
pada setiap bahan baku tersebut.
Misalnya dalam membuat pakan
ikan untuk ikan Mas dengan
kandungan protein 35% dengan
bahan baku yang digunakan
adalah tepung ikan (kadar protein
62,65%), tepung kedele (kadar
protein 39,6%), ampas tahu
(25,55%), tepung bekicot (kadar
protein 54,59%), dedak halus
(kadar protein 15, 58%) dan
tepung jagung (kadar protein
9,5%). Untuk memudahkan maka
dibuat tabel seperti dibawah ini :
272
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
•
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
100%
35%
Masukkan jumlah bahan baku
yang akan digunakan dalam
formulasi pakan sampai semua
bahan baku yang digunakan
berjumlah 100%. Dalam mengisi
kolom jumlah bahan baku harus
mempertimbangkan kadar protein
bahan baku, jenis ikan yang akan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
•
bahan baku
Jenis bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
mengkonsumsi
bahan
baku,
macam-macam bahan baku,
harga dan kebutuhan optimal
bahan baku untuk setiap jenis
ikan
berdasarkan
kebiasaan
makannya.
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
20
15
16
15
20
10
2
2
?
?
?
?
?
?
100%
35%
Setelah jumlah bahan baku yang
akan digunakan diletakkan pada
kolom jumlah bahan baku maka
langkah
selanjutnya
adalah
menghitung kadar protein pada
setiap bahan baku dengan cara
jumlah bahan baku yang akan
digunakan
dkalikan
dengan
kadar protein bahan baku.
Misalnya untuk tepung ikan
mempunyai
kadar
protein
62,55%, jika akan digunakan
273
sebanyak 20% dari total bahan
baku maka kontribusi kadar
protein dari tepung ikan adalah
20% dikali dengan 62,55% =
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
•
Jenis bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
12,51%. Lakukan perhitungan
untuk
semua
bahan
baku
sehingga diperoleh nilai seperti
dalam tabel dibawah ini.
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
20
15
16
15
20
10
2
2
12,51
5,94
4,09
8,14
3,12
0,95
100%
35%
Setelah dimasukkan kedalam
tabel
tersebut
lakukan
penjumlahan dan dicek apakah
jumlah kadar protein semua
bahan baku tersebut sudah 35%
. Jumlah kadar protein semua
bahan baku itu adalah 12,51 +
5,94 + 4,09 + 8,14 + 3,12 + 0,95
= 34,75. dari hasil coba-coba
tersebut baru diperoleh kadar
protein semua bahan baku
adalah 34,75%, padahal kadar
protein pakan yang diinginkan
adalah
35%
maka
masih
kekurangan
kadar
protein
sebanyak 0,25%, maka dari
bahan baku yang digunakan
harus ditambahkan bahan baku
yang kadar proteinnya tinggi dan
mengurangi jumlah bahan baku
yang kadar proteinnya rendah
sampai benar-benar diperoleh
nilai kadar protein sebesar 35%.
Maka komposisi pakan ikan
kadar 35% yang telah diperbaiki
menjadi seperti tabel dibawah ini:
274
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
22
16
15
13
20
10
2
2
13,78
6,34
3,83
7,06
3,12
0,95
-
100%
35,08%
Untuk melengkapi komposisi pakan
dari
keempat
metode
diatas
sebaiknya dilakukan perhitungan
nilai energi dari formulasi pakan
tersebut. Formulasi pakan yang telah
dibuat tersebut dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal pada ikan
budidaya jika pakan yang dibuat
tersebut
mempunyai
perbandingan/rasio protein energi
berkisar antara 8 – 10. Nilai
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
perbandingan antara protein dan
energi (digestible energi) dapat
dilakukan perhitungan. Adapun cara
melakukan
perhitungan
adalah
sebagai berikut :
• Misalnya komposisi pakan yang
telah diperoleh adalah dari hasil
perhitungan seperti yang telah
dilakukan dengan metode trial
and error sebagai berikut :
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
22
16
15
13
20
10
2
2
13,78
6,34
3,83
7,06
3,12
0,95
-
100%
35,08%
275
•
setiap bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan sebagai berikut :
Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan perhitungan untuk
kadar lemak dan karbohidrat dari
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Kadar lemak
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar lemak
bahan baku
(%)
15,38
14,30
5,54
4,18
12,15
4,43
-
22
16
15
13
20
10
2
2
3,38
2,29
0,83
0,54
2,43
0,43
-
100%
9,90%
Setelah itu lakukan perhitungan
kadar karbohidrat bahan baku,
karbohidrat
dalam
analisa
proksimat
merupakan
penjumlahan dari serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen.
No.
Jenis bahan
baku
Kadar
karbohidrat
bahan baku (%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar
karbohidrat
bahan baku (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
5,81
29,5
26,92
30,45
28,62
74,23
-
22
16
15
13
20
10
2
2
1,28
4,72
4,04
3,96
5,72
7,42
-
100%
27,14%
Dari hasil perhitungan diperoleh
kandungan nutrisi dari formulasi
pakan yang telah dibuat yaitu :
Kadar protein : 35 %
Kadar Lemak : 9,9%
Kadar Karbohidrat : 27,14%
276
Pada penjelasan tentang energi
pada
bab
sebelumnya
telah
dijelaskan tentang nilai energi dari
setiap bahan makanan dimana
berdasarkan nilai Gross Energi (GE)
diketahui 1 gram protein setara
dengan
5,6 kkal/g, sedangkan
untuk satu gram lemak adalah 9,4
kkal/g dan untuk satu gram
karbohidrat adalah 4,1 kkal/g.
Dengan berdasarkan nilai GE dapat
dihitung nilai energi yang dapat
dicerna oleh ikan yaitu 80% dari nilai
GE maka 1 gram protein setara
Protein
Lemak
Karbohidrat
:
:
:
dengan
4,48 kkal/g, sedangkan
untuk satu gram lemak adalah 7,52
kkal/g dan untuk satu gram
karbohidrat adalah 3,28 kkal/g.
Maka dalam komposisi pakan
dengan kandungan protein 35%
berarti dalam satu kilogram pakan
terdapat 350 gram protein, 99 gram
lemak dan 271,4 gram karbohidrat.
Untuk memperoleh nilai jumlah
energi dari formulasi pakan tersebut
dilakukan penjumlahan nilai energi
yang berasal dari protein, lemak dan
karbohidrat yaitu :
350 gram X 4,48 kkal/gram
= 1568,00 kkal
99 gram X 7,52 kkal/gram
= 744,48 kkal
271,4 gram X 3,28 kkal/gram = 890,19 kkal
+
3202,67 kkal
Maka protein energi ratio adalah 3202,67 dibagi 350 = 9,15.
Hal ini berarti dalam satu gram
protein yang dihasilkan dari formulasi
pakan tersebut diimbangi dengan
energi sebesar 9,15 kkal, yang
berarti energi yang diperoleh dari
hasil perhitungan formulasi pakan
tersebut sudah memenuhi kriteria
kebutruhan ikan akan energi yaitu
berkisar antara 8 – 10.
6.2.5. Metode worksheet
Metode yang terakhir dan saat ini
banyak digunakan oleh pembuat
pakan adalah metode worksheet.
Metode ini dapat menggunakan alat
bantu komputer untuk menghitung
jumlah bahan baku yang digunakan
dengan membuat lembar kerja pada
program microsoft excell. Data
kandungan nutrisi bahan baku dan
jenis bahan baku yang akan
digunakan dimasukkan dalam data
tersebut
dan
berapa
jumlah
kebutuhan untuk setiap jenis bahan
baku harus mengalikan antara
persentase
bahan
baku
yang
digunakan
dengan
kandungan
protein, lemak dan karbohidrat bahan
baku, dengan program ini hanya
membantu dalam perkalian antara
kolom yang satu dengan kolam yang
lainnya dengan program komputer.
Prinsipnya adalah hampir sama
dengan trial and error atau mau
menggunakan metode apa saja
untuk mengisi kolom jumlah bahan
baku yang akan digunakan dimana
pada metode ini perhitungan dapat
dibantu dengan komputer. Metode ini
dapat mempermudah para pembuat
277
yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan dapat
bersumber dari hewani, nabati
atau limbah hasil pertanian.
Selain itu dengan menggunakan
berbagai sumber bahan baku
akan
saling
melengkapi
kekurangan dan kelebihan zat
nutrisi yang terkandung di dalam
setiap bahan baku. Misalnya
bahan
baku
yang
akan
digunakan adalah tepung ikan,
tepung kedelai, tepung bekicot,
tepung terigu, dedak, tepung
jagung, vitamin dan mineral
dengan komposisi zat nutrisi
pada setiap bahan baku tersebut
adalah
seperti
pada
tabel
dibawah ini.
formulasi
untuk
memperoleh
formulasi pakan yang lengkap
dengan kandungan energi dari
formulasi pakan yang dibuat. Adapun
langkah-langkah
yang
harus
dilakukan dalam menyusun formulasi
pakan dengan metode worksheet
adalah sebagai berikut :
•
•
Lakukan pemilihan terhadap jenis
bahan
baku
yang
akan
digunakan
dalam
membuat
pakan ikan. Misalnya akan dibuat
pakan ikan Mas, ikan Mas ini
merupakan salah satu jenis ikan
berdasarkan
kebiasaan
makannya adalah ikan dari
kelompok
omnivora
yaitu
kelompok ikan pemakan segala.
Oleh karena itu jenis bahan baku
Jenis bahan baku
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
Kadar
serat
kasar (%)
Kadar
BETN
(%)
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong mas
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
-
Dari
tabel
pada
tahap
sebelumnya tentukan terlebih
dahulu jumlah setiap bahan baku
yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan mas dan
kadar
protein,
lemak
dan
karbohidrat serta energi (kalori)
pakan buatan yang akan dibuat.
Misalnya kadar protein pakan
adalah 35%, kadar lemak adalah
•
10% dan kadar karbohidrat
kurang dari 40% dengan nilai
energi (kalori) pakan buatan
adalah
3500
sehingga
ratio/perbandingan protein dan
energi adalah 10.
Buatlah perkiraan jumlah setiap
bahan
baku
yang
akan
digunakan
dengan
cara
menggunakan
menggunakan
278
metode yang anda inginkan dan
masukkan dalam kolom yang
berisi jumlah bahan baku dan
hitunglah kadar protein, lemak
Jenis bahan
baku
Jumlah
bahan
baku
(%)
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
Jumlah
•
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
35
10
-
Langkah
selanjutnya
adalah
menentukan jumlah bahan baku
yang akan digunakan dan
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
Jumlah
•
100
Jumlah
bahan
baku
(%)
20
15
10
10
15
25
2
3
100
dan karbohidratnya. Adapun
worksheet yang dibuat seperti
tabel dibawah ini :
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
Kadar
BETN
(%)
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
<40
dimasukkan dalam worksheet
kedua seperti dibawah ini.
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
35
10
-
Hitunglah kandungan protein,
lemak, serat kasar dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen dari
perkiraan formulasi di atas
Kadar
serat
kasar
(%)
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
Kadar
BETN
(%)
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
<40
sampai dioeroleh nilai seperti
yang
diinginkan
dengan
menggunakan metode coba-coba
atau sesuai keinginan pembuat
formulasi. Dan letakkan hasil
279
perhitungannya pada bagian
sudut kanan setiap kandungan
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Jumlah
bahan
baku
(%)
20
Tepung kedelai
15
Tepung keong
10
Tepung terigu
10
Tepung jagung
15
Dedak
25
Vitamin
Mineral
Jumlah
2
3
100
nutrisi bahan baku
worksheet dibawah ini :
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
13,16
35,8
5,37
52,8
5,28
15,3
1,53
7,8
1,17
13,3
3,33
30
29,84
6,5
20,1
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
1,8
4,9
15,3
0,7
0,7
0,8
1,8
2,6
10,7
8,5
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan bantuan komputer
dengan program excell (misalnya
kolom 2 dikalikan dengan kolom 3
dibagi
100)
atau
dengan
menggunakan
perhitungan
matematika biasa dalam metode
coba-coba dimana jumlah bahan
baku dikalikan dengan kadar protein
dibagi 100, begitu juga dengan kadar
lemak dan karbohidrat (Bahan
ekstrak tanpa nitrogen). Dari hasil
perhitungan itu ternyata hasil yang
diperoleh belum sesuai dengan
keinginan penyusun pada awalnya
maka harus dilakukan perhitungan
1,3
19,8
2,97
14,6
0,14
1,7
0,17
4,7
0,71
14,1
3,53
10
8,11
-
-
seperti
Kadar
BETN
(%)
8,5
0,17
33,9
5,09
19,5
1,95
81,1
8,11
83,1
12,47
53,4
13,35
<40
41,14
ulang sampai diperoleh nilai yang
pas dengan rencana.
Pada perhitungan tersebut diperoleh
kadar protein yang kurang dari 35%,
begitu juga dengan kadar lemak
sedangkan karbohidratnya berlebih,
maka dalam menghitung kebutuhan
jumlah bahan baku selanjutnya harus
ditambahkan bahan baku yang
mempunyai kadar protein tinggi dan
mengurangi bahan baku yang
kandungan karbohidratnya tinggi.
Oleh karena itu harus dibuat kembali
worksheets
selanjutnya
seperti
dibawah ini :
280
Jumlah
bahan
baku
(%)
26
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Tepung kedelai
12
Tepung keong
17
Tepung terigu
10
Tepung jagung
10
Dedak
20
Vitamin
Mineral
Jumlah
2
3
100
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
17,11
35,8
4,29
52,8
8,97
15,3
1,53
7,8
0,78
13,3
2,66
35
35, 34
6,5
1,69
19,8
2,38
14,6
2,48
1,7
0,17
4,7
0,47
14,1
2,82
10
10,01
20,1
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
1,8
4,9
15,3
0,7
0,7
0,8
1,8
2,6
10,7
8,5
Setelah diperoleh kadar nutrisi bahan
baku pakan sesuai dengan rencana
langkah
selanjutnya
adalah
menghitung
nilai
energi
dari
Protein
Lemak
Karbohidrat
:
:
:
komposisi
berikut :
-
-
bahan
baku
Kadar
BETN
(%)
8,5
2,21
33,9
4,07
19,5
3,32
81,1
8,11
83,1
8,31
53,4
10,64
<40
36,66
sebagai
353,4 gram X 4,48 kkal/gram = 1583,23 kkal
100,1 gram X 7,52 kkal/gram = 752,75 kkal
366,6 gram X 3,28 kkal/gram = 1202,45 kkal
+
3538,48 kkal
Maka protein energi ratio adalah 3538,48 dibagi 350 = 10,1
Hal ini berarti dalam satu gram
protein
yang
dihasilkan
dari
formulasi pakan tersebut diimbangi
dengan energi sebesar 10,1 kkal,
yang berarti energi yang diperoleh
dari hasil perhitungan formulasi
pakan tersebut sudah memenuhi
kriteria kebutuhan ikan akan energi
yaitu berkisar antara 8 – 10.
281
6.3
PROSEDUR
PEMBUATAN
PAKAN
Setelah
ditentukan
komposisi
bahan baku yang akan dibuat
pakan
buatan
dengan
menggunakan salah satu metode,
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan pembuatan pakan ikan.
Prosedur dalam pembutan pakan
ikan
dapat
dikelompokkan
berdasarkan skala usahanya yaitu:
1. Skala besar yaitu pembuatan
pakan
ikan
secara
besar/pabrikasi
2. Skala sedang yaitu pembuatan
pakan
untuk
memenuhi
kegiatan
produksi
dengan
peralatan sedang
3. Skala kecil yaitu pembuatan
pakan
secara
sederhana
dengan
menggunakan
peralatan rumahtangga.
Dalam proses pembuatan pakan
ikan diperlukan beberapa peralatan
baik untuk skala pabrikasi, sedang
dan skala rumah tangga. Adapun
peralatan yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Alat penepung (grinding)
2. Alat pencampur (mixing)
3. Alat pengukus / pemanas
(steaming)
4. Alat pencetak (pelleting)
5. Alat pengering (drying)
6. Alat
pengepak/pengemasan
(packing)
Alat penepung (Grinding)
Alat penepung digunakan untuk
membuat semua bahan baku yang
akan digunakan berubah menjadi
tepung.
Seperti
penjelasan
sebelumnya, sebelum membuat
pakan diharuskan untuk memilih
jenis-jenis bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan.
Jenis-jenis bahan baku yang telah
dipilih dan ditentukan jumlahnya
berdasarkan
hasil
perhitungan
formulasi pakan pada materi
sebelumnya, selanjutnya dilakukan
proses
penepungan
terhadap
bahan-bahan baku tersebut. Bahan
baku yang akan dibuat menjadi
pakan buatan semuanya harus
dalam bentuk tepung karena jika
ada bahan baku yang tidak dalam
bentuk
tepung
akan
terjadi
campuran bahan baku yang tidak
homogen dan akan menyebabkan
pakan yang akan dibuat tidak dapat
menggumpal
dengan
baik.
Penghalusan bahan baku sampai
menjadi tepung ini menggunakan
alat bantu penepungan .
Penepungan bahan baku harus
dilakukan agar proses pembuatan
pakan sesuai prosedur. Bahan
baku untuk pembuatan pakan
buatan pada umumnya adalah
bahan baku kering. Ukuran tepung
untuk bahan baku pakan buatan
dalam bentuk pellet sebaiknya
berukuran kurang dari 0,6 mm,
agar daya ikat antar partikel bahan
baku lebih kuat sehingga tidak
mudah larut dalam air. Untuk
mendapatkan ukuran tepung yang
diinginkan tersebut kita dapat
mengatur saringan yang terdapat
pada alat penepung dengan cara
mengganti/menukar
saringannya
sesuai dengan yang diinginkan.
Namun
perlu
diingat
dalam
menggunakan saringan pada alat
penepung sebaiknya bertahap,
yaitu saringan yang digunakan
282
pertama kali harus saringan yang
paling kasar sampai yang terakhir
saringan yang paling halus atau
ukuran saringan yang diinginkan.
Hal ini perlu diperhatikan agar
dalam proses penepungan tidak
terjadi kemacetan pada mesin yang
dapat mengakibatkan kerusakan
mesin.
Ada dua jenis alat yang dapat
digunakan
untuk
melakukan
penepungan bahan baku. Peralatan
yang digunakan pada proses
penepungan
menggunakan
saringan adalah menggunakan alat
penepung disk mill (Gambar 6.1)
dan hammer mill (Gambar 6.2).
Gambar 6.1. Disk mill
Gambar 6.2. Hammer Mill
Disc mill adalah alat penepung
yang
bekerja
dengan
cara
berputarnya
suatu
pasangan
piringan logam baja yang satu
berputar sedangkan yang lainnya
sebagai landasan. Bahan baku
yang akan ditepung berada pada
dua kepingan logam tersebut,
kemudian bahan baku yang telah
dihancurkan akan dilakukan proses
penyaringan dalam peralatan ini
secara
langsung.
Sedangkan
hammer mill adalah alat penepung
yang bekerja dengan cara prinsip
palu yaitu memukul suatu bahan
baku yang akan ditepung pada
sistem saringan yang berfungsi
sebagai lempengan plat yang akan
terpukul semua bahan baku dan
tersaring pada saringan tersebut.
Disc mill dan hammer mill ini dibuat
dengan berbagai macam kapasitas
produksi
bergantung
pada
keinginan pemakai alat ini bisa
digunakan untuk skala pabrikasi ,
skala menengah atau skala rumah
tangga.
Kapasitas
produksi
283
peralatan ini mulai dari 1kg perjam
sampai satu ton perjam.
Alat pencampur
Setelah penepungan bahan baku
dilakukan terhadap semua jenis
bahan baku yang akan digunakan
untuk pembuatan pakan buatan
adalah melakukan penimbangan
ulang bahan baku sesuai dengan
formulasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya bahan
baku yang telah ditimbang tersebut
selesai,
dilakukan
proses
pencampuran.
Proses
pencampuran bahan baku harus
dilakukan dengan cara mencampur
bahan baku yang jumlahnya paling
sedikit kemudian secara bertahap
ditambahkan jenis bahan baku
lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar
semua bahan baku tersebut dapat
tercampur
secara
homogen.
Pencampuran bahan baku kering
yang sempurna akan sangat
berpengaruh terhadap kekompakan
bahan baku tersebut jika sudah
dicampur dengan air menjadi
adonan dan siap dibentuk sesuai
keinginan.
Proses pencampuran bahan baku
menjadi suatu campuran yang
homogen dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pencampur baik
alat pencampur vertikal (Vertical
mixer) (Gambar 6.3) maupun
horizontal
(horizontal
mixer)
(Gambar 6.4). Pemakaian jenis alat
pencampur ini sangat bergantung
kepada kapasitas produksi .
Gambar 6.3. Vertical mixer
Gambar 6.4. Horizontal mixer
Alat pemanas/pengukus
Alat
pemanas
ini
biasanya
dilakukan jika dalam membuat
pakan
ikan
menggunakan
beberapa
bahan
baku
yang
mengandung
zat
antinutrisi.
Dimana
dengan
perlakuan
pemanasan zat antinutrisi ini akan
menjadi tidak aktif dan dapat
meningkatkan pemakaian nutrien
tersebut. Beberapa zat antinutrisi
yang terdapat pada beberapa
bahan
baku
pakan
menurut
284
Millamena et al (2000) dapat dilihat
pada Tabel 6.8. Zat antinutrisi ini
misalnya pada bahan baku kedele
mentah atau jenis-jenis legumes
dapat
mempengaruhi
laju
pencernaan bahan tersebut di
dalam sistem pencernaan ikan.
Tabel 6.8. Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi, dan cara
menghilangkan zat antinutrisi (Millamena et al, 2000)
Zat
antinutrisi
Aksi merugikan
Bahan pakan
Perbaikan
Trypsin
inhibitor
Mengikat trypsin untuk
membentuk senyawa
inaktif
Kedele dan
berbagai legumes
Pemanasan pada suhu
175-195oC atau dimasak
selama 10 menit
Lectins
Menghancurkan sel darah
merah
Kedele dan
berbagai legumes
Merebus di dalam air/
dimasukkan dalam autoclave selama 30 menit
Goitrogens
Menghambat penyerapan
iodine kedalam kelanjar
thyroid
Kedele dan
berbagai legumes
Diuapkan dan atau dimasukkan dalam autoclave selama 10-30 menit
Antivitamin D
Mengikat vitamin D
membuatnya tidak
bermanfaat
Kedele dan
berbagai legumes
Diautoclave atau direbus
selama 30 menit
Antivitamin E
Mengurangi kontribusi
vitamin E
Kedele dan
berbagai legumes
Diautoclave
Thiaminase
Merangsang penghancuran thiamin (Vit B1)
Ikan mentah
kerang dan kedele
Diautoclave, dipanaskan
dan dimasak
Estrogens
(isoflavon)
Mengganggu reproduksi
Tanaman glycoside
Dibuat larutan ekstrak
Gossipol
Mengikat phosphor dan
beberapa protein
Tepung biji kapuk
Menambahkan garam
besi atau phytase
Tannin
Mengikat protein dan
menghambat pencernaan
trypsin
Kacang-kacangan
dan legumes
Dehulling
Cyanogens
Melepaskan racun asam
hydrocyanic
Daun singkong
Direndam dalam air
selama 12 jam
Mimosine
Mengganggu sintesis
enzim pada hati, merusak
sel hepatopankreas
udang
Daun ipil-ipil
Daun direndam selama 24
jam
Peroksida
Mengikat protein dan
vitamin
Penyimpanan
yang jelek
Penyimpanan diperbaiki
Phytates
Mengikat protein dan
mineral dan mengurangi
daya gunanya
Tepung biji kapas,
kedele dan
legumes
Dehulling
285
Alat pencetak
Alat pengering
Alat pencetak adalah alat yang
digunakan untuk mencetak pakan
buatan. Bentuk alat pencetak ini
sangat bergantung pada bentuk
pakan buatan yang akan dicetak.
Bentuk pakan buatan yang biasa di
buat adalah pakan kering dalam
bentuk pellet dan ukuran pakannya
disesuaikan dengan peruntukkan
ikan. Alat pencetak (pelleting) untuk
skala rumah tangga dapat digunakan
alat pengiling daging (Gambar 6.5),
sedangkan skala menengah dapat
menggunakan alat pelleting (Gambar
6.6) dan skala besar/pabrikasi
dengan menggunakan alat pelleting
otomatis (gambar 6.7). Panjang dan
diameter pellet ini dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan (Gambar 6.8).
Pada skala usaha rumahtangga alat
yang digunakan untuk mengeringkan
pakan buatan adalah sinar matahari
atau oven biasa. Pada industri skala
menengah biasanya menggunakan
oven listrik sedangkan pada industri
skala besar pakan buatan yang
dibuatnya
menggunakan
alat
pencetak yang lengkap dengan alat
pemanas (steam) sehingga pellet
yang dihasilkan sudah dalam bentuk
pellet kering.
Prosedur pembuatan pakan skala
besar/pabrikasi
Pada skala besar dimana biasanya
menggunakan peralatan yang cukup
canggih dan lengkap dengan skala
produksi dapat mencapai 1-20 ton
perhari. Adapun langkah pengerjaan
pakan ikan ini dilakukan dengan alur
proses seperti Gambar dibawah ini
(Gambar 6.6 )
Gambar 6.5. Alat pengiling daging
286
Gambar 6.6. Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi
Tahap awal dalam pabrik pakan
skala pabrikasi dilakukan persiapan
bahan baku dimana semua bahan
baku di pabrik disimpan pada alat
yang disebut silo (Gambar 6.7).
Gambar 6.7. Silo
Setiap bahan baku yang disimpan
dalam silo ada yang sudah ditepung
terlebih dahulu atau masih dalam
bentuk bahan mentah. Jika bahan
baku masih dalam bentuk mentah
maka dilakukan proses penepungan
terlebih dahulu sampai semua jenis
bahan baku tersebut menjadi tepung.
Bahan baku yang dibuat menjadi
tepung adalah bahan baku dalam
bentuk kering. Proses tahap awal ini
biasa disebut milling. Setelah semua
bahan baku menjadi tepung langkah
kedua
adalah
melakukan
pencampuran bahan baku (mixing),
sebelum bahan baku kering tersebut
dilakukan
pencampuran
harus
dilakukan
penimbangan
terlebih
dahulu
terhadap
bahan
baku
tersebut sesuai dengan formulasi
yang telah disusun sebelumnya.
Bahan-bahan
tambahan
seperti
vitamin, mineral dan minyak sebagai
sumber lipid biasanya ditambahkan
setelah semua bahan tercampur
sempurna (homogen) kemudian
dibiarkan selama 15 menit.
Langkah selanjutnya adalah mecetak
pellet menjadi bentuk pellet dengan
ukuran
yang
telah
ditentukan
(pellleting), ukuran pellet ini berkisar
antara 1 – 22 mm. Pada skala pabrik
287
pellet yang telah tercetak akan
langsung masuk kedalam mesin uap
(steam) yang sudah terangkai secara
pararel dengan peralatan pellleting.
Langkah terakhir dalam proses
pembuatan
pakan
adalah
pengemasan
dan
penyimpanan
pakan. Dalam skala pabrikasi pellet
yang
telah
tercetak
biasanya
langsung dikemas dalam prosesnya
dibuat secara berangkai dengan
proses pencetakan pellet. Mesin yag
digunakan untuk mengemas pakan
ini dilakukan secara otomatis.
Pengemasan pakan
Pengemasan/pengepakan
pakan
buatan merupakan tahap akhir dari
proses pembuatan pakan sebelum
didistribusikan kepada konsumen.
Pengemasan pakan buatan dapat
dilakukan secara langsung dari
proses pembuatan pakan. Dengan
pengemasan yang benar akan
sangat menentukan daya simpan
pakan buatan . pengemasan yang
baik akan dapat meningkatkan daya
simpan pakan buat semakin lama
sebelum
dijual
dan
tetap
mempertahankan kualitas pakan
buatan.
Oleh karena itu, agar pakan buatan
yang sudah kering sampai kadar
airnya berkisar antara 10 – 12%
sebelum dijual atau digunakan oleh
konsumen dan tetap terjaga kadar
airnya didalam kemasan sehingga
pakan buatan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama dengan
kualitas tetap terjaga, maka pakan
buatan harus dikemas dengan rapi
dan terisolasi dengan udara bebas,
sehingga
tidak
terkontaminasi.
mudah
Bahan yang umum digunakan untuk
mengemas pakan buatan antara lain
adalah karung plastik anyaman untuk
bagian luar sedangkan untuk bagian
dilapisi
kantong
plastik
tipis,
transparan. Bagian kantong plastik
itulah yang membuat pellet/pakan
buatan terisolasi dari udara bebas,
sedangkan karung plastik anyaman
merupakan pelindung agar kantong
plastik tidak mudah bocor serta
memudahkan dalam pengangkutan.
Jenis bahan kemasan yang lainnya
adalah dari kertas semen yang
dibuat seperti kantong dan biasanya
digunakan untuk mengemas pakan
yang mempunyai berat antara 5–10
kg. Kantong kertas semen ini
merupakan bagian luar dari kantong
kemasan, sedangkan pada bagian
dalamnya merupakan kantong plastik
tipis dan transparan.
Dalam
melakukan
pengemasan
pakan buatan dibutuhkan alat untuk
memasukkan pakan langsung ke
dalam
kantong
kemasan
dan
dilakukan penjahitan pada kantong
bagian dalam dan bagian luar. Pada
pengemasan skala pabrik semua alat
pengemasan
sudah
terangkai
menjadi satu pada saat pakan
buatan masuk kedalam kantong
kemasan
langsung
dilakukan
penjahitan otomatis pada kemasan
tersebut. Tetapi pada beberapa
perusahaan
kecil
proses
pengemasan
dilakukan
secara
manual dengan memasukkan pakan
buatan
kedalam
kantong
dan
ditimbang beratnya secara manual,
kemudian
dilakukan
penjahitan
kantong
kemasan
dengan
288
menggunakan mesin jahit portable
untuk plastik kemasan.
Pakan buatan yang dikemas dalam
kemasan
yang
benar
akan
mempunyai daya simpan yang relatif
lebih panjang daripada pakan yang
tidak
dikemas
dengan
benar.
Dengan tidak adanya udara bebas
dalam kantong kemasan maka
mikroorganisme
perusak
pakan
buatan tidak dapat tumbuh sehingga
pakan buatan yang dikemas dengan
prosedur yang benar akan mampu
disimpan dalam jangka waktu 90-100
hari.
Jumlah pakan buatan dalam setiap
kantong kemasan berbeda mulai dari
ukuran 5 kg perkemasan sampai 50
kg perkemasan. Ukuran kemasan 5
kg – 10 kg biasanya digunakan untuk
mengemas pakan buatan untuk ikan
dalam
kelompok
larva/benih,
sedangkan kemasan 25 kg – 50 kg
biasanya
digunakan
untuk
mengemas pakan buatan untuk ikan
kelompok grower/pembesaran dan
induk ikan.
Penyimpanan pakan
Proses terakhir dari suatu usaha
pembuatan
pakan
adalah
penyimpanan. Penyimpanan pakan
buatan yang telah dibuat harus
dilakukan dengan benar agar pakan
yang telah dibuat tidak mengalami
kemunduran mutu pakan. Dalam
menyimpan pakan buatan ada
beberapa
faktor
yang
akan
mempengaruhi stabilitas nutrient
pakan yang disimpan antara lain
adalah :
1. Kadar air pakan yang akan
disimpan sebaiknya tidak lebih
dari 10% agar tidak diserang
jamur dan serangga.
2. Kelembaban
relatif
ruangan
penyimpanan pakan sebaiknya
kurang dari 65%, jika lebih dari
65% akan cepat merangsang
pertumbuhan
jamur
dan
serangga.
3. Suhu ruangan penyimpanan
pakan yang tinggi akan merusak
dan mengurangi ketersediaan
nutrient pakan. Suhu ruangan
yang ideal untuk menyimpan
pakan adalah 20oC.
4. Supply oksigen di dalam ruangan
penyimpanan harus mencukupi.
Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat ruangan penyimpanan
yang banyak terdapat ventilasi.
Dengan adanya ventilasi yang
cukup akan terdapat pergantian
udara yang cukup didalam
ruangan penyimpanan yang akan
mengakibatkan rendahnya suhu
didalam ruangan.
5. Kadar lemak dalam pakan, pakan
buatan
padaumumnya
mengandung lemak, selama
proses penyimpanan lemak yang
terdapat didalam pakan jika
ruangan tidak memenuhi syarat
maka lemak yang terkandung
didalam
pakan
akan
mengakibatkan
proses
peroksidasi lemak terjadi dan
pakan akan tengik dan bau
busuk.
Berdasarkan beberapa hal tersebut
diatas maka dalam melakukan
proses penyimpanan pakan buatan
ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan dalam menyimpan pakan
buatan dalam bentuk kering yaitu :
289
1. Ruang
penyimpanan
pakan
harus bersih, kering, aman dan
memiliki ventilasi yang baik.
Sebaiknya ruang penyimpanan
pakan berhubungan langsung
dengan sinar matahari.
2. Kemasan pada pakan harus
terdapat
label
pakan
dan
kandungan nutrisi yang terdapat
pada
pakan
serta
masa
kadaluarsa pakan tertera pada
kemasan (tanggal kadaluarsa
pakan)
3. Tumpukan
kemasan
pakan
dalam
tempat
penyimpanan
pakan sebaiknya tidak lebih dari
enam tumpukan, dan jarak palet
yaitu kayu tempat meletakkan
pakan dalam ruang penyimpanan
berjarak 12 – 15 cm dari dasar
lantai agar tidak terjadi kerusakan
pakan yang ada didasar oleh
serangga, kutu dan abu serta
sirkulasi udara dari bawah cukup
baik.
4. Lama
penyimpanan
pakan
buatan
didalam
ruang
penyimpanan sebaiknya tidak
lebih dari tiga bulan. Gunakan
pakan yang diproduksi terlebih
dahulu
baru
pakan
yang
diproduksi selanjutnya (First infirst out)
5. Jangan berjalan diatas tumpukan
pakan,
hal
ini
dapat
mengakibatkan
rusak
dan
hancurnya pakan buatan.
menengah tidak jauh berbeda,
dimana tahapannya dimulai dari :
1. Pemilihan bahan baku
2. Penepungan
bahan
baku
(grinding)
3. Pengayakan
bahan
baku
(screening)
4. Penimbangan
bahan
baku
(weighing)
5. Pencampuran
bahan
baku
(mixing)
6. Pencampuran adonan kering dan
basah
7. Pencetakan (pelleting)
8. Pengeringan pellet
9. Pengemasan pellet
10. Penyimpanan pakan buatan.
Kesepuluh
tahapan
prosedur
pembuatan pakan ini harus dilakukan
untuk memperoleh pakan buatan
yang sesuai dengan keinginan.
Langkah pertama dilakukan pada
saat sebelum menyusun formulasi
pakan dan pemilihan bahan baku
pada saat akan dilakukan proses
pembuatan pakan adalah dengan
memilih bahan baku yang bermutu
agar pakan yang akan dibuat juga
menghasilkan bentuk pakan yang
sesuai. Bentuk pakan buatan yang
akan dibuat mempunyai ukuran
sesuai dengan kebutuhan ikan. Para
pembudidaya ikan yang akan
membuat pakan ikan biasanya
menggunakan acuan seperti Tabel
6.2.
Prosedur pembuatan pakan skala
menengah atau rumah tangga
Proses
rumah
pembuatan pakan
tangga
dengan
skala
skala
290
Tabel 6.2. Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan budidaya
(Millamena et al, 2000)
Ukuran ikan
(gram)
Tipe pakan
Diameter pakan
(mm)
Panjang pakan
(mm)
< 0,35
2–5
5 – 12
12 – 20
20 – 30
Starter
Grower
Grower
Finisher
Finisher
1,0
2,0
3,0
5,0
7,0
2–3
3–5
5 -7
Setelah penyusunan bahan baku
selesai dibuat langkah selanjutnya
adalah
melakukan
penepungan
setiap jenis bahan baku. Bahan baku
yang
akan
digunakan
untuk
membuat pakan ikan semua harus
dalam bentuk tepung dan semuanya
harus berukuran sama. Pada skala
rumah
tangga
biasanya
para
pembudidaya membeli bahan baku
dalam bentuk tepung tetapi ukuran
tepungnya berbeda. Oleh karena itu
harus dilakukan penyaringan semua
jenis bahan baku tersebut dengan
menggunakan saringan atau ayakan
khusus tepung. Hal ini harus
dilakukan pada semua bahan baku
yang akan digunakan sampai ukuran
partikel
bahan
baku
tersebut
semuanya sama. Saringan yang
digunakan adalah saringan yang
mempunyai ukuran khusus tepung.
Bahan baku yang telah menjadi
tepung
selanjutnya
dilakukan
penimbangan
sesuai
dengan
formulasi pakan yang telah dibuat
sebelumnya dan diletakkan dalam
wadah yang terpisah. Kemudian
dilakukan pencampuran bahan baku
dari mulai bahan baku yang paling
sedikit sampai yang terbanyak. Hal
ini dilakukan agar semua bahan baku
tersebut tercampur secara homogen.
Jika menggunakan alat pencampur
mixer maka bahan baku yang
dicampur kedalam alat tersebut
adalah bahan baku kering, minimal
pencampuran dilakukan selama lima
menit. Pada proses skala rumah
tangga
dapat
dilakukan
pencampuran bahan baku kering dan
pencampuran bahan baku basah.
Hal ini dilakukan jika bahan baku
yang digunakan sebagai perekat
misalnya
kanji
dan
untuk
meningkatkan tingkat kecernaan
kanji tersebut dalam pakan ikan
maka kanji tersebut dibuat adaonan
basah yang terpisah dari bahan baku
lainnya. Dengan cara melakukan
pemanasan kanji dengan air seperti
membuat lem (sebagai acuan dapat
digunakan 50 gram kanji dimasak
dalam 200 ml air untuk membuat
adonan pakan sebanyak 1000 gram)
sampai kanji tersebut lengket seperti
jelli.Jika
menggunakan
adonan
basah dalam membuat pakan ikan
maka harus dilakukan pencampuran
antara bahan kering dan bahan
basah tersebut sampai benar-benar
diperoleh campuran yang homogen.
Untuk melihat apakah campuran
291
tersebut
benar-benar
tercampur
buatlah bentuk adonan tersebut bolabola dan adonana tersebut sudah
tidak lengket ditangan.
Setelah
dilakukan pencampuran bahan baku
secara homogen langkah selanjutnya
adalah membuat pakan buatan
sesuai dengan bentuk pakan buatan
yang ditentukan. Pakan buatan yang
akan diberikan kepada ikan air ada
berbagai macam bentuk antara lain
adalah tepung, remahan dan pellet.
Bentuk pellet ada berbagai macam
ukuran mulai dari 1 mm sampai 5
mm sesuai dengan peruntukkannya.
Proses selanjutnya setelah pakan
buatan dicetak adalah melakukan
pengeringan terhadap pakan yang
telah
dicetak.
Pakan
tersebut
kemudian
dikeringkan
dengan
menggunakan alat pengering atau
dengan menggunakan sumber panas
alami yaitu sinar matahari. Proses
pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari bisa memakan waktu
2-3 hari jika sinar matahari bersinar
sepanjang hari. Jika menggunakan
alat pengering hanya beberapa jam
saja tergantung suhu pemanasan
didalam oven sampai kadar air
dalam pakan tersebut adalah kurang
dari 10%. Hal ini bertujuan agar
pakan yang dibuat mempunyai daya
simpan
lama
dan
proses
pembusukan dihambat karena kadar
air dalam bahan pakan sangat
rendah.
Setelah pakan buatan dicetak dan
dikeringkan langkah selanjutnya
adalah melakukan pengemasan dan
penyimpanan pakan ikan seperti
yang dilakukan pada skala pabrikasi.
Jika anda bertujuan untuk menjual
produk
pakan
ikan
kepada
masyarakat dan dilakukan sebagai
suatu usaha produksi pakan ikan
maka pakan ikan yang telah dibuat
harus dilakukan uji coba terhadap
pakan yang telah dibuat tersebut. Uji
coba pakan yang telah dibuat
sebelum digunakan oleh ikan yang
akan mengkonsumsi pakan tersebut
adalah uji secara kimia, uji secara
fisik dan uji secara biologis.
Pengujian
tersebut
sebaiknya
dilakukan
untuk
mendapatkan
validitas data uji coba terhadap
pakan buatan yang akan digunakan.
Oleh karena itu kita akan membahas
dalam subbab selanjutnya tentang uji
coba pakan ikan.
6.4. UJI COBA PAKAN
IKAN
Pakan ikan yang akan digunakan
oleh ikan budidaya harus dilakukan
ujicoba terhadap pakan tersebut. Hal
ini dilakukan agar pakan yang akan
digunakan tersebut memberikan
hasil yang optimal sesuai dengan
standar produk pakan ikan. Uji coba
terhadap
pakan
ikan
dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Uji pakan secara kimia
2. Uji pakan secara fisik
3. Uji pakan secara biologi
6.4.1
Uji Pakan secara Kimia
Uji pakan ikan secara kimia dapat
dilakukan jika memiliki peralatan
analisa proximat yang lengkap. Pada
uji secara kimia bertujuan untuk
mengetahui kandungan gizi pada
pakan buatan yang telah dibuat
292
pakan sesuai dengan formulasi
pakan yang disusun. Uji coba ini
sangat berguna bagi konsumen dan
juga sebagai pengawasan mutu
pakan yang diproduksi. Uji pakan
secara kimia meliputi :
1. Uji kadar air, kadar air yang baik
untuk pellet/pakan buatan adalah
kurang dari 12%. Hal ini sangat
penting karena pakan buatan
tidak langsung dikonsumsi oleh
ikan setelah diproduksi tetapi
disimpan beberapa saat. Prinsip
pengujian
kadar
air
dilaboratorium adalah bahan
makanan (pellet) dipanaskan
pada suhu 105 – 110oC, dengan
pemanasan tersebut maka air
akan menguap. Peralatan yang
digunakan untuk melakukan uji
kadar air adalah oven dan
peralatan gelas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 6.8.
Gambar 6.8. Alat pengukur kadar air
2. Uji kadar protein, kadar protein
pellet yang dibuat harus benarbenar
disesuaikan
dengan
ukuran ikan dan jenis ikan yang
akan
mengkonsumsi
pakan
tersebut. Prinsip pengujian kadar
protein di laboratorium adalah
dengan
menggunakan
cara
Kyeldahl yaitu menentukan kadar
protein secara tidak langsung.
Cara
ini
adalah
dengan
menentukan
kadarN-nya
kemudian mengalikan dengan
protein 6,25. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur kadar
protein pakan ikan dengan
peralatan semi mikrokjeldahl .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 6.9.
293
Gambar 6.9. Peralatan pengukuran kadar protein
3. Uji kadar lemak, kadar lemk
dalam pakan buatan menurut
hasil penelitian sebaiknya kurang
dari 8%. Hal ini dikarenakan jika
kadar lemak dalam pakan tinggi
akan
mempercepat
proses
ketengikan pakan buatan. Prinsip
pengujian kadar lemak adalah
bahan makanan akan larut di
dalam petrelium eter disebut
lemak kasar. Uji inimenggunakan
alat yang disebut Soxhlet. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 6.10.
Gambar 6.10. Peralatan pengukuran kadar lemak
294
4. Kadar Serat kasar, kadar serat
kasardalam
pakan
buatan
menurut
hasil
penelitian
sebaiknya adalah kurang dari
7%. Serat kasar ini diperlukan
untuk menambah baik srtuktur
pellet. Kandungan serat kasar
yang terlalu tinggi pada pakan
buatan akan mempengaruhi data
cerna dan penyerapan didalam
alat pencernaan ikan. Prinsip
pengujian kadar serat kasar
adalah menentukan zat organik
yang tidak larut dalam asam kuat
dan basa kuat dan disertai
pemanasan.
Peralatan
yang
digunakan
untuk
melakukan
pengukuran kadar serat kasar
adalah peralatan soxlet ditambah
dengan peralatan lainnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 6.11.
Gambar 6.11. Peralatan pengukuran kadar serat kasar
5. Kadar abu, kadar abu dalam
pakan buatan sebaiknya kurang
dari 12%. Kadar abu ini
merupakan bahan anorganik, jika
kadar abu tinggi dalam pakan
buatan berarti pakan buatan
tersebut tidak akan memberikan
pertumbuhan yang baik untuk
ikan. Prinsip pengujian kadar abu
ini adalah bahan makanan
dilakukan pemanasan didalam
tanur listrik yang bersuhu 600oC.
Pada suhu tersebut semua
bahan organik akan menguap
dan yang tertinggal hanya bahan
anorganik yaitu abu. Peralatan
untuk melakuakn pengukuaran
kadar abu dilakukan dengan
menggunakan tanur listrik. Untuk
295
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 6.12.
Prinsip :
Air
akan
menguap
seluruhnya jika bahan
makanan
dipanaskan
pada suhu 105–110 oC.
Peralatan :
y Botol timbang bertutup/cawan
y Dessiccator/Eksikator
y Oven
y Neraca analitik
Gambar 6.12.
Peralatan pengukuran
kadar abu.
Adapun
prosedur
yang
dapat
dilakukan dalam melakukan uji coba
secara kimia yang disebut dengan
melakukan uji analisa proksimat
dapat
menggunakan
beberapa
metode. Dibawah ini akan diuraikan
beberapa metode yang dapat
dilakukan
dalam
melakukan
pengukuran beberapa parameter uji
kimia pakan ikan. Adapun prosedur
yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
Langkah Kerja 1 :
1. Cawan dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 – 110o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
selama 10 menit dan ditimbang
(x1).
2. Timbang bahan/contoh yang
telah dihaluskan sebanyak 2 – 3
gram
(a)
lalu
dimasukkan
kedalam cawan X1 .
3. Cawan dan bahan dipanaskan
dalam oven selama 4 – 6 jam
pada suhu 105 – 110o C,
dinginkan
dalam
eksikator
kemudian
timbang,
lakukan
pemanasan kembali dalam oven
selama 30 menit, dinginkan
dalam eksikator dan timbang,
lakukan hal tersebut sampai
tercapai berat yang konstan
(selisih penimbangan berturutturut kurang dari 0,02 gram).
4. Hitunglah persentase kadar air
bahan yang dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
Pengukuran Kadar Air
Pengukuran kadar air pakan ikan
atau bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan dapat dilakukan dengan cara
pemanasan yang biasa disebut
dengan Metode Gravimetri.
(X1 + a) - X2
Kadar air (%) =
X100%
a
Prosedur pengukuran kadar air dapat
dilakukan berdasarkan prrosedur
Standar Nasional Indonesia (SNI),
dengan menggunakan pengukuran
dengan SNI yang merupakan suatu
296
standar
dalam
melakukan
pengukuran yang telah diakreditasi
secara internasional yang disebut
dengan ISO 17025 mengenai
Internasional Standar Operational
untuk kegiatan laboratorium. Oleh
karena itu bagi para penguji yang
laboratoriumnya telah mendapatkan
sertifikat ini akan menggunakan
prosedur pengujian dengan prosedur
SNI.
Langkah Kerja SNI :
1. Timbang dengan seksama 1-2 g
cuplikan pada sebuah botol
timbang bertutup yang sudah
diketahui bobotnya (W1).
2. Keringkan pada oven suhu 105oC
selama 3 jam
3. Dinginkan dalam eksikator
4. Timbang (W), ulangi pekerjaan ini
hingga diperoleh bobot tetap
Perhitungan :
W
Kadar air =
X 100%
W1
Peralatan :
y Cawan porselen
y Tanur listrik
y Neraca analitik
y Dessicator/eksikator
Langkah Kerja 1 :
1. Cawan dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 – 110 o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
selama 10 menit dan ditimbang
(X1).
2. Timbang bahan/contoh yang
kering sebanyak 2 – 3 gram (a)
lalu masukkan ke dalam cawan
X1.
3. Masukkan cawan dan bahan
kedalam oven pengabuan/tanur
dengan cara dipanaskan dengan
suhu 550 – 600 o C sampai
menjadi abu dan berwarna putih
(selama 3 – 6 jam).
4. Dinginkan
dalam
eksikator
selama 15 menit dan timbang
cawan dan abu tersebut (X2).
5. Hitunglah persentase kadar abu
bahan yang dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
Pengukuran Kadar Abu
Kadar Abu (%) =
Pengukuran kadar abu pakan ikan
atau bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan dapat dilakukan dengan cara
pemanasan yang biasa disebut
dengan Metode Gravimetri.
Prinsip : Bahan
makanan
jika
dilakukan
pemanasan
didalam tanur listrik yang
bersuhu 600o C, maka zatzat organik akan diuraikan
menjadi air dan CO2 yang
tertinggal hanya bahan
anorganik yaitu abu.
X2 – X1
X 100%
a
Langkah kerja SNI :
1. Timbang dengan seksama 2-3 g
contoh kedalam cawan porselen
yang telah diketahui bobotnya
2. Arangkan
di
atas
nyala
pembakar, lalu abukan dalam
tanur listrik pada suhu maksimum
550o C sampai pengabuan
sempurna (sekali-kali pintu tanur
dibuka sedikit, agar oksigen bisa
masuk)
3. Dinginkan dalam eksikator, lalu
timbang sampai bobot tetap
297
Perhitungan :
y
Pereaksi : hexane atau pelarut
lemak lainnya
W1 – W2
Kadar abu =
X 100%
W
W
: Bobot
contoh
sebelum
diabukan dalam gram
W1 : Bobot contoh + cawan
sesudah diabukan dalam
gram
W2 : Bobot cawan kosong dalam
gram
Pengukuran Kadar Lemak
Pengukuran kadar lemak pakan ikan
atau bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan
ikan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan metode Soxhlet dan
metode Weibull. Metode soxlet
digunakan jika bahan baku pakan
atau pakan ikan mengandung kadar
lemak yang relatif tidak terlalu
banyak, dan jika kadar lemak dalam
bahan pakan atau pakan ikan cukup
banyak maka bahan pakan dan
pakan itu harus dilakukan hidrolisis
terlebih dahulu dan metode yang
digunakan adalah metode weibull.
Prinsip : Bahan makanan yang larut
di dalam petrelium eter,
atau ekstraksi lemak bebas
dengan pelarut non polar
Peralatan :
y Kertas saring
y Labu lemak
y Alat soxhlet
y Pemanas listrik
y Oven
y Neraca analitik
y Kapas bebas lemak
Langkah kerja 1 :
1. Panaskan cawan labu dalam
oven pada suhu 105–110o C
selama satu jam, dinginkan
dalam eksikator selama 10 menit
dan timbang (X1).
2. Timbang bahan/contoh sebanyak
2 – 5 gram (bahan sebaiknya
dalam bentuk halus dan kering),
dan dibungkus dengan kertas
saring/kertas filter dalam bentuk
silinder (a).
3. Masukkan selongsong kertas
filter kedalam tabung ekstraksi
dan diberi pemberat serta
dihubungkan
dengan
kondensor/pendingin .
4. Pasanglah tabung ekstraksi pada
alat destilasi Soxhlet dengan
pelarut
petroleum
ether/
petroleum
benzena/hexana
sebanyak
150
ml
yang
dimasukkan kedalam soxhlet
sampai kertas saring tersebut
terendam dan sisa larutan
dimasukkan kedalam labu.
5. Panaskan cawan labu yang
dihubungkan dengan soxhlet di
atas water bath sampai cairan
dalam soxhlet terlihat bening.
Pemanasan
ini
berlangsung
selama 2 – 4 jam, apabila
setelah 4 jam ekstraksi belum
sempurna pemanasan dapat
dilanjutkan selama 2 jam lagi.
6. Lepaskan labu dari soxhlet dan
tetap dipanaskan di atas water
bath untuk menguapkan semua
petroleum ether dari cawan labu.
7. Cawan labu dipanaskan dalam
oven pada suhu 105 – 110 oC
selama 15 –60 menit, kemudian
didinginkan
dalam
eksikator
298
selama 10 menit dan ditimbang.
Ulangi prosedur ini sampai
diperoleh berat yang stabil (X2).
8. Hitunglah
persentase
kadar
lemak bahan/contoh dengan
persamaan sebagai berikut ;
Kadar Lemak (%)=
X2 – X1
X 100%
a
Langkah kerja SNI :
1. Timbang seksama 1-2 g contoh,
masukkan kedalam selongsong
kertas yang dialasi dengan kapas
2. Sumbat selongsong kertas berisi
contoh tersebut dengan kapas,
keringkan dalam oven pada suhu
tidak lebih dari 80 oC selama
lebih kurang satu jam, kemudian
masukkan ke dalam alat soxhlet
yang telah dihubungkan dengan
labu lemak berisi batu didih yang
telah dikeringkan dan telah
diketahui bobotnya
3. ekstrak dengan heksana atau
pelarut lemak lainnya selama
lebih kurang 6 jam
4. Sulingkan
heksana
dan
keringkan ekstrak lemak dalam
oven pengering pada suhu 105oC
5. Dinginkan dan timbang
6. Ulangi pengeringan ini hingga
tercapai bobot tetap
Perhitungan :
W – W1
% Lemak =
X 100%
W2
W
:
W1 :
bobot contoh dalam gram
bobot
lemak
sebelum
ekstraksi dalam gram
W2 :
bobot labu lemak sesudah
ekstraksi
Pengukuran Kadar Lemak dengan
Metode Weibull
Prinsip : ekstraksi lemak dengan
pelarut non polar setelah
contoh dihidrolisis dalam
suasana
asam
untuk
membebaskan
lemak
yang terikat.
Peralatan :
y Kertas saring
y Kertas
saring
pembungkus
(Thimle)
y Labu lemak
y Alat Soxhlet
y Neraca Analitik
y Pereaksi : larutan HCl 25%,
kertas lakmus, n-Heksana atau
pelarut lemak lainnya
Langkah kerja SNI ;
1. Timbang seksama 1-2 g cuplikan
ke dalam gelas piala
2. Tambah 30 ml HCl 25% dan 20
ml air serta beberapa butir batu
didih
3. Tutup gelas dengan kaca arloji
dan didihkan selama 15 menit
4. Saring dengan keadaan panas
dan cuci dengan air panas
hingga tidak bereaksi asam lagi
5. Keringkan kertas saring berikut
isinya pada suhu 100 – 105 oC.
6. Masukkan ke dalam kertas saring
pembungkus (paper thimble) dan
ekstrak dengan heksana atau
pelarut lemak lainnya 2 – 3 jam
pada suhu lebih kurang 80 oC.
7. Sulingkan larutan heksana atau
pelarut lemak lainnya dan
299
keringkan ekstrak lemak pada
suhu 100 – 105 oC.
8. Dinginkan dan timbang
9. Ulangi proses pengeringan ini
hingga tercapai bobot tetap
Perhitungan :
W1 – W2
Kadar lemak =
X 100%
W
W :
W1 :
W2 :
bobot cuplikan dalam gram
bobot labu lemak sesudah
ekstraksi dalam gram
bobot labu lemak sebelum
ekstraksi dalam gram
Pengukuran Kadar Protein dengan
Metode Kjeldahl
Prinsip :
Menentukan kadar protein secara
tidak
langsung,
dengan
cara
menentukan kadar N nya kemudian
dikalikan dengan faktor protein 6,25.
Senyawa nitrogen diubah menjadi
amonium sulfat oleh H2SO4 pekat.
Amonium Sulfat yang terbentuk
diuraikan dengan NaOH, amoniak
yang dibebaskan diikat dengan asam
borat dan kemudian dititar dengan
larutan baku asam.
Peralatan :
y Labu kjeldhal
y Alat
penyulingan
kelengkapannya
dan
y
y
Pemanas listrik/pembakar
Neraca analitik
Tahap Oksidasi, langkah kerjanya ;
1. Masukkan 0,5 – 1 gram
bahan/contoh (a), 3 gram katalis (
K2SO4 + CuSO4) dan 10 ml
H2SO4 kedalam tabung Kjeldahl.
2. Tabung
dipanaskan
hingga
larutan di dalam tabung berubah
warna menjadi hijau bening,
kemudian di dinginkan.
3. Encerkan
dengan
akuades
sampai larutan menjadi 100 ml.
Tahap Destruksi, langkah kerjanya:
1. Masukkan 5 ml larutan hasil
oksidasike dalam cawan labu
kjeldahl.
2. Tambahkan NaOH 0,05 N
sebanyak 10 ml.
3. Siapkan Erlenmeyer, masukkan
H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml
dan tambahkan 2 – 3 tetes
larutan
indikator
(metyl
red/methylen blue), kemudian
didestruksi selam 10 menit.
Tahap Titrasi
1. Hasil destruksi dititrasi dengan
NaOH 0,05 N
2. Volume titran yang digunakan
dicatat.
3. Lakukan prosedur yang sama
pada blanko.
Perhitungan kadar protein diperoleh
dari persamaan sebagai berikut :
0,0007 X 6,25 X 20 X (titran blanko-titran sampel)
Kadar Protein (%) =
X 100%
a
300
Pengukuran
Kadar
Metode Gunning
Protein
Langkah kerja :
1. Timbang bahan sebanyak 2 – 5
gram yang telah ditumbuk halus
dan masukkan kedalam labu
kjeldahl, tambahkan 10 gram
K2S atau Na2SO4 anhidrat dan
15 – 25 ml H2SO4 pekat, kalau
destruksi sukar dilakukan perlu
ditambah
katalis
CuSO4
sebanyak 6 gram dan digoyang.
2. Kemudian dipanaskan pada
pemanas listrik atau api bunsen
dalam almari asanm, mula-mula
dengan api kecil dan setelah
asap hilang api dibesarkan,
pemanasan diakhiri setelah
cairan menjadi jernih tidak
berwarna.
3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk
perlakuan blanko.
4. Setelah labu kjeldahl beserta
cairannya
menjadi
dingin,
tambahkan 200 ml aquades dan
75 ml larutan NaOH 40-45%
sampai larutan menjadi basa,
pasanglah labu kjeldahl dengan
segera pada alat destilasi.
5. Panaskan labu kjeldahl sampai
amonia
menguap
semua,
destilat
ditampung
dalam
erlenmeyer yang berisi 100 ml
HCl 0,1 N yang sudah diberi
indikator phenolphtalein 1% 2 –
5 tetes. Destilasi diakhiri setelah
volume destilat 150 ml atau
setelah destilat yang keluar
tidak bersifat basa.
6. Kelebihan HCl 0,1 N dalam
destilat dititrasi dengan larutan
basa standar (larutan NaOH 0,1
N) samapi larutan berwarna
pink, catat volume titran.
7. Hitunglah kadar protein bahan
dengan persamaan sebagai
berikut :
(ml NaOH blanko – ml NaOH contoh)
Kadar Nitrogen (%)=
X N NaOH X 14,008
Gram contoh X 10
Kadar Protein (%) = Kadar Nitrogen X faktor konversi
Pengukuran Kadar Protein Metode
SNI
Pereaksi :
1. Campuran selen, campuran 2,5
gr serbuk SeO2, 100 gr K2SO4
dan 20 gr CuSO4 5 H2O.
2. Indikator campuran, siapkan
latutan bromcresol green 0,1 %
dan larutan merah metil 0,1 %
dalam alkohol 95 % secara
terpisah.
Campur
10
ml
bromcresol green dengan 2 ml
merah metil.
3. Larutan asam borat H3BO3 2 %,
larutkan 10 gr H3BO3 dalam 500
ml air suling. Setelah dingin
pindahkan
kedalam
botol
bertutup gelas. Campur 500 ml
asam borat dengan 5 ml
indikator.
4. Larutan asam klorida, HCL 0,01
N
5. Larutan
Natrium
Hidroksida
NaOH 30%, larutkan 150 gram
301
Natrium Hidroksida kedalam 350
ml air, simpan dalam botol
bertutup karet.
Langkah kerja :
1. Timbang
seksama
0,51
g
cuplikan, masukkan ke dalam
labu Kjeldahl 100 ml
2. tambahkan 2 g campuran selen
dan 25 ml H2SO4 pekat.
3. Panaskan diatas pemanas listrik
atau api pembakar sampai
mendidih dan larutan menjadi
jernih kehijau-hijauan (sekitar 2
jam)
4. Biarkan
dingin,
kemudian
encerkan dan masukkan kedalam
5.
6.
7.
8.
labu ukur 100 ml, tepatkan
sampai tanda garis
Pipet 5 ml larutan dan masukkan
kedalam
alat
penyuling,
tambahkan 5 ml NaOH 30% dan
beberapa tetes indikator PP,
Sulingkan selama lebih kurang
10 menit, sebagai penampung
gunakan 10 ml larutan asam
borat 2% yang telah dicampur
indikator
Titar dengan larutan HCL 0,01
N
Kerjakan penetapan blanko
Perhitungan :
(V1-V2) X N X 0,014 X f.k X fp
Kadar Protein =
W
W :
V1 :
V2 :
N :
Fk :
fp :
bobot cuplikan
volume HCL 0,01 N yang
dipergunakan
penitaran
contoh
volume
HCl
yang
dipergunkan penitaran blanko
normalitas HCl
faktor konversi untuk protein
6,25
faktor pengenceran
Pengukuran Kadar Serat Kasar
dengan Metode Pencucian asam
dan basa kuat
Prinsip : Menentukan zat organik
yang tidak larut dalam
asam kuat dan basa kuat
dan
disertai
dengan
pemanasan.
Peralatan :
y Neraca analitik
y Pendingin
y Corong Buchner
y Pompa vakum
Pereaksi :
y Asam sulfat H2SO4 1,25%
y Natrium Hidroksida, NaOH 3,25%
y Etanol 96%
y Kertas saring Whatman 54, 541
atau 41
Langkah kerja SNI :
1. Timbang seksama 2 – 4 g
cuplikan
Bebaskan lemaknya dengan
cara ekstraksi dengan cara
SOXlet
atau
dengan
cara
mengaduk, mengenap tuangkan
contoh dalam pelarut organik
sebanyak 3 kali. Keringkan
302
2.
3.
4.
5.
6.
7.
contoh dan masuk-kan ke dalam
erlemeyer 500 ml.
Tambahkan 50 ml larutan H2SO4
1,25%,
kemudian
didihkan
selama
30
menit
dengan
menggunakan pendingin tegak
Tambahkan 50 ml NaOH 3,25%
dan didihkan lagi selama 30
menit
Dalam keadaan panas, saring
dengan corong Buchner yang
berisi kertas saring tak berabu
Whatman 54, 41 atau 541 yang
telah dikeringkan dan diketahui
bobotnya.
Cuci endapan yang terdapat
pada kertas saring berturut-turut
dengan H2SO4 1,25% panas, air
panas dan etanol 96%.
Angkat kertas saring beserta
isinya, masukkan kedalam kotak
timbang yang telah diketahui
bobotnya, keringkan pada suhu
105o C dinginkan dan timbang
sampai bobot tetap.
bila ternyata kadar serat kasar
lebih besar 1% abukan kertas
saring beserta isinya, timbang
sampai bobot tetap
Perhitungan :
a. Serat kasar < 1%,
w
% Serat kasar =
X 100%
w1
b. serat kasar > 1%
w – w1
% Serat kasar =
X 100%
w2
w :
w1 :
w2 :
bobot cuplikan dalam gram
bobot abu dalam gram
bobot endapan pada kertas
saring dalam gram
Langkah kerja 2 :
1. Timbang bahan sebanyak 0,5–2
gram (a) lalu masukkan kedalam
erlenmeyer, kemudian tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan di
panaskan diatas hot plate selama
30 menit.
2. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N
kemudian panaskan kembali
selama 30 menit.
3. Panaskan kertas saring di dalam
oven selama 1 jam pada suhu
110 oC
Dan dinginkan dalam eksikator
lalu ditimbang (X1). Pasang
kertas saring pada corong
buchner
yang
dihubungkan
dengan vacuum pump.
Panaskan juga cawan porselen
pada suhu 110 oC selama
satu
jam dan dinginkan didalam
eksikator.
4. Larutan yang telah dipanaskan
dituang
ke
dalam
corong
buchner. Lakukan pembilasan
berturut-turut menggunakan 50
ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3
N, 50 ml air panas dan 25 ml
aceton.
5. Masukkan kertas saring dari
corong buchner kedalam cawan,
panaskan pada suhu 105–110 oC
selama 0,5–1 jam, dinginkan
dalam eksikator dan timbang
(X2).
6. Panaskan cawan dalam tanur
listrik bersuhu 600 oC selama 2
jam hingga bahan di dalam
cawan
berwarna
putih,
didinginkan dan timbang (X3).
7. Hitunglah kadar serat kasar
bahan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
X2 – X3 – X1
Serat Kasar (%)=
X100%
a
303
Langkah Kerja 3 :
1. Timbang bahan sebanyak 2 – 5
gram
2. Masukkan kedalam erlemeyer
600 ml, tambahkan larutan
H2SO4 0,255 N sebanyak 200 ml
dan batu didih, panaskan selama
30 menit dengan dilakukan
penggoyangan sesekali.
3. Saring suspensi dengan kertas
saring dan residu yang tertinggal
dalam erlemeyer dicuci dengan
aquades mendidih, cucilah residu
dalam kertas saring sampai air
cucian tidak bersifat asam lagi
(uji dengan kertas lakmus,
sampai berwarna biru tidak
berubah).
4. Pindahkan secara kuantitatif
residu dari kertas saring kedalam
erlemeyer
kembali
dengan
spatula, dan sisanya dicuci
dengan larutan NaOH 0,313 N
sebanyak 200 ml sampai semua
residu
masuk
kedalam
erlemeyer.
Didihkan
dengan
pendingin balik sambil kadang
kala digoyang-goyangkan selama
30 menit.
5. Saring
menggunakan kertas
saring yang telah diketahui
beratnya, sambil dicuci dengan
larutan K2SO4 10%, cuci lagi
residu dengan aquades mendidih
dan kemudian dengan lebih
kurang 15 ml alkohol 95%.
6. Keringkan kertas saring dan
isinya pada oven dengan suhu
110OC sampai berat konstan
selama 1 – 2 jam, dinginkan
dalam eksikator dan timbang
7. Hitunglah kadar serat kasar
dengan
persamaan
sebagai
berikut :
(Berat kertas saring +serat) – Berat kertas saring)
Kadar Serat Kasar(%)=
X100%
Berat Sampel
6.4.2. Uji Pakan secara Fisik
Uji coba yang kedua adalah uji coba
pakan secara fisik. Uji coba pakan
secara
fisik
bertujuan
untuk
mengetahui stabilitas pellet didalam
air (Water Stability Feed) yaitu daya
tahan pakan buatan didalam air.
Selain itu uji fisik dapat dilakukan
dengan melihat kehalusan dan
kekerasan bahan baku pakan yang
akan sangat berpengaruh terhadap
kekompakan pakan didalam air. Hal
ini dapat dideteksi dengan daya
tahan pakan buatan didalam air.
Dengan mengetahui daya tahan
pakan buatan didalam air akan
sangat membantu para praktisi
perikanan dalam memberikan pakan,
berapa lama waktu yang dibutuhkan
oleh ikan untuk mengejar pakan
dikaitkan dengan lama waktu pakan
itu bertahan didalam air sebelum
dimakan oleh ikan.
Oleh karena itu dalam membuat
pakan buatan, bahan baku yang
digunakan harus dalam bentuk
tepung, dengan semakin halusnya
bahan baku yang digunakan maka
bentuk fisik akan semakin baik, dan
seluruh bahan baku akan tercampur
304
secara sempurna. Hal ini akan
menghasilkan dampak terhadap
pakan buatan yang dibentuk menjadi
lebih kompak dan stabil. Dengan
pakan buatan yang kompak dan
stabil maka pakan buatan akan
mudah dicerna oleh ikan. Pakan
buatan yang mudah dicerna oleh
ikan akan mengakibatkan efisiensi
pakan yang sangat baik dan sangat
menguntungkan
pemakai/petani
ikan. Adapun pengukuran pakan
secara fisik dapat dilakukan sebagai
berikut :
Pengukuran Water Stability
Daya tahan pakan ikan didalam air
harus diperhatikan karena hal ini
sangat diperlukan bagi pakan yang
akan dikonsumsi oleh ikan. Ikan
yang
hidup
didasar
perairan
membutuhkan pakan yang lebih
tahan lama didalam air dibandingkan
pakan ikan yang akan dibuat untuk
ikan yang hidup dipermukaan atau
ditengah perairan. Semakin lama
pakan terendam dalam air dan tidak
cepat hancur maka ikan dapat
dengan mudah memakan pakan
buatan tersebut. Oleh karena itu
water stability dari pakan ikan ini
sangat
bergantung
pada
peruntukkan pakan tersebut. Water
stability pakan menurut Millamenena
et al (2000) dapat dilakukan
pengukuran
dengan
prosedur
sebagai berikut :
1. Masukkan keranjang kawat ke
dalam oven untuk dikeringkan
pada suhu 100 oC selama 1 – 3
jam. Kemudian simpan di dalam
desikator
dan
timbanglah
keranjang
tersebut
sampai
diperoleh berat yang konstant.
2. Masukkan sebanyak 5 gram
pakan yang telah diketahui kadar
airnya kedalam keranjang kawat
tersebut.
3. Masukkan keranjang kawat yang
telah berisi pakan kedalam air
pada kondisi perairan yang
dibuat sama dengan kondisi
pakan
ikan
tersebut
akan
diberikan dan dibuat eksperiment
penelitian dengan desain waktu
selama 2, 4, 6 dan 8 jam.
4. Lakukan pengeringan keranjang
basket yang telah direndam
dalam
air
kedalam
oven,
kemudian
simpan
dalam
desikator dan timbang beratnya
sampai diperoleh berat yang
konstan.
5. Persentase berat kering yang
hilang dihitung setelah dikurangi
dengan berat keranjang.
6. Nilai water stability dalam persen
dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
Fo
% Water stability =
X 100
Io
Dimana :
Io : adalah berat awal pakan
kering
Fo: adalah berat akhir pakan
kering
Sebagai contoh dalam pengukuran
water stability adalah sebagai
berikut:
Misalnya, berat pakan adalah 5,26
gram, berat kering pakan adalah
95% maka berat kering pakan adalah
berat pakan X % berat kering dibagi
100.
305
% berat kering
Berat kering pakan = berat pakan X
100
95
Maka Io = 5,26 gram X
100
Io = 5,0 gram
Dari hasil perlakuan pencelupan tadi
diperoleh data sebagai berikut :
Berat pakan dan keranjang = 12,5
gram
Berat keranjang kosong= 8,0 gram
Maka berat akhir pakan kering
adalah berat keranjang dan pakan
dikurangi dengan berat keranjang
yaitu :
Fo = 12,5 gram – 8,0 gram
Fo = 4,5 gram
Fo
% Water Stability =
X 100
Io
4,5
=
X 100
5,0
= 90%
Pengukuran water stability yang
paling mudah dilakukan dengan
menghitung lama waktu yang
dibutuhkan oleh pakan tersebut
sampai hancur di dalam wadah
budidaya. Biasanya pakan untuk
udang sebagai organisme air yang
hidup di dasar perairan maka pakan
yang direndam di dalam air minimal
membutuhkan waktu selama 30
menit, sedangkan untuk ikan yang
hidup dipermukaan air lebih cepat
menangkap pakan sehingga waktu
yang dibutuhkan sampai pakan
hancur lebih cepat. Daya tahan
pakan di dalam air ini sangat
bergantung pada jumlah bahan baku
yang digunakan sebagi perekat
(binder) dan prosesing pembuatan
pakan.
Langkah kerja dalam uji water
stability yang praktis adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan uji fisik pakan (wadah
budidaya, pakan ikan yang
dibuat, aerator, stop watch, air).
2. Mengisi wadah uji dengan air
dengan ketinggian minimal 50
cm.
3. Memasukkan
selang
aerasi
kedalam wadah uji.
4. Memasang aerator dengan kuat
sehingga air didalam wadah uji
bergerak
dan
menimbulkan
gelombang.
5. Memasukkan
pakan
buatan
kedalam wadah uji dan catat
waktu pertama pakan buatan
dimasukkan kedalam wadah uji.
6. Memperhatikan
kekompakan
pakan buatan didalam wadah uji
dan catat waktu pakan tersebut
306
mulai mengembang serta catat
pula waktu pakan tersebut mulai
hancur.
7. Pakan yang baik akan stabil
didalam air selama 30 menit
untuk pakan udang sedangkan
untuk pakan ikan biasanya
kurang dari tiga puluh menit.
Pengujian bau pakan (attractant)
Pakan ikan yang sudah dibuat harus
mempunyai bau yng khas sesuai
dengan keinginan ikan sehingga ikan
yang mencium bau pakan ikan
tersebut
tertarik
untuk
mengkonsumsi pakan atau biasa
disebut dengan daya terima ikan
terhadap pakan ikan yang dibuat
(pallatabilitas). Pakan ikan yang
mempunyai bau yang enak akan
menarik minat ikan untuk segera
memakan pakan ikan tersebut. Oleh
karena itu jika anda membuat pakan
ikan ini harus dilakukan uji fisik
tentang bau pakan tersebut apakah
sudah dapat diterima oleh ikan.
Adapun langkah kerja yang dapat
dilakukan untuk mengetahui bau
pakan dan daya terima ikan terhadap
pakan dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut :
Langkah kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan uji fisik pakan.
2. Mengisi wadah uji dengan air
dengan ketinggian minimal 50
cm.
3. Memasukkan
selang
aerasi
kedalam wadah uji.
4. Memasang aerator dengan kuat
sehingga air didalam wadah uji
bergerak
dan
menimbulkan
5.
6.
7.
8.
gelombang dan masukkan ikan
kedalam wadah tersebut.
Memasukkan
pakan
buatan
kedalam
wadah
uji
dan
perhatikan tingkah laku ikan
dalam menangkap pakan dan
perhatikan juga berapa lama
waktu yang dibutuhkan oleh ikan
untuk
mengkonsumsi
pakan
tersebut.
Melakukan uji fisik yang kedua
yaitu bau pakan buatan dengan
cara mencium pakan buatan
yang telah dibuat dibandingkan
dengan pakan buatan pabrik
yang sudah biasa digunakan
untuk pakan ikan.
Membandingkan hasilnya secara
organoleptik dan juga amati daya
terima ikan terhadap pakan
buatan yang dibuat dengan cara
mengamati respon ikan terhadap
pakan buatan dan bandingkan
pula respon ikan terhadap pakan
pabrik.
Mencatat hasil perbandingan
tersebut .
Pengujian
pakan
tingkat
kehalusan
Pakan ikan yang dibuat biasanya
tidak akan langsung dijual kepada
konsumen, tetapi akan disimpan
terlebih
dahulu
dalam
ruang
penyimpanan pakan. Dalam ruang
penyimpanan pakan, pakan ikan ini
biasanya disimpan dalam tumpukan
pakan yang berjumlah 6 karung
dengan berat setiap karung adalah
50 kilogram maka jumlah beban
pakan selama penyimpanan adalah
300 kilogram. Bagaimana anda
membuat pakan yang tidak mudah
hancur dengan beban berat selama
307
penyimpanan.
Hal
ini
sangat
ditentukan pada saat pemilihan
bahan baku dimana bahan baku
yang digunakan untuk membuat
pakan ikan harus dari bahan yang
benar halus dalam bentuk tepung.
Semakin halus ukuran tepung maka
kekompokan pakan dalam komposisi
pakan semakin bagus. Oleh karena
itu
untuk
mengetahui
tingkat
kehalusan pakan dapat dilakukan uji
coba secara fisik ini dengan cara
sebagai berikut :
Langkah kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan uji fisik pakan.
2. Meletakkan pakan pada ruang
penyimpanan pakan diatas kayu
dengan jarak antara lantai
dengan kayu sebaiknya 3 – 4 inci
(1 inci = 2,54 cm) sebanyak
enam tumpukan jika berat pakan
perkarung adalah 50 kg.
3. Memasukkan tumpukan pakan
buatan
kedalam
ruang
uji
sebanyak 350 kg dan catat waktu
pertama
pakan
buatan
dimasukkan
kedalam
ruang
penyimpanan.
4. Perhatikan kekompakan pakan
buatan
didalam
ruang
penyimpanan
dan perhatikan
apakah pakan yang terdapat
pada bagian bawah terjadi
kehancuran atau tidak.
5. Pakan yang baik tidak akan
hancur
jika
dilakukan
penumpukan pakan dalam ruang
penyimpanan. Hal ini harus
dilakukan karena pakan ikan
yang dibuat akan disimpan
maksimal tiga bulan setelah
proses pembuatan pakan.
6.4.3. Uji Pakan secara Biologis
Uji coba pakan yang ketiga adalah uji
pakan secara biologis. Dalam uji
coba
pakan
secara
biologis
dilakukan untuk mengetahui bebrapa
parameter biologis yang sangat
diperlukan untuk menilai apakah
pakan ikan yang dibuat dapat
memberikan dampak terhadap ikan
yang
mengkonsumsinya.
Oleh
karena itu dalam uji biologis harus
dilakukan pengujian terhadap pakan
yang dibuat dengan cara memelihara
ikan dengan diberikan pakan uji
tersebut.
Beberapa
parameter
biologis tersebut antara lain adalah
nilai konversi pakan dan effisiensi
pakan. Nilai konversi pakan dan
efisiensi pakan ini dapat diketahui
dengan melakukan pemberian pakan
selama periode waktu tertentu
sehingga bisa dihitung nilainya
dengan menggunakan rumus yang
sudah berlaku. Semakin kecil nilai
konversi pakan maka semakin baik
kualitas pakan tersebut karena
semakin ekonomis. Nilai konversi
pakan yang baik adalah kurang dari
dua yang berarti dalam memberikan
pakan sebanyak dua kilogram akan
menghasilkan daging ikan sebanyak
satu kilogram. Parameter bilogi
lainnya
yang
dapat
dilakukan
pengukuran antara lain adalah
pertumbuhan,
tingkat
konsumsi
pakan,kecernaan
total,
retensi
protein,lemak dan energi.
Tingkat Konsumsi Pakan
Pada umumnya tingkat konsumsi
pakan yang diberikan pada ikan erat
hubungannya
dengan
besarnya
individu ikan. Semakin kecil bobot
308
individu ikan tingkat konsumsi pakan
yang
diberikan
persentasenya
semakin besar, sebaliknya semakin
besar bobot individu ikan semakin
menurun tingkat konsumsi pakan
yang diberikan. Tingkat Konsumsi
Pakan (TKP) yang diberikan dapat
dihitung
dengan
menggunakan
berbagai macam rumus antara lain
adalah menurut National Research
Council (NRC), 1977 adalah :
100
TKP = % pakan yang diberikan X bobot total populasi X
Berat kering pakan
Menurut Halver (1989), tingkat
konsumsi pakan perhari dapat
dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Konversi
Pakan
TKP = 3 X
X ∆L X 100
L
Dimana :
TKP : Tingkat konsumsi pakan
∆L : kenaikan harian panjang
tubuh ikan
L
: panjang tubuh ikan
Kecernaan Total
Pencernaan
adalah
proses
penghancuran
pakan
menjadi
molekul-molekul
mikro
melalui
rangkaian proses fisik maupun
kimiawi, sehingga bisa diserap
melalui dinding usus kedalam kapiler
darah. Proses ini terjadi terus
menerus,diawali
dengan
pengambilan pakan dan berakhir
dengan pembuangan sisa pakan
(Zonneveld et al.,1991;NRC, 1983).
Kecernaan adalah suatu parameter
yang menunjukkan berapa dari
makanan yang dikonsumsi dapat
diserap oleh tubuh (Lovel, et al.,
1988), karena dalam suatu proses
pencernaan selalu ada bagian
makanan yang tidak dapat dicerna
dan dikeluarkan dalam bentuk feses
(Affandi
et
al.,
1992).
Ikan
mempunyai kemampuan mencerna
yang berbeda dengan hewan darat
(Watanabe,1988).
Menurut Heper (1988), kecernaan
pakan dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu: keberadaan enzim dalam
saluran pencernaan ikan, tingkat
aktivitas enzim-enzim pencernaan
dan lamanya pakan yang dimakan
bereaksi dengan enzim pencernaan.
Masing-masing faktor tersebut akan
dipengaruhi oleh faktor sekunder,
yang berhubungan dengan spesies
ikan, umur, dan ukuran ikan,kondisi
lingkungan dan komposisi, ukuran
serta pakan yang dikonsumsi.
Menurut Affandi et al. (1992), nilai
kecernaan
pakan
dapat
menggambarkan kemampuan ikan
dalam mencerna suatu pakan. Selain
itu
nilai
kecernaan
dapat
menentukan kualitas pakan yang
dikonsumsi ikan. Pakan yang berasal
dari bahan nabati umumnya lebih
sulit dicerna oleh ikan dibandingkan
bahan hewani (Hepher, 1988).
309
Sedangkan bahan-bahan semi murni
seperti kasein dan gelatin dicerna
hampir sempurna oleh ikan (NRC,
1983). Disamping itu kecernaan
pakan juga dipengaruhi oleh proses
dan metoda pengolahan bahanbahan tersebut, sebab ada beberapa
bahan
makanan
yang
perlu
penanganan
khusus
karena
keberadaan zat inhibitor dalam
bahan
makanan,
contohnya
pemanasan terhadap kacang kedelai
dapat
meningkatkan
tingkat
kecernaannya.
feses.Indikator
yang
digunakan
adalah bahan yang tidak dapat
dicerna,
diserap
atau
masuk
kedalam lendir usus, tidak berubah
secara kimiawi, dapat dianalisa dan
dapat melewati saluran pencernaan
(Lovell,
1988).
Indikator
yang
digunakan mengukur daya cerna
yang
digunakan
secara
tidak
langsung adalah Cr2O3 dan lignin
(Hepher, 1988). Biasanya indikator
yang sering digunakan adalah Cr2O3
sebesar 0,5 dalam pakan uji
(NRC,1983).
Prinsip penentuan kecernaan pakan
adalah dengan membandingkan
kadar nutrisi atau energi pakan
dengan kadar nutrisi atau energi
feses (Affandi et al., 1992).
Penentuan daya cerna ini bisa
dilakukan secara langsung dilakukan
pengukuran jumlah pakan yang
dikonsumsi
untuk
dibandingkan
dengan
jumlah
feses
yang
diekskresikan
(Lovel,
1988).
Penentuan daya cerna secara
langsung
dianggap
sulit
dan
memakan waktu lama karena
pengumpulan
feses
dilakukan
dengan stripping, menghisap feses
lewat anus, atau dengan membedah
ikan.
Metoda kecernaan makanan dapat
dihitung menurut Affandi et al 1992
dengan
menggunakan
rumus
sebagai berikut :
Pengukuran kecernaan secara tidak
langsung
lebih
menguntungkan
karena
tidak
memperhitungkan
jumlah pakan yang dikonsumsi serta
feses yang diekskresikan, tetapi
didasarkan
kepada
kandungan
indikator dalam pakan dan feses
(Tytler and Calow, 1985). Kecernaan
secara tidak langsung dihitung
berdasarkan perbandingan indikator
yang terdapat pada pakan dengan
indikator
yang
terdapat
pada
1. Metoda langsung
Kecernaan
pakan
dengan
metoda
langsung
biasa
diterapkan pada level individu
dengan
menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
I-F
D=
X 100 %
I
Keterangan :
D = kecernaan total
I = total
nutrien
yang
dikonsumsi
F = total nutrien dalam feses
Pada metoda ini semua makanan
yang dikonsumsi dan semua
feses yang dikeluarkan oleh ikan
selama fase pengukuran (24 jam)
harus diukur.
2. Metoda tidak langsung
Kecernaan total pakan dari
pakan yang dikonsumsi dapat
310
dihitung dengan metode tidak
langsung yaitu :
berdasarkan rumus Windel (1978)
yaitu :
Ip Np
D = 100 – (100 X --- X
)
If
Nf
Keterangan :
D = kecernaan total
Ip = persentase
indikator
dalam pakan
If = persentase
indikator
dalam feses
Np = persentase nutrien dalam
pakan
Nf = persentase nutrien dalan
feses
Kecernaan Total=100–(100–a/a*)
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
Kecernaan total dari pakan yang
dikonsumsi dapat pula dihitung
Selain kecernaan total dari pakan
yang
dikonsumsi
juga
harus
diperhitungkan
kecernaan
dari
nutrien yang terdapat pada pakan.
Kecernaan nutrien itu terdiri dari
kecernaan protein, kecernaan lemak,
kecernaan
karbohidrat
dan
kecernaan
energi.
Perhitungan
kecernaan nutrien ini menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh NRC
(1982) yaitu :
Kecernaan Protein
Kecernaan Protein = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = protein dalam pakan (%)
b* = protein dalam feses (%)
Kecernaan Lemak
Kecernaan Lemak = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = lemak dalam pakan (%)
b* = lemak dalam feses (%)
Kecernaan Karbohidrat
Kecernaan Karbohidrat = 100 – (100 X a/a* X b*/b)
dimana :
311
a
a*
b
b*
=
=
=
=
Cr2O3 dalam pakan (%)
Cr2O3 dalam feses (%)
karbohidrat dalam pakan (%)
karbohidrat dalam feses (%)
Kecernaan Energi
Kecernaan Energi = 100 – ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = energi dalam pakan (%)
b* = energi dalam feses (%)
Retensi Protein, lemak dan energi
Untuk mengetahui efektivitas pakan
yang diberikan dapat diketahui
dengan
jalan
menentukan
banyaknya zat makanan yang
disimpan dalam tubuh. Adapun
rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung retensi protein, lemak
dan energi sebagai berikut :
Bobot protein yang disimpan tubuh (gram)
Retensi Protein (%) =
X 100%
Bobot protein yang diberikan (gram)
Bobot lemak yang disimpan tubuh (gram)
Retensi Lemak (%) =
X 100%
Bobot lemak yang diberikan (gram)
Jumlah energi (kkal) yang disimpan tubuh
Retensi Energi (%) =
X 100%
Jumlah energi (kkal) yang diberikan
Cara menghitung Retensi Protein/
Lemak
Bobot protein/lemak yang disimpan
tubuh:
Bobot biomassa awal = WA
Analisa proksimat awal ikan = a%
Jumlah protein awal = a% X WA=A
Bobot biomass akhir + bobot
mortalitas = WT
312
tubuh pada periode waktu tertentu
(Rahardjo et al, 1989).
Analisa proksimat akhir ikan = b%
Jumlah protein pada akhir = b% X
WT = B
Pertumbuhan terjadi apabila ada
kelebihan energi bebas setelah
energi yang tersedia dipakan untuk
metabolisme standar, energi untuk
proses pencernaan dan energi untuk
aktivitas.
Protein yang disimpan dalam tubuh=
B–A=C
Bobot protein yang diberikan:
Jumlah total pakan yang diberikan=
p (gram)
Ada dua model yang dipakai untuk
menghitung pertumbuhan. Model
pertama
adalah
model
yang
berhubungan dengan berat dan
berbentuk eksponensial. Model ini
baik untuk waktu yang pendek.
Model pertumbuhannya menurut
Ricker (1979) adalah:
% Protein pakan = CP % (hasil
analisa proksimat)
Jumlah protein pakan=CP% X p= K
Retensi Protein/
Lemak (%)
=
C
X 100
K
Wt = Wo. egt
Pertumbuhan
dimana :
Wt : bobot ikan pada saat t
Wo : bobot ikan awal
E
: dasar logaritma natural
(2,7183)
g
: aju pertumbuhan harian
spesifik
t
: waktu
Pertumbuhan adalah perubahan
ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu.
Pertumbuhan
ini
secara
fisik
diekspresikan
dengan
adanya
perubahan jumlah atau ukuran sel
penyusun jaringan tubuh pada
periode waktu tertentu. Sedangkan
secara energetik , pertumbuhan
diekspresikan
dengan
adanya
perubahan kandungantotal energi
Wt = Wo. egt
Laju pertumbuhan harian spesifik
dapat dihitung dari rumus awal yaitu :
Wt
= egt
→
Wo
Wt
Ln
Ln Wt – Ln Wo
= gt → g =
Wo
t
Wt - Wo
g=
t
313
Menurut Huisman (1976) dan NRC
(1977) mengemukakan rumus laju
pertumbuhan harian sebagai berikut :
Wt = Wo (1 + g/100) t atau
Pertumbuhan relatif
Wf - Wi
% Wt =
X 100
Wi
t
g = √ (Wt/Wo) – 1 X 100%
Laju pertumbuhan relatif
Model pertumbuhan yang kedua
adalah
berhubungan
dengan
panjang yang dinamakan rumus Von
Bertalanfall dimana rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Lt = L ~ 1 – e –k (t-to)
dimana :
Lt : panjang ikan pada waktu t
L~ : panjang maksimum ikan
k : koefisien pertumbuhan
e : bilangan yang nilainya adalah
2,7183
Selain itu dari beberapa literatur
pertumbuhan ikan dapat juga
dilakukan
pengukuran
secara
sederhana dengan menggunakan
rumus antara lain adalah :
Wf - Wi
% Wt/hari =
X 100
(Wi) (waktu kultur)
Laju pertumbuhan harian spesifik
(SGR)
Ln W2 – ln W1
SGR =
t2 – t1
dimana :
W1 : berat ikan pada periode
waktu 1 (t1)
W2 : berat ikan pada periode
waktu 2 (t2)
Pertumbuhan mutlak
Konversi Pakan
Wt = Wf – Wi
Untuk
dapat
mengetahui
penggunaan pakan oleh ikan dapat
dihitung
dengan
menentukan
perbandingan faktor konversi pakan.
Ikan hanya diberi pakan buatan
100% nilai konversi pakannya lebih
dari 1. Hal ini disebabkan pakan
tidak dapat dimanfaatkan semua dan
ada yang menjadi feses. Dari segi
ekonomis nilai konversi pakan dapat
juga dipakai untuk menentukan
kualitas pakan. Nilai konversi pakan
yang mendekati nilai satu maka
semakin bagus kualitas pakan yang
dimana :
Wt : pertumbuhan mutlak
Wf : berat akhir
Wi : berat awal
Laju pertumbuhan mutlak
Wf - Wi
Wt/hari =
Waktu kultur (hari)
314
diberikan. Konversi pakan dapat
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut :
F
Konversi pakan =
(Wt + D) - Wo
dimana :
F
: jumlah
pakan
yang
diberikan
selama
pemeliharaan
Wt : berat akhir ikan rata-rata
Wo : berat awal ikan rata-rata
D
: jumlah ikan yang mati
selama pemeliharaan
Efisiensi Pakan
Sama halnya dengan konversi
pakan, efisiensi pakan merupakan
indikator
untuk
mengetahui
efektivitas pakan yang diberikan
kepada ikan terhadap pertumbuhan.
Untuk menghitung efisiensi pakan
dapat digunakan rumus menurut
NRC (1977) adalah sebagai berikut :
(Wt + D) - Wo
E (%) =
X 100
F
dimana :
Wt : bobot ikan pada waktu t
Wo : bobot ikan pada waktu 0
D
: bobot ikan yang mati
selama pengamatan
F
: jumlah
pakan
yang
dikonsumsi
Dari rumus efisiensi pakan juga
dapat dihitung nilai konversi pakan
6.5. MANAJEMEN
PEMBERIAN PAKAN
Dalam
budidaya
ikan
pakan
merupakan salah satu faktor yang
sangat
menentukan
dalam
keberhasilan suatu budidaya ikan
selain kualitas air. Pakan dalam
kegiatan budidaya ikan sangat
dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
dan berkembang. Pemberian pakan
dalam suatu usaha budidaya sangat
bergantung kepada beberapa faktor
antara lain adalah jenis dan ukuran
ikan, lingkungan dimana ikan itu
hidup dan teknik budidaya yang akan
digunakan. Dalam subbab ini akan
dibahas
tentang
manajemen
pemberian pakan dilihat dari jenis
dan ukuran ikan serta teknik
budidaya. Sedangkan pakan dan
kualitas air akan dibahas pada
subbab selanjutnya.
Pemberian pakan adalah kegiatan
yang rutin dilakukan dalam suatu
usaha budidaya ikan oleh karena itu
dalam manajemen pemberian pakan
harus dipahami tentang beberapa
pengertian dalam kegiatan budidaya
ikan sehari-hari yang terkait dengan
manajemen pemberian pakan antara
lain adalah feeding frekuensi, feeding
time, feeding behaviour, feeding
habits, feeding periodicity dan
feeding level.
Feeding frekuensi atau frekuensi
pemberian pakan mempunyai makna
jumlah waktu ikan untuk makan
dalam sehari. Setiap jenis ikan
mempunyai kebiasaan makan yang
berbeda. Oleh karena itu dalam
melakukan pemberian pakan kepada
ikan setiap hari biasanya bergantung
315
kepada jenis dan ukuran ikan,
ketersediaan tenaga kerja, pakan
dan
ukuran
kolam
budidaya.
Biasanya
semakin
kecil
ikan
frekuensi
pemberian
pakannya
semakin banyak sedangkan semakin
besar ikan frekuensi pemberian
pakannya setiap hari semakin
berkurang. Frekuensi pemberian
pakan dihitung dalam waktu sehari
(24 jam). Pada ikan air tawar
misalnya ikan patin merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai fase kritis pada saat
berusia larva yaitu 0 – 14 hari. Untuk
meningkatkan kelangsungan hidup
larvanya salah satu solusinya adalah
memberikan pakan alami selama
fase tersebut sebanyak 12 kali sehari
dimana
pakan
alami
tersebut
diberikan setiap dua jam sekali
selama sehari. Pada ikan laut
frekuensi pemberian pakan pada
masa
larva
lebih
banyak
dibandingkan
pada
fase
pembesaran.
Oleh
karena
itu
frekuensi pemberian pakan pada
masa larva bagi ikan budidaya
mempunyai jumlah yang lebih
banyak dibandingkan dengan fase
lainnya dan setiap jenis ikan
mempunyai
kekhasan
dalam
frekuensi pemberian pakan.
Feeding time atau waktu pemberian
pakan adalah waktu yang tepat untuk
melakukan pemberian pakan pda
setiap jenis ikan. Waktu pemberian
pakan ini juga sangat khas untuk
setiap jenis ikan. Berdasarkan
kapasitas daya tampung lambung
setiap jenis ikan atau biasa disebut
juga dengan feeding periodicity jenis
ikan dapat dibedakan yaitu ikan
pemakan malam hari atau aktivitas
makannya meningkat pada malam
hari yang biasa disebut dengan
nocturnal misalnya ikan kelompok
catfish, dan ikan pemakan siang hari
atau aktivitas makannya lebih
meningkat pada siang hari (diurnal).
Oleh karena itu pada kelompok ikan
yang mempunyai aktivitas makan
pada malam hari maka dalam
melakukan pemberian makan, waktu
pemberian pakannya sebaiknya lebih
banyak pada malam hari. Agar
pakan yang diberikan lebih efisien
dan efektif.
Selain
itu
dalam
melakukan
pemberian
pakan
juga
harus
diperhatikan tentang tingkah laku
ikan dalam kehidupannya di dalam
perairan dimana ikan berdasarkan
tingkah lakunya dalam media
hidupnya
dapat
dikelompokkan
menjadi tiga yaitu ikan yang
hidupnya diatas permukaan air, ikan
yang hidupnya lebih senang berada
ditengah-tengah air dan ikan yang
hidupnya lebih senang di dasar
perairan.
Oleh
karena
dalam
melakukan
pemberian
pakan
terhadap jenis-jenis ikan tersebut
harus disesuaikan dengan tingkah
laku ikan tersebut.
Berdasarkan kebiasaan makannya
ikan yang dibudidayakan dapat
dikelompokkan
menjadi
ikan
herbivora, ikan omnivora dan ikan
karnivora. Oleh karena itu melakukan
pemberian
pakan
untuk
ikan
herbivora, omnivora dan karnivora
harus berbeda.
Jumlah pakan ikan yang diberikan
setiap
hari
pada
ikan
yang
dibudidayakan
dan
biasanya
diekspresikan dalam persen biomas
ikan biasa disebut dengan feeding
316
rate. Feeding rate pada pemberian
pakan ikan berkisar antara 2 – 5%
perhari
atau
bahkan
lebih.
Sedangkan biomas adalah jumlah
total ikan perunit area pada waktu
tertentu dan diekspresikan dalam
kg/ha
atau
kg/meter
persegi.
Biasanya dalam pemberian pakan
pada ikan yang berukuran besar
jumlah pakan yang diberikan setiap
hari semakin berkurang dan semakin
kecil ukuran ikan jumlah pakan yang
diberikan semakin banyak. Hal ini
dikarenakan ikan yang berukuran
kecil mempunyai masa pertumbuhan
yang lebih besar dibandingkan
dengan ikan berukuran besar.
Seperti yang diketahui bahwa
pertumbuhan ikan mempunyai kurva
pertumbuhan yang sigmoid yaitu ada
masa dalam kurva tersebut adalah
masa pertumbuhan emas dan itu
biasa terjadi pada ikan yang
berukuran larva dan benih. Oleh
karena itu dibutuhkan jumlah pakan
yang lebih banyak dibandingkan
dengan
ikan
yang
berukuran
dewasa.
Dalam
melakukan
pengelolaan
pemberian pakan pada suatu usaha
budidaya sangat bergantung pada
teknik budidaya yang diterapkan.
Pada suatu usaha budidaya ikan
dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :
1. Budidaya ikan secara ekstensif
Pada budidaya ikan ini yang
menjadi ciri khasnya adalah
dalam
pemberian
pakannya
mengandalkan
pakan
alami.
Oleh karena itu dalam sistem
budidaya ini pemupukan pada
kolam budidaya harus kontinu
dilakukan agar pakan alami
tumbuh dengan subur pada
kolam budidaya. Pengelolaan
pemberian pakan pada sistem
budidaya
ekstensif
lebih
mengutamakan
tumbuhnya
plankkton baik phytoplankton
maupun zooplankton di dalam
wadah budidaya sebagai pakan
alami ikan yang dibudidayakan
dan
jenis
ikan
yang
dibudidayakan
adalah
ikan
herbivora yaitu ikan yang senang
mengkonsumsi tumbuhan atau
nabati.
2. Budidaya ikan semi intensif
Pada budidaya ikan sistem
semiintensif yang menjadi cirinya
adalah
dalam
budidayanya
sangat mengandalkan pakan
alami dan pakan tambahan.
Pakan alami masih digunakan
dalam sisitem budidaya ini
sehingga sistem pemupukan
pada kolam budidaya
masih
dilakukan dan pemberian pakan
tambahan yaitu pakan yang
dalam
kontribusinya
hanya
menghasilkan penambahan berat
pada ikan kurang dari 50% atau
kurang dari pakan utama. Pakan
tambahan ini biasanya dibuat
sendiri oleh pembudidaya dari
beberpa
bahan
baku
dan
kandungan
nutrisinya
tidak
selengkap pakan buatan pabrik
sehingga pertumbuhan ikan dari
pakan tambahan ini kurang dari
50%. Biasanya kelompok ikan
yang dipelihara secara semi
intensif adalah kelompok ikan
omnivora misalnya kelompok
carper seperti ikan mas.
3. Budidaya ikan secara intensif
Pada budidaya ikan secara
intensif yang menjadi ciri khasnya
317
adalah
dalam
melakukan
kegiatan
budidaya
mengandalkan pakan buatan
sebagai sumber makanan utama
ikan yang dibudidayakan. Pakan
yang digunakan adalah pakan
buatan
yang
mempunyai
kandungan gizi yang lengkap.
Karena pakan buatan ini sebagai
sumber energi utama dan materi
bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Pakan buatan dalam usaha
budidaya ikan intensif merupakan
komponen terbesar dalam suatu
usaha
budidaya
biasanya
berkisar antara 40 – 70% dari
total biaya produksi . Oleh karena
itu dalam mengelola pemberian
pakan secara intensif harus
benar-benar dilakukan secara
benar agar efisiensi pakan dan
efektifitas kegiatan budidaya
dapat menguntungkan.
Manajemen pemberian pakan pada
suatu usaha budidaya ikan yang
intensif harus dilakukan . Hal ini
dikarenakan
pada
pengelolaan
pemberian pakan dalam suatu usaha
budidaya ada beberapa elemen kritis
yang harus diperhatikan antara lain
adalah jumlah pakan perhari yang
diberikan dalam pemeliharaan ikan
(feeding rate), frekuensi pemberian
pakan dalam satu hari (feeding
frekuensi), waktu pemberian pakan
yang tepat (feeding time) dan
konversi pakan yang ditargetkan
dalam suatu usaha budidaya ikan.
Jumlah pakan yang akan diberikan
setiap hari pada budidaya ikan
secara intensif sangat bergantung
pada faktor biotik dan faktor
lingkungan dimana ikan itu hidup.
Jumlah pakan yang akan diberikan
setiap hari ini juga ditentukan pada
perbandingan jumlah pakan yang
akan diberikan. Pada suatu usaha
budidaya ikan dimana terdapat
beberapa fase kegiatan budidaya
sehingga pakan yang akan diberikan
pada setiap fase akan berbeda.
Berdasarkan jumlah pakan yang
harus diberikan dalam suatu usaha
budidaya dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu :
1. Pemberian
pakan
secara
berlebihan (excess)
Pemberian
pakan
secara
berlebihan atau biasa disebut ad
libitum merupakan salah satu
cara pemberian pakan yang
biasa diberikan pada fase
pemberian pakan untuk larva
ikan sampai ukuran benih ikan
pada suatu hatchery. Pada stadia
tersebut tingkat konsumsi pakan
masih tinggi hal ini berkaitan
dengan
kapasitas
tampung
lambung larva atau benih ikan
masih sangat terbatas, struktur
alat pencernaan yang masih
belum sempurna dan ukuran
bukaan mulut larva yang masih
sangat kecil, sehingga dengan
memberikan
pakan
dengan
sekenyangnya atau ad libitum
dimana pakan selalu tersedia
dalam
jumlah
yang
tidak
dibatasai maka larva atau benih
ikan ini dapat makan kapanpun
juga sesuai dengan keinginan
ikan. Tetapi pemberian pakan
secara berlebihan pada fase
setelah larva atau nebih akan
membawa
dampak
yang
merugikan bagi sistem perairan
dalam suatu usaha budidaya.
Dimana
pakan
ikan
yang
berlebihan akan berpengaruh
langsung terhadap organisme
akuatik (ikan) yang hidup dalam
318
wadah budidaya dan kondisi
lingkungan budidaya tersebut.
Pakan ikan yang berlebihan tidak
akan dimakan oleh ikan dan akan
terjadi penumpukan pakan pada
wadah
budidaya
di
dasar
perairan. Penumpukan pakan
ikan didasar budidaya akan
tercampur dengan hasil buangan
ikan seperti feses, urine yang
nantinya akan menghasilkan
bahan-bahan
toksik
seperti
amoniak, H2S dan sebagainya
yang dihasilkan dari perombakan
bahan-bahan
organiktersebut.
Kandungan toksik yang tinggi
dalam wadah budidaya akan
menyebabkan aktivitas ikan dan
terganggu. Oleh karena itu
manajemen pemberian pakan
pada ikan harus dilakukan
dengan
benar
disesuaikan
dengan melihat jenis dan umur
ikan, lingkungan perairan serta
teknik budidaya yang digunakan.
Pemberian pakan secara ad
libitum dengan menggunakan
pakan buatan akan memberikan
dampak
negatif
karena
mengakibatkan
meningkatnya
biaya produksi.
2. Pemberian pakan sekenyangnya
(satiation)
Pada sistem pemberian pakan
seknyangnya adalah suatu usaha
para pembudidaya ikan untuk
melakukan pemberian pakan
pada ikan yang dibudidayakan
dalam jumlah yang maksimal. Hal
ini dapat dilakukan pada ikan
budidaya
yang
benar-benar
sudah diketahui daya tampung
lambungnya secara maksimal
dalam setiap pemberian pakan,
sehingga pakan ikan yang
diberikan semuanya dikonsumsi
oleh
ikan.
Tetapi
dalam
kenyataannya sangat sulit bagi
para
pembudidaya
untuk
menerapkan sistem pemberian
pakan
ini
karena
untuk
menghindari
pakan
yang
terbuang itu sangat sulit. Oleh
karena itu dalam pemberian
pakan secara maksimal akan
mudah diterapkan jika ikan yang
dibudidayakan sudah terbiasa
dengan jumlah pemberian pakan
tersebut setiap hari berdasarkan
pengalaman di lapangan.
3. Pemberian pakan yang dibatasi
(restricted)
Pemberian pakan tipe ini adalah
pemberian pakan buatan yang
biasa dilakukan dalam suatu
usaha budidaya ikan dimana
para pembudidaya melakukan
pembatasan jumlah pakan yang
diberikan setiap hari. Jumlah
pakan yang aka diberikan setiap
hari ini dibatasi berdasarkan hasil
suatu penelitian dengan jumlah
pakan tertentu akan diperoleh
pertumbuhan ikan yang optimal.
Pemberian
pakan
dalam
budidaya ikan secara intensif
biasanya jumlah pakan yang
diberikan dibatasi jumlahnya
berdasarkan hasil penelitian dan
pengalaman
dilapangan.
Berdasarkan pengalaman petani
ikan mas di Jawa Barat dalam
melakukan
manajemen
pemberian pakan dapat dilihat
pada Tabel 6.3.
319
Tabel 6.3. Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan mas
Stadia
ikan
Umur
ikan
Ukuran
ikan
Bobot ikan
Larva
1-4 hr
0,5-0,6 mm
0,18-20 mg
Kebul
5 hr
1 cm
15-20 mg
Burayak
5-10 hr
1-3 cm
Putihan
10-15 hr
Benih
Induk
Jenis
pakan
Dosis
pakan
Feeding
frekuensi
Adlibitum
-
Adlibitum
-
0,1-0,5 g
Kuning
telur
Pakan
alami &
Emulsi
Emulsi
1 g/1000
2 g/1000
6 - 8 kali
6 – 8 kali
3-5cm
0,5-2,5 g
Emulsi
3 g/1000
6 -8 kali
3 bl
8-12 cm
100 g
6 bl
> 12 cm
0,5 kg
Remah
Pellet
Pellet
4% biomas
3% biomas
3% biomas
Dalam membuat skedul pemberian
pakan ikan mas ini dibuat suatu
asumsi berdasarkan stadia dan
ukuran ikan. Frekuensi pemberian
pakan pada suatu usaha budidaya
ikan mas harus disesuaikan dengan
kebutuhan pakan berdasarkan stadia
ikan mas itu sendiri. Skedul
pemberian pakan ikan mas ini
tidaklah mutlak seperti tabel di atas
harus disesuaikan dengan kondisi
lahan dimana ikan mas tersebut
dibudidayakan. Hal ini dikembalikan
kepada sifat alamiah ikan yang mulai
dari larva yang baru menetas dengan
sumber pakannya masih disediakna
oleh kantung kuning telur, sehingga
pada stadia ini larva tidak perlu diberi
pakan tambahan, kecuali untuk paka
alami dimana proses penyiapannya
sudah dilakukan pada saat persiapan
kolam mulai dari pengeringan dasar
kolam, pengapuran dan pemupukan.
Setelah kantung kuning telur habis
maka
larva
akan
mulai
mengkonsumsi pakan alami yang
tumbuh di kolam, baik dari jenis
phytoplankton maupun zooplankton
dengan ukuran pakan alami yang
dikonsumsi disesuaikan dengan
bukaan mulut larva dan setelah
5 kali
4 kali
3 kali
beberapa hari kemudian larva siap
dipindah ke kolam pendederan. Jenis
pakan yang diberikan pada stadia
kebul adalah pakan alami yang
tumbuh di kolam ditambah dengan
emulsi kuning telur dengan jumlah
pakannya 1 gram kuning telur untuk
1000 ekor kebul dan diberikan
sebanyak 6 – 8 kali dalam sehari.
Pada stadia burayak ukuran sudah
mulai bertambah sehingga jumlah
emulsi
pakannya
ditingkatkan
menjadi 2 gram untuk 1000 ekor
kebul dengan frekuensi pemberian
pakan 6 – 8 kali sehari. Pada stadia
putihan menjadi 3 gram untuk 1000
ekor , sedangkan pada tahap benih
mencapai ukuran gelondongan atau
ukuran 3 bulan pakan nya berubah
menggunakan pakan buatan di muali
dari bentuk remahan kemudian pellet
berukuran 2 mm dengan jumlah
pakan remahan sebanyak 4% dari
total biomas sedangkan untuk pakan
pellet 2 mm jumlah pakan yang
diberikan 3% dari biomas. Frekuensi
pemberian pakan untuk pakan
remahan adalah 5 kali sehari pada
minggu pertama sedangkan pada
minggu selanjutnya diberikan pakan
buatan bentuk pellet 2 mm sebanyak
320
4 kali sehari. Hal ini dilakukan karena
pada stadia ini ikan mas sangat
rakus memakan makanannya dan
sifat alami ikan mas sebagai
pemakan segala/omnivora akan
muncul. Aktifitas makan ikan mas
akan meningkat pada siang hari
karena ikan mas termasuk jenis ikan
diurnal. Oleh karena itu dalam
pemeliharaan dikolam juga diberikan
pakan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan ikan mas terhadap pakan
alami. Pada tahap calon induk
samapi akan menjadi induk ikan mas
yang
dipelihara
mempunyai
pertumbuhan yang sudah lebih
lambat sehingga jumlah pakan yang
diberikan berkurang menjadi 3% dari
biomas dengan frekuensi pemberian
pakan sebanyak 3 kali sehari. Pada
stadia
ini
ikan
sudah
akan
mengalami pertumbuhan gonadik
sehingga pakan yang diberikan
harus memiliki kandungan gizi yang
lengkap untuk mempercepat tingkat
kematangan
gonad.
Dengan
demikian
jumlah
pakan
yang
diberikan
selama
pemeliharaan
dibatasi
sehingga
pertumbuhan
mencapai optimal.
Selain
itu
dalam
melakukan
pengelolaan pemberian pakan pada
udang yang telah dilakukukan oleh
Akiyama dalam Goddart (1996)
merupakan salah satu komoditas
organisma air yang mempunyai
kebiasaan makan pada malam hari
dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Skedul pemberian pakan pada udang
Tipe pakan
Starter
Grower
Finisher
Feeding Time
Berat udang
<3g
3-15 g
> 15 g
06.00
10.00
14.00
18.00
22.00
30%
20%
20%
15%
15%
35%
15%
15%
30%
30%
35%
20%
20%
Pada tabel diatas memperlihatkan
bahwa pakan udang yang diberikan
bervariasi pada setiap stadia udang
dan waktu pemberian pakannya
disesuaikan
dengan
kebiasaan
udang yang mempunyai aktivitas
makannya meningkat pada hari
gelap sehingga menjelang sore
jumlah
pakan
relatif
lebih
banyak.Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan
Tabel
6.5,
yang
memperlihatkan jumlah pemberian
pakan dari larva samapi ukuran siap
panen semakin berkurang.
321
Tabel 6.5. Jumlah pakan harian pada udang dengan kelangsungan hidup 80%
Berat udang (gram)
< 10 hari
10 – 20 hari
20 – 30 hari
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Biomas
(kg)
240
320
400
480
560
640
720
800
880
960
1040
1120
1200
1280
1360
1440
1520
1600
1680
1760
1840
1920
2000
2080
2160
2240
2320
2400
2480
2560
2640
2720
2800
Pada beberapa negara yang sudah
maju jika akan memberikan pakan
pada suatu usaha budidaya ikan
menggunakan beberapa alat yang
dapat membantu proses pemberian
Feed Rate
(%)
5,7
5,4
5,1
4,8
4,6
4,4
4,21
4,0
3,9
3,7
3,6
3,5
3,3
3,2
3,1
2,9
2,8
2,7
2,6
2,6
2,5
2,4
2,3
2,3
2,2
2,2
2,1
2,1
2,1
2,1
2,1
2,1
2,0
Jumlah pakan
harian (kg)
4
8
12
14
17
20
23
26
28
30
32
34
36
37
39
40
41
42
42
43
43
44
45
46
46
46
48
48
49
49
50
52
54
55
56
57
pakan. Berdasarkan peralatan yang
digunakan
dalam
melakukan
pemberian pakan pada usaha
budidaya ikan, ada beberapa metode
322
pemberian pakan
dilakukan yaitu :
yang
dapat
1. Pemberian pakan dengan tangan
Pemberian pakan dengan cara
metode pemberian pakannya
menggunakan tangan (disebar).
Metode
pemberian
pakan
dengan tangan ini biasanya
disesuaikan dengan stadia dan
umur ikan yang dibudidayakan
Gambar 6.18.
Metode pemberian pakan
dengan demand feeder
3. Pemberian pakan di Hatchery
Gambar 6.17.
Metode pemberian pakan
dengan tangan
2. Pemberian
mekanik
pakan
secara
Pemberian pakan dengan cara
menggunakan alat bantu pakan
yang digerakkan oleh tenaga
mekanik, seperti demand feeder
dan automatically feeder yang
biasa digunakan pada budidaya
ikan di kolam air deras.
Pada beberapa unit hatchery
ikan air laut atau ikan air tawar
biasanya dibutuhkan suatu alat
bantu untuk memudahkan proses
pemberian pakan. Pada stadia
larva ikan merupakan fase kritis
dimana pada fase tersebut
dibutuhkan pakan yang tepat
jenis, ukuran dan jumlah dimana
yang dimasukkan kedalam pipapipa adalah pakan alami yang
telah dibuat sedemikian rupa
sehingga pipa yang berisi pakan
alami ini masuk kedalam wadah
pemeliharaan secara otomatis.
Selain itu yang perlu diperhatikan
dalam
melakukan
pengelolaan
pemberian pakan adalah melakukan
pencatatan pemberian pakan yang
biasa disebut dengan Feeding
record. Dengan membuat suatu
catatan tentang pemberian pakan
pada setiap kolam budidaya akan
memudahkan
untuk
memantau
perkembangan
setiap
kolam
budidaya.
Adapun
data
yang
323
sebaiknya dicatat pada setiap kolam
dalam manjemen pemberian pakan
adalah :
1. Berat rata-rata ikan yang ditebar
pada waktu tertentu (W) dalam
gram
2. Jumlah ikan yang ditebar dalam
satu kolam (N)
3. Perkiraan
kelangsungan
hidup/sintasan selama periode
waktu pemeliharaan (SR) dalam
%
4. Jumlah pakan yang diberikan
setiap hari (FR) dalam %
5. Jumlah pakan harian yang
diberikan pada setiap kolam
(DFA)
Nilai DFA dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai
berikut :
DFA = W X N X SR X FR
Misalnya dalam suatu kolam
budidaya jumlah ikan yang
ditebar adalah 50.000 ekor,
dengan berat rata-rata ikan pada
waktu tebar adalah 5 g, dengan
perkiraan kelangsungan hidup
adalah 90% dan jumlah pakan
harian adalah 8%, maka jumlah
pakan
harian
yang
harus
diberikan pada setiap kolam
adalah :
5 X 50.000 X 0,9 X
0,08 = 18 kg perhari
6. Jumlah
pakan
selama
pemeliharaan
Dari contoh diatas maka jumlah
pakan yang dibutuhkan selama
pemeliharaan 15 hari adalah 18
kg/hari X 15 hari = 270 kg
7. Frekuensi pemberian pakan dan
waktu pemberian pakan
Dalam contoh diatas jumlah
pakan perhari adalah 18 kg,
pakan tersebut akan diberikan
kepada larva ikan sebanyak 4
kali pada waktu pukul 06.00,
10.00, 14.00 dan 19.00. Maka
jumlah
pakan
setiap
kali
pemberian adalah 18 kg : 4 = 4,5
kg.
Dengan melakukan pencatatan maka
akan jumlah pakan yang dihabiskan
selama kegiatan budidaya dan dapat
diprediksi hasil produksi dengan
memperkirakan nilai konversi pakan
dan efisiensi pakan dari kegiatan
selama budidaya ikan.
6.6
PAKAN DAN
KUALITAS AIR
Pakan yang diberikan kepada ikan
sebagai organisme air akan selalu
berhubungan dengan air sebagai
media budidaya ikan. Pada budidaya
ikan secara intensif penggunaan
pakan buatan sangat mendominasi
biaya produksi. Seperti kita ketahui
pakan ikan yang diberikan selama
kegiatan budidaya tidak seratus
persen dikonsumsi oleh ikan. Jika
konversi pakan pada ikan mas
mencapai 1,5 berarti dalam 1,5
kilogram pakan akan memberikan
konstribusi
penambahan
berat
daging ikan sebanyak 1 kilogram.
Hal ini berarti pakan yang diolah
menjadi daging tidak seratus persen
ada bagian dari pakan yang
digunakan sebagai energi untuk
feses dan lainnya. Menurut Calow
(1986) dalam Harris (2005) energi
pakan yang dimakan ikan (C) sama
dengan produksi daging ikan (P) +
energi metabolisme (R) + energi
urine (U) dan energi feses (F) atau
324
dengan rumus ditulis sebagai berikut:
C = P + R + U + F. Berapa banyak
pakan yang dikonsumsi (C) akan
menjadi daging tergantung dari
berapa banyak yang terbuang
sebagai limbah feses dan sisa
metabolisme berupa urin, amoniak,
karbondioksida, air dan hidrogen
sulfida. Seberapa banyak pakan
akan menjadi feses tergantung pada
seberapa sesuai komponen pakan
dengan kemampuan enzimatik di
saluran pencernaan ikan (daya
cerna).
Pakan
yang
dicerna
selanjutnya diabsorbsi ke dalam
darah dan seberapa banyak pakan
yang diabsorbsi akan menjadi daging
ikan bergantung pada pola asam
amino, asamlemak, keseimbangan
energi antar nutrien, vitamin, mineral
dan lain-lain. Kalau dilihat dari sisi
praktis, pakan yang diberikan (P) =
pakan yang dikonsumsi (C) + pakan
yang tidak termakan (PT). Untuk ikan
bagian yang tidak termakan ini bisa 0
– 10%, sementara untuk udang
dapat mencapai 15% (Goddard,
1996). Perbedaan itu terjadi karena
ikan makannya jauh lebih cepat
daripada udang, ransum udang
biasanya habis dimakan selama 0,5–
2 jam dan selama proses tersebut
terjadi pencucian pakan (leaching).
Dalam budidaya ikan secara intensif
dimana 40 – 70% komponen biaya
produksi adalah pakan ikan maka
efisiensi pakan atau konversi pakan
sangat penting diperhatikan. Dari
sekian
banyak
pakan
yang
dikonsumsi oleh ikan maka akan
banyak terjadi pelepasan bahan
organik dan anorganik yang berasal
dari pakan yang akan mempengaruhi
kualitas air dalam wadah budidaya.
Oleh karena itu antara pemberian
pakan dengan kualitas air di dalam
budidaya ikan secara intensif sangat
komplek. Ada beberapa parameter
kualitas
air
yang
sangat
mempengaruhi
aktivitas
makan,
metabolisme dan pertumbuhan ikan
diantaranya adalah suhu air dan
tingkat kelarutan oksigen. Pakan
yang diberikan dalam budidaya ikan
intensif akan dikonsumsi oleh ikan
dan
ikan
akan
mengeluarkan
buangan berupa limbah organik dan
organik kedalam wadah budidaya.
Salah satu limbah nitrogen yang
sebagian besar berupa amoniak
terlarut dan feses merupakan bahan
yang akan banyak dibuang kedalam
peraiaran. Amoniak dikeluarkan oleh
ikan melalui insang, urine dan feses.
Amoniak
dapat
mempengaruhi
secara langsung pada ikan budidaya
sedangkan bahan limbah lainnya
seperti phosphor dan nitrogen dalam
bentuk lainnya secara tidak langsung
akan mempengaruhi ikan juga.
Karena amoniak dalam bentuk belum
terionisasi sangat berbahaya bagi
ikan,
sedngkan
feses
yang
dikeluarkan oleh ikan lama kelamaan
akan menjadi bahan tersuspensi
ataupun terendap dalam sistem
perairan.
Pada kolam air mengalir dengan
pergantian air yang memadai maka
kandungan amoniak dan feses yang
terndap dalam wadah budidaya bisa
terbuang keluar tetapi pada kolam
pemeliharaan ikan dengan sistem air
yang tidak mengalir maka semua
amoniak dan feses yang dikeluarkan
oleh ikan akan tetap mengendap di
dalam wadah budidaya yang dapat
mengakibatkan racun bagi ikan yang
dibudidayakan. Jika kolam dalam
kondisi optimal maka amoniak dan
325
racun lainnya masih dapat dinetralisir
dan
akan
diubah
menjadi
mikronutrien untuk pertumbuhan
pakan alami dikolam budidaya.
Tetapi jika kesuburan perairan
menjadi meningkat maka hal ini juga
akan membahayakan organisma air
lainnya karena
dengan adanya
blooming
phytoplankton
dapat
membahayakan bagi ikan. Oleh
karena
itu
keterkaitan
antara
pemberian pakan dengan kualitas air
sangat penting diperhatikan dalam
budidaya ikan secara intensif.
Parameter yang akan dibahas dalam
hal ini adalah suhu dan oksigen.
Suhu
Setiap ikan mempunyai kemampuan
untuk
beradaptasi
terhadap
perubahan suhu karena sifat ikan
yang poikilothermal yaitu mampu
beradaptasi dengan perubahan suhu
lingkungan dengan suhu tubuhnya.
Tetapi
setiap
jenis
ikan
ini
Tabel 6.6.
mempunyai toleransi yang optimal
terhadap suhu untuk dapat tumbuh
dan
berkembang. Berdasarkan
perubahan suhu ikan yang hidup
didaerah panas mempunyai aktivitas
makan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan ikan yang
hidup didaerah dingin. Oleh karena
itu pada suhu air yang tinggi nafsu
makan ikan akan meningkat dan
metabolisme didalam tubuh ikan
akan meningkat dan pertumbuhan
ikan akan meningkat pula. Kaitan
antara
suhu
perairan
dan
pertumbuhan ikan telah dilakukan
penelitian oleh Elliot (1981) dalam
Goddard (1996) pada ikan mas
(Cyprinus carpio) dan brown trout
(Salmo trutta) pada gambar dibawah
ini dan tabel 6.6.
Gambar Kebutuhan suhu pada ikan
mas dan ikan brown trout
Kisaran suhu optimum untuk beberapa ikan
budidaya (Goddard, 1996)
Jenis ikan
Rainbow trout
Atlantic salmon
Common carp
Channel catfish
European eel
Japanese eel
African catfish
Tilapia
Giant tiger shrimp
Giant freshwater prawn
Dari tabel diatas diketahui bahwa
setiap
jenis
ikan
mempunyai
kebutuhan terhadap suhu yang
Suhu optimal untuk
pertumbuhan (oC)
12 – 18
12 – 17
23 – 25
28 – 30
18 – 21,5
23 – 30
25 – 27,5
25 – 30
28 – 33
25 - 30
berbeda, dimana pada setiap jenis
ikan mempunyai kebutuhan suhu
optimum yang berbeda. Pada suhu
326
lingkungan
yang
optimal
dimungkinkan
juga
ikan
akan
mengalami
pertumbuhan
yang
optimal.
Oleh karena itu dalam
proses pemeliharaan ikan agar
pakan yang diberikan dikonsumsi
oleh ikan secara optimal karena
aktivitas makannya meningkat perlu
dibuat suatu lingkungan budidaya
yang mempunyai suhu optimal.
kecukupan oksigen yang terlarut
dalam wadah budidaya maka
kebutuhan ikan akan oksigen untuk
proses metabolisme akan terpenuhi.
Hal ini akan sangat menguntungkan
dalam proses pemberian pakan
karena pakan yang dicerna oleh ikan
akan termetabolisme dengan baik
sehingga akan diperoleh energi yang
akan dibutuhkan untuk tumbuh dan
berkembang.
Oksigen terlarut
Dalam bab 2 kita telah bahas secara
detail tentang oksigen terlarut dalam
wadah budidaya ikan . Pada bab ini
akan
dibahas
kaitan
antara
kandungan oksigen terlarut dengan
proses
pemberian
pakan.
Kandungan oksigen terlarut dalam
suatu wadah budidaya sangat
berpengaruh
terhadap
aktivitas
pemberian pakan, metabolisme,
pertumbuhan , tipe dan jumlah pakan
yang akan diberikan. Kandungan
oksigen terlarut dalam wadah
budidaya ikan minimal adalah 5 ppm.
Semakin tinggi kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya dapat
meningkatkan nafsu makan ikan,
akibatnya ikan akan lebih cepat
tumbuh dan efisiensi makanan akan
meningkat.
Ikan
sebagi
organisme
air
membutuhkan
energi
untuk
bergerak, mencari dan mencerna
makanan,
untuk
tumbuh
dan
merawat fungsi tubuhnya. Energi
yang disimpan didalam tubuh ikan
diperoleh dari proses metabolisme.
Dalam proses metabolisme ini
dibutuhkan oksigen, oleh karena itu
ketersediaan oksigen terlarut dalam
wadah
budidaya
ikan
mutlak
diperlukan,
dengan
adanya
Rata-rata konsumsi oksigen pada
organisme air sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya
adalah berat tubuh, suhu air dan
tingkat aktivitas ikan. Pada umumnya
ikan
yang
berukuran
besar
mengkonsumsi oksigen lebih banyak
perjamnya daripada ikan yang
berukuran kecil. Tetapi jika dihitung
perberat tubuh ikan yang lebih kecil
mengkonsumsi oksigen yang lebih
banyak
daripada
ikan
yang
berukuran besar. Pada suhu yang
tinggi dan aktivitas ikan yang tinggi,
ikan akan membutuhkan oksigen
lebih banyak daripada suhu yang
rendah dan pada saat ikan
beristirahat.
Ikan
yang
hidup
didaerah tropis biasanya dapat hidup
pada
kondisi
perairan
yang
kandungan
oksigennya
rendah
seperti ikan nila yang masih dapat
hidup pada kondisi oksigen terlarut 3
ppm dibandingkan dengan ikan
salmon yang hanya dapat hidup jika
perairan
mengandung
oksigen
terlarut berkisar antara 5 – 6 ppm.
Ikan melakukan pertukaran oksigen
melalui sistem pernafasannya yaitu
di insang khususnya lamella insang.
Oksigen
diserap
maka
karbondioksida
dilepaskan.
Perpindahan gas ini dilakukan
secara difusi melewati membran tipis
327
lamella yang memisahkan sistem
perputaran darah dari air selama
melewati insang. Kandungan oksigen
dalam darah bergantung pada
beberapa faktor dinatranya adalah
tekanan
partial
oksigen
dan
karbondioksida di dalam air, pH,
suhu dan tingkat aktivitas makan
ikan. Kandungan oksigen yang
rendah
dapat
menyebabkan
mortalitas
dan
lambatnya
pertumbuhan ikan atau udang di
dalam wadah budidaya.
oksigen terlarut dalam wadah
budidaya
ikan
dapat
dibuat
pengaturan tentang jumlah pakan
yang diberikan setiap hari dan waktu
yang
tepat
alam
melakukan
pemberian pakan serta berapa kali
dalam sehari diperlukan pemberian
pakan tersebut.
Selama dalam pemeliharaan ikan
yang
dibudidayakan
selalu
melakukan aktivitas makan. Selama
proses pemberian pakan maka
aktivitas makan ikan akan meningkat
dan kebutuhan ikan akan oksigen
akan meningkat dan akan menurun
kembali jika ikan tidak melakukan
aktivitas makan. Pada suhu air yang
meningkat
tinggi
biasanya
kandungan oksigen terlarut akan
didalam wadah bididaya menurun
tetapi kebutuhan ikan akan oksigen
terlarut meningkat karena nafsu
makan ikan meningkat dan proses
metabolisme didalam tubuh akan
meningkat, oleh karena itu ikan akan
mempertahankan kebutuhannya jika
tidak ikan akan mati. Hal ini sangat
perlu diperhatikan agar dalam proses
pemberian
pakan
pada
suhu
perairan
yang
sedang
tinggi
sebaiknya
dikurangi
untuk
meminimalkan
oksigen
yang
dibutuhkan
untuk
proses
metabolisme.
Pemantauan kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan
sangat diperlukan dalam melakukan
manajemen
pemberian
pakan.
Dengan mengetahui kandungan
328
BAB VII.
7.1. JENIS-JENIS PAKAN
ALAMI
Apakah pakan alami itu? Sebelum
membicarakan tentang pakan alami
perlu dipahami arti katanya. Pakan
merupakan
peristilahan
yang
digunakan dalam dunia perikanan
yang mempunyai arti makanan.
Sedangkan alami menurut arti
katanya adalah sesuatu yang berasal
dari alam. Oleh karena itu pakan
alami adalah pakan yang dikonsumsi
oleh organisme yang berasal dari
alam.
Pakan alami merupakan salah satu
jenis pakan ikan hias dan ikan
konsumsi air tawar, payau dan laut.
Pakan alami adalah pakan yang
disediakan secara alami dari alam
dan ketersediaannya dapat di
budidayakan
oleh
manusia,
sedangkan pakan buatan adalah
pakan yang hanya dibuat oleh
manusia
dengan
menggunakan
beberapa bahan baku dan formulasi
pakannya
disesuaikan
dengan
kebutuhan ikan.
TEKNOLOGI PRODUKSI
PAKAN ALAMI
Dalam bab ini akan dibicarakan
tentang
pakan
alami
yang
merupakan makanan yang sangat
disukai oleh ikan hias dan ikan
konsumsi. Pakan alami dapat
diperoleh dengan melakukan usaha
budidaya. Usaha budidaya pakan
alami ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar yaitu : penyediaan
pakan alami yang selektif dan
penyediaan pakan alami secara
nonselektif seperti pemupukan di
lahan perairan. Penyediaan pakan
alami
secara
selektif
adalah
melakukan budidaya pakan alami ini
secara terpisah dengan wadah
budidaya ikan, sedangkan budidaya
pakan alami secara nonselekstif
adalah melakukan budidaya pakan
alami bergabung dengan ikan yang
akan dibudidayakan dimana kegiatan
tersebut
dilakukan
pada
saat
dilakukan persiapan kolam untuk
budidaya.
Agar dapat membudidayakan pakan
alami maka harus dikuasai teknik
budidayanya yang didasarkan pada
pengetahuan aspek biologi dan
kimianya yang mencakup: morfologi,
tahapan
stadia
329
perkembangbiakkannya, daur hidup
dan habitat, kecepatan dan tingkat
pertumbuhan, kebiasaan dan cara
makan atau unsur hara yang
dibutuhkan
untuk
hidup
dan
pertumbuhan serta nilai gizi pakan
alami.
Pakan alami sangat cocok untuk
benih ikan/udang dan ikan hias
karena pakan alami sangat mudah
dicerna
didalam
tubuh
benih
ikan/udang dan ikan hias. Selain itu
nilai gizi pakan alami sangat lengkap
dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak
menyebabkan penurunan kualitas air
pada
wadah
budidaya
ikan,
meningkatkan daya tahan tubuh
benih ikan terhadap penyakit dan
perubahan kualitas air, mudah
ditangkap karena pergerakan pakan
alami tidak begitu aktif dan
berukuran kecil sesuai dengan
bukaan mulut larva.
Pakan
alami
yang
dapat
dibudidayakan dan banyak terdapat
dialam dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu phytoplankton, zooplankton
dan benthos. Phytoplankton adalah
organisme air yang melayang-layang
mengikuti pergerakan air dan berupa
jasad nabati. Dalam siklus hidupnya
phytoplankton melakukan proses
fotosintesa dan berukuran kecil yaitu
terdiri dari satu sel atau beberapa
sel. Bentuk phytoplankton antara
lain: oval, bulat dan seperti benang.
Phytoplankton yang hidup di dalam
perairan ini akan memberikan warna
yang khas pada perairan tersebut
seperti berwarna hijau, biru atau
coklat. Hal ini dikarenakan didalam
tubuh phytoplankton terdapat zat
warna atau pigmen. Zat warna atau
pigmen ini dapat diklasifikasikan
yaitu :
1. Warna biru (Fikosianin)
2. Warna hijau (Klorofil)
3. Warna pirang (Fikosantin)
4. Warna merah (Fikoeritrin)
5. Warna kuning (Xantofil)
6. Warna keemasan (Karoten)
Berdasarkan zat warna yang
oleh alga ini, maka alga
dikelompokkan menjadi :
1. Alga
Hijau
Chlorophyceae)
2. Alga
Coklat
Bacillariophyceae/kelas
Phaephyceae)
3. Alga
Keemasan
Chrysophyceae)
4. Alga
Merah
Rhodophyceae)
5. Alga Hijau Kebiruan
Cyanophyceae)
dimiliki
dapat
(Kelas
(Kelas
(Kelas
(Kelas
(Kelas
Beberapa jenis phytoplankton yang
sudah dapat dibudidayakan dan
dikonsumsi oleh ikan/udang/ikan hias
antara lain adalah :
1. Kelas Chlorophyceae, mempunyai ciri-ciri :
• Bersel tunggal tidak bergerak,
misalnya
Chlorococcum,
Chlorella.
• Bersel
tunggal
dapat
bergerak,
misalnya
Chlamydomonas,
Euglena,
Tetraselmis.
• Bentuk koloni dapat bergerak,
misalnya
Volvox,
Scenedesmus.
• Bentuk koloni yang tidak
bergerak,
misalnya
Hydrodictyon reticulatum
• Bentuk benang, misalnya
Spyrogyra, Oedogonium
330
•
Bentuk lembaran, misalnya,
Ulva, Chara
Selain itu ciri-ciri umum yang
dimiliki dari alga hijau ini adalah:
• Berwarna
hijau
rumput
karena mengandung khlorofil
• Mempunyai
empat
bulu
cambuk.
• Reproduksi sel terjadi secara
vegetatif
aseksual
dan
seksual
2. Kelas Bacillariophyceae mempunyai ciri-ciri :
• Berwarna
coklat
karena
mengandung silikat
• Berbentuk seperti cawan petri
•
Reproduksi
secara
pembelahan sel
• Bersel tunggal, misalnya
Chaetoceros calcitran dan
Skeletonema costatum
3. Kelas Cyanophyceae, mempunyai ciri-ciri :
ƒ Berwarna
hijau
kebiruan
karena mengandung klorofil
dan pigmen kebiru-biruan
yaitu phycocyanin
ƒ Berbentuk
benang
yang
melingkar
seperti
spiral,
misalnya Spirulina.
Beberapa
aspek
biologi
dari
phytoplankton yang sudah dapat
dibudidayakan secara massal antara
lain adalah :
1. Aspek biologi Chlorella sp. :
• Alga sel tunggal
• Bentuknya bulat atau bulat
telur
• Mempunyai khloroplas seperti
cawan, dindingnya keras,
•
•
padat dan garis tengahnya 5
mikron.
Perkembangbiakan
terjadi
secara
aseksual,
yaitu
dengan pembelahan sel atau
pemisahan autospora dari sel
induknya.
Habitatnya adalah tempattempat yang basah dan
medianya
mengandung
cukup unsur hara seperti N,
P, K dan unsur mikro lainnya
(karbon, nitrogen, fosfor,
sulfur dan lain-lain)
Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 7.1.
Gambar 7.1. Chlorella sp
2. Aspek biologi Tetraselmis sp.
• Alga
sel
tunggal
yang
bergerak aktif
• Mempunyai
empat
buah
flagella dan berukuran 7 – 12
mikron
• Mempunyai kloroplas
• Perkembangbiakan
secara
aseksual yaitu pembelahan
sel dan seksual yaitu dengan
331
•
bersatunya khloroplas dari
gamet jantan dan betina
Hidup di perairan pantai atau
laut dengan kisaran salinitas
27 – 37 permil.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 7.2.
Gambar 7.2. Tetraselmis sp
3. Aspek biologi Scenedesmus sp.
• Jenis alga yang berkoloni
• Mempunyai kloroplas pada
selnya
• Perkembangbiakkannya
dengan pembentukan koloni,
dari setiap sel induk dapat
membentuk sebuah koloni
awal yang membebaskan diri
melalui suatu pecahan pada
dinding sel induk.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.3.
Gambar 7.3. Scenedesmus sp
332
4. Aspek
biologi
Skeletonema
costatum
• Bersel tunggal, berukuran 4–
6 mikron
• Mempunyai bentuk seperti
kotak dengan sitoplasma
yang memenuhi sel dan tidak
memiliki alat gerak
• Perkembangbiakan
melalui
pembelahan sel
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.5.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.4.
Gambar 7.5. Spirulina, sp
Gambar 7.4. Skeletonema
costatum
5. Aspek biologi Spirulina sp.
• Alga
hijau
biru
yang
berbentuk spiral dan memiliki
dinding
sel
tipis
yang
mengandung murein
• Mempunyai
dua
macam
ukuran yaitu jenis kecil
berukuran 1–3 mikron dan
jenis besar berukuran 3–12
mikron
• Perkembangbiakan
terjadi
secara
aseksual
atau
pembelahan sel yaitu dengan
memutus filamen menjadi
satuan-satuan
sel
yang
membentuk filamen baru.
Jenis pakan alami yang kedua
adalah zooplankton yaitu organisma
air yang melayang-layang mengikuti
pergerakan air dan berupa jasad
hewani. Jenis zooplankton yang
biasa digunakan sebagai makanan
larva atau benih ikan/udang/ikan hias
dan sudah dapat dibudidayakan
secara massal adalah :
1. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
Ciri-cirinya antara lain adalah :
• Berwarna putih
• Tubuhnya berbentuk seperti
piala
dan
mempunyai
panjang 60 – 80 mikron
• Terlihat
koronanya
dan
terdapat bulu getar yang
bergerak aktif
• Perkembangbiakannya
dilakukan dengan dua cara
yaitu
secara
parthenogenesis dan seksual
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.6.
333
majemuk dan
thoracopoda
11
pasang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.7
Gambar 7.6. Brachionus sp
2. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
Ciri-cirinya antara lain adalah :
y Telurnya berwarna coklat
dengan diameter 200 – 300
mikron, sedangkan pada saat
dewasa berwarna kuning
cerah
y Perkembangbiakan dengan
dua
cara
yaitu
parthenogenesis
dan
biseksual
y Nauplius tubuhnya terdiri dari
tiga pasang anggota badan
yaitu antenula, antenna I
yang berfungsi sebagai alat
sensor dan antenna II yang
berfungsi sebagai alat gerak
atau penyaring makanan dan
rahang
bawah
belum
sempurna.
y Artemia dewasa berukuran 12 cm dengan sepasang mata
Gambar 7.7. Artemia salina
3. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan
Daphnia sp.
Ciri-cirinya antara lain adalah :
y Berwarna
merah
karena
mengandung haemoglobin
y Bergerak aktif
y Bentuk tubuh membulat untuk
moina dan lonjong untuk
daphnia
y Perkembangbiakannya
secara
sexual
dan
parthenogenesis
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.8 dan 7.9.
334
Gambar 7.8. Moina sp
4. Infusaria, yaitu Pharamecium sp.
Ciri-cirinya antara lain adalah :
• Bersel tunggal
• Berwarna putih
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.10.
Gambar 7.10. Paramecium
Jenis pakan alami yang ketiga yang
dapat diberikan kepada ikan hias,
larva dan benih ikan/udang/ikan hias
adalah benthos. Benthos adalah
organisma air yang hidupnya di
Gambar 7.9. Daphnia sp
dasar perairan. Benthos yang biasa
dimanfaatkan
dan
dapat
dibudidayakan sebagai makanan
ikan antara lain adalah cacing
rambut atau tubifex dan larva
Chironomus sp. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 7.11.
Gambar 7.11. Cacing rambut
(Tubifex sp)
Ciri-ciri benthos secara umum
antara lain adalah :
• Berwarna merah darah karena
banyak
mengandung
haemoglobin.
335
•
Berbentuk seperti benang yang
bersegmen-segmen.
Berdasarkan
media
tumbuhnya
pakan alami dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu pakan
alami air tawar dan pakan alami air
laut. Jenis pakan alami air tawar
yang sudah banyak dibudidayakan
antara lain adalah Moina, Daphnia,
Brachionus, Tubifex , sedangkan
jenis pakan alami air laut yang sudah
dibudidayakan adalah jenis-jenis
phytoplankton, Brachionus, Artemia
salina.
Dalam
membudidayakan
pakan
alami yang akan diberikan kepada
ikan hias dan ikan konsumsi dipilih
jenis pakan alami yang relatif mudah
dan mempunyai siklus hidup yang
singkat. Hal ini bermanfaat untuk
menyediakan pakan alami tersebut
secara kontinu.
7.2.1. Wadah dan peralatan
budidaya phytoplankton
Apakah wadah itu? Wadah adalah
tempat yang digunakan untuk
memelihara organisme air , dalam
hal ini adalah tempat yang digunakan
untuk
membudidayakan
phytoplakton. Ada beberapa jenis
wadah yang dapat digunakan untuk
membudidayakan
pytoplankton.
Pemilihan jenis wadah ini sangat
bergantung
kepada
jenis
phytoplankton dan sistem kulturnya.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan
untuk
budidaya
phytoplankton sangat bergantung
pada skala produksi. Tahap awal
dalam
membudidayakan
phytoplankton adalah melakukan
isolasi dan kultur murni, wadah yang
digunakan adalah erlemeyer/toples.
Pada bab ini akan diuraikan secara
detail tentang budidaya pakan alami
dari
kelompok
phytoplankton,
zooplankton dan benthos.
7.2. BUDIDAYA
PHYTOPLANKTON
Agar
dapat
membudidayakan
phytoplankton
harus
dilakukan
beberapa kegiatan yaitu :
1. Persiapan wadah dan peralatan
budidaya
2. Penyiapan media budidaya
3. Pemilihan
bibit
dan
menginokulasi bibit
4. Pemeliharaan pakan alami
5. Pemanenan
Gambar 7.12. Erlemeyer/toples
Sedangkan peralatannya adalah.
jarum ose, pipet kaca, tabung reaksi,
mikroskop.
336
Gambar 7.13. Cawan petri
Gambar 7.16. Tabung reaksi
Gambar 7.14. Jarum ose
Gambar 7.17. Mikroskop
Gambar 7.15. Pipet kaca
Pada tahap selanjutnya adalah tahap
semi massal dan massal, wadah
yang digunakan antara lain adalah
bak semen, tanki plastik, bak beton
dan bak fiber. Sedangkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan
budidaya phytoplankton secara semi
massal dan massal
antara lain
adalah aerator/blower selang aerasi,
batu aerasi, selang air, timbangan,
saringan
halus/seser,
ember,
gayung, gelas ukur kaca.
337
menggunakan blower. Peralatan
selang aerasi berfungsi untuk
menyalurkan oksigen dari tabung
oksigen kedalam wadah budidaya,
sedangkan batu aerasi digunakan
untuk menyebarkan oksigen yang
terdapat
dalam
selang
aerasi
keseluruh permukaan air yang
terdapat didalam wadah budidaya.
Gambar 7.18. Bak fiber
Gambar 7.19. Aerator
Untuk membedakan antara kultur
semi massal dan massal hanya dari
volume media yang dapat disimpan
didalam wadah tersebut. Oleh
karena itu ukuran dari wadah yang
akan digunakan sangat menentukan
kapasitas produksi dari pakan alami .
Peralatan yang digunakan untuk
budidaya phytoplankton mempunyai
fungsi yang berbeda-beda, misalnya
aerator digunakan untuk mensuplai
oksigen pada saat membudidayakan
pakan alami skala kecil dan
menengah, tetapi apabila sudah
dilakukan
budidaya
secara
massal/skala besar maka peralatan
yang digunakan untuk mensuplai
oksigen kedalam wadah budidaya
Selang
air
digunakan
untuk
memasukkan air bersih dari tempat
penampungan air kedalam wadah
budidaya. Peralatan ini digunakan
juga untuk mengeluarkan kotoran
dan air pada saat dilakukan
pemeliharaan.
Dengan
menggunakan selang air akan
memudahkan dalam melakukan
penyiapan
wadah
sebelum
digunakan untuk budidaya. Peralatan
lainnya yang diperlukan dalam
membudidayakan
phytoplankton
adalah timbangan, timbangan yang
digunakan boleh berbagai macam
bentuk dan skala digitalnya, karena
fungsi
utama
alat
ini
untuk
menimbang bahan yang akan
digunakan dalam membudidayakan
phytoplankton.
Phytoplankton
yang
dipelihara
didalam wadah pemeliharaan akan
tumbuh dan berkembang oleh
karena itu harus dipantau kepadatan
populasinya didalam wadah. Alat
yang digunakan adalah gelas ukur
kaca yang berfungsi untuk melihat
kepadatan populasi phytoplankton
yang dibudidayakan didalam wadah
pemeliharaan, mikroskop lengkap
dengan
haemocytometer
untuk
menghitung
kepadatan
phytoplankton
didalam
wadah
budidaya. Selain itu diperlukan juga
plakton net atau saringan halus pada
338
saat akan melakukan pemanenan
phytoplankton.
7.2.2. Penyiapan media budidaya
phytoplankton
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
phytoplankton
diidentifikasi
dan
dijelaskan fungsi dan cara kerjanya ,
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan
terhadap
wadah tersebut. Langkah pertama
adalah peralatan dan wadah yang
akan digunakan ditentukan sesuai
dengan
skala
produksi
dan
kebutuhan. Peralatan dan wadah
disiapkan untuk digunakan dalam
budidaya phytoplankton. Wadah
yang akan digunakan dibersihkan
dengan menggunakan sikat dan
diberikan
desinfektan
untuk
menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroorganisme yang lain.
Untuk wadah dan peralatan budidaya
skala laboratorium harus dilakukan
pensucihamaan dilakukan sterilisasi
dengan alat autoclave atau dengan
larutan chlorin. Wadah yang telah
dibersihkan selanjutnya dapat diari
dengan air bersih.
Bagaimanakah anda melakukan
penyiapan media kultur yang akan
digunakan untuk membudidayakan
phytoplankton secara terkontrol ?
Apakah media kultur itu? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut mari
kita diskusikan dan pelajari bab pada
buku ini atau mencari referensi lain
dari
internet
,
majalah
dan
sebagainya.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
phytoplankton. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi
oksigen
dengan
menggunakan
aerator dan batu aerasi yang
disambungkan
dengan
selang
aerasi. Aerasi ini dapat digunakan
pula untuk menetralkan chlor atau
menghilangkan
karbondioksida
didalam air.
Media adalah bahan atau zat
sebagai tempat hidup pakan alami.
Kultur adalah kata lain dari budidaya
yang merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan
organisme. Jadi
media kultur adalah bahan yang
digunakan oleh suatu organisme
sebagai tempat hidupnya selama
proses pemeliharaan. Dalam hal ini
phytoplankton
pada
umumnya
merupakan organisme air yang
hidupnya melayang-layang mengikuti
pergerakan air dalam bentuk jasad
nabati dan mempunyai ukuran yang
relatif sangat kecil dan disebut
sebagai
mikroorganisme.
Oleh
karena
itu
untuk
dapat
membudidayakan phytoplankton kita
harus menyiapkan media yang tepat
untuk phytoplankton tersebut agar
dapat tumbuh dan berkembang.
Media seperti apakah yang dapat
digunakan
untuk
tumbuh
dan
berkembang pakan alami dari
kelompok phytoplankton ini. Media
tempat tumbuhnya pakan alami
sangat berbeda untuk setiap jenis
pakan
alami.
Pada
subbab
sebelumnya
sudah
dijelaskan
berbagai jenis pakan alami yang
dapat dibudidayakan. Setiap jenis
339
pakan alami tersebut mempunyai
media tumbuh yang berbeda.
Didalam buku ini akan dibicarakan
tentang
media
tumbuh
dari
phytoplankton.
Jenis phytoplankton yang banyak
dibudidayakan pada usaha budidaya
perikanan laut adalah Chlorella,
Tetraselmis
dan
Skeletonema
costatum.
Dari
ketiga
jenis
phytoplankton
tersebut
secara
proses pembuatan medianya hampir
sama yang membedakannya adalah
jenis pupuk dan volume media yang
digunakan. Media tempat tumbuhnya
phytoplankton
ini
dapat
dikelompokkan dalam tiga tahap
kegiatan yaitu isolasi dan teknik
kultur murni di laboratorium, teknik
kultur skala semi massal dan teknik
kultur skala massal.
Media Kultur murni
Teknik kultur phytoplankton dalam
skala laboratorium dilakukan dalam
ruangan tertutup dan ber-AC. Hal ini
diperlukan
agar
suhu
selalu
terkendali dan mencegah kontak
dengan lingkungan luar yang dapat
menyebabkan kontaminasi sehingga
mengurangi
kemurnian
phytoplankton yang dikultur. Sumber
cahaya yang digunakan agar proses
fotosintesis terjadi adalah lampu
neon TL dengan kekuatan cahaya
2000 – 8000 lux, sedangkan sumber
aerasi
menggunakan
HI-Blower
tersendiri yang dilengkapi dengan
saringan
untuk
memperkecil
kontaminasi.
Metode kultur murni phytoplankton di
laboratorium untuk memperoleh satu
jenis phytoplankton (monospesies)
dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :
1. Metode media agar
2. Metode subkultur
3. Metode pengenceran berseri
4. Metode pipet kapiler
Metode media agar
Metode media agar adalah suatu
metode pemurnian individu dari
suatu sampel perairan dengan cara
membuat kultur murni dengan
menggunakan media agar . Media
yang digunakan pada saat inokulasi
adalah media agar yang dilengkapi
dengan larutan nutrien pengkaya ,
larutan trace element dan vitamin.
Media nutrient tersebut mengandung
bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk sintesis protoplasma pada
proses kulturnya. Setelah media
kultur skala laboratorium disiapkan
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan penebaran bibit pakan
alami.
Sumber
nutrient
yang
digunakan
untuk
tumbuhnya
phytoplankton dalam kultur murni
digunakan bahan kimia Pro Analis
(PA) dengan dosis pemakaian 1
ml/liter kultur. Pupuk yang umum
digunakan adalah pupuk Conwy dan
pupuk Guillard . Pupuk Conwy
digunakan untuk phytoplankton hijau
sedangkan pupuk Guillard untuk
phytoplankton coklat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.1
dan 7.2. Jenis pupuk yang akan
digunakan untuk melakukan kultur
murni beberapa jenis phytoplankton
sangat bermacam-macam biasanya
jenis medium yang digunakan
disesuaikan
dengan
jenis
phytoplankton yang akan di kultur
340
secara murni. Pada tabel 7.1 dan 7.2
merupakan komposisi nutrien yang
biasa digunakan untuk membuat
medium pada jenis phytoplankton
dari
air
laut.
Untuk
jenis
phytoplankton dari perairan tawar
dapat dilakukan dengan komposisi
nutrien yang berbeda. Berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa
komposisi nutrien untuk membuat
medium pada phytoplankton air
tawar antara lain adalah media
Benneck, media Demer dan media
Bristole.
Untuk
lebih
jelasnya
komposisi ketiga media tersebut
dapat dilihat pada Tabel 7.3.
Tabel 7.1. Komposisi pupuk pada media stok murni kultur algae
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahan kimia
EDTA
NaH2PO4.2H2O
FeCl3.6H2O
H3BO3
MnCl2.4H2O
NaNO3
Na2SiO3.9H2O
Trace Metal Solution
Vitamin
Aquades sampai
Pupuk
Conwy/wayne
45 gram
20 gram
1,3 gram
33,6 gram
0,36 gram
100 gram
1 ml
1 ml
1000 ml
Pupuk Guillard
10 gram
10 gram
2,9 gram
3,6 gram
100 gram
5 gram/30 ml
1 ml
1 ml
1000 ml
Tabel 7.2. Komposisi Trace Metal Solution
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahan kimia
ZnCL2
CuSO4. 5 H2O
ZnSO4. 7 H2O
CoCl2. 6 H2O
(NH4)6. Mo7O24. 4 H2O
Aquabides sampai
Pupuk
Conwy/Wayne
2,1 gram
2,0 gram
2,0 gram
0,9 gram
100 ml
Pupuk Guillard
1,96 gram
4,40 gram
2,00 gram
1,26 gram
100 ml
341
Tabel 7.3. Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar (Chlorella sp)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahan kimia
MgSO4
KH2PO4
NaNO3
FeCl3
Ca(NO3)2
KCl
CaCl2.2H2O
MgSO4,7H2O
K2HPO4
NaCl
Media
Benneck
100 mg/l
200 mg/l
500 mg/l
Sedikit
--
Pada metode agar ini peralatan yang
digunakan
adalah
mikroskop,
peralatan gelas (erlemeyer, beker
glass, toples, petri dish, pipet, tabung
reaksi), alat penghitung plankton
(Haemocytometer, hand counter),
alat ukur kualitas air (termometer,
refraktometer,
pH
meter
dll),
timbangan, oven/autoclave, lemari
es, air conditioner, blower, lampu
neon. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan selain bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat pupuk
ditambah lagi agar difco, formalin,
aquades, alkohol, air laut steril.
Kegiatan yang dilakukan dalam
melakukan kultur murni untuk semua
metode adalah hampir sama , dalam
metode media agar kegiatan yang
harus dilakaukan antara lain adalah :
1. Sterilisasi peralatan dan bahan
2. Pembuatan media agar
3. Kultur di media agar
4. Kultur di media cair
5. Pembuatan pupuk
6. Penghitungan phytoplankton
7. penyimpanan
Media Demer
550 mg/l
250 mg/l
1000 mg/l
250 mg/l
-
Media Bristole
7 g/400ml
10g/400 ml
1 g/400ml
3 g/400ml
3 g/400ml
1 g/400ml
Sterilisasi peralatan dan bahan yang
akan digunakan dapat dilakukan
dengan cara :
1. Air laut yang akan digunakan
dilakukan
sterilisasi
dengan
berbagai cara diantarany adalah
perebusan selama 10 menit,
dengan
memberikan
sinar
ultraviolet
atau
ozonisasi,
penyaringan
dengan
menggunakan
plankton
net
ukuran 15 mikron atau pemberian
larutan
chlorine
60
ppm,
kemudian diaduk rata selama
beberapa menit dan dinetralkan
dengan Natrium Thiosulfat 20
ppm.
2. Sedangkan peralatan yang akan
digunakan juga dapat dilakukabn
dengan
beberapa
cara
diantaranya adala perebusan,
perendaman
dalam
larutan
kaporit/chlorine
150
ppm,
pemberian alkohol, diautoclave
dengan temperature
100oC
dengan tekanan 1 atm selama 20
menit atau di oven.
342
Setelah peralatan dan bahan yang
akan digunakan disterilisasi langkah
selanjutnya adalah membuat media
agarnya dengan cara :
1. Bahan yang akan digunakan
untuk membuat media agar
adalah 1,5 gram Bacto agar
dalam 100 ml air laut di tambah
dengan pupuk Conwy untuk
green algae dan pupuk silikat
untuk Diatomae.
2. Panaskan agar dan media
tersebut dengan menggunakan
hotplate atau microwave sampai
cairannnya
mendidih
dan
masukkan kedalam autoclave
pada suhu 120oC dengan
tekanan 1 atm selama 20 menit .
3. Biarkan agak dingin sebentar
kemudian tambahkan vitamin
setelah itu larutan agar dan
pupuk
tersebut
dituangkan
kedalam petridish atau tabung
reaksi dan dibiarkan sampai
dingin dan membeku kemudian
simpan di dalam lemari es.
Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
kultur
murni/isolasi
plankton pada media agar yang telah
disiapkan
sebelumnya.
Adapun
langkah yang harus dilakukan
adalah:
1. Ambil contoh air plankton dengan
jarum
ose
yang
telah
dipanaskan/disterilisasi
dan
oleskan kepermukaan media
agar, pengolesan jarum ose pada
media agar ini dilakukan dengan
cara zigzag, kemudian tutup dan
simpan media agar yang telah
digoresi dengan plankton pada
suhu kamar dibawah sinar
cahaya lampu neon secara terus
menerus.
2. Biarkan media tersebut dan
biasanya inokulum akan tumbuh
setelah 4 – 7 hari dilakukan
penggoresan dengan terlihatnya
koloni plankton yang tumbuh
pada media agar tersebut. Amati
dibawah
mikroskop
koloni
tersebut dan ambil koloni yang
diinginkan dan dikultur pada
media agar miring dalam tabung
reaksi yang akan digunakan
sebagai bibit.
3. Koloni murni ini selanjutnya
diinkubasi pada ruangan ber AC.
Kultur selanjutnya setelah diperoleh
koloni murni pada tabung rekasi
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan kultur koloni plankton
yang diperoleh tersebut pada media
cair. Kultur murni dimedia cair ini
dapat dilakukan dengan berbagai
macam media yang sudah biasa
dilakukan. Adapun prosedur yang
harus dilakukan adalah :
1. Siapkan erlemeyer yang telah
disterilisasi
2. Masukkan air laut dan pupuk
sesuai dengan media yang
diinginkan pada setiap jenis
phytoplankton
3. Lakukan
inokulasi
bibit
phytoplankton dari hasil kultur
murni
4. Amati
pertumbuhan
phytoplankton tersebut dengan
menghitung kepadatan populasi
phytoplankton.
Media yang akan digunakan sebagi
pupuk pada media agar ini banyak
sekali macamnya antara lain adalah
media Zarrouk, media Berneck,
media detmer, media allan miquel,
media mollish dan media TMRL.
343
Volume media kultur murni biasanya
adalah bertahap mulai dari isolasi
dalam tabung rekasi volume 10 – 15
ml, kemudian dipindahkan pada
botol erlemeyer dengan volume yang
bertahap dari100 ml , 250 ml, 500 ml
dan botol kultur 1 liter yang
kemudian dikembangkan dari ukuran
2 liter sampai 30 liter.
Metode subkultur
Metode subkultur adalah suatu
metode
mengisolasi
mikroalga
dimana metode ini dapat digunakan
jika mikroalga yang kita inginkan
bukan mikroalga yang dominan.
Peralatan yang digunakan dalam
mengisolasi phytoplankton dengan
metode ini adalah mikroskop, pipet,
autoclave, oven, Haemocytometer,
gelas ukur, gelas piala dan tabung
rekasi. Bahan-bahan yang digunakan
adalah medium Bristole, air tanah,
akuades, vitamin B12, vitamin B6,
vitamin B1 dan sampel air kolam.
Adapun prosedur yang digunakan
dalam metode subkultur ada dua
tahapan yaitu pertama melakukan
sterilisasi peralatan dan bahan yang
akan digunakan , kedua adalah
melakukan isolasi.
Sterilisasi dilakukan pada semua alat
dan bahan yang akan digunakan
dalam
kultur
mikroalga/
phytoplankton. Untuk peralatan gelas
seperti pipet, gelas ukur, gelas piala
dan tabung reaksi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Mencuci
semua
peralatan
tersebut dengan menggunakan
sabun yang tidak mengandung
deterjen kemudian dibilas sampai
bersih.
2. Bilaskan peralatan pada point
satu dengan menggunakan HCl
0,1 N dan kemudian dibilas
kembali dengan akuades.
3. Biarkan peralatan tersebut kering
udara
4. Setelah peralatan kering udara
masukkan peralatan tersebut ke
dalam autoclave dengan suhu
120oC dengan tekanan 1 atm
selama
20
menit
atau
menggunakan oven dengan suhu
150oC selama 1 jam.
5. Sedangkan untuk bahan yang
akan digunakan sebagi media
kecuali
vitamin,
sterilisasi
dilakukan dengan cara memakai
autoclave pada suhu 120oC
dengan tekanan 1 atm selama 15
menit. Karena pemanasan dapat
merusak vitamin maka larutan ini
disterilisasikan
dengan
menggunakan
metode
penyaringan.
Isolasi
mikroalga
dengan
menggunakan metode subkultur
dapat dilakukan dengan mengikuti
prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan air tanah dengan
melarutkan 1 sendok teh tanah
kering dalam 200 ml air,
kemudian
tempatkan
dalam
wadah yang tertutup. Kukus
media selama dua jam pada dua
hari berturut-turut, kemudian
dinginkan dalam suhu ruang atau
di lemari es selama 24 jam
sebelum digunakan.
2. Buat medium air tanah dengan
cara mencampurkan 960 ml
medium Bristol dengan 40 ml air
tanah.
3. Ambil masing-masing 1 ml
sampel air kolam kemudian
encerkan 10 kali
344
4. Ambil masing-masing 1 ml
sampel air kolam yang sudah
diencerkan tadi lalu masukkan
masing-masing kedalam tabung
reaksi yang sudah berisi 9 ml
media Bristol dan media air
tanah.
5. Letakkan tabung reaksi dalam
rak kemudian di tempatkan
dibawah lampu dan amati
pertumbuhan dan jenis mikroalga
yang tumbuh pada masingmasing media.
Metode Pengenceran Berseri
Metode
pengenceran
berseri
merupakan salah satu metode yang
digunakan
untuk
mengisolasi
mikroalga atau phytoplankton jika
jenis mikroalga atau phytoplankton
yang kita inginkan adalah jenis yang
dominan. Adapun peralatan yang
digunakan adalah sama dengan
metode subkultur, sedangkan bahan
yang digunakan adalah medium
Bristol, akuades, sampel air kolam,
vitamin B12, vitamin B6 dan vitamin
B1.
Peralatan dan bahan yang akan
digunakan
dalam
metode
pengenceran
berseri
dilakukan
isolasi. Isolasi peralatan dan bahan
yang akan digunakan sama dengan
metode
subkultur.
Sedangkan
prosedur
isolasi
dengan
cara
pengenceran
berseri
dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Ambil sampel air kolam sebanyak
1 ml kemudian diencerkan
dengan cara dimasukkan dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9
ml medium Bristol lalu aduk.
2. Ambil lagi 1 ml sampel dari
tabung reaksi pada tahap 1
tersebut, kemudian masukkan
kedalam tabung reaksi yang telah
berisi medium Bristol sebanyak 9
ml.
3. Lakukan pengenceran seperti
tahapan ke dua tersebut sampai
lima kali pengenceran.
4. Susun semua tabung reaksi
tersebut dalam rak tabung reaksi
kemudian letakkan di bawah
cahaya lampu.
5. Amati pertumbuhan dan jenis
mikroalga yang tumbuh dominan
selama 7 hari dibawah mikroskop
dan hitung populasi kepadatan
mikroalga atau phytoplankton
dengan
menggunakan
Haemocytometer.
Metode Pipet Kapiler
Metode
kultur
murni
dengan
menggunakan metode pipet kapiler
dapat dilakukan dengan cara sel
mikroalga atau phytoplankton yang
akan dikultur dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler steril lalu
dipindahkan ke dalam media yang
sesuai. Pipet yang akan digunakan
untuk metode ini adalah pipet yang
mempunyai diameter berkisar antara
3 – 5 kali besar phytoplankton yang
akan diisolasi dan pipetnya dilakukan
pembakaran pada bagian ujungnya.
Proses isolasi ini dilakukan dibawah
mikroskop dengan cara mengambil
phytoplankton
yang
diperoleh
dengan menggunakan alat plankton
net.
Kemudian
phytoplankton
tersebut dilakukan penyaringan dan
diteteskan pada gelas obyek.
Dengan menggunakan pipet kapiler
ambil tetesan pytoplankton tersebut
dan amati dibawah mikroskop.
Kemudian pytoplankton tersebut
345
dikultur dalam tabung reaksi volume
10 ml yang telah diperkaya dengan
jenis pupuk yang sesuai dengan
phytoplankton yang akan diisolasi
dan lakukan pengamatan jenis
phytoplankton yang tumbuh dibawah
mikroskop setiap hari dan lakukan
kegiatan tersebut sampai diperoleh
jenis phytoplankton yang diinginkan.
Media kultur semi massal dan
massal
Media yang digunakan untuk teknik
kultur phytoplankton skala semi
massal
berbeda dengan teknik
kultur murni. Pada teknik kultur ini
dilakukan diruang terbuka tetapi
beratap
transparan
agar
bisa
memanfaatkan
sinar
matahari.
Kegiatan ini umumnya dilakukan
dalam akuarium bervolume 100 liter
sampai dengan bak fiber 0,3 m3. Bibit
yang digunakan untuk kultur semi
massal berasal dari kultur murni.
Bibit
yang
digunakan
diambil
sebanyak 5 – 10% dari volume total
yang akan dikultur. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk teknis dan
sewaktu-waktu dapat menggunakan
pupuk laboratorium. Komposisi jenis
pupuk yang digunakan pada media
kultur dapat dilihat pada Tabel 7.4.
Tabel 7.4. Komposisi pupuk phytoplankton Semi Massal
No.
Bahan kimia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
NaNO3/KNO3
Na2EDTA
FeCl3
MnCl2
H3BO3
Na2HPO4
Na2SiO3
Trace metal Solution
Vitamin
Aquabides
Urea
ZA
Pupuk
Conwy
Pupuk
Guillard
Pupuk
TMRL
Pupuk
BBL SM
100 gr
5 gr
1,3 gr
0,36 gr
33,6 gr
20 gr
1 ml
1 ml
1000 ml
-
84,2 gr
10 gr
2,9 gr
0,36 gr
10 gr
50 gr
1 ml
1 ml
1000 ml
-
100 gr
3 gr
10 gr
1 gr
1000 ml
-
50 gr
5 gr
1 gr
10 gr
15 ml
0,5 ml
1 ml
1000 ml
40 gr
30 gr
Teknik
kultur
phytoplankton
selanjutnya adalah teknik kultur skala
massal, dengan menggunakan bibit
dari hasil kultur skala semi massal.
Volume media kultur semi massal
100 liter sampai 0,3 meterkubik.
Teknik kultur yang terakhir adalah
teknik kultur skala massal dimana
pada teknik ini bibit yang digunakan
berasal dari teknik skala semi
massal. Kegiatan ini dilakukan pada
bak-bak kultur berukuran besar dan
dilakukan diluar ruangan dengan
346
volume berkisar antara 40 – 100
meterkubik. Media kultur yang dibuat
pada tahap ini menggunakan pupuk
teknis seperti urea, ZA, TSP.
Komposisi pupuk untuk teknik kultur
secara massal dapat dilihat pada
Tabel 7.5.
Tabel 7.5. Komposisi pupuk kultur massal
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan kimia
Urea
ZA
TSP
Molase/orgami
Silikat Teknis
Pupuk
Yashima
(ppm)
10
100
10
-
Langkah kerja dalam menyiapkan
media tempat tumbuhnya pakan
alami phytoplankton semi massal
dan massal adalah :.
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dan sebutkan
fungsi dan cara kerja peralatan
tersebut!
2. Tentukan wadah yang akan
digunakan
untuk
membudidayakan pakan alami !
3. Bersihkan
wadah
dengan
menggunakan sikat dan disiram
dengan air bersih, kemudian
lakukan pensucihamaan wadah
dengan
menggunakan
desinfektan
sesuai
dengan
dosisnya.
4. Bilaslah wadah yang telah
dibersihkan
dengan
menggunakan air bersih.
5. Pasanglah
peralatan
aerasi
dengan merangkaikan antara
aerator, selang aerasi dan batu
aerasi,
masukkan
kedalam
wadah
budidaya.
Ceklah
Pupuk
diatom
(ppm)
30
40
20
10
5-20
Pupuk
Phyto
A
(ppm)
Pupuk
Phyto
B
(ppm)
Pupuk
Phyto
C
(ppm)
30
30
10-15
10
-
50
20
10-15
10
-
50
50
15-20
15
-
keberfungsian peralatan tersebut
dengan memasukkan kedalam
arus listrik.
6. Masukkan air bersih yang tidak
terkontaminasi kedalam wadah
budidaya dengan menggunakan
selang plastik dengan kedalaman
air yang telah ditentukan.
7. Tentukan media tumbuh yang
akan digunakan dan hitung
jumlah pupuk yang dibutuhkan
sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan.
8. Timbanglah
pupuk
sesuai
dengan
dosis
yang
telah
ditentukan.
9. Buatlah
larutan
terhadap
berbagai macam pupuk pada
wadah yang sesuai, jika sudah
terbentuk
larutan
masukkan
kedalam wadah yang digunakan
untuk budidaya pakan alami
10. Media tempat tumbuhnya pakan
alami siap untuk ditebari dengan
bibit sesuai dengan kebutuhan
produksi
347
Penebaran
Inokulasi
bibit/
Setelah media tempat tumbuhnya
pakan alami disiapkan langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
penebaran
bibit
pakan
alami.
Peristilahan penebaran bibit pakan
alami biasanya menggunakan kata
melakukan inokulasi bibit pakan
alami
kedalam
media
tempat
tumbuhnya pakan alami. Apakah
inokulasi itu? Bagaimana anda
melakukan inokulasi/menebar bibit
pakan alami pada media kultur ?
Dalam buku ini akan diuraikan
secara
singkat
tentang
seleksi/pemilihan bibit pakan alami
yang akan diinokulasi dan cara
melakukan inokulasi pada media
kultur pakan alami.
Kata inokulasi diambil dari bahasa
Inggris
yaitu
inoculate
yang
mempunyai arti menyuntik atau
memberi
vaksinasi.
Dalam
peristilahan
dunia
perikanan
diterjemahkan menjadi memasukkan
bibit pakan alami kedalam media
kultur dengan cara disuntikkan atau
ditebar secara langsung. Digunakan
peristilahan
ini
karena
yang
ditebarkan kedalam media kultur
adalah
mikroorganisme
yang
memiliki ukuran kecil antara 45 – 300
µm.
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan alami, kedua melakukan
seleksi terhadap bibit pakan alami,
ketiga melakukan inokulasi bibit
pakan
alami
sesuai
dengan
prosedur.
Identifikasi
pakan
alami
perlu
dilakukan
agar
tidak
terjadi
kesalahan
dalam
melakukan
inokulasi.
Identifikasi
jenis-jenis
pakan alami air laut telah dipelajari
pada bab sebelumnya . Oleh karena
itu dalam bahasan selanjutnya
diharapkan sudah dikuasai dan
dipahami tentang jenis-jenis pakan
alami yang akan dibudidayakan. Ada
beberapa jenis phytoplakton yang
merupakan pakan alami bagi ikan
hias maupun ikan konsumsi.
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis-jenis pakan
alami yang akan ditebar kedalam
media kultur adalah melakukan
pemilihan terhadap bibit pakan alami.
Pemilihan bibit pakan alami yang
akan ditebar kedalam media kultur
harus dilakukan dengan tepat. Bibit
yang akan ditebar kedalam media
kultur harus yang sudah dewasa.
Perkembangbiakan pakan alami di
dalam media kultur dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara sexual
dan asexual. Perkembangbiakan
secara asexual (tidak kawin) yang
disebut dengan Parthenogenesis
terjadi dalam keadaan normal.
Pakan alami mempunyai umur hidup
yang relatif singkat, untuk kelompok
phytoplankton hanya dibutuhkan
waktu beberapa hari saja sudah
mencapai puncak populasi dan akan
mati. Setelah dilakukan seleksi bibit
pakan
alami
dari
kelompok
phytoplankton dilakukan penebaran
bibit pakan alami sesuai dengan
jenis dan volume media kultur yang
telah ditentukan. Kultur pakan alami
phytoplankton
biasanya
untuk
348
kebutuhan produksi menggunakan
teknik kultur massal dan bibit yang
ditebarkan pada teknik kultur massal
ini berasal dari teknik kultur semi
massal, sedangkan bibit yang
digunakan pada teknik kultur semi
massal berasal dari kultur murni.
Bibit yang dibudidayakan dari kultur
murni berasal dari hasil inokulasi dari
alam yaitu perairan laut atau perairan
tawar.
Padat
penebaran
bibit
phytoplankton ini sangat bergantung
kepada volume media, waktu
pemanenan dan kebutuhan produksi.
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran bibit pakan alami ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Langkah kerja dalam menebar bibit
phytoplankton
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan inokulasi/penebaran
bibit pakan alami !
2. Siapkan
mikroskop
dan
peralatannya
untuk
mengidentifikasi
jenis
pakan
alami yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah sampel pakan alami
dengan menggunakan pipet dan
letakkan diatas objec glass.
4. Letakkan objec glass dibawah
mikroskop dan amati morfologi
pakan alami serta cocokkan
dengan gambar sebelumnya.
5. Lakukan pengamatan terhadap
individu pakan alami beberapa
kali
ulangan
agar
dapat
membedakan tahapan stadia
6.
7.
8.
9.
pada pakan alami yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
Lakukanlah pemilihan bibit yang
akan ditebarkan kedalam media
kultur dan letakkan dalam wadah
yang terpisah!
Tentukan padat penebaran yang
akan digunakan dalam budidaya
pakan alami tersebut sebelum
dilakukan penebaran.
Hitunglah jumlah bibit yang akan
ditebar tersebut sesuai dengan
point 7.
Lakukan penebaran bibit pakan
alami pada pagi atau sore hari
dengan cara menebarkannya
secara perlahan-lahan kedalam
media kultur.
7.2.4. Pemeliharaan dan
pemanenan Phytoplankton
Pada subbab ini akan dibahas
beberapa contoh dalam melakukan
pemeliharaan
dan
pemanenan
Phytoplankton antara lain adalah
Cholrela,
Tetraselmis
dan
Skeletonema costatum.
Chlorella
Penyiapan Bibit
1. Alat-alat yang akan digunakan
dicuci
dengan
deterjen,
kemudian dibilas dengan larutan
klorin 150 ppm
2. Dalam wadah 1 galon:
• Menggunakan stoples atau
botol “carboys”, slang aerasi,
dan batu aerasi
• Botol diisi medium ± 3 liter,
untuk Chlorella air laut
menggunakan
medium
dengan kadar garam 15
349
•
•
•
permil, dan untuk Chlorella air
tawar dapat menggunakan air
tawar yang disaring dengan
kain saringan 15 mikron
Air disterilkan dengan cara
mendidihkan, klorinasi, atau
penyinaran dengan lampu
ultraviolet
Pemupukan
dengan
menggunakan ramuan AllenMiguel, yang terdiri dari 2
larutan, yaitu: (1) Larutan A,
terdiri dari 20 gram KNO3
dalam 100 ml air suling; (2)
Larutan B, terdiri dari: 4 gram
Na2HPO4.12H2O; 2 gram
CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3;
dan 2 ml HCl; semuanya
dilarutkan dalam 80 ml air
suling
Setiap 1 liter medium,
menggunakan 2 ml larutan A
dan 1 ml larutan B
3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton
• Wadah
dicuci
dan
dibebashamakan. Air untuk
medium
harus
disaring.
Medium dipupuk dengan jenis
dan takaran: 100 mg/liter
pupuk TSP, Urea sebanyak
10-15 mg/liter dan pupuk KCl
sebanyak 10-15 mg/l
• Untuk pertumbuhan dalam
wadah besar (1ton) cukup
menggunakan urea dengan
takaran 50 gram/m3
Pemeliharaan
1. Dalam wadah 1 galon :
• Bibit ditebar dalam medium
yang telah diberi pupuk,
sampai airnya berwarna agak
kehijau-hijauan. Bibit yang
masuk
disaring
dengan
saringan 15 mikron
•
Wadah disimpan di dalam
ruang laboratorium di bawah
penyinaran lampu neon, dan
air diudarai terus-menerus
• Setelah ± 5 hari, Chlorella
sudah
tumbuh
dengan
kepadatan sekitar 10 juta
sel/ml. Airnya berwarna hijau
segar
• Hasil
penumbuhan
ini
digunakan sebagai bibit pada
penumbuhan dalam wadah
yang lebih besar.
2. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton :
• Untuk
wadah
60
liter
membutuhkan 1 galon bibit
dan untuk wadah 1 ton
membutuhkan 5 galon bibit
• Selain
dipupuk,
dapat
dilepaskan ikan mujair besar
4-5 ekor/m2 yang diberi
makan pelet secukupnya,
bertujuan sebagai penghasil
pupuk
organik
dari
kotorannya
• Wadah
disimpan
dalam
ruangan yang kena sinar
matahari langsung
• Setelah 5 hari pertumbuhan
terjadi dan pada puncaknya
dapat mencapai kepadatan 5
juta sel/ml
• Secara berkala medium perlu
dipupuk susulan, penambahan
air
baru,
dan
pemberian obat pemberantas
hama
Pemanenan
Chlorella dipanen dari perairan
masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung
diumpankan pada ikan.
Tetraselmis
Penyiapan Bibit
1. Dalam wadah 1liter
350
•
•
•
Dapat menggunakan botol
erlenmeyer.
Botol,
slang
plastik, dan batu aerasi dicuci
dengan deterjen dan dibilas
dengan larutan klorin 150
ml/ton
Wadah diisi air medium
dengan kadar garam 28
permil yang telah disaring
dengan saringan 15 mikron.
Kemudian disterilkan dengan
cara direbus, diklorin 60 ppm
dan dinetralkan dengan 20
ppm Na2S2O3, atau disinari
lampu ultraviolet
Medium dipupuk dengan jenis
dan takaran sebagai berikut :
- Natrium nitrat – NaNO3 =
84 mg/l
- Natrium dihidrofosfatNaH2PO4 = 10 mg/l atau
Natrium fosfat- Na3PO4 =
27,6 mg/l atau Kalsium
fosfat-Ca3(PO4)2 =11,2
mg/l
- Besi klorida – FeCl3 = 2,9
mg/l
- EDTA (Ethylene
dinitrotetraacetic acid) =
10 mg/l
- Tiamin-HCl (vitamin B1) =
9,2 mg/l
- Biotin = 1 mikrogram/l
- Vitamin B12 =
1mikrogram/l
- Tembaga sulfat kristal
CuSO4.5H2O = 0,0196
mg/l
- Seng sulfat kristal
ZnSO4.7H2O = 0,044
mg/l
- Natrium molibdatNaMoO4.7H2O = 0,02
mg/l
-
Mangan klorida kristalMnCl2.4H2O = 0,0126
mg/l
Kobalt korida kristalCoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
2. Dalam wadah 1 galon (3 liter):
• Dapat menggunakan botol
“carboys” atau stoples
• Persiapan
sama
dengan
dalam wadah 1 liter
• Medium dipupuk dengan jenis
dan takaran sebagai berikut :
- Urea – 46 = 100 mg/l
- Kalium
hidrofosfat
–
K2HPO4 = 10 mg/l
- Agrimin = 1 mg/l
- Besi klorida – FeCl3 = 2
mg/l
- EDTA (Ethyelene Dinitro
Tetraacetic Acid) = 2 mg/l
- Vitamin B1 = 0,005 mg/l
- Vitamin B12 = 0,005 mg/l
3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
• Wadah 200 liter dapat
menggunakan akuarium, dan
untuk 1 ton menggunakan
bak dari kayu, bak semen,
atau bak fiberglass
• Persiapan lain sama
• Medium dipupuk dengan jenis
dan takaran sebagai berikut :
- Urea-46 = 100 mg/liter
- Pupuk 16-20-0 = 5
mg/liter
- Kalium hidrofosfatK2HPO4 = 5 mg/liter atau
Kalium dihidrofosfatK2H2PO4 = 5 mg/liter
- Agrimin = 1 mg/liter
- Besi klorida-FeCl3 = 2
mg/liter
• Untuk wadah 1 ton dapat
hanya menggunakan urea 60
351
-100 mg/liter dan TSP 20 - 50
mg/liter
Pemeliharaan
1. Dalam wadah 1liter :
• Bibit ditebar dalam medium
yang telah diberi pupuk
sebanyak 100.000 sel/ml.
Airnya
diudarai
terusmenerus
dan
wadah
diletakkan dalam ruang berAC, dan di bawah sinar
lampu neon
• Setelah
4-5
hari
telah
berkembang
dengan
kepadatan 4 - 5 juta sel/ml.
Hasilnya digunakan sebagai
bibit
pada
penumbuhan
berikutnya
2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
• Bibit dari penumbuhan dalam
wadah 1 liter, ditebar dalam
medium yang telah diberi
pupuk, untuk setiap galon
membutuhkan bibit 100 ml,
hingga kepadatan mencapai
100.000 sel/ml
• Wadah ditaruh di dalam
ruangan ber-AC, di bawah
lampu neon, dan airnya
diudarai terus-menerus
• Setelah
4-5
hari
telah
berkembang
dengan
kepadatan 4-5 juta sel/ml.
Hasilnya digunakan sebagai
bibit
pada
penumbuhan
berikutnya
3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
• Wadah
200
liter
membutuhkan 3 galon bibit,
sedangkan wadah 1 ton 100
liter
•
•
Dalam
waktu
4-5
hari
mencapai
puncak
perkembangan
dengan
kepadatan 2-4 juta sel/ml
Hasil penumbuhan di wadah
200 ton digunakan sebagai
bibit untuk penumbuhan di
wadah 1 ton, sedangkan dari
wadah 1 ton dapat digunakan
sebagai pakan
Pemanenan
Cara
pemanenan
langsung
diumpankan
dan
diambil
dari
budidaya masal 1 ton.
Kultur Skeletonema costatum dalam
gelas erlemeyer 1 liter
1. Gelas erlemeyer, selang dan
batu aerasi dibersihkan dengan
cara dicuci bersih dengan
deterjent
kemudian
dibilas
dengan Chlorin 150 ppm (150 ml
chlorine dalam 1000 liter air)
2. Siapkan larutan pupuk A,B,C dan
D. Larutan pupuk A adalah
campuran antara 20,2 g KNO3
dengan 100 cc aquadest. Larutan
pupuk B adalah campuran antara
2,0 g Na2HPO4 dengan 100 cc
aqudest. Larutan pupuk C adalah
campuran antara 1,0 g Na2SiO3
dengan 100 cc aqudest. Larutan
D adalah 1,0 g FeCl3 dengan 20
cc aquadest.
3. Perbandingan antara air laut
dengan pupuk adalah 1 liter air
laut diberi larutan A, B, dan C
masing-masing 1 cc dan 4 tetes
larutan D.
4. Masukkan air laut yang telah
disterilisasi dan dicampur dengan
pupuk kedalam wadah sebanyak
352
300 – 500 cc dan ukur kadar
garamnya,
kadar
garam
(salinitas) yang baik untuk kultur
Skeletonema costatum adalah 28
– 35 ppt
5. Tebar
bibit
Skeletonema
costatum
dengan
padat
penebaran (N2) sekitar 70.000 sel
per cc. Volume Skeletonema
costatum yang dibutuhkan untuk
penebaran (V1) dapat dihitung
dengan rumus :
V1 =
N2 X V2
(dalam cc atau liter)
N1
dimana :
V1 : Volume
Skeletonema
costatum yang diperlukan
untuk penebaran
V2 : Volume kultur Skeletonema
costatum yang dibuat dalam
gelas erlemeyer
N1 : Jumlah
Skeletonema
costatum per cc yang akan
ditebar
N2 : Jumlah
Skeletonema
costatum
per
cc
yang
dikehendaki
dalam
penebaran ( dalam hal ini
misalnya ditentukan
yaitu
70.000 sel per cc)
Makin tinggi jumlah N2 makin
cepat
kultur
ini
mencapai
kepadatan maksimal , oleh
karena itu dalam menentukan
besarnya
N2
harus
perlu
dipertimbangkan
pemenfaatannya.
Dengan
kepadatan awal 70.000 sel
diharapkan dalam waktu 3 – 4
hari sudah mencapai puncaknya
dan siap dipanen.
6. Aerasi
dipasangkan kedalam
wadah budidaya yang bertujuan
untuk meningkatkan kandungan
Oksigen yang diperlukan dalam
proses
metabolisme
dan
mencegah
pengendapan
plankton.
7. Botol kultur diletakkan dibawah
cahaya lampu neon (TL) sebagai
sumber energi untuk fotosintesa.
8. Dalam waktu 3 – 4 hari
perkembangan diatom mencapai
puncaknya yaitu 6 – 7 juta sel per
cc dan siap untuk dipanen dan
dapat digunakan sebagai bibit
pada budidaya skala semi
massal
Cara Menghitung Kepadatan
Phytoplankton
1. Teteskan alga diatas permukaan
gelas preparat dibagian tengah,
kemudian tutup dengan gelas
penutup maka air akan menutupi
permukaan gelas yang bergaris.
Luas permukaan yang bergaris
adalah 1 mm persegi dan tinggi
atau jarak cairan alga antara
permukaan gelas bagian tengah
dan gelas penutup juga diketahui
yaitu 0,1 mm , maka volume air
diatas permukaan bergaris sama
dengan 1 mm2 X 0,1 mm = 0,1
mm3 (0,0001 cm3).
2. Hitunglah jumlah plankton yang
terdapat
dalam
kotak
dan
lakukan perhitungan :
• Jika dihitung dalam 400
kotak:
Jumlah
sel
X
10.000/ml
• Jika dihitung hanya beberapa
kotak : rata-rata jumlah
sel/kotak X
400 kotak X
10.000/ml
353
menentukan kapasitas produksi dari
pakan alami daphnia.
7.3. BUDIDAYA
ZOOPLANKTON
7.3.1. Budidaya Daphnia
Wadah dan peralatan Budidaya
Daphnia
Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami daphnia ada beberapa macam.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan antara lain adalah bak
semen, tanki plastik, bak beton, bak
fiber dan kolam tanah. Sedangkan
peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan budidaya Daphnia antara
lain adalah aerator/blower, selang
aerasi, batu aerasi, selang air,
timbangan, kantong plastik, tali rafia,
saringan halus/seser, ember,gayung,
gelas ukur kaca.
Pemilihan
wadah
yang
akan
digunakan dalam membudidayakan
daphnia sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
untuk membudidayakan daphnia
secara
selektif
yaitu
membudidayakan
pakan
alami
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Sedangkan wadah budidaya kolam
tanah biasanya dilakukan untuk
membudidayakan
pakan
alami
nonselektif yaitu membudidayakan
pakan alami secara bersama-sama
dengan
ikan
yang
akan
mengkomsumsi
pakan
alami
tersebut. Oleh karena itu ukuran dari
wadah yang akan digunakan sangat
Peralatan yang digunakan untuk
budidaya pakan alami daphnia
mempunyai fungsi yang berbedabeda, misalnya aerator digunakan
untuk mensuplai oksigen pada saat
membudidayakan pakan alami skala
kecil dan menengah, tetapi apabila
sudah dilakukan budidaya secara
massal/skala besar maka peralatan
yang digunakan untuk mensuplai
oksigen kedalam wadah budidaya
menggunakan blower. Peralatan
selang aerasi berfungsi untuk
menyalurkan oksigen dari tabung
oksigen kedalam wadah budidaya,
sedangkan batu aerasi digunakan
untuk menyebarkan oksigen yang
terdapat
dalam
selang
aerasi
keseluruh permukaan air yang
terdapat didalam wadah budidaya.
Selang
air
digunakan
untuk
memasukkan air bersih dari tempat
penampungan air kedalam wadah
budidaya. Peralatan ini digunakan
juga untuk mengeluarkan kotoran
dan air pada saat dilakukan
pemeliharaan.
Dengan
menggunakan selang air akan
memudahkan dalam melakukan
penyiapan
wadah
sebelum
digunakan untuk budidaya. Peralatan
lainnya yang diperlukan dalam
membudidayakan daphnia adalah
timbangan,
timbangan
yang
digunakan boleh berbagai macam
bentuk dan skala digitalnya, karena
fungsi
utama
alat
ini
untuk
menimbang bahan yang akan
digunakan dalam membudidayakan
daphnia. Bahan yang telah ditimbang
tersebut selanjutnya bisa diletakkan
didalam wadah plastik atau kantong
354
plastik
dan
diikat
dengan
menggunakan karet plastik. Bahan
yang telah terbungkus dengan
kantong plastik tersebut selanjutnya
dimasukkan
kedalam
media
budidaya daphnia.
Daphnia yang dipelihara didalam
wadah pemeliharaan akan tumbuh
dan berkembang oleh karena itu
harus dipantau kepadatan populasi
daphnia didalam wadah. Alat yang
digunakan adalah gelas ukur kaca
yang
berfungsi
untuk
melihat
kepadatan populasi daphnia yang
dibudidayakan
didalam
wadah
pemeliharaan. Selain itu diperlukan
juga seser atau saringan halus pada
saat akan melakukan pemanenan
daphnia. Daphnia yang telah dipanen
tersebut dimasukkan kedalam ember
plastik untuk memudahkan dalam
pengangkutan dan digunakan juga
gayung plastik untuk mengambil
media air budidaya daphnia yang
telah diukur kepadatannya.
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
daphnia diidentifikasi dan dijelaskan
fungsi dan cara kerjanya , langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Langkah pertama adalah peralatan
dan wadah yang akan digunakan
ditentukan sesuai dengan skala
produksi dan kebutuhan. Peralatan
dan
wadah
disiapkan
untuk
digunakan dalam budidaya daphnia.
Wadah yang akan digunakan
dibersihkan dengan menggunakan
sikat dan diberikan desinfektan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroorganisme yang lain.
Wadah yang telah dibersihkan
selanjutnya dapat diari dengan air
bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
daphnia. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi
oksigen
dengan
menggunakan
aerator dan batu aerasi yang
disambungkan
dengan
selang
aerasi. Aerasi ini dapat digunakan
pula untuk menetralkan chlor atau
menghilangkan
Carbondioksida
didalam air. Kedalaman air didalam
wadah budidaya yang optimum
adalah 50 cm dan maksimum adalah
90 cm.
Langkah kerja dalam menyiapkan
wadah budidaya Daphnia adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dan sebutkan
fungsi dan cara kerja peralatan
tersebut!
2. Tentukan wadah yang akan
digunakan
untuk
membudidayakan daphnia !
3. Bersihkan
wadah
dengan
menggunakan sikat dan disiram
dengan air bersih, kemudian
lakukan pensucihamaan wadah
dengan
menggunakan
desinfektan
sesuai
dengan
dosisnya.
4. Bilaslah wadah yang telah
dibersihkan
dengan
menggunakan air bersih.
5. Pasanglah
peralatan
aerasi
dengan merangkaikan antara
aerator, selang aerasi dan batu
aerasi,
masukkan
kedalam
wadah
budidaya.
Ceklah
355
keberfungsian peralatan tersebut
dengan memasukkan kedalam
arus listrik.
6. Masukkan air bersih yang tidak
terkontaminasi kedalam wadah
budidaya dengan menggunakan
selang plastik dengan kedalaman
air
yang
telah
ditentukan,
misalnya 60 cm.
Media Budidaya Daphnia
Bagaimanakah anda melakukan
penyiapan media kultur yang akan
digunakan untuk membudidayakan
pakan
alami
Daphnia
secara
terkontrol ? Apakah media kultur itu?
Untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut mari kita diskusikan dan
pelajari buku ini.
Media adalah bahan atau zat
sebagai tempat hidup pakan alami.
Kultur adalah kata lain dari budidaya
yang merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan
organisme. Jadi
media kultur adalah bahan yang
digunakan oleh suatu organisme
sebagai tempat hidupnya selama
proses pemeliharaan. Dalam hal ini
pakan
alami
pada
umumnya
merupakan organisme air, yang
hidupnya ada didalam air. Oleh
karena
itu
untuk
dapat
membudidayakan
pakan
alami
Daphnia kita harus menyiapkan
media yang tepat untuk pakan alami
tersebut agar dapat tumbuh dan
berkembang.
Media seperti apakah yang dapat
digunakan
untuk
tumbuh
dan
berkembang pakan alami Daphnia.
Daphnia merupakan hewan air yang
hidup diperairan tawar subtropik dan
tropik baik di daerah danau, sungai
dan
kolam-kolam.
Berdasarkan
habitat alaminya pakan alami
Daphnia ini dapat hidup pada
perairan yang mengandung unsur
hara. Unsur hara ini dialam diperoleh
dari hasil dekomposisi nutrien yang
ada
didasar
perairan.
Untuk
melakukan budidaya pakan alami
diperlukan unsur hara tersebut
didalam media budidaya. Unsur hara
yang dimasukkan kedalam media
tersebut pada umumnya adalah
pupuk.
Pupuk yang terdapat dialam ini dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari kotoran hewan, sisa
tanaman, limbah rumah tangga.
Sedangkan pupuk anorganik adalah
pupuk yang berasal dari bahan kimia
dasar yang dibuat secara pabrikasi
atau yang berasal dari hasil
tambang, seperti
Nitrat, Fosfat
(Duperfosfat/DS,
Triple
Superfosfat/TSP,Superphosphat 36,
Fused Magnesium Phospate/FMP),
Silikat, natrium, Nitrogen (Urea,
Zwavelzure
amoniak/ZA,Amonium
nitrat, Amonium sulfanitrat) dan lainlain.
Jenis pupuk yang dapat digunakan
sebagai sumber unsur hara pada
media kultur pakan alami Daphnia
adalah pupuk organik dan anorganik.
Pemilihan antara kedua jenis pupuk
tersebut sangat bergantung kepada
ketersediaan pupuk tersebut dilokasi
budidaya, dan kedua jenis pupuk
tersebut dapat digunakan sebagai
sumber unsur hara.
Jenis pupuk organik yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang,
pupuk kandang adalah pupuk yang
356
berasal dari campuran antara
kotoran
hewan
dengan
sisa
makanan dan alas tidur hewan
tersebut.
Campuran
ini
telah
mengalami pembusukan sehingga
sudah tidak berbentuk seperti
semula. Pupuk kandang yang akan
dipergunakan sebagai pupuk dalam
media kultur pakan alami adalah
pupuk kandang yang telah kering.
Mengapa pupuk kandang yang
digunakan harus yang kering ?
Pupuk kandang yang telah kering
sudah
mengalami
proses
pembusukan
secara
sempurna
sehingga secara fisik seperti warna,
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya
tidak seperti bahan aslinya.
Pupuk kandang ini jenisnya ada
beberapa macam antara lain adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam
dan kuda. Dari berbagai jenis
kotoran hewan tersebut yang biasa
digunakan adalah kotoran ayam.
Kotoran ayam yang telah kering ini
digunakan dengan dosis yang telah
ditentukan.
Jenis pupuk anorganik juga bisa
digunakan sebagai sumber unsur
hara pada media kultur daphnia jika
pupuk kandang tidak terdapat
dilokasi tersebut. Jenis pupuk
anorganik yang biasa digunakan
adalah pupuk yang mengandung
unsur Nitrogen, Phosphat dan
Kalium. Pupuk anorganik yang
banyak mengandung unsur nitrogen
dan banyak dijual dipasaran adalah
urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA),
sedangkan unsur phosphat adalah
Triple Superphosphat (TSP). Untuk
lebih mudahnya saat ini juga sudah
dijual
pupuk
majemuk
yang
mengandung
unsur
Nitrogen,
Phosphate dan Kalium (NPK).
Pupuk yang dimasukkan kedalam
media kultur pakan alami Daphnia ini
berfungsi
untuk
menumbuhkan
bakteri, fungi, detritus dan beragam
phytoplankton sebagai makanan
utama
Daphnia.
.
Dengan
tumbuhnya pakan daphnia didalam
media kultur maka pakan alami yang
akan dipelihara didalam wadah
budidaya tersebut akan tumbuh dan
berkembang.
Berapakah dosis pupuk yang harus
ditebarkan kedalam media kultur
pakan alami Daphnia ? Berdasarkan
pengalaman beberapa pembudidaya
dosis yang digunakan untuk pupuk
kandang adalah 1500 gram/m3 ,
atau 1,5 gram/liter. Tetapi dosis
pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ayam kering berdasarkan
hasil penelitian dan memberikan
pertumbuhan populasi Daphnia yang
optimal adalah 450g/1000 liter media
kultur atau 0,45 gram/liter.
Dosis yang digunakan untuk pupuk
anorganik
harus
dihitung
berdasarkan kebutuhan unsur hara
yang
dibutuhkan.
Beberapa
pembudidaya
ada
yang
menggunakan pupuk nitrat dan
phosphat sebagai unsur hara yang
dimasukkan kedalam media kultur
pakan alami. Dosis yang digunakan
dihitung
berdasarkan kandungan
unsur hara yang terdapat dalam
pupuk an organik, misalnya pupuk
yang akan digunakan adalah urea
dan ZA. Kadar unsur N dalam urea
adalah 46%, artinya dalam setiap
100 kg urea mengandung unsur N
sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N
nya 21% , artinya kadar N dalam
357
pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan
pupuk
kandang
yang
baik
mengandung unsur N sebanyak
1,5–2%.
Oleh
karena
dalam
menghitung jumlah pupuk anorganik
yang dibutuhkan dalam media kultur
pakan alami dilakukan perhitungan
matematis. Misalnya kebutuhan urea
adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46,
maka kebutuhan urea adalah 3 : 46
= 0,065 kg.
Pupuk yang telah ditentukan akan
digunakan sebagai sumber unsur
hara dalam media kultur pakan alami
selanjutnya dihitung dan ditimbang
sesuai
dengan
dosis
yang
dibutuhkan. Penimbangan dilakukan
setelah wadah budidaya disiapkan.
Kemudian
pupuk
tersebut
dimasukkan kedalam kantong plastik
atau karung plastik diikat dan di
lubangi dengan menggunakan paku
atau gunting agar pupuk tersebut
dapat mudah larut didalam media
kultur pakan alami Daphnia. Pupuk
tersebut akan berproses didalam
media
dan
akan
tumbuh
mikroorganisme sebagai makanan
utama dari Daphnia. Waktu yang
dibutuhkan oleh proses dekomposisi
pupuk didalam media kultur pakan
alami Daphnia ini berkisar antara 7 –
14 hari. Setelah itu baru bisa
dilakukan penebaran bibit Daphnia
kedalam media kultur.
Selama dalam pemeliharaan harus
terus dilakukan pemupukan susulan
seminggu sekali dengan dosis
setengah dari pemupukan awal.
Pakan alami Daphnia mempunyai
siklus hidup yang relatif singkat yaitu
28 – 33 hari. Oleh karena itu agar
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus harus selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam media
kultur pakan alami Daphnia juga
harus
dilakukan
pengukuran.
Daphnia
akan
tumbuh
dan
berkembang pada media kultur yang
mempunyai kandungan Oksigen
terlarut sebanyak > 4 ppm,
kandungan amonia < 1 ppm, suhu air
berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air
antara 6,3 – 8,5.
Langkah kerja dalam menyiapkan
media budidaya Daphnia adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
menyiapkan media kultur pakan
alami Daphnia.
2. Tentukan jenis pupuk yang akan
digunakan sebagai unsur hara
dalam pembuatan media kultur
berdasarkan identifikasi jenisjenis pupuk berdasarkan fungsi
dan kegunaan!
3. Hitunglah dosis pupuk yang telah
ditentukan
pada
point
2
berdasarkan kebutuhan unsur
hara yang diinginkan dalam
pembuatan media kultur !
4. Lakukan penimbangan dengan
tepat berdasarkan perhitungan
dosis pupuk pada point 3.
5. Masukkanlah pupuk yang telah
ditimbang ke dalam kantong/
karung plastik dan ikatlah dengan
karet .
6. Lubangilah
kantong/karung
plastik tersebut dengan paku
358
atau gunting untuk memudahkan
pelarutan pupuk didalam media
kultur !
7. Masukkanlah
kantong/karung
plastik kedalam wadah budidaya
dan letakkan kedalam media
kultur
sampai
posisi
karung/kantong plastik tersebut
terendam didalamnya.
8. Ikatlah dengan menggunakan tali
rafia agar posisinya aman tidak
terlepas.
9. Biarkan selama 7 -14 hari agar
media kultur tersebut siap untuk
ditebari bibit Daphnia.
Inokulasi Bibit Daphnia
Apakah inokulasi itu ? Bagaimana
anda melakukan inokulasi/menanam
bibit pakan alami Daphnia pada
media kultur ? Dalam buku ini akan
diuraikan secara singkat tentang
identifikasi Daphnia, pemilihan bibit
Daphnia yang akan diinokulasi dan
cara melakukan inokulasi pada
media kultur pakan alami Daphnia.
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan
alami
Daphnia,
kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan
alami
Daphnia,
ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur .
Identifikasi Daphnia perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan
inokulasi.
Daphnia
merupakan
salah
satu
jenis
zooplankton yang hidup diperairan
tawar didaerah tropis dan subtropis.
Di alam ada banyak genus daphnia,
berdasarkan pengamatan para ahli
genus ini terdapat lebih dari 20 jenis,
sedangkan didaerah tropis ada 6
jenis.
Berdasarkan klasifikasinya
Daphnia sp dapat dimasukkan
kedalam :
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Subklas : Branchiopoda
Divisi
: Oligobranchiopoda
Ordo
: Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp
Morfologi Daphnia dapat dilihat
secara langsung dibawah mikroskop,
bentuk tubuhnya lonjong, pipih dan
segmen badan tidak terlihat. Pada
bagian ventral kepala terdapat paruh.
Pada bagian kepala terdapat lima
pasang apendik atau alat tambahan,
yang pertama disebut antenna
pertama (antennule), yang kedua
disebut
antenna
kedua
yang
mempunyai fungsi utama sebagai
alat gerak. Sedangkan tiga pasang
alat tambahan lainnya merupakan
alat tambahan yang merupakan
bagian-bagian dari mulut.
Tubuh
Daphnia
ditutupi
oleh
cangkang
dari
kutikula
yang
mengandung khitin yang transparan,
dibagian dorsal (punggung) bersatu
tetapi dibagian ventral (perut)
berongga/terbuka dan terdapat lima
pasang
kaki yang tertutup oleh
cangkang. Ruang antara cangkang
dan tubuh bagian dorsal merupakan
tempat pengeraman telur. Pada
ujung post abdomen terdapat dua
kuku yang berduri kecil-kecil. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 7.20.
359
A
B
C
D
E
F
G
I
J
K
L
M
: Otak
: Ruang pengeraman
: Caecum Pencernaan
: Mata
: Fornix
: Antena Pertama
: Usus
: Jantung
: Ocellus
: Ovarium
: Paruh
: Kelenjar Kulit
Gambar 7.20. Daphnia sp
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis Daphnia yang
akan ditebar kedalam media kultur
adalah
melakukan
pemilihan
terhadap bibit Daphnia. Pemilihan
bibit Daphnia yang akan ditebar
kedalam
media
kultur
harus
dilakukan dengan tepat. Bibit yang
akan ditebar kedalam media kultur
harus yang sudah dewasa. Daphnia
dewasa berukuran 2,5 mm, anak
pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan
secara parthenogenesis.
Perkembangbiakan
Daphnia
di
dalam media kultur dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara sexual
dan asexual. Perkembangbiakan
secara asexual (tidak kawin) yang
disebut dengan Parthenogenesis
biasa terjadi dan akan menghasilkan
individu muda betina. Perbandingan
jenis kelamin atau sex ratio pada
Daphnidae menunjukkan keragaman
dan bergantung kepada
kondisi
lingkungannya. Pada lingkungan
yang baik, hanya terbentuk individu
betina tanpa individu jantan. Pada
kondisi ini , telur dierami didalam
kantong
pengeraman
sampai
menetas
dan
anak
Daphnia
dikeluarkan pada waktu pergantian
kulit. Pada kondisi perairan yang
mulai memburuk disamping individu
betina dihasilkan individu jantan yang
dapat mendominasi populasi dengan
perbandingan 1 : 27. Dengan
munculnya individu jantan, populasi
yang bereproduksi secara sexual
akan membentuk efipia atau resting
egg disebut juga siste yang akan
menetas jika kondisi perairan baik
kembali.
Daphnia mempunyai umur hidup
yang relatif singkat yaitu antara 28 –
33 hari. Pada umur empat hari
individu Daphnia sudah menjadi
dewasa
dan
akan
mulai
menghasilkan anak pertamanya
pada umur 4 – 6 hari. Daphnia ini
akan beranak dengan selang waktu
360
selama dua hari , jumlah anak yang
dihasilkan dalam sekali reproduksi
adalah 29 – 30 ekor.
Selama
hidupnya
Daphnia
mengalami empat periode yaitu telur,
anak,
remaja
dan
dewasa.
Pertambahan ukuran terjadi sesaat
setelah telur menetas didalam ruang
pengeraman. Setelah dua kali instar
pertama,
anak
Daphnia
yang
bentuknya mirip dengan Daphnia
dewasa
dilepas
pada
ruang
pengeraman. Jumlah instar pada
stadium anak ini hanya dua sampai
lima kali, tetapi tingkat pertumbuhan
tertinggi terjadi pada stadium ini.
Periode remaja adalah instar tunggal
antara instar anak terakhir dan instar
dewasa pertama. Pada periode ini
sekelompok telur pertama mencapai
perkembangan
penuh
didalam
ovarium. Segera setelah Daphnia
ganti kulit pada akhir instar remaja
memasuki instar dewasa pertama,
sekelompok telur pertama dilepaskan
kedalam ruang pengeraman. Selama
instar dewasa pertama, kelompok
telur kedua berkembang diovarium
dan seterusnya.
Setelah dapat membedakan antara
individu Daphnia yang telur, anak,
remaja
dan
dewasa
maka
selanjutnya adalah memilih individu
yang dewasa sebagai calon bibit
yang akan ditebarkan kedalam
media kultur. Jumlah bibit yang akan
ditebarkan kedalam media kultur
sangat bergantung kepada volume
media kultur . Padat penebaran bibit
yang akan diinokulasi kedalam
media kultur biasanya adalah 20 –
25 individu perliter.
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Daphnia
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Langkah
kerja
dalam
menginokulasi/menanam bibit pakan
alami Daphnia adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan inokulasi/penanaman
bibit pakan alami Daphnia!
2. Siapkan
mikroskop
dan
peralatannya
untuk
mengidentifikasi jenis Daphnia
yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah seekor Daphnia dengan
menggunakan pipet dan letakkan
di atas objec glass, dan teteskan
formalin agar individu tersebut
tidak bergerak !
4. Letakkan objec glass dibawah
mikroskop dan amati morfologi
Daphnia serta cocokkan dengan
gambar 1.
5. Lakukan pengamatan terhadap
individu Daphnia beberapa kali
ulangan
agar
dapat
membedakan tahapan stadia
pada Daphnia yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
6. Hitunglah panjang tubuh individu
daphnia
dewasa
beberapa
ulangan dan perhatikan ukuran
tersebut dengan kasat mata!
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang
akan ditebarkan kedalam media
kultur dan letakkan dalam wadah
yang terpisah!
361
8. Tentukan padat penebaran yang
akan digunakan dalam budidaya
pakan alami Daphnia tersebut
sebelum dilakukan penebaran.
9. Hitunglah jumlah bibit yang akan
ditebar tersebut sesuai dengan
point 8.
10. Lakukan penebaran bibit pakan
alami Daphnia pada pagi atau
sore
hari
dengan
cara
menebarkannya secara perlahanlahan kedalam media kultur.
Pemeliharaan Budidaya Daphnia
Agar Daphnia yang dipelihara dalam
wadah
budidaya
tumbuh
dan
berkembang
harus
dilakukan
pemberian pupuk susulan yang
berfungsi
untuk
menumbuhkan
mikroorganisme sebagai makanan
Daphnia.
Pemupukan
susulan
adalah pemupukan yang dimasukkan
kedalam media kultur selama
pemeliharaan pakan alami Daphnia
dengan dosis 50 – 100 % dari dosis
pemupukan pertama yang sangat
bergantung kepada kondisi media
kultur. Pemupukan tersebut sangat
berguna
bagi
pertumbuhan
phytoplankton, detritus, fungi dan
bakteri yang merupakan makanan
utama dari pakan alami Daphnia.
Selama
dalam
pemeliharaan
tersebut harus terus dilakukan
pemupukan susulan seminggu sekali
atau dua minggu sekali dengan dosis
yang bergantung kepada kondisi
media kultur , biasanya dosis yang
digunakan adalah setengah dari
pemupukan awal. Pakan alami
Daphnia mempunyai siklus hidup
yang relatif singkat yaitu 28 – 33 hari.
Oleh
karena
itu
agar
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus menerus harus
selalu diberikan pemupukan susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Fungsi utama pemupukan susulan
adalah untuk menumbuhkan pakan
yang dibutuhkan oleh Daphnia agar
tumbuh
dan
berkembang.
Berdasarkan kebutuhan pakan bagi
Daphnia tersebut ada dua metode
yang
biasa
dilakukan
oleh
pembudidaya yaitu Detrital system
dan Autotrophic system. Detrital
System adalah penggunaan pupuk
kandang kering yang dimasukkan
dalam
media
kultur
Daphnia
sebanyak 450 gram dalam 1000 liter
air dan dilakukan pemupukan
susulan dengan dosis 50 – 100%
dari pemupukan pertama yang
diberikan seminggu sekali. Selain itu
untuk
mempercepat
tumbuhnya
bakteri, fungi, detritus dan beragam
phytoplankton ditambahkan dedak
dan ragi dosis yang digunakan
adalah 450 gram kotoran ayam
kering ditambah 112 gram dedak dan
22 gram ragi kedalam 1000 liter
media kultur.
Autotrophic system adalah sistem
dalam budidaya Daphnia dimana
pakan yang dibutuhkan untuk
tumbuh
dan
berkembangnya
Daphnia tersebut dikultur secara
terpisah
dengan
media
kultur
Daphnia.
Phytoplakton
yang
dibutuhkan dibudidayakan sendiri
dan didalam media kultur Daphnia
tersebut ditambahkan campuran
362
beberapa vitamin dan ditambahkan
dedak. Komposisi campuran vitamin
dapat dilihat pada Tabel 7.6. Dosis
campuran vitamin tersebut adalah
satu mililiter larutan digunakan untuk
satu liter media kultur. Selain
campuran vitamin didalam media
kultur pakan alami Daphnia juga
ditambahkan larutan dedak dengan
dosis 50 gram dedak ditambahkan
dengan 1 liter air lalu diblender dan
diaduk selama satu menit, larutan
tersebut
disaring
dengan
menggunakan saringan kain yang
berdiameter 60 µm. Suspensi
tersebut diberikan kewadah yang
berisi media kultur Daphnia, satu
gram dedak biasanya digunakan
untuk 500 ekor Daphnia setiap dua
hari sekali.
Tabel 7.6. Komposisi
campuran
vitamin
pada
media
Daphnia
Jenis Vitamin
Biotin
Thiamine
Pyridoxine
Ca Panthothenate
B 12
Nicotinic acid
Nicotinamide
Folic acid
Riboflavin
Inositol
Konsentrasi
(µg/l)
5
100
3
250
100
50
50
20
30
90
Frekuensi
pemupukan
susulan
ditentukan dengan melihat sampel
air didalam media kultur , parameter
yang mudah dilihat adalah jika
transparansi kurang dari 0,3 m
didalam media kultur. Hal ini dapat
dilihat dari warna air media yang
berwarna keruh atau warna bening.
Jika hal tersebut terjadi segera
dilakukan pemupukan susulan. Jenis
pupuk yang digunakan
sama
dengan pemupukan awal.
Langkah kerja dalam melakukan
pemupukan susulan adalah :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan pemupukan susulan.
2. Amati warna air didalam media
kultur, catat dan diskusikan !
3. Tentukan jenis pupuk dan dosis
yang akan digunakan dalam
pemupukan susulan !
4. Hitunglah kebutuhan pupuk yang
akan digunakan sesuai dengan
dosis yang telah ditetapkan !
5. Timbanglah
pupuk
sesuai
dengan dosis pupuk yang telah
dihitung !
6. Masukkan
pupuk
kedalam
kantong/karung plastik dan ikat
serta dimasukkan kedalam media
kultur, jika pemupukan susulan
akan dilakukan dengan membuat
larutan suspensi pupuk juga
dapat
dilakukan.
Cara
pembuatan larutan suspensi
pupuk ini dengan menambahkan
air kedalam pupuk dan disaring
lalu ditebarkan larutan tersebut
kedalam media kultur.
Pemantauan Pertumbuhan
Daphnia
Mengapa pertumbuhan populasi
pakan
alami
Daphnia
harus
dipantau? Kapan waktu yang tepat
dilakukan
pemantauan
populasi
pakan
alami
Daphnia
yang
dibudidayakan didalam media kultur?
Bagaimana
kita
menghitung
kepadatan populasi pakan alami
363
Daphnia didalam media kultur ? Mari
kita jawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan mempelajari buku
ini selanjutnya. Didalam buku ini
akan diuraikan secara singkat
tentang
pertumbuhan
Daphnia,
menghitung kepadatan populasi dan
waktu pemantauannya.
Daphnia yang dipelihara dalam
media kultur yang tepat akan
mengalami pertumbuhan yang cepat.
Secara biologis Daphnia akan
tumbuh dewasa pada umur empat
hari, jika pada saat inokulasi yang
ditebarkan adalah bibit Daphnia yang
dewasa maka dalam waktu dua hari
bibit Daphnia tersebut sudah mulai
beranak, karena periode maturasi
daphnia
pada
media
yang
mempunyai suhu 25o C adalah dua
hari. Jumlah anak yang dikeluarkan
dari satu induk bibit Daphnia adalah
sebanyak
29–30
ekor,
yang
dikeluarkan dengan selang waktu
dua hari. Daur hidup Daphnia
adalah 28–33 hari dan Daphnia
menjadi dewasa hanya dalam waktu
empat
hari,
sehingga
bisa
diperhitungkan prediksi populasi
Daphnia didalam media kultur.
Berdasarkan siklus hidup Daphnia
maka kita dapat menentukan waktu
yang
tepat
untuk
dilakukan
pemanenan
sesuai
dengan
kebutuhan larva atau benih ikan
yang akan mengkonsumsi pakan
alami Daphnia. Ukuran Daphnia
yang
dewasa
dan
anak-anak
berbeda oleh karena itu perbedaan
ukuran tersebut sangat bermanfaat
bagi ikan yang akan mengkonsumsi
dan disesuaikan dengan ukuran
bukaan mulut larva.
Pemantauan pertumbuhan pakan
alami Daphnia di media kultur harus
dilakukan
agar
tidak
terjadi
kapadatan
populasi
yang
mengakibatkan tingkat kematian
yang tinggi didalam media. Hal
tersebut diakibatkan oleh kurangnya
oksigen didalam media kultur.
Tingkat kepadatan populasi yang
maksimal didalam media kultur
adalah
1500
individu
perliter,
walaupun ada juga yang mencapai
kepadatan 3000 – 5000 individu
perliter.
Untuk mengukur tingkat kepadatan
populasi Daphnia didalam media
kultur
dilakukan
dengan
cara
sampling beberapa titik dari media,
minimal tiga kali sampling. Sampling
dilakukan dengan cara mengambil
air media kultur yang berisi Daphnia
dengan menggunakan baker glass
atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
Daphnia yang terdapat dalam botol
contoh tersebut, data tersebut dapat
dikonversikan dengan volume media
kultur.
Langkah kerja dalam memantau
pertumbuhan populasi pakan alami
Daphnia adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan
pemantauan
pertumbuhan populasi pakan
alami Daphnia.
2. Tentukan waktu pemantauan
kepadatan
populasi
sesuai
dengan
prediksi
tingkat
pertumbuhan Daphnia di media
kultur.
3. Ambillah sampel air dimedia
kultur dengan menggunakan
baker glass/erlemeyer, amati
dengan seksama dan teliti !
364
4. Hitunglah jumlah Daphnia yang
terdapat dalam baker glass
tersebut !
5. Lakukanlah kegiatan tersebut
minimal tiga kali ulangan dan
catat apakah terjadi perbedaan
nilai pengukuran dari ketiga
lokasi yang berbeda.
6. Hitunglah rata-rata nilai populasi
dari ketiga sampel yang berbeda
lokasi. Nilai rata-rata ini akan
dipergunakan untuk menghitung
kepadatan populasi pakan alami
Daphnia di media kultur.
7. Catat volume air sampel dan
jumlah Daphnia dari data point 6,
lakukan
konversi
nilai
perhitungan
tersebut
untuk
menduga kepadatan populasi
pakan alami Daphnia didalam
media kultur.
8. Diskusikan nilai perhitungan
tersebut dengan temanmu !
Pemanenan Daphnia
Pakan
alami
yang
telah
dibudidayakan di media kultur
bertujuan untuk diberikan kepada
larva/benih
yang
dipelihara.
Kebutuhan larva/benih ikan akan
pakan
alami
Daphnia
selama
pemeliharaan adalah setiap hari.
Oleh karena itu waktu pemanenan
pakan alami itu sangat bergantung
kepada kebutuhan larva/benih akan
pakan alami Daphnia. Pemanenan
pakan alami Daphnia ini dapat
dilakukan setiap hari atau seminggu
sekali atau dua minggu sekali. Hal
tersebut
bergantung
kepada
kebutuhan suatu usaha terhadap
ketersediaan pakan alami Daphnia.
Pemanenan pakan alami Daphnia
yang dilakukan setiap hari biasanya
jumlah yang dipanen adalah kurang
dari 20% . Pemanenan Daphnia
dapat juga dilakukan seminggu
sekali
atau dua minggu sekali
sangat
bergantung
kepada
kelimpahan populasi Daphnia di
dalam media kultur.
Untuk
menghitung
kepadatan
daphnia pada saat akan dilakukan
pemanenan, dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat pembesar atau
mikroskop. Daphnia diambil dari
dalam wadah, yang telah diaerasi
agak besar sehingga daphnia merata
berada di seluruh kolom air, dengan
memakai gelas piala volume 100 ml.
Daphnia dan air di dalam gelas piala
selanjutnya
dituangkan
secara
perlahan-lahan
sambil
dihitung
jumlah daphnia yang keluar bersama
air.
Apabila jumlah daphnia yang ada
sangat banyak, maka dari gelas piala
100 ml dapat diencerkan, caranya
adalah
dengan
menuangkan
kedalam gelas piala 1000 ml dan
ditambah air hingga volumenya 1000
ml.Dari gelas 1000 ml, lalu diambil
sebanyak 100 ml. Daphnia yang ada
dihitung seperti cara diatas, lalu
kepadatan di dalam wadah budidaya
dapat
diketahui
dengan
cara
mengalikan 10 kali jumlah didalam
gelas 100 ml. Sebagai contoh,
apabila di dalam gelas piala 100 ml
terdapat 200 ekor daphnia, maka
kepadatan
daphnia
diwadah
budidaya adalah 10 X 200 ekor =
2000 individu per 100 ml.
Pemanenan
Daphnia
dapat
dilakukan
berdasarkan
siklus
reproduksinya, dimana Daphnia akan
365
menjadi dewasa pada umur empat
hari dan dapat beranak selang dua
hari sekali, maka dapat dipredeksi
kepadatan populasi Daphnia didalam
media kultur jika padat tebar awal
dilakukan pencatatan. Daphnia dapat
berkembangbiak tanpa kawin dan
usianya relative singkat yaitu 28 – 33
hari.
Pemanenan dapat dilakukan pada
hari ke tujuh – sepuluh jika
populasinya
sudah
mencukupi,
pemanenan
tersebut
dilakukan
dengan cara menggunakan seser
halus. Waktu pemanenan dilakukan
pada pagi hari disaat matahari terbit,
pada waktu tersebut Daphnia akan
banyak
mengumpul
dibagian
permukaan media untuk mencari
sinar.
Dengan
tingkahlakunya
tersebut akan sangat mudah bagi
para pembudidaya untuk melakukan
pemanenan. Daphnia yang baru
dipanen tersebut dapat digunakan
langsung untuk konsumsi larva atau
benih ikan.
Daphnia yang sudah dipanen
tersebut dapat
tidak secara
langsung diberikan pada larva dan
benih ikan hias yang dibudidayakan
tetapi dilakukan penyimpanan. Cara
penyimpanan Daphnia yang dipanen
berlebih dapat dilakukan pengolahan
Daphnia segar menjadi beku .
Proses tersebut dilakukan dengan
menyaring Daphnia dengan air dan
Daphnianya saja yang dimasukkan
dalam wadah plastic dan disimpan
didalam lemari pembeku (Freezer).
Langkah kerja dalam memanen
pakan alami Daphnia adalah sebagai
berikut :
• Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
•
•
•
•
•
•
•
•
•
melakukan pemanenan pakan
alami Daphnia.
Tentukan waktu pemanenan
pakan
alami
Daphnia
jika
kepadatan
populasi
sesuai
dengan
prediksi
tingkat
pertumbuhan Daphnia di media
kultur.
Ambillah sampel air dimedia
kultur dengan menggunakan
baker glass/erlemeyer, amati
dengan seksama dan teliti !
Hitunglah jumlah Daphnia yang
terdapat dalam baker glass
tersebut !
Lakukanlah kegiatan tersebut
minimal tiga kali ulangan dan
catat apakah terjadi perbedaan
nilai pengukuran dari ketiga
lokasi yang berbeda.
Hitunglah rata-rata nilai populasi
dari ketiga sampel yang berbeda
lokasi. Nilai rata-rata ini akan
dipergunakan untuk menghitung
kepadatan populasi pakan alami
Daphnia di media kultur.
Catat volume air sampel dan
jumlah Daphnia dari data point 6,
lakukan
konversi
nilai
perhitungan
tersebut
untuk
menduga kepadatan populasi
pakan alami Daphnia didalam
media kultur.
Jika kepadatan populasi Daphnia
sudah mencapai 3000 – 5000
individu perliter maka pakan
alami Daphnia siap dilakukan
pemanenan.
Pemanenan dilakukan dengan
cara menyeser pakan alami
Daphnia pada saat pagi hari
Kumpulkan Daphnia yang sudah
diambil dari media kultur dan
letakkan dalam wadah terpisah,
366
siap untuk diberikan kepada larva
dan benih ikan.
7.3.2. Budidaya Artemia
Artemia merupakan salah satu jenis
zooplankton yang hidup diperairan
asin yang dapat digunakan pada
larva dan benih ikan air tawar, payau
dan laut. Saat ini kebutuhan hatchery
akan Artemia masih import dari
berbagai negara penghasil, produk
ini dibeli dalam bentuk kemasan
kaleng dengan berbagai merek,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.21.
yang
dapat
digunakan
untuk
membudidayakan artemia adalah
tambak yang garam yang tidak bocor
dan ketersediaan air selalu ada
dengan kedalaman tambak adalah
70 cm. Sebelum digunakan tambak
garam ini dilakukan persiapan
tambak yaitu :
• Penjemuran/pengeringan dasar
tambak
• Pengapuran tambak dengan
dosis 500 kg/ha
• Pemupukan organik 500 kg/ha
• Pemupukan TSP/urea 200 kg
(1:3)
• Pengisian air tambak dengan
salinitas 80 ppt sedalam 70 cm
Setelah
tambak
dipersiapkan
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan penebaran benih yaitu
nauplii artemia sebanyak 200 ekor
perliter pada stadia instar I yaitu
artemia
yang
baru
menetas.
Penebaran ini harus dilakukan pada
saat suhu rendah.
Gambar 7.21.
Kemasan cyst Artemia
Menurut Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara (2003)
sudah dapat memproduksi Artemia
ini secara massal pada tambak
bersamaan dengan produksi garam.
Dalam satu musim kering diproduksi
sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan
kista basah sebanyak 40 kg dari luas
tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton.
Budidaya artemia dapat dilakukan
dengan beberapa kegiatan yaitu
mulai
dari
persiapan
tambak,
penebaran
benih,
penumbuhan
makanan
alami,
pemeliharaan,
pemanenan dan prosesing. Tambak
Artemia yang dipelihara didalam
tambak garam untuk tumbuh dan
berkembangbiak
harus
terdapat
makanan yang dapat dikonsumsi
oleh artemia tersebut. Oleh karena
itu harus dilakukan penumbuhan
makanan alami untuk artemia
tersebut dengan cara melakukan
pemupukan secara kontinu dengan
menggunakan pupuk organik atau
anorganik sebanyak 10% dari dosis
awal pemupukan dan dilakukan
inokulasi pakan alami. Makanan
artemia diperairan alami adalah
material partikel detritus organik dan
organisme hidup seperti algae
mikroskopik dan bakteri. Selain itu
Artemia dapat diberikan pakan
367
tambahan berupa dedak yang
diperkaya dengan vitamin dan
mineral atau bungkil kelapa, silase
ikan maupun tepung terigu. Oleh
karena
itu
pada
tambak
pemeliharaan
artemia
diberikan
pakan tambahan berupa bungkil
kelapa yang sebelumnya (2 jam)
direndam baru diberikan dengan
cara menebarkannya secara merata
pada tambak budidaya.
Budidaya artemia dapat dilakukan
pada lokasi yang memiliki salinitas
cukup tinggi yaitu lebih dari 50
promill, menurut hasil penelitian
salinitas ditambak budidaya artemia
pada saat penebaran nauplii artemia
adalah
70
ppt
dan
untuk
menghasilkan kista dengan hasil
yang optimum dibutuhkan salinitas
antara 120 – 140 ppt sedangkan
peningkatan salinitas hingga 150 ppt
akan menghasilkan produktivitas
telur menjadi menurun. Oleh karena
itu,pada tambak budidaya artemia
setelah dilakukan penebaran nauplii
artemia salinitas tambak secara
bertahap terus ditingkatkan dari 70
ppt menjadi 80 ppt terus secara
bertahap dinaikkan sampai menjadi
120 – 140 ppt.
Pada usaha hatchery
air tawar,
payau
maupun
laut
yang
membutuhkan
artemia
sebagai
pakan alami larva dan benihnya,
biasanya mereka membeli produk
cyst artemia dan hanya melakukan
kegiatan
penetasan
cyst/kista
artemia yang sudah cukup banyak
dijual
dalam
kemasan
kaleng
tersebut.
Dalam menetaskan cyst Artemia ada
dua metoda yang dapat dilakukan
yaitu metoda Dekapsulasi dan
metoda tanpa Dekapsulasi. Metoda
penetasan
dengan
dekapsulasi
adalah suatu cara penetasan kista
artemia dengan melakukan proses
penghilangan lapisan luar kista
dengan
menggunakan
larutan
hipokhlorit tanpa mempengaruhi
kelangsungan
hidup
embrio.
Sedangkan metoda penetasan tanpa
dekapsulasi adalah suatu cara
penetasan artemia tanpa melakukan
proses penghilangan lapisan luar
kista
tetapi
secara
langsung
ditetaskan dalam wadah penetasan.
Prosedur yang harus dilakukan
dalam menetaskan cyst artemia
dengan metode Dekapsulasi adalah :
1. Ambil kista artemia sejumlah
yang telah ditentukan dan harus
diketahui bobotnya, kemudian
kista
tersebut
dimasukkan
kedalam wadah yang berbentuk
kerucut dan dilakukan hidrasi
selama 1 – 2 jam dengan
menggunakan air tawar atau air
laut dengan salinitas maksimum
35 permil serta diberi aerasi dari
dasar wadah .
2. Dilakukan penghentian aerasi
sebelum kista tersebut disaring
dengan menggunakan saringan
kasa yang berdiameter 120
mikron , kemudian kista tersebut
dicuci dengan air bersih.
3. Larutan hipoklorit yaitu larutan
yang
mengandung
HclO
disiapkan yang akan digunakan
untuk
melakukan
proses
penghilangan lapisan luar kista.
Larutan
hipoklorit
yang
digunakan dapat diperoleh dari
dua macam senyawa yang
banyak dijual dipasaran yaitu
Natrium hipoklorit (Na O Cl)
368
4.
5.
6.
7.
8.
dengan dosis 10 cc Na O Cl
untuk satu gram kista dan
Kalsium hipoklorit (Ca (Ocl)2
dengan dosis 0,67 gram untuk
satu gram kista . Dari kedua
senyawa larutan hipoklorit ini
kalsium hipoklorit lebih mudah
didapat dan harganya relatif lebih
murah
daripada
natrium
hipoklorit.
Dalam
dunia
perdagangan dan bahasa seharihari kalsium hipoklorit dikenal
sebagai kaporit (berupa bubuk),
sedangkan natrium hipoklorit
dijual berupa cairan dan dikenal
sebagai klorin.
Kista yang telah disaring dengan
saringan
kasa
dimasukkan
kedalam media larutan hipoklorit
dan diaduk secara manual serta
diaerasi secara kuat-kuat, suhu
dipertahankan dibawah 40 oC.
Proses penghilangan lapisan luar
kista dilakukan selama 5 – 15
menit yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna kista
dari coklat gelap menjadi abuabu kemudian orange.
Kista
disaring
dengan
menggunakan
saringan
120
mikron dan dilakukan pencucian
kista dengan menggunakan air
laut
secara
berulang-ulang
sampai bau klorin itu hilang.
Kista artemia tersebut dicelupkan
kedalam larutan HCl 0,1 N
sebanyak dua kali dan dicuci
dengan air bersih dan siap untuk
ditetaskan dengan menggunakan
larutan penetasan
Proses
penetasan
yang
dilakukan sama dengan proses
penetasan tanpa dekapsulasi.
Prosedur yang dilakukan dalam
menetaskan cyst artemia dengan
metoda tanpa dekapsulasi adalah :
1. Cyst/kista yang akan ditetaskan
ditimbang sesuai dengan dosis
yang digunakan misalnya 5 gram
kista
per liter
air
media
penetasan.
2. Wadah dan media penetasan
disiapkan sesuai persyaratan
teknis
3. Cyst/kista artemia dimasukkan
kedalam media penetasan yang
diberi aerasi dengan kecepatan
10 – 20 liter udara/menit, suhu
dipertahankan 25 – 30 oC dan pH
sekitar 8 – 9.
4. Media penetasan diberi sinar
yang berasal dari lampu TL
dengan
intensitas
cahaya
minimal 1.000 lux . Intensitas
cahaya tersebut dapat diperoleh
dari lampu TL /neon 60 watt
sebanyak dua buah dengan jarak
penyinaran dari lampu kewadah
penetasan adalah 20 cm.
5. Penetasan cyst artemia akan
berlangsung selama 24–48 jam
kemudian.
Pemilihan metoda penetasan cyst
artemia sangat bergantung kepada
jenis artemia yang digunakan dan
spesifikasi
dari
jenis
artemia
tersebut. Artemia yang ditetaskan
dari
hasil
dekapsulasi
dapat
langsung diberikan pada benih ikan
atau ditetaskan terlebih dahulu baru
diberikan kepada benih ikan.
Wadah penetasan cyst Artemia
Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami Artemia ada beberapa macam.
369
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan
antara
lain
adalah
kantong plastik berbentuk kerucut,
botol aqua , ember plastik dan
bentuk wadah lainnya yang didesain
berbentung kerucut pada bagian
bawahnya agar memudahkan pada
waktu panen. Sedangkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan
budidaya Artemia antara lain adalah
aerator/blower, selang aerasi, batu
aerasi, selang air, timbangan,
saringan halus/seser, ember,gayung,
gelas ukur kaca, refraktometer.
Pemilihan
wadah
yang
akan
digunakan dalam membudidayakan
Artemia sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
untuk menetaskan cyst Artemia
secara massal dan merupakan
budidaya artemia secara selektif
yaitu membudidayakan pakan alami
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Sedangkan wadah budidaya kolam
tanah
yaitu
tambak
biasanya
dilakukan untuk membudidayakan
artemia. Oleh karena itu ukuran dari
wadah yang akan digunakan sangat
menentukan kapasitas produksi dari
pakan alami Artemia.
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
Artemia diidentifikasi dan dijelaskan
fungsi dan cara kerjanya , langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Langkah pertama adalah peralatan
dan wadah yang akan digunakan
ditentukan sesuai dengan skala
produksi dan kebutuhan. Peralatan
dan
wadah
disiapkan
untuk
digunakan dalam budidaya Artemia.
Wadah yang akan digunakan
dibersihkan dengan menggunakan
sikat dan diberikan desinfektan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroorganisme yang lain.
Wadah yang telah dibersihkan
selanjutnya dapat diari dengan air
bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
Artemia. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi
oksigen
dengan
menggunakan
aerator dan batu aerasi yang
disambungkan
dengan
selang
aerasi. Aerasi ini dapat digunakan
pula untuk menetralkan chlor atau
menghilangkan
Carbondioksida
didalam air.
Media penetasan cyst Artemia
Untuk dapat menetaskan cyst
Artemia kita harus menyiapkan
media yang tepat untuk pakan alami
tersebut agar dapat tumbuh dan
berkembang. Media seperti apakah
yang dapat digunakan untuk tumbuh
dan berkembang pakan alami
Artemia. Artemia merupakan hewan
air yang hidup diperairan laut yang
memiliki salinitas berkisar antara 42
– 316 permil. Organisme ini banyak
terdapat didaerah Australia, Asia,
Afrika, Eropa, Amerika Utara,
Amerika Tengah dan Amerika
Selatan
dimana
pada
daerah
tersebut memiliki salinitas yang
cukup pekat. Berdasarkan habitat
370
alaminya pakan alami Artemia ini
dapat hidup pada perairan yang
mengandung salinitas cukup tinggi,
walaupun
tidak
menutup
kemungkinan untuk hidup diperairan
yang bersalinitas rendah karena
Artemia memiliki adaptasi yang
cukup luas terhadap salinitas.
Bagaimanakah
mempersiapkan
media yang akan dipergunakan
untuk menetaskan cyst artemia?
Cyst artemia dapat ditetaskan pada
media yang mempunyai salinitas 5
permil sampai dengan 35 permil,
walaupun pada habitat aslinya dapat
hidup pada salinitas yang sangat
tinggi. Media penetasan tersebut
dapat dipergunakan air laut biasa
atau membuat air laut tiruan . Air laut
tiruan ini dapat dibuat dengan
menggunakan air tawar ditambahkan
unsur-unsur mineral yang sangat
dibutuhkan untuk media penetasan.
Apabila garam-garam mineral ini sulit
untuk diperoleh dapat digunakan air
tawar biasa ditambahkan dengan
garam dapur dan diukur salinitas
media
tersebut
dengan
menggunakan refraktometer. Dosis
garam dapur yang digunakan untuk
membuat air laut dengan salinitas 35
permil adalah berkisar 30 gram – 35
gram per liter air. Untuk membuat air
laut tiruan dengan garam mineralnya
dapat dilihat pada tabel 7.7 dan 7.8.
Tabel 7.7. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 5
permill
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jenis bahan
Garam dapur (NaCl)
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Magnesium Chlorida (MgCl2)
Kalsium Chlorida (CaCl2)
Kalium Chlorida (KCl)
Natrium Hidrokarbonat (NaHCO3)
Air tawar
Jumlah
50 gram
13 gram
10 gram
3 gram
2 gram
20 gram
10 liter
371
Tabel 7.8. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 30
permill
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis bahan
Garam dapur (NaCl)
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Kalium Iodida (KI)
Kalsium Chlorida (CaCl2)
Kalium Chlorida (KCl)
Natrium Bromida (NaBr)
Kalium Bifosfat (KH2PO4)
Air tawar
Langkah kerja dalam menyiapkan
wadah budidaya Artemia adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dan sebutkan
fungsi dan cara kerja peralatan
tersebut!
2. Tentukan wadah yang akan
digunakan untuk menetaskan
Artemia !
3. Bersihkan
wadah
dengan
menggunakan sikat dan disiram
dengan air bersih, kemudian
lakukan pensucihamaan wadah
dengan menggunkan desinfektan
sesuai dengan dosisnya.
4. Bilaslah wadah yang telah
dibersihkan
dengan
menggunakan air bersih.
5. Pasanglah
peralatan
aerasi
dengan merangkaikan antara
aerator, selang aerasi dan batu
aerasi,
masukkan
kedalam
wadah
budidaya.
Ceklah
keberfungsian peralatan tersebut
dengan memasukkan kedalam
arus listrik.
6. Buatlah
larutan garam untuk
media penetasan cyst artemia
dengan cara melarutkan garam
Jumlah
280 gram
70 gram
0,05 gram
15 gram
7 gram
1 gram
0,5 gram
10 liter
dapur (NaCl) kedalam air tawar
dengan dosis 35 gram perliter air
tawar.
7. Ukurlah
salinitas
media
penetasan dengan menggunakan
alat refraktometer, catat. Jika
salinitas media tidak sesuai
dengan
yang
diinginkan
tambahkan garam atau air tawar
kedalam media sampai diperoleh
salinitas
media
sesuai
kebutuhan.
Inokulasi Artemia
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan
alami
Artemia,
kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan
alami
Artemia,
ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur.
Identifikasi Artemia perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan
inokulasi.
Artemia
372
merupakan
salah
satu
jenis
zooplankton yang hidup diperairan
laut yang bersalinitas antara 42
sampai
dengan
316
permil.
Berdasarkan klasifikasinya Artemia
sp dapat dimasukkan kedalam :
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Ordo
: Anastraca
Famili
: Artemidae
Genus
: Artemia
Spesies : Artemia salina
Morfologi Artemia dapat dilihat
secara langsung dibawah mikroskop,
ciri khas nya yang sangat mudah
untuk dikenali setelah siste artemia
menetas adalah berubah menjadi
nauplius. Dalam perkembangannya
mengalami 15 kali perubahan bentuk
(metamorfosis)
,
setiap
kali
perubahan
bentuk
merupakan
tahapan suatu tingkatan yaitu instar
I – instar XV, setelah itu menjadi
artemia dewasa.
Tubuh Artemia dewasa mempunyai
ukuran 1 – 2 cm dengan sepasang
kaki majemuk dan 11 pasang
thoracopoda. Setiap thoracopoda
mempunyai eksopodit, endopodit
dan epipodite yang masing-masing
berfungsi sebagai alat pengumpul
pakan, alat berenang dan alat
pernafasan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 7.
Artemia yang akan ditebar kedalam
media penetasan berasal dari cyst
artemia. Cyst artemia berupa telur
yang mengalami fase istirahat
karena kondisi lingkungan perairan
buruk . Hal ini terjadi karena sifat
induk artemia di alam mempunyai
dua cara perkembangbiakan yaitu
pada saat kondisi perairan baik maka
telur yang dihasilkan akan langsung
menetas
menjadi
nauplius
(ovovivipar) sedangkan pada kondisi
perairan buruk akan disimpan dalam
bentuk telur (kista) disebut juga
ovipar. Untuk lebih jelasnya tentang
perkembangbiakan Artemia dapat
dilihat pada Gambar 7.22.
Gambar 7.22. Perkembangbiakan
Artemia
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Artemia
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Bagaimanakah anda melakukan
penebaran cyst Artemia yang akan
digunakan untuk menetaskan cyst
Artemia didalam wadah budidaya
yang dilakukan secara terkontrol ?
Apakah cyst Artemia itu? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut mari
kita diskusikan dan pelajari dari buku
ini.
373
Cyst Artemia atau siste Artemia
adalah telur yang telah berkembang
lebih lanjut menjadi embrio dan
kemudian diselubungi oleh cangkang
yang tebal dan kuat. Cangkang ini
berguna untuk melindungi embrio
terhadap
pengaruh
kekeringan,
benturan keras, sinar ultra violet dan
mempermudah pengapungan. Jadi
cyst artemia itu yang akan ditetaskan
adalah hasil dari perkawinan artemia
dewasa jantan dan betina yang pada
kondisi lingkungan buruk akan
membentuk fase istirahat atau
dorman. Dan biasanya disebut telur
kering (diapauze).
Artemia yang dijual dipasaran
merupakan hasil budidaya atau
eksploitasi dari alam yang dikemas
dalam kemasan kaleng dengan berat
rata-rata 450 gram. Telur artemia
yang berasal dari laut atau tambak
ini dipanen dengan menggunakan
seser, kemudian dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang melekat. Kista
yang berisi embrio akan mengapung
dipermukaan air. Kemudian kista
tersebut dikeringkan dibawah sinar
matahari
atau
dengan
alat
pengering/oven
dengan
suhu
sebaiknya tidak lebih dari 40oC .
Pengeringan didalam alat pengering
ini dilakukan selama tiga jam sampai
kadar air dari siste tersebut kurang
dari 10% agar tahan lama dalam
penyimpanan. Lama penyimpanan
siste
artemia
jika
dilakukan
pengemasan dengan kaleng tanpa
udara atau kantong plastik berisi gas
Nitrogen adalah lima tahun.
Berapakah kebutuhan cyst artemia
yang
harus
ditetaskan
untuk
memenuhi kebutuhan produksi?
Untuk menjawab hal tersebut ada
beberapa hal yang harus dipahami
antara lain adalah padat penebaran
cyst atau siste artemia didalam
media penetasan dan disesuaikan
dengan volume media penetasan.
Berdasarkan pengalaman beberapa
akuakulturis dalam menetaskan cyst
artemia, padat penebaran yang
digunakan
adalah 5-7 gram/liter.
Semakin
besar
wadah
yang
digunakan maka jumlah siste yang
akan ditebarkan akan semakin
banyak. Oleh karena itu harus dipilih
wadah yang tepat untuk menetaskan
siste artemia tersebut.
Setelah ditentukan padat penebaran
yang
akan
dilakukan
dalam
penetasan cyst artemia, langkah
selanjutnya jika media penetasan
sudah dipersiapkan dan volumenya
sudah dihitung adalah melakukan
penebaran siste artemia kedalam
media
penetasan.
Cara
yang
dilakukan
untuk
melakukan
penebaran siste artemia adalah :
1. Tentukan
volume
media
penetasan.
2. Hitung jumlah siste yang akan
ditebar sesuai dengan volume
media penetasan sesuai dengan
dosis yang telah ditetapkan.
3. Ambil
siste
artemia
dan
timbanglah sesuai kebutuhan.
4. Masukkan siste kedalam wadah
yang berisi media penetasan
sesuai dengan salinitas yang
telah ditetapkan dengan cara
menuangkan secara perlahan
siste kedalam media, pada saat
siste ditebar sebaiknya selang
aerasi dihentikan terlebih dahulu
agar siste tersebut berada
didalam media penetasan.
374
Langkah kerja dalam menebar cyst
artemia adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
menebar cyst Artemia.
2. Tentukan padat penebaran cyst
Artemia dan volume media
penetasan!
3. Hitunglah jumlah cyst yang akan
ditebar setelah ditentukan pada
point 2 berdasarkan volume
media penetasan !
4. Lakukan penimbangan dengan
tepat berdasarkan perhitungan
jumlah cyst Artemia pada point 3.
5. Masukkanlah cyst Artemia yang
telah ditimbang kedalam media
penetasan
secara
hati-hati,
lepaskan aerasi didalam media
penetasan pada saat dilakukan
penebaran !
6. Pasanglah aerasi setelah cyst
Artemia
ditebarkan
kedalam
media penetasan !
7. Amati proses penetasan cyst
Artemia dengan menghitung
percentage penetasannya!
Persentase penetasan N
(Hatching Persentase) = ---- X 100%
C
Dimana :
N : jumlah
nauplius
yang
menetas
C : jumlah cyst yang ditebar
Artemia salina merupakan salah satu
zooplankton sebagai sumber pakan
alami yang sangat cocok bagi larva
ikan konsumsi maupun ikan hias.
Jenis pakan alami ini dapat diperoleh
dengan
cara
membudidayakan
Artemia di lahan budidaya/ tambak
atau hanya menetaskan cyst/siste
Artemia yang dibeli dalam bentuk
kemasan kaleng berisi 450 gram dan
ditetaskan dalam wadah budidaya
yang sesuai sampai dipelihara
sesuai dengan kebutuhan.
Dalam
menetaskan
cyst/siste
artemia ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan antara lain adalah
memantau proses penetasan cyst
artemia.
Cyst
artemia
yang
ditetaskan dalam wadah budidaya
berbentuk kerucut dan bening akan
sangat mudah untuk memantau
proses
penetasannya.
Proses
penetasan artemia akan berlangsung
selama 24-48 jam. Cyst Artemia
yang diperdagangkan merupakan
cyst yang telah dikeringkan dengan
kadar air kurang dari 10%. Oleh
karena itu dalam proses penetasan
dapat dilakukan dengan dua metoda
yaitu metoda Dekapsulasi dan
metoda tanpa dekapsulasi. Dari
kedua metoda tersebut akan terjadi
proses penetasan yang berbeda.
Proses
penetasan
dengan
menggunakan metoda dekapsulasi,
cyst artemia pada tahap awal
dilakukan perendaman dengan air
tawar selama satu jam yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar
air pada cyst artemia dan cyst
artemia
tersebut
akan
menggembung karena air masuk
kedalam
cyst,
Cyst
yang
menggembung akan mulai terjadi
proses metabolisme. Setelah satu
jam direndam dan cyst sudah
mengandung kadar air kurang lebih
65% maka cyst artemia tersebut
disaring dengan menggunakan kain
saringan 120 mikron serta dicuci
dengan air tawar atau air laut sampai
bersih.
Kemudian
dimasukkan
375
kedalam larutan hipoklorit yang telah
disiapkan lengkap dengan aerasinya.
Proses dekapsulasi berlangsung
selama
10-15
menit.
Proses
dekapsulasi
ditandai
dengan
terjadinya perubahan warna siste
dari coklat menjadi abu-abu dan
akhirnya berwarna jingga serta air
didalam wadah mengandung buih
atau busa.
Setelah proses dekapsulasi selesai
siste yang sudah tidak bercangkang
diambil dengan alat penyedot dan
disaring dengan menggunakan alat
penyaring dari kasa kawat baja tahan
karat (stainless steel) dengan ukuran
mata 120-150 mikron. Proses
pencucian
dilakukan
dengan
menggunakan air tawar atau air laut
sampai bau chlorine hilang. Siste
yang sudah tidak bercangkang
tersebut masih berupa siste yang
telanjang belum menetas karena
masih diselimuti oleh selaput embrio
yang tipis. Oleh karena itu masih
harus dilakukan penetasan dengan
menggunakan
air
laut
yang
bersalinitas 5-35 permil.
misalnya 5 gram siste per liter air
media penetasan. Kemudian wadah
dan media penetasan disiapkan
sesuai persyaratan teknis yang telah
ditentukan, siste artemia dimasukkan
kedalam media penetasan yang
diberi aerasi dengan kecepatan 10 –
20
liter
udara/menit,
suhu
dipertahankan 25 – 30 oC dan pH
sekitar 8 – 9. Media penetasan diberi
sinar yang berasal dari lampu TL
dengan intensitas cahaya minimal
1.000 lux. Intensitas cahaya tersebut
dapat diperoleh dari lampu TL/neon
60 watt sebanyak dua buah dengan
jarak
penyinaran
dari
lampu
kewadah penetasan adalah 20 cm.
Penetasan
cyst
artemia
akan
berlangsung selama 24-48
jam
kemudian.
Proses penetasan cyst artemia
dengan
metoda
dekapsulasi
selanjutnya adalah melarutkan siste
tersebut dengan larutan garam
bersalinitas antara 5 permil sampai
dengan 35 permil. Waktu yang
dibutuhkan sampai siste tersebut
menetas
menjadi
nauplius
dibutuhkan waktu sekitar 24 - 48
jam.
Langkah Kerja Memantau proses
penetasan artemia adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan pemantauan proses
penetasan artemia.
2. Amati siste artemia didalam
media penetasan, catat dan
diskusikan !
3. Amati setiap jam perkembangan
dari siste artemia dibawah
mikroskop
dan
catat
jam
terjadinya
penetasan
siste
manjadi nauplius !
4. Hitunglah jumlah persentase
siste yang menetas didalam
media penetasan sesuai dengan
rumus !
Proses penetasan cyst/siste artemia
dengan metoda tanpa dekapsulasi
dilakukan dengan cara siste yang
akan ditetaskan ditimbang sesuai
dengan dosis yang digunakan
Pakan alami artemia yang telah
ditetaskankan di media penetasan
bertujuan untuk diberikan kepada
larva/benih
yang
dipelihara.
Kebutuhan larva/benih ikan akan
376
pakan
alami
Artemia
selama
pemeliharaan adalah setiap hari.
Oleh karena itu waktu pemanenan
pakan alami itu sangat bergantung
kepada kebutuhan larva/benih akan
pakan alami Artemia. Pemanenan
pakan alami Artemia ini dapat
dilakukan setiap hari atau seminggu
sekali atau dua minggu sekali. Hal
tersebut
bergantung
kepada
kebutuhan suatu usaha terhadap
ketersediaan pakan alami Artemia.
Pemanenan pakan alami Artemia
yang dilakukan setiap hari biasanya
jumlah yang dipanen adalah kurang
dari 20%. Pemanenan Artemia dapat
juga dilakukan seminggu sekali atau
dua
minggu
sekali
sangat
bergantung kepada ukuran Artemia
yang
akan
diberikan
kepada
larva/benih ikan. Cyst artemia yang
baru menetas mempunyai ukuran
antara 200-350 mikrometer (0,2-0,35
mm) dan disebut nauplius. Duapuluh
empat jam setelah menetas nauplius
artemia ini akan mulai tumbuh organ
pencernaannya, oleh karena itu pada
masa tersebut artemia sudah mulai
makan dengan adanya makanan
didalam media penetasan artemia
akan tumbuh dan berkembang.
Artemia menjadi dewasa pada umur
empatbelas hari dan akan beranak
setiap empat sampai lima hari sekali.
Jadi waktu panen artemia sangat
ditentukan oleh ukuran besar mulut
larva yang akan mengkonsumsinya
dengan ukuran artemia yang akan
ditetaskan. Jika didalam media
penetasan tidak terdapat sumber
makanan bagi artemia maka artemia
tidak akan tumbuh dan berkembang
melainkan
akan
mati
secara
perlahan-lahan karena kekurangan
energi. Pada beberapa usaha
pembenihan
biasanya
hanya
dilakukan penetasan cyst artemia
tanpa
melakukan
pemeliharaan
terhadap cyst yang telah ditetaskan.
Setelah cyst artemia menetas 24-48
jam setelah ditetaskan maka akan
dilakukan pemanenan cyst artemia
dengan cara sebagai berikut :
1. Lepaskan aerasi yang ada
didalam wadah penetasan.
2. Lakukan
penutupan
wadah
penetasan pada bagian atas
dengan menggunakan plastik
hitam agar artemia yang menetas
akan berkumpul pada bagian
bawah
wadah
penetasan.
Artemia
mempunyai
sifat
fototaksis positif yang akan
bergerak menuju sumber cahaya.
3. Diamkan beberapa lama (kurang
lebih 15-30 menit) sampai
seluruh cyst yang telah menetas
berkumpul didasar wadah.
4. Lakukan penyedotan dengan
selang untuk mengambil artemia
yang
telah
menetas
dan
ditampung dengan kain saringan
yang diletakkan didalam wadah
penampungan.
5. Bersihkan artemia yang telah
dipanen dengan menggunakan
air tawar yang bersih dan siap
untuk
diberikan
kepada
larva/benih ikan konsumsi/ikan
hias.
7.3.3. Budidaya Rotifera
Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami Rotifera ada beberapa macam.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan antara lain adalah bak
semen, tanki plastik, bak beton, bak
377
fiber dan kolam tanah. Sedangkan
peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan budidaya Rotifera antara
lain adalah aerator/blower, selang
aerasi, batu aerasi, selang air,
timbangan, kantong plastik, tali rafia,
saringan halus/seser, ember,gayung,
gelas ukur kaca.
Pemilihan
wadah
yang
akan
digunakan dalam membudidayakan
Rotifera sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
untuk membudidayakan Rotifera
secara
selektif
yaitu
membudidayakan
pakan
alami
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Sedangkan wadah budidaya kolam
tanah biasanya dilakukan untuk
membudidayakan
pakan
alami
nonselektif yaitu membudidayakan
pakan alami secara bersama-sama
dengan
ikan
yang
akan
mengkomsumsi
pakan
alami
tersebut.
Rotifera yang dipelihara didalam
wadah pemeliharaan akan tumbuh
dan berkembang oleh karena itu
harus dipantau kepadatan populasi
Rotifera didalam wadah. Alat yang
digunakan adalah gelas ukur kaca
yang
berfungsi
untuk
melihat
kepadatan populasi Rotifera yang
dibudidayakan
didalam
wadah
pemeliharaan. Selain itu diperlukan
juga seser atau saringan halus pada
saat akan melakukan pemanenan
Rotifera. Rotifera yang telah dipanen
tersebut dimasukkan kedalam ember
plastik untuk memudahkan dalam
pengangkutan dan digunakan juga
gayung plastik untuk mengambil
media air budidaya Rotifera yang
telah diukur kepadatannya.
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
Rotifera diidentifikasi dan dijelaskan
fungsi dan cara kerjanya , langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Langkah pertama adalah peralatan
dan wadah yang akan digunakan
ditentukan sesuai dengan skala
produksi dan kebutuhan. Peralatan
dan
wadah
disiapkan
untuk
digunakan dalam budidaya Rotifera.
Wadah yang akan digunakan
dibersihkan dengan menggunakan
sikat dan diberikan desinfektan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroorganisme yang lain.
Wadah yang telah dibersihkan
selanjutnya dapat diari dengan air
bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
Rotifera. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi
oksigen
dengan
menggunakan
aerator dan batu aerasi yang
disambungkan
dengan
selang
aerasi. Aerasi ini dapat digunakan
pula untuk menetralkan chlor atau
menghilangkan
Carbondioksida
didalam air. Kedalaman air didalam
wadah budidaya yang optimum
adalah 50 cm dan maksimum adalah
90 cm.
Langkah kerja dalam menyiapkan
peralatan dan wadah kultur pakan
378
alami
Rotifera adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dan sebutkan
fungsi dan cara kerja peralatan
tersebut!
2. Tentukan wadah yang akan
digunakan
untuk
membudidayakan Rotifera !
3 Bersihkan
wadah
dengan
menggunakan sikat dan disiram
dengan air bersih, kemudian
lakukan pensucihamaan wadah
dengan menggunkan desinfektan
sesuai dengan dosisnya.
4. Bilaslah wadah yang telah
dibersihkan
dengan
menggunakan air bersih.
5. Pasanglah
peralatan
aerasi
dengan merangkaikan antara
aerator, selang aerasi dan batu
aerasi,
masukkan
kedalam
wadah
budidaya.
Ceklah
keberfungsian peralatan tersebut
dengan memasukkan kedalam
arus listrik.
6. Masukkan air bersih yang tidak
terkontaminasi kedalam wadah
budidaya dengan menggunakan
selang plastik dengan kedalaman
air
yang
telah
ditentukan,
misalnya 50 cm.
Media seperti apakah yang dapat
digunakan
untuk
tumbuh
dan
berkembang pakan alami Rotifera.
Rotifera merupakan hewan air yang
hidup diperairan tawar subtropik dan
tropik baik di daerah danau, sungai
dan
kolam-kolam.
Berdasarkan
habitat alaminya pakan alami
Rotifera ini dapat hidup pada
perairan yang mengandung unsur
hara. Unsur hara ini dialam diperoleh
dari hasil dekomposisi nutrien yang
ada
didasar
perairan.
Untuk
melakukan budidaya pakan alami
diperlukan unsur hara tersebut
didalam media budidaya. Unsur hara
yang dimasukkan kedalam media
tersebut pada umumnya adalah
pupuk.
Jenis pupuk yang dapat digunakan
sebagai sumber unsur hara pada
media kultur pakan alami Rotifera
adalah pupuk organik dan anorganik.
Pemilihan antara kedua jenis pupuk
tersebut sangat bergantung kepada
ketersediaan pupuk tersebut dilokasi
budidaya, dan kedua jenis pupuk
tersebut dapat digunakan sebagai
sumber unsur hara.
Jenis pupuk organik yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang,
pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari campuran antara
kotoran
hewan
dengan
sisa
makanan dan alas tidur hewan
tersebut.
Campuran
ini
telah
mengalami pembusukan sehingga
sudah tidak berbentuk seperti
semula. Pupuk kandang yang akan
dipergunakan sebagai pupuk dalam
media kultur pakan alami adalah
pupuk kandang yang telah kering.
Mengapa pupuk kandang yang
digunakan harus yang kering ?
Pupuk kandang yang telah kering
sudah
mengalami
proses
pembusukan
secara
sempurna
sehingga secara fisik seperti warna,
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya
tidak seperti bahan aslinya.
Pupuk kandang ini jenisnya ada
beberapa macam antara lain adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam,
burung dan kuda. Dari berbagai jenis
kotoran hewan tersebut yang biasa
379
digunakan adalah kotoran ayam dan
burung puyuh. Kotoran ayam dan
burung puyuh yang telah kering ini
digunakan dengan dosis sesuai
kebutuhan.
Jenis pupuk anorganik juga bisa
digunakan sebagai sumber unsur
hara pada media kultur Rotifera jika
pupuk kandang tidak terdapat
dilokasi tersebut. Jenis pupuk
anorganik yang biasa digunakan
adalah pupuk yang mengandung
unsur Nitrogen, Phosphat dan
Kalium. Pupuk anorganik yang
banyak mengandung unsur nitrogen
dan banyak dijual dipasaran adalah
urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA),
sedangkan unsur phosphat adalah
Triple Superphosphat (TSP). Untuk
lebih mudahnya saat ini juga sudah
dijual
pupuk
majemuk
yang
mengandung
unsur
Nitrogen,
Phosphate dan Kalium (NPK).
Pupuk yang dimasukkan kedalam
media kultur pakan alami yang
berfungsi
untuk
menumbuhkan
bakteri, fungi, detritus dan beragam
phytoplankton sebagai makanan
utama Rotifera. Dengan tumbuhnya
pakan Rotifera di dalam media kultur
maka pakan alami yang akan
dipelihara di dalam wadah budidaya
tersebut
akan
tumbuh
dan
berkembang.
Berapakah dosis pupuk yang harus
ditebarkan kedalam media kultur
pakan alami Rotifera ? Berdasarkan
pengalaman beberapa pembudidaya
dosis yang digunakan untuk pupuk
kandang
dari
kotoran
ayam
sebanyak 500 gram/m3, sedangkan
yang berasal dari kotoran burung
puyuh adalah 1000 gram/m3, atau
1,0 gram/liter. Tetapi dosis pupuk
kandang yang berasal dari kotoran
burung puyuh berdasarkan hasil
penelitian
dan
memberikan
pertumbuhan populasi Rotifera pada
hari
ketujuh
sebanyak
80
individu/liter.
Dosis yang digunakan untuk pupuk
anorganik
harus
dihitung
berdasarkan kebutuhan unsur hara
yang
dibutuhkan.
Beberapa
pembudidaya
ada
yang
menggunakan pupuk nitrat dan
phosphat sebagai unsur hara yang
dimasukkan kedalam media kultur
pakan alami. Dosis yang digunakan
dihitung
berdasarkan kandungan
unsur hara yang terdapat dalam
pupuk an organik, misalnya pupuk
yang akan digunakan adalah urea
dan ZA. Kadar unsur N dalam urea
adalah 46%, artinya dalam setiap
100 kg urea mengandung unsur N
sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N
nya 21% , artinya kadar N dalam
pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan
pupuk
kandang
yang
baik
mengandung unsur N sebanyak 1,5–
2%. Oleh karena dalam menghitung
jumlah pupuk anorganik yang
dibutuhkan dalam media kultur
pakan alami dilakukan perhitungan
matematis. Misalnya kebutuhan urea
adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46,
maka kebutuhan urea adalah 3 : 46
= 0,065 kg.
Pupuk yang telah ditentukan akan
digunakan sebagai sumber unsur
hara dalam media kultur pakan alami
selanjutnya dihitung dan ditimbang
sesuai
dengan
dosis
yang
dibutuhkan. Penimbangan dilakukan
setelah wadah budidaya disiapkan.
Kemudian
pupuk
tersebut
380
dimasukkan kedalam kantong plastik
atau karung plastik diikat dan di
lubangi dengan menggunakan paku
atau gunting agar pupuk tersebut
dapat mudah larut didalam media
kultur pakan alami Rotifera. Pupuk
tersebut akan berproses didalam
media
dan
akan
tumbuh
mikroorganisme sebagai makanan
utama dari Rotifera. Waktu yang
dibutuhkan oleh proses dekomposisi
pupuk didalam media kultur pakan
alami Rotifera ini berkisar antara 7 –
14 hari. Setelah itu baru bisa
dilakukan penebaran bibit Rotifera
kedalam media kultur.
Selama dalam pemeliharaan harus
terus dilakukan pemupukan susulan
seminggu sekali dengan dosis
setengah dari pemupukan awal.
Pakan alami Rotifera mempunyai
siklus hidup yang relatif singkat yaitu
4 – 12 hari. Oleh karena itu agar
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus harus selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam media
kultur pakan alami Rotifera juga
harus
dilakukan
pengukuran.
Rotifera
akan
tumbuh
dan
berkembang pada media kultur yang
mempunyai kandungan Oksigen
terlarut sebanyak > 5 ppm,
kandungan amonia < 1 ppm, suhu air
berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air
antara 6 – 8.
Langkah kerja yang harus dilakukan
pada pembuatan media budidaya
Rotifera sama dengan budidaya
Daphnia.
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan
alami
Rotifera,
kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan
alami
Rotifera,
ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur .
Identifikasi Rotifera perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan
inokulasi.
Rotifera
merupakan
salah
satu
jenis
zooplankton yang hidup diperairan
tawar didaerah tropis dan subtropis.
Berdasarkan klasifikasinya Rotifera
sp dapat dimasukkan kedalam :
Filum
: Rotifera
Kelas
: Monogononta
Ordo
: Ploima
Famili
: Brachionidae
Subfamili
: Brachioninae
Genus
: Brachionus
Spesies
: Brachionus
calyciflorus
Morfologi Rotifera dapat dilihat
secara langsung dibawah mikroskop,
ciri khas nya yang sangat mudah
untuk dikenali adalah adanya corona
atau
semacam
selaput
yang
dikelilingi cilia yang mencolok
disekitar mulutnya. Lingkaran cilia
dibagian anterior terdapat diatas
pedestal yang terbagi dua yang
disebut
trocal
disk.
Gerakan
membranela pada trochal disk
seperti dua roda yang berputar.
381
Trochal disk digunakan
berenang dan makan.
untuk
Tubuh
Rotifera
umumnya
transparan,
beberapa
berwarna
hijau, merah atau coklat yang
disebabkan oleh warna makanan
yang
ada
disekitar
saluran
pencernaannya. Tubuh terbagi atas
tiga bagian yaitu bagian kepala yang
pendek, badan yang besar dan kaki
atau ekor. Bentuk tubuh agak
panjang dan silindris. Pada kepala
terdapat corona yang berguna
sebagai alat untuk mengalirkan
makanan, organ perasa atau peraba
dan bukaan mulut.
Rongga badan berisi cairan tubuh
dan terdapat beberapa organ tubuh,
yaitu saluran pencernaan yang terdiri
dari mastax dengan kelenjar ludah,
oesophagus,
lambung
dengan
kelenjar perut dan usus. Organ
ekresi,
organ
genital
meliputi
germanium
atau
ovari
dan
vitellarium.
Sejumlah
otot-otot
melingkar dan membujur yang
meluas sampai ke kepala dan kaki.
Kepala dan badan tidak jelas
batasnya, kaki ramping dan ujung
kaki mengecil, pada ujung kaki
terdapat dua ruas semu atau lebih
bahkan kadang-kadang tidak terlihat
karena ditarik kedalam tubuh atau
mengkerut dan adakalanya tidak.
Kaki yang beruas semu mempunyai
dua jari dan mengandung kelenjar
kaki yang bermuara di ujung jari.
Badan Brachionus dilapisi kutikula
yang membentuk lapisan agak tebal
dan kaku yang disebut lorica. Ukuran
lorica berbeda-beda untuk setiap
spesies yang sama pada habitat
berbeda. Rata-rata lebar lorica
Brachionus calyciflorus bervariasi
antara 124 – 300 mikron. Panjang
tubuh berkisar antara 200 – 500 µm .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.23.
Gambar 7.23. Rotifera
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis Rotifera yang
akan ditebar kedalam media kultur
adalah
melakukan
pemilihan
terhadap bibit Rotifera. Pemilihan
bibit Rotifera yang akan ditebar
kedalam
media
kultur
harus
dilakukan dengan tepat. Bibit yang
akan ditebar kedalam media kultur
harus yang sudah dewasa. Rotifera
dewasa berukuran 2,5 mm, anak
pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan
secara parthenogenesis. Ukuran
badan dan nilai kalori rotifer
berdasarkan volume dan bobot dapat
dilihat pada tabel 7.9.
382
Tabel 7.9. Ukuran badan dan nilai kalori rotifer (Brachionus sp)
Rotifer
Panjang
lorika
(µm)
Betina
Jantan
Telur
Telur Kista
273 ± 13
113 ± 3
128 ± 1
98 ± 4
Lebar
lorika
(µm)
Volume
(ml)
Bobot
(µg)
Nilai kalori
(10 -7 kkal)
170
92
105
77
1,77
0,29
0,90
0,30
0,195
0,031
0,096
0,033
10,89
1,75
5,50
1,85
Perkembangbiakan Rotifera di dalam
media kultur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara sexual dan
asexual. Perkembangbiakan secara
asexual (tidak kawin) yang disebut
dengan
Parthenogenesis
terjadi
dalam keadaan normal. Sifat yang
khas pada rotifera adalah adanya
dua tipe jenis betina yaitu betina
miktik dan amiktik. Betina amiktik
menghasilkan telur yang akan
berkembang menjadi betina amiktik
pula.
Tetapi
dalam
keadaan
lingkungan
yang
kurang
menguntungkan
(tidak
normal)
seperti terjadi perubahan salinitas,
suhu air dan kualitas pakan, maka
telur betina amiktik tersebut dapat
menetas menjadi betina miktik.
Betina miktik ini akan menghasilkan
telur yang akan berkembang menjadi
jantan. Bila jantan dan betina miktik
tersebut kawin, maka betina miktik
akan menghasilkan telur dorman
(dorman egg) dengan cangkang
yang keras dan tebal yang tahan
terhadap kondisi perairan yang jelek
dan kekeringan, dan dapat menetas
bila keadaan perairan telah normal
kembali. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.24.
383
Gambar 7.24. Daur hidup rotifer (Brachionus sp)
Rotifera mempunyai umur hidup
yang relatif singkat yaitu antara 4 –
19 hari. Menurut beberapa ahli 24
jam setelah menetas Brachionus
muda telah menjadi dewasa dan
dapat menghasilkan telur 2 sampai
3 butir. Hal ini telah diperkuat oleh
peneliti bahwa jumlah telur yang
dihasilkan
oleh
induk
betina
Brachionus calyciflorus yang dikultur
secara khusus di laboratorium
adalah rata-rata 3 – 6 butir.
Sedangkan pengetahuan tentang
jumlah telur yang dihasilkan oleh
betina miktik masih sedikit sekali,
tetapi diduga tidak jauh berbeda dari
jumlah telur yang dihasilkan oleh
betina amiktik.
Setelah dapat membedakan antara
individu Rotifera yang telur, anak,
remaja
dan
dewasa
maka
selanjutnya adalah memilih individu
yang dewasa sebagai calon bibit
yang akan ditebarkan kedalam
media kultur. Jumlah bibit yang akan
ditebarkan kedalam media kultur
sangat bergantung kepada volume
media kultur . Padat penebaran bibit
yang akan diinokulasi kedalam
media kultur biasanya adalah 20 –
25 individu perliter.
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
384
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Rotifera
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Langkah kerja dalam menebar bibit
pakan alami rotifera adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan inokulasi/penanaman
bibit pakan alami Rotifera!
2. Siapkan
mikroskop
dan
peralatannya
untuk
mengidentifikasi jenis Rotifera
yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah seekor Rotifera dengan
menggunakan
pipet
dan
letakkan diatas objec glass, dan
teteskan formalin agar individu
tersebut tidak bergerak !
4. Letakkan objec glass dibawah
mikroskop dan amati morfologi
Rotifera serta cocokkan dengan
gambar 6.
5. Lakukan pengamatan terhadap
individu Rotifera beberapa kali
ulangan
agar
dapat
membedakan tahapan stadia
pada Rotifera yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
6. Hitunglah panjang tubuh individu
Rotifera
dewasa
beberapa
ulangan dan perhatikan ukuran
tersebut dengan kasat mata!
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang
akan ditebarkan kedalam media
kultur d an letakkan dalam
wadah yang terpisah!
8. Tentukan padat penebaran yang
akan digunakan dalam budidaya
pakan alami Rotifera tersebut
sebelum dilakukan penebaran.
9. Hitunglah jumlah bibit yang akan
ditebar tersebut sesuai dengan
point 8.
10. Lakukan penebaran bibit pakan
alami Rotifera pada pagi atau
sore
hari
dengan
cara
menebarkannya
secara
perlahan-lahan kedalam media
kultur.
Pemupukan susulan pada budidaya
rotifera dilakukan sama dengan
budidaya
daphnia.
Frekuensi
pemupukan
susulan
ditentukan
dengan melihat sample air didalam
media kultur , parameter yang
mudah
dilihat
adalah
jika
transparansi kurang dari 0,3 m
didalam media kultur. Hal ini dapat
dilihat dari warna air media yang
berwarna keruh atau warna teh
bening. Jika hal tersebut terjadi
segera
dilakukan
pemupukan
susulan.
Jenis
pupuk
yang
digunakan
sama
dengan
pemupukan awal.
Mengapa pertumbuhan populasi
pakan alami Rotifera harus dipantau
? Kapan waktu yang tepat dilakukan
pemantauan populasi pakan alami
Rotifera
yang
dibudidayakan
didalam media kultur ? Bagaimana
kita menghitung kepadatan populasi
pakan alami Rotifera didalam media
kultur ? Mari kita jawab pertanyaanpertanyaan
tersebut
dengan
mempelajari beberapa referensi
tentang hal tersebut atau dari
majalah dan internet yang dapat
menjawabnya. Didalam handout ini
akan diuraikan secara singkat
tentang
pertumbuhan
Rotifera,
menghitung kepadatan populasi dan
waktu pemantauannya.
385
Rotifera yang dipelihara dalam
media kultur yang tepat akan
mengalami
pertumbuhan
yang
cepat. Secara biologis Rotifera akan
tumbuh dewasa pada umur satu
hari (24 jam setelah menetas), jika
pada saat inokulasi yang ditebarkan
adalah bibit Rotifera yang dewasa
maka dalam waktu dua hari bibit
Rotifera tersebut sudah mulai
beranak, karena periode maturasi
Rotifera
pada
media
yang
mempunyai suhu 25 oC adalah satu
hari. Jumlah telur yang dikeluarkan
dari satu induk bibit Rotifera adalah
sebanyak 2 – 3 butir. Daur hidup
Rotifera adalah 6 – 19 hari dan
Rotifera menjadi dewasa hanya
dalam waktu satu hari, sehingga
bisa
diperhitungkan
prediksi
populasi Rotifera didalam media
kultur.
Berdasarkan siklus hidup Rotifera
maka kita dapat menentukan waktu
yang
tepat
untuk
dilakukan
pemanenan sesuai dengan kebu
tuhan larva atau benih ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami
Rotifera. Ukuran Rotifera yang
dewasa dan anak-anak berbeda
oleh karena itu perbedaan ukuran
tersebut sangat bermanfaat bagi
ikan yang akan mengkonsumsi dan
disesuaikan dengan ukuran bukaan
mulut larva.
Pemantauan pertumbuhan pakan
alami Rotifera di media kultur harus
dilakukan
agar
tidak
terjadi
kepadatan
populasi
yang
mengakibatkan tingkat kematian
yang tinggi didalam media. Hal
tersebut diakibatkan oleh kurangnya
oksigen didalam media kultur.
Tingkat kepadatan populasi yang
maksimal didalam media kultur
adalah 80 individu permililiter,
walaupun ada juga yang mencapai
kepadatan 120 – 150 individu
permililiter.
Untuk mengukur tingkat kepadatan
populasi Rotifera didalam media
kultur dilakukan dengan cara
sampling beberapa titik dari media,
minimal tiga kali sampling. Sampling
dilakukan dengan cara mengambil
air media kultur yang berisi Rotifera
dengan menggunakan baker glass
atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
Rotifera yang terdapat dalam botol
contoh tersebut, data tersebut dapat
dikonversikan dengan volume media
kultur.
Langkah Kerja dalam memantau
pertumbuhan populasi pakan alami
Rotifera adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan
pemantauan
pertumbuhan populasi pakan
alami Rotifera.
2. Tentukan waktu pemantauan
kepadatan
populasi
sesuai
dengan
prediksi
tingkat
pertumbuhan Rotifera di media
kultur.
3. Ambillah sampel air dimedia
kultur dengan menggunakan
baker glass/erlemeyer, amati
dengan seksama dan teliti !
4. Hitunglah jumlah Rotifera yang
terdapat dalam baker glass
tersebut !
5. Lakukanlah kegiatan tersebut
minimal tiga kali ulangan dan
catat apakah terjadi perbedaan
nilai pengukuran dari ketiga
lokasi yang berbeda.
386
6. Hitunglah rata-rata nilai populasi
dari ketiga sampel yang berbeda
lokasi. Nilai rata-rata ini akan
dipergunakan untuk menghitung
kepadatan populasi pakan alami
Rotifera di media kultur.
7. Catat volume air sampel dan
jumlah Rotifera dari data point 6,
lakukan
konversi
nilai
perhitungan
tersebut
untuk
menduga kepadatan populasi
pakan alami Rotifera didalam
media kultur.
Pemanenan
pakan alami Rotifera
ini dapat dilakukan setiap hari atau
seminggu sekali atau dua minggu
sekali. Hal tersebut bergantung
kepada kebutuhan suatu usaha
terhadap ketersediaan pakan alami
Rotifera.
Pemanenan pakan alami Rotifera
yang dilakukan setiap hari biasanya
jumlah yang dipanen adalah kurang
dari 20% . Pemanenan Rotifera
dapat juga dilakukan seminggu
sekali
atau dua minggu sekali
sangat
bergantung
kepada
kelimpahan populasi Rotifera di
dalam media kultur.
Untuk
menghitung
kepadatan
Rotifera pada saat akan dilakukan
pemanenan, dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat pembesar atau
mikroskop. Rotifera diambil dari
dalam wadah, yang telah diaerasi
agak besar sehingga Rotifera
merata berada di seluruh kolom air,
dengan memakai gelas piala volume
100 ml. Rotifera dan air di dalam
gelas piala selanjutnya dituangkan
secara
perlahan-lahan
sambil
dihitung jumlah Rotifera yang keluar
bersama air.
Apabila jumlah Rotifera yang ada
sangat banyak, maka dari gelas
piala 100 ml dapat diencerkan,
caranya
adalah
dengan
menuangkan kedalam gelas piala
1000 ml dan ditambah air hingga
volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000
ml, lalu diambil sebanyak 100 ml.
Rotifera yang ada dihitung seperti
cara diatas, lalu kepadatan di dalam
wadah budidaya dapat diketahui
dengan cara mengalikan 10 kali
jumlah didalam gelas 100 ml.
Sebagai contoh, apabila di dalam
gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor
Rotifera, maka kepadatan Rotifera
diwadah budidaya adalah 10 X 200
ekor = 2000 individu per 100 ml.
Pemanenan
Rotifera
dapat
dilakukan
berdasarkan
siklus
reproduksinya, dimana Rotifera
akan menjadi dewasa pada umur
satu hari dan dapat bertelur setiap
hari,
maka
dapat
dipredeksi
kepadatan populasi Rotifera didalam
media kultur jika padat tebar awal
dilakukan pencatatan. Rotifera dapat
berkembangbiak tanpa kawin dan
usianya relative singkat yaitu 6 – 19
hari.
Pemanenan dapat dilakukan pada
hari ke empat – sembilan jika
populasinya
sudah
mencukupi,
pemanenan
tersebut
dilakukan
dengan cara menggunakan seser
halus. Waktu pemanenan dilakukan
pada pagi hari disaat matahari terbit,
pada waktu tersebut Rotifera akan
banyak
mengumpul
dibagian
permukaan media untuk mencari
sinar.
Dengan
tingkahlakunya
tersebut akan sangat mudah bagi
para pembudidaya untuk melakukan
pemanenan. Rotifera yang baru
387
dipanen tersebut dapat digunakan
langsung untuk konsumsi larva atau
benih ikan.
Rotifera yang sudah dipanen
tersebut dapat
tidak secara
langsung diberikan pada larva dan
benih ikan hias yang dibudidayakan
tetapi dilakukan penyimpanan. Cara
penyimpanan Rotifera yang dipanen
berlebih
dapat
dilakukan
pengolahan Rotifera segar menjadi
beku . Proses tersebut dilakukan
dengan menyaring Rotifera dengan
air dan Rotiferanya saja yang
dimasukkan dalam wadah plastic
dan disimpan didalam lemari
pembeku (Freezer).
Langkah kerja dalam melakukan
pemanenan rotifera dilakukan sama
dengan pemanenan pada Daphnia,
yang membedakan adalah waktu
pemanenan dan jumlah rotifera yang
akan dipanen setiap hari.
7.4. BUDIDAYA BENTHOS
Jenis
organisma
yang
dapat
digunakan sebagai pakan alami bagi
ikan konsumsi dan ikan hias yang
termasuk
kedalam
kelompok
Benthos adalah cacing rambut.
Cacing rambut sangat banyak
diberikan untuk ikan hias dan ikan
konsumsi
karena
mengandung
nutrisi yang cukup tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan
ikan yang dibudidayakan.
Dalam
rambut
membudidayakan cacing
prosedur yang dilakukan
hampir
sama
dalam
membudidayakan
pakan
alami
sebelumnya. Kegiatan budidaya
cacing rambut ini dimulai dari
persiapan peralatan dan wadah,
penyiapan media kultur, penanaman
bibit, pemberian pupuk susulan,
pemantauan
pertumbuhan
dan
pemanenan cacing rambut. Oleh
karena itu semua kegiatan tersebut
akan diuraikan didalam buku ini.
Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami Tubifex ada beberapa macam.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan antara lain adalah bak
platik, bak semen, tanki plastik, bak
beton, bak fiber ,kolam tanah dan
saluran air. Sedangkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan
budidaya Tubifex antara lain adalah
selang air, timbangan,
saringan
halus/seser, ember,gayung.
Pemilihan
wadah
yang
akan
digunakan dalam membudidayakan
Tubifex sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
untuk membudidayakan Tubifex
secara
selektif
yaitu
membudidayakan
pakan
alami
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Pada budidaya tubifex fungsi aerator
dapat
digantikan
dengan
mengalirkan air secara kontinue
kedalam wadah pemeliharaan. Debit
air yang masuk kedalam wadah
pemeliharaan adalah 900 ml/menit.
Selang
air
digunakan
untuk
memasukkan air bersih dari tempat
penampungan air kedalam wadah
388
budidaya. Peralatan ini digunakan
juga untuk mengeluarkan kotoran
dan air pada saat dilakukan
pemeliharaan.
Dengan
menggunakan selang air akan
memudahkan dalam melakukan
penyiapan
wadah
sebelum
digunakan untuk budidaya.
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
Tubifex diidentifikasi dan dijelaskan
fungsi dan cara kerjanya , langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
Tubifex. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor.
Kedalaman media didalam wadah
budidaya yang optimum adalah 10
cm dan maksimum adalah 20 cm.
Kedalaman media dalam wadah
budidaya berdasarkan habitat asli di
alamnya hidup pada daerah yang
mengandung
lumpur
dengan
distribusi pada daerah permukaan
substrat pada kedalaman tertentu.
Berdasarkan hasil peneltian tubifex
yang berukuran juwana dengan
berat kurang dari 0,1 mg umumnya
terdapat pada kedalaman 0 – 2 cm,
cacing muda yang mempunyai berat
0,1 – 5,0 mg pada kedalaman 0 – 4
cm, sedangkan cacing dewasa yang
mempunyai berat 5,0 mg pada
kedalaman 2 – 4 cm.
Media seperti apakah yang dapat
digunakan untuk tumbuh dan
berkembang pakan alami Tubifex.
Tubifex merupakan hewan air yang
hidup diperairan tawar subtropik dan
tropik baik di daerah danau, sungai
dan
kolam-kolam.
Berdasarkan
habitat alaminya pakan alami
Tubifex ini merupakan organisme
yang hidup didasar perairan yang
banyak mengandung detritus dan
mikroorganik lainnya. Tubifex ini
biasanya dapat hidup pada perairan
yang banyak mengandung bahan
organik. Bahan organik yang
terdapat didalam perairan biasanya
berasal dari dekomposisi unsur
hara. Unsur hara ini dialam
diperoleh dari hasil dekomposisi
nutrien yang ada didasar perairan.
Untuk melakukan budidaya pakan
alami diperlukan unsur hara tersebut
didalam media budidaya. Unsur
hara yang dimasukkan kedalam
media tersebut pada umumnya
adalah pupuk.
Pupuk yang terdapat dialam ini
dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
hewan, sisa tanaman, limbah rumah
tangga.
Sedangkan
pupuk
anorganik adalah pupuk yang
berasal dari bahan kimia dasar yang
dibuat secara pabrikasi atau yang
berasal dari hasil tambang, seperti
Nitrat, Fosfat (Duperfosfat/DS, Triple
Superfosfat/ TSP, Superphosphat
36,
Fused
Magnesium
Phospate/FMP), Silikat, natrium,
Nitrogen
(Urea,
Zwavelzure
amoniak/ZA,
Amonium
nitrat,
Amonium sulfanitrat) dan lain-lain.
Jenis pupuk yang dapat digunakan
sebagai sumber unsur hara pada
media kultur pakan alami Tubifex
adalah
pupuk
organik
dan
389
anorganik. Pemilihan antara kedua
jenis
pupuk
tersebut
sangat
bergantung kepada ketersediaan
pupuk tersebut dilokasi budidaya,
dan kedua jenis pupuk tersebut
dapat digunakan sebagai sumber
unsur hara.
phytoplankton sebagai makanan
utama Tubifex. Dengan tumbuhnya
pakan Tubifex di dalam media kultur
maka pakan alami yang akan
dipelihara didalam wadah budidaya
tersebut
akan
tumbuh
dan
berkembang.
Jenis pupuk organik yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang,
pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari campuran antara
kotoran
hewan
dengan
sisa
makanan dan alas tidur hewan
tersebut.
Campuran
ini
telah
mengalami pembusukan sehingga
sudah tidak berbentuk seperti
semula. Pupuk kandang yang akan
dipergunakan sebagai pupuk dalam
media kultur pakan alami adalah
pupuk kandang yang telah kering.
Mengapa pupuk kandang yang
digunakan harus yang kering ?
Pupuk kandang yang telah kering
sudah
mengalami
proses
pembusukan
secara
sempurna
sehingga secara fisik seperti warna,
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya
tidak seperti bahan aslinya.
Berapakah dosis pupuk yang harus
ditebarkan kedalam media kultur
pakan alami Tubifex ? Berdasarkan
pengalaman beberapa pembudidaya
dosis yang digunakan untuk pupuk
kandang
dari
kotoran
ayam
sebanyak 50% dari jumlah media
yang akan dibuat. Jika jumlah media
yang dibuat sebanyak 500 gram
maka jumlah pupuknya adalah 250
gram. Kemudian pupuk tersebut
dimasukkan
kedalam
wadah
budidaya dicampur dengan lumpur
kolam dengan perbandingan satu
banding satu. Pupuk tersebut akan
berproses didalam media dan akan
tumbuh mikroorganisme sebagai
makanan utama dari Tubifex. Waktu
yang dibutuhkan oleh proses
dekomposisi pupuk didalam media
kultur pakan alami Tubifex ini
berkisar antara 2-7 hari. Setelah itu
baru bisa dilakukan penebaran bibit
Tubifex kedalam media kultur.
Pupuk kandang ini jenisnya ada
beberapa macam antara lain adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam,
burung dan kuda. Dari berbagai
jenis kotoran hewan tersebut yang
biasa digunakan adalah kotoran
ayam dan burung puyuh. Kotoran
ayam dan burung puyuh yang telah
kering ini digunakan dengan dosis
sesuai kebutuhan.
Pupuk yang dimasukkan ke dalam
media kultur pakan alami yang
berfungsi
untuk
menumbuhkan
bakteri, fungi, detritus dan beragam
Selama dalam pemeliharaan harus
terus dilakukan pemupukan susulan
seminggu sekali dengan dosis 9%
pemupukan awal. Berdasarkan hasil
penelitian
Yuherman
(1987)
pemupukan susulan dengan dosis
75% dari pemupukan awal setelah
10 hari inokulasi dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal pada
tubifex.
Pakan
alami
Tubifex
mempunyai siklus hidup yang relatif
singkat yaitu 50 – 57 hari. Oleh
karena itu agar pembudidayaannya
390
bisa berlangsung terus harus selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam
media kultur pakan alami Tubifex
juga harus dilakukan pengukuran.
Tubifex
akan
tumbuh
dan
berkembang pada media kultur yang
mempunyai kandungan Oksigen
terlarut berkisar antara 2,75 – 5 ppm
dan jika kandungan oksigen terlarut
> 5 ppm dapat meningkatkan
pertumbuhan tubifek, kandungan
amonia < 1 ppm, suhu air berkisar
antara 28 – 30 oC dan pH air antara
6 – 8.
Genus
Spesies
:
:
Tubifex
Tubifex sp.
Morfologi Tubifex dapat dilihat
secara
langsung
dibawah
mikroskop, ciri khasnya yang sangat
mudah untuk dikenali adalah adanya
tubuhnya
berwarna
merah
kecoklatan
karena
banyak
mengandung haemoglobin. Tubuh
terdiri dari beberapa segmen
berkisar antara 30 – 60 segmen.
Pada setiap segmen di bagian
punggung dan perut akan keluar
seta dan ujungnya bercabang dua
tanpa rambut. Bentuk tubuh agak
panjang dan silindris mempunyai
dinding yang tebal terdiri dari dua
lapis otot yang membujur dan
melingkar sepanjang tubuhnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.25.
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan
alami
Tubifex,
kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan
alami
Tubifex,
ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur .
Identifikasi Tubifex perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan
inokulasi.
Tubifex
merupakan salah satu jenis Benthos
yang hidup didasar perairan tawar
didaerah tropis dan subtropis.
Berdasarkan klasifikasinya Tubifex
sp dapat dimasukkan kedalam :
Filum
: Annelida
Kelas
: Oligochaeta
Ordo
: Haplotaxida
Famili
: Tubificidae
Gambar 7.25. Tubifex sp
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis Tubifex yang
akan ditebar kedalam media kultur
adalah
melakukan
pemilihan
terhadap bibit Tubifex. Pemilihan
bibit Tubifex yang akan ditebar
kedalam
media
kultur
harus
391
dilakukan dengan tepat. Bibit yang
akan ditebar kedalam media kultur
harus yang sudah dewasa. Tubifex
dewasa berukuran 30 mm, anak
pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan
secara hermaprodit.
Perkembangbiakan Tubifex di dalam
media kultur dapat dilakukan
dengan
cara asexual yaitu
pemutusan
ruas
tubuh
dan
pembuahan sendiri (Hermaphrodit).
Telur cacing rambut dihasilkan
didalam kokon yaitu suatu bangunan
yang berbentuk bulat telur, panjang
1,0 mm dan garis tengahnya 0,7
mm. Kokon ini dibentuk oleh
kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuhnya yang disebut
klitelum.
Telur
yang
terdapat
didalam kokon ini akan mengalami
proses metamorfosis dan akan
mengalami pembelahan sel seperti
pada umumnya perkembangbiakan
embrio didalam telur yang dimulai
dari stadia morula, blastula dan
gastrula. Telur yang terdapat
didalam kokon ini akan menetas
menjadi embrio yang sama persis
dengan induknya hanya ukurannya
lebih
kecil.
Proses
perkembangbiakan embrio didalam
kokon ini biasanya berlangsung
selama 10 – 12 hari jika suhu
didalam
media
pemeliharaan
berkisar antara 24 – 25 oC.
Induk
tubifex
yang
dapat
menghasilkan
kokon
dan
mengeluarkan telur yang menetas
menjadi tubifex mempunyai usia
sekitar 40 – 45 hari. Jumla telur
dalam setiap kokon berkisar antara
4 – 5. Waktu yang dibutuhkan untuk
proses perkembangbiakan telur
didalam kokon sampai menetas
menjadi
embrio
tubifex
membutuhkan waktu sekitar 10 – 12
hari. Jadi daur hidup cacing rambut
dari telur , menetas dan menjadi
dewasa serta mengeluarkan kokon
dibutuhkan waktu sekitar 50 – 57
hari. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.26.
Gambar 7.26. Daur hidup Tubifex
(Tubifex sp)
Setelah dapat membedakan antara
individu Tubifex yang bertelur, anak,
remaja
dan
dewasa
maka
selanjutnya adalah memilih individu
yang dewasa sebagai calon bibit
yang akan ditebarkan kedalam
media kultur. Jumlah bibit yang akan
ditebarkan kedalam media kultur
sangat bergantung kepada volume
media kultur . Padat penebaran bibit
yang akan diinokulasi kedalam
media kultur biasanya adalah 2
gram permeter persegi.
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
392
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Tubifex
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Setelah dilakukan penebaran bibit
didalam media pemeliharaan harus
dilakukan
pemupukan
susulan.
Pemupukan
susulan
adalah
pemupukan
yang
dimasukkan
kedalam media kultur selama
pemeliharaan pakan alami Tubifex
dengan dosis 9 % dari dosis
pemupukan pertama yang sangat
bergantung kepada kondisi media
kultur. Pemupukan tersebut sangat
berguna bagi pertumbuhan detritus,
fungi dan bakteri yang merupakan
makanan utama dari pakan alami
Tubifex.
Selama
dalam
pemeliharaan
tersebut harus terus dilakukan
pemupukan
susulan
seminggu
sekali atau dua minggu sekali
dengan dosis yang bergantung
kepada kondisi media kultur ,
biasanya dosis yang digunakan
adalah 9% dari pemupukan awal.
Pakan alami Tubifex mempunyai
siklus hidup yang relatif singkat yaitu
50 – 57 hari. Oleh karena itu agar
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus menerus harus
selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam
memberikan
pemupukan susulan ini caranya
hampir sama dengan pemupukan
awal
dan
ada
juga
yang
memberikan
pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Fungsi utama pemupukan susulan
adalah untuk menumbuhkan pakan
yang dibutuhkan oleh Tubifex agar
tumbuh
dan
berkembang.
Berdasarkan kebutuhan pakan bagi
Tubifex tersebut maka prosedur
yang dilakukan dalam memberikan
pemupukan susulan ada dua cara .
Pertama
adalah
dengan
menebarkan secara merata kedalam
media
pemeliharaan
sejumlah
pupuk yang sudah ditimbang sesuai
dengan dosis pemupukan susulan.
Kedua
adalah
dengan
cara
membuat larutan pupuk didalam
wadah yang terpisah dengan wadah
budidaya, larutan pupuk tersebut
dialirkan
keseluruh
permukaan
media pemeliharaan ,dengan dosis
yang telah ditentukan.
Frekuensi
pemupukan
susulan
ditentukan dengan melihat sample
air didalam media kultur , parameter
yang mudah dilihat adalah jika
warna media pemeliharaan sudah
terang didalam media kultur. Hal ini
dapat dilihat dari warna air media
yang berwarna keruh atau warna teh
bening. Jika hal tersebut terjadi
segera
dilakukan
pemupukan
susulan.
Jenis
pupuk
yang
digunakan
sama
dengan
pemupukan awal.
Mengapa pertumbuhan populasi
pakan alami Tubifex harus dipantau
? Kapan waktu yang tepat dilakukan
pemantauan populasi pakan alami
Tubifex yang dibudidayakan didalam
media kultur ? Bagaimana kita
menghitung kepadatan populasi
pakan alami Tubifex didalam media
kultur ? Mari kita jawab pertanyaanpertanyaan
tersebut
dengan
mempelajari buku ini selanjutnya.
Didalam buku ini akan diuraikan
secara singkat tentang pertumbuhan
393
Tubifex, menghitung kepadatan
populasi dan waktu pemantauannya.
Tubifex yang dipelihara dalam
media kultur yang tepat akan
mengalami
pertumbuhan
yang
cepat. Secara biologis Tubifex akan
tumbuh dewasa pada umur 40 – 45
hari, jika pada saat inokulasi yang
ditebarkan adalah bibit Tubifex yang
dewasa maka dalam waktu sepuluh
sampai duabelas hari bibit Tubifex
tersebut sudah mulai bertelur pada
media yang mempunyai suhu 24 –
25 oC. Jumlah telur yang dikeluarkan
dari satu induk
Tubifex sangat
bergantung kepada jumlah kokon
yang dihasilkan pada setiap induk.
Kokon ini akan terbentuk pada salah
satu segmen tubuh induk tubifex.
Daur hidup Tubifex adalah 50 – 57
hari dan Tubifex menjadi dewasa
dalam waktu empat puluh hari,
sehingga
bisa
diperhitungkan
prediksi populasi Tubifex didalam
media kultur.
Berdasarkan siklus hidup Tubifex
maka kita dapat menentukan waktu
yang
tepat
untuk
dilakukan
pemanenan
sesuai
dengan
kebutuhan larva atau benih ikan
yang akan mengkonsumsi pakan
alami Tubifex. Ukuran Tubifex yang
dewasa dan anak-anak berbeda
oleh karena itu perbedaan ukuran
tersebut sangat bermanfaat bagi
ikan yang akan mengkonsumsi dan
disesuaikan dengan ukuran bukaan
mulut larva.
Pemantauan pertumbuhan pakan
alami Tubifex di media kultur harus
dilakukan
agar
tidak
terjadi
kapadatan
populasi
yang
mengakibatkan tingkat kematian
yang tinggi didalam media. Hal
tersebut diakibatkan oleh kurangnya
oksigen didalam media kultur.
Tingkat kepadatan populasi yang
maksimal didalam media kultur
adalah
30
–
50
gram
permeterpersegi, walaupun ada juga
yang mencapai kepadatan 120 –
150 gram permeterpersegi.
Untuk mengukur tingkat kepadatan
populasi Tubifex didalam media
kultur dilakukan dengan cara
sampling beberapa titik dari media,
minimal tiga kali sampling. Sampling
dilakukan dengan cara mengambil
air media kultur yang berisi Tubifex
dengan menggunakan baker glass
atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
Tubifex yang terdapat dalam botol
contoh tersebut, data tersebut dapat
dikonversikan dengan volume media
kultur.
Pemanenan pakan alami Tubifex
dapat
dilakukan
setelah
pemeliharaan selama dua bulan
setelah itu pemanenen dapat
dilakukan setiap dua minggu
biasanya jumlah yang dipanen
adalah
kurang
dari
50%
.
Pemanenan Tubifex dapat juga
dilakukan seminggu sekali atau dua
minggu sekali sangat bergantung
kepada kelimpahan populasi Tubifex
di dalam media kultur. Pada saat
pemanenan
sebaiknya
wadah
budidaya tubifex tersebut ditututp
terlebih dahulu selama 6 jam untuk
memudahkan pemanenan, karena
dengan penutupan selama 6 jam
tubifex akan keluar secara perlahanlahan dari lumpur tempatnya
bersembunyi
membenamkan
sebagian tubuhnya tersebut.
394
Untuk
menghitung
kepadatan
Tubifex pada saat akan dilakukan
pemanenan, dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat pembesar atau
mikroskop. Tubifex diambil dari
dalam wadah pemeliharaan dan
ditimbang jumlah tubifex yang
diambil setelah itu dapat dihitung
jumlah individu pergramnya dengan
melakukan perhitungan matematis.
Pemanenan Tubifex dapat dilakukan
berdasarkan siklus reproduksinya,
dimana Tubifex akan menjadi
dewasa pada umur empat puluh
sampai empat puluh lima hari dan
dapat bertelur setelah sepuluh
sampai duabelas hari, maka dapat
dipredeksi
kepadatan
populasi
Tubifex didalam media kultur jika
padat
tebar
awal
dilakukan
pencatatan.
Tubifex
dapat
berkembang iak tanpa kawin dan
usianya relative singkat yaitu 50–57
hari.
Pemanenan dapat dilakukan pada
hari ke limapuluh sampai limapuluh
tujuh
jika
populasinya
sudah
mencukupi, pemanenan tersebut
dilakukan
dengan
cara
menggunakan seser halus. Waktu
pemanenan dilakukan pada pagi
hari disaat matahari terbit, pada
waktu tersebut Tubifex akan banyak
mengumpul dibagian permukaan
media untuk mencari sinar. Dengan
tingkahlakunya tersebut akan sangat
mudah bagi para pembudidaya
untuk
melakukan
pemanenan.
Tubifex yang baru dipanen tersebut
dapat digunakan langsung untuk
konsumsi larva atau benih ikan.
Tubifex
tersebut
yang
dapat
sudah
dipanen
tidak secara
langsung diberikan pada larva dan
benih ikan hias yang dibudidayakan
tetapi dilakukan penyimpanan. Cara
penyimpanan Tubifex yang dipanen
berlebih
dapat
dilakukan
pengolahan Tubifex segar menjadi
beku. Proses tersebut dilakukan
dengan menyaring Tubifex dengan
air dan Tubifexnya saja yang
dimasukkan dalam wadah plastic
dan disimpan didalam lemari
pembeku (Freezer).
Untuk melakukan budidaya tubifek
secara skala kecil dapat dilakukan
dengan menggunakan wadah yang
terbuat dari bak plastik dengan
langkah kerja sebagai berikut :
1. Pembuatan wadah budidaya
dengan menggunakan bak kayu
yang terbuat dari kayu yang
dilapisi plasti dengan ukuran
misalnya 100 cm X 50 cm X 10
cm.
2. Masukkan
media
kedalam
wadah budidaya tubifex dengan
kedalaman media 5 cm, media
ini terbuat dari lumpur dan pupuk
kandang dengan perbandingan
lumpur dan pupuk kandang
adalah 1 : 1.
3. Masukkan air kedalam wadah
yang telah berisi media tersebut,
kedalaman air dalam wadah
budidaya adalah 2 cm dan
buatlah sistem air mengalir pada
wadah budidaya dengan debit
air berkisar 900 ml/menit.
4. Biarkan media tersebut selama
5–7 hari agar terjadi proses
pembusukan didalam wadah
budidaya dan akan tumbuh
detritus dan mikroorganisme
lainnya sebagai makanan untuk
tubifex.
395
5. Setelah itu masukkan tubifex
kedalam media tersebut dengan
dosis 2 gram permeter persegi.
6. Lakukan pemeliharaan tubifex
tersebut dengan melakukan
pemupukan
susulan
dan
pemantauan pertumbuhan setiap
sepuluh hari sekali.
7. Pemanenan
tubifex
dapat
dilakukan setelah minimal 40
hari pemeliharaan.
Hal ini berdasarkan hasil penelitian
Fadillah (2004) bahwa pertumbuhan
populasi
tubifex
mencapai
puncaknya
setelah
dipelihara
selama 40 hari.
7.5. BIOENKAPSULASI
Untuk meningkatkan mutu pakan
alami dapat dilakukan pengkayaan ,
istilah pengkayaan bisa juga disebut
dengan
bioenkapsulasi.
Pengkayaan terhadap pakan alami
ini
sangat
penting
untuk
meningkatkan kualitas nutrisi dari
pakan tersebut. Jenis pakan alami
yang dapat dilakukan pengkayaan
adalah dari kelompok zooplankton
misalnya artemia, rotifer, daphnia,
moina dan tigriopus. Semua jenis
zooplankton
tersebut
biasanya
diberikan kepada larva dan benih
ikan air tawar, payau dan laut.
Dengan meningkatkan mutu dari
pakan alami dari kelompok ini dapat
meningkatkan mutu dari larva dan
benih ikan yang mengkonsumsi
pakan tersebut. Peningkatan mutu
pakan alami dapat dilihat dari
meningkatkan
kelangsungan
hidup/sintasan larva dan benih yang
dipelihara,
meningkatkan
pertumbuhan larva dan benih ikan
serta meningkatkan daya tahan
tubuh larva dan benih ikan.
Menurut
Watanabe
(1988)
zooplankton
dapat
ditingkatkan
mutunya
dengan
teknik
bioenkapsulasi dengan menggunaan teknik omega yeast (ragi omega).
Omega tiga merupakan salah satu
jenis asam lemak tidak jenuh tinggi
yaitu
asam
lemak
yang
mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap. Asam lemak ini tidak dapat
disintesis di dalam tubuh dan
merupakan salah satu dari asam
lemak essensial. Ada dua metode
yang
dapat
dilakukan
untuk
meningkatkan mutu pakan alami
yaitu :
1. Indirect Method yaitu metode
tidak langsung.
Metode
pengkayaan
zooplankton
secara
tidak
langsung dilakukan dengan cara
memelihara zooplankton dengan
media Chlorella dan ragi roti
Saccharomyces
cerevisiae,
dengan dosis sebanyak 1 gram
yeast/106 sel/ml air alut perhari.
2. Direct Method yaitu metode
langsung.
Metode
pengkayaan
zooplankton
secra
tidak
langsung adalah dengan cara
membuat emulsi lipid.
Lipids yang mengandung ω 3
HUFA di homogenisasi dengan
sedikit kuning telur mentah dan
air yang akan menghasilkan
emulsi dan secara langsung
diberikan kepada pakan alami
dicampur dengan ragi roti.
Tahapannya :
396
-
Pembuatan
emulsi
lipid
(mayonnaise)
Pengecekkan ke Homoenisasi
emulsi
dibawah
mikroskop
Pencampuran dengan ragi
roti
Pemasukan emulsi kedalam
media pakan alami
Pemberian
pakan
alami
langsung ke larva ikan
Adapun prosedur yang dapat
dilakukan jika akan melakukan
pengkayaan zooplankton adalah
sebagai berikut :
Pengayaan terhadap Artemia salina
sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan kualitas nutrisi dari
pakan tersebut. Artemia salina
merupakan salah satu jenis pakan
alami dari kelompok zooplankton
yang dapat diberikan kepada larva
ikan konsumsi atau ikan hias. Pada
stadia larva semua jenis ikan sangat
membutuhkan nutrisi yang lengkap
agar pertumbuhan larva sempurna
sesuai
dengan
kebutuhannya.
Pengkayaan terhadap pakan alami
ini berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dari Jepang
dapat meningkatkan pertumbuhan.
Alat dan bahan
• Mixer
• Minyak ikan
• Vitamin yang larut dalam air
• Kuning telur
• Aquades
• Ragi roti/fermipan
Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbanglah
minyak
ikan
sebanyak 5 gram, vitamin yang
larut dalam air sebanyak 10
gram dan kuning telur sebanyak
1 gram dan letakkan dalam
wadah yang terpisah.
3. Masukkan 5 gram minyak ikan
kedalam mixer dan lakukan
homogenisasi selama 2 – 3
menit dengan alat tersebut.
4. Tambahkan 10 gram vitamin
yang larut dalam air kedalam
mixer dan tambahkan pula
kuning telur mentah sebanyak 1
gram kemudian tambahkan 100
ml aquades.
5. Lakukanlah
pencampuran
dengan mixer selama 2 – 3
menit sampai terjadi campuran
yang homogen.
6. Ambillah 20 ml emulsi yang telah
dibuat pada langkah sebelumnya
sebanyak 20 ml, dan tambahkan
5 gram ragi roti dan campurlah
dengan air kultur artemia.
7. Jumlah emulsi yang telah dibuat
diatas
tersebut
dapat
dipergunakan
untuk
memperkaya jumlah nauplius
artemia sebanyak 100 – 200
naupli perml, sedangkan untuk
rotifer emulsi tersebut dapat
dipergunakan
untuk
memperkaya sebanyak 500 1000 individu per liter.
Pemenuhan kebutuhan akan asam
lemak essensial oleh larva ikan
dapat dipenuhi dengan pemberian
sumber pakan yang tepat yang
berasal dari hewani dan nabati pada
pengkayaan pakan alami seperti
minyak ikan dan minyak jagung.
Pada umumnya komposisi minyak
ikan laut lebih komplek dan
397
mengandung asam lemak tak jenuh
berantai panjang pada minyak ikan
laut terdiri dari asam lemak C18,
C20 dan C22 dengan kandungan
C20 dan C22 yang tinggi dan
kandungan C16 dan C18 yang
rendah. Sedangkan kandungan
asam lemak ikan air tawar
mengandung C16 dan C18 yang
tinggi serta C20 dan C22 yang
rendah. Komposisi lain
yang
terkandung dalam minyak ikan
adalah lilin ester, diasil gliserol eter,
plasmalogen netral dan fosfolipid.
Terdapat pula sejumlah kecil fraksi
yang tak tersabunkan, antara lain
adalah : vitamin, sterol, hidrokarbon
dan pigmen, dimana komponenkomponen ini banyak ditemukan
pada minyak hati ikan bertulang
rawan.
Bahan yang kaya akan asam lemak
n-6 umumnya banyak dikandung
oleh minyak yang berasal dari
tumbuhan.
Minyak
jagung
mengandung asam lemak linoleat
(n-6) sekitar 53% (Stickney, 1979).
Minyak jagung diperoleh dengan
jalan ekstraksi bagian lembaga, baik
dengan tekanan tinggi maupun
dengan
jalan
ekstraksi
menggunakan
pelarut.
Dalam
pembuatan bahan emulsi untuk
memperkaya Daphnia sp dapat
ditambahkan juga kuning telur ayam
mentah
dan
ragi
roti
(Saccharomyces
cerevisiae
).
Kandungan asam lemak dari
beberapa
bahan yang dapat
dipergunakan
untuk
membuat
emulsi bioenkapsulasi dapat dilihat
pada Tabel 7.10.
Tabel 7.10. Kandungan komposisi beberapa bahan bioenkapsulasi
Komposisi
asam
lemak
SFA
C 14 : 0
C 16 : 0
C 18 : 0
C 20 : 0
C 22 : 0
MUFA
C 16 : 1
C 18 : 1
C 20 : 1
PUFA
C 18 : 2
C 18 : 3
C 20 : 2
C 20 : 3
Minyak
ikan
lemuru (%)
Minyak
jagung
(g/100g)
20,5
7,1
()
1
14
2
Trace
Trace
10,2
8,2
3,1
Trace
30
-
1,0
()
2,8
50
2
()
Kuning
telur ayam
(g/100g)
Ragi roti
(% total
asam
lemak)
Minyak
ikan
lemuru
(%)
1,1
11,2
88,4
()
()
12,68
20,41
3,82
0,52
0,34
()
()
()
14,2
38,0
1,6
12,42
4,45
2,70
10,202
0,377
()
()
15,1
6,4
()
()
1,17
0,88
0,16
0.40
23,869
398
Komposisi
asam
lemak
C 20 : 4
C 20 : 5
C 22 : 2
C 22 : 3
C 22 : 4
C 22 : 5
C 22 : 6
Sumber
Minyak
ikan
lemuru (%)
Minyak
jagung
(g/100g)
Kuning
telur ayam
(g/100g)
5,2
17
Trace
Trace
1,2
3,3
6,4
Winarno
(1993)
()
()
()
()
()
()
()
Gurr
(1992)
1,419
0,012
()
()
()
()
0,629
Yuhendi
(1998)
Ragi roti
(% total
asam
lemak)
()
()
()
()
()
()
()
Watanabe
(1988)
Minyak
ikan
lemuru
(%)
2,53
10,61
0,16
1,81
6,28
Dualantus
(2003)
Keterangan :
SFA : Saturated Fatty Acid
MUFA : Monounsaturated Fatty Acid
PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid
() : tidak ada data
- : tidak terdeteksi
399
BAB VIII.
HAMA DAN PENYAKIT IKAN
Dalam suatu usaha budidaya ikan
yang
intensif
dengan
padat
penebaran
tinggi,
dengan
penggunaan pakan buatan yang
sangat besar dapat mengakibatkan
terjadinya suatu masalah. Masalah
terbesar yang sering dianggap
menjadi penghambat budidaya ikan
adalah
munculnya
serangan
penyakit. Serangan penyakit yang
disertai gangguan hama dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan
menjadi sangat lambat (kekerdilan),
mortalitas meningkat, konversi pakan
manjadi
sangat
tinggi
dan
menurunnya hasil panen (produksi).
Ikan yang dipelihara dapat terserang
hama
dan
penyakit
karena
diakibatkan oleh kualitas air yang
memburuk dan malnutrisi. Ikan yang
sehat akan mengalami pertumbuhan
berat badan yang optimal. Ikan yang
sakit sangat merugikan bagi para
pembudidaya
karena
akan
mengakibatkan
penurunan
produktivitas. Oleh karena itu agar
ikan yang dipelihara di dalam wadah
budidaya tidak terserang hama dan
penyakit
harus
dilakukan
pencegahan.
Pencegahan
merupakan tindakan yang paling
efektif
dibandingkan
dengan
pengobatan, Sebab, pencegahan
dilakukan sebelum terjadi serangan,
baik hama maupun
penyakit,
sehingga biaya yang dikeluarkan
tidak terlalu besar.
8.1. JENIS-JENIS HAMA
DAN PENYAKIT
8.1.1. Hama Ikan
Hama
adalah
organisme
pengganggu yang dapat memangsa,
membunuh
dan
mempengaruhi
produktivitas ikan, baik secara
langsung maupun secara bertahap.
Hama bersifat sebagai organisma
yang memangsa (predator), perusak
dan kompetitor (penyaing). Sebagai
predator (organisme pemangsa),
yakni makhluk yang menyerang dan
memangsa ikan yang biasanya
mempunyai ukuran tubuh yang lebih
besar dari ikan itu sendiri. Hama
sering menyerang ikan bila masuk
dalam lingkungan perairan yang
sedang dilakukan pemeliharaan ikan.
Masuknya hama dapat bersama
saluran pemasukan air maupun
sengaja datang melalui pematang
untuk memangsa ikan yang ada.
400
Hama
yang
menyerang
ikan
biasanya datang dari luar melalui
aliran air, udara atau darat. Hama
yang berasal dari dalam biasanya
akibat persiapan kolam yang kurang
sempurna. Oleh karena itu untuk
mencegah hama ini masuk kedalam
wadah budidaya dapat dilakukan
penyaringan
pada
saluran
pemasukan
dan
pemagaran
pematang. Hama ikan banyak sekali
jenisnya antara lain larva serangga,
serangga air, ikan carnivora, ular,
biawak, buaya , notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit,
berang-berang atau lisang, larva
capung, trisipan. Hama menyerang
ikan hanya pada saat ikan masih
kecil atau bila populasi ikan terlalu
padat. Sedangkan bila ikan mulai
gesit gerakannya umumnya hama
sulit memangsanya.
Hama
yang
menyerang
ikan
budidaya biasanya berupa ular,
belut,
ikan
liar
pemangsa.
Sedangkan hama yang menyerang
larva dan benih ikan biasanya
notonecta atau bebeasan, larva
cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil
yang masuk ke dalam wadah juga
akan mengganggu. Meskipun bukan
hama, tetapi ikan kecil-kecil itu
menjadi pesaing bagi ikan dalam hal
mencari makan dan memperoleh
oksigen.
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah serangan
hama terhadap ikan :
• Pengeringan dan pengapuran
kolam
sebelum
digunakan.
•
•
Dalam pengapuran sebaiknya
dosis pemakaiannya diperhatikan
atau dipatuhi.
Pada pintu pemasukan air
dipasang saringan agar hama
tidak masuk ke dalam kolam.
Saringan air pemasukan ini
berguna
untuk
menghindari
masuknya kotoran dan hama ke
dalam kolam budidaya.
Secara
rutin
melakukan
pembersihan disekitar kolam
pemeliharaan agar hama seperti
siput atau trisipan tidak dapat
berkembangbiak disekitar kolam
budidaya
Untuk menghindari adanya hama
ikan,
dilakukan
pemberantasan
hama dengan menggunakan bahan
kimia. Akan tetapi penggunaan
bahan kimia ini harus hati-hati hal ini
mengingat pengaruhnya terhadap
lingkungan sekitarnya. Bahan kimia
sintetis umumnya sulit mengalami
penguraian secara alami, sehingga
pengaruhnya (daya racunnya) akan
lama dan dapat membunuh ikan
yang sedang dipelihara. Oleh karena
itu sebaiknya menggunakan bahan
pemberantas hama yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak
akar tuba, biji teh, daun tembakau
dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk
membunuh hama yang ada dalam
kolam dan cepat terurai kembali
menjadi netral. Pada Tabel 8.1. di
bawah ini kandungan zat aktif serta
dosis
yang
tepat
untuk
pemberantasan hama.
401
Tabel 8.1. Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya.
Bahan organik
Akar tuba
Biji teh
Tembakau
Bahan aktif
Rotenon
Saponin
Nikotin
Ada
beberapa
tindakan
penanggulangan serangan hama
yang dapat dilakukan, antara lain
adalah sebagai berikut :
Penanggulangan Ular
1. Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu,
cara menghindari serangan hama
ular adalah dengan mejaga
kebersihan lingkungan kolam.
2. Karena
ular
tidak
dapat
bersarang di pematang tembok,
sebaiknya dibuat pematang dari
beton
atau
tembok
untuk
menghindari serangannya.
3. Perlu dilakukan pengontrolan
pada malam hari. Jika ada ular,
bisa langsung dibunuh dengan
pemukul atau dijerat dengan tali.
Penanggulangan Belut
1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam
digenangi air setinggi 20 – 30 cm,
kemudian diberi obat pembasmi
hama berupa akodan dengan
dosis rendah, yakni 0,3 – 0,5 cc
per meter kubik air.
2. Setelah diberi pembasmi hama,
kolam dibiarkan selama 2 hari
hingga belut mati. Selanjutnya air
dibuang.
Dosis
10 kg/ha
150 – 200 kg/ha
200 – 400 kg/ha
Penanggulangan Ikan Gabus
1. Memasang saringan di pintu
pemasukan air kolam, sehingga
hama ikan gabus tidak dapat
masuk.
2. Mempertinggi pematang kolam
agar ikan gabus dari saluran atau
kolam lain tidak dapat loncat ke
kolam yang berisi ikan.
8.1.2. Penyakit Ikan
Penyakit
adalah
terganggunya
kesehatan ikan yang diakibatkan
oleh berbagai sebab yang dapat
mematikan ikan. Secara garis besar
penyakit yang menyerang ikan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penyakit infeksi (penyakit menular)
dan non infeksi (penyakit tidak
menular). Penyakit menular adalah
penyakit yang timbul disebabkan
oleh
masuknya
makhluk
lain
kedalam tubuh ikan, baik pada
bagian tubuh dalam maupun bagian
tubuh luar. Makhluk tersebut antara
lain adalah virus, bakteri, jamur dan
parasit. Penyakit tidak menular
adalah penyakit yang disebabkan
antar lain oleh keracunan makanan,
kekurangan makanan atau kelebihan
makanan dan mutu air yang buruk.
402
Penyakit yang muncul pada ikan
selain di pengaruhi kondisi ikan yang
lemah juga cara penyerangan dari
organisme
yang
menyebabkan
penyakit tersebut. Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit pada ikan
antara lain :
1. Adanya serangan organisme
parasit, virus, bakteri dan jamur.
2. Lingkungan
yang
tercemar
(amonia, sulfida atau bahanbahan kimia beracun)
Beberapa tindakan pencegahan
penyakit yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
5. Kondisi tubuh ikan sendiri yang
lemah, karena faktor genetik
(kurang kuat
menghadapi
perubahan lingkungan).
1. Sebelum pemeliharaan, kolam
harus dikeringkan dan dikapur
untuk memotong siklus hidup
penyakit.
2. Kondisi lingkungan harus tetap
dijaga, misalnya kualitas air tetap
baik.
3. Pakan tambahan yang diberikan
harus sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Jika berlebihan dapat
mengganggu lingkungan dalam
kolam.
4. Penanganan saat panen harus
baik
dan
benar
untuk
menghindari agar ikan tidak lukaluka.
5. Harus
dihindari
masuknya
binatang
pembawa
penyakit
seperti burung, siput atau keong
mas.
Oleh karena itu untuk mencegah
serangan penyakit pada ikan dapat
dilakukan dengan cara antara lain ;
mengetahui sifat dari organisme
yang
menyebabkan
penyakit,
pemberian pakan yang sesuai
(keseimbangan gizi yang cukup),
hasil keturunan yang unggul dan
penanganan benih ikan yang baik
(saat panen dan transportasi benih).
Dalam
hal
penanganan
saat
tranportasi benih, agar benih ikan
tidak
mengalami
stress
perlu
perlakuan sebagai berikut antara
lain; dengan pemberian KMnO4,
fluktuasi suhu yang tidak tinggi,
penambahan O2 yang tinggi, pH
yang normal, menghilangkan bahan
yang beracun serta kepadatan benih
dalam wadah yang optimal.
Penyakit dapat diartikan sebagai
organisme
yang
hidup
dan
berkembang di dalam tubuh ikan
sehingga
organ
tubuh
ikan
terganggu. Jika salah satu atau
sebagian organ tubuh terganggu,
akan terganggu pula seluruh jaringan
tubuh ikan . Pada prinsipnya
penyakit yang menyerang ikan tidak
datang begitu saja, melainkan
melalui proses hubungan antara tiga
faktor, yaitu kondisi lingkungan
(kondisi di dalam air), kondisi inang
(ikan) dan kondisi jasad patogen
(agen
penyakit).
Dari
ketiga
hubungan faktor tersebut dapat
mengakibatkan ikan sakit. Sumber
penyakit atau agen penyakit itu
antara lain adalah parasit, cendawan
atau jamur, bakteri dan virus.
3. Lingkungan dengan fluktuasi ;
suhu,
pH,
salinitas,
dan
kekeruhan yang besar
4. Pakan yang tidak sesuai atau gizi
yang tidak sesuai dengan
kebutuhan ikan
403
Di lingkungan alam, ikan dapat
diserang berbagai macam penyakit.
Demikian
juga
dalam
pembudidayaannya, bahkan penyakit
tersebut dapat menyerang ikan
dalam jumlah besar dan dapat
menyebabkan
kematian
ikan,
sehingga
kerugian
yang
ditimbulkannya pun sangat besar.
Penyebaran penyakit ikan di dalam
wadah budidaya sangat bergantung
pada jenis sumber penyakitnya,
kekuatan ikan (daya tahan tubuh
ikan) dan kekebalan ikan itu sendiri
terhadap serangan penyakit. Selain
itu cara penyebaran penyakit itu
biasanya terjadi melalui air sebagai
media tempat hidup ikan, kontak
langsung antara ikan yang satu
dengan ikan yang lainnya dan
adanya inang perantara.
Jenis-jenis Penyakit
1. Penyakit
non-infeksi
adalah
penyakit yang timbul akibat
adanya gangguan faktor yang
bukan patogen. Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit
non-infeksi
yang
banyak
ditemukan adalah keracunan dan
kekurangan
gizi.
Keracunan
dapat
disebabkan
oleh
pemberian pakan yang berjamur,
berkuman
dan
pencemaran
lingkungan perairan.
2. Penyakit akibat infeksi biasanya
timbul
karena
gangguan
organisme pathogen. Organisme
pathogen yang menyebabkan
infeksi biasanya berupa parasit,
jamur, bakteri atau virus.
Penyakit non infeksi
Gejala keracunan dapat diidentifikasi
dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan
yang mengalami keracunan terlihat
lemah dan berenang tidak normal
dipermukaan air. Pada kasus yang
berbahaya, ikan berenang terbalik
kemudian mati. Penyakit karena
kurang gizi, ikan tampak kurus dan
kepala terlihat lebih besar, tidak
seimbang dengan ukuran tubuh. Ikan
juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk
mencegah
terjadinya
keracunan, pakan harus diberikan
secara selektif dan lingkungan dijaga
agar tetap bersih. Bila tingkat
keracunan tidak terlalu parah atau
masih dalam taraf dini, ikan-ikan
yang stress dan berenang tidak
normal harus segera diangkat dan
ditempatkan pada wadah yang berisi
air bersih, segar dan dilengkapi
dengan suplai oksigen.
Untuk mencegah kekurangan gizi,
pemberian pakan harus terjadwal
dan jumlahnya cukup. Pakan yang
diberikan
harus
dipastikan
mengandung kadar protein tinggi
yang dilengkapi lemak, vitamin A,
mineral. Selain itu, kualitas air tetap
dijaga agar selalu mengalir lancar
dan parameter kimia maupun biologi
mencukupi standar budidaya.
Penyakit infeksi
1. Penyakit yang disebabkan virus,
antara lain adalah Infectious
Pancreatic Necrosis (IPN), Viral
Haemorrhagic
Septicaemia
(VHS), Channel Catfish Virus
(CCV), Infectious Haemopotic
Necrosis (IHN).
404
2. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, antara lain adalah
Flexibacter
columnaris,
Edwardsiella tarda, Edwardsiela
ictalurus, Vibrio anguillarum,
Aeromonas
hydrophylla,
Aeromonas salmonicida.
3. Penyakit yang disebabkan oleh
jamur,
antara
lain
adalah
Ichthyoponus
sp,
Branchyomycetes
sp,
Saprolegnia sp dan Achlya sp.
4. Penyakit yang disebabkan oleh
parasit.
Jenis
parasit
ada
beberapa
macam
yaitu
endoparasit dan ektoparasit.
Yang
termasuk
kedalam
endoparasit antara lain adalah
protozoa
dan
trematoda,
sedangkan ectoparasit adalah
crustacean.
Penyakit
yang
disebabkan oleh protozoa antara
lain
adalah
Ichtyopthirius
multifiliis,
Myxobolus
sp,
Trichodina sp, Myxosoma sp,
Henneguya sp dan Thelohanellus
sp. Penyakit yang disebabkan
oleh trematoda antara lain adalah
Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp
dan Clinostomum sp. Penyakit
yang disebabkan oleh crustacean
antara lain adalah Argulus sp,
Lernea cyprinaceae.
Untuk memahami tentang berbagai
jenis penyakit infeksi dan bagaimana
para
pembudidaya
melakukan
tindakan
pencegahan
dan
pengobatan
pada
ikan
yang
terserang penyakit, maka harus
dipahami terlebih dahulu tentang
morfologi
dari
macam-macam
penyakit tersebut. Oleh karena itu
dalam penjelasan berikut akan
diuraikan
tentang
biologi
dan
morfologi dari berbagai jenis penyakit
yang
biasa
menyerang
ikan
budidaya.
1. Ichthyophthirius multifiliis.
Ichthyophthirius multifiliis adalah
jenis parasit yang digolongkan
kedalam
phylum
Protozoa,
subphylum Ciliophora, kelas Ciliata,
subkelas
Holotrichia,
Ordo
Hymenostomatida,
famili
Ophryoglenia
dan
genus
Ichthyophthirius multifiliis (Hoffman,
1967). Kecuali pada bagian anterior
yang berbentuk cincin (cystome),
hampir di seluruh permukaan tubuh
Ichthyophthirius multifiliis tertutup
oleh silia yang berfungsi untuk
pergerakannya,
bagian
sitoplasmanya
terdapat
makronukleus
yang
berbentuk
seperti tapal kuda, mikronukleus (inti
yang kecil) yang menempel pada
makronukleus dan sejumlah vakuola
kontraktil Untuk lebih jelasnya dapat
di lihat pada Gambar 8.1.
Gambar 8.1. Ichthyophthirius
multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan penyakit bintik putih atau
White spot disease atau Ich. Parasit
405
ini dapat menginfeksi kulit, insang
dan mata pada berbagai jenis ikan
baik ikan air tawar, payau dan laut.
Parasit ini mempunyai panjang tubuh
0,1 – 1,0 mm dan dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan
dapat
menyebabkan
kematian.
Parasit ini berkembangbiak dengan
cara membelah biner. Individu muda
parasit ini memiliki diameter antara
30 – 50 µm dan individu dewasanya
dapat mencapai ukuran diameter 50–
100 µm. Siklus hidupnya dimulai dari
stadium dewasa atau stadium
memakan
(tropozoit)
yang
berkembang
dalam
kulit
atau
jaringan epitelium insang dari inang.
Setelah fase makannya selesai,
Ichthyophthirius
multifiliis
akan
memecahkan epithelium dan keluar
dari inangnya untuk membentuk
kista. Larva-larva berkista tersebut
akan menempel pada tumbuhan,
batuan atau obyek lain yang ada di
perairan.
Kemudian
membelah
hingga
sepuluh
kali
melalui
pembelahan
biner
yang
menghasilkan 100 – 2000 sel bulat
berdiameter 18 – 22 µm. Sel-sel itu
akan memanjang seperti cerutu
berdiameter 10 X 40 µm dan
mengeluarkan enzim hyaluronidase.
Enzim tersebut digunakan untuk
memecahkan kista sehingga tomit
(sel-sel muda) yang dihasilkan dapat
berenang
bebas
dan
segera
mendapatkan inang baru. Tomittomit itu motil dan bersifat infektif
sampai berumur 4 hari dan akan mati
jika dalam waktu 48 jam tidak segera
menemukan inang yang baru. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 8.2.
Gambar 8.2. Siklus hidup
Ichthyophthirius multifiliis
Cara penyerangan parasit ini dengan
menempel pada lapisan lendir
bagian kulit ikan, parasit ini akan
menghisap sel darah merah dan sel
pigmen pada kulit ikan. Ikan yang
terserang parasit ini memperlihatkan
gejala sebagai berikut :
•
produksi
lendir
yang
berlebihan.
•
adanya bintik-bintik putih (white
spote)
•
frekuensi
pernafasan
meningkat
•
pertumbuhan terhambat
2. Cyclochaeta domerguei
Hewan ini termasuk protozoa, jenis
protozoa ini mempunyai nama lain
Trichodina . Jenis parasit ini
berbentuk seperti setengah bola
dengan bagian tengah (dorsal)
cembung, sedangkan mulut pada
bagian ventral. Pada bagian mulut
dilengkapi alat penghisap dengan
406
dilengkapi suatu alat dari chitine
yang melingkari mulut. Alat chitine ini
berbentuk seperti jangkar (anchor).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 8.3 dan Gambar 8.4.
Gejala adanya serangan parasit ini
adalah pendarahan pada kulit ikan,
pucat, ikan berlendir banyak.
Gambar 8.3. Trichodina tampak
bawah
dari kelas Sporozoa, subkelas
Myxosporea, ordo Cnidosporodia,
subordo
Myxosporidia,
famili
Myxobolidae
yang
merupakan
bagian dari filum Myxozoa dan
termasuk
kedalam
kelompok
endoparasit. Kunci identifikasi yang
penting dari keempat jenis parasit ini
adalah
pada
sporanya,
yang
merupakan fase resisten dan alat
penyebaran
populasi.
Spora
myxosorea terdiri atas dua valve,
yang dibatasi oleh sebuah suture.
Pada valve terdapat satu atau dua
polar kapsul yang penting untuk
identifikasi. Spora pada parasit kelas
Cnidosporidia
ini
mempunyai
cangkang,
kapsul
polar
dan
sporoplasm. Di dalam kapsul polar
terdapat filament polar. Bila spora
memiliki dua kapsul polar maka
digolongkan
ke
dalam
genus
Myxobolus sp dan bila hanya
memiliki satu kapsul polar maka
akan digolongkan kedalam genus
Thellohanellus. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 8.5, 8.6,
8.7 dan 8.8.
Gambar 8.4. Trichodina tampak atas
3. Myxobulus sp, Myxosoma sp,
Thellohanellus sp dan
Henneguya sp.
Keempat jenis parasit ini merupakan
penyebab penyakit Myxosporeasis.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit
Gambar 8.5. Myxobulus sp.
407
Gejala infeksi pada ikan antara lain
adanya benjolan pada bagian tubuh
luar (bintil) yang berwarna kemerahmerahan. Bintil ini sebenarnya berisi
ribuan
spora
yang
dapat
menyebabkan tutup insang ikan
selalu terbuka. Jika bintil ini pecah,
maka spora yang ada di dalamnya
akan menyebar seperti plankton.
Spora ini berukuran 0,01 – 0,02 mm,
sehingga sering tertelan oleh ikan.
Gambar 8.6.Myxosoma sp.
Gambar 8.7. Thellohanellus sp.
Gambar 8.8. Henneguya sp.
Pengaruh serangan myxosporea
tergantung pada ketebalan serta
lokasi kistanya. Serangan yang berat
pada
insang
menyebabkan
gangguan pada sirkulasi pernafasan
serta penurunan fungsi organ
pernafasan. Sedangkan serangan
yang berat pada jaringan bawah kulit
dan
insang
menyebabkan
berkurangnya berat badan ikan,
gerakan ikan menjadi lambat, warna
tubuh menjadi gelap dan system
syaraf menjadi lemah.
4. Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp digolongkan ke
dalam phylum Vermes, subphylum
Platyhelmintes, kelas Trematoda,
ordo
Monogenea,
famili
Dactylogyridae,
subfamily
Dactylogyrinae
dan
genus
Dactylogyrus . Hewan parasit ini
termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda). Dactylogyrus sp sering
menyerang pada bagian insang ikan
air tawar, payau dan laut. Pada
bagian tubuhnya terdapat posterior
Haptor. Haptornya ini tidak memiliki
struktur cuticular dan memiliki satu
pasang kait dengan satu baris
kutikular, memiliki 16 kait utama,
408
satu pasang kait yang sangat kecil.
Dactylogyrus
sp
mempunyai
ophistapor (posterior suvker) dengan
1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait
marginal yang terdapat pada bagian
posterior. Kepala memiliki 4 lobe
dengan dua pasang mata yang
terletak di daerah pharynx. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 8.9. Gejala infeksi pada ikan
antara lain : pernafasan ikan
meningkat, produksi lendir berlebih.
Gambar 8.9. Dactylogyrus sp
5. Gyrodactilus sp.
Gyrodactilus
sp
digolongkan
kedalam phylum Vermes, subphylum
Platyhelmintes, kelas Trematoda,
ordo
Monogenea,
famili
Gyrodactylidae,
subfamily
Gyrodactylinae
dan
genus
Gyrodactilus. Hewan parasit ini
termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda).
Gyrodactilus
sp
biasanya sering menyerang ikan air
tawar, payau dan laut pada bagian
kulit luar dan insang. Parasit ini
bersifat
vivipar
dimana
telur
berkembang dan menetas di dalam
uterusnya. Memiliki panjang tubuh
berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup
pada permukaan tubuh ikan dan
biasa
menginfeksi
organ-organ
lokomosi hospes dan respirasi. Larva
berkembang di dalam uterus parasit
tersebut dan dapat berisi kelompok-
kelompok
sel
embrionik.
Ophisthaptor individu dewasa tidak
mengandung batil isap, tetapi
memiliki sederet kait-kait kecil
berjumlah 16 buah disepanjang
tepinya dan sepanjang kait besar di
tengah-tengah, terdapat dua tonjolan
yang menyerupai kuping. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar
8.10. Gejala infeksi pada ikan antara
lain : pernafasan ikan meningkat,
produksi lendir berlebih.
Gambar 8.10. Gyrodactilus sp.
6. Lernea sp.
Parasit ini termasuk crustacea
(udang-udangan tingkat rendah). Ciri
parasit ini adalah jangkar yang
menusuk pada kulit ikan dengan
bagian ekor (perut) yang bergantung,
dua kantong telur berwarna hijau.
Jenis parasit ini biasa disebut
dengan cacing jangkar karena
bentuk tubuhnya yaitu bagian
kepalanya seperti jangkar yang akan
dibenamkan
pada
tubuh
ikan
sehingga parasit ini akan terlihat
menempel pada bagian tubuh ikan
yang terserang parasit ini. Parasit ini
sangat berbahaya karena menghisap
cairan
tubuh
ikan
untuk
perkembangan telurnya. Selain itu
bila
parasit
ini
mati,
akan
meninggalkan berkas lubang pada
kulit ikan sehingga akan terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit
ini dalam siklus hidupnya mengalami
409
tiga kali perubahan tubuhnya yaitu
nauplius, copepodit dan bentuk
dewasa. Dalam satu siklus hidupnya
membutuhkan waktu berkisar antara
21 – 25 hari. Individu dewasa dapat
terlihat secara kasat mata dan pada
bagian bawah tubuhnya pada
individu betina mempunyai sepasang
kantung telur. Kantung telur ini akan
menetas dan naupliusnya akan
berenang keluar dari dalam kantung
untuk mencari ikan lainnya. Untuk
lebi jelasnya dapat di lihat pada
Gambar 8.11.
Gambar 8.11. Lernea sp.
7. Argulus indicus
Argulus indicus merupakan salah
satu ektoparasit yang termasuk
kedalam phylum Arthropoda, kelas
Crustacea, subkelas Entomostsaca,
ordo copepoda, subordo Branchiora,
famili Argulidae, genus Argulus. Ciriciri parasit ini adalah bentuk seperti
kutu
berwarna
keputih-putihan,
menempel pada bagian tubuh ikan,
mempunyai alat penghisap, sehingga
biasa disebut juga dengan nama
kutu ikan. Alat penghisap ini akan
menghisap darah ikan. Oleh karena
itu ikan yang terserang akan
menurun pertumbuhannya serta
akan mengakibatkan pendarahan
pada kulit. Tubuh Argulus indicus
mempunyai dua alat penghisap
dibagian bawah tubuhnya, berupa
alat yang akan menusukkan alat
tersebut kedalam tubuh ikan yang
diserang.
Pada
pinggiran
karapacenya terdapat empat pasang
kaki yang berfungsi untuk berjalan
pada bagian tubuh ikan, berenang
bebas dan berpindah dari satu ikan
ke ikan yang lain.
Perkembangbiakan terjadi secara
kawin karena jenis Argulus indicus ini
ada jantan dan betina, ukuran tubuh
jantan lebih kecil daripada betina.
Daur hidup Argulus indicus terjadi
selama 28 hari dimana 12 hari untuk
fase telur dan menetas sedangkan
fase
larva
sampai
dewasa
membutuhkan waktu berkisar 16
hari. Larva Argulus indicus dapat
hidup tanpa ikan selama 36 jam
sedangkan individu dewasa dapat
hidup tanpa inang selama 9 hari.
Jumlah telur yang dihasilkan dari
individu betina berkisar antara 50 250 butir. Telur yang dihasilkannya
410
akan diletakkan pada berbagai
benda yang ada di dalam perairan.
Telur akan menetas menjadi larva
setelah beberapa kali berganti kulit
akan berubah menjadi dewasa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 8.12.
Gambar 8. 13. Saprolegnea sp
Gambar 8.12. Argulus indicus
tampak bawah
8. Saprolegnea sp dan Achlya sp.
Kedua organisme ini termasuk jenis
jamur yang sangat berbahaya bila
lingkungan air sangat tercemar oleh
bahan organik. Ciri-ciri jamur ini
adalah adanya benang pada tubuh
ikan yang lemah kondisi tubuhnya.
Hifa dari jamur dapat masuk ke
dalam otot ikan bagian dalam dan
dapat menyebabkan kematian ikan.
Pada umumnya jamur ini biasanya
menyerang ikan-ikan yang lemah
karena terserang penyakit lain
seperti ektoparasit. Selain itu dapat
menyerang telur-telur ikan yang tidak
dibuahi atau yang berkualitas buruk.
Secara kasat mata jamur ini hanya
terlihat berwarna putih dan untuk
melihat
secara
jelas
harus
menggunakan alat bantu mikroskop.
Bentuk jamur dengan bantuan alat
bantu mikroskop ini dapat dilihat
pada Gambar 8.13 dan 8.14..
Gambar 8.14. Achlya sp
9. Aeromonas sp, Pseudomonas
sp, Flexibacter columnaris,
Edwardsiella sp
Keempat
organisme
tersebut
termasuk jenis bakteri yang sangat
berbahaya bagi ikan, terutama ikan
yang tidak bersisik. Serangan bakteri
tersebut terjadi bila ikan dalam
kondisi antara lain; pakan yang tidak
seimbang
kandungan
gizinya,
lingkungan air yang kandungan
organiknya
tinggi,
fluktuasi
parameter kualitas air yang besar,
infeksi sekunder yang disebabkan
oleh serangan parasit dan faktor
genetik (ikan tidak cukup kebal oleh
411
serangan bakteri). Ciri-ciri serangan
bakteri tersebut adalah adanya
bercak merah pada kulit, insang dan
organ bagian dalam. Umumnya bila
tidak diobati dapat menyebabkan
penyebaran yang sangat luas dan
menyebabkan kematian ikan secara
massal.
•
•
•
•
•
•
Gambar 8.16. Aeromonas sp
10.
Epithelioma papulasum,
Herpesvirus, Lymphocystis
Ketiga organisme ini termasuk
kedalam kelompok virus yang dapat
menyerang ikan budidaya baik ikan
air tawar, payau maupun laut. Jika
ikan terserang virus maka ikan akan
sulit
sekali
untuk
dilakukan
pengobatan dan ikan yang terserang
virus akan mati secara massal.
8.2. PENCEGAHAN HAMA
DAN PENYAKIT IKAN
Secara umum hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah timbulnya
hama dan penyakit pada kegiatan
budidaya ikan antara lain adalah :
• Pengeringan dasar kolam secara
teratur setiap selesai panen.
Pemeliharaan ikan yang benarbenar bebas penyakit.
Hindari penebaran ikan secara
berlebihan melebihi kapasitas
atau
daya
dukung
kolam
pemeliharaan.
Sistem pemasukan air yang ideal
adalah paralel, tiap kolam diberi
satu pintu pemasukan air.
Pemberian pakan cukup, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya
dilakukan secara hati-hati dan
benar.
Binatang seperti burung, siput,
ikan seribu (Lebistus reticulatus
peters)
sebagai
pembawa
penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman.
8.2.1. Pencegahan Hama
Pada pemeliharaan ikan di kolam
hama yang mungkin menyerang
antara lain lingsang, kura-kura,
biawak, ular air, dan burung. Hama
lain berupa hewan pemangsa lainnya
seperti;
udang,
dan
seluang
(Rasbora). Ikan-ikan kecil yang
masuk kedalam kolam akan menjadi
pesaing ikan yang dipelihara dalam
hal mencari makan dan memperoleh
oksigen.
Untuk
menghindari
serangan
hama
pada
kolam
sebaiknya semak belukar yang
tumbuh di pinggir dan disekitar kolam
dibersihkan. Cara untuk menghindari
dari serangan burung bangau
(Leptotilus
javanicus),
pecuk
(Phalacrocorax
carbo
sinensis),
blekok
(Ramphalcyon
capensis
capensis) adalah dengan menutupi
bagian
atas
kolam
dengan
412
lembararan jaring. Cara ini berfungsi
ganda, selain burung tidak dapat
masuk, juga ikan tidak akan
melompat keluar.
8.2.2. Pencegahan Parasit
dengan Penyaringan Air
Sistem Filter Mekanik
Filter mekanik merupakan sebuah
alat untuk memisahkan material
padatan dari air secara fisika
(berdasarkan ukurannya), dengan
cara menangkap/menyaring materialmaterial tersebut sehingga tidak
terbawa pada air pemasukan.
Material-material
tersebut
dapat
berupa suspensi partikel kecil atau
parasit ikan. Oleh karena itu fungsi
filter mekanik selain menyaring
partikel juga parasit yang berukuran
besar tidak dapat masuk dalam
kolam.
Partikel padatan dalam hal ini bukan
merupakan bahan terlarut tetapi
merupakan
suatu
suspensi.
Ukurannya dapat bervariasi dari
sangat kecil, hingga tidak bisa dilihat
oleh mata (sebagai contoh: partikel,
plankton, organisme parasit, bakteri
yang menyebabkan air keruh).
Partikel-partikel
ini
dapat
terperangkap dalam berbagai jenis
media, dengan syarat diameter
lubangnya atau porinya lebih kecil
dari
diameter
partikel.
Media
tersebut dapat berupa kapas sintetis
atau bahan berserabut lain, spong,
kaca atau keramik berpori, kerikil,
pasir, dll.
Bahan yang diperlukan untuk sebuah
filter mekanik adalah berupa bahan
yang tahan lapuk, memiliki lubang-
lubang (pori-pori) dengan diameter
tertentu sehingga dapat menahan
atau menangkap partikel-partikel
yang berukuran lebih besar dari
diameter media filter tersebut
(Gambar 8.17).
Gambar 8.17. Mekanisme Kerja
Filter Mekanik
Gambar
8.17
menunjukkan
gambaran kasar tentang mekanisme
kerja sebuah filter mekanik. Dalam
gambar itu tampak bahwa partikel
yang berukuran lebih besar dari
diameter (pori) media filter akan
terperangkap dalam filter sedangkan
partikel-partikel yang lebih kecil dan
juga air akan lolos.
Sebuah wadah atau bak kosong
dapat pula berfungsi sebagai filter
mekanik. Akan tetapi proses yang
terjadi bukan melalui penyaringan
partikel melainkan melalui proses
pengendapan. Hal ini dimungkinkan
dengan membuat aliran air serendah
mungkin sehingga kecepatan partikel
mengendap menjadi lebih besar
daripada laju aliran air.
Bak
pengendapan
umum
digunakan
dalam manajeman kolam ikan
(seperti kolam ikan koi).
413
Media filter mekanik (bahan yang
digunakan untuk menyaring atau
menangkap partikel) memiliki ukuran
diamater lubang atau ukuran pori
beragam,
dari
satuan
mikron
(sepersejuta meter) hingga satuan
sentimeter (seperseratus meter),
tergantung
dari
bahan
yang
digunakan. Diatom atau membran
berpori-mikro, misalnya, memiliki
pori-pori dengan satuan ukuran
mikron sehingga selain dapat
menahan suspensi juga dapat
menangkap infusoria, bakteri dan
algae bersel tunggal. Sedangkan
jenis yang lain bisa mempunyai
ukuran pori lebih besar. Hal yang
menarik dari ukuran pori ini adalah
diameter efektifnya. Seperti terlihat
pada gambar 8.17, secara alamiah
akan terjadi bahwa efektifitas filter
mekanik akan meningkat dengan
berjalannya waktu. Diameter pori
filter yang semula hanya dapat
menangkap partikel yang berkukuran
lebih besar dari diameter porinya,
dengan berjalannya waktu akan
dapat pula menangkap partikel yang
berukuran lebih kecil. Hal demikian
dapat terjadi, karena dengan adanya
halangan yang diakibatkan oleh
partikel yang terjebak dan menutup
lubang pori semula maka ukuran
pori efektif yang berfungsi akan
semakin mengecil, sehingga partikel
lebih kecilpun lama-kelamaan akan
bisa tertangkap. Keadaan ini dapat
membawa kesimpulan yang salah,
bahwa filter mekanik semakin lama
akan
semakin
efektif. Pada
kenyataannya
tidak
demikian,
dengan semakin "efektifnya" filter
mekanik akan membawa ke keadaan
dimana tidak akan ada lagi sebuah
partikelpun, termasuk air, yang bisa
dilewatkan. Dengan kata lain filter
akan tersumbat total sehingga gagal
berfungsi (Gambar 8.18)
Gambar 8.18. Penumpukan partikelpartikel pada media filter mekanik.
Meskipun pada awalnya akan dapat
meningkatkan efektifitas filter, tapi
dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan
terjadinya
penyumbatan sehingga filter gagal
berfungsi.
Hal yang umum terjadi adalah
semakin halus pori-pori media filter
mekanik yang digunakan akan
semakin cepat pula penyumbatan
terjadi. Apabila penggunakan media
sangat halus ini perlu dilakukan
maka dengan menggunakan sistem
filter mekanik bertingkat akan dapat
menolong
mengurangi
resiko
terjadinya penyumbatan dengan
cepat.
Filter mekanik perlu dirawat dan
dibersihkan secara periodik agar
dapat tetap berfungsi dengan baik.
Kontrol terhadap kondisi filter ini
sebaiknya dilakukan secara rutin.
Apabila media sudah tidak dapat lagi
berfungsi dengan baik karena rusak
atau terdekomposisi, maka perlu
dilakukan
penggantian
dengan
media baru.
414
Selain itu agar dapat melakukan
pembuatan filter secara mekanik
yang akan digunakan dalam kolam
pemeliharaan ikan dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan
alat
dan
bahan
pembuatan filter
2. Bersihkan wadah.dan peralatan
dengan
menyikat
secara
3.
4.
5.
6.
7.
seksama agar semua kotoran
hilang.
Bersihkan
bahan
dengan
membilaskan air bersih
Susunlah bahan filter seperti
gambar dibawah ini
Pasang frame besi dengan kawat
kasanya
Pasang pompa diatas kotak
plastik.
Jalankan pompa, catat kondisi air
yang keluar.
Air menuju kolam
Pasir halus
Frame besi dan kawat
kasa
Kerikil kasar/ potongan
plastik
Air dari kolam
Gambar 8.19. Filter mekanik.
8.2.3. Pencegahan terhadap
beberapa penyakit
Pencegahan terhadap white spot
Tindakan karantina terhadap ikan
yang akan dipelihara merupakan
tindakan pencegahan yang sangat
dianjurkan
dalam
menghindari
berjangkitnya white spot. Pada
dasarnya white spot termasuk
mudah dihilangkan apabila diketahui
secara dini. Berbagai produk anti
white spot banyak dijumpai di tokotoko perikanan. Produk ini biasanya
terdiri dari senyawa-senyawa kimia
seperti metil biru, malachite green,
dan atau formalin.
Meskipun
demikian, ketiga senyawa itu tidak
akan mampu menghancurkan fase
infektif yang hidup di dalam tubuh
415
kulit ikan.
Oleh karena itu,
pemberian bahan ini harus dilakukan
berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh
dari wadah pemeliharaan.
Perlu diperhatikan bahwa spesies
ikan tertentu, khususnya yang tidak
bersisik, seperti lele, diketahui
sangat tidak toleran terhadap
produk-produk anti white spot, oleh
karena
itu,
perhatikan
cara
pemberian obat-obatan tersebut
pada kemasannya dengan baik
Perlakuan
perendaman
dengan
garam
dalam
jangka
panjang
(selama 7 hari pada dosis 2ppt (part
per thousand)) diketahui dapat
menghilangkan
white
spot.
Perlakuan ini hanya dapat dilakukan
pada ikan-ikan yang tahan terhadap
garam.
Wadah dapat dibersihkan dari white
spot dengan cara memindahkan
seluruh ikan dari wadah tersebut.
Pada lingkungan tanpa ikan sebagai
inang, fase berenang dari whte spot
akan mati dengan sendirinya. Pada
wadah pemeliharaan ikan dengan
suhu diatas 21°C, akan terbebas dari
white spot setelah dibiarkan selama
4 hari. Akan lebih aman lagi apabila
wadah tersebut dibiarkan selama 7
hari. Semua peralatan budidaya juga
akan terbebas dari white spot setelah
dibiarkan selama 7 hari.
Radiasi dengan sinar ultra violet
dapat pula membantu mengurangi
populasi white spot.
Ikan yang lolos dari serangan white
spot
diketahui
akan
memiliki
kekebalan
terhadap
penyakit
tersebut.
Kekebalan ini dapat
bertahan selama beberapa minggu
atau beberapa bulan. Meskipun
demikian ketahanan ini dapat
menurun
apabila
ikan
yang
bersangkutan mengalami stres atau
terjangkit penyakit lain.
Untuk
mencegah
agar
tidak
berjangkit penyakit bintik putih, air
kolam harus sering diganti atau dialiri
air baru yang segar dan jernih. Harus
dijaga agar air buangan ini tidak
menularkan kepada ikan di kolamkolam lain.
Pencegahan terhadap jamur
Pencegahan jamur dapat dilakukan
dengan cara menjaga kualitas air
agar kondisinya tetap baik. Agar ikan
tidak terluka, perlakuan hati-hati
pada saat pemeliharaan ikan sangat
perlu diperhatikan.
Pencegahan terhadap bakteri
Pada umumnya bibit penyakit,
apalagi berupa bakteri yang sangat
kecil dan sudah tersebar di semua
perairan, sukar sekali diberantas
sampai
tuntas.
Karena
air
merupakan media penular yang
membawa bibit-bibit penyakit secara
luas. Maka cara pencegahanlah
yang harus dipahami benar-benar
oleh petani ikan. Ikan akan terhindar
dari wabah penyakit apabila ikan
selalu dalam kondisi yang baik.
Kondisi baik artinya, makanan cukup,
keadaan lingkungan baik, bersih dari
segala pencemaran, agar ikan-ikan
berdaya
tahan
tinggi
untuk
416
membentuk
kekebalan
alamiah
terhadap berbagai penyakit.
8.3. GEJALA SERANGAN
PENYAKIT
Berdasarkan tempat tumbuhnya
penyakit di dalam tubuh ikan maka
bagian tubuh ikan yang diserang
penyakit
dapat
dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
1. Bagian luar tubuh ikan yaitu kulit,
sirip, mata, hidung dan insang.
Ikan yang terserang penyakit
pada kulitnya akan terlihat lebih
pucat dan berlendir. Ikan tersebut
biasanya
akan
menggosokgosokkan tubuhnya pada bendabenda yang ada di sekitarnya.
Sedangkan serangan penyakit
pada insang menyebabkan ikan
sulit bernafas, tutup insang
mengembang dan warna insang
menjadi pucat. Pada lembaran
insang sering terlihat bintik-bintik
merah karena pendarahan kecil
(peradangan).
2. Bagian
dalam
tubuh
ikan.
Penyakit yang menyerang organ
dalam sering mengakibatkan
perut ikan membengkak dengan
sisik yang berdiri. Sering pula
dijumpai perut ikan menjadi
kurus. Jika menyerang usus,
biasanya akan mengakibatkan
peradangan dan jika menyerang
gelembung renang, ikan akan
kehilangan keseimbangan pada
saat berenang.
Oleh karena itu ikan dikatakan sakit
bila terjadi suatu kelainan baik
secara anatomis maupun fisiologis.
Secara anatomis terjadi kelainan
bentuk bagian-bagian tubuh ikan
seperti bagian badan, kepala, ekor,
sirip dan perut. Secara fisiologis
terjadi kelainan fungsi organ seperti;
penglihatan,
pernafasan,
pencernaan, sirkulasi darah dan lainlain. Gejala yang diperlihatkan dapat
berupa kelainan perilaku atau
penampakan
kerusakan
bagian
tubuh ikan. Adapun ciri-ciri ikan sakit
adalah sebagai berikut;
1. Behaviour (perilaku ikan)
• Ikan sering berenang di
permukaan air dan terlihat
terengah-engah
(megapmegap).
• Ikan
sering
menggosokgosokan tubuhmya pada
suatu permukaan benda.
• Ikan tidak mau makan (nafsu
makan menurun).
• Untuk jenis ikan yang sering
berkelompok, maka ikan yang
sakit akan memisahkan diri
dan berenang secara pasif
2. Equilibriun
Equibriun artinya keseim-bangan,
ikan yang terserang penyakit
keseimbangannya
terganggu,
maka ikan berenang oleng, dan
loncat-loncat
tidak
teratur,
bahkan menabrak dinding bak.
3. External lesion
Adalah abnomalitas dari organ
tubuh tertentu karena adamya
serangan
penyakit.
External
lesion pada ikan antara lain:
• Discoloration
Pada ikan sehat mempunyai
warna tubuh normal sesuai
dengan
pigmen
yang
dimilikinya. Kelainan pada
warna yang tidak sesuai
dengan pigmennya adalah
417
•
•
suatu discoloration. Seperti
warna gelap menjadi pucat
dan lain-lain.
Produksi lendir
Lendir pada ikan sakit akan
berlebihan bahkan sampai
menyelimuti
tubuh
ikan
tergantung
pada
berat
tidaknya tingkat infeksi.
Kerusakan organ luar
Kelainan bentuk organ ini
disebabkan
oleh
parasit
tertentu yang menyebabkan
kerusakan organ seperti pada
kulit, sirip, insang dan lainlain. Pada insang dapat
menyebabkan insang terlihat
pucat atau adanya bercak
merah.
4. Faktor kondisi
Pada ikan sehat mempunyai
korelasi antara bobot (M) dan
panjang (L) ikan yang seimbang
yaitu dengan rumus sebagai
berikut
K=
L3
Dimana :
M : berat ikan (gr)
L : panjang ikan (cm)
Ikan mempunyai nilai K yang
berbeda-beda tergantung jenisnya
bila nilai K berubah dari normal maka
ikan dikatakan sakit.
Pada ikan mas sehat
K = 1,9
sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan
yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak
dapat hidup lagi.
Gejala
penampakan
kerusakan
bagian tubuh ikan antara lain:
1. Dropsy
Dropsy merupakan gejala dari suatu
penyakit bukan penyakit itu sendiri.
Gejala dropsy ditandai dengan
terjadinya
pembengkakan
pada
rongga tubuh ikan. Pembengkakan
tersebut sering menyebabkan sirip
ikan
berdiri
sehingga
penampakannya akan menyerupai
buah pinus.
100 M
Gambar 8.19. Dropsy pada Platty (kiri) dan Cupang (kanan) . Tampak sisik
yang berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus.
418
Gambar 8.20. Dropsy tampak samping, menunjukkan perut membuncit
sebagai akibat akumulasi cairan/lendir pada rongga perut.
Pembengkakan
terjadi
sebagai
akibat berakumulasinya cairan, atau
lendir dalam rongga tubuh (Gambar
8.21). Gejala ini disertai dengan,
• malas bergerak,
• gangguan pernapasan,
• warna kulit pucat kemerahan
Gambar 8.21. Akumulasi cairan
Akumulasi cairan selain akan
menyisakan
rongga
yang
"menganga"
lebar,
juga
akan
menyebabkan organ dalam tubuh
ikan tertekan. Bila gelembung renang
ikut tertekan dapat menyebabkan
keseimbangan ikan terganggu
Secara alamiah bakteri penyebab
dropsy
kerap
dijumpai
dalam
lingkungan, tetapi biasanya dalam
jumlah normal dan terkendali.
Perubahan bakteri ini menjadi
patogen, bisa terjadi karena akibat
masalah osmoregulator ;pada ikan
yaitu,
• kualitas air yang kurang baik
• menurunnya fungsi kekebalan
tubuh ikan,
• malnutrisi atau karena faktor
genetik. malnutrisi atau karena
faktor genetik.
Infeksi utama biasanya terjadi
melalui mulut, yaitu ikan secara
sengaja atau tidak memakan kotoran
ikan
lain
yang
terkontaminasi
patogen atau akibat kanibalisme
terhadap ikan lain yang terinfeksi.
2. Kelainan Gelembung Renang
Gelembung renang (swimbladder)
adalah organ berbentuk kantung
berisi udara yang berfungsi untuk
mengatur ikan mengapung atau
melayang di dalam air, sehingga ikan
tersebut tidak perlu berenang terus
menerus untuk mempertahankan
posisinya. Organ ini hampir ditemui
pada semua jenis ikan.
Beberapa kelainan atau masalah
dengan gelembung renang, yang
umum dijumpai, adalah :
• sebagai akibat dari luka dalam,
terutama akibat berkelahi atau
419
•
karena kelainan bentuk tubuh.
Beberapa jenis ikan yang hidup di air
deras seringkali memiliki gelembung
renang yang kecil atau bahkan
hampir hilang sama sekali, karena
dalam kondisi demikian gelembung
renang boleh dikatakan tidak ada
fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini,
kondisi gelembung renang demikian
adalah normal dan bukan merupakan
suatu gejala penyakit. Mereka
biasanya hidup di dasar atau
menempel pada subtrat.
Gambar 8.22. Contoh kasus kelainan
gelembung renang (swim bladder)
pada ikan "red parrot", ikan berenang
dengan kepala di bawah.
Tanda-tanda penyakit kelainan
gelembung renang
a.
Perilaku berenang tidak normal
dan
b.
Kehilangan keseimbangan.
c.
Ikan tampak kesulitan dalam
menjaga posisinya dalam air.
Kerusakan
gelembung
renang
menyebabkan organ ini tidak bisa
mengembang
dan
mengempis,
sehingga
menyebabkan
ikan
mengapung
dipermukaan
atau
tenggelam. Dalam beberapa kasus
ikan tampak berenang dengan
kepala atau ekor dibawah atau
terapung pada salah satu sisi
tubuhnya, atau bahkan berenang
terbalik.
3. Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Mata berkabut atau "cloudy eye"
ditandai dengan memutihnya selaput
mata ikan. Permukaan luar mata
tampak dilapisi oleh lapisan tipis
berwarna putih.
Secara umum gejala ini disebabkan
oleh
• Kondisi
kualitas
air
yang
memburuk, terutama sebagai
akibat
meningkatnya
kadar
amonia dalam air. Apabila gejala
mata berkabut terjadi, maka hal
yang harus dicurigai terlebih
dahulu adalah kondisi air.
Koreksi parameter air hingga
sesuai dengan keperluan ikan
yang bersangkutan.
• Apabila
gejala
ini
terjadi,
sedangkan parameter air dalam
keadaan normal, maka terdapat
kemungkinan gejala tersebut
disebabkan oleh hal lain.
4.
Sembelit (Konstipasi)
Sembelit
atau
konstipasi
(constipation) merupakan gejala
yang tidak jarang dijumpai pada ikan,
dengan ciri utama ikan kehilangan
nafsu makan, tidak bisa buang
kotoran, dan malas (berdiam diri di
dasar). Dalam kasus berat bisa
disertai dengan nafas tersengal420
sengal (megap-megap) dan badan
mengembung.
5. Ulcer
Ulcer merupakan suatu pertanda
tarjadinya berbagai infeksi bakteri
sistemik pada ikan. Fenomena ini
biasanya ditandai dengan munculnya
borok/luka terbuka pada tubuh ikan.
Sering pula borok ini disertai dengan
memerahnya
pinggiran
borok
tersebut.
Ulcer dapat memicu
terjadinya infeksi sekunder terutama
infeksi jamur, selain itu, dapat pula
disertai dengan gejala penyakit
bakterial lainnya seperti kembung,
dropsi, kurus, atau mata menonjol
(pop eye).
Gambar 8.23. Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi jamur
Saprolegnia.
6. Busuk Mulut
Tanda-tanda penyakit adalah :
1. mulut membengkak,
2. mulut tidak bisa mengatup
3. disusul kematian dalam waktu
singkat.
Busuk mulut merupakan penyakit
akibat infeksi bakteri.
1. Kehadiran penyakit ini ditandai
dengan munculnya memar putih
atau abu-abu disekitar kepala,
sirip, insang dan rongga mulut.
2. Memar tersebut kemudian akan
bekembang menjadi bentukan
berupa kapas berwarna putih
kelabu, khususnya di sekitar
mulut, sehingga mulut sering
menjadi tidak bisa terkatup.
3. Kehadiran benda ini tidak jarang
sulit dibedakan dengan serangan
jamur. Oleh karena itu, untuk
memastikan
dengan
jelas
diperlukan pengamatan dibawah
mikroskop.
Pada serangan ringan, seperti
ditunjukkan oleh adanya memar
putih saja, kematian dapat terjadi
setelah timbulnya kerusakan fisik
yang berarti. Sedangkan dalam
serangan akut dan cepat, yang
biasanya terjadi di dearah dengan
suhu udara hangat seperti di
Indonesia, penyakit tersebut dapat
berinkubasi kurang dari 24 jam dan
kematian terjadi dalam waktu 2 – 3
hari, diantaranya disertai dengan
rontoknya mulut. Meskipun demikian,
di beberapa kasus bisa terjadi
421
kematian tanpa disertai gejala fisik
apapun, sehingga apabila dijumpai
kematian mendadak pada ikan, salah
satu yang perlu dicurigai adalah
akibat serangan penyakit ini.
7. Bintik Putih - White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai
penyakit "ich", merupakan penyakit
ikan yang disebabkan oleh parasit.
Penyakit ini umum dijumpai pada
hampir seluruh spesies ikan. Secara
potensial white spot dapat berakibat
mematikan. Penyakit ini ditandai
dengan munculnya bintik-bintik putih
di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang
white spot yang bervariasi, siklus
hidupnya
serta
caranya
meperbanyak
diri
dalam
air
memegang
peranan
penting
terhadap berjangkitnya
penyakit
tersebut.
secara umum dapat dibagi dua
yaitu :
• Tahapan infektif dan
• Tahapan tidak infektif (sebagai
"mahluk" yang hidup bebas di
dalam air atau dikenal sebagai
fase berenang).
Gejala klinis white spot merupakan
akibat dari bentuk tahapan sisklus
infektif. Ujud dari "white spot" pada
tahapan infektif ini dikenal sebagai
Trophont. Trophont hidup dalam
lapisan epidermis kulit, insang atau
rongga mulut. Oleh karena itu,
julukan
white
spot
sebagai
ektoparasit dirasa kurang tepat,
karena sebenarnya mereka hidup
dilapisan dalam kulit, berdekatan
dengan lapisan basal lamina.
Meskipun demikian parasit ini tidak
sampai menyerang lapisan di
bawahnya atau organ dalam lainnya.
Tanda-tanda Penyakit
Siklus hidup white spot terdiri dari
beberapa tahap, tahapan tesebut
Gambar 8.24. Ikan yang terserang "white spot"
Ikan-ikan yang terjangkit akan
menunjukkan gejala sebagai berikut :
• Penampakan berupa bintik-bintik
putih pada sirip, tubuh, insang
atau mulut.
•
Masing-masing
bintik
ini
sebenarnya
adalah
individu
parasit yang diselimuti oleh
lapisan semi transparan dari
jaringan tubuh ikan.
422
•
•
Pada awal perkembangannya
bintik tersebut tidak akan bisa
dilihat dengan mata. Tapi pada
saat parasit tersebut makan,
tumbuh dan membesar, sehingga
bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik
tersebut dapat dengan mudah
dikenali.
Pada kasus berat
beberapa individu dapat dijumpai
bergerombol pada tempat yang
sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering
dijumpai
menggosok-gosokan
tubuhnya pada benda-benda lain
di dalam air sebagai respon
terhadap terjadinya iritasi pada
kulit mereka.
Sedangkan ikan yang terjangkit berat
dapat menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut :
• Mengalami kematian sebagai
akibat
terganggunya
sistem
pengaturan osmotik ikan,
• Akibat gangguan pernapasan,
atau
• Menyebabkan infeksi sekunder.
• Ikan berukuran kecil dan burayak
dapat
mengalami
kematian
setelah beberapa hari terjangkit
berat.
Ikan yang terjangkit berat akan
menunjukkan perilaku abnormal dan
disertai dengan perubahan fisiologis
antara lain adalah :
• Ikan
tampak
gelisah
atau
meluncur kesana kemari dengan
cepat
• Siripnya
tampak
bergetar
(mungkin
sebagai
akibat
terjadinya iritasi pada sirip
tersebut).
• Pada ikan yang terjangkit sangat
parah, mereka akan tampak
•
•
•
lesu,
atau
terapung
di
permukaan. Kulitnya berubah
menjadi pucat dan mengelupas.
Sirip tampak robek-robek dan
compang-camping.
Insang juga tampak memucat.
Kerusakan pada kulit dan insang
ini akan memicu ikan mengalami
stres
osmotik
dan
stres
pernapasan. Stres pernapasan
ditunjukkan dengan pergerakan
tutup insang yang cepat (megapmegap)
dan
ikan
tampak
mengapung di permukaan dalam
usahanya untuk mendapatkan
oksigen lebih banyak. Apabila ini
terjadi,
ikan
untuk
dapat
disembuhkan akan relatif sangat
kecil.
8. Keracunan
Kolam maupun akuarium merupakan
suatu ekosistem kecil yang sangat
terbatas, oleh karena itu terjadinya
pencemaran oleh bahan beracun
yang dapat terakumulasi pada
ekosistem tersebut.
Beberapa bahan beracun yang dapat
masuk kedalam lingkungan kolam
maupun akuarium baik sengaja
maupun tidak, antara lain adalah:
• Obat-obatan
yang
sengaja
diberikan
untuk
mengatasi/mencegah
suatu
penyakit pada ikan.
• Bahan kimia yang secara tidak
sengaja
digunakan
disekitar
akuarium, sperti parfum, aerosol,
asap rokok berlebihan, minyak,
insektisida, cat, deterjen atau
sabun.
423
•
•
Hasil metabolisme ikan yaitu
urine dan kotoran ikan.
Kualitas air
sumber yang
tercemar.
Racun bisa juga juga ditimbulkan
dari :
• Obat-obatan atau bahan kimia
seperti kaporit
• Pembusukan
bahan-bahan
organik pada dasar wadah dapat
pula menyumbangkan bahan
beracun, seperti; amonia, nitrit,
dan nitrat
• Ikan beracun:
Beberapa jenis ikan dan binatang
tertentu
(terutama
dari
lingkungan air laut) diketahui
mengandung racun. Oleh karena
itu, binatang-binatang ini bisa
menimbulkan akibat fatal pada
ikan lainnya.
Beberapa contoh dari golongan
binatang beracun ini adalah;
skinned puffer, boxfish, truckfish,
soapfish, lionfish, scorpion fish,
ikan pari, anemon, mentimun
laut, gurita, koal api, spong api,
landak laut, dan fireworms.
Pada
umumnya
binatangbinatang
tersebut
akan
mengeluarkan racunnya apabila
dalam keadaan terancam atau
ketakutan. Beberapa jenis juga
dapat mengeluarkan racunnya
apabila terluka atau sakit.
Gejala keracunan pada ikan:
• Ikan meluncur dengan cepat
kesana kemari secara tiba-tiba,
• Berenang dengan liar, dan
terkadang
hingga
menabrak
benda-benda yang adad.
• Nafas tersengal-sengal.
•
•
Warna menjadi pudar.
Terkadang tergeletak di dasar
wadah dangan nafas tersengalsengal.
Oleh karena itu, apabila ikan secara
tiba-tiba dan serentak (hampir
menimpa
seluruhnya)
bernapas
tersengal-sengal bisa dipastikan air
tercemar bahan beracun.
9. Euthanasia
Dalam memelihara ikan hias, ada
kalanya kita dihadapkan pada suatu
pilihan yang sulit, khususnya pada
saat ikan kesayangan tersebut
menderita suatu penyakit atau
mengalami luka-luka yang parah.
Keputusan
untuk
menentukan
apakah harus mencoba mengakhiri
penderitaan
ikan
tersebut
(Euthanasia)
atau
mencoba
menyembuhkannya merupakan hal
yang sangat sulit, apalagi bila
selama ini sudah terjalin keakraban
antara
pemilik
dan
ikan
kesayangannya.
Jika tindakan euthannasia diperlukan
berikut adalah beberapa hal yang
perlu diperhatikan.
Cara Euthanasia yang Dianjurkan:
Perlu diingat bahwa ikan mempunyai
rasa sakit dan stress, oleh karena itu,
euthanasia perlu dilakukan secara
manusiawi. Beberapa cara yang
biasa dilakukan adalah:
•
Konkusi :
Pada cara ini tubuh ikan
dibungkus dengan kain tetapi
kepalanya dibiarkan terbuka.
Kemudian kepala ikan tersebut
424
dipukulkan pada benda keras,
sekeras mungkin. Bisa juga
dilakukan dengan cara memukul
kepala ikan tersebut dengan
benda keras. Pastikan bahwa
otak ikan tersebut telah rusak,
kalau
tidak,
terdapat
kemungkinkan ikan akan sadar
kembali. Untuk memastikannya
anda bisa gunakan gunting atau
pisau untuk merusakkan otaknya.
•
•
Dekapitasi:
Untuk ikan-ikan berukuran kecil,
kepala ikan dapat dipisahkan
dengan cepat menggunakan
pisau atau gunting yang sangat
tajam. Selanjutnya otak ikan
tersebut segera dihancurkan.
Ikan masih dapat tersadar
selama beberapa saat setelah
kepalanya terpisah, oleh karena
itu, tindakan penghancuran otak
ini diperlukan.
Pembiusan overdosis:
Cara ini termasuk sesuai untuk
berbagai jenis ukuran ikan.
Selain itu juga sesuai untuk
melakukan Euthanasia bersamasama pada ikan yang mengalami
sakit secara masal. Caranya
adalah dengan merendam ikan
pada larutan obat bius ikan pada
konsentrasi berlebih dan dalam
waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang tidak
dianjurkan:
• Memasukan
ikan
kedalam
septitank
hidup-hidup
dan
menggelontornya dengan air.
• Mengeluarkan ikan dari dalam
air, kemudian membiarkannya
sampai mati.
•
•
•
•
Memasukkan ikan pada air
mendidih.
Memasukkan ikan pada air dingin
(es).
Mendinginkan
ikan
secara
perlahan-lahan.
Mematahkan leher ikan tanpa
diikuti dengan pengrusakan otak
Setelah
melakukan
Euthanasia,
kuburlah ikan tersebut di tempat
yang aman, agar tidak menimbulkan
penularan
yang
tidak
diperlukan. Jangan berikan ikan sakit
tersebut sebagai pakan pada ikan
lainya untuk menghindari penularan
dan penyebaran penyakit pada ikan
lainnya. Apabila akan diberikan
sebagai pakan pada binatang lain,
pastikan jenis penyakitnya tidak akan
menulari binatang lain tersebut.
Dari penjelasan tentang beberapa
gejala serangan penyakit maka
dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa tanda-tanda penyakit pada
beberapa jenis ikan pada umumnya
hampir sama, misalnya untuk
penyakit bintik putih pada ikan air
tawar, payau maupun laut hampir
sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan
menunjukkan penampakan berupa
bintik-bintik putih pada sirip, tubuh,
insang atau mulut. Masing-masing
bintik ini sebenarnya adalah individu
parasit yang diselimuti oleh lapisan
semi transparan dari jaringan tubuh
ikan. Pada awal perkembangannya
bintik tersebut tidak akan bisa dilihat
dengan mata. Tapi pada saat parasit
tersebut
makan,
tumbuh
dan
membesar, sehingga bisa mencapai
0.5-1 mm, bintik tersebut dapat
dengan mudah dikenali. Pada kasus
425
berat beberapa individu dapat
dijumpai bergerombol pada tempat
yang sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering
dijumpai
menggosok-gosokan
tubuhnya pada benda-benda lain di
dalam wadah sebagai respon
terhadap terjadinya iritasi pada kulit
mereka.
Sedangkan ikan yang
terjangkit berat dapat mengalami
kematian
sebagai
akibat
terganggunya sistem pengaturan
osmotik
ikan, akibat
gangguan
pernapasan, atau akibat infeksi
sekunder. Ikan berukuran kecil dan
burayak dapat mengalami kematian
setelah beberapa hari terjangkit
berat.
Ikan yang terjangkit berat akan
menunjukkan perilaku abnormal dan
disertai dengan perubahan fisiologis.
Mereka akan tampak gelisah atau
meluncur kesana kemari dengan
cepat dan siripnya tampak bergetar
(mungkin sebagai akibat terjadinya
iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan
yang terjangkit sangat parah, mereka
akan tampak lesu, atau terapung di
permukaan.
Kulitnya
berubah
menjadi pucat dan mengelupas, sirip
tampak robek-robek dan compangcamping.
Insang juga tampak
memucat. Terjadinya
kerusakan
pada kulit dan insang ini akan
memicu ikan mengalami stres
osmotik dan stres pernapasan. Stres
pernapasan ditunjukkan dengan
pergerakan tutup insang yang cepat
(megap-megap) dan ikan tampak
mengapung di permukaan dalam
usahanya
untuk
mendapatkan
oksigen lebih banyak. Apabila ini
terjadi peluang ikan untuk dapat
disembuhkan
kecil.
akan
relatif
sangat
Penyakit yang menyerang ikan
budidaya sebenarnya dapat dideteksi
lebih dini oleh para pembudidaya jika
memperhatikan gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh ikan budidaya.
Setiap ikan yang terserang penyakit
akan memberikan suatu gejala yang
khas. Secara umum gejala ikan sakit
yang dapat dilihat dengan mudah
bagi para pembudidaya ikan, dapat
dilihat dari dua kejadian yang terjadi
pada ikan budidaya yaitu cara
kematian ikan di kolam dan tingkah
laku ikan yang dipelihara.
Cara
kematian
ikan
dikolam
budidaya
dapat
dikelompokkan
menjadi beberapa yaitu :
1. Kematian ikan di kolam budidaya
terjadi secara tiba-tiba dengan
ciri-cirinya adalah :
• Ikan yang berukuran besar
mati lebih dulu
• Ikan yang belum mati ada
dipermukaan kolam atau
disaluran air masuk
•
Air kolam berubah warna dan
menyebarkan bau busuk
•
Ikan-ikan yang mati terjadi
pada dini hari
•
Tanaman air pada mati.
Hal ini penyebabnya adalah :
kekurangan oksigen di kolam
budidaya
2. Kematian ikan
yang
terjadi
secara tiba-tiba dan kejadiannya
tidak selalu pada pagi hari tetapi
terjadi kapan saja dengan ciricirinya adalah :
426
•
Ikan yang kecil mati terlebih
dahulu
•
Hewan air lainnya
seperti kodok, siput
•
Ikan
berenang
bertabrakan
mati
saling
Hal ini penyebabnya adalah :
keracunan
3. Kematian ikan yang terjadi
secara berurutan pada waktu
yang cukup lama. Penyebabnya
adalah parasit
4. Kematian ikan yang terjadi
dengan kecepatan kematian
pada awal. Jumlah ikan yang
mati sedikit, kemudian banyak
dan jarak antara kematian
berselang sedikit. Penyebabnya
adalah : virus dan bakteri.
5. Kematian ikan yang terjadi
secara
berurutan
dengan
kecepatan kematian ikan sedikit,
sampai
mencapai
puncak
dengan jumlah kematian yang
tetap.
Penyebabnya
adalah
masalah makanan.
Selain memperhatikan cara kematian
dari ikan yang dipelihara di dalam
wadah budidaya, penyakit yang
menyerang pada ikan budidaya
dapat dilakukan pemantauan dengan
melihat tingkah laku ikan yang
diduga terserang penyakit. Tingkah
laku ikan yang terserang penyakit
pada beberapa jenis penyakit
biasanya spesifik. Adapun tingkah
laku ikan pada wadah budidaya yang
terserang penyakit dapat diketahui
antara lain adalah :
1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu
berada atau berkumpul di
permukaan air atau di saluran
pemasukkan air. Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
•
Kekurangan
perairan
•
Parasit ikan
oksigen
di
2. Ikan berada di permukaan air dan
gerakannya
sedikit
lebih
cenderung ikan tersebut berdiam
diri (seperti keadaan lemas).
Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
•
Parasit di insang
•
Kerusakan
disebabkan
(virus)
•
Ikan kekurangan zat nutrisi
(haemoglobin)
insang
yang
oleh
bakteri
3. Aktivitas makan ikan berkurang.
Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
• Perubahan kualitas atau mutu
air
• Makanan tidak cocok
• Segala macam penyakit
4. Ikan berenang terbalik dengan
posisi bagian perut berada di
atas dan ikan melakukan gerakan
mengguling-gulingkan badannya.
Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
• Parasit
• Virus
5. Ikan berada di dasar perairan
dan tidak mau makan, serta
siripnya
tidak
berkembang.
Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
427
• Parasit
• Kualitas air yang buruk
6. Ikan diam di dasar perairan dan
menepi dipinggiran kolam. Gejala
serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara
lain adalah : Parasit dari jenis
Ichthyophthirius multifiliis.
7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan
menggesekkan badannya pada
batu-batuan. Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
• Myxosoma
• Crustacea
8. Ikan bergetar, Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah
parasit.
Dengan melihat tingkah laku ikan
yang dibudidayakan di wadah
budidaya apapun, maka para
pembudidaya ikan sudah dapat
menduga adanya gejala serangan
penyakit pada ikan. Untuk melihat
secara jelas dan pasti tentang jenis
penyakit yang menyerang ikan
peliharaan tersebut maka harus
dilakukan pengamatan dan melihat
secara langsung organ tubuh ikan
yang terserang penyakit. Secara
kasat mata dapat diketahui tentang
jenis penyakit yang menyerang ikan
budidaya dari bagian tubuh luar ikan
dan bagian dalam tubuh ikan. Pada
bagian tubuh ikan bagian luar antara
lain
memberikan
tanda-tanda
serangan penyakit adalah :
1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari
biasanya.
Gejala
serangan
penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
• Kekurangan vitamin C
• Virus
•
2.
3.
3.
5.
6.
7.
Parasit jenis Trypanosoma
(whirling disease)
Warna tubuh ikan kemerahan.
Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
• Insang ikan menggumpal
disebabkan
oleh
bakteri,
jamur dan parasit
• Ikan kekurangan makanan
Adanya luka borok. Gejala
serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara
lain adalah :
• Trematoda
• Bakteri
• Lernea dan Argulus
Adanya pendarahan pada daerah
tertentu.
Gejala
serangan
penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
• Argulus
• Lernea
• Bakteri
Ikan tubuhnya bengkak. Gejala
serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara
lain adalah :
• Tumor
• Siste (telur dari parasit)
Perubahan bentuk tubuh ikan,
seperti badannya bengkok, tidak
mempunyai
sirip.
Gejala
serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara
lain adalah :
• Genetik (keturunan)
• Kekurangan
zat
nutrisi
(makanan)
Perubahan
kulit
ikan
ada
beberapa
macam,
Gejala
serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara
lain adalah :
428
•
•
•
•
Terdapat
bintik
putih,
penyebabnya
adalah
Ichthyophthirius multifiliis
Terdapat selaput yang tidak
beraturan,
penyebabnya
adalah jamur
Ada lapisan lendir berwarna
abu-abu,
penyebabnya
adalah Trichodina, Costia,
Chilodonella.
Ada bercak lendir dan darah,
penyebabnya
adalah
Monogenea.
Selain itu untuk lebih memastikan
praduga tentang jenis penyakit yang
telah menyerang ikan budidaya
sebaiknya
dilakukan
kembali
pemeriksaan
ikan
sampel
di
laboratorium hama dan penyakit ikan
atau ditempat pengambilan sampel
secara langsung. Prosedur yang
harus
dilakukan
sebelum
pemeriksaan parasit adalah ikan
sampel terlebih dahulu dimatikan
dengan cara menusukkan jarum
pada bagian medulla oblangata.
Kemudian panjang tubuh ikan dan
berat tubuh ikan setiap sampel di
catat. Pemeriksaan dapat dilakukan
pada bagian internal maupun
eksternal meliputi permukaan tubuh,
sirip, insang, lambung dan usus. Ada
beberapa metode pemeriksaan yaitu
metode pemeriksaan ektoparasit,
metode pemeriksaan endoparasit,
metode penanganan spesimen dan
identifikasi parasit.
Metode pemeriksaan Ektoparasit
1. Seluruh
permukaan
tubuh
diamati secara kasat mata atau
dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 50 kali,
setelah itu lendir dikerik dengan
menggunakan pisau bedah dan
dibuat preparat ulas pada gelas
obyek yang telah ditetesi air dan
diamati di bawah mikroskop.
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari
tubuh dengan menggunakan
gunting,ditempatkan pada gelas
obyek yang telah ditetesi oleh air
agar tidak kering lalu diamati di
bawah mikroskop.
3. Kedua belah insang diambil
semua, dipisahkan antara filamen
dengan tapisnya lalu ditumbuk
secara perlahan dan ditetesi oleh
air agar tidak kering lalu diamati
di bawah mikroskop.
Metode Pemeriksaan Endoparasit
1. Perut ikan dibuka dengan
menggunting perut bagian bawah
ikan dari mulai anus hingga ke
bawah sirip dada. Buka penutup
rongga perut pada bagian atas
mulai dari anus sampai sirip dada
dan digunting mengikuti tutup
insang sehingga isi perut terlihat.
Isi perut dipindahkan ke dalam
gelas objek atau cawan petri
yang ditetesi dengan NaCl 0,6%
lalu diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan
lambung, buka lambung dengan
menggunakan gunting secara
memanjang lalu diamati dibawah
mikroskop atau bisa dengan
mengerik secara perlahan bagian
dalam lambung lalu oleskan pada
gelas objek yang telah ditetesi
oleh NaCl 0,6% lalu diamati
dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan
digunting
memanjang
lalu
diletakkan pada gelas objek,
dibuat sayatan setipis mungkin
baru dilihat dibawah mikroskop.
429
Jika dari pengamatan secara kasat
mata atau visual dapat diduga jenis
penyakit yang menyerang ikan
budidaya dan untuk memastikan
secara ilmiah dapat dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskop
dengan membuat preparat. Misalkan
dari penampakan bagian luar tubuh
ikan yang dibudidayakan diprediksi
jenis penyakitnya maka prosedur
yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik
lendir atau mukus yang kemudian
dioleskan pada gelas objek yang
telah ditetesi oleh air. Terdapat dua
cara untuk dapat membuat preparat
protozoa, yaitu :
• Teknik Impregnaris Perak Nitrat
• Sediakan ulasan mukus yang
sudah kering udara lalu genangi
dengan larutan perak nitrat 0,2%
selama 5 – 10 menit, rendam
preparat dalam air di bawah sinar
matahari selama 15 – 30 menit
kemudian dikeringkan.
• Teknik pewarnaan Giemsa
• Sediakan ulasan mukus yang
sudah dikeringkan udara lalu
fiksasi
dengan menggunakan
metanol selama 15 menit,
genangi preparat dengan Giemsa
selama 15 – 30 menit kemudian
bilas dengan air dan keringkan.
Myxosporea
Parasit ini merupakan endoparasit
yang berada pada urat daging.
Parasit ini ditemukan dalam bentuk
kista atau spora. Kista dapat
dipecahkan sehingga spora dapat
keluar. Suspensi spora ditipiskan dan
difiksasi dengan methanol 3 – 5
menit dan diwarnai dengan Giemsa
selama 20 menit. Setelah itu
preparat dicuci dengan air bersih,
dikeringkan dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Monogenea
Organ yang mengandung parasit ini
direndam dalam larutan formalin
selama 30 menit untuk melepaskan
parasit. Parasit monogenea yang
terlepas disusun dalam gelas objek
dan ditetesi dengan amonium pikrat
gliserin.
Spesies
parasit
ini
diidentifikasi
menurut
organ
penempelannya.
Digenea
Digenea atau metaserkaria di dapat
dari usus atau daging ikan. Parasit
ini mudah mengkerut sehingga harus
dipres dengan gelas penutup dan
difiksasi dengan formalin 3% selama
5 menit dan disimpan dalam larutan
alkohol 70%.
Cestoda
Cestoda yang biasanya menenpel
pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus.
Cestoda
yang
telah
terlepas
diletakkan dalam gelas objek dan
dipres. Kemudian preparat ini
difiksasi dengan alkohol 70% atau
formalin 3% selama 5 – 30 menit.
Acathocephala
Cacing yang terdapat pada usus ikan
ini diambil dengan hati-hati agar
proboscisnya tidak terputus. Parasit
ini kemudian dicuci dengan NaCl
430
0,85% lalu dicuci dengan air bersih.
Perbedaan tekanan akan membuat
cacing menjadi kaku dan proboscis
terjulur. Cacing dibiarkan dalam air
kran kurang lebih selama 1 jam
kemudian ditutup dan difiksasi
dengan larutan fiksatif pada salah
satu ujung gelas penutup. Larutan
fiksatif yang digunakan adalah Bouin
beralkohol dan dicuci dengan alkohol
untuk
menghilangkan
formalin.
Cacing disimpan dalam formalin 3%.
Nematoda
Parasit ini biasanya menginfeksi
usus, hati, kulit, daging dan perut.
Nematoda dapat ditemukan dalam
bentuk kista maupun tidak. Cacing
yang melekat diambil dengan
menggunakan pinset sedangkan
kista dipecah sehingga cacing keluar
kemudian difiksasi dengan alkohol
atau formalin 3% agar tetap rileks.
8.4. PENGOBATAN
PENYAKIT IKAN
Pengobatan merupakan suatu usaha
yang
dilakukan
oleh
para
pembudidaya ikan jika ikan yang
dipelihara
terserang
penyakit.
Sebelum melakukan pengobatan
terhadap ikan yang sakit, terlebih
dahulu harus diketahui jenis penyakit
yang menyebabkan ikan sakit agar
dapat diketahui jenis obat yang akan
digunakan untuk menyembuhkan
penyakit tersebut. Ada tiga hal yang
harus
diperhatikan
oleh
para
pembudidaya ikan yang akan
melakukan pengobatan terhadap
beberapa jenis penyakit infeksi yaitu:
1. Jika penyakit ikan disebabkan
oleh virus maka tidak ada obat
yang dapat memberantas virus
tersebut. Yang bisa dilakukan
adalah mengurangi hal-hal yang
menyebabkan
terjadinya
penyakit.
2. Jika penyakit disebabkan oleh
bakteri maka obat yang dapat
digunakan adalah bahan kimia
sintetik
atau
alami
atau
antibiotika.
3. Jika penyakit disebabkan oleh
jamur dan parasit maka obat
yang digunakan adalah bahan
kimia.
Dalam
melakukan
pengobatan
dengan menggunakan bahan kimia
harus diperhatikan beberapa hal
yaitu :
1. Bahan kimia yang digunakan
harus larut dalam air
2. Bahan tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang besar terhadap
produksi kolam. Bahan yang
digunakan harus selektif yaitu
bahan yang digunakan hanya
mematikan sumber penyakit tidak
mematikan ikan.
3. Bahan tersebut mudah terurai
Pengobatan
ikan sakit
dapat
dilakukan beberapa metoda. Metoda
yang
dilakukan
harus
mempertimbangkan
antara
lain;
ukuran ikan, ukuran wadah, bahan
kimia atau obat yang diberikan dan
sifat ikan.
Beberapa metoda
pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Melalui
suntikan
dengan
antibiotika
Metoda penyuntikan dilakukan
bila yang diberikan adalah
sejenis obat seperti antibiotik
atau
vitamin.
Penyuntikan
431
dilakukan pada daerah punggung
ikan yang mempunyai jaringan
otot lebih tebal.
Penyuntikan
hanya dilakukan pada ikan yang
berukuran besar terutama ukuran
induk. Sedangkan yang kecil
tidak dapat dilakukan.
2. Melalui makanan
Obat atau vitamin dapat diberikan
melalui makanan. Akan tetapi bila
makanan yang diberikan tidak
segera dimakan ikan maka
konsentrasi obat atau vitamin
pada makanan akan menurun
karena sebagian akan larut
dalam air. Oleh karena itu
metoda ini afektif diberikan pada
ikan yang tidak kehilangan nafsu
makannya.
3. Perendaman
Metoda perendaman dilakukan
bila yang diberikan adalah bahan
kimia untuk membunuh parasit
maupun mikroorganisme dalam
air atau untuk memutuskan siklus
hidup parasit. Pengobatan ikan
sakit
dengan
metoda
perendaman adalah sebagai
berikut:
• Pengolesan dengan bahan
kimia atau obat, metoda ini
dilakukan bila bahan kimia
atau obat yang digunakan
dapat membunuh ikan, bahan
kimia atau obat dioleskan
pada luka di tubuh ikan.
• Pencelupan;
Ikan
sakit
dicelupkan
pada
larutan
bahan kimia atau obat
selama 15 – 30 detik, metoda
ini pun dilakukan bila bahan
kimia
atau
obat
yang
digunakan dapat meracuni
ikan.
•
Perendaman; dilakukan bila
bahan kimia atau obat kurang
sifat
racunnya
atau
konsentrasi yang diberikan
tidak akan membunuh ikan.
Pada perendaman jangka
pendek (15 – 30 menit) dapat
diberikan konsentrasi yang
lebih tinggi daripada pada
perendaman dengan waktu
yang lebih lama (1 jam lebih
sampai beberapa hari)
Jenis bahan kimia dan obat yang
digunakan dalam pengobatan dan
pencegahan
harus
mempertimbangkan antara lain:
• Dalam dosis tertentu tidak
membuat ikan stress maupun
mati
• Efektif dapat membunuh parasit
• Sifat racun cepat menurun dalam
waktu tertentu.
• Mudah mengalami degradasi
dalam waktu singkat.
Jenis Bahan Kimia Dan Obat Yang
digunakan antara lain adalah :
1. Kalium Permanganat (PK)
Kalium permanganat (PK) dengan
rumus kimia KMnO4 sebagai serbuk
maupun larutan berwarna viol
et. Sering
dimanfaatkan
untuk
mengobati penyakit ikan akibat
ektoparasit
dan infeksi bakteri
terutama pada ikan-ikan dalam
kolam. Bila dilarutkan dalam air akan
terjadi reaksi kimia sebagai berikut;
KMnO4 Æ K+ + MnO4MnO4- Æ MnO2+2On
On - Oksigen elemental. (Oksidator)
432
Sifat Kimia
Oksidator kuat
•
•
•
•
•
Sifat bahan aktif beracun adalah
merusak
dinding-dinding
sel
melalui proses oksidasi.
Mangan
oksida
membentuk
kompleks
protein
pada
permukaan epithelium, sehingga
menyebabkan warna coklat pada
ikan dan sirip, juga membentuk
kompleks protein pada struktur
pernapasan
parasit
yang
akhirnya menyebabkan kematian.
Secara umum tingkat keracunan
PK
akan
meningkat
pada
lingkungan perairan yang alkalin
(basa).
Tingkat keracunannya sedikit
lebih
tinggi
dari
tingkat
pengobatannya.
Dapat
mengoksidasi
bahan
organik.
Manfaat
• Efektif
mencegah
flukes,
tricodina, ulcer, dan infeksi jamur
(ektoparasit dan infeksi bakteri)
dengan dosis 2 - 4 ppm pada
perendaman.
• Bahan aktif beracun yang mampu
membunuh
berbagai
parasit
dengan merusak dinding-dinding
sel mereka melalui proses
oksidasi.
• Argulus, Lernea and Piscicola
diketahui hanya akan respon
apabila PK digunakan dalam
perendaman (dengan dosis: 1025 ppm selama 90 menit). Begitu
pula
dengan
Costia
dan
Chilodinella, dilaporkan resisten
terhadap PK, kecuali dengan
perendaman.
•
•
•
•
•
•
•
Kalium
permanganat
sangat
efektif dalam menghilangkan
Flukes.
Gyrodactylus
dan
Dactylus dapat hilang setelah 8
jam perlakuan dengan dosis 3
ppm pada suatu sistem tertutup,
perlakuan diulang setiap 2-3 hari
Sebagai disinfektan luka.
Dapat mengurangi aeromonas
(hingga 99%) dan bakteri gram
negatif lainnya.
Dapat membunuh Saprolegnia
yang umum dijumpai sebagai
infeksi sekunder pada Ulcer.
Golongan
ikan
Catfish,
perlakuann kalium permanganat
dilakukan
pada
konsentrasi
diatas 2 ppm.
Sebagai
antitoxin
terhadap
aplikasi bahan-bahan beracun.
Sebagai contoh, Rotenone dan
Antimycin. Konsentrasi 2-3 ppm
selama
10-20
jam
dapat
menetralisir residu Rotenone
atau Antimycin.
Dosis PK
sebaiknya
diberikan
setara
dengan dosis pestisida yang
diberikan, sebagai contoh apabila
Rotenone diberikan sebanyak 2
ppm, maka untuk menetralisirnya
PK pun diberikan sebanyak 2
ppm.
Transportasi
burayak
dapat
dengan
perlakuan
kalium
permanganat dibawah 2 ppm.
Prosedur Perlakuan PK (untuk
jamur, parasit, dan bakteri)
• Filter
biologi
tidak
boleh
dilewatkan larutan PK, karena
dapat membunuh bakteri dalam
filter biologi.
• Aliran air dan aerasi bekerja
optimal, karena pada saat
molekul-molekul
organik
433
•
•
•
•
•
teroksidasi, dan algae mati maka
air akan cenderung keruh dan
oksigen terlarut menurun.
Berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan pada ikanikan muda atau ikan-ikan yang
tidak bersisik.
Dosis 4 ppm diberikan pada ikanikan bersisik. Dosis tersebut tidak
akan merusak tanaman air,
sehingga biasa digunakan untuk
mensterilkan tanaman air dari
hama dan penyakit, terutama dari
gangguan siput dan telurnya.
Satu sendok teh peres (jangan
dipadatkan) kurang lebih setara
dengan 6 gram. Hal ini dapat
dijadikan
patokan
untuk
mendapatkan
dosis
yang
diinginkan apabila timbangan
tidak tersedia.
Perlakuan dilakukan 4 kali
berturut dalam waktu 4 hari,
dengan pemberian PK dilakukan
setiap pagi hari. Apabila pada
perlakuan ketiga atau keempat
air bertahan berwarna ungu
selama lebih dari 8 jam (warna
tidak berubah menjadi coklat),
maka hal ini dapat dijadikan
pertanda untuk menghentikan
perlakuan.
Karena hal ini
menunjukkan bahwa PK sudah
tidak bereaksi lagi, atau dengan
kata lain sudah tidak ada lagi
bahan
yang
dioksidasi.
Setelah perlakuan dihentikan
lakukan
penggantian
air
sebanyak 40 % untuk segera
membantu pemulihan warna air.
2. Klorin Dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan
bahan kimia yang biasa digunakan
sebagai
pembunuh
kuman
(disinfektan) di perusahan-perusahan
air minum. Klorin (Cl2) merupakan
gas berwarna kuning kehijauan
dengan bau menyengat. Perlakuan
klorinasi dikenal dengan kaporit.
Sedangkan kloramin merupakan
senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Cl2 + H2O Æ H2ClO3 Æ Cl2 + H2O
NH4Cl + H2O Æ NH4+ + ClO3Sifat Kimia
• Klorin relatif tidak stabil di dalam
air
• Kloramin
lebih
stabil
dibandingkan klorin
• Klorin maupun kloramin sangat
beracun bagi ikan
• Reaksi dengan air membentuk
asam hipoklorit
• Asam hipoklorit tersebut dapat
merusak sel-sel protein dan
sistem enzim ikan.
• Tingkat keracunan klorin dan
kloramin akan meningkat pada
pH rendah dan temperatur tinggi,
karena pada pH rendah kadar
asam hipoklorit akan meningkat.
• Efek racun dari bahan tersebut
dapat diperkecil bila residu klorin
dalam air dijaga tidak lebih dari
0.003 ppm
• Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3
ppm dapat membunuh ikan
dengan cepat
Tanda-tanda Keracunan
• Ikan bergerak kesana kemari
dengan cepat.
• Ikan akan gemetar dan warna
menjadi pucat, lesu dan lemah.
• Klorin dan kloramin secara
langsung akan merusak insang
sehingga dapat menimbulkan
gejala hipoxia, meningkatkan
434
kerja insang dan ikan tampak
tersengal-sengal dipermukaan.
Perlakuan
Oleh karena klorin sangat beracun
bagi ikan maka perlu dihilangkan
dengan cara sebagai berikut;
• Air di deklorinasi sebelum
digunakan, baik secara kimiawi
maupun fisika.
• Pengaruh
klorin
dihilangkan
dengan pemberian aerasi secara
intensif.
• Mengendapkan
air
selama
semalam.
Dengan demikian
maka gas klorin akan terbebas ke
udara.
• Menggunakan bahan deklorinator
atau lebih dikenal dengan nama
anti klorin.
• Anti-klorin lebih dianjurkan untuk
air yang diolah dengan kloramin.
• Kloramin relatif lebih sulit diatasi
hanya oleh natrium tiosulfat saja
dibandingkan
dengan
klorin,
karena maskipun gas klorinnya
dapat diikat dengan baik, tetapi
akan menghasilkan amonia.
• Mengalirkan air hasil deklorinasi
tersebut melewati zeolit.
• Segera pindahkan ikan yang
terkena
keracunan
klorin
kedalam akuarium/wadah yang
tidak terkontaminasi.
Dalam
keadaan terpaksa tambahkan
anti-klorin pada akuarium.
• Tingkatkan
intensitas
aerasi
untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya gangguan pernapasan
pada ikan-ikan.
3. Biru Metilen (Methylene Blue)
Metil biru diketahui efektif untuk
pengobatan Ichthyopthirius (white
spot) dan jamur. Selain itu, juga
sering digunakan untuk mencegah
serangan jamur pada telur ikan. Metil
biru biasanya tersedia sebagai
larutan jadi di toko-toko akuarium,
dengan konsenrasi 1 - 2 persen.
Selain itu tersedia pula dalam bentuk
serbuk.
Sifat Kimia
• Metil biru merupakan pewarna
thiazine.
• Digunakan sebagai bakterisida
dan fungsida pada akuarium.
• Dapat merusak filtrasi biologi dan
kemampuan warnanya untuk
melekat pada kulit, pakaian,
dekorasi akuarium dan peralatan
lainnya termasuk lem akuarium.
• Dapat merusak pada tanaman
air.
• Untuk mencegah serangan jamur
pada telur ikan.
Dosis dan Cara Pemberian
• Untuk infeksi bakteri, jamur dan
protozoa dosis yang dianjurkan
adalah 2 ml larutan Metil biru
(Methylene Blue) 1 % per 10
liter air akuarium.
• Perlakuan dilakukan dengan
perendaman jangka panjang
pada karantina.
• Untuk
mencegah
serangan
jamur pada telur, dosis yang
dianjurkan adalah 2 mg/liter.
• Cara pemberian metil biru pada
bak pemijahan adalah setetes
demi setetes.
Pada setiap
tetesan biarkan larutan metil biru
tersebut tersebar secara merata.
• Tetesan dihentikan apabila air
akuarium
telah
berwarna
kebiruan atau biru jernih (tembus
pandang). Artinya isi di dalam
435
•
•
akuarium tersebut masih dapat
dilihat dengan jelas.
Perlakuan ini cukup dilakukan
sekali
kemudian
dibiarkan
hingga
warna
terdegradasi
secara alami.
Setelah
telur
menetas,
penggantian air sebanyak 5 %
setiap hari dapat dilakukan untuk
mengurangi kadar metil biru
dalam
air
tersebut
dan
mengurangi akumulasi bahan
organik dan ammonium
4. Metronidazol
Metronidazol dan di-metrinidazol
adalah obat antimikroba yang dibuat
dan dikembangkan untuk manusia
melawan bakteri-bakteri anaerob dan
protozoa. Dalam dunia ikan hias,
diketahui, obat ini biasa digunakan
untuk mengobati hexamitiasis.
Dosis dan Cara Pemberian
• Dosis yang disarankan adalah 10
ppm
• Obat ini biasanya berbentuk
tablet
dengan
kadar
250
mg/tablet
• Perlakuan ini harus diulang
selang sehari, hingga sebanyak 3
ulangan
• Pergantian air sebanyak 25 %
selama perlakuan,
• Metronidazol diberikan secara
oral, yaitu dicampurkan pada
pakan dengan obat, konsentrasi
1 % berat.
• Diberikan
dengan
cara
mencelupkan pakan pada larutan
metronidazol.
Di-Metronidazol
Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti
halnya cara pemberian metronidazol,
tetapi ulangan dilakukan dengan
selang 3 hari (4 hari sekali). Pada
kasus berat, pengobatan dapat
dilakukan
dengan
perendaman
selama 48 jam dengan dosis
0.004%.
5. Malachite Green
Malachite
Green
merupakan
pewarna triphenylmethane dari group
rasamilin. Bahan ini merupakan
bahan yang kerap digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit dan
parasit dari golongan protozoa,
seperti: ichtyobodo, flukes insang,
trichodina, dan white spot, serta
sebagai fungisida.
Penggunaan bahan ini hendaknya
dilakukan pada sistem tertutup
seperti akuarium atau kolam ikan
hias. Malachite green diketahui
mempunya efek sinergis apabila
diberikan bersama-sama dengan
formalin.
Terdapat
indikasi
bahwa
kepopuleran penggunaan bahan ini
agak menurun, karena diketahui bisa
menimbulkan akibat buruk bagi
kesehatan manusia apabila terhirup.
Malachite
Green
juga
dapat
menimbulkan akibat buruk pada filter
biologi dan pada tanaman air.
Disamping itu, beberapa jenis ikan
diketahui tidak toleran terhadap
bahan ini. Warna malachite green
bisa melekat pada apa saja, seperti
tangan,
baju,
dan
peralatan
akuarium, termasuk plastik.
Hindari penggunaan malachite green
dalam bentuk serbuk (tepung).
436
Disarankan untuk menggunakan
malachite green dalam bentuk
larutan jadi dengan konsentrasi 1%
dan telah terbebas dari unsur seng.
Dosis dan Cara Pemberian
• Dosis 0.1 - 0.2 ml dari larutan 1%
per 10 liter air, sebagai perlakuan
perendaman jangka panjang.
Pemberian dosis dapat dilakukan
setiap 4-5 hari sekali. Sebelum
pemberian
dosis
dilakukan,
disarankan untuk mengganti air
sebanyak 25 %
• Dosis 1 - 2 ml dari larutan 1% per
10 liter, sebagai perlakuan
jangka pendek (30 - 60 menit).
Perlakuan dapat di ulang setiap 2
hari sekali.
Perlakuan dapat
dilakukan sebanyak 4-5 ulangan.
• Dosis campuran antara Malachite
Green dan Formalin untuk
perlakuan pada ikan adalah 0.05
- 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm
Formalin. Untuk udang-udangan
atau invertebrata laut adalah 0.1
-0.2 ppm MG dan 10 - 25 ppm
Formalin.
• Malachite Green dapat pula
diberikan sebagai disinfektan
pada telur dengan dosis 5 ppm
selama 10 menit.
• Perlakuan hendaknya dilakukan
pada tempat terpisah.
Perhatian
• Malachite Green dapat bersifat
racun terhadap burayak ikan,
terhadap beberapa jenis tetra,
dan beberapa jenis catfish seperti
Pimelodidae atau blue gill.
Beberapa penyimpangan hasil
perlakuan dengan MG dapat
terjadi
apabila
perlakuan
dilakukan pada pH air diatas 9
•
•
atau apabila temperatur air diatas
21 ° C.
Yakinkanlah MG yang digunakan
adalah dari jenis yang bebas
Seng.
Tidak ada salahnya dilakukan
percobaan terlebih dahulu pada 1
atau 2 ikan sebelum perlakuan
MG dilakukan pada sejumlah
banyak ikan.
6. Oxytetracyline
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang
digunakan
dalam
pengobatan
penyakit akibat infeksi bakterial
sistemik pada ikan
Dosis dan Cara Pemakaian
• Suntik; 10-20 mg oksitetrasiklin
per kg berat badan ikan. Ulangi
penyuntikan apabila diperlukan.
• Oral; diberikan melalui pakan.
Dosis 60 - 75 mg per kg berat
badan ikan per hari. Berikan
selama 7 - 14 hari.
• Perendaman; Jangka panjang (5
hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi
apabila diperlukan.
7. Garam Inggris / Epsom Salts
(MgSO4.7H20)
Garam inggris biasa digunakan
untuk meningkatkan kadar mineral
dalam air, dan sering efektif dalam
mengobati sembelit (tidak bisa
buang kotoran) pada ikan.
Dosis dan Cara Pemberian
Sebagai pencahar (pencuci perut),
larutkan 1 sendok teh peres (2,5 g)
437
garam inggris dalam 18 liter air (0,14
ppt). Terlebih dahulu larutkan garam
inggris tersebut dalam sedikit air
akuarium pada wadah tertentu,
selanjutnya
masukan
kedalam
akuarium yang telah berisi air
dengan takaran yang sesuai.
Peningkatan sedikit temperatur air
(dalam selang toleransi ikan yang
bersangkutan) dapat membantu
meningkatkan laju metabolisme ikan
tersebut sehingga diharapkan akan
dapat mempercepat pemulihan dari
gejala sembelit.
8. Hidrogen Peroksida
Larutan jernih ini sepintas mirip
air, dengan rumus kimia H2O2.
Bahan ini merupakan oksidator kuat,
berbahaya bila dikonsumsi. Hidrogen
peroksida akan terurai menjadi dua
produk yang aman yaitu, air dan
oksigen.
2H2O2 Æ 2H2O + O2
Bahan ini kerap digunakan dalam
dunia kesehatan sebagai disinfektan
(pembunuh kuman) karena tidak
meninggalkan
residu
yang
berbahaya. Bahan inipun digunakan
pula
sebagai
antiseptik
pada
akuarium.
Hidrogen peroksida bisa pula
digunakan
sebagai
penambah
oksigen dalam akuarium, untuk
mengatasi
kondisi
kekurangan
oksigen yang terjadi. Sebuah produk
peralatan akuarium menggunakan
hidrogen perosida untuk penambah
oksigen tanpa tenaga listrik.
Penggunaan Hidrogen Peroksida
Dalam Akuarium:
Sebagai anti protozoa:
Diberikan
sebagai
perlakuan
perendaman dalam jangka pendek.
Dosis yang digunakan adalah 10 ml
larutan dengan konsenrasi 3 %
(teknis)
dalam
1
liter
air.
Perendaman
dilakukan
selama
maksimum 5-10 menit. Perendaman
harus dihentikan apabila ikan
menunjukkan gejala stress.
Untuk memulihkan kondisi
kekurangan oksigen:
Dosis yang digunakan 1-2 ml
Hidrogen Peroksida 3% dalam 10
liter air akuarium. Dosis harus dijaga
agar jangan sampai kelebihan.
Kelebihan dosis akan membuat ikan
menjadi
stress
dan
bisa
membahayakan kehidupan ikan yang
bersangkutan.
Sebelum diberikan dianjurkan untuk
mengencerkan
terlebih
dahulu
hidrogen
perioksida
tersebut,
setidaknya dengan perbandingan 1:
10 (satu bagian bahan dengan 10
bagian air). Setelah itu baru
dimasukan
kedalam
akuarium.
Pastikan pula bahwa larutan ini
dapat segera tercampur dengan baik
setelah
dimasukan
kedalam
akuarium.
Perlakuan ini hanya dianjurkan pada
kondisi darurat saja, yaitu bila
kekurangan oksigen. Setelah itu
dicari penyebab sebenarnya agar
dapat diatasi dengan lebih baik.
438
9. Formalin (HCHO dan CH3OH)
Formalin
merupakan
larutan
komersial dengan konsentrasi 3740% dari formaldehid. Bahan ini
biasanya
digunakan
sebagai
antiseptic, germisida, dan pengawet.
Formalin diketahui sering digunakan
dan efektif dalam pengobatan
penyakit akibat ektoparasit seperti
fluke dan kulit berlendir. Meskipun
demikian, bahan ini juga sangat
beracun bagi ikan. Ambang batas
amannya sangat rendah, sehinggga
terkadang ikan yang diobati malah
mati akibat formalin daripada akibat
penyakitnya.
Formalin sangat beracun, meskipun
masih dipakai secara luas dalam
akurkulutur dan lingkungan kolam
tertentu,
tetapi
lebih
banyak
digunakan
dalam
pengawetan
specimen ikan untuk keperluan
identifikasi.
Ikan
yang
akan
diawetkan harus melalui proses
euthanasia yang hewani terlebih
dahulu, kecuali apabila ikan tersebut
telah mati sebelumnya.
Untuk
pengawetan biasanya digunakan
formalin dengan konsentrasi 10%.
Penggunaan
• Untuk
penggunaan
jangka
panjang (beberapa hari) atau
jangka pendek (10 - 30 menit).
• Formalin dapat mengganggu filter
biologi,
oleh
karena
itu,
perlakuan sebaiknya dilakukan di
akuarium khusus. Keuntungan
dengan perlakuan terpisah ini
adalah apabila ikan mengalami
stres pada saat diperlakukan,
ikan tersebut dapat segera
dikembalikan pada akuarium
utama.
Dosis dan Cara Pemberian
• Dosis
penggunaan
formalin
bervariasi
tergantung
pada
spesies ikannya. Setiap spesies
akan memiliki toleransi berbeda
terhadap
formalin.
Dengan
demikian
dosis
yang
dicantumkan pada artikel ini
bukan merupakan jaminan, tetapi
merupakan kriteria rata-rata.
• Yang perlu diperhatikan adalah:
penggunaan
formalin
dalam
perlakuan jangka pendek harus
diawasi dengan ketat.
Dan
perlakuan
harus
segera
dihentikan apabila ikan mulai
menunjukkan gejala stres seperti
nafas tersengal-sengal (megapmegap) atau meloncat (ingin
keluar dari akuarium)
• Untuk perlakuan jangka panjang,
seperti untuk pengobatan akibat
infeksi ektoparasit penyebab kulit
berlendir adalah 0.15 -0.25 ml
Formalin (37-40%) per 10 liter
air.
Setelah 2 - 3 hari,
kembalikan ikan pada wadah
semula.
• Jangan dilakukan pada filter
biologi, karena akan membunuh
bakteri yang ada pada filter
• Lakukan
penggantian
air
sebanyak 30%.
• Untuk perlakuan jangka pendek,
seperti untuk pengobatan akibat
infeksi
ektoparasit
besar
penyebab fluke, dosisnya adalah
2 ml Formalin (37-40%) per 10
liter air. Siapkan campuran
terlebih dahulu sebelum ikan
dimasukkan. Lakukan perendaman selama maksimal 30
menit, atau kurang apabila ikan
menunjukkan gejala stres.
439
Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila
terkena kulit atau mata. Apabila hal
ini terjadi segeralah cuci dengan air
yang banyak. Bahan ini juga dapat
menghasilkan uap beracun, oleh
karena itu jangan biarkan botol
formalin terbuka di ruang tertutup.
Simpan
formalin
dalam
botol
berwarna gelap dan hindarkan dari
cahaya, kalau tidak maka akan dapat
terbentuk paraformaldehid (berupa
endapan putih) yang sangat beracun
bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi
yang sangat rendah. Selain itu,
formalin dapat bersifat eksplosif
(meledak).
Sifat Fisika dan Kimia Formalin
Tampilan : cairan jernih (tidak
berwarna)
Bau
: berbau menusuk,
keras
Kelarutan : sangat larut
Berat jenis : 1.08
pH
: 2.8
Identifikasi Bahaya:
Sangat
berbahaya!
Dapat
menyebabkan
kanker.
Resiko
kanker tergantung pada tingkat dan
lama kontak. Uap berbahaya.
Berbahaya apabila terhirup atau
terserap kulit. Menyebabkan iritasi
terhadap kulit, mata dan saluran
pernafasan. Dapat berakibat fatal
atau menyebabkan kebutaan apabila
tertelan. Mudah terbakar.
Pertolongan Pertama:
• Terhisap: Pindahkan
korban
pada udara bersih. Apabila tidak
bernafas, beri nafas buatan,
apabila kesulitan bernafas beri
oksigen, panggil dokter.
•
•
•
Tertelan: Apabila korban sadar
usahakan untuk mengencerkan,
menonaktifkan dan menyerap
bahan dengan memberi susu,
arang aktif, atau air. Setiap
bahan organik akan dapat
menonaktifkan formalin. Jaga
tubuh korban agar tetap hangat
dan rileks. Apabila muntah, jaga
agar kepala lebih rendah dari
pinggul.
Kontak Kulit: Segera cuci dengan
air yang banyak selama paling
tidak 15 menit, sambil melepas
pakaian yang terkena. Cuci
pakaian
sebelum
digunakan
kembali.
Kontak Mata: Segera cuci
dengan air yang banyak selama
paling tidak 15 menit Segera
hubungi dokter.
Dengan
mengetahui
berbagai
macam obat dan bahan kimia yang
dapat digunakan dalam melakukan
pengobatan, maka akan sangat
membantu para pembudidaya ikan
untuk mengobati ikan yang sakit.
Sebagai contoh dalam aplikasinya,
untuk ikan yang sakit yang akan
diobati dengan antibiotika antara lain
oxytetracycline.
Maka
cara
pengobatannya dapat dilakukan
misalnya saja dengan merendam
ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5
ppm selama 24 jam. Atau mau
menggunakan bahan kimia dengan
cara merendam ikan dalam larutan
nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 –
24 jam, merendam ikan dalam
larutan kalium permanganate (PK)
10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit.
Obat-obat
antibiotika
seperti
Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin
yang
berupa
serbuk
dapat
dicampurkan ke dalam makanan ikan
440
jika akan melakukan pengobatan
dengan sistem oral. Dosisnya harus
diperhitungkan agar setiap 100 gram
berat ikan, dapat memakan 1 mg
antibiotika itu per hari. Lama
pemberian obat ini 2 – 3 minggu.
Antibiotika juga dapat diberikan
dengan disuntikkan. Dosisnya, untuk
larutan chloramphenicol (kemicitin)
1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan
ke dalam rongga perut (intra
abdomincal cavity) untuk setiap berat
badan ikan 200 gram. Penyuntikan
perlu diulang setiap 2 – 3 hari
sampai jangka waktu 2 minggu.
Kalau cara ini berhasil, biasanya
dapat terlihat gejala penyembuhan
dari hari ke hari. Cara lain yang lebih
praktis dalam pengobatan penyakit
bakteri adalah melalui makanan.
Makanan ikan yang akan diberikan
dicampur dulu dengan chloromycetin
1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet.
Hal yang harus diperhatikan adalah
tetap menjaga kualitas air agar selalu
sesuai dengan kebutuhan hidup
yang ideal bagi ikan.
Perlu diketahui bahwa apabila
pemakaian antibiotika tidak sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan,
atau perhitungannya kurang cermat,
maka lama kelamaan bakteri akan
kebal terhadap obat itu. Akibatnya,
obat tersebut tidak mempan lagi
untuk memberantas jenis bakteri
tertentu.
Pada daerah yang mengalami wabah
penyakit, sering kali pencegahannya
sulit dihindari. Untuk mengurangi
kerugian yang besar biasanya
dilakukan pengobatan pada ikan.
Oleh karena ikan hidup di air,
sehingga
bahan
kimia
yang
digunakan juga akan terlarut dalam
air. Hal ini dapat berakibat selain
bertujuan untuk mengobati ikan sakit,
akan tetapi ikan pun dapat terbunuh
bila tidak dilakukan metoda, waktu,
dosis obat yang tepat. Untuk
mengantisipasi kesalahan dalam
melakukan pengobatan terhadap
ikan yang sakit maka harus
dilakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Ikan yang akan diobati sebaiknya
harus dipuasakan terlebih dahulu
selama 24 jam sebelum diberikan
pengobatan.
2. Wadah yang digunakan untuk
melakukan
pengobatan
ikan
harus memakai wadah yang
terbuat dari bahan plastik, jangan
menggunakan
wadah
yang
terbuat dari seng. Hal ini dapat
membuat bahan kimia bereaksi
dengan wadah yang terbuat dari
seng.
3. Dalam melakukan pengobatan,
jumlah obat yang akan diberikan
kepada ikan yang sakit harus
tepat jenis, dosis dan benarbenar terukur.
4. Pengobatan sebaiknya dilakukan
pada suhu perairan yang rendah
misalnya pada pagi atau sore
hari.
5. Sebaiknya dalam melakukan
pengobatan dilakukan secara
bertahap yaitu :
• Pengobatan pendahuluan
• Pengobatan
pendahuluan
merupakan pengobatan awal
dimana ikan yang sakit
diambil sebagian kecil dan
diberi obat dengan jumlah
yang sesuai dengan dosis.
• Pengobatan pokok, yang
dilakukan setelah 12 – 24 jam
dari
pengobatan
pendahuluan.
441
Cara
pengobatan
yang
tidak
berakibat fatal bagi ikan adalah
sebagai berikut :
1. Pengolesan.
Cara ini biasanya digunakan
untuk penyakit ikan yang kronis
dengan dosis obat yang tinggi.
Bagian ikan yang sakit diolesi
obat
dengan
menggunakan
kapas. Kemudian ikan segar
dikembalikan ke air yang segar.
2. Perendaman pada bak.
Ikan yang terserang penyakit
direndam
dalam
wadah/bak
tertentu yang berisi larutan obat
selama 5 – 30 menit. Hal ini
memberi kemungkinan lamanya
kerja obat untuk membunuh
penyakit. Caranya sangat sesuai
bila parasit terdapat dalam
lapisan kulit yang terlindung.
Oleh karena ikan terendam pada
larutan yang berbahaya maka
konsentrasi obat
toleransi oleh ikan.
masih
di
3. Perendaman pada kolam.
Umumnya cara ini memerlukan
perendaman yang lebih lama dari
pada bak (1 jam s/d beberapa
hari) dengan bahan kimia. Tujuan
dari perendaman yang lama ini
adalah memberi kesempatan
pada obat untuk memutuskan
rantai kehidupan parasit dan
konsentrasi obat biasanya sangat
rendah sekali sehingga tidak
berbahaya bagi ikan. Untuk
metoda
ini
sebaiknya
menggunakan bahan kimia yang
mudah terurai menjadi netral.
Bahan kimia dan obat yang dapat
digunakan untuk mengobati ikan
pada berbagai penyakit dapat dilihat
pada Tabel 8.2.
442
Tabel 8.2. Obat dan bahan kimia yang digunakan pengobatan penyakit ikan.
NO
1
2
JENIS
PARASIT
Protozoa
Cacing,
crustacea
tingkat rendah
dan jamur
METODA
BAHAN
KIMIA/OBAT
Pengolesan
•
Formalin
•
100 ppm
Perendaman
pada bak
•
•
NaCl,
KMnO4
•
•
25 %
100 ppm
Perendaman
pada kolam
Pengolesan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
100 ppm
20 ppm
0,1 %
100 ppm
20 %
0,01 ppm
0,25 ppm
50 ppm
1-1,5%,15 ‘
0,15 ppm
•
200 kg/ha
•
100 ppm
•
1 kapsul
tiap 10 Kg
makanan
•
50 mg/kg
Makanan
selama 7 – 10
hari
Perendaman
pada kolam
•
Rivanol
Formalin
Formalin
Rivanol
NaCl
KMnO4
NH4OH
Formalin
NH4Cl
Malachite
green
Ekstrak
biji teh
Formalin
Pemberian
antibiotic
pada
makanan
•
Tetrasiklin
•
Oxytetrac
yclin
Perendaman
pada bak
Perendaman
pada kolam
•
3
Aeromonas sp
dan
Pseudomonas
sp
DOSIS
Pengobatan white spot
Obat
hanya
dianjurkan
untuk
pencegah penyakit. Sebenarnya
pemakaian antibiotik kurang baik
pengaruhnya terhadap ikan dan
lingkungan.
Oleh
karena
itu,
pemakaiannya tidak dianjurkan pada
ikan yang dikonsumsi. Obat ini akan
tertinggal dalam jaringan daging atau
lemak dan ini berbahaya bagi
kesehatan.
Beberapa obat yang dapat dipakai
untuk mengobati penyakit bintik putih
adalah:
Malachyte green. Obat ini diberikan
sebanyak 1 gram (berupa serbuk)
untuk air kolam 10 m2, pengobatan
diulang setiap 2 hari; dalam 10 hari,
ikan yang sakit akan sembuh. Dalam
443
pengobatan cara ini, apalagi yang
dilakukan cukup lama, kolam harus
diaerasi dan ikan diberi makanan
yang cukup baik.
Formalin. Ikan yang sakit direndam
setiap hari dalam larutan formalin
30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya
perendaman 1 jam.
Garam dapur. Larutan garam dapur
sebanyak 30 mg per liter dengan
waktu perendaman 1 menit dan
dilakukan setiap hari, selama 3 – 5
hari berturut-turut. Cara ini juga
dapat menyembuhkan penyakit bintik
putih.
Methilene blue. Caranya, dibuat
larutan
methyl
biru
dengan
konsentrasi 1 % (satu gram metal
biru dalam 100 cc air). Ikan yang
sakit kemudian dimasukkan dalam
wadah yang berisi air bersih.
Kemudian didalamnya diberi larutan
baku yang sudah dibuat tadi. Ikan
dibiarkan di dalam larutan selama 24
jam. Agar ikan yang sakit benarbenar sembuh dan terbebas dari
parasit,
pengobatan
dilakukan
berulang-ulang selama tiga kali
dengan selang waktu sehari.
Pengobatan jamur
Ikan yang terserang penyakit ini
tubuhnya ditumbuhi sekumpulan
benang halus seperti kapas dan
dapat menyerang telur sehingga
menghambat pernafasan yang dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit
ikan yang disebabkan oleh jamur
dapat diobati dengan tiga cara, yaitu
direndam
larutan
kalium
permanganate, larutan garam dapur,
dan larutan malachite green.
Ikan direndam dalam larutan kalium
permanganate 1 gram per 100 liter,
selama 60 – 90 menit. Ikan direndam
dalam larutan garam dapur (10 gram
per
liter)
selama
1
menit.
Sedangkan
untuk
mengobati
penyakit ikan dengan malachite
green, sebelumnya dibuat larutan
baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam
450 ml air). Untuk merendam ikan,
1–2 ml larutan baku itu dilarutkan
(diencerkan) dalam 1 liter air, untuk
dipakai merendam ikan selama 1
jam. Pengobatan diulang sampai tiga
hari berturut-turut. Selain itu juga
dapat dilakukan dengan perendaman
selama 24 jam tetapi dosisnya
dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm.
Dapat juga menggunakan formalin
100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan
perendaman dengan larutan garam
dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam.
Pengobatan bakteri
Ikan yang terserang penyakit ini akan
bergerak lambat, bernafas megapmegap di permukaan air, warna
insang pucat dan warna tubuh
berubah gelap. Juga terdapat
bercak-bercak merah pada bagian
luar tubuhnya dan kerusakan pada
insang
dan
kulit.
Pengobatan
penyakit dari kelompok bakteri ini
dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya adalah :
1. Metode
perendaman
dalam
larutan PK 10 - 20 ppm selama
30 - 60 menit atau PK 3 – 5 ppm
selama 12 – 24 jam. Dengan
larutan Nitrofuran 5 – 10 ppm
444
selama 24 jam dan dengan
larutan antibiotik oksitetrasiklin 5
ppm selama 24 jam, tetrasiklin /
kemisitin/Chloramphenikol
250
mg dalam 500 liter air selama 2
jam dan dilakukan setiap hari
selama 3 – 5 hari.
2. Pada ikan besar, pengobatan
dapat dilakukan dengan metode
penyuntikan
menggunakan
antibiotik oksitetrasiklin sebanyak
20 – 40 mg/kg ikan, Kanamysine
sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan
dan Streptomysin sebanyak 20 –
60
mg/kg
ikan.
Obat-obat
antibiotika
seperti
Kemicitin,
Tetrasiklin, Streptomisin yang
berupa serbuk, dicampurkan ke
dalam makanan ikan. Dosisnya
harus diperhitungkan agar setiap
100 gram berat ikan, dapat
memakan 1 mg antibiotika itu per
hari. Lama pemberian obat ini 2 –
3 minggu. Dosis penyuntikan
antibiotik larutan chloramphenicol
(kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2
ml disuntikkan ke dalam rongga
perut (intra abdomincal cavity)
untuk setiap berat badan ikan
200 gram. Penyuntikan perlu
diulang setiap 2 – 3 hari sampai
jangka waktu 2 minggu. Kalau
cara ini berhasil, biasanya dapat
terlihat gejala penyembuhan dari
hari ke hari.
Pengobatan Trematoda
Pada ikan budidaya salah satu jenis
parasit dari kelompok Trematoda
yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus
biasa menyerang ikan pada bagian
insang dan kulit. Insang yang
dirusaknya akan menjadi luka dan
menimbulkan pendarahan yang akan
mengakibatkan
terganggunya
pernafasan ikan. Pengobatan yang
dapat dilakukan dengan metode
perendaman dalam larutan formalin
teknis (formalin 40%) sebanyak 250
ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau
dengan larutan Methylene Blue 3
ppm selama 24 jam dan larutan
Malachite Green 2 – 3 ppm selama
30 – 60 menit.
3. Metoda
oral
yaitu
dengan
pemberian pakan yang dicampur
dengan
antibiotik
misalnya
oksitetrasiklin sebanyak 50 mg/kg
ikan diberikan setiap hari selama
7 – 10 hari.
445
BAB. IX. PEMASARAN
9.1. PENGERTIAN
PEMASARAN
Untuk menentukan jumlah produksi
ikan yang akan dibudidayakan pada
suatu
usaha
budidaya
ikan
diperlukan data tentang permintaan
hasil produksi tersebut. Permintaan
hasil produksi budidaya merupakan
salah satu faktor yang menentukan
tingkat produksi.
Produksi yang
tinggi dengan nilai jual yang tinggi
sangat
diharapkan
oleh
para
pembudidaya. Keberhasilan usaha
budidaya ikan ini sangat ditentukan
oleh pemasaran (marketing) hasil
produksi, oleh karena itu maka
terlebih dahulu kita harus mengenal
konsep
dan
ruang
lingkup
pemasaran. Menurut Hanafiah dan
Saefuddin
(1986),
pemasaran
merupakan tindakan yang bertalian
dengan pergerakan barang-barang
atau jasa dari produsen ke tangan
atau pihak konsumen. Pemasaran
menurut Kotler (1997) didefinisikan
sebagai proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan
dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain. Proses
tersebut terjadi karena adanya
kebutuhan
(needs),
keinginan
(wants), dan permintaan (demands);
produk; nilai, biaya dan kepuasan;
pertukaran dan transaksi; hubungan
dan jaringan; pasar; serta pemasar
dan konsep.
Berdasarkan
defenisi
tersebut
diketahui bahwa pemasaran sangat
diperlukan untuk mentransfer antara
produsen
dan
konsumen.
Pemasaran merupakan kegiatan
yang bertalian dengan penciptaan
atau penambahan kegunaan dari
barang atau jasa, maka dengan
demikian
pemasaran
termasuk
tindakan atau usaha yang produktif.
Kegunaan yang diciptakan oleh
kegiatan
pemasaran
adalah
kegunaan tempat, kegunaan waktu,
dan kegunaan kepemilikan.
Kegunaan waktu berarti bahwa
barang-barang mempunyai faedah
(manfaat) atau nilai (harga) yang
lebih besar (tinggi) setelah terjadi
perubahan waktu, umpamanya ikan
jambal siam (Pangasius succi)
harganya mahal bila bukan pada
musimnya dan nilainya bisa sangat
446
murah bila pada musimnya, ikan
bandeng pada hari raya suku
tertentu harganya sangat tinggi
karena
banyaknya
permintaan
sedangkan produksi tetap sehingga
harga jual menjadi mahal.
Kegunaan tempat berarti bahwa
barang-barang atau jasa mempunyai
faedah (manfaat) atau nilai (harga)
yang lebih besar (tinggi) karena
perubahan tempat, umpamanya ikan
mas
(Cyprinus
carpio)
yang
dihasilkan
di
Cianjur
akan
mempunyai kegunaan lebih besar
(harganya mahal) bila dipindahkan
atau di bawa ke Jakarta sebagai
daerah konsumen.
Kegunaan kepemilikan berarti bahwa
barang-barang atau jasa mempunyai
faedah (manfaat) atau nilai (harga)
yang lebih besar (tinggi) karena
beralihnya hak milik atas barang,
umpamanya ikan nila (Tilapia
nilotica)
mempunyai
kegunaan
(faedah) yang lebih tinggi bila berada
atau dimiliki oleh si A dibandingkan
apabila berada pada si B.
Pemasaran merupakan tindakan
atau kegiatan yang berhubungan
dengan pergerakan barang atau jasa
dari produsen sampai konsumen,
maka proses pengaliran barang dari
produsen ke konsumen tersebut
meliputi
proses
pengumpulan
(konsentrasi), proses pengimbangan
(equalisasi), dan proses penyebaran
(dispersi).
Proses konsentrasi merupakan tahap
pertama dari aliran barang atau jasa
yang dihasilkan dalam jumlah kecil
dikumpulkan menjadi jumlah yang
lebih besar, agar dapat disalurkan ke
pasar-pasar eceran secara lebih
efisien.
Equalisasi merupakan
proses tahap kedua dari aliran
barang atau jasa, kegiatan ini
berlangsung
antara
proses
konsentrasi dengan proses dispersi,
proses equalisasi ini merupakan
tindakan-tindakan
penyesuaian
permintaan
dan
penawaran
berdasarkan tempat, waktu, jumlah
dan kualitas.
Proses dispersi
merupakan tahap ketiga atau tahap
terakhir dari aliran barang atau jasa,
dimana barang-barang atau jasa
yang terkumpul disebarkan ke arah
konsumen.
Dengan memahami pengertian dari
pemasaran ini maka proses produksi
budidaya ikan sebaiknya mengacu
pada aspek pasar. Aspek pasar ini
akan menentukan kapasitas produksi
hasil
perikanan
berdasarkan
komoditas perikanan yang akan
diusahakan dan bagaimana sistem
pemasaran yang akan diterapkan.
Permintaan terhadap komoditas
perikanan ini meliputi jumlah ikan
yang akan diproduksi yaitu volume
atau biomassa, tingkat harga, waktu
atau musim.
9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN
HASIL PERIKANAN
Menurut Hanafiah dan Saefuddin
(1986), pemasaran hasil perikanan
mempunyai
sejumlah
ciri,
diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagian
besar
dari
hasil
perikanan
berupa
bahan
makanan
yang
dipasarkan
diserap oleh konsumen akhir
secara relatif stabil sepanjang
447
2.
3.
4.
5.
tahun, sedangkan penawarannya
sangat
tergantung
kepada
produksi
yang
sangat
dipengaruhi oleh iklim.
Pada
umumnya
pedagang
pengumpul
memberi
kredit
(advanced payment) kepada
produen (petani ikan) sebagai
ikatan atau jaminan untuk dapat
memperoleh bagian terbesar dari
hasil perikanan dalam waktu
tertentu.
Saluran
pemasaran
hasil
perikanan pada umumnya terdiri
dari : produsen (petani ikan),
pedagang perantara sebagai
pengumpul, grosir (wholesaler),
pedagang eceran, dan konsumen
(industri
pengolahan
atau
konsumen akhir).
Pergerakan
hasil
perikanan
berupa bahan makanan dari
produsen sampai konsumen
pada umumnya meliputi prosesproses
pengumpulan,
pengimbangan, dan penyebaran,
dimana proses pengumpulan
merupakan
proses
yang
terpenting.
Kedudukan terpenting dalam
pemasaran
hasil
perikanan
terletak
pada
pedagang
pengumpul karena berhubungan
dengan
fungsinya
sebagai
pengumpul dari daerah produksi
yang terpencar-pencar, skala
produksi
kecil-kecil,
dan
produksinya musiman.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin
(1986),
barang-barang
hasil
perikanan dapat digolongkan ke
dalam : barang-barang konsumsi dan
bahan-bahan mentah.
Barangbarang konsumsi adalah produk
perikanan
yang
langsung
dipergunakan oleh konsumen akhir
dalam bentuk yang sama saat
meninggalkan produsen. Sedangkan
bahan-bahan mentah adalah produk
perikanan yang dipergunakan oleh
pabrik atau pengolah (processor)
untuk dijadikan atau menghasilkan
barang baru.
Barang-barang
perikanan
mempunyai
ciri
yang
dapat
mempengaruhi atau menimbulkan
masalah dalam pemasaran. Ciri-ciri
tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Produksinya
musiman,
berlangsung dalam ukuran kecilkecil (small scale) dan daerah
terpencar-pencar. Produksi ikan
tertentu
dapat
berlangsung
secara musiman, sehingga dapat
menimbulkan beban musiman
(peak load) dalam pembiayaan,
penyimpanan,
pengangkutan,
dan penjualan. Produksi ikan
juga dilakukan oleh petani ikan
terpencar-pencar
dengan
ukurannya
yang
kecil-kecil,
sehingga memerlukan lembagalembaga dan fasilitas-fasilitas
pemasaran
yang
dapat
menghimpun hasil perikanan
tersebut agar menjadi jumlah
yang lebih besar guna diangkut
ke pusat-pusat konsumsi dan
pusat-pusat
pengolahan
(processing) agar lebih efisien.
2. Konsumsi hasil perikanan berupa
bahan makanan relatif stabil
sepanjang tahun, sedangkan
untuk
komoditas
tertentu
produksinya
kadang
bersifat
musiman dan jumlahnya tidak
tentu karena pengaruh cuaca,
sehingga menimbulkan masalah
448
dalam
penyimpanan
dan
pembiayaan.
3. Barang hasil perikanan berupa
bahan makanan mempunyai sifat
cepat
atau
mudah
rusak
(perishable).
Karena barangbarang
hasil
perikanan
merupakan organisme hidup,
sehingga mudah atau cepat
mengalami
kerusakan
atau
pembusukan akibat dari kegiatan
bakteri, enzimatis, dan oksidasi.
Masalah ini membutuhkan usaha
perawatan khusus dalam proses
pemasaran
guna
mempertahankan mutu, seperti
penyimpanan perlu dilakukan di
tempat-tempat atau ruangan
dingin (kamar dingin, ruangan
dingin,
peti
dingin),
pengangkutan perlu dilengkapi
dengan
alat
atau
mesin
pendingin.
Usaha
ini
memerlukan biaya tambahan dan
demikian dapat meningkatkan
biaya pemasaran.
4. Jumlah atau kualitas hasil
perikanan dapat berubah-ubah,
karena
sangat
tergantung
dengan
keadaan
cuaca.
Perubahan
tersebut
dapat
mnimbulkan
fluktuasi
harga
sebagai akibat perubahan dari
kondisi penawaran.
Variasi
demikian dapat mengakibatkan
tidak
terorganisirnya
pasar,
akibatnya
menyebabkan
perubahan harga, menambah
ongkos penyimpanan dan sukar
dalam grading.
Dengan berbagai ciri khas dari
produk hasil perikanan tersebut
maka dalam memasarkan hasil
perikanan ada dalam beberapa
bentuk antara lain adalah bentuk
segar yaitu bentuk asli dari hasil
produksi budidaya ikan, produk
setengah jadi yaitu produksi hasil
perikanan dalam bentuk pengolahan
sederhana seperti ikan asin atau
produk hasil perikanan dipasarkan
dalam bentuk sudah diolah lebih
tinggi telah mengalami perubahan
bentuk dari aslinya seperti dibuat
menjadi sarden atau produk lainnya.
9.3. PERENCANAAN DAN
TARGET PENJUALAN
Pemasaran akan berhasil dengan
baik apabila direncanakan terlebih
dahulu, berbagai kegiatan perlu
dilalui sebelum memasarkan suatu
produk. Kegiatan-kegiatan tersebut
menurut Hanafiah dan Saefuddin
(1986), adalah sebagai berikut :
1. Penelitian
pasar
dan
perencanaan. Penelitian pasar
dipusatkan
kepada
barangbarang yang akan dijual, dengan
maksud
untuk
menemukan
barang apa yang diinginkan oleh
konsumen. Penelitian ini akan
dihubungkan dengan persoalan
tentang rencana produksi, antara
lain harga dari macam-macam
barang,
kualitas
barang,
kebiasaan dan motif pembelian
dari konsumen.
2. Memperkirakan
kesanggupan
penjualan (estimating potentials
of sales). Dalam hal ini harus
diperhitungkan
pendapatan
konsumen
serta
cara-cara
bagaimana
pendapatan
konsumen
tersebut
dibelanjakannya,
bagaimana
pengaruh
harga
terhadap
permintaan,
pengaruh
449
persaingan
dan
penilaian
terhadap akibat-akibat karena
adanya
perubahan-perubahan
penjualan di dalam keadaankeadaan perdagangan
pada
umumnya.
3. Pemilihan
saluran
distribusi.
Pemilihan
saluran
distribusi
merupakan sebagian daripada
perencanaan
fungsi-fungsi
penjualan yang juga mencakup
pengambilan keputusan dengan
memperhatikan macam distribusi
mana
yang
paling
efektif.
Apakah
produsen
menjual
barangnya langsung kepada
pedagang
eceran
ataukah
menjual
melalui
berbagai
perantara, melalui pos, ataukah
langsung
menjual
kepada
konsumen akhir dari rumah ke
rumah.
4. Penentuan
syarat-syarat
penjualan. Kegiatan ini meliputi
penetapan syarat-syarat dan
kondisi-kondisi penjualan yang
meliputi :
• syarat-syarat
pengiriman
misalnya waktu penyerahan
dan pembayaran ongkos
angkutan,
• cara-cara
pembayaran
misalnya potongan harga dan
kredit,
• kualitas
serta
kuantitas
barang yang dijual, dan
• hal-hal
lain
yang
ada
hubungannya
dengan
penjualan.
5. Membuat
kontak
dengan
pembeli.
Kegiatan membuat
kontak dengan pembeli meliputi
berbagai kegiatan, diantaranya :
• menetapkan pasar, apakah
barangnya akan dijual di
daerah geografis luas atau
sempit
• setelah menetapkan pasar,
pihak penjual harus mencari
pembeli di pasar tersebut,
dimana para pembeli berada
dan
bagaimana
kebutuhannya
• membuat kontak dengan
pembeli potensial tersebut
dan mengembangkan serta
memelihara hubungannya,
• menciptakan
permintaan
konsumen potensial misalnya
melalui reklame, memberi
contoh barang untuk dicoba
secara Cuma-cuma.
6. Pemindahan hak milik atas
barang. Pemindahan hak milik
atas barang dari pihak penjual
kepada
pihak
pembeli
merupakan suatu langkah yang
diperlukan dan yang resmi di
dalam penjualan barang-barang,
tetapi pemindahan hak milik ini
harus
disertai
dengan
penerimaan barang-barang oleh
pihak pembeli sesuai dengan
kontrak pembelian.
Kegiatan
penjualan
dikatakan
sudah
selesai apabila pihak pembeli
sudah menerima barang dari
pihak penjual dan memilikinya.
9.4. ESTIMASI HARGA
JUAL
Agar pemasaran dapat berjalan
dengan
lancar,
maka
perlu
direncanakan
terlebih
dahulu
kebutuhan
biaya
yang
harus
dikeluarkan untuk biaya pemasaran.
Selain
itu
perencanaan
biaya
pemasaran ini sebagai bahan
450
pertimbangan juga dalam hal nilai
atau harga barang yang akan dijual.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin
(1986), pembiayaan pemasaran
berarti mencari dan mengurus modal
uang
yang
berkaitan
dengan
transaksi-transaksi
dalam
arus
barang dari sektor produksi sampai
sektor konsumsi. Pembiayaan dan
menanggung
risiko
merupakan
fungsi umum dan penyerta dari
semua kegiatan pemasaran, bahkan
mempunyai aplikasi penting dalam
bidang pemasaran. Oleh karena itu
barang-barang tidak dapat melalui
semua sistem pemasaran tanpa
didukung oleh pembiayaan.
Pemilik barang pada setiap tingkat
pasar (stage of distribution) harus
mengorbankan
modal
yang
dimilikinya atau harus meminjam
modal dari sumber lainnya (kredit).
Petani ikan juga perlu modal atau
kredit untuk fase selama memiliki
barang dan menunggu penjualan
atau pembayaran. Pedagang besar
(wholesaler) di samping membiayai
stock yang dimilikinya, harus juga
membiayai
fasilitas-fasilitas
pemasaran yang terikat padanya
seperti processing plan, storage
plan,
sarana
dan
prasarana
pengangkutan,
dan
kegiatankegiatan peragaan.
Pedagang
eceran harus juga mengeluarkan
biaya untuk kegiatan penjualannya
dan dalam beberapa hal untuk
pembelian oleh pelanggan di tingkat
eceran.
Pembiayaan bisa saja berasal dari
kredit, hal ini berarti menggunakan
modal uang orang lain yang nantinya
harus
dikembalikan
berikut
bunganya. Kredit dapat diperoleh
dari pihak swasta (perorangan),
Bank Pemerintah, Bank Komersial,
Koperasi,
Bank
Desa,
atau
Organisasi Sosial.
Kredit dari pihak swasta (para
pelepas uang, pedagang pengumpul
atau tengkulak) telah menimbulkan
tiga aspek masalah kredit dalam
pemasaran hasil perikanan. Ketiga
aspek dimaksud adalah :
1. Tingkat bunga (interest rate)
sangat tinggi. Kredit pasar yang
dikenal
sebagai
”utang
mindering” (karena pelunasannya
secara cicilan, ”midering”), bunga
tersebut bisa sampai 120 bahkan
150% per tahun.
2. Petani ikan wajib menjual hasil
produksinya kepada pemberi
kredit (pelepas uang, tengkulak)
dengan harga yang ditentukan
oleh pihak pemberi kredit.
3. Hasil produksi harus segera
dijual kepada pemberi kredit
(pedagang pengumpul) tanpa
dapat ditahan sementara waktu
untuk menunggu harga lebih
baik.
Ketiga aspek masalah kredit seperti
diuraikan di atas telah menempatkan
petani ikan bermodal kecil pada
bargaining position sangat lemah,
sebaliknya sistem kredit seperti ini
menempatkan pedagang pengumpul
dan pelepas uang pada posisi sangat
menguntungkan.
Karena tanpa
memberi kesempatan kepada petani
ikan untuk memilih pedagang dan
harga yang lebih menguntungkan.
Oleh karena itu penggunaan kredit
oleh petani ikan semakin penting
untuk melakukan proses produksi
451
terlebih dahulu sesuai permintaan
konsumen. Sebaiknya jumlah kredit
juga mempertimbangkan jangka
waktu proses produksi dan proses
penyaluran barang. Maka dengan
demikian
petani
ikan
perlu
merencanakan
terlebih
dahulu
semua kebutuhan biaya dengan
seksama agar penggunaan modal
terutama modal hasil pinjaman dapat
digunakan lebih efisien.
Konsep Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran ini mencakup
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
produsen
(petani
ikan)
untuk
keperluan pelaksanaan kegiatan
yang berhubungan dengan penjualan
hasil produksinya dan jumlah biaya
yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran (badan perantara) serta
laba (profit) yang diterima oleh badan
yang bersangkutan.
Biaya pemasaran suatu produk
biasanya diukur secara kasar
dengan margin. Margin adalah suatu
istilah
yang
digunakan
untuk
menyatakan perbedaan harga yang
dibayar kepada penjual pertama
(produsen)
dan
harga
yang
dibayarkan oleh pembeli akhir
(konsumen).
Apabila margin dinyatakan dalam
persentase, maka disebut mark-up,
yaitu suatu persentase margin
(margin dalam bentuk persentase)
yag dihitung atas dasar harga pokok
penjualan (cost of goods sold) atau
atas dasar harga penjualan eceran
suatu produk.
Analisa Biaya Pemasaran
1. Analisa Biaya dan Margin
Perpindahan barang dari produsen
ke konsumen akhir kadang-kadang
memerlukan waktu cukup lama,
sehingga memungkinkan timbulnya
berbagai risiko yang perlu ditangani
dan berhubungan dengan masalah
biaya
pemasaran
yang
harus
dikeluarkan. Sehubungan dengan itu
maka harus ada lembaga pemasaran
yang menyediakan biaya untuk
seluruh kegiatan fungsi pemasaran
tersebut, seperti : biaya grading,
biaya
pengolahan,
biaya
pengangkutan, dan lain-lain, sampai
barang tersebut dijual kepada
konsumen akhir.
Pembiayaan
merupakan
fungsi
pemasaran yang mutlak diperlukan
dalam
menangani
sistem
pemasaran, konsekuensinya akan
berpengaruh terhadap harga eceran
(harga yang harus dibayarkan oleh
konsumen).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya pemasaran
tersebut, antara lain : pengangkutan,
penyimpanan, risiko, kerusakan,
waktu kerja, grading, dan lain-lain.
Metode yang dapat dipakai untuk
menghitung perbedaan harga yang
diterima oleh produsen dengan
harga
yang
dikeluarkan
oleh
konsumen (marketing margin), yaitu :
• Marketing margin dapat dihitung
dengan memilih sejumlah barang
tertentu yang diperdagangkan
dan mencatatnya sejak dari
produsen sampai ke konsumen
akhir sistem pemasaran
• Marketing margin dapat dihitung
dengan mencatat nilai penjualan
(gross
money
sale),
nilai
452
pembelian
(gross
money
purchase) dan volume barang
dari setiap lembaga pemasaran
(marketing agency) yang terlibat
pada
saluran
pemasaran.
Dengan ketiga unsur tersebut,
yaitu : nilai pemasaran (Ps), nilai
pembelian (Pb), dan volume
barang (V), maka average gross
margin (AGM) dari tiap marketing
agency dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Ps - Pb
AGM =
V
Dengan
menetapkan
suatu
saluran pemasaran tertentu dan
mencari average gross margin
dari pedagang yang mengambil
bagian dalam saluran tersebut,
maka marketing margin dari
keseluruhan saluran pemasaran
dapat diketahui.
2. Analisis Reactive
Programming
Dalam
pemasaran,
termasuk
pemasaran di bidang perikanan
terdapat dua pihak yang perlu
duhubungkan satu sama lain selama
proses penyaluran barang, yaitu
pihak produsen di satu pihak dan
pihak konsumen di lain pihak.
Proses penyaluran barang oleh
produsen atau lembaga pemasaran
sebetulnya bisa lebih dari satu
saluran/pola pemasaran, dimana
masing-masing pola itu mungkin
akan
melibatkan
lembaga
pemasaran yang tidak sama. Ada
saluran pemasaran yang melibatkan
banyak
lembaga
pemasaran
sehingga
salurannya
menjadi
panjang,
ada
juga
saluran
pemasaran yang hanya melibatkan
sedikit lembaga pemasaran sehingga
salurannya menjadi pendek.
Masalah pola saluran pemasaran ini,
bukan semata-mata terletak pada
panjang
pendeknya
saluran
pemasaran, tetapi saluran mana
yang memberikan tingkat efisiensi
yang paling tinggi, yang ditunjukkan
oleh besarnya penerimaan bersih
dari kegiatan pemasaran tersebut.
Untuk menentukan saluran mana
yang
memberikan
keuntungan
maksimum, maka dapat digunakan
analisis Reactive Programming.
Analisa
Reactive
Programming
didasarkan kepada analisa regional
daerah
produksi
dan
daerah
konsumsi, yang kaitannya sangat
erat dengan masalah biaya transfer.
Untuk
memudahkan
analisa
pemasaran antar regional dengan
asumsi bahwa jumlah produksi yang
dihasilkan di daerah produksi sama
dengan jumlah yang diminta di
daerah konsumsi. Hubungan antara
daerah produksi dan konsumsi biaya
transfer per unit barang dari masingmasing saluran antar kedua daerah
tersebut.
Untuk menentukan pola pemasaran
yang optimum antara kedua daerah
itu harus diketahui harga di daerah
produksi, harga di daerah konsumsi,
dan biaya transfer bagi barang
tersebut. Dengan demikian saluran
pemasaran antara daerah produksi
(i) dan daerah konsumsi (j) hanya
dapat aktif selama keadaan :
Hj > Hi + BTij
453
Selain itu satu daerah produksi (i)
akan menyalurkan barang ke daerah
konsumsi (j) dan (k) apabila :
Hk – BTij = Hj – BTik
Dimana :
Hi
= harga barang di
produksi (i)
Hj
= harga barang di
konsumsi (j)
Hk = harga barang di
konsumsi (k)
BTij = biaya
transport
daerah produksi
konsumsi (j)
BTik = biaya
transport
daerah produksi
konsumsi (k)
daerah
daerah
daerah
antara
(i) dan
antara
(i) dan
9.5. SISTEM PENJUALAN
Kegiatan penjualan merupakan salah
satu
fungsi
pemasaran
yang
termasuk
kelompok
fungsi
pertukaran,
sasaran
penjualan
adalah mengalihkan barang kepada
pihak pembeli dengan harga yang
memuaskan
(Hanafiah
dan
Saefuddin, 1986). Pada dasarnya
kegiatan
penjualan
dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
penjualan
melalui
inspeksi
(pengawasan,
pemeriksaan),
penjualan melalui contoh (sample),
penjualan melalui penggambaran
(description), atau penjualan melalui
kombinasi dari ketiga penjualan
tersebut.
Penjualan
pengawasan
(inspection)
melalui/dengan
atau
pemeriksaan
maksudnya
adalah
adanya ijin dari para penjual kepada
pembeli untuk memeriksa dan
meneliti semua barang sebelum
pembeli memilih apa yang dibelinya.
Penjualan dengan cara ini terjadi
karena adanya sifat-sifat barang
tersebut dan situasi pemasarannya,
dimana :
• tidak
adanya
standarisasi
terhadap barang,
• adanya sifat cepat rusak yang
tinggi dari barang,
• tingkat pembelian yang sangat
cepat
sehingga
lalu
lintas
langganan dan tingkat penjualan
akan terganggu,
• suatu cara memamerkan barangbarang yang akan mendorong
sejumlah pembelian yang terjadi
saat bersamaan, dan
• adanya tekanan kepada tingkat
pelayanan sendiri yang tinggi
oleh pembeli-pembelinya atau
wakil-wakil dari pembeli.
Penjualan dengan atau melalui
contoh adalah penjualan karena
berdasarkan kepada prinsip-prinsip
standarisasi, sehingga cukup dengan
contoh saja dari barang yang
diperdagangkan yang dilihat atau
diteliti oleh pembeli, jadi contoh ini
akan merupakan wakil untuk semua
unit barang yang akan dijual.
Penjualan dengan penggambaran
terjadi karena ada anggapan bahwa
barang-barang akan bisa digunakan
sedemikian rupa di dalam katalogkatalog, sehingga tidak ada satu unit
barang pun perlu ada pada waktu
penjualan diselesaikan.
Contoh
penjualan barang seperti ini adalah
penjualan barang yang dilakukan
melalui pos (mail order selling) dan
454
penjualan barang yang dilakukan
untuk masa yang akan datang (future
trading). Penjualan dengan cara ini
hanya mungkin dilakukan karena
adanya perkembangan standarisasi
dan perbaikan mutu bersama-sama
dengan perkembangan di dalam
proses komunikasi.
Penjualan
dengan cara ini hanya akan berhasil
baik, jika adanya syarat kebebasan
dalam
mengadakan
kebijakan
garansi terhadap barang-barang,
sehingga dengan demikian pembeli
tidak perlu memeriksa barangbarang
untuk
memuaskan
pilihannya.
Penjualan kombinasi antara selling
by sample, selling by inspection, dan
selling by description telah menjadi
biasa di dalam perdagangan yang
modern. Pada penjualan seperti ini
tersedianya contoh (sample) yang
mewakili semua barang yang
diperdagangkan
dan
daftar
penawaran (cataloque) dari sebagian
barang yang dijual yang dibuat setiap
hari. Para pembeli dapat memeriksa
contoh dalam kemasan-kemasan
dari
semua
barang
yang
diperdagangkan.
9.6. STRATEGI PROMOSI
Suatu
usaha
untuk
menarik
perhatian pembeli dengan tujuan
meningkatkan volume penjualan
disebut
“promosi
penjualan”.
Promosi penjualan hasil perikanan
dapat dilakukan secara langsung
yaitu dengan cara menghubungi atau
mengunjungi para pembeli (calon
pembeli) secara langsung, atau
dengan cara tidak langsung yaitu
melalui
pemasangan
(advertising).
iklan
Iklan merupakan elemen penting
dalam program penjualan, terutama
untuk
barang-barang
konsumsi.
Iklan merupakan alat komunikasi
masal dan dapat diulangi dengan
biaya yang relatif rendah. Iklan ini
dapat berupa kata-kata tertulis,
tercetak atau diucapkan, gambargambar,
diagram-diagram
dan
simbol-simbol. Namun program iklan
untuk hasil perikanan dibatasi
beberapa hal, sebagai berikut:
• Kualitas produk bervariasi luas
Rata-rata
kualitas
produk
bervariasi dari hari ke hari, dari
musim ke musim, dari tahun ke
tahun bahkan dari suatu usaha
ke usaha yang lain. Berbeda
dengan produk industri (pabrik)
yang mana kualitas dapat
dikontrol,
sehingga
hasilnya
relatif seragam.
• Perishability dari produk
Sifat ini mempersulit reklame
(iklan), karena perubahan dalam
kualitas maupun tersedianya
produk (availability)
• Kesukaran dalam mempertahankan keseragaman produk dan
pengepakannya
Karena
produk
perikanan
dihasilkan oleh banyak usaha
perikanan yang skala kecil (small
scale) dan secara geografis
terpencar
• Elastisitas dari berbagai produk
Permintaan untuk kebanyakan
hasil
perikanan
inelastis,
sehingga
manfaat
daripada
kegiatan promosi sangat kecil
dibandingkan dengan produk
yang permintaannya elastis.
455
Menyiapkan Tenaga Penjualan
Semua pendekatan penjualan adalah
mencoba mengubah seorang tenaga
penjual yang asalnya hanya pencatat
pesanan yang pasif menjadi pencari
pesanan yang aktif. Dalam melatih
tenaga penjual ini ada 2 (dua)
macam
pendekatan,
yaitu
:
pendekatan yang berorientasi pada
penjualan dan pendekatan yang
berorientasi pada pelanggan.
Pendekatan yang berorientasi pada
penjualan ini beranggapan bahwa
pelanggan tidak akan membeli
kecuali bila ditekan, sehingga
mereka terpengaruh oleh presentasi
yang rapi dan sikap manis, dan janji
tidak
akan
kecewa
setelah
menandatangani
pesanan.
Sedangkan
pendekatan
yang
beroreientasi pada pelanggan adalah
pendekatan yang berupaya agar
penjualan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh pelanggan.
Beberapa hal yang harus dikuasai
oleh tenaga penjual ikan, antara lain
:
1. Jenis ikan, asal ikan, nama
ilmiah, varietas ikan, nama
dagang, nama daerah, besar
maksimal, jenis kelamin, umur
ikan, dan sebagainya.
2. Kualitas air yang baik, sumber air
yang dapat digunakan, dan cara
pergantian air
3. Harga ikan per ekor, harga grosir,
bonus
4. Hama
dan
penyakit
ikan,
pengendalian
dan
pengobatannya.
5. Jenis pakan, harga pakan, bahan
pembuatan pakan
6. Teknis budidaya
Riset pemasaran sangat penting
dilakukan, karena riset pemasaran
merupakan
kunci
keberhasilan
pemasaran.
Adapun tujuan riset
pemasaran adalah untuk menaksir
permintaan efektif (demand efektive)
dan permintaan potensial (demand
potensial) dari suatu produk.
Pengertian riset pemasaran adalah
suatu riset yang ditujukan untuk
mengumpulkan data yang akan
digunakan
untuk
menentukan
kebijakan pemasaran (marketing
policies)
dan
rencana
usaha,
termasuk
untuk
memecahkan
masalah-masalah
pemasaran
(Converse, Huegy and Mitchell,
1985).
Sehingga dengan demikian riset
pemasaran akan banyak membantu
untuk :
1. Mengidentifikasi
masalahmasalah dalam pemasaran
2. Mengantisipasi peluang-peluang
pasar
3. Membantu
mengenal
dan
memahami
keadaan
target
pemasaran
4. Mengembangkan
kombinasi
pemasaran
Riset pemasaran sangat penting
untuk
pengambilan
keputusan,
karena keputusan dimulai dari
analisa
permasalahan
melalui
beberapa tahapan, yaitu : tahap
merumuskan
masalah,
tahap
mencari kemungkinan pemecahan
masalah,
tahap
mengukur
kemungkinan pemecahan masalah,
dan
tahap
memutuskan
kemungkinan pemecahan masalah
yang paling baik.
456
Tahap-tahap tersebut di atas dapat
diselesaikan dengan intuisi atau
dengan fakta atau dengan keduanya.
Untuk
masalah-masalah
kecil,
insidentil, dan masalah yang perlu
pemecahan segera bisa dengan
intuisi. Sebaliknya untuk masalahmasalah besar, bukan insidentil,
serta tidak memerlukan pemecahan
segera
sebaiknya
diselesaikan
dengan fakta, walaupun kadangkadang tetap memerlukan instuisi
dari hasil pengalaman-pengalaman
masa lalu. Kesemuanya itu sematamata karena pertimbangan biaya dan
waktu
merupakan
pembatasan
utama.
Pentingnya riset pemasaran ini
makin terasa karena pemasaran
bersifat komplek dan dinamis.
Kemudian
didorong
lagi
oleh
perubahan penduduk, pendapatan,
situasi
ekonomi,
persaingan
teknologi baru, dan sebagainya. Jadi
pada saat ini keputusan tidak hanya
dapat diambil berdasarkan intuisi dan
pengalaman saja, tetapi harus
ditunjang dengan fakta yang cukup
tentang
keadaan
yang
lalu,
sekarang, dan kemungkinan di masa
yang akan datang.
Riset pemasaran dibagi dalam 2
(dua) bagian, yaitu : analisa pasar
dan observasi pasar. Analisa pasar
adalah penyelidikan keadaan pasar
pada
suatu
saat
tertentu.
Sedangkan observasi pasar adalah
suatu bagian dari penyelidikan pasar
yang bertugas mempelajari gerakan
dan perubahan yang terdapat di
daerah penjualan. Analisa pasar ini
meliputi
penyelidikan
pasar
mengenai
analisa
permintaan,
analisa penawaran, dan analisa
produk yang di bawa ke pasar.
Sedangkan observasi pasar meliputi
segi permintaan, segi penawaran,
dan segi pergerakan atau perubahan
dalam distribusi.
Prosedur riset pemasaran pada
dasarnya dibedakan dalam 3 (tiga)
tahap,
yaitu
:
pendahuluan,
perencanaan
dan
pelaksanaan
penelitian,
dan
hasil
dan
rekomendasi. Tahap pendahuluan
terdiri dari 3 (tiga) langkah, yaitu :
analisa situasi, penelitian informal,
dan perumusan masalah.
Tahap
perencanaan dan pelaksanaan terdiri
dari 2 (dua) langkah, yaitu :
perencanaan penelitian formal dan
pengumpulan data.
Sedangkan
tahap hasil dan rekomendasi terdiri
dari 4 (empat) langkah, yaitu :
tabulasi dan analisa, interpretasi
hasil, kesimpulan dan rekomendasi,
serta penyusunan laporan.
Manusia sebagai pembeli yang
sifatnya dinamis dan mempunyai
karakter
yang
berbeda-beda,
masing-masing mempunyai pilihan
yang berbeda terhadap barang yang
ditawarkan. Oleh karena itu riset
pemasaran akan berhasil dengan
baik apabila metode yang diterapkan
baik dan tepat. Beberapa metode
yang dapat digunakan dalam riset
pemasaran, yaitu : survey, historis,
observasi, dan percobaan.
Metode survey merupakan metode
yang paling sering digunakan dan
juga paling produktif. Ada beberapa
teknik yang dapat digunakan dalam
metoda survey, yaitu : mail survey,
personal interview, telephone survey,
dan panel.
457
Metode historis merupakan metode
pengumpulan data yang telah lalu,
dengan maksud untuk dapat melihat
perbandingan-perbandingan,
persamaan-persamaan,
kelainankelainan pada masa lalu, untuk dapat
digunakan
memprediksi
atau
meramalkan masa sekarang dan
masa yang akan datang. Metode
historis ini sering dilakukan untuk
keprluan : pengukuran potensi pasar,
kecenderungan
harga
pasar,
penelitian dan indeks daya beli, sera
analisa
biaya
distribusi
dan
sebagainya.
Metode Observasi yaitu metode yang
digunakan dengan cara pengamatan
atau pengukuran langsung terhadap
kejadian-kejadian atau perbuatan
konsumen
atau
gejala
pasar.
Keuntungan metode ini adalah lebih
obyektif
dan
lebih
akurat
dibandingkan
dengan
metode
survey, namun dengan metode
observasi ini lebih banyak waktu
yang dibutuhkan, apalagi bila harus
menunggu
sampai
terjadinya
fenomena tertentu.
Metoda percobaan dalam bidang
pemasaran
digunakan
untuk
mengetes berbagai macam jenis
rencana-rencana, misalnya : reklame
promosi
penjualan
untuk
mendeterminasi harga-harga dan
produk-produk dan pembungkus
baru, untuk mengetahui harga
diantara tiga macam harga untuk
suatu produk, dan sebagainya.
Strategi
pemasaran
harus
mempertimbangkan beberapa hal,
antara lain : keadaan persaingan,
perkembangan teknologi, kebijakan
politik dan ekonomi, sumber daya
alam, serta market segmentation.
1. Keadaan Persaingan
Keadaan persaingan agak sulit untuk
diduga kapan saingan baru akan
muncul. Oleh karena itu sebaiknya
selalu perbaikan mutu dijadikan
sebagai kegiatan yang selalu harus
diperhatikan walaupun tidak atau
belum ada saingan.
2. Perkembangan Teknologi
Kemunculan teknologi baru yang
akan memperbaiki proses produksi,
baik dari segi efisiensi maupun dari
segi model sulit diduga. Oleh karena
itu sebaiknya harus selalu mencoba
menggunakan teknologi baru lebih
cepat dari saingan. Walaupun dalam
hal ini ada risiko, karena teknologi
baru yang muncul akan disusul oleh
teknologi lain yang lebih canggih,
sehingga perlu pertimbangan yang
matang.
3. Kebijakan Politik dan Ekonomi
Perubahan-perubahan
peraturan
pemerintah dalam bidang ekonomi,
seperti : naik turunnya suku bunga,
pembatasan kredit, atau politik
moneter.
Juga
perubahanperubahan
politik,
seperti
:
perubahan susunan keanggotaan
DPR, perubahan atau pergantian
pejabat.
Perubahan-perubahan
tersebut
dapat
mempengaruhi
kegiatan bisnis yang sulit diduga
sebelumnya.
4. Sumber Daya Alam
Dalam beberapa hal sumber daya
alam juga sulit diramalkan kapan
berkurang atau kapan ditemukan
sumber daya alam baru. Sehingga
458
sumber daya alam ini kadangkadang dapat merupakan variabel
yang dapat mempengaruhi kegiatan
bisnis yang sulit diduga.
kebutuhan dan keinginan konsumen
sangat erat kaitannya dengan
demografis, dan juga demografis ini
lebih mudah diukur jumlahnya.
5. Market Segmentation
Segmentasi
pasar
berdasarkan
psikologis adalah pemilahan segmen
pasar
berdasarkan
kelompokkelompok, seperti : kelas sosial, gaya
hidup, atau kepribadian. Walaupun
konsumen
berasal
dari
unsur
demografis yang sama namun
psikologis dapat berbeda, sebagai
contoh konsumen yang kelas
sosialnya kuat akan berbeda dalam
memilih
kualitas
produk
yang
ditawarkan dibandingkan dengan
yang
kelas
sosialnya
lemah,
demikian juga dengan gaya hidup
dan kepribadian.
Secara garis besar segmen pasar
dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua), yaitu : masyarakat secara
umum atau segmen tertentu saja.
Kedua
jenis
strategi
tersebut
mempunyai
kelabihan
dan
kekurangan, namun sekarang ini
sudah banyak yang memilih segmen
tertentu saja. Ada beberapa cara
untuk menyusun segmen pasar,
antara lain : berdasarkan geografis,
berdasarkan
demografis,
berdasarkan
psikologis,
dan
berdasarkan segmentasi prilaku.
Segmentasi
pasar
berdasarkan
geografis adalah segmentasi pasar
yang
dipilah-pilah
berdasarkan
kebangsaan, propinsi, kota, dan
sebagainya. Jadi untuk mencapai
sasaran geografis dapat disusun
iklan, promosi, dan usaha penjualan
yang mengarah kepada lokasi
tertentu yang dapat diklasifikasikan,
misalnya : sebagai daerah ibu kota,
propinsi, kabupaten, desa, pinggiran
kota, daerah dingin, daerah panas,
dan sebagainya.
Segmentasi
pasar
berdasarkan
demografis adalah dalam hal ini
pasar
dipilah-pilah
berdasarkan
variabel-variabel, seperti : jenis
kelamin, umur, jumlah anggota
keluarga,
pendapatan,
jabatan,
pendidikan, agama, suku, dan
sebagainya.
Segmentasi pasar
berdasarkan demografis ini sangat
banyak
digunakan,
karena
Segmentasi
pasar
berdasarkan
perilaku adalah pemilahan konsumen
berdasarkan
klasifikasi
sebagai
berikut : occasion yaitu konsumen
yang mengkonsumsi sesuatu pada
hari-hari istimewa, benefit yaitu
konsumen yang membeli sesuatu
berdasarkan kepentingan pribadinya,
user status yaitu konsumen yang
dikelompokkan atas dasar statusnya
dalam mengkonsumsi produk yang
ditawarkan,
loyalitas
yaitu
pengelompokkan
konsumen
berdasarkan
kesetiaannya
mengkonsumsi suatu produk, dan
attitude
yaitu
pengelompokkan
konsumen yang didasarkan atas
tanggapannya
terhadap
suatu
produk.
Manfaat segmentasi pasar dapat
diperoleh secara maksimal bila
memenuhi
persyaratan
sebagai
berikut :
459
1. Dapat diukur, besarnya daya beli
setiap segmen dapat diukur
dengan tingkat tertentu.
2. Dapat dicapai, seberapa jauh
segmen dapat dijangkau dan
dilayani secara efektif.
3. Besarnya, suatu kelompok akan
pantas disebut segmen apabila
cukup
besar
dan
cukup
menguntungkan.
4. Dapat dilaksanakan, seberapa
jauh program-program efektif
dapat disusun untuk menarik
minat segmen.
Pemasaran hasil budidaya ikan yang
berhasil sangat erat kaitannya
dengan
penyusunan
program
produksi budidaya ikan yang tepat.
Program produksi adalah suatu
rencana tentang kegiatan produksi
yang
meliputi
tentang
jumlah
produksi, jadwal produksi dan
prediksi panen yang akan dilakukan.
Perencanaan
program
produksi
harus disusun untuk memberikan
arahan dan petunjuk bagi pelaksana
produksi sehingga kegiatan produksi
dapat berlangsung sesuai dengan
target produksi yang ditetapkan.
Program produksi dalam budidaya
ikan biasanya disusun berdasarkan
metode
produksi
yang
telah
ditentukan pada awal sebelum
kegiatan produksi dilakukan. Dalam
berbagai macam metode budidaya
ikan yang akan dipilih pada
prinsipnya bagi seorang yang akan
menyusun suatu program produksi
harus
mengetahui
ketersediaan
sarana prasarananya yang dimiliki.
Jumlah produksi dalam suatu usaha
budidaya ikan sangat ditentukan oleh
kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar
akan hasil dari produk perikanan
sangat ditentukan oleh ketersediaan
produk
tersebut,
jenis
produk
tersebut dipasaran, lokasi dimana
produk tersebut dihasilkan. Target
produksi dari suatu usaha budidaya
ikan sangat ditentukan oleh sarana
prasarana produksi yang dimiliki dan
sistem teknologi budidaya yang
digunakan.
Perencanaan jumlah produksi yang
akan dihasilkan dalam proses
produksi budidaya ikan biasanya
dipilih berdasarkan pertimbangan
bisnis (ekonomis) dan teknologi
(budidaya).
Berdasarkan
pertimbangan bisnis, spesies ikan
yang dipilih harus berorientasi pasar,
yaitu seberapa banyak permintaan
pasar terhadap spesies ikan yang
akan diproduksi, termasuk pola
waktu permintaan pasar, kompetitor
yang bergerak dengan komoditas
tersebut dan tingkat kejenuhan pasar
terhadap komoditas yang akan
diusahakan
tersebut.
Dengan
memperhatikan beberapa aspek
tersebut maka dalam menyusun
program produksi dapat ditetapkan
target produksi persatuan waktu.
Persatuan waktu dalam usaha
budidaya ikan ini dapat dihitung
persiklus produksi atau periode
waktu tanam.
Jumlah produksi budidaya ikan dapat
disusun dengan melihat informasi
pasar. Informasi pasar suatu produk
perikanan dapat diketahui dengan
melihat
data
permintaan
dan
pasokan serta harga komoditas
perikanan tersebut dalam lima tahun
terakhir. Dari data tersebut dapat
dilakukan analisis sehingga bisa
disimpulkan
tentang
tingkat
460
permintaan produk dan kejenuhan
terhadap produk tersebut.
Selain itu jumlah produksi suatu
produk ikan sangat ditentukan oleh
teknologi budidaya yang akan
digunakan. Dalam bab sebelumnya
sudah dijelaskan tentang kelemahan
dan keuntungan dari ketiga metode
produksi
tersebut.
Jika
akan
menentukan jumlah produksi sesuai
dengan metode produksi tersebut
maka dapat dibuat suatu rencana
produksi disesuaikan dengan tingkat
teknologi yang digunakan. Pada
tingkat teknologi yang tradisional
dimana metode produksi yang
digunakan adalah secara ekstensif
dengan padat penebaran yang
rendah maka target produksi yang
diharapkan dalam budidaya tersebut
tidak sebanyak jika mengunakan
teknologi intensif. Dalam teknologi
intensif dimana metode produksi
yang digunakan juga intensif dengan
padat penebaran yang yang tinggi
maka akan diperoleh target produksi
yang tinggi pula. Oleh karena itu
dalam menyusun jumlah produksi
yang akan ditetapkan akan sangat
bergantung
kepada
tingkat
permintaan pasar dan teknologi yang
diterapkan dalam melaksanakan
budidaya tersebut.
Penentuan jumlah produksi atau
target produksi biasanya dilakukan
berdasarkan skala usaha budidaya
ikan. Target produksi suatu usaha
budidaya ikan ini sangat ditentukan
oleh jumlah produksi yang ingin
dihasilkan
sehingga
muncul
peristilahan industri skala kecil,
menengah
dan
besar.
Target
produksi ini akan sangat ditentukan
oleh beberapa faktor diantaranya
adalah
permintaan
pasar,
kemampuan
permodalan
dan
kemampuan manajemennya.
Penentuan target produksi tidak
boleh melebihi dari permintaan pasar
karena jika target produksi lebih
tinggi akan mengakibatkan produk
yang dihasilkan tidak laku jual karena
tidak terserap oleh pasar. Dalam
menyusun jadwal produksi juga
dipertimbangkan
tentang
kapan
dilakukannya
pemanenan.
Pemanenan ikan budidaya biasanya
dilakukan sesuai dengan tahapan
kegiatan produksi. Jika proses
produksinya adalah pembenihan
maka output yang diharapkan pada
saat panen adalah benih ikan dan
prediksi waktu panennya perperiode
relatif lebih singkat sekitar satu
sampai dua bulan. Jika dalam
kegiatan
produksinya
adalah
pendederan maka prediksi waktu
panennya adalah sekitar satu sampai
dua bulan dan outputnya adalah
benih ukuran lebih besar dari tahap
pembenihan.
Pada
tahap
produksinya adalah pembesaran
ikan maka prediksi waktu panennya
adalah relatif lebih lama berkisar
antara tiga sampai empat bulan ,
karena output yang diharapkan
adalah ikan air tawar berukuran
konsumsi.
Prediksi hasil pemanenan ikan ini
akan sangat menentukan proses
pemasarannya. Segmen pasar untuk
benih biasanya para petani ikan yang
melakukan
pembesaran
ikan.
Sedangkan segmen pasar untuk ikan
konsumsi adalah masyarakat yang
membutuhkan ikan sebagai salah
satu sumber protein hewani yang
murah. Segmen pasar untuk ikan
berukuran konsumsi relatif lebih
461
luas/banyak dibandingkan dengan
segmen
pembenihan.
Sistem
pemasarannya tidak berbeda antara
benih
dan
ikan
konsumsi.
Pemasarannya pada pembenihan
ikan dan pembesaran ikan ini dapat
dilakukan
secara
langsung
kekonsumen
atau
dengan
menggunakan jasa perantara/broker.
produsen kepada konsumen tanpa
atau dengan perantara. Jadwal
pemasaran benih ikan dan ikan
konsumsi
ini
biasanya
dibuat
bersamaan dengan jadwal produksi.
Jadwal produksi dan pemasaran
yang tepat akan diperoleh suatu hasil
produksi
yang
menguntungkan
sesuai dengan program produksi
yang dibuat.
Pemasaran benih ikan dan ikan
konsumsi dapat dilakukan dari
462
BAB. X. ANALISA KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA IKAN
10.1. PENGERTIAN
STUDI KELAYAKAN
Dalam budidaya ikan air
peran
studi kelayakan memegang peranan
penting apalagi dikaitkan dengan
investasi yang begitu besar. Tanpa
kajian dari studi kelayakan yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu
tentu usaha yang didirikan tidak
akan
berjalan sesuai yang
diharapkan.
Berdasarkan
pengertiannya
Studi kelayakan
adalah suatu seni cara merangkai,
menggabungkan dan menganalisa
suatu rencana investasi secara
keseluruhan atas faktor-faktor yang
mempengaruhi antara multi disiplin
ilmu, sehingga
menghasilkan
keluaran (output) yang diinginkan
yakni layak dan tidak layak investasi
tersebut. Dengan demikian usaha
budidaya ikan harus ada studi
kelayakannnya
baik
itu
pembenihan maupun pembesaran.
Aspek Umum dan Legalitas
Aspek umum meliputi hal hal yang
berkaitan dengan
latar belakang
usaha
itu
dilakukan
siapa
pemrakarsa
perusahaan,
kepemilikan perusahaan serta yang
menyangkut
susunan pengurus
perusahaan tersebut.
Struktur
permodalan adalah Modal dasar
yang tercantum dalam akte notaris,
sedangkan
aspek
legalitas
menyangkut pendirian perusahaan.
1. Pengertian Perencanaan Biaya
Operasional Produksi
Setiap proses produksi agar dapat
berjalan
sesuai
dengan
yang
diharapkan,
maka
sebelum
melakukan
proses
produksi
diperlukan
perencanaan.
Perencanaan tersebut menyangkut
bagaimana
produksi
bisa
berlangsung dengan biaya seoptimal
mungkin dengan hasil yang optimal
pula. Dengan demikian pengertian
perencanaan
biaya
operasional
produksi
adalah
perencanaan
mengelola dari mulai input, proses
sampai dengan output yang berupa
produk tersebut dihasilkan dengan
penekanan kepada penggunaan
biaya seefisien mungkin dengan
menghasilkan produk yang optimal.
463
2. Identifikasi Dokumentasi
Perencanaan Biaya
Operasional Produksi yang
diperlukan
Dokumen-dokumen yang diperlukan
dalam operasional produksi budidaya
ikan air tawar adalah :
• Dokumen tentang biaya investasi
• Dokumen
tentang
biaya
operasional produksi
• Dokumen tentang hasil produksi
dan pendapatan
• Dokumen
tentang
biaya
perawatan dan pemeliharaan
gedung serta peralatan
• Dokumen tentang target dan
realisasi yang hendak dicapai
• Dokumen tentang gaji staf dan
karyawan
• Dokumen tentang data pasar
• Buku tentang ekspedisi atau
surat masuk dan keluar
• Buku kas besar
• Buku tentang utang piutang
• Dokumen perjanjian kerjasama
• Kuitansi dan catatan lain yang
dianggap perlu
Semua dokumen tersebut adalah
untuk memudahkan dalam kaitannya
dengan penyusunan perencanaan
biaya operasional produksi sehingga
dapat diketahui dengan mudah
keuntungan optimal dari perusahaan
tersebut.
3. Penyusunan Cash Flow dan
Proposal
Dalam
kaitannya
dengan
perencanaan
biaya
operasional
produksi, cash flow dan proposal
merupakan dua hal yang serat
kaitannya dengan kelayakan suatu
usaha/produksi yang akan dilakukan.
Cash flow adalah tahapan dana yang
dikeluarkan
serta
mengalir
berdasarkan waktu yang ditentukan
serta jumlahnya sesuai dengan
tahapan waktu serta keperluan
produksi.
Pada cash flow dapat
dilihat pada bulan atau tahun berapa
produksi mencapai titik impas (break
even point) dan pada bulan atau
tahun berapa keuntungan optimal
bisa dicapai. Sedangkan proposal
berguna untuk mendapatkan dana
baik pinjaman dari perbankan,
koperasi, maupun investor yang mau
menanamkan
modalnya
dalam
kegiatan produksi tersebut. Berikut
ini dapat dilihat contoh format cash
flow dan proposal yang dapat
dilakukan dalam menyusun biaya
operasional produksi.
.
464
Contoh format cash flow
NO.
A.
1.
2.
3.
B.
1.
2.
C.
D.
E.
URAIAN
1
TAHUN
3
2
4
5
Sumber Dana
Modal investasi
Modal operasional
Hasil penjualan
JUMLAH
Penggunaan Dana
Investasi
Operasional
a. Biaya tetap
b. Biaya variabel
c. Bunga bank
d. Pengembalian
JUMLAH
Balance (A – B)
Kas Awal
Kas Akhir
Contoh Format Proposal
1. Gambaran umum, yang meliputi
antara lain :
• Biodata pengusaha
• Alamat usaha
• Alamat pemilik
• Data usaha, meliputi :
ƒ Sektor usaha
ƒ Jenis produksi
ƒ Tahun mulai produksi
ƒ Usaha lain
2. Hubungan dengan perbankan
• Sebagai pemilik rekening
• Sebagai pemilik tabungan
• Sebagai nasabah/peminjam
• Data
yang
diperlukan,
meliputi : Nama Bank, Nomor
rekening, dan Fasilitas yang
sedang dinikmati
3. Aspek legalitas
• Ijin domisili usaha
• Surat Ijin Usaha Perusahaan
(SIUP)
•
Surat
tanda
pendaftaran
industri kecil
• Nomor Peserta Wajib Pajak
(NPWP)
• Kartu penduduk
• Kartu keluarga
4. Aspek manajemen
• Riwayat
pengelola
perusahaan
• Susunan
organisasi
perusahaan, yang meliputi
susunan :
ƒ Ketua
ƒ Wakil ketua
ƒ Sekretaris
ƒ bendahara
• Sistem pengendalian
ƒ Keuangan
ƒ Produksi
ƒ pemasaran
5. Aspek teknis produksi
• Gambaran tentang produk
• Teknis produksi
465
•
•
Lokasi
Fasilitas
yang
sekarang
digunakan
• Tenaga kerja
6. Aspek pemasaran
• Segmen pasar
• Target/sasaran produksi
• Omset penjualan
• Perkembangan pasar
• System pemasaran dan cara
pembayaran
7. Aspek keuangan
• Rincian
biaya
investasi,
modal kerja, struktur biaya
(biaya
produksi
dan
operasional produksi, rincian
investasi/penyusutan)
• Penjualan
• Cash flow dan kelayakan
usaha
• Analisa rugi laba
8. Kelayakan usaha
• Pemasaran
• Penggunaan teknologi
• Kelayakan bahan baku
• Profitabilitas, yang meliputi :
ƒ Net Present Value (NPV)
ƒ Internal Rate Return (IRR)
ƒ Return On Invesment
(ROI)
ƒ Payback Period (PP)
Catatan :
NPV dan IRR dilakukan apabila
kegiatan usaha dilakukan lebih dari
satu tahun, namun kalau kurang dari
satu tahun analisa usaha cukup
menggunakan R/C atau B/C serta
Break Event Point (BEP).
Perencanaan studi kelayakan yang
baik akan menentukan keberhasilan
usaha
selanjutnya.
Pada
perencanaan studi kelayakan yang
dituangkan dalam usaha meliputi :
Aspek Umum
dan
Legalilitas,
Pemasaran, Teknik Perencanaan,
Manajemen dan Organisasi, serta
Keuangan.
Studi
kelayakan
biasanya merupakan usaha jangka
panjang yang memerlukan investasi
yang cukup tinggi. Kajian yang
meliputi aspek umum dan legalitas,
pemasaran, teknik perencanaan,
serta keuangan merupakan suatu
rangkaian yang tertuang
dalam
bentuk proporsal.
Di mana
proporsal ini sebagai bahan untuk
memberi gambaran tentang asset
dari perusahaan yang akan dibuat
guna mendapatkan modal
dari
lembaga perbankan atau pengusaha
lain yang punya modal
ingin
menanam di perusahaan yang
bersangkutan.
Hal tersebut butuh
perencanaan
yang matang agar
pelaksanaan
berjalan
lancar
sesuai
yang
diinginkan. Untuk itu tentunya perlu
ada
perencanaan
biaya.
Perencanaan
biaya operasional
produksi adalah perumusan usaha
yang dilakukan
dalam kaitannya
dengan menghitung biaya yang
diperlukan selama produksi itu
berlangsung.
Investasi sifatnya
tetap oleh sebab itu biaya investasi
disebut juga biaya tetap (fixed cost)
sedangkan
biaya operasional
sifatnya berubah ubah dan sering
pula disebut biaya variabel (variabel
Cost).
Kedua
biaya
tersebut
diperlukan
untuk
menghitung
keuntungan yang diperoleh dalam
kegiatan
produksi,
laporan
keuangan yang menyangkut analisa
rugi laba, serta analisa lain seperti :
kapan usaha tersebut mengalami titik
466
impas (BEP) serta menghitung RC
dan B/C Ratio dan termasuk dalam
perencanaan
biaya
operasional
produksi.
Hal-hal yang perlu di dimasukan
dalam
perencanaan
biaya
operasional untuk budidaya ikan
antara lain adalah :
1. Kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan
dalam
kegiatan
produksi erat kaitannya dengan
penggunaan
metode
perencanaan biaya operasional
produksi
2. Penyusunan perencanaan biaya
operasional produksi
3. Pengadministrasian
perencanaan biaya operasional
produksi
Perencanaan Produksi
Langkah awal dalam pelaksanaan
proses
produksi
adalah
merencanakan produk atau komoditi
apa yang akan diusahakan, misalnya
: komoditi ikan mas, ikan nila, ikan
hias, dan lain-lain, dengan harapan
produk tersebut dapat dipasarkan,
serta
hasilnya
memberikan
keuntungan, juga dapat berlangsung
dalam jangka panjang. Perencanaan
produk
ini
bukan
hanya
merencanakan fisik produk saja,
tetapi juga proses-proses yang
memungkinkan
produk
tersebut
terwujud, yakni :
• produk yang akan di hasilkan
harus
yang
memungkinkan
disenangi dan sesuai dengan
selera konsumen, contohnya
untuk ikan hias koki banyak
pilihan yang bisa ditawarkan,
misalnya : red head, slayer, black
moli, dan lain-lain,
•
•
•
produk yang dihasilkan terdiri dari
bagian yang mana, apakah
berupa benih, ikan konsumsi atau
yang lainnya,
persyaratan produk yang akan
dihasilkan harus sesuai dengan
mutu produk yang dinginkan
konsumen
penentuan pengujian mutu yang
dihasilkan, seperti : ukuran,
kesehatan, dan lain-lain.
Pelaksanaan Produksi
Sebelum
tahap
pelaksanaan
produksi dilakukan perlu diperhatikan
apakah sarana (input) produksi yaitu
5 M (man, money, machine, material,
and method) sudah tersedia, karena
kegiatan produksi merupakan aliran
yang dimulai dari input sampai
dengan proses. Secara sederhana
kegiatan
produksi
dapat
digambarkan sebagai berikut :
Masukan
(Input)
Proses
Hasil
(Output)
Penentuan Bahan
Setelah penentuan produk yang
akan dihasilkan, langkah selanjutnya
adalah penentuan atau pemilihan
bahan baku yang akan digunakan,
misalnya induk ikan yang harus
disediakan dan jenis pakan yang
akan
digunakan,
agar
proses
produksi dapat berjalan dengan
lancar. Dengan demikian diharapkan
produk yang dihasilkan sesuai
dengan mutu yang diharapkan oleh
konsumen, sehingga akhirnya dapat
mendatangkan keuntungan yang
467
yang
memungkinkan
berkembang dengan baik.
usaha
Beberapa
persyaratan
dalam
memilih bahan baku seperti : ikan,
induk ikan, pakan ikan dan lain-lain
yaitu :
1. Ikan yang dipilih sebaiknya ikan
yang mudah dipelihara, atau bila
usaha itu merupakan usaha
pembenihan
ikan
maka
sebaiknya ikan yang dipilih
adalah ikan yang mudah dalam
pemijahannya, serta diharapkan
dalam pelaksanaannya cukup
menggunakan peralatan yang
tersedia, sehingga kemungkinan
besar biaya produksi akan lebih
ringan.
2. Bahan baku yang disediakan
harus yang berkualitas, karena
untuk memperoleh suatu hasil
produksi yang baik dibutuhkan
bahan baku yang baik pula,
misalnya
untuk
memperoleh
benih yang baik diperlukan induk
ikan yang baik pula.
3. Bahan baku yang disediakan
hendaknya
yang
mudah
diperoleh, artinya bila sewaktuwaktu memerperlukan bahan
baku tersebut secara mendadak
maka dapat dengan mudah
diperoleh
atau
tidak
perlu
menunggu
lama,
sehingga
proses produksi tidak terhambat
atau terganggu.
4. Bahan baku yang tersedia
hendaknya yang relatif murah,
dengan demikian diharapkan
usaha yang dijalankan dapat
mendatangkan keuntungan yang
lebih besar.
Penyediaan Peralatan
Setelah proses produksi ditentukan
langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah memilih peralatan
yang akan digunakan untuk proses
produksi. Dalam pemilihan peralatan
perlu
dipertimbangkan
faktor
ekonomi dan faktor teknis dari
peralatan tersebut.
Pertimbangan
ekonomis, yaitu pertimbangan yang
berhubungan dengan biaya-biaya
yang
akan
dikeluarkan
untuk
pengadaan,
penggunaan
dan
perawatan tersebut.
Sedangkan
pertimbangan
teknis,
yaitu
pertimbangan yang berhubungan
dengan sifat teknis dari peralatan
tersebut, antara lain : kapasitas
peralatan, keserbagunaan peralatan,
ketersediaan
suku
cadang,
kemudahan
untuk
memperbaiki
(konstruksi sederhana).
Berdasarkan proses produksi yang
telah ditentukan, peralatan yang
dipakai, dan cara kerja yang
ditentukan, maka dapat ditentukan
pula tata letak (lay out) peralatan.
Dalam menentukan tata letak
peralatan ada 7 (tujuh) prinsip dasar
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. prinsip integrasi, artinya tata letak
yang
baik
harus
dapat
diintegrasikan dengan seluruh
faktor produksi seperti tenaga
kerja,
bahan,
mesin,
dan
perlengkapan lainnya sehingga
dapat menghasilkan kerja sama
yang harmonis,
2. prinsip memperpendek gerak,
3. prinsip
memperlancar
arus
pekerjaan yang dapat menjamin
kelancaran arus bahan tanpa
hambatan,
468
4. prinsip penggunaan ruangan
yang efektif dan efisien,
5. prinsip
keselamatan
dan
kepuasan pekerjaan,
6. prinsip keluwesan, yaitu dapat
disesuaikan dengan keadaan jika
diperlukan adanya perubahanperubahan, dan
7. prinsip
proses
produksi
berkesinambungan
dan
intermitten.
Tata letak peralatan yang baik
adalah adalah bila peralatan dan
tempat
penyimpanan
disusun
urutannya
sesuai
dengan
keterkaitannya. Tata letak yang baik
adalah memungkinkannya mobilitas
orang-orang yang bekerja di ruang
tersebut tidak terganggu, sehingga
tidak mengurangi efisiensi dan
efektifitas pekerjaan.
Penentuan Kebutuhan Tenaga
Kerja
Untuk menentukan apakah kita
membutuhkan tenaga kerja atau
tidak, maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Apakah seluruh kegiatan dalam
pelaksanaan usaha tersebut
dapat kita lakukan sendiri
2. Bila ”tidak” berarti kita harus
merekrut tenaga kerja sesuai
dengan tingkat kebutuhan
3. Lalu apakah keuangan usaha
kita mampu memberikan upah
bagi tenaga kerja tersebut,
ataukah
kita
menggunakan
anggota keluarga kita sendiri.
Apabila kita sudah memutuskan
untuk menggunakan tenaga kerja,
terlepas dari tenaga kerja tersebut
merupakan tenaga kerja upahan
atau keluarga (pekerja keluarga),
maka pertimbangan berikut yang
perlu dilakukan adalah :
1. Jenis
pekerjaan/jabatan
apa
yang akan mereka isi
2. Apa persyaratan yang harus
dipenuhi
untuk
mengisi
pekerjaan/jabatan tersebut, dan
3. Berapa jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan
Agar pelaksanaan kegiatan usaha
sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan serta hasil yang diperoleh
sesuai dengan yang diharapkan,
maka perlu dilakukan pengendalian
terhadap berbagai hal yang berkaitan
dengan kelancaran usaha tersebut.
Pengendalian tersebut terdiri dari
pengendalian bahan, pengendalian
peralatan,
pengendalian
tenaga
kerja, pengendalian biaya dan
pengendalian kualitas. Selanjutnya
akan diuraikan secara detail tentang
setiap aspek dalam pengendalian
tersebut agar kegiatan usaha
budidaya ikan dapat berjalan sesuai
rencana
dan
menguntungkan
sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi para pembudidaya ikan
yang menggantungkan hidupnya dari
uasaha budidaya ikan ini.
1. Pengendalian Bahan
Pengendalian bahan yang biasa
digunakan dalam proses produksi
pada
umumnya
terdiri
dari
pengendalian penggunaan bahan
dan pengendlian persediaan bahan.
Pengendalian
semacam
ini
merupakan suatu pengendalian yang
dilakukan
agar
bahan
dapat
digunakan secara efektif dan efisien,
sehingga
dapat
menekan
kemungkinan risiko kerugian.
469
Bahan perlu disediakan secukupnya,
dengan kata lain bila persediaan
bahan yang terlalu banyak akan
mengakibatkan penggunaan modal
yang tidak efisien, sebaliknya bila
bahan yang disediakan terlalu sedikit
akan mengganggu kelangsungan
kegiatan produksi, kerena bisa terjadi
kehabisan
persediaan
bahan
sebelum waktunya.
Kejadian ini
dapat menyebabkan peningkatan
biaya produksi. Selain itu bila bahan
yang diperlukan tersedia dalam
jumlah yang cukup serta waktu yang
tepat maka pengendaliannya akan
lebih
mudah,
karena
tidak
memerlukan gudang penyimpanan
yang yang besar dan waktu
penyimpanan yang lama. Jadi halhal yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian persediaan bahan,
antara lain : jumlah, macam, syaratBanyak
kali
Pesan
1x
2x
3x
4x
5x
6x
Jumlah
yang
Dipesan
8.000
4.000
2.000
1.000
500
250
syarat bahan yang diperlukan untuk
proses
produksi,
tatalaksana
penerimaan,
tatalaksana
penyimpanan,
tatalaksana
pengeluaran barang, menentukan
saat yang tepat untuk melakukan
pemesanan bahan, dan menentukan
jumlah
pesanan
yang
paling
ekonomis.
Untuk menentukan jumlah pesanan
yang ekonomis (economic ordering
quality) dapat dilakukan seperti pada
contoh kasus di bawah ini.
Suatu usaha pembesaran ikan di
jaring apung sebanyak 1 unit (4
kolam) memerlukan pakan untuk
satu kali periode produksi sebanyak
8 ton. Bila biaya sekali pesan Rp.
5.000,- dan biaya penyimpanan Rp.
500 per kilogram, maka :
Rata-rata
Barang
Biaya
Penyimpanan
4.000
2.000
1.000
500
250
125
2.000.000
1.000.000
500.000
250.000
125.000
62.500
Penjelasan :
Jika jumlah yang dipesan 1x untuk
memenuhi kebutuhan satu kali
periode pemeliharaan, maka jumlah
pakan yang harus dipesan sebanyak
Biaya
Pesanan
Biaya Total
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2.005.000
1.010.000
515.000
270.000
150.000
92.500
8.000 kg.
Jadi rata-rata jumlah
barang yang harus disimpan di
gudang sebanyak 8.000 kg : 2 =
4.000 kg, maka :
Biaya penyimpanan 4.000 kg x Rp. 500,- = Rp. 2.000.000,Biaya satu kali pesan
= Rp.
5.000,Biaya total
= Rp. 2.005.000,-
470
Demikian
pula
dengan
cara
perhitungan untuk 2 kali pesan, 3 kali
pesan, dan seterusnya.
2. Pengendalian Peralatan
Pengendalian
peralatan
juga
termasuk
hal
penting,
karena
merupakan aset yang utama dalam
suatu usaha.
Manfaat dari
pengendalian peralatan, antara lain
adalah :
• proses produksi akan sesuai
dengan jadwal yang telah
ditetapkan
• peralatan yang diperlukan sudah
tersedia dalam keadaan siap
pakai
• terjaganya
peralatan
dalam
kondisi baik,
• berjalannya
proses
produksi
dengan baik sehingga dengan
demikian dapat terhindar dari
kemungkinan risiko kerugian.
3. Pengendalian Tenaga Kerja
Agar pelaksanaan proses produksi
dapat berjalan sesuai dengan jadwal
kegiatan yang telah ditetapkan harus
disiapkan, maka perlu disiapkan pula
tenaga kerja sesuai dengan yang
diperlukan.
Hal-hal yang perlu
disiapkan berkaitan dengan tenaga
kerja ini, adalah : jumlah tenaga kerja
yang
diperlukan,
syarat-syarat
ketrampilan, rencana latihan yang
diperlukan, menciptakan semangat
dan gairah kerja dengan jalan
penentuan gaji/ upah, serta kondisi
kerja yang baik dalam rangka
perawatan tenaga kerja yang baik.
4. Pengendalian Biaya
Kegiatan pengendalian biaya perlu
dilakukan agar biaya untuk membuat
barang sesuai dengan rencana yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
Seandainya
ada
penyimpangan
biaya dari yang sudah direncanakan,
maka
hal
itu
sudah
harus
diperhitungkan
sebelumnya.
Pengendalian biaya dapat dilakukan
melalui 4 (empat) langkah, yaitu :
1. menetapkan standar untuk biayabiaya kegiatan produksi
2. membandingkan biaya standar
dengan
biaya
yang
sesungguhnya
3. menetapkan
bagian
yang
bertanggung
jawab
untuk
menangani
jika
terjadi
penyimpangan, dan
4. melaksanakan tindakan untuk
mengurangi atau mengakhiri
penyimpangan
Setiap tahapan produksi selalu ada
biaya yang membuat biaya tersebut
lebih tinggi dari yang seharusnya,
penyebab tingginya biaya tersebut
antara lain adalah pemakaian bahan
yang berlebihan, pemakaian jam
tenaga kerja yang berlebihan, dan
pemakaian dana untuk investasi
yang berlebihan. Pemakaian yang
berlebihan
tersebut
dinamakan
pemborosan
(waste).
Untuk
mengatasi pemborosan tersebut
dapat diatasi melalui beberapa
langkah sebagai berikut :
1. Pembelian yang baik. Pembelian
bahan yang berkualitas baik
dengan harga yang lebih rendah
berarti menekan biaya bahan.
Harga
yang
murah
memungkinkan pembelian bahan
dalam jumlah yang banyak,
471
2.
3.
4.
5.
sehingga dapat dihasilkan produk
jadi lebih banyak pula.
Menekan pemborosan bahan.
Usahakan agar bahan yang
digunakan
sesuai
dengan
kebutuhan sehingga mengurangi
bahan yang terbuang, misalnya
cara
memberi
pakan
ikan
diusahakan jangan sampai ada
pakan yang tidak termakan
karena ikan sudah kenyang, tapi
pakan tetap masih diberikan.
Menekan hasil produksi yang
tidak baik atau cacat. Dari sekian
banyak produksi mungkin ada
yang tidak baik atau cacat akibat
kesalahan manusia, oleh karena
itu
hindari
dengan
cara
menerapkan disiplin kerja yang
selalu mematuhi prosedur kerja
yang sesuai dengan persyaratan
teknis.
Menekan biaya tenaga kerja.
Menekan biaya tenaga kerja
artinya menekan jam kerja yang
berlebihan karena jam kerja
menentukan upah yang harus
dibayarkan.
Jam kerja yang
berlebihan bisa terjadi karena
tenaga kerja tersebut kurang
efisien,
misalnya
mobilitas
pekerja terganggu akibat dari
tataletak peralatan yang kurang
baik.
Menekan biaya sediaan. Biaya
sediaan
sebaiknya
ditekan
serendah
mungkin,
karena
semakin besar biaya sediaan
maka
semakin
besar
kemungkinan biaya lain yang
harus
ditanggung
oleh
perusahaan, misalnya : bunga
pinjaman,
asuransi,
sewa
gudang, risiko kerusakan barang,
dan opportunity cost yang
sebetulnya bila di simpan di bank
akan
menghasilkan
bunga
dengan
risiko
minimum.
Meskipun
demikian
bahan
sediaan harus tetap ada karena
untuk
menjamin
kontinuitas
produksi.
5. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan
usaha
memepertahankan
dan
memperbaiki
kualitas
produk.
Pengendalian kualitas bertujuan agar
hasil atau produk sesuai dengan
spesifikasi yang telah direncanakan
(memuaskan
konsumen).
Pengendalian
kualitas
dapat
dilakukan dalam 4 (empat) langkah,
yaitu :
1. menentukan standar kualitas
produk
2. menilai
kesesuaian
produk
dengan standar
3. mengadakan tindakan koreksi
4. merencanakan perbaikan secara
terus menerus untuk meniali
standar yang telah ditetapkan
Pengendalian
kualitas
pada
dasarnya adalah suatu kegiatan
terpadu antar bagian perusahaan,
yaitu :
• bagian pemasaran, mengadakan
penilaian-penilaian
tingkat
kualitas yang dikehendaki oleh
para konsumen,
• bagian
perencanaan,
merencanakan model produk
sesuai dengan spesifikasi yang
disampaikan
oleh
bagian
pemasaran,
• bagian pembelian bahan, memilih
bahan sesuai dengan spesifikasi
yang
diminta
oleh
bagian
perencanaan,
472
•
bagian
produksi,
memilih
peralatan yang akan digunakan
dan melakukan proses produksi
sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.
Kegiatan Budidaya Ikan saat ini
merupakan salah satu usaha yang
sangat menjanjikan bagi masyarakat.
Segmen usaha budidaya ikan
berdasarkan proses produksinya
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
usaha pembenihan ikan, usaha
pendederan
ikan
dan
usaha
pembesaran
ikan.
Usaha
pembenihan ikan merupakan suatu
usaha perikanan yang keluarannya
(output) adalah benih ikan. Usaha
pembesaran ikan merupakan suatu
usaha perikanan yang keluarannya
(output) adalah ikan yang berukuran
konsumsi. Usaha pendederan ikan
merupakan suatu usaha perikanan
yang keluarannya (output) adalah
benih ikan tetapi ukurannya lebih
besar dari output pembenihan.
Komoditas yang dipilih dalam usaha
budidaya ikan sangat bergantung
pada permintaan pasar, lingkungan
dan
aspek
teknis
lainnya.
Berdasarkan
komoditas
usaha
perikanan budidaya dikelompokkan
menjadi usaha budidaya ikan air
tawar, usaha budidaya ikan air payau
dan usaha budidaya ikan air laut.
Suatu usaha secara umum dikatakan
baik apabila usaha tersebut sehat,
menguntungkan,
dan
mampu
melakukan investasi-investasi secara
jangka pendek dan jangka panjang.
Dengan demikian suatu usaha harus
layak ditinjau dari aspek finansial,
aspek
finansial
ini
terutama
menyangkut perbandingan antara
pengeluaran
(biaya)
dengan
pendapatan (revenue earning) dari
aktivitas
usaha,
serta
waktu
didapatkannya hasil (returns).
Biaya adalah jumlah korbanan
(input)
yang diperlukan
untuk
menghasilkan suatu produk (output)
dalam suatu kegiatan
produksi.
Berdasarkan
pengelompokkannya
biaya terdiri dari dua bagian yaitu
biaya
investasi
dan
biaya
operasional. Biaya investasi adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan
mulai kegiatan itu berlangsung
sampai kegiatan
tersebut mulai
berjalan contohnya : pendirian
bangunan, pembelian peralatannya,
tenaga kerja yang berhubungan
biaya investasi, survey. Sedangkan
biaya operasional adalah seluruh
biaya yang
dikeluarkan selama
produksi itu berlangsung : misalnya :
pembelian induk, tenaga kerja, biaya
listrik dan air, bahan bakar, over
head cost dan lain-lain (Tabel 9.1
dan Tabel 9.2).
473
Tabel 9.1. Biaya investasi Usaha Pembenihan Ikan Gurami (Effendi, 2002)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Jenis barang
Bangunan
Sumur
Pompa air&pipa
Rumah jaga
Induk Ikan
Hapa
Telepon
Baskom
Serok
Ember
Tabung oksigen
Blower
Selang sipon
Selang aerasi
Sendok
Akuarium
Rak akuarium
Termometer
Gayung
Pipa udara
Saringan
Total
Jumlah
satuan
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
44 ekor
1 unit
1 unit
6 buah
5 buah
2 buah
1 unit
1 unit
3 buah
1 meter
5 buah
36 unit
3 unit
1 buah
2 buah
10 btg
2 buah
Total Biaya
(Rp)
20.000.000
1.000.000
400.000
2.500.000
2.200.000
50.000
1.200.000
45.000
25.000
15.000
600.000
1.500.000
7.500
15.000
7.500
3.600.000
1.800.000
15.000
6.000
90.000
40.000
35.116.000
Umur
ekonomis
(Tahun)
10 tahun
10 tahun
5 tahun
10 tahun
5 tahun
5 tahun
10 tahun
5 tahun
2 tahun
2 tahun
10 tahun
10 tahun
2 tahun
2 tahun
10 tahun
10 tahun
10 tahun
6 tahun
2 tahun
5 tahun
1 tahun
Nilai sisa
(Rp)
Penyusutan
Pertahun (Rp)
1.500.000
0
40.000
0
15.000
5.000
0
0
0
1.500
600.000
150.000
0
0
750
360.000
0
0
0
0
0
1.850.000
100.000
72.000
250.000
437.000
9.000
120.000
9.000
12.500
6.750
0
135.000
3.750
7.500
675
324.000
180.000
2.500
3.000
18.000
40.000
2.672.250
3.580.675
474
Tabel 9.2. Biaya Operasional Usaha Pembenihan Ikan Gurami (Effendi, 2002)
Biaya Tetap
Telepon
Sewa kolam
Administrasi
Listrik
Gaji Karyawan
Tunjangan
PBB
Penyusutan
Jumlah Biaya Tetap
3 bulan (Rp)
225.000
500.000
75.000
375.000
4.800.000
1.600.000
9.000
7.584.000
1 Tahun (Rp)
900.000
2.000.000
300.000
1.500.000
19.200.000
1.600.000
36.000
3.580.675
29.116.675
Biaya Variabel
Pellet
Pakan Larva
Kutu air
Cacing sutera
Pupuk kandang
Kapur
Pupuk urea
Ijuk
Obat-obatan
Oksigen
Plastik packing
Karet gelang
Jumlah biaya variabel
3 bulan (Rp)
950.400
346.500
375.000
375.000
7.500
3.750.
700
45.000
50.000
60.000
10.000
2.500
2.226.350
1 Tahun (Rp)
3.801.600
1.386.000
1.500.000
1.500.000
7.500
3.750
700
180.000
200.000
240.000
40.000
10.000
8.869.550
Total Biaya Operasional
Untuk
mengetahui
secara
komprehensif tentang kriteria layak
atau tidaknya suatu aktivitas usaha
dapat
digunakan
lima
kriteria
investasi, yaitu : Payback Period,
Benefit Cost Ratio (BCR), Net
Present Value (NPV), Net Benefit
Cost Ratio (Net BCR), dan Internal
Rate of Return (IRR). Namun tiga
kriteria terakhir yang umum dipakai
dan dipertanggungjawabkan untuk
penggunaan-penggunaan tertentu.
Sebaliknya dua kriteria pertama
didasarkan atas salah pengertian
tentang sifat dasar biaya sehingga
37.986.225
tidak menyebabkan kekeliruan dalam
urutan peluang investasi.
Kedua
kriteria ini sering tidak dianjurkan
untuk dipergunakan (Ernan R., S.
Saefulhakim, dan D.R. Panuju,
2007).
Unsur-unsur penting dalam analisis
kelayakan finansial adalah harga,
pajak, subsidi, dan bunga. Dalam
analisis finansial, harga yang dipakai
adalah
harga
pasar,
pajak
diperhitungkan
sebagai
biaya,
subsidi dinilai mengurangi biaya (jadi
merupakan benefit). Bunga dalam
475
analisis finansial dibedakan atas
bunga yang dibayarkan kepada
orang-orang luar dan bunga atas
modal sendiri (imputed atau paid to
the entily). Bunga yang dibayarkan
kepada
orang-orang
yang
meminjamkan
uangnya
pada
kegiatan usaha dianggap sebagai
cost. Bunga atas modal sendiri tidak
dianggap sebagai biaya karena
bunga merupakan bagian dari
finansial returns yang diterima.
Selain
kriteria
investasi
yang
digunakan untuk melihat kelayakan
finansial suatu usaha adalah jangka
waktu pengembalian modal dengan
cara menghitung titik impas (Break
Event Point). Perhitungan titik impas
ini dilakukan untuk mengetahui
jangka waktu pengembalian modal
usaha atau untuki mengetahui
volume produksi (nilai penjualan)
minimal yang harus dicapai agar
kegiatan usaha tidak mengalami
kerugian atau penghasilan penjualan
yang diterima dikurangi biaya yang
dikeluarkan sama dengan nol.
10.2. Net Present Value
(NPV)
NPV merupakan nilai sekarang dari
suatu usaha dikurangi dengan biaya
sekarang pada tahun tertentu.
Dimana :
Bt
=
Ct
=
I
T
=
=
Seleksi formal terhadap NPV adalah
bila nilai NPV bernilai positif berarti
usaha tersebut layak dan sudah
melebihi Social Opportunity Cost of
Capital
sehingga
usaha
ini
diprioritaskan pelaksanaannya, bila
NPV bernilai 0 berarti usaha tersebut
masih
layak
dan
dapat
mengembalikan
persis
sebesar
Social Opportunity Cost of Capital,
dan bila nilai NPV bernilai negatif
maka sebaiknya usaha tersebut
jangan diteruskan.
NPV menghitung nilai sekarang dari
aliran kas yaitu merupakan selisih
antara Present Value (PV) manfaat
dan Present Value (PV) biaya. Jadi
jika nilai NPVnya positif (lebih dari 0)
artinya
nilai
bersih
sekarang
menggambarkan keuntungan dan
layak diaksanakan, namun bila nilai
NPVnya sama dengan 0 artinya
usaha tersebut tidak untung dan
tidak rugi (marginal), sehingga usaha
diteruskan atau tidak terserah
kepada
pengambil
keputusan,
sedangkan bila nilai NPVnya negatif
(kurang dari 0) artinya usaha
tersebut merugikan sehingga lebih
baik tidak dilaksanakan.
Rumus kriteria investasi ini adalah
sebagai berikut :
manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu
usaha pada time series (tahun, bulan, dan sebagainya)
ke-t (Rp)
Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu
usaha pada time series ke-t tidak dilihat apakah biaya
tersebut dianggap bersifat modal (pembelian
peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya (Rp)
Merupakan tingkat suku bunga yang relevan
Periode (1, 2, 3,……………, n)
476
10.3. Net Benefit Cost
Ratio (NBC ratio)
BC ratio (BCR) merupakan cara
evaluasi
usaha
dengan
membandingkan
nilai
sekarang
seluruh hasil yang diperoleh suatu
usaha dengan nilai sekarang seluruh
biaya usaha. Seleksi formal BCR
adalah bila BCR lebih besar dari 0
(BCR > 0) maka usaha tersebut
menggambarkan keuntungan dan
layak dilaksanakan, namun bila BCR
sama dengan 0 (BCR = 0) maka
usaha tersebut tidak untung dan
tidak rugi (marjinal) sehingga usaha
tersebut dilanjutkan atau tidak
terserah
pengambil
keputusan,
sedangkan bila BCR kurang dari 0
(BCR < 0) maka usaha tersebut
merugikan sehingga tidak layak
untuk dilaksanakan.
Rumus BCR dapat ditulis sebagai
berikut :
n
B/C =
∑ B I (1 + i)
t
∑ C I (1 + i)
t
t =1
n
t =1
t
t
Dimana :
B = Nilai seluruh hasil
C = Nilai seluruh biaya
Net BCR adalah 
Download