Air sebagai Media Budiday Ikan

advertisement
Ima Yudha Perwira





Air adalah satu-satunya benda di atas bumi ini yang dalam
kondisi sehari-hari dapat kita jumpai dalam 3 ujud sekaligus:
cair (air), gas (uap air) dan padat (es).
Air merupakan media hidup ikan dan hewan air lainnya.
Secara umum kualitas air berhubungan dengan kandungan
bahan terlarut didalamnya.
Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan
kelayakannya.
Setiap mahluk hidup memerlukan kandungan bahan terlarut
yang berbeda, sehingga kualitas airpun bersifat relatif bagi satu
mahluk hidup ke mahluk hidup yang lain.
Tidak semua bahan terlarut dalam air berbahaya bagi
kehidupan ikan, beberapa diantaranya justru sangat
diperlukan dan wajib ada.
 Bahan tersebut adalah oksigen dan untuk tumbuhan air
karbon dioksida diperlukan kehadirannya.
 Sedangkan untuk penghuni air laut kalsium sangat
diperlukan.
 Bahan terlarut lain yang diketahui tidak menguntungkan dan
bahkan beracun adalah amonia. Nitrat sampai tahap
tertentu berakibat buruk pada ikan, Begitu juga dengan
beberapa kandungan logam berat.

Satu bahan yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari
tetapi sangat fatal bagi ikan adalah klorin. Bahan ini kerap
ditemukan dalam air olahan suatu perusahaan air minum
yang sering dipergunakan sebagai salah satu sumber air.
 Air untuk keperluan kehidupan ikan, tanaman dan komunitas
air lainya sering dinyatakan dengan parameter umum sbb:
suhu (temperatur), DO, salinitas, pH, dsb.


Salinitas. Adalah jumlah total garam terlarut yang terukur
dalam sampel air dalam satuan ppt (part per thausand).
Garam lautan berasal dari garam di pegunungan yang
terbawa oleh aliran air hujan dan sungai. Satuan ppt artinya
bagian per seribu. Sedangkan air payau adalah air yang
rasanya setengah asin setengah tawar, atau mempunyai
salinitas 15-25 ppt. Setiap jenis ikan mempunyai salinitas
optimal untuk hidupnya. Salinitas yang baik untuk budidaya
udang windu adalah 15-22 ppt, sedangkan untuk udang putih
20-30 ppt.


DO (Dissolved Oxygen). Memegang peranan penting bagi mahluk
hidup. Kebutuhan oksigen dipenuhi dengan oksigen yang terlarut
dalam air, maupun langsung dari udara pada beberapa jenis hewan
tertentu (misalnya lele). Ikan dan udang memerlukan oksigen untuk
menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi
dan lain-lain.
Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan dalam satuan ppm
(part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk
budidaya adalah 4 – 7,5 ppm. Sumber DO air berasal dari udara
melalui proses difusi dan dari proses fotosintesis tumbuhan dalam
air. Besar-kecilnya DO ditentukan oleh temperatur air dan udara,
jumlah tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun
dalam bentuk phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen
Demand (BOD).
Derajat Keasaman (pH). Tingkat keasaman air dinyatakan
dalam pH air. Besarnya pH air yang optimal untuk kehidupan
ikan dan udang adalah 6,5 – 8 (netral), karena pada kisaran
tersebut menunjukkan imbangan yang optimal antara
oksigen dan karbondioksida serta berbagai mikrooranisme
yang merugikan sulit berkembang. Kondisi pH air dapat
berubah-ubah selama budidaya, hal ini yang berakibat
buruk bagi ikan atau udang.
 Air yang pH-nya terlalu rendah (asam) dapat menyerap
fosfat yang berperan dalam kesuburan air, sehingga
kesuburan kolam dapat menurun. Penurunan pH dapat
diatasi melalui pengapuran dengan dosis 100 – 250 kg/ha.



Alkalinitas. Adalah kapasitas air untuk menetralkan setiap
penambahan asam tanpa menurunkan pH. Alkalinitas
merupakan buffer (penahan) terhadap pengaruh pengasaman.
Alkalinitas disebabkan oleh adanya ion-ion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan ion-ion lain dalam jumlah
kecil.
Kecerahan Air. Kecerahan menunjukkan populasi plankton dan
kandungan material terlarut dalam air. Kecerahan yang baik
berkisar antara 30 – 40 cm, dimana populasi plankton cukup
ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah.
Pada awal budidaya, biasanya kecerahan air tinggi (50 cm
hingga dasar kolam) karena populasi plankton masih rendah
dan air masih bersih. Semakin lama kecerahan makin rendah
(hingga 10 cm). Untuk mempertahankan kecerahan yang ideal,
dilakukan ganti air baru secara rutin.
Suhu. Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan ikan
atau udang karena suhu air sangat berpengaruh terhadap
kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan ikan dan udang. Suhu ideal untuk
budidaya adalah 25 – 310 C. Jika suhu berfluktuasi secara
drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio
ikan.
 Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu
udara, cuaca dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang
besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif
konstan dibandingan dengan suhu udara, perbedaan suhu
air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C.

Suhu air akan mempengaruhi densitas/kepadatannya
(dalam gr/cm3). Perbedaan densitas air antara lapisan
atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya
stratifikasi air menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan
atas yang suhunya tinggi), hypolimnion (lapisan bawah yang
dingin) dan thermocline (lapisan antara keduanya yang
suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh
kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.
 Kedalaman air. Untuk kolam budidaya, kedalaman air yang
ideal yaitu 70 – 120 cm. Air yang terlalu dangkal
menyebabkan perubahan suhu terlalu besar.


Jika air terlalu dalam mengakibatkan perbedaan suhu yang
menyolok antara air bagian atas dengan bagian bawah dan
sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah
sehingga pertumbuhan phytoplankton terhambat.
Salinitas air. Upaya rekayasa salinitas air media dapat
dilaksanakan dengan pencampuran antara air laut dan air
tawar.
 Formulasi yang digunakan untuk melakukan pencampuran
adalah sbb:
 Pengukuran salinitas air media dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Refraktometer.
 Menambah kedalaman kolam budidaya untuk menjaga
kestabilan salinitas.

DO (Dissolved Oxygen). Upaya rekayasa oksigen terlarut
dalam air media dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain sbb:
 Menjaga keseimbangan dan keberadaan fitoplankton di
kolam.
 Resirkulasi air lama dengan air yang baru (10-40%).
 Meningkatkan frekuensi pertemuan air dan udara untuk
meningkatkan proses difusi oksigen, dalam hal ini bisa
digunakan beberapa alat dan metode antara lain: aerator,
kincir air, penggunaan trap tangga di tepi kolam, dll.
 Menjaga kestabilan suhu (suhu mempengaruhi oksigen),
dengan cara menjaga volume air media.





Derajat Keasaman (pH). Umumnya permasalahan yang sering
terjadi pada kegiatan budidaya adalah rendahnya pH air media.
Pada dasarnya ada keterkaitan antara turunnya pH air dan
naiknya CO2 di dalam air. Rekayasa yang perlu dilakukan
pertama kali adalah dengan menaikkan kandungan oksigen
terlarut dalam air.
Namun jika upaya menaikkan oksigen terlarut tidak memberikan
hasil, dapat dilakukan upaya rekayasa dengan menambahkan
segala jenis bahan yang memiliki kandungan kalsium (Ca).
Contohnya: melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan
kulit kerang atau potongan batu kapur.
Dalam kasus tertentu, jika pH air kolam terlalu tinggi dapat
digunakan jenis kayu2an yang bersifat asam ke dalam kolam.
Contohnya: daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya
yang intinya memliki kemampuan menjerap kesadahan.



Suhu. Pengelolaan suhu air media budidaya terkait dengan banyak
faktor diantaranya: intensitas sinar matahari, volume air media,
keberadaan CO2, dll.
Mengatur kedalaman air, untuk menjaga agar air media dalam
volume yang cukup sehingga suhu fluktuasi suhu dapat diminimalisir.
Pada jenis kegiatan pembenihan dan pendederan dapat dilakukan
rekayasa faktor suhu dengan menutup bagian atas kolam dengan
menggunakan terpal, penutup atau ditempatkan secara indoor.
Download