karakterisasi azoreduktase dari bakteri pendegradasi zat warna azo

advertisement
No. Unit : 0837/S2 - TL/RPL/ 1997
KARAKTERISASI AZOREDUKTASE
DARI BAKTERI PENDEGRADASI ZAT
WARNA AZO
TESTS MAGISTER
oleh :
ANNI ROCHAENI H
253 95 015
Bidang Khusus Rekayasa Pengendalian Lingkungan
Program Magister Teknik Lingkungan
Program Pasca Sarjana
Institut Teknologi Bandung
1997
RINGKASAN
Zat warna sintetis banyak digunakan secara luas di berbagai proses
industri, seperti pada pwarnaan tekstil, kertas berwarna, dan foto
berwarna. Akan tetapi dalam proses pewarnaan dihasilkan sekitar 1050 % zat warna masuk dalam limbah, yang pads akhirnya masuk ke
lingkungan. Zat warna sintetis dirancang sebagai zat yang tetap stabil
(tahan) oleh panas dan selama pencucian. juga resisten terhadap
serangan mikroba. Karenanya zat warna tidak bisa didegradasi secara
biologis dengan pengolahan konvensional.
Penggolongan zat warna azo adalah penggolongan zat warna
berdasarkan kromofor. atau gugus yang menyebabkan molekul
menjadi berwarna. Zat warna azo ( - N = N -) merupakan golongan
zat warna yang paling banyak dipakai (60-75%), mempunyai
berbagai variasi jenis warna, mempunyai struktur yang besar,
sehingga sulit untuk didegradasi secara biologis. Zat warna azo
biasanya tidak bisa didegradasi pads kondisi aerobik karena
degradasi warna azo terjadi dengan adanya pemutusan / reduksi
ikatan azo, suatu proses yang melibatkan aktivitas mikroorganisme
anaerob. Akan tetapi dalam kondisi anaerob, ikatan azo dapat
direduksi menjadi senyawa aromatik amine atau sulphonated
aromatik, yang tidak berwarna tapi lebih beracun dan karsinogenik.
Penggolongan zat warna reaktif didasarkan pads cara proses
pewarnaan serat. Zat warna reaktif paling banyak menggunakan
kromofor azo.
Dengan melakukan proses isolasi dan adaptasi yang panjang
diperoleh bakteri yang mampu mendegradasi zat warna azo C.I.
Reaktif Orange 16 dan C.I. Reaktif Merah 3. Penggunaan sel secara
utuh untuk mendegradasi zat warna azo menunjukkan bahwa pads
konsentrasi warna tertentu terjadi efek inhibisi terhadap pertumbuhan
sel, sedangkan pola pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi Yeast Ekstrak yang diberikan. Temperatur optimum
diperoleh pada temperatur 20-30°C, sedangkan pH optimum pads pH
6-7.
Penelitian enzimologi dilakukan dengan pemecahan sel dan assay
dilakukan terhadal Cell-free Extract, Crude Membrane, dan Broken
Cells. Parameter kinetika enzimatik dihitung dengan Persamaan
Michaelis-Menten yang ditransformasikan oleh Lineweaver Burk.
Hasil penelitian enzimologi ini menunjukan bahwa enzim yang
terlibat merupakan enzim intraselular dalam sitoplasma sel dan
membran sel. pH optimum terdapat pads selang 7,1-8,1 sedangkan
temperatur optimum pads 30-40°C. Pembandingan penelitian
enzimologi dilakukan dengan menggunakan CFE dari jenis bakteri
yang lain, dan menunjukan bahwa aktivitasnya lebih baik dari bakteri
yang diteliti.
Identifikasi bakteri yang dilakukan diketahui bahwa bakteri yang
berperan adalah bakteri Bacillus sphaericus dan balteri pembandinh
Bacillus megaterium.
Download