RKT 2016

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2016
merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten
Purworejo Tahun 2016. Program dan kegiatan yang menjadi prioritas di tahun
2016
diarahkan
kepada
penyelesaian
pencapaian
tujuan
sebagaimana
diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Pelaksanaan pembangunan daerah disusun dalam suatu tahapan
tertentu untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan proses
pembangunan
serta
keterkaitan
antara
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.
Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan
yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang
akan dihadapi pada pelaksanaan tahun berjalan dengan RKPD, ditetapkan
prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program
dan
kegiatan
pokok
pembangunan
untuk
mencapai
sasaran-sasaran
pembangunan.
Prioritas pembangunan tahunan disusun berdasarkan kriteria :
a. Memiliki
dampak
yang
besar
terhadap
pencapaian
sasaran-sasaran
pembangunan sesuai tema pembangunan;
b. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga
langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;
c. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan, merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya;
d. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu
tahun.
Sebagai
dokumen
perencanaan
pembangunan
RKT
merupakan
pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
di mana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah. Dengan cakupan
dan cara penetapan tersebut, RKT mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
a.
Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat
seluruh kebijakan publik;
b.
Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat sasaran dan
prioritas pembangunan daerah satu tahun;
1
c.
Menciptakan
kepastian
kebijakan,
karena
merupakan
komitmen
Pemerintah Daerah
2 Dasar hukum
a. Peraturan
Pemerintah
Nomor
8
Tahun
2006
tentang
Pelaporan
Keuangan danKinerjaInstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4663);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasiaonal
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
d. PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata
Cara,Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4689);
e. Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah;
g. Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
dan
ReformasiBirokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, PelaporanKinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
3. Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah
Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen
pembangunan. Bersama-sama dengan perencanaan menjadi komponen
dalam siklus pelaksanaan pembangunan. Hasil evaluasi adalah merupakan
review atas segala hal yang mengarah pada sebuah keberhasilan maupun
2
kegagalan atas upaya yang telah dikerjakan.
keberadaannya
seandainya
dapat
menjadi
Menjadi sangat esensial
titik
tolak
pelaksanaan
pembangunan periode berikutnya.
Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purworejo menghasilkan
berbagai
pencapaian.
Pokok-pokok
hasil
capaian
pelaksanaan
pembangunan Kabupaten Purworejo disajikan dalam 2 kelompok besar
yaitu
Kondisi
Umum
Daerah
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Pembangunan.
1. Kondisi Umum Daerah
1.1 Aspek Geografi dan Demografi
1. Letak, luas dan batas wilayah
Secara
geografis,
Kabupaten
Purworejo
merupakan
bagian
dari
Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” 1100 8’ 20” Bujur Timur dan 7o 32’ – 7o 54” Lintang Selatan. Luas
wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari
+ 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara
:
Kabupaten Wonosobo dan Magelang
Sebelah timur
:
Kabupaten Kulon Progo, Propinsi
DIY
Sebelah
:
Samudra Indonesia
:
Kabupaten Kebumen
selatan
Sebelah barat
2. Kondisi Topografi
Kondisi kemiringan lereng atau lereng Kabupaten Purworejo dapat
dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu:
a. Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah
Kabupaten Purworejo,
b. Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno,
Bener, Loano, dan Bagelen,
c. Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah
Kabupaten Purworejo,
d. Kemiringan
>
40%
meliputi
sebagian
Kecamatan
Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.
3
Bagelen,
Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai
dengan 1.064 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi
Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut :
a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut.
b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan
ketinggian antara 25 – 1064 meter di atas permukaan air laut.
3. Kondisi Klimatologis
Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah
bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam
potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan
dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Rata-rata suhu udara di Purworejo antara 19–28oC dengan
curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun
hingga 3.720 mm/tahun.
Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering setiap
tahun maka curah hujan di Kabupaten Purworejo termasuk dalam
kategori tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut secara langsung
dapat mengakibatkan penjenuhan pada tanah permukaan sehingga
mempengaruhi drainase permukaan tanah. Hujan dengan intensitas
tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana
yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo.
4. Kondisi Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi
bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi.
Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa
fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir
maupun kekeringan. Proporsi litologi batuan Kabupaten Purworejo
berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar
60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten
Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi dan 39,9% aluvium
tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan
barat
Kabupaten
Purworejo.
Susunan
batuan/stratigrafi
yang
menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi
4
pada Pegunungan Serayu Utara yang berada di bagian utara dan
Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur. Kabupaten
Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi
bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial,
bentuk lahan asal proses marin dan bentuk lahan asal proses
denudasional.
5. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan
keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan
daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang
sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan
tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya
membawa keberagaman dalam potensi sumber daya alam dan potensi
kebencanaan alam sehingga pengembangan sumber daya alam daerah
harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan
sumber
daya
alam
harus
memperhatikan
kesinambungan
pemanfaatan dan kelestarian lingkungan. Kekeliruan pengembangan
sumber daya alam selain berdampak pada degradasi sumber daya
alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana
alam yang berakibat sangat merugikan.
Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air
permukaan dan air bawah tanah. Di Kabupaten ini terdapat beberapa
sungai yang mengalir di daerah ini dan bermuara di Samudera
Indonesia. Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut
umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo.
6. Kondisi Penggunaan Lahan
Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua
kategori yaitu lahan kering seluas 72,854.80 Ha atau 70,40 % dan
tanah sawah seluas 30,626.97 Ha atau 29,60%. Lahan kering terdiri
dari 10,116.50 Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya,
51,598.14 Ha berupa tegal/kebun /ladang/huma, 6,857.88
Ha
berupa hutan negara, dan sisanya berupa padang rumput, tambak,
5
tanah
lainnya.
Luas
sawah
beririgasi
adalah
27,677.14
Ha,
sedangkan sawah tadah hujan seluas 2949.83 Ha.
Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang
terkendali. Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi
lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan
permukiman.
7.
Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi
budidaya
pengembangan
yang
wilayah
direncanakan
mengoptimalkan pemanfaatan
budidayajuga
diarahkan
sesuai
diarahkan
pada
kemampuan
kawasan
lahan
guna
sumber daya.Pemanfaatan kawasan
dalamrangkamendukung
terciptanya
struktur ruang yang mendukung bagi pengembangan berbagai sektor
pembangunan
dan
integrasiwilayah.Pengembangan
kawasan
budidaya di KabupatenPurworejo dilakukan secara efektif dan efesien
serta sinergis, agar pemenfaatan ruang dan sumber daya dapat
dilakukan
secara
optimal.
Berkenaan
dengan
itu,
strategi
pengembangan kawasan budidaya ditekankan pada upaya-upaya
optimalisasi
pemanfaatan
mempertahankan
kelestarian
sumberdaya
lingkungan
dengan
guna
tetap
mewujudkan
pembangunan berkelanjutan.
8. Wilayah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan
kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung
oleh perbuatan manusia. Di Wilayah Kabupaten Purworejo terdapat 4
(empat) kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan rawan bencana
banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan
bencana gelombang pasang dan kawasan rawan bencana kekeringan.
9. Demografi
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo menurut hasil Sensus
Penduduk pada tahun 2010 adalah 694.404 jiwa. Sedangkan
kondisi pada akhir tahun 2013 adalah 705.485 jiwa. Dilihat dari
6
persebarannya, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo
memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 11,92 % dan
8,36% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Adapun
Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun
2013 sebagaimana tersaji pada gambar berikut.
Gambar 2.1.
Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo
Tahun 2013
Sumber Data : Purworejo Dalam Angka Tahun 2014
b. Usia
Sebagian besar Penduduk Purworejo berusia antara 15–64 Tahun.
Rasio beban ketergantungan di Purworejo tahun 2013 adalah
54,24. Artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) rata-rata
menanggung beban 54,24 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan
65 keatas).
Kepadatan
penduduk
Kabupaten
Purworejo
rata-rata
684,65
orang/km2. Dari sisi kewilayahan, terdapat tiga kecamatan yang
kepadatan penduduknya di atas 1.000 orang/km2 yaitu Kecamatan
Purworejo
dengan
kepadatan
penduduk
sebesar
1.589,05
orang/km2, Kecamatan Kutoarjo dengan kepadatan penduduk
7
sebesar
1.563,56
kepadatan
orang/km2
penduduk
sebesar
danKecamatan
1.067,24
Bayan
orang/km2.
dengan
Hal
ini
disebabkan karena tiga kecamatan tersebut memang merupakan
kawasan Aglomerasi yaitu kawasan strategis tumbuh cepat Kota
Purworejo-Kota Kutoarjo. Sedangkan wilayah dengan kepadatan
penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kaligesing dengan
kepadatan penduduk sebesar 393,56 orang/km2 dan Kecamatan
Bruno dengan kepadatan penduduk sebesar 403,27 orang/km2.
Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan
kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya
memiliki hutan yang cukup luas.
Laju pertumbuhan penduduk Purworejo dari tahun 2010 2013
adalah 1,595%. Rata-rata pertumbuhan penduduk Purworejo
pertahun sebesar 0,531%. Pertumbuhan penduduk Kecamatan
yang di atas rata-rata Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan
Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Purworejo, Banyuurip, Bayan,
Butuh, dan Bruno.
Salah
satu
ukuran
kualitas
yang
dapat
digunakan
untuk
mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang
telah berhasil dicapai adalah dengan Human Development Index
(HDI)
atau
Indek
Pembangunan
mengukur
tiga
Pembangunan
Manusia
dimensi
Manusia
(IPM).
(IPM)
merupakan
pokok
pembangunan
Indeks
indikator
manusia
untuk
yang
mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka
Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup.
Sedangkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
merupakan dimensi pokok yang menunjukkan status tingkat
pendidikan. Pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses
terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar
hidup layak.
Perkembangan IPM Kabupaten Purworejo dalam kurun waktu
tahun
2008-2013
menunjukkan
peningkatan.
Capaian
IPM
Kabupaten Purworejo pada tahun 2013 sebesar 74,18 meningkat
dari tahun 2012 sebesar 73,53. Jika dibandingkan target yang
tercantum dalam dokumen RPJMD Kabupaten Purworejo 20112015.
8
Komponen pembentuk indikator IPM ada 4 yaitu: Angka Harapan
Hidup, Angka Melek Huruf, Lama Sekolah serta Pengeluaran per
Kapita. Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas
(kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan
yang menunjukan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama.
Standar UNDP besarnya adalah 25 < x > 85 (minimal 25 tahun dan
maksimal 85 tahun). Pada tahun 2011 angka harapan hidup di
Kabupaten Purworejo adalah 70,78 tahun meningkat menjadi
71,04 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi
71,44. Kondisi ini masih di bawah Provinsi Jawa Tengah yang
mencapai 71,97 di tahun 2013.
Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun
ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau
lainnya. Standar UNDP minimal 0% dan maksimal 100%. Pada
tahun 2011 angka melek huruf di Kabupaten Purworejo mencapai
91,74% meningkat menjadi 92,79% di tahun 2012. Pada tahun
2013 meningkat menjadi 93,53. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi
Jawa Tengah yang hanya mencapai 91,71% di tahun 2013.
Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar
UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Pada
tahun 2010 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purworejo adalah
7,75 tahun meningkat menjadi 7,84 tahun di tahun 2011 dan
meningkat lagi menjadi 7,93 tahun di tahun 2012. Pada tahun
2013 meningkat menjadi 8,02. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi
Jawa Tengah yang hanya mencapai 7,43 tahun di tahun 2013.
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan merupakan pengeluaran riil
perkapita yang telah disesuaikan untuk menggambarkan daya beli
masyarakat. Standar UNDP maksimal
Rp. 737.720,- yang
merupakan proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta
pada tahun 2018 dengan asumsi tingkat pertumbuhan daya beli
sebesar 6,5% per tahun selama periode 1993-2018. Pengeluaran riil
perkapita di Kabupaten Purworejo meningkat dari Rp. 634,970,- di
9
tahun 2010 menjadi Rp. 636.340,- di tahun 2011 dan meningkat
lagi menjadi Rp. 638.510,- di tahun 2012. Pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp. 641.040,-. Namun demikian, pengeluaran
per kapita Kabupaten Purworejo masih relatif sedikit lebih rendah
dari Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 646.440.
IPM Kabupaten Purworejo meningkat setiap tahunnya dan di atas
angka provinsi maupun nasional. Indikator Pembentuk IPM
Kabupaten Purworejo yang perlu perhatian adalah Usia Harapan
Hidup dan yang perlu kerja keras adalah Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan.
1.2.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. PDRB dan Perkembangannya
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian
dari sistem neraca ekonomi regional yang didalamnya merekam
hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode
tertentu (satu tahun).
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
b. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam periode tahun
sampai dengan tahun 2011 ini menggunakan tahun dasar tahun
2000.
c. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar
harga
konstan
digunakan
untuk
mengetahui
pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
d. Dalam
kurun
waktu
tahun
2010-2011
PDRB
Kabupaten
Purworejo atas harga berlaku adalah 6.466.490,69 juta rupiah
dan
meningkat
menjadi
7.143.081,12
juta
rupiah,
atau
meningkat tiap tahun sebesar 10,46%. Sedangkan untuk PDRB
atas dasar harga konstan mencapai 3.016.597,82 juta rupiah di
tahun 2010 menjadi 3.168.113,50 juta rupiah di tahun 2011,
10
atau meningkat 5,02%. Artinya bahwa jika dibandingkan dengan
tahun dasar tahun 2000, maka perkembangan PDRB atas dasar
harga berlaku mencapai 3,78 kali dan untuk harga konstan
mencapai 1,67 kali di tahun 2011.
2. Laju Inflasi
a. Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh
inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama
pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional.
Inflasi
menunjukan
kestabilan
tingkat
perekonomian
perkembangan
di
suatu
harga
wilayah.
serta
Dengan
mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah
tertentu
dari
waktu
ke
waktu
akan
diketahui
tingkat
perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah
tersebut.
b. Dilihat dari persebaran inflasi menurut kelompok barang dan
jasa pada tiga tahun terakhir, maka kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau menjadi pemicu inflasi pada
akhir tahun 2012 yang mencapai 8,09%.
Secara regional Jawa Tengah laju inflasi Kabupaten Purworejo
relatif cukup baik.
Di Provinsi Jawa Tengah terdapat empat
daerah yang dijadikan Kota Survey Biaya Hidup (SBH) yaitu
Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto, Kota Surakarta,
Kota Semarang dan Kota Tegal. Empat daerah ini yang menjadi
barometer
tingkat
perekonomian
perkembangan
wilayah
regional
harga
di
Jawa
serta
kestabilan
Tengah.
Jika
dibandingkan dengan empat kota SBH tersebut, laju inflasi
Kabupaten Purworejo masih lebih rendah dari Purwokerto dan
relatif lebih mendekati Tegal. Jika dibandingkan dengan daerah
sekitar, laju inflasi Kabupaten Purworejo tahun 2012 masih
sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Magelang. Namun demikian
tetap
dapat
kita
simpulkan
bahwa
Kabupaten
Purworejo
memiliki perkembangan harga dan stabilitas perekonomian yang
relatif cukup baik.
11
3. PDRB per kapita
PDRB per kapita berbeda dengan pendapatan per kapita. PDRB
per
kapita
menunjukan
kemampuan
masyarakat
dalam
menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita
menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat
atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu.
Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo
mencapai
Rp.
9.299.166,25
dan
meningkat
menjadi
10.257.226,13 pada tahun 2011. Namun kondisi di tahun 2011
tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa
Tengah yang mencapai Rp. 15.376.170,75 maupun skala
nasional yang mencapai Rp. 30.812.926,11.
4. Indikator ketimpangan Regional
Kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perlu dilihat
dari sisi pemerataan pembangunan di masing-masing wilayah
pendukung. Hal tersebut diperuntukan untuk dapat menekan
timbulnya kesejangan pembangunan kewilayahan khususnya
yang disebut dengan ketimpangan wilayah.
Ketimpangan itu
sendiri terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan
ekonomi yang belum merata.
tersebut
dapat
dianalisis
Ketimpangan pembangunan
dengan
menggunakan
indeks
ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan
Williamson.
Indeks
ini
dihitung
dengan
menggunakan
komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk
masing-masing
kecamatan.
Angka
indeks
ketimpangan
Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan
ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin
merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol
menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.
Indek
ketimpangan
Williamson
dapat
dilihat
dari
dua
pendekatan, yaitu melalui indek ketimpangan menurut lapangan
usaha dan indek ketimpangan menurut kewilayahan atau antar
kecamatan.
Indek ketimpangan menurut lapangan usaha
12
menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar sembilan
kelompok
lapangan
kabupaten.
usaha
yang
ada
di
seluruh
wilayah
Sedangkan indek ketimpangan kewilayahan atau
antar kecamatan menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi
antar wilayah kecamatan.
Jika dilihat menurut lapangan usaha, Indeks ketimpangan
menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dari data
empiris tahun 2010-2011 menunjukan grafik sedikit meningkat
yaitu dari 0,6912 menjadi 0,74613.
Artinya bahwa terjadi
kesenjangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo
dimana beberapa sektor terjadi penguatan dan menjadi sangat
dominan
dalam
mendukung
pertumbuhan
ekonomi
antar
wilayah sektoral kecamatan sementara sektor yang lain berada
di bawah rata-rata umum kabupaten.
Jika dicermati maka
sektor pertanian, industri, dan perdagangan dan jasa masih
merupakan sektor dominan di Kabupaten Purworejo. Kondisi ini
dapat dikatakan masih sejalan dengan visi misi daerah dimana
menkankan pada pembangunan menuju daerah agribisnis.
Jika
dilihat
menurut
kewilayahan,
ketimpangan
antar
kecamatan di Kabupaten Purworejo secara makro terdapat
kesenjangan kewilayahan khususnya antara beberapa wilayah
kecamatan yang secara geografis berada di dataran tinggi
dengan beberapa wilayah kecamatan yang berada di daerah
dataran
rendah
dan
datar
yang
sebagian
merupakan kota pusat pertumbuhan.
diantaranya
Indeks ketimpangan
wilayah kecamatan Kabupaten Purworejo dari data empiris
tahun 2010-2011 justru menunjukan grafik menurun yaitu
0,3800 menjadi 0,37141 menurut PDRB atas dasar harga
berlaku.
Kondisi
ini
menunjukan
bahwa
pemerataan
pembangunan antar kecamatan yang dihitung berdasar kondisi
empiris
di
tahun
2011
relatif
lebih
merata
dari
tahun
sebelumnya. Jika dilihat dari pertumbuhan indek ketimpangan
wilayah berdasar PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000,
13
perkembangan kesenjangan antar wilayah di tahun 2010-2011
juga mengalami penurunan yaitu 0,3500 menjadi 0,34209.
Artinya bahwa walaupun beberapa kecamatan relatif berada di
bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya
namun proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa
akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya
alam yang dimiliki oleh suatu daerah tidak menjadi pemicu
kesenjangan dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang
bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik
suatu
wilayah
dapat
disimpulkan
terjadi
proses
saling
mendukung (backward and forward linkage) antar wilayah
sehingga
menyebabkan
tidak
terjadinya
kecenderungan
konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial yang memunculkan
kondisi ketimpangan sektoral antar daerah di Kabupaten
Purworejo.
2. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan
2.1 Evaluasi pencapaian prioritas pelaksanaan
pembangunan sampai
dengan tahun berjalan
Evaluasi pembangunan adalah suatu usaha untuk mengukur
dan memberikan nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya.
Evaluasi
pembanguan
dilaksanakan
secara
sistematis
dengan
mengumpulkan, menganalisis data informasi untuk menilai kelayakan
serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan.
2.2 Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Dalam Dimensi Kewilayahan.
Perkembangan pembangunan suatu daerah pada dasarnya
adalah
merupakan
wilayah-wilayah
pembangunan
akumulasi
yang
menjadi
Kabupaten
dari
perkembangan
cakupannya.
Purworejo
merupakan
pembangunan
Perkembangan
akumulasi
dari
perkembangan pembangunan 16 Kecamatan dan 494 desa yang ada di
Purworejo. Dengan demikian perkembangan pembangunan sebuah
Kabupaten
salah
satu
faktor
14
penentunya
adalah
sejauhmana
perkembangan
wilayah-wilayah
cakupannya,
seberapa
besar
sumber-sumber,
berupa
kesenjangan antar wilayah yang ada.
Proses
akumulasi
dan
mobilisasi
akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju
pertumbuhan
ekonomi
wilayah
yang
bersangkutan.
Adanya
heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan
kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial
dan seringkali memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah.
2.2.1
Ketimpangan Antar Wilayah
Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di
Kabupaten Purworejo dapat ditinjau dengan menggunakan
indeks
ketimpangan
regional
yang
dinamakan
indeks
ketimpangan Williamson. Yang dihitung dengan menggunakan
komponen
utama
yaitu
PDRB
per
kapita
serta
jumlah
penduduk, masing-masing untuk tiap kecamatan. Angka indeks
ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol
menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan
kata lain semakin merata, dan bila semakin jauh dari nol
menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar.
Indeks Williamson Kabupaten Purworejo meningkat terus sejak
tahun 2006 sampai 2011. Fenomena tersebut menunjukkan
adanya peningkatan dalam hal ketimpangan antar wilayah.
Kesenjangan antar wilayah Kecamatan yang tampak dalam
Indeks Williamson tersebut mengungkap adanya beberapa
wilayah yang secara relatif berada di bawah kondisi secara
umum rata-rata wilayah yang lainnya. Apabila dipetakan dengan
menggunakan tipologi Klasen maka akan tampak tipologi suatu
wilayah apakah berada dibawah atau diatas rata-rata wilayah
lainnya.
Berikut tabel yang menunjukkan pengklasifikasian wilayah
dalam 4 kuadran mengikuti pola tipologi klasen
15
Tabel.
Empat Kuadran Tipologi Klasen
Yc ap
Tinggi
Rendah
Maju dgn pertumbuhan
cepat
Purworejo
Kutoarjo
Banyuurip
Maju tapi tertekan
Purwodadi
Butuh
Berkembang cepat
R
Tinggi
Rendah
Bayan
Kurang berkembang
Grabag
Bagelen
Ngombol
Kaligesing
Pituruh
Kemiri
Bruno
Gebang
Loano
Bener
Sumber: Analisis, 2013
Berdasarkan tipologi klasen tersebut diatas dua wilayah dalam
kategori maju dengan pertumbuhan cepat, 3 wilayah dalam
kategori berkembang cepat, 2 wilayah dalam kategori maju tapi
tertekan dan 9 wilayah dalam kategori kurang berkembang.
Perkembangan kondisi masing-masing wilayah selama 3 tahun
terakhir
menunjukkan
bahwa
2
wilayah
menunjukkan
perkembangan yang meningkat yaitu Ngombol Banyuurip dan
Butuh, 1 wilayah mengalami penurunan Ngombol, dan 13
wilayah kondisinya tetap (yaitu Purwodadi, Bagelen, Kaligesing,
Purworejo, Bayan, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang,
Loano,Grabag dan Bener). Perkembangan tersebut tampak dalam
tabel berikut ini :
16
Tabel.
Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun
2011
Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011
No
Kecamatan
1.
Grabag
2.
Ngombol
Tipologi
2009
2010
Berkembang
Kurang
Kurang
cepat
berkembang
berkembang
Kurang
Berkembang cepat
Berkembang
3.
Purwodadi
2011
Maju Tapi
Kurang
Ket.
Tetap
Turun
berkembang
Maju tapi tertekan
Maju tapi tertekan
Tetap
Tetap
Tertekan
4.
5.
Bagelen
Kaligesing
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Berkembang
Berkembang cepat
cepat
6.
7.
Purworejo
Banyuurip
Kurang
Maju Dgn
Maju dengan
Maju dengan
Pertumbuhan
pertumbuhan
pertumbuhan
Cepat
cepat
cepat
Maju Dgn
Maju tapi tertekan
Pertumbuhan
Bayan
Berkembang
9.
Kutoarjo
Maju dengan
Tetap
Naik
pertumbuhan
Cepat
8.
Tetap
berkembang
cepat
Berkembang cepat
Berkembang cepat
Tetap
Maju Dgn
Maju dengan
Maju dengan
Tetap
Pertumbuhan
pertumbuhan
pertumbuhan
Cepat
cepat
cepat
Maju Tapi
Kurang
Maju tapi tertekan
Naik
Tertekan
berkembang
Tetap
cepat
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Butuh
Pituruh
Kemiri
Bruno
Gebang
Loano
Bener
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Kurang
Kurang
Kurang
Berkembang
berkembang
berkembang
Berkembang
Kurang
Kurang
cepat
berkembang
berkembang
Sumber: Analisis, 2013
2.2.2.
Karakteristik Ekonomi Wilayah
17
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Karakteristik suatu wilayah yang dapat pula menjadi salah satu
penyebab terjadinya kesenjangan yang diantaranya tampak dalam
kekuatan masing-masing sektor produksinya. Demikian juga
mengenai aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo
yang
secara
Kecamatan.
administratif
Tampak
bahwa
tersebar
ke
sebagian
dalam
besar
16
wilayah
wilayah
secara
struktural didominasi oleh agrikultural, namun beberapa wilayah
sudah mulai bergerak pada sektor manufaktur dan jasa.
Berdasar struktur produksi tiap-tiap wilayah tersebut, maka
hampir semua kecamatan telah mengalami pergeseran struktur
ekonomi. Sektor primer (agraris) perlahan bergeser ke sector
sekunder (manufacture) dan sector tersier (jasa). Kondisi pada
tahun 2011, tipe kecamatan, yaitu :
a.
Bertipe agraris ada 12 kecamatan yaitu kecamatan Grabag,
Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh,
Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener.
b.
Bertipe industri ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Banyuurip
dan kecamatan Bayan
c.
Bertipe jasa-jasa ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Purworejo
dan Kecamatan Kutoarjo.
Meskipun demikian selama periode ini kecamatan yang masih
bertipe agraris secara perlahan-lahan bergeser kearah industri
dan jasa-jasa
2.2.3.
Upaya Pengembangan Wilayah
Pembangunan wilayah telah dilakukan pemerintah daerah melalui
program kegiatan yang dikelola oleh satuan kerja perangkat daerah
maupun melalui bantuan sosial kemasyarakatan dan hibah dari
pemerintah daerah langsung kepada masyarakat.
Secara umum alokasi pada beberapa wilayah tampak relatif lebih
besar dari wilayah lain. Pada beberapa skema bantuan memang
tidak dapat didistribusikan merata untuk semua wilayah namun
disesuaikan dengan jumlah kelompok sasaran yang ada di masingmasing
wilayah.
Misal
untuk
18
Dana
Alokasi
Untuk
Desa
didistribusikan sesuai dengan jumlah desa yang ada dalam suatu
wilayah. Distribusi bantuan kemasyarakatan, hibah serta bantuan
sosial pada tahun 2012 sudah relatif terdistribusi ke 16 wilayah,
namun demikian tetap ada wilayah yang alokasinya relatif sangat
kecil dibanding wilayah lainnya. Yang relatif lebih besar pada satu
wilayah perlu untuk dioptimalkan lagi dari sisi pemerataannya
pada periode yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan
proposal yang masuk namun secara proaktif perlu disusun pola
alokasi yang lebih merata ke semua wilayah.
Kinerja pelaksanaan kegiatan di kecamatan selama tahun 2012
secara umum dari sisi kuantitas (% realisasi output) cukup baik,
namun dari sisi kualitas terdapat beberapa kegiatan yang kurang
optimal dalam pelaksanaannya.
Beberapa upaya lain dalam hal peningkatan kapasitas wilayah,
terdapat dalam program dan kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh
beberapa satuan kerja perangkat daerah.
sarana
prasarana
jalan,
pendidikan,
Meliputi peningkatan
kesehatan,
pertanian,
perikanan dan kelautan maupun perindustrian dan perdagangan.
RENCANA KINERJA TAHUNAN
KABUPATEN
: PURWOREJO
TAHUN ANGGARAN : 2016
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
1
1.
2
3
4
BIDANG
PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN DAN
OLAH RAGA
Meningkatnya
aksesibilitas
pendidikan
Pendidikan anak usia dini, non
formal dan informal
1. APK PAUD 4-6 tahun
2. APK PAUD 0-6 tahun
19
71.93%
32.00%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
3. Prosentase Angka Buta Huruf
(Penurunan)
4. Persentase Lembaga Kursus
dan Pelatihan (LKP) berkinerja
A dan B
5. % Ketersediaan kurikulum
muatan lokal PAUD, dan
Pendidikan Non Formal
6. % Keterlaksanaan kurikulum
muatan lokal PAUD, dan
Pendidikan Non Formal
1.% ketersediaan sarana
prasarana penunjang
pembelajaran PAUDNI
Target
Kinerja
4
0.21%
47.06%
100%
100%
45%
Pendidikan Dasar
1. APK SD/ SDLB/MI/ Paket A
2. APM SD/ SDLB/MI/ Paket A
3. APK SMP/ SMPLB/ MTs/
Paket B
4. APM SMP/ SMPLB/ MTs/
Paket B
5. Tersedia satuan pendidikan
dalam jarak yang terjangkau
dengan berjalan kaki yaitu
maksimal 3 km untuk SD dan
6 km untuk SMP dari
kelompok permukiman
permanen di daerah terpencil
6. Di setiap SD dan SMP tersedia
satu ruang guru yang
dilengkapi dengan meja dan
kursi untuk setiap orang guru,
kepala sekolah dan staf
kependidikan lainnya; dan di
setiap SMP tersedia ruang
kepala sekolah yang terpisah
dari ruang guru.
7. Di setiap SD tersedia 1 (satu)
orang guru untuk setiap 32
peserta didik dan 6 (enam)
orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk
daerah khusus 4 (empat) orang
guru setiap satuan pendidikan;
8. Di setiap SMP tersedia 1 (satu)
20
100.0%
86.27%
98.9%
81.5%
100%
50.3%
96.00%
94.00%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
orang guru untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk daerah
khusus tersedia satu orang
guru untuk setiap rumpun
mata pelajaran;
9. Di setiap SD tersedia 2 (dua)
orang guru yang memenuhi
kualifi kasi akademik S1 atau
D-IV dan 2 (dua) orang guru
yang telah memiliki sertifikat
pendidik;
10. Di setiap SMP tersedia guru
dengan kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV sebanyak 70%
dan separuh diantaranya (35%
dari keseluruhan guru) telah
memiliki sertifikat pendidik,
untuk daerah khusus
masingmasing sebanyak 40%
dan 20%;
11. Di setiap SMP tersedia guru
dengan kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik
masing-masing satu orang
untuk mata pelajaran
Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris;
12. Di setiap Kabupaten/Kota
semua kepala SD
berkualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik
13. Kepala SMP berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan
telah memiliki sertifikat
pendidik
14. Di setiap kabupaten/kota
semua pengawas sekolah
memiliki kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
15. % Ruang kelas SD sesuai
standar nasional pendidikan
dan memenuhi Keamanan,
Kebersihan, Keindahan
16. % Ruang kelas SMP sesuai
standar nasional pendidikan
21
Target
Kinerja
4
89.00%
54.00%
41.00%
65.00%
86.00%
100.00%
74.9%
89.0%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
dan memenuhi Keamanan,
Kebersihan, Keindahan
17. % SD yang memiliki
perpustakaan
18. % SMP yang memiliki
Laboratorium Penunjang
19. % SD yang memiliki sanitasi
layak
20. % SMP yang memiliki sanitasi
layak
21. % ketersediaan sarana
prasarana penunjang
pembelajaran SD/SMP
Target
Kinerja
4
80.01%
83.15%
100.0%
100.0%
76.80%
Pendidikan Menengah
1. APK SMA/SMK/MA/Paket C
2. APM SMA/SMK/MA/Paket C
3. % Ruang kelas SMA/SMK
sesuai standar nasional
pendidikan dan memenuhi
Keamanan, Kebersihan,
Keindahan
4. % SMA/SMK yang memiliki
sanitasi layak
5. % ketersediaan sarana
prasarana penunjang
pembelajaran SMA/SMK
1. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga
Pendidik PAUDNI
2. Ketersediaan Pendidik yang
telah berkualifikasi S-1/D-IV
dan bersertifikat pendidik
PAUDNI
3. Ketersediaan Tenaga
Kependidikan Non Guru
PAUDNI
4. Di setiap SD tersedia 1 (satu)
orang guru untuk setiap 32
peserta didik dan 6 (enam)
orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk
daerah khusus 4 (empat) orang
guru setiap satuan pendidikan;
5. Di setiap SMP tersedia 1 (satu)
orang guru untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk daerah
22
85.4%
75.7%
90.0%
2,650
1,250
96.00%
94.00%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
khusus tersedia satu orang
guru untuk setiap rumpun
mata pelajaran;
6. Di setiap SD tersedia 2 (dua)
orang guru yang memenuhi
kualifi kasi akademik S1 atau
D-IV dan 2 (dua) orang guru
yang telah memiliki sertifikat
pendidik;
7. Di setiap SMP tersedia guru
dengan kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV sebanyak 70%
dan separuh diantaranya (35%
dari keseluruhan guru) telah
memiliki sertifikat pendidik,
untuk daerah khusus
masingmasing sebanyak 40%
dan 20%;
8. Di setiap SMP tersedia guru
dengan kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik
masing-masing satu orang
untuk mata pelajaran
Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris;
9. Di setiap Kabupaten/Kota
semua kepala SD
berkualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik
10. Kepala SMP berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan
telah memiliki sertifikat
pendidik
11. Di setiap kabupaten/kota
semua pengawas sekolah
memiliki kualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
12. Pemenuhan Kebutuhan
Tenaga Pendidik Pendidikan
Menengah
13. Ketersediaan Pendidik yang
telah berkualifikasi S-1/D-IV
dan bersertifikat pendidik
pendidikan menengah
14. Ketersediaan Tenaga
Kependidikan Non Guru
23
Target
Kinerja
4
89.00%
54.00%
41.00%
65.00%
86.00%
100.00%
100.00%
No.
Sasaran Strategis
1
2
Indikator Kinerja
3
Pendidikan menengah
1. Angka putus sekolah
a. Jenjang SD/SDLB/MI
b. Jenjang SMP/SMPLB/MT's
c.Jenjang SMA/SMK/MA
2. Angka Kelulusan SD/SDLB/MI
3. Angka Kelulusan
SMP/MTs/SMPLB
4. Angka Kelulusan
SMA/SMK/MA
5. Angka lulus pendidikan
kesetaraan paket A
6. Angka lulus pendidikan
kesetaraan paket B
7.% Ketersediaan kurikulum
muatan lokal pendidikan dasar
8. % Keterlaksanaan kurikulum
muatan lokal pendidikan dasar
9.Prosentase sekolah yang
menetapkan RAPBS tepat
waktu
10. Nilai rata rata Ujian Nasional
a. SD/MI
b. SMP/MTs
c. Pendidikan Menengah
11. % Pengelolaan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)
yang sesuai standar
12. Jumlah event kompetisi
Bidang Pendidikan
13. Angka melanjutkan jenjang
SMP/MTs
14. Angka melanjutkan jenjang
SMA/MA/SMK
Meningkatnya
1). Cakupan Kajian Seni 50%
perlindungan
dan
pemanfaatan asset
budaya
2). Cakupan Fasilitasi Seni 30%
3).Cakupan Gelar Seni 75%
4). Misi Kesenian 100%
5). Cakupan Sumber Daya
Manusia Kesenian 25%
6). Cakupan Tempat 100%
7). Cakupan Organisasi 34%
24
Target
Kinerja
4
0.04%
0.07%
0,10%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
6.90
5.50
6.25
65.2%
100%
100%
60.00%
85.71%
100.00%
100.00%
85.71%
50.00%
100.00%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
1
2
3
4
1). Jumlah cagar budaya yang
diregistrasi
2). Jumlah cagar budaya yang
direvitalisasi
3). Tersedianya museum yang
representative
4). Cakupan Pembinaan Nilai
Sejarah, Adat, dan Tradisi
Meningkatnya
1. Jumlah pemuda pelopor
prestasi pemuda dan
kabupaten
olahraga
2. Jumlah organisasi
kepemudaan aktif
3. Jumlah Kewirausahaan
Pemuda
4. Prosentase organisasi
kepramukaan yang aktif
5. Jumlah prestasi olahraga
6. Jumlah penyelenggaraan
kejuaraan olahraga tingkat
daerah Kabupaten
7. Jumlah event olahraga untuk
masyarakat
8. Prosentase klub / organisasi
olahraga yang aktif
2.
279
83
1
15
6
20
12
100%
30
13
2
87%
BIDANG
KESEHATAN
Meningkatnya usia
harapan hidup
masyarakat
1. Cakupan pelayanan pasien
rawat jalan yang tertangani
2. Jumlah Puskesmas dengan
sarpras sesuai standar
3. Jumlah Puskesmas dengan
SDM yang sesuai standar
4. Cakupan pelayanan pasien
rawat inap yang tertangani
5. Jumlah Puskesmas rawat inap
dengan sarpras sesuai standar
6. Jumlah Puskesmas rawat inap
dengan SDM yang sesuai
standar
25
100%
2
2
100%
1
1
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
6. Cakupan pelayanan gawat
darurat level I (RS ) di
kabupaten
Pelayanan Gawat Darurat (RS)
level I di Kabupaten
Pelayanan Gawat Darurat (RS) di
Kabupaten
7. Cakupan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Fasilitas
Penunjang Pelayanan
Kesehatan&Tenaga Kesehatan
yg teregristrasi
1. Cakupan ketersedian obat dan
perbekes sesuai kebutuhan
2. % pengawasan obat dan
makanan
3. % penggunaan obat rasional
4. Cakupan Pelayanan Sertifikasi
Produk Pangan
1. Persentase anak mendapat
imunasi dasar lengkap ( >=
85% sasaran)
2. Cakupan desa/kelurahan
Universal Child Immunization
(UCI)
3. Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita
Penyakit
a. Acude Falcid Paralysis (AFP)
rate per 100.000 penduduk
berusia < 15 tahun
b. Pneumonia Balita ditangani
c. Pasien baru TB BTA positif
d. Penderita DBD yang ditangani
e. Penderita diare ditangani
f. Kasus baru HIV/AIDS ditangani
g. Kasus Baru Kusta ditangani
h. Penderita malaria ditangani
i. Angka kesakitan malaria
j. Juml Desa HCI(khusus
malariatinggi)
DESA MCI (Midle Case
Incidence)
Desa HCI (High Case
Incidence)
k. Kasus ISPA Balita ditangani
l. Kasus penyakit tidak menular
ditangani
26
Target
Kinerja
4
75%
6
8
100%
100%
32%
95%
100%
92.30%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
0,9‰
100%
16
14
100%
100%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
4. Terkendalinya populasi lalat di
TPS dan TPA
5. Cakupan rumah sehat
6. Terpantaunya kesehatan
TTU/TPM
7. Jumlah sample air yang
diperiksa
8. Cakupan desa/kelurahan
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24 jam
9. Cakupan pelayanan kesehatan
jemaah haji
1. Angka Kematian bayi (per
1000 kelahiran hidup)
2. Angka kematian balita (AKABA)
3. Angka kematian ibu (AKI) (per
100.000 kelahiran hidup)
sesuai MDGs
4. Cakupan kunjungan Ibu Hamil
K4
5. Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani
6. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
7. Cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani
8. Cakupan kunjungan bayi
9. Cakupan pelayanan anak
balita
10. Cakupan pelayanan ibu nifas
11. Cakupan puskesmas PKPR
(Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja)
12. Cakupan Pelayanan
Kesehatan LANSIA
13. Prevalensi gizi buruk
14. Cakupan Balita Gizi Buruk
mendapatkan perawatan
15. Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI usia 6-24
bulan bagi keluarga miskin
16. Jumlah kasus kretin baru
17. Prosentase konsumsi garam
27
Target
Kinerja
4
20%
75%
100%
460
100%
100%
12/1000
KH
13,5/1000
KH
102/100.0
00 KH
95%
100%
95%
80%
90%
80%
95%
6
60%
0.09%
100%
100%
0 kasus
>90%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
beryodium masyarakat
18. Cakupan anemia ibu hamil
(target Nasional)
19. Cakupan anemia ratri (target
Nasional)
20. Cakupan ibu hamil KEK
21. Cakupan KEK Ratri
22. Cakupan Balita Usia 0-6
Bulan yang mendapat ASI
Eksklusif
23. Cakupan desa siaga aktif
mandiri
24. Proporsi Posyandu Mandiri
25. Prosentase PKD aktif
26. Prosentase upaya promosi
kesehatan
27. Jenis media informasi
kesehatan yang dipergunakan
(elektronik, visual)
28. Juml Sasaran (orang) yg
mendptkan pelayanan inf. kes
yg dilakukan
29. Jumlah Sistem informasi
yang dipergunakan Pelayanan
kesehatan
30. Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan
setingkat
31. Persentase cakupan
pelayanan kesehatan Rumah
sakit
32. Cakupan pelayanan gawat
darurat level 3 yang harus
diberikan sarana kesehatan
(RS) di kabupaten / kota
Target
Kinerja
4
<15 %
<15 %
<20%
<20%
86%
6.48%
23,72%
32%
100%
4 jenis
39,520
4
39,520
39,520
4
33. Cakupan rumah tangga sehat
yang melaksanakan PHBS
75%
1. Cakupan Masy. Miskin yg
mendpt Jaminan Kesehatan
miskin (JKN Kesehatan)
2. Jumlah Masyarakat Miskin
Yang Mendapat Jaminan
Kesehatan (PBI)
3. Cakupan pelayanan kesehatan
100%
28
258,689
20%
No.
Sasaran Strategis
1
2
3.
Indikator Kinerja
3
rujukan pasien masy miskin
peserta PBI (Penerima Bantuan
Iuran)
4. Cakupan Kepesertaan JKN
BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN SUMBER DAYA AIR
Target
Kinerja
4
70%
Meningkatnya
1. Cakupan akses air bersih
cakupan air bersih
bagi masyarakat
86.52%
2. Persentase cakupan layanan
air minum Perkotaan
3. Persentase cakupan layanan
air minum Perdesaan
Meningkatnya akses 4. Prosentase sampah yang
layanan infrastruktur
tertangani
dasar masyarakat
5. Prosentase TPA yang
memenuhi kriteria dan
dioperasikan secara layak
6. Prosentase cakupan layanan
persampahan
7. Tersedianya sistem air limbah
setempat yang memadai
8. Cakupan akses sanitasi layak
9. Prosentase cakupan layanan
air limbah perkotaan
10. Prosentase saluran drainase
dalam kondisi baik
83.88%
11. Prosentase Bangunan gedung
Negara dalam Kondisi baik
12. Prosentase bangunan gedung
yang tertangani kelaikan
fungsinya
13. Prosentase penataan
bangunan dan lingkungan di
kawasan perkotaaan
14. Prosentase kesesuaian
bangunan dengan RTBL
15. Proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi mantap
15. Peningkatan kapasitas jalan
kabupaten
16. Prosentase Jembatan dalam
Kondisi Baik
17. Peningkatan kapasitas
jembatan
29
82.20%
42.02%
100%
100%
87.35%
86.73%
0.09%
27.83%
85%
0%
30.00%
100%
74.27%
5.00%
96.77%
46.67%
Target
Kinerja
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
18. Prosentase permohonan IUJK
yang terlayani sesuai SOP
19. Jenis Data dan Informasi
Jasa Konstruksi
1. Tersedianya informasi rencana
tata ruang
4
100%
2. Terselenggaranya pemanfaatan
ruang kabupaten sesuai
rencana
3. Terselenggaranya pengendalian
pemanfaatan ruang kabupaten
4. Prosentase luas Ruang
Terbuka Hijau publik di
wilayah perkotaan
Meningkatnya akses 1. Tertanganinya pembangunan
layanan infrastruktur
infrastruktur di kawasan
dasar masyarakat
strategis (Minapolitan,
Agropolitan, Perbatasan
(KSCT), Purwokulon, KutoarjoPurworejo, Kemiri, Purwodadi,
kawasan pariwisata, kawasan
industri)
2. Prosentase Trotoar dalam
kondisi baik
3. Prosentase PJU dalam kondisi
baik
99.9%
Meningkatnya
kualitas penataan
ruang
Meningkatnya
cakupan pelayanan
irigasi
1. Cakupan layanan irigasi pada
DI kewenangan kabupaten
2.Prosentase Saluran irigasi
dalam Kondisi Berfungsi
3.Prosentase Bendung/Bangunan
Air dalam Kondisi Berfungsi
4. Prosentase drainase irigasi
dalam kondisi berfungsi
5. Prosentase tingkat penanganan
kerusakan sungai
6. Prosentase tingkat penanganan
bangunan pengendali daya
rusak air
7. Prosentase pelaksanaan
kegiatan pengembangan
pengelolaan dan konservasi
sungai dan sumber daya air
8.Prosentase pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan
30
100%
4%
100%
17.89%
55.6%
73.00%
79.19%
100.00%
33.45%
30.47%
22.39%
20.79%
24.29%
16.28%
5%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
masyarakat dalam
pengembangan pengelolaan
dan konservasi sungai dan
sumber daya air
1). Prosentase Rumah layak Huni
Menurunnya dan
berkurangnya
kemiskinan dan
pengangguran
4.
Target
Kinerja
4
84.03%
2). Prosentase Kebutuhan rumah
(backlog rumah)
3). Cakupan lingkungan yang
sehat dan aman yang
didukung dengan PSU
4). Prosentase kawasan
permukiman kumuh yang
tertangani
5).Cakupan perbaikan
perumahan dan lingkungan
akibat bencana alam/social
6). Prosentase Rumah layak Huni
7). Prosentase Kebutuhan rumah
(backlog rumah)
8). Cakupan lingkungan yang
sehat dan aman yang
didukung dengan PSU
9). Prosentase kawasan
permukiman kumuh yang
tertangani
10.Cakupan perbaikan
perumahan dan lingkungan
akibat bencana alam/social
60.84%
1. Prosentase PMKS yang
mendapatkan penanganan
46,14%
63.77%
40.00%
20.00%
84.03%
60.84%
63.77%
40.00%
20.00%
BIDANG SOSIAL
Menurunnya
prosentase keluarga
miskin
2. Persentase (%) PMKS yang
menerima program
pemberdayaan sosial melalui
Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya
3. rosentase (%) Pembinaan Panti
sosial skala kabupaten
4.Cakupan Wahana
kesejahteraan sosial berbasis
masyarakat (WKBSM) yang
31
0,7%
100%
9,72%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
menyediakan sarana
prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial yang
dibina
5. Prosentase daerah rawan
bencana yang masyarakatnya
disiapsiagakan
6. Prosentase (%)keluarga korban
bencana yang menerima
bantuan sosial selama masa
tanggap darurat
7. Prosentase penanganan
pemulihan trauma bagi korban
bencana kabupaten
8. Prosentase penyediaan
kebutuhan dasar bagi korban
bencana
9. Penghargaan kepada keluarga
pahlawan perintis dan veteran
10. Pemeliharaan taman makam
pahlawan
5.
Target
Kinerja
4
300 desa
100%
100%
100%
3 event
1 lokasi
BIDANG TENAGA KERJA
Menurunnya jumlah
pengangguran
1. Jumlah pencari kerja terdaftar
yang ditempatkan
2. Jumlah masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan
Perluasan Kerja
3. Besaran tenaga kerja yang
mendapatkan pelatihan
berbasis kompetensi
4. Besaran tenaga kerja yang
mendapatkan pelatihan
berbasis masyarakat
5. Pelatihan berdasarkan unit
kompetensi
6. Prosentase Pembinaan
Lembaga Pelatihan Kerja
7. Angka sengketa pengusaha
pekerja per tahun tertangani
8. Prosentase Perusahaan yang
sudah memenuhi persyaratan
terbentuknya sarana
hubungan industrial
9. Prosentase Perusahaan yang
menfasilitasi tenaga kerja
mengikuti jamsostek
32
2350 orang
920 orang
32
240
10 orang
100%
100.00%
38.26%
30,26%
No.
Sasaran Strategis
1
2
6.
Indikator Kinerja
3
10. Prosentase pekerja/buruh
yang menjadi peserta
jamsostek
11. Rasio rata-rata upah
minimum kabupaten
dibanding angka KHL
(Kebutuhan Hidup Layak)
12. Prosentase perusahaan yang
sudah menerapkan UMK
13. Prosentase penanganan
kasus kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja
14. Prosentase penanganan
pekerja anak
15. Prosentase perusahaan yang
menerapkan peraturan
ketenagakerjaan
Target
Kinerja
4
70,48%
100%
33,60%
100%
100.00%
37.33%
BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK
Meningkatnya
kesetaraan gender
1. Prosentase Program dan
Kegiatan Responsif Gender di
SKPD Kabupaten
2. Prosentase Anggaran Responsif
Gender di SKPD Kabupaten
3. Prosentase Desa yang
menerapkan perencanaan dan
penganggaran responsif gender
4. Cakupan ketersediaan tenaga
pelayanan pengaduan terlatih
yang mampu menindaklanjuti
pengaduan
5. Cakupan ketersedian bantuan
hukum untuk mendampingi
perempuan dan anak korban
dan atau saksi KTP/KTA
6. Cakupan layanan pemulangan
bagi perempuan dan anak
korban kekerasan
7. Prosentase Capaian indikator
Kabupaten Purworejo Layak
Anak
8. Prosentase pemenuhan
perlindungan anak,
kesejahteraan anak, dan hakhak anak
9. Prosentase penanganan tindak
33
72%
32%
10%
100%
100%
100%
70%
75%
100%
No.
Sasaran Strategis
1
2
7.
Indikator Kinerja
3
kekerasan pada perempuan
dan anak
10. Jumlah kegiatan peningkatan
kualitas hidup perempuan dan
anak
BIDANG KETAHANAN PANGAN
Meningkatnya
1. Ketersediaan bahan pangan
produktivitas sector
dibandingkan kebutuhan
pertanian dalam arti
pangan penduduk
luas
2. Prosentase skor pola pangan
harapan
8.
9.
BIDANG
PERTANAHAN
Optimalisasi tata
1. Prosentase tanah negara yang
kelola pemerintahan
teridentifikasi
yang baik dan
2. Prosentase tanah yang
kondusivitas daerah.
bersertifikat di Kabupaten
Purworejo
3. Tingkat pelayanan pengadaan
dan sengketa tanah
BIDANG
LINGKUNGAN
HIDUP
Meningkatnya
kualitas lingkungan
hidup
1. Prosentase perusahaan wajib
amdal (UKL/UPL/SPPL) yang
diawasi
2. Prosentase Tingkat Ketaatan
Penanggungjawab Usaha/
Kegiatan terkait Pengendalian
Pencemaran Air
3. Prosentase Informasi Luasan
kerusakan Tanah untuk
produksi biomassa
4. Prosentase Tingkat Ketaatan
Penanggungjawab Usaha/
Kegiatan terkait Pengendalian
Pencemaran Udara
5. Prosentase Jumlah pengaduan
masyarakat yang tertangani
6. Cakupan pengelolaan keneka
ragaman hayati
7. Prosentase Rumah tangga yang
menerapkan 3R
34
Target
Kinerja
4
5
1:1
85.70%
100%
100%
100%
50%
60%
100%
100%
100%
20.00%
18%
No.
1
10.
11.
12.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
2
3
BIDANG ADM KEPENDUDUKAN DAN CAPIL
Meningkatnya
1. Prosentase kepemilikan Kartu
kualitas pelayanan
Keluarga
public
2. Persentase penduduk yang
memiliki akta kelahiran
3. Prosentase Penduduk yang
memiliki KTP
4. Tingkat keakuratan pencatatan
peristiwa kependudukan
5. Tingkat updating database
kependudukan
BIDANG
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN
DESA
1. Prosentase ketersediaan data
profil desa
2. Jumlah PKK aktif di
desa/kelurahan
3. Prosentase UP2K (Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga) yang aktif
4. Jumlah Pasar Desa yang aktif
5. Jumlah UED-SP LPM (Usaha
Ekonomi Desa Simpan Pinjam
Lumbung Pangan Masyarakat)
yang aktif
6. Jumlah Simpan pinjam
kelompok perempuan yang
aktif
7. Jumlah UEP (Usaha Ekonomi
Produktif) yang aktif
8. Jumlah BKAD (Badan
Kerjasama Antar Desa)
7. Jumlah kegiatan yang
melibatkan partisipasi
masyarakat
BIDANG KELUARGA
BERENCANA DAN
KESEJAHTERAAN
SOAIAL
Menurunnya
1. Prevenlace Rate (CPR)/ Peserta
prosentase keluarga
KB Aktif
miskin
2. DO (drop out) KB (%)
3. Unmet Need (PUS yg tidak
35
Target
Kinerja
4
93%
96.32%
90%
100%
100%
20%
494
100%
113
494
2545
121
15
9 keg
82.85%
11.75%
7.50%
No.
Sasaran Strategis
1
2
Indikator Kinerja
4.
5.
6.
7.
3
ingin anak tapi tidak ber
KB)(%)
Prosentase Jumlah peserta KB
Mandiri
Prosentase remaja mendapat
penyuluhan KRR
Prosentase perkawinan remaja
perempuan usia kurang dari
20 tahun
Jumlah UPPKS yang aktif
8. Persentase anggota UPPKS
(Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga
Sejahtera) yang ber KB
9. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Balita (BKB) aktif
10. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Remaja (BKR) aktif
11. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Lansia (BKL) aktif
12. Jumlah IMP (Institusi
Masyarakat
Pedesaan/Perkotaan) yang
aktif
13.
Target
Kinerja
4
41.15%
3.45%
18.70%
287
kelompok
68%
544
254
478
494
BIDANG
PERHUBUNGAN,
KOMUNIKASI,
INFORMATIKA DAN
PARIWISATA
Meningkatnya
kualitas pelayanan
public
1. Cakupan ketersediaan rambu
Jalan
2. Cakupan ketersediaan marka
jalan
3. Cakupan ketersediaan APILL
4. Prosentase titik parkir yang
terlayani
5. Prosentase tersedianya
angkutan umum yang
melayani wilayah yang telah
tersedia jaringan jalan untuk
jaringan jalan kabupaten
6. Prosentase tersedianya halte
yang layak fungsi pada setiap
prasarana kabupaten yang
telah dilayani angkutan umum
7. Prosentase rasio ijin trayek
36
100.00%
81.00%
100.00%
90.00%
75.00%
62.50%
100%
Target
Kinerja
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
8. Prosentase kendaraaan umum
laik jalan
9. Prosentase terpenuhinya
standar keselamatan bagi
angkutan umum
10. Prosentase tersedianya unit
pengujian kendaraan wajib uji
yang layak fungsi
11. Prosentase terpenuhinya
standar keselamatan pada
perlintasan sebidang
4
100%
12. Cakupan pengembangan dan
pemberdayaan Kelompok
Informasi
13. Prosentase data dan informasi
pemerintahan yang
dipublikasikan
14. Prosentase SKPD yang
memiliki jaringan berbasis LAN
15. Prosentase pendirian tower
telekomunikasi sesuai cellplan
16. Cakupan desa yang terlayani
Teknologi Informasi
17. Peningkatan jumlah
pengunjung pariwisata (
orang/tahun )
100.00%
Meningkatnya
keterbukaan
informasi dan
komunikasi public
Berkembangnya dan
meningkatnya daya
jual potensi wisata
14. BIDANG KOPERASI
DAN UKM
Meningkatnya peran 1. Prosentase Jumlah Koperasi
sektor perdagangan,
aktif.
kualitas koperasi dan
UMK
2. Prosentase Jumlah Koperasi
sehat.
3. Prosentase Peningkatan jumlah
Usaha mikro kecil
4. Prosentase usaha mikro yang
berkembanng menjadi usaha
kecil.
15. BIDANG
PENANAMAN
MODAL
Meningkatnya nilai
1. Prosentase jumlah perijinan
37
100%
100%
100%
68.00%
100.00%
100.00%
100.00%
261,034
85%
80%
20%
2%
100%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
1
2
3
4
investasi
yang dilayani
2. Prosentase peningkatan nilai
investasi.
16. BIDANG KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN
Meningkatnya
1. Prosentase arsip yang dikelola
kualitas pelayanan
public
2.Prosentase pengelolaan arsip
sesuai dengan pedoman
kearsipan
3.Prosentase Kunjungan
4. Prosentase jumlah unit yang
dibina
5. Prosentase jumlah koleksi
bahan pustaka
17. BIDANG PERTANIAN
Meningkatnya
1. Jumlah luasan panen
ketersediaan,
komoditas pertanian(Ha/th)
distribusi
dan
berbasis produk unggulan
konsumsi
serta
keamanan pangan
2. Panjang jaringan irigasi
perdesaan dalam kondisi baik
(m)
3. Luasan penerapan teknologi
intensifikasi pertanian (Ha)
4. Prosentase penerapan
tehnologi IB
5. Prosentase cakupan pelayanan
penyuluhan (WIBI)
6. Prosentase pengukuhan
kenaikan kelas kelompok
Lanjut
Madya
Utama
7. Cakupan layanan pemotongan
ternak pada RPH
8. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Besar
9. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Kecil
10. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Unggas
Meningkatnya usaha 11. Jumlah produksi komoditas
agribisnis dalam
perkebunan potensial
38
2.0%
15%
45%
10%
20%
5%
70,500
291,300
1090
80%
100%
9%
2%
3%
100%
1%
9%
5%
No.
1
18.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
2
pengelolaan potensi
pertanian
3
4
12. Jumlah produksi kelapa (ton)
24.967,09
setara kopra
13. Jumlah produksi kelapa deres 18.655,89
dalam bentuk gula (ton)
14. Jumlah produksi cengkeh
532,03
(ton)
15. Prosentase Peningkatan
10%
jumlah kelompok tani yang
menerapkan Teknologi
intensifikasi perkebunan
(kelompok)
BIDANG
OTONOMI
DAERAH,
PEMERINTAHAN
UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH,
KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN
Meningkatnya
kapasitas
pengorganisasian
pelaksanaan
pemerintahan,
1. Prosentase peningkatan PAD
pembangunan,
terhadap pendapatan daerah
kemasyarakatan
dan
pengelolaan
keuangan dan asset
daerah
2. Tingkat capaian PAD terhadap
target
3. Prosentase pengelolaan aset
yang dikelola dengan baik
4. Prosentase pemantauan
penyusunan APBDes tepat
waktu
5.Prosentase ketepatan waktu
dan keakuratan laporan
keuangan daerah
6. Tertib pengelolaan keuangan
daerah
1. Prosentase ketersediaan
jumlah pegawai sesuai formasi
2. Prosentase pejabat struktural
dan fungsional yang telah
memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan
3. Tingkat disiplin pegawai
4. Prosentase penyelesaian
administrasi kepegawaian
39
14.30%
100%
100%
100%
100%
100%
87%
90%
92%
100%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
1
2
3
4
Meningkatnya
kapasitas
pengawasan
kebijakan
pembangunan
1. Prosentase peningkatan
kapabilitas anggota DPRD
100%
2. Prosentase tingkat
pelaksanaan fungsi DPRD
100%
Meningkatnya
1. Tingkat ketersediaan kebijakan
kapasitas
daerah untuk penyelenggaraan
pengorganisasian
pemerintahan daerah
pelaksanaan
pemerintahan,
pembangunan,
kemasyarakatan dan
pengelolaan
keuangan dan asset
daerah
2. Prosentase jumlah urusan
daerah yang dikoordinasikan
3. Tingkat pelayanan
pembentukan kerjasama
daerah
4. Tingkat koordinasi bidang
pemerintahan umum
5. Prosentase penyelesaian
layanan administrasi
pemerintah daerah
6. Tingkat pelayanan kedinasan
kepala daerah/ wakil kepala
daerah
7. Tingkat perkembangan media
lokal dalam penyebarluasan
informasi pembangunan dan
pemerintahan daerah
8. Tingkat Pengkajian dan
Penelitian Bidang Komunikasi
dan Informasi
9. Tingkat kapasitas SDM bidang
komunikasi dan informasi
10. Tingkat kemudahan akses
masyarakat terhadap informasi
publk
11. Tingkat Pelayanan Kedinasan
Pimpinan Daerah
12. Prosentase ketertiban
administrasi pemerintahan
40
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Kinerja
1
2
3
4
desa
13. Prosentase layanan
persandian
Meningkatnya
1. Prosentase cakupan desa yang
kapasitas pembinaan
diperiksa/dievaluasi
dan pengawasan
internal pelaksanaan
pembangunan
2. Prosentase cakupan satuan
kerja yang diperiksa per tahun
3. Prosentase cakupan maturitas
SPIP bernilai 2 pada 10 SKPD
4. Prosentase pengembalian
kerugian negara/daerah ke kas
negara/daerah
5. Prosentase cakupan
pemeriksaan kasus yang
tertangani
6. Prosentase SDM Pemeriksa
yang mengikuti Bimtek
7. Tingkat ketersediaan sistem
dan prosedur pengawasan
Meningkatnya
1. Capaian penyelesaian
kapasitas
permasalahan bidang
pengorganisasian
pemerintahan
pelaksanaan
pemerintahan,
pembangunan,
kemasyarakatan dan
pengelolaan
keuangan dan asset
daerah
2. Capaian penyelesaian
permasalahan bidang
pembangunan
3. Capaian penyelesaian
permasalahan bidang
kemasyarakatan
4. Cakupan jumlah desa/
kelurahan yang terbina
5. Prosentase jumlah
permohonan pelayanan yang
terlayani
Meningkatnya
kesiapsiagaan
pemerintah
1. Tertanganinya gangguan
trantibum
41
100 %
20%
80%
20%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
No.
1
Sasaran Strategis
2
kabupaten dan
masyarakat dalam
mitigasi dan
penanggulangan
bencana
Indikator Kinerja
3
1. Cakupan wilayah pencegahan
bencana
2. Kelompok jejaring
kebencanaan
4. Prosentase ketersediaan
analisis jenis bencana
5. Cakupan sarana prasarana
kesiapsiagaan bencana
kewilayahan
6. Cakupan kejadian tangap
darurat yang tertangani
7. Tingkat pemberdayaan
masyarakat pasca bencana
8. Cakupan pemenuhan sarana
prasarana pasca bencana
9. Cakupan pelayanan kebakaran
di kabupaten
10. Tingkat penanganan kejadian
kebakaran
Meningkatnya
kapasitas
pengorganisasian
pelaksanaan
pemerintahan,
pembangunan,
kemasyarakatan
dan pengelolaan
keuangan dan
asset daerah
Target
Kinerja
4
25%
12 klmpk
28.5%
3.4%
100.0%
20.0%
60%
17.10%
100%
11. Tingkat waktu tanggap
(response time rate)
100%
12. Prosentase aparatur
pemadam kebakaran yang
memenuhi standar kualifikasi
100%
13. Jumlah mobil pemadam
kebakaran diatas 3000 –
5000 liter pada WMK.
3 unit
Prosentase tertib administrasi
kelurahan (terlayaninya
masyarakat untuk administrasi
pemerintahan kelurahan);
(ketersediaan prioritas
pembangunan kelurahan;
terfasilitasi dan
terkoordinasinya pelaksanaan
pembangunan kelurahan); dan
(terjaganya kondusifitas
ketertiban dan keamanan
kelurahan; terfasilitasi dan
42
100%
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
3
terbinanya kegiatan
pemberdayaan masyarakat)
Target
Kinerja
4
Purworejo, 1 Januari 2016
Pj. BUPATI PURWOREJO
AGUS UTOMO, S. Sos
43
KATA PENGANTAR
Rencana Kinerja Tahunan {RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 20rc
merupakan penjabaran program-prograrn dari Rencana Pem$angunan Jangka
Menengah (RPJMD) Tahun 2AL6-2A2A. Kegiatan-kegiatan indikatif yang akan
dilaksanakan pada tahun 2016 berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun rnerupakan hasil evaluasi penyel,enggaraan
pembangunan daerah tahun lalu, kineda makro daerah dan kinerja rnilrro
(SKPD pengelola kegiatan), tamtangan
utarra dan prioritas pembangunan tahun
2015.
RKT berisi materi dasar hukurn, kondisi aktual Kabupaten
Purworejo, lingkungan strategis yang berpengaruh, visi, misi arah dan tuljuan
pembangunan daerah, sasaran pembangunan daerah, prCIgram prioritas
pembangunan daerah dan kegiatan bidang urusan w4iib maupun urusan
pilihan daerah Kabupaten Purworejo.
ini dimaksudkan sebagai acuar dan pedomarl untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tr.rjuan daerah serta oneningkatnya
RICI Daerah
akuntabilitas kinerja yang transparan menuju good govenrance.
Furworejo, 1 Januari 2016
keuangan dan
asset daerah
pembangunan kelurahan) ; dan
(terjaganya kondusilitas
ketertiban dan keamanan
kelurahan; terfasiiitasi dan
terblnanya kegiatan
pemberdayaan masyarakat)
Puiworejo,
1
Pj. BUPATT
flIAGUS
Januari 2016
o
Download