pertambangan dan energi

advertisement
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
BAB IX
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
A. PERTAMBANGAN
1. Pendahuluan
Pembangunan sektor pertambangan dilaksanakan untuk meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil tambang. Sehu bungan dengan itu dilakukan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam berupa sumber mineral
dan energi dengan memanfaatkan teknologi tinggi maupun teknologi tepat guna sehingga produksi dan ekspor hasil pertambangan akan makin meningkat. Pembangunan pertambangan juga
diarahkan untuk lebih memperluas kesempatan kerja dan memenuhi keperluan bahan baku industri dalam negeri.
Produksi berbagai hasil tambang terus meningkat pada masa
Repelita I hingga pertengahan Repelita III. Namun dengan terjadinya resesi ekonomi dunia pada akhir Repelita III, pemasaran berbagai hasil-hasil tambang terutama logam, sedang mengalami kelesuan. Demikian pula produksi sebagian besar hasil
pertambangan terkecuali batubara, terus menurun sejak tahun
1982.
Timah menghadapi kejenuhan dalam pasar, sehingga Dewan
Timah Internasional telah membatasi ekspor timah negara-negara anggotanya, termasuk ekspor timah Indonesia.
Sebaliknya produksi batubara terus meningkat sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk lebih banyak menggunakan
batubara sebagai salah satu sumber energi pengganti bahan bakar minyak.
Minyak bumi masih memainkan peranan penting , sebagai sumber penerimaan negara dan sumber energi. Produksi minyak bumi
yang terus meningkat sejak Repelita I, pada tahun keempat Re pelita III produksinya menurun disebabkan adanya pembatasan
produksi oleh OPEC terhadap negara-negara anggotanya.
Sementara itu produksi gas bumi terus ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya penggunaan gas bumi sebagai sumber energi dan bahan baku industri dalam negeri.
Menurunnya produksi beberapa jenis hasil tambang yang di-
IX/3
sebabkan lesunya pasaran dunia, tidak menyebabkan menurunnya
usaha pengembangan pertambangan, yang mencakup kegiatan inventarisasi dan eksplorasi berbagai sumber daya mineral dan
energi. Usaha ini dilakukan tidak hanya untuk menjamin kelangsungan dan peningkatan produksi, tetapi juga merupakan
usaha mencari komoditi hasil tambang baru dalam rangka penganekaragaman hasil-hasil pertambangan.
Dalam pada itu, pengembangan sumber daya mineral dan energi juga dilakukan di lautan dan tidak terbatas hanya pada
minyak dan gas bumi di lepas pantai, tetapi juga diarahkan
untuk mengembangkan bahan tambang dan mineral lainnya. Sejalan dengan hal ini antara lain telah dilaksanakan penyelidikan geologi kelautan dan latihan bagi tenaga-tenaga yang bergerak dalam kegiatan geologi di lautan.
Hasil-hasil yang telah dicapai serta perkembangan produksi berbagai hasil pertambangan sampai tahun pertama Repelita
IV sebagaimana terdapat dalam Tabel IX-1 dapat diuraikan sebagai berikut.
2. Perkembangan Hasil Pertambangan
a. Minyak Bumi
Produksi minyak bumi selama Repelita I dan Repelita II
mengalami kenaikan cukup besar dan mencapai produksi puncak
pada tahun keempat Repelita II dengan jumlar produksi sebesar
616,5 juta barrel. Produksi minyak bumi pada tahun 1984/85
adalah sebesar 505,1 juta barrel yang terdiri dari 456,9 juta
barrel minyak mentah dan 48,2 juta barrel kondensat jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 1983/84 yang berjumlah
517,6 juta barrel maka produksi tahun pertama Repelita IV ini
mengalami penurunan sebesar 2,4% (Tabel IX-1).
Penurunan produksi minyak bumi ini disebabkan terutama
karena melemahnya pasaran minyak dunia akibat resesi ekonomi
yang berkepanjangan, yang selanjutnya menyebabkan pembatasan
produksi oleh OPEC terhadap semua anggotanya termasuk Indonesia. Indonesia sebenarnya mampu menghasilkan 1,6 juta barrel
minyak bumi setiap hari, tetapi sesuai dengan keputusan OPEC
tersebut sejak kwartal terakhir tahun 1982/83 tingkat produksi minyak Indonesia dibatasi maksimal 1,3 juta barrel per hari. Pembatasan ini menyebabkan fasilitas produksi hanya bekerja 81% dari kemampuan yang ada.
IX/4
TABEL IX – 1
PRODUKSI HASIL-HASIL PERTAMBANGAN,
1968 - 1984/85
*) Angka Diperbaiki
IX/5
Perkembangan hasil produksi minyak bumi sejak tahun 1968
sampai dengan tahun pertama Repelita IV dapat dilihat dalam
Tabel IX-2.
Usaha pengembangan lapangan minyak bumi tetap dilaksanakan meskipun produksi minyak bumi telah dibatasi. Pada tahun
1984/85 usaha ini menghasilkan eksplorasi seismik sepanjang
28.956 km lintasan. Jika dibandingkan dengan hasil ekplorasi
seismik pada tahun 1983/84 yang mencapai 50.944 km lintasan,
telah terjadi penurunan sebesar 51,7%. Eksplorasi pemboran
sumur tahun 1984/85 menghasilkan 220 sumur, yang jika dibandingkan dengan tahun 1983/84 sejumlah 250 sumur telah menga lami penurunan sebesar 12%.
Sementara itu dalam tahun 1984/85 telah ditandatangani 3
kontrak bagi hasil baru di daerah Muara Teweh (Kalimantan Tengah); daerah daratan dan lepas pantai Irian Jaya dan daratan
Merangin (Jambi). Dengan penandatanganan kontrak-kontrak baru
tersebut, diharapkan kegiatan eksplorasi minyak dapat lebih
ditingkatkan sehingga dapat menambah jumlah lapangan minyak
yang berproduksi.
Hasil eksplorasi yang telah dilakukan sampai saat ini baik di darat maupun di lepas pantai , menunjukkan adanya 50 cekungan yang prospektif mengandung minyak dan gas bumi. Dari
jumlah tersebut baru 18 diantaranya yang telah dieksplorasi
secara intensif dan 10 diantaranya sudah mulai menghasilkan.
Dengan demikian kegiatan eksplorasi masih akan terus dilaku kan untuk menangani sisa cekungan yang ada.
Pengilangan
Penjualan BBM dalam negeri dari tahun ke tahun selalu meningkat dan pada tahun pertama Repelita IV telah mencapai
163,6 juta barrel , dimana lebih dari separuhnya merupakan jenis BBM hasil tengah, yaitu berupa: solar, minyak tanah dan
bahan bakar jet.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor BBM, telah ditingkatkan kapasitas kilang, seperti
perluasan kilang Cilacap, Balikpapan dan unit hydrocracker
Dumai.
Pengilangan minyak mentah pada tahun 1984/85 adalah sebesar 199,6 juta barrel . Dari jumlah tersebut , pengilangan yang
IX/6
TABEL IX - 2
PRODUKSI MINYAK BUMI,
1968 - 1984/85
(juta barrel)
Tahun
Minyak
Mentah
1968
219,9
1973/74
Kondensat
Jumlah
-
219,9
508,4
-
508,4
1978/79
570,1
19,1
589,2
1982/83
425,3
33,7
459,0
1983/84
477,9
39,7
517,6
1984/85
456,9
48,2
505,1
IX/7
dilaksanakan di dalam negeri adalah 157,4 juta barrel. Apabila dibandingkan dengan jumlah pengilangan pada tahun 1983/84
sebesar 9 8 , 5 juta barrel berarti meningkat 59,80%. Hasil-hasil pengilangan minyak di dalam negeri dapat dilihat pada
Tabel IX-3.
Ekspor
Suasana perekonomian dunia sangat mempengaruhi perkembangan pasaran minyak bumi internasional, sehingga ekspor mi nyak bumi dalam tahun-tahun terakhir Repelita III telah mengalami penurunan. Pada tahun 1984/85 ekspor minyak bumi adalah sebesar 343,6 juta barrel, yang apabila dibandingkan dengan ekspor pada tahun 1983/84 yang berjumlah 356 juta barrel, berarti terjadi penurunan sebesar 3,5%. Di samping itu,
juga terjadi penurunan ekspor hasil minyak dari 57,1 juta
barrel pada tahun 1983/84 menjadi 56,7 juta barrel pada tahun
1984/85 atau menurun 0,7%.
Hasil-hasil ekspor minyak bumi dan hasil minyak dapat dilihat pada Tabel IX-4.
Pemasaran Dalam Negeri
Sebagai akibat peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai sektor, maka peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak cukup tinggi. Sejalan dengan hal tersebut telah dilakukan usaha
penambahan kilang serta peningkatan dan penambahan sarana pe nyaluran BBM diberbagai lokasi antara lain penambahan atau
pembangunan depot-depot baru serta perluasan depot lama, pembangunan pelabuhan BBM, tangki penimbun, kapal tangki, truktruk tangki, kereta tangki, jalan pipa, stasiun pengisian BBM
untuk umum.
Dalam tahun 1984/85 telah diselesaikan 38 depot atau 90%
dari 42 depot yang direncanakan. Penambahan depot ini diha rapkan akan memperlancar penyediaan bahan bakar yang diperlukan. Sarana penimbunan yang telah selesai dibangun antara lain di Sibolga, Teluk Bayur, Panjang, Lhok Seumawe, Pangkal
Balam, Malang, Banjarmasin, Kupang, Tanjung Perak, Bitung,
Bengkulu, Meulaboh, Labuhan Bilik, P. Batam, Ketapang, Palangkaraya.
Pemasaran BBM dalam negeri pada tahun 1984/85 mencapai
jumlah 163.556 ribu barrel yang menunjukkan kenaikan 1,4 %
dibandingkan pemasaran tahun 1983/84 sebesar 161.235 ribu
barrel. Peningkatan pemakaian BBM di dalam negeri disebabkan
IX/8
TABEL IX - 3
PENGILANGAN MINYAK BUMI,
1968 - 1984/85
( j u t a barrel)
Tahun
Kilang
dalam negeri
Kilang
luar negeri
1968
72,3
-
72,3
1973/74
118,8
10,3
129,1
1978/79
105,8
52,4
158,2
1982/83
89,9
93,5
183,4
1983/84
98,5
98,8
197,3
1984/85
157,4
42,2
199,6
Jumlah
IX/9
GRAFIK IX - 1
PENGILANGAN MINYAK BUMI,
1968 - 1984/85
IX/10
TABEL IX – 4
EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK,
1968 - 1984/85
(juta barrel)
Tahun
Minyak bumil)
Hasil Minyak2)
Jumlah
1968
149,1
27,6
176,7
1973/74
380,1
59,1
439,2
1978/79
463,3
41,6
504,9
1982/83
302,2
33,9
336,1
1983/84
356,0
57,1
413,1
1984/85
343,6
56,7
400,3
1) Termasuk kondensat
2) Tidak termasuk LPG
IX/11
meningkatnya penggunaan BBM untuk industri dan alat-alat perhubungan. Peningkatan pemakaian BBM tersebut sejalan dengan
meningkatnya pemakaian minyak pelumas. Perkembangan pemasaran
bahan bakar minyak dan bahan pelumas dapat dilihat pada Tabel
IX-5.
b.
Gas Bumi
Produksi dan pemanfaatan gas bumi pada Repelita I, II dan
III mengalami peningkatan yang cukup besar karena adanya pe ningkatan ekspor serta peningkatan penggunaan gas bumi di dalam negeri pada industri-industri dan rumah tangga. Produksi
gas bumi dalam tahun 1984/85 adalah sebesar 1.544,5 milyar
kaki kubik dengan pemanfaatan sebesar 1.417,4 milyar kaki ku bik. Jika dibandingkan dengan tahun 1983/84 yaitu produksi
sebesar 1.288,2 milyar kaki kubik dan pemanfaatan sebesar
1.132,5 milyar kaki kubik maka terjadi kenaikan produksi
256,3 milyar kaki kubik atau 19,9% dan kenaikan pemanfaatan
284,9 milyar kaki kubik atau 25%.
Kenaikan pemanfaatan gas bumi sebanyak 25% tersebut, terutama disebabkan meningkatnya pemanfaatan gas bumi untuk LNG,
serta untuk industri Pupuk Kujang, Pupuk Asean, Pusri, Pupuk
Kaltim; pemakaian gas bumi sebagai energi pengganti BBM untuk
kilang Balikpapan; bahan penolong dalam proses pengolahan baja di Krakatau Steel dan untuk gas kota di Jakarta, Bogor dan
Cirebon oleh PGN.
Hasil-hasil produksi dan pemanfaatan gas bumi, serta produksi dan ekspor LNG dapat dilihat pada Tabel IX-6 dan Tabel
IX-74
c. Batubara
Pemanfaatan batubara merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan diversifikasi sumber energi, agar tidak hanya ter gantung pada sumber energi minyak bumi. Pengembangan batubara
dilakukan melalui peningkatan eksplorasi dan produksi batuba ra yang didukung oleh kebijaksanaan lain di bidang energi,
antara lain mengutamakan pemakaian batubara bagi pembangkit
tenaga listrik dan bagi industri-industri tertentu, serta perencanaan sarana-sarana penyaluran dan pengangkutan dari daerah produksi ke tempat pemakaian.
Kegiatan-kegiatan eksplorasi dan produksi batubara dilaksanakan di daerah Bukit Asam, Sumatera Selatan oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam, di daerah Ombilin, Sumatera Barat
IX/12
TABEL IX - 5
PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,
1968 - 1984/85
(ribu barrel)
Jenis
No.
1973/74
(Akhir Repelita I)
1968
Hasil Tambang
Bahan bakar
minyak* )
34.516
1978/79
(Akhir Repelita II)
1983/84
1982/83
(Akhir Repelita III)
1984/85
59.763
119.888
159.891
161.235
163.556
Bahan pelumas
-
611
800
969
1.337
1.574
Hasil-hasil khusus
dan bahan kimia
-
953
2.220
3.123
3.195
3.008
*)
Termasuk Aviation Gasoline dan Bunker Oil
yang dijual untuk kapal terbang dan kapal laut
asing yang berlabuh di pelabuhan Indonesia, serta
pemakaian sendiri
GRAFIK IX - 2
PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,
1968 - 1984/85
TABEL IX - 6
PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,
IX/14
1968 - 1984/85
(milyar kaki kubik)
Tahun
Produksi
Pemanfaatan
1968
116,0
59,9
1973/74
186,1
53,3
1978/79
868,2
650,6
1982/83
1.099,9
932,0
1983/84
1.288,2* )
1.132,5
1984/85
1.544,5
1.417,4
*) Angka diperbaiki
IX/15
GRAFIK IX - 3
PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,
1968 - 1984/85
IX/16
TABEL IX - 7
PRODUKSI DAN EKSPOR LNG,
1978/79 - 1984/85
(ribu MMBTU)
Tahun
Produksi
Ekapor
1978/79
226.172,2
221.685,0
1982/83
477.800,0
477.783,0
1983/84
569.303,7
5 5 5 . 5 0 0 , 0 *)
1984/85
794.500,0
772.000,0
* ) Angka diperbaiki
IX/17
GRAFIK IX - 4
PRODUKSI DAN EKSPOR LNG,
1968 - 1984/85
(Ribu MM BTU)
IX/18
oleh Perum Tambang Batubara, serta di daerah Kalimantan Timur
dan Kalimantan Selatan yang dilakeanakan dengan kontrak kerjasama antara Perum Tambang Batubara dengan kontraktor swasta
asing. Untuk menyalurkan hasil tambang batubara Bukit Asam,
kini sedang dilaksanakan pembangunan terminal batubara di Tarahan, Lampung. Untuk meningkatkan penyaluran hasil tambang
batubara Ombilin sedang dilakukan pembangunan pelabuhan ba tubara di Teluk Bayur.
Produksi batubara pada tahun 1984/85 adalah 1.200,7 ribu
ton dan apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1983/84
sebesar 614,7 ribu ton maka terjadi kenaikan sebesar 586 ribu
ton atau 95,33%. Kenaikan produksi yang terbesar adalah pada
tambang batubara Bukit Asam. Batubara juga diproduksi di daerah-daerah lain secara kecil-kecilan seperti di Jawa Barat.
Hasil-hasil produksi batubara dari Ombilin dan Bukit Asam seperti tampak pada Tabel IX-8.
d. Timah
Usaha untuk mengembangkan produksi bijih timah dan logam
timah dilakukan dengan penambahan fasilitas produksi dan perbaikan serta pengembangan cara-cara penambangan, serta ekstensifikasi daerah penambangannya.
Pengelolaan penambangan timah dilakukan oleh PT Tambang
Timah di daerah Bangka, Belitung, Karimun dan Bangkinang. Penambangan dengan cara kontrak karya juga dilakukan antara perusahaan swasta nasional dan swasta asing dengan PT Tambang
Timah.
Adanya resesi ekonomi dunia ternyata turut mempengaruhi
penggunaan timah di dunia. Dewan Timah Internasional pada kuartal terakhir tahun 1982/83 menetapkan pembatasan ekspor timah anggota-anggotanya karena melimpahnya persediaan timah
dunia. Dengan keputusan tersebut maka produksi dan ekspor timah Indonesia mengalami penurunan.
Produksi bijih dan logam timah pada tahun 1984/85 adalah
sebesar 23 ribu ton dan 22 ribu ton. Jumlah produksi tersebut
menurun apabila dibandingkan dengan tahun 1983/84, yaitu produksi bijih timah 25,4 ribu ton dan logam timah 25,8 ribu
ton, atau masing-masing menurun 9,4% dan 14,7%. Angka-angka
produksi bijih dan logam timah terlihat pada Tabel IX-9.
Ekspor dan penjualan logam timah di dalam negeri tahun
1984/85 masing-masing adalah sebesar 21,6 ribu ton dan
TABEL IX - 8
PRODUKSI BATUBARA,
1968 - 1984/85
IX/19
(ribu ton)
Produksi pada unit
Ombilin
Tahun
Bukit Asam
Jumlah
1968
68,9
91,0
159,9
1973/74
81,3
64,5
145,8
1978/79
86,1
178,0
264,1
1982/83
265,6
190,9
456,5
1983/84
410,5
204,2
614,7
1984/85
625,3
575,4
1.200,7
IX/20
GRAFIK IX - 5
PRODUKSI BATUBARA,
1968 - 1984/85
IX/21
TABEL IX - 9
PRODUKSI BIJIH DAN LOGAM TIMAH,
1968 - 1984/85
(ribu ton)
Tahun
IX/22
Bijih Timah
Logam Timah
1968
16,9
-
1973/74
22,9
14,8
1978/79
27,4
24,3
1982/83
33,0
30,2
1983/84
25,4
25,8
1984/85
23,0
22,0
1.641,7 ton. Jumlah ekspor tersebut menurun terhadap ekspor
tahun 1983/84 sebesar 25 ribu ton. Penjualan dalam negeri meningkat apabila dibandingkan tahun 1983/84 yaitu sebesar
406,1 ton, karena meningkatnya permintaan untuk bahan baku
industri dan kerajinan timah. Pemasaran logam timah adalah
seperti tampak pada Tabel IX-10.
e.
Nikel
PT Aneka Tambang Unit Pertambangan Nikel melaksanakan penambangan didaerah Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan di Pulau
Gebe, Maluku Utara. PT Aneka Tambang ini menghasilkan dua macam produk yaitu bijih nikel dan ferro nikel yang berkadar
20% nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Pada tahun pertama
Repelita IV produksi bijih nikel adalah sebesar 946,3 ribu
ton, yang berarti penurunan 30% apabila dibandingkan produksi
tahun 1983/84 sebesar 1.353,3 ribu ton. Namun ekspor ferro
nikel meningkat dari 788,7 ribu ton pada tahun 1983/84 menjadi 926,7 ribu ton pada tahun 1984/85 atau naik 17,5%. Naiknya
ekspor yang disertai dengan penurunan produksi disebabkan masih tersedianya sisa produksi tahun-tahun lalu yang belum dapat diekspor. Hasil produksi dan ekspor ferro nikel pada tahun 1984/85 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
1983/84, yaitu produksi dari sebanyak 4.935,1 ton menjadi
4.762,5 ton atau mengalami penurunan 3,5% dan ekspor ferro
nikel dari sebesar 5.014,1 ton menjadi 4.910,3 ton atau mengalami penurunan 2,1%. Angka-angka hasil produksi PT Aneka
Tambang sampai tahun 1984/85 adalah seperti tampak pada Tabel
IX-11 dan Tabel IX-12.
Di samping penambangan oleh PT Aneka Tambang, di Soroako,
Sulawesi Selatan dilakukan penambangan nikel oleh PT Indonesia Nickel Company. Nikel di Soroako diolah menjadi nikel
matte yang berkadar 75% nikel. Hasil produksi tahun 1984/85
adalah 22.236 ton dan ekspor tahun 1984/85 adalah 22.664 ton.
Apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1983/84, sebesar
21.048 ton dan ekspor 22.443 ton, masing-masing meningkat
5,6% dan 0,98%. Produksi dan ekspor nikel matte sampai tahun
1984/85 tercantum seperti terlihat pada Tabel IX-13.
f.
Bauksit
Pengusahaan bauksit di Pulau Bintan dan pulau-pulau sekitarnya yaitu Tembiling, Kelong, dan Dendang dilaksanakan oleh
PT Aneka Tambang Unit Pertambangan Bauksit. Penambangan di
Pulau Angkut pada saat ini telah dihentikan karena cadangannya sudah menipis. Produksi bauksit pada tahun 1984/85 adalah
IX/23
TABEL IX - 10
PEMASARAN LOGAM TIMAH,
1968 - 1984/85
Tahun
IX/24
Ekspor
(ribu ton)
Penjualan Dalam
Negeri
(ton)
1968
16,8
-
1973/74
21,0
511,1
1978/79
25,6
416,4
1982/83
27,7
464,2
1983/84
25,0
406,1
1984/85
21,6
1.641,7
TABEL IX - 11
PRODUKSI DAN EKSPOR BIJIH NIKEL,
1968 - 1984/85
(ribu ton)
Tahun
Produksi
Ekspor
1968
261,9
240,5
1974/75
989,9
830,4
1978/79
1.178,0
887,6
1982/83
1.591,2
897,5
1983/84
1.353,3
788,7*)
1984/85
946,3
926,7
* ) Angka diperbaiki
IX/25
TABEL IX - 12
PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL DALAM FERRO NIKEL,
1978/79 - 1984/85
(ribu ton)
IX/26
Tahun
Produksi
Ekspor
1978/79
4.403,8
5.112,0
1982/83
4.923,1
4.576,3
1983/84
4.935,1
5.014,1
1984/85
4.762,5
4.910,3
TABEL IX - 13
PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL MATTE,
1978/79 - 1984/85
(ribu ton)
Tahun
Produksi
Ekspor
1978/79
5.705
7.420
1982/83
13.903
15.876
1983/84
21.048
22.443
1984/85
22.236
22.664
IX/27
sebesar 1.009,6 ribu ton dan ekspor sebesar 960,6 ribu ton.
Jumlah ini mengalami kenaikan apabila dibandingkan tahun
1983/84 dimana produksinya sebesar 841,9 ribu ton atau naik
19,9% dan ekspornya naik sebesar 861,2 ribu ton atau meningkat 11,54%. Meskipun demikian peningkatan ekspor pada tahun
pertama Repelita IV masih lebih rendah dari jumlah ekspor bauksit pada tahun pertama Repelita III yaitu sebesar 1.168,3
ribu ton. Perkembangan produksi dan ekspor bauksit tampak pada Tabel IX-14.
g.
Pasir Besi
Unit Pertambangan Pasir Besi PT Aneka Tambang pada saat
ini hanya melaksanakan penambangan pasir besi di daerah pantai Cilacap karena cadangan pada unit penambangan di Pelabuhan Ratu sudah habis sejak 1982. Sebagian besar hasil produksi
pasir besi adalah untuk konsumsi dalam negeri, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik semen, sedangkan volume ekspornya tidak kontinyu karena tergantung permintaan. Produksi
tahun 1984/85 adalah sejumlah 91,4 ribu ton dan apabila dibandingkan dengan tahun 1983/84 sebesar 122,1 ribu ton berarti mengalami penurunan sebesar 25%. Perkembangan produksi pasir besi dapat dilihat dalam Tabel IX-15.
h.
Emas dan Perak
Unit Pertambangan Emas dan Perak PT Aneka Tambang mengelola penambangan emas dan perak di daerah Cikotok, Jawa Barat. Jumlah emas dan perak yang dihasilkan semakin rendah sehubungan dengan makin berkurangnya kandungan emas dan perak
di daerah tersebut. Di samping itu, PT Freeport Indonesia
yang bergerak dalam usaha penambangan tembaga di Irian Jaya
juga menghasilkan emas dan perak yang merupakan logam ikutan
dalam konsentrat tembaga. Di daerah-daerah Kalimantan, emas
dihasilkan oleh penambangan rakyat yang masih menggunakan
peralatan dan cara yang sangat sederhana sehingga hasil produksinya tidak kontinyu.
Produksi emas dan perak yang tercatat pada tahun 1984/85
adalah sejumlah 215 kg dan 2.171,3 kg. Apabila angka tersebut
dibandingkan dengan produksi tahun 1983/84 yaitu emas sebesar
265,1 kg dan perak sebesar 1.684 kg berarti produksi emas mengalami penurunan 18,9% dan produksi perak mengalami kenaikan
28,9%.
Angka-angka perkembangan produksi dan penjualan logam
IX/28
TABEL IX - 14
PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT,
1968 - 1984/85
(ribu ton)
Produkai
Ekspor
879,3
847,7
1973/74
1.204,7
1.266,4
1978/79
964,9
981,6
1982/83
721,0
792,6
1983/84
841,9
861,2
1984/85
1.009,6
960,6
Tahun
1968
IX/29
TABEL IX - 15
PRODUKSI DAN EKSPOR PASIR BESI,
1973/74 - 1984/85
(ribu ton)
Tahun
Ekspor
1973/74
321,7
283,6
1978/79
120,2
66,5
1982/83
135,7*)
10,3
1983/84
122,1
12,0
1984/85
91,4
-
* ) Angka diperbaiki
IX/30
Produksi
emas dan perak adalah seperti dapat dilihat pada Tabel IX-16
dan Tabel IX-17.
i . Tembaga
Penambangan tembaga di daerah Tembagapura, Irian Jaya dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Produksi konsentrat tembaga pada tahun 1984/85 tercatat sejumlah 200,2 ribu ton kering dan ekspor sejumlah 203,6 ribu ton kering. Angka-angka
produksi dan ekspor ini bila dibandingkan dengan tahun
1983/84 yaitu produksi 199,7 ribu ton kering dan ekspor 202,8
ribu ton kering berarti mengalami sedikit kenaikan yaitu produksi naik 0,02% dan ekspor naik 0,04%.
Angka-angka perkembangan produksi tembaga dan ekspor tembaga adalah seperti tercantum pada Tabel IX-18.
j. Batu Granit
Penambangan batu granit dilakukan di sekitar pulau Kari mun, Riau dipergunakan untuk bahan-bahan konstruksi. Produksi
batu granit sejak beberapa tahun lalu pada umumnya cenderung
meningkat sesuai dengan meningkatnya kegiatan pembangunan.
Namun pada awal Repelita IV produksi batu granit menurun dari
2.190,7 ribu ton pada tahun 1983/84 menjadi 1.433,9 ribu ton
pada tahun 1984/85 atau menurun 34,5%. Penurunan produksi ini
disebabkan berkurangnya permintaan di dalam negeri. Sementara
itu ekspor batu granit juga menurun yaitu dari 1.390,4 ribu
ton pada tahun 1983/84 menjadi 1.033,9 ribu ton pada tahun
1984/85 atau menurun 25,6% yang disebabkan menurunnya ekspor
ke Malaysia dan Singapura. Hasil-hasil produksi dan penjualan
batu granit adalah seperti tampak pada Tabel IX-19.
k. Bahan-bahan Tambang Lainnya
Bahan tambang yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya adalah bahan galian industri atau bahan galian golongan C
seperti kaolin, mangan, aspal, yodium, belerang, fosfat, as bes, pasir kwarsa, marmer, batu gamping, feldspar, dan bentonit. Biasanya usaha penambangan bahan-bahan ini dilakukan oleh badan usaha milik negara, perusahaan swasta nasional maupun penambangan yang dilakukan oleh unit-unit usaha rakyat
dalam ukuran kecil atau koperasi.
Hasil-hasil tambang ini umumnya digunakan bagi kepentingan di dalam negeri. Bimbingan dalam pengembangan penambangan
maupun pengolahan hasil-hasil tambang Serta masalah kesela-
IX/31
TABEL IX - 16
PRODUKSI DAN PENJUALAN LOGAN EMAS DI DALAM NEGERI,
1968 - 1984/85
(kilogram)
Tahun
1968
IX/32
Produksi
129,6
Penjualan
Dalam Negeri
-
1973/74
327,3
324,0
1978/79
220,3
250,9
1982/83
262,4
251,2
1983/84
265,1
261,0
1984/85
215,0
223,5
TABEL IX - 17
PRODUKSI DAN PENJUALAN LOGAN PERAK DI DALAN NEGERI,
1968 - 1984/85
(kilogram)
Tahun
Produksi
Penjualan
Dalam Negeri
1968
9.885
8.743,0
1973/74
8.426
3.800
1978/79
2.216
2.397
1982/83
3.134
2.852
1983/84
1.684
1.700
1984/85
2.171,3
2.207,4
IX/33
TABEL IX - 18
PRODUKSI DAN EKSPOR KONSENTRAT TEMBAGA,
1973/74 - 1984/85
(ribu ton kering)
Tahun
I X /3 4
Produksi
Ekspor
1973/74
125,9
114,2
1978/79
184,9
167,8
1982/83
225,4
211,6
1983/84
199,7
202,8
1984/85
200,2
203,6
TABEL IX - 19
PRODUKSI, EKBPOR DAN PENJUALAN DALAN NEGERI BATU GRANIT,
1973/74 - 1984/85
(ribu ton)
Tahun
Produksi
Penjualan
dalam negeri
Ekspor
1973/74
415,0
138,8
148,6
1978/79
491,1
239,3
252,1
1982/83
2.307,0
1.165,3
713,6
1983/84
2.190,7
334,7
1.390,4
1984/85
1.433,9
-
1.033,9
IX/35
matan kerjanya juga ditingkatkan oleh aparat pertambangan karena lapangan pekerjaan ini banyak melibatkan tenaga kerja.
Angka-angka perkembangan hasil produksi pertambangan golongan
ini adalah seperti terlihat pada Tabel IX-20.
3 . Kegiatan Penunjang
Di samping kegiatan-kegiatan pokok yang diperlukan dalam
pengembangan pertambangan juga dilaksanakan kegiatan-kegiatan
penunjang yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pokok
tersebut. Kegiatan yang sifatnya menunjang di dalam pembangunan pertambangan pada tahun pertama Repelita IV antara lain meliputi penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta peningkatan efisiensi aparatur pemerintahan.
Salah satu usaha bagi pengembangan sektor pertambangan adalah kegiatan-kegiatan di bidang geologi yaitu antara lain
membuat peta geologi bersistem, pemetaan geologi teknik, penyelidikan gerakan tanah, pemetaan hidrogeologi bersistem,
survai geofisika, seismik, pemetaan gays berat dengan berbagai macam skala antara 1 : 100.000 dan 1 : 250.000. Kegiatan
geologi tata lingkungan maupun geologi teknik khusus di pusatkan di daerah Jawa dan Madura karena jumiah penduduknya
yang cukup besar. Hasil-hasil pemetaan geologi untuk Jawa-Madura telah mencapai 84,5% dan di luar Jawa-Madura sebesar
69,6X. Dalam pada itu juga dikembangkan penelitian geologi
kelautan untuk pengembangan sumber daya mineral yang ada di
laut.
Inventarisasi dan eksplorasi mineral logam, mineral bukan
logam dan batubara terus dikembangkan di berbagai tempat di
Indonesia sehingga dapat ditemukan berbagai macam mineral antara lain tembaga, timah, timbal, sang, emas, perak, air raksa, besi, kromit, zeolith, wolfram, tufit, mangan, pirofilit,
terasaki dan lainnya.
Usaha eksplorasi batubara di Bukit Asam diadakan di Muara
Tiga, Airlaya, Suban dan eksplorasi di Ombilin telah diadakan
pengembangan ke daerah Waringin dan Parambahan. Selain batubara di Sumatera Selatan juga di temukan cadangan batubara di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
B. ENERGI
Pengembangan dan pemanfaatan energi akan didasarkan pada
kebijaksanaan energi yang menyeluruh dan terpadu dengan mem-
IX/36
TABEL IX - 20
PRODUKSI BAHAN TAMBANG USAHA SWASTA NASIONAL,
PERUSAHAAN DAERAH, DAN LAINNYA,
1968 - 1984/85
Jenis
Bahan Tambang
No.
Satuan
1968
1973/74
(Akhir Repelita I)
1978/79
(Akhir Repelita II)
1982/83
1983/84
(Akhir Repelita III)
1984/85
1. Mangan
ton
2.584
12.186
5.889
17.894
8.318
700
2. Aspal
ton
31.315
95.149
162.000
192.563
725.752
471.239
3. Yodium
kg
1.084
19.357
7.253
28.920
25.139
24.970
4. Belerang2)
ton
-
1.951
204
1.144
3.647
3.555
5. Fosfat
ton
-
819
6.071
5.631
5.763
1.687
6. Asbes
ton
-
-
12
7. Kaolin
ton
8.950
29.055
37.400
8. Pasir Kwarsa2)
9. Marmer
ton
m2 slabs
-
74
-
75.870
60.146
51.668
408.158
1.823
52.805
307.480
938.618
362.937
13.272
12.233
33.496
1.603
24.374
16.108
10. Gamping (bahan semen)
ton
-
995.898
4.698.957
9.753.942
11.856.786
8.815.044
11. Lempung (bahan semen)
ton
-
1.266.078
2.182.988
1.207.287
ton
-
164.287
-
1.030.406
12. Feldspar
6.166
13.345
11.939
13.417
13. Kalsit
ton
-
-
3.485
1.241
-
14. Yarosit
ton
-
-
273
147
-
15. Bentonit
ton
-
-
4.190
7.597
10.006
9.509
16. Gips
ton
-
-
570
658
712
1)
2)
Data belum tersedia
Angka diperbaiki
IX/37
-
171
-
perhitungkan peningkatan kebutuhan, baik untuk ekspor maupun
untuk pemakaian dalam negeri, serta kemampuan penyediaan
energi secara strategis dalam jangka panjang.
Sampai saat ini minyak bumi masih merupakan sumber utama
pemakaian di dalam negeri dan penggunaannya terus meningkat,
sedang jumlah persediaan terbatas. Sehubungan dengan hal ini,
akan dilanjutkan dan ditingkatkan langkah-langkah penghematan
penggunaan minyak bumi, dengan mengembangkan sumber energi
non-minyak.
Pengembangan energi non-minyak dalam Repelita III telah
dilaksanakan dengan penelitian untuk memanfaatkan berbagai
number energi non-minyak, antara lain tenaga air, batubara,
panas bumi, biogas, biomasa, tenaga surya, yang terus dilanjutkan dalam tahun pertama Repelita IV.
Pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit tenaga listrik
dalam Repelita III telah dikembangkan, antara lain berupa
pembangunan PLTA Maninjau, PLTA Wonogiri, PLTA Asahan. Sementara itu dalam tahun pertama Repelita IV, dilanjutkan pembangunan pusat listrik tenaga air berkapasitas besar, seperti
PLTA Saguling, PLTA Cirata, PLTA Bakaru.
Penggunaan batubara untuk tenaga listrik telah dikembangkan dalam Repelita III yaitu dengan dimulainya pembangunan
PLTU Suralaya dan telah diselesaikan dalam tahun pertama Repelita IV. Selain untuk PLTU Suralaya, batubara juga akan digunakan di PLTU Bukit Asam yang saat ini sedang dalam tahap
pembangunan.
Tenaga panas bumi, juga telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik yaitu pada PLTP Kamojang yang sudah selesai dibangun pada Repelita III dan saat ini sedang dimulai
persiapan untuk perluasannya. Selain itu dalam tahun pertama
Repelita IV juga dilakukan studi pemanfaatan panas bumi di
Dieng untuk pembangkit tenaga listrik.
Energi non-konvensional lain yang dikembangkan adalah kayu bakar. Dalam Repelita III, telah mulai dilakukan percobaan
pengembangan kayu bakar di Sumatera Selatan dengan sistem kebun energi menggunakan lamtoro gung untuk pembangkit tenaga
listrik, yang dilanjutkan pelaksanaannya dalam tahun pertama
Repelita IV. Selain itu juga dilaksanakan percobaan pembuatan
briket arang dengan menggunakan limbah industri penggergajian
kayu. Sementara itu juga dilakukan pengembangan energi biogas, dengan membuat percontohan pemanfaatan biogas sebagai
IX/38
sumber energi di daerah pedesaan. Selanjutnya juga dilakukan
percobaan pengembangan tenaga angin dan tenaga surya untuk
menggerakkan pompa air irigasi.
Selain program penganekaragaman penggunaan sumber energi,
dilaksanakan pula program konservasi (penghematan) energi.
Kegiatan program konservasi energi antara lain dilaksanakan
dengan melakukan monitor pelaksanaan Instruksi Presiden No. 9
Tahun 1982 mengenai usaha konservasi energi untuk gedung -gedung/bangunan dan kendaraan bermotor milik Pemerintah. Selanjutnya dilanjutkan pula usaha penyuluhan cara-cara penghematan energi, kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan melalui media massa maupun langsung di lapangan.
Tenaga Listrik
Pembangunan tenaga listrik ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kota serta untuk mendorong
kegiatan ekonomi khususnya industri. Sehubungan dengan hal
ini, terus dilakukan peningkatan sarana penyediaan tenaga
listrik baik pembangkit, jaringan transmisi maupun jaringan
distribusi, sehingga dapat dihasilkan tenaga listrik dalam
jumlah yang cukup dan mutu yang baik, serta dengan harga yang
wajar dan dapat dijangkau oleh masyarakat banyak.
Perencanaan peningkatan sarana pembangkit tenaga listrik,
juga tidak terlepas dari langkah kebijaksanaan dalam Kebijaksanaan Umum Bidang Energi yang menyangkut diversifikasi dan
konservasi energi. Sejalan dengan ini, maka akan lebih ditekankan pada penggunaan sumber-sumber energi non minyak seperti tenaga air, batubara dan panas bumi.
Di samping itu, peningkatan sarana penyediaan tenaga listrik juga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan wilayah/daerah sehingga selalu dikaitkan dengan perkembangan
khususnya bidang ekonomi di wilayah/daerah bersangkutan.
Dalam pada itu juga dikembangkan sistem interkoneksi antar
daerah, sehingga kekurangan tenaga listrik di suatu daerah
dapat dilayani dari daerah lain.
Sementara itu program listrik pedesaan juga terus ditingkatkan di seluruh tanah air, baik dengan memperluas jaringan
listrik yang ada maupun membangun pusat listrik tenaga mini
hidro (PLTM) atau pusat listrik tenaga diesel (PLTD) yang
berkapasitas kecil.
Dalam Repelita I, pembangunan tenaga listrik telah dapat
IX/39
meningkatkan daya terpasang sebesar 284,23 MW, jaringan
transmisi sepanjang 495,61 kms (kilometer sirkit) dan gardu
induk sebanyak 21 buah dengan kapasitas seluruhnya 415,25
MVA, serta jaringan distribusi yang terdiri atas jaringan tegangan menengah 1.619,61 kms, jaringan tegangan rendah
1.490,79 kms berikut 1.304 buah gardu distribusi.
Dengan peningkatan sarana penyediaan tenaga listrik tersebut, maka produksi tenaga listrik dalam Repelita I adalah
sebesar 12.068.098 MWh, penjualan tenaga listrik sebesar
8.897.034 MWh, daya tersambung sebesar 1.060.459 kVA dan jumlah langganan sebanyak 1.023.459 konsumen.
Sementara itu pembangunan pembangkit tenaga listrik dalam
Repelita II, telah dapat meningkatkan lagi penyediaan daya
terpasang sebesar 1.210,62 MW. Selain pembangkit tenaga listrik, dibangun juga jaringan transmisi sepanjang 2.161,22
kms, gardu induk 66 buah dengan jumlah kapasitas 2.691,93
MVA, jaringan tegangan menengah sepanjang 6.484,92 kms dan
jaringan tegangan rendah 6.368,06 kms, beserta 10.361 buah
gardu distribusi.
Di bidang pengusahaan dalam Repelita II telah dicapai
produksi tenaga listrik sebesar 21.706.105 MWh, penjualan tenaga listrik sebesar 16.143.563 MWh, daya tersambung sebesar
2.459.052 MVA dengan jumlah langganan sebanyak 1.783.247 konsumen.
Dalam Repelita III, pembangunan tenaga listrik lebih ditingkatkan lagi tidak hanya untuk daerah perkotaan, tetapi
juga mencakup daerah pedesaan. Pembangkit tenaga listrik yang
berhasil dibangun dalam Repelita III adalah sebesar 1.810,50
MW. Selain itu juga dilaksanakan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 4.481,65 kms dan gardu induk 64 buah dengan
kapasitas 4.197 MVA, serta jaringan distribusi yang terdiri
atas jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah
masing-masing sepanjang 16.368,18 kms dan 14.380,18 kms, berikut gardu distribusi sebanyak 14.768 buah dengan kapasitas
1.517.880 kVA. Sementara itu dalam Repelita III telah dimulai
pelaksanaan perubahan tegangan rendah dengan tegangan 220 V
dan telah dapat mencakup sebanyak 223.280 konsumen.
Dengan hasil pembangunan tersebut, bidang pengusahaan tenaga listrik dalam Repelita III dapat lebih ditingkatkan.
Produksi tenaga listrik mencapai 50.800.568 MWh, dengan jumlah penjualan tenaga listrik sebesar 38.756.789 MWh, daya
IX/40
tersambung 6 . 1 2 6 . 6 6 9
4 . 4 0 6 . 0 7 7 konsumen.
kVA
dan
jumlah
langganan
sebanyak
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pembangunan tenaga
listrik ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
baik di daerah perkotaan maupun di desa-desa, serta untuk
mendorong pembangunan ekonomi khususnya industri. Untuk itu,
selama Repelita IV pembangunan tenaga listrik akan lebih ditingkatkan lagi. Sejumlah pembangkit tenaga listrik yang mulai dibangun dalam Repelita III, diharapkan akan dapat diselesaikan dalam kurun waktu Repelita IV. Di samping itu telah
dimulai pula pembangunan pembangkit yang lain, disertai jaringannya guna meningkatkan jangkauan pemanfaatan tenaga listrik.
Pada tahun 1 9 8 4 / 8 5 kapasitas pembangkit tenaga listrik
termasuk listrik pedesaan yang dapat diselesaikan adalah sebesar 609,73 MW, antara lain PLTG Gresik Unit III (1 x 21
MW); PLTU (batubara) Suralaya Unit I (1 x 400 MW); PLTU (miriyak/gas bumi) Belawan Unit I dan II (2 x 65 MW); dan sejumlah PLTD tersebar dengan kapasitas sebesar 58,73 MW.
Selain pembangkit, dalam tahun 1984/85 telah dibangun pula jaringan transmisi sepanjang 378,39 kms dan gardu induk
sebanyak 8 buah dengan kapasitas 1 . 2 2 4 , 5 MVA, serta jaringan
tegangan menengah dan tegangan rendah masing-masing sepanjang
5.253,93 kms dan 4.596,32 kms, berikut 5 . 9 1 5 buah gardu distribusi dengan kapasitas sebesar 4 5 3 . 3 4 7 kVA.
Adapun perincian hasil pembangunan tenaga listrik dalam
Repelita I, Repelita II, Repelita III dan tahun pertama Repelita IV, dapat dilihat pada Tabel I X - 2 1 .
Selanjutnya hasil pembangunan tenaga listrik dalam tahun
pertama Repelita IV secara regional adalah seperti diuraikan
di bawah ini.
Di Daerah Istimewa Aceh, dalam tahun pertama Repelita IV
telah dapat diselesaikan pembangunan beberapa unit PLTD dengan kapasitas sebesar 6,40 MW. Tambahan pembangkit tenaga
listrik tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan daerah perkotaan, dan daerah pedesaan. Jumlah desa yang telah memperoleh aliran listrik adalah 1 3 0 desa dengan langganan sebanyak
21.660 konsumen.
Pembangunan tenaga listrik di daerah Sumatera Utara pada
tahun 1984/85 telah berhasil meningkatkan penyediaan daya
IX/41
TABEL IX - 21
KEADAAN TENAGA LISTRIK,
1968/69 - 1984/85
No.
U r a i a n
1. Pembangkit Tenaga Liatrik
2. Jaringan Transmiai
3. Gardu Induk
4. Jaringan Tegangan Menengah
5. Gardu Distribusi
6. Jaringan Tegangan Rendah
7. Perubahan Tegangan Rendah
Satuan
MW
kms
bh/MVA
kms
bh/kVA
kms
Keadaan
1968/69
Hasil Pelaksanaan Fisik Pembangunan
Repelita II
Repelita III
1983/84
Repelita I
284,23
1.210,62
1.775,84
495,52
2.800
495,61
2.161,22
4.481,65
963,86
304/1.300
21/415,25
5.060
1.619,61
661,57
4.400/2.300.000
13.400
66/2.691,93
6.484,92
1.304
10.361
1.490.79
6.368,06
konsumen
-
-
-
64/4.197
9.553,60
8.912/1.176.930
7.182,47
223.280
21/1.106
1.720,18
1.453/171.720
1.330,87
16.846
1984/85
1)
599,32
378,39
8/1.224,5
2.464,01
1.988/303.147
1.963,15
17.418
8. Listrik Pedesaan
- Jumlah Desa
- Jumlah Konsumen
- PLTD Desa
- Jaringan Tegangan Menengah
- Gardu Distribusi
- Jaringan Tegangan Rendah
1) Angka sementara
IX/42
desa
-
-
2.244
5.771
1.405
1.606
komsumen
-
-
280.065
1.187.771
365.682
451.508
MW
-
-
-
34,66
kms
-
-
-
6.814,58
bh/kVA
-
-
-
5.856/340.950
kms
-
-
-
7.197,71
6,28
2.164,55
2.454/80.830
2.183,71
10,41
2.789,92
3.927/150.200
2.633,17
terpasang sebesar 131,96 MW yang diperoleh dari PLTU Belawan
unit I dan II (2 x 65 MW) serta PLTD dengan kapasitas 1,96
MW. Selain pembangkit, juga telah dapat diselesaikan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 182 kms dan gardu induk 2
buah dengan kapasitas 100 MVA, serta jaringan distribusi yang
terdiri atas jaringan tegangan menengah sepanjang 201,71 kms
dan jaringan tegangan rendah sepanjang 1 5 2 , 3 7 kms berikut 164
buah gardu distribusi dengan jumlah kapasitas sebesar 17.635
kVA. Dengan selesainya sejumlah sarana penyediaan tenaga listrik tersebut, pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan
listrik dapat lebih ditingkatkan. Sementara itu dalam rangka
listrik masuk desa, telah dapat dialirkan listrik ke 52 desa
dengan tambahan langganan sebanyak 14.818 konsumen.
Dalam pada itu di Daerah Sumatera Barat dan Riau, hasil
pelaksanaan program pengembangan tenaga listrik tahun 1984/85
adalah berupa penambahan jaringan distribusi guna memperluas
jangkauan pengaliran tenaga listrik, baik di kota-kota maupun
di desa-desa. Adapun jaringan distribusi yang dapat diselesaikan pembangunannya terdiri atas jaringan tegangan menengah
sepanjang 78,41 kms dan jaringan tegangan rendah 1 3 7 , 9 2 kms,
serta gardu distribusi sebanyak 35 buah dengan kapasitas
4.610 kVA. Tambahan desa yang memperoleh aliran listri k adalah sebanyak 100 desa dengan tambahan langganan 20.922 konsumen.
Di daerah Sumatera Selatan, Jambi, Lampung dan Bengkulu,
dalam tahun pertama Repelita IV telah diselesaikan pembangunan PLTD dengan kapasitas 2,5 MW. Pembangunan PLTD tersebut adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan listrik yang
semakin meningkat. Selain itu dapat diselesaikan pula penambahan jaringan tegangan menengah sepanjang 165,64 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 69,46 kms, serta gardu distribusi 50 buah dengan jumlah kapasitas sebesar 8.000 kVA.
Jumlah desa yang mendapat aliran listrik adalah sebanyak 55
desa, dengan tambahan langganan sebanyak 17.006 konsumen. Se mentara itu guna meningkatkan penyediaan tenaga listrik, sedang dilanjutkan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan bahan bakar batubara, yaitu PLTU Bukit Asam Unit
I dan II (2 x 65 MW). Di samping itu juga sedang dilaksanakan,
desain teknis PLTA Tes yang berkapasitas 16 M W .
Di Daerah Kalimantan Barat, telah dapat dilaksanakan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 500 kW berupa PLTD, untuk daerah pedesaan. Selain pembangkit, juga dilaksanakan penambahan jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan
rendah masing-masing sepanjang 53,60 kms dan 77,69 kms beri-
IX/43
kut 49 buah gardu distribusi dengan kapasitas 5.215 kVA. Jumlah desa yang dapat dialiri listrik adalah sebanyak 9 desa
dengan tambahan langganan 2.361 konsumen.
Di Wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dalam tahun 1984/85 dapat diselesaikan beberapa unit PLTD untuk daerah pedesaan dengan jumlah kapasitas
1,92 MW. Pembangunan jaringan distribusi yang dapat diselesaikan di daerah perkotaan dan pedesaan, meliputi jaringan tegangan menengah sepanjang 99,47 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 100,27 kms dan 89 buah gardu distribusi dengan
kapasitas seluruhnya sebesar 7.225 kVA. Adapun tambahan desa
yang dapat dialiri listrik adalah sebanyak 69 desa dengan
tambahan langganan sebanyak 9.552 konsumen.
Hasil pembangunan tenaga listrik di daerah Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah adalah berupa penambahan kapasitas terpasang PLTD sebesar 600 kW untuk daerah pedesaan. Selain itu
juga telah diperluas jaringan tegangan menengah sepanjang
106,50 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 106,04 kms
serta gardu distribusi 120 buah dengan kapasitas 6.050 kVA.
Dengan penambahan sarana penyediaan tenaga listrik tersebut,
telah dapat dilistriki lagi sebanyak 89 desa dengan tambahan
langganan sebanyak 8.998 konsumen. Sementara itu sedang dilanjutkan pelaksanaan pembangunan PLTA Tanggari (2 x 8,5 MW).
Pelaksanaan program pengembangan tenaga listrik di daerah
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dalam tahun pertama
Repelita IV adalah
berupa peningkatan daya terpasang PLTD
yang tersebar dengan jumlah kapasitas sebesar 35,95 MW baik
untuk kota-kota maupun pedesaan. Selanjutnya untuk memperluas
jaringannya, telah diselesaikan juga pembangunan jaringan
transmisi sepanjang 23,79 kms dan 4 buah gardu induk dengan
kapasitas sebesar 32,5 MVA, serta perluasan jaringan tegangan
menengah sepanjang 343,73 kms dan jaringan tegangan rendah
sepanjang 385,58 kms berikut gardu distribusi sebanyak 221
buah dengan kapasitas sebesar 17.610 kVA. Untuk program listrik masuk desa, telah dapat dilistriki lagi 10 desa, dengan
tambahan langganan sebanyak 14.635 konsumen: Dalam pada itu
pembangunan PLTA Bakaru (2 x 63 MW) sedang dilaksanakan untuk
meningkatkan penyediaan tenaga listrik dalam rangka memenuhi
permintaan yang terus meningkat di daerah ini.
Di daerah Maluku, dalam tahun 1984/85 telah diselesaikan
pembangunan PLTD dengan kapasitas 1,12 MW untuk daerah pedesaan. Sementara itu perluasan jaringan distribusi yang diselesaikan meliputi jaringan tegangan menengah dan jaringan te-
IX/44
gangan rendah masing-masing sepanjang 83,7 kms dan 76,30 kms,
serta 14 0 buah gardu distribusi dengan kapasitas seluruhnya
9 . 925 kVA. Adapun jumlah desa yang dapat dialiri listrik lagi
adalah sebanyak 44 desa dengan tambahan langganan sebanyak
4 . 7 0 4 konsumen.
Pembangunan tenaga listrik di daerah Irian Jaya pada tahun 1984/85 adalah berupa penyelesaian pembangunan beberapa
unit pusat listrik tenaga diesel dengan kapasitas 4,15 M W ,
penambahan jaringan tegangan menengah sepanjang 13,55 kms,
jaringan tegangan rendah sepanjang 3 1 , 3 0 kms dan gardu distribusi 7 buah dengan kapasitas 1 . 1 6 0 kVA. Sedangkan untuk
program listrik masuk desa, telah dapat dialirkan listrik ke
7 desa dengan langganan baru sebanyak 707 konsumen.
Dalam pada itu, pembangunan tenaga listrik di Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur pada tahun 1984/85, telah menyelesaikan pembangunan beberapa unit
PLTD dengan kapasitas 3,72 MW untuk daerah perkotaan dan desa-desa. Selain itu juga dilaksanakan pembangunan jaringan
distribusi guna dapat menjangkau masyarakat lebih banyak lagi, berupa jaringan tegangan menengah sepanjang 12 7, 30 kms,
jaringan tegangan rendah sepanjang 1 5 2 , 6 5 kms dan gardu distribusi 80 buah dengan kapasitas seluruhnya sebesar 7.880
kVA. Adapun untuk program listrik masuk desa, telah dapat dialirkan listrik ke 90 desa dengan tambahan langganan sebanyak
27.053 konsumen.
Kegiatan pembangunan tenaga listrik di daerah Jawa Timur
dalam tahun pertama Repelita IV adalah berupa penyelesaian
pembangunan pusat listrik tenaga gas di Gresik dengan kapasitas (1 x 2 1 MW) guna meningkatkan keandalan sistem. Selain
membangun pusat pembangkit, diselesaikan juga pembangunan jaringan transmisi sepanjang 4 kms dan sebuah gardu induk yang
berkapasitas 92 MVA. Pembangunan jaringan distribusi yang da pat diselesaikan adalah jaringan tegangan menengah sepanjang
1.427,23 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 1.237,25 kms
dan gardu distribusi sebanyak 1.330 buah dengan kapasitas seluruhnya sebesar 207.540 kVA. Jaringan distribusi tersebut
telah dapat mencakup 197 desa dengan tambahan langganan sebanyak 6 3 . 1 3 9 konsumen. Sementara itu dengan makin meningkatnya
permintaan tenaga listrik, khususnya sebagai akibat perkembangan industri di daerah ini, sedang dilanjutkan pelaksanaan
pembangunan PLTU Gresik unit III dan IV (2 x 200 MW) sebagai
perluasan dari unit I dan II.
Hasil pembangunan tenaga listrik di Jawa Tengah dan D.I.
IX/45
Yogyakarta dalam tahun pertama Repelita IV adalah berupa perluasan jaringan distribusi guna meningkatkan jangkauan pela yanan, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, yaitu jaringan tegangan menengah sepanjang 1.627,76 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 1.564,32 kms dan gardu distribusi se banyak 3.097 buah dengan jumlah kapasitas 70.855 kVA. Untuk
daerah pedesaan, telah dapat dijangkau lagi 523 desa, dengan
jumlah langganan sebanyak 120.317 konsumen. Sementara itu pelaksanaan pembangunan PLTA Mrica (3 x 60 MW) juga sedang giat
dilanjutkan. Selain itu guna menambah penyediaan tenaga lis trik dengan memanfaatkan potensi sumber energi non-minyak,
sedang dilaksanakan studi pembangunan PLTP Dieng yang akan
menggunakan sumber energi panas bumi dan studi pembangunan
PLTA Maung yang akan memanfaatkan potensi tenaga air. Dalam
rangka interkoneksi sistem kelistrikan seluruh Jawa melalui
jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (500 kV), akan dilaksanakan juga pembangunan transmisi antara Ungaran - Krian
(Jawa Timur).
Pelaksanaan pembangunan tenaga listrik di daerah Jawa Ba rat dan DKI Jakarta dalam tahun 1984/85 telah dapat mening katkan penyediaan tenaga listrik sebesar 400 MW dengan telah
selesainya pembangunan PLTU Batubara Suralaya Unit I. Tenaga
listrik dari PLTU ini disalurkan melalui jaringan transmisi
500 kV sepanjang 119 kms ke gardu induk Gandul yang berkapa sitas 2 x 500 MVA. Selain pembangkit dan transmisi tersebut,
telah dapat diselesaikan pula perluasan jaringan transmisi
150 kVA sepanjang 49,60 kms, serta jaringan distribusi kota
dan desa, yang terdiri atas jaringan tegangan menengah dan
jaringan tegangan rendah masing-masing sepanjang 925,34 kms
dan 505,16 kms, berikut 473 buah gardu distribusi dengan jumlah kapasitas 85.572 kVA. Daerah pedesaan yang dapat aliran
listrik lagi mencakup 231 desa dengan langganan baru sebanyak
125.636 konsumen. Dalam pada itu sedang dilaksanakan penyelesaian pembangunan PLTU Suralaya Unit II (1x400 MW) dan PLTA
Saguling Unit I dan II (2x175 MW). Juga sedang dilaksanakan
pembangunan Unit III dan IV PLTA Saguling, dan PLTA Cirata (4
x 125 MW). Selanjutnya, untuk memenuhi permintaan tenaga listrik yang diperkirakan selalu meningkat di tahun-tahun mendatang, akan dilaksanakan perluasan PLTU Suralaya dengan Unit
III dan IV (2 x 400 MW). Pembangkit-pembangkit berkapasitas
besar tersebut akan disalurkan melalui interkoneksi sistem
kelistrikan Jawa dengan jaringan transmisi 500 kV.
Dengan hasil pembangunan fisik tersebut diatas, bidang
pengusahaan tenaga listrik pada tahun pertama Repelita IV ju ga dapat lebih ditingkatkan lagi. Produksi tenaga listrik
IX/46
adalah sebesar 14.781.806 MWH yang berarti peningkatan sebesar 11,17% dibandingkan produksi tahun sebelumnya sebesar
13.296.410 MWH. Penjualan tenaga listrik adalah sebesar
11.041.253 MWH, sehingga jika dibandingkan dengan penjualan
tahun 1983/84 sebesar 10.023.619 MWH , telah terjadi peningkatan sebesar 10,15%. Sementara itu daya tersambung mencapai
7.122.313 kVA, atau naik sekitar 16,25% dibandingkan daya tersambung tahun 1983/84 sebesar 6.126.669 kVA. Sedangkan jumlah
langganan tahun 1984/85 adalah sebanyak 5.133.313 konsumen,
atau meningkat sebesar 16,50% dari tahun sebelumnya sebanyak
4.406.077 konsumen.
Adapun angka-angka pengusahaan tenaga listrik tersebut
dapat juga dilihat pada Tabel IX-22 dan Tabel IX-23.
Gas Kota
Pengembangan gas kota diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi agar dapat berperan sebagai salah satu sarana
dalam usaha merealisir kebijaksanaan Pemerintah dalam konservasi energi dan diversifikasi penyediaan bahan bakar di dalam
negeri.
Dengan meningkatnya pemanfaatan gas bumi di beberapa kota
maka secara tidak langsung akan dapat mengurangi pemakaian
bahan bakar minyak. Pemanfaatan ini terutama dilakukan di beberapa kota di Pulau Jaws yang sudah mempunyai jaringan distribusi gas kota dan sudah dialiri gas bumi.
Kegiatan-kegiatan yang sampai sekarang dilaksanakan diarahkan kepada peningkatan penyaluran serta pemanfaatan gas
bumi di kota Medan, Jakarta, Bogor dan Cirebon. Di samping
itu juga dilaksanakan rehabilitasi peralatan produksi dan
distribusi gas di beberapa kota yang mempergunakan gas buatan.
Hasil-hasil pembangunan gas kota sampai dengan Repelita
III adalah berupa penyaluran gas bumi di Jakarta dan sekitarnya termasuk jaringan interkoneksi Jakarta - Bogor bagi pengaliran gas bumi ke konsumen industri, pemanfaatan gas bumi di
kota Cirebon, pemanfaatan gas bumi di kota Medan dan sekitarnya.
Di beberapa kota seperti Semarang, Surabaya, Bandung dan
Ujung Pandang yang masih mempergunakan gas buatan, dilakukan
usaha perbaikan-perbaikan unit produksi dan unit distribusi
serta pembersihan jaringan distribusinya dengan tujuan untuk
mempertahankan operasi perusahaan gas di daerah tersebut.
IX/47
TAREL IX – 22
PENGUSAHAAN TENAGA LISTRIK,
1968/69 – 1984/85
No.
Ur a i a n
1968/69
Repelita I
Repelita I I
Repelita I I I
1983/84
1984/851)
1.
Produksi Tenaga L i s t r i k
MWh
1.780.460
12.068.098
21.706.105
50.800.568
13.296.410
14.781.806
2.
Penjualan Tenaga L i s t r i k
MWh
1.204.382
8.897.034
16.143.563
38.756.789
10.023.619
11.041.253
3.
Daya Tersambung
kVA
594.483
1.060.459
2.459.052
6.126.669
6.126.669
7.122.313
4.
Jumlah Langganan
konsumen
874.656
1.783.247
4.406.077
4.406.077
5.133.313
Keterangan
MWh
: Mega Watt hour
kVA
: kilo Volt Ampere
kW
: kilo Watt
1)
Satuan
Angka sementara
IX/48
1.023.459
TABEL IX - 23
PRODUKSI DAN DAYA TERPASANG TENAGA LISTRIK MENURUT WILAYAH,
1968/69 - 1984/85
Daerah Tingkat I/
Propinsi
Kode Lokasi
Wilayah I
DI Aceh
Wilayah II
Sumatera Utara
Wilayah III
Sumatera Barat, Riau,
Jambi (Daerah Kerinci)
Wilayah IV
Sumatera Selaten, Bengkulu, Lampung, Jambi
1968/69
Produksi
(MWH)
Repelita I
Daya terpasang (KW)
Produksi
(MWH)
Daya terpasang (KW)
Repelita II
Produksi
(MWH)
1983/84
Repelita III
Daya terpa- Produksi
Sang (KW)
(MWH)
Daya terpa- Produksi
sang (KW)
(MWH)
Daya terpasang (KW)
1984/85 1)
Produksi
(MWH)
Daya terpasang (KW)
9.100
3.882
72.884
7.850
135.928
19.521
324.614
42.900
84.731
42.900
74.244
39.884
526.317
41.942
885.916
161.000
2.758.685
213.100
715.949
213.100
779.569
344.909
37.957
15.447
233.000
18.961
391.234
61.032
1.016.916
205.117
319.145
205.117
372.210
205.859
86.914
38.666
510.546
42.233
918.974
107.389
1.778.770
184.230
454.276
184.230
499.466
225.582
97-937
44.764
Wilayah V
Kalimantan Barat.
15.599
5.390
114.902
8.390
189.154
24.336
447.336
34.683
104.827
34.683
109.908
35.013
Wilayah VI
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah
15.836
10.289
111.685
32.901
469.293
97.092
1.257.341
133.923
239.615
133.923
341.675
136.305
23.477
7.728
152.327
16.684
278.141
37.174
705.515
75.560
169.128
75.560
171.359
76.825
34.664
14.693
230.524
46.036,5
506.612
70.987
1.175.120
114.262
299.169
114.262
332.175
144.056
6.634
3.340
47.443
5.325
95.524
11.832
208.953
27.685
52.486
27.685
55.750
29.380
18.400
9.200
62.992
10.682,8
159.376
19.187
267.219
24.867
44.875
24.867
66.677
29.551
238.192
108.845
273.586
108.553
Wilayah VII
Wilayah VIII
Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
Wi1ayah IX
M a 1 u k u
Wilayah X
Irian Jaya
Wilayah XI
Bali, Nana Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur,
Timor Timur
Wi1ayah XII
Wilayah XIII
Jawa Timur
13.873
6.593
119.905
11.202
322.761
46.692
367.932
115.439
2.359.746
187.027
3.825.145
413.505
Kit. J. J./
Jawa Barat, DKI Jakarta
Dis.Jabar/ Dis. Raya
Jaya
Jumlah
243.535
77.893
832.295
313.128
6.085.400
1.780.460
661.572
12.066.098
Kit.J.J.
- Pembangkit Jabar Jaya
Di.. Jabar - Distribusi Java Barat
Dis. Jaya
- Distribusi Jakarta Rays
5
) Tota1 KJT a Distr. Jatim • Matr.Jateng 1)
Angka aementara
IX/49
108.845
658.871* )
2.741.241* ) 658.871* )
2.793.669 .)
)
Jawa Tengah,
DI.Yogyakarta
927.885
13.159.972*
1.418.427
89.718,2
685.732• )
2.014.031
253.732
257.126
11.514.016
965.224
26.772.242
2.110.948
7.832.776
2.110.948
8.887.825
2.501.249
776.077,5
21.706.105
2.288.703
50.800.568
3.934.991 13.296.410
3.934.991
14.781.806
4.567.778
TABEL IX - 24
KAPASITAS TERPASANG DAN JARINGAN GAS KOTA,
1973/74 - 1984/85
IX/50
TABEL IX - 25
PENGUSAHAAN GAS KOTA,
1968 - 1984/85
No.
1.
U r a i a n
Satuan
1968
1973/74
1978/79
(Akhir Re-
(Akhir Re-
pelita I )
(pelita I I )
1983/84
1982/83
(Akhir Re-
1984/85
pelita I I I )
Produksi Gas Kota
a. Gas Minyak
Thermis
c . Gas Minyak
Katalitis
d. Gas Bumi
ribu m3
22.599
30.297
27.324
15.468
14.606
14.301
ribu m3
ribu m 3
5.604
8.537
8.528
18.055
8.962
43.487
10.308
43.661
10.141
58.842
9.819
67.221
36.740
56.880
79.773
69.437
83.589
91.341
24,3
20,3
28,15
20,45
21,25
2.
Kehilangan Gas Kota
(%) persen
3.
Penjualan Gas Kota
ribu m 3
27.826
45.318
68.004
49.888
66.482
71.925
4.
Jumlah Langganan
konsumen
24.345
21.450
20.015
21.410
21.172
20.873
IX/51
14,75
Pelaksanaan pembangunan gas kota dalam tahun 1984/85 adalah melanjutkan usaha-usaha yang dilakukan dalam Repelita III
yaitu meningkatkan penyaluran gas bumi untuk kota Medan, Jakarta, Bogor dan Cirebon, serta penyaluran gas buatan/gas kota di Surabaya, Semarang, dan Ujung Pandang.
Dalam tahun 1984/85 telah dapat diselesaikan rehabilitasi
dan perluasan jaringan gas kota, yaitu jaringan distribusi
gas sepanjang 328,89 km dan jaringan transmisi gas sepanjang
219,33 km. Sementara itu penjualan gas kota meningkat dari
66.482.000 m3 pada tahun 1983/84 menjadi 71.925.000 m3 pada
tahun 1984/85 atau meningkat 8,19%.
Konsumen Perusahaan Umum Gas Negara sejak tahun 1982/83
sampai dengan 1984/85 mengalami penurunan terus. Hal ini disebabkan keluarnya konsumen-konsumen kecil/rumah tangga yang
mempergunakan gas buatan. Akan tetapi konsumen-konsumen industri terus meningkat, bahkan beberapa konsumen di Jakarta
dan Bogor masih harus menunggu penyambungan gas kota karena
belum selesainya jaringan gas bumi untuk mencapai konsumen
tersebut.
Kehilangan gas kota meningkat dari 20,45% pada tahun
1983/84 menjadi 21,25% dalam tahun 1984/85. Meningkatnya kehilangan gas ini sejalan dengan meningkatnya penyaluran gas
bumi yang mempunyai tekanan relatif lebih tinggi dari gas buatan, sehingga menyebabkan kebocoran pipa-pipa yang lama. Untuk mengatasi ini, secara bertahap dilakukan rehabilitasi pipa-pipa lama.
Perusahaan Umum Gas Negara hingga saat kini masih berusaha untuk meningkatkan cara-cara penyaluran gas kota. Salah
satu kegiatannya adalah percobaan penyaluran gas LPG melalui
jaringan gas kota di Surabaya. Dari percobaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penyaluran gas kota. Hasil-hasil pembangunan gas kota maupun pengusahaannya dapat
dilihat pada Tabel IX-24 dan IX-25.
IX/52
Download