karakteristik aksi demonstrasi yang dilakukan oleh aktivis

advertisement
KARAKTERISTIK AKSI DEMONSTRASI
YANG DILAKUKAN OLEH AKTIVIS ORGANISASI
KEMAHASISWAAN INTRA DAN EKSTRA KAMPUS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan pada
Universitas Negeri Semarang
Oleh
Tur Santoso
NIM 3401404009
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Ujian Skripsi pada:
Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Setiajid, M.Si
NIP 19600623 198901 1 001
Moh. Aris Munandar, S.Sos., MM
NIP 1972724 200003 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Drs. Slamet Sumarto, M.Pd
NIP 19610127 198601 1 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
:
Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Sunarto, M.Si
NIP 19630612 198601 1 002
Anggota I
Anggota II
Drs. Setiajid, M.Si
NIP 19600623 198901 1 001
Moh. Aris Munandar, S.Sos., MM.
NIP 1972724 200003 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M.Pd
NIP 19510808 198003 1 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 25 Agustus 2009
Tur Santoso
NIM 3401404009
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Seonggok kemanusiaan sedang terkapar, siapakah yang bertanggungjawab
terhadapnya? bila semua pihak menghindar, biarlah Aku yang menanggungnya,
seluruhnya atau sebagian.”
(Rahmat Abdullah)
“Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna ke-Islamannya kecuali jika ia
menjadi politikus, mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan
perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Ke-Islaman seseorang menuntutnya
untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan bangsa.”
(Hasan Al Banna)
Dengan mengucap syukur dengan segala tuntunan-Nya
dan sholawat kepada Muhammad SAW
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Orang Tuaku, “Alm. Bapak Suharto Slamet dan Mamak Sodiyah”
Semoga Allah menyayangi kalian melebihi kasih sayang kalian kepadaku
Do’akan Aku agar menjadi anak yang sholih,
Saudara-saudaraku “Kang Gito, Yu Tarmuti, Kang Birin, Yu Uti”
Semoga menjadi kelurga yang sakinah,
Sang Murobbi; Abah Supriyadi, Abah Untung,
Abah Idris, Abah Maryanto, Abah Eko dan Abah Solikin
Syukron Jazakumullah atas Tarbiyahnya,
Ikhwah Fillah dan para Aktivis Mahasiswa
Kobarkan semangat, tegakkan keadilan, bangun Indonesia penuh berkah,
“My Nightingale”
Semoga rekanan ini terus terukir indah.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dapat diselesaikannya
penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan
Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas
Negeri Semarang” dengan lancar. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam
menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Melalui skripsi ini penulis banyak
belajar tentang aktivitas partisipasi politik mahasiswa serta bagaimana kepedulian
para aktivis mahasiswa terutama para aktivis mahasiswa Unnes terhadap
persoalan yang ada di masyarakat untuk berjuang membantu mencari solusi dan
perbaikan terhadap kondisi yang tidak diharapkan oleh masyarakat secara umum.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
yang tulus kepada semua pihak yang membantu langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Subagyo, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Drs. Slamet Sumarto, M. Pd., Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan.
4. Drs. Setiajid, M. Si, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar dan tekun
membimbing dan memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis.
vi
5. Moh. Aris Munandar, S. Sos., MM., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan serta berbagi pelajaran berharga dan pengalamannya
saat menjadi aktivis mahasiswa.
6. Drs. Sunarto, M.Si., Dosen Penguji Utama Skripsi ini yang telah menguji
dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis.
7. Para pimpinan Organisasi Kemahasiswaan di lingkungan Unnes yang telah
banyak membantu pengumpulan data peneltian dalam penulisan skripsi ini.
8. Rekan seperjuangan kampus, Agus, Gery, Tony, Eko, Miftah, Andi, Wargo,
Evy, Eti, Sumbini, Ismun, Elyna, Tiara, Purwa, Ani, dan ikhwah sekalian
Jazakumullah atas hikmah yang kalian ajarkan.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
Akhirnya besar harapan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi
positif di dalam dunia pendidikan lebih khusus pendidikan politik mahasiswa.
Semarang,
Penyusun
vii
Agustus 2009
SARI
Santoso, Tur. 2009. Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Aktivis
Organisasi Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri
Semarang. Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas
Negeri Semarang. Drs. Setiajid, M.Si. dan Moh. Aris Munandar, S.Sos.,MM. 85h.
Kata Kunci: Karakteristik, Aktivis Mahasiswa, Aksi Demonstrasi
Aksi demonstrasi menjadi sarana yang paling sering digunakan para aktivis
mahasiswa pada perannya dalam partisipasi politik. Para mahasiswa yang terlibat
aktif dalam aksi demonstrasi memiliki ciri-ciri antara lain; 1) aktif dalam
organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan; 2) mempunyai keberanian
menyampaikan pendapat; 3) cukup mempunyai pengetahuan, sikap, nilai-nilai,
pengalaman dan kepribadian untuk berpendapat; dan 4) mempunyai empati
terhadap persoalan yang berkembang.
Hampir setiap isu yang berkembang bisa menjadi bahan isu untuk
melakukan aksi demonstrasi. Namun kecenderungan tidak ada kerjasama,
koordinasi dan koalisi dalam mengusung sebuah isu bersama dalam aksi
demonstrasi terutama terlihat perbedaan antara aktivis organisasi kemahasiswaan
intra kampus dengan aktivis organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Sehingga
yang terjadi adalah mereka seakan-akan menjadi terkotak-kotak dan mengurusi
kepentingannya masing-masing.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes?
Dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap
isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi
keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. Penelitian ini bertujuan: untuk
mengetahui karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra
kampus Unnes, dengan penekanan yang lebih khusus pada fokus perhatian para
aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi
keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi.
Populasi penelitian ini adalah aktivis mahasiswa Unnes pada tahun 2009
yang berjumlah 545. Pengambilan sampel yang berjumlah 136 aktivis mahasiswa
dilakukan dengan Stratifield Proportional Random
Sampling dan Area
Probability Sample. Fokus penelitian ini adalah karakteristik aksi demonstrasi
aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes, dengan penekanan yang lebih
khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui aksi
demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi demonstrasi. Alat
pengumpul data yang digunakan adalah angket, wawancara dan dokumentasi
dengan analisis kuantitatif dan kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh aktivis mahasiswa adalah (1) tidak ada fokus perhatian suatu isu
dalam aksi demonstrasi, namun pada urutan isu fokus perhatian, pada aktivis
Ormawa intra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada
viii
urutan kedua setelah isu nasional politis kemudian diikuti isu-isu yang lainnya,
sedangkan pada aktivis Ormawa ekstra kampus menempatkan isu lokal internal
perguruan tinggi pada urutan terakhir setelah isu-isu yang lainnya. (2) tingkat
partisipasi keikutsertaan dalam aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra kampus
dengan kriteria “Rendah” lebih rendah dibanding aktivis Ormawa ekstra kampus
dengan kriteria “Sedang”.
Saran bagi mahasiswa pada umumnya bahwa hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia aktivis
mahasiswa serta memberikan gambaran tentang salah satu bentuk partisipasi
politik mahasiswa. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivis mahasiswa memiliki kepedulian
terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya, sehingga membutuhkan bantuan dan
dukungan yang positif dari berbagai pihak.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
v
PRAKATA ..................................................................................................
vi
SARI ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
1.5. Penegasan Istilah ......................................................................
6
1.6. Sistematika Skripsi ...................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori .........................................................................
8
2.1.1. Sejarah Singkat Gerakan Mahasiswa...............................
8
x
2.1.2. Aktivis Mahasiswa ......................................................... 19
2.1.3. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat ................................ 24
2.1.4. Aksi Demonstrasi sebagai Bentuk Partisipasi Politik....... 28
2.1.5. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Politik .................... 35
2.2. Kerangka Berfikir ..................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pendekatan ................................................................... 41
3.2. Metode Penentuan Objek .......................................................... 41
3.3. Fokus Penelitian ....................................................................... 45
3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 45
3.5. Analisis Instrumen Penelitian .................................................... 49
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................ 53
3.7. Prosedur Penelitian ................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 55
4.1.1. Gambaran Umum Aktivis Mahasiswa Unnes ................. 55
4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis
Mahasiswa ..................................................................... 58
4.1.3. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap
Isu-Isu Aksi Demonstrasi ............................................... 64
4.1.4. Tingkat Partisipasi Keikutsertaan Aktivis Mahasiswa
Unnes dalam Aksi Demonstrasi ..................................... 68
4.2. Pembahasan .............................................................................. 72
xi
4.2.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes .................... 72
4.2.2. Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi ....... 77
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan .................................................................................. 82
5.2. Saran ........................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 84
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik............................................ 32
2. Tabel 3.1. Daftar Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Kampus
Unnes Tahun 2009 .................................................................. 42
3. Tabel 3.2. Sampel Penelitian Aktivis Mahasiswa Unnes .......................... 44
4. Tabel 4.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Intra Kampus.... 66
5. Tabel 4.2. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Ekstra Kampus . 66
6. Tabel 4.3. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Intra Kampus
dalam Aksi Demonstrasi ......................................................... 69
7. Tabel 4.3. Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Ekstra Kampus
dalam Aksi Demonstrasi ......................................................... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1. Hierarkhi Partisipasi Politik ................................................. 32
2. Gambar 2.2. Skema Kerangka Berfikir Penelitian .................................... 40
3. Gambar 3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawancara .................. 47
4. Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 56
5. Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ................ 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian.
Lampiran 2 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan Pedoman Wawancara).
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Item Soal Instrumen.
Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Instrumen.
Lampiran 5 Daftar Responden Penelitian.
Lampiran 6 Daftar Aksi Demonstrasi yang pernah dilakukan oleh Aktivis
Mahasiswa Unnes.
Lampiran 7 Klipping Aksi Demonstrasi Aktivis Mahasiswa dalam Media
Massa.
xv
Lampiran 1
Surat-Surat Penelitian
Lampiran 2
Instrumen Penelitian
(Kisi-Kisi Kuesioner, Kuesioner dan
Pedoman Wawancara)
Lampiran 3
Perhitungan Validitas
Item Soal Instrumen
Lampiran 4
Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Lampiran 5
Daftar Responden Penelitian
Lampiran 6
Daftar Aksi Demonstrasi yang Pernah
Dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa Unnes
Lampiran 7
Klipping Aksi Demonstrasi Mahasiswa
dalam Media Massa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kaum muda, baik mahasiswa maupun bukan, dalam sejarah kehidupan
politik bangsa Indonesia memiliki tempat tersendiri sebagai salah satu
komponen strategis yang senantiasa tampil di depan. Sejak masa reformasi
bergulir, peran kaum muda begitu menentukan seiring dengan geliat
demokrasi yang semakin bergerak cepat bahkan meninggalkan kesiapan
masyarakat dalam menyambutnya.
Mahasiswa adalah aset bangsa, agenda yang mereka perjuangkan
sangat populis dan realistis. Mahasiswalah yang bisa membangkitkan
semangat perlawanan rakyat terhadap rezim tiran. Mahasiswalah yang bisa
mengawal reformasi hingga ke titik tujuan. Rakyat menaruh harapan atas
kekuatan intelektual dan kekuatan aksi yang mahasiswa miliki.
Amien Rais (1997:100) dalam bukunya Suksesi dan Keajaiban
Kekuasaan, mengomentari para pemuda sebagai berikut;
” Pesan itu adalah bahwa mereka ingin melihat perubahan dan
penyegaran kehidupan bangsa. Mereka anak muda bangsa itu, ingin
mengatakan bahwa mereka menolak kemapanan atau status-quo yang
mereka nilai sudah karatan di sana sini. Ada karat korupsi-kolusi, ada
karat pelecehan penegakan hukum, ada karat kesenjangan sosial yang
makin tajam, dan sejumlah karat lain yang bagi mereka sudah cukup
membuat pengap kehidupan.”
Dengan kekuatan intelektual di atas rata-rata masyarakat awam,
mahasiswa memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai informasi
1
2
wacana dan peristiwa dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu juga
dengan kemudahan akses literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran,
yang pada tujuan akhirnya akan menentukan ideologi atau sistem hidup yang
akan dijalaninya. Buku-buku yang ia baca, informasi yang ia terima, tokohtokoh yang ia ajak bicara, adalah beberapa faktor utama yang kelak sangat
berpengaruh terhadap idealisme hidupnya.
Selain kekuatan intelektual yang identik dengan aktivitas ilmiah,
mahasiswa juga memiliki kewajiban untuk menguatkan potensi kepekaan
sosial politiknya.
Disebut kepekaan sosial karena mahasiswa pada dasarnya adalah
bagian dari rakyat. Apapun yang terjadi pada rakyat maka mahasiswa akan
turut juga merasakannya. Kenaikan harga BBM, harga bahan pokok, listrik,
dan air misalnya akan memberi ekses terhadap aktivitas kuliah.
Disebut kepekaan politik, karena gejolak sosial yang terjadi umumnya selalu
merupakan hasil efek samping dari aktivitas politik, semisal disahkannya
suatu Undang-Undang. Undang-Undang Ketenagakerjaan misalnya akan
mempengaruhi kesejahteraan dan taraf hidup para buruh.
Setelah cerdas secara profesi keilmuan dan cerdas sosial politik, maka
sebagai gerakan ekstraparlementer, mahasiswa memiliki kewajiban moral
untuk mengimplementasikan pengetahuannya itu dalam bentuk pengabdian
kepada masyarakat. Atau dengan kata lain menyuarakan kepentingan
kebenaran dan rakyat.
3
Berbagai metode dapat dilakukan. Dari bentuk pendampingan,
advokasi, public hearing, audiensi dengan pemerintah dan legislatif, hingga
aksi demonstrasi. Demonstrasi adalah alternatif metode dalam menyuarakan
pendapat, khususnya jika dilaksanakan pada rezim yang anti demokratis dan
tiran.
Aksi demonstrasi menjadi sarana yang paling sering digunakan pada
masa sekarang ini. Namun dengan maraknya aksi demonstrasi yang hampir
setiap hari dapat kita jumpai membuat masyarakat seakan mulai jenuh
karena tidak melihat hasil riil dari aksi tersebut. Hingga terkadang
bermunculan stigma negatif dari masyarakat yang menilai aksi demonstrasi
percuma dilakukan, bahkan dinilai aksi demonstrasi hanya untuk
kepentingan politik praktis hingga aksi demonstrasi bayaran pun kerap
dilontarkan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Martien Herna Susanti dan AT
Sugeng Priyanto (2006: 24) menyimpulkan bahwa para mahasiswa yang
terlibat aktif dalam aksi demonstrasi memiliki ciri-ciri antara lain; 1) aktif
dalam organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan; 2) mempunyai
keberanian menyampaikan pendapat; 3) cukup mempunyai pengetahuan,
sikap, nilai-nilai, pengalaman dan kepribadian untuk berpendapat; dan 4)
mempunyai empati terhadap persoalan yang berkembang.
Mahasiswa
yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau
kepemudaan baik organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun
organisasi kemahasiswaan ekstra kampus cenderung memiliki keberanian
4
yang lebih dalam menyampaikan pendapat, begitu pula lebih mempunyai
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, pengalaman dan kepribadian untuk
berpendapat, disamping itu lebih memiliki empati terhadap persoalan yang
muncul di masyarakat serta tergerak untuk bertindak dibanding mahasiswa
pada umumnya.
Aksi demonstrasi kerap kali dilakukan oleh para aktivis mahasiswa.
Hampir setiap issu yang berkembang bisa menjadi bahan issu untuk
melakukan aksi demonstrasi. Namun apakah di antara aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh para aktivis memiliki karakteristik yang sama? Apalagi
terjadi kecenderungan tidak ada kerjasama, koordinasi maupun koalisi
dalam mengusung sebuah issu bersama dalam aksi demonstrasi terutama
terlihat perbedaan antara aktivis mahasiswa organisasi kemahasiswaan intra
kampus dengan aktivis mahasiswa organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus. Sehingga yang terjadi adalah mereka seakan-akan menjadi
terkotak-kotak dan mengurusi kepentingannya masing-masing.
Dalam kesempatan ini penulis akan berusaha mengungkapkan
bagaimana karakteristik aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para aktivis
mahasiswa, yaitu mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang aktif di
organisasi kemahasiswaan intra kampus Unnes dan mahasiswa yang aktif di
organisasi kemahasiswaan ekstra kampus di lingkungan kampus Unnes.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah bagaimanakah karakteristik aksi demonstrasi aktivis
Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes? Dengan penekanan yang lebih
khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung melalui
aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi
demonstrasi.
1.3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui
karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes,
lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang diusung
melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya dalam aksi
demonstrasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.4.1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia aktivis mahasiswa,
memberikan pencerahan tentang partisipasi politik mahasiswa, serta
semangat perjuangan aktivis mahasiswa dalam memperjuangkan suara dan
hak masyarakat.
6
1.4.2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivis mahasiswa memiliki
kepedulian
terhadap
kondisi
masyarakat
di
sekitarnya,
sehingga
membutuhkan bantuan dan dukungan yang positif dari berbagai pihak.
1.5. Penegasan Istilah
Judul dalam penelitian ini adalah “Karakteristik Aksi Demonstrasi
Yang Dilakukan Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra Dan Ekstra
Kampus Universitas Negeri Semarang”. Untuk menjelaskan jalannya
penelitian maka perlu ada batasan operasional agar orang lain yang
berkepentingan dalam penelitian ini mempunyai persepsi yang sama dengan
peneliti. Batasan operasional yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:
1.5.1. Aktivis Mahasiswa Unnes adalah mahasiswa yang berstatus sebagai
mahasiswa Unnes yang berkecimpung di dalam organisasi kemahasiswaan
atau menjadi fungsionaris atau pengurus organisasi kemahasiswaan, baik
organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun organisasi kemahasiswaan
ekstra kampus di lingkungan Unnes.
1.5.2. Aksi demonstrasi atau unjuk rasa adalah suatu model pernyataan
sikap, penyuaraan pendapat, opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan
jumlah massa tertentu dan dengan teknik tertentu agar mendapat perhatian
dari pihak yang dituju tanpa menggunakan mekanisme konvensional
(birokrasi).
7
1.6. Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi.
Bagian pendahuluan skripsi meliputi halaman judul, sari, pengesahan,
pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar table, daftar
gambar dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan menjelaskan
tentang latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
skripsi. Bab II Landasan Teori dan hipotesis yang berisi teori-teori yang
mendukung dan berkaitan dengan permasalahan. Bab III Metode Penelitian
yang berisi metode pendekatan, metode penentuan objek yang berisi
populasi dan sampel, fokus penelitian, variabel penelitian, metode
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data serta
prosedur penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan yang merupakan capaian
yang diinginkan dalam penelitian ini, dan Bab V Penutup yang berisi
simpulan dan saran.
Bagian akhir skripsi yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang mendukung skripsi ini.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Sejarah Singkat Gerakan Mahasiswa
2.1.1.1. Munculnya Gerakan Mahasiswa di Berbagai Negara
Dalam perubahan sosial di berbagai negara, peran gerakan
mahasiswa adalah komplek dan penting, meski tidak selalu menentukan.
Mereka lebih sering mencerminkan perubahan kekuasaan di antara kelaskelas. Demonstrasi dan gerakan mahasiswa memainkan peran yang cukup
penting dalam penggulingan Peron di Argentina pada tahun 1955; kejatuhan
Perez Jimenez di Venezuela pada tahun 1958; perlawanan yang sukses
terhadap Diem di Vietnam pada tahun 1963; kerusuhan massif melawan
Perjanjian Keamanan Jepang-AS di Jepang pada tahun 1960, yang memaksa
pengunduran diri pemerintah Kishi; gerakan anti Soekarno pada tahun 1966;
kejatuhan Ayub Khan di Pakistan pada tahun 1956; demonstrasi Oktober
untuk kebebasan yang lebih besar di Polandia pada tahun 1956; Revolusi
Hongaria tahun 1956; dan gerakan untuk pembebasan di Cekoslovakia pada
tahun 1968.
Gerakan mahasiswa dapat menjadi bagian dari gerakan sosial
ataupun berkembang menjadi gerakan politik, yang membedakan adalah
pelakunya, yaitu para mahasiswa yang merupakan kelompok generasi muda
yang kritis dan memiliki intelektualitas karena merupakan kelompok yang
8
9
mampu mengenyam pendidikan sampai taraf tinggi. Mahasiswa juga mampu
merepresentasikan barometer yang sangat sensitif yang secara setia
merefleksikan animo bergerak masyarakat.
Kemunculan gerakan mahasiswa dimulai sejak munculnya
universitas-universitas pertama di dunia. Mahasiswa di Bologna dan Paris
selama Abad pertengahan adalah sumber utama ketegangan. Kerusuhan
adalah fenomena umum di banyak universitas. Martin Luther mendapatkan
dukungan besar dari mahasiswa Wittenberg dan universitas di Jerman
lainnya. Bahkan Martin Luther dipaksa menahan mahasiswa agar protes
mereka tidak terlalu jauh hingga menyerang Paus dan Kaisar.
Pada era 1960an, isu utama dari gerakan mahasiswa adalah
pendidikan. Pada tahun 1964 terjadi protes di dalam Universitas California
di Berkeley, AS. Sasaran protesnya adalah birokrasi otokratis dari
administrasi Universitas, yang mengabaikan kebutuhan pendidikan dari
mahasiswa belum bergelar, mengeksploitasi anggota staf yang lebih muda
dan mempertahankan kepentingan elit akademis yang kecil; protes
mengambil bentuk Perjuangan Untuk Kemerdekaan Berbicara, dengan aksi
protes duduk yang tanpa kekerasan di gedung administrasi. Setelah represi
berhari-hari oleh polisi, gedung administrasi dapat dikosongkan. Imbas dari
tindak kekerasan tersebut telah mempolarisasi populasi, menjadi setuju atau
tidak terhadap para mahasiswa. Protes Berkeley memunculkan gerakan
solidaritas beratus-ratus universitas di seluruh Amerika Serikat dan
menyebar ke negara-negara dari Jepang ke Perancis ke Polandia.
10
Isu pendidikan yang menjadi awal revolusi Perancis 1986
berkembang lebih maju menjadi perombakan sistem pendidikan dan sistem
politik. Slogan yang terkenal adalah: Kekuasaan Ada Di Jalan Bukan Di
Parlemen! Ini adalah sebuah fenomena yang membuat pemerintahan Barat
menggigil, ini adalah penolakan atas institusi-institusi politik yang sangat
elitis dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mereka.
Radikalisasi gerakan mahasiswa di era 1960an memiliki akarnya
pada krisis imperialisme di satu sisi dan krisis yang dialami Stalinisme dan
Sosial Demokrasi di sisi lain. Imperialisme sejak tahun 1950an akhir telah
menghadapi banyak tantangan. Berbagai macam perlawanan gerakan Kiri
terjadi, seperti di Algeria, Indocina, Kuba, Korea. Di negeri imperialis
sendiri muncul beberapa perlawanan, di Amerika Serikat muncul gerakan
Afro-Amerika. Sementara itu dalam bidang ekonomi, di negeri-negeri
imperialis terjadi ekspansi luar biasa dalam kapasitas produksi dan
kompetisi antara kekuatan industri besar untuk memperebutkan pasar
semakin intensif.
Perkembangan ekonomi tersebut mengakibatkan semakin besarnya
kebutuhan untuk mendapatkan jumlah rakyat terdidik yang lebih banyak.
Hal ini serupa dengan kemunculan politik etis di Indonesia. Menurut data
yang dikeluarkan oleh UNESCO antara tahun 1950 dan 1963-1964 populasi
mahasiswa melonjak tinggi. Di Perancis meningkat menjadi 3,3 kali, di
Jerman barat 2,8 kali, di AS 2,2 kali, di Itali 1,3 kali.
11
2.1.1.2. Munculnya Gerakan Mahasiswa di Indonesia.
Kaum terpelajar Indonesia muncul seiring dibangunnya sekolahsekolah oleh Belanda pada abad ke 18. Pada tahun 1819, Belanda
membangun sekolah Militer di Semarang, kemudian sekolah-sekolah umum
seperti Sekolah Tinggi Leiden (1826), Institut Bahasa Jawa Surakarta
(1832), Sekolah Pegawai Hindia Belanda di Deflt (1842) dan Sekolah Guru
Bumiputera di Surakarta (1852). Sekolah-sekolah tersebut diperuntukkan
bagi anak-anak Belanda dan pegawai tinggi Pribumi. Baru pada tahun 1871
dikeluarkan UU Pendidikan pertama yang membuka akses pendidikan bagi
kaum Pribumi.
Hingga tahun 1920an tidak terdapat universitas di Hindia Belanda.
Hanya Pribumi kaya, umumnya Bupati, yang mampu mengirim anak mereka
belajar di Eropa. Perguruan tinggi pertama muncul pada tahun 1920, yakni
Sekolah Tinggi Teknik Bandung. Ini disusul dengan Sekolah Tinggi Hukum
di Jakarta pada tahun 1924.
Munculnya kaum
terpelajar turut mendorong berkembangnya
organisasi-organisasi sosial. Yang pertama adalah Sarikat Priyayi pada
tahun 1906 oleh Tirto Adhi Soerjo, Thamrin Muhammad Thabrie dan
R.A.A. Prawiradireja. Boedi Oetomo pada tahun 1908 dengan tokohnya E.
Douwes Dekker dan Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi Oetomo dimotori
oleh pemuda dan mahasiswa dari STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di
Jakarta. Kemudian pada tahun 1911, di Solo berdiri perkumpulan bernama
Sarikat Islam (SI). Organisasi ini didirikan bukan semata-mata sebagai
12
perlawanan terhadap para pedagang-pedagang Cina, tetapi juga digunakan
sebagai front untuk melawan semua bentuk pernghinaan terhadap rakyat
bumiputera.
Ketika para mahasiswa Indonesia di Belanda kembali ke tanah air,
mereka mempraktekan ide-ide mereka dengan membuat Study Clubs untuk
berdiskusi dengan pimpinan-pimpinan partai dan intelektual. Salah satu
study club tersebut adalah Algemeene Study Club di Bandung yang didirikan
pada tahun 1925 oleh Ir. Soekarno. Pada tahun 1930 hampir semua
perkumpulan pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 terjadi pelarangan semua
kegiatan yang berbau politik dan membubarkan semua organisasi pelajar
dan mahasiswa, serta partai politik. Banyak perguruan tinggi ditutup. Jumlah
mahasiswa sendiri sangatlah kecil, pada waktu itu hanya 637 orang. Angka
lain menyebutkan sekitar 387 orang. Sedangkan Joseph Fischer menyatakan,
jumlah sarjana Indonesia pada permulaan masa kemerdekaan adalah 1.100
orang.
Kondisi yang sangat represif itu, membuat mahasiswa dan pemuda
memilih kegiatan berkumpul dan bersiskusi di asrama-asrama. Tiga asrama
yang terkenal dalam sejarah kemerdekaan adalah Asrama ”Angkatan Baru
Indonesia” (Menteng 31), Asrama ”Fakultas Kedokteran” dan Asrama
”Indonesia Merdeka” (Kebon Sirih).
Proklamasi dilakukan pada 17 Agustus 1945, yang sebelumnya
pemuda yang berpusat di Asrama Menteng menculik Soekarno dan Hatta,
13
serta
Ibu
Fatmawati
dan
Guntur
kemudian
membawanya
ke
Rengasdengklok. Tindakan ini diambil karena Soekarno dan Hatta ragu-ragu
menyatakan kemerdekaan saat jepang telah kalah.
Tanggal 1 September 1945, para pemuda yang telah berjasa
mempersiapkan kemerdekaan mendirikan sebuah organisasi bernama
Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang diketuai oleh Wikana yang
bertujuan untuk menyatukan pemuda-pemuda yang sebelumnya tergabung
dalam sebuah komite aksi. Disamping itu juga berdiri Barisan Buruh
Indonesia (BBI), Barisan Rakyat (Bara), dan Seniman Indonesia Muda
(SIM).
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, muncul berbagai organisasi
mahasiswa dengan dasar ideologi yang berbeda-beda. Pada tanggal 5
Februari 1947 diresmikan terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
kemudian diikuti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada
tanggal 25 Maret 1947 kemudian berdiri Perhimpunan Mahasiswa Khatolik
Republik
Indonesia
(PMKRI).
Kemunculan
organisasi-organisasi
mahasiswa
ini mengikuti lahirnya partai-partai politik
yang juga
menggunakan basis ideologi agama seperti Masyumi yang berdiri pada
tanggal 7 Nopember 1945 dan Partai Katolik pada tanggal 8 Desember 1945.
Sementara Partai Nasional Indonesia juga memiliki organisasi gerakan
mahasiswa yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang
berdiri tanggal 23 Maret 1954. Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI) dibentuk pada 1956 sebagai hasil penggabungan tiga organisasi
14
kecil mahasiswa di Bandung, Bogor dan Yogyakarta, yang selanjutnya lebih
mendekat ke PKI.
Selain organisasi-organisasi yang didasarkan ideologi tertentu,
muncul juga banyak organisasi mahasiswa berdasarkan profesi dan
komunitas, seperti Perhimpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (PMKH) di
Bogor, Perhimpunan Mahasiswa Djakarta (PMD), Perhimpunan Mahasiswa
Jogjakarta (PMJ) dan Masyarakat Mahasiswa Malang (MMM). Kemudian
dari dalam kampus juga muncul organisasi gerakan mahasiswa seperti
Dewan Mahasiswa (DM) UGM tanggal 11 Januari 1950 dan Dewan
Mahasiswa UI tanggal 20 Nopember 1955.
2.1.1.3. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1966
Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan
gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan
mahasiswa masih bersifat kedaerahan.
Angkatan 66 mengangkat isu komunis sebagai bahaya laten negara.
Gerakan
ini
berhasil
membangun
kepercayaan
masyarakat
untuk
mendukung mahasiswa menentang komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai
Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakyat,
yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas
Maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan
ini menandai berakhirnya ORLA (Orde Lama) dan berpindah kepada ORBA
15
(Orde Baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya
aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA.
2.1.1.4. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1972
Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI
(Malapetaka Lima Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak
produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Jakarta masih
menjadi barometer pergerakan mahasiswa nasional.
2.1.1.5. Gerakan Mahasiswa di Indoensia Tahun 1980 an
Gerakan pada era ini tidak populer, karena lebih terfokus pada
perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri
(Menteri Dalam Negeri) saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan
Mendagri disambut dengan demo mahasiswa dan terjadi peristiwa
pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya pelaku pelemparan yaitu Jumhur
Hidayat terkena sanksi DO (Droup Out) oleh pihak ITB (pada pemilu 2004
beliau menjabat sebagai Sekjen Partai Serikat Indonesia/PSI).
2.1.1.6. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1990 an.
Isu yang diangkat pada gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu
penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa
(DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
16
Pemberlakuan
NKK/BKK
mengubah
format
organisasi
kemahasiswaan dengan melarang mahasiswa terjun ke dalam politik praktis,
yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990
tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi
bernama SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi).
Organisasi
kemahasiswaan
seperti
ini
menjadikan
aktivis
mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat lebih leluasa dan
dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa,bahkan tidak segan-segan
untuk mengeluarkan.
Pemerintah Orde
Baru
pun
menggaungkan
opini adanya
pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan
mahasiswa dengan sebutan OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Masyarakat
pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan
komunis.
Pemberlakuan NKK/BKK maupun opini OTB ataupun cara-cara
lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA, tidak membuat
mahasiswa putus asa, karena di setiap even nasional dijadikan untuk
menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan
NKK/BKK.
Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada
diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para
aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap
17
refresif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi
kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam INDONESIA), GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Kristen
Indoenesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung.
2.1.1.7. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1998.
Gerakan mahasiswa pada era ini mencuat dengan tumbangnya
Orde Baru dengan ditandai turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan,
tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998.
Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya
pada tahun 1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun
1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun
berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan
mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Gerakan
mahasiswa dengan agenda reformasinya mendapat simpati dan dukungan
yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam
mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan
pemerintahan yang terlalu lama, politisi di luar kekuasaan pun menjadi
tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan
sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan
utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen
18
mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya
tumpah ruah di gedung dewan ini, tercatat KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat
Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama) dan FORKOT (Forum
Kota). Elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu
dengan satu tujuan, yaitu turunkan Soeharto.
2.1.1.8. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Pasca Reformasi.
Turunnya Soeharto oleh gerakan mahasiswa dan rakyat menjadikan
Habibie naik menjadi Presiden RI. Pada tanggal 21 dan 22 Mei 1998, ribuan
masa membentuk barisan dan berpawai menolak Habibie, menuntut
dibentuknya UU Anti Monopoli, mencabut paket 5 UU Politik dan Dwi
Fungsi ABRI, membebaskan tahanan politik Orde baru tanpa syarat, serta
mengadili Soeharto.
Persatuan sementara gerakan mahasiswa untuk menggulingkan
Soeharto terpecah pada periode Habibie. Gerakan mahasiswa terbagi
menjadi dua kelompok, gerakan mahasiswa yang mendukung Habibie,
dengan beberapa syarat dan gerakan mahasiswa yang menolak Habibie.
Pada masa pemerintahan Gus Dur, berawal dari diberikannya status
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) kepada empat Perguruan Tinggi
Negeri, yaitu UGM, UI, ITB dan IPB, kemudian menuai protes dari berbagai
mahasiswa dari berbagai universitas negeri. Gus Dur mencoba untuk
menarik simpati masa dengan menyingkirkan elit-elit politik dan militer
19
yang saat Pemilu mendukungnya. Hal ini berakibat konflik internal kabinet
rezim Gus Dur. Kemudian gerakan mahasiswapun terjadi polarisasi antara
gerakan pro Gus Dur dan gerakan anti Gus Dur.
Kelompok yang pertama, Badan Eksekutif Mahasiswa seIndonesia (BEM SI) melakukan aksi-aksi penolakan terhadap Gus Dur lewat
isu seperti Buloggate dan mengusulkan segera dilakukan Sidang Istimewa
MPR/DPR. Kelompok yang kedua, Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia
(BEM-I) melakukan aksi-aksi pendukungan terhadap Gus Dur.
2.1.2. Aktivis Mahasiswa
Aktivis berasal dari kata dasar aktivitas yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia artinya adalah kegiatan. Aktivis adalah subyek atau orang
dalam kegiatan tertentu. Jadi, yang dimaksud dengan aktivis mahasiswa
adalah mahasiswa yang menjadi subyek dalam kegiatan-kegiatan organisasi
kemahasiswaan. Biasanya para aktivis mahasiswa terhimpun dalam
organisasi kemahasiswaan atau menjadi fungsionaris atau pengurus suatu
organisasi kemahasiswaan.
Organisasi kemahasiswaan adalah perkumpulan, kesatuan mahasiswa
yang sudah terlembaga, mempunyai landasan hukum, dan mempunyai
tujuan yang jelas guna mengembangkan peran serta dan fungsi mahasiswa di
lingkungan maupun di masyarakat (Buku Panduan Unnes, 2006: 23).
Organisasi kemahasiswaan bisa berupa organisasi kemahasiswaan intra
kampus maupun organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Ormawa tingkat
20
universitas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Rektor
Unnes, sedangkan Ormawa tingkat fakultas mempunyai landasan hukum
yaitu dengan Keputusan Dekan Fakultas yang bersangkutan. Sedangkan
untuk organisasi kemahasiswaan ekstra kampus landasan hukumnya
menurut aturan yang berlaku di dalam internal organisasinya masingmasing. Organisasi kemahasiswaan dibentuk dari, oleh dan untuk
mahasiswa.
Di kalangan kaum muda lebih khusus lagi mahasiswa, bahwa
mahasiswa dalam hal ini adalah para aktivis mahasiswa senantiasa peka
terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Tumbuhnya kepekaan
mahasiswa terhadap persoalan masyarakat ini menurut Arbi Sanit (1985)
(dalam Rahmat dan Najib, 2001: xii-xiii) disebabkan paling tidak oleh lima
hal. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan
terbaik, mahasiswa memiliki pandangan yang cukup luas untuk dapat
bergerak di semua lapisan masyarakat.
Kedua, sebagai golongan masyarakat yang paling lama mengalami
pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang
diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup
unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi
diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan
memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur ekonomi dan akan
memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat, adalah kelompok elit di
kalangan kaum muda. Kelima, seringya mahasiswa terlibat dalam
21
pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat,
memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya
ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya.
Mahasiswa melalui penentangannya yang sistematis, menegaskan
perbedaannya yang otonom dari struktur masyarakat tradisional. Suatu
penentangan yang dilakukan secara sadar sebagai wujud dari kegelisahan
atas kebekuan sistem sosial yang berjalan tidak normal di dalam masyarakat
atau kadang-kadang dikarenakan suatu penghayatan tertentu terhadap suatu
realitas yang diresapi kembali dan ditransformasikan dari struktur dunia
obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif.
Untuk konteks Indonesia, kemunculan peranan kelompok ini dalam
kehidupan sosial politik bangsa Indonesia merupakan fenomena khas abad
20. Mahasiswa, disebabkan oleh beberapa kualitasnya yang spesifik, tampil
sebagai suatu lapisan masyarakat yang vokal, berorientasi ke depan sehingga
menjadi idealis dan tentu saja sebagai sebuah konsekuensinya, mahasiwa
memiliki suatu posisi sosial tertentu dan sangat menentukan dimana di
dalamnya sejumlah privelese menjadi haknya yang dikuasai secara
independen.
Membicarakan mahasiswa berarti kita tengah membicarakan suatu
kelompok masyarakat yang sadar
dan tersadarkan. Suatu kelompok
masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat penting dalam
dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Memang sangat sulit
untuk menentukan sejauh mana peran ini dapat dimainkan dikarenakan
22
faktor situasi dan kondisi yang melingkupinya seringkali berubah. Tetapi
pada umumnya dalam suatu kondisi yang melingkupinya seringkali berubah.
Tetapi
pada umunya dalam suatu kondisi krisis tertentu dalam suatu
masyarakat, mahasiswa yang lebih memiliki kesempatan untuk tidak terlalu
jauh terseret oleh krisis itu karena faktor pendidikannya, menunjukkan peran
pentingnya itu melalui responnya terhadap suatu krisis seraya mendorong
lahirnya alternatif-alternatif baru bagi krisis tersebut. Saat itulah kewajiban
mendasar yang dituntut darinya adalah suatu tindakan ‘heroik’, sebagai
wujud responnya terhadap krisis yang timbul dan sedang dihadapi oleh
masyarakat.
Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia dimana
ketimpangan-ketimpangan sosial seringkali nampak jelas, terbuka peluang
yang lebih besar bagi lahirnya suatu krisis di dalam suatu masyarakat. Hal
ini
memberikan
penjelasan
mengapa
kemudian
di
negara-negara
berkembang ini, suatu proses radikalisasi untuk perubahan menjadi bagian
yang sangat menonjol dalam dinamika kehidupan mahasiswa. Dihubungkan
dengan persoalan kesempatan yang diberikan oleh suatu sistem sosial dan
politik, yang memang sangatlah buruk di banyak negara berkembang,
kelompok mahasiswa biasanya menunjukkan sikap enggan untuk mematuhi
sistem tersebut, alih-alih memperlihatkan penentangannya.
Hal ini oleh Burhan D. Magenda (dalam Rahmat, 2001: 31)
disebutkan sebagai etika nobless oblige, suatu privelese yang disandang
mahasiswa yang dihubungkan dengan semangatnya dalam memperjuangkan
23
kepentingan rakyat. Di sini timbul pertanyaan, apakah sifat ini sepenuhnya
tunduk pada suatu kondisi atau situasi sosial politik tertentu.
Menurut Albach, (1988: 11-15) terjadi kemerosotan dalam gerakan
mahasiswa, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
Pertama,
mempertahankan
ketidakmampuan
tingkat
kegiatan
gerakan
politiknya,
mahasiswa
untuk
terutama
dalam
memobilisasikan massa, untuk waktu yang lama. Kedua, akibat dari ‘artefak
media massa’. Terdapat hubungan yang dekat antara gerakan mahasiswa
dengan perhatiannya terhadap gerakan mahasiswa, maka krisis akan segera
terjadi pada gerakan tersebut. Ketiga, perubahan fokus perhatian mahasiswa
dari isu-isu yang bersifat gerakan massa menjadi isu elite dan cenderung
menjauh dari massa. Keempat, perubahan orientasi mahasiswa, khususnya
dalam gaya hidup, yang lebih liberal dan cenderung berbeda berbeda dengan
masyarakat umum. Kelima, diserapnya sejumlah aktivis mahasiswa ke
dalam posisi-posisi profesional, termasuk pula oleh sistem politik baru. Pada
saat yang sama minat terhadap studi sosial dan kemanusiaan menurun dan
lebih
cenderung
pada
bidang-bidang
profesi.
Dampaknya
adalah
menurunnya kegiatan politik yang beresiko tinggi. Keenam, perubahan
kebijakan pendidikan di kampus-kampus efektif menurunkan tingkat
aktivisme mahasiswa. Ketujuh, faktor populasi mahasiswa turut pula
memberi pengaruh, khususnya dalam menciptakan keseimbangan baru di
dalam kampus yang tidak rawan krisis. Kedelapan, gerakan mahasiswa
sendiri banyak yang merasa gagal dalam menjalankan fungsinya untuk
24
melakukan perubahan yang mendasar dan besar-besaran. Kesembilan,
perubahan realitas politik eksternal. Seperti institusionalisasi lembagalembaga politik telah memungkinkan terserapnya sejumlah agenda politik
mahasiswa dan masyarakat secara umum, walaupun tidak keseluruhan,
sehingga dengan begitu aktivisme mahasiswa yang terkait erat dengan isuisu politik masyarakat luas dapat diserap oleh institusi politik resmi.
2.1.3. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat
Kebebasan berpendapat dan berbicara merupakan ruh demokrasi
yang menjadi hak bagi setiap warga negara. Semua segi kehidupan manusia
sangat membutuhkan arus pembicaraan. Melalui pembicaraan berbagai
bentuk sosialisasi, kerjasama dan konsensus di antara manusia dalam
kehidupan sosial terbentuk.
Presiden Roosevelt menyatakan ada 4 (empat) macam hak dalam
The Four Freedoms (Empat Kebebasan) yaitu:
1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of
Speech)
2. Kebebasan beragama (Freedom of Religion)
3. Kebebasan dari ketakutan (Freedom of Fear)
4. Kebebasan dari kemelaratan (Freedom of Want) (dalam Budiardjo, 2001:
120).
Kebebasan berpendapat diharapkan dalam rangka untuk mendukung
terselenggaranya pemerintahan yang baik dan demokratis sesuai dengan
25
aspirasi masyarakat. Miriam Budiardjo (2001:60) menyatakan bahwa syaratsyarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah
Rule of Law ialah:
1) perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain dari
menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara proseduril
untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and
impartial tribunals).
3) pemilihan umum yang bebas.
4) kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5) kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6) pendidikan kewarganegaraan (civic education).
Banyak sekali jaminan bagi kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat, misalnya dalam Declaration of Human Rights, Pasal 19 berbunyi,
“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat
dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan
menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara
apapun juga dan tidak memandang batas-batas.”
Demokrasi menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat warga
negaranya. Pembicaraan dan perdebatan yang bebas tapi bertanggungjawab,
jujur dan terbuka akan menuntun warga pada kebenaran yang diyakini
bersama
sebagai
tindakan
umum
yang
lebih
bijak.
Sebaliknya,
26
ketidakbebasan
berbicara dan berpendapat akan membuat pembicaraan
penuh dengan ketidakpastian, kebohongan dan ketidakjujuran. Hal inilah
yang menyebabkan banyak aspirasi masyarakat arus bawah (grassroots)
yang tidak dapat terwujud sebagaimana mestinya.
Pada masa Orde Baru berkuasa, masyarakat yang melakukan aksi
protes hampir selalu ditangkap dan diadili berdasarkan ketentuan pasal 510
KUHP. Meskipun pasal itu mensyaratkan ijin bagi pawai atau keramaian
umum belaka, tetapi pihak aparat beranggapan bahwa ijin atas pawai atau
keramaian umum berlaku pula untuk segala bentuk penyampaian pendapat
yang berupa lisan dan tulisan. Artinya bahwa kegiatan aksi demonstrasi juga
termasuk di dalamnya sebagai bentuk pawai dan keramaian umum. Karena
pada masa itu belum ada ketentuan khusus yang mengatur tentang aturan
penyampaian pendapat apalagi demonstasi, hanya UUD 1945 pasal 28
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat.
Padahal dalam Covenan on Civil and Political Rights, Pasal 19
berbunyi:
(1) Setiap orang berhak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami
gangguan.
(2) Setiap orang berhak untuk mengeluarkan pendapat; dalam hak ini
termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan menyampaikan
segala
macam
penerangan dan
gagasan tanpa
menghiraukan
pembatasan-pembatasan, baik secara lisan, maupun tulisan atau
27
tercetak, dalam bentuk seni, atau melalui media lain menurut
pilihannya.
Pelaksanaan hak-hak yang tercantum dalam ayat-ayat dari pasal ini
membawakan kewajiban-kewajiban dan tanggungjawab yang khusus. Oleh
karena itu dapat dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi
pembatasan-pembatasan ini terbatas pada yang sesuai dengan ketentuan
hukum yang perlu:
(a) untuk menghormati hak-hak atau nama baik orang lain.
(b) untuk perlindungan kemanan nasional atau ketertiban umum atau
kesehatan dan moral umum.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik
Indonesia
diterbitkan
pada
bulan
Oktober
1997
untuk
menggantikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam salah satu
pasalnya, yaitu pasal 15 (2) butir (a) Undang-Undang Kepolisian Negara RI
Nomor 28 Tahun 1997 disebutkan
mengenai wewenang kepolisian
memberikan ijin untuk kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya. ’Kegiatan’ dalam ketentuan tersebut tidak jelas maknanya, sehingga
kegiatan aksi demonstrasi mudah saja dianggap menjadi jenis ’kegiatan’
dalam ketentuan tersebut.
28
2.1.4. Aksi Demonstrasi Sebagai Bentuk Partisipasi Politik
Aksi demontrasi adalah suatu model pernyataan sikap, penyuaraan
pendapat, opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan jumlah massa tertentu
dan dengan teknik tertentu agar mendapat perhatian dari pihak yang dituju
tanpa menggunakan mekanisme konvensional (birokrasi). Demonstrasi juga
bertujuan untuk menekan pembuat kebijakan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Sedangkan partisipasi politik secara umum merupakan
suatu bentuk keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan
di dalam sistem politik.
Aksi demonstrasi umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur
penyampaian aspirasi atau buntunya metode dialog.. Dalam Trias Politika,
aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam kondisi
pemerintahan yang korup, para legislator tidak dapat memainkan perannya,
sehingga rakyat langsung mengambil ‘jalan pintas’ dalam bentuk aksi
demonstrasi.
Aksi demonstrasi juga dilakukan dalam rangka pembentukan opini
atau mencari dukungan publik. Dengan demikian isu yang digulirkan
harapannya dapat menjadi snowball. Dari isu mahasiswa menjadi isu
masyarakat kebanyakan, seperti dalam kasus aksi menuntut mundur
Soeharto dari jabatan Presiden Republik Indonesia.
Aksi demonstrasi adalah hak bahkan dalam situasi tertentu dapat
menjadi kewajiban. Ia dilindungi oleh undang-undang positif. Selain
Declaration of Human Right (Freedom of Speech), hak aksi juga dilindungi
29
oleh UUD 1945 pasal 28 beserta amandemennya. Secara lebih spesifik, aksi
ini kemudian diatur dengan adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
tentang Mekanisme Penyampaian Pendapat di Muka Umum. UndangUndang
ini
mengharuskan
panitia
aksi
untuk
memberikan
surat
pemberitahuan kepada pihak kepolisian setidaknya 3 (tiga) hari menjelang
hari pelaksanaan. Ketentuan lainnya adalah, di dalam surat pemberitahuan
itu harus ada nama penanggung jawab aksi, waktu pelaksanaan, rute yang
dilewati, isu yang dibawa, jumlah massa, dan bentuk aksi. Selain itu ada
juga larangan untuk melakukan aksi pada hari-hari tertentu dan tempattempat tertentu.
Dalam
pandangan
aktivis,
Undang-Undang
ini
pada
awal
pengesahannya dicurigai sebagai alat untuk mengebiri suara kritis
mahasiswa dan rakyat. Pada perkembangannya, Undang-Undang inilah yang
digunakan oleh rezim berkuasa melalui aparat kepolisian untuk mematikan
suara oposan, dengan banyak menyeret para aktivis ke penjara.
Aksi demonstrasi merupakan bagian dari bentuk partisipasi politik
masyarakat. Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah
tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya
modernisasi politik.
Menurut Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan
politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung
atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)
30
(dalam Sastroatmodjo, 1995: 68). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan
hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen
dan sebagainya.
Partisipasi politik warga negara dipengaruhi oleh sistem politik yang
diterapkan oleh suatu negara. Henry B. Mayo dalam buku Introduction to
Democratic Theory memberi definisi tentang sistem politik yang demokratis
ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihanpemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (dalam
Budiardjo, 2001:61)
Surbakti
politik
dengan
(1992: 141-142) mengkategorikan kegiatan partisipasi
sejumlah
kriteria
“rambu-rambu”
yang
menjadi
konseptualisasi dari partisipasi politik itu sendiri. Pertama, partisipasi politik
yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara
biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan
orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak
selalu termanifestasikan dalam perilakunya.
Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah
selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk dalam
pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum,
31
alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung
ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.
Ketiga, kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal
mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.
Keempat, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara
langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti
individu
mempengaruhi
pemerintah
tanpa
menggunakan
perantara,
sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui
pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya
termasuk ke dalam kategori partisipasi politik.
Kelima, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui
prosedur yang wajar (convensional) dan tak berupa kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi,
melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat maupun dengan cara-cara
di luar prosedur yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan
(violence), seperti aksi demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus
(seperti memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan
pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata
dan gerakan-gerakan poltik, seperti kudeta dan revolusi.
32
Almond menunjukkan macam-macam partisipasi politik sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Konvensional
Non Konvensional
Pemberian Suara (voting)
Pengajuan Petisi
Diskusi politik
Berdemonstrasi
Kegiatan kampanye
Konfrontasi
Membentuk dan bergabung Mogok
dalam kelompok kepentingan
Tindak kekerasan politik terhadap
Komunikasi individual dengan harta-benda (perusakan, pengeboman,
pejabat politik dan administratif
pembakaran)
Tindak kekerasan politik terhadap
manusia (penculikan, pembunuhan)
Perang gerilya dan revolusi
Sumber:Almond,1978 (dalam Suryadi, 2007: 134).
Berdasarkan taraf atau luasnya partisipasi politik, Michael Rush dan
Philip Althoff menggambarkannya sebagai berikut:
Gambar 2.1.Hierarkhi Partisipasi Politik
Menduduki jabatan politik atau administratif
Mencari jabatan politik atau administratif
Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik
Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik
Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb.
Partisipasi dalam diskusi politik formal, minat umum
dalam politik
Voting (pemberian suara)
Apathi total
Sumber: Rush, Michael dan Philip Althoff, 2000:140 (dalam Susanti, 2006:
7).
33
Berbagai jenis partisipasi yang tergambar dalam piramida yang
basisnya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan dengan meningkatnya
intensitas kegiatan politik. Di antara basis dan puncak terdekat pelbagai
kegiatan yang berbeda-beda intensitasnya, berbeda menurut intensitas
kegiatan maupun mengenai bobot komitmen dari orang yang bersangkutan.
Termasuk
di dalamnya
memberi
suara
dalam
pemilihan
umum,
mendiskusikan masalah politik, menghadiri rapat umum yang bersifat
politik, dan menjadi anggota kelompok kepentingan. Yang lebih intensif lagi
adalah melibatkan diri dalam berbagai proyek pekerjaan sosial, contacting
atau lobbying pejabat-pejabat, bekerja aktif sebagai anggota partai politik
dan menjadi juru kampanye, dan yang paling intensif, sebagai pimpinan
partai atau kelompok kepentingan dan pekerja sepenuh waktu.
Mahasiswa sebagai bagian yang cukup banyak berperan dalam hal
partisipasi politik perlu mendapat perhatian. Gerakan mahasiswa dari masa
ke masa selalu memberikan nuansa yang berbeda dalam hal partisipasinya
untuk terlibat dalam dunia perpolitikan, namun ada beberapa fenomena
dalam gerakan mahasiswa yang perlu diketahui. Phillip G. Altbach (1988:
15) berpendapat tentang adanya pergeseran fokus perhatian aktivis
mahasiswa tentang isu, yaitu:
”bahwa realitas-realitas politik eksternal telah berubah. Gerakangerakan aktivis mahasiswa terutama lebih dirangsang oleh politik
kemasyarakatan daripada oleh persoalan-persoalan di dalam
universitas itu sendiri, dan perubahan-perubahan di dalam kehidupan
politik secara alamiah akan mempunyai dampak penting atas gerakan
mahasiswa.”
34
Phillip G. Altbach (1988: 134) menyatakan bahwa gerakan
mahasiswa bisa dibedakan menjadi tiga tahap. Pertama, tahap kecaman
terhadap masalah-masalah politik secara umum. Kedua, tahap ketika
mahasiswa memusatkan perhatian pada masalah-masalah universitas. Dan
tahap ketiga, merupakan fase pendirian dan pengembangan secara eksplisit
organisasi dan partai politik dengan landasan ideologi politik.
Phillip G. Altbach (1988: 30) berpendapat bahwa relatif sedikit saja
kampanye dan aksi demonstrasi kaum aktivis dan energi mahasiswa nampak
mengatur bagi kegiatan-kegiatan nonpolitis.
Perhatian atau atensi berkaitan dengan informasi yang kita
perhatikan (Baron dan Byrne, 2004: 81). Kerangka berfikir atau skema
adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat
membantu kita mengorganisasi informasi sosial. Kerangka berfikir telah
terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer &
Srull, 1994, dalam Baron dan Byrne, 2004: 81). Dalam hubungannya dengan
perhatian atau atensi, kerangka berfikir seringkali berperan sebagai sejenis
penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak
cocok dengan skema seringkali diabaikan (Fiske,1993 dalam Baron dan
Byrne, 2004:81), kecuali informasi tersebut sangat ekstrem sehingga mau
tidak mau kita akan memperhatikannya.
Di antara sekian banyak macam isu dalam masyarakat, dalam buku
”Merubah Kebijakan Publik” karya Roem Topatimasang, dkk. (2001: 63),
35
ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis
untuk diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas (sedang hangat atau sedang
menjadi perhatian masyarakat), pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan
sebagai isu yang strategis jika: (a) penting dan mendesak, dalam artian
tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera
ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada
kehidupan masyarakat umum; (b) penad dengan kebutuhan dan aspirasi
sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang
selama ini paling terabaikan kepentingannya; (c) akan berdampak positif
pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada
perubahan sosial yang lebih baik; (d) sesuai dengan visi dan agenda
perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat.
2.1.5. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Politik
Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik
demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan prosentase
warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara dengan negara
yang lain.
Tinggi rendahnya partisipasi politik warga negara dalam proses
politik suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
adalah kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (sistem
politik). Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang
36
lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia tinggal.
Yang dimaskud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah
penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah
dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak? (Surbakti, 1992: 144).
Berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah, Paige (dalam Sunarto, 2004: 25) membagi partisipasi
politik menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik
dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik
cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan
(apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila
kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat
rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi
kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut
pasif.
Sebab-sebab seseorang menggunakan bentuk-bentuk partisipasi
politiknya adalah berbagai motivasi yang ada pada kelompoknya dan
dirinya, tentang bagaimana caranya agar tujuan-tujuannya tercapai melalui
saluran-saluran politik yang ada.
Partisipasi politik seseorang atau kelompok orang tentunya berbeda,
hal ini dipengaruhi oleh kepentingan dari individu seseorang atau kelompok
tersebut. Weber mengemukakan terdapat 5 (lima) penyebab timbulnya
37
gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu sebagai
berikut:
a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan
masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.
b. perubahan-perubahan struktur kelas. Masalah siapa yang berhak
berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik
c. pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern.. ide
demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum
mereka mengembangkan modernisasi dan industrialisasi yang cukup
matang.
d. konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antarelit,
maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas
menentang melawan kaum aristocrat yang menarik kaum buruh dan
membantu memperluas hak pilih rakyat.
e. keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering
merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi dalam
pembuatan keputusan politik. (dalam Suryadi, 2007: 128)
Vaughan dan Archer (dalam Altbach, 1988: 198) menyatakan bahwa
suatu ideologi dapat mempengaruhi aksi dalam hal menentukan tujuan dan
memilih sarana tertentu, diantara berbagai sarana yang ada, untuk mencapai
tujuan tersebut.
Menurut Phillip G. Altbach (1988: 178) bahwa terdapat kesan bahwa
ideologi total, yang difokuskan melalui salah satu dari nilai-nilai sentralnya,
menstrukturkan persepsi, peristiwa-peristiwa yang penting, sasaran yang
khas dan sarana-sarana yang dipilih pada tingkat aksi politik mahasiswa.
Dengan kata, lain ideologi menuntun respon dan pola tindakan. Selain itu,
ideologi merumuskan masalah dan pemecahannya pada tingkat politik
nasional. Penganjur ideologi merasa bahwa peristiwa dan masalah-masalah
nasional mempunyai hubungan erat dengan aksi protes di dalam universitas.
38
Adakalanya para mahasiswa dibangkitkan oleh suatu isu politik,
meskipun dalam kasus-kasus tersebut demonstrasinya cenderung kecil dan
tidak tercipta gerakan atau organisasi yang langgeng (Altbach, 1988: 32).
Menurut Altbach (1988:199) bahwa suatu nilai atau kepercayaan
politik, dalam peran sebagai kriteria selektif, mempunyai pengaruh yang
lebih langsung terhadap seleksi dari tujuan untuk bertindak, dibanding
pengaruh yang dimiliki kepercayaan politik, dalam peran kriteria evaluatif.
Sebab sebelum prinsip moral dan aspek-aspek evaluatif kepercayaan dapat
berpengaruh terhadap aksi yang mendukung konfrontasi, aspek-aspek
evaluatif tersebut harus dipandang dengan suatu cara yang khas.
2.2. Kerangka Berfikir
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan
salah satu bentuk partisipasi politik mahasiswa. Sarana ini paling sering
dilakukan oleh para aktivis mahasiswa, hampir setiap isu yang berkembang
di masyarakat berpotensi menjadi bahan isu aksi demonstrasi. Aktivis
mahasiswa dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang pertama
adalah aktivis organisasi kemahasiswaan intra kampus dan kelompok yang
kedua adalah aktivis organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Kedua
kelompok ini memiliki karakter kekhasannya masing-masing, jika dilihat
dari filosofi berdirinya organisasi, Ormawa intra kampus berdiri berdasarkan
idealisme universal atau umum sedangkan Ormawa ekstra kampus berdiri
39
berdasarkan
idealisme
ideologi
tertentu,
seperti
ideologi
Islam,
Kristen/Katholik, Pancasila, Sosialis maupun Liberal.
Organisasi kemahasiswaan memiliki salah satu peran yaitu
melakukan pendidikan politik terhadap anggotanya. Kedua kelompok
Ormawa tersebut memiliki lingkungan organisasi yang berbeda, nuansa
yang berbeda, nilai-nilai yang berbeda serta idealisme yang berbeda pula.
Dari perbedaan karakter kedua kelompok aktivis mahasiswa ini berpengaruh
terhadap karakter pergerakannya, lebih khusus dalam penelitian ini adalah
karakter aksi demonstrasi yang dilakukan oleh keduanya. Dengan rumusan
masalah bagaimana fokus perhatian isu yang mereka usung dan bagaimana
tingkat partisipasi keikutsertaan mereka dalam aksi demonstrasi. Kerangka
berfikir di atas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
40
Gambar 2.2.
Skema Kerangka Berfikir Penelitian
Ormawa Intra
Kampus
Ormawa Ekstra
Kampus
Pendidikan
Politik
Pendidikan
Politik
Partisipasi Politik
(Aktivis)
Partisipasi Politik
(Aktivis)
Aksi Demonstrasi:
1. Isu Aksi Demonstrasi
2. Tingkat partisipasi keikutsertaan
dalam Aksi Demonstrasi
Karakteristik Aksi
Demonstrasi Aktivis
Mahasiswa Intra
Kampus
Karakteristik Aksi
Demonstrasi Aktivis
Mahasiswa Ekstra
Kampus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif
deskriptif dengan menggunakan metode survei. Menurut Nazir (2005: 56)
bahwa metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual. Metode ini membedah, menguliti dan mengenal masalah-masalah
serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang
sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta
perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang
dalam menangani situasi atau masalah yang serupa.
3.2. Metode Penentuan Objek
3.2.1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Objek pada populasi diteliti, hasilnya
dianalisis, disimpulkan dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus Organisasi Kemahasiswaan
(Ormawa) yang berjumlah 545 orang yang tersebar dalam berbagai Ormawa,
antara lain Ormawa Intra Kampus yaitu; BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) Unnes dan 8 BEM Fakultas di Unnes, antara lain BEM FIP,
41
42
BEM FBS, BEM FIS, BEM FMIPA, BEM FT, BEM FIK, BEM FE dan
BEM FH serta 6 Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus, antara lain
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat, KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat, PMII (Persatuan Mahasiswa
Islam Indonesia) Komisariat, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
Komisariat, LMND (Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi) Komisariat dan
GEMBES (Gerakan Mahasiswa Pembebasan) Komisariat di lingkungan
sekitar kampus Unnes yang pengurusnya tercatat sebagai mahasiswa Unnes.
Berikut daftar jumlah pengurus masing-masing Ormawa yang menjadi
populasi objek penelitian:
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
16
Tabel 3.1.
Daftar Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan
Kampus Unnes Tahun 2009
ORMAWA
PENGURUS
64
BEM Universitas
40
BEM FIP
30
BEM FBS
35
BEM FIS
48
BEM FMIPA
37
BEM FT
32
BEM FIK
52
BEM FE
63
BEM FH
9
HMI Komisariat
58
KAMMI Komisariat
27
PMII Komisariat
32
IMM Komisariat
8
LMND Komisariat
10
GEMBES Komisariat
JUMLAH
Sumber: Diolah dari hasil penelitian awal.
545
43
3.2.2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjek anggota populasi
kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua dan jika jumlah populasi
lebih besar dari 100 orang, maka dapat diambil antara 10-25% atau lebih.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25% dari seluruh populasi
yang ada, yaitu ditetapkan sejumlah 136 sampel.
Penelitian ini menggunakan teknik Stratifield Proportional Random
Sampling, dalam hal pengambilan sampel adalah dengan teknik Area
Probability Sample (Sampel Wilayah), yaitu wilayah dibagi ke dalam
organisasi-organisasi yang masuk dalam populasi atau bisa disebut
subpopulasi. Selanjutnya digunakan teknik proporsional sample untuk
menentukan jumlah sampel pada masing-masing subpopulasi.
Teknik sampling random dilakukan dengan cara mencampur subjeksubjek di dalam subpopulasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek yang
ada untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
Subpopulasi ada 15, maka N1, N2,....N15. rumus sample fraction
adalah:
f1 = N1
N
dan besar sampel per subpopulasi adalah:
n1 = f . n
44
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Total Populasi
f
= Sample Fraction
Berikut adalah contoh perhitungan proporsi sampel pada masing-
masing subpopulasi:
n1
= f1 . n
= 64 X 136
545
= 15, 97 maka jumlah sampel n1 adalah 16
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
16
Tabel 3.2. Sampel Penelitian Aktivis Mahasiswa Unnes
ORMAWA
POPULASI SAMPEL
64
16
BEM Universitas
40
10
BEM FIP
30
8
BEM FBS
35
9
BEM FIS
48
12
BEM FMIPA
37
9
BEM FT
32
8
BEM FIK
52
13
BEM FE
63
16
BEM FH
9
2
HMI Komisariat
58
14
KAMMI Komisariat
27
7
PMII Komisariat
32
8
IMM Komisariat
8
2
LMND Komisariat
10
2
GEMBES Komisariat
JUMLAH
Sumber: Diolah dari hasil penelitian awal.
545
136
45
3.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan apa yang harus menjadi perhatian dalam
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah
karakteristik aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus
Unnes, lebih khusus pada fokus perhatian para aktivis terhadap isu yang
diusung melalui aksi demonstrasi dan tingkat partisipasi keikutsertaannya
dalam aksi demonstrasi.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Kuesioner atau Angket
Penelitian ini menggunakan metode angket, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
Keuntungan metode angket adalah;
1) setiap responden menerima pertanyaan yang sama.
2) responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan atau
jawaban.
3) pengaruh subjektifitas dapat dilindungi.
4) angket dapat digunakan untuk responden yang banyak dengan waktu
relatif singkat serta sedikit tenaga.
Kelemahan metode angket adalah;
1) kemungkinan ada responden yang tidak mengisi angket.
2) pertanyaan telah ditentukan yang tidak dapat diubah sesuai dengan
kemampuan responden.
46
3) teknik ini belum merupakan jaminan bahwa responden akan memberikan
jawaban yang tepat.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 200), sebelum menggunakan
kuesioner, ada prosedur yang harus dilalui, antara lain;
1) merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2) mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik
dan tunggal
4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
Penelitian ini menggunakan angket dengan dua (alternatif) jawaban.
Agar data dapat diolah dengan statistik maka data kualitatif ditransfer
menjadi data kuantitatif. Penelitian menggunakan scoring dengan 2
alternatif, untuk pertanyaan dengan jawaban
a = 1 dan b = 0. Serta
pertanyaan tambahan dengan jawaban skala nilai.
Angket atau kuesioner adalah alat pengumpul data yang digunakan
peneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan fokus perhatian issu aksi
demonstrasi dan intensitas keikutsertaan dalam aksi demonstrasi di antara
para aktivis mahasiswa Unnes.
3.4.2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
47
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir: 2005:
194).
Wawancara dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor seperti skema berikut:
Gambar 3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi dalam Wawancara
-
Situasi Wawancara
waktu
tempat
kehadiran orang lain
sikap masyarakat
Pewawancara
- Karakteristik sosial
- Ketrampilan
melaksanakan
wawancara
- Motivasi
- Rasa aman
Responden
- karakteristik sosial
- kemampuan
menangkap
pertanyaan
- kemauan menjawab
pertanyaan
-
Isi Wawancara
Peka untuk ditanyakan
Sukar untuk ditanyakan
Tingkat minat
Sumber kekhawatiran
Sumber: Nazir (2005: 195)
Dalam melakukan wawancara, peneliti harus dapat ‘menangkap’
proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang yang
diteliti serta berusaha mendalami aspek subyektif dari perilaku manusia
dengan cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang diteliti. Dengan
cara tersebut diharapkan peneliti dapat mengerti bagaimana makna sosial
48
dan wacana-wacana yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap Pimpinan Organisasi
Kemahasiswaan yang dalam beberapa kegiatan aksi demonstrasi berperan
sebagai pimpinan aksi, baik sebagai konseptor, orator, agigator, HUMAS
ataupun peran lain yang dipandang cukup strategis dalam kegiatan aksi
demonstrasi antara lain; Presiden Mahasiswa Unnes, Menteri Luar Negeri
BEM KM Unnes, dan beberapa Ketua Ormawa lainnya yang memiliki peran
cukup strategis dalam pelaksanaan aksi demonstrasi ayng pernah ada. Peran
dari metode wawancara ini sebagai pendukung dan pelengkap data
penelitian.
3.4.3. Dokumentasi
Teknik atau studi dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis seperti arsip, buku-buku tentang pendapat, dalil,
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).
Dokumentasi yang dimaksud seperti proposal dan laporan kegiatan
kegiatan BEM dan organisasi kemahasiswaan yang lain, berita dari media
massa.
49
3.5. Analisis Instrumen Penelitian
3.5.1. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144-146) validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas
instrumen menunjukkan sejauh mana
data
yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas alat pengumpul data
teknik validitas yang logis dan validitas empiris:
1)
Validitas Logis
Merupakan pedoman penyusunan alat ukur yang didasarkan pada teori
dan kriteria materi sasaran penelitian. Validitasnya diperoleh dengan
usaha yang dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah
penyusunan instrumen, yaitu dengan memecah variabel ke dalam
subvariabel dan indikator-indikator, kemudian merumuskan butir-butir
pertanyaan dari tiap-tiap indikator.
Untuk mengetahui apakah item-item instrumen itu telah tersusun
secara logis atau belum adalah dengan mengkonsultasikan item-item
50
tersebut kepada yang berkompeten, dalam hal ini adalah Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.
2)
Validitas Empiris
Dalam validitas empiris ketepatan dapat diperoleh dengan valid. Cara
pengujian ini menurut Suharsimi Arikunto (2002: 145) ada dua cara
yaitu:
a) Validitas eksternal
b) Validitas internal
Dalam penelitian ini digunakan validitas internal, yaitu terdapat
kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara
keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi”
instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel
yang dimaksud.
Untuk mengukur tingkat validitas instrumen, digunakan rumus
Product Moment.
N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y)
rxy =
√{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²}
Keterangan:
rxy
= koefisien korelasi antara gejala X dan Y
N
= jumlah subjek uji coba
∑X
= jumlah dari skor item X
51
∑Y
= jumlah dari skor item Y
∑X²
= jumlah kuadrat dari skor item X
∑Y²
= jumlah kuadrat dari skor item Y
∑XY = jumlah perkalian antara item X dan item Y
Kemudian hasil
rXY dikonsultasikan dengan rtabel product moment
dengan  = 5%. Jika rXY > rtabel maka dikatakan valid. Jumlah soal
yang diuji coba adalah 36 butir, diperoleh 31 soal valid dan 5 soal
tidak valid. 31 item soal yang valid di antaranya adalah 1, 2, 3, 4, 5, 7,
8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, dan 35. Sedangkan 5 item soal yang tidak valid
adalah 6, 12, 18, 24, dan 36. Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran.
3.5.2. Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) bahwa reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas
eksternal dan reliabilitas internal. Dalam penelitian ini menggunakan
52
reliabiltas internal, yaitu dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil
pengetesan.
Langkah untuk menentukan koefisien reliabilitas adalah setelah
selesai melakukan scoring melalui angket kemudian mengkorelasikan X dan
Y dengan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Carl Person.
Selanjutnya hasil dimasukkan ke dalam rumus Spearman-Brown untuk
memperoleh koefisien reliabilitas, dengan membelah butir-butir instrumen
ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok belahan pertama dan kelompok
belahan kedua. Berikut adalah rumus reliabilitas Spearman-Brown:
r 11 = (2 x r½½)
(1 + r½½)
Keterangan
r 11
= reliabilitas yang dicari
r½½ = rxy antara gejala kelompok item belahan pertama dan belahan
kedua. (Arikunto, 2002: 156)
Kriteria reliabel tidaknya instrumen dapat dianalisis dengan cara
membandingkan r 11 dengan harga r tabel yang sesuai pada tabel harga product
moment maka dikatakan instrumen yang diujikan reriabel.
Untuk  = 5% dengan n = 20 diperoleh r
tabel
= 0,444. Setelah
dilakukan perhitungan hasil uji coba instrumen sebesar r 11 = 0,955371, maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Perhitungan
reliabilitas instrumen lebih lengkap terdapat pada lampiran.
53
3.5.3. Penentuan Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas dan reliabilitas
kuesioner, maka item kuesioner yang dipilih sebagai instrumen (soal yang
dipakai) untuk mengambil data penelitian adalah 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, dan
35. Sedangkan soal yang dibuang adalah soal pada nomor 6, 12, 18, 24, 30
dan 36.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan penelitian sesuai dengan tujuan yang ditetapkan peneliti. Ada
tiga langkah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian yaitu,
persiapan, tabulasi dan penerapan data terpercaya (Arikunto, 2002: 209213).
Pada tahap persiapan yang harus dilakukan adalah; (a) mengecek
kelengkapan identitas responden, (b) mengecek kelengkapan instrumen,
(c) mengecek kelengkapan isian.
Pada tahap tabulasi yang harus dilakukan adalah; (a) memberikan
skor pada item-item angket, (b) mengubah data dari kualitatif ke
kuantitatif, (c) menghitung keseluruhan skor.
Permasalahan yang pertama menggunakan analisis data dengan
menghitung prosentase dari jawaban responden terhadap isu yang menjadi
pilihannya, sehingga menghasilkan prosentase proporsi masing-masing isu
54
yang disoroti. Sedangkan untuk permasalahan yang kedua adalah
menggunakan
uji statistik dengan
penghitungan penafsiran
skor
berdasarkan kriteria Mean.
3.7. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahapan,
yaitu: (1) tahap pra lapangan, (2) pekerjaan lapangan, (3) analisis data, (4)
penulisan laporan.
Pada
tahap
pertama
yaitu
tahap
pra
lapangan,
peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian, antara
lain; (1) menyusun rancangan penelitian, (2) membuat surat penelitian, (3)
melakukan koordinasi dengan para ketua organisasi kemahasiswaan baik
intra kampus maupun ekstra kampus.
Pada tahap kedua yaitu pekerjaan lapangan, peneliti melaksanakan
penyebaran kuesioner dan wawancara serta mencari dokumentasi yang
mendukung penelitian. Tahap ketiga yaitu analisis data. Semua data yang
diperoleh dari lapangan di analisis dengan menggunakan analisis statistik.
Dalam tahap ini peneliti melakukan kajian terhadap permasalahan yang
menjadi fokus penelitian.
Tahap keempat yaitu tahap penulisan laporan, dalam tahap ini
peneliti melaporkan hasil penelitian secara tertulis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Aktivis Mahasiswa Unnes
Penelitian terhadap para aktivis mahasiswa Unnes dilaksanakan pada
tanggal 15 Juni 2009 hingga tanggal 23 Agustus 2009, dengan menyebarkan
kuesioner di 15 organisasi kemahasiswaan yang sudah ditetapkan menjadi
cluster sample dan wawancara terhadap beberapa pimpinan organisasi
kemahasiswaan
yang
sudah
ditentukan.
Antara
lain
organisasi
kemahasiswaan intra kampus, yaitu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
Unnes dan 8 (delapan) BEM Fakultas di Unnes (BEM FIP, BEM FBS, BEM
FIS, BEM FMIPA, BEM FT, BEM FIK, BEM FE dan BEM FH), serta 6
(enam) organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, antara lain HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat, KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat, PMII (Persatuan Mahasiswa
Islam Indonesia) Komisariat, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
Komisariat, LMND (Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi) Komisariat dan
GEMA (Gerakan Mahasiswa) Pembebasan Komisariat di lingkungan sekitar
kampus Unnes yang seluruh pengurusnya tercatat sebagai mahasiswa Unnes.
Organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah perkumpulan, kesatuan
mahasiswa yang sudah terlembaga, mempunyai landasan hukum, dan
mempunyai tujuan yang jelas guna mengembangkan peran serta dan fungsi
55
56
mahasiswa di lingkungan maupun di masyarakat (Buku Panduan Unnes,
2006: 23).
BEM Unnes sebagai Ormawa tingkat universitas mempunyai
landasan hukum yaitu dengan Keputusan Rektor Unnes, sedangkan BEM
Fakultas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Dekan
Fakultas yang bersangkutan. Sedangkan untuk organisasi kemahasiswaan
ekstra kampus landasan hukumnya menurut aturan yang berlaku di dalam
internal organisasinya masing-masing. Namun demikian,
organisasi
kemahasiswaan dibentuk dari, oleh dan untuk mahasiswa, dimana segala
prosesi kemahasiswaan ditentukan oleh mahasiswa.
Dari 136 jumlah responden aktivis mahasiswa yang diambil menjadi
sampel dari penelitian ini dapat dikategorikan bahwa komposisi dapat
dijelaskan dalam sebaran sebagai berikut:
4.1.1.1. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin.
Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
70
60
Percent
50
40
66.2
30
20
33.8
10
0
Laki-Laki
Perempuan
Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1.
57
Secara
umum
hampir
seluruh
Organisasi
Kemahasiswaan
didominasi oleh aktivis laki-laki hingga 66.2% sedangkan aktivis perempuan
hanya 33.8%. Hal ini merupakan fenomena umum bahwa dalam ranah
publik tingkat partisipasi laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding tingkat
partisipasi perempuan, meskipun secara kuantitas jumlah mahasiswa
perempuan lebih banyak dibanding jumlah mahasiswa laki-laki. Namun
dalam kondisi khusus bisa terjadi sebaliknya, seperti contoh ada satu
organisasi kemahasiswaan di Unnes yang hampir seluruh pengurusnya
adalah perempuan, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Jasa dan Produksi
Fakultas Teknik, karena memang jumlah mahasiswa didominasi oleh
mahasiswa perempuan.
4.1.1.2. Sebaran Responden berdasarkan Pekerjaan Ayah.
Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah
40
Percent
30
20
10
0
PNS
Guru
TNI/POLRI
Swasta
Petani/Nelayan
Tidak Menjawab
Karyawan
Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan
Ayah
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1.
Jumlah terbesar aktivis mahasiswa Unnes adalah anak dari ayah
yang pekerjaannya sebagai PNS dengan jumlah 38.2%, kemudian disusul
58
dengan swasta 27.2%, Petani/Nelayan 14%, Guru 12.5%, TNI/POLRI 3.7%,
karyawan 2.9% dan sisanya tidak menjawab sebesar 1.5%.
Secara umum bahwa aktivis mahasiswa Unnes berasal dari
keluarga yang secara ekonomi pada taraf ekonomi menengah dan atas. Hal
ini sejalan dengan hasil survei Holtman (dalam Altbach, 1988: 149-150)
yang menyimpulkan bahwa anak-anak dari kalangan menengah dan atas
lebih mudah bergerak di luar universitas dibanding anak-anak kelas buruh.
Mereka tampak lebih mobile dan secara pribadi lebih bebas. Bagi mereka,
setiap tatanan sosial tidak memiliki relevansi ”hukum” tetapi lebih sekedar
merupakan aneka ragam tatanan yang bisa dipilih. Itulah sebabnya mengapa
mereka siap melontarkan kritik, mempertanyakan sesuatu, memprotes halhal yang tidak berkenan di hati, serta berfikir tentang alternatif-alternatif.
Merasa aman dalam hal keuangan, mereka merasa memiliki masa depan
yang baik.
Menjadi hal yang wajar bahwa kebanyakan aktivis mahasiswa
berasal dari keluarga yang secara ekonomi mapan, karena aktivis mahasiswa
dituntut untuk banyak berkorban, disamping berkorban tenaga, waktu dan
fikiran, seringkali juga dituntut untuk berkorban materi untuk menjalankan
kelangsungan aktivitas mereka.
4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis Mahasiswa
Isu atau persoalan dalam masyarakat tidak akan pernah ada habisnya.
Setiap saat persoalan akan selesai di satu sisi dan bertambah di sisi yang
59
lainnya, atau bahkan satu persoalan tidak pernah menemui ujung selesainya.
Sedangkan aktivis mahasiswa merupakan suatu kelompok masyarakat yang
sadar dan tersadarkan. Suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya
memiliki peran sangat penting dalam dinamika sosial suatu masyarakat
secara keseluruhan. Maka, menjadi satu tuntutan yang wajib bagi seorang
aktivis mahasiswa untuk mengetahui dan selalu memperbaharui informasi
yang ia dapatkan dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan yang terjadi
di dalam masyarakat.
Mengetahui isu-isu atau persoalan-persoalan yang ada di masyarakat
merupakan hal yang penting, karena kita merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat. Sebagai makhluk sosial tentu kita dituntut untuk memberikan
kontribusi kepada masyarakat (wawancara dengan Presiden Mahasiswa
BEM KM Unnes 2009 Dasam, tanggal 10 Agustus 2009).
Merupakan suatu keharusan bagi warga negara untuk mengetahui
isu-isu yang terjadi secara umum di masyarakat. Hal ini merupakan salah
satu kepedulian warga negara untuk senantiasa mengontrol isu serta menjadi
warga negara yang mampu berkontribusi dalam pencapaian solusi dari
persoalan-persoalan bangsa (wawancara dengan Menteri Luar Negeri BEM
KM Unnes 2009 Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009).
Mengetahui isu yang berkembang di masyarakat adalah hal yang
sangat penting khususnya bagi aktivis mahasiswa, karena sebagai pendorong
munculnya
kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
60
masyarakat (wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto
tanggal 12 Agustus 2009).
Persoalan umat manusia harus dipecahkan, jika kita tidak
mengetahuinya bagaimana mungkin bisa memberikan solusi atas persoalan
yang terjadi. Persoalan dipahami, dianalisis dan selanjutnya merumuskan
solusi apa yang akan ditawarkan kepada pihak yang terkait atas persoalan
yang diangkat (wawancara dengan Sekjen GEMA Pembebasan Sabar Budi
Raharjo tanggal 20 Agustus 2009).
Tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap persoalan masyarakat ini
menurut Arbi Sanit
(1985) (dalam Rahmat dan Najib, 2001: xii-xiii)
disebabkan paling tidak oleh lima hal. Pertama, sebagai kelompok
masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa memiliki
pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan
masyarakat.
Kedua, sebagai golongan masyarakat yang paling lama mengalami
pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang
diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup
unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi
diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan
memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan
memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat, adalah kelompok elit di
kalangan kaum muda. Kelima, seringya mahasiswa terlibat dalam
pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat,
61
memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya
ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya.
Aktivis mahasiswa
memiliki kesadaran terhadap
pentingnya
memahami persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat yang
kemudian menjadi titik tolak munculnya kepekaan terhadap kondisi yang
terjadi. Kepekaan sosial warga negara terhadap permasalahannya merupakan
salah satu bentuk kepedulian warga negara itu sendiri terhadap
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
menjadi faktor pertama yang menentukan perjalanan suatu bangsa dalam
menuju cita-cita yang diinginkan.
Di antara sekian banyak macam isu dalam masyarakat, dalam buku
Merubah Kebijakan Publik karya Roem Topatimasang, dkk. (2001: 63), ada
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis untuk
diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas (sedang hangat atau sedang
menjadi perhatian masyarakat), pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan
sebagai isu yang strategis jika: (a) penting dan mendesak, dalam artian
tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera
ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada
kehidupan masyarakat umum; (b) penad dengan kebutuhan dan aspirasi
sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang
selama ini paling terabaikan kepentingannya; (c) akan berdampak positif
pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada
62
perubahan sosial yang lebih baik; (d) sesuai dengan visi dan agenda
perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat.
Bahwa suatu isu menjadi perlu diperjuangkan melalui jalur aksi
demonstrasi apabila suatu kebijakan yang diterapkan bertentangan dengan
rasa keadilan sosial di dalam masyarakat dan juga Si Pembuat Kebijakanpun
tidak mempunyai kepekaan terhadap kondisi masyarakat disamping matinya
saluran-saluran aspirasi dalam sistem demokrasi (wawancara dengan Menlu
BEM KM Unnes 2009, Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009). Selaras
dengan Dasam (wawancara tanggal 10 Agustus 2009) yang manyatakan
bahwa isu/persoalan dalam masyarakat dianggap penting manakala
isu/persoalan itu berdampak bagi masyarakat banyak dan dalam jangka
panjang akan berakibat negatif bagi kehidupan masyarakat.
Aksi demonstrasi yang kami lakukan merupakan sebuah kesadaran
sebagai mahasiswa yang mempunyai tanggungjawab sebagai mediator
aspirasi masyarakat dengan pemangku kepentingan (Wawancara dengan
Presiden Mahasiswa Dasam tanggal 21 Agustus 2009).
Kepekaan aktivis mahasiswa serta semangat perbaikan yang mereka
miliki mendorong mereka untuk bertindak dengan cara yang mereka yakini,
ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yaitu dengan aksi
demonstrasi, meskipun cara partisipasi politik yang lain seperti lobying,
dialog dan diskusi tetap menjadi strategi yang saling melengkapi satu sama
lain bagi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita yang mereka harapkan.
63
Surbakti
politik
dengan
(1992: 141-142) mengkategorikan kegiatan partisipasi
sejumlah
kriteria
“rambu-rambu”
yang
menjadi
konseptualisasi dari partisipasi politik itu sendiri. Pertama, partisipasi politik
yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara
biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan
orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak
selalu termanifestasikan dalam perilakunya.
Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah
selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk dalam
pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum,
alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung
ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.
Ketiga, kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal
mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.
Keempat, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara
langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti
individu
mempengaruhi
pemerintah
tanpa
menggunakan
perantara,
sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui
pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya
termasuk ke dalam kategori partisipasi politik.
Kelima, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui
prosedur yang wajar (convensional) dan tak berupa kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi,
64
melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat maupun dengan cara-cara
di luar prosedur yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan
(violence), seperti aksi demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus
(seperti memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan
pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata
dan gerakan-gerakan poltik, seperti kudeta dan revolusi.
Kepekaan aktivis mahasiswa yang kemudian diimplementasikan
dalam kegiatan-kegiatan mereka, termasuk di dalamnya adalah aksi
demonstrasi, diskusi dan kegiatan-kegiatan yang lainnya menandakan
kesaradan partisipasi politik sebagai warga negara.
4.1.3. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Isu-Isu
Aksi Demonstrasi.
Hasil penelitian dari pertanyaan saringan dalam kuesioner (A.6);
“Bagaimana pendapat Anda terhadap aksi demonstrasi?” Didapatkan
jawaban responden antara lain; (a) 97.1% responden menjawab “Kadang
setuju, kadang tidak setuju, tergantung bobot penting/tidak pentingnya
isu/tema
yang
diusung”,
(b) 0.7% responden
menjawab
“Selalu
setuju/mendukung terhadap semua aksi demonstrasi”, dan (c) 2.2%
responden menjawab “Tidak setuju dengan semua aksi demonstrasi”. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap secara umum aktivis mahasiswa Unnes terhadap
aksi demonstrasi lebih dititikberatkan pada bobot isu apa yang diusung
dalam suatu aksi demonstrasi, yaitu isu apa yang penting dan perlu di usung
melalui aksi demonstrasi menurut pandangan mereka.
65
Hasil penelitian dari 30 daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden yang berisi isu-isu yang diusung melalui aksi demonstrasi,
dimana isu-isu tersebut dikelompokkan ke dalam 6 (enam) kategori, yaitu
(a) isu internasional politis, (b) isu internasional nonpolitis, (c) isu nasional
politis, (d) isu nasional nonpolitis, (e) isu lokal eksternal perguruan tinggi
dan (f) isu lokal internal perguruan tinggi, didapatkan skor jawaban dari
pertanyaan adalah 62.55% pertanyaan dijawab setuju, 31.50% pertanyaan
dijawab tidak setuju dan sisanya sebesar 5.86% pertanyaan tidak dijawab.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang berisi isu-isu
yang diusung melalui jalur aksi demonstrasi disikapi positif oleh lebih dari
separuh jumlah aktivis mahasiswa. Namun demikian tidak semua isu yang
diusung melalui aksi demonstrasi tersebut mendapatkan perhatian yang sama
persis oleh para aktivis mahasiswa.
Dalam penelitian ini, aktivis mahasiswa dikelompokkan ke dalam 2
(dua) kelompok, kelompok pertama adalah aktivis mahasiswa Ormawa intra
kampus, yang terdiri dari aktivis mahasiswa BEM KM Unnes dan BEM
Fakultas dan kelompok yang kedua adalah aktivis mahasiswa Ormawa
ekstra kampus, yang terdiri dari aktivis mahasiswa HMI Komisariat,
KAMMI Komisariat,
PMII
Komisariat,
IMM
Komisariat,
LMND
Komisariat dan GEMA Pembebasan Komisariat.
Dari hasil tabulasi dan perhitungan skor nilai jawaban dari
pertanyaan dalam kuesioner dapat digambarkan melalui tabel urutan
66
prosentase fokus perhatian para aktivis mahasiswa terhadap isu-isu aksi
demonstrasi sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Intra Kampus
FOKUS PERHATIAN
NO
ISU
SKOR PROSENTASE
1 Nasional Politis
315
17.05%
2 Lokal Internal Perguruan Tinggi
314
17%
3 Lokal Eksternal Perguruan Tinggi
310
16.78%
4 Internasional Politis
307
16.62%
5 Nasional Nonpolitis
301
16.30%
6 Internasional Nonpolitis
300
16.24%
Rata-rata = 16,67%
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 3 sampai dengan 7.
Tabel 4.2.
Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Ormawa Ekstra Kampus
FOKUS PERHATIAN
NO
ISU
SKOR PROSENTASE
1 Nasional Politis
127
18.01%
2 Internasional Politis
125
17.73%
3 Lokal Eksternal Perguruan Tinggi
117
16.60%
4 Nasional Nonpolitis
113
16.03%
5 Internasional Nonpolitis
113
16.03%
6 Lokal Internal Perguruan Tinggi
110
15.60%
Rata-rata = 16,67%
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 3 sampai dengan 7.
Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
prosentase yang tajam antara isu yang satu dengan isu yang lain. Namun
demikian tidak semua isu mendapatkan porsi yang sama persis dalam
perhatian aktivis mahasiswa, sehingga terlihat ada perbedaan dalam hal
urutan tingkat prosentase isu yang menjadi fokus perhatian.
Hal yang sama dalam urutan prosentase isu aksi demonstrasi yang
menjadi perhatian adalah bahwa kedua kelompok aktivis mahasiswa
67
menempatkan isu nasional politis pada urutan yang pertama, kemudian
diikuti oleh isu-isu yang lainnya.
Pada aktivis mahasiswa Ormawa Intra Kampus, fokus perhatian
setelah isu nasional politis dengan 17.05% kemudian diikuti oleh isu lokal
internal perguruan tinggi dengan 17%, setelah itu diikuti oleh isu lokal
eksternal perguruan tinggi 16.78%, isu internasional politis 16.62%, isu
nasional nonpolitis 16.30% dan isu internasional nonpolitis sebesar 16.24%.
Dari prosentase di atas dapat dilihat bahwa bagi aktivis mahasiswa
Ormawa Intra Kampus, isu lokal internal perguruan tinggi ditempatkan pada
urutan berikutnya setelah isu nasional politis. Hal ini mengingat bahwa
Ormawa intra kampus dengan pihak universitas memiliki hubungan secara
normatif dan struktural, dimana legalitas hukum organisasi berada di bawah
universitas, pembiayaan kegiatan berasal dari pihak universitas, sehingga
aktualisasi wilayah kerja organisasi ini berada sangat dekat dengan urusan
rumah tangga internal universitas dan menjadi pihak pertama yang
mengetahui tentang sesuatu hal yang terjadi, misalnya soal kebijakan
kampus, kegiatan universitas dan sebagainya. Sehingga aktivis Ormawa
intra kampus begitu dekat dengan isu lokal internal perguruan tinggi.
Berbeda dengan aktivis Ormawa ekstra kampus, fokus perhatian
setelah isu nasional politis dengan 18.01% adalah ditempati oleh isu
internasional politis dengan 17.73%, diikuti oleh isu lokal eksternal
perguruan tinggi 16.60%, isu nasional nonpolitis 16.03%, internasional
68
nonpolitis 16.03% dan terakhir ditempati oleh isu lokal internal perguruan
tinggi 15.60%.
Perbedaan yang cukup terlihat dalam urutan isu fokus perhatian
antara aktivis Ormawa intra kampus dengan aktivis Ormawa ekstra kampus
adalah bahwa aktivis Ormawa intra kampus menempatkan isu lokal internal
perguruan tinggi pada posisi kedua setelah isu nasional politis, sedangkan
aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus, menempatkan isu lokal internal
perguruan tinggi pada urutan terakhir setelah isu-isu yang lainnya. Hal ini
mengingat bahwa organisasi kemahasiswaan ekstra kampus tidak ada
hubungan normatif maupun struktural dengan pihak universitas. Organisasi
ekstra kampus aktualisasi wilayah kerjanya tidak berada di dalam kampus
tetapi lebih pada di luar kampus. Sehingga yang terjadi adalah aktivis
mahasiswa Ormawa ekstra kampus kurang begitu memberikan porsi yang
lebih pada isu-isu seputar persoalan internal perguruan tinggi.
4.1.4. Tingkat Partisipasi Keikutsertaan Aktivis Mahasiswa Unnes
dalam Aksi Demonstrasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal keikutsertaan aktivis
mahasiswa dalam aksi demonstrasi, terdapat perbedaan di antara aktivis
mahasiswa Ormawa intra kampus dengan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra
kampus. Berikut dapat dilihat dalam tabel dan perhitungan berikut:
69
Tabel 4.3.
Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Intra Kampus
dalam Aksi Demonstrasi
Keikutsertaan Aksi
Frekuensi
Frekuensi Relatif
%
0
49
48.5
1
12
11.9
2-4
20
19.8
>5
13
12.9
Tidak Menjawab
7
6.9
Total
101
100.0
Sumber: Diolah dari Kuesioner halaman 8.
Jumlah responden yang menjawab dari 1 (satu) buah pertanyaan
adalah 94 orang, dengan kriteria skor ”Tidak Pernah Ikut” = skor 1, ”Ikut 1
kali” = skor 2, ”ikut 2-4 kali” = skor 3 dan ”ikut > 5 kali” = skor 4, maka
didapatkan skor total 185. Dengan menggunakan kriteria Mean (M) dapat
disusun kriteria sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
Mean Terendah (Sr)
= (1 x 1 x 94) : (1 x 94)
= 1
Mean Tertinggi (St)
= (4 x 1 x 94) : (1 x 94)
= 4
Jarak
= 4-1
=3
Interval Kriteria
=3:5
= 0,6
Skor
< 1,599
1,600 – 2,199
2,200 – 2,799
2,800 – 3,399
3,400 >
Kriteria
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Skor dari 94 responden adalah 185. Mean = 185 : 1 : 94 = 1,968
termasuk kriteria rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi keikutsertaan aktivis Ormawa intra kampus dalam aksi
demonstrasi adalah ”Rendah”.
70
Tabel 4.4.
Frekuensi Keikutsertaan Aktivis Ormawa Ekstra Kampus
dalam Aksi Demonstrasi
Keikutsertaan Aksi
Frekuensi
Frekuensi Relatif
%
0
9
25.7
1
4
11.4
2-4
11
31.4
>5
9
25.7
Tidak Menjawab
2
5.7
Total
35
100.0
Sumber: Diolah dari Kuesioner halaman 8.
Jumlah responden yang menjawab dari 1 (satu) buah pertanyaan
adalah 33 orang, dengan kriteria skor ”Tidak Pernah Ikut” = skor 1, ”Ikut 1
kali” = skor 2, ”ikut 2-4 kali” = skor 3 dan ”ikut > 5 kali” = skor 4, maka
didapatkan skor total 86. Dengan menggunakan kriteria Mean (M) dapat
disusun kriteria sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
Mean Terendah (Sr)
= (1 x 1 x 33) : (1 x 33)
= 1
Mean Tertinggi (St)
= (4 x 1 x 33) : (1 x 33)
= 4
Jarak
= 4-1
=3
Interval Kriteria
=3:5
= 0,6
Skor
< 1,599
1,600 – 2,199
2,200 – 2,799
2,800 – 3,399
3,400 >
Kriteria
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Skor dari 33 responden adalah 86 Mean = 86 : 1 : 33 = 2,606
termasuk kriteria sedang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi aktivis Ormawa ekstra kampus dalam aksi demonstrasi adalah
”Sedang”.
71
Dari hasil perhitungan di atas dapat dikatakakan bahwa aktivis
Ormawa ekstra kampus lebih tinggi tingkat partisipasi keikutsertaannya
dalam pelaksanaan aksi demonstrasi dibanding aktivis mahasiswa Ormawa
intra kampus.
Jika dilihat dari prosentase, keikutsertaan aktivis mahasiswa intra
kampus dalam aksi demonstrasi adalah 44,6% aktivis mahasiswa sudah
pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi (11,9% ikut serta 1 kali, 19,8% ikut
serta antara 2-4 kali dan 12,9% ikut serta lebih dari 5 kali) dan 48.5% aktivis
mahasiswa tidak pernah ikut serta dalam aksi demonstrasi sedangkan
sisanya 6,9% aktivis mahasiswa tidak menjawab. Hampir setengah dari
jumlah aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus Unnes belum pernah sama
sekali ikut serta dalam aksi demonstrasi.
Keikutsertaan
aktivis
Ormawa
Ekstra
Kampus
dalam
aksi
demonstrasi adalah 68,6% aktivis mahasiswa pernah ikut serta dalam aksi
demonstrasi (11,4% ikut serta 1 kali, 31,4% ikut serta antara 2-4 kali, dan
25,7% ikut serta lebih dari 5 kali) dan 25,7% aktivis mahasiswa tidak pernah
ikut serta dalam aksi demonstrasi serta sisanya tidak menjawab sebesar
5,7%.
Beberapa hal yang perlu menjadi evaluasi dalam pelaksanaan aksi
demonstrasi adalah kurangnya perencanaan yang matang, masih lemahnya
pemahaman dan kajian isu untuk merumuskan solusi alternatif serta kurang
masifnya budaya diskusi untuk memformulasikan gerakan secara integral
dan berkesinambungan. Hal ini perlu diperbaiki agar gerakan yang
72
dilakukan tidak rapuh dan mampu berjalan secar berkelanjutan (wawancara
dengan Menteri Luar Negeri BEM KM Unnes 2009 Hanityo Kusuma
tanggal 20 Agustus 2009).
Secara umum aksi demonstrasi dilakukan secara damai, mampu
berjalan secara efektif dan tepat sasaran, berlangsung secara tertib dan
teratur, namun sebagian aksi demonstrasi juga tidak lepas dari tindakan
anarkhi dan tidak mengindahkan peraturan (wawancara dengan Ketua
KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto tanggal 21 Agustus 2009).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes
Perhatian atau atensi berkaitan dengan informasi yang kita
perhatikan (Baron dan Byrne, 2004: 81). Kerangka berfikir atau skema
adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat
membantu kita mengorganisasi informasi sosial. Kerangka berfikir telah
terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer &
Srull, 1994, dalam Baron dan Byrne, 2004: 81). Dalam hubungannya dengan
perhatian atau atensi, kerangka berfikir seringkali berperan sebagai sejenis
penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak
cocok dengan skema seringkali diabaikan (Fiske, 1993 dalam Baron dan
Byrne, 2004: 81), kecuali informasi tersebut sangat ekstrem sehingga mau
tidak mau kita akan memperhatikannya.
73
Aksi demonstrasi aktivis mahasiswa Unnes telah menempatkan
perhatian lebih pada persoalan-persoalan nasional politis, isu ini menempati
urutan pertama dalam perhatian mereka terhadap persoalan-persoalan yang
ada di masyarakat, disamping juga memberikan perhatian kepada persoalanpersoalan yang lain. Namun dalam hal ini isu nasional politis menjadi
sorotan yang paling awal diperhatikan secara umum oleh para aktivis
mahasiswa.
Phillip G. Altbach (1988: 15) berpendapat tentang pergeseran fokus
perhatian aktivis mahasiswa tentang isu, ”bahwa realitas-realitas politik
eksternal telah berubah. Gerakan-gerakan aktivis mahasiswa terutama lebih
dirangsang oleh politik kemasyarakatan daripada oleh persoalan-persoalan
di dalam universitas itu sendiri, dan perubahan-perubahan di dalam
kehidupan politik secara alamiah akan mempunyai dampak penting atas
gerakan mahasiswa”.
Secara umum aktivis mahasiswa lebih memfokuskan perhatiannya
pada persoalan-persoalan kemasyarakatan dibanding persoalan internal
kekampusan. Karena persoalan kemasyarakatan dinilai memiliki dampak
yang lebih luas terhadap kehidupan bersama dalam masyarakat, sehingga
perlu perhatian lebih. Misalnya aksi demonstrasi yang pernah dilakukan oleh
aktivis mahasiswa Unnes yang mengangkat isu nasional politis adalah (1)
Aksi “Menolak GOLPUT dalam Pemilu”, (2) Aksi “Menuntut realisasi
pendidikan gratis dan berkualitas, tolak privatisasi pendidikan”, (3) Aksi
74
Mengajak masyarakat "Jangan Pilih Politisi Busuk", (4) Aksi “Mendukung
pengesahan RUU TIPIKOR dan Pengadilan TIPIKOR”.
Hal di atas juga selaras dengan pendapat Phillip G. Altbach (1988:
134) yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa bisa dibedakan menjadi
tiga tahap. Pertama, tahap kecaman terhadap masalah-masalah politik secara
umum. Kedua, tahap ketika mahasiswa memusatkan perhatian pada
masalah-masalah universitas. Dan tahap ketiga, merupakan fase pendirian
dan pengembangan secara eksplisit organisasi dan partai politik dengan
landasan ideologi politik.
Phillip G. Altbach (1988: 30) berpendapat bahwa relatif sedikit saja
kampanye dan aksi demonstrasi kaum aktivis dan energi mahasiswa nampak
mengatur bagi kegiatan-kegiatan nonpolitis. Namun di sisi lain, ia
menyampaikan bahwa di kampus yang relatif sedikit, pemerintahan
mahasiswa terutama tertarik pada masalah-masalah politik, tetapi dalam
beberapa kasus, politik hanya merupakan suatu bagian dari perhatian
pemerintahan mahasiswa (Altbach, 1988: 33).
Persoalan nasional politis menjadi persoalan yang paling banyak
disoroti
oleh
para
aktivis
mahasiswa,
namun
mereka
tidak
mengesampingkan perhatiannya terhadap persoalan-persoalan masyarakat
yang lain, meskipun dengan intensitas yang berbeda. Misalnya aksi
demonstrasi yang pernah dilakukan adalah tentang; (1) Aksi “Solidaritas
terhadap Bangsa Palestina”, (2) Aksi “Anti Pornografi dan Pornoaksi/RUU
APP”, (3) Aksi Damai Kartini "Emansipasi Perempuan", (4) Aksi
75
memperingati Hari Bumi "Global Warming", (5) Aksi “Menuntut
Pembubaran Aliran Ahmadiyah”, (6) Tolak Film ML (7) Mengutuk
Pelecehan Karikatur Nabi Muhammad SAW (8) Hari Jilbab Internasional,
(9) Peringatan Keruntuhan Khilafah Islamiyah dan sebaginya. Dari isu lokal,
nasional hingga isu internasional ikut menjadi sorotan perhatian para aktivis
mahasiswa.
Dalam hal kemudian ada fenomena perbedaan urutan perhatian
antara aktivis mahasiswa Ormawa intra kampus dengan aktivis mahasiswa
Ormawa ekstra kampus terutama perhatiannya pada persoalan internal
perguruan tinggi, dimana aktivis mahasiswa ormawa intra kampus
menempatkan isu lokal intrernal perguruan tinggi pada urutan kedua setelah
isu nasional politis, sedangkan aktivis mahasiswa ormawa ekstra kampus
menemaptkan isu lokal intrernal perguruan tinggi pada urutan terakhir di
antara isu-isu yang lainnya. Hal ini bisa dijelaskan bahwa aktivis mahasiswa
ormawa intra kampus menempatkan persoalan isu lokal internal perguruan
tinggi pada posisi kedua setelah isu nasional politis adalah mengingat bahwa
Ormawa intra kampus dengan pihak universitas memiliki hubungan secara
normatif dan struktural, dimana legalitas hukum organisasi berada di bawah
universitas, pembiayaan kegiatan berasal dari pihak universitas, sehingga
aktualisasi wilayah kerja organisasi ini berada sangat dekat dengan urusan
rumah tangga internal universitas dan menjadi pihak pertama yang
mengetahui tentang sesuatu hal yang terjadi, misalnya soal kebijakan
kampus, kegiatan universitas, dan sebagainya. Disamping itu mereka juga
76
sebagai media komunikasi antara pihak universitas dengan para mahasiswa
secara umum, misalnya ketika ada kebijakan kampus, terutama kebijakan
kampus yang berhubungan langsung dengan mahasiswa pada umumnya.
Berbeda dengan aktivis mahasiswa Ormawa ekstra kampus yang
menempatkan persoalan isu internal perguruan tinggi pada posisi terakhir di
antara isu-isu yang lainnya. Perbedaan ini cukup terlihat meskipun tidak
signifikan. Hal ini mengingat organisasi ini tidak ada hubungan normatif
maupun struktural dengan pihak universitas. Organisasi ekstra kampus
aktualisasi wilayah kerjanya tidak berada di dalam kampus tetapi lebih pada
di luar kampus. Apalagi menggunakan atribut Ormawa ekstra kampus dalam
menyikapi persoalan internal kampus dinilai kurang tepat oleh pandangan
umum sebagai sarana penyaluran aspirasi, disamping terbatasnya gerak
Ormawa ekstra kampus di dalam kampus dengan
adanya larangan
penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan yang mengatasnamakan
Ormawa ekstra kampus.
Aksi demonstrasi yang mengangkat isu internal perguruan tinggi di
Unnes adalah tentang; (1) Aksi “Menolak PPA (Program Pengenalan
Akdemik) dikelola penuh oleh Rektorat”, (2) Aksi “Penuntutan Akreditasi
Fakultas Hukum”, (3) Aksi “Menuntut dikembalikannya uang biaya PKL
Unnes kepada mahasiswa”, (4) Aksi “Menolak pemberlakuan SPL Unnes
2008”.
77
4.2.2. Aktivis Mahasiswa Unnes dalam Aksi Demonstrasi
Perbedaan yang signifikan terlihat dalam hal tingkat partisipasi
keikutsertaan dalam aksi demonstrasi antara aktivis Ormawa intra kampus
dengan aktivis Ormawa ekstra kampus. Dalam hal ini aktivis mahasiswa
Ormawa ekstra kampus memiliki tingkat partisipasi keikutsertaan yang lebih
tinggi dibanding aktivis Ormawa intra kampus dalam mengikuti aksi
demonstrasi.
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Vaughan dan Archer (dalam
Altbach, 1988: 198) yang menyatakan bahwa suatu ideologi dapat
mempengaruhi aksi dalam hal menentukan tujuan dan memilih sarana
tertentu, diantara berbagai sarana yang ada, untuk mencapai tujuan tersebut.
Ormawa ekstra kampus didirikan dengan landasan ideologi, sehingga
pendidikan nilai ideologi dan kaderisasi menjadi hal yang paling pokok
disamping nilai-nilai yang lainnya, tampak pada program-program yang
mereka jalankan, hampir semuanya bermuatan penanaman ideologi sesuai
dengan
platform
garis
ideologi
organisasi
kemahasiswaan
yang
bersangkutan. Sedangkan dalam pendidikan Ormawa intra kampus tidak ada
penanaman ideologi khusus, tetapi cenderung hanya penanaman nilai-nilai
secara umum.
Sebagai contoh, tentang proses pendidikan dalam Ormawa Ekstra
Kampus, KAMMI dengan basis ideologi Islam dalam salah satu program
pendidikannya yaitu Pelatihan Pemuda Islam “Dauroh Marhalah I”
terdapat beberapa materi seperti (1) KAMMI dan Pergulatan Reformasi, (2)
78
Syahadatain (Dua kalimat Syahadat) sebagai Titik Tolak Perubahan, (3)
Ma’rifatullah (Mengenal Allah) dan Syumuliyatul Islam (Kesempurnaan
Islam), (4) Kepemimpinan Rosulullah, (5) Islam, Pemuda dan Perubahan
Sosial, (6) Dinamika dan Problematika Umat Islam di Indonesia, (7)
Manajemen Aksi, dan lain sebagainya materi-materi yang sesuai dengan
amanat platform ideologi organisasi.
Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan dengan basis ideologi
Islam, dalam salah satu program pendidikannya yaitu Training Pembebasan,
memuat materi-materi seperti; (1) Uqdatul Qubro (mengupas masalah
seputar aqidah), (2) Qiyadah Fikriyah fil Islam (mengupas konseptual
pemikiran Islam), (3) Keterikatan terhadap Hukum Syara’, (4) Kewajiban
berda’wah dan lain sebagainya materi-materi yang sesuai dengan amanat
platform garis ideologi organisasi.
LMND dengan basis ideologi sosialis, dalam salah satu program
pendidikannya memuat materi-materi seperti; (1) Filsafat MDH (Matery
Dialectica Histories), (2) Sejarah Masyarakat Indonesia, (3) Ekonomi,
Sosial dan Politik dalam pandangan ideologi sosialis, (4) Sejarah Pergerakan
Mahasiswa, (5) Neo Liberalisme dan lain sebagainya materi-materi yang
sesuai dengan amanat platform ideologi organisasi.
Sedangkan dalam proses pendidikan Ormawa intra kampus seperti
BEM dalam program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa
(PKMM) menyuguhkan materi-materi seperti: (1) Teamwork, (2) Advokasi,
(3) Manajemen Kepemimpinan, (4) Manajemen Aksi, (5) Manajemen
79
Sidang, (6) Manajemen Konflik, (7) Teknik Loby, (8) Public Relation, dan
sebagainya materi-materi yang bersifat nilai-nilai umum.
Perbedaan lain dari aktivis mahasiswa ekstra kampus adalah mereka
dengan mudah ikut dalam program pendidikan Ormawa intra kampus,
karena memiliki kesempatan yang sama atas statusnya sebagai mahasiswa
Unnes, sehingga mendapatkan juga materi dari pendidikan Ormawa intra
kampus, sedangkan aktivis mahasiswa intra kampus jarang yang mengikuti
program pendidikan dari Ormawa ekstra kampus, kecuali bagi aktivis yang
anggota atau menggeluti keduanya, yaitu Ormawa intra dan ekstra kampus.
Semangat perbaikan memberikan ruh kepada kami untuk melakukan
perjuangan dengan cara-cara yang kami yakini termasuk aksi demonstrasi
yang kami lakukan (Wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar
Kustanto tanggal 21 Agustus 2009).
Aksi demonstrasi merupakan salah satu bentuk ikhtiar kami dalam
menyampaikan seruan kepada masyarakat tentang persoalan-persoalan umat,
kemudian menawarkan solusi serta sebagai media pendidikan kepada
masyarakat. Isu aksi demonstrasi pun mengangkat persoalan-persoalan
politis
dimana
menyangkut
persoalan
yang
berpengaruh
terhadap
masyarakat umum, seperti halnya kritikan terhadap kebijakan pemerintah.
Isu juga bisa berisi tentang seruan syi’ar Islam yang berisi pendidikan untuk
masyarakat agar menerima Islam secara utuh. Bagi kami landasan untuk
turut berjuang dalam perbaikan umat adalah karena Allah semata
80
(wawancara dengan Sekjend GEMA Pembebasan Sabar Budi Raharjo
tanggal 23 Agustus 2009).
Menurut Phillip G. Altbach (1988: 178) bahwa terdapat kesan bahwa
ideologi total, yang difokuskan melalui salah satu dari nilai-nilai sentralnya,
menstrukturkan persepsi, peristiwa-peristiwa yang penting, sasaran yang
khas dan sarana-sarana yang dipilih pada tingkat aksi politik mahasiswa.
Dengan kata lain ideologi menuntun respon dan pola tindakan. Selain itu,
ideologi merumuskan masalah dan pemecahannya pada tingkat politik
nasional.
Menurut Altbach (1988: 199) bahwa suatu nilai atau kepercayaan
politik, dalam peran sebagai kriteria selektif, mempunyai pengaruh yang
lebih langsung terhadap seleksi dari tujuan untuk bertindak, dibanding
pengaruh yang dimiliki kepercayaan politik, dalam peran kriteria evaluatif.
Sebab sebelum prinsip moral dan aspek-aspek evaluatif kepercayaan dapat
berpengaruh terhadap aksi yang mendukung konfrontasi, aspek-aspek
evaluatif tersebut harus dipandang dengan suatu cara yang khas.
Adakalanya para mahasiswa dibangkitkan oleh suatu isu politik,
meskipun dalam kasus-kasus tersebut demonstrasinya cenderung kecil dan
tidak tercipta gerakan atau organisasi yang langgeng (Altbach, 1988: 32).
Di saat gejolak persoalan dalam masyarakat terjadi, aktivis
mahasiswa dengan cepat merespon dan berusaha mencari dan merumuskan
tindakan apa yang akan mereka lakukan. Sikap mereka yang kritis dan
berani seakan-akan menegaskan bahwa mereka adalah tenaga yang siap
81
pakai kapanpun dan dimanapun. Bahkan mereka tidak begitu berfikir
tentang akibat yang bisa mereka terima atas perlawanan yang mereka
lakukan. Hambatan penangkapan oleh aparat keamanan saat pelaksanaan
aksi tidak menyurutkan semangat mereka, apalagi hanya sekedar persoalan
dana tidak menjadi hal yang mengurangi antusiasme perjuangan mereka.
Meskipun
demonstrasi-demonstrasi
mengakibatkan
ratusan
mahasiswa ditangkap, namun mereka tetap memimpin gerak yang tanpa
akhir dan terbatas ( Altbach, 1988: 32).
Aktivis mahasiswa tidak mengenal kata jera dalam perjuangan,
mereka akan senantiasa mencari celah agar tetap bisa bergerak dan berjuang,
tidak jarang para mahasiswa ditangkap saat melakukan aksi demonstrasi,
namun tetap saja mereka melakukan aksi demonstrasi lagi dan lagi, bahkan
cenderung menjadikan mereka seakan-akan kebal dengan tindakan represif
aparat keamanan dan segala hambatan yang mereka temui.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini bahwa karakteristik
aksi demonstrasi aktivis Ormawa intra dan ekstra kampus Unnes adalah
sebagai berikut:
5.1.1. Tidak ada fokus perhatian terhadap suatu isu aksi demonstrasi,
semua isu mendapatkan porsi yang hampir sama dan tidak jauh berbeda
selisihnya antara isu yang satu dengan isu yang lainnya, keduanya
menempatkan isu nasional politis pada urutan pertama. Namun pada urutan
isu fokus perhatian, pada aktivis Ormawa intra kampus menempatkan isu
lokal internal perguruan tinggi pada urutan kedua setelah isu nasional politis
kemudian diikuti isu-isu yang lainnya, sedangkan pada aktivis Ormawa
ekstra kampus menempatkan isu lokal internal perguruan tinggi pada urutan
terakhir setelah isu-isu yang lainnya.
5.1.2. Tingkat partisipasi keikutsertaan aksi demonstrasi aktivis mahasiswa
Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus lebih rendah dibanding tingkat
partisipasi keikutsertaan aktivis mahasiswa Organisasi Kemahasiswaan
Ekstra Kampus.
82
83
5.2. Saran
Dari kesimpulan di atas maka dapat dirumuskan beberapa saran yang
peneliti sampaikan kepada beberapa pihak di antaranya:
5.2.1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa secara umum, disarankan agar dapat menggunakan
hasil penelitian ini, sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin
terjun dalam dunia aktivis mahasiswa, menjadi bahan dalam mempelajari
partisipasi politik mahasiswa, serta mempelajari sejarah perjuangan aktivis
mahasiswa dalam memperjuangkan suara dan hak masyarakat.
5.2.2. Bagi masyarakat
Saran bagi masyarakat, agar dapat memberikan bimbingan dan
dukungan yang positif kepada para aktivis mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. Andriadi. 2007. Mahasiswa Hanya Bisa Demo: Potret Gerakan
Mahasiswa Pasca Reformasi. Jakarta: Penerbit MIMPIKU.
Altbach, Phillip G. 1988. Politik Mahasiswa, Perspektif dan Kecenderungan
Masa Kini. Jakarta: PT Gramedia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiardjo, Miriam. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Manan, Munafrizal. 2005. Gerakan Rakyat Melawan Elit. Yogyakarta: Resist
Book.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rachman, Maman dan Muhsin. 2004. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang:
UNNES Press.
Rahayu, Iin Tri dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia
Publishing.
Rahmat, Andi dan Mukhammad Najib. 2001. Gerakan Perlawanan dari Masjid
Kampus. Surakarta: Purimedia.
Rais, Amien. 1999. Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Suharsih, dan Ign Mahendra K. 2007. Bergerak Bersama Rakyat! Sejarah
Gerakan Mahasiswa dan Perubahan Sosial di Indonesia. Yogyakarta:
Resist Book.
Sunarto. 2004. ’Sistem Politik Indonesia’. Paparan Kuliah. Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana.
84
85
Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik: Sejarah, Definisi dan perkembangan
Konsep. Yogyakarta: IRCiSoD.
Susanti, Martien Herna dan AT. Sugeng Priyanto. 2006. ’Aksi Demonstrasi
Mahasiswa dan Kebebasan Mengeluarkan Pendapat (Latar Belakang dan
Faktor-Faktor Penyebabnya)’. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
Suyanto, Bagong, Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Topatimasang, Roem, dkk. 2001. Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Unnes. 2003. Buku Panduan Universitas Negeri Semarang 2006-2007. Semarang:
Unnes Press.
Variabel
Subvariabel
Persepsi Aktivis
Fokus
perhatian
Mahasiswa Unnes
Isu-isu Internasional politis
Nomor
Jumlah
Pertanyaan
Pertanyaan
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 1, 2, 3, 4, 5
terhadap aksi
demonstrasi
Indikator
bahwa
issu
internasional
politis
5
untuk
diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi.
Fokus
perhatian
Isu-isu
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 6, 7, 8, 9, 10
Internasional bahwa issu internasional nonpolitis untuk
Nonpolitis
Fokus
5
diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi.
perhatian
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 11, 12, 13,
Isu-isu Nasional politis
5
bahwa issu nasional politis untuk diadvokasi 14, 15
melalui jalur aksi demonstrasi.
Fokus
perhatian
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 16, 17, 18,
Isu-isu Nasional Nonpolitis
5
bahwa issu nasional nonpolitis untuk diadvokasi 19, 20
melalui jalur aksi demonstrasi.
Fokus
perhatian
Isu-isu
Lokal
Perguruan Tinggi
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 21, 22, 23,
Eksternal bahwa issu lokal eksternal Perguruan Tinggi 24, 25
untuk diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi.
5
Lampiran
KISI-KISI KUESIONER
Fokus
perhatian
Isu-isu
terhadap Aktivis mahasiswa setuju dan merasa perlu B. 26, 27, 28,
Lokal
Internal bahwa issu lokal internal Perguruan Tinggi 29, 30
Perguruan Tinggi
Intensitas
untuk diadvokasi melalui jalur aksi demonstrasi.
keikutsertaan Aktivis mahasiswa ikut serta dalam aksi C1
dalam aksi demonstrasi
Peran
aktivis
mahasiswa Intensitas peran aktivis mahasiswa dalam aksi C2
dana
1
demonstrasi.
dalam aksi demonstrasi
Sumber
5
1
demonstrasi
aksi Intensitas penggunaan sumber dana aksi
demonstrasi
demonstrasi
Kesan aktivis mahasiswa
Skala kesan aktivis mahasiswa terhadap aksi
terhadap aksi demonstrasi
demonstrasi
C3
1
C4
1
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
Lampiran
KODE
I/E
LEMBAGA
NO
KUESIONER
PERSEPSI AKTIVIS MAHASISWA UNNES TERHADAP
AKSI DEMONSTRASI
Salam Hormat,
Rekan-Rekan Mahasiswa yang Kami banggakan, penelitian ini digunakan
dalam rangka memperoleh data dalam penyusunan Skripsi untuk menyelesaikan
Studi S1 Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes.
Dimohon Saudara/i untuk mengisi setiap item di dalam kuesioner ini dengan
sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya. Identitas diri Suadara/i akan Kami jamin
kerahasiaannya.
Sebelum dan sesudahnya atas kerjasama Saudara/i Kami sampaikan
terimakasih.
Hormat Kami,
ttd
Penulis
A. Petunjuk Pengisian:
 Bacalah do’a sebelum mengisi lembar kuesioner.
 Isilah identitas Anda pada kolom yang sudah disediakan.
 Berikan pendapat secara jujur dengan memberi tanda (V) kolom yang
sesuai.
1. Nama
: ...............................................
2. Fakultas/Angk
: ...................../.............
3. No HP
: ...................................
4. Jenis Kelamin
:  Laki-laki /  Perempuan
5. Pekerjaan Ayah
:
 PNS
 TNI/POLRI
 Guru
 Swasta
 Petani/Nelayan
 Karyawan
6. Bagaimana pendapat Anda terhadap aksi demonstrasi?
 Selalu setuju/mendukung semua aksi demonstrasi.
 Kadang setuju, kadang tidak setuju, tergantung bobot penting/tidak
pentingnya isu/tema yang diusung.
 Tidak setuju dengan semua aksi demonstrasi.
1/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
B. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang sesuai beserta alasannya;
Internasional
1. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi menolak serangan
Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak/Afghanistan/negara-negara yang lain?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
2. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi menentang
gerakan Zionisme oleh bangsa Yahudi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
3. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menolak program
nuklir Israel, KORUT, Iran, dan sebagainya yang berpotensi untuk membuat
senjata nuklir?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
4. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi penghapusan Hak
Veto oleh negara-negara Adikuasa di Dewan Keamanan PBB?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
5. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi terhadap
Mahkamah Internasional untuk pengusutan kasus Penjahat Perang di berbagai
negara, misalnya Invasi Israel ke Palestina dengan menggunakan senjata
biologi, pemusnahan etnis di Irak, dan sebagainya?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
6. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut PBB
untuk serius membangun terciptanya kesejahteraan rakyat di negara-negara
miskin, misalnya dalam hal kesehatan, pendidikan, pengangguran, dsb?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
3/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
7. Apakah Anda
setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi mendukung
kemerdekaan dan solidaritas kemanusiaan rakyat Palestina?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
8. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi memperingati
Hari AIDS Se-Dunia?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
9. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi memperingati
Hari Buruh Se-Dunia?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
10. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan
kepada masyarakat tentang Global Warming?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
Nasional
11. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi menentang
kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
12. Menurut
Anda
apakah
perlu
dilakukannya
aksi
demonstrasi
menolak/mendukung disahkannya UU BHP (Undang-Undang Badan Hukum
Pendidikan) di Indonesia?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
13. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi penuntutan
pengusutan kasus korupsi, misalnya seputar korupsi di BUMN, kasus BLBI,
anggota DPR, dsb?
a. Ya
b. Tidak
4/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
Alasan: .................................................................................................................
14. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan dan
mengajak kepada masyarakat untuk tidak memilih politisi busuk (Politisi yang
terlibat kasus Amoral, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
15. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi tentang tidak
validnya Daftar Pemilih Tetap dengan fakta di lapangan dalam Pemilu di
Indonesia?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
16. Apakah
Anda
setuju
dengan
dilakukannya
aksi
demonstrasi
mendukung/menolak pembubaran Aliran Ahmadiyah di Indonesia?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
17. Apakah
Anda
setuju
dengan
dilakukannya
aksi
demonstrasi
mendukung/menolak disahkannya Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
18. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menolak
pengakuan hasil budaya bangsa Indonesia oleh Negara lain (misalnya Reog
Ponorogo diklaim sebagai budaya Malaysia)?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
19. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya
aksi demonstrasi dalam
mewacanakan Gerakan Anti Narkoba berskala nasional?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
5/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
20. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan
tentang keadilan Gender dalam ruang publik?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
Lokal
21. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut upaya
Pemerintah Daerah dalam mengayomi dan membina Pedagang Kaki Lima?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
22. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi pengusutan kasus
korupsi Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) atau anggota DPRD?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
23. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi terhadap
penetapan RAPBD menjadi APBD yang berpihak kepada rakyat sebagai
upaya peningkatan pelayanan masyarakat demi kesejahteraan?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
24. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut
keseriusan Pemerintah Daerah dalam menertibkan pelaksanaan retribusi
daerah, seperti retribusi iklan/reklame, administrasi kependudukan, parkir,
wisata, dsb?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
25. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut
keseriusan Pemerintah Daerah untuk kemajuan desa serta memberikan
perhatian terhadap pertanian & perikanan, misalnya jaminan subsidi dan
distribusi pupuk sampai ke petani, kredit bagi nelayan, dsb?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
6/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
26. Apakah Anda setuju dengan dilakukannya aksi demonstrasi penolakan
pengambilalihan penyelenggaraan Orientasi Mahasiswa Baru Unnes (OKKA)
2008 oleh Rektorat?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
27. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi penolakan
kenaikan SPL (Sumbangan Pengembangan Lembaga) dan penarikan BKOM
(Bantuan Khusus Orang Tua Mahasiswa ) Mahasiswa Baru di Unnes?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
28. Menurut Anda apakah
perlu dilakukannya aksi demonstrasi menuntut
perbaikan pelayanan akademik Unnes, misalnya proses mengurus nilai,
pelayanan Sikadu, pelayanan bimbingan skripsi, PKL, KKL, PPL, dsb?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
29. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan
kampus bebas dari free sex, kriminal, Narkoba, dsb?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
30. Menurut Anda apakah perlu dilakukannya aksi demonstrasi mewacanakan
kampus Unnes menjadi kampus yang mengedepankan moral dan religius
sebagai pondasi pengembangan pendidikan?
a. Ya
b. Tidak
Alasan: .................................................................................................................
7/8
*Kuesioner-SkripsiPersepsi Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Aksi DemonstrasiTur Santoso, Hukum dan Kewarganegaraan FIS Unnes
085 275 363 287 #
C. Berikan tanda (V) pada kolom yang sesuai:
1. Berapa kali Anda melakukan aksi demonstrasi?Sebutkan!
a. Tidak Pernah (Lanjut ke Pertanyaan Nomor 4)
b. 1 Kali
c. 2-4 Kali
d. 5 Kali atau lebih
No
Tema Aksi
Lembaga
Lokasi Aksi
1
2
3
4
2. Apakah peran Anda dalam pelaksanaan aksi demonstrasi?
NO
PERAN
a
b
Inisiator
Sponsor
c
Koordinator
d
e
Orator
HUMAS
f
g
Tim Kreatif
Partisipan
KETERANGAN
Selalu
SKALA
Sering Kadangkadang
Tidak
pernah
Mengawali ide aksi demonstrasi
Memberikan fasilitas (Uang, barang,
transportasi, dsb)
Memimpin proses aksi dari awal
sampai akhir
Melalukan orasi
Berhubungan dengan instansi terkait
(Media Massa, POLRI, dsb)
melakukan aksi teatrikal, puisi, dsb
Mengikuti sebagai peserta aksi
3. Darimanakah sumber dana aksi demonstrasi yang Anda lakukan?
NO
SUMBER DANA
a
Iuran peserta aksi/uang pribadi
b
Anggaran dari organisasi/lembaga
c
Didanai pihak lain (Sponsor/individu/lembaga)
Selalu
SKALA
Sering Kadangkadang
Tidak
pernah
4. Bagaimanakah kesan Anda terhadap aksi demonstrasi secara umum?
NO
a
b
c
d
e
f
g
h
KESAN
Selalu
SKALA
Sering Kadangkadang
Tidak
Pernah
Aspiratif (mengusung kepentingan masyarakat)
Tertib aturan
Simpatik & Kreatif
(damai, santun dan menarik)
Efektif/tepat sasaran
Rusuh (merusak, bentrok, dsb)
Menganggu ketertiban (Jalan macet, kotor, dsb)
Mengusung kepentingan golongan tertentu
Demo pesanan/bayaran
8/8
Pedoman Wawancara
1. Menurut Anda apakah mengetahui issu-issu/persoalan-persoalan yang ada di
masyarakat itu penting? Mengapa?
2. Aksi demonstrasi merupakan salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat.
Menurut Anda apakah aksi demonstrasi itu penting?Mengapa?
3. Bagaimana Anda memutuskan bahwa suatu issu/persoalan yang ada di
masyarakat perlu diperjuangkan melalui aksi demonstrasi?
4. Apa yang mendorong/memotivasi Anda untuk melakukan aksi demonstrasi?
5. Bagaimana evaluasi Anda terhadap aksi demonstrasi yang pernah dilakukan
oleh para mahasiswa?
Lampiran
Perhitungan Validitas Item Soal
Rumus
N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y)
rxy =
√{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²}
Kriteria
Item soal valid jika rxy > rtabel
Perhitungan
Berikut ini perhitungan pada butir soal no 1:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Σ
X
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
16
Y
35
34
33
33
33
30
30
30
29
27
26
20
17
16
15
15
11
10
9
8
461
X²
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
16
Y²
1225
1156
1089
1089
1089
900
900
900
841
729
676
400
289
256
225
225
121
100
81
64
12355
XY
35
34
33
33
33
30
30
30
29
27
26
20
17
16
15
0
0
0
9
0
417
N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y)
rxy =
√{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²}
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:
20(417) – (16)(461)
rxy =
√{20(16)–(256)²}{20(12355)–(173889)²}
= 0.500123
Pada  = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,444.
Karena rxy > r tabel , maka butir soal nomor 1 valid.
Catatan: Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, caranya sama seperti pada contoh di
atas.
Perhitungan Reliabilitas Instrumen
No Nama
1
UC - 11
2
UC - 7
3
UC - 6
4
UC - 5
5
UC - 10
6
UC - 16
7
UC - 14
8
UC - 8
9
UC - 4
10 UC - 18
11 UC - 17
12 UC - 12
13 UC - 3
14 UC - 2
15 UC - 15
16 UC - 1
17 UC - 13
18 UC - 9
19 UC - 19
20 UC - 20
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
16
2
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
12
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
14
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
13
5
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
11
6
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
12
7
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
11
8
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
12
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
14
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
14
11
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
11
12
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
15
13
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
13
14
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
11
15
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
13
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
13
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
13
18
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
16
19
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
12
20
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
14
21
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
7
22
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
14
23
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
12
24
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
12
25
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
14
26
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
14
27
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
12
28
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
14
29
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
14
30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
14
31
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
11
32
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
12
33
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
10
34
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
12
35
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
17
36
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
12
Total
Skor
35
34
33
33
33
30
30
30
29
27
26
20
17
16
15
15
11
10
9
8
461
ΣX
18
17
15
18
16
15
16
17
14
14
12
10
10
7
8
7
5
5
5
5
234
ΣY
17
17
18
15
17
15
14
13
15
13
14
10
7
9
7
8
6
5
4
3
227
ΣX2
324
289
225
324
256
225
256
289
196
196
144
100
100
49
64
49
25
25
25
25
3186
ΣY2
289
289
324
225
289
225
196
169
225
169
196
100
49
81
49
64
36
25
16
9
3025
ΣXY
306
289
270
270
272
225
224
221
210
182
168
100
70
63
56
56
30
25
20
15
3072
Rumus:
r 11= 2 x r½½
(1 + r½½)
Keterangan
r 11 = reliabilitas yang dicari.
r½½ = r xy antara gejala kelompok item belahan pertama dan belahan kedua.
Kriteria:
Apabila r 11 > r tabel , maka soal dapat disimpulkan reliabel.
Perhitungan:
N(∑ XY) – (∑X)( ∑Y)
rxy =
√{N∑X²–(∑X) ²}{N ∑Y²–(∑Y)²}
20(3072) – (234)(227)
rxy =
√{20(3186)–(54756)²}{20(3025)–(51529)²}
rxy = 0.928018
Reliabilitas:
r 11 = (2 x r½½)
(1 + r½½)
r 11 = (2 x 0.928018)
(1 + 0.928018)
r 11 = 0.962665.
Pada  = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,444.
Karena r 11 > r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Lampiran
Daftar Responden Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
LEMBAGA
BEMU 01
BEMU 02
BEMU 03
BEMU 04
BEMU 05
BEMU 06
BEMU 07
BEMU 08
BEMU 09
BEMU 10
BEMU 11
BEMU 12
BEMU 13
BEMU 14
BEMU 15
BEMU 16
BEM FIP 01
BEM FIP 02
BEM FIP 03
BEM FIP 04
BEM FIP 05
BEM FIP 06
BEM FIP 07
BEM FIP 08
BEM FIP 09
BEM FIP 10
BEM FBS 01
BEM FBS 02
BEM FBS 03
BEM FBS 04
BEM FBS 05
BEM FBS 06
BEM FBS 07
BEM FBS 08
BEM FIS 01
BEM FIS 02
BEM FIS 03
BEM FIS 04
BEM FIS 05
BEM FIS 06
NAMA
Yossy H.N.
Mahfud 'Ibadi
Adi Praseto
Hastanto Yuwono
Chaerul Ana Prabawati
Dasam
Taufik Priyo Utomo
Nanang Qosim
Hanityo Kusuma
Herlina
Suratmi
Sustiyowandi
Taufik Muhaemin
Saeful
Wasis Wuyung W.B.
Ulin Nuha
Sanni Sahara
M. Sugeng Santoso
Yanu Hadi Kuntoro
Kuinnanti
Umi Kholifah
Bethra Ariesta
Nenti Mardyaningsih
Muslikah
Widya Pratiwi
Sertina septi Purwindarini
Sany Tyas Ageng S.
Rizki Tia Pratama
Saiful Munir
Irna Nurwijayanti
Evina Wahyu Agt
Kurnia Larasati
Eko Apriyanto Lis Fiandayu
Nia Martiana
Candra Bayu N.
Lazuardi FN.
M. Ghufroni
Dewi Ariyani
Dwi Septi S.
Malik Ridwan F.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
BEM FIS 07
BEM FIS 08
BEM FIS 09
BEM FMIPA 01
BEM FMIPA 02
BEM FMIPA 03
BEM FMIPA 04
BEM FMIPA 05
BEM FMIPA 06
BEM FMIPA 07
BEM FMIPA 08
BEM FMIPA 09
BEM FMIPA 10
BEM FMIPA 11
BEM FMIPA 12
BEM FT 01
BEM FT 02
BEM FT 03
BEM FT 04
BEM FT 05
BEM FT 06
BEM FT 07
BEM FT 08
BEM FT 09
BEM FIK 01
BEM FIK 02
BEM FIK 03
BEM FIK 04
BEM FIK 05
BEM FIK 06
BEM FIK 07
BEM FIK 08
BEM FE 01
BEM FE 02
BEM FE 03
BEM FE 04
BEM FE 05
BEM FE 06
BEM FE 07
BEM FE 08
BEM FE 09
BEM FE 10
BEM FE 11
BEM FE 12
Nihza Al Lutfi
Widi Nur Cahyono
Puspita Budiningtyas
Malihatin
Winda Eka
Devy Lestari
Gayuh Nugroho D.
Mualimin
Madayanti K.
Abdul Aziz Hidayat
Habibatusy Syarifah
Umi Rahmawati
Melia Juniarti
Apni Viyandari
Nurul Inayah
M. Nashifudin
Ajib Maqsudi
Amarullah
Ratna
Agus Heri
Abdul Wakhid
Hanif Hidayat
Agus Fajri Widodo
Mochammad Samsul Bachtiar
Danoyo
A. Syarifudin
Sulistiani Ambarwati
Uji Hernowo
Robbi Darmawan
Arief Bahtiar
Novie Retno U.
NN
Menito Surya Kentatri
Nikmah Khoiroh
Adi Sutrisno
Niswah Baroroh
Fenti NurLaeli
Yogi Nugraha
A. Fathul Hakim
Esensiana R.A.
Dian
Setya Adhy Nugraha
Supriyanto
M. Iksan Suseno
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
BEM FE 13
BEM FH 01
BEM FH 02
BEM FH 03
BEM FH 04
BEM FH 05
BEM FH 06
BEM FH 07
BEM FH 08
BEM FH 09
BEM FH 10
BEM FH 11
BEM FH 12
BEM FH 13
BEM FH 14
BEM FH 15
BEM FH 16
HMI 01
HMI 02
KAMMI 01
KAMMI 02
KAMMI 03
KAMMI 04
KAMMI 05
KAMMI 06
KAMMI 07
KAMMI 08
KAMMI 09
KAMMI 10
KAMMI 11
KAMMI 12
KAMMI 13
KAMMI 14
PMII 01
PMII 02
PMII 03
PMII 04
PMII 05
PMII 06
PMII 07
IMM 01
IMM 02
IMM 03
IMM 04
Zakaria Efendi
Yusuf Isyrin H.
Bendri Agus Imam S.
Oke Brahmantia Putra
Rhafel Ochthanto
Novia Tri Puji Astutik
Yansen Marudu
Aninditya Eka Bintari
Wafda Hadian Umam
Danang Setio Darojat
Agustin Hutabarat
Kurniawan Akbar
Ari Wibowo
Wahyu Nandang H.
Septian adi Chandra
Taufan Adi Wibowo
Delta Nusantara
Zaimul Haq
Agus Purwanto
Saeful Agus
Dika Artriska
Sukari
Lutfi Noor
Walid Rudiyanti
Citra Lardiana Putri
Sulistiana
Sukono
Hani Fahma Inayati
M. Lukamnul Hakim
Yuniar Kustanto
Sri Hesti Wahyuningsih
Dony Kusuma Ariwibawa
Maryadi
Ahmad Fauzan Mubarok
Abdullah Nekvia
Mohrodi
M.Nasrul Arifin
Tsabit Azinar Ahmad
M. Khasan
Ida
Dyah Fitri Aryani
Azwar
NN
Hayu Verika Indra K.
129
130
131
132
133
134
135
136
IMM 05
IMM 06
IMM 07
IMM 08
LMND 01
LMND 02
GEMBES 01
GEMBES 02
Eli Rahmawati
Dyah Prabaningrum
M. Burhan Hidayat
M. Husin Al Fatah
Budi
Luqman Hakim
Sabar Budi Raharjo
Mulyono Jati
NO
TEMA AKSI
LEMBAGA
LOKASI
RRI Semarang, Tugu Muda
1
Solidaritas terhadap Bangsa Palestina
KAMMI, LDK, HMI, HTI
Semarang
BEM KM Unnes, BEM FH,
2
Menolak Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
HMI, LMND, FRM, HTI, Gema
Simpang Lima Semarang,
Pembebasan
DPRD
Simpang Lima Semarang-
3
Menolak GOLPUT dalam Pemilu
BEM FMIPA se-JOGLOSETO
RRI Semarang
4
Anti Pornografi dan Pornoaksi/RUU APP
Hidayatullah, KAMMI, HTI
Simpang Lima Semarang
Kampus Unnes, Simpang
5
Menolak Penerapan BHP
BEM KM Unnes dan BEM F
Lima Semarang
BEM KM Unnes, LMND
Gedung DPRD Jateng
Menuntut realisasi pendidikan gratis dan berkualitas, tolak
6
privatisasi pendidikan
RRI Semarang, Tugu Muda
Semarang, Yogyakarta,
7
Aksi TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat)
BEM KM Unnes-BEM SI
Jakarta
Lampiran
Daftar Aksi Demonstrasi yang pernah dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa Unnes
8
Aksi Damai Kartini "Emansipasi Perempuan"
UKKI
Kampus Unnes
9
Menolak PPA dikelola penuh Rektorat
BEM KM & BEM F se Unnes
Kampus Unnes
Kampus Unnes, Simpang
10
Hari Bumi "Global Warming"
BEM FH, HIMA Biologi,HMI,
Lima Semarang
11
Menuntut Pembubaran Aliran Ahmadiyah
KAMMI, PUSKOMDA
Simpang Lima Semarang
12
Hari Jilbab Internasional
UKKI, FSLDK se Semarang
Kantor Gubernur Jateng
13
Mengutuk Pelecehan Karikatur Nabi Muhammad SAW
KAMMI, LDK,
RRI Semarang
Mendukung pengesahan RUU TIPIKOR dan Pengadilan
BEM KM Unnes, KAMMI,
14
TIPIKOR
LMND
Simpang Lima Semarang
15
Menolak Kedatangan Presiden AS, George W. Bush
KAMMI
Simpang Lima Semarang
Simpang Lima Semarang-
16
Menghimbau PNS Netral dalam PILGUB
BEM KM Unnes
KPUD Jawa Tengah
17
Tolak Film ML
FSLDK
Simpang Lima Semarang
18
Penuntutan Akreditasi Fakultas Hukum
BEM FH
Kampus Unnes
19
Menuntut Usut Kasus Korupsi Bp. Sukawi Sutarip
BEM KM Unnes, KAMMI
Kejati Jawa Tengah
20
Menuntut PPD (Penerimaan Peserta Didik) Gratis
BEM KM Unnes
Balai Kota Semarang
BEM KM Unnes, Gema
21
Mengajak masyarakat "Jangan Pilih Politisi Busuk"
Pembebasan
Tugu Muda Semarang
22
Hari Buruh Internasional
23
Menuntut dikembalikannya uang biaya PKL Unnes kepada
24
LMND
Simpang Lima Semarang
mahasiswa
BEM KM Unnes
Kampus Unnes
Mengutuk Tindakan FPI
KSM
Bundaran Undip Semarang
Menuntut Bahasa Jawa menjadi Mata pelajaran Wajib di
25
sekolah
Mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa
DPRD Jateng
26
Menolak Akuisisi PSIS
KAMMI
Pemprov Jateng
27
Sosialisasi Pemilu
PMII
Simpang Lima Semarang
28
Anti Neo Liberal
LMND
Simpang Lima Semarang
29
Menolak Pemberlakuan SPL Unnes 2008
PAM
Kampus Unnes
30
Peringatan Keruntuhan Khilafah Islamiyah
HTI
Simpang Lima Semarang
7. PENGALAMAN ORGANISASI
Petunjuk Pengisian
a. Untuk kolom Nama Lembaga diisi nama lembaga
b. Untuk kolom Jabatan diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
KATEGORI
(PH) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris Umum, Bendahara Umum
Kepala Departemen/Biro, Sekretaris Departemen/Biro
Staf/Anggota
KODE
A
B
C
Tahun 2009/Sekarang
Nama Lembaga Jabatan
ORGANISASI KEMAHASISWAAN INTRA KAMPUS
Tahun 2008
Tahun 2007
Tahun 2006
Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan
Tahun 2005
Nama Lembaga Jabatan
Tahun 2009/Sekarang
Nama Lembaga Jabatan
ORGANISASI KEMAHASISWAAN EKSTRA KAMPUS
Tahun 2008
Tahun 2007
Tahun 2006
Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan Nama Lembaga Jabatan
Tahun 2005
Nama Lembaga Jabatan
2/8
ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
N
o
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
y
5
UC - 11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
35
3
UC - 7
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
34
1
UC - 6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
34
7
UC - 5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
33
2
9
6
4
8
1
0
1
1
1
2
1
3
1
6
1
8
1
4
1
5
1
9
2
0
1
7
UC - 10
UC - 16
UC - 14
UC - 8
UC - 4
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
33
30
30
30
29
y2
122
5
115
6
115
6
108
9
108
9
900
900
900
841
UC - 18
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
27
729
UC - 17
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
25
625
UC - 12
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
20
400
UC - 3
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
17
289
UC - 2
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
16
256
UC - 15
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
16
256
UC - 1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
15
225
UC - 13
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
11
121
UC - 9
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
10
100
UC - 19
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
9
81
UC - 20
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
12
12
462
320
12
1240
2
13
13
462
348
13
1240
2
0.53
8
0.44
4
11
11
462
316
11
14
14
462
362
14
15
15
462
375
15
13
13
462
343
13
11
11
462
298
11
13
13
462
346
13
13
13
462
343
13
16
16
462
400
16
12
12
462
323
12
14
14
462
363
14
7
7
462
204
7
14
14
462
370
14
12
12
462
341
12
12
12
462
307
12
14
14
462
367
14
14
14
462
370
14
12
12
462
329
12
14
14
462
367
14
14
14
462
365
14
17
17
462
428
17
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
####
12
12
462
310
12
1240
2
0.45
0.355
0.52
0.51
0.35
0.48
0.47
0.52
0.53
0.46
0.53
0.36
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
valid
0.8
0.2
valid
0.6
0.4
valid
0.7
0.3
valid
0.55
0.45
valid
0.7
0.3
valid
0.6
0.4
valid
0.7
0.3
valid
0.7
0.3
valid
0.55
0.45
valid
0.65
0.35
valid
0.55
0.45
valid
0.65
0.35
valid
0.6
0.4
valid
0.5
0.5
valid
0.6
0.4
valid
0.85
0.15
0.444
tidak
valid
0.6
0.4
pq
∑pq
0.16
7.96
86.4
9
0.95
6
reliab
el
dipak
ai
0.24
0.21
valid
0.65
0.35
0.22
8
0.44
tidak
valid
0.75
0.25
0.44
Validitas
p
q
0.444
tidak
valid
0.5
0.5
12
12
462
326
12
1240
2
0.53
6
0.44
4
12
12
462
319
12
####
11
11
462
303
11
1240
2
0.52
8
0.44
4
10
10
462
280
10
####
13
13
462
350
13
1240
2
0.67
14
14
462
381
14
1240
2
0.67
6
0.44
4
11
11
462
301
11
####
12
12
462
329
12
1240
2
0.56
8
0.44
4
14
14
462
368
14
####
10
10
462
264
10
1240
2
0.47
0.44
4
14
14
462
362
14
1240
2
0.45
3
0.44
4
64
124
02
rtabel
16
16
462
406
16
1240
2
0.48
9
0.44
4
8
46
2
0.25
0.21
0.25
0.24
0.21
0.21
0.25
0.19
0.23
0.25
0.24
0.25
0.24
0.13
0.24
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
jumlah
ΣX
ΣY
ΣXY
ΣX2
ΣY2
r
s2
Reliabilita
s(r)
Kriteria
dibua
ng
####
dibua
ng
0.56
0.44
4
0.48
0.41
0.5
0.46
0.48
0.55
0.7
0.33
0.51
0.55
0.57
0.51
0.49
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
0.44
valid
0.65
0.35
valid
0.6
0.4
valid
0.7
0.3
valid
0.35
0.65
valid
0.7
0.3
valid
0.6
0.4
0.44
tidak
valid
0.6
0.4
0.44
valid
0.7
0.3
valid
0.7
0.3
valid
0.6
0.4
valid
0.7
0.3
valid
0.7
0.3
valid
0.7
0.3
0.23
valid
0.65
0.35
0.22
8
0.44
tidak
valid
0.8
0.2
14
14
462
365
14
1240
2
0.48
8
0.44
4
0.23
0.16
0.24
0.21
0.23
0.21
0.24
0.24
0.21
0.21
0.24
0.21
0.21
0.21
valid
0.55
0.45
0.24
8
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
dipak
ai
####
####
dibua
ng
####
dibua
ng
dibua
ng
1
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
34
17
20
11
10
0
0
0
8
0
40
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
2
33
34
35
30
29
0
30
30
0
27
34
0
20
0
10
0
0
0
8
0
32
0
2
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
3
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
20
11
0
0
0
0
8
0
36
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
5
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
4
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
0
0
0
16
9
0
0
0
348
5
33
34
35
30
0
33
30
30
25
0
34
0
0
0
0
16
0
16
0
0
31
6
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
8
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
7
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
6
33
34
35
30
29
33
30
30
25
0
34
0
20
11
10
0
0
0
8
0
36
2
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
7
33
34
35
30
29
33
0
30
0
0
0
0
0
0
0
16
9
0
0
15
26
4
11
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
8
33
0
35
30
29
33
30
0
25
27
34
17
20
0
0
0
0
16
0
0
32
9
12
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
9
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
34
0
0
0
10
0
0
16
0
15
38
1
13
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
10
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
20
0
0
16
9
0
0
0
36
8
14
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
15
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
11
33
34
35
30
29
33
30
30
0
0
0
17
20
0
10
0
0
0
0
0
30
1
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
12
33
34
35
30
29
0
30
30
25
27
34
0
0
11
10
16
0
16
0
15
37
5
13
33
34
0
30
29
33
30
30
25
27
34
0
20
0
10
0
0
0
8
0
343
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
18
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
14
33
34
0
30
29
0
30
30
25
27
34
0
0
0
10
0
0
16
0
0
29
8
19
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
20
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
15
33
34
35
30
29
33
0
30
0
27
34
17
20
0
0
0
9
0
0
15
34
6
21
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
16
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
0
11
0
16
0
0
0
0
350
22
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
17
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
0
11
0
0
9
0
0
0
34
3
23
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
18
33
34
35
30
0
33
30
30
25
27
34
17
20
11
10
16
0
0
0
15
40
0
24
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
25
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
19
0
34
35
30
29
33
30
30
25
0
34
0
0
11
0
16
0
16
0
0
32
3
26
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
20
33
34
35
30
29
33
0
30
25
27
34
17
0
11
0
16
9
0
0
0
36
3
27
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
21
33
34
35
0
0
0
0
30
0
27
34
0
0
11
0
0
0
0
0
0
20
4
28
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
22
33
34
35
30
29
33
30
0
25
27
34
17
0
11
0
16
0
16
0
0
37
0
29
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
23
33
34
35
30
29
33
30
0
25
27
34
0
20
11
0
0
0
0
0
0
34
1
30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
31
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
24
33
0
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
0
0
10
0
0
0
8
0
30
7
25
33
34
35
30
29
33
0
30
25
27
34
17
0
0
0
16
9
0
0
15
36
7
32
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
33
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
26
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
0
17
20
11
0
16
0
0
0
0
37
0
34
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
27
33
34
35
0
29
33
30
30
25
0
34
0
20
0
10
0
0
16
0
0
32
9
35
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
36
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
28
33
34
35
30
29
33
30
0
25
27
34
0
20
11
10
0
0
16
0
0
36
7
29
33
34
35
30
29
0
30
30
25
27
34
17
20
11
10
0
0
0
0
0
36
5
37
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
30
33
34
35
30
29
33
30
30
25
0
34
17
0
0
10
16
9
0
0
0
36
5
31
33
34
35
30
29
0
30
0
25
27
34
17
0
0
0
0
9
0
0
0
30
3
38
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
32
33
34
35
30
29
33
30
30
0
0
34
0
20
0
10
0
0
0
8
0
32
6
33
33
34
35
30
29
33
0
30
25
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
15
28
0
39
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
34
33
34
35
30
29
33
30
0
0
27
34
17
0
0
0
0
9
0
8
0
31
9
40
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
35
33
34
35
30
29
33
30
30
25
27
34
17
20
11
0
0
9
16
0
15
42
8
36
33
34
35
0
29
33
30
30
25
27
0
0
0
0
10
16
0
0
8
0
31
0
41
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
37
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
38
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
39
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
40
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
41
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
42
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
43
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
44
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
45
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
46
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
47
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
4
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF
42
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
43
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
44
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
45
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
46
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
47
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
48
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
49
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
50
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
Download