5.2. Analisis Strategi - Forum Studi Transportasi antar Perguruan

advertisement
PENANGAN DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Oleh:
Najid
Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Email : [email protected]
Mobile Phone : 0818156673
Abstrak
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XII
pasal 209 dan 210 juga telah mengamanahkan kepada Pemerintah untuk mengatur dampak
lingkungan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai
pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan untuk menjamin kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatan dibidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Dampak lingkungan sangat luas di antaranya polusi udara, polusi suara,
penyinaran, getaran, polusi air, polusi tanah dan muatan. Penanganan dampak lingkungan
dilakukan dengan berbagai alternative penanganan masalah dan membuat analisis kinerja
dan output dari setiap alternative tersebut. Studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai
salah satu acuan bagi pihak yang bertanggung jawab dan terkait dalam penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun di tingkat kabupaten
dan kota,
Kata Kunci : Dampak Lingkungan, Kegiatan Lalu Lintas, Penanganan Dampak
1.
Latar Belakang
Kegiatan lalu lintas dapat menimbulkan dampak lingkungan diantaranya polusi
udara, emisi karbon, kemacetan dan kecelakaan Kemacetan itu menimbulkan
berbagai kerugian, baik kerugian materil maupun non materil diantaranya
terbuangnya bahan bakar minyak, hilangnya waktu mayarakat, polusi udara, polusi
suara, dan terganggunya kesehatan masyarakat.
VII-1
Terkait dengan polusi, sektor transportasi merupakan salah satu sektor penyumbang
polusi terbesar. Pemerintah tengah berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca yang
dituangkan melalui Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Peraturan Presiden tersebut,
dimuat program-program yang harus dilakukan di sektor transportasi guna
menurunkan emisi gas rumah kaca.
Sejalan dengan peraturan di atas, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XII pasal 209 dan 210 juga telah
mengamanahkan kepada Pemerintah untuk mengatur dampak lingkungan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai
pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang lalu lintas
dan angkutan jalan untuk menjamin kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatan
dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan ketentuan mengenai tata cara,
persyaratan, dan prosedur penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat
kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Penanganan terhadap dampak
lingkungan dapat dilakukan dengan kebijakan manajemen transportasi baik dari sisi
permintaan maupun dari sisi penyediaan/suplai dan dengan kebijakan rekayasa
lingkungan.
2. Ruang Lingkup
Pengertian Dampak lingkungan hidup bidang lalu lintas dan angkutan jalan ini
memberikan petunjuk dan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan yang harus diacu
pada kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan.
Lingkup dari pedoman ini menguraikan mengenai kegiatan lalu lintas yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dan penerapan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup.Dampak lingkungan dimaksud adalah polusi udara dan polusi suara
(kebisingan).
3. Alternatif Penanganan Dampak Lingkungan
3.1. Elemen Kebijakan
VII-2
Dari sisi manajemen transportasi dikenal dengan kebijakan Restraint (avoid), Split
(change) dan Improvement (Technology), yang diuraikan sebagai berikut:
 Restraint yaitu mambatasi permintaan perjalanan melalui strategi efisiensi pada
perencanaan kota, teknologi komunikasi dan kegiatan konsolidasi.
 Split yaitu pergantian moda perjalanan orang dan barang yang dipindahkan ke arah
yang lebih berkelanjutan seperti berjalan kaki, bersepeda, angkutan umum, kereta
api dan atau transportasi air.
 Technology yaitu meningkatkan kinerja lingkungan kendaraan dengan mengadopsi
teknologi yang rendah emisi dan efisien bahan bakar.
Kerangka penanganan atau pengelolaan tersebut beserta dampaknya dapat dilihat
secara lebih jelas pada Gambar 1.1 berikut ini.
Tindakan
Perubahan Perilaku
dan manajemen
permintaan
Kontrol akses dan
manajemen
Hasil
Restraint
Dampak
Mengurangi
Kepadatan lalu
lintas
Arus dan Kecepatan
lalu lintas
Split
Rendah Emisi
Mempromosikan
kendaraan rendah
emisi
Improvement
Aplikasi Teknologi
kendaraan
Gambar 1. Kerangka Penanganan Dampak Emisi Akibat Lalu Lintas
3.2. Strategi Pembatasan Permintaan Perjalanan
VII-3
1).
Besaran daerah permukiman, permukiman yang lebih besar dapat
menawarkan kesempatan perjalanan di dalam wilayah tersebut, mengurangi
kebutuhan untuk perjalanan antar kota,. menawarkan guna lahan campuran
seperti toko-toko, layanan dan pekerjaan serta dapat mendukung akses yang
lebih baik pada pengembangan transportasi publik..
2).
Lokasi
pembangunan
strategis,
perumahan
baru/
non
perumahan
(perkantoran, rekreasi dan retail) harus terletak sedemikian rupa untuk
meminimalkan jarak perjalanan. Idealnya itu harus ditempatkan dalam area
perkotaan yang ada. Pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan
jaringan transportasi publik yang ada dan dampak lingkungan yang potensi
ditimbulkan.
3).
Jaringan transportasi strategis, yang mengacu pada kebutuhan infrastruktur
transportasi yang mendukung perjalanan jarak menengah dan jauh di
sepanjang koridor utama di perkotaan. Jaringan perlu mempertimbangkan
semua moda perjalanan dan mengintegrasikannya. Pola pembangunan yang
mendukung penggunaan transportasi umum dengan menempatkan lokasi
pembangunan wilayah dekat dengan simpul transportasi umum yang
memiliki kapasitas yang memadai.
4).
Keragaman peruntukan lahan, biasanya dapat mengurangi perjalanan
sebesar 5-15%, namun lokasi fasilitas ritel dekat dengan wilayah
pemukiman dapat mengakibatkan masalah seperti suara dari kendaraan
pengiriman.
5).
Desain dan tata letak jalan, yang menciptakan alam perkotaan berkualitas
tinggi dengan rute yang aman, nyaman untuk berjalan dan bersepeda dengan
jarak perjalanan satu atau dua mil.
3.3. Strategi Pengalihan Permintaan Perjalanan

Perjalanan Multimodal dengan informasi perjalanan yang real-time yang
dapat membantu pengguna jalan dan wisatawan.

Sistem ticketing pintar juga dapat membantu perjalanan multimodal lebih
terpadu dan mengurangi kehilangan pendapatan bagi operator angkutan
umum.
VII-4

Pelatihan Eco-driver yaitu percepatan lembut (mengurangi akselerasi keras),
mengurangi kebutuhan pengereman, sehingga dapat mengurangi kadar
pollutan NOx dan partikulat serta menhemat penggunaan bakar (karena
berhubungan dengan kecepatan mesin dan beban)
3.4. Strategi Peningkatan Teknologi
a) Mempromosikan kendaraan rendah emisi
Teknologi yang menghilangkan emisi knalpot konvensional, seperti baterai
listrik dan sel bahan bakar hidrogen, akan memberikan manfaat terbesar pada
kualitas udara. Namun, biaya dan keterbatasan teknologi ini pada saat ini
membatasi penjualan atau pemakaiannya
b).Infrastruktur kendaraan rendah emisi
Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk mendukung kendaraan emisi rendah
sangat penting untuk diperkenalkan. Untuk operator kendaraan komersial, kasus
keuangan untuk berinvestasi dalam kendaraan baterai listrik sangat tergantung
pada kebijakan yang dapat memaksimalkan penggunaannya, misalnya teknologi
baterai dengan pengisian cepat sampai 80% dalam 20 menit dan penggunaan gas
alam sebagai pengganti bahan bakar minyak.
c) Insentif fiskal
Menciptakan situasi di mana ada manfaat keuangan yang jelas misalnya subsidi
harga, pajak, dan kemudahan lain untuk pembelian kendaraan dengan teknologi
rendah emisi dengan tujuan akan merangsang penyerapan pasar. Pemerintah
menentukan pajak dan biaya yang diterapkan untuk penjualan kendaraan
tersebut. Tahapan atau bagan alir penanganan dampak lingkungan akibat
kegiatan lalu lintas.
4. Metodologi
Metodologi dari studi dapat dilihat berdasarkan berdasarkan bagan alir proses studi
yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
VII-5
Kegiatan Lalu Lintas
Identifikasi Dampak
Baku Mutu
Analisis
Masyarakat
Terpapar
Dampak Rendah
Dampak Sedang
Dampak Tinggi
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Analisis Hasil Pengumpulan
Data
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 1 Bagan Alir Penanganan Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan lalu dan Angkutan Jalan
5. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data didasarkan pada pendapat dan opini dari pakar dan pejabat terkait
dibidang lalu lintas dan lingkungan terkait berbagai kebijakan, strategi dan teknis
penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan lalu lintas terutama dampak
lingkungan polusi udara dan kebisingan.
VII-6
5.1.
Analisis Kebijakan
Pada tabel 1 berikut ini disampaikan rangkuman perbandingan dari masing-masing
strategi penanganan dampak lingkungan dan opini atau pendapat dari para pakar dan
pejabat terkait :
Tabel 1 : Perbandingan Masing-masing Strategi
Strategi
Biaya
Dampak
Sangat Mahal
Sangat Luas
Split (Change)
Murah
Luas
Technology
Mahal
Lebih Luas
Restraint (Avoid)
Improvement
Kontrol akses dan pembatasan alami merupakan tindakan
yang bertujuan
menghilangkan sumber masalah pencemaran, yang biayanya tergolong mahal dan
tidak popular secara politik jika tidak ditangani secara sensitif seperti sosialisasi yang
melibatkan stakeholders.
.5.2. Analisis Strategi
Klasifikasi dan penjelasan dari masing-masing penanganan dampak lingkungan akibat
kegiatan lalu lintas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini:
Tabel 2. Penanganan Pengelolaan Dampak Lingkungan
Pendekatan
Penanga
nan
Hin
dari
Be
ral
ih
Perencan
aan
SAUM
TOD
O
O
Modifika
si
perilaku
O
O
O
Hasil
Tingkat
kan
La
lu
Li
nt
as
Tekno
logi
Lingku
ngan
Besara
n Biaya
++
++
Renda
h
++
++
Renda
h
Renda
h/Mene
ngah
VII-7
perjalana
n
Eco
Driving
Berbagi
moda
Pentarifa
n
O
O
Pembatas
an lalu
lintas
Kawasan
Rendah
Emisi
Manajem
en Parkir
Manajem
en Lalu
Lintas
+
O
+
+
+
+
Renda
h
Menen
gah
Menen
gah/Ti
nggi
O
++
++
O
++
+
+++
Menen
gah
Tinggi/
Menen
gah
Renda
h
Menen
gah
O
O
++
+++
++
O
O
+
+
+
O
O
+
Kebijaka
n fiscal
Infrastruk
tur
5.3.
O
+
O
++
++
O
+
++
Menen
gah
Tinggi
Analisis Teknis Penanganan
Analisis teknis penanganan terkait dengan jenis jalan, jarak dan lokasi penempatan dari
bangunan penahan kebisingan suara dan polusi udara akibat kegiatan lalu lintas dapat
diilihat pada table 3 berikut ini:
Tabel 3. Lokasi Penempatan BPB
No
1
2
Sumber :
Fungsi/
Panjang
Status
Daerah Dalam
Jalan
Kasus
Arteri
300 m
Lokasi Penempatan
Minimum di
Keteran
gan
Damija
>5m
Damija
> 10 m
Damaja
Tol
100 m
---
Pusat Litbang Jalan Dep. PU
Baku Mutu Polusi Udara
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 ditetapkan baku mutu kualitas
udara ambient seperti ditunjukkan oleh tabel 4. berikut ini:
Tabel 4. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
VII-8
No.
Parameter
Baku
Mutu
Metode
Pengukuran
1
NOx
10.000
DIR
NDIR Analyzer
2
CO
400
Saltzman
Spektrofotometer
3
TSP (Debu)
230
Gravimetric
Hi-Vol
Peralatan
Sumber: PP RI Nomor 41 tahun 1999
6. Kesimpulan dan Rekomendasi :
6.1. Kesimpulan
1. Kebijakan yang efektif untuk menurunkan polusi udara akibat lalu lintas adalah :
-
Uji emisi kendaraan bermotor untuk perpanjangan STNK
-
Penanaman pohon di sepanjang jalan di areal yang memungkinkan
2. Kebijakan yang efektif untuk menurunkan polusi udara akibat lalu lintas adalah :
-
Melakukan pemilihan penggunaan teknologi produksi dan alat
transportasi yang minimum menghasilkan suara bising.
-
Meminimumkan pemotongan/penebangan pohon yang sudah ada,
khususnya di daerah yang berdekatan dengan permukiman.
-
Pengadaan zona penyangga (buffer zone)
6.2. Rekomendasi :
Perlu dibuat zona tingkat polusi udara dan zona tingkat kebisingan berdasarkan studi ini
dan didukung survey lapangan yang lebih intensif untuk mengukur dampak polusi udara
dan dampak kebisingan akibat lalu lintas pada berbagai wilayah.
7. Daftar Pustaka :

Jansen,F, 2011, Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas dengan Model
Pediksi Polusi Udara Skala Mikro, Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol.1 No.2.
VII-9

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan

Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca

Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventori Gas Rumah
Kaca Nasional;

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
VII-10
Download