Tanggapan Indonesia atas Perubahan Iklim:Tinjauan Hukum dan

advertisement
Suharnoko dan Andri Gunawan




Meningkatnya banjir dan tanah longsor;
Meningkatnya kekeringan dengan segala
dampaknya terhadap pertanian, perkebunan
dan persediaan air;
Angin taufan yang melanda wilayah pantai
asia yang berdampak merusak ekosistem;
Meningkatnya permukaan air laut
•
•
Mengingat dampak serius dari perubahan
iklim, maka isue perubahan iklim harus
diproritaskan dalam kebijakan Lingkungan
Hidup.
Dampak negatip perubahan iklim dapat
diatasi antara lain dengan cara mengurangi
emisi gas rumah kaca (GHGs) melalui
mekanisme perdagangan emisis gas rumah
kaca. Penindakan hukum terhadap illegal
logging dan pembakaran hutan.
•
•
•
Indonesia sudah meratifikasi
berbagai
Perjanjian International tentang Lingkungan
Hidup;
Monis Theory: Perjanjian International tersebut
dengansendirinya menjadi hukum positip yang
berlaku di indonesia
Pendapat lain: Perjanjian Internasional tersebut
tidak self executing, artinya sebelum diadopsi
dalam pereturan perundangundangan maka
belum menjadi hukum positip.
•
•
•
•
UU No.23/1997 Tentang Lingkungan Hidup;
UU No.41/1999 tentang Kehutanan dan PP
N0.27/1999 yang mengacu ke Protokol Kyoto
menganut
prinsip
pembangunan
berkelanjutan. Konsekuensinya:
Prinsip Pencegahan
Prinsip Keadilan antar Generasi
Pencemar Lingkungan Harus Membayar
Ganti Rugi

Meskipun UU Lingkungan Hidup menganut
strict liability atau tanggung jawab tanpa
kesalahan
tetapi
timbul
kesulitan
membuktikan hubungan sebab akibat antara
perbuatan pelaku dan dampaknya bagi
lingkungan hidup, terutama dalam jangka
panjang. Maka bukti yang dikumpulkan
harus sah secara tehnis dan forensik, sesuai
dengan protokol internasional.
•
•
Petugas dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Departemen Kehutanan tidak punya
wewenang untuk melakukan penyidikan dan
penuntutan kasus-kasus lingkungan hidup.
Indonesia terdiri dalam 27 propinsi yang dibagi
dalam wilayah kabubaten dan distrik. Terjadi
tumpang tindih kewenangan menetapkan
kebijakan dan hukum di tingkat nasional.
Propinsi, kabupaten dan lokal. Contoh kasus
kebakaran hutan tahun 1997, siapa yang
bertanggungjawab?
•
•
Asumsi:
Jika pemerintah melakukan regulasi lingkungan
hidup bagi sektor swasta maka sektor swasta
akan menganggapnya sebagai ongkos sosial dan
akan mengalihkan biaya pelestarian lingkungan
hidup kepada masyarakat. Dengan demikian
kebijakan lingkungan hidup harus dirumuskan
sedemikian rupa
agar menghapuskan
perbedaan antara ongkos sosial dan ongkos
privat. Contoh perdagangan gas emisi rumah
kaca.
•
•
Teorema Coase: bila diantara masyarakat tak
terdapat hambatan untuk tawar menawar
(zero transaction cost) maka masyarakat
dapat menyelesaikan persoalannya sendiri
tanpa campur tangan negara dan hukum.
Maka tidak berlaku prinsip hukum lingkungan
bahwa barang siapa yang mencemari maka
dia membayar sebab kesepakatan kedua
belah pihak adalah solusi optimal bagi kedua
belah pihak.


Penyelesaian sengketa melalui kesepakatan
tidak
mencegah
pelaku
mengulang
tindakannya mencemari lingkungan hidup.
Karena itu penyelesaian sengketa harus
melalui pengadilan bukan ADR.
Dalam kasus pencemaran berat yang
mengakibatkan banyak korban, transaction
cost tidak pernah nol.Contoh kasus Lapindo.
•
•
Dalam doktrin hukum yang disebut the
doctrine of complete disgorgment: pembuat
kerugian wajib mengembalikan semua
keuntungan
yang
diperoleh
dari
perbuatannya dan memberikan ganti
kerugian kepada korban.
Dalam analisis hukum dan ekonomi complete
disgorgment sebagai penyelesaian perdata
sudah cukup tetapi tidak mencegah pelaku
mengulangi perbuatannya.

Jika pelaku pencemaran lingkungan hanya
dituntut
mengembalikan
kewajiban
berdasarkan analisis ekonomi terhadap
hukum maka keuntungan yang diperoleh dari
perbuatan pidana menjadi lebih tinggi dari
pada konsekuensi jika pelaku dipidana.
Akibatnya melakukan tindak pidana sangat
menguntungkan.

Pendekatan secara perdata terhadap masalah
lingkungan hidup harus diberangi dengan
penegakan hukum lingkungan secara pidana.
Mekanisme perdagangan emisi gas rumah
kaca harus dibarengi dengan tindakan hukum
secara tegas terhadap illegal logging dan
pembakaran hutan, untuk mencegah pelaku
mengulangi perbuatannya.


Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Departemen
Kehutanan
perlu
diberi
wewenang untuk melakukan penyidikan dan
penuntutan
terhadap
tindak
pidana
lingkungan hidup.
Sinkronisasi kebijakan hukum lingkungan di
tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten dan
Lokal.
Download