surya medika analisis faktor-faktor kejadian konstipasi pada lanjut

advertisement
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN KONSTIPASI PADA
LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA
UMBULHARJO YOGYAKARTA
Oleh:
Riza Yulina Amry
ABSTRACT
Background: Constipation is the highest gastrointestinal complaint of the geriatric. About 30-40%
of people over the age of 65 years complained of constipation. Meanwhile, according Setiati
(2003), a survey conducted in the geriatric clinic in RSCM 2005 with 127 geriatric patients got the
number of occurrences of constipation as much as 12.6%. Wredha house was in the suburbs, the
entrance fee parlors not be collected fees, yet in terms of food intake elderly in Budhi Dharma’s
house has been handled by the institution so that the intake of fiber, fluids, and elderly physical
activity were insatiable because of lack of funds to fill the needs of the elderly.
Objective: The specific objective of this study was to determine the factors constipation of the
elderly. The general objective of this research is: (1) to know the effect of fiber intake on fluid intake
and physical activity, (2) to know the effect of gender on fluid intake and physical activity, (3) to
know the effect of fluid intake and physical activity against constipation (4) to identify factors
indirectly (fiber intake and sex) that affect constipation.
Method: This study used quantitative descriptive method with cross sectional approach. Analysis
of data with SPSS for AMOS by using weight regression test, the effect of direct and indirect.
Result: Study Model in a goodness of fit condition with CFI value (0.563), so the model did not
need to be modified models. Fiber intake to fluid intake (0,036) <0.05. Great contribution was
31.8%. Fiber intake on physical activity (0,008) <0.05. Great contribution was 36.1%. Gender had
no effect on fluid intake (0.738)> 0.05. Great contribution was 8.4%. Gender had no effect on the
value of physical activity (0,313)> 0.05. Great contribution was 22.7%. Fluid intake on constipation
(0,001) <0.05. Great contribution was 31.8%. Physical activity against constipation (0,001) <0.05.
Great contribution was 35.9%. Factors fiber intake to give effect to constipation was 25.0%. Gender
factor influence on constipation was 11.3%.
Conclusion: The effect of fiber intake on fluid intake. Gender did not affect the intake of fluids.
Gender did not affect physical activity and fluid intake. The effects of fluid intake and physical
activity on constipation. Indirectly, the effect of fiber intake on constipation.
Keywords: fiber intake, sex, fluid intake, physical activity, constipation
STIKES Surya Global Yogyakarta
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
PENDAHULUAN
Lansia
merupakan
proses
penuaan dengan bertambahnya usia
individu yang ditandai dengan penurunan
fungsi organ tubuh seperti otak, jantung,
hati dan ginjal serta peningkatan
kehilangan jaringan aktif tubuh berupa
otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ
tubuh
pada
lansia
akibat
dari
berkurangnya jumlah dan kemampuan
sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan
tubuh untuk mempertahankan fungsi
secara normal menghilang, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Fatmah, 2010).
Permasalahan yang terjadi pada
lansia, dimana proses menua (aging)
adalah proses alami yang disertai
adanya
penurunan
kondisi
fisik,
psikologis, maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan
ini cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia. Hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan
(homeostasis)
sehingga membawa
lansia kearah kerusakan / kemerosotan
(deteriorisasi) yang progresif terutama
karena
aspek
psikologis
yang
mendadak, misalnya bingung, panik,
depresif, apatis, dsb. Hal ini biasanya
bersumber dari munculnya stresor
psikososial
yang
paling
berat
misalnya kematian pasangan hidup,
kematian
sanak
keluarga
dekat,
terpaksa berurusan dengan penegak
hukum atau trauma psikis (Murwani
dan Priyantari, 2010).
Konstipasi atau susah BAB
banyak
dialami
penduduk
dunia,
bagi sebagian orang konstipasi dianggap
hal biasa namun bagi sebagian orang
mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka
kejadian konstipasi makin meningkat, di
Amerika Serikat tercatat 2-27 % dengan
SURYA MEDIKA
2,5 juta kunjungan ke dokter dan
hampir
100.000
perawatan
per
tahunnya. Setiap tahunnya di Amerika,
kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi
ke dokter dan menghabiskan 725 juta
dollar karena masalah konstipasi.
Kontipasi biasanya terjadi pada wanita,
orang berusia lanjut, dan anak- anak.
Sekitar 12% dari populasi penduduk di
seluruh dunia mengalami konstipasi.
Pendapatan dari pasien obstipasi
menyumbang sekitar 3% dari total
seluruh pendapatan rawat jalan. Di
China sekitar 15-20 %. Di Beijing
ditemukan 6,07 persen menderita
konstipasi. Konstipasi dapat terjadi pada
segala usia, dari bayi sampai orang tua.
Makin
tua
makin
meningkat
frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 –
40 % penderita mengalami masalah
dengan keluhan konstipasi ini. Namun
sebagian besar penderita biasanya
hanya melakukan pengobatan sendiri,
tanpa pergi ke dokter. Akibatnya adalah
pengeluaran biaya sebesar 500 - 725
juta dolar setiap tahunnya untuk
pembelian obat-obatan (Kompas, 2011).
Menurut
Pranarka
(2007),
konstipasi merupakan suatu keluhan,
tetapi bukan penyakit. Sekitar 80 %
manusia menderita konstipasi dalam
hidupnya
dan
konstipasi
yang
berlangsung singkat masih dianggap
normal.
Menurut
National Health
Interview Survey pada tahun 1991,
sekitar 4,5 juta penduduk amerika
mengeluh
menderita
konstipasi
terutama
anak-anak,
perempuan,
dan orang berusia 65 tahun ke atas.
Menurut Pranarka (2007), sembelit atau
konstipasi merupakan keluhan saluran
cerna terbanyak pada usia lanjut.
Sekitar 30-40 % orang diatas usia 65
tahun mengeluh konstipasi. Sementara
menurut Setiati (2003), survei yang
dilakukan di poliklinik usia lanjut
RSCM tahun 2005 pada 127 pasien
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
geriatri mendapatkan angka kekerapan
konstipasi sebesar 12,6 %.
Kurangnya
asupan
cairan
merupakan salah satu penyebab susah
buang air besar atau biasa disebut
konstipasi, karena kurangnya asupan
cairan dapat mengakibatkan
feses
yang
terbentuk
menjadi
keras,
kering
dan
sulit untuk dikeluarkan.
Terapi air adalah suatu metode
perawatan dan penyembuhan dengan
menggunakan air untuk mendapatakan
efek-efek terapis atau penyembuhan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Leo
Chiton, seorang pakar di bidang terapi
air, yaitu bahwa terapi air merupakan
terapi alami yang didasarkan pada
penggunaan air secara internal (dengan
meminum air) dan eksternal sebagai
pengobatan.
Konstipasi
yang
diabaikan maka akan menyebabkan
obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah
dapat menyebabkan kanker usus yang
berakibat
fatal
bagi penderitanya
(Yolanda, 2007).
Serat makanan sangat berguna
untuk
kesehatan.
Salah
satu
keuntungan tersebut
adalah untuk
mencegah konstipasi dengan cara
meningkatkan berat feses. Tetapi pada
masa sekarang ini dimana anak-anak
lebih senang mengkonsumsi makanan
awetan
yang
telah
mengalami
pemrosesan. Padahal makanan yang
telah
mengalami
pemrosesan
ini
merupakan makanan yang tidak kaya
akan serat (Mahran cit Sitasari, 2009).
Penelitian
yang
dilakukan
Mihaylov
et.
al,
2008,
yang
menyebutkan
bahwa
penyebab
konstipasi dapat dihubungkan dengan
rendahnya aktifitas fisik pada
lanjut
usia.
Berdasarkan
teori
biasanya
penyebab
konstipasi
adalah
kekurangan respon pada defekasi,
rendahnya asupan serat, kurangnya
asupan cairan, kurang aktifitas fisik
SURYA MEDIKA
dan penggunaan
obat pencahar.
Berdasarkan hasil Risert Kesehatan
Dasar
(Riskesdas),
2007
bahwa
menurut
kelompok
umur, kurang
aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada
kelompok 75 tahun keatas (76%) dan
perempuan
(54,5%)
lebih
tinggi
dibandingkan laki-laki (41,4%).
Panti Wredha Budhi Dharma
berada di pinggiran kota, biaya masuk
panti tidak dipungut biaya, meskipun
demikian dalam hal asupan makanan
lansia di panti wredha budhi dharma
sudah
di program oleh pihak panti
sehingga asupan serat, cairan, dan
aktifitas fisik lansia tidak terpenuhi
dengan baik karena kurangnya dana
untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Pembiayaan
panti
berasal
dari
APBD
kota
Yogyakarta, Yayasan
Dharmais, dan Kementrian Sosial RI.
Berdasarkan permasalahan yang
telah dipaparkan di atas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
konstipasi. Dalam penelitian ini faktor
yang diteliti meliputi asupan serat, jenis
kelamin, asupan cairan, aktivitas fisik.
Faktor-faktor tersebut diteliti untuk
mengetahui
pengaruh
terhadap
konstipasi secara langsung maupun tidak
langsung.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor kejadian
konstipasi pada lanjut usia. Tujuan
khusus dari penelitian ini pertama
mengetahui pengaruh asupan serat
terhadap asupan cairan dan aktivitas
fisik, kedua mengetahui pengaruh jenis
kelamin terhadap asupan cairan dan
aktivitas
fisik,
ketiga
mengetahui
pengaruh asupan cairan dan aktivitas
fisik
terhadap konstipasi, keempat
mengetahui faktor-faktor tidak langsung
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
(asupan serat dan jenis kelamin) yang
mempengaruhi konstipasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
penelitian kuantitatif. Kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan
data,
penafsiran
terhadap data serta
penampilan dari hasilnya (Riwidikdo,
2012). Penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi
atau
pegumpulan
data
sekaligus pada suatu saat. Hal ini
maksudnya adalah, tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah lansia yang ada di
Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo
Yogyakarta sebanyak 51 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling dimana
pengambilan
sampel
menggunakan
kriteria/ciri
sesuai
dengan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Sampel dalam penelitian ini adalah
lansia yang pernah dan sedang
mengalami konstipasi di Panti Wredha
Budhi Dharma Umbulharjo Yogyakarta
yang sudah di data sebanyak 40 orang.
INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
koesioner untuk mengumpulkan data
terkait dengan penelitian yang akan
digunakan.
SURYA MEDIKA
ANALISIS DATA
Analisis data mengunakan the
Structural Equation Model (SEM) dalam
model dan pengujian hipotesis. SEM
atau model persamaan struktural adalah
sekumpulan teknik-teknik statistikal yang
memungkinkan
pengujian
sebuah
rangkaian hubungan yang relatif rumit,
secara
simultan
(bersama-sama)
(Ferdinand, 2006). Yang dimaksud
dengan rumit adalah model-model
simultan yang dibentuk melalui lebih dari
satu variabel dependen pada saat yang
sama
berperan
sebagai
variabel
dependent bagi hubungan berjenjang
lainnya.
Dalam penelitian analisis data
yang
digunakan
meliputi
analisis
kelayakan model (gooness of fit),
reggression weights, direct effects dan
indirect effects. Reggression weights
menunjukkan pengaruh antar variabel.
Direct effects menunjukkan kontribusi
yang diberikan oleh dua variabel secara
langsung, sedangkan indirect effects
menunjukkan kontribusi yang diberikan
oleh dua variabel secara tidak langsung.
Analisis
kelayakan
model
dilakukan dengan mengetahui nilai
Comparative Fit Index (CFI). Besaran
indeks ini adalah dalam rentang 0
sampai 1 dan nilai yang mendekati 1
mengindikasikan model memiliki tingkat
kesesuaian yang baik. Berdasarkan hasil
olah data diketahui nilai CFI sebesar
0,563. Penelitian memenuhi kriteria
gooness of fit, sehingga dalam penelitian
ini model layak digunakan dan tidak perlu
dilakukan modifikasi model. Hasil uji
reggression weights penulis sajikan pada
tabel 1.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Tabel 1. Hasil Uji Reggression Weights
No.
Hipotesis
Nilai P Keterangan
Y1 <--- X1
1
0,036
0,036<0,05
Y2 <--- X1
2
0,008
0,008<0,05
3
Y1 <--- X2
0,738
0,738>0,05
4
Y2 <--- X2
0,313
0,313>0,05
Y3 <--- Y1
5
0,001
0,001< 0,05
Y3 <--- Y2
6
0,001
0,002< 0,05
Apabila nilai pvalue< taraf
signifikansi yang ditentukan maka
hipotesis diterima yang artinya ada
pengaruh antar variabel. Dapat diamati
pada Tabel 1, bahwa hipotesis yang
diterima meliputi pertama adanya
pengaruh antara asupan serat terhadap
asupan cairan, kedua adanya pengaruh
antara asupan serat terhadap aktifitas
fisik, ketiga adanya pengaruh asupan
cairan terhadap konstipasi, keempat
adanya pengaruh aktivitas fisik terhadap
konstipasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resonden yang digunakan 40
orang yang terdiri atas 7 lansia kategori
konstipasi rendah, 19 lansia kategori
konstipasi sedang dan 14 lansia dalam
kategori konstipasi tinggi.
Gambar 1. Diagram keping distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
kejadian
konstipasi.
a. Pengaruh Asupan Serat Terhadap
Asupan Cairan
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai p (0,036)< 0,05
yang artinya ada pengaruh. Ada
pengaruh disini artinya asupan serat
secara parsial memberikan pengaruh
SURYA MEDIKA
terhadap asupan cairan. Besar kontribusi
yang diberikan oleh asupan serat
terhadap asupan cairan adalah sebesar
31,8%.
Serat adalah jenis karbohidrat
yang tidak terlarut. Serat dalam saluran
pencernaan manusia tidak dapat dicerna
karena manusia tidak memiliki enzim.
Meskipun demikian, dalam usus besar
manusia terdapat beberapa bakteri yang
dapat
mencerna
serat
menjadi
komponen serat sehingga produk yang
dilepas dapat diserap ke dalam tubuh
dan dapat digunakan sebagai sumber
energi (Achadi, 2011).
Sayur
merupakan
kelompok
komoditas pangan yang pada umumnya
sangat banyak
dikonsumsi
oleh
masyarakat,
baik sebagai sayuran
mentah (lalapan) ataupun dengan
cara
dimasak
terlebih dahulu.
Mengkonsumsi
sayuran
memberi
sumbangan
terutama vitamin A dan
vitamin C, serta serat. Pada umumnya
sayur-sayuran mempunyai kadar air
yang tinggi yaitu 70-95%, sehingga
apabila tidak disimpan pada kondisi
dingin, kondisi ini memicu terjadinya
kerusakan yang berupa kelayuan secara
cepat akibat menguapnya sebagain air
yang terkandung sayuran melalui
proses respirasi (Winarti, 2010).
b. Pengaruh Asupan Serat Terhadap
Aktivitas Fisik
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai P (0,008)< 0,05
yang artinya ada pengaruh. Ada
pengaruh disini artinya asupan serat
secara parsial memberikan pengaruh
terhadap aktivias fisik. Besar kontribusi
yang diberikan oleh asupan serat
terhadap aktivias fisik adalah sebesar
36,1%.
Serat adalah jenis karbohidrat
yang tidak terlarut. Serat dalam saluran
pencernaan manusia tidak dapat dicerna
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
karena manusia tidak memiliki enzim.
Meskipun demikian, dalam usus besar
manusia terdapat beberapa bakteri yang
dapat
mencerna
serat
menjadi
komponen serat sehingga produk yang
dilepas dapat diserap ke dalam tubuh
dan dapat digunakan sebagai sumber
energi (Achadi, 2011).
c. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Asupan Cairan
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai p (0,738)> 0,05
yang artinya tidak ada pengaruh. Tidak
ada pengaruh disini artinya jenis kelamin
secara
parsial
tidak
memberikan
pengaruh terhadap asupan cairan. Besar
kontribusi yang diberikan oleh jenis
kelamin terhadap asupan cairan adalah
sebesar 8,4%.
Menurut
Hidayah
(2010),
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah
pada lansia dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut : Pertama faktor lain yang
mempengaruhi konsumsi sayur dan
buah adalah pendidikan semakin tingkat
pendidikan semakin baik konsumsi sayur
dan buah. Kedua ekonomi
juga
berpengaruh
terhadap
konsumsi
sayur
dan
buah, dimana semakin
tinggi tingkat ekonomi semakin tinggi
pula konsumsi sayur dan buah. Ketiga
tidak ada perbedaan konsumsi buah
dan sayur antara laki-laki
dan
perempuan. Keempat umur, dimana
kebutuhan
serat
pada
lansia
ditingkatkan sebesar 12 - 14 persen
dari porsi untuk orang dewasa 20 – 35
gram/hari (Salvin cit Sitasari, 2009).
d. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Aktivitas Fisik
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai p (0,313)> 0,05
yang artinya tidak ada pengaruh. Tidak
ada pengaruh disini artinya jenis kelamin
SURYA MEDIKA
secara
parsial
tidak
memberikan
pengaruh terhadap aktivitas fisik. Besar
kontribusi yang diberikan oleh jenis
kelamin terhadap aktivitas fisik adalah
sebesar 22,7%.
Harrison et al. (2008) kualitas
hidup
lanjut
usia
tidak
hanya
dipengaruhi oleh penyakit saja tapi juga
dipengaruhi oleh aktifitasnya. Lanjut usia
dengan penghasilan rendah, pendidikan
rendah dan aktifitas fisik yang rendah
dapat menyebabkan tingginya terserang
penyakit kronis, keterbatasan aktifitas
dan ketidakmampuan dalam menjaga
kesehatan dan gaya hidupnya. Aktifitas
fisik yang rendah lebih banyak terjadi
pada wanita, masyarakat minoritas,
lanjut usia, dan miskin.
Berdasarkan hasil Riskesdas
(Risert Kesehatan Dasar), 2007 bahwa
menurut kelompok umur, kurang aktifitas
fisik paling tinggi terdapat pada
kelompok 75 tahun keatas (76%) dan
perempuan
(54,5%)
lebih
tinggi
dibandingkan
laki-laki
(41,4%).
Berdasarkan tingkat pendidikan semakin
tinggi
pendidikan
semakin
tinggi
prevalensi
tingkat
aktifitas
fisik.
Prevalensi
kurang
aktifitas
fisik
penduduk perkotaan (57,6%) lebih tinggi
dibandingkan pedesaan (42,4%) dan
semakin tinggi tingkat pengeluaran per
kapita per bulan semakin meningkat
prevalensi kurang aktifitas fisik.
e. Pengaruh Asupan Cairan Terhadap
Konstipasi
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai P (0,001)< 0,05
yang artinya ada pengaruh. Ada
pengaruh disini artinya asupan cairan
secara parsial memberikan pengaruh
terhadap konstipasi. Besar kontribusi
yang diberikan oleh asupan cairan
terhadap konstipasi adalah sebesar
31,8%.
Air
memperlancar
fungsi
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
pencernaan,
air
berfungsi
untuk
mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah yang akan segera dikirim ke selsel tubuh. Peran air didalam tubuh
sangatlah
besar, karena air akan
membantu yang cukup juga akan
membantu
kerja
organ-organ
pencernaan,
seperti
usus
besar
yang
berfungsi
untuk
mencegah
konstipasi (susah buang air besar)
karena gerakan-gerakan usus menjadi
lebih
lancar
dan feses
pun
dikeluarkan
dengan
lebih
lancar
(Amirta, 2007).
f. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap
Konstipasi
Hasil uji Regression Weight
menunjukan bahwa nilai P (0,001)< 0,05
yang artinya ada pengaruh. Ada
pengaruh disini artinya aktifitas fisik
secara parsial memberikan pengaruh
terhadap konstipasi. Besar kontribusi
yang diberikan oleh aktifitas fisik
terhadap konstipasi adalah sebesar
35,9%.
Selain itu, pada aktifitas fisik,
seperti berjalan 30 menit sampai satu
jam setelah makan dapat membantu
mengurangi terjadinya konstipasi, untuk
para lanjut usia yang memiliki aktifitas
fisik yang kurang. Hal ini sebagaimana
menurut Sigh (2007) bahwa sesudah
melakukan aktifitas fisik setelah makan
dapat memperkuat otot perut dan otot
pelvis sehingga dapat memperkuat
kapasitas
otot
untuk
melakukan
defekasi, sehingga dapat mengurangi
kejadian konstipasi.
Mengacu dari hasil penelitian yang
didapatkan, maka dengan adanya
aktifitas yang baik, kejadian konstipasi
yang dialami lansia akan berkurang.
Sebaliknya
jika
kurang
dalam
mendapatkan aktifitas fisik, maka
kejadian konstipasi akan dirasakan.
g. Pengaruh Asupan Serat dan Jenis
Kelamin terhadap Konstipasi
Secara tidak langsung asupan
serat memberikan kontribusi terhadap
kostipasi. Secara tidak langsung jenis
kelamin memberikan kontribusi terhadap
konstipasi.
Asupan
serat
secara
langsung
memberikan
perubahan
terhadap asupan cairan dan aktivitas
fisik, sedangkan asupan cairan dan
aktivitas fisik memberikan kontribusi
secara langsung terhadap konstipasi.
Jenis
kelamin
secara
langsung
memberikan perubahan terhadap asupan
cairan dan aktivitas fisik, sedangkan
asupan cairan dan aktivitas fisik
memberikan kontribusi secara langsung
terhadap konstipasi
Berikut ini penulis sajikan hail uji
indirect effect pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Indirect Effect
Variabel Asupan Serat dan
Jenis Kelamin terhadap
Konstipasi
No.
Hipotesis
1
2
Y3 <--- X1
Y3 <--- X2
Indeks
0,250
0,113
Besar
Kontribusi
25%
11,3%
Berdasarkan Tabel 2 diketahui
bahwa variabel asupan serat dan jenis
kelamin tidak memberikan kontribusi
yang
besar
dalam
memberikan
perubahan terhadap variabel konstipasi.
Dari tabel tersebut dapat dibandingkan
bahwa
variabel
asupan
serat
memberikan kontribusi tertinggi terhadap
perubahan variabel konstipasi yaitu
sebesar 25%.
Merujuk
pada
hasil
analisis
penelitian sebelumnya (lihat Tabel 1),
hanya variabel asupan serat yang
berpengaruh
terhadap
variabel
konstipasi. Asupan serat memberikan
pengaruh secara langsung terhadap
perubahan variabel asupan cairan dan
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
aktivitas fisik dengan kontribusi secara
langsung sebesar 31,8% untuk asupan
cairan dan 36,1% untuk aktifitas fisik.
Menurut
Darmojo
(2009),
konstipasi umumnya terjadi karena
kelainan pada transit dalam kolon
atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat
dari
gangguan
motilitas
primer, penggunaan obat-obat tertentu
atau berkaitan dengan sejumlah besar
penyakit sistemik yang mempengaruhi
traktus gastrointestinal. Sehingga pada
orang usia lanjut yang lebih muda, serat
berguna menurunkan waktu transit
(transit time). Pada orang lanjut usia
disarankan agar mengkonsumsi serat
skitar 27 – 40 gram per hari. Ada juga
yang menyarankan agar mengkonsumsi
serat sebanyak 20- 30 gr /hari. Serat
berasal dari biji-bijian, sereal, beras
merah, buah, sayur, kacang-kacangan.
Serat akan memfasilitasi gerakan usus
dengan meningkatkan masa tinja dan
mengurangi
waktu
transit
usus.
Mengacu dari hasil penelitian yang
didapatkan, maka dengan adanya
kebiasaan mengkonsumsi serat yang
baik, kejadian konstipasi yang dialami
lansia akan berkurang. Sebaliknya jika
kurang dalam mendapatkan asupan
serat, maka kejadian konstipasi akan
dirasakan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
dan teori yang dikaji disimpulkan bahwa:
Pertama asupan serat berpengaruh
terhadap asupan cairan dengan nilai p
(0,036)< 0,05. Besar kontribusi yang
diberikan oleh asupan serat terhadap
asupan cairan adalah sebesar 31,8%.
Kedua asupan serat berpengaruh
terhadap aktivias fisik dengan nilai p
(0,008)< 0,05 yang artinya ada
pengaruh.
Besar
kontribusi
yang
diberikan oleh asupan serat terhadap
aktivias fisik adalah sebesar 36,1%.
Ketiga jenis kelamin tidak memberikan
pengaruh terhadap asupan cairan
dengan nilai p (0,738)> 0,05 yang artinya
tidak ada pengaruh. Besar kontribusi
yang diberikan oleh jenis kelamin
terhadap asupan cairan hanya sebesar
8,4%. Keempat jenis kelamin tidak
memberikan pengaruh terhadap aktivitas
fisik dengan nilai p (0,313)> 0,05 yang
artinya tidak ada pengaruh. Besar
kontribusi yang diberikan oleh jenis
kelamin terhadap aktivitas fisik adalah
sebesar 22,7%. Kelima asupan cairan
berpengaruh terhadap konstipasi dengan
nilai p (0,001)< 0,05 yang artinya ada
pengaruh besar kontribusi yang diberikan
oleh asupan cairan terhadap konstipasi
adalah sebesar 31,8%. Keenam aktifitas
fisik berpengaruh terhadap konstipasi
dengan nilai
p (0,001)< 0,05 yang
artinya ada pengaruh. Besar kontribusi
yang diberikan oleh aktifitas fisik
terhadap konstipasi adalah sebesar
35,9%. Faktor asupan serat memberikan
pengaruh terhadap konstipasi sebesar
25,0%. Faktor jenis kelamin memberikan
pengaruh terhadap konstipasi sebesar
11,3%.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Endang dkk. 2011. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Amirta,
Y.2007. Sehat Murah Air.
Purwokerto: Keluarga Dokter.
Anonim.
2011.
Penyebab
konstipasi.
http://wgfantasy.blogspot.com.
Darmojo, R. B., dan Martono, H.H., ed.
2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Jakarta, F.K.U.I
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode
Penelitian Manajemen: Pedoman
Penelitian
untuk
Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayah, S, N. 2010. Hubungan Asupan
Serat, Cairan, Aktifitas Fisik
terhadap Kejadian Yogyakarta
(Skripsi), Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.
Kompas. 2011. Epidemiology Public
Health.http://id.shvoong.com.med
icine and health. Diakses pada
10 Maret 2014.
Riwidikdo, H.2012. Statistik Kesehatan.
Mitra
Cendekia
Pross:
Yogyakarta.
Setiati,
S.
Harimurti,
K.,
dan
Rooshereroe, A.G. 2003. Proses
Menua Dan Implikasi Kliniknya.
Dalam Sudoyon, A.W, Setyohadi,
Alwi, I., Simadibrata, M, dan
Setiati S., ed Buku Ajar Pentakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
1355-1340.
Milaylov,S, Stark C, McColl E, Steen N,
Vanoli A, Rubin G, Curless R,
Barton R, Bond J. 2008.
Stepped Treatment of Older
Adults on laxative. The Stool
trial. Journal of Health Technol
Assess (13): iii – iv, ix – 139.
Singh, S. 2007. Constipation: There May
be a Number of Underlying
Cause. Geriatrics & Aging.
Moore-Harrison, Trudt L., Elizabeth M.
Speer., Farris T. Johnson., M.
Elaine Cress.2008. The Effects
of Aerobic
Training
and
Nutrition
Education
on
Functional Perfomance in Law
Sosialeconomic Older Adults.
Journal of Geriatric Physical
Therapy vol.13.diakses pada 17
Maret 2014.
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional.
Graha Ilmu: Yogyakarta
Murwani, A, dan Priyantari, W. 2010.
Gerontik Konsep Dasar Dan
Asuhan Keperawatan Home Care
dan
Komunitas,
Firtramaya,
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta;
Rineka Cipta.
Pranarka, Kris (2007) Setiati, Siti cit
Prosiding Temu Ilmiah Geriatri
2007, Penatalaksanaan dengan
Pendekatan Interdisiplin.
Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2007. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.
Sitasari, A. 2009. Kebiasaan Konsumsi
sayur & buah dengan kejadian
konstipasi pada anak – anak
SDN Unggaran I Yogyakarta
(Skripsi)
Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.
Yolanda, Amirta. 2007. Sehat Murah
dengan
Air.
Purwokwerto:
Keluarga Dokter.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
SURYA MEDIKA
Download