BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Gangguan Reproduksi
Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam
manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah
kesehatan reproduksi pada wanita dapat meliputi gangguan menstruasi,
kelainan sistem reproduksi, penyakit yang menyangkut sistem
reproduksi seperti Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS dan
tumor (Irianto, 2014)
Gangguan
menstruasi
dapat
dipengaruhi
oleh
karena
ketidakseimbangan hormon yang berperan dalam sistem reproduksi.
Misalnya adalah pada penyakit tumor berupa mioma, berasal dari satu
sel otot yang kemudian membesar oleh karena respon terhadap hormon
estrogen (Benson, dkk. 2009)
2. Menstruasi
a. Definisi
Menstruasi adalah pengeluaran darah dari rahim perempuan
sehat, yang lamanya adalah 3-6 hari dengan siklus berkisar 25-31
hari sekali, darah berwarna kecoklatan, dalam satu hari dapat
berganti pembalut dua kali. Terjadi karena penurunan kadar
progesteron yang mengakibatkan ovum melepaskan telur yang
disebut ovulasi (Baziad, 2008)
5
6
Pada dasarnya, menstruasi adalah proses katabolisme yang
dipengaruhi oleh hormon hipofise dan ovarium. Rentang waktu
dalam satu siklus menstruasi rata-rata 3-7 hari atau lebih. Interval
dalam satu periode menstruasi 28 hari, tetapi interval 24-32 hari
masih dianggap normal. Jumlah darah yang dikeluarkan pada
periode menstruasi normal adalah 35-90 ml. Pada umumnya
menstruasi pertama atau disebut menarche berlangsung pada usia
8-13 tahun. Berhentinya menstruasi atau disebut menopause
berlangsung pada wanita yang umumnya berusia 49-50 tahun
(Benson, dkk. 2009)
Menstruasi atau haid berlangsung dalam 24 hingga tidak
melebihi 35 hari sekali, yang lamanya 3-7 hari dengan jumlah
darah haid selama berrlangsung tidak lebih dari 80 ml, ganti
pembalut 2-6 kali perhari (Prawiriharjo, 2011)
b. Siklus menstruasi
Menurut
Benson
(2011),
terdapat
perubahan
histologik
endometrium yang terdiri dari beberapa fase sehingga menyebabkan
terjadinya pengeluaran darah. Beberapa fase diantaranya adalah :
1) Fase Proliferasi
Fase proliferatif memiiki durasi yang cukup panjang yaitu
sekitar 14 hari pada siklus 28 hari, dibagi menjadi 3 fase :
a) Fase proliferatif dini (hari ke 4 – hari ke 7)
b) Fase midproliferatif ( kira-kira hari ke 10)
7
c) Fase proliferatif lanjut (kira-kira hari ke 14)
2) Fase Sekresi
Pengaruh dari hormon esrogen dan progesteron mengakibatkan
endometrium terus mengalami pertumbuhan, namun ketebalan
dan struktur relatif tetap. Aktifitas sekresi berlangsung sejak hari
ke-7 pasca ovulasi. Panjang fase sekresi kurang lebih berkisar
antara 12-14 hari.
3) Fase Ovulasi
Fase ovulasi berlangsung pada hari ke-14 yang disertai ovulasi.
Karena tidak ada perubahan yang cukup besar dalam 24-36 jam
setelah ovulasi, maka ovulasi dapat baru dapat diamati dengan
jelas pada hari ke 16.
4) Fase Sekretoris
Pada hari ke-17-18 tampak jelas sekresi cairan dalam kelenjar.
Pada hari ke-22 merupakan puncak dari akifitas persiapan
dinding rahim untuk implantasi. Dan pada hari ke-24 sampai
dengan hari ke- 27, sekresi pada kelenjar mulai berkurang
sehingga terjadi nekrosis dan peluruhan
5) Fase Menstruasi
Nefrosis mengakibatkan pembuluh darah pada endometrium
robek dan menghasilkan perdarahan. Perdarahan berlangsung
selama 4-7 hari dan akan terhenti karena adanya konstriksi dan
trombosis sisa pembuluh yang tidak rusak. Apabila terjadi
8
pelebaran
pada
pembuluh
yang
berada
pada
dinding
endometirum, darah yang keluar relatif banyak dan lebih lama
(Wiknjosastro, 2011).
c. Gangguan menstruasi
Menurut Prawiroharjo (2011), perdarahan haid dipengaruhi oleh
hipofise, ovarium dan uterus serta faktor dari luar lainnya. Maka
gangguan haid dapat berasal dari berbagai sebab. Beberapa
klasifikasi gangguan haid pada masa reproduksi:
1) Gangguan haid berdasar lama dan jumlah darah haid
a) Hipermenorea (menoragia), adalah perdarahan haid dengan
jumlah darah yang lebih banyak dan atau lamanya lebih
lama dari normal dari siklus yang teratur.
b) Hipomenorea, adalah perdarahan haid dengan jumlah darah
lebih sedikit dan atau lamanya lebih pendek dari normal.
2) Gangguan haid berdasarkan siklus
a) Polimenorea, adalah siklus haid yang lebih pendek yaitu
kurang dari 21 hari.
b) Oligomenorea, adalah haid dengan siklus yang lebih
panjang yaitu lebih dari 35 hari.
c) Amenorea, tidak terjadinya haid pada wanita pada kurun
waktu tertentu.
9
3) Gangguan perdarahan diluar siklus haid
a) Menometroragia, adalah perdarahan dalam jumlah banyak
yang berangsung panjang atau terus menerus (Manuaba,
2008)
3. Menoragia
a. Definisi
Menoragia
adalah
perdarahan
yang terjadi
pada
masa
menstruasi dengan jumlah yang banyak dapat disertai gumpalan
darah bahkan disertai dismenorhea (Manuaba, 2008). Sedangkan
menurut Prawirohardjo (2011), menoragia adalah perdarahan haid
yang jumlah total darahnya melebihi 80 ml dalam satu siklus, dan
durasi lebih dari 7 hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih
dari 2-5 kali dalam sehari.
b. Etiologi
Penyebab menoragia sangat dipengaruhi kondisi dalam uterus.
Yang berkaitan dengan fibrin dan platelet yang mempengaruhi
proses pembekuan darah. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat
gangguan
pembekuan
darah,
misalnya
pada
penyakit
von
Willebrands dan trombositopenia. Dapat pula disebabkan karena
adanya adanya polip, mioma, dan hiperplasia endometrium. Kondisi
yang paling sering menyebabkan menoragia karena mioma uteri
(Wiknjosastro , 2011). Selebihnya dari tiga kejadian tersebut dapat
disebabkan oleh kelainan endokrinologik (Baziad, 2008). Penyakit
10
lain yang mungkin untuk menyebabkan terjadinya perdarahan
abnormal adalah kelainan ginjal atau kelainan pada hati (Manuaba,
2008).
Apabila menoragia berlangsung secara terus-menerus dapat pula
disebabkan oleh karena penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) (Varney, 2010).
c. Patofisiologi
Berdasarkan
penyebab
yang
telah
dikemukakan
oleh
Wiknjosastro (2011) menoragia pada umunya terjadi akibat adanya
mioma uteri, polip endometrium dan atau hiperplasia endometrium
menyebabkan
terganggunya
kontraktilitas
otot
rahim,
serta
permukaan endometrium lebih lebar sehingga pembuluh darah
membesar serta beresiko mengalami nekrosis sehingga perdarahan
akan terjadi. Dari penjelasan tersebut, patofisiologi menoragia akan
dijelaskan dalam bagan berikut :
11
Menstruasi
Pengeluran darah
normal
Kelainan Fungsi
Hati dan Ginjal
Kelainan sistem
endokrinologi
Terdapat penyakit
sistem reproduksi
1. Perubahan dinding
endometrium
2. Vasodilatasi pembuluh
darah endometrium
Pengeluran darah lebih
banyak dan lebih
panjang durasinya
Gambar 2.1 Skema Patofisiologi terrjadinya Menoragia
Sumber : Wiknjosastro (2011)
d. Faktor Risiko
Sebab-sebab
yang
dapat
menyertai
terjadinya
menoragia
menunjukkan beberapa faktor risiko yang mungkin menurut
Wiknjosastro (2011) yakni :
1) Usia wanita lebih dari 35 tahun
2) Siklus anovulasi
3) Obesitas
4) Nulipara
12
e. Tanda Klinis dan Laboratoris
Menurut Pernol (2009), gejala yang dapat diketahui adalah :
1) Anemia merupakan penemuan laboratorium yang paling sering
terjadi
2) Perdarahan lebih dari 80 ml.
3) Menstruasi lebih lama dari normal.
4) Dapat disertai gumpalan-gumpalan darah
f. Prognosis
Perdarahan yang terjadi dalam waktu yang relatif
lama,
menyebabkan kondisi tubuh banyak kehilangan darah akibatnya
terjadi anemia sampai shock haemoragic.
Pemberian antiinflamasi dan antifibfinolisisdapat menurunkan
sampai menghentikan perdarahan. Menoragia dapat ditangani tanpa
melakukan biopsi endometrium karena dengan siklus yang masih
cenderung normal, belum mengarah pada kondisi keganasan.
Namun perlu dilakukan evaluasi apabila berdarahan lebih dari 7
hari, atau terapi obat gagal, perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut sangat dianjurkan dengan USG
transvagina, biobsi
endometrium, serta faal pembekuan darah (Prawirohardjo, 2011)
g. Penatalaksanaan dan Pengobatan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani
kasus menoragia adalah sebagai berikut :
13
1) Penanganan menoragia dilakukan dengan melihat penyebab
perdarahan, apakah disebabkan oleh infeksi, kelainan patologi,
kelainan organik, AKDR, kelainan koagulasi atau penyakit
neoplasia,
apabila
penatalaksanaan
disebabkan
segera
oleh
dikolaborasikan
hal-hal
tersbut,
dengan
dokter
Spesialis (Varney, 2006)
2) Apabila tidak ditemukan adanya kelainan patologi, perdarahan
berkelanjutan dapat dilakukan terapi secara farmakologik.
Bidan dapat memberikan provera 10 mg per oral, 1x1 selama
10 hari, dimulai pada hari ke- 15 atau hari ke- 16. Dan dapat
juga diberikan DepoProvera 150 mg secara IM (Varney, 2006)
3) Apabila perdarahan menoragia terjadi karena kelainan organik
dapat dilakukan tata laksana bedah, yaitu dilatasi dan kuretase,
serta histeroskopi (Norwitz, 2008).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Manajemen Kebidanan
a. Langkah I Pengumpulan/Penyajian data dasar secara lengkap
Data yang dikumpulkan adalah data subyektif dan data
obyektif, meliputi :
1) Data Subyektif
Pada pasien dengan menoragia data subyektif yang diperlukan
meliputi :
14
a) Identitas (biodata)
Identitas yang dikaji meliputi nama, umur, suku/ bangsa,
alamat, agama, status perkawinan dan pekerjaan pasien
beserta suami (Varney, 2006)
b) Keluhan Utama
Dalam kasus menoragia keluhan utama akan mengarah
pada jumlah perdarahan yang dikeluarkan dalam satu
siklus haid lebih banyak dari biasanya (>80ml) serta lama
perdarahan lebih dari 7 hari (Norwitz, 2008)
c) Riwayat Kebidanan
Riwayat menstruasi pasien dengan menoragia memiliki
siklus menstruasi dengan periode yang teratur serta tidak
mengalami perdarahan diluar siklus menstruasi, namun
perdarahan yang dikeluarkan serta lamanya perdarahan
lebih
banyak
dan
lebih
panjang
(Tony,
2012
;
Wiknjosastro, 2011)
d) Data Kesehatan
(1) Data Kesehatan Sekarang
Pengkajian
data
kesehatan
sekarang
pada
ibu
didapatkan perdarahan menstruasi lebih banyak dan
durasi lebih panjang (Varney, 2006)
15
(2) Riwayat Kesehatan yang lalu
Pengkajian yang dilakukan pada ibu didapat apakah ibu
pernah menggunakan AKDR, menderita penyakit pada
uterus, kelainan pembekuan darah, dan kelainan
hormon untuk menegakkan penyebab dari menoragia
(Cunningham, 2010)
2) Data Obyektif
Data obyektif yang dikaji meliputi :
a) Pemeriksaan Fisik / Khusus
Pemeriksaan fisik fokus yang dilakukan adalah
melakukan inspeksi pada genetalia eksterna. Hasil dari
pemeriksaan adalah jumlah perdarahan yang dikeluarkan
ibu lebih banyak (Manuaba, 2008).
Serta untuk mengetahui adanya kemungkinan lain
seperti infeksi atau adanya keganasan adalah dengan
pemeriksaan ginekologi (Sulistyawati, 2013).
b) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
dengan USG untuk mengetahui kelainan organik dan
kelainan
patologi
dan
biopsi
endometrium
untuk
mengetahui keganasan dalam uterus. Pemeriksaan faal
darah sebaiknya juga dilakukan (Wiknjosastro, 2011)
16
b. Langkah II. Interpretasi data dasar
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang didapat pada kasus ini adalah Ny.
S P2A0 umur 34 tahun dengan menoragia.
Subyektif :
1. Ibu mengatakan sedang menstruasi
2. Ibu mengatakan darah yang keluar lebih banyak dari
biasanya
3. Ibu mengatakan lama dari menstruasi lebih dari 7 hari
(Norwitz, 2008)
Obyektif :
(a) Inspeksi Genetalia eksterna terlihat adanya pengeluaran
darah lebih banyak dari menstruasi normal (Manuaba,
2008)
(b) Pemeriksaan penunjang dengan dilakukan USG , biopsi
endometrium, dan faal pembekuan darah (Wiknjosastro,
2011)
2) Masalah
Masalah yang terjadi pada kasus menoragia adalah cemas
dan tidak nyaman sampai mengalami pusing, hal ini
didapatkan dari hasil anamnesa (Tony, 2012)
17
3) Kebutuhan
Untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan klien pada
kasus menoragia adalah dengan memberikan informasi tentang
apa yang dialami ibu dan memberikan dukungan agartidak
terlalu cemas (Varney, 2006).
c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial /
Diagnosa Potensial dan Antisipasi Pananganan
Diagnosa potensialnya adalah terjadi anemia defisiensi zat
besi.
d. Langkah IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Tindakan segera yang harus dilakukan adalah menegakkan
diagnosa medis untuk mengetahui penyebab pasti perdarahan dan
memberikan terapi sesuai (Tony, 2012)
e. Langkah V. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang di perlukan untuk kasus menoragia
meliputi :
1) Berikan informasi tentang keadaan ibu dan hasil pemeriksan.
2) Berikan informasi kepada ibu bahwa perdarahan yang dialami
oleh ibu akan ditangani sesuai dengan penyebabnya.
3) Motivasi, pendidikan kesehatan dan konseling pada ibu agar
tidak terlalu cemas dengan keadaanya.
4) Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi perdarahan.
18
a) Apabila perdarahan disebabkan oleh karena kelainan
patologi dan kelainan organik, dilakukan kuretase.
b) Apabila disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
diberikan terapi provera dan atau DipoProvera.
5) Anjurkan untuk melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui
perdarahan apakah berkurang atau tidak.
(Tony, 2012 ; Wiknjosastro, 2011 ; Estika, 2013)
f. Langkah VI. Pelaksanaan langsung Asuhan dengan efisien dan
aman
Pada langkah ke- 6 ini, rencana asuhan yang menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke- 5 dilakukan secara
efisien dan aman. Pelaksanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Meskipun bidan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
penegakkan diagnosa serta pemberian terapi, bidan tetap memiliki
tanggung jawab terhadap manajemen asuhan klien untuk
terlaksananya asuhan yang menyeluruh (Varney, 2006)
g. Langkah VII. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari asuhan yang telah diberikan
pada klien dengan menoragia adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan berkurang atau berhenti serta panjang menstruasi
kembali normal (Baziad, 2008)
2) Tidak terjadi anemia (Estika. 2013)
19
3) Klien memahami bahwa penanganan selanjutnya akan
diberikan sesuai dengan penyebab dari perdarahan, setelah
dilakukanya pemeriksaan yang menunjang (Tony, 2012 ;
Varney, 2006)
3) Data perkembangan (SOAP)
Setelah dilakukannya asuhan kebidanan dengan menggunakan
varney, selanjutnya
asuhan
yang diberikan
untuk
mengikuti
perkembangan klien dengan menggunakan SOAP (Subyektif,
Obyektif, Assesment, dan Planning).
S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari
klien tentang apa yang dikeluhkan memalui anamnesissebagai
langkah I varney
O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan bidan/
tenaga kesehatan lain berupa hasil pemeriksaan fisik klien, uji
laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumskan dalam dalam
data fokus untuk menunjang asuhan sebagai langkah I varney.
A = Asessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil dari analisis dan
interpretasi data subyektif dan obyektif , dapat diidentifikasi halhal dibawah ini:
20
1) Diagnosis/ masalah
2) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial
3) Perlunya tindakan segera oleh biddan atau dokter Sp.OG/
konsultasi/ kolabrasi dan atau rujukan, sebagai langkah II, III
dan IV Varney
P = Plan
Menggambarkan pendokumentasian tentang rencana, tindakan
dan evaluasi yang akan dilakukan berdasarkan asessment ,
sebagai langkah V, VI, VII langkah Varney.(Hidayat, 2008 ;
Yulifah, 2013)
Download