1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi

advertisement
Bab 2
Landasan Teori
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi Organisasi
Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh (Mulyana,
2010:33). Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi.
Evert M.Rogers dan Rekha Argawala Rogers dalam bukunya
Communication in Organization menyebutkan definisi tentang komunikasi
organisasi yaitu merupakan suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu jenjang
kepangkatan dan pembagian tugas (Effendy, 2011:114).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian
komunikasi organisasi adalah suatu komunikasi yang bertujuan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi.
Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh (Mulyana, 2010:184).
Dalam komunikasi organisasi ada beberapa arah aliran informasi :
1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
berotoritas lebih rendah.
8
9
2. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih
tinggi (penyelia).
3. Komunikasi horisontal
Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara
rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.
4. Komunikasi lintas-saluran
Komunikasi lintas saluran yaitu adanya keinginan pegawai untuk
berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang
tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.
2.1.2
Komunikasi Internal dalam Organisasi
Organisasi sebagai kerangka menunjukkan adanya pembagian tugas
antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai
tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan
mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator
mengadakan
peraturan
sedemikian
rupa
sehingga
ia
tidak
perlu
berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Ia membuat kelompokkelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai
penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup
10
berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Dan jumlah
kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya
organisasi.( Effendy, 2011:122) :
2.1.3
Public Relations
Public Relations adalah keseluruhan upaya dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik
dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
(Jefkins, 2004:9).
The British Institute of Public Relations dalam buku (Ruslan,
2012:16),
mengatakan
aktivitas
public
relations
adalah
mengelola
komunikasi antara organisasi dan publiknya, selain itu praktik public
relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk
membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari
Public Relation adalah suatu bentuk komunikasi baik kedalam maupun keluar
yang bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan yang baik.
Menurut Edward L.Bernay dalam (Ruslan, 2012:18), terdapat 3 fungsi
utama public relations, yaitu:
1. Memberikan penerangan kepada masyarakat
2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat
secara langsung
11
3. Berupaya
untuk
mengintegrasikan
sikap
dan
perbuatan
suatu
badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau
sebaliknya.
Menurut pakar Humas Internasional, Cutlip & Centre, dan Canfield dalam buku
(Ruslan. 2012:19) fungsi public relations adalah:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya
yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan
tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinnya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,
publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya,
demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
Menurut (Ruslan, 2012:22) Ruang lingkup tugas Public Relations dalam sebuah
organisasi lembaga antara lain meliputi aktivitas:
1. Membina hubungan ke dalam (publik internal)
Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit
atau badan atau perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR
harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang
12
menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum
kebijakan itu dijalankan oleh organisasi
2. Membina hubungan keluar (publik eksternal)
Publik
eksternal
adalah
publik
umum
(masyarakat).
Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif
terhadap lembaga yang diwakilinya.
Menurut H. Fayol dalam (Ruslan, 2012:23) beberapa kegiatan dan sasaran PR
adalah:
1. Membangun Indentitas dan Citra Perusahaan
a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan
berbagai pihak
2. Menghadapi Krisis
a. Menangani keluhan dan menghadapi krisis yang terjadi dengan
membentuk manajemen krisis dan PR Recovery of image yang
bertugas memperbaiki lost of image and damage.
b. Mempromosikan Aspek Kemasyarakatan
c. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik
d. Mendukung kegiatan kampanye sosial
13
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Kepemimpinan
Menurut Wayne dan Don yang diterjemahkan oleh (Mulyana, 2010:
276). Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi para perilaku untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya sasaran.(Robbins, 2010:177).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi seseorang dalam
mencapai suatu tujuan.
Kepemimpinan selalu menjadi isu yang sangat diperhatikan dari awal
orang-orang berkumpul dalam kelompok untuk mencapai sasaran. Akan
tetapi, tidak sampai permulaan abad keduapuluh para peneliti mulai
mempelajari kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan awal itu berfokus
pada pemimpin (teori ciri) dan cara pemimpin itu berinteraksi dengan
anggota kelompoknya (teori perilaku).
Teori Ciri
Riset kepemimpinan di tahun 1920-an dan 1930-an berfokus pada ciri
pemimpin karakteristik yang mungkin digunakan untuk membedakan
pemimpin dari non pemimpin. Maksudnya adalah mengisolasi satu ciri atau
lebih yang dimiliki pemimpin, tetapi tidak dimiliki non pemimpin. Beberapa
ciri yang dipelajari itu meliputi postur fisik, penampilan, kelas sosial,
14
stabilitas emosi, kecekatan berpidato, dan kemampuan bersosialisasi. Adapun
enam ciri yang terkait dengan kepemipinan yang efektif meliputi :
1. Dorongan
Pemimpin menunjukan tingkat usaha yang tinggi. Mereka
relatif mempunyai kehendak yang tinggi akan pencapaian prestasi,
mereka ambisius, mereka mempunyai banyak energi, mereka tak
kenal lelah dalam kegiatannya, dan mereka menunjukan inisiatif.
2. Kehendak untuk memimpin
Pemimpin
mempunyai
kehendak
yang
kuat
untuk
mempengaruhi dan memimpin orang lain. Mereka menunjukan
kemauan mengemban tanggung jawab.
3. Kejujuran dan integritas
Pemimpin membangun hubungan saling mempercayai antara
mereka dan pengikutnya dengan menjadi jujur dan tidak menipu, serta
dengan menunjukan konsistensi yang tinggi antara perkataan dan
perbuatan.
4. Kepercayaan diri
Para pengikut melihat pemimpinnya tidak ragu akan dirinya.
Oleh karena itu, pemimpin perlu menunjukan kepercayaan diri untuk
menyakinkan
keputusannya.
pengikutnya
tentang
kebenaran
sasaran
dan
15
5. Kecerdasan
Pemimpin haruslah cukup cerdas untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan banyak informasi, dan mereka perlu
mampu untuk menciptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan yang tepat.
6. Pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan
Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang
tinggi tentang perusahaan, industri, dan hal-hal teknis. Pengetahuan
yang mendalam membuat pemimpin dapat membuat keputusan yang
terinformasi dengan baik dan memahami akibat dari keputusan itu.
Teori Perilaku
Teori
perilaku
adalah
teori-teori
kepemimpinan
yang
mengenai perilaku dengan membedakan antara pemimpin yang efektif
dan yang tidak efektif.
Studi Universitas Lowa (yang dilakukan oleh Kurt Lewin)
mempelajari tiga gaya kepemimpinan (Robbins, 2010:179) :
1. Gaya Otokratis, pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang,
mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan
membatasi
partisipasi
karyawan.
Mendiktekan
metode
memusatkan pengambilan keputusan dan membatasi partisipasi.
kerja,
16
2. Gaya Demokratis, pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan
dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong
partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja.
3. Gaya Laissez – Faire, pemimpin yang umumnya memberi kelompok
kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.
Studi Ohio State (Robbins, 2010:181) mengenali dua dimensi
penting perilaku pemimpin :
1. Dimensi pertama disebut pengusulan struktur yaitu mengacu pada
seperti apa pemimpin mendefinisikan dan menyusun peranannya dan
peran anggota kelompok untuk mencapai sasaran. Dimensi itu
meliputi perilaku yang mencakup usaha mengorganisasi pekerjaan,
hubungan kerja, dan sasaran.
2. Dimensi kedua disebut pertimbangan, yang didefinisikan sebagai
seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan saling percaya dan
hormat terhadap ide dan perasaan para anggota kelompok. Pemimpin
yang pertimbangannya tinggi akan membantu anggota kelompok
menangani
masalah
pribadi,
ramah,
mudah
dihubungi,
dan
memperlakukan semua anggota kelompok sama. Ia menunjukan
perhatian kenyamanan, kesejahteraan, status, dan kepuasaan para
pengikutnya.
Studi Universitas Michigan, Studi kepemimpinan yang diadakan di Pusat
Riset Survei Universitas Michigan pada waktu yang sama dengan yang
17
dilakukan di Ohio State mempunyai tujuan riset yang sama yaitu mengenali
karakteristik perilaku pemimpin yang terkait dengan keefektifan kinerja.
Kelompok Michigan juga menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan,
yaitu berorientasi karyawan dan berorientasi produksi.
1. Pemimpin yang berorientasi karyawan digambarkan menekankan
hubungan antar pribadi, mereka memberikan perhatian pribadi ke
kebutuhan para pengikutnya dan menerima perbedaan individu
antar anggota kelompok.
2. Pemimpin yang berorientasi produksi sebaliknya cenderung
menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan, sangat
memerhatikan penyelesaian tugas kelompoknya, dan menganggap
anggota kelompok sebagai sarana untuk mencapai hasil.
Teori Kepemimpinan Kontingensi
Ada 4 teori kepemimpinan kontingensi yaitu (Robbins, 2010:183) :
1. Model Fiedler teori kepemimpinan yang mengemukakan bahwa kinerja
kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya
interaksi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang memungkinkan
pemimpin itu mengendalikan dan mempengaruhi.
Riset Fiedler menyingkapkan tiga dimensi kontingensi yang mendefinisikan
faktor-faktor situasi utama untuk menentukan efektifitas pemimpin, yakni :
18
a. Hubungan pemimpin anggota, tingkat kepercayaan, keyakinan, dan
rasa hormat bawahan terhadap pemimpin mereka, diperingkat sebagai
baik atau buruk.
b. Struktur tugas, tingkat formalisasi dan pemroseduran tugas-tugas
kerja, diperingkat sebagai tinggi atau rendah.
c. Sekuasaan posisi, tingkat pengaruh pemimpin terhadap kegiatankegiatan yang didasarkan pada kekuasaan, seperti memperkejakan,
memecat, menertibkan, menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji,
diperingkat sebagai kuat atau lemah.
2. Teori Kepemimpinan Situasional Hershey dan Blanchard, yaitu teori yang
berfokus pada kesiapan para pengikutnya, yaitu kesiapan dimana orang
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
3. Model Partisipasi Pemimpin atau Leader Participation, model kepemimpinan
yang menghubungkan perilaku pemimpin dan partisiasi dalam pembuatan
keputusan.
4. Model Alur Sasaran atau Path Goal Theory model yang menyatakan bahwa
tugas pemimpin adalah membantu pengikut-pengikutnya mencapai sasaran
mereka serta memberikan arahan dan dukungan yang perlu guna menjamin
agar sasaran itu cocok dengan tujuan keseluruhan kelompok atau organisasi
tersebut.
19
Adapun 3 gaya kepemimpinan dalam (Robbins, 2010:193)
1. Kepemimpinan Transformasional-Transaksional,
Pemimpin transaksional, yaitu pemimpin yang membimbing atau
memotivasi
pengikutnya
menuju
sasaran
yang
ditetapkan
dengan
memperjelas peran dan persyaratan tugas.
Pemimpin transformasional, yaitu pemimpin yang memberikan
pertimbangan yang sifatnya individu dan stimulasi intelektual, serta memiliki
karisma.
2. Kepemimpinan Kharismatik-Visioner
Pemimpin Kharismatis adalah pemimpin yang antusias, dan percaya
diri yang kepribadian dan tindakannya memengaruhi orang untuk berperilaku
dengan cara tertentu.
Kepemimpinan Visioner adalah kepemimpinan untuk menciptakan
dan menegaskan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik
mengenai masa depan bagi sebuah organisasi yang tumbuh dari keadaan
sekarang dan memperbaiki keadaan sekarang.
3. Kepemimpinan Tim
Pemimpin tim adalah pembina, mereka memperjelas harapan dan
peran, mengajar, menawarkan dukungan, memberi semangat, dan melakukan
apa saja yang perlu untuk membantu para anggota tim mempertahankan
tingat kinerja mereka yang tinggi.
20
2.2.2
Citra
Menurut David A.Arker, John G. Mayer dalam citra adalah
seperangkat anggapan, impresi atau gambaran seseorang atau sekelompok
orang mengenai suatu objek bersangkutan.
Menurut (Jefkins, 2004: 20-22). Ada beberapa jenis citra :
1.Citra Bayangan (mirror image)
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah tepat,
bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi,
pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan dari pihak luar.
2.Citra yang berlaku
Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh
pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi, citra yang berlaku semata-mata
terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya
serba terbatas.
3.Citra yang diharapkan
Citra yang diharapkan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya
citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra
yang ada, walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa
merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu
21
memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra yang diharapkan itu
biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika
khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.
4.Citra Perusahaan
Citra Perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk
dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang,
keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor,
hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan
turut memikul tanggung jawab sosial, dan komitmen mengadakan riset.
5.Citra Majemuk
Banyaknya jumlah pegawai, cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan
atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra
organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki
suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang
dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra
harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus
ditegakkan. Banyak cara untuk melakukan hal itu, antara lain dengan mewajibkan
semua karyawan memakai seragam, warna mobil dinas, simbol, lencana dll untuk
menunjang dan mempromosi-kan identitas perusahaan.
Menurut Sutojo dalam (Nova, 200:300), citra perusahaan yang baik dan kuat
mempunyai manfaat-manfaat, yaitu :
22
1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap
2. Menjadi perisai selama masa krisis
3. Menjadi daya tarif eksekutif handal
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
5. Penghematan biaya operasional
Citra Perusahaan merupakan akumulasi dari berbagai dimensi citra yaitu citra
produk, citra sumber daya manusia, financial performance, penguasaan pangsa
pasar (market share) dan juga corporate culture (budaya perusahaan) yang ada
dalam perusahaan. Setiap unsur bukanlah standing alone factor. Karena setiap
unsur saling terkait.
2.3
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu “Influence of Leadership Style and
Compensation Againts Employee Performance Through Motivation” dalam Jurnal
Ilmu Administrasi Bisnis Vol II no 2 tahun 2007 maka penulis akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai gaya kepemimpinan. Dalam jurnal ini peneliti
meneliti dengan cara studi kasus pada PT. Dwimatama Multikarsa, pupuk kemasan
unit, Tanjung Emas Semarang. Adapun tujuan dari penelitian dalam jurnal ini yaitu
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja dan
motivasi karyawan. Dari hasil yang didapat dari penelitian terdahulu bahwa gaya
kepemimpinan mempengaruhi motivasi kerja, maka sekarang penulis akan
membahas mengenai analisis gaya kepemimpinan dalam membentuk citra positif
dimata karyawan. Dalam Penelitian yang berjudul “Influence of Leadership Style and
23
Compensation Againts Employee Performance Through Motivation” peneliti
menganggap mirip karena, di dalam jurnal tersebut peneliti sama-sama meneliti
tentang gaya kepemimpinan. Dan dalam penelitian terdahulu yang kedua, yang
berjudul “Successful Leadership Strategies In Best Practice Small Business
Organization” peneliti pun menanggap adanya kemiripan karena di dalam jurnal
tersebut peneliti juga membahas tentang bagaimana peran seorang pemimpin dalam
keberhasilan kerja seorang karyawan. Penulis menjelaskan tentang (a) peran apa
yang dimainkan para pemimpin, (b) apa strategi pemimpin digunakan, (c) apa
tantangan yang dihadapi para pemimpin, dan (d) bagaimana pemimpin mengatasi
hambatan. Dan pemimpin itu sangat berperan dalam strategi jangka panjang. Adapun
penelitian yang ketiga diambil dari jurnal Vol 2 No 1 Mei 2011 berjudul “Analisis
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja SPG PD.Sumber Jaya” peneliti menganggap
mirip karena penelitian ini sama-sama membahas tentang gaya kepemimpinan.
Dalam penelitian ini gaya kepemimpinan yang ada yaitu merupakan gaya
kepemimpinan demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang secara individual
memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja SPG PD Sumber Jaya. Dan
dalam jurnal yang ke empat yang berjudul “Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
Transformasional Dengan Stress Kerja Karyawan PDAM Surya Sembada Kota
Surabaya” penulis juga meanganggap mirip karena penelitian ini membahas tentang
gaya kepemimpinan, khusunya kepemimpinan transformasional. Penelitian ini
diambil dari jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Volume 1, No 2, 2 Juni 2012.
Jurnal ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dimana variable dalam jurnal
ini adalah gaya kepemimpinan transformasional (X) dan stress kerja karyawan (Y).
Dan Penelitian terakhir berjudul “The Influence of Supervisors’ Leadership Style on
24
Telecommuters”. Penelitian ini diambil dari Journal of Business Strategies Volume
29 No 1 , tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari gaya kepemimpinan
Supervisor di dalam sebuah perusahaan.
2.4
Kerangka Teori
Teori Umum
Teori Khusus
Komunikasi Organisasi
Gaya Kepemimpinan
-Ke Atas
-Otokratis
-Ke bawah
-Demokratis
-Horizontal
-Laissez - Faire
-Lintas Saluran
Citra
Public Relation
-membangun identitas & citra
perusahaan
-citra bayangan
-citra yang berlaku
-menghadapi krisis
-citra yang diharapkan
-mempromosikan aspek
kemasyarakatan
-citra perusahaan
-citra majemuk
Gambar 2.4 Kerangka Teori
2.5
Asumsi
Asumsi peneliti berdasarkan latar belakang yang ada yaitu gaya
kepemimpinan dalam membangun citra positif perusahaan dimata karyawan yang
baik akan berhasil dilakukan oleh Pasar Segar Cinere (PT. Cahaya Permai Lestari).
25
Dimana proses pembangunan citra akan berjalan dengan sempurna sesuai target yang
telah direncanakan dan dibentuk oleh Pasar Segar Cinere (PT Cahaya Permai
Lestari). Ketika gaya kepemimpinan dalam membangun citra positif yang dilakukan
Pasar Segar Cinere (PT Cahaya Permai Lestari) berhasil maka akan mempengaruhi
citra perusahaan dimata karyawan.
Download