Asuhan Keperawatan Lansia dengan Dimensia

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN
LANSIA DENGAN
DIMENSIA
OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom
PERUBAHAN PADA LANSIA
Anatomi
Dewasa
Perubahan pada lansia
Otak
Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang
dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga
bila terjadi penambahan komponen rongga kepala
akan meningkatkan tekanan intra cranial.
Pada
Lansia,
akibat
penuaan,
otak
kehilangan
100.000 neuron/tahun. Terjadi
penebalan
atropi cerebral (berat otak
menurun 10%) antar usia 30-70 tahun.
Saraf
otonom
1. Saraf simpati
Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan
pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna.
2. Saraf parasimpatis
Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.
terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut
adalah penurunan asetolikolin, atekolamin,
dopamine, noradrenalin.
Sistem saraf
perifer
1. Saraf aferen
Fungsinya membawa informasi sensorik baik disadari
maupun tidak disadari, dari kepala, pembuluh darah
dan ekstermitas, menyampaikan rangsangan dari luar
ke pusat
2. Saraf eferen
Fungsinya pembawa informasi sensorik dari otak
menuju ke luar dari susunan saraf pusat ke berbagai
sasaran (sel otot/kelenjar)
1.
Medulla
spinalis
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu,
Cornu motorik/ cornu ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks
lutut.
Saraf aferen
terjadi penurunan penyampaian
informasi sensorik dari organ luar
yang terkena ransangan.
2. Saraf eferen
penurunan fungsi saraf eferen pada
sistem saraf perifer.
mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di
mana lansia menjadi sulit untuk
menggerakkan otot dan sendinya secara
maksimal.
PERUBAHAN SISTEM
DAMPAK
NEUROLOGIS
Distribusi neuron kolinergik, menghasilkan sedikit penurunan
norepinefrin, dan dopamin intelektual
yang
tidak
seimbang,
dikompensasi oleh hilangnya
sel-sel
Peningkatan serotonin dan depresi pada lansia
penurunan
kadar
norepinefrin
Kehilangan jumlah dopamin
kekakuan dan parkinson
Manifestasi defisit neurologi
Perubahan fisik
Perubahan fungsi
Perubahan kognisi-komunikasi
Perubahan psikososial
Masalah akibat perubahan sistem persarafan
pada lansia
Gangguan
pola
istirahat
tidur
Gangguan
persepsi
sensori
Gangguan
gerak
langkah
(GAIT)
Kerusakan
komunikasi
verbal
Gangguan
eliminasi
BAB dan
BAK
Demensia
Demensia merupakan sindroma yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang
dapat dipengaruhi pada demensia adalah
inteligensia umum, belajar dan ingatan,
bahasa, memecahkan masalah, orientasi,
persepsi,
perhatian,
konsentrasi,
pertimbangan dan kemampuan social (Aru w.
Sudoyo, 2009).
Stadium
awal
Klasifikasi
Demensia
Alzheimer
Stadium
menengah
Demensia
Vaskular
Stadium
lanjut
Etiologi
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit
alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara
pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena
adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
2. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang
berturut-turut.
3. Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan
a.
b.
c.
Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan
Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati
Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati
Manifestasi Klinis
Penurunan activity of daily living (ADL),
Perilaku okupasional
Partisipasi sosial,
Gangguan psikologis
Gangguan
perilaku
Menurut
DSM IV
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium rutin
pemeriksaan
Status Mental
Mini (MMSE)
Pemeriksaan
neuropsikologis
Pemeriksaan
genetika
Imaging
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan cairan
otak
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tes
ORIENTASI
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar)
REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar sebelum
kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas
BAHASA
Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)
Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah
menjadi dua dan letaklah dilantai”
Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda”
Pasien disuruh menulis dengan spontan
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
TOTAL
Nilai
5
5
3
5
3
2
1
3
1
1
1
30
Penatalaksanaan
1.Terapi
medika
mentosa
2.Terapi
non
medika
mentosa
Pengkajian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Identitas
Keluhan utama
Pemeriksaan fisik
Psikososial
Hubungan social
Spiritual
Status mental
Interaksi selama wawancara
Persepsi
Proses berpikin
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi
Kemampuan penilaian
Kebutuhan klien sehari-hari
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel).
2. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan menurunnya kemampuan
merawat diri.
3. Resiko cidera berhubungan dengan
kesulitan keseimbangan .
Rencana Keperawatan
NO
1.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir
berhubungan dengan perubahan
fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel)
Tujuan & KH
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan 3
x 24 jam keperawatan
diharapkan klien mampu
mengenali perubahan dalam
berpikir dengan
KH:
Mampu memperlihatkan
kemampuan kognitif untuk
menjalani
konsekuensi
kejadian yang menegangkan
terhadap emosi & pikiran
tentang dirinya
Mampu mengembangkan
strategi untuk mengatasi
anggapan diri yang negative.
Intervensi
Mandiri
1.
Kembangkan lingkungan yg
mendukung & hubungan klienperawat yg terapeutik.
2.
Pertahankan lingkungan yg
menyenangkan dan tenang.
3.
Tatap wajah ketika berbicara
dengan klien.
4. Panggil klien dengan namanya.
5.
Gunakan suara yang agak
rendah dan berbicara dengan
perlahan pada klien.
6.
Gunakan kata-kata pendek,
kalimat,
dan
instruksi
sederhana(tahap demi tahap).
7.
Ciptakan aktivitas sederhana,
bermanfaat, dan tidak bersifat
kompetitif sesuai kemampuan klien.
8. Evaluasi pola tidur.
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional
1. Mengurangi kecemasan dan
emosional.
2. Kebisingan merupakan sensori
berlebihan yg meningkatkan gangguan
neuron.
3. Menimbulkan perhatian, terutama
pada klien dg gangguan perceptual.
4. Nama adalah bentuk identitas diri &
menimbulkan pengenalan terhadap realita
& klien.
5. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
tinggi & keras menimbulkan stress yg
mencetuskan konfrontasi & respon marah.
6. Seiring perkembangan penyakit, pusat
komunikasi dlm otak terganggu sehingga
menghilangkan kemampuan klien dlm
respons penerimaan pesan & percakapan
secara keseluruhan.
7. memotivasi klien dlm cara yang
menguatkan kegunaannya & kesenangan
diri serta merangsang realita.
8. Kurang tidur dpt mengganggu proses
piker & kemampuan koping klien.
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi rasa defresi pada
klien.
2.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
menurunnya
kemampuan merawat
diri
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3 x 24
jam diharapkan klien
dapat merawat
dirinya sesuai dengan
kemampuannya
dengan
KH :
Mampu
melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
dg
tingkat
kemampuan.
Mandiri :
1.
Identifikasi kesulitan
dalam
berpakaian/
perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik,
apatis/ depresi.
2. Identifikasi kebutuhan
kebersihan diri & berikan
bantuan sesuai kebutuhan
dg perawatan rambut
/kuku/kulit,
bersihkan
kaca mata, & gosok gigi.
3.
Perhatikan adanya
tanda-tanda nonverbal yg
fisiologis.
4.
Beri banyak waktu
untuk melakukan tugas.
5.
Bantu mengenakan
pakaian yang rapi dan
indah.
1. Memahami penyebab yg
mempengaruhi intervensi.
Masalah dpt diminimalkan
dengan menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi dari
ahli lain.
2. Seiring perkembangan
penyakit, kebutuhan
kebersihan dasar mungkin
dilupakan.
3.
Kehilangan sensori dan
penurunan
fungsi
bahasa
menyebabkan
klien
mengungkapkan
kebutuhan
perawatan
diri
dg
cara
nonverbal, seperti terengahengah, ingin berkemih dengan
memegang dirinya.
4.
Pekerjaan yg tadinya
mudah
sekarang
menjadi
terhambat karena penurunan
motorik & perubahan kognitif.
5.
Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.
3.
Resiko cidera
berhubungan
dengan
kesulitan
keseimbangan
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24 jam
diharapkan
Risiko
cedera tidak terjadi
dengan
KH :
Meningkatkan
tingkat aktivitas.
Dapat beradaptasi
dengan
lingkungan
untuk
mengurangi
risiko trauma/ cedera.
Mandiri
1. Kaji derajat
gangguan kemampuan,
tingkah laku impulsive dan
penurunan persepsi visual.
Bantu keluarga
mengidentifikasi risiko
terjadinya bahaya yang
mungkin timbul.
2.
Hilangkan sumber
bahaya lingkungan.
3. Alihkan perhatian
saat perilaku teragitasi/
berbahaya, memenjat
pagar tempat tidur.
4. Kaji efek samping
obat, tanda keracunan
(tanda ekstrapiramidal,
hipotensi ortostatik,
gangguan penglihatan,
gangguan gastrointestinal).
1. Mengidentifikasi risiko di
lingkungan dan mempertinggi
kesadaran perawat akan bahaya. Klien
dengan tingkah laku impulsi berisiko
trauma karena kurang mampu
mengendalikan perilaku. Penurunan
persepsi visual berisiko terjatuh.
2. Klien dengan gangguan kognitif,
gangguan persepsi adalah awal terjadi
trauma akibat tidak bertanggung jawab
terhadap kebutuhan keamanan dasar.
3. Mempertahankan keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang
meningkatkan risiko terjadinya trauma.
4. Klien yang tidak dapat melaporkan
tanda/gejala obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia. Ukuran
dosis/ penggantian obat diperlukan
untuk mengurangi gangguan.
Download