PERAIRAN MALUKU dan SEKITARNYA

advertisement
--!
ISBN: 979-8105-01-X
PERAIRAN MALUKU
dan
SEKITARNYA
Biologi, Budidaya, Geologi, Lingkungan
dan Oseanografi
Pemimpin Redaksi
Djoko Prawoto Praseno
Redaksi Pelaksana
Wanda S. Atmadja
Anggota
O.H. Arinardi
Ruyitno
Imam Soepangat
fit EN G r:;1 '" H l' I:
P1h4
P£[>;ElITlr'l
Oft
"Nl1,
[;.N
J I
'$, n/,tll:S"!Ij4
Balai Penelitian dan Pengembangan
r rJCtr~BANG',~
II
v' 111
Sumberdaya Laut
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Ambon, 1989
.,
HUBUNGAN PANJANG-BERAT,
MAKANAN DANREPRODUKSI
IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI LAUT BANDA1)
Oleh :
Kumaen Sumadhiharga2) dan F.D. Hukom2)
ABSTRAK
r
!
Selama bulan Juni 1986
- Maret 1987 telah di1alcukan peneUtian tentang
beberapa aspek biologi ikan cakalang
(Kll.truwonulpel41nil) di Laut Banda. PeneUtianini telah dapat mengumpulkan dan mengamati 5040 ekor ikan eakaiangyang ditanglcapdenganpancing"pole and Une."
Dari hasil peneUtian ini temyata bahwa panjang eagak ikan ealcalang di Laut Banda berkilar antara 30,0 - 69,9
"
,
t
f
em, dan kelompok ikan yang sering ditemukan berkisar antara 45,2 9" ~5,0 em. Terdapat hubungan yang erat antara
panjang dan bef'1~g
mengikuti persamaan gads W = 0,02662L . 1 (r = 0,958) untuk ikan eakalangjantan, dan
W.. 0,02945 L'
(r" 0,931) untuk yang betina.
'
Malc1U1anutama ikan ealcalang'di Laut Banda adalah cumi-cumi. udang Pandalidae dan Stomatopoda
bagai jenis ikan keeil dan ikan yang masih juwana.
serta ber-
'
~
j;'
Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan ealcalang dari Laut Banda
(immature) sekitar 7%, TKG 11(maturing) sebanyalc 12%, TKG III (mature)
TKG IV (ripe) tidalc ditemukan. Ikan ealcalang pertama kali matang gonad
betina dan 42,0 em untuk yangjantan. Diduga ikan ealcalang di Laut Banda
hanya ditemukan 4 macam, yaitu TKG I
58% dan TKG V (spent) 23%. Sedanglcan
pada panjang eagak 41,8 em untuk yang
memijah sepanjang tahun dengan punealc-
nya terjadi pada bulan Desember. Fekunditas berkilar antara 120.000 - 506.000 untuk ikan yang berukuran 40.7
67,0 em.
-
ABSTRACK
LENGTH-WEIGHT
RELATIONSHIP, FOOD AND SOME REPRODUCTION OF SKIPJACK (KatlUwonul
pelamil) FROM BANDASEA. Observatio1Uon certain aspectl of biology of skipjack htll been ca1rledout in the
BandaSea from June 1986 to March 1987. The ltudy included the length frequency, length-weight relationship.food,
~cundity, maturity stagel, gonad index, and sex ratio. The number of skipjack examined were 5040 indMduals
which
were
caught with pole and linel.
The resultsindicatedthat the prk-1engthvariedfrom 30,0 to 69,9 em with the mOlt commonlpecime1U
'.'
pund
to have forklengthl of 45,0 to 55,0 em. The length-weight relationships showed III linear equationl It'
0,026662 L2.918 (r= 0,959) for malel, and It' = 0,02945 L2,875 (r'" 0,931) for femalel.
The food skipjack Will mostly Iquids, shrimps (pandalids and stomatopods), and small or juvenile (lShel.
=
Four oocyte maturation stagel were observed in the skipjack overies Le. immature (7%). maturing (12%),
mature (58%),and spent (23%), while the ripe stage Willnever found. The minimum size at maturity Willfound.in
females and malel with respective lengths of 41,8 em and 42,0 em. The skipjack probably spawned all year round
with a peak in December. The number of eggs variedfrom 120.000 to 506.000 with a rangeof fISh length of 40,7 to
67,0 em.
PENDAHULUAN
I~
\
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan
oleh Direktorat Bina Sumber Hayati (1983), potensi
sumberdaya hayati perikanan laut di Indonesia khususnya ikan cakalang diduga berkisar 275.000 tonftahun,
dimana 50% lebih dari potepsi tersebut terdapat di perairan Indonesia BagianTimur, yaitu perairan Maluku dan
sebelah utara Iran Jaya dengan potensi sebesar 185.000
tonftahun. Bagi daerah Maluku sumberdaya cakalangini
merupakan komoditi ekspor non-migas yang penting
setelah udang. Karena itu kelestariannya perlu dijaga
agar dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Agar
dapat menjaga kdestariannya, maka pemanfaatan dan
pengelolaannya harus dilaksanakan secara rasional.
Informasi biologis cakalang dari daerah yang bersangkut.
an diharapkan akan dapat dipergunakan iebagai dasar
pengelolaannya.
Pengkajian jenis kelamin dan tingkat kematangan
gonad ikan dalam aplikasinya bisa digunakan sebagai
pengetahuan dasar dari biologi reproduksi suatu stok.
Perkiraan fekunditas dapat digunakan untuk menghitung reproduksi dan besarnya suatu stok ikan, sehingga
kita dapat merencanakan, waktu yang baik untuk penangkapannya. Tulisan ini akan menguraikan beberapa
aspek biologi ikan cakalang di perairan Laut Bandayang
meliputi sebaran frekwensi panjang, hubungan panjangberat, makanan, fekunditas, tingkat kematangan gonad,
indeks gonad, dan rasio kelamin.
1) Makalah pada Kongres Biologi Nasional VIII, Purwokerto, 8-10 Oktober 1987.
2) Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Am bon!
",
13
ti t~ 7~
&~
......
I
...
. Ikan-ikaneakalangyang tertangkapdiukurpanjang
BAHAN DAN METODE
eagaknya (fork length). Kemudian beberapa ekor diambil seeara aeak untuk ditimbang beratnya dan diukur
panjangnya. Setelah itu gonad dan isi lambungnya diam.
bil, lalu gonad tersebut ditimbang. Selanjutnya gonad
dan isi larnbung diawetkan dalam formalin 10% untuk
keperluan perhitungan fekunditas dan analisa makanan
yang dilakukan di laboratorium.
a. Daerah dan waktu penelitian.
Penelilian mengenai aspek biologi ikan eakalang
ini dilakukan di perairan Laut Banda, yaitu di sebelah
selatan Pulau Seram dan di sekitar Pulau Nusa Laut
(Garnbar 1). PeneUtian dilaksanakan dad bulan JuDi
1986 sampaidengan Maret 1987.
c. Hubungan panjang - berat.
Hubungan p1Uijang berat dianalisa dengan model
persamaan HILE dalam EFFENDIE (1979) sebagai
berikut :
-
b. Pengumpulandata.
Sebagian besar data diperoleh dengan jalan mengikuti operasi penangkapan kapal eakalang yang mempergunakan paneing "huhate" (pole and line) yang ber.
pangkalan di P. Saparua, yaitu di desa Noloth dan Haria
serta ditambah dengan data dari tempat pelelangan ikan
di desa Tulehu, P. Ambon.
w= aLb
dimana : W = berat ikan(gram)
L = panjangikan(em)
a dan b
= konstanta.
20S
u
L A
u
s
T
E RAM
Buano
0
D
K.lang
Cy
~
3S
5
E
R
A
M
Manipa
D Ambalau
L
A
0
~5
u
T
B
A
N
D
A
KE TERANGA N
:::::::I Lokasi penangkcpan
0
55
ikan cakalang
0
125 E
0
126 E
0
127 E
Gambar 1. Lokasi penelitian ikan cakalang di Laut Banda.
14
1280 E
0
129 E
t~
~
"
*
...
'
d. AnaJisamakanan
Makanan ikan cakalang dianaJisa sebagai berikut :
lambung dibuka, isinya ditimbang kemudian dipisahkan
menurut jenisnya. Tiap jenis makanan ditimbang beratnya dan dicatat frekwensi kejadiannya. Untuk mengetahui jenis yang dimakan cakaJang digunakan metode
"bideks Relatip Penting" YESAKI (1983).
IRP
',i
;'
= (%W)X (%F)
dimana : %W
%F
= persentaseberat suatujenis makan=
l
~
an
persentase kejadian suatu jenis ma.
kanan.
g. Hubungan antara fekunditas dengan panjang dan
berat.
Hubungan antara panjang dan berat didekati de.
ngan metode regresi tinier BATT (1972) dan WILSON
Tabell. Klasifikasi tingkat kematangan gonad (ovary)
untuk ikan cakalang.Katsuwonus pelamis.
dimana : F
II
1II
"
.,'
~....
dimana : F = fekunditas.
n = jumlah teur dalam sampel
V :berat total ovari
v = berat telur yang dijadikan sampel.
e. Tingkat kematangan gonad.
AnaJisa tingkat kematangan gonad (TKG) untuk
ikan cakaJang didasarkan atas 5 tingkatan (ORANGE,
1961 yang dimodifikasikanoleh WILSON. 1982) dengan
kriteria.kriteria yang tercantum pada Tabel I.
Tingkat Keadaan gonad (ovary)
~,
Potongan-potongan ovari tersebut diberi label kemudian dimasukkan pada larutan GILSON untuk melepaskan telur dari jaringan pengikat.- Setelah 2 - 3
minggu dalam larutan GILSON, jumlah telur dari masing-masing potongan dibitung dengan rumus WILSON
(1982) :
nV
F =v
IV
V
IMMATURE
-
MATURING
-
MATURE
RIPE
SPENT
-
-
-
(1982)
:
F
F
=
a + bL
=
fekunditas; L
=
a + bW
= panjang
cagak; W =
berat tubuh, a dan b = konstanta.
Diskripsi
Ovary memanjang, kecil
hampir transparan.
Ovary membesar, berwar.
na pinkkrem. butiran telur
belum dapat terlihat de.
ngan mata telanjang.
Ovary berwarna krem ke.
kuningan, butiran telur
sudah dapat terlihat dengan mata telanjang.
Butiran telur membesar
dan berwarna kuning jer.
nib, dapat keluar dengan
sedikit penekanan pada ba.
gian perut.
Ovary mengecil, berwarna
mera,h dan banyak terda.
pat pembuluh darah.
h. Indeks Gonad
Pendugaan indeks gonad mengikuti rumus WILSON (1982) sebagai berikut :
;}
L. x 103
=
GI
dimana : GI
Wg
L
=
indeks gonad
=
berat gonad (gram)
= panjang ikan (em).
.
i. Rasio kelamin (sex ratio)
Rasio kelamin jantan dan betina diperoleh dengan
menggunakan uji "chi-square" (X2). mengikuti SURJADI (1980) :
=
X2
(0
-
Ei )2
=
chi-square
frekwensi ikan jantan dan betina
yang diamati (observed)
Ei
..,
,!f"
..
-t,
,\gr
,
'C'
~,
tN.
'-0>
. ;~i
f. Fekunditas.
Untuk menentukan fekunditas, sepasang ovari
diletakan di atas kertas hisap selama 5 menit. Bagian
kanan dan kiri ovari dipisahkan dan ditimbang beratnya
masing-masing. Bagian tengah dari ovari dipotong setebal 2 - 4 mm, potongan kiri dan kanan ditimbang dengan timbangan berketelitian 0,0 I gram.
dimana
:
X2
0
=
Ei
=
frekwensi
ikan
jantan
dan
betina
yang dibarapkan dengan hipotesis
(Ho) I : I
15
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sebaran &ekwensipanjang
Selama 10 kali melakukan penelitian berhasil
diukur sejumlah 5.040 ekor eakalang. Sebaran uekwensi
panjang eagak ikan eakalangjantan dan betina pada buIan Juni 1986 sampai Maret 1987 menunjukkan panjang
minimum 30,0 em dan panjang maksimum 69,9 em.
Kelompok ikan yang dominan terletak pada selang kelas
45,0 -'- 55,9 em (Gambar 2). UKTOLSEJA dkk. (1981)
menemukan frekwensi panjang eagak ikan eakalang di
perairan sebelah timur Sulawesi Tengah tersebar di antara 27,1 - 57,7 em. Sedangkan SUWARTANA(1986)
yang meneUti di perairan Maluku Tengah mendapatkan
panjang baku berkisar antara 40,3
65,4 em. Dengan
demikian hasil studi ini. tidak berbeda jauh dengan yang
telah ditemukan oleh kedua peneliti tersebut
2. Hubungan panjang berat
Hasil dari anallsa hubungan panjang eagak dengan
berat ikan eakalang dari perairan Laut Banda sebagai
beriku~:
Jantan
: LogW = -1,5747919+ 2,918 Log L
r = 0,959
atau
W = 0,02662 L2,918
Betina : LogW = -1,4964681 + 2,875 Log L
r = 0,931
atau
W = 0,02945 L2,875
-
100
I
GI
JANTAN
..
..
80
60
-
..
... .'.
40
.....
en
.:. ..:.::'::
..'.". . ,~"':. ..
:."
..".,
.
20
Z
... ...
."
50
60
0
w
en
w'
([
a..
30
100
40
I GI
.
70
BET! NA
~
~
80
..
60
.,..
..."..
..
...
20
...
i
.'"
++ + .
+.1'
+...
40
.
+ 4~
..~..
...,...
....
...
"" ~'.."
.. 't9~ +,.,'"
..
.,.
't
"" to'to
+
""
.
~ ..
+......+'-
..'"
....
.....
0
30
40
50
PANJANG
60
(em)
70
Apabilamelihat nilair yang rata-rata lebih dari 90%
tingkat korelasinya, maka hubungan ini sangat erat.
Dilihat dari nilai b yang didapat untuk ikan jantan b =
2,918 dan ikan betina = b :Q,875 adalah mendekati
nilai 3, maka dapat dikatakan bahwa baik jantan maupun ikan-ikan betina pertumbuhannya bersifat isometrik
atau dengan kata lain pertambahan panjang dan pertambahan beratnya seimbang. Hal ini sependapat dengan
UKTOLSEJA dkk. (1981) yang mengemukakan bahwa
pertumbuhan ikan cakalang di Sulawesi bersifat isometrik. Ia memperoleh persamaannya sebagai berikut :
W = 1,99 x 10-6 L3,313. Sedangkan SUHENDRATA
dan MERTA (1986) di perairan Sorong memperoleh
persamaan W = 7,4 x 10-6 L3,266 danW= 6,0 x 10-6
L3,313. Berbedanya hubungan panjang berat yang diperoleh dari berbagai perairan mungkin disebabkan perbedaan jumlah ikan yang dipdikan sampel, kisaran panjang ikan yang dianalisa serta kecepatan pertumbuhan
lokal yang berbeda. Harga koefisien pangkat sebesar
2,918 untuk ikan jantan dan 2,875 untuk ikan betina
berdasarkan analisa kovarians pada 5% tidak berbeda
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sudut garis
regresi tidak berbeda. Berarti ikan-ikan jantan dan betina
memperlihatkan persamaan pada pertambahan panjang
dan pertambahan beratnya. Harga n dari ikan betina
lebih besar dari pada ikan jantan (-1,496 - 1,574),
Hal ini menunjukkan bahwa ikan-ikan betina lebih berat
dari pada ikan jantan pada panjang cagak yang sama.
3. Analisa makanan
Selama 10 kali pengambilan sampel berhasil dianalisa 826 lambung ikan cakalang. Analisajenis makanan dan indeks relatip penting (IRP) ikan cakalang disajikan pada Tabel 2 dan 3.
'I'
Gambar 2. Distribusi frekwensi panjang ikan cakalang
dari Laut Banda.
It
16
..
t
,.
.
l
Tabel 2. ADaIisa isi lambung clan IRP lkan cakaIang yang tertangkap dengan pole and line
di perairan Laot Banda.
'i'
Famili
i
Utan
Acanthuridae
Apogonidae
Balistidae
#Caesionidae
Carangidae
Chaetodontidae
#CIupeidae
# Du ssumieridae
#Engraulidae
Juni,86
N=95
JuliAgust
N=107 N=30
403
+
3
1
t
,
Crustacea
Pandalidae
Stomatopoda
Kepiting
Unidentified
fr
,
r
f
43
6
1.482
4.215
10
6
480
4.350
46
160
7.733
1
1
732
1.563
1.100
Jan'87
N=72
2
1
20
5
3
2
5.251
130
43
Feb
N=64
Maret
N=93
+
3.700
52
92
+
7.167
+
,
1
7
4
2
12
6
+
3
449
32
293
16
5
44
549
1
4.714
2
4.714
4
12
+
9
25
122
170
1.252
+
790
5
4
2
4
20
8
+
6
11
12
+
2.043
1.252
8
5.450
790
17
5.433
15
12
+
0,00089
10
38
5
Mollusca
Cephalopoda
Lain-lain
Indeks Relatif Penting
#Ikan umpan
Crustacea
Mollusca
9
+
+
+
24
+
20
4.027
21
9
1.528
44
+
4.376
550
24
7.822
4.716
20
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kornposisi makanan ikan cakalang terdiri dari tiga kelompok
utama, yaitu ikan, mollusca dan crustacea. Kelompok
ikan terbagi atas dua sub kelornpok, yaitu ikan urnpan
dan ikan lainnya. Jenis ikan umpan yang sering digunakan dalam operasi penangkapan ikan cakalang adalah
ikan puri atau teri (Stolephorus spp), ikan lompa (Thrissina baelama) dari suku Engraulidae; ikan gosau dan
pura-pura (Sparateloides spp), dari suku Dussumeirii~j' dae; ikan momar atau layang. (Decapterus spp) dari
~ suku, Cluipeidae; ikan lalosi atau ekor kuning (Caesio
- spp) dari suku Caesionidae; dan ikan tatare atau kern~r
bung (Rastrelligerspp) dari suku Scornbridae. Sedangkan
jenis ikan lainnya adalah dad suku Balistidae, Apogonidae, Acanthuridae, Holocentridae, Fistularidae, Herniramphidae, Triacanthidae, Leiognathidae dan Carangadae. Dengan demikian dalam analisa jenis makanan ini
dapat dibedakan dalam jenis rnakanan ikan urnpan dan
l~ jenis makanan alamiah (Mollusca, Crustacea, ikan lainnya, Polychaeta dan lain-lainnya).
t
79
12
4.018
1
8
Des
N=51
+
3
Fistularidae
Leiognathidae
#Scombridae
Tricanthidae
Lutjanidae
Unidentified
Nop
N=115
+
Exocoetidae
Hemirhamphidae
Holocentridae
Okt
N=I04
Sept
1)176
3
787
4.174
3
2
3.752
20
+
7.167
43
Pada Tabel 2 nampak bahwa kontribusi kelompok
ikan umpan menduduki tempat pertama sebagaimakanan utama hampir pada setiap bulan dengan IRP ratarata 759,2, golongan ikan lainnya dengan IRP rata-rata
183,1 dan golongan Mollusca dengan IRP rata-rata
7,87. Golongan Crustacea diwakili oleh udang laut dalam
dari Pandalidae dan Stomatopoda, sedangkan golongan
Mollusca diwakili oleh cumi-cumi (Cephalopoda).
Pada Tabel 3 dianalisa isi lambungnya selama diternukan Crustacea lebih banyak daripada Mollusca
(Cephalopoda) walaupun ikan rnasih rnerupakan rnakanan utama. Sedangkan rnenurut WILSON (1982) dan
MATSUMOTOdkk. (1984) ikan cakalang yang berukuran kurang dari 50 cm pada urnumnya lebih menyukai
Mollusca (Cephalopoda) daripada Crustacea. Adanya
perbedaan kontribusi jenis rnakanan ikan cakalang pada
perairan yang berbeda mungkin mempunyai kaitan yang
erat dengan per!>edaansediaan atau kelimpahan .makanan pada perairan masing-rnasing. MisaJnya dalam studi
ini ditemukan 16 suku ikan di dalam isi perut cakalang
17
~
~
N23
80! N41
-
N39
N3J
N32
II) 60
§7°1
... 80.
';/(
...
Q 40
I
I
III
Q 50
I
N.-o
T
I
,.
1/ I
S
0
N
N38
T
N28 N41
48
"
,
g 30
1\
,
F
M
BETINA
20
10
0
20.1
J
J.B6
A
A
s
0
N
D
J.81 F
M
BO
eO J
Ne
N4.1
N64
~
~
J.B7
N27
N25
0
D
TKG I
D
TKG III
TKG II
~
TKG V
701
II) 60
III
50 I
Q 40
0
I
N64
T
1
1
I
I
I
" 1
N26
N30
T NSO
T
1
1
1/
I
I
I
1
N
D
JB7
F
M
N22
/I"""'-J
J ANTAN
" 30
Gambar 3. Prosentase Tingkat "-ematangan Gonad ikan
cakalang di Laut Banda.
20
10
I)
Selanjutnya TKG V dari ikan eakalang di Laut
Banda pada bulan Juni, Juli dan Januari memiliki prosentasi yang cukup tinggi, sehingga dapat diperkirakan
bahwa puneak musim pemijahan ikan eakalang tersebut
terjadi pada bulan-bulan tersebut atau pada waktu sebelumnya.
5. Indeks Gonad
Hasil analisa indeks gonad (GI) selama 10 kali
sampling disajikan pada Gambar 4. Indeks gonad yang
diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 3-97
untuk ikan cakalangjantan dan ctntara8-97 untuk ikan
betina. Berdasarkan nilai GI yang diklasifikasikan
oleh WILSON (I982) terdapat 3 tingkat GI yang berkaitan dengan kematangan gonad.
..~.
I
a). Nilai GI lebih keeil 30 berarti gonad mulai proses
pemata~gan (early maturing).
b).Nilai GI 30-50 berarti gonad pada pematangan akhir
(late maturing).
c). Nilai GI lebih besar 50 berarti gonad sudah matang
(mature).
J86
Gambar
J
4.
A
S
0
Indeks gonad ikan eakalang
di Laut Banda.
Nilai rata-rata indeks gonad yang lebih dari 50 baik
untuk ikan cakalangjantan maupurfbetina terdapat pada
bulan Juni dan Desember (Gambar 4). Dengan demikian
dapat diharapkan. bahwa puneak pemijahan ikan cakalang di Laut Banda terjadi pada bulan Juni dan Desember.
Akan tetapi para pakar terdahulu menyimpulkan
bahwa ikan cakalang hanya'memijah disaat musim panas,
baik pada belahan bumi selatan (SCHAEFER dan
ORANGE 1956; BATIS 1972; WILSON 1982). Meningkatnyanilai indeks gonad cakalang pada bulan Juni di
Laut Banda bukan berarti pada saat itu terjadi puncak
pemijahannya. Hal ini sama dengan apa yang terjadi di
Papua New Guinea, dimana pada bulan Juli nilai gonad
indeks ikan cakalang meningkat, akibat adanya sub populasi lain dari belahan bumi utara (L. Pasific) yang ma. suk ke dalam daerah penangkapan di belahan bumi se-
,
19
latan. Sub I\opulasi ini ternyata memiliki tingkat kern.
tangan gonad yang lebih lanjut, sehingga nUai indeks
gonad. pada bulan Juni tau Juli meningkat (WILSON
1982). Dengan demikian maka sangat diduga bahwa pun.
cak pemijahan ikan cakalang di Laut Banda terutama ter.
jadi pada bulan Desember dengan musim pemijahan ~
panjang tahun.
Perbedaan tempat pemijahan ternyata dapat menimbulkan perbedaan puncak musim. pemijahan. Misal.
nya menurut BATI'S (1972) puncak pemijahan ikan cakalang di Carolina Utara terjadi pada bulan Juni dan
JuU. Di sepanjang perairan pantai barat Amerika bagian
tengah puncak pemljahan ikan cakalang terjadi pada
Maret (SCHAEFER dan ORANGI
bulan Desember
1956). Sedangkan di Papua New Guinea puncak musim
pemijahan ikan cakalang berlangsung antara bulan Ok.
tober
Maret (WILSON 1982). Di perairan Sorong,
Irian Jaya ikan cakalang memiliki puneak pemijahan
pada bulan Januari dan Mei (SUHENDRATA dan
MERTA 1986). Sedangkan di Teluk Pim, P. Seram dite.
mukan puncak pemijahan pada bulan Januari (PUR.
WANTO dick. 1986).
Perhitungan fekunditas hanya dilakukan terhadap
gonad yang telah matang. Fekunditas rata-rata dari
198 ekor ikan cakalang berkisar antara 120.000
506.000 butir telur untuk ikap dengan kisaran panjang
antara 40,7
67,0 em (Tabel.5). Menurut MATSU.
MOTO, SKILMANdan DIZON COLLETE dan NAUEN
dalam SUHENDRATA dan MERTA (1986), fekunditas
ikan cakalang berkisar antal3 80.000 - 2.000.000 butir
untuk ikan yang panjang eagaknya berkisar antara
41,0 87,0 em. Fekunditas daIi ikan eakalang yang ter.
tangkap di perairan Sorong berkisar antara 120.000 570.000 butir untuk ikan yang panjang eagaknya berki.
sar antara 47 - 60 em.
-
-
-
-
di antara ikan. dengan panjang yang sama (Tabel 5).
2) Belum dapat dipastikan berapa kali eakalang berpijah
dalam setahun. 3) Adanya kemungkinan berkurangnya
Ekunditas pada pemijahan berikutnya.
7. Rasio kelamin
Untuk mengetahui struktur suatu populasi ikan
maupun pemijahannya maka pengamatan mengenai
raaio kelamin (sex ratio) dad ikan yang diteliti merupakan salah satu faktor yang penting. Selanjutnya berkait.
an dengan masalah mempertahankan kelestarian populasi
ikan yang diteliti, malea diharapkan perbandingan ikan
jantan dan betina berada dalam kondisi yang seimbang.
Selama penelitian ditemukan bahwa pada bulan
Juli, September dan Desember jumlah ikan betina lebih
tinggi daripada ikan jantan. Sedangkan pada bulan.bulan
lainnya jumlah ikan jantan lebih besar daripada ikan be.
tina, walaupun secarastatistik banya pada bulan Agustus,
Oktober dan Nopember saja perbandingannya tidak me.
nunjukkan 1 : I (Tabel 6, Gambar 5). Uji Chi.square
terhadap perbandingan jenis kelamin ikan eakalang se.
eara keseluruhan menunjukkan basil berbeda nyata
antara ikan betina dan jantan (X1 = 22,44, X2 tab (0,05)
= 16,92), sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio kelamin ikan eakalang dalam penelitian ini tidak seimbang.
Nilai rata-rata rasio kelamin sepanjang tahun berkisar
0,82 : 1,0 (betina : jantan). WILSON(1982) menyatakan bahwa rasio kelamin mungkin tidak seimbang dise.
babkan kurangnya ikan betina pada suatu perairan, ka.
rena akan memijah.
-
100
Hubungan antara panjang dan berat terhadap fekunditas rata-rata adalah sebagai berikut :
F
F
=
=
15.038 L - 517.001 (r = 0,97); Panjang
- Fekunditas.
105 W - 35.379 (r = 0,95); Berat - Fe.
kuditas.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa pertambahan
panjang maupun berat mempOnyai hubungan yang erat
dengan pertambahan fekunditas.
Hubungan antara panjang - berat fekunditas wa.
laupun erat~ namun variasi alami yang sangat besar se.
perti faktor kondisi tubuh dan volume lambung ikan ca.
kalang, serta ketelitian sewaktu penimbangan ik!Ul di
atas kapal perlu mendapat perhatian. MATSUMOTO
dick. (1984) menyatakan bahwa walaupun hubungan
antara fukunditas dan panjang dapat diterima namun
sangat sulit untuk menduga produksi total tabunan,
karena : I) Jumlab tetur yang sangat ekstrim bervariasi
20
80
z
~
zc
...
~
""60
i-
a
:&
:!40
Do
c
z
i
20
0
J8B
J
A
s
0
N
D
J 87
F
H
. Gambar 5. Rasio ketamin (sex ratio) ikan cakalang di
Laut Banda.
TabelS IGsarandan nilai mta-ratapanjang,berat dan fekunditasikan cakalang,Katsuwonuspelamisdari Laut Banda.
Panjang
(em)
139- 4154312453847 40491953215516574 59-
41
43
45
47
49
51
55
57
59
61
261 - 63
5 63- 65
365 - 61
Fekunditas
(x 103)
Berat
(gr)
1500- 1975
15751650175018752000 2250 2825 3850 4100 3150 3450 -
-
Rata
Kisaran
N
1975
2250
2800
3300
4000
5500
4525
4750
4300
4700
3450
120 140
78
54
46
148
145
104
117
120
180
393
-
72
172
359
394
876
401
588
540
515
700
506
718
rata
Fekunditas
x 103)
Berat
(gr)
Panjang
(em)
40,7
1700
120
-
-
-
1725
2000
2200
2750
3250
3600
4000
4150
4200
4500
4850
156
219
224
281
259
314
355
360
410
463
506
40,3
46,8
48,2
50,5
54,5
56,3
58,6
60,2
62,5
64,2
66,4
Tabel 6. Sex Ratio ikan cakalang, Katsuwonus pelamis dari Laot Banda.
Bu I a n
N
Ratio
Chisquare
Juni '86
41
46
0,89
Juli
32
28
1.41
I
8
22
0,36
I
September
Oktober
40
36
1,11
I
42
71
0,70
1
Nopember
Descmber
47
67
0,78
I
23
28
0,82
1
Januari '87
41
31
1,32
Februari
28
36
0,77
41
52
0,78
Agustus
Maret
.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
n.s.
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
= 0,01
=
=
=
=
=
=
=
=
=
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Rata-rata
Keterangan:
0,82
sig. P = 0,01
n.s. = tidak berbeda nyata
sig.
=
bcrbeda nyata
=
=
betina
jantan
21
..
8. Ukuran cakalang pertama kali matang gonad
Dari hasil plot nilai indeks gonad terhadap panjang
cakalang pada Gambar 6 terlihat babwa ikan eakalang
mulai matang gonad pada panjang cagak 42,0 em untuk
ikan jantan dan 41,8 em untuk ikan betina. (Gambar
6). SUHENDRATA dan MERTA (1986) memperoleh
ukuran panjang ikan pertama kali matang gonad pada
panjang eagak 49,0 em untuk ikan jantan dan 47,0 em
untuk ikan betina. Menurut MARR dalam SUHEN.
. DRATA dan MERTA (1987) di perairan sekitar kepulauan Marshall ikan eakalang jantan dan betina matang
gonad masing-masing pada panjang 39,1 em dan 40,7
em. NIKOLSKY (1969) menyatakan babwa perbedaan
ukuran eakalang pertama kali matang gonad dipengaruhi
oleh ketersediaan makanan, suhu perairan, letak tintang
dan bujur dan kecepat~ pertumbuhan.
12
10
8
6
4
2
UCAP AN TERIMA KASIH
Ueapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Pemerintah Negeri, pernilik serta awak kapal huhate
Desa Noloth, khususnya K.M. Ohnes atas keIja sarna
yang baik sehingga data dapat terkumpul dan akhirnya
terujud dalam bentuk tulisan. Ucapan yang sarna penulis sarnpaikanpulakepada Saudara.saudara DOMINGGUS
BREMER, YANTJE HEHUAT, JOHAN PICASOUW,
JAMES LATUHERU, serta ABDUL HAYATHyang telah membantu membuat gambar-gambar dalam. tulisan
ini. Studi ini berlangsung atas biaya Proyek Penelitian
Aspek Biologi Ikan Cakalang di Laut Banda, taboo anggaran 1986-1987.
N 512
JUNI
N 883
10 I
8
6
4
2
30
60
N 391
L
30
6
4
14
12
101
8
6
4
2
2
:\
30
IIIII
18
201
N863
8
16
40
30
70
121
10 OKTOBER
JULI
L
SEPTEMBER
50
60
70
60
70
40
50
N 253
AGUSTUS
in
ct 16
I- 14
ffi 12
f310
a:
Q. 8
6
4
2
L
30
40
50
PANJANG CAGAK [CM]
Gambar
22
6. Hubungan
panjang
dan indek gonad ikan cakalang
dari Laut Banda.
60
,..
.
DAFTAR REFERENS'
ANONYMUS. 1987. Defining highly migratory tunas. A publication of the United States tuna Foundation. Preapared by Living Marine Respurces. Inc. : 39 p.
DIREKTORA T BINA SUMBER HAYATI (1983). Hasll evaluasi
potensi sumberdaya hayati perikanan di perairan Indonesia dan perairan ZEE Indonesia. Direktorat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta: 22 p.
BATT. B.S. 1972. Sexsual maturity. fecundity. and sex of the
skipjack tuna (K~tsuwonus pelamis) in Nort Carolina
waters. Trans. Amer. F"lSh. Soc. 101 (4) : 626 - 637.
EFFENDIE. M.I. 1979. Metode Biolog; Perikanan. Yayasan
Dewi Sri Bogor : 112 halaman.
HOLDEN. M.J. dan D.F.S. RAITT, 1974. Methods resources
investigation and their aplication. Manual of fisheries
science. Part. 2. FAO. Fish. Paper. (IS). Rev. I. Rome:
214p.
t
,
MATSUMOTO. W.M..' R.A. SKILLMAN and A.E. DIZON,
1984. Synopsis of biological data on skipjack tuna, Kat.
suwonUlpelllmis. NOAA Tech. Rep. NMFSCircu1ar451.
FAO FUh Synop. No. 136.: 92 p.
.
NIKOLSKY. G.V. 1969. FUh Population Dynamics. Oliver and
Boyd, Edinburgh: 114 p.
PURWANTO. G; B.W. MOSSE dan SJ. BUSTAMAN. 1986.
Studi pendahuluan keadaan reproduksi dan perbandingan
kelamin ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan
sekitar Teluk Piru dan Elpaputih P. Seram. Journ. Pen.
Perikanan Lout 34 ; 69 - 78.
SCHAFER, M.B. 3J)d C.G. ORANGE. 1956. Studies on sexual
development and 5pawning of yeUowfm tuna (Thunus
albocalTs) and skipjack (Katsuwonus pelamis) in three
areas of the Eastern Pacific Ocean. by exanlination of
gonads (in Eng(. and Span). Inter-am. Trop. Tuna Comm.
Bun. I : 263 - 349.
SUHENTRATA. T. dan I.G.S. MERTA. 1986. Hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad, dan fekunditas
ikan cakalang Katsuwonus pelllmis ILinnaeus) di perairan
Sorong.Joum. Penpen. Perikanan Laut 34: 11-19.
SUWARTANA, A. 1986. Struktur populasi ikan cakalang
(Kanuwonus pelllmis) di Maluku Tengah. Joum. Pen.
Perikanan Lout 34 : 99 - 109.
SURJADI. P.A. 1980. Pendohuluan teorl kemungkinan don statistika. Cetakan ke 2: Bandung : penerbit ITB, 1980:
220 haL
UKTOLSEJA. J.C.B.; E.A. AMIN; R.E. UKTOLSEJA; M.
FATUCHRI; BUDIHARDJON; N. NAAMIN; n.R. BARUS; M. MUBARAK 'dan'S. NOER. 1981. Sumberdaya
perikanan di perairan sebelah timur Sulawesi Tengah.
PrOOding Seminar Hasil PenelitiJm Sumberdaya Perikanan
Lout: 194 - 279.
WADE, C.B. 1950. Observation on the distribution of tuna larvae in the Indo-Pacific Ocean with emphasis on the delineation of the spawning areas of Albacore. Thunnus alalungo. Bun. Far. Seas F"uh. Res. lAb. 2 : 177 - 256.
WILSON, M.A. 1982. A reproductive and feeding behaviour of
skipjack tuna (K~tsuwonus pelllmis) in Papua New Guinea
Waters. Fisheries research and Survey Branch. Dept. of
Primary Industry, Port Moresby. PNG: 21 p.
YESAKI. M. 1983. Observation on the biology 0 t yeUowfin
(Thun~~s ~/bacares) and skipjack (Katsuwonus pelamis)
10 Phihppme Waters. Indo Panfic Tuna Development
Programe. Colombo. Srllangka : 65 p.
t
I
,
I
/
I
~
'~
/o,.
'.','
~
l:~
It:..:
IL.
23
Download