CRITICAL REVIEW MATA KULIAH METODE PENELITIAN SOSIAL

advertisement
CRITICAL REVIEW MATA KULIAH METODE PENELITIAN SOSIAL
Andre Lukmanto, Ilmu Politik 2009 (Kelas A)
0906561074
METODOLOGI dan PARADIGMA PENELITIAN
Penelitian sosial mengenal dua metodologi, yakni penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang naturalistik dan
interpretatif yang memfokuskan diri untuk mengerti fenomena-fenomena dalam
dunia social manusia.1 Sementara, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
pengumpulan datanya mengandalkan survey sehingga dipaparkan dalam bentuk
angka-angka statistik.
Meskipun penelitian kualitatif dan kuantitatif berbeda secara metodologis,
hendaknya seorang peneliti social dapat menggabungkan kedua metode ini dalam
penelitiannya karena jika suatu penelitian hanya mengandalkan angka-angka
statistic ia akan menjadi membosankan sementara jika penelitian tersebut hanya
mengandalkan observasi dan wawancara, penelitian tersebut menjadi sangat
subjektif. Dalam penelitian social, selanjutnya dikenal tiga pendekatan utama agar
kedua metodologi yang saling bertolak belakang ini dapat disatukan, yakni
positivism, interpretive social science, dan critical social science.2
Positivism menurut Auguste Comte adalah cara pandang yang menyatakan
bahwa mempelajari dunia social dapat dilakukan dengan metode yang sama
dengan metode yang digunakan dalam mempelajari alam.3 Sementara menurut
Neuman, positivism adalah metode terorganisasi untuk mengombinasikan logika
deduktif dengan observasi empiric akurat mengenai perilaku individu dengan
1
Jane Ritchie dan Jane Lewis (2003), Qualitative Research Practice: A Guide For Social Science
Students and Researchers. London: National Centre for Social Research, hlm. 3.
2
L. Neuman (1997), Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches in Social
Works. New York: Columbia University, hlm. 63-85.
3
Jane Ritchie dan Jane Lewis (2003), Qualitative Research Practice: A Guide For Social Science
Students and Researchers. London: National Centre for Social Research, hlm. 6.
tujuan menemukan dan membuktikan seperangkat hukum sebab akibat yang dapat
digunakan untuk memprediksi pola umum dari aktivitas manusia.
Interpretive social science adalah pendekatan yang berawal dari pemikiran
Immanuel Kant dalam Critique of Pure Reason yang diterbitkan pada tahun 1781
dan disempurnakan oleh Max Weber. Pendekatan ini mengritisi positivism yang
dianggap gagal untuk memahami kapabilitas manusia dalam berpikir dan
merasakan karena terpaku pada metode-metode sains. Selain kedua ahli di atas,
Neuman mendefinisikan pendekatan ini sebagai analisa sistematis dari aksi-aksi
bermakna social melalui observasi yang dilakukan secara mendetail terhadap
masyarakat dengan tujuan untuk dapat memahami dan menginterpretasikan
bagaimana manusia membangun dan menjaga dunia sosial mereka.
Critical social science adalah pendekatan yang diperkenalkan oleh Karl
Marx dan dikembangkan oleh Sekolah Frankfurt di Jerman pada tahun 1930an
yang mana pendekatan ini mengkritisi dua pendekatan sebelumnya. Menurut
penganut pendekatan ini, positivism dilihat sebagai pendekatan yang sempit,
antidemokrasi, dan tidak humanis dalam penerapannya. Sementara pendekatan
interpretive social science dinilai oleh pendekatan ini terlalu subjektif, amoral,
dan pasif karena tidak membantu masyarakat dalam membedakan ilusi palsu di
sekitar mereka sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Pendek kata,
menurut Neuman, critical social science mendefinisikan ilmu sosial sebagai
media penyelidikan yang bertujuan mengungkap struktur asli dari dunia material
ini dengan tujuan membantu masyarakat membangun dunia yang lebih baik untuk
mereka sendiri.
Selain ketiga pendekatan utama di atas, ada dua pendekatan alternatif
lainnya, yakni feminist dan postmodern. Kedua pendekatan ini sama-sama
mengritisi positivism dan menawarkan alternatif yang berdasarkan pendekatan
interpretive dan critical social science. Keduanya masih berada dalam tahap
pengembangan dan baru muncul di akhir 1980an.4
4
L. Neuman (1997), Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches in Social
Works. New York: Columbia University, hlm. 80
Di dalam metodologi penelitian kualitatif sendiri ada dua dimensi yang
dapat mempengaruhi peneliti dalam menentukan pendekatan dalam penelitiannya,
yakni ontologi dan epistemologi. Ontologi memfokuskan diri pada sifat dasar dari
dunia sosial dan apa yang dapat diketahui tentang itu serta mencakup tiga sudut
pandang, yakni realisme, materialisme, dan idealisme. Sementara dimensi
epistemologi memfokuskan diri pada sifat dasar dari pengetahuan dan cara
bagaimana pengetahuan tersebut dapat diperoleh. Epistemologi mencakup dua
sudut pandang, yakni positivism dan interpretivism yang telah dibahas
sebelumnya.5 Dengan mempelajari metodologi-metodologi penelitian beserta
dimensi-dimensinya diharapkan seorang peneliti sosial dapat menghasilkan
penelitian yang tepat guna bagi kepentingan masyarakat.
Terakhir, hal yang menjadi pertanyaan bagi penulis adalah penulis
menemukan bahwa aksiologi, yang seharusnya merupakan dimensi penting dari
ilmu pengetahuan sejalan dengan ontology dan epistemologi, tidak dibahas baik
dalam buku tulisan Jane Ritchie maupun L. Neuman.
5
Jane Ritchie dan Jane Lewis (2003), Qualitative Research Practice: A Guide For Social Science
Students and Researchers. London: National Centre for Social Research, hlm. 22-23
DAFTAR PUSTAKA
Neuman, W. L. (1997) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches in Social Works. New York: Columbia University.
Ritchie, Jane dan Jane Lewis,. (2003) Qualitative Research Practice: A Guide For
Social Science Students and Researchers. London: National Centre for Social
Research.
Download