Nama : Anastasia Putri Arini Mata Kuliah : Mikrobiologi Peternakan

advertisement
Nama : Anastasia Putri Arini
Mata Kuliah : Mikrobiologi Peternakan
NIM
Tanggal
: H0511009
: 23 Mei 2012
Kelas : Peternakan A
Soal KKD 3
1. Apa arti penting pemanfaatan mikrobiologi pada Bidang Teknologi Hasil Ternak?.
2. Mengapa kombinasi protease dan hemiselulose dapat meningkatkan kinerja ayam
broiler?
3. Mengapa bakteri Butyrivibrio fibrisolvens yang ditambahkan pada pakan dapat
menghasilkan susu dengan kandungan asam linoleat tinggi ?
Jawaban
1.
Mikrobiologi merupakan ilmu terapan yang memanfaatkan mikroorganisme
(mikroba). Mikroorganisme tersebut memiliki efek positif (bermanfaat) dan negatif
(berbahaya). Dengan keberadaan sains dan kemajuan teknologi mikroorganisme yang
ada dapat diaplikasikan dalam bidang peternakan. Zaman sekarang ini hasil pakan
yang berasal dari ternak sangatlah banyak seperti daging, susu, telur, dan kulit.
Dengan mengetahui manfaat mikrobiologi, maka pengolahan hasil ternak akan
lebih efisien karena mikroorganisme tertentu dapat menguntungkan di dalam proses
pengolahan dan pengawetan bahan pangan hewani yang pada dasarnya mudah rusak.
.Seperti contohnya susu yogurt yang memanfaatkan Lactobacillus delbrueckii dan
Streptococcus thermophillus untuk menfermentasikan susu yang dimasukan di bawah
temperatur yang dikontrol dan kondisi lingkungan. Bakteri merombak gula susu alami
dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman meningkat menyebabkan
protein susu untuk membuatnya padat. Keasaman meningkat (pH=4-5) juga
menghindari proliferasi bakteri patogen yang potensial.
Selain itu mikrobiologi bermanfaat bagi teknologi hasil ternak karena deteksi
mikrobiologi dapat dimanfaatkan untuk mengetahui adanya kebusukan dan kerusakan
bahan pangan akibat adanya kontaminasi dari bakteri dan jamur. Mikroorganisme
sampai saat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama proses untuk membuat
beberapa bahan makanan, misalnya pembuatan bir dan minuman anggur dengan
menggunakan ragi, pembuatan roti dan produk air susu dengan bantuana bakteri asam
laktat, dan pembuatan cuka dengan bantuan bakteri cuka.
Beberapa contoh pemanfaata mikrobiologi dalam pengolahan produk susu :
a. Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu,selanjutnya sebagian
besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri
tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya
disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45o C. Selama penyimpanan tersebut
pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat.
Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa.
b. Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu
menjadi asam laktat.
c. Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan.
Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap
dimakan.
Beberapa contoh pemanfaatan mikrobiologi dalam pengolahan produk non-susu:
a.
Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam
laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran
gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya
akan dihasilkan produk kecap.
b.
Tempe
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai
beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat
proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat menurunkan
kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah
anemia, menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko jantung koroner,
penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar
kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme,
dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan
empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus
stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang
tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya
menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Perubahan tersebut
meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.
c. Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang
berupa gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan
pengalaman.
2.
Sebagian besar komponen penyusun pakan unggas berasal dari tanaman (bijibijian) seperti jagung, kedelai, padi, gandum, bunga matahari, wheat pollard dan lainlain. Sebagian dari bahan pakan ternak yang berasal dari tanaman mengandung serat.
Bahan pakan tersebut merupakan sumber energy bagi ternak. Sebagai contoh bahan
pakan dari jagung yang memiliki kandungan nutrisi yaitu 90% protein yang dapat
diserap oleh pencernaan dan 10% serat yang tidak dapat diserap oleh alat pencernaan,
karena dalam sistem percernaan ayam tidak memiliki enzim hemiselulose untuk
memecah serat menjadi protein. Serat yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ayam
broiler akan terbuang melalui feses. Padahal serat yang dibuang masih bisa
dimanfaatkan oleh ayam broiler yang dapat menambah nutrisi dalam tubuh serta dapat
menghemat pemberian pakan pada ternak.
Serat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal
dari tanaman dan merupakan senyawa yang tidak dapat didigesti oleh ternak
monogastrik. Jika jumlah serat yang tidak dicerna meningkat maka akan
menimbulkan tambahan biaya pada pakan. Tidak terdigestinya serat juga
mengakibatkan efek negatif pada digesti mineral dan protein. Serat juga termasuk
jenis asam fitat. Padahal ayam broiler termasuk hewan monogastrik yang tidak
mampu memetabolis asam fitat sehingga fosfat anorganik ditambahkan dalam
pakannya untuk memenuhi kebutuhan fosfor. Hal ini memberi konsekuensi adanya
masalah polusi fosfor di area peternakan yang intensif.
Asam fitat dapat bertindak sebagai zat antinutrisi pada hewan monogastrik
dengan mengikat berbagai ion logam yang dibutuhkan hewan seperti Mg, Fe, Zn, dan
Mn. Oleh karena itu, hidrolisis secara enzimatis dari asam fitat dalam mengurangi
derivat fosforilasi myo-inositol dalam saluran pencernaan hewan monogastrik sangat
diperlukan sehingga ditambahkan enzim protease dan enzim hemiselulose dalam
produk bahan pakan ayam broiler. Dengan demikian, setelah serat dirubah menjadi
protein oleh enzim hemiselulose, perlu adanya bantuan enzim protease untuk
meningkatkan penyerapan protein yang dihasilkan enzim hemiselulose menjadi asam
amino. Dengan peran kedua enzim tersebut yang saling membantu dapat berfungsi
untuk meningkatkan menyerapan nutrisi pada pakan ternak ayam broiler.
Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa enzim protease dapat
mengubah proteosa, pepton, dan polipeptida menjadi asam amino, sementara enzim
hemiselulose dapat memecah ikatan serat atau selulosa pada kandungan pakan ternak
ayam menjadi protein. Dengan adanya enzim protease, protein dari hasil enzim
hemiselulose dirubah menjadi asam animo yang akan diserap oleh jaringan-jaringan
tubuh pada ternak. Sehingga peranan enzim protease dan enzim hemiselulosa dalam
bahan pakan saling bekerjasama untuk meningkatkan nutrisi yang diserap oleh ayam
broiler.
3.
Karena pada bakteri Butyrivibrio fibrisolvens menghasilkan enzim linoleat
isomerase yang berfungsi untuk mengkatalisis CLA secara biosintesa yang dihasilkan
dari linoleat oleh enzim isomerase yang pada usus ternak ruminansia. Di dalam
rumen, CLA disintesa dari asam linoleat melalui reaksi isomerisasi oleh enzim
linoleat isomerase yang dihasilkan oleh bakteri Butyribrio fibrisolvens. Isomer-isomer
tersebut sesungguhnya merupakan senyawa antara (intermediate) dari tahapan
biohidrogenasi asam linoleat menjadi asam oleat dan stearat, tetapi dapat terabsorpsi
masuk ke dalam aliran darah dan terdistribusi ke jaringan tubuh inang. Bakteri
Butyrivibrio fibrisolvens yang menghasilkan enzim linoleat isomerase dapat
mempengaruhi susu yang dihasilkan memiliki kandungan asam linoleat yang tinggi.
Susu yang mengandung asam linoleat terkonjugasi yang dapat dipercaya
menambah kekebalan tubuh dan mengurangi pertumbuhan tumor. Kandungan asam
linoleat dalam susu organik lebih tinggi. Hal ini kemungkinan di karenakan pada sapi
organik lebih banyak di beri makan rumput dan pakan alami daripada pakan
berkosentrat.
Download