Briefing Target Ekspor, Kebijakan Perdagangan Luar

advertisement
BRIEFING TARGET EKSPOR, KEBIJAKAN
PERDAGANGAN LUAR NEGERI, DAN
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Auditorium Kementerian Perdagangan, 17 Februari 2017
Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan RI
OUTLINE
BAB I
ARAH PERUBAHAN DAN KEBIJAKAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
02
• PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
• LINGKUNGAN REGIONAL DAN GLOBAL TERUS BERUBAH
BAB II
ISU UTAMA PERKEMBANGAN DAN
ANCAMAN FTA
•
•
•
•
BAB III
STRATEGI KE DEPAN
•
•
•
•
PERKEMBANGAN FTA NEGARA ANGGOTA ASEAN DENGAN UNI EROPA
PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ESKPOR DAN FDI INDONESIA DAN VIETNAM
ANCAMAN VIETNAM DAN MALAYSIA – EUROPEAN UNION FTA
EKSPOR KE NEGARA FTA CENDERUNG TURUN
STRATEGI KE DEPAN
ON GOING AND POSSIBLE BILATERAL NEGITIATIONS
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA – 1
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI IMPLEMENTASI DAN
PEMANFAATAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
• STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB I
ARAH PERUBAHAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
03
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
Tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dunia yang telah berubah dari
hanya “international trade” menjadi “trading trades,” di mana sektor
jasa memainkan peran semakin besar
04
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
4
LINGKUNGAN REGIONAL DAN GLOBAL TERUS BERUBAH
Regional and global
supply chains.
Internet of Things
(Revolusi Industri ke-4)
Economic Outlook 2017 tidak
terlalu menjanjikan:
Tantangan Menghadapi
Resiko Global, Kemen
PPN/Bappenas  tingkatkan
investasi dan konsumsi
domestik
BREXIT: keresahan social
di beberapa negara EU
FenomenaTrump:
sentimen populis
cenderung menguat
Proteksionisme
meningkat, persaingan
menajam, masa depan
sistem perdagangan
dunia di bawah WTO
belum juga jelas.
05
Tantangan dalam negeri:
infrastruktur dan
suprastruktur ekonomi yang
menunjang daya saing
ekonomi nasional
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
5
BAB II
ISU UTAMA PERKEMBANGAN DAN ANCAMAN FTA
06
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SINGAPURA
• Selesai negosiasi 2013
VIETNAM
• Mulai negosisasi 2012
• Selesai negosiasi 2015
MALAYSIA
• Mulai negosiasi 2010
• On going hingga
putaran ke-7
THAILAND
• Mulai negosiasi 2013
• On going
FILIPINA
• Launching Negosiasi2015
INDONESIA
• Launching negosiasi
18 Juli 2016
• Putaran ke-2 Januari
2017
30% PABRIK DI BATAM BERENCANA PINDAH KE
VIETNAM DAN MALAYSIA
INVESTOR MEBEL TAIWAN DI SIDOARJO PINDAH KE
VIETNAM
Sumber: http://bisnis.liputan6.com/, 2016
Sumber: http://www.antaranews.com/, 2015
SAMSUNG MENAMBAH INVESTASI DI VIETNAM
SEBESAR USD 3,38 MILYAR
LG ELECTRONICS MENAMBAH INVESTASI USD
Sumber: www.thanhniennewd.com, 2014
Sumber: www.vietnam.briefing.com, 2016
1,5 MILYAR
MIGRASI INDUSTRI MEBEL DAN KERAJINAN KE VIETNAM

Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur menyebut puluhan perusahaan eksportir akan pindah ke Vietnam. Pada
tahun 2015, terdapat 2000 perusahaan yang telah migrasi ke Vietnam. Perusahaan yang pindah ke Vietnam rata-rata merupakan Penanam Modal Asing
yang mengincar efisiensi.

Vietnam memiliki keunggulan di antaranya: 1) para pelaku usaha diberikan kemudahan memperoleh alat-alat untuk produksi sehingga bekerja menjadi
lebih cepat; 2) memiliki daya saing yang lebih efisien sehingga bisa menguntungkan eksportir sampai 30%; dan 3) sudah memiliki FTA dengan Eropa.
Sumber: http://mediaindonesia.com, 2016
07
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
12
PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ESKPOR DAN FDI
INDONESIA DAN VIETNAM
Miliar USD
350
300
250
Ekspor ke AS
Ekspor ke Dunia
Vietnam;
trend 2010-2015 = 21,5%/th
Indonesia;
trend 2010-2015 = -2,0%/th
200
150
100
50
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS, Trademap.org
FDI dari Dunia
Miliar USD
25,0
20,0
Tahun
Vietnam;
trend 2010-2015 = 19,7%/th
2010
2014
Indonesia;
trend 2010-2015 = 2,0%/th
-11%
2,5
FDI dari AS
Vietnam;
trend 2010-2015 = -28,9%/th
Indonesia;
trend 2010-2015 = 0,2%/th
2,0
Tahun
1,5
15,0
2010
2014
1,0
10,0
0,5
5,0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
0,0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
66%
Keterangan:
Data FDI Indonesia (realisasi);
Data FDI Vietnam (registrasi)
Data realisasi FDI vietnam
sebesar 60,1% dari registrasi.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Miliar USD
3,0
Vietnam;
trend 2010-2015 = 2,9%/th
Indonesia;
trend 2010-2015 = 17,2%/th
30,0
Miliar USD
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2006
Share Ekspor Share Ekspor
Indonesia di Vietnam di
Dunia
Dunia
1.05%
0.48%
0.93%
0.80%
Share Impor Share Impor
Indonesia di Vietnam di
Dunia
Dunia
0.89%
0.55%
0.94%
0.78%
6%
41%
Sumber: BKPM, CEIC
08
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
13
Jumlah Tarif
Perjanjian
99%
1.
2.
3.
4.
Tarif EU akan dieliminasi (bertahap selama 7 tahun).
Penurunan tarif bea masuk atas beberapa produk sensitif EU, terutama produk Pakaian Jadi dan Alas Kaki.
The Rules of Origin EU mensyaratkan produk Pakaian Jadi yang masuk pasar EU, kainnya berasal dari Vietnam dan mitra FTA EU.
EU menawarkan akses ekspor Vietnam untuk beberapa produk pertanian yang sensitif (seperti Beras, Jagung Manis, Bawang
Putih, Jamur, Gula dan produk yang mengandung Gula tinggi, Pati Ubi Kayu, Surimi, dan Tuna Kalengan) melalui Tariff Rate
Quotas (TRQs).
Vietnam akan menghilangkan hampir keseluruhan bea keluar terhadap barang diperdagangkan secara bilateral dengan EU.
5.
1.
2.
Malaysia telah meminta akses bebas masuk untuk semua ekspornya dalam negosiasi dengan EU dan mempertahankan
preferensi tarif melalui skema GSP. Ekspor dari Malaysia ke Uni Eropa yang memiliki skema GSP akan terus menikmati konsesi
tarif. Malaysia juga telah meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan GSP-plus imbalan MEUFTA.
Meningkatnya akses pasar produk CPO dan turunannya, Kayu dan Produk Kayu, Furniture ke Uni Eropa.
UNI EROPA AKAN MENGALIHKAN PASOK PRODUK DARI INDONESIA KE VIETNAM DAN
MALAYSIA UNTUK PRODUK IMPOR YANG MENDAPATKAN PENGURANGAN BEA MASUK
09
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
13
01
EKSPOR KE NEGARA FTA CENDERUNG TURUN,
SEHINGGA PERLUASAN KERJASAMA YANG SEDANG DILAKUKAN MENJADI SANGAT RELEVAN...
(%)
Pangsa ekspor non migas ke Negara FTA mengalami
penurunan, begitu pula nilai ekspornya ke masingmasing negara FTA…
Pangsa Ekspor Non Migas ke Negara FTA dan Non FTA
70.0
60.0
50.0
40.5
43.8
40.0
39.8
44.8
43.8
40.0
30.0
59.5
60.2
60.0
56.2
56.2
55.2
20.0
10.0
-
2011
2012
2013
Negara FTA
2014
Negara Non FTA
2015
Jan-Mar 2016
Penurunan tersebut menjadi tantangan
bagi pemerintah untuk gencar
meningkatkan perundingan perdagangan
internasional dalam rangka akses pasar
dan open economy.
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
10
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
21
BAB III
STRATEGI KE DEPAN
PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
11
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
STRATEGI KE DEPAN
Mempertahankan dan meningkatkan
akses ke pasar tradisional seraya
membuka akses ke pasar-pasar nontradisional
Mendorong transformasi struktur
ekspor dari berbasis komoditi ke
produk dan jasa bernilai tambah;
menaiki tangga “supply chains”
Menargetkan pasar secara spesifik, fokus
pada skala untuk membantu perbaiki
neraca perdagangan.
12
Menyusun “sin list” negara2
tujuan ekspor
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Memanfaatkan penuh skema
preferensi yang ada
(AEC, ASEAN+1s, IJEPA, INA-PAK
FTA, dan lainnya)
12
ON GOING AND
POSSIBLE
BILATERAL
NEGOTIATIONS
I M P L E M E N T E D
Indonesia-Japan EPA
Implemented: 2008
Current status: toward General Review
Indonesia-Pakistan PTA
Implemented: 2013
Current status: Review process
to form Trade in Goods
Agreement (TIGA)
U N D E R
N E G O T I A T I O N
Indonesia-European Union CEPA
Current status: 2st Round of Negotiation
(January 2017)
Indonesia-Australia CEPA
Current status:
• 5th Round of Negotiation (2016)
• 6th Round of Negotiation will be held in Feb 2017
Indonesia-Korea CEPA
Current status: 7th Round of Negotiation (2014)
Indonesia-Chile CEPA
Current status: 1st Trade in Goods (TIG)
Negotiation (2014)
Indonesia-EFTA CEPA
Current status:
• 11th Round of Negotiation (2016)
• 12th Round of Negotiation will be held in March
2017
Indonesia-Iran PTA
Current status: 4th Round of Negotiation
(2015)
P O S S I B L E N E G O T I AT I O N S ?
Indonesia-Turkey CTEP
Current status: Joint Study completed (2011)
Indonesia-India CECA
Current status: Joint Study completed (2011)
Indonesia-Egypt FTA
Current status: finishing Joint Study
Indonesia-Nigeria PTA
Current status: finishing Joint Study
Indonesia-Tunisia FTA
Current status: finishing Joint Study
Indonesia-Peru PTA
Current status: Joint Study completed (2016)
Indonesia-Eurasian Economic Union (EAEU) FTA
Current status: proposed Joint Study
Indonesia-Southern African Customs Union
(SACU) PTA
Current status: In the process of intenal study
and analysis
CEPA = Comprehensive Economic Partnerhip Agreement; EPA = Economic Partnership Agreement, PTA = Preferential Trade Agreement; CECA = Comprehensive Economic Cooperation Agreement; FTA = Free Trade Agreement; CTEP = Comprehensive Trade and Economic Partnership
13
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
13
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA - 1
INDONESIA – EUROPEAN UNION COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IEU CEPA)
PRIORITAS
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
• Pada tanggal 18 Juli 2016 perundingan IEU CEPA diluncurkan secara resmi. Putaran ke-2 telah dilaksanakan pada tanggal 24 – 27 Januari
2017di Bali, Indonesia.
• Indonesia perlu segera menetapkan posisi runding yang ofensif dan defensif serta “negotation space” yang jelas untuk seluruh isu
perundingan termasuk alternatifnya misalnya dalam bentuk longer timeframe, limited exclusion, horizontal barriers, kebutuhan capacity
building programme, etc).
INDONESIA – EFTA COMREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IE CEPA)
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
PRIORITAS
• Perundingan telah berjalan sebanyak 11 (sebelas) kali putaran. Putaran ke-12 akan dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Target perundingan
Indonesia-EFTA CEPA akan diselesaikan pada triwulan pertama tahun 2017 (hingga putaran ke-13).
INDONESIA – AUSTRALIA COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IA CEPA)
PRIORITAS
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
• Perundingan telah berlangsung sebanyak 5 (lima) kali putaran perundingan dengan fokus pembahasan terkait: Early outcomes, Perdagangan
Barang, Perdagangan Jasa, dan Investasi.
• Early outcomes terdiri dari advanced dan developing berbagai kerja sama seperti keterlibatan pelaku bisnis kedua negara, tenaga kerja,
pertanian, keuangan, lifestyle, pendidikan, inovasi pengolahan makanan, pariwisata, dan infrastruktur.
• Perundingan ke-6 IA-CEPA akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017.
REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP)
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
• Mempercepat penyelesaian perundingan RCEP khususnya isu Trade in Goods, Trade in Services, dan Investment.
14
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PRIORITAS
23
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA - 2
OPTIMALISASI PEMANFAATAN SKEMA GSP OLEH DUNIA USAHA NASIONAL & PEMANFAATAN SKEMA TARIF PREFERENSI FTA/PTA/CEPA
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Perlu kolaborasi dan kerja sama yg konkrit dan spesifik antara lain melalui MoU antara Kemendag-KADIN & KADINDA/APINDO-AsosiasiPemda u.p. Disperindag yang statusnya sebagai IPSKA (instansi penerbit SKA), untuk memastikan bahwa semua ekspor nasional yang eligible
atas fasilitas GSP & fasilitas Preferensi FTA/CEPA/PTA menggunakan/memanfaatkan skema tersebut.
INDONESIA – PAKISTAN PREFERENTIAL TRADE AGREEMENT (IP PTA)
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Pendalaman IP-PTA telah disepakati pada pertengahan Oktober 2016 di Pakistan
• Produk utama yang segera dapat ditingkatkan ekspornya yaitu Palm oil products dan turunannya, TPT, Produk Kayu kertas dan Furniture, batu
bara, buah, dan sayuran.
• Saat ini perundingan sedang dalam proses review untuk membuat kesepakatan perdagangan di bidang barang (Trade In Goods
Agreement/TIGA)
UTILISASI INA YANG RELATIF RENDAH DAN GENERAL REVIEW IJEPA
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
Mempercepat penyelesaian outstanding issues pada GR IJEPA utamanya terkait tarif bea masuk otomotif. Apabila GR dapat diselesaikan maka
dapat meningkatkan akses pasar untuk produk perikanan, kehutanan, dan pertanian guna menyeimbangkan defisit perdagangan serta dapat
menggunakan cooperation and capacity building untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia.
15
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
24
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH
MELALUI IMPLEMENTASI DAN PEMANFAATAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
PEMANFAATAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan single window dan trade repository
• Pengenalan regime self-certification kepada eksportir yang sudah authorized.
PENERAPAN NTBs YANG MENGGANGGU EKSPOR INDONESIA (DELISTING, TUNA, TRAVEL GOODS)
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Pemantauan lebih tajam atas Non Tarrif Barriers (NTBs) yang diterapkan baik di forum multilateral maupun bilateral.
• Memaksimalkan fungsi Atase Perdagangan/ITPC untuk memberi informasi terkait NTMs/NTBs yang dihadapi indonesia di negara akreditasi
serta potensi ekspor ke negara sekitar.
PERMASALAHAN PENERAPAN CERTIFICATION OF ORIGIN (DEFINITION OF A THROUGH BILL OF LADING (B/L))
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Mendorong implementasi hasil kesepakatan untuk memberikan fleksibilitas yang seluas-luasnya terkait definisi through B/L dan kesepakatan
untuk tidak menolak pemberian tarif preferensi bagi barang yang mengalami proses pengangkutan trasnsit melalui negara antara dengan
menggunakan B/L atau dokumen pengangkutan multi-moda sebagai dokumen tambahan yang diperlukan menurut rule IX ROO AKFTA.
16
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
25
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL -1
INTERNATIONAL TRIPARTITE RUBBER COUNCIL
1. Perluasan Akses Pasar: Meningkatkan diversifikasi produk, mendorong inovasi
produk, melakukan promosi penggunaan produk berbasis karet alam.
2. Stabilisasi harga:
Dua skema ITRC:
• Supply Management Scheme/SMS: mengelola produksi untuk keseimbangan
supply demand jangka panjang
• Agreed Export Tonnage Scheme/AETS: mempengaruhi supply jangka pendek
melalui pengurangan ekspor
A. Implementasi AETS ke-4:
• Pengurangan ekspor dilakukan oleh Thailand, Indonesia, Malaysia di bulan
Maret – Agustus 2016 sejumlah 615 ribu ton dan oleh Thailand dan Indonesia di
bulan September – Desember sejumlah 85 ribu ton.
• AETS dapat menaikkan harga, dari harga rata-rata bulan Januari 2016: US$
1,08/kg, naik menjadi US$ 1,27/kg di bulan Maret dan mencapai harga rata-rata
tertinggi di bulan April sebesar US$ 1,48/kg. Harga rata-rata bulan Juli: US$
1,3/kg.
• Dengan implementasi AETS terjadi peningkatan revenue mengingat tanpa AETS,
harga kemungkinan tetap berada di baseline.
B. Pembentukan Pasar Karet Regional
• Mempromosikan Regional Rubber Market/RRM atau pasar karet regional. (RRM
dibentuk agar negara produsen karet alam dapat berperan dalam pembentukan
dan transparansi harga karet alam sesuai harga riil di pasar sekaligus berfungsi
untuk lindung nilai).
17
ASSOCIATION OF NATURAL RUBBER PRODUCING COUNTRIES
1. Perluasan Akses Pasar:
Melakukan promosi perdagangan, dan promosi karet alam sebagai produk
berkelanjutan.
2. Stabilisasi harga:
Stabilisasi harga dengan cara: pengelolaan
produk, meningkatkan transparansi dan validitas data supply-demand karet alam
untuk menciptakan sentimen positif di pasar karet.
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek:
• Menggalang dukungan dari kelompok pro sawit di Perancis dan Uni Eropa
• Penguatan ISPO
• Pembentukan kelompok kerja antar instansi untuk menyusun skema sertifikasi
yang diterima secara internasional.
• Koordinasi antar instansi dalam melakukan diplomasi sawit Indonesia.
Perluasan Akses Pasar:
Materi Diplomasi Sawit Indonesia (Master Narrative), diplomasi sawit,
melakukan stakeholder mapping, dan penguatan ISPO.
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
26
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL - 2
ASIAN AND PACIFIC
COCONUT COMMUNITY
1. Perluasan Akses Pasar:
Mengubah status APCC
menjadi organisasi interna
sional, meningkatkan
produktivitas perkebunan
kelapa dan produk
berbasis kelapa di tingkat
domestik dan
internasional, meningkatk
an mutu kelapa sesuai sta
ndar negara tujuan ekspor
2. Stabilisasi harga:
Transparansi harga melalui
rencana pembentukan
platform informasi perdag
angan dan pemasaran
produk kelapa di tingkat
internasional.
18
INTERNATIONAL COFFEE
ORGANIZATION
1. Perluasan Akses Pasar
• Target Uni Eropa & AS
serta negara di Afrika
Utara dan Timur
Tengah sebagai pasar
non-tradisional.
• Pengembangan akses
International Coffee
Day, program sustaina
bility, World Coffee
Conference,
peningkatan mutu,
program sertifikasi,
diversifikasi produk,
dan food safety.
2. Stabilisasi Harga
Penyediaan data
statistik, laporan pasar,
model ekonometrik,
studi ekonomi secara
mendalam dan profil
negara kopi.
INTERNATIONAL COCOA
ORGANIZATION
1. Perluasan Akses Pasar
 Penyusunan roadmap penca
paian ekonomi kakao dunia
yang berkelanjutan dan
terdiri dari strategi dan aksi
mengatasi tantangan pada
rantai nilai kakao ditingkat
nasional, regional dan inter
nasional.
 ICCO berusaha mengatasi
estimasi terjadinya defisit
pasokan kakao sebesar 900
ribu-1 juta ton pada tahun
2020 sesuai prediksi Barry
Callebaut.
 ICCO memiliki program
peningkatan standar dan
kualitas.
2. Stabilisasi Harga
Mewujudkan harga yang
remuneratif dan pendapatan
yang tinggi bagi petani kakao.
INTERNATIONAL PEPPER COMMUNITY
1. Perluasan Akses Pasar
• Aktif pada kegiatan promosi perdagangan IPC (co: Pepper Conclave).
• Memanfaatkan peluang promosi perdagangan lada di Eropa, Timur
Tengah, dan Jepang mengingat tahun 2017 diperkirakan produksi
lada kembali membaik diikuti peluang permintaan yang meningkat dari
ketiga negara tersebut.
• Mendorong agar Komite Marketing IPC dapat kembali aktif. Indonesia
dapat mencalonkan diri sebagai ketua komite dan memanfaatkan komite
ini sebagai upaya promosi perdagangan lada Indonesia.
• Peningkatan standard mutu dan kualitas, antara lain:
- Kerjasama laboratorium pengujian produk lada dengan negara anggota;
- Finalisasi IPC Good Manufacturing Practices;
- Finalisasi IPC Methods of Analysis yang bertujuan untuk menetapkan
standar pengujian.
• Upaya diplomasi secara bilateral dengan Pemerintah Filipina, Kamboja,
dan Tiongkok untuk menjadi anggota IPC.
2. Stabilisasi Harga
• Indonesia dapat memanfaatkan diseminasi informasi harga yang dilakukan
IPC kepada petani melalui short message service (SMS).
• Indonesia perlu mendukung pelaporan data statistik dan informasi lada
yang dilakukan negara anggota IPC sehingga dapat disusun review analisis
pasar yang lebih akurat oleh Sekretariat IPC.
• Memanfaatkan program IPC untuk meningkatkan mutu dan kualitas lada
nasional.
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
27
TERIMA KASIH
www.kemendag.go.id
Download