KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan

advertisement
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul Kebijakan Moneter.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Endra
Yuafanedi Arifianto ST. selaku dosen Pengantar Ekonomi dan juga berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata
bahasa.
Tetapi
walaupun
demikian
penulis
berusaha
sebisa
mungkin
menyelesaikan karya ilmiah meskipun tersusun sederhana seperti ini.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun.
Malang, 1 April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa definisi dari kebijakan moneter?
·
Apa tujuan dari dibuatnya kebijakan moneter?
·
Apa saja macam-macam instrumen Kebijakan Moneter
1.3
Tujuan
·
Memahami definisi kebijakan moneter.
·
Mendeskripsikan tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia.
·
Mempelajari macam-macam instrumen kebijakan moneter.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi makro, pada
dasarnya kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah di bidang keuangan
dalam mengatur jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga yang bertujuan
untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang mengatur jumlah uang
beredar dan tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga
pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak
sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan
sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.
Menurut Nopirin : kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh
penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah
uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45). Bank sentral adalah lembaga yang
berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah
uang beredar.
Menurut Iswardono : kebijakan moneter merupakan salah satu bagian
integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk
mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca
pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.2 Tujuan Kebijakan Moneter
Tujuan kebijakan moneter antara lain untuk mencapai hal-hal sbb:
1.
Menjaga Stabilitas Ekonomi stabilitas ekonomi merupakan suatu keadaan
yang menujukkan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan
berkelanjutan. Pertumbuhan arus barang atau jasa dan arus uang berjalan
seimbang.
2.
Menciptakan kesempatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi positif , maka
kegiatan usaha atau kegiaatn produksi meningkat.Peningkatan produksi akan
di ikuti dengan terbukanya kesempatan kerja,pendapatan masyarakat
meningkat sehingga dapat meningkatkan akan taraf hidup masyarakat.
3.
Kestabilan Harga. Kondisi ekonomi yang baik akan ditandai dengan
tingkat harga barang yang stabil. Harga barang terjangkau oleh masyarakat
sehingga daya beli masyarakat meningkat.
4.
Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)
dalam perekonomian.
5.
Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.
6.
Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat dengan jalan
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke
dalam negeri atau sebaliknya.
Kebijakan moneter di Indonesia dikendalikan oleh dewan moneter
yang
anggotanya terdiri dari:
1.
Menteri Keuangan (sebagai ketua)
2.
Menteri Perdagangan dan Industri (sebagai anggota)
3.
Gubernur Bank Indonesia (sebagai Anggota)
2.3 Instrumen Moneter
Untuk mencapai kebijakan moneter yang ditentukan,baik menambah maupun
mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral dapat menggunakan berbagai alat
(instrumen) yang dikenal dikenal dengan instrumen moneter,yaitu kebijakan
diskonto,kebijakan operasional pasar terbuka,kebijakan rasio kas, pengawasan
kredit secara selektif, dan persuasi moral.
A. Kebijakan Diskonto ( politik diskonto)
Kebijakan pemerintah dibidang keuangan dengan jalan menaikan atau
menurunkan tingkat suku bunga. Jika Pemerintah menginginkan jumlah uang
yang beredar di masyarakat berkurang, maka pemerintah tinggal menaikan
tingkat suku bunga. Sebaliknya, jika pemerintah menginginkan jumlah uang
yang beredar berkurang, maka tingkat suku bunga tinggal dinaikkan. Dengan
demikian, bank juga akan menaikkan suku bunga tabungan dan kredit. Bila
tingkat suku bunga naik maka masyarakat akan berbondong-bondong untuk
menabung atau mendepositikan uangnya ke bank.
Sebaliknya jika pemerintah menginginkan jumlah uang yang beredar
bertambah, maka tingkat suku bunga kredit atau tabungan diturunkan. Bank
juga akan menurunkan suku bunganya. Bila hal ini terjadi masyarakat kurang
terpacu untuk menabung di bank. Dengan kebijakan diskonto tersebut
diharapkan inflasi dapat dikendalikan.
B. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka ( open market operation )
Kebijakan pemerintah menjual ataupun membeli obligasi ke pasar bebas
dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang beredar (money supply ).
Jika pemerintah menghendaki jumlah uang yang beredar di masyarakat
berkurang, maka pemerintah akan menjual obligasi ke masyarakat. Sebaliknya
jika pemerintah menghendaki jumlah uang yang beredar bertambah, maka
pemerintah akan melakukan pembelian kembali obligasi dari masyarakat.
Pada saat ini pemerintah melakukan penjualan surat berharga SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) dan SBPU (Surat Berharga Pasar Uang).
C. Kebijakan Rasio Kas (Cadangan Minimum)
Kas adalah kebijakan pemerintah dengan cara mengubah cadangan
mimimum. Cadangan minimum adalah perbandingan antara uang tunai yang
disimpan di Bank (uang yang tidak dipinjamkan pada nasabah) dengan jumlah
simpanan para nasabah yang meliputi giro, deposito dan lain-lain. Simpanan itu
disebut giro wajib minimum (GWM).
Pada saat ini setiap bank wajib menyimpan 5% dari dana bank yang
dihimpun dari masyarakat. Artinya jika seorang nasabah menyimpan Rp.
100.000,00 di bank maka 5%-nya atau Rp.5000,00 disimpan oleh pemerintah.
Sementara sisa tabungannya yaitu Rp 95.000,00 dapat digunakan bank untuk
investasi atau pinjaman.
Jika pemerintah menginginkan jumlah uang yang beredar berkurang maka
rasio kasnya dinaikkan. Misalnya, dinaikkan menjadi 10%, maka uang jumlah
uang nasabah tersebut di bank menjadi Rp 10.000,00. Sebalinya jika
pemerintah menginginkan jumlah uang yang bertambah, maka rasio kas
diturunkan.
D. Pengawasan kredit secara selektif.
Kebijakan ini bertujuan agar bank-bank yang memberikan kredit
(pinjaman) dan yang melakukan investasi harus sesuai dengan keinginan
pemerintah. Jadi, kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk mengawasi jumlah
uang yang beredar melainkan untuk mengurangi jenis pinjaman dan sasaran
investasi.
E. Persuasi moral
Kebijakan ini dilakukan oleh bank indonesia dengan meminta atau
menghimbau bank sentral untuk selalu mempertimbangkan kondisi makro
ekonomi maupun kondisi makro masing-masing bank dalam menyusun renca
ekspansi kredit yang realistis. Kebijakan persuasi moral ini pada dasarnya
untuk mendorong perbankan agar senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam memberikan kredit namun dengan tetap memberikan kebebasan bagi
perbankan untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan mekanisme pasar.
Kebijakan diskonto juga memiliki pengaruh bagi konsumen. Sebagai
contoh, jika jumlah uang beredar sedikit sedangkan bunga tinggi, maka akan
sulit bagi seseorang untuk membeli rumah. Karenanya hanya ada sedikit rumah
yang dibangun dan lapangan kerja pun menyempit. Sebaliknya jika uang
beredar banyak dan bunga bank rendah. Maka akan mudah bagi seseorang
untuk membeli rumah maka, permintaan rumah juga akan meningkat dan akan
terbuka kesempatan kerja baru.
Lembaga keuangan meminjam uang pada Bank Indonesia tidak hanya
dalam masalah pinjaman atau investasi. Mereka juga bisa meminjam uang pada
saat terjadi penarikan uang besar-besaran seperti yang pernah terjadi di
indonesia pada tahun 1998.
2.4 Tinjauan terhadap Kurva IS-LM


Kurva IS mewakili pasar barang
Kurva LM mewakili pasar uang.
 KURVA IS-LM :
Variabel yang menghubungkan pasar uang dan pasar barang adalah tingkat
suku bunga. yang menunjukkan bahwa interaksi antara pasar barang dengan
pasar uang menentukan permintaan agregat (Y) .
• Kondisi A :
Dalam perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih kecil
dari pada pendapatan nasional (AE < Y) dan penawaran uang lebih besar dari
pada permintaan uang (MS > MD, akibatnya pembelanjaan agregat berkurang
dan tingkat bunga menuru.
• Kondisi B :
Dalam Perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar
dari pada pendapatan nasional (AE > Y) dan uang lebih besar dari pada
permintaan uang (MS > MD), akibatnya pembelanjaan agregat bertambah,
tetapi harga bunga menurunü
• Kondisi C :
Dalam Perekonomian pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar
dari pada pendapatan nasional (AE > Y) dan penawaran uang lebih kecil dari
pada permintaan uang (MS<Y) dan penawaran uang lebih kecil dari pada
permintaan uang (MS < MD), akibatnya pembelanjaan agregat berkurang
tetapi tingkat bunga meningkat.






Perubahan-perubahan Kurva IS-LM :
Investasi Perusahaan
Pengeluaran Pemerintah
Perdagangan Internasional, kenaikan I, G, X netto menggeser kurva IS
ke kanan yang menjadikan r0 naik r1 , Y naik Y1 .
Pertambahan pajak, kenaikan Tx netto mengakibatkan kurva IS
bergeser ke Kiri menjadikan r0 turun r1, Y0 turun Y1 .
Pertambahan penawaran uang, penaikan dalam MS dari MS0 ke MS1
akan diikuti penurunan tingkat bunga dari r0 ke r1, perubahan
penawaran ini tidak akan menggeser kurva IS tetapi LM, dimana kurva
LM kekanan LM0 menjadi LM1, sehingga Y meningkat dari Y0
menjadi Y1 .
 Kurva
Teori-teori ekonomi makro sintesis Klasik-Keynesian memadukan ide-ide
aliran pemikiran Klasik dengan Keynes, teori-teori tersebut amat banyak dan
bervariasi. Salah satu sintesis yang paling terkenal dan banyak digunakan
sebagai alat analisis adalah model IS-LM. Model tersebut menjelaskan bahwa
kondisi keseimbangan ekonomi akan tercapai bial barang-jasa dan pasar uangmodal secara simultan berada dalam keseimbangan.
a.
Asumsi-Asumsi Pokok
Asumsi-asumsi yang mendasari model IL-SM merupakan kombinasi asumsiasumsi model Klasik dan Keynes. Asumsi Klasik yang digunakan adalah pasar
akan senantiasa berada dalam keseimbangan. Sedangkan asumsi Keynes yang
digunakan adalah uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. Lebih rincinya
adalah sebagai berikut:
1) Pasar akan selalu berada dalam keseimbangan. Permintaan sama dengan
penawaran (S=D)
2) Berlaku Hukum Walras, dimana dalam perekonomian terdapat sejumlah
n pasar, dan sebanyak n-1 pasar telah berada dalam keseimbangn, maka pasar
ke-n niscaya telah mencapai keseimbangan.
3)
Funsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. MD = Mt + Msp
4)
Dimana MD = total permintaan uang
5)
Mt = permintaan uang untuk transaksi
6)
Msp = permintaan uang untuk spekulasi
7)
Perekonomian adalah perekonomian tertutup. Y = C + S.
8) Model komparatif statis. Analisis yang dilakukan adalah perubahan dari
satu keseimbangan ke kondisi keseimbangan lainnya.
b.
Keseimbangan Pasar Barang-Jasa
Keseimbangan parang barang-jasa tercapai bila penawaran barang dan jasa
telah sama dengan permintaannya. Pada kondisi keseimbangan, total produksi
sama dengan total pengeluaran.
Y = AE
C+S =C+I
S=I
f(Y) = f(r)
Kurva IS didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan hubungan anatar
berbagai tingkat bungan dengan pendapatan nasional yang menjamin
(memungkinkan) pasar barang dan jasa dalam keseimbangan.
 Penurunan Kurva IS
Pertama, seperti yang kita ketahui bahwa hubungan antara interest rate / tingkat
bunga (i) dengan investasi (I) adalah negatif. Contoh jika i = 10%, maka I =
150. Jika i = 8%, maka I = 200.
Dan kemudian kita ke pasar barang, kita memiliki permintaan terhadap barang
dan jasa, yang di dalamnya termasuk pengeluaran konsumsi, pengeluaran
pemerintah, juga pengeluaran investasi. Pada tingat bunga 10%, investasi
sebesar 150. Kita asumsikan total permintaan terhadap barang dan jasa sebesar
300.
Kemudian lihat tingkat pendapatan. Bagaimana mencari nilainya? Kita hitung
melalui multiplier (angka pengganda). Misalkan multiplier = 5, maka tingkat
pendapatan adalah = 5 x 300 = 1500. Jadi point 1 menyatakan keseimbangan di
pasar barang dengan tingkat bunga sebesar 10% dan tingkat pendapatan
sebesar 1500. Lalu kita menurunkannya pada kurva baru yaitu kombinasi
antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan.
Kemudian terjadi penurunan tingkat bunga dari 10% menjadi 8%, dan investasi
naik dari 150 menjadi 200. Investasi adalah komponen dari Z (permintaan
barang dan jasa), jadi jika I naik makan Z juga naik. Sehingga pada tingkat
bunga 8%, investasi naik sebesar 50, dan permintaan barang dan jasa juga naik
menjadi 350.
Untuk mengetahui besar pendapatannya kembali digunakan multiplier. Yaitu 5
x 350 = 1750.
Kemudian kita menurunkannya kembali ke kurva yang menghubungkan antara
tingkat bunga dengan pendapatan.
Titik-titik ini kita satukan, dan inilah yang dinamakan kurva IS. Yaitu kurva
yang menghubungkan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan dengan
keseimbangan pada pasar barang.
 Pergeseran kurva IS
Pergeseran kurva IS menunjukkan terjadinya perubahan tingkat outonomus.
Jika investasi outonomus meningkat, kurva investasi akan bergeser ke kanan
yang menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan (dari ISo ke IS1). Begitupun
sebaliknya denga investasi outonomus yang menurun.
c.
Keseimbangan Pasar Uang-Modal
Keseimbangan pasar uang-modal tercapai bila permintaan uang (L) telah sama
dengan penawaran uang (M). L = M.
Secara grafis digambarkan oleh kurva LM.
 Penuruan kurva LM
Kurva LM menunjukkan kombinasi antara tingkat bunga (i) dan tingkat
pendapatan (Y) dengan keseimbangan pada pasar uang. Untuk menurunkan
kurva LM kita mulai dengan pasar uang.
Penawaran uang / money supply (Ms) ditentukan oleh bank sentral. Karena
penyuplai uang itu adalah bank sentral. Permintaan uang / money
demand (Md) ditentukan oleh tingkat pendapatan. Kesimbangan antara money
demand dan money supply katakan pada tingkat bunga 10%. Jadi
keseimbangan pasar uang yang pertama terjadi saat tingkat bunga 10% dan
tingkat pendapatan Y1.
Kurva LM menunjukkan kombinasi dari i dan Y dengan keseimbangan pada
pasar uang yaitu tingkat bunga 10% dan pendapatan sebesar Y1. Jadi
point • menggambarkan point ketika pasar uang ekuilibrium ditandai pada
tingkat pendapatan Y1.
Jika pendapatan naik menjadi Y2, maka permintaan barang dan jasa juga naik.
Kenaikan permintaan barang dan jasa ini akan menyebabkan transaksi
permintaan uang akan naik. Pada kurva ditunjukkan dengan bergeser
kurva money demand ke kanan, dengan pendapatan sebesar Y2.
Permintaan uang yang naik, akan menyebabkan bank maupun penerbit bond
akan menjual bond. Jika bond dijual, maka harga bond akan turun. Untuk
menarik kembali uang yang beredar di masyarakat, maka bank akan menaikkan
tingkat bunga, misalkan menjadi 15%. Sehingga di dapat kesimbangan pasar
uang yang kedua yaitu saat tingkat bunga sebesr 15% dan pendapatan sebesar
Y2.
Kedua point ini dihubungkan dan terbentuklah kurva LM.
Jadi menurut teori preferensi likuiditas, jika tingkat pendapatan naik, maka
tingkat bunga juga naik. Pendapatan yang naik, akan menaikkan permintaan
uang dan kemudian menaikkan tingkat bunga keseimbangan.
 Pergeseran kurva LM
Kurva LM akan bergeser bila permintaan dan atau penawaran uang berubah.
Jika ada penambahan jumlah uang beredar dan permintaan uang bertambah
maka kurva LM akan bergeser ke kanan (dari LMo ke LM1). Begitupula
sebaliknya jika jumlah uang beredar dan permintaan uang berkurang maka
kurva LM akan bergeser ke kiri.
d.
Meletakkan IL dan SM Secara Bersama-Sama.
Relasi IS: Y = C (Y-T) + I (Y,i) + G
Relasi LM: M/P = YL(i)
Keseimbangan di pasar barang menunjukkan bahwa peningkatan tingkat suku
bunga akan mendorong terjadinya penurunan output.
Keseimbangan pasar uang menunjukkan bahwa peningkatan output akan
mendorong peningkatan tingkat suku bungan.
Ketika kurva IS berpotongan dengan kurva LM maka akan terjadi
keseimbangan.
e.
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Keseimbangan Pasar Barang-Jasa
Dampak pengeluaran pemerintah yang ekspansif (fiskal ekspansif)
menyebabkan kurva IS bergeser kanan. Pada tingkat bungan yang sama (r1),
pergeseran kurva tersebut menyebabkan output keseimbangan bergeser dari Yo
ke Y1. Sebaliknya damapaka anggaran deficit (fiskal kontraktif) menyebabkan
kurva bergeser ke kiri.
f.
Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Kurva LM
Kontraksi moneter atau pengetatan moneter berhubungan dengan penurunan
penwaran uang. Ketika terjadi peningkatan penawaran uang disebut juga
sebagai ekspansi moneter. Kebijakan moneter tidak mempengaruhi kurva IS,
tetapi hanya mempengaruhi kurva LM. Misalnya, ketika terjadi peningkatan
penawaran uang, kurva LM akan bergeser ke bawah.
Ekspansi moneter akan mendorong terjadinya peningkatan output dan
penurunan tingkat suku bunga.
g.
Penggunaan Kombinasi Kebijakan
Kombinasi kebijakan fiskal dn moneter disebut juga policy mix.
2.5 Efektifitas Kebijakan Moneter
Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana
kebijakan moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi
dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. dapat meningkatkan kesempatan kerja
d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara
e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya
Teori yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini diantaranya
adalah :
1. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya akan
efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan
efektif untuk jangka panjang
2. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan
efektif.

Keterkaitan kebijakan moneter dengan kebijakan makro lainnya
Yang perlu diketahui, bahwa dalam perekonomian sebuah negara, kebijakan
moneter merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kebijakankebijakan makro pemerintah lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan ekonomi
luar negeri, maupun kebijakan sektor riil lainnya.
Dengan demikian apapun pilihan kebijakan moneter yang ditempuh haruslah
memiliki keterkaitan dan mendukung sasaran dan tujuan dari kebijakan ekonomi
makro lainnya, sehingga secara bersama dapat memberikan dampak yang positif
bagi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai contoh, kebijakan moneter yang ekspansif memang akan mendorong
pertumbuhan ekonomi di satu sisi, namun di sisi lainnya, kebijakan ini akan
menyebabkan kenaikan harga-harga (inflasi), sehingga akan memberatkan neraca
pembayaran luar negeri karena produk dalam negeri akan kehilangan daya
saingnya di pasar luar negeri, yang berakibat menurunnya penerimaan devisa
negara. Oleh karena itu perlu diimbangi kebijakan sektor luar negeri kondusif
yang dapat mengatasi hal tersebut, seperti misalnya dengan memberi kemudahan
ekspor dan intensi ekspor lainnya.
Begitu pula dengan kebijakan moneter ketat yang ditempuh untuk tujuan
menurunkan tingkat inflasi, akan memberi dampak negatif pada sektor riil dalam
meningkatkan produksinya. Dalam kasus ini, diperlukan dukungan kebijakan
ekonomi makro lainnya agar produksi tetap dapat ditingkatkan. Kebijakan
ekonomi makro lain yang perlu dilakukan diantaranya dengan memberikan
insentif atau keringan pajak bagi produsen, atau dengan insentif-insentif lainnya
seperti penetapan harga khusus untuk bahan bakar industri dan kebijakan
kemudahan perijinan usaha misalnya.
Dengan dukungan berbagai kebijakan makro lainnya tersebut, kebijakan
moneter yang dijalankan pemerintah akan dapat mencapai sasaran dan dapat
diminimalkan dampak negatifnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah ramuan dari
berbagai kebijakan moneter dan kebijakan makro lainnya, sedemikian rupa, agar
berbagai kebijakan tersebut tidak saling bertentangan dan justru saling
melengkapi dan mendukung keberhasilannya,
2.5 Studi Kasus
Dari sisi moneter, sejak pertengahan tahun 2005 telah terjadi perubahan
paradigma, yakni perubahan dari stabilisasi yang berbasis jumlah uang yang
beredar menjadi Inflation Targeting Framework (ITF) dengan menggunakan
instrumen suku bunga.
Perkembangan perekonomian suatu negara dapat dikatakan sedang meningkat
atau menurun berdasarkan beberapa indikator dasar makroekonominya,
diantaranya suku bunga, jumlah uang yang beredar, inflasi, nilai tukar, dan
pengangguran.Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga otoritas moneter telah
melakukan stabilisasi melalui instrumen suku bunga SBI, dimana penetapan SBI
dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Ketika jumlah uang
yang beredar di masyarakat terlalu banyak (berlebih), maka hal ini akan
menyebabkan terjadinya inflasi.
Saat krisis ekonomi melanda Indonesia, tingkat inflasi meningkat tajam dan
pernah mencapai angka 82,40 persen pada September 1998. Tingkat inflasi yang
tinggi pada saat itu mencerminkan ketidakstabilan harga, hal ini tentu saja
mengurangi daya beli masyarakat. Ketika inflasi terjadi, jumlah uang yang
beredar akan meningkat. Hal tersebut akan berdampak pada terdepresiasinya nilai
tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun,
pada saat sebelum krisis yaitu dari tahun 1993-1996, nilai tukar Rupiah berada
pada kisaran 2.110 - 2.383 Rupiah per US Dollar. Namun, ketika terjadi krisis
ekonomi yang melanda kawasan Asia pada pertengahan tahun 1997,
perekonomian Indonesia terkena dampak negatifnya. Krisis ekonomi yang terjadi
di Asia ini diawali dengan melemahnya Bath Thailand yang melahirkan
contagion-effect (efek menular ke negara lain) dan menyebabkan krisis mata uang
yang merambat ke negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.
Krisis mata uang yang melanda Indonesia ditandai dengan melemahnya mata
uang Rupiah terhadap Dollar pada pertengahan tahun 1997. Rupiah yang bernilai
Rp 2.540 per US Dollar pada bulan Juni 1997, mengalami depresiasi secara terus
menerus hingga akhir tahun 1997 mencapai 4.650 Rupiah per US Dollar. Untuk
menahan laju nilai tukar Rupiah ini, maka pada tanggal 14 Agustus 1997
pemerintah melepas sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating
System) dan menerapkan sistem kurs mengambang bebas (Free Floating System).
Namun, memasuki tahun 1998 kondisi nilai tukar Rupiah semakin parah dan
puncaknya mencapai 14.850 Rupiah per US Dollar pada Juni 1998.
Untuk meredam melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan tingkat
inflasi yang tinggi ini, Bank Sentral meningkatkan tingkat suku bunga SBI yang
pada bulan November 1998 menyentuh angka 61 persen per tiga bulan. Langkah
yang dilakukan ini, disatu sisi memang berhasil menurunkan laju inflasi dari
77,63 persen pada tahun 1998 menjadi 2 persen pada akhir tahun 1999. Namun,
disisi lain keadaan ini berdampak kurang baik pada tingkat investasi di Indonesia.
Salah satu buktinya yaitu pada tahun 1997, pelarian arus modal keluar mencapai
3,5 milyar Dollar, sementara pada tahun 1998 dan tahun 1999 mengalami
penurunan, yakni masing-masing sebesar 19,7 milyar Dollar dan 11,3 milyar
Dollar.
Pelarian modal tentu akan mengakibatkan dana untuk investasi menurun secara
tajam, akibatnya terjadi perputaran dana di sektor riil, dan berdampak pada
penyerapan tenaga kerja. Akibat krisis finansial yang terjadi, banyak para
pengusaha yang gulung tikar karena dililit hutang bank, sehingga banyak pekerja
atau buruh pabrik yang terpaksa di-PHK atau dibebastugaskan oleh
perusahaan.Hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran,
yakni pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat. Ledakan
pengangguran yang terjadi di tahun 1998 yakni sekitar 1,4 juta pengangguran
terbuka baru. Selain itu, kinerja perekonomian yang lambat juga menyebabkan
pengangguran terbuka, dimana pada tahun 2005 mencapai 10,84 persen (11,6 juta
orang), jauh lebih tinggi dari level sebelum krisis pada tahun 1997 sebesar 4,7
persen. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi diperkirakan saat ini tidak cukup
menampung angkatan kerja yang bertambah 1,8 juta orang per tahunnya. Sulitnya
mengurangi tingkat pengangguran atau menciptakan lapangan kerja baru, menjadi
cerminan lambatnya gerak laju ekspansi sektor riil yang mampu menyerap tenaga
kerja yang terus bertambah setiap tahunnya.
Berbagai indikator ekonomi makro moneter sepanjang tahun 2005 menunjukkan
bahwa perekonomian Indonesia masih belum stabil, ini berarti ekonomi Indonesia
masih rawan terhadap berbagai guncangan. Ketidakstabilan indikator makro
ekonomi ini dapat dilihat dari adanya peningkatan inflasi dan suku bunga,
volatilitas nilai tukar dan adanya kecenderungan kenaikan tingkat pengangguran.
Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) tahun 2005 mencapai 17,11 persen, jauh di
atas inflasi pada tahun 2004 yang mencapai 6,4 persen, inflasi tahun 2005 ini
merupakan inflasi tertinggi sejak pasca krisis ekonomi. Tingginya laju inflasi
tersebut disebabkan oleh kenaikan administered prices, khususnya harga BBM
pada bulan Maret dan Oktober 2005. Selain itu juga terjadi kenaikan administered
prices lainnya, seperti tarif angkutan, elpiji, cukai rokok, dan tarif tol. Inflasi
administered prices yang terjadi hingga Desember 2005 pada waktu itu tercatat
42,01 persen year on year (yoy). Laju inflasi ini juga disebabkan adanya gangguan
pasokan dan distribusi sehingga menyebabkan tingginya harga bahan
makanan (volatile foods) sebesar 15,18 persen, adanya peningkatan ekpektasi
inflasi yang didorong oleh kenaikan harga BBM dan pelemahan nilai tukar
Rupiah. Permasalahan ini yang menjadi penyebab terakhirnya yakni karena
adanya depresiasi nilai tukar Rupiah selama tahun 2005 sebesar 8,6 persen yoy.
Ketidakstabilan mata uang Rupiah pasca krisis mulai terjadi sejak bulan Januari
2004.Sejak bulan itu Rupiah terdepresiasi tidak hanya dengan mata uang Dollar,
tetapi juga dengan mata uang Euro dan Yen.Hal ini mengindikasikan pengaruh
internal lebih menentukan dibandingkan dengan pengaruh eksternal. Dengan kata
lain, kondisi Indonesialah yang membuat mata uang Rupiah menjadi melemah.
Ketika Bank Indonesia merespon masalah ini dengan meningkatkan suku bunga
dalam negeri untuk disesuaikan dengan suku bunga internasional, langkah
penyesuaian yang diambil sudah terlambat.Terjadinya peningkatan suku bunga
domestik merupakan respon atas meningkatnya suku bunga internasional yang
mengalami trend sejak The Fed menaikkan suku bunganya di pertengahan tahun
2004.
Kenaikan suku bunga SBI, segera akan diikuti oleh kenaikan suku bunga
simpanan dan kredit.
Kenaikan yang terlalu cepat ini tentu akan menyulitkan perbankan dan sektor riil.
Fenomena perekonomian yang terjadi secara global pada tahun 2005-2006,
memperlihatkan bahwa kondisi eksternal belum menunjukkan kondisi yang
kondusif, seperti adanya kecenderungan kenaikan suku bunga internasional,
kenaikan harga minyak dunia, dan masih tingginya inflasi dunia. Kondisi-kondisi
tersebut tentu saja harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan untuk
memperbaiki kondisi perekonomian.Kondisi kestabilan perekonomian negara
dapat mengalami siklus naik turun. Oleh karena itu, agar perekonomian berada
dalam kondisi stabil, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia perlu melakukan
langkah stabilisasi makro, dengan mengelola sisi permintaan dan penawaran suatu
perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan, yaitu dengan
menetapkan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter. Melalui kebijakan
moneter ini diharapakan tercipta perekonomian Indonesia yang stabil dan dapat
mendukung iklim perekonomian di Indonesia.Kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia ini merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi perekonomian Indonesia yang stabil dan terkendali.Karena
kestabilan perekonomian suatu negara sangat didambakan oleh semua elemen
pendukung perekomian negara tersebut.Perekonomian yang stabil dapat menekan
laju inflasi dan menyeimbangkan peredaran jumlah uang di masyarakat.Selain itu
juga, perekonomian yang stabil dapat mendukung kinerja dan produktivitas usaha
dan bisnis sehingga menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menekan tingkat
pengangguran yang terjadi di Indonesia.
Merujuk pada kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, telah
banyak pakar ekonomi dan ekonom Indonesia lainnya yang telah melakukan studi
empiris, interpretasi dan analisis mengenai efektivitas kebijakan moneter terhadap
parameterparameter makroekonomi yang mempengaruhi kondisi perekonomian di
Indonesia. Pada umumnya, analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
suatu respon variabelvariabel makroekonomi terhadap kebijakan moneter di
Indonesia dan menganalisis faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perubahan
kondisi perekonomian di Indonesia.Salah satu indikator yang juga berkaitan
dengan efektivitas kebijakan moneter, yakni tingkat inflasi dan
pengangguran di Indonesia.
Melihat jauh kebelakang mengenai tindak tanduk Bank Indonesia sebagai
lembaga otoritas moneter dalam mengatur kebijakan upaya stabilisasi peredaran
jumlah uang di masyarakat.Secara umum, kinerja dan upaya yang telah dilakukan
oleh Bank Indonesia, sudah menunjukkan perannya sebagai lembaga otoritas
moneter dalam menetapkan kebijakan untuk perbaikan perekonomian di
Indonesia.Walaupun banyak para pakar ekonomi dan pemerhati ekonomi di
Indonesia mengatakan bahwa kebijakan moneter yang telah ditetapkan kurang
mampu mengendalikan laju inflasi dan tingkat pengangguran dalam jangka
pendek. Akan tetapi, geliat dan upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia telah
menunjukkan fungsi dan perannya sebagai lembaga otoritas moneter dalam
menetapkan kebijakan moneter untuk perbaikan dan kestabilan kondisi
perekonomian di Indonesia, walaupun tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat
dicapai dalam periode jangka panjang.
Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi perekonomian yang stabil di
Indonesia, peran serta semua pihak yang terkait perlu digalakkan. Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral di Indonesia telah menjalankan fungsinya dengan
menetapkan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter, maka keberhasilan
implementasi dan realisasi kebijakan yang telah ditetapkan juga bergantung pada
oknum-oknum terkait dan kondisi di Indonesia sendiri. Efektivitas kebijakan
moneter Bank Indonesia terhadap variabel-variabel makroekonomi, seperti
masalah inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia perlu diperhatikan.Oleh
karena itu, Bank Sentral diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang lebih
efektif dalam menstransmisikan sektor moneter ke sektor riil. Selain itu, Bank
Sentral juga diharapkan tidak hanya terfokus pada pentargetan inflasi saja, namun
perlu juga memperhatikan variabel makroekonomi lainnya, termasuk perubahan
kondisi internal dan eksternal, sehingga diharapkan kebijakan yang diambil dapat
dengan cepat menyesuaikan diri dengan keadaan perekonomian yang terjadi.
Di dalam menetapkan kebijakan moneter, Bank Sentral juga diharapkan
dapat menerapkan kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan
tenaga kerja dan tingkat usaha di Indonesia, mengingat faktor sumber daya
manusia merupakan elemen penting dari suatu negara.Tingkat penganguran juga
mengidentifikasi keadaan perekonomian suatu negara.Jika suatu negara
menginginkan keadaan sumber daya manusianya yang makmur dan sejahtera,
maka sudah sepatutnya negara tersebut juga harus memperhatikan keadaan dan
kondisi sumber daya manusianya.
BAB III
PENUTUP
Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter dalam bentuk
pengendalian
agregat
moneter
untuk
mencapai
perkembangan
kegiatan
perekonomian yang diinginkan, di Indonesia sendiri biasanya di putuskan oleh
Dewan Moneter yang dipimpin oleh Menteri Keuangan dan beranggotakan
Menteri Perdagangan dan Industri dan Gubernur Bank Indonesia. Berdasarkan
kebijakan yang diambil, Kebijakan Moneter terbagi atas dua jenis, yaitu
Kebijakan Moneter Ekspansif dan Kebijakan Moneter Konstruktif. Hal yang
membedakan antara kedua jenis kebijakan tersebut adalah pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada jenis ekspansif, kebijakan diambil dengan harapan bertambahnya
jumlah uang yang beredar di masyarakat, sedangkan pada kebijakan moneter
kontraktif atau yang biasa disebut kebijakan uang ketat, kebijakan yang diambil
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter sendiri bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan beberapa hal, diantaranya adalah : Kesempatan Kerja,
Kestabilan harga dan Neraca Pembayaran Internasional. Apabila parameterparameter kestabilan ekonomi tersebut sudah terpenuhi, maka bisa dianggap
bahwa kestabilan ekonomi sudah tercapai dan artinya kebijakan moneter yang
diambil sudah tepat. Kebijakan moneter sendiri dapat dilakukan dengan
menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain : Operasi Pasar
Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib, Himbauan Moral, Kredit
selektif, Politik sanering.
DAFTAR PUSTAKA
Adji Wahyu.Ekonomi Jilid.1.Jakarta,Erlangga,2007.
Samuelson Paul A.Ekonomi.Ed-12.Jakarta,Erlangga,1985.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
http://www.e-dukasi.net/
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskalinstrumen-serta-penjelasannya
http://id.shvoong.com/business-management/1999551-pengertian-dan-tujuankebijakan-moneter/
http://blogdeta.blogspot.com/2009/04/kebijakan-moneter.html
http://qthab2.blogspot.com/2008/09/kebijakan-moneter.html
Lampiran
Pertanyaan :
1. Fitta: Jelaskan pengaruh titik potong pada kurva dan apa maksud dari
kontraktif dan ekspansif pada kurva tersebut?
2. Wawan: Jelaskan kriteria penggunaan Politik Sanering dan keadaan
seperti apa yang dimaksud dengan hiper inflasi?
3. Ervina: Jelaskan apa maksud dari sensitif dan tidak sensitif pada kurva?
Download