pemikiran politik renaissance

advertisement
PEMIKIRAN POLITIK
RENAISSANCE
Hartanto, S.I.P, M.A.
Pengantar
• Kurun waktu renaissance biasanya menunjuk
pada fase pemikiran pada abad ke-14 hingga
abad ke-16.
• Pusat persemaian pemikiran ini berlangsung
di Italia, terutama di Florence, yang
selanjutnya menyebar ke Eropa dan kelak
menjadi cikal bakal lahirnya proses
modernisasi tahap pertama di dunia.
Apakah Renaissance ?
• Renaissance (Perancis), aufklarung (Jerman) atau
enlightening (Inggris) berasal dari istilah Italia,
rinascita, yang maknanya adalah kelahiran
kembali.
• Renaissance menunjuk pada momen dimana akal
manusia (reason) menjadi pendorong
kebudayaan, setelah sebelumnya tenggelam
dalam dogma agama.
• Akal pikiran adalah tempat konfirmasi bagi
pencapaian hidup manusia.
Perubahan Sosial Era Renaissance
• Pada awalnya, renaissance menunjuk pada
gerakan kesenian yang ingin mengusung
kebebasan berekspresi. Mereka menolak
intervensi gereja terhadap karya seni.
Renaissance Art
Can you name 4 Renaissance artists?
*Leonardo
*Raphael
*Donatello
*Michelangelo
Mona Lisa – da Vinci, 1503-4
Mona Lisa OR da Vinci??
• Munculnya renessaince boleh dikatakan
merupakan upaya untuk mengembalikan pikiran
(reason) setelah mengalami “kematian” pada fase
the dark age di abad pertengahan.
• Seperti dicatat sejumlah penulis, fase abad gelap
terjadi pada Abad Tengah (abad ke-2 SM).
Disebut abad gelap karena pada saat itu
kebebasan berpikir yang telah dirintis oleh para
pemikir Yunani dibunuh oleh para raja yang
memonopoli pemikiran.
• Pada masa Abad Tengah, struktur sosial yang dominan
adalah feodalisme. Egitu juga dalam kehidupan
keagamaan dan ruhaniah, fase Abad Tengah ditandai
oleh monopoli tafsir agama (Katolik) oleh pihak gereja
dan mereka yang berkuasa.
• Monopoli tafsir oleh pihak gereja atas Injil inilah yang
kemudian melahirkan model skolastik dalam dunia
pendidikan. Model skolastik berarti guru menjadi satusatunya pemilik kebenaran. Dan yang disebut guru
pada masa Abad Tengah, adalah kalangan gereja.
• Intervensi gereja juga terjadi dalam bidang
ilmu pengetahuan. Upaya pencarian
kebenaran tidak boleh dilakukan tanpa ijin
gereja.
• Jika ada teori serta pemikiran yang berbeda,
pihak gereja akan memberi hukuman yang
amat berat. Abad Tengah sama sekali tidak
menyumbang pemikiran besar bagi pemikiran
politik.
Munculnya renaissance/aufklarung
• Fase renaissance ditandai dengan tumbuhnya filsafat antroposentris
dimana manusia menjadi pusat eksistensi.
• Filsafat ini ingin mengembalikan harkat dan posisi akal sebagai
pembentuk kebudayaan. Dengan kata lain, renaissance percaya
tentang adanya dignity of man.
• Fase renaissance didasarkan pada keyakinan bahwa manusia
dilahirkan bukan sekedar untuk memikirkan nasib di akhirat (beyond
the world), sebagaimana diyakini oleh pemikir di Abad Tengah,
tetapi juga menjadi kreator di dunia.
• Manusia harus mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia
ini, itulah prinsip filsafat pencerahan. Kesenangan dan
kesengsaraan, kemajuan dan kemunduran, kebahagiaan dan
nestapa, bukan ditentukan oleh faktor di luar manusia. Manusia
punya otonomi, dan akal adalah pusat bagi otonomi tersebut.
HUMANISM
What is humanism?
• A balance between reason
and faith.
One humanist wrote, “To each
species of creature has
been allotted a peculiar and
instinctive gift. To horses
galloping, to birds flying,
comes naturally. To man
only is given the desire to
learn.”
CIRI ZAMAN RENAISSANCE
• BERCIRIKAN GERAKAN PEMBERONTAKAN ANAK ZAMAN TERHADAP
NILAI-NILAI TEOLOGIS YANG MENGUASAI POLA UMUM KEBUDAYAAN
MANUSIA DI ABAD PERTENGAHAN.
• GERAKAN PEMBERONTAKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN (REFORMASI)
DISERTAI PEMBERONTAKAN DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA
(RENAISSANCE).
• TERJADI PROSES PERUBAHAN PANDANGAN HIDUP DARI SIFAT
TEOSENTRISME KE ANTROPOSENSTRISME.
• KEHIDUPAN MANUSIA DIHARGAI, BAHKAN MENJADI PUSAT
PERHATIAN DALAM SEGALA HAL.
• MENCERMINKAN KEHIDUPAN YANG SEKULER DAN HUMANITIS.
• ADANYA KEBEBASAN BERFIKIR DAN BERKREASI, DAN MENGELUARKAN
PENDAPAT.
1. Pemujaan pada akal budi
2. Menguatnya empirisme
3. Munculnya pemikiran saintifik
4. Munculnya pemikiran universalisme
5. Progres adalah acuan kebudayaan manusia
6. Posisi individu sangat penting
7. Toleransi pada posisi manusia
8. Kebebasan adalah landasan hidup
9. Uniformitas (manusia adalah sama di manapun)
10. Sekularisme
Pemikiran renaissance menjadi titik tolak perkembangan modernisme
di Eropa. Dari sinilah kemudian terjadi bebagai penemuan ilmiah
dan pemikiran yang revolusioner.
MACHIAVELLI (1469 – 1527)
MACHIAVELLI (1469 – 1527)
• LAHIR DAN MENETAP DI FLORENCE. LAHIR PADA 3 MEI 1469,
MENINGGAL 21 JUNI 1527
• ANAK SEORANG BANGSAWAN MISKIN.
• MENGABDIKAN DIRI UNTUK REPUBLIK FLORENCE, SEBAGAI
SEKRETARIS DAN CHANCELOR DEWAN URUSAN PEPERANGAN (DICCI
DI LIBERTA A PEACE).
• SERING MISI DIPLOMATIK KE DALAM MAUPUN KE LUAR ITALIA.
• BERCITA-CITA MEMBENTUK PASUKAN MILISI YANG KUAT.
• DIANGGAP TERLIBAT KONSPIRASI JATUHNYA FLORENCE DARI
SPANYOL. IA DITANGKAP DAN DIASINGKAN DI LUAR FLORENCE.
• DI PENGASINGAN IA MENULIS IL PRINCIPE (THE PRINCE), TAHUN
1513.
KARYA MACHIAVELLI
• HISTORY OF FLORENCE, MENULIS SECARA EMPIRIS DAN
MENGUNGKAPKAN KENYATAAN YANG PERNAH DIALAMINYA.
• IL PRINCIPE, MENYINDIR AUTOKRASI YANG SEMENA-MENA.
• THE ART OF WAR, NASEHAT DAN BANTUAN PADA PENGUASA GUILIANO
DE MEDICI MUDA.
• THE DISCOURCES ON LIVY, MEMBANDINGKAN KEJAYAAN ROMA DENGAN
KEMEROSOTAN FLORENCE.
2. Niccolo Machiavelli (1469 – 1527 M).
Pertama :
Kekuasaan dan negara hendaknya dipisahkan dari
moralitas dan Tuhan.
Kedua :
Kekuasaan sebagai tujuan, bukan instrumen untuk
mempertahakan nilai-nilai moralitas agama. 
sebaliknya bahwa justru agama dan nilai moralitas
harus dijadikan suatu alat untuk mencapai kekuasaan.
Ketiga :
penguasa yang baik harus mengejar kejayaan dan
kekayaan, karena keduanya merupakan nasib mujur
yang dimiliki oleh penguasa.
Keempat :
Kekuasaan merupakan raison d’entre negara. Negara
merupakan simbolisasi kekuasaan politik tertinggi yang
sifatnya mencakup semua (all embracing) 
mengajurkan negara kekuasaan (machtstaat), bukan
negara hukum (rechtstaat).
Kelima :
Dalam mempertahankan kekuasaan setelah
merebutnya. Machiaveli memberikan 2 (dua)
cara :
a. memusnahkan, membumihanguskan seluruh
negara, dan membunuh seluruh keluarga
penguasa lama.
b. melakukan kolonisasi dan menjalin hubungan
baik dengan negara tetangga terdekat.
Keenam :
Kekuasaan yang didapat secara keji dan jahat
bukan merupakan nasib baik. Cara ini tidak akan
menyebabkan seorang penguasa menjadi
pahlawan yang dihormati. Seorang penguasa
seharusnya tidak melakukan kekejaman. Jika ia
melakukan kekejaman hendaklah mengiringinya
dengan tindakkan simpatik, kasih sayang kepada
rakyat, dan menciptakan kebergantungan rakyat
kepadanya. Hal ini dapat menghindari terjadinya
pemberontakkan.
Ketujuh :
Bahwa seorang penguasa perlu mempelajari
sifat yang terpuji maupun yang tidak terpuji.
Ia harus berani melakukan tindakkan yang
kejam, bengis, kikir, dan khianat asalkan baik
bagi negara dan kekuasaan. Untuk mencapai
tujuan, cara apapun dapat dilakukan (tujuan
menghalalkan segala cara). Penguasa tidak
perlu takut dicintai asalkan ia tidak dibenci
rakyat.
Kedelapan :
Penguasa negara dapat menggunakan cara
binatang dalam menghadapi lawan-lawan
politiknya. Seorang penguasa dapat
mencontoh perangai singa yang mrenggertak
di suatu saat dan perangai rubah yang tidak
bisa dijebak di saat yang lain.
Kesembilan :
Seorang penguasa yang
mempunyai sikap yang jelas
apakah sebagai musuh atau kawan
akan lebih dihargai daripada
bersikap netral.
Pengaruh Machiavelli
• berpengaruh pada gagasan realis dalam pemikiran
politik
• dianggap sebagai tokoh utama pemikiran politik
modern
• kecintaannya pada tanah kehalhiran menjadi inspirasi
bagi paham nasionalisme di kemudian hari
• mempengaruhi cara berkuasa sejumlah penguasa pada
pada abad berikutnya
• bukunya, The Prince, menjadi “kitab suci” sejumlah
penguasa dan dianggap karya penting studi ilmu
politik.
Thomas Hobbes (1588 – 1645).
Negara adalah organisasi kekuasaan yang memiliki kekuasaan
mutlak. Kekuasaannya tidak dapat dan tidak boleh dibagi.
Kekuasaan yang terbagi akan mengakibatkan timbulnya anarki,
perang sipil atau perang agama dalam negara. Hobbes tidak
menyangkal bahwa kekuasaan absolut melahirkan Despotis
(negara kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang tanpa ada
satupun kekuatan yang dapat mengontrolnya). Meskipun
demikian menurut Hiobbes, negara Despotis jauh lebih baik
daripada terjadinya anarki akibat terbagi atau terbelahnya
kekuasaan negara.
Kesimpulan pemikiran Hobbes
mengenai negara dipengaruhi kuat
filsafat Hobbes dan asumsiasumsinya, yaitu :
Pertama :
Asumsi tentang keadaan alamiah
(state of nature).
Dalam hal ini, titik tekan filsafat dan asumsi
Hobbes adalah keadaan manusia yaitu :
1.Manusia cenderung mempunyai insting
hewani yang kuat.
2.Untuk mencapai tujuannya, manusia
cenderung menggunakan insting hewaninya.
3.Manusia akan jadi serigala bagi manusia
lainnya (HOMO HOMONI LUPUS).
4. Semua manusia akan berperang
melawan semua (BELLUM OMNIUM
CONTRA OMNES); dalam keadaan
alamiah manusia saling membunuh,
sesuatu yang sebenarnya tidak
dikehendaki oleh manusia.
5. Nalar manusia untuk berdamai.
Atas dasar penalaran itulah,
manusia merasa membutuhkan
kekuasaan bersama yang bisa
menghindari pertumpahan darah.
Kedua :
Kontrak Sosial  pada akal manusia bekerja membimbing untuk
damai, timbullah kontrak atau perjanjian sosial antarindividu atau
antarkelompok manusia. Dalam kontrak tersebut individu/manusia
secara sukarela menyerahkan hak-haknya serta kebebasannya
kepada seorang penguasa negara/dewan rakyat. Hobbes
berpandangan bahwa terbentuknya sebuah negara atau
kedaulatan pada hakikatnya merupakan sebuah kontrak/perjanjian
sosial antar individu saja. Oleh karena itu negara berdiri bebas dan
tidak terikat oleh perjanjian. Negara berada di atas individu.
Negara bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya, terlepas
apakah sesuai atau tidak dengan kehendak individu.
Ketiga :
Negara perlu kekuatan mutlak untuk mengatur individu
atau manusia. Bentuk negara yang monarkhi absolut
adalah yang terbaik dan niscaya. Monarkhi absolut
memiliki hak-hak istimewa : hak menetapkan seorang
pengganti. Penguasa boleh menunjuk seseorang untuk
menjadi penguasa yang berasal dari kalangan
manapun, yang penting adalah apakah penguasa
penggantinya melakukan kewajiban sebagai penguasa
atau tidak.
Politics and Renaissance statecraft reflected significant changes in Europe.
• The 'new' monarchs exercised considerable authority.
– The rulers were interested in the centralization of power and
authority.
– Many seemed to act according to Machiavelli's principles.
• France ushered in an age of recovery after the Hundred
Years' War.
– Charles VII expelled the English. He made the state superior to
the church.
• In England, the Wars of the Roses created political and
social problems.
– The wars, fought between 1455 and 1471, were a civil war
between the houses of York and Lancaster.
– The English parliament continued to gain power in its struggle
with the crown.
• The marriage of Ferdinand and Isabella unified Spain.
– Their policy was to expel Arabs and Jews and Christianize Spain.
MATUR SUKSMA/MUITO
OBRIGADO/TERIMA KASIH
Download