Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Penggolongan

advertisement
 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakekat Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata
pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan
sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah
yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan
tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara
khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.
Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada
pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam
mempelajari
alam
dengan
menggunakan
metode-metode
sains.
Ilmu
pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan
masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.
Ilmu pengetahuan alam atau sains diambil dari kata latin Scientia yang
arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi
khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan
bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan
pengetahuan
dan
cara-cara
untuk
mendapatkan
dan
mempergunakan
pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat
dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Agus.
S. 2009: 11)
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan
diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik)
dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmuilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan
5
6
life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi,
mikrobiologi.
IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh
dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia
alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,
jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi
adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit,
sehingga semboyan ” Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan
semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan
teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung
hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna
teknologi (the meaning of technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejalagejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
Berkaitan dengan pengertian di atas, maka tujuan pembelajaran IPA di
sekolah dasar adalah untuk membekali siswa tentang : (a) pengetahuan
alam/Sains yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, (b) kemampuan
mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah
secara kritis berdasarkan prinsip-prinsio sains, (c) kemampuan mengaplikasikan
ilmu yang di dapat di sekolah dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan
dengan pengetahuan alam, (d) kesadaran sikap mental yang kritis positif dan
keterampilan ilmiah terhadap lingkungan hidup menjadi bagian dari kehidupan,
(e) kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPA sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat, dan kemajuan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK).
7
Jadi, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya
dengan mempelajari IPA akan terbentuk individu-individu yang berkemampuan
ilmiah yang tinggi serta kritis dalam menghadapi masalah serta gejala-gejala
yang terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan.
2.1.2. Hakekat belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajadnya tidak sama
antara siswa satu dengan proses belajar di kelas. Sementara kata ”aktif” sendiri
dapat bermacam-macam bentuk seperti : mendengarkan, menulis, membuat
sesuatu, mendiskusikan ( Herry Sukarman, 2003 : 24 ).
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati,
dan
memahami
sesuatu
yang
dipelajari
(http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran).
Baharuddin ( 2008 : 14 ) menjelaskan belajar adalah proses perubahan
manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Hamalik ( 2008 : 28 ) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan
sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil interaksinya
dengan lingkungan sekitar).
Menurut Thursan Hakim (2005 : 1) belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan
kecakapan,
pengetahuan,
sikap,
kebiasaan,
pemahaman,
keterampilan, dan daya pikir.
Menurut Slameto (2003 : 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
8
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999 : 9)
dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar
merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses
tingkah laku.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berasumsi bahwa belajar
adalah perubahan yang dialami seseorang, untuk mencari jati diri baik yang
berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap untuk dapat menjadikan bekal
hidupnya. Serta sesuatu untuk dapat merubah seseorang menjadi baik.
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui ( diturut ) ditambah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik (Wikipedia.com).
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru
atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Kegiatan pembelajaran
bukan hanya sekedar kegiatan mengajar
(pengajaran) karena pembelajaran
yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan pada siswa (Siddiq Djauhar,
2008 : 9).
Rifa’i (2009 : 191) mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah
seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa
sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Sedangkan menurut Winataputra (2007 : 1.19) menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa.
Sanjana (2008 : 78) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah
9
positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh
siswa.
Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar
untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Keberhasilan
seorang belajar akan terjamin apabila ia dapat mengajak para siswanya mengerti
suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu siswa akan
memahami hal yang diajarkan (http://hakekat-pembelajaran.html).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif
lama dan karena adanya usaha.
2.1.3. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai
dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat
ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak
menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per
kata terlebih dahulu.
Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar
diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162).
Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa
kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa
dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses
belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sunaryo,1983:4).
Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan
akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses
10
pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara
lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan
anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan
sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123). Faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 1) Lingkungan belajar, iklim,
dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah NK,1995:123).
Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat
anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum,
materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu
bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor
biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti
sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya.
Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak
dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan
permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti
setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil
akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun
dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib
menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun
khusus.
Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus
mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari
segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam
mengukur
keberhasilan
belajar
maka
guru
harus
menentukan
tujuan
pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK
(Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut.
11
a) Mengandung satu jenis perbuatan.
b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa.
c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP
Semarang, 1995:28).
Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai
siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang
menyangkut
segi
kognitif,
afektif
maupun
psikomotorik.
Hasil
yang
dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang
berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan
dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil
belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan guru.
Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar
dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak
didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi
intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam
buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman,
1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan
dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah
terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai
ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh
Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam
satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu :
12
a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan.
b. Abnormalitas persepsi visual.
c. Assosiasi visual motorik.
d. Perverasi.
e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol.
f. Gangguan penghayatan tubuh.
g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono
Abdurrahman, 1999:259).
Jadi
kesulitan
belajar
matematika
disebabkan
rendahnya
kemampuan
intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan
adanya gangguan assosiasi visual motorik.
Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :
a.
Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas.
b.
Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang.
c.
Lambat dalam melakukan tugas belajar.
d.
Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura
dusta dan lain-lain.
e.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89).
Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar pada
dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan
akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam
belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di
sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat
bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta
didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.
2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
13
pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat
pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara
aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode
yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajarantersebut dinamakan model pembelajaran.
Sebagai ilustrasi, saat ini banyak remaja putri menggunakan model
celana Jablai yangterinspirasi dari lagu dangdut dan film Jablai. Sebagai sebuah
model, celana jablai berbeda dengan celana model lain meskipun dibuat
berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan tersebut
terletak pada sajian, bentuk, warna, dan disainnya. Kembali ke pembelajaran,
guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara
menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat
pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi
pendekatan dan metode yang sama.
Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara
spesifik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga
paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model
pembelajaran.
2.1.5. Model Pembelajaran Kelompok Interaktif
Model Kelompok Interaktif, adalah bendera atau payung dari sekelompok
model pembelajaran yang menata kegiatan pembelajaran dalam aneka bentuk
interaksi sosial dalam kelompok kecil atau besar. Dalam kategori model belajar
Joyce dan Wail (1986), model kelompok interaktif termasuk kelompok model
sosial, personal, dan perilaku. Sedang model pengolahan informasi dari Joyce
dan Wail (1986) dalam modul ini dimasukkan ke dalam model penelitian.
14
Sarana
belajar
dari
kelompok
interaktif
ini
antara
lain
untuk
mengembangkan aneka kemampuan sebagai berikut :
1. Ketrampilan berkomunikasi. Ketrampilan ini pada dasarnya berkenaan
dengan kemampuan menangkap pengertian atau makna dari apa yang
didengar, dibaca, dilihat, dicium, diraba, atau dilakukan dan kemudian
menjelaskan pengertian atau makna hasil tangkapan dan pengolahan pikiran
dengan bahasa atau kata – kata sendiri sehingga Bahasa Indonesiahami oleh
orang lain. Contoh : Menjelaskan pentingnya senam pagi bagi kesegaran
jasmani.
2. Inisiatif dan kreativitas. Kemampuan ini pada intinya merupakan kesediaan
atau kesiapan, kemauan, keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau cara
lain dalam menangani sesuatu pekerjaan atau memanfaatkan sumber daya
atau memecahkan persoalan. Contoh : Membuat peta timbul suatu pulau di
halaman sekolah.
3. Sinergi dan kerja sama. Sinergi atau kerja sama adalah semangat atau sepirit
dan kesediaan untuk berbuat bersama orang lain secara kompak dalam
menangani suatu kegiatan yang secara sadar dirancang bersama guna
mendapatkan kemanfaatan sebesar – besarnya. Contoh : Membersihkan
ruangan secara bersama – sama akan lebih cepat dari pada secara sendiri.
Variasi model kelompok interaktif ini sangat banyak, misalnya Harmin
(1994) mengidentifikasi sebanyak 70-an model dengan misi utama inspiring
learning. Sedangkan Winataputra dkk. (1997) mengidentifikasikan dan
menawarkan sejumlah 20-an Model Pembelajaran Interaktif (MPI) khusus untuk
pendidikan moral. Simon, Home dan Kirehenbaun (1972) mengidentifikasi
sebanyak 70-an model dengan misi utama value education atau pendidikan nilai.
Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan
(1991) dalam Sobry Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan
gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar
sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas
dalam
setting
15
pengajaran. Model
pembelajaran
merupakan
kerangka
konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dalam melaksanakan aktifitas belajar mengajar seorang guru harus
memperhatikan kondisi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam arti
kemampuan menyerap materi pelajaran. Materi pelajaran harus
dipahami
dengan maksimal agar tercapai ketuntasan belajar.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Eriana, Septina (2008) dalam penelitian yang berjudul peningkatan
motivasi belajar IPS melaui pembelajaran interaktif di SMP Muhammadiyah 10
Surakarta
menunjukkan bahwa pada siklus 1 siswa mengalami ketuntasan
belajar 64,57% dan motivasi belajar 70,42%. Pada siklus 2 ketuntasan belajar
84,85% dan motivasi belajar 81,69%.
Hikmawati, Nurita (2008) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran interaktif pada Siswa
SD Negeri Sumberejo Ngawen Blora menunjukkan bahwa sebelum siklus
ketuntasan belajar sebesar 25%, setelah siklus I menjadi 65%, Siklus II 89%.
Meilina, Reza (2009) dalam penelitian yang berjudul Keefektifan
Pembelajaran interaktif Melalui diskusi kelompok Siswa Kelas VIII Semester 2
SMP N 36 Semarang menunjukkan bahwa pada aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I - II, yaitu siklus I 64,87% siklus II 82,5%.
Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, dengan pembelajarabn
interaktif membuktikan bahwa aktivitas siswa, pemahaman materi dan hasil
belajar siswa meningkat. Oleh karena itu model pembelajaran interaktif sangat
tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas III SDN Karangwotan 03 Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati
16
2.3. Kerangka Berfikir
Kondisi awal
Kondisi akhir
Proses pembelajaran
masih berpusat pada guru
Hasil belajar meningkat
Pemahaman materi meningkat
Komunikasi siswa tidak
terjadi
Aktivitas siswa meningkat
Aktivitas guru dalam
pembelajaran kurang
Aktivitas guru dalam
pembelajaran meningkat
Aktivitas siswa rendah
Komunikasi siswa terjadi
Pemahaman
materi rendah
Pelaksanaan siklus I dan
siklus II
Hasil belajar rendah
Model pembelajaran Interaktif
Tindakan
Sugiyono, 2010
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut : penerapan model pembelajaran interaktif
dapat meningkatkan hasil belajar tentang penggolongan hewan berdasarkan
makanannya pada siswa kelas IV SD Karangwotan 03 semester 1 tahun
2011/2012.
Download