BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Valuta Asing II.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.
Teori Valuta Asing
II.1.1. Pengertian Valuta Asing
Pasar uang dan pasar modal di Indonesia kini telah didenominasi oleh mata uang
lokal (Rupiah) dan mata uang asing (valuta asing). Valuta Asing (valas) atau foreign
exchange (forex) ataupun foreign currency itu sendiri memiliki beberapa definisi yang
disajikan oleh beberapa ahli, yaitu :
1. Menurut Hamdy Hadi (1997:15), valuta asing adalah mata uang asing yang
difungsikan sebagai alat pembayaran untuk membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan juga mempunyai catatan kurs resmi pada bank
sentral.
2. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1998:84), A foreign currency is Any asset or
financial claim denominated in a foreign currency.
3. Menurut Jose Rizal Joesoef (2008:4), valuta asing adalah mata uang asing
atau alat pembayaran luar negeri
4. Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:492), A foreign
currency is a currency other than the entity’s functional currency.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa valuta asing merupakan
pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Dengan adanya
perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang
menimbulkan suatu nilai, dapat disebut foreign exchange rate (kurs valuta asing).
II.1.2.
Bentuk Perdagangan Valuta Asing
Menurut Haris Wibisono (2005), di dalam transaksi valuta asing terdapat
beberapa bentuk transaksi yang sering terjadi. Bentuk perdagangan atas foreign
exchange terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
9
a.
b.
c.
Spot exchange, di mana transaksi terjadi dengan pelepasan pada value date,
biasanya dua hari kerja setelah transaksi terjadi.
Foreign exchange, transaksi pengiriman mata uang dilakukan pada suatu
tanggal tertentu di masa yang akan datang, kurs ditentukan pada saat
kontrak disetujui. Jatuh tempo kontrak forward biasanya satu, dua, tiga, atau
enam bulan.
Swap, yang merupakan transaksi pembelian dan penjualan secara simultan
(terus-menerus) pada tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda.
II.1.3. Sistem Kurs Valuta Asing
Di setiap negara memiliki suatu sistem kurs valuta asing yang biasanya
ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah di masing-masing negara.
Menurut Floyd A. Beam, terdapat tiga system kurs yang dapat merefleksikan harga
pasar yang berfluktuasi untuk mata uang berdasarkan penawaran dan permintaan dan
faktor lain di dunia pasar mata uang yaitu free or floating, fixed, dan controlled. (Beams,
Anthony, Clement dan Lowensohn, 2009:460-461). Dari pendapat tersebut menyatakan
bahwa terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu:
a. Sistem kurs bebas (floating), dalam sistem ini tidak ada campur tangan
pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh
permintaan dan penawaran terhadap valuta asing.
b. Sistem kurs tetap (fixed), dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral
negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta
asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang
dari standar yang telah ditentukan.
c. Sistem kurs terkontrol atau terkendali (controlled), dalam sistem ini
pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai
kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta
asing yang tersedia. Warga negara tidak bebas untuk campur tangan dalam
transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang
menyebabkan tersedianya valuta asing.
Selain itu, berdasarkan Triyono (2008), terdapat lima jenis sitem kurs utama yang
berlaku, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan
atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui
kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka
10
b.
c.
d.
e.
sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange
rate).
Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata uangnya
dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan
negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata
yang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang
menjadi tambatannya.
Sistem kurs tertambat merangkat, di mana negara melakukan sedikit
perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak kearah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan
sistem kurs terambat.
Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini
menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata
uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan
dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam
membiayai perdagangan negara tertentu.
Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs
tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau
menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi
negara yang sangat rentan terhadap gangguan eksternal, misalnya memiliki
ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal,
seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan
suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
II.1.4. Jenis Perubahan Nilai Kurs Valuta Asing
Dalam melakukan transaksi valuta asing, nilai kurs mengalami perubahan setiap
saat. Perubahan nilai kurs valuta asing umumnya berupa:
a.
A
presiasi atau depresiasi
Naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
yang sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintaan dan
penawaran valuta asing) baik dalam negeri maupun luar negeri.
b.
Devaluasi atau revaluasi
11
Naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.
Dari definisi diatas, perubahan nilai kurs yang biasa terjadi sehari-hari (depresiasi)
hampir sama dengan devaluasi, akan tetapi devaluasi adalah penurunan nilai mata uang
suatu negara terhadap mata uang asing yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah,
dilakukan secara mendadak, dan ada perbedaan selisih kurs yang besar antara sebelum
dan sesudah devaluasi. Hal ini berlaku juga untuk apresiasi dan revaluasi.
Perubahan rate mata uang asing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai (value) perusahaan khususnya pada perusahaan yang memiliki intensitas
internasional. Pengaruh signifikan terjadi ketika perusahaan melakukan transaksi dengan
mata uang asing, misalnya meminjam hutang dengan Dollar Amerika Serikat (USD).
Ketika perusahaan akan membayar hutang serta bunga pinjaman, perusahaan harus
mentranslasi mata uang fungsional ke mata uang USD dan mengakibatkan selisih kurs.
Selisih kurs yang terjadi bisa menjadi keuntungan (gains) atau kerugian (losses) bagi
perusahaan. Gains or losses ini akan muncul pada laporan laba rugi komprehensif
perusahaan yang akan menambah atau mengurangi laba perusahaan. Perusahaan yang
tidak dapat mengantisipasi kerugian akibat dari nilai tukar mata uang asing dapat
mengalami kebangkrutan. (Tan, Lee; 2009:320).
II.1.5. Transaksi Dalam Valuta Asing
Transaksi dalam valuta asing sering terjadi di Indonesia dimana terdapat mata
uang asing yang digunakan disetiap kejadian atau peristiwa ekonomi khususnya di
12
dalam perusahaan. Terdapat beberapa definisi mengenai transaksi dalam valuta asing,
yaitu:
1. Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah
suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam
suatu mata uang asing.
2. Menurut Frederick (2002:210), foreign currency transactions (transaksi
mata uang asing) yaitu: Transactions whose terms are stated in a currency
other than the entity’s functional currency.
3. Menurut Shim, Siegel, Dauber (2010:13.76), foreign currency transactions
are those denominated in a currency other than the company’s functional
currency.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka transaksi dalam mata uang asing adalah
transaksi yang terjadi dengan menggunakan dua/lebih mata uang yang berbeda, dan
memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula. Standar Akuntansi
Keuangan menggolongkan transaksi yang termasuk dalam Transaksi Valuta Asing
PSAK 10 (2010:10.1) menyatakan transaksi dalam valuta asing dapat terjadi
dengan dua cara, yaitu: kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) dan transaksi
dengan menggunakan mata uang asing (foreign activities). Kegiatan usaha luar negeri
yaitu suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha
patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya
dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut
dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas
asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign
operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan
pelapor.
PSAK 10 (2010:10.8-10.9) menyatakan bahwa suatu transaksi mata uang asing
adalah:
13
suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam
suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu
entitas:
a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan
dalam suatu mata uang asing.
b. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana ketika jumlah yang
merupakan hutang atau tagihan didenominasi dalam suatu mata uang asing;
atau
c. memperoleh atau melepas aset atau mengadakan atau menyelesaikan
liabilitas, yang didenominasikan dalam mata uang.
II.1.6. Selisih Kurs Valuta Asing
Transaksi yang menggunakan valuta asing membutuhkan nilai tukar atau kurs
sebagai dasar perhitungan konversi ke mata uang fungsional perusahaan. Terdapat
beberapa definisi mengenai nilai tukar tersebut, yaitu:
1. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1998:99), foreign exchange rate is the price
of foreign currency measured in domestic money.
2. Menurut jurnal Jusuf Kasrori (2003:2), kurs adalah harga yang harus
dibayar dengan uang sendiri untuk memperoleh satu unit uang asing.
3. Menurut Mankiw (2008:386), exchange rate is the rate at which a person
can trade the currency of one country for the currency of another.
4. Menurut Bambang Wijayanta dan Aristanti Vidyanigsih (2008:56), kurs
valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asing.
5. Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:459), an
exchange rate is the ratio between a unit of one currency and the amount of
another currency for which that unit can be exchanged at a particular time.
6. Menurut Brigham, Ehrhardt (2010:694), An exchange rate specifies the
number of units of a given currency that can be purchased for one unit of
another currency.
Dengan adanya pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kurs valuta asing
adalah rasio nilai pertukaran dua mata uang yaitu dari mata uang suatu negara terhadap
negara lainnya.
Pengertian lain yang dijabarkan mengenai selisih kurs menurut Standar
Akuntansi Keuangan dalam PSAK 10 (2010:10.4) adalah:
14
“Selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata uang
ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.”
II.1.7. Ekposur Nilai Tukar Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan bisnis dikatakan memiliki eksposur nilai tukar asing jika
perubahan kurs mata uang asing mempengaruhi aliran kas operasi atau item dalam
laporan keuangannya. Eksposur nilai tukar asing tersebut terbagi dua jenis yaitu
accounting dan operating (economic) exposures (Tan, Lee, 2009:323). Accounting
exposure bersifat kuantitatif dan secara langsung berdampak pada laporan laba rugi atau
neraca. Operating exposures di sisi lain, tidak mudah diukur dan mencerminkan dampak
dari perubahan nilai tukar yang nyata pada operasi perusahaan di pasar input, di mana
perusahaan memperoleh bahan, dan pasar output, di mana menjual produk jadi.
Operating exposures merupakan konsep ekonomi yang mempengaruhi posisi kompetitif
perusahaan dan akhirnya nilai perusahaan.dibanding konsep akuntansi, dan dampak dari
operating exposures tidak dapat diestimasi secara andal.
Accounting exposures adalah risiko perubahan nilai tukar sebagai akibat dari
suatu perusahaan:
1. masuk ke dalam transaksi mata uang asing yang menghasilkan hak dan kewajiban
kontraktual, seperti piutang atau hutang dalam mata uang asing.
2. harus menerjemahkan laporan keuangan mata uang asing dari kegiatan usaha luar
negeri (anak perusahaan asing, kantor cabang, usaha patungan, dan perusahaan
asosiasi) dari mata uang lokal ke mata uang pelaporan kelompok untuk tujuan
menyusun laporan keuangan konsolidasi.
15
Accounting exposures dibagi menjadi dua jenis, yaitu transaction exposure dan
translation exposure. Transaction exposure langsung muncul sebagai konsekuensi dari
transaksi mata uang asing dari bisnis perusahaan. Biasanya, transaksi ini terjadi pada
satu tanggal dan diselesaikan di kemudian hari, misalnya, mata uang asing pada piutang
dan hutang. Sebagai akibat dari pergerakan nilai tukar asing antara kedua tanggal ini,
sebuah keuntungan atau kerugian pertukaran (transaction gain or loss) muncul dan akan
dicatat pada pembukuan perusahaan. Transaction exposure mempengaruhi arus kas
perusahaan. Sebaliknya, keuntungan dan kerugian translasi (translation differences)
tidak mempengaruhi arus kas. Translasi tersebut timbul karena persyaratan untuk
menerjemahkan laporan keuangan yang disusun dalam mata uang asing ke mata uang
presentasi konsolidasi.
II.2.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10
Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman untuk penyajian laporan
keuangan perusahaan yang disusun dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan dan kemudian diterapkan di Indonesia. Munculnya standar akuntansi ini
dikarenakan perkembangan dan perubahan lingkungan global yang menuntut adanya
transparansi pada laporan keuangan. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi
perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka
konvergensi
dengan
International
Financial
Reporting
Standards
(IFRS).
(www.iaiglobal.or.id). Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)
yang digunakan perusahaan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan. Standar akuntansi digunakan agar informasi yang diberikan oleh perusahaan
16
dapat relevan dan dibandingkan dengan perusahaan lain sehingga investor asing pun
dapat menanamkan modalnya ke dalam instrumen keuangan khususnya saham dari
perusahaan go public di Indonesia.
PSAK 10 (revisi 2010) merupakan salah satu bagian dari Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan yang telah disusun dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan dalam rangka memenuhi perubahan ekonomi yang membuat perusahaan
melakukan transaksi dalam mata uang asing (valuta asing). PSAK 10 sebelumnya telah
disusun pada tahun 1994 dengan judul “Transaksi dalam Mata Uang Asing”, akan tetapi
dalam rangka melakukan konvergensi IFRS pada standar internasional yaitu
International Accounting Standards (IAS), Dewan Standar Akuntansi Keuangan
melakukan perubahan atau revisi pada PSAK 10 tahun 2010 dengan mengadopsi IFRS
dan kemudian disahkan dengan judul “Pengaruh Perubahan Nilai Kurs Mata Valuta
Asing” yang efektif diberlakukan tanggal 1 Januari 2012.
PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing menggantikan
PSAK 10 (1994): Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994): Penjabaran
Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998): Mata Uang
Pelaporan, ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10. Secara umum
perbedaan PSAK 10 (revisi 2010) Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing dengan
PSAK 10 (1994) Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994) Penjabaran
Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998) Mata Uang
Pelaporan, dan ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif
perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs adalah sebagai berikut:
17
Tabel II.1 Perbedaan PSAK 10 (revisi 2010) dan PSAK 10 (1994)
PSAK 10 (1994), PSAK 11 (1994),
Perihal
PSAK 10 (revisi 2010)
PSAK 52 (1998), dan ISAK 4
(1997)
Ruang Lingkup Mengecualikan
transaksi Tidak ada pengecualian tersebut.
derivatif dan saldo dalam
ruang lingkup PSAK 55 (revisi
2006).
Penjabaran hasil dan posisi Tidak ada pengecualian tersebut.
keuangan ke dalam suatu mata
uang pelaporan.
Tidak
diterapkan
pada PSAK 10 : Mengatur akuntansi
akuntansi lindung nilai (hedge) hedge sebatas selisih kurs dalam
pada mata uang asing, transaksi hedge.
termasuk lindung nilai dari
investasi neto dalam kegiatan
usaha luar negeri.
Perubahan
Entitas menerapkan prosedur Tidak ada pengaturan tersebut.
dalam
mata penjabaran untuk mata uang
uang
fungsional yang baru secara
fungsional
prospektif
sejak
tanggal
perubahan.
Pengukuran
- Pengukuran mata uang Pengukuran dan penyajian mata
dan penyajian
menggunakan mata uang uang menggunakan Rupiah. Entitas
mata uang
fungsional.
dapat menggunakan mata uang
- Penyajian mata uang dapat selain Rupiah jika mata uang
menggunakan mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai
selain mata uang fungsional. mata uang fungsional.
Kapitalisasi
Tidak ada kapitalisasi selisih Selisih kurs yang disebabkan
selisih kurs
kurs akibat depresiasi atau devaluasi atau depresiasi luar biasa
devaluasi luar biasa.
diman tidak mungkin dilakukan
lindung nilai dikapitalisasi ke aset
yang bersangkutan.
Prosedur
Tidak diatur secara eksplisit.
Terdapat pengaturan prosedur untuk
Pengukuran
pengukuran
kembali
kembali
(remeasurement).
II.2.1.
Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional merupakan mata uang yang digunakan didalam lingkungan
ekonomi utama dimana suatu entitas beroperasi. Lingkungan ekonomi utama dimana
18
sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan dimana entitas tersebut utamanya
menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas perlu mempertimbangkan faktorfaktor dibawah ini yang terbagi menjadi dua indikator yaitu indikator utama dan
indikator kedua dalam menentukan mata uang fungsionalnya pada PSAK 10 (2010:10.4)
paragraf 9 dan 10 dinyatakan sebagai berikut:
Indikator Utama:
1. mata uang:
a. yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang
ini seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan
jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan
b. dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang- undangannya
sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya.
2. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, biaya bahan baku
dan biaya-biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini
seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan
dan diselesaikan).
Indikator Kedua:
Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan berikut ini juga dapat memberikan
bukti dari mata uang fungsional suatu entitas:
1. mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan
instrumen hutang dan instrumen ekuitas) dihasilkan
2. mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya
ditahan.
Dari penjelasan diatas, yang dimaksud dengan kekuatan persaingan dan
perundang undangannya sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya
adalah suatu keadaan dimana perusahaan dapat mengatasi semua tekanan yang terjadi
baik dari internal maupun eksternal. Analisis kekuatan persaingan dapat menggunakan
Analisis Kekuatan Porter menurut McGuigan, Moyer, Harris (2010:342), yaitu:
1.
The threat of subtitutes (ancaman produk substitusi), yang ditentukan oleh
harga produk subtitusi, switching cost, dan kualitas produk.
19
2.
The threat of entry (ancaman pendatang baru), yang dapat ditentukan dengan
hambatan masuk ke dalam industri, antara lain, hambatan harga, respon incumbent,
biaya yang tinggi, pengalaman incumbent dalam industri, keunggulan biaya,
differensiasi produk, akses distribusi, kebijakan pemerintah dan switching cost.
3.
The power of buyers (kekuatan tawar-menawar pembeli), yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain differensiasi, konsentrasi, kepentingan pembeli,
tingkat pendapatan, pilihan kualitas produk, akses informasi, dan switching cost.
4.
The power of suppliers (kekuatan tawar menawar pemasok), yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat konsentrasi pasar, diversifikasi,
switching cost, organisasi pemasok dan pemerintah,
The intensity of rivalry (persaingan di dalam industri), yang ditentukan oleh
5.
berbagai faktor, yaitu pertumbuhan pasar, struktur biaya, hambatan keluar industri,
switching cost, pengalaman dalam industri, dan perbedaan strategi yang diterapkan.
Masing-masing dari kekuatan tersebut memiliki dampak secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Gambar dibawah ini menjelaskan
mengenai masing-masing kekuatan yang dapat mempengaruhi perusahaan, sebagai
berikut:
Gambar II.2.1.1 Analisis Kekuatan Persaingan Porter
20
(sumber: “The Five Competitive Forces that Shape Strategy", Harvard Business Review,
p.86-104)
Selain kedua indikator diatas, terdapat faktor-faktor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan usaha luar
negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor
(entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar
negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura bersama) sebagai
berikut:
1.
apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan
sebagai suatu perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan
otonomi yang signifikan.
2.
Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan sebagai
perpanjangan dari entitas pelapor adalah ketika kegiatan usaha luar negeri hanya
menjual barang-barang yang diimpor dari entitas pelapor dan mengirimkan
hasilnya ke entitas pelapor. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang
dilaksanakan
dengan
otonomi
yang
signifikan
adalah
ketika
operasi
mengakumulasikan kas dan pos-pos moneter lainnya, mengadakan pengeluaran,
menghasilkan pendapatan dan mengatur pinjaman, yang secara substansial
menggunakan mata uang lokalnya.
3.
tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi
dengan entitas pelapor.
4.
apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung
mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia
untuk dikirimkan ke entitas pelapor.
21
5.
apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup
untuk membayar kewajiban instrumen hutang yang ada ataupun yang
diperkirakan dapat terjadi tanpa ada nya dana yang disediakan oleh entitas
pelapor.
II.2.2.
Pos-Pos Moneter Dan Pos-Pos Non-Moneter
Pada PSAK 10 (revisi 2010), terdapat pembagian pos dalam mentranslasi
mata uang asing kedalam mata uang fungsional, yaitu pos moneter dan pos non-moneter.
Pos-pos tersebut digunakan untuk mengelompokan akun-akun yang membutuhkan
penyesuaian ditanggal pelaporan dan akun-akun yang tidak membutuhkan penyesuaian
pada tanggal pelaporan. Pada dasarnya akun yang masih membutuhkan penyesuaian
diklasifikasikan kedalam pos moneter dimana akun terkait membutuhkan pembayaran
yang menggunakan kas dan setara kas. Terdapat beberapa pengertian mengenai pos
moneter, menurut PSAK 10 (2010:10.4) adalah “Unit mata uang yang dimiliki serta aset
dan liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang
tetap atau dapat ditentukan.”. Sementara itu menurut Wahlen, Stickney, Baginski,
Bradshaw, (2010:105): “Represents amount of cash the firm can expect to receive or pay
in te future.”.
Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.8), fitur utama dari suatu pos moneter adalah
hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang
yang tetap atau dapat ditentukan. Dari penjelasan diatas, akun-akun yang dapat
diklasifikasikan kedalam pos moneter adalah kas, piutang dagang, hutang dagang, dan
akun lainnya yang membutuhkan penyelesaian dengan kas atau setara kas, seperti yang
termasuk didalamnya adalah pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,
22
kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui
sebagai kewajiban. Demikian juga, suatu kontrak untuk menerima (atau menyerahkan)
suatu jumlah variabel dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah
variabel dari suatu aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara
dengan suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan, adalah merupakan
suatu pos moneter.
Di samping itu juga terdapat pos non-moneter yang digunakan untuk
mengklasifikasikan akun-akun yang tidak membutuhkan penyesuaian pada tanggal
pelaporan. Menurut Subramani (2011), pos non-moneter merupakan pos yang tidak
memiliki hak atau kewajiban untuk menerima atau membayar untuk memberikan jumlah
yang tetap atau telah ditentukan unit mata uang.
Fitur utama dari dari suatu pos non-moneter adalah tidak adanya hak untuk
menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap
atau dapat ditentukan. Contoh yang termasuk didalamnya: uang muka untuk barang dan
jasa (misalnya sewa dibayar dimuka), goodwill, aset tidak berwujud, persediaan, aset
tetap, dan kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter.
II.2.3. Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke Dalam Mata Uang Fungsional
Pada transaksi dengan menggunakan mata uang asing, suatu entitas perlu
melakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Untuk mencatat transaksi tersebut terdapat
beberapa pengakuan yang harus dipatuhi oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1.
Pengakuan Awal
23
Seperti yang telah dijelaskan diatas, suatu transaksi mata uang asing dapat terjadi
ketika entitas melakukan penjualan, pembelian, menjual asset, meminjam atau
memberikan pinjaman dalam mata uang asing. Pada PSAK 10 (2010:10.8) dinyatakan
bahwa pengakuan awal dimana suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam
mata uang fungsional, dengan menerapkan jumlah mata uang asing, nilai tukar spot
yaitu kurs untuk realisasi segera antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada
tanggal transaksi.
Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.9), tanggal suatu transaksi adalah tanggal pada
saat pertama kali, suatu transaksi memenuhi untuk kriteria pengakuan sesuai dengan
SAK. Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal
transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata untuk seminggu atau sebulan
mungkin dapat digunakan untuk semua transaksi dalam mata uang asing yang terjadi
selama periode tersebut. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan,
penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.
2.
Pengakuan pada Akhir Pelaporan
Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.9), dari transaksi mata uang asing yang terjadi
maka pada akhir setiap periode pelaporan:
a.
pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup;
b.
pos non-moneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing
harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan
c.
pos non-moneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
24
Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan Pernyataan lain yang
relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis
sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap. Apakah jumlah tercatat ditentukan berdasarkan
biaya historis ataupun berdasarkan nilai wajar, jika jumlah nya ditentukan dalam mata
uang asing maka kemudian dijabarkan kedalam mata uang fungsional sesuai Pernyataan
ini.
Jumlah tercatat beberapa pos ditentukan dengan membandingkan dua atau lebih
jumlah. Contohnya, jumlah tercatat persediaan adalah nilai yang lebih rendah antara
biaya perolehan dan nilai realisasi bersih sesuai dengan PSAK 14: Persediaan. Demikian
pula, sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, jumlah tercatat suatu aset di mana
terdapat indikasi penurunan nilai adalah nilai yang lebih rendah antara jumlah
tercatatnya sebelum mempertimbangkan kemungkinan rugi penurunan nilai dan jumlah
yang dapat dipublihkan kembali. Ketika suatu aset adalah non-moneter dan diukur
dalam suatu mata uang asing, jumlah tercatatnya ditentukan dengan membandingkan:
a.
biaya perolehan atau jumlah tercatat (yang mana yang tepat), dijabarkan dengan
nilai tukar pada tanggal ketika jumlah itu ditentukan (yaitu nilai pada tanggal
transaksi untuk suatu pos yang diukur dalam biaya historis); dan
b.
nilai realisasi bersih atau jumlah yang dapat dipulihkan kembali (yang mana
yang tepat), dijabarkan dengan nilai tukar pada tanggal ketika nilai itu ditentukan
(misalnya kurs penutup pada akhir periode pelaporan).
Pengaruh dari perbandingan ini mungkin bahwa suatu kerugian penurunan nilai
diakui dalam mata uang fungsional tetapi tidak diakui dalam mata uang asing, atau
sebaliknya. Ketika beberapa nilai tukar tersedia, kurs yang digunakan adalah kurs di
mana arus kas masa depan digambarkan oleh transaksi atau kurs di mana suatu saldo
25
mungkin dapat diselesaikan jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal pengukuran.
Jika kemungkinan pertukaran antara dua mata uang terkadang kurang, kurs yang
digunakan adalah kurs pertama berikutnya pada saat nilai tukar dapat dibuat.
3.
Pengakuan Selisih Kurs
Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan
sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya,
kecuali mengenai pernyataan lain yang mensyaratkan keuntungan atau kerugian harus
diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
Pos moneter yang timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan
dalam nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah
selisih nilai tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang
sama seperti saat transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu.
Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai
tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan
dengan perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode.
Suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos non-moneter diakui dalam
pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau
kerugian itu harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, ketika
keuntungan atau kerugian pada suatu pos non-moneter diakui dalam laba atau rugi,
setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam
laba atau rugi.
26
Selisih nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter yang membentuk bagian
dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri harus
diakui dalam laba atau rugi dalam laporan keuangan terpisah dari entitas pelapor atau
laporan keuangan individual dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat.
Dalam laporan keuangan yang memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan entitas
pelapor (misalnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan usaha luar negeri
adalah suatu entitas anak), selisih nilai tukar harus diakui awalnya dalam pendapatan
komprehensif lain dan dikelompokkan kembali dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat
pelepasan investasi neto.
Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas
pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang
fungsional dari entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan
individual kegiatan usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam
mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di
dalam laporan keuangan terpisah suatu entitas. Jika pos moneter tersebut
didenominasikan dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional baik entitas
pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan
keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuangan individual kegiatan usaha
luar negeri. Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada
laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu
laporan keuangan yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan,
dikonsolidasikan secara proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode
ekuitas).
27
Ketika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam suatu mata
uang selain mata uang fungsionalnya, pada waktu entitas menyiapkan laporan
keuangannya, semua jumlah harus dijabarkan ke dalam mata uang fungsional sesuai
dengan kriteria yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama di
dalam mata uang fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pospos tersebut telah dicatat diawal dalam mata uang fungsional. Contohnya, pos moneter
dijabarkan ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs penutup, dan pos nonmoneter yang diukur berdasarkan nilai historis dijabarkan menggunakan nilai tukar pada
tanggal transaksi saat diakuinya pos tersebut.
II.2.4. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional
Pada PSAK 10 (revisi 2010) diterapkan perubahan secara prospektif dan
retrospektif untuk beberapa item di dalam laporan keuangan. Penerapan prospektif
adalah suatu penerapan dampak perubahan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut. Di
samping itu juga untuk penerapan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode
berjalan dan periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Perubahan
estimasi akuntansi dapat berakibat hanya pada laba atau rugi periode berjalan, atau laba
atau rugi periode berjalan dan periode mendatang. Selain penerapan prospektif, terdapat
penerapan retrospektif dimana penerapan ini adalah suatu penerapan kebijakan akuntansi
baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah
diterapkan. Entitas memerlukan untuk mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat
dari penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi
dalam PSAK tersebut, atau entitas mengubah kebijakan akuntansi secara sukarela karena
28
tidak diatur masa transisinya Dalam standar PSAK 10, penerapan prospektif terdapat
pada goodwill yang timbul atas akuisisi dari kegiatan operasi luar negeri dan
penyesuaian nilai wajar untuk jumlah tercatat aset dan kewajiban yang timbul dari
akuisisi kegiatan operasi luar negeri tersebut diperlakukan sebagai aset dan kewajiban
operasi asing serta kapitalisasi selisih kurs akibat devaluasi yang parah (ISAK 4). PSAK
10 (revisi 2010) harus diterapkan secara retrospektif untuk semua perubahan lain yang
dihasilkan dari penerapan standar ini. Ketika terdapat perubahan dalam mata uang
fungsional suatu entitas, entitas harus menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang
fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan itu. Pengaruh dari
perubahan dalam mata uang fungsional diperlakukan secara prospektif. Dalam kata lain,
suatu entitas menjabarkan semua pos-pos ke dalam mata uang fungsional yang baru
menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan
untuk pos non-moneter dianggap sebagai biaya historis entitas. Selisih nilai tukar yang
timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya di
dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari ekuitas ke dalam
laba atau rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut.
II.2.5. Penggunaan Mata Uang Pelaporan selain Mata Uang Fungsional
Pada dasarnya mata uang fungsional digunakan sebagai mata uang pelaporan
dikarenakan mata uang fungsional merupakan mata uang yang menggambarkan aktivitas
bisnis serta kondisi perusahaan yang sebenarnya. Menurut PSAK 10 (2010:10.14)
paragraf 38, entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang (atau beberapa
mata uang) selain mata yang fungsionalnya. Jika mata yang penyajian berbeda dari mata
yang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke
29
dalam mata yang penyajian. Misalnya, jika suatu kelompok usaha berisi entitas
individual dengan mata uang fungsional yang berbeda, maka hasil dan posisi keuangan
setiap entitas dinyatakan dalam suatu mata uang bersama sehingga laporan keuangan
konsolidasian disajikan. Pada umumnya mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan di Indonesia adalah rupiah. Apabila mata uang fungsional perusahaan
adalah Dollar Amerika Serikat dan digunakan sebagai mata uang pelaporan di Indonesia
maka PSAK memperbolehkan mata uang tersebut digunakan sebagai mata uang
pelaporan. Standar mengenai penjabaran dalam mata yang penyajian ini juga didukung
dengan peraturan pemerintah Indonesia terkait pelaporan perpajakan dalam bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat yaitu Peraturan Menteri Keuangan
nomor 24/PMK 011/2012 pasal 3 ayat (h) dinyatakan bahwa “Wajib Pajak yang
menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.”.
Hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas yang mata uang fungsionalnya
bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi harus dijabarkan ke dalam mata uang
pelaporan yang berbeda menggunakan prosedur sebagai berikut:
1.
aset dan liabilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan
(yaitu termasuk komparatif) harusdijabarkan menggunakan kurs penutup pada
tanggal laporan dari posisi keuangan itu.
2.
pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau
laporan laba rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan
30
3.
semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan
komprehensif lain.
Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar pada tanggal
transaksi, contohnya suatu kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk
menjabarkan pos-pos pendapatan dan beban. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi
secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.
Selisih nilai tukar yang terkait bagian 1 diatas dalam pengakuan pendapatan
komprehensif lain, dapat dihasilkan dari:
a.
penjabaran pendapatan dan beban dengan nilai tukar pada tanggal transaksi
dan aset serta kewajiban dengan kurs penutup.
b.
penjabaran saldo awal aset neto dengan kurs penutup yang berbeda dari kurs
penutup sebelumnya.
Selisih nilai tukar ini tidak diakui dalam laba atau rugi karena perubahan dalam
nilai tukar memiliki sedikit atau tidak memiliki pengaruh langsung terhadap arus kas
sekarang dan masa depan dari kegiatan usaha. Jumlah kumulatif dari selisih nilai tukar
disajikan dalam suatu komponen terpisah dari ekuitas sampai pelepasan kegiatan usaha
luar negeri tersebut.
II.2.6. Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar
Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar
yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk
suatu kegiatan usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin
memiliki pengaruh pajak. PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini.
31
Di samping itu, terdapat beberapa peraturan di Indonesia mengenai pengakuan
selisih
kurs,
yaitu
Undang-Undang
No.
17
Tahun
2000
dan
SKMK
No.597/KMK.04/1997 tanggal 21 Nopember 1997 perihal perlakukan Pajak Penghasilan
terhadap Selisih Kurs valuta asing dalam tahun 1997.
Dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2000, pengakuan selisih kurs
pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan taat azas.
Apabila transaksi berdasarkan:
- Kurs tetap, laba atau rugi diakui pada saat realisasi
- Kurs tengah Bank Indonesia atau tanggal neraca (spot rate), laba atau rugi diakui
pada setiap periode akuntansi.
Berdasarkan SKMK No.597/KMK.04/1997 tanggal 21 Nopember 1997 perihal
perlakukan Pajak Penghasilan terhadap Selisih Kurs valuta asing dalam tahun 1997,
digariskan bahwa wajib pajak yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun:
-
Dapat membebankan seluruh kerugian selisih kurs baik yang telah
direalisir maupun yang belum direalisir
-
Dialokasikan atau diamortisasikan dalam jangka waktu selama-lamanya
5 (lima) tahun sejak tahun pajak 1997 dalam jumlah yang sama setiap tahunnya.
II.2.7.
Pengungkapan
Bagian ini dalam kasus suatu kelompok, acuan ‘mata uang fungsional’ berlaku
untuk mata uang fungsional dari entitas induk. Suatu entitas mengungkapkan:
32
1.
jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk
selisih nilai tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai
wajarnya melalui laba atau rugi sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006), dan
2.
selisih nilai tukar neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan
dalam
komponen
ekuitas
terpisah,
dan
juga
harus
mengungkapkan rekonsiliasi dari selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir
periode.
Ketika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional, fakta tersebut
harus dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uang fungsional dan alasan
untuk menggunakan suatu mata uang pelaporan yang berbeda.
Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor
maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifi kan, fakta tersebut dan alasan
untuk perubahan dalam mata uang fungsional harus diungkapkan.
Ketika entitas menyajikan laporan keuangannya dalam suatu mata uang yang
berbeda dari mata uang fungsionalnya, entitas harus menjelaskan bahwa laporan
keuangan mereka tunduk pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari
setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode
penjabaran yang telah dijelaskan diatas.
Entitas terkadang menyajikan laporan keuangannya atau informasi keuangan
lainnya dalam suatu mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya tanpa memenuhi
persyaratan-persyaratan diatas. Contohnya, suatu entitas dapat melakukan konversi
hanya terhadap pos-pos tertentu dari laporan keuangannya atau suatu entitas yang mata
uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi dapat melakukan
33
konversi terhadap laporan keuangannya ke dalam mata uang lain dengan menjabarkan
semua pos-pos dengan kurs penutup terkini.
Ketika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya di
dalam suatu mata uang yang berbeda baik dari mata uang fungsionalnya maupun dari
mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan diatas tidak dipenuhi, entitas
harus:
1.
mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan
untuk membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK;
2.
mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan;
dan
3.
mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan.
34
Download