PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH SEBAGAI

advertisement
PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH SEBAGAI HERBISIDA
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
:
:
:
:
:
Arida Fauziyah
B1J011173
VI
2
Maspenti
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herbisida adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
bahkan mematikan tumbuhan. Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya
atau keberadaannya tidak dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar
areal tanaman budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia
yang dinamakan herbisida (Lebaron, 1982). Menurut Noor (1987) berdasarkan cara
kerjanya, herbisida dibagi menjadi 2:
1. Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringanjaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian
gulma yang berwarna hijau. Keistimewaannya adalah dapat mematikan gulma
dengan cepat, sedangkan kerugiannya adalah gulma akan cepat tumbuh lagi.
Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
2.Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan
ke seluruh
tubuh
atau
bagian
jaringan
gulma, mulai
dari
daun
sampai
keperakaran atau sebaliknya. Keistimewaannya adalah dapat mematikan gulma
secara keseluruhan, sedangkan kerugiannya
adalah gulma lebih lama untuk
diberantas. Contoh sistemik adalah Glifosfat, Sulfosfat, 2,4 D, dan lain-lain
(Noor, 1987).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum hara adalah untuk mengetahui berbagai konsentrasi
2,4-D sebagai herbisida.
II.
MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sprayer, tali
raffia, patok, dan 2,4-D herbisida, kamera.
B. Metode
1. Tanah yang telah ditentukan oleh kelompok diberi patok dan tali rafia.
2. Tanah disemprot dengan sprayer dengan kontrol dan 2000 ppm.
3. Botol diberi tanda dan label
4. Tanah diberi herbisida 2 hari sekali.
5. Diamati selama 2 minggu,hitung parameter setiap minggu.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A. 1 Tabel MP x SP x U
A. 2 Tabel MP x SP
A. 3 Foto hasil pengamatan
Kontrol Minggu 1
Perlakuan Minggu 1
Kontrol Minggu 2
Perlakuan Minggu 2
Kontrol Minggu 3
Perlakuan Minggu 3
B. Pembahasan
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian
untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
(gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian.
Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena
kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau
keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya.
Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan "asing" ini.
Umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting
seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang
"normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki
struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi
sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi
bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Noor, 1987).
Menurut Bilman (2001), gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak
diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh
tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis karena berkait
dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan
hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis
karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu,
tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya
dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang
tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma,
namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun
demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan
alang-alang (Lebaron, 1982).
Pengaruh gulma terhadap tanaman dapat terjadi secara langsung yaitu dalam hal
bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Secara tidak
langsung sejumlah gulma merupakan inang dari hama dan penyakit. Untuk
mengeliminasi gulma dipertanaman, perlu tindakan pengendalian yang efektif dan
efisien (Bilman, 2001).
Hasil vs pustaka
Menurut
Prawirnata
(1989),
bahwa
ahli
biologi
tumbuhan
telah
mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan
etilen. Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima
kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT
tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi
sel. Salah satunya adalah auksin, auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia
yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang
berkembang. Beberapa auksin dihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA
(indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic
acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin sintetik,
misalnya NAA (naphthalene acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan
MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid).
Auksin sintetis, seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara
meluas sebagai herbisida tumbuhan. Pada Monocotyledoneae, misalnya: jagung dan
rumput lainnya dapat dengan cepat menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada
Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan tanamannya mati karena terlalu banyak dosis
hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia ataupun padang rumput
dengan 2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar seperti dandelion (Prawirnata,
1989).
Menurut Noor (1987) 2,4- D termasuk herbisida sistemik dimana cara
kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai
dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Sistemik berarti merusak bagian
system atau masuk ke dalam sistem tumbuhan itu sendiri. Keistimewaannya adalah
dapat mematikan gulma secara keseluruhan, sedangkan kerugiannya adalah gulma
lebih lama untuk diberantas.
Percobaan kali ini menggunakan herbisida kontak yaitu 2,4-D dengan
berbagai konsentrasi mulai dari 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm.
Menurut Dwidjoseputro (1980), konsentrasi herbisisda berbanding lurus dengan
keefektifan pemberantasan gulma.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau selektifitas
herbisida (Lebaron, 1982) yaitu :
Faktor Tanaman :
1.
Umur dan kecepatan pertumbuhan.
2.
Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar,
lokasi titik tumbuh, dll
3.
Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
4.
Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
1.
Struktur
2.
Konsentrasi
3.
Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
1.
Temperatur,
2.
Cahaya,
3.
Hujan,
4.
Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
1.
Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
2.
Volume penyemprotan,
3.
Ukuran butiran semprotan,
4.
Waktu penyemprotan.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penggunaan herbisida mampu membasmi gulma dengan efektif.
DAFTAR REFERENSI
Bilman , WS. 2001. Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata) Pergeseran Kompsisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam.
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Dwijoseputro, 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. P.T. Gramedia. Jakarta.
Lebaron, H. M., and J. Gressel, eds. 1982. Herbicide resistance in plants. New York:
John Wiley and Sons.
Noor, E.S. 1987. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian
Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Prawirnata, W. 1989. Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Jurnal inggris
Download