Agresi - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I
AGRESI
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
61016
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Abstract
Kompetensi
Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya
nnya
Agresi
Agresi merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk
menyakiti atau merugikan orang lain. Myers (2012) mendefinisikan agresi sebagai perilaku
fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan. Taylor (2009)
membedakan agresi sebagai antisocial aggression, prosocial aggression dan sanctioned
aggression. Dimana antisocial aggression sebagai tindakan agresi yang melanggar noram
social yag diterima umum, sementara prosocial aggression sebagai tindakan agresif yang
mendukung norma social yang diterima umum. Sedangkan sanctioned aggression sebagai
agresi yang dimaklumi sesuai dengan norma kelompok social individu.
TEORI DASAR AGRESI
Menurut Sarwono (2002), teori agresi terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
Teori Bawaan
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori Biologi.
1. Teori Naluri --- Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa
agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini
merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk
melanjutkan keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis.
Kedua naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian
dari kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya
dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain
dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang ada
dalam masyarakat dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.
2. Teori Biologi --- Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses faal
maupun teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah proses tertentu yang
terjadi otak dan susunan saraf pusat. Menurut tim American Psychological
Association (1993), kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria,
2013
2
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
karena jumlah testosteron meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang
lebih besar ditemukan pada remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan,
peminum, dan penyalah guna obat dibanding pada remaja dan dewasa biasa.
Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau
stimulus yang terjadi di lingkungan.
1. Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu: agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya
adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut,
agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
2. Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu: frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi,
kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai
mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang menimbulkan frustrasi itu.
3. Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura
menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya,
perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran
perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada
individu- individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh
orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa
penguatan. Salah satu dasar pemahamannya adalah tingkah laku agresi merupakan
salah satu bentuk tingkah laku yang rumit. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran,
artinya bahwa agresivitas tidaklah alami.. Penelitian klasik tentang tingkah laku
agresi yang dipelajari adalah penelitian boneka Bobo.
Teori Kognitif
Perilaku agresi dimediasi oleh penilaian kognitif (cognitive appraisal). Teori ini menjelaskan
bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat bergantung pada cara stimulus itu
diinterpretasi oleh individu. Sebagai contoh, frustasi dapat cenderung menyebabkan perilaku
agresi apabila frustasi diinterpretasikan oleh individu sebagai gangguan terhadap aktivitas
yang ingin dicapai oleh dirinya.
Model transfer eksitasi yang dipelopori oleh Zillmann menyatakan bahwa agresi dapat dipicu
oleh rangsangan fisiologi yang berasal dari sumber-sumber netral atau sumber-sumber yang
sama sekali tidak berhubungan dengan atribusi rangsangan agresi tersebut. Model ini
2013
3
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengemukakan bahwa individu yang membawa residu rangsang dri aktivitas fisik dalam
situasi social yang tidak berhubungan, dimana mereka mengalami keadaan terprovokasi
akan cenderung berperilaku agresif disbanding individu yang tidak membawa residu
semacam itu.
JENIS AGRESI
Myers (2012) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu agresi rasa benci atau agresi
marah (hostile
lain (instrumental
aggression) dan
agresi
aggression). Agresi
sebagai
rasa
sarana
benci
atau
untuk
mencapai
agresi
tujuan
marah (hostile
aggression) adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi dimana
perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh
pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan
kerugian daripada manfaat.
Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya tidak disertai emosi,
bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini
hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain, misalnya: seorang preman yang
memukuli pemilik toko untuk memungut uang paksa bagi organisasinya. Salah satu bentuk
agresi instrumental yang pentng adalah realistic group conflict. Terkadang dua kelompok
harus bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang sama langka. Kedua kelompok ini
mungkin salaing menyerang guna mendapatkan sumber daya itu.
Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku agresi yaitu:
1. Agresi instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada
korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide yang
dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa agresinya, misalnya: orang melakukan
penyerangan atau melukai orang lain dengan menggunakan suatu benda atau alat
untuk melukai lawannya.
2. Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal.
Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu
menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang
lain menderita.
2013
4
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah
oleh individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada
perkelahian, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa
objek hidup maupun objek yang mati.
4. Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan
marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan agresi secara terbuka, misalnya: karena keterbatasan kemampuan,
kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi ini dibangkitkan oleh perasaan tersinggung
atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai keinginan-keinginan (bersifat
terpendam), misalnya: individu akan merasa terluka jika individu lain tidak
menghargai dirinya secara langsung, seperti orang yang memegang kepala orang
lain, orang yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
5. Agresi konseptual, yaitu: agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang
disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik. Individu
yang marah menyalurkan agresinya secara konsep atau saran-saran yang membuat
orang lain menjadi ikut menyalurkan agresi, misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang
menyesatkan atau isu-isu yang membuat orang lain menjadi marah, terpukul,
kecewa ataupun menderita.
Kekerasan Yang Menular dan Deindividuasi
Perilaku mob (gerombolan) adalah contoh dari kekerasan yang menular. Dalam kerumunan
massa, orang melakukan tindakan yang tak akan mereka lakukan jika sendirian.
Zimbardo(1970) mendeskripsikan fenomena itu sebagai “deindividuasi” dan mengemukakan
sejumlah factor yang menyebabkannya yaitu anonimitas, penyebaran tanggung jawab,
ukuran kelompok massa, sifat dari aktivitas kelompok, situasi baru yang kacau, kebangkitan
psikologia akibat kebisingan dan keletihan. Proses yang mengiringi deindividuasi adalah
dehumanization. Ketika orang termotivasi untuk menyerang orang lain, apapun alasannya,
mereka mungkin mendehumanisasikan korban dengan mengatributkan keyakinan dan nilai
kepada target agresinya.
Reduksi Perilaku Agresif
Kejahatan individual dan kekerasan skala besar sama-sama membahayakan orang dan
tatanan masyarakat pada umumnya. Beberapa teknik mereduksi perilaku agresi :
Hukuman dan Balasan
2013
5
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tampak bahwa ketakutan akan hukuman dan pembalasan dendam akan mereduksi perilaku
agresif. Kita berharap orang mempertimbangkan konsekuensi hukuman ini sehingga mereka
menghindari perilaku agresif. Namun ancaman hukuman dan balasan bukan sederhana
untuk mereduksi agresi. Anak yang sering dihukum karena berbuat agresif justru cnderung
akan lebih agresif.
Mengurangi Frustasi dan Serangan
Frustasi dan serangan adalah sumber utama dari kemarahan, karenanya cara efektif untuk
mereduksi agresi adalah mereduksi potensi terjadinya dua hal itu. Diupayakan mencegah
gangguan kekerasan yang berasal dari kelompok yang frustasi. Demonstrasi politik berskala
besar yang berasal dari frustasi kolektif biasanya dihadapi pemerintah dengan cara
berusaha mengurangi rasa frustasi itu.
Belajar Menahan Diri
Salah satu teknik mereduksi agresi adalah belajar mengontrol sendiri perilaku agresifnya.
Sebagaimana orang belajar kapan agresi diperbolehkan, mereka juga harus belajar kapan
mencegah atau menahan agresi. Beberapa contoh belajar menahan diri sebagai berikut :
Distraksi
Semakin dewasa kita maka akan bertambah pengalaman cara mengatasi emosi kita. Jika
kita mengalihkan perhatian kita dan memikirkan hal lain, kemungkinan amarah kita akan
berkurang. Beberapa studi menunjukkan bahwa distraksi tidak menambah rasa marah,
namun ini tidak selalu berhasil. Marah adalah emosi yang sulit dihilangkan begitu saja.
Kecemasan Agresif
Perasaan cemas tentang prospek melakukan tindakan agresif juga bisa menghambat
agresivitas. Orang mungkin merasa cemas dalam tingkat yang berbeda-beda bergantung
pada upaya penahan diri yang mereka kuasai. Tidak semua orang punya jumlah aggression
anxiety yang sama. Wanita punya lebih banyak daripada pria. Orang tua yang
menggunakan nalar dan kasih sayang sebagai teknik disiplin akan menghasilkan anak
dengan kecemasan agresi yang lebih besar daripada orang tuan yang menggunakan
hukuman fisik. Mungkin penalaran akan menghasilkan kekuatan menahan diri yang lebih
besar dan lebih efektif daripada rasa takut terhadap hukuman.
2013
6
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Agresi yang Dialihkan
Displaced agreeression merupakan ekspresi agresi terhadap target pengganti. Anak yang
jengkel kepada orang tuanya mungkin akan menumpahkan susunya, lelaki yang tidak
mendapat promosi diperusahaannya akan semakin marah kepada etnis minoritas. Indivdiu
mengekspresikan marah kepada target yang lebih mudah. Prinsip dasar dari pengalihan
adalah semakin mirip si target dengan sumber asli frustasi maka semakin kuat dorongan
agresinya dialihkan kepada si target pengganti.
Katarsis
Ketika marah sudah dilampiaskan, peluang agresi lanjutan mungkin akan berkurang. Freud
menyebut proses ini sebagai katarsis. Katarsis semacam ‘mengeluarkan uap” atau ‘keluar
dari system Anda”. Jika seseorang membuat Anda jengkel dengan berkali-kali mengklakson,
Anda mungkin merasa marah. Jika pada lampu berikutnya Anda berada di belakang mobil
orang itu, Anda balas mengklaksonnya dan level kemarahan Anda akan berkurang.
2013
7
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial. Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya
Myers, David G., 2012, Psikologi Sosial I (terjemahan), Salemba Jakarta
Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears D, (2009). Social Psychology, 12th Edition, New Jersey :
Pearson Education.
2013
8
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2013
9
Psikologi Sosial I
Istiqomah, S.Psi, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download