proposal penelitian - Repository | UNHAS

advertisement
3 POLA GERAK IKAN KARANG SEBAGAI DASAR
PERANCANGAN ALAT PENANGKAPAN IKAN
3.1 Pendahuluan
Hingga kini para peneliti terus melakukan penelitian tentang tingkah laku
ikan dengan tujuan tidak saja untuk semakin meningkatkan hasil tangkapan tetapi
dari informasi itu juga dapat digunakan untuk mengorganisir keseluruhan kegiatan
armada penangkapan agar lebih efisien (Radakov 1971(a)).
Untuk bisa
mendapatkan suatu alat penangkap ikan yang semakin sempurna agar lebih efisien
dalam menangkap ikan maka sangatlah penting untuk mengetahui tingkah laku
ikan secara lebih terinci (King 1995), terutama mengenai reaksi ikan terhadap
pengaruh luar (Vyskrebentsev. 1971), pola gerak renang ikan (Saburenkov dan
Pavlov 1971), dan mekanisme pengelompokan ikan (Radakov 1971(b)).
Alat penangkap ikan yang sangat efisien dilihat dari jumlah hasil
tangkapan per unit alat dalam menangkap ikan pelagis adalah purse seine dan
trawl sangat efisien dalam menangkap ikan demersal (King 1995). Akan tetapi
untuk penangkapan ikan di daerah yang penuh dengan terumbu karang kedua alat
ini tidak berdaya, sementara alat penangkap ikan yang efisien digunakan di
perairan terumbu karang misalnya bubu, dan muro ami ternyata cenderung dapat
merusak terumbu karang sehingga dianggap tidak ramah untuk digunakan pada
lingkungan terumbu karang.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka masih diperlukan upaya berupa
studi untuk mencari alat tangkap yang dapat menangkap ikan karang secara
efisien dan tidak merusak terumbu karang.
Oleh sebab itu upaya untuk
merekayasa suatu alat tangkap yang baru maupun yang telah ada agar dapat
memenuhi tuntutan efisien dan ramah lingkungan masih terbuka luas. Menurut
Gabriel et al.
2005 pengembangan alat dan metode penangkapan sangat
dipengaruhi oleh hubungan antara faktor manusia, lingkungannya dan ikan.
Dalam penelitian ini hal yang menjadi fokus utama adalah faktor ikan. Untuk hal
tersebut tingkah laku ikan karang yang akan menjadi target penangkapan dan
kaitannya dengan fyke net yang merupakan alat tangkap yang akan dikembangkan
menjadi kajian utama.
38
Tingkah laku ikan merupakan sesuatu hal yang kompleks dan sangat luas
karena setiap jenis ikan tertentu memiliki tingkah laku tersendiri yang
membedakannya dengan jenis yang lain. Tingkah laku ikan akan mengalami
perubahan sesuai dengan fase kehidupan ikan terebut, misalnya pada fase juvenil
ikan senang di perairan estuaria yang dangkal dan pada saat fase dewasa berada di
laut lepas yang dalam. Oleh sebab itu pada disertasi ini tingkah laku ikan dibatasi
hanya pada hal yang berkaitan dengan proses penangkapan oleh satu jenis alat
tangkap yaitu fyke net yang akan dimodifikasi untuk penggunaan di perairan
terumbu karang.
Di terumbu karang bermukim berbagai jenis ikan yang berwarna warni
dengan hubungan yang sangat kompleks antara masing-masing spesies. Beberapa
jenis ikan karang memiliki kaitan yang erat dengan habitat lain, misalnya dengan
lamun, mangrove, lagoon, daerah bersubsrat pasir dan bersubstrat keras (LoweMcConnel 1987). Ikan karang adalah ikan yang seluruh atau sebagian hidupnya
berasosiasi dengan terumbu karang sebagai sumber makanan, habitat dan tempat
berlindung. Pada umumnya ikan karang berukuran kecil dan bersifat menetap.
Ikan karang diketahui memiliki wilayah jelajah tertentu dan beberapa jenis
menjaga wilayah tersebut dengan ketat. Ikan karang juga ada yang bersosiasi
dengan habitat lain di sekitar terumbu karang, misalnya padang lamun, hutan
mangrove dan lain-lain, sehingga sebagian besar ikan karang memiliki pola gerak
yang terbatas saat mencari makanan (Lowe-McConnel 1987; Bellwood and
Wainwright 1991).
Telah lama diketahui bahwa ikan karang merupakan ikan yang bersifat
menetap terutama jenis damselfish (Pomacentridae) dan bahkan ikan yang selama
ini terlihat aktif bergerak misalnya ikan famili Lutjanidae, Lethrinidae,
Serranidae, Siganidae, Scaridae, Acanthuridae dan Mullidae, menunjukkan
pergerakan terbatas hanya dalam radius 500 m per hari (Kritzer dan Sale (2006).
Dengan demikian ikan karang memiliki kebiasaan untuk cenderung berada sangat
dekat dengan terumbu karang untuk berlindung, mencari makan dan bereproduksi,
maka alat tangkap yang akan digunakan harus berada sedekat mungkin tetapi
tanpa menyentuh karang tersebut. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan adalah
memikat atau mengggiring ikan karang untuk mendekat ke alat tangkap sehingga
39
berpeluang untuk tertangkap, atau menunggu hingga ikan karang menjadi aktif
bergerak menjauh dari tempat perlindungannya sehingga dapat tertangkap. Hal
yang pertama merupakan metode penangkapan pada bubu dan muro-ami
sedangkan hal yang kedua adalah metode penangkapan yang digunakan oleh sero.
Metode penangkapan fyke net memiliki kesamaan dengan sero.
Untuk dapat menangkap ikan-ikan tersebut ada dua hal pokok yang harus
dipahami, yaitu pengetahuan mengenai pola gerak ikan secara alami dan waktu
ikan bergerak keluar dari area terumbu karang saat mereka mencari makan atau
untuk keperluan lain agar alat tangkap dapat dipasang pada tempat yang tepat dan
tidak perlu harus berada diantara terumbu karang sehingga dapat menghindarkan
kerusakan pada terumbu karang akibat benturan antara alat tangkap dengan
terumbu karang saat operasi penangkapan dilakukan.
Menurut Rounsefell dan Everhart (1962) terdapat 4 pola gerak ikan
demersal/karang, yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam,
pergerakan mengikuti kondisi pasang dan surut air laut, pergerakan secara acak
dan pergerakan secara musiman saat melakukan pemijahan. Pola pergerakan ikan
karang yang mengikuti kondisi siang dan malam sesuai dengan sifat ikan karang
yang sebagian bersifat diurnal atau aktif pada siang hari dan sebagian bersifat
nokturnal atau aktif pada malam hari.
Ikan-ikan yang aktif pada siang hari
umumnya adalah ikan karang pemakan hewan invertebrata, herbivora dan
omnivora sedangkan ikan piscivora dan pemakan krustacea merupakan ikan yang
aktif pada malam hari (Lowe-McConnell 1987).
Pada daerah littoral (paparan karang), semua ikan baik ikan karang
maupun ikan pelagis sangat terpengaruh oleh kondisi pasang dan surut air laut.
Hal ini disebabkan oleh besarnya perbedaan kondisi perairan di tempat tersebut
yang kadang di satu tempat tidak terdapat air sama sekali pada saat air surut.
Kondisi inilah yang membuat ikan harus berpindah meninggalkan tempat tersebut
saat kondisi air surut. Namun diluar daerah itu air laut selalu tersedia dan masih
cukup dalam sehingga ada sebagian ikan terutama ikan karang Pomacentridae
yang tetap bertahan ditempatnya saat air surut. Ikan Eupomacentrus partitus,
Poey (Pomacentridae) hanya meninggalkan tempatnya cukup jauh pada saat
40
kecepatan arus laut meningkat (saat proses menuju surut maupun menuju pasang)
untuk memakan plankton yang terbawa arus (Stevenson 1972).
Ikan karang juga melakukan gerak secara acak di dalam satu area tertentu.
Menurut Allen (1999) setiap individu ikan jenis Chaetodontidae menempati area
yang sempit di perairan terumbu karang tetapi dia sangat aktif berenang kian
kemari di dalam wilayahnya tersebut untuk mencari makan pada siang hari.
Sebagian ikan karang dan demersal bergerak dalam jarak yang cukup jauh
secara harian pada saat mencari makan atau secara musiman saat akan melakukan
pemijahan. Menurut King (1995) Ikan demersal yang bergerak ke perairan pantai
saat mencari makan yang memanfaatkan perairan karang dan laguna di pesisir
pantai yang subur adalah belanak (Mugilidae), peperek (Leiognathidae), beronang
(Siganidae) dan bijinangka (Mullidae). Kakap putih, Lates calcarifer dan kakap
merah, Lutjanus argentimaculatus melakukan perjalanan ke dekat muara sungai
untuk memijah. Larva ikan tersebut hidup di perairan estuaria sebelum kembali
ke laut yang lebih dalam.
Untuk tingkah laku ikan terhadap alat tangkap telah banyak penelitian
yang dilakukan sehingga secara umum diketahui bahwa reaksi ikan terhadap alat
tangkap adalah sebagai berikut:
(1) Reaksi bergerak menghindari alat tangkap (Godǿ 1994) terutama untuk
alat tangkap yang bergerak aktif seperti trawl dan purse seine
(2) Reaksi bergerak mendekati alat tangkap (Furevik 1994) oleh daya tarik
umpan pada perangkap dan pancing yang berumpan
(3) Reaksi ”nearfield” dan ”ingress” (Furevik 1994) untuk perangkap yang
tidak berumpan
(4) Reaksi bergerak melepaskan diri (Furevik 1994) untuk ikan yang telah
tertangkap oleh perangkap.
Penelitian mengenai tingkah laku ikan karang telah dilakukan dengan
menggunakan Fyke net sebagai alat yang diuji. Fyke net merupakan alat yang
bersifat pasif dan tidak menggunakan umpan sebagai media pemikat (Clavero et
al. 2006). Sebagai pengganti media pemikat, alat ini menggunakan sayap untuk
menggiring ikan masuk ke dalam mulut perangkapnya. Walaupun dioperasikan di
dasar perairan, asal mula fyke net sebetulnya digunakan untuk menangkap ikan
41
pelagis yang bersifat bergerombol dan beruaya diperairan estuaria dan sungai
(O’Neal 2006), namun hingga saat ini banyak digunakan untuk menangkap sidat
(Poole et al. 2007). Dengan sayapnya, fyke net dapat lebih efektif mengarahkan
gerak ikan yang bergerombol menuju mulut perangkap yang dimilikinya sehingga
alat ini bekerja lebih efektif dibandingkan dengan jenis perangkap ikan lainnya
misalnya minnow trap (Clavero et al. 2006).
Lain halnya apabila ikan yang menjadi target penangkapan adalah ikan
yang memiliki gerak yang terbatas dan bersifat individu atau berada dalam
kelompok kecil yang umum dimiliki oleh ikan karang, sifat ikan ”nearfield” dan
”ingress” (Furevik 1994) yang sangat berperan dalam proses tertangkapnya ikanikan tersebut. Sifat ketertarikan akan benda asing (nearfield) pada ikan akan
membuat ikan mendekati bahkan menyentuh benda tersebut. Sifat menerobos
(ingress) pada ikan yang membuat ikan masuk ke dalam alat melalui pintu masuk
yang tersedia tanpa harus terpikat oleh umpan.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
tempat
dan
waktu
pengoperasian yang tepat bagi fyke net untuk dapat menangkap ikan target tertentu
di wilayah terumbu karang dan untuk melihat apakah dimensi alat sudah cukup
tepat untuk dapat memudahkan tertangkapnya ikan.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk kajian pola gerak ikan ini dilakukan dengan
pengamatan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
bantuan kamera digital bawah air. Obyek yang menjadi sasaran adalah dua buah
fyke net. Satu alat tangkap ditempatkan di dasar perairan sebelah luar tubir karang
ke arah laut lepas pada kedalaman 7 – 10 m dan satu alat lainnya ditempatkan di
laguna, yaitu perairan sebelah dalam tubir karang ke arah pantai pada kedalam 3 –
4 m . Pada kondisi air laut yang jernih yaitu pada saat tidak turun hujan alat
tangkap masih tampak dari permukaan laut hingga 10 m. Apabila hujan turun
maka air sungai yang terdapat di dekat lokasi penelitian akan membuat perairan
menjadi keruh.
Selain itu pada saat angin bertiup cukup kencang dan
menimbulkan gelombang maka perairan akan menjadi keruh akibat turbulensi air
42
yang akan mengaduk perairan seingga partikel lumpur di dasar perairan dekat
muara sungai akan naik.
Agar supaya pada saat pengoperasian fyke net tidak terjadi kerusakan pada
terumbu karang, alat ini ditempatkan dipaparan pasir/lumpur dengan jarak
berkisar 2 hingga 5 m di luar tubir karang ke arah laut lepas dengan posisi
menghadap tubir dan di padang lamun di dalam laguna karang yang jauh dari
terumbu karang dengan posisi menghadap kepantai. Dengan demikian ikan-ikan
karang yang tertangkap oleh fyke net adalah ikan yang aktif bergerak keluar dari
terumbu karang pada waktu-waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan penelitian
Stevenson (1972) yang menyatakan bahwa ikan karang memiliki teritori dengan
pergerakan yang tidak jauh dari wilayahnya.
Pengamatan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dari atas sebuah
perahu bercadik untuk fyke net yang dioperasikan secara berpindah-pindah
sedangkan pengamatan untuk fyke net yang dioperasikan secara menetap dilakuan
dari atas rakit pada lokasi penempatan fyke net (Gambar 19).
PETA LOKASI
PENEMPATAN FYKE NET
Legenda:
Lokasi penempatan fyke net
Gambar 19
Lokasi penempatan fyke net (titik merah) di perairan terumbu karang
Desa Parak
43
Dari 4 pola gerak ikan karang yang dikemukakan oleh Rounsefell dan
Everhart (1962), yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam, pergerakan
mengikuti pasang dan surut air laut, pergerakan secara acak, dan pergerakan
secara musiman saat memijah, dalam penelitian ini diamati 2 pola gerak ikan
demersal/karang, yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam (diurnal
atau nokturnal) dan pergerakan secara acak.
Pengamatan pada pola gerak
mengikuti pasang dan surut air laut dan pergerakan secara musiman tidak
dilakukan karena memerlukan peralatan bantu berupa peralatan penandaan radio
(radio tagging) yang dapat dimonitor dari jarak jauh. Peralatan ini tidak tersedia.
Pola pergerakan ikan yang mengikuti kondisi siang dan malam dan
pergerakan secara acak dilakukan langsung secara visual dan alat bantu kamera
digital yang hanya pada siang hari dan dengan secara tidak langsung yang
dianalisis dari hasil tangkapan fyke net yang diambil pada pagi hari (07.00)
mewakili tangkapan malam hari dan pengambilan hasil pada sore hari (17.00)
mewakili tangkapan siang hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Holzman et
al. (2007) yang menyatakan bahwa jenis ikan karang yang memiliki sifat diurnal
(aktif siang hari dan tidak akti di malam hari) berupa ikan karang planktivora telah
menghilang (bersembunyi) kira-kira 1,43 jam sebelum matahari terbenam dan
sifat nokturnal (aktif pada malam hari dan tidak aktif pada siang hari) misalnya
ikan benthic feeder dan piscivora baru muncul sekitar 22 menit setelah matahari
terbenam dan beristirahat 1,2 jam sebelum matahari terbit. Ikan-ikan yang aktif
pada siang hari (diurnal) adalah jenis ikan-ikan yang memakan terumbu karang,
herbivora dan pemakan hewan invertebrata, sedangkan ikan-ikan carnivora
beristirahat dan bersembunyi di sela-sela karang yaitu ikan famili Serranidae,
Lutjanidae dan Haemulidae (Lowe-McConnel 1987; Gremli and Newman 1993)
dan ikan yang menempati gua-gua karang yaitu ikan famili Holocentridae (Gremli
and Newman 1993).
Tinggi fyke net yang digunakan berkisar antara 1 – 1,2 m agar mudah
dioperasikan dan karena menurut Holzman et al. (2007) pada malam hari ikan
demersal umumnya bergerak pada kisaran yang terbatas, yaitu pada kisaran 2 m di
atas permukaan dasar perairan dan sebahagian besar berada pada kisaran 1,2 m di
atas permukaan dasar perairan sedangkan pada siang hari ketinggian renang ikan
44
demersal dari dasar perairan memiliki kisaran yang lebih besar sesuai dengan
kemampuan renang ikan.
Sebagai acuan untuk dapat mengetahui jenis ikan karang yang bersifat
diurnal dan nokturnal serta kebiasaan makan dilakukan studi pustaka dan
terangkum pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Waktu aktivitas dan kebiasaan makan beberapa jenis ikan karang
Nama Ilmiah
Abudafduf sp
Acanthurus sp
Amphiprion sp
Apogon sp.
Caesio sp
Cephalopholis sp
Chromis sp.
Epinephelus sp.
Myripristis sp.
Lutjanus sp
Plectorhyncus sp.
Plotosus lineatus
Priacanthus sp.
Pterois volitans
Sargocentron sp.
Scarus sp.
Waktu aktif
Diurnal
Nokturnal
















Kebiasaan
makan
herbivora
herbivora
invertivora
karnivora
planktivora
karnivora
planktivora
karnivora
karnivora
karnivora
invertivora
karnivora
karnivora
karnivora
karnivora
herbivora
Pustaka
Kuiter 1992
Adey and Loveland 1991
Adey and Loveland 1991
Kuiter 1992; Allen 1999
Kuiter 1992
Gremli and Newman 2001
Adey and Loveland 1991
Gremli and Newman 2001
Nybakken and Bartness 2005
Kuiter 1992
Allen 1999
Kuiter 1992
Kuiter 1992; Allen 2000
Kuiter 1992
Gremli and Newman 2001
Adey and Loveland 1991
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Pola pergerakan ikan karang berdasarkan waktu siang dan malam
Pada hasil tangkapan fyke net yang sesuai dengan waktu pengambilan alat
terdapat perbedaan jenis ikan yang tertangkap pada siang dan malam hari. Hal ini
tertera pada Tabel 2, Gambar 20 dan 21. Ikan-ikan yang tertangkap pada siang
hari adalah ikan-ikan yang aktif bergerak di sekitar alat tangkap di dekat terumbu
karang di antaranya yang dominan adalah Abudafduf vaigiensis (Pomacentridae),
Caesio caerulaurea (Caesionidae), Gazza minuta dan Leiognathus bindus
(Leiognathydae), Lutjanus fulviflamma (Lutjanidae), Parachaetodon ocellatus
(Chaetodontidae) dan Platax teira (Ephippidae), Pterois volitans (Scorpaenidae).
45
Caesio caerulaurea walaupun banyak terlihat di sekitar fyke net namun tidak
banyak yang tertangkap, mungkin karena mereka lebih senang bergerombol di
bagian atas terumbu karang dibandingkan berada di dekat dasar perairan tempat
alat tangkap tersebut terpasang.
Jenis ikan lainnya misalnya Acreichthys
tomentosus, Cheillinus fasciatus, Lactorina cornata yang tertangkap tidak
terpantau berada di sekitar alat. Hal ini mungkin disebabkan ikan tersebut dapat
tersamar oleh lingkungannya.
Tabel 2 Hasil tangkapan fyke net berdasarkan waktu penangkapan
Nama Lokal
Kanakanari
Sungkang
Tombo-tombo
Tombo-tombo
Bua-bua
Karapu
Toma
Tombo-tombo
Kana-kanari
Bete-bete
Kudu-kudu
Bete-bete
Katamba
Katamba
Katamba sure
Tammusu
Sogo-sogo
Tompangtompang
Kepe-kepe
Bibili
Samelang
Lela
Jaraindong
Boronang
lumu
Kasoo’
Beto
Tiko
Nama Ikan
Nama Ilmiah
Waktu tertangkap
Siang
Malam
Abudafduf vaigiensis
POMACENTRIDAE
√
Acreichthys tomentosus
MONACANTHIDAE
√
Apogon margaritophorus APOGONIDAE
√
Apogon chrysopomus
APOGONIDAE
√
Caesio caerulaurea
CAESIONIDAE
√
Centrogenys vaigiensis
SERRANIDAE
√
Cheilinus fasciatus
LABRIDAE
√
Cheilodipterus macrodon APOGONIDAE
√
√
Dischistodus sp
POMACENTRIDAE
√
Gazza Minuta
LEIOGNATHIDAE
√
Lactoria cornata
OSTRACIDAE
√
Leiognathus bindus
LEIOGNATHIDAE
√
Lethrinus genivittatus
LETHRINIDAE
√
Lethrinus ornatus
LETHRINIDAE
√
Lutjanus decussates
LUTJANIDAE
√
Lutjanus fulviflamma
LUTJANIDAE
√
√
Myripristis pralinia
HOLOCENTRIDAE
√
Onigocia spinosa
PLATYCHEPALIDAE
√
Famili
Parachaetodon ocellatus
Platax teira
Plotosus lineatus
Pseudorhambus arsius
Pterois volitans
Syganus canaliculatus
CHAETODONTIDAE
EPHIPPIDAE
PLOTOSIDAE
BOTHIDAE
SCORPAENIDAE
SIGANIDAE
√
√
√
Sphyraena barracuda
Taeniura lymma
Upeneus tragula
SPHYRAENIDAE
DASYATIDAE
MULLIDAE
√
√
√
√
√
√
46
Proporsi tangkapan siang
11,5
21,6
21,4
5,1
30,5
Abudafduf vaigiensis
Acreichthys tomentosus
Caesio caerulaurea
Cheilinus fasciatus
Gazza Minuta
Lactoria cornata
Leiognathus bindus
Lutjanus fulviflamma
Parachaetodon ocellatus
Platax teira
Plotosus lineatus
Pterois volitans
Siganus canaliculatus
Sphyraena barracuda
Gambar 20 Proporsi hasil tangkapan fyke net pada operasi penangkapan siang
hari.
Proporsi tangkapan malam
11,4
7,1
5,7
8,5
14,9
10,6
18,4
Apogon chrysopomus
Apogon timorensis
Apogon sp
Apogon margaritophorus
Centrogenys vaigiensis
Cheilodipterus macrodon.
Lethrinus genivittatus
Lethrinus ornatus
Lutjanus decussatus
Lutjanus fulviflamma
Myripristis pralinia
Gambar 21 Proporsi hasil tangkapan fyke net pada operasi penangkapan
malam hari.
Ikan-ikan yang banyak terlihat di padang lamun pada siang hari adalah
beronang Siganus canaliculatus, ”lompa” (Thryssa sp.), belanak (Mugil sp.) tetapi
ikan ini jarang tertangkap, sedangkan Sphyraena barracuda (Sphyraenidae) juga
terlihat di padang lamun tetapi dalam kelompok kecil atau kadang terlihat sendiri
tetapi ikan ini sering tertangkap.
Pada malam hari tidak dilakukan pemantauan ikan di sekitar alat tangkap
karena keterbatasan pada kemampuan alat bantu pemantau yang tidak memiliki
kamera inframerah sehingga pola gerak ikan karang hanya diduga dari hasil
47
tangkapan oleh fyke net yang dioperasikan di dua tempat yang berbeda yaitu di
luar tubir karang dan di dalam laguna.
Jenis ikan hasil tangkapan pada malam hari adalah ikan-ikan piscifora
yang bersifat nokturnal, yang didominasi oleh Apogonidae, Lethrinidae,
Lutjanidae, Serranidae dan Holocentridae yang dikenal sebagai penghuni gua-gua
karang (Gremli dan Newman 2001). Dengan tertangkapnya ikan-ikan ini di luar
daerah terumbu karang membuktikan bahwa pada malam hari ikan ini bergerak
keluar dari terumbu karang mencari makan.
Ada satu jenis ikan yang tertangkap pada malam hari juga tertangkap pada
siang hari yaitu Lutjanus fulviflamma. Ikan ini merupakan ikan nokturnal tetapi
pada siang hari juga banyak terlihat di tempat yang terlindung dari sinar matahari
misalnya di bawah perahu yang sedang berlabuh atau benda-benda yang terapung
di air, misalnya buah kelapa atau batang pohon. Lutjanus fulviflamma bersifat
nokturnal karena dominan tertangkap oleh pancing nelayan di lokasi penelitian di
daerah berkarang dengan kedalaman 30 m pada malam hari tetapi pada ikan yang
berukuran kecil terlihat aktif di daerah laguna pada siang hari dan selalu berada di
tempat teduh yang terlindung dari sinar matahari dibawah perahu atau benda yang
terapung dan hanyut diperairan sehingga kalau fyke net dioperasikan di padang
lamun pada siang hari maka ikan ini akan banyak tertangkap. Ikan ini terlihat
sangat tertarik kepada benda asing (nearfield) sehingga keberadaan fyke net di
perairan sangat menarik perhatiannya. Masuknya ikan ini ke dalam ”playground”
fyke net terlihat dengan cara mengikuti arus dan setelah melihat celah pintu maka
ikan ini bergerak masuk.
Lethrinus genivittatus tertangkap oleh fyke net pada malam hari. Ikan ini
juga merupakan ikan yang dominan tertangkap oleh sero di pesisir barat Pulau
Selayar pada bulan Nopember - Desember. Oleh karena ikan ini aktif pada malam
hari maka aktivitasnya di sekitar fyke net tidak dapat dipantau.
Parachaetodon ocellatus tertangkap oleh fyke net yang dipasang dekat
tubir karang pada siang hari. Dengan tertangkapnya ikan ini menandakan bahwa
kondisi terumbu karang hidup di daerah penangkapan tersebut masih cukup baik
karena makanan utama ikan ini adalah polip karang hidup (Allen 2000).
Mekanisme masuknya ikan ini ke dalam fyke net tidak terpantau, tetapi melihat
48
jarak ikan ini tertangkap sekitar 20 m dari terumbu karang maka mungkin mereka
sedang berpindah dari satu terumbu karang ke terumbu yang lain yang berada si
sekitar paparan pasir tempat alat ini dipasang.
3.3.2 Pola pergerakan ikan karang secara acak
Pada saat dilakukan pengamatan pada pintu masuk fyke net ada dua hal
yang menjadi pertanyaan, yaitu pertama saat terlihat ada ikan yang masuk ke pintu
fyke net maka pertanyaan yang timbul adalah mengapa ikan tersebut masuk dan
apabila terlihat ikan menghindari pintu masuk maka pertanyaan kedua yang
timbul adalah mengapa ikan tersebut menghindar. Sebagai alat tangkap yang
pasif (menetap) yang tidak menggunakan umpan sebagai media pemikat, fyke net
tentunya hanya mampu menangkap ikan-ikan yang bergerak aktif datang
mendekat kemudian dengan sukarela masuk.
Tetapi pada kenyataannya
kebanyakan ikan tidak dengan sukarela masuk.
Sehingga tentu harus ada
mekanisme yang memaksa ikan tersebut untuk masuk.
Pada awal penelitian ini dilaksanakan terlihat Lutjanus fulviflamma kecil
dengan sukarela langsung masuk ke dalam fyke net yang sedang terpasang di
kedalaman satu meter saat alat ini dalam persiapan pengoperasian. Tidak lama
berselang seekor Sphyraena barracuda juga terlihat tanpa ragu langsung masuk.
Di tempat lain terlihat gerombolan ikan pelagis kecil ”lompa” (Thryssa sp.)
berkumpul di depan pintu sebuah sero kecil pada kedalaman 1,5 m dan tidak
terlihat ada yang masuk. Peneliti berusaha menggiring ikan tersebut untuk masuk
tetapi mereka tidak mau masuk dan bahkan sebaliknya mereka berani berenang
melawan arah penggiringan dan keluar dari area penangkapan di ujung sayap.
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa ada ikan yang dengan sukarela masuk ke
dalam pintu jebakan sedangkan ikan lain walaupun dipaksa mereka tidak mau
masuk seolah-olah mereka mengetahui bahwa pintu tersebut adalah pintu jebakan.
Pada menjelang akhir penelitian ini peneliti mencoba memasang sebuah
fyke net pada saluran air tambak yang pada saat itu sedang dikuras dan terlihat
puluhan ikan belanak berkeliaran di dalam tambak. Secara logika tentunya pada
saat air tambak telah habis terkuras, semua ikan yang ada di dalamnya akan
tertangkap oleh fyke net tersebut tetapi pada kenyataannya tidak ada seekor ikan
49
belanak pun yang tertangkap. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana semua
ikan tersebut dapat lolos.
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka dilakukan
evaluasi hasil-hasil pengamatan terhadap tingkah laku ikan dan kondisi perairan di
sekitar fyke net yang mungkin dapat mempengaruhi perubahan pola gerak ikan.
Pada pengamatan yang dilakukan di sekitar fyke net selama penelitian terpantau
secara langsung tingkah laku dari beberapa jenis ikan di antaranya adalah
Abudafduf
vaigiensis,
Lutjanus
fulviflamma,
Plotosus
lineatus,
Caesio
caerulaurea, Mugil sp., Pterois volitans, Platax teira, Sphyraena barracuda.
Abudafduf vaigiensis adalah ikan bersifat diurnal yang paling banyak
terlihat di daerah paparan karang di sekitar fyke net. Ikan ini sering bergerombol
di dekat permukaan air terutama kalau mereka tertarik pada umpan yang ditebar
keperairan. Ikan ini yang banyak tertangkap oleh fyke net pada siang hari tetapi
mereka mudah untuk keluar kembali saat alat ini ditarik ke permukaan air karena
ukurannya yang kecil. Hal ini sesuai dengan pengamatan para penyelam yang
melihat ikan-ikan di dalam fyke net yang begitu mudah mencari jalan keluar
akibat jarak antara pintu masuk pertama dan kedua pada fyke net desain pertama
yang terlalu dekat (2 m) serta berada ditengah dan dalam posisi yang sejajar serta
lebar bukaan mulutnya yang terlalu besar (90 x 45 cm). Oleh sebab itu pada fyke
net desain selanjutnya ukuran pintu masuk dibuat lebih kecil dan jumlahnya
ditambah menjadi tiga buah agar lebih mempersulit bagi ikan untuk keluar melalui
pintu utama dan walaupun posisi pintu masuk kedua dan ketiga masih sejajar
namun diletakkan dekat dengan dinding atas agar tersedia ruang yang cukup luas
bagi ikan di bagian bawah pintu masuk. Hal ini dikarenakan ikan-ikan yang
tertangkap cenderung mencari jalan keluar pada bagian sisi yang dekat ke dasar
alat.
Caesio caerulaurea tertangkap oleh fyke net walaupun hanya beberapa
ekor dari segerombolan besar ikan pada siang hari, sedangkan selebihnya terlihat
berkeliaran di sekitar fyke net. Mungkin pada saat alat ini diangkat ke permukaan
banyak ikan yang telah tertangkap tetapi dapat meloloskan diri melalui jalan
masuk semula karena ikan yang tertangkap ditemukan berada di ruang pertama
yang dekat dari pintu masuk utama.
Ikan ini tertangkap oleh fyke net yang
50
dipasang sangat dekat dengan terumbu karang yang berada pada tubir karang
karena ikan ini banyak bergerombol di daerah tersebut walaupun posisinya berada
pada sisi bagian atas karang.
Kedalaman renang ikan merupakan sifat yang sangat penting yang harus
diketahui untuk dapat menangkapnya.
C. caerulaurea jarang tertangkap oleh
fyke net karena ikan ini cenderung berada di kolom air hingga dekat ke
permukaan.
Kisaran kedalaman renang ikan ini cukup besar sehingga hal ini
dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan berapa ketinggian alat untuk
dapat berada tepat pada jalur renangnya. Dari hasil rekaman pergerakan ikan di
sekitar fyke net terlihat masih banyak ikan yang melintas di atasnya. Hal ini
berarti ketinggian alat ini masih perlu ditambah.
Cheilodipterus macrodon tertangkap oleh fyke net pada malam hari
maupun siang hari. Ikan ini banyak terlihat di berenang kian kemari di bawah
perahu yang sedang berlabuh di tepi pantai pada siang hari. Walaupun ikan ini
terlihat sangat tertarik kepada benda asing namun terlihat selalu bergerak menjauh
kalau ada gerakan benda di dalam air. Ikan ini memiliki area jelajah yang cukup
luas di daerah terumbu karang karena selain di daerah laguna ikan tersebut juga
tertangkap di luar daerah tubir karang. Melihat giginya yang panjang dan tajam
ikan ini mungkin merupakan ikan predator yang ikut tertangkap karena mencari
mangsa yang berada di dalam fyke net.
Leiognathus bindus dan Gazza minuta merupakan jenis ikan demersal
apabila dilihat dari bentuk tubuhnya yang pipih. Ikan ini memiliki daerah jelajah
yang luas di daerah terumbu karang, mereka beruaya di sepanjang tubir karang
dan ada yang naik ke paparan laguna karang hingga ke sekitar bibir pantai dan
terlihat bergerombol di dekat permukaan air pada perairan berkedalaman 7 m.
Ikan ini tertangkap oleh fyke net yang terpasang di dasar perairan di luar tubir
karang pada kealaman 5 m dan didekat bibir pantai di kedalaman 2 m pada pagi
hari. Mekanisme masuknya ikan ini ke dalam fyke net tidak diketahui tetapi
dengan melihat banyaknya ikan yang tertangkap diduga ikan ini masuk secara
bergerombol dengan panduan sayap fyke net.
Mugil sp. dengan ukuran berkisar 20 cm banyak berkeliaran di padang
lamun pada bulan Mei tetapi tidak ada yang tertangkap oleh fyke net. Oleh sebab
51
itu peneliti mencoba memasang fyke net disaluran (outlet) sebuah tambak yang
sedang dikuras untuk dapat menangkap ikan tersebut. Pada saat air tambak masih
tinggi banyak terlihat ikan tersebut berenang di dalam tambak dan pada saat air
mulai surut ikan tersebut berupaya melompati pematang tambak namun gagal,
tetapi ada yang mampu melompati alat tersebut sehingga dapat meloloskan diri.
Setelah air tambak telah habis ternyata didapatkan tidak ada ikan belanak yang
tertangkap.
Hal ini sangat mengejutkan karena semua ikan belanak dapat
meloloskan diri.
Setelah diselidiki ternyata bingkai depan fyke net tersebut
terganjal oleh sebuah batu bata yang membuat ada celah kecil di bawah alat
tersebut tempat ikan-ikan mungkin meloloskan diri. Oleh sebab itu pada hari
selanjutnya dilakukan lagi percobaan dengan kembali memasukkan air ke tambak
yang sekaligus memasukkan ikan belanak. Kemudian dilakukan lagi ujicoba
pemasangan alat di pintu air tersebut dan batu yang semula mengganjal
disingkirkan.
Setelah seluruh air tambak terkuras hasilnya 25 ekor belanak
tertangkap dengan kisaran ukuran 20 -30 cm. Disimpulkan bahwa ikan tersebut
mampu mendeteksi adanya benda asing yang menghadang dan sekaligus mampu
mendeteksi celah pelolosan yang diduga memiliki aliran arus yang lebih cepat
karena tidak terhalang oleh jaring dibandingkan aliran arus yang melewati pintu
masuk fyke net tersebut. Dari kejadian tersebut diduga bahwa masuknya ikan ke
dalam fyke net yang dioperasikan di laut lepas karena ada aliran air yang lebih
cepat melalui pintu masuknya pada saat air laut menuju surut. Oleh sebab itu
disarankan untuk menggunakan jaring bermata kecil pada corong pintu masuk
fyke net dan menggunakan jaring bermata besar di bagian dinding dalam agar
terjadi aliran arus yang lebih cepat yang terpusat pada pintu masuk alat tersebut
sehingga akan menimbulkan “ingress” pada ikan.
Plotosus lineatus adalah ikan yang bergerombol dan banyak terdapat di
padang lamun. Ikan ini tertangkap oleh fyke net pada siang hari dalam jumlah
yang cukup banyak dan memang pada saat penelitian ini dilaksanakan di lapangan
ikan tersebut sangat banyak tertangkap oleh sero. Ikan ini juga menyebar hingga
perairan cukup dalam di luar tubir karang dan tertangkap oleh fyke net pada
paparan di luar tubir dan di lamun.
52
Pterois volitans tertangkap oleh fyke net pada siang hari karena ikan ini
memang senang melekatkan diri ke bangunan (tiang pelabuhan) dan terlihat
menyusuri dinding fyke net mungkin sedang mencari makanan yang menempel
pada jaring atau mereka mimiliki sifat “nearfield” hingga tanpa disadari ikan
tersebut masuk ke dalam alat ini.
Platax teira adalah salah satu ikan diurnal yang mudah diamati
gerakannya karena ikan ini bergerak lambat di perairan. Di daerah penelitian,
jenis ikan ini sering terlihat berenang sendiri di dekat permukaan air pada perairan
dengan kedalaman sekitar 6 m. Ikan ini juga biasa berenang secara berkelompok
kecil hingga 6 ekor tetapi jarak setiap inividu cukup jauh. Masing-masing ikan
bergerak secara acak dan tidak mengikuti gerakan ikan lain yang biasanya ikan
dalam satu kelompok memiliki gerakan dengan arah yang hampir sama.
Sungguhpun ikan ini sering terlihat di dekat permukaan air tetapi kenyataannya
ikan ini tertangkap oleh fyke net yang terpasang di dasar perairan.
Ikan ini
tertangkap di daerah sebelah luar tubir dan di dalam laguna karang.
Ikan ini
bergerak lambat menyusuri sayap fyke net sambil mencari makan di dinding jaring
yang sudah ditumbuhi alga hingga masuk ke pintu utama. Di depan pintu ikan ini
terihat berhenti sejenak lalu kemudian secara perlahan masuk. Setelah di dalam
ruangan pertama (playground) ikan ini tidak langsung masuk ke ruangan kedua
tetapi berputar kembali menyusuri dinding jaring mencari jalan keluar. Oleh
karena bentuk ruangan yang menyerupai daun keladi dengan pintu masuk pada
pangkalnya maka pergerakan ikan selalu diarahkan ke pintu kedua yang berada di
ujung daun dan akhirnya ikan ini masuk ke pintu kedua secara perlahan.
Pola penyebaran ikan di wilayah terumbu karang secara horizontal hingga
laguna dapat digambarkan berdasarkan hasil tangkapan fyke di dua lokasi tersebut
(Tabel 3 dan Gambar 22) dan dari hasil pengamatan dapat diketahui sebaran ikanikan di daerah karang secara vertikal (Gambar 23) berikut ini.
Pada Gambar 22 terlihat pola penyebaran beberapa jenis ikan di perairan
karang mulai dari paparan pasir di luar tubir hingga laguna karang. Ikan-ikan
Caesio sp, Myripristis sp. dan Parachaetodon sp. menyebar hanya di perairan
berkarang di sekitar tubir.
Sedangkan Cheilodipterus sp., Sphyraena sp.,
53
Leiognathus sp. dan Platax teira menyebar hingga ke padang lamun di dalam
laguna karang.
Tabel 3 Hasil tangkapan fyke net berdasarkan daerah penangkapan
Nama Ikan
Nama Lokal
Kanakanari
Sungkang
Tombo-tombo
Tombo-tombo
Bua-bua
Karapu
Toma
Tombo-tombo
Kana-kanari
Bete-bete
Kudu-kudu
Bete-bete
Katamba
Katamba
Katamba sure
Tammusu
Sogo-sogo
Tompangtompang
Kepe-kepe
Bibili
Samelang
Lela
Jaraindong
Boronang
lumu
Kasoo’
Beto
Tiko
Daerah
Penangkapan
Nama Ilmiah
Abudafduf vaigiensis
Acreichthys tomentosus
Apogon margaritophorus
Apogon chrysopomus
Caesio caerulaurea
Centrogenys vaigiensis
Cheilinus fasciatus
Cheilodipterus macrodon.
Dischistodus sp
Gazza Minuta
Lactoria cornata
Leiognathus bindus
Lethrinus genivittatus
Lethrinus ornatus
Lutjanus decussates
Lutjanus fulviflamma
Myripristis pralinia
Onigocia spinosa
Famili
POMACENTRIDAE
MONACANTHIDAE
APOGONIDAE
APOGONIDAE
CAESIONIDAE
SERRANIDAE
LABRIDAE
APOGONIDAE
POMACENTRIDAE
LEIOGNATHIDAE
OSTRACIDAE
LEIOGNATHIDAE
LETHRINIDAE
LETHRINIDAE
LUTJANIDAE
LUTJANIDAE
HOLOCENTRIDAE
PLATYCHEPALIDAE
Tubir
√
√
Laguna
√
Parachaetodon ocellatus
Platax teira
Plotosus lineatus
Pseudorhambus arsius
Pterois volitans
Syganus canaliculatus
CHAETODONTIDAE
EPHIPPIDAE
PLOTOSIDAE
BOTHIDAE
SCORPAENIDAE
SIGANIDAE
√
√
√
√
√
√
√
√
Sphyraena barracuda
Taeniura lymma
Upeneus tragula
SPHYRAENIDAE
DASYATIDAE
MULLIDAE
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ikan melakukan gerak harian terkait dengan kegiatan mencari makan dan
menghindar dari predator sedangkan migrasi secara musiman terkait dengan
pemijahan. Ikan predator utama di perairan terumbu karang adalah ikan-ikan
pelagis yang datang ke tempat tersebut untuk mencari makan ikan-ikan berukuran
kecil (King 1995).
Ikan predator yang banyak terlihat beruaya di sepanjang
pesisir laguna adalah Sphyraena barracuda dan Caranx sp. Ikan ini berasal dari
laut lepas di luar tubir karang tetapi justru tertangkap oleh fyke net di daerah
54
pesisir dibandingkan pada perairan dalam luar tubir karang yang menjadi
habitatnya (Nybakken dan Bartness 2005).
Cheilodipterus macrodon
Caesio sp.
Leiognathus sp.
Myripristis sp.
Sphyraena barracuda.
Parachaetodon sp
Platax teira
Tubir Karang
Terumbu karang
Laguna
Paparan Pasir
Gambar 22 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara horizontal
berdasarkan posisi tertangkap.
Caesio sp
Terumbu karang
Pterois volitans
Platax teira
Tubir Karang
Paparan Pasir
Gambar 23 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara vertikal
berdasarkan hasil pengamatan pada siang hari
Ikan karang herbivora yaitu beronang (Siganus sp.), dan belanak (Mugil
sp.) bergerak ke daerah estuaria (laguna) atau mangrove yang memiliki
55
produktivitas yang tinggi untuk mencari makanan.
Pada saat penelitian ini
dilaksanakan ikan-ikan herbivora yang berada dipesisir laguna adalah Mugil sp
yang mulai terlihat pada bulan April masih berupa juvenile dengan ukuran kurang
dari 2 cm dan pada bulan Juni sudah tertangkap oleh gillnet dengan ukuran
berkisar 8 cm. Pada bulan Oktober telah banyak ikan yang tertangkap dengan
ukuran berkisar 20 cm menggunakan gillnet, namun ikan ini susah untuk dapat
ditangkap oleh fyke net karena kemampuannya untuk meloncat apabila mereka
mendeteksi adanya rintangan oleh benda asing, misalnya sayap fyke net yang
terbuat dari bahan yang lebih tampak dibandingkan gillnet di jalur renangnya.
Menurut Mann (2000) ikan herbivora utama yang hidup di terumbu
karang ada empat famili, yaitu: Pomacentridae (damselfishes), Scaridae (parrot
fishes), Acanthuridae (surgeonfishes), dan Siganidae (rabbitfishes).
Ikan
Pomacentridae tinggal di area kecil pada terumbu karang yang mati. Mereka
memakan dan menjaga alga yang tumbuh di tempat itu seolah-olah sedang
berkebun alga. Fyke net banyak menangkap ikan jenis ini hanya di dalam laguna
karang.
Surgeonfishes, Parrot fishes dan rabbitfishes biasanya berada dalam
kelompok yang besar mencari alga di wilayah yang luas di terumbu karang. Pada
daerah yang dangkal di paparan karang dekat pantai, ikan herbivora berjumlah
sedikit akibat pengaruh gelombang sehingga alga di tempat tersebut melimpah.
Di daerah dengan kedalaman 2 – 10 m pertumbuhan karang subur dan
memberikan tempat perlindungan yang bagus bagi ikan herbivora dari ikan
predator sehingga alga di tempat ini tidak berkembang dengan baik. Sedangkan di
kedalaman yang lebih besar keberadaan terumbu karang semakin berkurang
sehingga tempat berlindung bagi ikan herbivorapun berkurang. Oleh sebab itu
ikan herbivora di tempat ini sedikit dan tekanan pemangsaan pada alga berkurang
(Mann 2000). Sungguhpun dikatakan bahwa jenis ikan-ikan ini berada pada
perairan karang dengan kedalaman 2 hingga 10 m tetapi saat fyke net dioperasikan
di wilayah tersebut ikan surgeonfish dan kakatua tidak banyak terlihat. Ikan
beronang Signus canaliculatus terlihat banyak berkeliaran menjelang bulan
oktober dan tertangkap oleh sero yang banyak terpasang di laguna karang, tetapi
ikan tersebut tidak banyak yang tertangkap oleh fyke net.
Hal ini mungkin
disebabkan ikan tersebut dapat menghidarkan diri dengan melintas di sebelah atas
56
alat sehinggi ketinggian alat masih harus ditambah tetapi tidak melebihi tinggi
tubuh nelayan agar alat ini mudah untuk diangkat ke atas geladak perahu yang
digunakan dalam operasi penangkapan.
Ikan pemakan polip karang adalah Chaetodontidae (butterfly fishes),
Balistidae (triggerfishes), dan Tetraodontidae (puffers) (Mann 2000).
Saat
penelitian ikan jenis Chaetodontidae banyak terlihat di antara terumbu karang di
sekitar tubir karang dan tertangkap oleh fyke net yang dipasang di sebelah luar
tubir sedangkan jenis Tetraodontidae tertangkap di daerah laguna.
3.3.3 Sifat ”ingress” dan ”nearfield” pada ikan terhadap Fyke Net
Pola gerak ikan di dalam fyke net yang dapat terpantau adalah pola gerak
Platax teira sedangkan ikan jenis lain hanya terpantau saat berada di dekat alat ini
dan yang telah berada di dalam. Masuknya ikan ke dalam sebuah alat jenis
perangkap disebabkan oleh sifat ketertarikan ikan terhadap benda asing (sifat
”nearfield”). Ada ikan yang sengaja menabrakkan dirinya ke dinding jaring dan
ada yang menyentuhnya secara lembut (Furevik 1994). Sifat lain adalah sifat
menerobos (”ingres”) yang terjadi pada ikan yang menyebabkan ikan masuk
kedalam perangkap dengan kondisi yang juga bermacam-macam. Pada perangkap
ikan yang tidak berumpan, ikan famili Holocentridae dan Mullidae masuk ke
dalam perangkap secara bergerombol sedangkan pada ikan kakatua (Scaridae) dan
Priacanthidae masuk secara individu. Sementara Chaetodon sp dan Pseudopeneus
maculatus akan berenang bolak balik pada pintu masuk apabila ada sesamanya
berada di dalam perangkap tersebut (Furevik 1994).
Pada penelitian ini sifat nearfield dapat terlihat pada ikan Lutjanus
fulviflamma yang pada saat fyke net (tanpa sayap) disimpan di kedalaman satu
meter untuk dilakukan pemasangan pelampung, ikan tersebut secara spontan
mendekat ke fyke net dan akhirnya masuk melalui pintu utama alat tersebut dan
tidak lama kemudian terlihat Sphyraena barracuda menyusul masuk. Masuknya
ikan S. barracuda tersebut mungkin disebabkan mereka sedang mengejar L.
filviflamma.
Selanjutnya selain terpengaruh oleh faktor siang dan malam, keaktifan
ikan-ikan karang juga terpengaruh oleh kondisi arus namun pada kedalaman lebih
57
dari 5 m akan sangat sulit untuk dapat mendeteksi apakah ikan itu bergerak karena
dipengaruhi oleh arus air pasang atau oleh faktor lain, tetapi di daerah pesisir yang
dangkal pengaruh pergerakan ikan oleh naik turunnya ketinggian air dapat
terdeteksi. Menurut Stevenson (1972), pola gerak ikan karang terpengaruh oleh
arus terutama pada arus yang cukup kuat (saat air laut menuju pasang maupun
menuju surut). Pada ikan Eupomacentrus partitus, Poey (Pomacentridae), terlihat
sangat aktif bergerak menyongsong arus untuk memakan plankton.
Barlow
(1981) juga menyatakan bahwa masuk dan keluarnya ikan di laguna karena
mengikuti arus yang melalui ”pass”, yaitu parit yang terdapat di paparan lamun.
Namun seberapa besar arus mempengaruhi pola gerak ikan karang lainnya
memerlukan
satu
mempengaruhinya.
penelitian
tersendiri
karena
banyak
faktor
yang
Setiap jenis dan ukuran ikan yang berbeda tentu akan
memberi respon yang berbeda. Penelitian seperti ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk dapat dilakukan di lapangan karena kuat arus laut tidak bisa
terkontrol setiap saat akibat adanya pergeseran waktu pasang setiap hari.
3.4 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Ikan yang tertangkap oleh fyke net di parairan karang adalah ikan yang
aktif bergerak dan memiliki wilayah jelajah yang luas.
Kisaran kedalaman gerak ikan karang dapat menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan dimensi fyke net yang dioperasikan pada siang atau malam
hari.
Jenis ikan yang banyak tertangkap oleh fyke net adalah ikan yang memiliki
sifat tertarik pada benda asing ”nearfield”.
Diduga ada mekanisme alam yang memaksa ikan untuk bergerak masuk
ke dalam fyke net salah satu diantaranya adalah arus yang bergerak masuk melalui
pintu masuk yang mungkin dapat menimbulkan sifat ”ingress” pada ikan.
58
Saran
Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh arus
terhadap gerak ikan yang mungkin menjadi pemicu dalam merangsang ikan untuk
masuk ke pintu fyke net.
Perlu adanya penelitian lebih mendalam tentang jenis-jenis ikan karang
yang bersifat ”nearfield”
Perlu adanya penelitian lebih mendalam tentang kedalaman renang ikanikan karang.
Daftar Pustaka
Allen G. 1999. A Field. Guide for Anglers and Divers: Marine Fishes of South
East Asia. Periplus Editions (HK) Ltd. 292 p.
Adey WH. 1991. Dynamic Aquaria: Building Living Ecosystems. Academic
Press,Inc. San Diego. 643 p.
Barlow GW. 1981. Patterns of parental investment, dispersal and size among
coral-reef fishes. P.65 – 85. In: Noakes DLG and Ward JA [eds]. 1981.
Ecology and Ethology of Fishes. Dr. W. Junk Publishers The Hague,
Boston.
Bellwood DR and Wainwright PC. 2002. The History and Biogeography of
Fishes on Coral Reefs p. 5 – 32. In Sale PF [ed]. Coral Reef Fishes:
Dynamics and Diversity in a Complex Ecosystem. Academic Press San
Diego, CA
Clavero M, Blanco-Garrido F dan Prenda J.
2006. Monitoring small fish
populations in streams: A Comparison of four passive methods. Fisheries
Research 76: 243 – 251
Furevik, DM. 1994. Behaviour of Fish in Relation to Pots. P. 28 – 44. In: Ferno
A and Olsen S. [eds]. Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance
Estimation. Fishing News Books. Oxford, UK.
Gabriel O, Lange K, Dahm E, and Wendt T [eds]. 2005. Von Brandt’s Fish
Catching Methods of the World. 4th edition. Blackwell Publishing Ltd.,
Oxford. 523 p.
59
Gremli MS, and Newman HE. 2001. Insight Guides Undewater: Marine Life in
the South China Sea. APA Publications GmbH and Co. verlag KG,
Singapore.
Godǿ OR. 1994. Factors affecting the reliability of groundfish abundance
estimates from bottom trawl surveys. p. 166 – 199. In: Ferno A and Olsen
S [eds]. Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance Estimation.
Fishing News Books, Oxford.
Holzman R, Ohavia M, Vaknin R, and Genin A. 2007. Abundance and
distribution of nocturnal fishes over a coral reef during the night.
Mar.Ecol.Prog.Ser. 342 pp. 205 – 215. (repositiories.cdlib.org/
postprint/3260/- ; 23 Agustus 2007).
King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. 2nd ed. Fishing
News Books. Oxford. 382 p.
Kritzer JP and Sale PF. 2006. The Metapopulation Ecology of Coral Reef Fishes.
p. 31 – 67. In: Kritzer JP and Sale PF [eds]. Marine metapopulations.
Elsevier Academic Press, Burlingto MA.
Lowe-McConnel RH. 1987. Ecological studies in Tropical Fish Communities.
Cambridge University Press. Cambridge. 382 p.
Mann KH.
2000.
Ecology of Coastal Waters: With Implications for
Management. 2nd ed. Blackwell Science, Massachusetts. 406 p.
Nybakken JW, Bartness MD. 2005. Marine Biology: an ecological approach.
6th Ed. Pearson Education Inc. San Francisco. 579 p.
O’Neal JS. 2006. Fyke Net (in Lentic Habitats and Estuaries). p. 411 – 424 In:
Johnson DH, Shrier BM, O’Neal JS, Knutzen JA, Augerot S, O’Neal TA
and Pearsons TN (eds). Salmonid Field Protocols Handbook: Techniques
for Assessing Status and Trends in Salmon and Trout Populations.
American Fisheries Society in Association with State of the Salmon,
Portland, Oregon. (www.Stateofthesalmon.org/field protocols/downloads/
SFPH_supp.pdf; 14 Mei 2008).
Poole WR, Rogan G and Mullen A. 2007. Investigation into the impact of fyke
nets on otter populations in Ireland. Irish Wildlife Manuals, No. 27.
National Parks and Wildlife Service, Department of Environment,
Heritage and Local Government, Dublin, Ireland.
Radakov DV. 1971(a). Study of fish behavior with a view to Achieving
productive fishing. p. 10 – 13. In: Alekseev AP. [ed.]. Fish Behvior and
Fishing Techniques.
Israel Program for Scientific Translations,
Jerussalem.
60
Radakov DV. 1971(b). Some Mechanisms of the Schooling Behavior of Fish.
p. 10 – 13. In: Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques.
Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem.
Rounsefell GA. and Everhart WH. 1962. Fishery Science: Its Methods and
Applications. John Wiley and Sons, Inc. Newyork. 444 p.
Saburenkov EN and Pavlov DS. 1971. Swimming Speed of Fish. p.163-167. In:
Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques. Israel Program
for Scientific Translations, Jerussalem.
Stevenson RA. 1972. Regulation of Feeding Behavior of the Bicolor Damselfish
(Eupomacentrus partitus Poey) by environmental factors. P. 278 – 302. In:
Winn HE and Olla BL [eds.]. Behavior of Marine Animals. Vol. 2:
Vertebrates Plenum Press, Newyork – London. 503 p.
Vyskrebentsev BV. 1971. Role of Reflex Stimuli in the Behavior of Fish Near
the Gear. p. 68 - 72. In: Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing
Techniques. Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem.
Download