1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED

advertisement
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI LESSON STUDY
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG
Aning Mike Susanti, Ibrohim, Amy Tenzer
Korespondensi: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini merupakan PTK dua siklus melalui Lesson Study untuk
meningkatkan hasil biologi siswa kelas XI SMAN 7 Malang melalui penerapan
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Pengambilan data
keterlaksanaan pembelajaran NHT, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor
dan keterlaksanaan Lesson study dilakukan dengan observasi dan dokumentasi.,
sedangkan hasil belajar kognitif melalui tes tulis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together, Lesson Study,
Hasil belajar
Abstract: This research is Classroom Action Research two cycles by lesson
study to increase the learning outcome of class XI-3 of science SMA N 7 Malang
through practice of NHT. Data of NHT implementation, affective score,
psychomotoric score and Lesson Study implementation were taking by
observation and documentation, and cognitive score were taking by paper and
pencil test. The research value showed that cooperative learning NHT by
Lesson Study implementation can increase the learning outcome.
Keywords: Numbered Heads Together cooperative learning, Lesson Study,
learning outcome.
Biologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji kehidupan alam sekitar,
membahas aspek yang berkaitan dengan makhluk hidup, serta materi yang berhubungan dengan proses yang ada di dalam tubuh makhluk hidup. Pembelajaran
biologi yang diperoleh siswa pada jenjang SMA diharapkan dapat memberikan
bekal pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
(Ngabekti, 2001). Pembelajaran biologi juga diharapkan menjadi bekal bagi siswa
dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai dan dapat
menerapkan berbagai model pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang sesuai
diharapkan dapat menambah pemahaman siswa, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajarnya.
Permasalahan yang muncul di SMA N 7 Malang kelas XI IPA 3 adalah
metode pembelajaran yang dilaksanakan di kelas tersebut adalah ceramah dan
hanya berpusat pada guru. Siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat saat
pembelajaran biologi, cenderung diam dan pasif saat guru menanyakan hal yang
belum dipahami oleh siswa. Saat pembelajaran berlangsung terdapat beberapa
siswa yang melakukan aktivitas di luar pembelajaran biologi, seperti berbicara
sendiri dengan teman, bermain handphone (HP), melamun, dan menggambar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
Dampak yang terjadi akibat kurang tertariknya siswa terhadap
pembelajaran ini adalah siswa menjadi kurang memahami materi yang
disampaikan. Hal ini dapat terlihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi
sistem pencernaan dan sistem pernapasan pada bulan Februari. Siswa kelas XI
1
2
IPA 3 yang tuntas belajar pada materi tersebut hanya 4,7%. Permasalahan lain
juga muncul dari pihak guru, yaitu kurang adanya kerjasama antar guru untuk
merancang dan memikirkan pembelajaran yang berkualitas. Perwujudan proses
pembelajaran yang berkualitas memerlukan usaha yang terencana, terarah, dan
didukung oleh berbagai pihak. Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan agar
pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa memuaskan.
Perbaikan proses pembelajaran biologi dilakukan melalui upaya pemilihan
model pembelajaran yang tepat dan inovatif. Salah satu model pembelajaran yang
diperkirakan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar adalah model
pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) melalui Lesson Study.
Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan
oleh Spencer Kegan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut (Winarni, 2011). Pembelajaran kooperatif NHT
memungkinkan semua siswa dapat belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif NHT mampu meningkatkan hasil belajar biologi siswa
(Mahardini, 2010; Solikah, 2012).
Pembelajaran NHT membutuhkan perancangan yang baik melalui kerja
kolaboratif antara guru yang satu dengan guru yang lain. Oleh karena itu,
penerapan pembelajaran NHT dilakukan melalui Lesson Study. Lesson Study
merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas guru mengajar dan
aktivitas belajar siswa (Syamsuri & Ibrohim, 2008). Hal ini karena: a)
pengembangan Lesson Study dilakukan berdasarkan pada hasil sharing
pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran
yang dilaksanakan para guru; b) penekanan mendasar kegiatan Lesson Study
adalah para siswa memiliki kualitas belajar; c) tujuan pelajaran dijadikan fokus
dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; d) berdasarkan
pengalaman real di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan pengembangan
pembelajaran; dan e) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai
peneliti pembelajaran. Peningkatan kualitas guru model, terutama kemampuan
pedagogis guru berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas
pembelajaran yang meningkat berdampak pada meningkatnya hasil belajar.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together melalui Lesson
Study.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus
masing-masing terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (action), pengamatan tindakan (observation), dan refleksi
(reflection). Pada setiap pertemuan menerapkan tahapan lesson study, yaitu plan,
do, dan see. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 7 Malang
yang terletak di Jalan Cengger Ayam 1/14 Malang. Instrumen penelitian ini
berupa lembar keterlaksanaan Lesson Study, lembar keterlaksanaan sintaks
pembelajaran, lembar observasi afektif, lembar observasi psikomotor, dan tes
akhir siklus. Pengambilan data keterlaksanaan pembelajaran NHT, hasil belajar
3
afektif, hasil belajar psikomotor dan keterlaksanaan Lesson study dilakukan
dengan cara observasi dan dokumentasi. Pengambilan data hasil belajar kognitif
dengan cara tes tulis pada setiap akhir siklus PTK.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Data kuantitatif diuraikan
menjadi kualitatif, sehinga data yang diperoleh berupa deskripsi dari penerapan
metode pembelajaran NHT melalui Lesson Study dan dampaknya terhadap hasil
belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rubrik penyekoran dan
persentase. Keseluruhan data kemudian direfleksi untuk ditarik kesimpulan.
HASIL
1. Keterlaksanaan Lesson Study dan Sintaks Pembelajaran NHT
Hasil observasi pada siklus I dan II menunjukkan bahwa adanya peningkatan.
Keterlaksanaan Lesson Study tahap plan meningkat dari 88,1% pada siklus I
menjadi 100% pada siklus II. Keterlaksanaan Lesson Study tahap do meningkat
dari 78,9 % pada siklus I menjadi 94,7% pada siklus II. Keterlaksanaan Lesson
Study tahap see tetap yaitu 100%. Berikut merupakan diagram batang peningkatan
keterlaksanaan Lesson Study dari siklus I dan siklus II. Diagram batang
keterlaksanaan Lesson Study dapat dilihat pada siklus 1 dan siklus II Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Batang Keterlaksanaan Lesson Study dari Siklus I dan Siklus II
Sintaks pembelajaran NHT yang diterapkan adalah penomoran
(Numbering), pengajuan pertanyaan (Questioning), berpikir bersama (Heads
together), dan pemberian jawaban (Answering). Hasil observasi menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan keterlaksanaan sintaks yaitu dari 95,2% siklus I
menjadi 97,6% pada siklus II. Diagram batang rerata keterlaksanaan NHT pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Diagram Batang Rerata Keterlaksanaan NHT dari Siklus I (Pertemuan 1, 2,
dan 3 )dan Siklus II (Pertemuan 4,5, dan 6
4
2.
Hasil belajar (Afektif, Psikomotor dan Kognitif)
Pada hasil belajar ranah kognitif, ketuntasan klasikalnya pada siklus I
sebesar 76,2%, sedangkan pada siklus II mencapai 90,5%, sehingga terjadi
peningkatan sebesar 14,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal
sudah sesuai dengan ketentuan, yaitu 85%. Hasil belajar afektif, persentasenya
pada siklus I sebesar 72,8% sedangkan pada siklus II sebesar 85,6%, sehingga
terjadi peningkatan sebesar 12,8%. Hasil belajar psikomotor, persentasenya
sebesar 85,26% pada siklus II. Diagram batang hasil belajar ranah kognitif dan
afektif pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif, afektif, dan Pikomotor pada Siklus I
dan Siklus II
PEMBAHASAN
A. Keterlaksanaan Lesson Study
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterlaksanaan Lesson
Study dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi karena adanya perbaikan pada
Lesson Study di setiap pertemuannya. Perbaikan yang terjadi tersebut dilakukan
berdasarkan tahapan Lesson Study, meliputi tahap plan, do, see. Ketiga tahapan
tersebut selalu dilakukan setiap pertemuan oleh guru model dan tim LS. Pada
tahapan plan guru model dan tim observer melakukan diskusi untuk merancang
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Beberapa kegiatan yang dilakukan
pada tahap plan antara lain adalah menyusun rancangan pembelajaran,
mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran serta
strategi yang dapat digunakan oleh guru model untuk mengatasinya saat
pembelajaran berlangsung (tahap do) secara kolaboratif.
Tahap do merupakan suatu bentuk penerapan pembelajaran sesuai dengan
hasil diskusi saat plan. Pada tahapan ini berlangsungnya aktivitas belajar siswa
diobservasi secara detail oleh tim observer sebagai bahan diksusi pada tahap see.
Hal-hal yang ditemukan saat pembelajaran akan dibahas pada tahap see. Kegiatan
tersebut menjadikan selalu ada perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan
berdasarkan hasil see pada pertemuan sebelumnya. Menurut Syamsuri dan
Ibrohim (2011), pada kegiatan LS, guru akan berkolaborasi (bekerja sama)
melakukan pengkajian bagaimana merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran di kelas nyata dan selanjutnya melakukan diskusi refleksi
untuk mendapatkan umpan balik dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran berikutnya.
Adanya Lesson Study yang dilakukan ini dapat melatih guru untuk
menerima dan memberikan suatu masukan terkait pembelajaran yang lebih baik.
Lesson Study juga memberikan kemudahan bagi guru maupun calon guru dalam
menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif. Dalam kegiatan ini, guru menerima
5
masukan atau ide dari tim LS, sehingga akan dimunculkan banyak pemikiran
dalam upaya memberikan pembelajaran yang terbaik untuk siswa. Selain itu,
Lesson Study juga melatih dalam menerima masukan dan kritikan dari orang lain
sehingga Lesson Study dapat memberikan dampak positif bagi guru. Guru juga
dapat belajar bagaimana mengamati peserta didik belajar (Susilo, dkk, 2009).
Kegiatan Lesson Study yang sering dilakukan tersebut mempunyai banyak sekali
manfaat sehingga pembelajaran yang dilakukan akan semakin baik karena guru
telah terbiasa melaksanakan kegitan sesuai dengan rubrik LS.
B. Pelaksanaan Numbered Heads Together (NHT)
Penerapan NHT dalam penelitian ini menggunakan struktur 4 langkah,
yaitu; penomoran (Numbering), pengajuan pertanyaan (Questioning), berpikir
bersama (Heads together), dan pemberian jawaban (Answering) (Nurhadi dan
Senduk, 2009). Penerapan NHT ini merupakan pelaksanaan tahap do pada Lesson
Study setelah dilakukan perencanaan pada tahap plan. Pelaksanaan pembelajaran
tersebut juga dilakukan berdasarkan perbaikan-perbaikan atau hasil refleksi yang
telah didiskusikan pada tahap see.
Pada tahap penomoran, siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen,
setiap siswa dalam tiap kelompok mendapatkan nomor (numbering). Hal ini
bertujuan untuk memudahkan guru untuk menunjuk siswa untuk memberikan
jawaban dan mempermudah siswa dalam tahapan pemberian jawaban. Kemudian
guru memberi instruksi untuk mengerjakan tugas berupa LKS kepada semua
anggota kelompok. LKS dikerjakan secara individu. Pengerjaan secara individu
bertujuan memberi kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri,
bertanggung jawab sendiri dan menentukan arah belajarnya sendiri. Ketiga hal
inilah yang merupakan sikap yang harus terbentuk selama dan setelah proses
belajar (Sudjoko, 1985).
Pada tahap diskusi, masing-masing individu menyampaikan jawaban atas
pertanyaan yang sudah dikerjakan secara indivu kepada semua anggota kelompok.
Siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu yang
belum tahu (Nurhadi dan Senduk, 2009). Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kooperatif dalam kelompok kecil yang
menekankan keterlibatan total siswa dalam pembelajaran, sehingga akan
meningkatakan pemahaman siswa.
Pada tahap answering guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor
yang dipanggil menjawab, kemudian siswa yang bernomor sama tetapi dari
kelompok yang berbeda memberi tanggapan. Kegiatan ini terus dilakukan sampai
semua pertanyaan terjawab dan semua anggota kelompok mendapat kesempatan
memberikan jawaban. Semua anggota kelompok harus menguasai materi atau
jawaban pada setiap pertanyaan. Sehingga sewaktu-waktu mendapat giliran siap
dan dapat menjawab pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, cara untuk memberi
kesempatan siswa untuk menyampaikan jawaban masih belum merata. Pemberian
jawaban ini membutuhkan waktu yang melebihi perencanaan, sehingga melebihi
alokasi waktu yang telah direncanakan. Guru dalam kegiatan tersebut seharusnya
menunjuk siswa yang memiliki jawaban berbeda dengan teman lainnya, sehingga
perbedaan jawaban ini dapat didiskusikan secara klasikal dan tidak membuang
6
banyak waktu. Solusi tersebut telah dilaksanakan pada siklus II dengan lebih
memperhatikan alokasi waktu yang digunakan saat diskusi.
Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran NHT dari 95,2% siklus I menjadi 97,6% siklus II.
Hal tersebut dapat terjadi karena penerapan pembelajaran NHT dilakukan melalui
Lesson Study setiap pertemuan pada kedua siklus sehingga selalu dilakukan
perbaikan. Perbaikan yang dilakukan ini berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan
NHT pada setiap pertemuan. Hasil refleksi pada siklus I diperhatikan dan
digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi yang sudah
dilakukan diantaranya adalah menampilkan media pembelajaran yang kreatif,
seperti menampilkan video yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Kegiatan praktikum yang melibatkan semua siswa dan melakukan pembentukan
kelompok dengan anggota yang baru sehingga dapat menghilangkan kejenuhan
siswa.
C. Hasil Belajar
1. Hasil Belajar (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif)
Berdasarkan analisis data, pada siklus I persentase ketuntasan klasikal
hasil belajar kognitif adalah 76,5% belum mencapai ketuntasan klasikal yang
ditetapkan yaitu 85%. Persentase ketuntasan klasikalnya pada siklus II meningkat
menjadi 90,5%. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan adanya ketertarikan
siswa pada pelajaran, kemampuan siswa dalam menghubungkan materi dengan
kehidupan nyata, keyakinan siswa bahwa ia mampu menyelesaikan pelajaran
dengan baik, serta antusiasme siswa dalam menemukan jawaban.
Hasil belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai siswa (Sudijono,
2009). Tujuan ranah afektif adalah berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,
penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi (Dimyati, 1994). Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Depdiknas, 2005).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase hasil belajar afektif
siswa pada siklus I adalah 72,7% meningkat menjadi 85,86% pada siklus II.
Terlihat dari hasil belajar afektif terkait dengan empat aspek yang diamati pada
saat pembelajaran berlangsung, yaitu kemampuan siswa dalam menemukan
jawaban, kerjasama siswa dalam berdiskusi kelompok, keaftifan dalam
menyampaikan pendapat, dan sikap siswa dalam menghargai pendapat anggota
kelompok.
Hasil belajar pada ranah psikomotor berhubungan dengan “motor, sensory
motor, perceptual-motor” (Arikunto, 2009). Jadi, ranah psikomotor berhubungan
erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagianbagiannya. Taksonomi untuk ranah psikomotor antara lain dikemukakan oleh
Anita Haraw (1972 dalam Arikunto 2009).
Hasil analisis data terkait dengan psikomotor siswa diperoleh berdasarkan
data pada siklus II. Data tersebut dikumpulkan ketika siswa melakukan praktikum
terkait dengan sistem indera. Persentase hasil belajar psikomor siswa pada siklus
II adalah 85,26%. Hal ini terbukti dengan adanya keterampilan siswa dalam
menyiapkan peralatan dan bahan untuk praktikum, mengumpulkan data dengan
benar dan terstruktur, keterampilan dalam menggunakan bahan praktikum dengan
7
tepat dan benar serta kesadaran siswa merapikan dan membersihkan alat setelah
melakukan praktikum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena
semua siswa dapat belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguhsungguh, dan siswa juga dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Peningkatan
tersebut diketahui dari meningkatnya hasil belajar afektif, psikomotor dan kognitif
siswa dari siklus I ke siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar siswa juga
dipengaruhi oleh adanya penerapan LS setiap pertemuan sehingga selalu ada
perbaikan penerapan NHT pada kegiatan pembelajaran.
Model Numbered Heads Together (NHT) digunakan dalam materi Sistem
koordinasi. Penyusunan RPP untuk pembelajaran model NHT dilakukan secara
kolaboratif melalui pelaksanaan LS. Pelaksanaan LS dalam setiap pertemuan
memungkinkan pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran
dapat dicari solusinya secara bersama-sama dengan anggota LS yang lain.
Kegiatan tersebut dapat meningkatkan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penerapan tindakan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
melalui Lesson Study mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa (afektif,
psikomotor dan kognitif) pada materi sistem koordinasi di SMA Negeri 7 Malang
kelas XI.
Saran
Penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study dapat
digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT melalui Lesson Study
memiliki permasalahan dalam penggunaan waktu, untuk mengatasinya sebaiknya
saat pemberian jawaban, siswa yang ditunjuk adalah siswa yang jawabannya
kurang tepat atau paling berbeda dari siswa lainnya, sehingga tidak semua siswa
harus mengulang jawaban yang sama.Untuk mengantisipasi terjadinya kebosanan
siswa, akibat adanya metode pembelajaran yang sama disetiap pertemuan, guru
dapat membuat media pembelajaran yang kreatif, kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan, dan penggantian anggota kelompok belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Amin, M. 2009. Biologi Kelas XI. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arends, R. I. 2007. Learning to Teach Seven Edition. Mc. Graw Hill Companies.
New York.
Anderson, L.W and Krathwohl. 2001. Learning, Teaching, and Assesing. New
York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
BSNP. 2006. Standart Isi. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006.
8
Chotimah, H., dan Yuyun, D. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran untuk
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.
Depdiknas. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun
2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang.
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study : Sebagai Pola Alternatif untuk
Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon
Guru. Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen FMIPA
UM. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kemendiknas. 2010. Program Perluasan Lesson Study Untuk Penguatan Lptk
(Lesson Study Dissemination Program For Strengthening Teacher
Education In Indonesia – Ledipsti). Jakarta: Kemendiknas.
Mahardini, I. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas VIII-C SMP Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Ngabekti dan Aertha. 2001. Mengoptimalkan Keterampilan dan Hasil Belajar
Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Biologi di SMU Negeri 1 Semarang.
Dalam Harry Firman (Eds). National Seminar on Science and Mathematics
Education. UPI
Nurhadi, B., & Senduk, A. G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT.
Jepe Press Media Utama.
Sholikah, N. W. M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Koopertaif Numbered
Heads Together untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Biologi
Kelas X-1 SMAN 1 Kademangan Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Susilo, H., Husnul, C., Ridwan, J., Jumiati, Yuyun, D.S., Sunarjo. 2011. Lesson
Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang:
Bayu Media Publishing.
Syamsuri, I., dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang:
FMIPA UM. Syamsuri, Istamar, dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi
Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan
Berkelanjutan dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten
Pasuruan-Jawa Timur (2006-2008). Malang: FMIPA UM.
Saukah, A., Sukarnyana, I.W., Waseso, M.G., Wahyuni, A.S., Rofi’uddin, Susilo,
H., Hasan, A.S.K, Degeng, I.N.S., Syafi’ie, I., Ibnu, S.,Huda, N. 2010.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Winarni, R. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Padu Pembelajaran
Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA di SMP Negeri 3 Tulungagung. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Download