laporan praktikum

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN ALAT KELAMIN BETINA DAN JANTAN, PENGAMATAN
SPERMATOZOA, PENGAMATAN PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM DAN
MENGUKUR PANJANG FOETUS
Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Embriologi
Disusun oleh :
KELOMPOK I
GELOMBANG I
Asisten : YOSI HASANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi
seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Embriologi ini dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini ditulis
dengan tujuan sebagai tugas praktikum Embriologi semester 2 (dua) Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. Tujuan yang lebih khusus dari laporan praktikum ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan
laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada drh.Dian
Masyita,M.P selaku penyusun petunjuk Praktikum Embriologi, serta tak lupa juga kepada para
asisten Embriologi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membimbing
dan membantu praktikum dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya, harapan kami laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Laporan
ini dibuat semaksimal mungkin dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan
kekurangan. Karena penulis menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernah luput dari
kesalahan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak
sangat diharapakan demi kesempurnaan laporan ini.
Darussalam , 16 Mei 2013
Kelompok I gelombang I
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………………………….3
BAB I……………………………………………………………………………………..4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………..4
1.2
Tujuan……………………………………………………………………....4
1.3
Manfaat……………………………………………………………………..4
BAB II……………………………………………………………………………………..5
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………5
BAB III……………………………………………………………………………………11
METODE PERCOBAAN………………………………………………………………....12
3.1
Alat dan Bahan……………………………………………………………..12
3.2
Cara Kerja…………………………………………………………………..12
BAB IV…………………………………………………………………………………….15
HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...15
4.1
Hasil…………………………………………………………………………15
4.2
Pembahasan…………………………………………………………………15
3
BAB V……………………………………………………………………………………17
PENUTUP………………………………………………………………………………..17
5.1
Kesimpulan………………………………………………………………..17
5.2
Saran………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem organ, salah satunya adalah sistem
reproduksi. Sistem reproduksi mempunyai arti penting bagi makhluk hidup untuk meneruskan
spesiesnya. Sistem reproduksi yang dibahas pada praktikum ini adalah sistem reproduksi pada
hewan betina atau Organa genitalia Feminina.
Organa genitalia merupakan salah satu sistem organ yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup setiap makhluk hidup terlebih makhluk hidup multiseluler. Organa genitalia
feminine merupakan sistem reproduksi pada hewan betina yang terdiri dari genitalia internal dan
eksternal. Organ internal adalah ovarium, uterus, dan vagina. Genitalia eksterna adalah klitoris,
labia mayor, dan labia minora.
Praktikum kali ini menggunakan preparat sapi dan kambing yang menampilkan bagianbagian dari alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis. Alat kelamin betina terdiri
dari ovarium dan saluran-salurannya (oviduk/tuba fallopii, uterus, vagina, vulva). Fungsi utama
dari alat kelamin betina adalah menghasilkan sel telur atau sel ovum.
1.2
Tujuan
Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara makroskopis dan
mikroskopis.
1.3
Manfaat
Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara makroskopis dan
mikroskopis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Organa Genitalia Feminina
Sistem reproduksi betina terdiri dari sepasang ovarium, sepasang tuba uterina ( fallopian
tube ), dan uterus. Di sebelah inferior dari uterus dan dipisahkan oleh serviks yaitu vagina
(Ereschenko, 2010).
2.1.1
Organa Genitalia Feminina Primer
Ovarium
Ovarium adalah struktur lonjong yang rata berada jauh di dalam rongga panggul. Satu
bagian ovarium melekat pada ligamentum latum uteri melalui lipatan peritoneum yang
disebut mesovarium dan bagian lainnya ke dinding uterus melalui ligamentum ovarii
proprium. Permukaan ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel yaitu epitel germinal yang
terletak di atas jaringan ikat padat tidak teratur tunica albuginea. Di bawah tunica albuginea
terdapat korteks ovarium. Jauh di dalam korteks yaitu bagian tengah jaringan ikat ovarium
dengan banyak pembuluh darah, medulla. Tidak terdapat batas yang jelas antara korteks dan
medulla, dan kedua bagian ini menyatu (Eroschenko, 2010).
Pada korteks terdapat banyak folikel yang memperlihatkan ukuran dengan rentang luas.
Mayoritas adalah folikel primordial yang terdiri dari oosit sferis besar yang dilapisi oleh
lapisan tunggal sel kuboid rendah atau skuamosa. Beberapa dari folikel ini mengalami
perkembangan lanjutan untuk membentuk folikel primer, dengan oositnya lebih besar dan
dikelilingi oleh dua lapisan sel folikuler atau lebih. Folikel primer merupakan transisi dari
folikel primordial, oosit tumbuh menjadi lebih besar dan sel folikuler kehilangan konfigurasi
6
epitel skuamosanya. Pertama menjadi kuboid, kemudian berproliferasi membentuk dua atau
tiga lapis sel granulose berbentuk irregular. Sering ditemukan folikel dikelilingi oleh oleh
lamina basalis tebal yang disebut membrane limitan eksterna (Fawcett, 2002).
Bila folikel primer memulai pertumbuhannya, sel granulose melakukan proliferasi secara
cepat dan bila diameter folikel sekitar 200 nm dengan 6-10 baris di sekitar oosit, cairan jernih
mulai menumpuk dalam ruang interselular dengan ukuran dan bentuk bevariasi di antara sel
granulose.cairan ini disebut likuor folikuli (Fawcett, 2002).
Folikel matang ( folikel Graafian ) adalah vesikel translusen besar yang membuat korteks
menebal dan menonjol 1 cm atau lebih di atas permukaan ovarium. Dindingnya tampak
keras, seakan cairan di dalamnya di bawah tekanan, tetapi impresi ini tidak disokong oleh
pengukuran langsung. Sehingga, menipisnya dinding pada preparat untuk ovulasitidak
diakibatkan
tekanan
tetapi
pengaturan
kembali
sel-selnya
pada
fase
terminal
pertumbuhannya. Menyertai pertumbuhan ini terdapat koalesensi ruang interselular penuh
cairan di antara sel-sel pada basalis cumulus ooforus. Keadaan ini menyebbkan pelepasan
oosit, korona radiatanya dan beberapa sel granulosa yang menempel, yang kemudian
mengambang bebas dalam likuor folikuli (Fawcett, 2002).
Selain itu, ovarium mengandung korpus luteum yang besar dari folikel yang mengalami
ovulasi dan korpus albikans dari korpus luteum yang mengalami degenerasi. Folikel ovarium
dalam berbagai tahap perkembangan (primordial, primer, sekunder, dan matur) juga dapat
mengalami suatu proses degenerasi yang disebut atresia, dan sel degenerative dari sel atretik
kemudian ditelan oleh makrofag. Atresia folikel terjadi sebelum lahir dan berlanjut selama
masa subur (Eroschenko, 2010).
7
2.2
Organa genitalia feminine sekunder
Oviduk (oviduct)
Oviduk, tuba fallofi atau tuba uterine, membentang dari uterus kearah masing-masing
ovarium. Dimensi saluran ini berbeda-beda dari ujung ke ujung, dengan diameter bagian
dalam di dekat uterus yang sekecil rambut manusia (Campbell dan Reece, 2008).
Salah satu ujung tuba uterine menembus dan terbuka ke dalam uterus, ujung yang lain
terbuka ke dalam rongga peritoneum dekat ovarium. Tuba uterine biasanya dibagi menjadi
empat region yang continue. Bagian yang paling dekat dengan ovarium adalah infundibulum
bentuk-corong. Dari infundibulum terjulur processus kecil mirip-jari yaitu fimbrae (tunggal
fimbria) yang berada dekat ovarium.infundibulum bersambungan dengan region kedua,
ampula, bagian terlebar dan terpanjang. Istmus sempit dan pendek, dan menghubungkan tuba
uterine ke uterus. Bagian akhir tuba uterina adalah pars uterine (intramural region). Bagian
ini menembus dinding tebal uterus dan bermuara ke dalam rongga uterus (Eroschenko,
2010).
Uterus
Uterus atau disebut juga sebagai rahim (womb) adalah organ yang tebal dan berotot yang
dapat mengembang selama masa kehamilan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg
(Campbell dan Reece, 2008).
Bagian atas uterus yang membulat dan terletak di atas pintu masuk tuba uterine disebut
fundus. Bagian bawah uterus yang lebih sempit dan terletak di bawah corpus adalah serviks.
Serviks menonjol dan bermuara kedalam vagina (Eroschenko, 2010).
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: perimetrium disebelah luar yang dilapisi oleh
serosa atau adventisia, lapisan otot polos yang tebal yaitu miometrium dan endometrium di
8
sebelah dalam. Endometrium dilapisi oleh epitel selapis yang turun ke dalam lamina propria
untuk membentuk banyak kelenjar uterus ( Eroschenko, 2010).
Vagina
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus vagina
tertutup sebagian oleh himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat. Pada seorang
virgo selaput daranya masih utuh, dan lubang selaput dara (hiatus himenalis) umumnya
hanya dapat dilalui oleh jari kelingking (baziad dan prabowo, 2011).
Vagina adalah ruang yang berotot namun elastic yang merupakan tempat untuk
penyisipan penis dan penampungan sperma selama kopulasi. Vagina juga berperan sebagai
saluran lahir tempat fetus dilahirkan, membuka kea rah luar yang disebut (Campbell dan
Reece, 2008).
2.3
Organa genitalia feminina eksterna
Vulva
Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva di lingkari oleh
labia mayora yang kea rah belakang menyatu membentuk kommissura posterior dan
perineum. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons
veneris. Medial dari labia mayora ditemukan labia minora yang kea rah perineum menjadi
satu dan membentuk frenulum labiorum pudenda. Kedepan labia minora menjadi satu dan
membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis (Baziad dan Prabowo, 2011).
Klitoris
Klitoris terdiri dari batang pendek yang mendukung glans, atau kepala, yang ditutupi oleh
tudung kulit kecil, prepusium. Selama gairah seksual naik, klitoris, vagina, dan labia minora
terisi dengan darah dan membesar, bahkan klitoris sebagian besar terdiri dari jaringan erektil.
9
Klitoris yang banyak disuplai oleh ujung-ujung saraf, merupakan salah satu dari titik
rangsangan seksual yang paling sensitif. Peningkatan gairah seksual juga menginduksi
kelenjar-kelenjar yang terletak di dekat bukaan vagina untuk menyekresikan mucus plumas,
yang memfasilitasi hubungan seksual (Campbell dan Reece, 2008).
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat dan bahan

Secara Makroskopis
a. Bak aluminium
b. Pinset dan scalpel
c. Air
d. Preparat awetan alat kelamin betina

Secara Mikroskopis
a. Mikroskop
b. Preparat awetan Ovarium, Oviduk, dan Uterus
3.1.2
Cara Kerja

Secara Makroskopis
a. Preparat alat kelamin betina yang akan diperiksa, dikeluarkan dari dalam toples
berformalin.
b. Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat.
c. Letakkan preparat alat kelamin betina di bak aluminium.
d. Kemudian amati bagian-bagian alat kelamin betina tersebut.

Secara Mikroskopis
a. Ambil sediaan preparat awetan Ovarium, Oviduk, dan Uterus.
b. Amati masing-masing dibawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah
kemudian dengan pembesaran kuat
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Secara Makroskopis
4.1.2
Secara Mikroskopis
Corpus Luteum
Folikel de Graff
Folikel sekunder
Folikel Primer
Ovarium
12
Lapisan Muscularis
Lumen
Oviduk
Lapisan mucosa
Perimetrium
Miometrium
Uterus
13
4.2
Pembahasan
4.2.1
Secara Makroskopis
Dari pengamatan alat kelamin betina secara makroskopis maka kami mengetahui
bahwa alat kelamin betina terdiri dari :
1. Ovarium
2. Saluran-salurannya :
a. Oviduk / Tuba Fallopi / Tuba Uterina
b. Uterus
c. Vagina
d. Vulva
1. Ovarium
Ovarium merupakan alat kelamin primer pada sistem reproduksi betina dan berfungsi
sebagai penghasil ovum (sel telur) dan hormon estrogen serta hormon progesteron.
Terdapat sepasang ovarium pada alat kelamin betina. Penggantung ovarium adalah
Mesovarium.
2. Saluran-salurannya :
a. Oviduk
Oviduk pada alat kelamin betina digantung oleh Mesosalphinx. Oviduk terdiri dari
bagian yaitu, Infundibulum, Ampula, dan Isthmus. Pada ujung Oviduk terdapat fimbrae
yang berumbai-rumbai dan berbentuk seperti corong yang berfungsi menangkap ovum
setelah ovulasi dan selanjutnya akan bergerak ke 1⁄3 Ampula, tempat berlangsungnya
14
proses fertilisasi. Terdapat persimpangan antara Ampula dengan Isthmus yang disebut
Ampula Isthmus Junction.
b. Uterus
Uterus juga terdiri dari 3 bagian yaitu, Cornua Uteri, Corpus Uteri, dan Cervix Uteri.
Pada bagian Cornua Uteri terdapat persimpangan yang disebut Bifurcatio Cornualis
Dimana Corpus Uteri akan menjadi tempat berkembangnya embrio. Dan pada bagian
Cervix Uteri terdapat cincin-cincin yang disebut Annulus Cervikalis dan pada cincin
ketiga dan keempat merupakan tembat dilakukannya IB (Inseminasi Buatan).
c. Vagina
Vagina merupakan saluran pada alat kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat
penampungan semen ketika ejakulasi. Dan juga berfungsi sebagai jalan keluarnya foetus
ketika partus.
d. Vulva
Vulva merupakan bagian terluar dari alat kelamin betina yang berfungsi sebaga
tempat kopulasi yang terditi dari Labia Mayor dan Labia Minor.
4.2.2
Secara Mikroskopis
Dari pengamatan Ovarium, Oviduk, dan Uterus secara mikroskopis maka kami
mengetahui bahwa Ovarium memiliki beberapa folikel yang akan berkembang menjadi
sel telur. Folikel pada ovariurim adalah Folikel Primordial yang berada paling pinggir
daripada cortex, yang kemudian akan berkembang menjadi Folikel Primer dan
selanjutnya menjadi Folikel Sekunder. Dari Folikel Sekunder kemudian akan
berkembang menjadi Folikel de Graff
yang siap diovulasikan. Kemudian setelah
15
diovulasikan maka folikel de Graff akan membentuk Corpus Luteum yang menghasilkan
hormon progesteron.
Pada Oviduk setelah diamati dibawah mikroskop maka akan terlihat beberapa
lapisan yaitu, Serosa / Adventetia yang terdiri dari jaringan ikat, Muscularis yang
merupakan jaringan otot, dan Tunica Mukosa yang juga terdiri dari 3 bagian yaitu,
Lamina Epitelia, Lamina Propria, dan Lamina Muscularis Mucosa.
Pada uterus juga terdapat 3 lapisan yaitu, Perimetrium yang merupakan lapisan
terluar, Miometrium yang terdiri dari serat otot, dan Endometrium yang merupakan
lapisan terdalam dan terdapat Kelenjar Uterina.
16
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.1.1
Secara makroskopis
Pada pengamatan secara makroskopis, alat kelamin betina terdiri dari :
1. Ovarium
2. Saluran-salurannya :
e. Oviduk / Tuba Fallopi / Tuba Uterina
f. Uterus
g. Vagina, dan
h. Vulva
5.1.2
Secara mikroskopis
Pada pengamatan secara mikrskopis Ovarium, Oviduk, dan Uterus diketahui
bahwa :
1. Pada Ovarium terdapat Folikel Primordial, Folikel Primer, Folikel Sekunder, dan
Folikel de Graff yang telah matang dan siap diovulasikan. Kemudian setelah
diovulasikan maka folikel de Graff akan membentuk Corpus Luteum yang
menghasilkan hormon progesteron.
2. Pada Oviduk terdapat 3 lapisan, yaitu Serosa/Adventetia, Muscularis, dan Tunica
Mucosa. Tunica Mucosa juga memiliki 3 lapisan yaitu, Lmina epitelia, Lamina
Propria, dan Lamina Muscularis Mucosa.
17
3. Pada uterus juga terdapat 3 lapisan yaitu, Perimetrium, Miometrium, dan
Endometrium yang terdapat Kelenjar Uterina.
5.2
Saran
Setelah membaca laporan ini, diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik dan
saran nya untuk laporan ini agar laporan ini dapat diperbaiki lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali. Prabowo, R. Prajitno. Ilmu Kandungan, ed. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Campbell, Neil A. Reece, Jane B. 2008. Biologi, ed. 8, jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Eroschenko, Victor P. 2010.Atlas Histologi diFiore. Jakarta: EGC
Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar histologi, E12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
19
ORGANA GENETALIA MASCULINA
20
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..21
BAB I……………………………………………………………………………………....22
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………22
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………...22
1.2
Tujuan……………………………………………………………………….22
1.3
Manfaat……………………………………………………………………..22
BAB II………………………………………………………………………………………23
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………23
BAB III……………………………………………………………………………………..34
METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….34
3.1
Alat dan Bahan……………………………………………………………..34
3.2
Cara Kerja………………………………………………………………….34
BAB IV…………………………………………………………………………………….35
HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...35
4.1
Hasil…………………………………………………………………………35
21
4.2
Pembahasan……………………………………………………………….37
BAB V………………………………………………………………………………….…42
PENUTUP………………………………………………………………………………...42
5.1
Kesimpulan…….………………………………………………………….42
5.2
Saran………………………………………………………………………43
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……44
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti
dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan
berkembang menjadi embrio. Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung
reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamaliapun telah dilengkapi
dengan alat-alat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan
kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh
keturunan. Organ kelamin jantan dan organ kelamin betina berbeda sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi
jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan
dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada
beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ
kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
Dengan demikian kita tidak hanya mengetahui proses melalui teori saja, tetapi
juga melalui kegiatan praktikum. Maka kita dapat membandingkan satu spesies satu
dengan yang lainnya antara teori yang diperoleh dengan pengamatan yang dilakukan
secara langsung.
23
1.2
Tujuan
Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara
makroskopis dan mikroskopis.
1.3
Manfaat
Dapat mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara
makroskopis dan mikroskopis.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Alat Kelamin Jantan
Alat kelamin atau alat reproduksi pada pria memiliki dua fungsi yaitu untuk
menghasilkan sel-sel kelamin dan menyalurkan sel-sel kelamin tersebut ke saluran kelamin
wanita. Alat reproduksi pria dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu alat kelamin bagian dalam
dan alat kelamin bagian luar. Alat kelamin bagian dalam terdiri atas testis, saluran reproduksi,
dan kelenjar-kelenjar kelamin, sedangkan alat kelamin bagian luar hanya terdiri dari satu bagian,
yaitu penis.
Alat reproduksi hewan jantan terdiri atas sepasang testis, pasangan-pasangan kelenjar
asesori dan sistem ductus termasuk organ kopulasi. Testis berkembang didekat ginjal yaitu pada
daeah krista genitalis primitif. Fungsi testis ada dua macam yaitu menghasilkan hormon sex
jantan disebut androgen dan menghasilkan gamet jantan disebut sperma. Scrotum mempunyai
fungsi untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memeiliki 1-80 F lebih dingin
dibandingkan temperatur rongga tubuh.Yang termasuk kelenjar asesori adalah sepasang vesicula
seminalis prostat dan sepasang kelenjar bulbourethra atau kelenjar cowper (Partodihardjo, 1985).
Organ genitalia hewan jantan terdiri dari atas :
1. Alat Kelamin Dalam
a. Testis
Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi pria, terletak di bawah penis,
dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri
dan kanan untuk memproduksi sperma. Sepasang testis ini dibungkus oleh lipatan kulit
25
berbentuk kantung yang disebut kantung zakar (skrotum). Fungsi testis adalah alat untuk
menghasilkan sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Hormon inilah yang
membuat ‘sifat jantan’, seperti otot-otot yang menonjol, suara besar, dan sebagainya. Di dalam
testis terdapat saluransaluran halus yang disebut tubulus seminiferus yang merupakan tempat
pembentukan spermatozoa.
Di belakang masing-masing terdapat epididimis. Dari masa puber (akil balig) sampai
sepanjang hidupnya pria memproduksi sperma setiap waktu. Pria dapat melepaskan sperma saat
ejakulasi atau waktu puncak bersenggama. Testis merupakan tempat pembentukan sel kelamin
jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin (testosteron). Pada testis terdapat pembuluh-pembuluh
halus yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus seminiferus terdapat calon-calon
sperma (spermatogonium yang diploid. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisiil
yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan lainnya. Selain itu, terdapat
pula sel-sel berukuran besar yang berfungsi menyediakan makanan bagi spermatozoa, sel ini
disebut sel sertoli.
Sepasang testis berbentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang paling
cranial. Sepasang epididydimis, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang
dilalui oleh spermatozoa dalam perjalanannya menuju ductus deferens. Sepasang ductus deferens
pada hewan muda terlihat lurus pada hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan
ke caudal menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral. Selain itu juga
ada mesorchium yang merupakan alat penggantung testis,berjumlah sepasang, merupakan lipatan
dari peritoneum.Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal ke arah
punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas,
bagian testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Yang terakhir yaitu
26
epididymis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis yang berfungsi
sebagai jalan cairan sperma kearah caudal menuju ductus deferens.
Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal
yang disebut tunika albugenia. Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau
kapsula yang disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis yang meluas
mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis menjadi 250-270
bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus,
yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus.
Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiaptiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari
sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan masuk ke rete testis (Frandson, 1993).
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika
propria, lamina basalis dan lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan
fibroblas, yang berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke
epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis
sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel
spermatogonium merupakan sel benih sejati, karena sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa
melalui pembelahan sel. Sel-sel spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati
ruang antara membrana basalis dan lumen tubulus.
Skrotum disusun oleh otot-otot berikut.
a. Otot dartos
Otot dartos merupakan otot yang membatasi antara skrotum kanan dan kiri. Otot dartos
berfungsi untuk menggerakkah skrotum untuk mengerut dan mengendur. Skrotum memiliki
27
adaptasi terhadap udara yang panas maupun dingin. Pada saat udara panas maka tali yang
mengikat skrotum akan mengendur untuk membiarkannya turun lebih jauh dari tubuh.
Sebaliknya apabila udara dingin maka tali tersebut akan menarik skrotum mendekati tubuh
sehingga akan tetap hangat. Hal ini dilakukan untuk menunjang fungsi dari testis.
b. Otot kremaster
Otot kremaster merupakan penerusan otot lurik dinding perut. Otot ini berfungsi untuk
mengatur suhu lingkungan testis agar stabil, karena proses spermatogenesis dapat berjalan
dengan baik pada suhu stabil, yaitu 3 oC lebih rendah dari suhu di dalam tubuh. Suhu yang tidak
sesuai akan menghambat produksi spermatozoa. Gangguan demam dapat mengakibatkan
penurunan produksi spermatozoa. Pada pria dianjurkan memakai pakaian yang longgar untuk
menunjang kesuburan laki-laki. Struktur dari kantong skrotum yaitu banyak lipatan kulit yang
berfungsi untuk memperluas permukaan penguapan. Kulit kantong skrotum memiliki banyak
kelenjar keringat,m untuk mendinginkannya dilakukan melalui proses penguapan air keringat.
Hormon testosteron ini juga akan menentukan sikap mental seorang laki-laki, serta
penampilan kejantanan tubuhnya. Tanpa hormon ini seorang laki-laki akan berkulit lembut,
lemah gemulai, seperti ciri-ciri seorang wanita. Pada seorang laki-laki testis dapat mengalami
gangguan, antara lain tumor, yaitu pembengkakan yang terjadi pada testis. Pembengkakan dapat
juga diakibatkan pengumpulan cairan antara lapisan-lapisan pembungkus atau pembesaran
pembuluh darah balik. Gondongan pada orang dewasa dapat pula menyebabkan pembengkakan
dan peradangan testis sehingga menimbulkan kemandulan.
2. Saluran-Saluran Reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam alat reproduksi pria terdiri atas saluran
epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
28
a. Saluran epididymis
Di tempat ini, sperma mengalami pematangan. Selanjutnya dari sini, sperma bergerak
menuju kantung kemih (vesikula seminalis) melalui saluran mani ( vas deferens). Sperma
ditampung sementara waktu pada kantung kemih.
b. Vas deferens
Vas deferens merupakan sambungan dari epididimis. Saluran ini tidak menempel pada
testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi saluran ini adalah sebagai
saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen (kantung mani/ vesikula
seminalis).Vas deferens menghasilkan sekret dan kelenjar,
Fungsi dari sekret ini antara lain seperti berikut.
1. Menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh spermatozoa, seperti karbohidrat, vitamin,
dan asam amino. Karbohidrat yang dibutuhkan dalam bentuk fruktosa.
2. Sekret bersifat basa yaitu memiliki pH 7,2 – 7,4, sehingga dapat menetralkan asam yang
terdapat di liang senggama wanita. Karena spermatozoa dapat mati jika berada pada pH
asam.
3. Sekret mengandung lendir pelumas dan zat yang disebut prostaglandin yang dapat
merangsang pergerakan dinding rahim Sperma bersama sekret inilah yang disebut dengan
air mani atau semen. Di dalam vas deferens, sperma dapat bertahan hidup selama 6
minggu, tetapi apabila berada pada tubuh wanita hanya bertahan selama 1-2 hari.
29
c. Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen
dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
d. Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun
pada sistem seksual. Pada pria, uretra berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran
pengeluaran air mani. Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis.
Uretra pada pria dibagi menjadi empat bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya, yaitu:
 Pars praprostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
 Pars prostatica, terletak di prostat. Pada bagian uretra ini terdapat pembukaan kecil, di
mana terletak muara vas deferens.
 Pars membranosa, panjang sekitar 1,5 cm dan di bagian lateral terdapat kelenjar bulbo
uretralis.
 Pars spongiosa/ cavernosa, panjang sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum
penis.
3. Kelenjar-Kelenjar Asesories
Saluran kelamin dilengkapi dengan tiga kelenjar asesoris yang dapat mengeluarkan getah
atau semen. Kelenjar-kelenjar ini, antara lain vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretral (Cowper).
a. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis terletak di belakang kantung kemih disebut juga kantung semen.
Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
30
Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung kemih. Vesikula
seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula seminalis berwarna
jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi
makan sperma. Selain itu, vesikula seminalis juga mengekskresikan prostaglandin yang
berfungsi membuat otot uterin berkontraksi untuk mendorong sperma mencapai uterus.
b. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kantung kemih dan merupakan pertemuan antara uretra
dengan vas deferens. Kelenjar prostat berukuran lebih besar dibandingkan dua kelenjar lainnya.
Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan
keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara ke uretra
lewat beberapa saluran kecil.
c. Kelenjar bulbouretral atau kelenjar Cowper.
Kelenjar ini kecil, berjumlah sepasang, dan terletak di sepanjang uretra. Cairan kelenjar
ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan semen. Kelenjar Cowper
terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra. Kelenjar prostat dan kelenjar
Cowper berfungsi untuk menghasilkan sekret (hasil produksi kelenjar) untuk memberi nutrisi
dan mempermudah gerakan spermatozoa.
4. Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar jantan yaitu berupa penis dan skrotum. Penis adalah organ yang
berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah penyimpanan sperma dari alat kelamin
jantan (pria) ke dalam alat kelamin betina (wanita). Penis pada pria dapat mengalami ereksi.
Ereksi adalah penegangan dan pengembangan penis karena terisinya saluran penis oleh darah.
Skrotum pada pria di kenal dengan buah zakar.
31
Di dalam buah zakar ini terdapat testis.
a. Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya sama dengan phallus, yang
berarti sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar
ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua
rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi
berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus
uretra. Ujung penis disebut dengan glan penis.
Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga
tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan
(urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak
memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak tampak dari luar, sehingga
disebut sebagai hemipenis (setengah penis).
b. Scrotum (kantung zakar)
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah
zakar. Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini
serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum
kiri. Scrotum merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Scrotum berjumlah sepasang,
yaitu scrotum kanan dan scrotum kiri.
Sperma matang dari tubulus seminiferus langsung masuk ke saluran epididimis. Saluran
epididimis mencapai panjang 6 meter. Epididimis melekat di bagian luar testis. Di dalam
32
epididimis sperma disimpan sementara sebelum disalurkan ke vas deferens. Di saluran
epididimis sperma diberi zat-zat sumber makanan. Dari epididimis, sperma bergerak ke vas
deferens yang letaknya di ronga perut. Vas deferens menerima sekret berupa cairan nutrisi dari
vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowpery. Cairan nutrisi merupakan cairan yang
terbanyak disekresi dari kelenjar prostat. Cairan yang berisi nutrisi dan zat penguat daya tahan
sperma bersama sperma disebut semen (mani). Mani berupa cairan yang berfungsi pula sebagai
medium renang bagi sperma, mulai dari vas deferens ke saluran ejakulatori di dalam penis,
sampai ke dalam vagina (apabila terjadi kopulasi). Vas deferens bergabung dengan saluran
kencing (uretra) yang berasal dari kantung kencing, kemudian menjadi satu dalam penis.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat
terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis
mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh
agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan
mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau
menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh
pada suhu panas.
33
BAB III
METODOLOGI PENENLITIAN
3.1
Secara makroskopis
Alat dan Bahan :
1. Bak aluminium
2. Pinset dan scalpel
3. Air
4. Alat atau organ kelamin jantan sapi
3.2
Secara Mikroskopis
Alat dan Bahan :
1. Mikroskop
2. Sediaan awetan Tubulus Seminiferus dan Duktus Epididimis.
3.3
Cara Kerja
1) Secara Makroskopis
 Preparat at alat kelamin yang akan diperiksa di keluarkan dari dalam toples yang
berformalin.
 Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat.
 Preparat alat kelamin jantan diletakkan di bak aluminium.
 Amati bagian-bagian dari alat kelamin betina tersebut.
2) Secara Mikroskopis
 Amati dengan menggunakan mikroskop
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Secara Makroskopis
Gambar 1.1. Alat kelamin jantan utuh
Gambar 1. 3. Corpus Penis
(merupakan bagian tengah dari penis)
Gambar 1. 2. Radix
Akar (menempel pada didnding perut)
Gambar 1. 4. Glans penis Badan
(ujung penis seperti kerucut)
35
Gambar 1.5. Testes
Gambar 1.6 Testes terbelah
4.1.2 Secara Mikroskopis
Gambar 1. Testes
Gambar 2. Duktus Epididimis
36
Gambar 3. Tubulus Seminiferus
4.2
Pembahasan
Pembahasan pada praktikum kali ini adalah pembahasan tentang Sistem Reproduksi
Jantan, Sistem reproduksi jantan yang meliputi bagian eksternal dan bagian internal system
reproduksi jantan. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. Alat-alat reproduksi
adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh
mamalia pun telah dilengkapi dengan alat-alat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu
individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan
memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan dan organ kelamin betina berbeda sesuai
dengan fungsinya masing-masing, (Cartono, 2004). Pada dasarnya alat-alat reproduksi lakilaki terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam.
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi
dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari
organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah
memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur
menuju rahim. Sistem reproduksi jantan terdiri atas :
1. Testis
2. Ductus defferen
3. Ductus epididymis
4. Kelenjar Aksesori
37
 Vesikula Seminalis
 Prostata
 Bulbourethralis
5. Uretra
6. Penis
7. Preputium
Alat Reproduksi jantan terdiri dari sebagai berikut :
a. Testis
Testis merupakan gonad hewan yang dapat memproduksi sperma dan hormone
reproduksi (testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung oleh spermatic cord.
Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral
tunika vaginalis kecuali bagian testis yang menempel dengan epididimis dan spermatic cord.
Testis mempunyai lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yang disebut tunika albuginea.
Tunika albuginea akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang
membentuk septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis.
Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1-3
tubulus seminiferus. Bagian posterior tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam
rete testis yang kemudian akan penetrasi kedalam tunika albuginea di bagian atas testis.
Setelah itu menuju bagian head epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen
berfungsi untuk membentuk satu tuba yang akan membentuk body dan tail epididimis.
Testis terdiri dari beberapa jaringan yaitu tubulus seminiferus, sel stroma, dan sel
interstitial. Tubulus seminiferus yaitu epitel yang terdiri dari dua macam sel yang bebrbeda
yaitu sel sertoli dan sel germinatif. Selsertoli adalah yang mempunyai bentuk panjang dan
kadang-kadang seperti pyramid. Sel ini terletak dekat atau di antara sel-sel germinatif. Sel ini
bersifat fagosit karena mereka memakan sel-sel mani yang telah mati atau yang telah
mengalami degenerasi. Sel germinatif adalah yang akan mengalami perubahan-perubahan
selama proses spermatogenesis, sebelum mereka siap untk mengadakan fertilisasi. Tingkat
perkembangannya adalah sebagai berikut; spermatogonia (sel paling muda) akan mengalami
pembagian mitosis beberapa kali menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer membagi
diri menjadi spermatosit sekunder. Tiap sel spermatosit sekunder akan membagi lagi dirinya
38
menjadi spermatid, pada saat ini jumlah kromosom akan menjadi setengahnya (haploid).
Tiap-tiap sel spermatid akan mendewasakan diri menjadi sel-sel spermatozoa.
b. Ductus defferen
Duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah membuat
lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk ductus deferens
dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat dalam funiculus spermatikus.
Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur
yang kuat. Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis.
Merupakan komponen utama spermatic cord. Masuk ke dinding anterior abdomen melalui
inguinal canal. Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk
duktus ejakulatori. Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.
Duktus deferens terdiri dari lumen, musculus cirkuler, sel epitel, lamina propia, musculus
longitudinal dalam,musculus longitudinal luar, dan tunika serosa. Duktus deferens
meninggalkan ekor epididimis bergerak melalui canal inguinal yang merupakan bagian dari
korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang. Terdapat pada
beberapa hewan, ada yanghomolog dengan uterus, yaitu uterus masculinus yang merupakan
lipatangenital di antara dua duktus deferens. Struktur homolog tersebut mempunyai asal-usul
embriologi yang sama.
c. Ductus epididimis
Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal
dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk
oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi
lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi
sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:
 Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 12-14 duktus eferen.
 Body of epididymis
 Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens.
Ductus epididimis terdirilumen epididimis dan jaringan-jaringan yang mengelilinginya.
Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis di mana pembuluh-pembuluh darah
dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor
39
epididimis selanjutnya menjadi duktus deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala,
di mana kemudian sampai ke korda spermatic. Fungsi epididimis adalah sebagai transportasi
sperma, tempat pematangan/pemasakan sperma (mengalami perubahan fisiologi selama
perjalanan), tempat pemadatan sperma (mengalami penyerapan air), tempat penimbunan
sperma (ditimbun pada cauda epididimis).
d. Kelenjar aksesoris
Kelenjar aksesoris terbagi tiga, yaitu :
1). Vesikula Seminalis
Vesika seminalis mempunyai struktur memanjang yang berada diantara bagian fundus
bladder dan rectum. Vesika seminalis berada di atas kelenjar prostat dan tidak menyimpan
sperma. Ia hanya mensekresikan cairan kental yang bersifat alkali, kelenjar tersebut juga
mengandung fruktosa (sebagai sumber energy untuk sperma) yang akan dicampurkan
dengan sperma ketika melewati duktus ejakulatori dan uretra.
2). Prostata
Kelenjar prostat mempunyai panajng 3 cm dan lebar 4 cm, ia merupakan kelenjar aksesori
terbesar. Kelenjar prostat mempunyai kapsul yang padat dan berisi banyak saraf dan
pembuluh darah. Lobus prostat dibagi menjadi 3 bagian;
- Isthmus berada di bagian anterior uretra.
- Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus pada bagian anterior. Lobus kanan dan
kiri ini dibagi menjadi empat :
 Inferoposterior :merupakan bagian yang teraba saat rectal examination (inferiorejaculatory duct, posterior-uretra)
 Inferolateral : bagian utama dari lobus kiri (lateral-uretra)
 Superomedial : mengelilingi duktus ejakulatori
 Anteromedial : lateral terhadap proximal prostatic uretra
Saluran prostat mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu dan merupakan 20% dari
keseluruhan cairan semen. Kelenjar prostat berperan dalam aktivasi sperma.
3) Bulbourethralis
Berada proximal terhadap intermediate uretra dan mensekresi cairan yang bersifat alkali
atau basa dan mukus sebagai lubrikasi uretra.
4) Uretra
40
Uretra hewan jantan dibagi dalam segmen prostat, membranosa, dan spingiosa.
Segmen prostat menjulur dari kandung kemih ke pinggir caudal kelenjar prostat. Segmen
membranosa berawal dari daerah tersebut dan berakhir di uretra yang memasuki bulbus
penis, dari permukaan di mana segmen spongiosa berlanjut ke gerbang luar uretra
5) Penis
Penis adalah alat kopulasi yang terbentuk oleh jaringan erektil, yang disebut corpus
covernous. Penis berbentuk silindris yang terdapat didalam praeputium. Penis terdiri atas
3 bagian yaitu radix penis, corpus penis dan gland penis.
6) Preputium
Preputium adalah lipatan kulit di sekitar ujung bebas penis. Permukaan luar
merupakan kulit yang agak khas, sementara lapisan dalam menyerupai membrane
mucosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan
ekskremitas bebas dari penis. Fungsi dari preputium adalah untuk melindungi penis dari
pengaruh luar dan kekeringan. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputii bertaut
dengan penis tepat caudal dari glans penis.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa alat kelamin jantan terdiri dari :
1. Testis
Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi jantan, terletak di bawah
penis, dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval
berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma
2. Ductus defferen
3. Ductus epididimis
4.
Kelenjar Aksesori
 Vesikula Seminalis
Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi
sperma. Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung
kemih.
 Prostata
Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat
menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung
bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil.
 Bulbourethralis
Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan
semen. Kelenjar Cowper terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra.
 Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun
pada sistem seksual.
 Penis
Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh
 Preputium
Adalah pembungkus penis.
42
5.2 Saran
Agar dapat dilakukan pergantian preparat yang baru karena mengingat preparat yang
sekarang sudah terlalu lama dan sulit diamati sehingga sulit untuk difahami
43
DAFTAR PUSTAKA
Cartono, 2005. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Junqueire, L.C. 1980. Basic Histology. California: Lange Medical Publ.Inc
Kumar, Robin.2002. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC: 390-393
M.B Marenda, 1989. Antara Kebutuhan Sex dan Kesehatan. Jakarta: Gita Karya
Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta:Binarupa Aksara
Pratiwi,DA. 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga
Suripto, 1994. Struktur Hewan. Bandung: Penerbit ITB
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM
Anonimus. 2012. Testis. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Testis. diakses Minggu, 24 Maret
2013 Jam 13.47
Anonimus. 2009. Alat Reproduksi. (online) http://intanriani.files.wordpress.com/2009/03
/untitled-15.jpg?w=570 diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 17.45
Anonimus. 2008. Sistem Reproduksi Pada Manusia. (online),
http://gurungeblog.wordpress.com /2008/10/31/sistem-reproduksi-pada- \manusia-pria/
diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 19.45
Anonimus. 2008. Alat Reproduksi Pria. (online) http://www.sridianti.com/biologi/alat
reproduksi-pria/ diakses Senin, 25 Maret 2013 Jam 20.45
Anonimus. 2010. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Hewan Jantan.
(online) (http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksihewan-jantan). diakses Senin, 25 Maret 2013 Jam 20.53
Anonimus. 2011. Reproduksi Jantan. (online)
(http://dt.widayati.net/course/course comments.php?id=26_0_8_0_C3). diakses
Selasa, 26 Maret 2013 Jam 11.45
44
Anonimus. 2006. Info KB. (online). (http://situs.kesrepro.info/kb/jul/2006/kb02.htm).
Diakses Selasa, 26 Maret 2013 Jam 11.55
Anonimus. 2012. Reproduksi Hewan. (online)
(http://tumoutou.net/6_sem2_023/ elvia_hernawan.htm) diakses Rabu, 27 Maret 2013
Jam 16.45
Anonimus. 2012. Kuliah Anatomi. (online) www.contohskripsitesis.com/backup/
Tugas%20Kuliah/Anatomi%20dan%20fungsi%20reproduksi%20hewan%20j)
45
PENGAMATAN SPERMATOZOA
46
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..46
BAB I……………………………………………………………………………………....48
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………48
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………...48
1.2
Tujuan……………………………………………………………………….49
1.3
Manfaat……………………………………………………………………..49
BAB II………………………………………………………………………………………50
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………50
BAB III……………………………………………………………………………………..53
METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….53
3.1
Alat dan Bahan……………………………………………………………..53
3.2
Cara Kerja………………………………………………………………….53
BAB IV…………………………………………………………………………………….55
HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...55
4.1
Hasil…………………………………………………………………………55
47
4.2
Pembahasan……………………………………………………………….55
BAB V………………………………………………………………………………….…57
PENUTUP………………………………………………………………………………...57
5.1
Kesimpulan…….………………………………………………………….57
5.2
Saran………………………………………………………………………57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……59
48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel
haploid yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan
merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan
zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan
sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan
fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi
telur pada jenis yang sama.
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang
merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil
ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk
melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sistina, 2000).
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi,
satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya
sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu
mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan
program perkembangan telur . Analisa sperma merupakan salah satu pemeriksaan awal yang
dilakukan pada kasus infertilitas (susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma
terdapat 2 hal yang perlu diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per
49
mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil
anlisa sperma bisa menetukan apakah : ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi
berhasil dan apakah reversal (menyambung kembali) vasektomi berhasil (Mitchell, 2005).
1.2
Tujuan
Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman
mengenai mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan morfologi sperma antar
organisme satu dengan yang lainnya, serta mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.
1.1.1 Manfaat
Mahasiswa dapat mendeskripsikan morfologi sperma dan dapat membedakan morfologi
sperma antar organisme satu dengan yang lainnya serta dapat menjelaskan fungsi bagianbagian-bagian sperma.
50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi
mengalami
pembelahan
atau
pertumbuhan,berasal
dari
gonosit
yang
menjadi
spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan selanjut nya berubah menjadi spermatid
dan akhir nya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional
yang penting yaitu kepala dan ekor ( hafez.2000).
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan
dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat
diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah
menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah,
spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan
berkembang menjadi sperma (Kimball, 1996: 360).
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di
paling luar tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis
berulang-ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi
spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel
Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim,
1994: 11).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus
dan prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel
51
sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk
membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160).
Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala
sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi
pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting
ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala spermatozoa berbentuk bulat telur dengan panjang 5 mikron,diameter 3 mikron
dan tebal 2 mikron yang terutama di bentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurun ayah
nya. Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang
hampir mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di
belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang.
Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk
semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin.
(Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan
berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada
orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet
mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki
flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada
52
umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat
(Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun
rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri,
tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di
bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan
penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).
53
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat-alat
 Microskop
 Cawan Petri
 Object glasssa
 Tusuk gigi
 Pinset
 Bak alumunium
B. Bahan
 NaCl fisiologi
 Sperma sapi
 Sperma ayam
 Sperma tikus
 Sperma kambing
54
3.2 Cara Kerja
 Mengambil spermatozoa yang sudah matang pada bagian testis ayam, sapi, tikus,
kambing.
 Memasukkan kedalam cawan petri yang sudah berisi NaCl fisiologi, aduk agar
sperma menyatu dengan NaCl fisiologi.
 meneteskan cairan sperma pada object glass yang bersih dan tutup dengan cover
glass.
 Mengamati sperma dengan menggunakan mikroskop.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Spermatozoa sapi
Spermatozoa tikus
spermatozoa ayam
56
4.2 Pembahasan
Spermatozoa dihasilkan oleh testes dan dibentuk di dalam tubuli seminiferus. Didalam
seminiferus terdapat sel-sel berbentuk polygonal, disebut juga dengan sel leydig atau sel
interstisial yang berfungsi penghasil hormon testosteron. Didalam tubuli semminiferus, terdapat
membran basal dan disitulah letak sel sertoli yang berfungsi sebagai pemberi makan kepada
spermatozoa. Pada keadaan criptorchid, spermatozoa tidak dihasilkan oleh tubuli seminiferus,
tetapi sel leydig masih mampu menghasilkan hormon testosteron.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit dibagian korteks oosit
sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelucida tidak dapat ditembus
oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada
inti oosit sekunder. Sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai menyelesaikan meiosis II
dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan
membesar. Sebaliknya ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian inti sperma yang
mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid)
akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Struktur sperma terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, leher dan ekor.
Pada bagian kepala sperama terdapat acrosome dan DNA dan juga RNA yang terdapat di
dalam nucleus untuk pewarisan gen keturunan.
Kepala Sperma berbeda-beda bentuknya sesuai dengan jenis hewannya.
Pada bagian leher/mid piece terdapat butir mitokondria yang di sebut selubung.
Ekor yang terdapat pada sperma berfungsi sebagai alat gerak sampai menuju ovum.
Sperma yang abnormal biasanya tidak bisa memfertilisasi ovum. Apabila sperma abnormal
ini memfertilisasi ovum maka besar kemungkinan akan melahirkan individu yang cacat.
5.2 Saran
Diharapkan lebih banyak preparat sperma hewan yang berbeda spesiesnya digunakan
dalam praktikum ini, sehingga mahasiswa dapat membedakan lebih jauh tentang perbedaan
sperma antar spesies hewan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Http://Laporan Embriologi Medical Veteriner/ Cubocubosaenyoblok.html
Http://Laporan Embriologii Medical Veteriner/Morfologi Speermatozoa.html
Http://Laporan Embriologi Medical Veteriner/Laporan Spermatozoa.Html
59
Perkembangan Embrio Ayam
60
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..61
BAB I……………………………………………………………………………………....63
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………65
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………...65
1.2
Tujuan……………………………………………………………………….64
1.3
Manfaat……………………………………………………………………..64
BAB II……………………………………………………………………………………...65
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………65
BAB III……………………………………………………………………………………..74
METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….74
3.1
Alat dan Bahan……………………………………………………………..74
3.2
Cara Kerja………………………………………………………………….74
BAB IV…………………………………………………………………………………….75
HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...74
4.1
Hasil…………………………………………………………………………74
61
4.2
Pembahasan……………………………………………………………….78
BAB V………………………………………………………………………………….…83
PENUTUP………………………………………………………………………………...83
5.1
Kesimpulan…….………………………………………………………….83
5.2
Saran………………………………………………………………………83
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……84
62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Percobaan perkembangan embrio ayam, dapat kita lihat sesuai praktikum yang diuji
cobakan, yaitu dengan melihat perkembangannya mulai zigot sampai bentuk embrio. Salah
satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin
atau embrio. Pada tahap ini terjadi perkembangan yang signifikan dari janin. Mulai dari
awalnya hanya serupa satu sel dan kemudian terus membelah menjadi beberapa sel dan
akhirnya berbentuk organisme sempurna yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan sel, pola
dasar perkembangan embrio aves dan embrio katak, yaitu melalui tahapan pembelahan,
blastula, gastrula, neurula dan organogenesis.
Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan
kerabang telur. Itulah penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak
dapat seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan
alantois. Kantung kuning telur yang dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini
mengubah isi kuning telur sehingga mudah untuk diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai
bantal yang berisi cairan untuk pergerakan embrio, sedangkan alantois berfungsi pembawa
sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu
alantois, serta membantu mencerna albumen.
63
1.2
1.3
Tujuan
1.
Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.
Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
Manfaat
1.
Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap
perkembangan atau pembentuan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.
Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui lapisan embrional
yang membentuk bakal organ.
64
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembelahan merupakan poses awal dari embriogenesis. Akibat pembelahan terjadi
penambahan jumalah sel. Sel anak yang terbentuk disebut blastomer. Blastomer akan
membentuk struktur menjadi morula, blastula, gastrula dan dilanjutkan dengan neurolasi,
pembentukan garis primitif, determinasi dan differensiasi. Pada tingkat morula sudah terbentuk
blastomer. Stadium morula berjalan sangat singkat dan segera disusul pembentukan blastula
dimana jumlah sel mencapai kira-kira 128. Perubahan blastula menjadi gasrtula kira-kira satu
jam setelah telur di keluarkan dari kloaka dan pada telur yang diinkubasi 7-8 jam
Pembelahan lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima, disini
cangkang bentuk cakram yang disebut sebagai blastodis yang merupakan blastomer sentral yang
melepasan diri dari detoplasma di bawahnya dan terbentuk rongga sempit yang merupakan
bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah dari detoplasma dan ia terus menerus e dalam
detoplasma (Yatim, 1994).
Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel
blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan
kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama
menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah
perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk sel dan perubahan dalam adhesi
(penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari
gastrulasi adalah beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih
dalam. Hal ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula
(Campbell, 1987).
65
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas dan
selama itu terjadi Selama pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana
peristiwa ini disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan dari
tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm
akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam incubator (Nuryati, 2005).
Pada saat telur dikeluarkan, beberapa ribu sel akan dihasilkan dan blastodisc akan
menggambarkan suatu unit yang kompleks. Setelah telur dikeluarkan, pembelahan seluler terus
berlangsung selagi temperature di atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila temperatur
kembali rendah, oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai telur siap dimasukkan
kedalam incubator, pembelahan seluler akan terhambat, artinya tidak terjadi pembelahan sel
antara waktu tersebut (Arthur, 2008).
Layaknya seorang bayi dalam perut ibunya,embrio anak ayam di dalam telur jugamengalami
perkembangan yang signifikan darihari ke hari. Embrio di dalam telur sebagaiawal mula
kehidupan seekor ayam ternyata memilikikeunikan pertumbuhan di dalamnya. Pengetahuan
tentang perkembangan embrio di dalam telur perludiketahui (Anonimus, 2009).
Perkembangan embrio ayam terjadi dalam dua media yaitu dalam tubuh induk dan diluar
tubuh induk. Perkembangan dalam tubuh induk yaitu setelah terbentuknya zygote dari persatuan
sel sperma dengan ovum, maka pertumbuhan embrio pun dimulai. Sesaat setelah lima jam
ovulasi, saat telur berkembang dalam isthmus terjadi pembedahan sol yang pertama. Duapuluh
menit kemudian disusul didaerah lain lain dan seterusnya sehingga satu jam setelah itu pada saat
telur meninggalkan isthmus, embrio sudah tersusun dari 16 sel. Setelah empat jam di dalam
uterus, jumlah sel menjadi 256 buah (Anonimus, 2009).
66
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen,
dankerabang telur. Itulah sebabya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam
tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus
seperti mikroskop atau kaca pembesar (Anonimus, 2009).
Komposisi FisikTelur
Komposisi fisik telur dapat dibagi menjadi :
Shell (cangkang)
Cangkang merupakan lapisan berkapur (calcareous) yang menyusun 9 – 12 % berat telur
total. Cangkang terdiri dari bahan organik yang berupa kerangka dari serabut-serabut yang
teranyam halus dan granula-granula serta substansi interstitial yang tersusun dari campuran
garam-garam organik. Cangkang tersusun kira-kira 94% kalsium karbonat, 1% magnesium
karbonat, 1% kalsium fosfat dan 4% bahan organik terutama protein. Merupakan pembungkus
telur yang paling tebal, bersifat keras dan kaku. Pada kerabang terdapat pori-pori yang berfungsi
untuk pertukaran gas. Pada permukaan luar kerabang terdapat lapisan kutikula, yang merupakan
pembungkus telur paling luar.
Shell Membrane (Membrane Kulit Telur)
Membrane kulit telur terdiri dari dua lapisan, yaitu membrane kulit telur dalam dan
membrane kulit telur luar yang masing-masing tersusun oleh 2 atau 3 lapis anyaman serabut
protein yang tidak teratur. Serabut-serabut tersebut disatukan oleh suatu bahan albuminous
cementing untuk membentuk membran tipis, kuat, melekat erat dan bersama-sama membatasi
cangkang di sebelah dalam dan melekat erat padanya. Membran dalam lebih tipis daripada
67
membrane luar. Tebal keseluruhan 0,01 – 0,02 mm. Kedua membran merupakan barisan
pertahanan terhadap masuknya mikroorganisme, tetapi ini bukan berarti tidak dapat dilewati
mikroorganisme atau gas. Hal ini disebabkan oleh adanya pori-pori yang halus. Lewatnya gasgas dan cairan melalui membrane terutama terjadi karena osmose dan difusi. Menbran tampak
berwarna putih seperti kapur, tetapi ada beberapa yang agak pink (jambon) karena adanya
pigmen poryphyrin dalam jumlah yang sngat kecil.
Khalaza
Struktur keruh berserat yang terdapat pada kedua ujung kuning telur yang disebut dan
berfungsi memantapkan posisi kuning telur.
Kuning telur
terdiri dari latebra, diskus terminalis, cincin/lingkaran konsentris dengan warna gelap dan
terang, dan dikelilingi oleh selaput vitelina.
Amnion
Amnion adalah selaput yang menyelubungi emrio dimana embrio terletak didalam rongga
amnion yang berisi cairan amnion. Amion terbetuk sebagai akibat pelipatan somatopleura daerah
kepala ke arah dorsokaudal, daerah ekor ke arah dorsokranial, dan daerah dinding lateral ke arah
dorsomedial. Amnion berisi cairn amnion yang berasl dari ginjal fetus, kelenjar mulut dan alat
pernafasan. Cairan amnion berfungsi sebagai media untukmengambang, melindungi serta
memungkinkan pergerakan dari tubuh dan tungkai embrio. Juga berfungsi untuk mencegah
embrio kering, meniadakan goncangan, keleluasaan embrio berubah-ubah sikap, dan menyerap
albumin.
68
Korion
Korion merupakan selaput embrionik paling luar dan perpaduan antara selaput bagian dalam
kerabang telur dengan alantois. korion menempel pada selaput kerabang sebelah dalam setelah
ari ke- 7-8 inkubasi. Korion berasal dari sebelah luar zona amniotic. Pada proses pembentukan
plasenta merupakan bagian dari foetus. Bersama-sama dengan alantois membentuk selaput
choriallantois. Korion kaya akan pembuluh darah yang berfungsi menyempurnakan fungsi
metabolic serta pertukarn gas dan air. .
Alantois
Merupakan selaput ekstra embrionik yang terbentuk dari penonjolan dinding usus belakang
yang berbentuk seperti katung. Alantois berkembang danmengisi ruang ekstra embrionik dan
bagian luarnya menyatu denan korion membntuk korionalantois. Alantois pada awalnya
brbentuk kantung kecil di sisi kanan embrio pada hari ke-3 inkubasi dan memenuhi seluruh
ruang ekstra embrionik pada hari ke-10 inkubasi. Alantois berfungsi untuk menampung ekskresi
urin embrio. Alantois merupakan selaput yang membantu system sirkulasi dan apabila telah
berkembang sempurna ia akan mengelilingi embrio.
Albumen
Albumen menyusun kira-kira 60% dari berat telur total. Albumen terdiri dari 4 fraksi :
lapisan chalaziferous (lapisan kental dalam), lapisan kental encer dalam (inner thin layer),
lapisan kental luar (firm gel-like layer) dan lapisan encer luar (outer thin layer). Albumen
biasanya berwarna sedikit kehijauan yang disebabkan oleh riboflavin (vitamin B2). Albumen
tersusun atas sebagian besar air. Komponen utama bahan organik dalam albumen adalah
protein. Komponen lain yaitu karbohidrat dan mineral, sedangkan lipida sangat sedikit bahkan
dapat dianggap tidak ada.Albumenterdiri dari 4 lapisan, paling dalam lapisan tipis dan encer atau
69
lapisan chalaziferous (lapisan 4), lapisan ini berhubungan langsung dengan selaput vitelina;
lapisan luar yang tipis dan encer (lapisan 3) yang mengelilingi lapisan kental (lapisa 2). Paling
luar adalah lapisan tipis dan encer (lapisan 1).
Bentuk Telur
Berdasarkan bentuknya telur dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu :
a. Biconical, adalah telur yang kedua ujungnya runcing seperti kerucut.
b. Conical, adalah yang salah satu ujungnya runcing seperti kerucut.
c. Elliptical, adalah bentuk telur yang menyerupai elip.
d. Oval, adalah bentuk telur yang menyerupai oval, dan ini merupakan bentuk yang paling
baik.
e. Spherical, adalah bentuk telur yang hampir bulat
Faktor yang mempengaruhi bentuk telur yaitu : genetik dan umur induk. Induk yang baru
mulai bertelur bentuk telur yang dihasilakn cenderung runcing, memanjang; sedangkan induk
yang semakin tua menghasilkan telur yang semakin ke arah bulat
bentuknya.
Komposisi Kimia Telur
Telur tersusun atas sebagian besar air. Bahan padat terdiri atas bahan organik yaitu
protein, lipida dan karbohidrat, sedangkan bahan anorganik tersusun atas mineral (abu). Bagian
terbesar dari isi telur adalah air (75% dari berat telur). Selanjutnya diikuti bahan organik, yang
terdiri atas protein dan lipida, masing-masing terdapat sekitar 12% dan karbohidrat dalam jumlah
kecil, yaitu 1%. Bahan anorganik terdapat sekitar 1% dari berat isi telur.
70
Protein
Protein telur dikenal sebagai protein seimbang (balanced protein) dan mengandung
semua asam amino esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh manusia. Asam
amino telur berada dalam keseimbangan yang baik bagi kebutuhan protein manusia. Perhatian
penting lain dari protein telur dalam nutrisi manusia adalah kandungan metionin yang luar biasa
tingginya. Asam amino esensial ini kurang atau dijumpai dalam jumlah yang sangat rendah
dalam serealia (Stevenson dan Miller, 1962). Dua butir telur bisa menyediakan 35 – 121 persen
dari kebutuhan asam amino esensial per hari.
Lemak
Lemak telur mudah dicerna dan merupakan sumber energi bagi tubuh. Telur kaya akan
asam lemak esensial terutama asam oleat. Lemaknya mengandung asam lemak tak jenuh dengan
proporsi yang tinggi. Seluruh lemak yang terdapat dalam telur terletak dalam yolk.
Karbohidrat
Telur mengandung relatif sedikit karbohidrat, terdapat kira-kira 0,5 gram dan hampir
75% karbohidrat terdapat dalam albumen. Karbohidrat dalam telur terdapat dalam bentuk bebas
dan terkombinasi dengan protein atau lemak. Karbohidrat bebas dalam telur adalah glukosa,
sedang karbohidrat terkombinasi adalah mannosa dan galaktosa. Karbohidrat terkombinasi
terdapat pada fosfoprotein, fosfolipida dan cerebrosida dalam yolk, sedang pada albumen
terdapat dalam glikoprotein sederhjana yang ada dalam albumen yaitu ovoconalbumin.
71
Vitamin
Telur mengandung hampir semua vitamin yang telah teridentifikasi, kecuali vitamin C
(ascorbic acid). Telur merupakan sumber vitamin A, D, B1 dan riboflavin. Walaupun lebih dari
setengah kandungan riboflavin telur terdapat dalam putih telur, kebanyakan vitamin lainnya
terdapat dalam putih telur. Yolk merupakan sumber vitamin A yang paling berharga karena
hanya lemak susu, hati dan telur yang mengandung vitamin ini dalam keadan pre-formednya.
Yolk juga mengandung jumlah yang beragam dari pigmen karoten kuning, yang bisa sebagian
atau seluruhnya dikonversikan ke vitamin A oleh tubuh manusia. Vitamin D juga terdapat dalam
yolk. Vitamin D merupakan zat gizi esensial bagi absorbsi dan metabolisme kalsium dan
fosforus. Vitamin B12 merupakan vitamin yang dipercaya hanya ada dalam pangan hewani,
termasuk juga di dalam telur. Walaupun jumlah vitamin B12 dalam sebutir telur relatif kecil dan
variabel (0,028 mg/butir), tetapi keberadaannya memberikan faktor dalam nilai biologis yang
tinggi pada protein telur. Hal ini disebabkan karena dipercayai bahwa ada interrelationship
antara vitamin B12 dan metabolisme asam amino.
Mineral
Telur merupakan sumber Fe dan fosfor yang baik. Sebagian besar Fe terdapat dalam
yolk (kuning telur). Mineral penting lainnya yang dapat disuplai dari telur adalah Sodium (Na),
Potassium, Sulfur (S), Chlorine (Cl), magnesium (mg) dan Manganese (Mn). Mineral telur
dengan mudah digunakan dalam nutrisi manusia. Persentase mineral yang ada mungkin tidak
setinggi pangan lain, tetapi karena keberadaan itu lebih mudah diabsorbsi saluran pencernaan,
telur sebenarnya merupakan sumber yang baik.
72
Pigmen pada telur
Substansi pigmen terdapat pada semua bagian telur, tetapi masing-masing sifat kimianya
sangat berbeda. Pigmen dalam telur paling banyak terdapat pada yolk yaitu 0,4 mg, sedang pada
albumen 0,03 mg, dan pada bagian yang lain dari telur hanya dalam jumlah sedikit.
Yolk merupakan bagian telur yang banyak mengandung pigmen, yaitu 0,02%. Pigmen
yolk diklasifikasikan menjadi dua yaitu lipochrome dan liochrome. Albumen hanya mengandung
1 pigmen dimana pigmen tersebut larut dalam air yaitu ovoflavin. Ovoflavin dalam albumen
terdapat kira-kira 0,017 mg.
Selaput kerabang kadang-kadang terlihat berwarna agak pink
(merah muda), hal ini karena adanya pigmen porphyrin. Warna dari kerabang telur terdiri atas
merah-coklat, biru-hijau dan puith. Pigmen yang memberi warna merah-coklat pada kerabang
adalah oophorphyrin. Oophorphyrin ini juga terdapat pada kerabang putih, tetapi pada saat telur
ditelurkan pigmen tersebut segera rusak karena kena sinar matahari, sedang oocyan adalah
pigmen pada kerabang yang berwarna biru-kehijauan.
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Alat dan Bahan
o Incubator
o Scalpel
o Bak Alumunium
o Pinset
o Cawan Petri
o Telur ayam yang sudah dieramkan dalam incubator
3.2 Cara Kerja
1. Sediakan telur ayam kampung yang akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan
diantaranya. Dimasukkan kedalam incubator /mesin tetas dengan suhu mulai hari 1-19/21
adalah 102°F-105°F.
2. Pada waktu pengamatan, telur diambil 1 sampai 3 butir untuk memudahkan dalam
pengamatan embrio biar tidak berdesakan dengan teman-teman dan lebih efisien.
3. Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam
cawan Petri.kemudian amati perubahan yang terjadi pada telur tersebut.
4. Pada hari selanjutnya tentukan apa-apa saja perubahan atau pembentukan telur tersebut
mulai hari pertama sampai menetas.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hari Pertama
Hari ketiga
Hari kedua
Hari keempat
75
Hari kelima
Hari ketujuh
Hari kesepuluh
Hari keenam
Hari kesembilan
Hari kesebelas
76
Hari kedua belas
Hari ketiga belas
Hari keempat belas
Hari kelima belas
Hari ketujuh belas
Hari kedelapan belas
77
Hari kesembilan belas
4.2
Hari kedua puluh
Pembahasan
 Hari pertama
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang
menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya
agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang
dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah
terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk
sudah terjadi perkembangan embrio.
78
Pada hari pertama pengamata hanya terlihat 3 bagian dari telur ayam yakni,Peta
takdir,area ovaca,dan zona vasikulata.Peta takdir merupakan cikal bakal dari pembentukan
jantung,sementara area ovaca merupakan tahap awal pembentukan organ tubuh,dan zona
vasikullata merupakan pembentuk pembuluh darah bagi embrio.
 Hari kedua
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat
primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan
berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang
merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.
Pada hari kedua mulai terbentuk jantung, hati dan pembuluh darah mulai berkembang.
Sedang memulai dimana letak telinga, pembuluh saraf columna vertebrae. Saat ini adalah
saat yang kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran
darah dimulai, dengan kerja sama antara kantung darah dengan kantung selaput kuning
telur.
 Hari ketiga
Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio
sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat
dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembunggelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang
berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio
bergerak bebas.Pada hari ketiga ini bentuk jantung tergambar, kaki mulai terbentuk dan
dikembangkan, terbentuk sayap, embrio mulai berputar, dengan mata tampak pembuluh
79
darah, organ tubuh lengkap,terbentuk lidah, adanya selaput amnion, ada cairan corio
alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir embrio.
 Hari keempat
Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap
yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar. Dengan
menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
otak depan, otak tengah dan otak belakang.
 Hari kelima
Hari kelima ini embrionya sudah tampak jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah
mulai terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.
Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam amnion dan
pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya. Selain itu telah terdapat pula
optic fecicel, prosencephalon, metencephalon, rombencephalon, dan umbilicalis.
Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup
anggota badan sudah mulai terbentuk. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat
bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya.
Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan.
 Hari keenam
Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata
sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai
berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan
alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
 Hari ketujuh
80
Hari ketujuh hampir sama dengan hari keenam hanya kuncup-kuncup anggota badan
sudah telah agak terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat
bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat
dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
 Hari kesembilan
Pembentukan tulang pertama kali terjadi peda embrio berumur 9 hari,selain itu juga
terjadi pembentukan organ yang sudah Nampak sebelumnya.
 Hari kesepuluh
Lubang hidung masih sempit. Terjadi pertumbuhan kelopakmata, perluasan bagian
distal anggota badan. Membran viteline mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel
bulu mulai menutup bagian bawah anggota badan. Patuk paruh mulai nampak.
 Hari kesebelas
Lubang palpebral memiliki bentuk elips yang cenderung menjadiencer. Alantois
mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus makin menyusut. Embrio sudah nampak
seperti anak ayam.
 Hari kedua belas
Folikel bulu mengelilingi bagian luar indera pendengar meatusdan menutupi kelopak
mata bagian atas. Kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ¼ bagian kornea.
 Hari ketiga belas
Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois. Kuku dan kali mulai
nampak jelas.
81
 Hari keempat belas
Kepala sudah mengarah ke sayap sebelah kanan,karna mendekati rongga udara. Dan
amnion sudah mulai berkurang.
 Hari keenam belas
Pembuluh darah masuk ke dalam tubuh,dan amnion sudah habis.
 Hari ketujuh belas
Ginjal sudah mulai memproduksi uretras,dan paruh mengarah ke rongga udara.
 Hari kedelapan belas
Membrane Vitelin mulai masuk ke dalam tubuh.
 Hari kesembilan Belas
Membrane Vitelin semakin masuk ke dalam tubuh,sehingga warna tubuh berubah
menjadi hitam, mulai bernapas dengan paru-paru, dan kerabang mulai rapuh.
 Hari kedua puluh
Vitelin telah habis dan embrio sudah memenuhi seluruh ruang dalam kerabang.
82
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan :
1. pembelahan merupakan proses awal dari embriogenesis, yang menyebabkan terjadinya
pertambahan jumlah sel dengan beberapa tahapan yakni morulasi, blastulasi dan
gastrulasi.
2. Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu
a.
Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk ± 26 jam
b.
Perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk (20 hari)
3. Komposisi fisik telur terdiri dari cangkang, membran cangkang, kuning telur, putih telur,
kalaza, amnion, korion dan alantois.
5.2
Saran
Setelah membaca laporan ini, diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik
dan saran nya untuk laporan ini agar laporan ini dapat diperbaiki lagi.
83
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Adaningrum, Dewi. 2010. Embriologi Ayam. Tarsito: Bandung.
Bradley M, Patten.(1950). Early Embriology of The Thich. McGraw-Hill Book Company,
New York.
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Ham, Arthur Worth.(1957).HISTOLOY.J.B. Lippincott Company: USA.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya.
Kimball, john W.(1983). BIOLOGI edisi ke-5 jilid 2. Penerbit Erlangga : Jakarta
Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro. HISTOLOGI DASAR: Text&Atlas.
EGC;2007 Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi UGM: Yokyakarta.
im Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Universitas Negeri
Makasar.
Nuryati, M.P Ir.Tuti, Ir.Sutarto, Muh.Khamim, dkk.(2005).Sukses Menetaskan Telur,
Penebar Swadaya, Bogor.
Ph.D., Seeley Road R, Trent D. Stephens Ph.D., dkk. (1995). Anatomy &
Physiology. Mosby:USA
Suprijatnah, Dr. Enjeng, Prof. Dr. Ruhyat Kartasudjana.(2006). Unggas. Penebar Swadaya,
Bogor.
Wildan Yatim.(1982).Reproduksi dan Embriologi.Tarsito, Bandung
Yuhara Sukra.(1975).Pengantar Kuliah Embriologi I. Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi IPB. Bogor.
84
Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim.2007. Veteriner Reproduksi.
(online),http://www.137.222.110.150/calnet/vetrep7/ . page2.htm. Diakses Minggu 21 April
2013
Anonim. 2008. Pertumbuhan pada Hewan. (online), http://www. Praweda.co.id. Diakses
Minggu 21 April 2013.
http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule
Pauline Destinugrainy KASI, Sumaryono. 2006. Keragaman morfologi selama
perkembangan embrio. Jurnal Menara Perkebunan. Volume 1 Halaman 44-52
Suhaemi, Zasmeli. 2008. Jurnal Embrio. Volume 1 No 2 Halaman 50-107
85
PENGAMATAN FOETUS
86
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………………………………87
BAB I…………………………………………………………………………………….....89
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….89
1.1
Latar Belakang………………………………………………………………89
1.2
Tujuan………………………………………………………………………..90
1.3
Manfaat………………………………………………………………………90
BAB II……………………………………………………………………………………….91
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………….91
BAB III……………………………………………………………………………………...96
METODE PERCOBAAN…………………………………………………………………..96
3.1
Alat dan Bahan………………………………………………………………96
3.2
Cara Kerja…………………………………………………………………..96
BAB IV……………………………………………………………………………………..97
HASIL dan PEMBAHASAN………………………………………………………………97
4.1
Hasil…………………………………………………………………………97
87
4.2
Pembahasan………………………………………………………………97
BAB V……………………………………………………………………………………99
PENUTUP………………………………………………………………………………..99
5.1
Kesimpulan……………….………………………………………………99
5.2
Saran……………………………………………………………………...99
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..100
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………101
88
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan individu baru selama kebuntingan merupakan hasil dari
perbanyakan jumlah sel, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Peristiwa tadi
mempengaruhi perubahan-perubahan tertentu, beberapa di antaranya merupakan ciri dari
tahap perkembangannya. Meskipun perkembangan anak dalam kandungan berlangsung terus
menerus, namun kebuntingan kadang-kadang dinyatakan terdiri dari 3 tahap yaitu periode
ovum, periode embrio dan periode fetus. Foetus merupakan hasil akhir dari suatu proses
diferensiasi secara teratur yang merubah zigot bersel satu menjadi jenis hewan yang
bersangkutan. Foetus (janin) berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Foetus
dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada pada salah satu kornua,
sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Embrio dan foetus berkembang mengikuti suatu pola
tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan
berbagai system organ. Pada berbagai ternak memiliki perkiraan umur yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas, sebagai mahasiswa kedokteran hewan sangat perlu dilakukan
untuk memahami metode pengukuran umur foetus dan sebagainya. Dalam laporan ini akan
dibahas mengenai foetus, fase foetus dan metode pengukuran umur foetus. Ada dua cara
untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
· Curved Crown Rump
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.
89
· Straight Crown Rump
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal
ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inilah yang sering digunakan.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk, :
1. Mengetahui panjang foetus pada masa kandungan.
2. Mengetahui berat foetus pada masa kandungan.
3. Mengetahui umur foetus pada masa kandungan.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia
kebuntingan, dan dapat mengetahui umur foetus.
90
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor
hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat
pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan
antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan
berlanjut ke pertumbuhan fetus.
Gejala awal terjadi kebuntingan tidak jelas karena tidak dapat terlihat. Akan tetapi, adanya
perubahan mekanis dan perilaku mereka yang mencolok dan dapat dijadikan petunjuk bahwa
sapi itu bunting. Adapun tanda-tanda kebuntingan :

Birahi berikunya tidak muncul

Nafsu makan meningkat

Sering menjilat-jilat batu merah

Adanya kecendrungan kenaikan berat badan

Bagi sapi dara pada pertama kali bunting, pada umur kebuntingan bulan ke-4 dan ke-5
terjadi perkembangan ambing yang mencolok . (
Aak,1995 )
Plasenta adalah suatu tenunan yang tumbuh dari embrio dan induknya,dan terjadi saat
proses pertumbuhaan embrio yang diperlukan untuk menyalurkan zat makanan dari induk
kepada anak,sisa makanan akan dikeluarkan ke induk.
Amnion
adalah selaput yang
menylubungi fetus bagian paling dalam, chorion adalah selaput yang menyelubungi fetus bagian
paling luar, alllantois adalah selaput antaraamnion dan chorion. Amnion berfungsi sebagai
pelindung embrio/fetus menjadi kering, mencegah perlekatan embrio atau foetus terhadap
91
selaput lain, dan sarana pengangkut zat makanan dan oksigen ke foetus. Alantois berfungsi
sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana penampung sisa hasil metabolisme.
Bentuk plasenta induk adalah endometrium uterus yang dikenal dengan Korunkula, dan bagian
plasenta foetus adalah chorioallantois dikenal dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003).
Janin (fetus, foetus, fœtus, faetus, fætus) adalah mamalia yang berkembang setelah
fase embrio dan sebelum kelahiran. Dalambahasa Latin, fetus secara harfiah dapat diartikan
"berisi bibit muda, mengandung". Pada manusia, janin berkembang pada akhir minggu
kedelapan kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga kelahiran.
Janin disebut juga Calon Bayi. (www.wikipedia.com)
Fetus tumbuh di bagian uterus. Uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah
tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan
perantaraan ligamen uterus yang lebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus
menerima suplai darah dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus
yang melingkar (ligamentum teres uteri). Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak yang
tergolong mamalia terdiri dari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua.
Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk
maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada
kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. secara superfisial,
pada uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya,
karena bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981)
Hereditas. Ukuran foetus secara genetic ditentukan oleh komplemen gene-nya sendiri,
komplemen gene induk dan kompetisi intrauterine dengan foetus lain. Kontribusi genetic
maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal ; pada
92
kenyataannya, telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh
factor-faktor maternal.
Fase foetus ditentukan mulai dari terbentuknya organogenesis dan terbentuknya anggota
gerak (ekstremitas) sampai foetus lahir. Tingkat perkembangan foetus saat ini telah dapat
mengekstraksi zat-zat makanan dari sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta.
Estimasi
umur
foetus
dalam
hari
=
2,5
x
(CRL
cm
+
21)
atau
Estimasi umur foetus dalam bulan = √2xCRL inches. Penentuan umur fetus bisa dilakukan
dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai
berikut:
Keterangan : BCVRT = panjang keseluruhan fetus
C-R
= kepala- pangkal ekor
CVR
= curva kepala-pangkal ekor
VR
= panjang columna vertebralis
VRT
= panjang columna vertebralis dan ekor
Perkiraan umur fetus menurut metode pengukuran CRL
Sapi
No
Domba
Panjang C-R
Umur Fetus
Panjang C-R
Umur Fetus
(cm)
(bulan)
(cm)
1
0,9
1
1
3 minggu
2
6-8
2
2
5 minggu
3
14-17
3
3
6 minggu
4
20
3,5
8
2 bulan
93
5
26
4
16
3 bulan
6
30
4,5
25
4 bulan
7
30-37
5
40-53
5 bulan
8
45
6
-
-
9
60
7
-
-
10
70-75
8
-
-
n
80-100
9
-
-
11
Pada jenis hewan monotocus, foetus terletak pada punggungnya selama kehidupannya
intra uterin. Presentase anterior terjadi pada ruminansia; kaki-kai depan foetus muncul lebi
dahulu denganhidung diantaranya: kepela melurus dan punggung foetus berkontak dengan
sacrum induk. Presentase posterior dengan kaki belakang terlebih dahulu keluar cukup sering
pada sapi (5%) untuk dianggap sebagai normal.
Pada kuda sebagian besar tubuh foetus terdapat di dalam korpus uteri, sedangkan pada
sapi di koruna uteri. Walaupun demikian foetu kuda beradaa pada kedudukan yang sama pada
foetus sapi. Pada babi pengeluaran foetus secara individual dari kedua koruna uteri berlangsung
teratur dan dimulai pada bagian dekat cerviks.
Kriteria utama untuk menentukan umur foetus adalah waktu kopulasi dan ovulasi atau
berat dan panjang foetus, suatu pengukuran diambil dari ujung hidung sampai kor melalui
punggung pada suatu daratan sagital. Panjang kaki atau kepala dipakai dalam penentuan umur
foetus sapi . semua metode ini dapat bervariasi karena waktu ovulasi yang tepat tidak dapat
94
ditentukan, sedangkan pengukuran berat dan panjang foetus tergantung pada bagian bangsa,
strain, umur induk, ukuran litter dan musim kelahiran.(Salisbury,1985)
95
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. foetus
2. Scalpel
3. Air
4. Tali pengukur Tubuh
6. Formalin
3.2 Cara Kerja
1. Letakkan foetus sapi dalam bak aluminium
2. untuk mengukur panjang foetus sapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Curved Crown-Rump (CC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara megukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk garis curva sampai forehead
b. straight crown rump (SCR)
pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
garis pangkal ekor membentuk garis lurus sampai foerehead.
3. ukur tali yang digunakan diatas penggaris yang disesuaikan dengan pengukuran pada
foetus
4. mengisi table yang berisi data : tubuh,kepala, alat gerak depan, alat gerak belakang dan
badan.
96
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Umur
Berat
Panjang
(hari)
(gram)
(cm)
Panjang
Kepala
Ratio
Tubuh
Panjang
Kaki
Kaki
depan
belakang
Ratio
CC-R
120
500-800
28
13
20
1,3:2
17
20
1,7:2
SC-R
120
500-800
24
10
19
1:1,9
11
12
1,1:1,2
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum kami yang tertera dalam table diatas mengenai keadaan
karakteristik foetus dalam masa kandungan, maka kita dapat menentukan panjang foetus,
berat dan umur foetus pada masa kandungan. Beratnya 500-800 gram memiliki ukuran
sebesar kucing muda dalam kebuntigan 120 hari. Dengan menggunakan metode CC-R
didapat panjang badan 28 cm, panjang kepala 13 cm, panjang tubuh 20 cm sehingga diambil
rasio nya antara panjang kepala dengan panjang tubuh nya didapat 1,3:2. Panjang kaki
depan 17 cm. panjang kaki belakang 20 cm sehingga didapat pula ratio antara kedua nya
yaitu 1,7:2. Sedangkan kalau mengguanakn metode SC-R didapat panjang badan 24 cm.
panjang kepala 10 cm. panjang tubuh 19 cm sehingga ratio dari kedua tersebut adalah 1:1,9.
Panjang kaki depan 11 cm. Panjang kaki belakang 12 cm sehingga ratio dari kedua tersebut
97
adalah 1,1:1,2. Ketepatan pengukuran memberikan hasil yang baik pula. Dalam pengukuran
foetus ini cara yang paling sering digunakan adalah dengan metode SC-R karena
pengukuran ini hanya dengan menarik garis lurus tanpa mengikuti lekuk tubuh foetus.
Periode kebuntingan dapat dibagi dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan
perkembangan jaringan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus.
Periode ovum berlangsung 10-12 hari. Selama periode ini, terjadi pembentukan membrane
zygote dalam uterus. Periode embrio atau organogenesis berlangsung 12-45 hari masa
kebuntingan. Selama periode ini organ dan system utama tubuh sudah terbentuk dan terjadi
perubahan-perubahan dalam bentuk tubuh. Periode foetus berlangsung dari hari ke -45 masa
kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan-perubahan kecil dalam
diferensiasi organ, temuan dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan
individu antenatal. Selama periode ini cotyledon dan caruncel berkembang dan membesar
untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke 150 sampai
hari ke 270 adalah tiga kali lebih besar dari pertambahan berat badan dari waktu pembuahan
sampai hari ke 150 masa kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak
mata, osifikasi tulang dimulai dan perubahan –perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran
kaki.
98
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Pengukuran foetus ada dua cara yaitu pengukuran dengan metode CC-R dan
pengukuran dengan metode SC-R.
2. Pengukuran foetus dengan menggunakan metode SC-R lebih memberikan kemudahan
dan ketepatan dalam hasil pengukuran dari pada menggunakan metode CC-R yang
tidak sering digunakan para pengukur.
3.
Foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan
dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur 120 hari dan beratnya 500-800 g
4. Periode kebuntingan dapat dibagi dalam tiga bahagian. Ketiga periode itu adalah
ovum, embrio dan foetus.
5.2
Saran
Agar dapat dilakukan pergantian preparat yang baru karena mengingat preparat
yang sekarang sudah terlalu lama dan sulit diamati sehingga sulit untuk difahami.
99
LAMPIRAN
Pengukuran foetus menggunakan metode CC-R
Pengukuran foetus menggunakan metode SC-R
100
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Salisbury, G. W. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Iseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sumaryadi, Mas Yedi dkk. 2003. Ilmu Reproduksi Ternak. Fapet Unsoed. Purwokerto.
Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau.
Universitas Indonesia :Jakarta.
www.wikipedia.com
101
Download