BAHAN AJAR PATOFISIOANATOMI Bagian

advertisement
BAHAN AJAR PATOFISIOANATOMI
Bagian-2
Untuk Mahasiswa Kesehatan Lingkungan
Oleh :
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN MADIUN
2009
1
Daftar Isi
1. Respon Tubuh terhadap Cedera-Peradangan dan Perbaikan
2. Patofisiologi Kardiovaskuler
3. Gangguan Saluran Percernaan
4. Patofisiologi Ginjal
5. Gangguan system Persyarafan
6. Trauma
2
Respon Tubuh terhadap Cedera-Peradangan dan Perbaikan
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya merupakan
pendidikan yang menghasilkan Ahli Madya Kesehatan (AMd.Kes). Keahlian ini
membutuhkan pemahaman terhadap perubahan fungsi tubuh yang tidak
normal. Perubahan demikian akan dipelajari di Patofisiologi. Tujuan pengajaran
ini diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana dan mengapa sign and
symptom terjadi pada penderita di klinik (Putra, ST,1999).
Mata kuliah Patofisiologianatomi merupakan penjabaran dari mata kuliah
patologi anatomi dan patofisiologi. Patologi anatomi lebih menekankan pada
penyebab penyakit, pathogenesis dan penyimpangan struktur (morphologic
changes) dari suatu penyakit. Sedangkan Patofisiologi lebih menekankan pada
bagaimana dan mengapa terjadi penyimpangan fungsi sehingga terjadi sign and
symptom pada penyakit. Mahasiswa yang telah mempelajari; etiologi,
pathogenesis, perubahan morfologik dan kejadian sign and symptom dari
penyakit, akan lebih mudah memahami berbagai fenomena penyakit di klinik.
1.2 Iktisar Reaksi Peradangan
Unit fungsional terkecil dari kehidupan adalah sel. Bila sel-sel tubuh
mengalami cedera atau mati, selama hospes masih hidup, ada suatu respon yang
dinamakan peradangan. Maka respon tubuh terhadap cedera ini dinamakan
peradangan. Secara terminology fisiologis, peradangan adalah suatu reaksi
vaskuler yang berupa pengiriman cairan, sel darah yang bersirkulasi ke dalam
jaringan interstisial pada derah cedera atau nekrosis.
Istilah peradangan tidak sama dengan infeksi. Peradangan merupakan
respon tubuh akibat cedera. Sedangkan infeksi adalah istilah yang digunakan
untuk menandakan adanya mikroorganisme hidup dalam jaringan. Karena
3
banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan, maka pemahaman proses
ini merupakan dasar bagi ilmu patofisioanatomi.
Pemahaman bagaimana proses peradangan ini, orang dapat memahami
prinsip penyakit menular, prinsip pembedahan, penyembuhan luka, respon
trauma/luka, prinsip bagaimana tubuh mempertahankan fungsi jantung, dan
fungsi organ yang lainnya dari bahaya kematian.
Gambar 1.1 : Hubungan jaringan dan pembuluh darah
1.3 Gambaran Kasar Peradangan Akut
Peradangan akut adalah respon segera dari tubuh terhadap cedera atau
kematian sel. Tanda pokok peradangan mencakup; rasa sakit (dolor),
kemerahan (rubor), panas (kalor), pembengkakan (tumor), dan perubahan
fungsi (function laesa).
Rasa Sakit
Rasa sakit atau dolor ditimbulkan oleh perubahan pH local atau
konsentrasi ion tertentu yang merangsang ujung-ujung syaraf. Mediator kimia
berupa histamine juga berperanan dalam rangsangan aktif ujung syaraf ini.
Pembengkakan jaringan yang meradang juga menimbulkan rasa sakit.
4
Kemerahan
Kemerahan atau rubor biasanya tanda awal terjadinya peradangan.
Reaksi awal proses peradangan dimulai dari pelebaran arteriol yang mensuplai
darah sehingga banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi local. Akibat
dari pelebaran arteriol ini kapiler yang kosong akan terisi darah, keadaan ini
dinamakan hyperemia atau kongesti. Perubahan ini yang bertanggung jawab atas
warna merah local karena peradangan akut. Mediator kimia berupa histamine
yang berperanan dalam timbulnya hyperemia.
Panas
Panas atau kalor, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi peradangan
akut. Panas merupakan respon subyektif akibat hipotalamus yang berperan
sebagai thermostat tidak mampu meregulasi akibat adanya infeksi. Peradangan
pada kulit lebih menimbulkan respon panas, karena di kulit banyak pembuluh
darah. Hiperemia merupakan penyebab rangsangan hipotalamus sehingga
timbul panas badan.
Pembengkakan
Pembengkakan atau tumor ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisiil. Campuran cairan dan sel yang
tertimbun di daerah peradangan dinamakan eksudat.
Perubahan Fungsi
Perubahan
fungsi
atau
function
laesa
terjadi
karena
adanya
pembengkakan disertai rasa sakit local sehingga fungsi secara normal
terganggu.
1.4 Histologi Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 50009000 sel/mm3. Bila jumlahnya kurang dari 5000 sel/mm3 dinamakan
leucopenia. Bila jumlahnya lebih dari 12.000 sel/mm3 dinamakan leukositosis.
5
Terdapat dua bentuk leukosit yaitu; leukosit bergranula dan leukosit
tidak bergranula. Bentuk granula dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Bentuk
agranula, sitoplasmanya homogeny dengan inti bentuk bulat. Terdapat 3 bentuk
leukosit granula yaitu; neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan leukosit
agranula ada 2 bentuk yaitu; monosit dan lymfosit.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
terhadap antigen dan imunogen. Leukosit dapat bergerak secara amuboid dan
melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos
antara
sel-sel
endotel
dan
menembus
kedalam
jaringan
penyambung.
Jumlah leukosit per mikroliter darah pada orang dewasa normal 4.00011.000 sel, pada waktu lahir 15.000-25.000 sel, dan menjelang hari ke-empat
turun sampai 12.000 sel, dan normal pada usia 4 tahun.
1.5 Aspek Seluler Peradangan
Pada awal peradangan akut waktu arteriol dilatasi, aliran darah ke
daerah radang bertambah. Namun sifat aliran darah berubah, berupa adanya
kebocoran karena permiabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga viskositas
darah naik. Akibat dari naiknya viskositas darah, maka sel darah (leukosit)
mulai mengalami marginasi, yaitu gerakan sel darah putih ke bagian arus perifer
sepanjang pembuluh darah.
Proses marginasi ini leukosit menempel pada
endotel, maka pembuluh darah seperti jalan berbatu (pavementing). Marginasi
dan pavementing merupakan proses permulaan emigrasi leukosit dari
pembuluh darah ke jaringan sekitarnya.
Emigrasi sel leukosit ini ternyata memiliki tujuan yang dinamakan
(kemotaksis). Leukosit yang melakukan emigrasi dan kemotaksis ini berasal dari
sumsum tulang, dimana tidak hanya leukosit saja sebetulnya juga diikuti oleh sel
darah merah (eritrosit), dan trombosit. Di dalam sumsum tulang diantara ketiga
6
jenis sel darah itu produksi sel darah putih lebih dominan dan lebih di atur. Bila
ada sinyal radang maka produksi leukosit di sumsum tulang ini ditingkatkan
untuk melawan agent yang menyebabkan radang.
Golongan leukosit ini dibagi menjadi bergranula dan tidak bergranula.
Leuksoit bergranula terdiri dari; neutrofil, eosinofil dan basofil. Ketiga jenis ini
sering disebut sel polimorfonuklear (PMN). Sedangkan monosit dan limfosit
merupakan golongan leukosit tidak bergranula dan sering disebut morfonuklear
(MN).
Sel leukosit pertama yang muncul dalam jumlah banyak di eksudat
adalah neutrofil. Sel neutrofil ini dewasa di sumsum tulang dalam waktu dua
minggu. Bila meraka di lepas ke dalam pembuluh darah, maka setengah umur
sirkulasinya kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik terdapat 5.000 neutrofil.
Cadangan di sumsum tulang lebih besar 100 kalinya, sehingga sewaktu ada
radang maka cadangan neutrofil ini siap di lepas ke sirkulasi darah sebagai
respon awal. Fungsi neutrofil sebagai fagositosis (pemakan mikroba). Di dalam
neutrofil terdapat enzim lisosom, yang bermanfaat untuk fagositosis. Proses
fagositosis dimulai dari adanya opsonisasi oleh zat kimia tertentu (system
komplemen).
Eosinofil adalah jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam
eksudat peradangan, tetapi dalam jumlah lebih kecil disbanding neutrofil. Fungsi
khas eosinofil adalah membantu kemotaksis. Dengan pewarnaan neutrofil
berwarna lembayung, sedangkan eosinofil berwarna cerah.
Basofil merupakan jenis leukosit bergranula yang ketiga. Dengan
pewarnaan basofil berwarna biru. Sel ini juga berasal dari sumsum tulang,
basofil sering disebut mast cell atau basofil jaringan. Granula dari kedua jenis ini
banyak mengandung, histamine, heparin dan berbagai enzim. Basofil berperan
dalam kemotaksis dalam reaksi imunologis. Mast cell hanya berada di dalam
jairngan, mast cell inilah yang banyak mengandung histamine.
7
Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit. Umur sirkulasi dari monosit
3-4x lebih panjang di banding granulosit. Pada peradangan akut monosit juga
mengalami emigrasi tetapi jumlahnya lebih sedikit dan jalannya lebih lambat
disbanding neutrofil. Pada jam-jam pertama peradangan jumlah monosit
relative lebih sedikit dalam eksudat. Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit
yang berada di dalam sirkulasi darah. Bila monosit berada di dalam jaringan
dinamakan makrofag. Fungsi dari makrofag sebagai; antigen precenting cell,
kemotaksis, fagositosis aktif dan mencerna berbagai mikroorganisme. Makrofag
di dalam jaringan bisa bertahan sampai berbulan-bulan, sedangkan neutrofil
tidak.
Satu jenis lagi dari leukosit adalah limfosit. Sel darah putih ini
bermanfaat sebagai reaksi imunologis. Rangsangan pada limfosit-T (celluler)
dapat membantu proses peradangan. Rangsangan pada limfosit-B (humoral)
dapat membantu pembentukan immunoglobulin.
1.6 Bentuk Peradangan
Reaksi peradangan timbul dengan mekanisme sesuai yang diuraikan di
atas. Beberapa bentuk peradangan dapat timbul didasarkan pada; jenis
eksudatnya, organ atau jaringan yang terlibat, lama proses peradangan. Contoh
bentuk-bentuk peradangan sebagaimana tabel berikut :
1.7 Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan Penyembuhan
Beberapa factor yang mempengaruhi proses peradangan adalah;
vaskularisasi, keadaan gizi, jenis trauma, imobilisasi. Efek vaskularisasi sangat
tergantung pada kemampuan suplay darah menuju tempat peradangan,
dikatakan vaskularisasi baik bila; tekanan dan volume darah disuplay cukup
oksigen dan nutrient. Gizi yang jelek akan berpengaruh pada proses perbaikan
dan pertumbuhan cell yang baru. Berat ringannya trauma akan mempengaruhi
kerusahan organ tubuh. Proses mobilisasi yang baik juga akan berpengaruh
pada percepatan lama penyembuhan proses peradangan.
8
Patofisiologi Kardiovaskuler
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler
Perhatikan dan amati gambar sistem sirkulasi kardiovaskuler berikut ini.
Buatlah analisa bagaimana darah di suplay ke seluruh organ tubuh sesuai
dengan pemahaman anda masing-masing. Anda juga bisa merujuk bahan bacaan
lainnya.
Gambar di samping terlihat ada organ
jantung, paru-paru, hati, usus, ginjal, otak,
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Guna
memudahkan
anda
memahami;
sirkulasi darah secara sistemik di mulai dari
organ
jantung
berupa
kemampuan
berkontraksi/memompa darah, selanjutnya
ikuti anak panah.
Gambar di bawah ini menunjukkan organ jantung, tugas anda adalah
mengamati dan menghafalkan bagian-bagian jantung. Kemampuan anda
menghafal bagian jantung memudahkan anda memahami fisiologi dan
patofisiologi system kardiovaskuler. Dari pemahaman demikian anda bisa
memahami dengan mudah gangguan penyakit jantung di klinik. Meskipun
pekerjaan anda tidak langsung menangani penyakit di klinik, namun anda
diharapkan mampu menganalisa factor resiko dan factor kemungkinan
penyabab penyakit berdasarkan paradigm keilmuan yang anda miliki.
9
Sistem sirkulasi dibagi dua bagian utama yaitu :
1. Sistem sirkulasi darah, terdiri dari; jantung sebagai pompa, pembuluh darah
dan darah yang beredar di sepanjang pembuluh darah.
2. Saluran limfe, terdiri dari kelenjar limfe dan pembuluh limfe.
Sistem kardiovaskuler terdiri dari tiga komponen utama yaitu ; 1) jantung sebagai
pompa, 2) pembuluh darah dan 3) sel darah. Fungsi system kardiovaskuler secara
garis besar yaitu ; 1) sebagai aalat transportasi oksigen, karbondioksida, hormone,
nutrient hasil metabolism, dan zat sisa metabolism lain ke dan dari jaringan tubuh,
2) berfungsi sebagai pengatur keseimbangan cairan ekstrasel.
Bagaimana darah beredar ke seluruh tubuh ? Pada bab-bab di atas anda telah
membaca bahwa sirkulasi dari dibagi menjadi 2 bagian yaitu ; 1) sirkulasi pulmonal
dan 2) sirkulasi sistemik.
Sirkulasi pulmonal dimulai dari aliran darah dari ventrikel kanan menuju ke
arteri pulmonalis untuk dimasukkan ke paru-paru, setelah mengalami pertukaran
gas, darah yang kaya oksigen dialirkan ke vena pulmonalis menuju ventrikel kiri.
10
Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri menuju
aorta kemudian disuplay ke seluruh tubuh untuk dipergunakan sel. Di sel inilah
oksigen bermanfaat untuk pembentukan energy (ATP) guna aktivitas tubuh. Setelah
proses pembentukan energy dari jalur metabolism yang menggunakan oksigen,
darah dialirkan kembali ke ventrikel kanan jantung melalui vena cava superior dan
vena cava inferior. Secara ringkas aliran darah dimulai dari ventrikel kiri-aortaarteri-arteriol-kapiler-venula-vena- vena cava superior dan inferior-atrium
kanan.
Perhatikan gambar berikut ini !
Warna merah : jalur arteri
Warna biru : jalur vena
Baca dan pahami aliran darah dengan
cara mengikuti anak panah pada
gambar. Jalur merah darah kaya oksigen
jalur biru darah miskin oksigen.
2. Fisiologi Sistem kardiovaskuler
Jumlah suplay darah menuju jantung sebesar 223 ml/mt atau sekitar 4-5%
cardiac output. Jumlah tersebut berasal dari arteri coronaria kanan dan kiri. Arteria
coronaria kanan memperdarahi atrium kanan, sebagian septum interventrikel, SA
node, AV node, bundle his dan serabut purkinye. Sedangkan arteri coronaria kiri
11
memperdarahi bagian depan ventrikel kiri, sebagian SA node, bagian belakang
ventrikel kiri dan serabut purkinye.
Gambar : Bagian-Bagian jantung dan Arah Suplai Darah
Jumlah darah total dalam tubuh sebanyak 7% dari BB ( 5,6 liter pada pria
dengan BB 70Kg), sedangkan pada wanita komposisinya lebih sedikit. Komposisi
darah 55% plasma (di plasma 91% air, 8% protein;albumin,globulin, protrombin
12
dan fibrinogen, 1% mineral; natrium clorida, natrium bikarbonat, kalsium, besi,
fosfor, dll) dan 45% sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
Dinding otot jantung terdiri dari 3 lapisan; epikardium, miokardium dan
endokardium, sebagaimana gambar berikut :
Otot jantung merupakan otot polos bergaris yang bekerja secara ototnomik. Otot
jantung ini memiliki kemampuan aktivitas listrik. Kelistrikan ini merupakan akibat
dari perubahan permiabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ionion. Ada 3 ion penting yaitu; kalium, natrium dan kalsium. Ion Kalium dominan di
dalam sel dan ion natrium dominan di ekstra sel. Proses masukknya ion natrium ke
intrasel inilah menimbulkan potensial listrik / depolarisasi.
3.
Sistem hantaran listrik jantung
Sistem penghantar kelistrikan jantung terdiri dari :
1. S.A node sbg pemicu timbulnya aksi potensial (pace maker). Terletak di
dinding anterior RA berdekatan dengan tempat masuknya vena cava sup.
2. A.V node terletak pada septum atrium bagian kanan dan sedikit posterior
katup triskupidalis/ dekat muara sinus koronarius
13
3. Berkas His, lanjutan dari AV node, merupakan penghubung fungsional antara
otot atrium dan ventrikel, kemudian bercabang menjadi left and right bundl
branch. Kemudian ke serat-serat purkinye yang berada di sel-selmiokardium.
EKG (Elektrokardiogram)
Adalah rekaman listrik jantung pada permukaan tubuh. EKG
menggambarkan aktivitas listrik jantung melalui elektgrode pada kulit yang di
rekam pada kertas EKG atau pada monitor. Gambaran hasil sadapan EKG
dinamakan elektrokardiografi. Secara berturut-turut hasil rekaman meliputi :
1. Gelombang P
Gelombang P menggambarkan adanya depolarisasi atau kontraksi atrium
2. Gelombang Q
Adalah defleksi negative pertama dari komplek QRS, dan merupakan fase
awal depolarisasi ventrikel
3. Gelombang R
Adalah defleksi positif pertama dari komplek QRS, menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel
4. Gelombang S
Adalah defleksi negative sesudah gelombang R, menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel.
5. Komplek QRS
Merupakan depolarisasi ventrikel diukur dari gelombang Q sampai akhir
gelombang S
6. Gelombang T, menggambarkan fase repolarisasi ventrikel
7. Gelombang U, terjadi setelah gelombang T, normalnya tidak ada.
Contoh sadapan elektrokardiogram sebagaimana gambar berikut : kotak
datar merupakan garis waktu 1 kotak = 0,04 detik, dan garis tegak
merupakan garis kekuatan dalam volt.
14
Gambar : rekaman EKG Normal
Curah Jantung / Cardiac Output / CO
Adalah banyaknya darah yang dikeluarkan atau dipompakan dalam satu menit.
Cardiac output bisa dicari menggunakan rumus sebagai berikut :
CO = SV x Hr dalam menit
Normal frekiuensi / irama jantung = 60-80 x/mt
SV/stroke volume normal = 60-70 ml/kontraksi
Isi sekuncup/stroke volume/SV dipengaruhi oleh beberapa keadaan yaitu : 1) beban
awal (pre-load) yaitu jumlah darah dalam ventrikel pada akhir diastole yang
menyebabkan peregangan miokardium, 2) Kontraktilitas/daya kontraksi jantung;
dipengaruhi oleh keadaan jantung, keseimbangan elektrolit, dan keadaan konduksi
atau impuls listrik, dan 3) Beban akhir (After-load); jumlah tegangan yang harus
dikeluarkan ventrikel selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel
kiri menuju aorta. After load ini dipengaruhi oleh tahanan pembuluh darah dan
ukuran pembuluh darah ( R dan A).
Tekanan darah dan Denyut Nadi
Tekanan darah yaitu tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan sistolik : Tekanan puncak terjadi saat ventrikel kontraksi
15
Tekanan diastolic : Tekanan terendah yang terjadi saat jantung istirahat.
Nilai normal pada orang dewasa : 100/60 mmHg s/d 140/90 mmHg, rata-rata
120/80 mmHg.
Tekanan Nadi : perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic, nilai normalnya
yaitu sekitar 40 mmHg ( 40 – 50 mmHg )
Tekanan nadi mencerminkan :
Tekanan nadi mencerminkan volume sekuncup, Laju ejeksi, Tahan vascular sistemik
MAP(BP) = C O x T P R ;
BP= blood pressure, CO=cardiac output, TPR= total perifer resisten
Faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain; 1) kekuatan jantung
dalam memompa, 2) banyaknya volume darah yang beredar, 3) kekentalan /
viskositas darah, 4) elastisitas dinding pembuluh darah dan 5) tahanan tepi.
Denyut arteri
Adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung.
Denyut ini teraba di suatu tempat misalnya; arteri radaialis, arteri temporalis, arteri
dorsalis pedis, dll. Normal pada orang dewasa dalam kondisi istirahat : 60-80 x/mt.
Faktor yang mempengaruhi dneyut nadi; 1) posisi, berdiri lebih cepat disbanding
tidur, 2) umur; anak lebih cepat disbanding dewasa, 3) jenis kelamin; pria lebih
cepat disbanding wanita, 4) latihan, dan 5) emosi.
16
Gangguan Saluran Percernaan
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
1. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari :
a. Rongga mulut
b. Esofagus
c. Lambung
d. Usus halus
e. Usus besar
f. Rektum
g. Anus
Gambar/ilustrasi system saluran pencernaan sebagaimana gambar berikut.
Tugas anda adalah memahami alur system pencernaan ini.
Gambar : Anatomi system pencernaan pada manusia
17
Rongga Mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada mulut terdapat ; gigi,
lidah, dan kelenjar ludah yang setiap hari memproduksi sekitar 1-2,5 liter dan
terdiri dari air, mucus, enzim amylase, zat bakteri, dll.
Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung.
Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring.
Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk
ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke
lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung. Apabila terjadi
penyempitan saluran esophagus ini akan menghambat masuknya makanan menuju
lambung, keadaan ini menimbulkan penyakit obstruksi, gejala yang ditimbulkan
adalah muntah.
18
Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung
dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung
disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik
melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun
lambung,
yaitu
otot
memanjang,
otot
melingkar,
dan
otot
menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan
bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan
lambung adalah :

Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan,
serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada
usus halus

Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit

Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.

Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
19
Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan
menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.
Fungsi HCI Lambung :
1. Merangsang keluamya sekretin
2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
3. Desinfektan
4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang
empdu mengeluarkan getahnya.
Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang
sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm),
jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan
secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus
serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
20

Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin.
Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.

Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa
kimia yang dihasilkan ke usus halus

Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan
empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari
lambung

Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.

Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida

Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol

Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.

Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino

Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat

Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai normal

Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi normal
2. PROSES PENCERNAAN MAKANAN
Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa
Prosesnya sebagai berikut :
a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan
oleh bikarbonat dari pancreas.
b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan
zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase
pancreas
menjadi
disakaridase
disakarida.
menjadi
Disakarida
monosakarida,
21
yaitu
kemudian
diuraikan
oleh
glukosa.
Glukaosa
hasil
pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh peredaran darah.
c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton,
maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin
menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh peredaran darah.
d. Makanan
dari
kelompok
lemak,
pertama-tama
akan
dilarutkan
(diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiranbutiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh
enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.
Usus Besar (Kolon)
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi
menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden.
22
Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.
Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap
dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot
spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
Gangguan Sistem Pencernaan
• Apendikitis ;Radang usus buntu

Diare ; feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.

Kontipasi ; kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)

Maldigesti ; banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.

Parotitis ; infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong

Tukak Lambung/Maag ; ”Radang” pada dinding lambung, umumnya diakibatkan
infeksi Helicobacter pylori

Xerostomia ; produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan
yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguangangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai
pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare
Apabila peristaltic usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan
feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab
23
diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang
melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan
garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
Konstipasi (Sembelit)
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu
banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan
karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan
banyak mengkonsumsi daging.
Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil
dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak
lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi
lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh
infeksi bakteri jenis tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:
Peritonitis;
merupakan
peradangan
pada
selaput
perut
(peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang
lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut
kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang
disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan
kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan
pendarahan pada lambung.
Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat
pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.
24
Patofisiologi Ginjal
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat
vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh.
Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira
sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi
saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik.
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa,
diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau
sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan
memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2
liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi
urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai
ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada
saat Anda berkemih.
Gambar : potongan nefron pada ginjal
25
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari
proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan
memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah
tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah
untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan
menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah
sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti
otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar
ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami
kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin.
1. STRUKTUR GINJAL
Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit
penyaring. Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut
dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini
terdapat pembuluh darah kecil-kecil – kapiler – yang saling jalin menjalin dengan
saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus.
Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat
buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh.
Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium,
fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan
mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut
mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh. Apabila terjadi gangguan
proses penyaringan plasma darah di nefron ginjal akan terjadi gangguan filtrasi
yang menyebabkan penyakit gagal ginjal.
26
Gambar : Struktur ginjal dan potongan nefron
Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga
berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting, yaitu:

Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel
darah merah (eritrosit)

Renin, membantu mengatur tekanan darah

Bentuk aktif vitamin D (kalsitriol), yang membantu penyerapan kalsium
dan menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki
sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang
merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari
kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui
penis (pria) dan vulva (wanita).
Berikut dua gambar ginjal antara laki-laki dan perempuan, silahkan dilihat dan
dipahami perbedaan keduanya.
27
Gambar struktur ginjal perempuan :
Gambar struktur ginjal laki-laki :
28
2. FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Fungsi ginjal secara fisiologis adalah :

Menyaring limbah metabolik

Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah

Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang
berlebihandari tubuh

Membantu mengatur tekanan darah (hormone RAA)

Membantu mengatur pembentukan sel darah (eritropoetin).
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan
dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh
darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum
renalis.
Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi.
Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang
kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam
kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul
yang besar (misalnya protein).
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman
(daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman)
dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian
hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya
yang
ikut
tersaring
diserap
kembali
dan
dikembalikan
ke
darah.
Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekulmolekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus.
Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup besar
untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring glomerulus.
Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle. Ketika cairan melewati
29
ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga
cairan yang tersisa menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan mengalir ke
dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin banyak jumlah
natrium yang dipompa keluar. Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam
suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan
terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air
akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih
menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan
kebutuhannya terhadap air melalui hormon-hormon yang kerjanya mempengaruhi
fungsi ginjal.
Air kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter
menuju ke kandung kemih; aliran tersebut bukan merupakan aliran yang pasif.
Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah air kemih dalam
gerakan bergelombang (kontraksi).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.
Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga
air kemih bisa lewat) dan menutup. Air kemih yang secara teratur mengalir dari
ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa
mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung
jumlah air kemih yang semakin bertambah. Jika kandung kemih telah penuh, maka
akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk berkemih.
Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih
dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan,
dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong
air kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara
mengencangkan otot-otot perut. Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap
menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter.
30
3.
ALIRAN DARAH GINJAL
Ginjal diperfusi oleh sekitar 1200 ml darah per menit. Suatu volume
yang sama dengan 20-25% curah jantung (CO). Aliran darah ke ginjal ini
sungguh menakjubkan karena berat kedua organ ginjal kurang dari 1% BB.
Lebih dari 90% darah melakukan perfusi ginjal disebarkan pada
korteks, sedangkan sisanya disebarkan ke medulla, kenyataan ini berkaitan
dengan filtrasi plasma untuk pembentukan urine.
4.
GEJALA-GEJALA KELAINAN GINJAL & SALURAN KEMIH
Gejala yang disebabkan oleh kelainan ginjal dan saluran kemih sangat
bervariasi, tergantung kepada bagian ginjal atau saluran kemih yang terkena.
Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang
umum, tetapi infeksi kandung kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan
demam.
Suatu
infeksi
bakteri
pada
ginjal
(pielonefritis)
biasanya
menyebabkan demam tinggi, kanker ginjal kadang menyebabkan demam
Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6
kali/hari, terutama pada siang hari. Frekuensi (sering berkemih) tanpa
disertai peningkatan dalam jumlah total air kemih dalam sehari, merupakan
suatu gejala dari infeksi kandung kemih atau iritasi kandung kemih (misalnya
karena benda asing, batu atau tumor). Tumor atau massa lainnya yang
menekan kandung kemih juga bisa menyebabkan peningkatan frekuensi
berkemih. Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika
berkemih) dan urgensi (desakan untuk berkemih), yang bisa dirasakan
31
sebagai tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan terus
menerus).
Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera
berkemih, air kemih bisa keluar dengan sendirinya (kontrol terhadap
berkemih hilang). Nokturia adalah sering berkemih pada malam hari.
Nokturia bisa tejadi pada stadium awal penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena
sebelum tidur seseorang terlalu banyak minum, terutama alkohol, kopi atau
teh. Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat memekatkan air kemih dengan
baik. Nokturia juga terjadi pada penderita gagal jantung, gagal hati atau
diabetes, meskipun tidak terdapat kelainan pada saluran kemihnya.
Nokturia dengan jumlah air kemih yang sangat sedikit bisa terjadi jika air
kemih mengalir balik ke kandung kemih karena adanya penyumbatan; salah
satu penyebabnya yang paling sering ditemukan pada pria lanjut usia adalah
pembesaran kelenjar prostat.
Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun merupakan hal yang normal.
Enuresis yang terjadi setelah usia 3 tahun, menunjukkan adanya suatu
masalah, misalnya:

Tertundanya kematangan otot dan saraf pada saluran perkemihan
bagian bawah

Infeksi atau penyempitan uretra

Neurogenic bladder (tidak adekuatnya pengontrolan saraf kandung
kemih)
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyumbatan uretra adalah:

Keraguan memulai berkemih.

Berkemih dengan mengejan.

Aliran urine menetes.

Tidak ada rasa puas setelah berkemih.
Pada pria, gejala tersebut paling sering disebabkan oleh pembesaraan
32
prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra). Gejala yang sama pada anak
laki-laki, bisa menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan
uretra atau lubang uretra yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa
ditemukan pada wanita.
Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan buang air kecil) bisa
terjadi pada berbagai keadaan.
Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke dalam vagina), air kemih
bisa keluar ketika penderita tertawa, batuk, lari atau mengangkat beban berat.
Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan lemahnya otot panggul
(karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar hormon estrogen
pada saat menopause. Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih bisa
menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam kandung kemih melebihi
tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya
menjadi kosong.
Adanya gas di dalam air kemih merupakan gejala yang jarang terjadi,
yang biasanya menunjukkan adanya fistula (hubungan yang abnormal) antara
saluran kemih dan usus. Suatu fistula bisa merupakan komplikasi dari
divertikulits, abses maupun kanker. Fistula diantara kandung kemih dan vagina
bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih. Kadang bakteri di
dalam air kemih juga membentuk gas.
Dalam keadaan normal, seorang dewasa membuang sekitar 1 cangkir
sampai 0,9L air kemih/hari. Berbagai penyakit ginjal menyebabkan
terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih, sehingga
jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L. Jumlah air kemih yang sangat
banyak biasanya merupakan akibat dari:

Tingginya kadar gula dalam darah.

Rendahnya hormone ADH yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
posterior.
33

Berkurangnya respon pada ADH seperti penyakit DM insipidus.
Penyakit ginjal atau penyumbatan pada ureter, kandung kemih atau
uretra bisa secara mendadak menyebabkan berkurangnya produksi air kemih
sampai kurang dari 2 cangkir/hari. Jika produksi air kemih dengan jumlah
kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan limbah
metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini bisa
menunjukkan adalah gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan
ginjal kronis.
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin
yang pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan
urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin
berwarna coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau
obat-obatan, urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal. Urin coklat
mungkin mengandung hasil pemecahan hemoglobin (protein pengangkut
oksigen di dalam sel darah merah) atau protein otot. Urin yang mengandung
zat warna akibat porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat
melanoma menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan
adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat
maupun asam fosfat.
Penyebab dari warna urin yang abnormal bisa diketahui dengan
melakukan pemeriksan mikroskopik terhadap sedimen urin dan analisa kimia
urin. Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan urin berwarna
merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah, lamanya darah berada di
dalam urin dan keasaman urin.
Hematuria tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kandung
kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya hilang timbul, dan
perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih ada.
Penyebab lain dari hematuria adalah:
34

Glomerulonepritis

Batu ginjal

Kista ginjal

Kelainan sel darah merah

Hidroneprosis
Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya dirasakan di punggung, yaitu di
daerah flank (diantara tulang rusuk dan pinggul bagian belakang). Kadang
nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut. Penyebabnya adalah peregangan
kapsula renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini bisa
terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan
ginjal. Jika ginjal ditekan, seringkali timbul rasa nyeri. Jika sebuah batu ginjal
melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat. Sebagai respon terhadap batu,
ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram yang hebat di punggung
bagian bawah, yang sering menjalar ke selangkangan. Jika batu telah sampai ke
kandung kemih, maka nyeri akan menghilang.
Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri. Nyeri ini biasanya dirasakan di atas tulang kemaluan dan pada ujung
uretra ketika berkemih. Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan nyeri di
atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya terjadi secara lambat,
biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri. Kanker dan
pembesaran prostat biasanya tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan
prostat (orostatitis) bisa menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa
penuh di daerah antara anus dan kelamin. Pada saat ejakulasi, kadang keluar
semen yang berdarah. Hal ini bisa terjadi pada pria yang menderita kelainan
pembekuan.
5. BEBERAPA PENYAKIT GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
5.1 Penyakit ginjal kronik
35
Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan
yang dapat memicu penyakit gagal ginjal kronik yaitu :
a. DM
Bila tubuh kita mengalami DM, maka tubuh tidak bisa optimal dalam
merubah makanan menjadi energy sehingga glukosa darah
meningkat. Kondisi ini dapat merusak pembuluh darah ginjal
dengan gejala ; mata kabur, haus, sering kencing, berat badan turun,
luka lama sembuh, mudah lapar, dan lemah.
b. Hipertensi
Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah
yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Bila hipertensi terus
menerus, maka arteri ginjal akan rusak sehingga kemampuan filtrasi
turun.
c. Batu ginjal
Batu pada ginjal karena proses kristalisasi bahan-bahan yang
terlarut yang ada di urine. Batu ini dapat mengenai seluruh organ
dan saluran perkemihan. Gejala yang diitmbulkan; sakit bagian
pinggang, hematuria, muntah, demam, dan sering berkemih.
36
5.2 Syndroma Nefrotik
Adalah penyakit yang ditandai dengan sekumpulan gejala berupa
proteinuria yang massif (50-100 mg/KgBB/24 jam), hipoalbunemia yang
hebat (<2,5 g/dl), hiperkolesterolemia dan udema.
6
PROSEDUR DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan fisik, ginjal yang normal tidak teraba dari luar,
tetapi ginjal yang membengkak atau tumor ginjal bisa teraba dari luar.
Kandung kemih yang membengkak juga bisa teraba dari luar.
Pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk merasakan kelenjar
prostat. Pemeriksaan dalam vagina bisa membantu memberi keterangan
mengenai kandung kemih dan uretra. Prosedur tambahan yang dilakukan
untuk mendiagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih adalah:
37

Analisa urine

Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal

Prosedur imaging

Biopsi sel/jaringan ginjal.
Analisa urin
Analisa urin rutin (urinalisis) terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi
protein, gula dan keton) dan pemeriksaan mikroskopik (untuk mendeteksi sel
darah merah dan sel darah putih). Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui
dan diukur kadar berbagai zat di dalam urin. Biasanya digunakan sehelai
plastik tipis (dipstick) yang mengandung bahan kimia yang akan bereaksi
dengan zat di dalam urin dan merubah warna urin.
Proteinuria (protein di dalam urin) bisa terjadi terus menerus atau hilang
timbul, tergantung kepada penyebabnya. Proteinuria biasanya merupakan
pertanda dari suatu penyakit ginjal, tetapi bisa juga terjadi secara normal
setelah olah raga berat (misalnya maraton). Proteinuria juga bisa terjadi pada
proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di dalam urin setelah
penderitanya berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan di dalam urin
setelah penderitanya berbaring.
Glukosuria (gula di dalam urin) biasanya disebabkan oleh diabetes.
Jika gula tetap ditemukan di dalam urin setelah kadar gula darah normal,
maka penyebabnya adalah kelainan di ginjal.
Ketonuria (keton di dalam urin) bisa disebabkan oleh kelaparan, diabetes yang
tidak terkontrol dan keracunan alkohol. Keton merupakan hasil pemecahan
lemak oleh tubuh.
Hematuria (darah di dalam urin) bisa diketahui melalui pemeriksaan
mikroskopik maupun dengan mata telanjang (jika darah sangat banyak, urin
menjadi merah atau coklat).
38
Nitrituria (nitrat di dalam urin) biasanya menunjukkan adanya infeksi, karena
kadar nitrat meningkat jika terdapat bakteri.
Leukosit esterase (enzim yang ditemukan pada sel darah putih tertentu) di
dalam urin merupakan pertanda adanya peradangan, yang paling sering
disebabkan oleh infeksi bakteri. Pemeriksaan ini mungkin merupakan negatif
palsu jika urin sangat pekat atau mengandung gula, garam empedu, obatobatan (misalnya rifampcin, vitamin C).
Keasaman urin bisa meningkat karena makanan tertentu.
Osmolaritas (kepekatan urin) penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi
ginjal. Bisa dilakukan analisa terhadap contoh urin acak atau dilakukan
pemeriksaan untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin.
Pada salah satu tes, seseorang tidak diperbolehkan minum air atau cairan
lainnya selama 12-14 jam; sedangkan pada tes lainnya diberikan suntikan
hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur. Dalam keadaan normal,
kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat; tetapi pada
penyakit ginjal tertentu, urin menjadi sangat encer. Dalam keadaan normal,
urin mengandung sejumlah kecil sel dan pecahan lainnya yang terlepas dari
saluran kemih bagian dalam.
Pada penderita kelainan saluran kemih, pecahan dan sel tersebut terdapat
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga jika urin disentrifugasi (diputar dalam
alat khusus) akan terbentuk sedimen (endapan). Sedimen ini dapat diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui penyakit yang diderita.
Pembiakan urin adalah suatu proses untuk menumbuhkan bakteri pada urin,
yang dilakukan untuk mendiagnosis suatu infeksi saluran kemih.
Contoh urin yang belum terkontaminasi bisa diperoleh melalui:

Urine awal

Metode kateter
39
Tes Fungsi Ginjal
Fungsi
ginjal
bisa
dinilai
melalui
analisa
darah
dan
urin.
Laju penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kreatinin
serum.
Kadar
urea
nitrogen
darah
juga
bisa
menunjukkan
fungsi
ginjal.
Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan suatu
rumus yang menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan
dan jenis kelamin.
Prosedur Imaging
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal, tetapi
kedua hal tersebut biasanya akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan USG.
Urografi intravena adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk
menampilkan ginjal dan saluran kemih bagian bawah.
Suatu zat radioopak disuntikkan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan
terdapat dalam ginjal biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit.
Kemudian dilakukan pemotretan, yang hasilnya akan menunjukkan gambaran
ginjal serta perjalanan zat radioopak ke dalam kandung kemih.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka urografi intravena tidak akan
memberikan hasil yang baik, karena ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan
zat radioopak di dalam ginjal.
Sistogram adalah suatu gambaran rontgen dari kandung kemih, yang
diperoleh melalui urografi intravena.
Sistogram retrograd diperoleh dengan cara memasukkan zat radioopak
melalui uretra, sehingga didapat gambaran yang lebih jelas mengenai kandung
kemih dan uretra. Foto rontgen diambil sebelum, selama dan sesudah
40
berkemih.
Pada urografi retrograd, zat radioopak dimasukkan melalui kateter ke dalam
ureter. Dengan teknik ini akan diperoleh gambaran yang jelas dari kandung
kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi intravena gagal. Urografi
retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya penyumbatan ureter
atau untuk menilai seseorang yang alergi terhadap zat radioopak intravena.
Kerugian dari teknik ini adalah resiko terjadinya infeksi dan perlu dilakukan
pembiusan.
USG menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran struktur
anatomi ginjal. Teknik ini sederhana, tidak menimbulkan nyeri dan aman.
USG bisa digunakan untuk:

Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang
baik meskipun ginjal tidak berfungsi baik.

Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20
minggu dengan cara mengukur perubahan volume kandung kencing.

Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui
adanya massa di dalam perut, infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan
pada sistem kemih.

Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal,
termasuk perdarahan ginjal.

Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk
keperluan biopsy
CT Scan merupakan pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG
dan urografi intravena, tetapi mempunyai beberapa keuntungan:

CT scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga
sangat berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa
41
lainnya yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak
melalui pembuluh vena.

CT scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal.

Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung
kemih selama pemeriksaan CT scan dapat dengan jelas menggambarkan
tumor kandung kemih.
Pada angiografi disuntikkan zat radioopak ke dalam arteri. Angiografi
merupakan pemeriksaan yang paling invasif dan hanya dilakukan pada
keadaan
tertentu,
misalnya
untuk
menilai
aliran
darah
ke
ginjal.
Komplikasi dari angiografi adalah cedera pada arteri dan organ di sekitarnya,
reaksi terhadap zat radioopak serta perdarahan.
Venografi adalah suatu rontgen vena yang menggunakan zat radioopak.
Jarang terjadi komplikasi dan biasanya hanya terbatas pada perembesan
darah serta zat radioopak di sekitar tempat penyuntikan. Bisa terjadi reaksi
alergi terhadap zat radioopak.
MRI scan dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak
dapat ditampilkan oleh teknik lainnya. Bentuk suatu tumor dapat
digambarkan secara 3 dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari massa
berrongga (kista), cairan di dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan
dengan infeksi. MRI juga memberikan gambaran yang sempurna dari
pembuluh darah dan struktur di sekitar ginjal.
Contoh Sel & Jaringan
Pada biopsi ginjal, diambil contoh jaringan ginjal dan diperiksa dengan
mikroskop. Biopsi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai
hasil pengobatan.
42
Biopsi jarum (memasukkan sebuah jarum melalui kulit) seringkali merupakan
bagian dari penilaian pada gagal ginjal dan biopsi ginjal yang dicangkokkan
seringkali dilakukan untuk mencari tanda-tanda penolakan.
Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel di dalam
urin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih.
Sitologi urin juga dilakukan sebagai skrining (penyaringan) kanker pada
orang-orang berresiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan
penderita perdarahan tanpa rasa nyeri).
Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan tumor kandung kemih
ataupun tumor ginjal, sitologi dilakukan untuk evaluasi follow-up.
43
Gangguan system Persyarafan
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur
oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur
otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya
44
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu sarafsaraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf
yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensorik, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2. Lima pasang saraf motorik, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. Empat pasang saraf gabungan sensorik dan motorik, yaitu saraf nomor 5, 7,
9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus
vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut.
Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan
sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang
saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf
pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk
jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai
berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi
bagian leher, bahu, dan diafragma.
b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam
45
sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang
tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat
pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion
yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus"
bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf
sumsum sambung.
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik






Simpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar
pencernaan
mengerutkan kantung kemih
46






memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar
pencernaan
menghambat kontraksi kandung
kemih
3. Fisiologi peredaran darah otak
Otak manusia kiran-kira 2 % dari BB, otak mendapatkan suplay dari kirakira 20% dari curah jantung (CO) dan membutuhkan kira-kira 20% pula dari
seluruh pemakaian oksigen tubuh, serta butuh 400 kkal ATP per hari.
Jaringan otak sangat rentan terhadap kebutuhan oksigen dan glukosa.
Setiap kekurangan suplay sedikit saja pasti akan menimbulkan gangguan.
Metabolisme otak selalu konstan tanpa diselingi istirahat. Bila aliran darah otak
berhenti 10 detik saja akan menimbulkan gangguan kesadaran.
Keterkaitan antara system saraf dan system hormone
47
4.
Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)
Stroke atau gangguan pembuluh darah otak merupakan penyakit neurologic
yang timbul mendaadak dans erring mengakibatkan cacat dan kematian. Stroke
adalah gangguan fungsi otak fokal, timbul mendadak, berlangsung lebihd ari 24 jam
yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak (Islam, MS, 1999).
Beberapa bagian otak penting antara lain :
a. Thalamus
Merupakan system relay untuk segala impuls/informasi yang masuk ke otak
b. Hipotalamus
Pusat perilaku, pusat suhu, pengatur hormone, dan pengatur tekanan darah
c. Hipofisis
Induk penghasil hormon
d. Amigdala
Mengatur denyut jantung dan proses emosi
e. Hipokampus
Berperan dalam memori/ingatan jangka panjang
f. Ganglia basalis
Berperan sebagai system pengontrol gerakan
g. Serebelum (Otak Kecil)
Berfungsi sebagai koordinasi keseimbangan badan
h. Batang otak
Menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang, pengontrol pernapasan,
sirkulasi darah dan denyut jantung.
5.
Aliran Darah Otak (ADO)
Dalam keadaan normal, ADO berkisar antara 45-60 ml/100 gr/menit. Bila
ADO berkisar 15 ml/100 gr/menit maka respon listrik otak menghilang.
Beberapa factor yang mempengaruhi ADO antara lain :
1) Tekanan darah
48
2) Tekanan
carbondioksida
arteri,
perubahan
tekanan
karbondioksida
mempengaruhi jumlah aliran darah ke otak.
3) Tekanan oksigen arteri, bila tekanan kurang dari 50 mmHg terjadi
vasodilatasi arteri.
4) Viskositas darah
5) Suhu
Hukum Hagen-Poiseuille
Pr4
Q = ------8L
Q = aliran darah
P = gradient tekanan
r = jari-jari pembuluh darah
L = panjang pembuluh darah
 = viskositas
Patofisiologi stroke berkaitan dengan ; 1) iskemia atau penurunan aliran darah ke
otak, dan 2) perdarahan atau keluarnya darah ke ruang ekstravaskuler di otak.
6. Faktor Resiko Stroke
Form pengukuran potensi stroke
Faktor resiko
Tekanan darah
0
Rendah
Merokok
Kadar kolesterol
Bukan perokok
Dibawah rata-rata
Berat badan
Olah raga
Normal
Sangat aktif
Diabetes
Tidak ada
Perilaku
Santai
Penyakit jantung
Tidak ada
1
Meningkat atau
normal
15 batang/hari
Rata-rata/tidak
tahuh
Di atas normal
Aktif sekali atau 2
kali seminggu
Riwayat keluarga
diabetes
2
Tinggi/tidak tahu
>15 batang
Di atas rata-rata
Gemuk/obesitas
Tidak pernah olah
raga
Penderita diabetes
Sering terburu-buru,
kompetitif dan tidak
toleren
Punya penyakit
jantung
49
Nilai
Riwayat keluarga
Tidak ada
serangan stroke di
bawah 65 tahun
<40 tahun
Ada serangan
stroke di bawah
55 tahun
40-45 tahun
-
Umur
>55 tahun
Penialain
0-3 resiko kecil 4-6 resiko sedang 7-10 resiko tinggi >11 resiko sangat tinggi
Sumber : Saelan Yannaa, dr, SPS, Jawa Pos, Minggu, 20 Agustus 2006 halaman 31
SILAHKAN ANDA MENGHITUNG SENDIRI, APAKAH ANDA BERESIKO ?
50
Trauma
Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes
1. ANATOMI TULANG PENYUSUN RANGKA MANUSIA
a. Skeleton Aksial terdiri dari :
1) Tulang Tengkorak, terdiri dari :
Tulang tempurung otak ; tulang kepala belakang, tulang baji, tulang
tapis, tulang pelipis, tulang dahi, tulang ubun-ubun.
Tulang Wajah ; tl. Rahang atas, tl rahang bawah, tl pipi, tl hidung, tl air
mata.
2) Tulang Belakang, terdiri dari :

7 ruas tulang leher

12 ruas tulang punggung

5 ruas tulang pinggang

5 tulang kelangkang

4 tulang ekor
3) Tulang Rusuk dan Tulang Dada, terdiri dari :

7 pasang tulang rusuk

3 pasang tulang palsu

2 pasang tulang melayang
b. Skeleton Apendikular terdiri dari :
b.1 Gelang Bahu ; tulang belikat dan tulang selangka
b.2 Gelang Panggul ; tulang usus, tulang duduk, dan tulang kemaluan
b.3 Lengan ; tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius), tulang
hasta (ulna), 2 x 8 tulang pergelangan tangan (karpal), 2x5 tulang telapak
tangan (Metakarpal), 2 x 14 tulang jari (Phalanges).
51
b.4 Kaki : tulang paha (Femur), tulang tempurung (patella), tulang betis
(Fibula), tulang kering (Tibia) 2 x 7 tulang pergelangan kaki (Tarsal) 2 x 5
telapak kaki (Metatarsal) 2 x 14 tulang jari-jari kaki (Phalanges)
c. Macam-macam persendian
c.1 SINKONDROSIS persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan contoh pada
hubungan ruas antar tulang belakang
c.2 SINARTROSIS Sinfibrosis persendian yang dihubungkan oleh jaringan ikat
serabut pada tulang tengkorak (SUTURA)
c.3 DIARTROSIS - ujung-ujung tulang dilindungi oleh tulang rawan, kedua tulan
dihubungkan oleh ligament
d. Struktur Persendian Diartrosis
permukaan tulang dilindungi oleh membran sinovial yang menghasilkan minyak
synovial dan tulang rawan
52
MACAM - MACAM PERSENDIAN DIARTROSIS
Sendi Peluru ; kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol pada sendi pada gelang
bahu dan gelang panggul
Sendi Engsel ; kedua ujung tulang berbentuk engsel pada siku, lutut, ruas antar jari Sendi
Putar ; ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain antar tulang atlas dan
tulang tengkorak , antar tulang hasta dan tulang pengumpil
Sendi Pelana; antar tulang telapak tangan dengan ibu jari
Sendi Ovoid ; antar tulang pengumpil dengan pergelangan tangan
Sendi Luncur (sendi geser) ; antar tulang pergelangan tangan
Kelainan dan gangguan pada sistem alat gerak:
A. Kelainan pada otot
1. Atrofi: pengecilan ukuran otot karena tidak dapat berkontraksi
2. Hipertropi: membesarnya otot karena dilatih terus
3. Stiff peradangan otot trapesius leher terasa kaku
4. Lelah otot (kram)
5. Tetanus yang disebabkan infeksi Clostridium tetani
B. Kelainan pada tulang dan persendian
1. Kelainan tulang belakang
- Skoliosis : (tulang belakang seperti huruf S)
53
- Lordosis (tulang belakang bagian leher dan panggul bengkok kedepan)
- Kifosis = bongkok
2. Dislokasi : tulang keluar dari persendian
3. Artritis sika nyeri sendi akibat rongga sendi kekurangan minyak synovial
4. Osteoartritis nyeri sendi karena menipisnya tulang rawan
5. Artritis gout : pembengkakan sendi karena menumpuknya asam urat
6. Artritis eksudatif : nyeri sendi akibat rongga terisi getah radang karena infeksi
kuman
7. Layu semu yaitu : rusaknya cakra epifise tulang pipa pada anak dalam
kandungan karena infeksi sifilis
8. Fisura = retak tulang pipa
9. Fraktura = patah tulang pipa
10. Nekrosa = lapisan periosteum tulang rusak
11. Ankilosis : sendi tidak dapat digerakkan
54
Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak
Fungsi Rangka Pada Manusia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sebagai penegak tubuh
Sebagai pembentuk tubuh
Sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka)
Sebagai pelindung bagian tubuh yang penting
Sebagai tempat pembentukkan sel darah merah
Sebagai alat gerak pasif
55
56
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Price, SA, Wilson, L.Mc, 2000. Phatopysiology Clinical Concept of Disease Processes.
2nd edition, WB Souders Company, Philadelphia.
Putra, ST, Soewandojo,E, 1997. Patofisiologi. Airlangga University Press, Surabaya.
59
Download