R.Bedah D - Karya Tulis Ilmiah

advertisement
Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR KANDUNG KEMIH
Oleh : Subhan, S.Kep
Konsep Dasar
I. Pengertian.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan
perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada
umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi. Merupakan
tumor maligna kedua pada system genitourinary.
II. Etiologi.
Terjadinya tumor ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok, pemakaian zat
pemanis buatan, penggunaan siklofosfamid, trauma fisis sepeti infeksi,
instrumentasi dan batu, kontak lama dengan zat kimia pewarna, bahan-bahan karet
dan kulit. Zat karsinogen yang dipikirkan terdapat pada perokok adalah alfa dan
beta naftilamin sedangkan pada industri adalah benzidin, beta-naftilamin dan 4aminobefinil.
III. Jenis histology.
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %),
sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (46 %), adenoma (<2%), undifferentiated carcinoma dan sangat jarang dijumpai
adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma,
limfoma, koriokarsinoma, hemangioma, sarcoma osteogenik dan miosarkoma.
IV. Patofisiologi.
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina
propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain
lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan
metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program
pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta
: tumor terbatas pada epithelium.
1
Tis
: karsinoma in situ
T1
: tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2
: tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a
: tumor sampai dengan otot dalam
T3b
: tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4
: tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate,
uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
V. Manifestasi klinis.
Keluhan yang paling utama adalah hematuri (85-90%) baik mikroskopis
maupun makroskopis tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada masa sebagian
kecil pasien dapat dijumpai keluhan iritasi buli seperti frekuensi, urgensi dan
disuria. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara
uretra interna leher kandung kemih. Keluhan lanjut adalah nyeri tulang bila terjadi
metastase ke tulang atau sakit pinggang bila metastasi retroperitoneal atau
obstruksi ureter juga dapat ditemukan.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan dinding
kandung kemih atau terabanya massa tumor baru diodapatkan dengam perabaan
bimanual.
VI. Pemeriksaan penunjang dan hasil.
1. Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biasanya tidak ditemukan selain hematuri. Anemia bila ada perdarahan
kronis atau pendesakan sel metastasi ke sumsum tulang, sedangkan uremia
dapat dijumpai bila tumor menyumbat muara ureter baik karena obstruksi
ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiology.
Dilakukan foto polos abdomen, IVP dan foto thoraks.
3. Sistoskopi dan biopsy.
Pada persangkaan tumor kandung kemih maka pemeriksaan sistoskopi
adalah mutlak dilakukan, bila perlu dilakukan CT-scan.
VII. Penatalaksanaan medis.
Pada pasien dengan tumor superficial hanya menjalani dengan pengobatan
TUR (disertai atau tidak disetai kemoterapi intravesika), control sistoskopi
berkala mutlak dilakukan. Sedangkan pasien yang menjalani pengobatan dengan
sistektomi radikal dilakukan foto thoraks berkala.
2
Ringkasnya penatalaksanaan tegantung stadium tumor, yakni :
Tis
: TUR diikuti imunoterapi/BCG intravesika.
Ta (single, tidak rekurens
: TUR
Ta (ukuran besar, multiple,
rekurens
: TUR diikuti kemoterapi atau imunoterapi
intravesika
T1
: TUR diikuti kemoterapi/imunoterapi intra
vesika
T2-T4
: - sistektomi radikal
- kemoterapi neoajuvan diikuti sistektomi rad.
- sistektomi rad. diikuti kemoterapi ajuvan
- kemoterapi neoajuvan diikuti kemoterapi dan
radiasi secara bersamaan.
T apapun dengan N+, M+
: kemoterapi sistemik diikuti pembedahan atau
radiasi paliatif
Asuhan Keperawatan.
I. Pengkajian.
1. Hematuri : adanya darah dalam urine yang dapat dilihat di sertai nyeri atau
disuria.
2. Gangguan pola BAK : frekuensi kurang dari 2 jam dan urgensi dengan atau
tanpa inkontinensia.
3. Nyeri : panggul nyeri karena obstruksi ureter atau metastase retroperitoneal,
nyeri tulang kronis karena metastase tulang.
4. Limfadenopati : pemebsaran kelenjar limfe pelvis.
5. Massa abdomen : hepatomegali.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tumor kandung kemih
atau ca buli dan reseksi intravesika atau kemoterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan obstruksi urine dan metastasi retroperitoneal atau
tulang.
3. Gangguan perfusi jaringan : perifer, kandung kemih berhubungan dengan
kanker kandung kemih atau efek radioterapi.
4. Cemas berhubungan dengan prognosis tumor kandung kemih pada tahap
lanjut.
3
III. Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan pola
eliminasi BAK
berhubungan
dengan
tumor
kandung kemih
atau ca buli dan
reseksi
intravesika atau
kemoterapi.
Tujuan dan criteria hasil
Pola
eliminasi
BAK
kembali normal atau
pasien mempertahankan
pola BAK secara teratur,
kandung kemih kosong
dengan kriteria tidak ada
nyeri iritasi saat BAK.
1.
2.
3.
4.
5.
Nyeri
berhubungan
dengan obstruksi
urine
dan
metastasi
retroperitoneal
atau tulang.
Nyeri dapat hilang dengan
kriteria melaporkan nyeri
panggul
hilang
atau
berkurang, foto rontgen
tidak
ada
obstruksi,
melaporkan nyeri tulang
tidak ada.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gangguan
Hematuri hilang dengan
1.
Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Rasional
Jelaskan pada pasein bahwa urgensi atau Tumor kandung kemih menyebabkan iritasi dinding
frekuensi disebabkan oleh tumor kadnung vesika sehingga terjadi frekuensi dan urgensi serta
kemih.
inkontinensia.
Anjurkan pasien mempertahankan intake Cairan
menghilangkan
gejala
iritasi
dengan
cairan yang adekuat (1500 ml).
mengeluarkan sedimen/endapan dari kandung kemih dan
mengurangi bakteriuria
Atur dan ajarkan pasien pmberian obat Analgesik mengurangi gejala iritasi kandung kemih yang
analgesik atau antispasmodik, antikolinergi tidak jelas dan antispasmodik mngurangi gejala iritasi
sesuai pesanan.
saat BAK dan menghambat kontraksi kandung kemih
yang tidak stabil.
Ajarkan pasien untuk BAK sesuai jadwal (+ Jadwal waktu BAK digunakan atau tanpa pengobatan
2) jam.
aantispasmodik untuk mengosongkan kandung kemih
sebelum volume kandung kemih mencapai ambang batas.
Jelaskan pada pasien pengaturan kemoterapi Kemoterapi intravesikal membunuh neoplastik dan
intravesikal atau sistemik imunoterapi yang beberapa sel normal menyebabkan dinding kandung
akan menyebabkan gejala iritasi saat BAK. kemih
mengalami peradangan sehingga terjadi
Yakinkan bahwa efek ini bersifat transient.
frekuensi, urgensi dan inkontinensia pada beberapa
pasien.
Kaji nyeri : karakteristik, intensitas, Nyeri panggul disebabkan oleh obstruksi yang terjadi
lamanya dan faktor yang mempengaruhi dan pada satu sisi, nyeri tidak hilang dngan perubahan posisi
menghilangkannya.
atau istirahat.
Persiapkan pasien untuk dilakukan reseksi Reseksi tumor kandung kemih menghilangkan nyeri
tumor kandung kemih atau sistektomi pannggul karena sumber obstruksi dikeluarkan.
sebagian atau radikal sesuai order.
Atur
pemberian
kemoterapai
atau Kemoterapi atau radioteapi menghilangkan nyeri tulang
radioterapi sesuai order.
dengan mengurangi atau menghilangkan tumor
Atur dan ajarkan pasien pengaturan anlgesik metastase. Terapi bisa menghilangkan nyeri panggul
atau narkotik untuk nyeri.
melalui atau dengan cara mengurangi ukuran tumor
sehingga dengan begitu menghilangkan obstruksi.
Beri kompres panas pada daerah yang tidak Pemanasan lokal bisa menghilangkan ketidaknyamanan
nyaman.
sehubungan dengan obstruksi.
Gunakan terapi non farmakologis untuk Meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan nyeri.
menghilangkan
nyeri
seperti
batasi
pergerakan yang berlebihan dan posisi untuk
meningkarkan kenyamaan.
Ajarkan pasien memonitor urinenya dan Hematuri bisa tejadi pada pasien dengan ca buli dan
4
perfusi jaringan :
perifer, kandung
kemih
berhubungan
dengan kanker
kandung kemih
atau
efek
radioterapi.
kriteria tidak ada darah
dalam
urine
pada
urinalisis atau secara
visual.
segera lapor dokter atau perawat jika terjadi
perdarahan yang berlebihan.
2. Ajarkan untuk membedakan urin yang
mengandung darah yaitu berwarna pink dan
darah segar yang berwarna merah terang.
3. Persiapkan pasien untuk dilakukan sistogram
4. Monitor pasien setelah dilakukan tindakan
seperti hematuri, urine, Hb, Ht, dan tanda
vital, persiapkan pasien untuk pemberian
formalin 1-10 % secara intravesikal dibawah
anastesi umum atau regional.
Cemas
berhubungan
dengan
prognosis tumor
kandung kemih
pada
tahap
lanjut.
Klien dapat mengurangi
rasa cemasnya dengan
kriteria rileks dan dapat
melihat dirinya secara
obyektif,
menunjukkan
koping yang efektif serta
mampu
berpartisipasi
dalam pengobatan.
1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya
terhadap penyakit yang dideritanya.
2. Berikan informasi tentang prognosis secara
akurat.
3. Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan
rasa
marah,
takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi
wajar dan ekspresi yang sesuai.
4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek
samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
5. Catat koping yang tidak efektif seperti
kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi
dengan support system.
7. Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
setelah TUR serta kemoterapi intravesikal.
Urine warna pink terjadi setelah kemoterapi atau
reseksi, darah merah terang indikasi perdarahan yang
berlebihan.
Sistogram untuk mendeteksi refluks vesika ureter.
Larutan formalin 1-10% dipersiapkan dari gas formalin
37 % dalam air steril.
Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya
akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam
memahami proses penyakitnya.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan
solusi
dalam
upaya
meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
Memberikan
kesempatan
pada
klien
untuk
berpikir/merenung/istirahat.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan
bahwa dia benar-benar ditolong.
5
Daftar Pustaka
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing :
Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK
Pajajaran, Bandung.
6
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. S. DENGAN CA BULI
DI RUANG BEDAH D RSDS SURABAYA
TANGGAL 02 – 04 JANUARI 2002
Tempat/tanggal pengkajian : Bedah D, 02 – 01 - 2002
Tgl. MRS : 16 – 12 – 2001
No. register : 10113180
Pengkajian
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama : Tn. S. (Laki-laki, 82 tahun).
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin (Duda)
5. Pendidikan/pekerjaan : SR/pensiunan TNI
6. Bahasa yang digunakan : Indonesia
7. Alamat : Kertosono
8. Kiriman dari : RSU Kertosono
B. Penanggung jawab pasien :
Pasien sendiri dibantu anak-anaknya.
II. Alasan masuk rumah sakit
A. Alasan dirawat : tidak bisa buang air kecil selama 1 hari, keluar disertai nyeri
dan darah.
B. Keluhan utama : nyeri. Penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang
memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
Nyeri dirasakan seperti terbakar, pasien meringis bila ditekan. Skala nyeri
adalah 5 dari skala nyeri 5. Kapan timbulnya tidak tentu dan sering dimana
tiba-tiba terjadi nyeri.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita BPH dan
pernah dirawat di RSDS Surabaya tahun 1992. Tindakan yang pernah
dilakukan adalah TURP dan herniotomi. Penyebab tidak diketahui, riwayat
alergi seperti obat dan makanan tidak ada.
7
B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 1 hari yang lalu (tanggal 15 Desember
2001) pasien tidak bisa BAK dan kalau BAK nyeri dan disertai darah. Oleh
keluarga dibawah ke rumah sakit Kertosono, kemudian dirujuk ke Rumah
Sakit Dr. Sotomo Surabaya. Tanggal 16-12-2001 dilakukan evakuasi cloting.
C. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara
kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
IV. Informasi khusus
A. Masa balita : tidak dikaji
B. Klien wanita : tidak dikaji
V. Aktivitas hidup sehari–hari :
Aktivitas sehari-hari
A. Makan dan
minum
1. Nutrisi
2. Minum
B.
Eliminasi
C. Istirahat dan tidur
D. Aktivitas
E. Kebersihan diri
F. Rekreasi
Pre-masuk rumah sakit
Di rumah sakit
Pola makan 3 kali/hari tidak Pola makan 3 kali/hari, namun
ada kelainan dalam hal tidak ada napsu makan, karena
makan.
mual dan kadang muntah,
makan hanya 2 sendok.
Minum air putih dengan Minum air putih 2-3 gelas.
jumlah tidak tentu.
BAB tidak ada kelainan. Sejak masuk BAB tidak ada
BAK kadang sukar dan masalah. BAK lewat dower
nyeri.
kateter. Nyeri saat ditekan pada
kandung
kemih.
Dan
dilakukan spoeling, warna
keruh, kadang keluar bekuan
darah (cloting).
Istirahat dilakukan pada Pasien hanya di tempat tidur
siang jam 13.00 – 16.00. saja (istirahat dan tidur). Saat
Tidur dilakukan pada malam mengantuk pasien tidur. Kalau
hari setelah menonton tv tidak pasien hanya baringyaitu jam 21.00 – 06.00.
baring karena kelemahan.
Pasien tidak bekerja, hanya Pasien tidak bisa melakukan
bermain dengan buyutnya.
aktivitas harian (ADL) karena
selain terpasang kateter dan
spoeling, juga kelemahan otot,
sehingga semua kebutuhan
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
Pasien
mampu
mandi, Semua kegiatan dibantu oleh
menggosok gigi, mencuci perawat dan keluarga : mandi,
rambut sendiri. Tidak ada makan,
kebersihan
diri,
hambatan dalam melakukan memberi posisi, minum.
aktivitas.
Pasein senang menonton tv Tidak dapat dilakukan.
dan mendengar radio.
8
VI. Psikososial.
A. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan penyakit ini karena pasien sudah
tua dan pernah menderita sakit yang gejalanya mirip mungkin kambuh.
Konsep diri : dirasakan peran sebagai kepala keluarga, ayah tidak terpengaruh
karena semuanya sudah besar. Body image, pasien mengatakan ia sudah tua
jadi tidak memikirkan hal itu lagi. Keadaan emosi : pasien pasrah pada
keadaannya sekarang. Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial : hubungan antar keluarga baik dimana anak dan cucunya menjaga dan
merawat pasien secara bergantian. Ada perhatian terhadap lawan bicara.
C. Spiritual : di rumah sakit pasien tidak melakukan sholat, hanya berdoa dalam
hati.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : pasien sakit berat, lemah. Kesadaran kompos mentis, GCS :
4-5-6, T 150/100 mmHg, N 120 x/menit, S 39 0C, RR 26 X/menit.
B. Head to toe :
1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit bersih.
2. Rambut. Rambut lurus, nampak bersih, semuanya sudah uban/memutih.
3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva
anemis, refleks cahaya mata positif, tidak menggunakan alat bantu
kacamata.
4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman
normal.
5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe,
peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien.
Ketajaman pendengaran. fungsi pendengaran normal tapi agak menurun.
6. Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada
karang gigi/karies. Lidah tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada
faring. Sebagian besar gigi sudah tanggal.
7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
9
8. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi
bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Ada murmur pada
aorta dan ics IV kanan.
9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak
membesar, tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 20
X/menit.
10. Repoduksi.
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Ekstremitas teraba hangat.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 02-01-2002 : Darah lengkap : Hb 14,7 gr/dl, Leukosit 27,1 x 10 9/L,
Eritrosit 5,06 juta, Hct. 41,2 %, MCV 81,4 MCH 29,1 MCHC 35,7,
thrombosit 367, diff. : eosinofil (--), basofil (--), stab (4), segmen (90),
lymfosit 6, monosit (--), LED 41 mm/jam.
B. EKG/USG/IVP :
Radiologi : tanggal 16-12-2001 : hidronefrosis ringan dekstra dan
hidronefrosis sedang sinestra, kista sinestra.
C. Endoskopi :
PA/sitologi urine : tanggal 24-12-2001 : nampak sel-sel mencurigakan ganas.
Terapi : tanggal 02–01–2002 : Amysilin 4X1 gram/iv, Gentamisin 2X80 mg/iv,
Captopril 3 X 25 mg, Kalnex 3 X 1 gram, infuse RL 15 tetes/menit.
Analisa data
Data pendukung
1. Subyektif :
Pasien dan keluarga mengatakan lemah,
lelah, tidak bisa melakukan aktivitas.
Obyektif :
Keadaan umum lemah, pucat, ADL
dibantu, pasien totaly care, terpasang
infus, spoeling NaCl 0,9%, dower
kateter.
Masalah
Etiologi
Tidak toleransi terhadap
aktivitas
Kelemahan
10
2. Subyektif :
Keluarga mengatakan pasien tidak ada
napsu makan, saat menelan mual dan
muntah, tidak bisa menghabiskan porsi
yang disiapkan.
Obyektif :
Lemah, menghabiskan 2 sendok makan,
dari porsi yang disiapkan, lemah,
holitosis, konjungtiva anemis, pucat,
lemah dan lesu.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan daerah symfisis sakit,
angka 5 pada skala nyeri 5, nyeri seperti
terbakar.
Obyektif :
Memegang-megang daerah yang sakit,
kandung kemih datar, nadi 120 X/menit,
RR 26X/menit, hasil sitologi/PA urine
nampak sel-sel mencurigakan ganas.
Resiko tinggi
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Intake yang
tidak adekuat
Gangguan rasa nyaman :
nyeri
Adanya sel
ganas pada
kandung kemih
Hipertermi
Infeksi
sekunder akibat
penurunan
sistem
kekebalan
tubuh.
4. Subyektif :
Pasien mengatakan badannya panas.
Obyektif :
Teraba hangat, akral hangat, N 120
x/menit, S 39 0C, RR 26 X/menit,
leukosit 27,1 X 109/L, post evakuasi
cloting.
Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya sel ganas pada
kandung kemih.
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi sekunder akibat penurunan sistem
kekebalan tubuh.
3. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
11
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan
dengan adanya
sel ganas pada
kandung kemih.
Tujuan dan criteria hasil
Pasien mengatakan nyeri
berkurang dengan kriteria
skala nyeri 1-2, tidak
meringis, tidak ada nyeri
tekan setelah 2 hari
perawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hipertermi
berhubungan
dengan infeksi
sekunder akibat
penurunan sistem
kekebalan tubuh.
Aktivitas
intolerans
berhubungan
dengan
kelemahan.secara
umum
Resiko
tinggi
gangguan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
Suhu tubuh akan kembali
normal, keamanan dan
kenyaman
pasien
dipertahankan
selama
pengalaman
demam
dengan kriteria suhu
antara 366-373 0C, RR dan
Nadi dalam batas normal,
pakaian dan tempat tidru
pasien kering, kulit dingin
dan bebas dari keringat
yang berlebihan
Pada saat akan pulang
pasien sudah mampu
berpartisipasi
dalam
kegiatan, dengan kriteria
bebas
dyspnea
dan
takikardi selama aktivitas.
Setelah
satu
minggu
perawatan
pasien
mempunyai intake kalori
dan protein yang adekuat
untuk
memenuhi
1.
2.
3.
4.
5.
Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Rasional
Kaji nyeri pasien dan anjurkan untuk Menentukan tngkat nyeri dan toleransi pasien terhadap
menjelaskan nyerinya.
nyeri yang dialami
Jelaskan kepada pasien tentang nyeri yang Nyeri pasien ca buli umumnya merupakan nyeri kronik.
dialaminya.
Anjurkan untuk menggunakan relaksasi, Meningkatkan relaksasi dan perasaan untuk mengontrol
imagery
nyeri.
Kolaborasi pemberian analgesik.
Mengurangi nyeri
Kompres panas pada daerah yang tidak Pemanasan lokal bisa menghilangkan ketidaknyamanan
nyaman.
sehubungan dengan obstruksi.
Gunakan terapi non farmakologis untuk Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi nyeri.
menghilangkan nyeri seperti batasi pergerakan
yang berlebihan dan posisi untuk meningkarkan
kenyamaan.
Monitor tanda-tanda infeksi
Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu
tubuh
Monitor tanda vital tiap 2 jam
Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem,
pola yang dihubungkan dengan patogen tertentu,
menurun idhubungkan denga resolusi infeksi
Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi dan
darahnya
konduksi
Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat
cairan yang adekuat.
Atur antipiretik, jangan berikan aspirin
Aspirin beresiko terjadi perdarahan GI yang menetap.
1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri
tidak mampu
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
mengganggu istirahat.
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan
dan mulut
Menentukan data dasar
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan
pasien
2. Monitor intake dan ouput
3. Rencanakan diet dengan pasien dan orang
penting lainnya.
Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
12
dengan
intake
yang inadekuat.
kebutuhan metaboliknya
dengan kriteria pasien
makan
TKTP,
menghabiskan porsi yang
disiapkan, tidak mual dan
muntah
4. Anjurkan oral hygiene sebelum makan.
5. Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit
tapi sering.
Mengurangi anoreksia
Memeunhi kebutuhan nutrisi yang kurang
13
Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
kep.
1.
Hari/tanggal
(jam)
Rabu, 02 – 01- 2002
08.00
Tindakan keperawatan
1.
2.
3.
2.
10.00
1.
2.
3.
4.
5.
3.
08.00
1.
2.
4.
11.00
1.
2.
1.
Kamis, 03-01-2002
10.30
1.
2.
2.
11.00
1.
Evaluasi keperawatan
Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk
menjelaskan nyerinya : nyeri skala 5, merasa terbakar
Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang
dialaminya.
Mengajarkan pada pasien teknik relaksasi : menarik
napas dalam
Jam 13.00
S : mengatakan nyeri, skala 5.
O: meringis, N 100 X/menit, RR 13 X/menit, meringis
A : nyeri tidak berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Memonitor tanda-tanda infeksi : nyeri pada kandung
kemih, kemerahan, panas
Memonitor tanda vital
Memberi kompres dingin pada aksila
Menganjurkan intake cairan yang adekuat 2 l/hari.
Memberi minum parasetamol 1 tablet
Jam 13.00
S : mengatakan badan terasa hangat
O: bed rest, lemah, pucat, T 150/90 mmHg, N 100
X/menit, RR 13 X/menit, S : 38 C, akral hangat,
keringat banyak
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 13.15
S : mengatakan lemah.
O: terpasang infus, dower kateter, bed rest, lemah, pucat.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 13.30
S : keluarga mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak
ada napsu makan, muntah 1 kali
O: lemah, pucat
A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 13.00
S : mengatakan nyeri, skala 3.
O: meringis, N 80 X/menit, RR 15 X/menit, meringis
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 13.30
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu
bangun, terpasang infus, nyeri, meringis, tidak dyspnea
Membantu menyiapkan makan bagi pasien
Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu
kumur-kumur.
Menganjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi
sering.
Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk
menjelaskan nyerinya : nyeri skala 3, merasa terbakar
Mengajarkan pada pasien teknik relaksasi : menarik
napas dalam
Memonitor tanda-tanda infeksi : nyeri berurang,
14
2.
3.
3.
10.30
4.
12.00
1.
Jumad, 04 –01 -2002
16.00
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
1.
3.
4.
17.30
17.00
2.
3.
1.
2.
kemerahan, panas berkurang
Memonitor tanda vital
Menganjurkan intake cairan yang adekuat 2 l/hari
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu
bangun, terpasang infus, nyeri, meringis, tidak dyspnea,
terpasang dower kateter dan spoeling NaCl 0,9 %
Membantu menyiapkan makan bagi pasien.
Membantu memberi posisi semi fowler
Menganjurkan oral hygiene yaitu kumur-kumur.
Menganjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi
sering.
Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk
menjelaskan nyerinya : nyeri skala 2
Menganjurkan untuk mempertahankan tindakan
sebelumnya bila terjadi nyeri yaitu relaksasi
Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu
bangun, terpasang infus, nyeri, meringis, tidak dyspnea,
terpasang dower kateter dan spoeling NaCl 0,9 %
Membantu menyiapkan makan bagi pasien.
Membantu memberi posisi miring kanan
Membantu oral hygiene : kumur-kumur.
Menganjurkan
untuk
mempertahankan
pemberi
makanan ringan sedikit tapi sering.
S : mengatakan tidak panas
O: akral dingin, keringat banyak, S 37 C, N 120 X/menit
A : masalah teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
Jam 13.30
S : mengatakan lemah.
O: terpasang infus, dower kateter, bed rest, lemah, pucat.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 13.00
S : keluarga mengatakan makan hanya 8 sendok, napsu
makan meningkat, tidak muntah
O: lemah, pucat
A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 20.00
S : mengatakan nyeri, skala 2.
O: tenang, tidak nyeri tekan
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri
menignkat
Jam 20.00
S : mengatakan lemah.
O: terpasang infus, dower kateter, bed rest, lemah, pucat.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
Jam 20.00
S : keluarga mengatakan makan ½ porsi, napsu makan
meningkat, tidak muntah
O: lemah, pucat
A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
15
16
Download