pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skripsi ini akan membahas mengenai apa saja bentuk kerjasama militer antara Australia
dan Amerika Serikat sebagai upaya counter-terrorism.
Skripsi ini lebih lanjut akan menjelaskan tentang apa saja kepentingan politik dan
keamanan Australia yang menjadi dasar dalam mengambil kebijakan luar negeri, terutama
kebijakan Australia untuk menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat sebagai upaya
counter-terrorism.
Ancaman terorisme telah lama menjadi isu terpenting yang mempengaruhi kestabilan
keamanan dan hubungan antar negara-negara internasional 1. Peristiwa 11 September 2001,
menjadi titik awal bagi negara-negara barat dalam melakukan langkah-langkah dalam negeri
untuk menanggapi ancaman terorisme internasional, tidak terkecuali Australia 2. Ancaman
terorisme itu jelas bisa mengganggu stabilitas negaranya.
Gerakan anti-terorisme (perang global melawan terorisme) pasca 11 September 2001
gencar dilakukan oleh Amerika Serikat setelah peristiwa tragis tersebut menimpa negaranya,
operasi militer semakin gencar dilakukan oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk
memburu para anggota organisasi-organisasi teroris, seperti yang dilakukan di Afghanistan
terhadap kelompok fundamentalis Islam AL-Qaeda 3. Melihat adanya upaya Amerika Serikat
dalam memerangi terorisme, Australia yang juga merasakan ancaman terorisme terhadap
negaranya, dan tidak memiliki kekuatan militer yang massive seperti Amerika Serikat, segera
melakukan active engagement dengan Amerika Serikat. Australia dan Amerika Serikat
semakin dekat dengan adanya kejadian 9/11. Dimana keduanya bekerjasama untuk
1
A.R Tunggal, Ilmu Hubungan Internasional: Politik, Ekonomi, dan Isu Global Kontemporer, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2011, hal. 70.
2
Associate Professor Jenny Hocking Director, National Centre For Australian Studies, Australian Terror Laws:
An Historical Critique National Forum: The War on Terrorism and Rule of Law NSW Parliament House,
Sydney.
3
Bonython, John, Has History Restarted Since September 2011, The 19th Annual John Bonython Lecture, 2002
1
menyuarakan peperangan terhadap aksi dan tindakan terorisme di dunia internasional dengan
melakukan beberapa kegiatan di dalam kerangka kerjasama di bidang militer.
Politik luar negeri merupakan produk dari politik domestik suatu negara. Karakter dasar
politik luar negeri Australia dapat dikatakan cukup unik, karena telah sejak lama
menggantungkan diri pada negara lain, terutama negara ‘super power’ seperti Inggris dan
Amerika Serikat.
Amerika Serikat dipilih Australia didasari oleh berbagai faktor, baik faktor domestik
maupun keadaan internasional yang sedang berkembang. Selain dari bagaimana situasi
internasional yang tengah berkembang, dapat dikatakan pula bahwa yang mendasari
terjalinnya hubungan yang erat antara Australia dan Amerika Serikat ini adalah karena
adanya kepentingan nasional Australia sendiri. Hubungan kerjasama dan aliansi ini
diharapkan dapat mendukung dan menyokong kepentingan Australia dalam hal keamanan
dan pertahanan, khususnya ancaman atas regionalnya. Karena asumsinya adalah jika regional
aman maka kekhawatiran Australia terhadap ancaman keamanan selama ini akan hilang. Oleh
sebab itu, merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas terkait apa saja kepentingan
politik dan keamanan yang ingin dicapai Australia dari kerjasama militer yang selama ini
dibangun dengan Amerika Serikat, khususnya dalam hal memerangi terorisme.
Keputusan Australia untuk menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat
merupakan bagian dari politik luar negeri Australia. Kebijakan luar negeri Australia tersebut
tidak bisa terlepas dari kepentingan nasional Australia terhadap Amerika Serikat. Keamanan
nasional dan kepentingan nasional merupakan prinsip utama dan tujuan strategis dalam
menyusun suatu kebijakan luar negeri4. Kebijakan pemerintah Australia untuk menjalin
kerjasama militer dengan Amerika Serikat sebagai upaya counter-terrorism bisa dipandang
sebagai sarana untuk maksimalisasi kepentingan nasionalnya. Secara politis, hubungan
Australia dan Amerika Serikat dapat menguntungkan Australia, dimana kedekatan dengan
negara super power dan hagemoni utama akan mempermudah Australia dalam mencapai
tujuan nasionalnya. Dalam segi keamanan, hubungan dan kerjasama militer antara Australia
dan Amerika Serikat membuat Australia menjadi lebih aman dari ancaman-ancaman dari
luar, dimana kerjasama dalam menjaga kawasan dari ancaman dan kerjasama dalam
4
Graham T. Allison, Essence of Decisison: Explaining the Cuban Missile Crisis, Little Brown and Company,
Boston, 1971, p.33.
2
perkembangan teknologi militer membuat Australia menjadi semakin kuat di kawasan, dan
semakin maju dalam hal militer.
Amerika Serikat menjadi aliansi terpenting bagi Australia, terutama dalam upaya
counter-terrorism. Didalam White Paper 2003, tertulis Australia membuat sebuah kebijakan
politik yang disebut dengan US Alliance :
“Australia is commited to the international campaign to eliminate the global
threat of terrorism because terrorism threatens Australians at home and
overseas” 5.
Berdasar pada White Paper tersebut, kerjasama yang dilakukan oleh Australia dan
Amerika Serikat, terfokus pada kerjasama militer sebagai upaya counter-terrorism untuk
menjaga keamanan di wilayah kedua negara, khususnya di wilayah Australia. Dalam White
Paper 2003 juga tertulis adanya kepentingan Australia atas terjalinnya kerjasama militer
dengan Amerika Serikat, dalam dokumen milik pemerintah ini terdapat pernyataan prioritas
yang pemerintah Australia tempatkan pada keamanan domestik dan kemakmuran Australia,
serta pada pemeliharaan Angkatan Pertahanan Australia yang tangguh guna memenuhi
tantangan keamanan nasional yang dihadapi oleh Australia6.
Bagi Australia, yang terpenting adalah membangun pertahanan keamanan regional,
karena melalui terwujudnya keamanan regional dapat menjaga stabilitas regional, dan hal
tersebut juga akan berdampak pada terjaminnya kelancaran pembangunan nasional. Melihat
dari hal tersebut, dalam elemen politik luar negeri Australia, maka salah satu aspek
fundamentalnya adalah mencari keamanan.
B. Rumusan Masalah
Skripsi ini akan melihat apa saja bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
Australia dengan Amerika Serikat untuk menjaga keamanan di wilayah negara Australia,
5
6
White Paper 2003, Fighting Terrorism and Global Threats to Our Security
Ibid
3
khususnya upaya untuk mengatasi isu terorisme. Selanjutnya akan dilakukan analisis,
mengapa Australia melakukan hubungan kerjasama militer dengan Amerika Serikat, trade off
apa saja yang bisa dicapai oleh Australia dari kebijakan tersebut. Pertanyaan penelitiannya
adalah :
1. Apa saja bentuk kerjasama militer yang dilakukan oleh Australia dan Amerika Serikat
dalam upaya counter-terrorism ?
2. Apa kepentingan politik dan keamanan Australia dalam kerjasama militer dengan Amerika
Serikat sebagai upaya memerangi terorisme ?
C. Landasan Konseptual
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, saya menggunakan konsep mengenai
kepentingan nasional (national interest). Konsep kepentingan nasional mengemukakan
bahwa kepentingan nasional merupakan dasar yang menentukan perilaku luar negeri suatu
negara. Perilaku politik luar negeri yang berdasarkan pada kepentingan nasional akan
cenderung mengarah pada upaya-upaya mengejar kekuasaan atau power. Para pemikir realis
mengemukakan bahwa power merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk memelihara
dan mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain. Charles O. Lerche dan Abdul
Said telah mencoba menjumlahkan kapabilitas negara menurut komponen yang terlihat
(tangible) dan tidak terlihat (intangible) 7. Beberapa elemen power yang terlihat (tangible)
seperti penduduk, wilayah, SDA, kapasitas industri, dan kekuatan militer. Sedangkan
beberapa elemen power yang tidak terlihat seperti kepemimpinan, efisiensi organisasi atau
birokrasi, persatuan rakyat, dukungan luar negeri dan ketergantungan. Selain itu, Frederick
Schuman berpendapat bahwa dalam sebuah sistem internasional yang tidak memiliki
7
T. Couloumbis and Wolfe, J., Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power, Prentice Hall Inc.,
USA, 1986, p. 134.
4
pemerintahan bersama, masing-masing unit harus mencari keselamatan dengan bersandar
pada kekuatannya sendiri dan melihat kekuatan tetangga sekitarnya dengan rasa khawatir 8.
Dikatakan disini oleh para teoritis realis bahwa lokasi atau posisi geografis suatu negara
juga mempengaruhi kapabilitas nasionalnya dan juga orientasi politik luar negerinya dimana
disatu sisi, merunut pada posisi geografisnya, terdapat negara-negara yang mudah diserang
oleh negara lain (selalu terancam) dan disisi lain terdapat negara dengan posisi geografis
lebih strategis dari yang lainnya. Sehingga pada akhirnya untuk dapat survive di dalam sistem
internasional yang anarki, maka dalam mengejar kepentingan nasionalnya tiap-tiap negara
perlu meningkatkan power untuk mempertahankan kontrol terhadap negara lain dan
membentuk benteng dari ancaman sistem internasional yang anarki. Salah satu contoh
kepentingan nasional yang mendasar ditiap-tiap negara adalah keamanan negara.
Kepentingan nasional merupakan konsep mendasar yang terdapat dalam hubungan
internasional. Kepentingan nasional sangat berperan dalam menentukan perilaku suatu
negara. Kepentingan nasional ini juga seringkali menjadi pembenaran dari setiap kebijakan
yang dipilih oleh negara.
“Kepentingan nasional merupakan bentuk dari tujuan kebijakan luar negeri
negara atau sebagai suatu bentuk kekuatan strategis”.- E.H. Carr
“Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin
dicapai sehubung dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan
hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap
dan sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup
kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan.
Kedua hal pokok ini, yaitu keamanan (security) dari kesejahteraan
(prosperity), pasti terdapat serta merupakan dasar dalam merumuskan atau
menetapkan kepentingan nasional bagi setiap negara.” – T. May Rudy 9
8
9
H. Dahlan, Teori-Teori Hubungan Internasional, Penerbit Garasi, Yogyakarta, 1997, p. 56.
T. May Rudy. Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung: Refika
Aditama. 2002. hlm. 116
5
“Konsep kepentingan menurutnya diartikan dalam istilah kekuasaan.”- Hans
J. Morgenthau. 10
Kepentingan nasional didefinisikan sebagai konsep abstrak yang meliputi berbagai
kategori/keinginan dari suatu negara yang berdaulat. Kepentingan nasional terbagi ke
dalam beberapa jenis, yakni 11:
1. Core/basic/vital interest; kepentingan yang sangat tinggi nilainya sehingga suatu
negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya. Melindungi daerah-daerah
wilayahnya merupakan contoh dari core/basic/vital interest ini.
2. Secondary interest; meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai masingmasing negara, namun mereka tidak bersedia berperang dimana masih terdapat
kemungkinan lain untuk mencapainya melalui jalan perundingan misalnya.
Dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah kebutuhan dasar suatu negara
dalam mempertahankan negaranya dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
mencapai kebutuhan dasar tersebut. Dalam memenuhi kepentingan nasional diatas, negara
merumuskan kebijakannya 12.
Setiap negara memerlukan politik luar negeri, selain sebagai sarana untuk melakukan
interaksi dengan negara lain dalam sistem internasional, kebijakan luar negeri juga
merupakan alat untuk memenuhi kepentingan nasional. Kepentingan nasional sendiri
merupakan suatu entitas yang selalu berubah. Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh
perubahan kondisi domestik dimana proses pembuatan kebijakan luar negeri juga senantiasa
berubah, serta kondisi politik dan keamanan internasional (faktor eksternal) yang selalu
berubah. Sejalan dengan definisi Mark R. Amstutz yakni “foreign policy as explicit and
implicit actions of governmental officials designed to promote national interest beyond a
10
Hans,J. Morgenthau, “Politic Among Nations, the Struggle for Power and Peace”, edisi Bahasa Indonesia,
diterjemahkan oleh S.Maimoen, A.M. Fatwan, Cecep Sudrajat, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010,
p. 5
11
12
Ibid, hal 52-53
Teuku May Rudy, 1993, Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, Bandung: Angkasa, hal 57-58.
6
country’s territorial boundaries”13. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
politik luar negeri adalah aksi nyata yang dirancang oleh para pembuat kebijakan untuk
memenuhi dan menjaga kepentingan nasionalnya dalam percaturan internasional. Dalam
kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan dari lingkungan eksternal dan
domestik menjadi input yang mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dan dikonversi
oleh para pembuat keputusan menjadi output yang dapat berupa berbagai macam kerjasama
diantaranya adalah kerjasama bilateral, trilateral, multilateral dan regional demi memenuhi
kepentingan nasionalnya dalam dunia internasional. Rosenau mendefinisikan kebijakan luar
negeri yakni upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi
dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.
Dalam skripsi ini yang akan menjadi fokus analisis adalah bagaimana isu terorisme bisa
memengaruhi kebijakan luar negeri yang diambil Australia untuk melakukan kerjasama
militer dengan Amerika Serikat.
Bagi Australia ada dua hal penting yang menjadi bagian dari kepentingan nasional
sebagai tujuan dari pembuatan kebijakan luar negeri. Pertama, kebutuhan untuk memenuhi
keamanan nasional sebagai akibat dari situasi tidak aman yang dirasakan negara dalam
lingkungan domestik. Kedua, meskipun merupakan hal yang fundamental, keamanan
bukanlah satu-satunya tujuan karena kemakmuran (prosperity) merupakan tujuan yang
lainnya 14. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Joseph S. Nye Jr., yaitu:
“...foreign policy is an effort to accomplish several objectives security and economic benefits
as well as humanitarian results” 15.
Meskipun demikian, selain kedua hal tersebut masih ada tujuan-tujuan lain dalam
penentuan kebijakan luar negeri, namun kepentingan nasional-lah yang umumnya menjadi
prioritas dalam kebijakan luar negeri. Sebagai komponen dalam pembuatan kebijakan luar
negeri, Graham T. Allison menyebutkan bahwa: “National security and national interests are
13
Mark R.Amstutz, 1998, International Conflict and Cooperation: an introduction to world politics, McGraw
Hill, hal. 175.
14
William J. Keef, Hanry J. Abraham, et all, Australian Democracy : Institution, Politics, and Policies, The
Dorsey Press, 1983, p. 464.
15
Joseph S. Nye Jr. The Paradox of American Power: Why the World’s Only Superpower Can’t Go It Alone,
Oxford University Press, New York, 2002, p. 148.
7
the principal categories in which strategic goals are conceived. National seek security and a
range of other objectives”16.
Pada setiap proses pembuatan kebijakan luar negeri (decision making process) memang
bisa dipengaruhi banyak faktor. Proses pembuatan kebijakan luar negeri juga melibatkan
banyak aktor domestik yang berasal dari berbagai institusi. Tidak jarang dari berbagai aktor
yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri memiliki kepentingan yang
berbeda-beda sehingga terjadi proses tarik-menarik kepentingan. Namun, kebijakan luar
negeri yang dihasilkan tetap merupakan satu kebijakan yang diyakini bisa memenuhi
kepentingan nasional secara maksimal berdasarkan pertimbangan konsekuensi-konsekuensi
yang bisa ditimbulkan dari kebijakan tersebut. Dalam hal ini Allison mengatakan bahwa:
“Governments select the action that will maximize strategic goals and objectives” 17. Menurut
Allison, goals and objectives dalam pembuatan kebijakan luar negeri merupakan tujuan dari
kebijakan yang akan dibuat. Dengan demikian, kebijakan luar negeri yang akan diambil
merupakan kebijakan yang dinilai bisa memaksimalkan pencapaian kepentingan strategis
negara.
Asumsi bahwa kebijakan luar negeri merupakan tindakan value-maximizing
menjadikan negara atau pemerintah sebagai aktor rasional. Robert Dahl dan Charles
Lindbolm mendefinisikan perilaku rasional sebagai berikut: “Suatu tindakan disebut rasional
kalau tindakan itu secara tepat diarahkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan,
berdasarkan pertimbangan tentang tujuan itu dengan kenyataan dimana tindakan itu
dilakukan”18. Dalam proses pembuatan kebijakan, pemerintah dihadapkan pada berbagai
pilihan kebijakan dimana masing-masing pilihan kebijakan tersebut memiliki konsekuensi.
Negara sebagai aktor rasional akan memilih alternatif kebijakan yag memiliki konsekuensi
paling tinggi (menguntungkan) dalam memenuhi tujuan yang ingin dicapai (goals and
objectives)19.
Kebijakan Australia untuk melakukan hubungan kerjasama militer dengan Amerika
Serikat sebagai upaya counter-terrorism, dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kerjasama
16
17
18
Allison, op cit, p.33.
Ibid. P.32.
Robert Dahl and Charles Lindbolm, Politics, Economics, and Welfare ( Harper, 1953 ), hal. 38. Dalam Mohtar
Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi , LP3ES, Jakarta, 1994, p. 274.
19
Allison, op cit. p. 33.
8
yang dilakukan bisa dipakai sebagai sarana untuk mengakomodasikan kepentingan nasional.
Dalam hal ini kebijakan militer yang bersifat non-kekerasan atau non-perang seperti
melakukan kerjasama militer antar negara, salah satunya yaitu dengan Amerika Serikat,
bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan Australia.
Kerjasama antara Australia dan Amerika Serikat dilihat sebagai bentuk pencapaian
kepentingan nasional Australia dan hal ini dapat dilihat dalam White Paper 2003,
“The Government will continue to stand up for our interests where our views
differ from US views”20.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas, akan dilakukan analisis terhadap tujuan
dari kebijakan Australia untuk melakukan hubungan kerjasama militer dengan Amerika
Serikat. Tujuan dari kebijakan kerjasama militer Australia dengan Amerika Serikat dapat
dilihat dari konsekuensi-konsekuensi kebijakan tersebut, yang merupakan dampak dari
kebijakan yang diambil sekaligus merupakan kepentingan nasional yang melatarbelakangi
terjalinnya kerjasama militer antara Australia dengan Amerika Serikat. Dengan demikian,
penelitian ini merupakan eksplanasi terhadap kebijakan-kebijakan luar negeri Australia dalam
menjalin hubungan kerjasama militer dengan Amerika Serikat sebagai upaya counterterrorism, karena dengan mengetahui tujuan dari kebijakan tersebut dan melihat apa saja
bentuk-bentuk kerjasama militer yang dilakukan oleh kedua negara, maka akan dapat
diketahui pula kepentingan strategis Australia dalam kebijakan tersebut
D. Argumen Utama
Argumen yang diajukan dalam penelitian ini adalah, kebijakan Australia untuk
melakukan kerjasama militer dengan Amerika Serikat sebagai upaya counter-terrorism
didasari oleh alasan kepentingan nasional yang dipercaya oleh Australia bisa terpenuhi
dengan melakukan kerjasama militer dengan Amerika Serikat.
20
Australia White Paper 2003, Strengthening Our Alliance with The United States, pg 86.
9
Australia merupakan negara yang memiliki kekhawatiran tinggi terhadap masalah
keamanan dan pertahanannya baik domestik maupun internasional. Hal ini dilatarbelakangi
oleh ketidakmampuan Australia dalam membangun kekuatan pertahanan dan keamanannya
sendiri. Sehingga apa yang terjadi di wilayah regional kemudian sangat memengaruhi
pertahanan dan keamanan Australia. Untuk menjaga kestabilan keamanan dan pertahanan
regional tersebut, Australia melihat bahwa dengan adanya aliansi keamanan dan pertahanan
dengan Amerika Serikat akan dapat mendukung dan membantu Australia dalam menjaga
kestabilan regional sekaligus keamanan wilayahnya. Asumsinya adalah jika Amerika Serikat
dapat hadir sebagai hegemon di wilayah tersebut, maka secara otomatis Amerika Serikat
mempunyai kekuasaan yang besar terhadap wilayah ini. Jika hal itu terjadi maka Amerika
Serikat mempunyai kepentingan untuk terus menjaga kestabilan keamanan regional tersebut
dan hal ini kemudian selaras dengan kepentingan nasional Australia. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tindakan atau kebijakan yang dikeluarkan Australia dalam rangka menjalin
hubungan kerjasama atau aliansi dengan Amerika Serikat sangat sarat akan kepentingan
nasional dibelakangnya, yaitu terciptanya keamanan nasional.
Kepentingan nasional yang menjadi latar belakang kebijakan Australia untuk
melakukan kerjasama militer dengan Amerika Serikat, dipengaruhi oleh kondisi internasional
yang berubah, terutama di bidang keamanan, salah satunya ancaman terorisme. Kepentingan
tersebut bisa terlihat dari keuntungan (trade-off) apa saja yang bisa dicapai pemerintah
Australia bagi kepentingan nasionalnya dengan melakukan kerjasama militer dengan
Amerika Serikat dalam memerangi terorisme.
Bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan Australia dan Amerika Serikat seperti latihan
militer gabungan, pendirian basis militer Amerika Serikat di Australia, dan pengiriman
pasukan militer ke Irak dan Afghanistan, pada akhirnya dapat memenuhi kepentingan yang
ingin dicapai oleh Australia, seperti kepentingan politik dan kepentingan keamanan.
Kepentingan keamanan yang diperoleh oleh Australia yaitu dimana Amerika Serikat
menjanjikan keuntungan bagi Australia dengan mendirikan pangkalan militer dan pangkalan
drone di Australia, menambah jumlah personel militer di Australia, pengembangan senjata
bersama, dan penjualan senjata militer ke Australia, beserta pembagian informasi intelijen,
kerjasama ini mampu meningkatkan kapabilitas militer Australia dan meningkatkan
keamanan Australia.
10
Dalam hal kepentingan politik, kerjasama militer ini dapat meningkatkan bargaining
position Australia di lembaga-lembaga internasional, seperti PBB.
E. Metode Penelitian
Dalam skripsi ini, penulis melakukan beberapa proses penelitian. Pertama, proses
pengumpulan data. Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode pengamatan
dan klasifikasi dari berbagai sumber yang dipublikasikan melalui buku, jurnal, artikel, dan
referensi online dari internet. Penulis menggunakan referensi literatur dan online dari
berbagai macam sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.
Kedua, pengolahan data. Pada proses ini, penulis melakukan olah data berdasarkan
tujuan skripsi ini. Setelah memperoleh data, penulis melakukan analisis sumber secara
mendalam seputar bentuk-bentuk kerjasama militer antara Australia dan Amerika Serikat
sebagai upaya memerangi terorisme, penulis juga akan melihat apa saja kepentingan politik
dan keamanan yang ingin dicapai Australia dalam kerjasama militer tersebut.
Ketiga, pelaporan data. Dalam tahap akhir, penulis menggabungkan data yang telah
dikumpulkan dan diolah ke dalam penjelasan sistematis di skripsi ini, yang bersifat
deskriptif-analitis.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisannya, skripsi ini akan dibagi menjadi empat bagian :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini akan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual,
argumen utama, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Bentuk Kerjasama Militer Australia-Amerika Serikat Sebagai Upaya CounterTerrorism
Pada bab ini akan memaparkan bagaimana kebijakan pemerintah Australia untuk
menjalin kerjasama militer antar negara, terutama dengan Amerika Serikat. Selanjutnya akan
11
dibahas bagaimana bentuk kerjasama militer yang dilakukan oleh kedua negara dalam
memerangi isu terorisme, dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana hubungan bilateral antar
kedua negara, kerjasama bilateral apa saja yang sudah dilakukan oleh Australia dan Amerika
Serikat, dan selanjutnya akan dibahas secara khusus bentuk kerjasama militer yang dilakukan
dalam memerangi isu terorisme, seperti adanya kerjasama latihan militer gabungan, pendirian
basis militer Amerika Serikat di Australia, dan pengiriman pasukan militer ke Irak dan
Afghanistan.
BAB III : Analisis Kepentingan Politik dan Keamanan Australia Dalam Kerjasama Militer
Dengan Amerika Serikat
Pada bab ini akan menganalisis bagaimana kebijakan kerjasama militer bisa dipakai
sebagai sarana untuk mengakomodasikan kepentingan nasional, terutama kepentingan
strategis Australia dalam kerjasama militer yang dilakukan dengan Amerika Serikat sebagai
langkah untuk memerangi isu terorisme, seperti kepentingan yang berkaitan kepentingan
politik dan kepentingan keamanan.
BAB IV : Penutup
Merupakan bab penutup yang menyimpulkan seluruh pembahasan sekaligus jawaban
dari rumusan masalah yang diangkat.
12
Download